KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Oleh: Lisa Tri Nopyanti – 13512128
Dosen Pembimbing: Ir. Revianto Budi Santosa, M. Arch. IAI
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Oleh: Lisa Tri Nopyanti – 13512128
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2016
Menyetujui, Dosen Pembimbing: 10 Agustus 2016
(Dosen Pembimbing: Ir. Revianto Budi Santosa, M. Arch., IAI)
i
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Lisa Tri Nopyanti
NIM
: 13512128
Program Studi : Arsitektur Fakultas
: Teknik Sipil dan Perencanaan
Judul Karya Tulis Ilmiah : Analisis Komposisi Geometri Arsitektur Pada Balai Adat Baloy Suku Tidung Di Kota Tarakan Kalimantan Utara
Demi Allah, saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini merupakan hasil dari karya saya sendiri, kecuali nukilan dan ringkasan yang setiap satunya telah saya jelaskan sumbernya. Jika dikemudian hari ternyata terbukti pengakuan saya ini tidak benar dan melanggar peraturan yang sah dalam karya tulis dan hak intelektual maka bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan
Lisa Tri Nopyanti 13512128
ii
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya Penelitian berserta penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Analisis Komposisi Geometri Arsitektur Pada Balai Adat Baloy Suku Tidung Di Kalimantan Utara� dapat terselesaikan. Semoga penelitian ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan dibidang Ilmu Arsitektur dan Budaya untuk selanjutnya. Tak lupa ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya saya sampaikan kepada: 1.
Bapak Noor Cholis Idham, ST, M.Arch., Ph.D selaku ketua jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia
2.
Bapak Ir. Revianto Budi Santosa, M. Arch., IAI Selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan, memberikan dukungan, serta motivasinya terkait dengan penulisan Karya Tulis Ilmiah
3.
Ibu Arif Budi Solekhah, S.T, M.Sc, Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan kritikannya untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan benar
4.
Kedua orang tua yang tak henti-hentinya memberikan doa dan motivasinya agar penelitian ini dapat segera tersusun dengan baik
5.
Teman-teman seperjuangan Arsitektur angkatan 2013 yang telah memberikan warna, dukungan, dan semangat dalam penelitian ini Apabila di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat kekurangan saya sebagai
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan didalam penyusunan ini. Yogyakarta, Agustus 2016 Penulis iii
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA Lisa Tri Nopyanti1, dan Ir. Revianto Budi Santosa, M. Arch.2 1
Mahasiswa Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia 2 Dosen Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia Email: lisatri20@gmail.com ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah melakukan analisis terhadap komposisi geometri arsitektur pada Balai adat Baloy suku Tidung di kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Latar belakang Kalimantan Utara memiliki kekayaan yang beragam dalam berarsitektur yang lahir dari tempat tinggal masyarakatnya dan dikenal sebagai Balai adat Baloy. Balai Adat yang merupakan hasil dari seni arsitektur lokal masyarakat suku Tidung, penduduk asli daerah. Balai Adat Baloy memiliki bentuk dengan komposisi geometri yang menarik untuk diteliti lebih detail. Dengan harapan melalui aspek geometri yang diangkat mampu merekam dan menghasilkan informasi yang berbeda dalam bidang arsitektur bagi masyarakat luas. Hal tersebut dikarenakan Provinsi Kalimantan Utara yang baru berdiri dan berkembang akan segera gencar untuk melakukan pengembangan pembangunan demi memenuhi kebutuhan penduduknya. Namun sangat disayangkan apabila pengembangan pembangunan di daerah tersebut menggunakan preseden bangunan modern yang berasal dari luar daerah bahkan luar negeri. Padahal daerah tersebut memiliki potensi dibidang arsitektur yang menarik dan dapat kembali dieksplorasi serta dikembangkan. Pendekatan penelitian dengan melakukan kajian pustaka terkait komposisi geometri dalam arsitektur. Selanjutnya melakukan observasi lapangan untuk memahami dan menganalisis komposisi geometri pada Balai adat Baloy. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat interpretasi. Dengan tujuan untuk menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari fenomena sosial yang terjadi. Dari penelitian ini akan menghasilkan detail informasi analisis mendalam terkait komposisi geometri arsitektur yang telah di rekonstruksi pada Balai Adat Baloy Mayo suku Tidung di Kota Tarakan yang ditinjau dari dua aspek besar yaitu geometri sosial dan ideologi geometri. Selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh pemerintah dan masyarakat dalam perancangan arsitektur. Sehingga Provinsi Kalimantan Utara memiliki nuansa arsitektur khas yang lahir dari bentuk arsitektur lokalnya. Kata Kunci: Komposisi, Geometri Arsitektur, Balai Adat Baloy, arsitektur suku Tidung, Kota Tarakan
iv
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................................. ii KATA PENGANTAR......................................................................................................... iii ABSTRAKSI........................................................................................................................ iv DAFTAR ISI........................................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... vii DAFTAR BAGAN............................................................................................................... xi BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1.1.1 Latar Belakang Penelitian......................................................................... 1.1.2 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1.1.3 Latar Belakang Lokasi.............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................ 1.4 Sasaran Penelitian.............................................................................................. 1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................................
1 1 1 2 3 3 3 3
BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komposisi......................................................................................... 2.2 Pengertian Geometri Secara Umum................................................................... 2.3 Geometri Pada Arsitektur................................................................................... 2.4 Analisa Arsitektur Melalui Pendekatan Geometri.............................................. 2.5 Keadaan Masyarakat suku Tidung...................................................................... 2.6 Kerajaan suku Tidung di Kota Tarakan.............................................................. 2.7 Balai Adat Baloy.................................................................................................
4 4 5 6 10 12 14
BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian................................................................................................ 16 3.2 Metode Pengumpulan Data................................................................................. 16 3.3 Metode Penyajian Data....................................................................................... 17 3.4 Metode Analisis Data.......................................................................................... 17 BAB IV: PENYAJIAN DATA 4.1 Lokasi Pengambilan Data.................................................................................... 19 4.2 Alat Pengambilan Data........................................................................................ 20 4.3 Data Primer...........................................................................................................20
v
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
BAB V: HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Geometri yang terbentuk Berdasarkan Hubungan antar Manusia (Social Geometry)............................................................................................... 26 5.2 Analisis Geometri yang Berdasarkan Ideologi atau Pemikiran Manusia (Ideal Geometry).................................................................................................. 36 BAB VI: PENUTUP 6.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 44 6.2 Saran.................................................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 46
vi
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
DAFTAR GAMBAR
Bab I Gambar 1.1 lokasi kota tarakan dari peta indonesia..........................................................
2
Gambar 1.2 lokasi balai adat baloy...................................................................................
3
Bab II Gambar 2.1 bentuk-bentuk geometri................................................................................... 4 Gambar 2.2 geometri pada alam (bunga dan sarang lebah).............................................
5
Gambar 2.3 geometri pada arsitektur.................................................................................. 6 Gambar 2.4 keberadaan api yang membentuk pola geometri sosial di sekelilingnya.......... 7 Gambar 2.5 keberadaan batu membuat pola hubungan manusia menjadi permanen........... 7 Gambar 2.6 aktivitas manusia akan membedakan pola geometri yang terbentuk................ 7 Gambar 2.7 geometri sosial yang terbentuk pada House of Commons, Inggris................... 8 Gambar 2.8 geometri sosial yang terbentuk pada Chapter House, Katedral......................... 8 Gambar 2.9 penerapan ideal geometry dengan menggunakan rasio (Villa Rotonda, 1968)....................................................................................... 9 Gambar 2.10 penerapan ideal geometry (Family House, Origlio 1981).............................. 9 Gambar 2.11 geometri rasio dari golden section.................................................................. 10 Gambar 2.12 penerapan geometri rasio dari golden section (Riva San Vitale)................... 10 Gambar 2.13 rumah pribadi riva san vitale........................................................................... 10 Gambar 2.14 pekerjaan masyarakat sebagai nelayan........................................................... 11 Gambar 2.15 pelepasan padaw tujuh dulung........................................................................ 11 Gambar 2.16 gedung wisma patra......................................................................................... 13 Gambar 2.17 tangki minyak peninggalan kolonial................................................................ 13 Gambar 2.18 Kawasan Rumah Bundar peninggalan Kolonial.............................................. 13 Gambar 2.18 Kawasan Rumah Bundar peninggalan Kolonial.............................................. 13 Gambar 2.19 tampak depan balai adat baloy mayo suku tidung........................................... 14 vii
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 2.20 lubung kilong................................................................................................... 14 Gambar 2.21 lubung intamu...................................................................................................14 Gambar 2.22 kolam dan padaw..............................................................................................15 Gambar 2.23 bayang.............................................................................................................. 15 Gambar 2.24 detail ukiran pada balai adat baloy Mayo.......................................................... 15 Bab IV Gambar 4.1 kondisi balai adat baloy...................................................................................... 18 Gambar 4.2 monumen peresmian.......................................................................................... 18 Gambar 4.3 media pengambil data........................................................................................ 19 Gambar 4.4 denah balai adat baloy........................................................................................ 20 Gambar 4.5 lamin dalom, singgasana kepala adat besar....................................................... 21 Gambar 4.6 alad kait (ambir kiri) dan ulad kemagot (ambir kanan)..................................... 21 Gambar 4.7 tampak depan balai adat baloy........................................................................... 22 Gambar 4.8 tampak samping kanan baloy mayo................................................................... 22 Gambar 4.9 potongan aksonometri baloy mayo.................................................................... 23 Gambar 4.10 aksonometri baloy mayo.................................................................................. 24 Bab V Gambar 5.1 zonasi area pada ruangan................................................................................... 29 Gambar 5.2 interior baloy mayo tanpa sekat......................................................................... 30 Gambar 5.3 koneksi antar ruang berdasarkan aktivitas & fungsi ruang................................ 31 Gambar 5.4 skema jalur pergerakan yang dihasilkan pada ruangan..................................... 32 Gambar 5.5 skema analisis jalur pergerakan dan zonasi area............................................... 33 Gambar 5.6 skema tata ruang dan layout perabot................................................................. 34 Gambar 5.7 skema suasana 1................................................................................................ 34 Gambar 5.8 skema suasana 2................................................................................................ 35 Gambar 5.9 skema suasana 3................................................................................................ 35
viii
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 5.10 place centre map searah sumbu x........................................................................ 36 Gambar 5.11 place centre map searah sumbu y....................................................................... 37 Gambar 5.12 penemuan geometri Baloy Mayo tahap 1 dan 2................................................. 38 Gambar 5.13 penemuan geometri Baloy Mayo tahap 3.......................................................... 39 Gambar 5.14 penerapan prinsip simetris secara umum............................................................. 40 Gambar 5.15 penerapan prinsip simetris pada tiang panggung................................................ 41 Gambar 5.16 penerapan prinsip simetris pada kolom-balok.................................................... 41 Gambar 5.17 penerapan prinsip simetris pada atap.................................................................. 42 Gambar 5.18 penerapan prinsip simetris pada kusen............................................................... 42 Gambar 5.19 penerapan prinsip simetris pada perletakan ornamen......................................... 43 Gambar 5.20 penerapan prinsip simetris dan proporsi pada bangunan................................... 43 Gambar 5.21 geometri bangunan............................................................................................. 44 Gambar 5.22 proporsi ditinjau dari tampak bangunan............................................................ 44 Gambar 5.23 analisis geometri dasar berdasarkan jangkauan visual....................................... 45 Gambar 5.24 analisis pengaruh elemen tiang panggung.......................................................... 46 Gambar 5.25 keberadaan perahu pada ruang bawah bangunan............................................... 46 Gambar 5.26 pengembangan geometri atap baloy mayo......................................................... 47 Gambar 5.27 penempatan ornamen pada ujung atap............................................................... 47 Gambar 5.28 area persidangan yang ternaungi bagian atap tertinggi....................................... 48 Gambar 5.29 atap segitiga sebagai respon terhadap cuaca...................................................... 48
x
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 metode pengumpulan data.................................................................................... 18
x
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang 1.
Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam yang melimpah serta kekayaan pengetahuan yang berasal dari nenek moyang di masa lampau. Bukti-bukti kekayaan pengetahuan tersebut tertuang kedalam ragam kebudayaan yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Mulai dari ragam gaya hidup yang tertuang dalam pakaian, tradisi masyarakat, kuliner khas, serta beragam budaya unik dan menarik lainnya termasuk yang terdekat dengan manusia yaitu tempat berkediaman. Seiring dengan berjalannya waktu manusia selalu
melakukan
pengembangan-pengembangan
terkait
kebutuhan
berkediamannya. Mulai dari berkediaman secara bebas di hutan, berkediaman dan menetap disebuah gua, hingga belajar untuk terus mengembangkan suatu naungan yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup dan perkembangan zaman. Sebuah fenomena yang nyata, indah dan menarik karena tentunya manusia pada masa ini dapat menelusuri perkembangan tersebut untuk mencari pelajaran tentang berkediaman. Bahkan sebuah arsitektur tradisional memiliki karakter dan ragam ciri khasnya masing-masing. Hal tersebut seolah menggugah semangat untuk kembali mengkaji arsitektur masa lampau yang kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan era saat ini, sehingga karakter arsitektur masa lampau akan dapat terus terlihat di sepanjang zaman. 2.
Latar Belakang Permasalahan Kekayaan arsitektur Nusantara tersebar di seluruh penjuru Indonesia, termasuk pada daerah yang saat ini disebut dengan Provinsi Kalimantan Utara. Kalimantan Utara memiliki kebudayaan yang lahir dari nenek moyang mulai dari ragam kesenian tarian, pakaian tradisional, senjata khas, alat musik, serta bangunan adat yang dikenal sebagai rumah Baloy yang merupakan hasil dari seni arsitektur lokal masyarakat suku Tidung penduduk asli daerah. Balai Adat Baloy adalah salah satu peninggalan kekayaan kerajaan suku Tidung dalam bentuk arsitektur. Balai Adat Baloy merupakan bangunan penting yang tersisa dikalangan masyarakat suku Tidung. Balai Adat Baloy menjadi sangat penting 1
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
bagi masyarakat suku Tidung karena fungsi utamanya sebagai tempat atau wadah masyarakat untuk menyelesaikan sidang perkara adat. Segala permasalahan kehidupan dan penyelesaiannya akan didiskusikan pada Balai Adat Baloy ini. Sehigga peran Balai Adat Baloy bagi masyarakat Tidung menjadi sangat penting. Permasalahan yang terjadi yaitu Provinsi Kalimantan Utara baru berdiri dan berkembang maka, akan segera gencar untuk melakukan pembangunan demi memenuhi kebutuhan penduduknya. Hal tersebut sangat disayangkan apabila didalam proses pembangunan kota tidak disertai dengan pemahaman tentang lokalitas dalam berarsitektur. Apabila hal tersebut terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan lokalitas dalam berarsitektur yang telah diwariskan tersebut akan hilang. Untuk mempertahankan lokalitas dalam berarsitektur maka ada baiknya apabila didalam merancang bangunan, masyarakat dapat melakukan pengembangan-pengembangan terhadap arsitektur lokal daerah. Salah satunya yaitu bersumber pada Balai Adat Baloy. Tidak hanya sekedar membangun bangunan yang modern tetapi juga dapat memasukkan unsur arsitektur lokal kedalam desain agar dapat terus lestari dan semakin berkembang sesuai dengan zamannya. Sehingga Kalimantan Utara memiliki citra tersendiri karena dapat menselaraskan arsitektur lokalnya kedalam arsitektur kontemporer dengan baik. 3.
Latar Belakang Lokasi
Gambar 1.1 Lokasi kota tarakan dari peta indonesia Sumber: https://www.google.co.id/maps
2
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Lokasi penelitian dilakukan pada Balai adat suku Tidung (Baloy) merupakan arsitektur tradisional yang terletak di kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Kota Tarakan adalah kota terbesar di Provinsi Kalimantan Utara dan merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia. Kota Tarakan memiliki luas wilayah 250,80km² dengan total penduduk sebanyak 239.787 jiwa. Balai adat ini terletak di daerah pesisir dengan tanah rawa yang jaraknya cukup dekat dengan laut.
Gambar 1.2 Lokasi balai adat baloy Sumber: https://www.google.co.id/maps
1.2
Rumusan Masalah Seperti apakah komposisi geometri arsitektur pada Balai Adat Baloy suku Tidung?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis untuk mengetahui dan memahami komposisi geometri arsitektur yang terbentuk pada Balai Adat Baloy suku Tidung melalui aspek geometri sosial dan ideal geometrinya.
1.4
Sasaran Penelitian Dapat memahami dengan baik komposisi geometri yang ada pada arsitektur Balai Adat Baloy suku Tidung meliputi aktivitas dan pola hubungan sosial, tata ruang dalam, serta bentuk massa arsitekturnya.
3
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
1.5
Manfaat Penelitian 1.
Menambah informasi baru terkait komposisi geometri pada arsitektur Balai Adat Baloy suku Tidung,
2.
Menambah dan membuka wawasan bagi peneliti dan pembaca tentang arsitektur tradisional suku Tidung,
3.
Sebagai bentuk apresiasi dan pengenalan arsitektur Kalimantan Utara kepada masyarakat global.
4
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Pustaka 1.
Pengertian Komposisi dan Geometri secara Umum Komposisi menurut KBBI adalah susunan atau tata susunan yang menyangkut keseimbangan, kesatuan, irama, dan keselarasan dalam suatu karya seni. Menurut The World Book Encyclopedia (1993), geometri merupakan suatu ilmu matematika yang sangat terkait dengan bentuk, ukuran, dan pemposisian. Definisi tersebut masih sangat luas, sehingga setiap bentuk dapat dikategorikan sebagai suatu geometri dan terdiri dari elemen geometri. Geometri menurut Encyclopedia Britannica adalah studi akan arsitektur dan ruang, dalam arti yang lebih luas yaitu penciptaan ruang oleh konstruksi atau pembagi-bagian (subdivision).
Gambar 2.1 Bentuk-bentuk geometri Sumber: http://arsitekiki.blogspot.co.id/2008/02/kamakura-house-geometri-dan-kreativitas.html
Kemudian J.M. Brockman menjelaskan bahwa proporsi dari elemen formal dan ruang dalam geometri selalu terkait dengan perhitungan numerik yang logis. Sebagai salah satu ilmu matematika, geometri tentu memiliki aturan yang membatasi bentuk yang dimilikinya. Sehingga geometri harus memiliki bentuk yang logis, maka variasi bentuk menjadi berkurang. Objek-objek yang bersifat abstrak, cenderung memiliki bentuk yang tidak logis dan tidak dapat didefinisikan sebagai bentuk numerik sehingga tidak dapat dikatakan sebagai bentuk geometri. (Sumber: Wiratama, Hardyanthony, 2007)
5
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 2.2 Geometri pada alam (bunga & sarang lebah) Sumber: https://www.google.co.id/geometri-pada-alam
2.
Geometri pada Arsitektur Geometri arsitektur merupakan basis bagi semua bentuk ekspresi arsitektur yang lahir dari kreasi manusia. (Krier, 2001) Aspek geometri dan arsitektur pada dasarnya tidak dapat dipisahkan karena arsitektur tidak dapat terjadi tanpa geometri sedangkan geometri sendiri dapat terjadi tanpa adanya arsitektur. Meskipun memiliki hubungan yang erat, geometri di dalam arsitektur berbeda dengan geometri yang ada pada lukisan atau skluptur. Karena geometri pada arsitektur harus dapat melayani kebutuhan-kebutuhan manusia dengan berbagai ketentuan dasar (William 1987) Arsitektur harus dapat menyampaikan isi atau makna yang terkandung di dalamnya. Sehingga proses di dalam penciptaan bentuk menjadi sangat penting untuk dijelaskan. Proses pembentukan geometri itulah yang menjadi hal penting sebagai proses pembentukan karya arsitektur. Arsitektur yang baik adalah arsitektur yang dengan jujur mengupas segalanya hingga menjadi lebih jelas. Proses pembentukan geometri ini seringkali menjadi hal yang terlewatkan untuk kita sadari ketika sedang merancang. Suatu bentuk yang sederhana sekalipun pada dasarnya memiliki arti di dalamnya, baik itu proses pembentukan maupun keberadaannya. (Hardyanthony, 2007) Misalnya pada desain Parthenon-Greece di Yunani dianggap dapat mewakili arsitektur dengan komposisi geometri arsitektur yang baik karena pada proses perancangannya menggunakan metode proporsi (golden section) yang menyebabkan bangunannya lebih terlihat proporsional meskipun elemennya terdiri dari beberapa bentuk geometri. Sedangkan pada bangunan TetrahedalShaped Church di Coloradi secara jelas memperlihatkan dengan tegas geometri
6
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
segitiga pada bangunannya. Hal tersebut secara jelas dapat diamati langsung oleh pengamatnya.
Parthenon-Greece, Yunani
Tetrahedal-Shaped Church, Colorado
Gambar 2.3 Geometri pada arsitektur Sumber: https://www.google.co.id/bangunan-dengan-geometri.html
3.
Analisis Arsitektur melalui Pendekatan Geometri Proses melakukan analisis menggunakan rujukan dari literatur dalam buku Analysing Architecture. Menurut Unwin (1997) salah satu pendekatan yang dapat dianalisis yaitu geometri di dalam arsitektur. Di dalamnya terdiri dari pembahasan yang berkaitan dengan geometri di dalam arsitektur, di antaranya yang berkaitan dengan kasus pada penelitian ini antara lain: a. Geometri yang terbentuk berdasarkan hubungan antar manusia (social geometry) Geometri sosial adalah geometri yang terbentuk atas hubungan yang terjadi antar manusia. Pada kasus saat berkumpul, masing-masing orang akan mengidentifikasi tempat yang diinginkan. Geometri sosial akan terbentuk karena adanya hubungan diantara beberapa orang tersebut. Mereka melakukan penyesuaian terhadap arah dan posisinya sehingga dapat menciptakan ruang tersendiri sesuai dengan kebutuhan. Proses tersebut dapat dikatakan sebagai bagian dari pembentukan geometri sosial dengan benar tetapi, hanya bersifat sementara. Sementara arsitektur bertugas untuk dapat memberikan respon terkait hubungan sosial yang terjadi. Oleh sebab itu maka di dalam arsitektur dilakukan penataan dan penyesuaian agar terbentuk sebuah geometri pada ruang yang dapat mewadahi hubungan sosial tersebut secara lebih permanen.
7
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 2.4 Keberadaan api yang membentuk pola geometri sosial di sekelilingnya Sumber: Unwin, Simon 1997
Gambar 2.5 Keberadaan batu membuat pola hubungan manusia menjadi permanen Sumber: Unwin, Simon 1997
Sebagai contoh dasar lainnya ketika terdapat dua orang yang sedang melakukan pembicaraan yang akrab akan memiliki kondisi geometri sosial yang berbeda dengan dua orang yang sedang melakukan hal yang berlawanan.
Gambar 2.6 Aktivitas manusia akan membedakan pola geometri yang terbentuk Sumber: Unwin, Simon 1997
Contoh perwujudan geometri sosial pada arsitektur adalah House of Commons di Inggris. Konfrontasi dalam politik di Inggris antara pemerintah dan oposisi secara fisik diwakili pada bangku-bangku yang terdapat pada ruang sidangnya. Pemerintah dan oposisi dengan posisi yang saling berhadaphadapan sedangkan pembicara (biasa disebut ketua perdebatan) berada di
8
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
antara keduanya. Hal tersebut akhirnya terwujud dan di wadahi dalam arsitektur.
Gambar 2.7 Geometri sosial yang terbentuk pada House of Commons, Inggris Sumber: Unwin, Simon 1997
Sementara pada Chapter House atau area pertemuan yang terdapat dalam katedral memiliki pola geometri sosial yang berbeda pula. Karena pemimpin acara merupakan seseorang yang dianggap sangat penting, maka semua harus terfokus dan berada disekeliling pemimpin tersebut. Maka pola geometri sosial yang akan terbentuk dengan titik pusat yang berada pada ruangan, umumnya semakin diperkuat dengan keberadaan kolom yang berada di tengahnya.
Gambar 2.8 Peometri sosial yang terbentuk pada Chapter House, Katedral Sumber: Unwin, Simon 1997
b. Geometri yang berdasarkan geometri ideal (ideal geometry) Lingkaran dan persegi mungkin dapat muncul dari social geometry atau geometry of making dengan demikian, maka terkadang dianggap memiliki kekuatan estetika atau simbolik (atau keduanya). Sedangkan pada ideal geometry adalah geometri yang terbentuk berdasarkan ideologi pemikiran manusia, sehingga terkadang lebih terukur, logis dan sistematis. Ideal geometri tidak hanya mencakup bentuk dua dimensi dan bentuk tiga dimensi saja. Tetapi juga mencakup proporsi khusus, seperti rasio sederhana dari 1:2, 9
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
1:3, 2:3 atau rasio yang lebih kompleks seperti 1:√2, dan dikenal sebagai Golden Section yaitu sekitar 1: 1.618. Dengan adanya ideal geometri dianggap dapat menjadi “batu lompatan� di dalam merancang agar mendapatkan desain yang lebih baik. Hasilnya adalah bahwa arsitek akan dapat membuat desain bangunan yang tersusun dengan menggunakan angka dan rasio geometri yang baik.
Gambar 2.9 Penerapan ideal geometry dengan menggunakan rasio (Villa Rotonda, 1968) Sumber: Unwin, Simon 1997
Arsitek Swiss Mario Botta sebagian besar karyanya mengacu pada pendekatan ideal geometri. Dia telah merancang sejumlah rumah pribadi di Swiss sebagian besar terdiri dari geometri persegi dan lingkaran. Dia menggunakan pengembangan bentuk persegi dan lingkaran yang simetri dengan perletakan ruang keluarga dan cerobong api penghangat dibagian tengahnya.
Gambar 2.10 Penerapan ideal geometry (Family House, Origlio 1981) Sumber: Botta, Mario 1981
Selain itu Mario Botta juga merancang rumah pribadi di Riva San Vitale yang didasarkan pada komposisi geometri persegi. Rumah dengan ketinggian lima lantai tersebut berada di area tebing dari danau Lugano. Sehingga akses masuk menuju kerumah tersebut menggunakan jembatan menuju ke lantai teratas rumahnya. Dalam rancangan tersebut Botta juga menggunakan unsur rasio dari golden section untuk membantunya dalam menentukan rencana tata ruang. 10
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 2.11 Geometri rasio dari golden section Sumber: Botta, Mario 1981
Gambar 2.12 Penerapan geometri rasio dari golden section (Riva San Vitale) Sumber: Botta, Mario 1981
Gambar 2.13 Rumah pribadi riva san vitale Sumber: http://pinupmagazine.org/2015/06/the-pin-up-quote-mario-botta/
Dari kedua pendekatan tersebut diatas dianggap sebagai pendekatan yang paling cocok untuk digunakan sebagai acuan dalam melakukan analisis terhadap Balai Adat Baloy suku Tidung nantinya. 4.
Keadaan Masyarakat dan Kerajaan suku Tidung, di Kota Tarakan Dalam buku yang di publikasikan oleh Lembaga Adat Tidung Tarakan (AP. H. Mochtar B.I, 2004) dijelaskan bahwa suku Tidung termasuk salah satu dari banyak etnis yang berada di pulau Kalimantan. Masyarakat suku Tidung mendiami wilayah yang tersebar dari daerah pantai wilayah Kalimantan Utara 11
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
bagian Indonesia hingga pantai Sabah bagian Malaysia Timur. Hal tersebut diketahui dari jejak-jejak dokumen lama hingga pada nisan batu makam yang ditemukan di daerah terkait. Suku Tidung juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan suku Dayak. Keduanya memiliki asal usul nenek moyang yang sama, namun lambat laun suku Tidung pada zaman pemerintaan kerajaannya telah banyak dipengaruhi oleh agama islam melalui hubungan perdagangan. Masyarakat suku Tidung secara umum cenderung lebih suka untuk tinggal dan berkehidupan didaratan daripada diatas sampan seperti suku kerabat lainnya. Sehingga masyarakat suku Tidung akan banyak dijumpai di daerah-daerah pesisir yang mayoritas perkerjaanya sebagai nelayan. Namun, karena telah berada pada daerah pesisir maka tidak jarang masyarakatnya juga mengolah perkebunan.
Gambar 2.14 Pekerjaan masyarakat sebagai nelayan Sumber: Suniansyah, 2015
Hingga pada masa kolonial sebagian masyarakat memiliki perkerjaan yang berbeda yaitu dibidang pertambangan (minyak, batu bara, dan emas). Masyarakat keturunan suku Tidung setiap beberapa tahun rutin menyelenggarakan acara peluncuran perahu Raja (Pindaw Pepadaw) atau diturunkannya Biduk Bebandung Tujuh Dulung ke area laut lepas. Masyarakat luas mengenal acara tersebut sebagai Iraw Tengkayu yang hingga saat ini masih digelar. Hal tersebut adalah kegiatan yang sangat khas bagi masyarakat suku Tidung yang bermukim di area pesisir pantai.
12
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 2.15 Pelepasan padaw tujuh dulung Sumber: http://ardiz.tarakan.info/2007/12/padaw-tuju-dulung.html
Pada masa kerajaan saat itu kota Tarakan dianggap sebagai wilayah pusat kebudayaan dan politisi kerajaan. Karena kota Tarakan merupakan wilayah yang strategis untuk melakukan ekspedisi ke bagian wilayah yang lain disekitarnya seperti: Sesayap, Sembakung, Nunukan, hingga Berau dan sebagian Sulawesi. Menurut buku yang di publikasikan oleh Lembaga Adat Tidung Tarakan, juga menyebutkan kan daftar nama-nama Raja Tidung yang memerintah di kerajaan adalah sebagai berikut: 1. Amiril Rasyid Gelar Datoe Radja Laoet yang memerintah pada tahun 1557 sampai dengan tahun 1571 2. Amiril Pengiran Dipati I yang memerintah pada tahun 1571 sampai dengan tahun 1613 3. Amiril Pengiran Singa Laoet yang memerintah pada tahun 1613 sampai dengan tahun 1650 4. Amiril Pengiran Maharajalila I yang memerintah pada tahun 1650 sampai dengan tahun 1695 5. Amiril Pengiran Maharajalila II yang memerintah pada tahun 1695 sampai dengan tahun 1731 6. Amiril Pengiran Dipati II yang memerintah pada tahun 1731 sampai dengan tahun 1765 7. Amiril pengiran Maharajadinda yang memerintah pada tahun 1765 sampai dengan tahun 1782 8. Amiril Pengiran Maharajalila III yang memerintah pada tahun 1782 sampai dengan tahun 1817 9. Amiril Tadjoeddin yang memerintah pada tahun 1817 sampai dengan tahun 1844 13
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
10. Amiril Pengiran Djamaloel Qiram yang memerintah pada tahun 1844 sampai dengan tahun 1867 Kerajaan Tidung pada masa pemerintahan benar-benar berdiri lengkap dengan segala perangkat kerajaannya. Hingga pada masa kolonial sampai di kota Tarakan pada pemerintahan Raja A.P Tadjoeddin yang menyebabkan terjadi perselisihan sengit dimana bangsa kolonial menginginkan kekuasaan wilayah Tidung untuk diambil alih oleh mereka yang menurutnya sebagai bentuk kerja sama. Hal tersebut jelas tidak disetujui oleh Raja Tidung saat itu sehingga peperangan tak terelakkan terjadi. Kejadian itu menewaskan banyak masyarakat suku Tidung pada saat itu termasuk hancurnya kerajaan Besar suku Tidung. Raja dan pengikutnya berhasil dikalahkan oleh kolonial Belanda dan melarikan diri hingga ke daerah Sebuku. Kemudian bekas kerajaan Besar suku Tidung saat itu yang berdiri di kawasan Pamusian (saat ini) di jadikan pusat Pemerintahan Belanda. Bangunan tersebut masih berdiri hingga saat ini dengan nama Gedung Wisma Patra.
Gambar 2.16 Gedung wisma patra Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Gambar 2.17 Tangki minyak peninggalan kolonial Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
14
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 2.18 Kawasan rumah bundar peninggalan kolonial Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
5.
Balai Adat Baloy Menurut buku yang di publikasikan oleh Lembaga Adat Tidung Tarakan (AP. H. Mochtar B.I, 2004) terdapat pula ringkasan paparan mengenai arsitektur pada Balai Adat Baloy. Balai Adat ini merupakan hasil kebudayaan seni arsitektur dari masyarakat suku Tidung, Kalimantan Utara. Seperti suku lainnya, suku Tidung juga mempunyai kebudayaan dan model arsitekturnya sendiri. Balai Adat Baloy yang digunakan pada penelitian ini merupakan bangunan yang di buat kembali (direkonstruksi) oleh Kepala Adat Besar Tidung pada tahun 2004. Balai Adat Baloy dibangun kembali agar masyarakat suku Tidung dapat mengenal kembali budaya arsitekturnya. Balai Adat ini masih menggunakan sejumlah tiang tinggi pada bagian bawahnya atau yang biasa disebut dengan panggung. Balai adat ini dibangun menggunakan bahan dasar kayu ulin. Bangunan utama biasa disebut Baloy Mayo terletak di bagian tengah dari site. Di dalamnya terdapat empat ruang utama yang biasa disebut Ambir, yaitu: Ambir Kiri (Alad Kait), Ambir Tengah (Lamin Bantong), Ambir Kanan (Ulad Kemagot), serta Lamin Dalom.
Gambar 2.19 Tampak depan balai adat baloy mayo suku tidung Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
15
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Pada bagian belakang rumah Baloy Mayo ini, terdapat bangunan yang dibuat di tengah-tengah kolam yang disebut dengan Lubung Kilong. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat yang digunakan untuk menampilkan kesenian suku Tidung, seperti tarian Jepen dan lainnya.
Gambar 2.20 Lubung kilong
Gambar 2.21 Lubung intamu
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Kemudian di sebelah selatannya terdapat bangunan besar yang memanjang atau biasa disebut dengan Lubung Intamu yang berfungsi sebagai tempat pertemuan masyarakat adat yang lebih besar. Seperti acara pentabalan (pelantikan) Pemangku Adat serta musyawarah besar bersama dengan masyarakat suku Tidung di Kalimantan.
Gambar 2.22 Kolam dan padaw Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Gambar 2.23 Bayang Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
16
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 2.24 Detail ukiran pada balai adat baloy mayo Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Ukiran-ukiran yang terdapat pada Balai Adat Baloy sebagian besar diambil dari makhluk hidup yang berada di sekitar mereka. Seperti ukiran burung, ukiran ikan kerapu, ukiran gajah, ukiran tanaman nanas, serta ukiran rantai kembang kacang. Ukiran tersebut diatas tentu memiliki makna masing-masing.
17
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian dengan judul “Analisis Komposisi Geometri Arsitektur pada Balai Adat Baloy Suku Tidung di Kota Tarakan Kalimantan Utara� termasuk dalam jenis penelitian kualitatif, karena penelitian ini menurut Saryono (2010: 1) bersifat penyelidikan yang bertujuan untuk menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari fenomena sosial yang tidak dapat dijelaskan dan diukur melalui pendekatan kuantitatif. 3.2 Metode Pengumpulan Data Dibawah ini merupakan bagan yang menggambarkan alur proses pengumpulan data pada penelitian ini. Pengumpulan data dikelompokkan kedalam dua jenis data yang bersifat data primer dan data sekunder, sebagai berikut:
Bagan 3.1 Metode pengumpulan data Sumber: Data Pribadi, 2016
1.
Data Primer Data primer diperoleh melalui observasi yang dilakukan dengan cara mengamati dan melihat langsung arsitektur Balai Adat Baloy terkait dengan bentuk bangunan secara keseluruhan melalui eksterior atau sisi luar bangunan. Hal tersebut bertujuan agar peneliti dapat mengetahui dan memahami dengan jelas bagaimana bentuk arsitektur Balai Adat Baloy yang akan dikaji. Karena pemahaman yang ada ketika hanya melihat objek melalui gambar atau foto akan berbeda dengan saat melihat objek secara langsung dilapangan. Misalnya pada 18
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
pemahaman skala seberapa besar atau seberapa kecil objek. Dalam observasi juga dilakukan pengambilan gambar berupa fotografi dan sketsa cepat yang bertujuan untuk dapat memudahkan peneliti dalam proses perekaman objek. Pada saat melakukan pengamatan juga dilakukan pengukuran terhadap objek secara umum sesuai dengan kebutuhan pada penelitian. 2.
Data Sekunder Data sekunder didapatkan melalui kajian literatur dari berbagai sumber terutama yang berkaitan dengan variabel penelitian. Diantaranya: teori yang menjelaskan tentang komposisi geometri dalam arsitektur, studi kasus tentang bagaimana cara para ahli dalam memaparkan dan menerapkan sebuah rancangan bangunan melalui pendekatan geometri dalam arsitektur, serta kajian tentang Balai Adat Baloy suku Tidung. Wawancara secara bebas atau berupa tanya jawab langsung kepada Narasumber juga dilakukan untuk memperoleh informasi terkait penelitian. Hal tersebut dilakukan karena referensi yang tersedia dalam kajian literatur kurang tersedia dengan lengkap. Sehingga perlu penambahan informasi agar data lebih jelas dan akurat.
3.3 Metode Penyajian Data Terdapat dua metode penyajian data yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut: 1.
Metode grafis berupa re-draw atau menggambarkan kembali objek yang ada sesuai dengan fakta dilapangan. Hal tersebut bertujuan agar dapat menyajikan data dan menggambarkan objek secara lebih jelas, Serta
2.
Metode penyajian berupa deskripsi secara verbal agar dapat membantu dalam menerangkan objek yang mungkin tidak dapat tersampaikan apabila hanya dilihat dari gambar.
3.
Metode gambar fotografi yang akan digunakan sebagai media agar penulisan menjadi lebih jelas serta menjadi bahan yang dapat digunakan peneliti untuk melakukan analisis kasus.
3.4 Metode Analisis Data Data pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode interpretasi yang menjelaskan dan menerangkan tujuan dari penelitian ini. Yaitu berupa pemahaman tentang geometri arsitektur pada Balai Adat Baloy serta pemecahan 19
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
permasalahan terkait penerapan komposisi geometri arsitekturnya. Dimana interpretasi yang dihasilkan disesuaikan dengan dasar metode analisis dari referensi Unwin (1997) khususnya pada aspek Geometri yang terbentuk berdasarkan hubungan sosial dan geometri ideal. Peneliti juga mempertimbangkan hasil dari wawancara dan observasi di lapangan yang juga menjadi referensi atau dasar peneliti dalam menerapkan metode interpretasi pada analisis ini. Sehingga selanjutnya akan menghasilkan argumen yang diperoleh berdasarkan kombinasi dari pemikiran tersebut diatas.
20
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Lokasi Pengambilan Data
Target penelitian Baloy Mayo
Gambar 4.1 Kondisi balai adat baloy Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Pengambilan data primer yang dilakukan observasi lapangan di Balai Adat Baloy, di Jalan Yaki Bagu RT 20, No. 31 Kelurahan Karang Anyar Pantai, Kecamatan Tarakan Barat, Kalimantan Utara. Balai Adat Baloy ini merupakan bangunan yang di buat kembali (direkonstruksi) oleh Kepala Adat Besar Tidung yaitu Bapak AP. H Mochtar Basry Idris dengan dana pribadinya. Beliau memiliki cita-cita untuk dapat membangkitkan atau mengangkat kembali harkat dan martabat suku Tidung. Sehingga pembangunan ini diharapkan mampu memajukan kembali masyarakat suku Tidung baik dari segi ekonomi, pendidikan serta budaya masyarakat asli kota Tarakan. Bangunan ini didirikan pada tanggal 4 April 2004 dan diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Timur pada tanggal 4 Agustus 2006. Balai Adat Baloy ini pada awalnya tidak dibuka untuk umum (hanya khusus bagi kepentingan adat). Akan tetapi selanjutnya beberapa tahun setelah peresmian Balai Adat Baloy dijadikan objek wisata dan menjadi salah satu kebanggaan kota Tarakan.
Gambar 4.2 Monumen peresmian Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
21
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Didalam kompleks balai adat Baloy terdapat 11 bangunan yang tersebar di area seluas Âą2Ha. Pada penelitian ini difokuskan pada bangunan inti yaitu Baloy Mayo, dengan ukuran Âą18mx18m. Informasi yang didapatkan pada data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung kepada Bapak H. Eddy selaku pengurus Balai Adat Baloy saat ini. 4.2 Alat Pengambilan Data Observasi lapangan dilakukan untuk melakukan pengamatan terhadap objek yaitu Balai Adat Baloy Mayo. Pada proses pengamatan peneliti juga melakukan perekaman agar objek dapat terlihat dengan jelas. Perekaman dilakukan dengan menggunakan media kamera DSLR dan menghasilkan gambar fotografi. Selanjutnya dilakukan sketsa cepat, untuk menggambarkan objek-objek yang tidak dapat disajikan oleh media kamera.
Gambar 4.3 Media pengambil data Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
4.3 Hasil Data Primer Observasi yang dilakukan dilapangan menghasilkan data-data primer yang diperoleh dari pengamatan terhadap balai adat Baloy Mayo dan menghasilkan sketsa awal. Data-data tersebut kemudian diperbaiki dan diperjelas dengan menggunakan media digital (re-draw grafis). Untuk melengkapi data juga dilakukan wawancara dengan narasumber selaku pengurus Balai Adat Baloy saat ini sebagai berikut:
22
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
1.
Denah dan Interior Baloy Mayo
Gambar 4.4 Denah Baloy Mayo Sumber: Data Pribadi, 2016
Di dalam Baloy Mayo terdapat 4 area khusus yang memiliki fungsi tersendiri dan berbeda. Berikut adalah data tentang penjabaran fungsi ruang pada Baloy Mayo: a. Lamin Bantong, atau yang biasa disebut dengan ambir tengah berfungsi sebagai tempat duduk para pemuka-pemuka adat ketika sedang melakukan persidangan untuk memutuskan perkara adat. b. Alad Kait, atau yang biasa disebut sebagai ambir kiri yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau menerima masyarakat adat yang akan mengadukan perkara-perkara adat.
23
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
c. Ulad Kemagot, atau yang biasa disebut dengan ambir kanan berfungsi sebagai ruang istirahat bersama Kepala Adat Besar (raja: dengan gelar Amiril Pengiran) ketika telah usai melakukan persidangan. d. Lamin Dalom, yaitu singgasana Kepala Adat Besar suku Tidung. Baloy Mayo merupakan bangunan inti dari Balai Adat Baloy suku Tidung ini dan hanya digunakan saat melaksanakan acara-acara atau kepentingan adat saja. Sehingga pengunjung umum tidak diperkenankan untuk memasuki area utama ini. Berikut adalah interior dari balai adat Baloy Mayo yang di dapat melalui salah satu website Folks of Dayak.
Gambar 4.5 Lamin Dalom, Singgasana Kepala Adat Besar Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/08/10/baloy-adat-dayak-tidung-di-tarakankalimantan-utara/
Gambar 4.6 Alad Kait (Ambir Kiri) dan Ulad Kemagot (Ambir Kanan) Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/08/10/baloy-adat-dayak-tidung-di-tarakankalimantan-utara/
24
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
2.
Tampak Baloy Mayo
Gambar 4.7 Tampak depan Baloy Mayo Sumber: Data Pribadi, 2016
Gambar 4.8 Tampak samping kanan Baloy Mayo Sumber: Data Pribadi, 2016
Baloy Mayo merupakan bangunan yang difungsikan khusus untuk menangani urusan-urusan adat. Misalnya sebagai tempat melakukan persidangan untuk memutuskan perkara adat serta memberi arahan kepada pengurus-pengurus adat. Sehingga kegiatan atau aktivitas yang selain hal tersebut diatas, dilakukan pada bagian bangunan yang lain. Baloy Mayo ini memiliki detail ukiran yang kaya dan beragam, mulai dari bagian atap hingga pada bagian sisi-sisi bangunan. 25
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
3.
Potongan Baloy Mayo
Gambar 4.9 Potongan perspekti Baloy Mayo Sumber: Data Pribadi, 2016
Bangunan yang terdapat pada Balai Adat Baloy ini hampir seluruh elemen utamanya menggunakan material dari kayu ulin atau yang biasa disebut dengan kayu besi. Kayu ulin tergolong sebagai kayu khas daerah Kalimantan. Maka tidak heran apabila mayoritas arsitekturnya menggunakan kayu ulin sebagai material utama. Penggunaan kayu ulin disebabkan karena kayunya yang kuat dan keras sehingga cocok apabila digunakan di area rawa (seperti pada lokasi Baloy ini). Pada bagian penutup atap, saat ini Balai Adat Baloy menggunakan multiroof yang dahulu digunakan sebagai bahan penutup atap adalah sirap dari bahan dasar yang sama yaitu kayu ulin. Namun lambat laun penggunaan multiroof digunakan karena dianggap lebih efisien dalam perawatannya. Pada bagian panggung terdapat tatakan yang dapat digunakan untuk menaruh perahu. Hal tersebut berkaitan dengan mata pencarian asli masyarakat suku Tidung adalah mencari ikan di laut atau nelayan serta kediaman masyarakat suku Tidung berada di area pesisir yang
26
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
dekat dengan laut. Disamping itu masyarakatnya juga memanfaatkan hasil hutan dan berkebun untuk bercocok tanam. 4.
Perspektif Baloy Mayo Pada bagian perspektif bangunan ini dapat menunjukan dengan lebih jelas komposisi arsitektur pada Balai Adat Baloy Mayo. Sebagai ruang inti Baloy Mayo memiliki komposisi bentuk arsitektur yang sedikit berbeda dengan bagian bangunan yang lainnya.
Gambar 4.10 Perspektif Baloy Mayo Sumber: Data Pribadi, 2016
27
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
BAB V HASIL ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil analisis terhadap Balai Adat Baloy suku Tidung di Kalimantan Utara ditinjau dari aspek komposisi geometri arsitekturnya. Aspek tersebut akan dianalisis dengan metode interpretasi terhadap data-data yang telah terkumpul. Analisis menggunakan dua pendekatan yaitu analisis berdasarkan geometri sosial yang terbentuk (social geometry) dan analisis geometri berdasarkan ideologi pemikiran manusia (ideal geometry). Balai Adat Baloy merupakan bangunan hasil dari rekonstruksi dari kerajaan suku Tidung pada masa lalu yang dibuat oleh pemimpin kerajaan adat suku Tidung. Sehingga didalam penelitian ini data yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial yang ada diperoleh dari cerita pemuka adat yang ada pada Balai Adat Baloy saat ini ataupun melalui cerita rakyat. 1.1 Analisis Geometri yang Terbentuk Berdasarkan Hubungan antar Manusia (Social Geometry) Di dalam sebuah karya arsitektur, tentunya tidak dapat lepas dari unsur sosial yang melekat didalamnya. Hal tersebut dikarenakan arsitektur memiliki peran sebagai wadah bagi manusia untuk melakukan aktivitasnya. Sehingga sebuah arsitektur yang baik akan mampu mewadahi aktivitas sosial manusia yang berada di dalamnya dengan baik. Maka tidak jarang apabila sebuah arsitektur dibangun mengikuti aktivitas sosial yang ada. Para tokoh-tokoh yang berperan sebagai “aktor� perlu untuk diketahui. Karena mereka memiliki peran sangat penting pada Balai Adat Baloy tersebut. Data ini didapatkan berdasarkan hasil dari wawancara terhadap narasumber selaku pemuka Adat suku Tidung saat ini serta beberapa literatur dan cerita rakyat. Di dalam Balai Adat Mayo, peran terpenting dipegang oleh Amiril Pengiran sebagai pemimpin atau raja dari kerajaan besar suku Tidung. Saat ini sebutan untuk raja dan kerajaan tidak lagi digunakan karena masyarakat suku Tidung telah bergabung dengan kedaulatan NKRI. Sehingga saat ini raja akan lebih sering disebut sebagai Kepala Adat Besar suku Tidung. Selanjutnya di dalam pertemuan persidangan, raja akan ditemani dengan para pendamping yaitu permaisuri atau biasa disebut dengan Adji Ratu. Selanjutnya ruangan pada Balai Mayo juga akan diisi oleh para sesepuh adat, serta para pemuka-pemuka
28
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
adat. Pembahasan terkait dengan geometri sosial pada Baloy Mayo akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Geometri Sosial berdasarkan Zona Fungsi Pada bagian ini penulis mencoba menafsirkan zona-zona yang terdapat pada Balai Adat Baloy Mayo sesuai dengan fungsinya berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan literatur.
Gambar 5.1 Zonasi area pada ruangan Sumber: Analisis Penulis, 2016
Berdasarkan gambar tersebut diatas terdapat empat zona yang ada pada Baloy Mayo yang saling berkaitan. Zona tersebut dapat dikatakan saling berkaitan karena di dalam ruangannya tidak terdapat dinding atau sekat-sekat pemisah dan tentunya memiliki tujuan. (lihat gambar 5.2) Karena bangunan inti ini merupakan bangunan penting yang digunakan untuk menangani permasalahan kehidupan sehingga penggunaan dinding pemisah tidak digunakan. Hal tersebut akan memudahkan instansi kerajaan dalam menangani permasalahan karena langsung mengakses zona dengan 29
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
fungsi ruang yang ada lebih cepat. Pemimpin kerajaan juga akan lebih mudah untuk
memberikan
informasi
yang akan
disampaikan
kepada
para
pendampingnya. Sehingga apabila dilihat berdasarkan zonasi ruangan yang tercipta pada Baloy Mayo adalah ruangan yang saling berkaitan tetapi di dalamnya memiliki beberapa fungsi yang berbeda.
Gambar 5.2 Interior Baloy Mayo tanpa sekat Sumber: Data Penulis, 2016
2. Geometri Sosial berdasarkan Jalur Pergerakan Berdasarkan kegiatan yang ada pada ruangan dengan masing-masing fungsinya maka akan memunculkan alur pergerakan (sirkulasi) dalam bangunan. Maka secara umum penulis mencoba membuat skema jalur pergerakan manusia yang terbentuk berdasarkan kegiatan dan fungsi ruangannya.
30
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 5.3 Koneksi antar ruang berdasarkan aktivitas & fungsi ruang Sumber: Analisis Penulis, 2016
Skema tersebut diatas menggambarkan secara umum jalur yang terbentuk dari kegiatan atau aktivitas yang ada. Jalur yang muncul pada skema terdiri dari jalur vertikal dan horizontal yang sederhana. Menurut skema jalur yang ada menyebabkan terjadinya dua keadaan yang berbeda, yaitu area dengan alur pergerakan yang padat dan tidak. (lihat gambar 5.4)
31
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 5.4 Skema jalur pergerakan yang dihasilkan pada ruangan Sumber: Analisis Penulis, 2016
Perbedaan intensitas aktivitas dan alur yang terjadi diatas apabila dianalisis dengan geometri ruang yang terbentuk pada Baloy Mayo maka diperoleh skema yang selaras. Karena ruangan pada area A (lamin bantong) merupakan area terbesar yang ada pada bangunan. Sedangkan area D (lamin dalom) merupakan area yang lebih kecil dari area A. Lalu apabila dianalisis melalui zonasinya maka di temuka area A (lamin batong) adalah area yang bersifat semi privat sedangkan area D (lamin dalom) adalah area yang bersifat privat. Kemudian jalur sirkulasi 32
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
tersebut ditempatkan pada area tambahan disetiap zonanya agar tidak mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung.
Gambar 5.5 Skema analisis jalur pergerakan dan zonasi area Sumber: Analisis Penulis, 2016
Selanjutnya berdasarkan literatur dan wawancara, konfigurasi tata ruang dan layout perabot yang ada pada Baloy Mayo dapat di uraikan menjadi 3 jenis skema kegiatan yang berlangsung yaitu pertama persidangan, yang kedua sidang pengaduan dari masyarakat dan yang ketiga istirahat setelah persidangan. Maka skema yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
33
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 5.6 Skema tata ruang dan layout perabot Sumber: Analisis Penulis, 2016
Gambar 5.7 Skema suasana 1 Sumber: Analisis Penulis, 2016
34
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Pada Skema 1 dengan aktivitas utama yaitu persidangan dapat terlihat suasana yang terjadi begitu tegang karena para pemuka adat suku Tidung duduk secara berhadap-hadapan. Sehingga satu dengan yang lainnya dapat saling memperhatikan dan mengawasi dengan jelas. Terlihat pula bahwa peran raja adalah sebagai pemegang kendali dan yang berhak meutuskan kesimpulannya. Hal tersebut semakin di pertegas dengan keberadaan mahligai raja (singgasana) dimana raja memiliki kedudukan yang lebih tinggi diantara semuanya. Pada bagian tengah ruang sidang sama sekali tidak terdapat perabot seperti vas, meja, dan lain-lain. Hal tersebut bertujuan agar masing-masing pemuka adat dapat berkomunikasi secara lebih intens tanpa ada suatu penghalang apapun. Sehingga kegiatan yang berlangsung didalamnya dapat menghasilkan suasana yang tegang dan serius.
Gambar 5.8 Skema suasana 2 Sumber: Analisis Penulis, 2016
Pada skema 2 masih dengan suasana yang sama cukup tegang dan serius karena area tersebut terdapat aktivitas pengaduan masyarakat. Dimana masyarakat dari kalangan biasa dapat secara langsung mengadukan permasalahannya kepada raja dan para pemukanya.
Gambar 5.9 Skema suasana 3 Sumber: Analisis Penulis, 2016
Sedangkan pada skema 3 suasana yang dihasilkan cukup berbeda karena aktivitas yang berlangsung adalah beristirahat. Area ini digunakan apabila raja dan para pemuka telah selesai atau beristirahat dari persidangan yang
35
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
berlangsung. Pengaturan ketinggian meja yang lebih rendah juga membuat kesan ruangan tersebut menjadi sedikit tidak formal. Kemudian dari skema analisis diatas, secara lebih detail dapat dipahami bahwa terjadi pola hubungan sosial dan selanjutnya dapat di ploting kedalam ruangan menggunakan metode place center map terkait hubungan sosial terhadap geometri yang ada sebagai berikut:
Gambar 5.10 Place Centre Map searah sumbu X Sumber: Analisis Penulis, 2016
36
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 5.11 Place Centre Map searah sumbu Y Sumber: Analisis Penulis, 2016
Berdasarkan analisis pendekatan geometri sosial tersebut diatas maka diperoleh hasil yaitu terdapat keterkaitan atau relasi antara geometri dasar bangunan pada Balai 37
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Adat Baloy Mayo dengan pola hubungan sosial yang terjadi didalamnya. Sehingga memungkinkan adanya pengaruh hubungan sosial pada proses penemuan bentuk geometri dasar bangunan dengan analisis komposisi sebagai berikut.
Tahap 1
Tahap 2 Gambar 5.12 Penemuan geometri Baloy Mayo tahap 1 dan 2 Sumber: Analisis Penulis, 2016
Zona A dan D menjadi bentuk geometri awal pada bangunan Baloy Mayo. Kedua zona tersebut menjadi bagian yang paling penting pada Baloy Mayo karena kedua zona tersebut tidak dapat terpisahkan. Hal tersebut menandakan bahwa persidangan yang 38
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
dipimpin oleh raja pada zona D memiliki relasi yang kuat dengan area yang ada pada zona A.
Tahap 3 Gambar 5.13 Penemuan geometri Baloy Mayo tahap 3 Sumber: Analisis Penulis, 2016
Sehingga berdasarkan analisis diatas maka dihasilkan bahwa pada Baloy Mayo memiliki bentuk geometri yang persegi panjang yang berperan sebagai geometri inti. Serta geometri gabungan dari persegi panjang dan persegi yang tersambung pada bagian kanan dan kiri dari geometri utamanya. Dimana bagian tengah bangunan dengan geometri persegi panjang merupakan unsur penting yang ada pada bangunan tersebut dan keberadaannya tidak dapat tergantikan. Sedangkan dua geometri yang berada di antaranya merupakan unsur pendukung dari Baloy Mayo tersebut. 1.2 Analisis Geometri yang Berdasarkan Ideologi atau Pemikiran Manusia (Ideal Geometry) Kata ideologi pertama kali di cetuskan oleh seorang ahli filsafat asal Prancis bernama Antoine Destutt Tracy (1757-1836). Menurut Antoine ideologi sebagai ilmu tentang pikiran manusia, yang mampu menunjukkan jalan yang benar menuju masa depan. Dengan begitu, pada awal kemunculannya, ideologi diartikan sebagai ilmu tentang terjadinya cita-cita, gagasan, dan buah pikiran. Secara sadar ideologi selalu muncul didalam sebuah perancangan arsitektur. Hal tersebut terjadi karena sebuah 39
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
arsitektur adalah buah dari karya pemikiran manusia. Ideologi dibutuhkan agar rancangan dapat terwujud dengan baik. Salah satu peran ideologi didalam merancang yaitu memadukan pendekatan geometri dengan pemikiran mendasar dari suatu konsep. Pada bagian ini peneliti mencoba untuk menganalisis ideal geometry yang terdapat pada Balai Adat Baloy Mayo suku Tidung sebagai berikut: 1. Analisis pada bagian denah dasar bangunan Pada bangunan Balai Adat Baloy Mayo secara umum menerapkan prinsip simetris. Penerapan prinsip simetris tersebut dapat terlihat pada elemen bagian bawah bangunan mulai dari perletakan kolom-kolom panggung hingga pada bagian ruangan, hingga pada elemen bagian atasnya. Elemen-elemen fisik bangunan yang ada pada bagian sisinya merupakan cerminan dari bagian sisi yang lain.
Gambar 5.14 Penerapan Prinsip Simetris secara Umum Sumber: Analisis Penulis, 2016
Menurut analisis tersebut diatas menyebutkan bahwa bangunan pada Baloy Mayo menerapkan prinsip simetris. Besaran geometri yang searah sumbu X sama dengan besaran geometri pada sumbu Y. Hal tersebut dapat terlihat dari
40
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
komposisi elemen fisik pada bangunan bagian bawah, bagian tengah, dan juga pada bagian atas.
Gambar 5.15 Penerapan Prinsip Simetris Pada Tiang Panggung Sumber: Data Pribadi, 2016
Pada elemen bagian bawah terdapat tiang-tiang panggung dengan tinggi sekitar 2,5meter memiliki grid atau garis penempatan tiang panggung yang sama selebar 2meter. Perletakan tiang juga menyesuaikan dengan geometri bangunannya.
Gambar 5.16 Penerapan Prinsip Simetris Pada Kolom-Balok Sumber: Data Pribadi, 2016
Pada elemen bagian tengah bangunan terdapat tiang-tiang yang berfungsi sebagai struktur utama bangunan berupa kolom dan balok. Elemen tersebut juga 41
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
dirangkai menyesuaikan geometri dasar bangunan yang simetris dengan dimensi perletakan yang seragam.
Gambar 5.17 Penerapan Prinsip Simetris Pada Atap Sumber: Data Pribadi, 2016
Pada elemen bagian atas yaitu pada atap bangunan juga menggunakan prinsip simetris yang selaras dengan elemen fisik lainnya. Prinsip simetris juga tidak hanya diterapkan pada elemen utama saja tetapi juga pada detail elemen tambahan dan dekorasi seperti perletakan kusen yang sama pada setiap sisi bidangnya hingga pada perletakan elemen yang lebih detail yaitu ornamen pada bangunan.
Gambar 5.18 Penerapan Prinsip Simetris Pada Kusen Sumber: Data Pribadi, 2016
42
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Gambar 5.19 Penerapan Prinsip Simetris Pada Perletakan Ornamen Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Selanjutnya apabila dianalisis melalui konfigurasi yang terbentuk pada denah Baloy Mayo maka akan dihasilkan bahwa Baloy Mayo menggunakan metode proporsi yang baik (1:1). Hal tersebut semakin mendukung kejelasan geometri yang ada pada Baloy Mayo tersebut.
Gambar 5.20 Penerapan Prinsip Simetris dan proporsi pada bangunan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
43
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Pada Baloy Mayo menggunakan rasio perbandingan 1:1 dengan skala nyata dilapangan dengan grid 2x2meter. Sehingga Baloy Mayo memiliki geometri yang proporsional serta geometri yang dihasilkan sangat jelas. 2. Analisis Relasi antara Geometri Dasar dengan Tampak dan Potongan Bangunan Berdasarkan analisis geometri dasar bangunan pada Balai Adat Baloy ditemukan bentuk dasar berupa sebuah geometri persegi panjang yang mendapatkan geometri tambahan pada bagian kanan dan kirinya.
Gambar 5.21 Geometri Bangunan Sumber: Analisis Penulis, 2016
Gambar 5.22 Proporsi Tampak Bangunan Sumber: Analisis Penulis, 2016
44
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Apabila diperhatikan kembali maka komposisi geometri yang dihasilkan tersebut memiliki dampak positif bagi pemimpin dan para perangkat kerajaan masa lampau saat ditinjau dari aspek visual. Karena jangkauan visualnya menjadi lebih luas pemimpin dan perangkat kerajaan akan lebih leluasa untuk memantau daerah mereka. Hal tersebut semakin didukung dengan adanya bukaan berupa jendela yang besar yang diletakkan pada tiap sisi-sisi bidang bangunannya.
Gambar 5.23 Analisis Geometri dasar berdasarkan Jangkauan Visual Sumber: Analisis Penulis, 2016
Selanjutnya pada penerapan elemen tiang panggung pada bagian bawah bangunan juga berpengaruh pada aspek visual. Dengan semakin tingginya perletakan lantai dasar dari permukaan tanah maka akan menghasilkan jangkauan yang lebih jauh pula. Elemen bagian bawah yang di buat panggung juga seperti memiliki makna simbolis. Karena kedudukan lantai dasar pada 45
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Baloy Mayo dibuat lebih tinggi dari pada bangunan lain. Hal tersebut dapat menandakan bahwa bangunan inti Baloy Mayo merupakan bangunan penting yang kedudukannya tidak sama dengan bangunan yang lainnya. Dimana didalamnya juga berlangsung sebuah aktivitas yang dapat dikatakan penting hingga “sakral�.
Gambar 5.24 Analisis Pengaruh Elemen Tiang Panggung Sumber: Analisis Penulis, 2016
Penggunaan tiang panggung pada dasarnya juga dimungkinkan karena di kawasan Kota Tarakan memiliki kondisi tanah rawa dan gambut. Sehingga penggunaan tiang panggung cocok apabila diterapkan pada Balai Adat Baloy tersebut. Karena dengan menggunakan tiang panggung yang sekaligus berfungsi sebagai tiang pancang untuk memperkuat struktur bangunan agar dapat mencapai tanah keras. Material kayu ulin pada bangunan juga berperan sangat penting khususnya pada daerah dengan kondisi tanah rawa.
Gambar 5.25 Keberadaan Perahu pada Ruang Bawah Bangunan Sumber: Data Pribadi, 2016
Keberadaan tiang panggung juga menyebabkan terbentuknya ruangan pada bagian bawah bangunan. Hal tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk 46
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
meletakkan padaw atau perahu-perahu yang menjadi media transportasi. Karena mayoritas aktivitas yang dilakukan pada masa lalu adalah sebagai pelaut dan bahkan masih berlanjut hingga masa sekarang. 3. Analisis Relasi Geometri pada Atap Bangunan Pada bagian Atap Baloy Mayo secara umum dapat dilihat menerapkan geometri segitiga. Geometri segitiga tersebut terbentuk karena dianggap mampu untuk mewakilkan makna secara simbolis dengan kesan yang megah dan berwibawa. Hal tersebut dikarenakan terdapat pengembangan bentuk segitiga yang diaplikasikan pada bagian atap Baloy Mayo. Terlihat dari bentuk atap segitiga yang tidak hanya terdiri dari satu lapis melainkan terdapat dua tumpuk pada bagian atap utamanya.
Gambar 5.26 Pengembangan Geometri Atap Baloy Mayo Sumber: Analisis Penulis, 2016
Penggunaan geometri segitiga pada bagian atap ini dianggap mampu untuk mewakili makna yang ingin disampaikan secara simbolik. Misalnya tentang makna ke-Tuhanan yang juga memiliki keterkaitan dengan leluhur. Sehingga pada setiap bagian ujung atapnya ditempatkan ornamen-ornamen dengan lambang yang memiliki makna tertentu.
Gambar 5.27 Penempatan Ornamen pada Ujung Atap Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
47
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
Geometri segitiga yang digunakan pada elemen bagian atas ini dianggap cocok digunakan karena memiliki sudut yang lancip pada bagian atasnya yang dapat dimanfaatkan untuk meletakkan ornamen yang menggambarkan makna tertentu.
Kemudian
pengembangan
geometri
dilakukan
dengan
cara
menumpukkan elemen atap sehingga memunculkan ketinggian yang berbeda. Bagian atap yang lebih tinggi menaungi area persidangan dan secara langsung apabila dilihat dari luar ruangan menandakan terdapat bagian yang penting yang dinaungi pada bagian tersebut.
Gambar 5.28 Area Persidangan yang ternaungi Atap Tertinggi Sumber: Analisis Penulis, 2016
Selanjutnya penggunaan geometri segitiga juga dapat berfungsi sebagai respon terhadap alam. Karena daerah kota Tarakan merupakan pulau yang dikelilingi oleh laut dan menjadi daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga penggunaan atap segitiga diharapkan mampu mengalirkan air hujan yang jatuh ke atap dengan cepat.
Gambar 5.29 Atap Segitiga sebagai Respon terhadap Cuaca Sumber: Analisis Penulis, 2016
48
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
BAB VI PENUTUP 1.1
KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian dan analisis mendalam terkait komposisi geometri arsitektur yang telah di rekonstruksi pada Balai Adat Baloy Mayo suku Tidung di Kota Tarakan, maka penulis memahami dan mendapatkan kesimpulan yang ditinjau dari dua aspek sebagai berikut: 1. Komposisi Geometri yang terbentuk Berdasarkan Geometri Sosial Berdasarkan analisis pendekatan geometri sosial tersebut diatas maka diperoleh hasil yaitu terdapat keterkaitan atau relasi antara geometri dasar bangunan pada Balai Adat Baloy Mayo dengan pola hubungan sosial yang terjadi didalamnya. Sehingga memungkinkan adanya pengaruh hubungan sosial pada proses penemuan bentuk geometri dasar bangunan. Hubungan sosial yang terjadi di dalam bangunan mempengaruhi komposisi geometri dasar bangunan. Selanjutnya juga berdampak pada pengembangan elemen-elemen fisik bangunan berdasarkan pendekatan ideologi geometri pemikiran manusia. 2. Komposisi Geometri yang terbentuk berdasarkan Ideologi Manusia Geometri yang muncul pada Baloy Mayo sebagian besar di pengaruhi oleh ideologi pemikiran manusia. Hal tersebut dibuktikan bahwa secara sadar atau tidak masyarakat pada masa itu mencoba menuangkan gagasan makna simbolis, respon terhadap alam, serta sebagai respon terhadap hubungan sosial kedalam bentuk-bentuk geometri yang dapat terlihat atau terwujud pada elemen arsitekturnya. Sehingga setiap elemen yang melekat pada arsitektur Baloy Mayo didasari oleh geometri ideal yang memiliki makna dan alasan tersendiri. Sehingga Baloy Mayo ini seolah-olah telah memiliki karakternya sendiri yang berangkat dari berbagai aspek.
49
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
1.2
SARAN Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini, maka penulis berusaha untuk menyampaikan saran yang berkaitan dengan lingkup penelitian ini. Konservasi terhadap arsitektur khas suku Tidung yang masih berdiri (meskipun merupakan bangunan yang direkonstruksi) penting untuk dilakukan. Baik itu penelitian dalam aspek fisik dan non fisik. Karena keberadaannya dapat menjadi bagian dari identitas yang sangat penting bagi masyarakat suku Tidung di Kalimantan khususnya. Sehingga sangat penting untuk dari berbagai kalangan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang terkandung di dalamnya. Baik dari bidang Birokrasi Pemerintahan, bidang Kebudayaan hingga pada bidang Pendidikan. Bahkan tidak mungkin apabila salah satu dari ratusan bangunan khas Nusantara ini akan punah pada nantinya apabila tidak terdapat satupun diantara masyarakatnya yang berkeinginan untuk sekedar mengetahui dan mengingat sebagian-sebagian kecil yang ada pada arsitektur ini. Selanjutnya masih banyak lagi aspek dalam bidang arsitektur yang perlu untuk dieksplorasi khususnya pada arsitektur Balai Adat Baloy ini. Misalnya pada aspek geometri ornamen berserta gagasan makna yang terkandung di dalamnya, bentuk geometri dan kaitannya dengan respon terhadap alam, dan sebagainya. Sudah tentu hal tersebut menjadi tugas kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki harkat dan martabat kebudayaan turut melestarikan budaya bangsa khususnya bidang arsitektur masyarakat suku Tidung agar dapat terus berkembang mengikuti zamannya.
50
ANALISIS KOMPOSISI GEOMETRI ARSITEKTUR PADA BALAI ADAT BALOY SUKU TIDUNG DI KOTA TARAKAN KALIMANTAN UTARA
DAFTAR PUSTAKA Basry, Mochtar Idris, AP. H., 2004, Asal Usul Etnis Suku Tidoeng dan Penguasa yang Hilang di Pantai Borneo Timur Laut, Tarakan, Lembaga Adat Tidoeng Tarakan Blackwell, William., AIA, diterjemahkan oleh Onggodiputro, Aris K., 1987, Geometry in Architecture, terjemahan: Geometri dalam Arsitektur, Bandung: Abdi Widya Krier, Rob, diterjemahkan oleh Setiadarma, Effendi, Ir., M.B.A, 2001, Architectural Composition, terjemahan: Komposisi Arsitektur, Jakarta: Erlangga Unwin, Simon, 1997, Analysing Architecture, New York: Routledge Wiratama, Hardyanthony, 2007, Geometri: Aturan-aturan yang mengikat, Volume 1 No.1, Arsitektur.net Wawancara dengan narasumber: Bapak H. Eddy selaku pengurus Balai Adat Baloy sekaligus menantu dari Kepala Adat Besar suku Tidung saat ini, Bapak AP. H. Mochtar Basry Idris https://geometryarchitecture.wordpress.com/tag/geometry/ diakses pada tanggal 2 April 2016; pukul 20.00 http://www.gemadesa.com/2014/10/22/4287/explore-borneo-edisi-rumah-adat-suku-tidungdi-tarakan.html diakses pada tanggal 17 Januari 2016; pukul 20.00 https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tarakan diakses pada tanggal 20 Januari 2016; pukul 09.00
51