Daftar Isi
Susunan Redaksi
Laporan Utama
:: 3
Manuskrip atau naskah kuno merupakan pintu gerbang mengenal pemikiran masa lalu. Teks-teks yang terkandung di dalamnya merupakan ke kayaan yang tak ternilai harganya. Naskah yang dimaksud di sini merujuk pada hasil karya produk masa lampau yang masih berupa tulisan tangan.
Penanggungjawab Arifuddin Ismail Pimpinan Redaksi Maskuri Redaktur Pelaksana Samidi AM Wibowo Sekretariat Yeri Adriyanto Ahmad Muntakhib Dwi Martiningsih Penyunting/Editor Arnis Rachmadhani Aji Sofanudin Zakiyah Desain Grafis Muhammad Purbaya Roksi Setyabakti Lilam Kadarin Nuriyanto Fathurozi Penulis Lepas Priyono, Mustollehudin Alamat: Balai Litbang Agama Semarang Jl. Untung Suropati, Kav. 70 Telp. (024) 7601327 Fax. (024) 7611386 Bambankerep, Ngaliyan Kota Semarang Web: http://litbangagama-smg.info Email: majalah.smart@yahoo.co.id
Sorotan
:: 13
Abu vulkanik merupakan material yang sangat halus sehingga mudah diterbangkan oleh angin. Abu vulkanik disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik yang merupakan material vulkanik jatuhan dan disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Tajuk Teropong Khasanah Lensa Undang-undang dan Hukum Artikel Pendidikan Ragam Intermezo
:: 2 :: 35 :: 39 :: 43 :: 47 :: 57 :: 69 :: 82 :: 84
Redaksi menerima tulisan berupa artikel, kolom essay dan tulisan lain yang sesuai dengan visi misi Majalah Smart. Naskah diketik rangkap, maksimal lima halaman kuarto dan disertai identitas diri. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Tajuk
Penyelamatan Naskah-naskah Kuno
I
ndonesia kaya akan naskah-naskah kuno. Tersebar di berbagai wilayah. Sebagian naskah sudah tersimpan dengan baik di perpustakaan maupun museum. Sebagian besar yang lain masih berada di masyarakat. Yang terakhir ini kondisinya cukup memprihatinkan. Di beberapa tempat, pemilik naskah hanya menyimpannya dalam almari. Di tempat lain ada yang hanya meletakkannya di atas meja atau rak-rak terbuka. Penyimpanan naskah yang kurang memadai dikhawatirkan akan merusak naskah. Debu dan udara bisa menjadi penyebab kerusakan tersebut. Bahan naskah yang terbuat dari kertas, dluang, lontar, atau lainnya merupakan bahan yang rentan terhadap sapuan debu dan udara. Dalam jangka waktu tertentu naskah bisa menjadi lapuk. Selain itu, terdapat tinta jenis tertentu yang dapat merusak alas naskah. Juga, ngengat dan serangga-serangga lainnya merupakan ancaman bagi kelangsungan naskah. Bahkan, sering terdengar slentingan kabar, naskah-naskah kuno telah berpindah tempat ke luar negeri. Tentu ada berbagai alasan kenapa naskah
Smart
bisa sampai kesana. Ada yang dijual oleh pemiliknya. Ada yang dihadiahkan, ada pula naskah yang berpindah tangan namun belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Kenyataan tersebut di atas sangatlah disayangkan, karena naskah kuno merupakan kekayaan bangsa yang sangat berhar-
ga. Darinya kita dapat belajar tentang bermacam ilmu, juga sejarah para pendahulu. Naskah merupakan warisan leluhur yang semestinya terus tetap dilestarikan. Idealnya, naskah kuno disimpan di dalam ruang khusus dengan pengaturan suhu sesuai standar yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, di perpustakaan Nasional di Jakarta, koleksi naskah kuno disimpan di ruang khusus dengan pendingin udara. Lantainya berkarpet dan
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
kalau hendak masuk ke ruang tersebut alas kaki harus dilepas. Jadi intinya, ruangan sudah seharusnya steril. Untuk menyediakan fasilitas penyimpanan sesuai standar bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan biaya yang besar juga tenaga ahli yang mampu merawat naskah-naskah. Juga, diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk membangun sarana prasarana yang mampu menjangkau seluruh wilayah nusantara. Masalah lainnya, naskah-naskah tersebut masih merupakan milik masyarakat. Maka akan lebih sulit bagi perseorangan untuk menyediakan fasilitas tersebut. Melihat berbagai persoalan tersebut, maka diperlukan penyelamatan terhadap naskahnaskah kuno. Dalam hal ini Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang terus melakukan upaya-upaya pelestarian dan penyelamatan. Pada tahun 2010 telah melaksanakan inventarisasi dan digitalisasi naskah keagamaan di Madura dan Sumbawa. Tahun-tahun sebelumnya, telah melakukan berbagai kajian terhadap naskah di Museum Nusa Tenggara Barat dan Bali, serta kajian naskahnaskah lainnya.
Laporan Utama
M
anuskrip atau naskah kuno merupakan pintu gerbang mengenal pemikiran masa lalu. Teks-teks yang terkandung di dalamnya merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Naskah yang dimaksud di sini merujuk pada hasil karya produk masa lampau yang masih berupa- tulisan ta ngan. Istilah naskah dalam bahasa Belanda disebut handscrift/ handschriften yang disingat HS. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut manuscript/manuscripts dan disingkat MS. Dari beberapa katalog naskah nusantara dan penelusuran yang telah di lakukan diketahui terdapat puluhan ribu naskah yang tersimpan di berbagai perpustakaan dan museum baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Leiden Belanda, Perpustakaan Oxford di London Inggris, dan lainnya. Diperkirakan naskah tersebut berjumlah puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu. Naskah ditulis dengan beragam bahasa misalnya Arab, Melayu, Jawa, Bugis,Aceh, Bali, Sasak, Mandar, Makassar, Buton dan lainnya. Isi dari naskah-naskah tersebut juga bervariasi mulai dari sejarah, keagamaan, primbon, bahasa, dan lainnya. Selain itu, banyak juga naskah yang masih berada di masyarakat, namun jumlahnya belum di ketahui secara pasti. Manuskrip dibuat oleh orang-perorang ataupun satu komunitas dengan berbagai kepentingan. Di antaranya, untuk tujuan pendidikan, menyebarkan ajaran-ajaran keagamaan,
keraton. Hal ini terbukti dengan banyaknya naskah yang disimpan di kedua tempat tersebut Isi dari naskah mengan dung berbagai pesan yang secara tidak langsung terpengaruh oleh kondisi jaman. Pengaruh ini dapat berupa bahasa maupun kebudayaannya. Naskah dapat berfungsi sebagai media penyampai pesan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya. Naskah juga dapat dijadikan sumber penulisan sejarah. Melihat pentingnya naskah-naskah kuno tersebut, selama beberapa tahun terakhir ini Balai Litbang Agama Semarang melakukan penelitian dan kajian terhadapnya. Mempelajari dan memahami isi naskah merupakan hal yang sangat penting. Dengan ini akan diketahui
Manuskrip;
Gerbang Mengenal Sejarah Intelektual Masa Lalu Tempat-tempat yang menyimpan naskah dalam jumlah yang besar di antaranya adalah Perpustakaan Nasional Repu blik Indonesia (PNRI) di Jakarta, Keraton Yogyakarta, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Perpustakaan Reksa Pustaka di Puro Mangkunegaran Surakarta, Keraton Surakarta, museum Sonobudoyo Yogyakarta, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, museum Sri Baduga Bandung. Selain itu, naskahnaskah nusantara juga banyak disimpan di luar negeri, contohnya Perpustakaan Universitas Leiden Belanda, KITLV di
menuliskan ide-ide, mendokumentasikan silsilah dan sejarah keluarga, dan lainnya. Apa-apa yang ditulis tersebut bisa berasal dari pemikiran murni sang penulis maupun salinan dari naskah yang sudah ada, atau bahkan saduran dari naskah luar seperti naskah dari Arab, Persia, atau negera-negara lainnya. Para pembuat manuskrip berasal dari beragam kelompok etnis dan agama dengan latar sosial yang berbeda-beda pula. Di antara kelompok masyarakat yang produktif menghasilkan karya tulis adalah pesantren dan
pandangan dan nilai-nilai luhur masa lalu. Selain itu, aktifitas ini merupakan bagian upaya melestarikan dan mengembangkan warisan budaya bangsa Indonesia. Balai Litbang agama juga melaksanakan upaya konservasi naskah yang ada di masyarakat, yakni dengan melakukan inventarisasi dan digitalisasi naskah yang ada di Madura. Bagaimana gambaran penelitian tersebut dilakukan dan hasilnya terdapat pada tulisan-tulisan selanjutnya. Zakiyah
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Laporan Utama
Berburu Naskah Kuno Sampai Sumenep Pagi masih terasa dingin. Saya bergegas menuju stasiun kereta api Tawang Semarang. Hari itu saya akan ke Sumenep Madura. Perjalanan ini merupakan rangkaian tugas penelitian dari Balai Litbang Agama Semarang. Tiket dan uang saku sudah di tangan. Perlengkapan juga sudah disiapkan sejak semalam. Satu tas berisi pakaian ganti dan perlengkapan lain. Satu tas lagi memuat laptop, charger, kamera, buku-buku dan alat-alat tulis. Jam menunjuk di angka tujuh, berarti masih ada satu jam lagi hingga kereta datang. Duduk di bangku tunggu sambil melihat lalu lalang orang. Para penumpang terlihat tergesa masuk dan keluar kereta. Pun begitu juga para porter, mereka kelihatan sibuk membantu membawakan barang bawaan penumpang. Pengeras stasiun terdengar mengabarkan kereta jurusan Surabaya masuk ke jalur satu. Saya bersiap masuk ke kereta kelas bisnis. Sedianya saya hendak naik kereta kelas eksekutif. Namun rupanya saya tidak kebagian karcis. Perjalanan diperkirakan memakan waktu enam jam. Ada banyak waktu untuk istirahat di kereta, sebelum melanjutkan perjalanan lagi. Kereta sudah memasuki
Smart
wilayah Cepu, tapi mata susah sekali terpejam. Orang di sebelah tidak berhenti bercakap. Ditambah lagi sedikit keributan antar penumpang dan petugas kereta. Tiga perempuan muda bersikeras mereka yang benar, “kami hendak ke jakarta” katanya, “tapi ini kereta menuju Surabaya” kata petugas. “tadi saya bertanya dengan petugas di sana, kereta ini mau ke jakarta” timpal tiga perempuan. “kereta ini menuju kemana?” tanya petugas berseragam kepada para penumpang lain. Beberapa penumpang menjawab “Surabaya”. Keributan akhirnya mereda. Tiga perempuan itu ternyata salah masuk kereta. Saya lihat tampaknya mereka bukanlah berasal dari Semarang atau Jawa. Logat bahasa dan penampilanya cenderung seperti dari Indonesia Timur. Dalam hati saya kasihan terhadap mereka. Kesalahan kecil namum fatal akibatnya. Kereta terus melaju dengan
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
cepat. Beberapa stasiun dan kota telah terlewati, hingga akhirnya sampai di staiun Turi Surabaya. Cepat-cepat saya keluar dan berganti naik taksi menuju terminal bis. Suasana bising khas terminal langsung menyapa begitu kaki menginjak terminal Bungur Asih. Lebih dari dua jam setengah bis patas ke Madura tak kunjung ada. Sesekali saya lihat di tempat biasanya mangkal, tetap belum muncul. Setelah hampir tiga jam, bisnya datang. Di bangku paling depan saya duduk. Bis melaju dengan kecepatan normal. Bis melintasi jembatan Suramadu. Saya merasa seperti melintasi jembatan “Golden gate brigde” di San Fransisco Bay Amerika Serikat yang pernah saya lihat di film Hollywood. Semburat merah di angkasa menambah indah panorama sore di sekitar jembatan yang menghubungkan Surabaya dengan pulau Madura tersebut. Matahari mulai temaram. Hari berganti gelap. Bis tetap
Laporan Utama melaju dengan kecepatan normal. Setelah melalui tiga kabupaten, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan, akhirnya sekitar pukul sembilan malam sampailah di Sumenep, kabupaten paling ujung di pulau Madura. Sumenep dan Naskah Kuno Setelah semalaman istirahat di penginapan, pagi harinya saya bersiap berburu naskah kuno (manuskrip) yang disimpan masyarakat. Namun, sebelumnya saya bereskan dahulu urusan administrasi di kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumenep. Kemudian, Saya mendatangi pemilik naskah. Dengan naik becak kemudian berganti angkutan kota – penduduk sana menyebutnya taksi – saya menuju kecamatan Gapura. Tiba di Gapura saya disambut keramahan kyai Masduki (pemilik naskah) dan kawan satu tim saya - bapak Anasom yang telah datang duluan. Tumpukan naskah-naskah kuno sudah dijejer di mushola milik sang kyai. “kitab-kitab ini merupakan warisan dari orang tua saya” kata Kyai Masduki ketika ditanya mengenai asal usul naskah. Percakapan terus berlanjut, dan kami terlibat dalam diskusi mengenai naskah atau kitabkitab kuno. “Sebagian dari kitab-kitab tersebut mungkin berasal dari Jawa, karena beberapa beraksara Arab dan bahasa jawa (pegon)” ucap Kyai Masduki. “kitab Annisatul Muttaqin, sampai sekarang masih saya baca untuk mengisi pengajian rutin penduduk sekitar sini” lanjutnya. Kitab ini merupakan kitab tasawuf yang berisi ajaran-ajaran luhur yang sangat penting bagi kehidupan saat ini.
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Laporan Utama Di sela-sela ramah tamah tersebut, kami mulai melakukan inventarisasi terhadap tumpukan naskah-naskah tersebut. Satu persatu diidentifikasi dan dicatat. Mulai dari kondisi fisik naskah, bahasa dan tulisan, jumlah halaman, nama penulis atau penyalin, bahan naskah, dan lainnya. Kami melakukannya dengan sangat hati-hati, karena beberapa naskah sudah mulai rusak. Setiap naskah yang sudah diinventarisir, difoto satu persatu. Lembar demi lembar halaman difoto dengan kamera Canon D90. Jenis file yang dipi lih adalah RAW/NEF dan JPEG. Jenis file yang pertama memungkinkan untuk diubah ke jenis lain, misalnya TIF, JPEG, dan lainnya dengan kualitas gambar tidak pecah. Sementara jenis kedua memudahkan kami untuk membuat e-book dengan program flash. Semua naskah dalam bentuk digital disimpan di hardisk komputer dan CDR. Terdapat empat belas naskah milik kyai Masduki. Ma sing-masing kami beri kode GPR 1 sampai GPR 14. Arti dari GPR adalah Gapura, ini merujuk pada tempat asal naskah. Tidak semua naskah mempunyai judul dan nama penulis atau penyalin. Hanya satu naskah yang ada judul luarnya, yakni naskah GPR-1 berjudul makamat. Sementara itu, ada juga yang menyebutkan nama naskah di dalam teks, misalnya kitab “Annisatul muttaqin”. Disebutkan pula di dalam naskah lain bahwa kitab tersebut merupa kan salinan dari kitab lain, contohnya kitab “Ajjurumiyah” dan kitab “Kifayati shalat.” Beberapa naskah memuat
Smart
tidak hanya satu teks, tapi beberapa teks. Naskah tersebut semacam bundel, yaitu beberapa teks yang dijilid menjadi satu dengan yang lainnya. Di antara naskah tersebut adalah; pertama, naskah GPR 1 berisi empat teks yaitu, (1) teks berisi masalah fikih (2) teks berupa tembang sinom berisi masalah ubudiyah, kitab ini merupakan warta dari wali Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Karim Saman, dinukil dari wasiat Syaikh Tajudin anaknya Syaikh Zakaria wali ahli ilmu sufi, (3) teks berupa tembang kasmaran berisi masalah tasawuf. Ditulis oleh kyai Sumber bernama Abu Mufti alHajj Muhammad Maghfur dan selesai pada tanggal 3 bulan 6 tahun 1312 Hijriah, (4) teks berupa tembang maskumambang berisi tentang tauhid. Kedua, naskah GPR 2 memuat dua teks yaitu, (1) Teks berisi masalah fikih yang diambil dari kitab Safinah, selesai ditulis pada hari ahad bulan Rabiul Awal tahun 1180 Hijriyah. (2) teks ditulis oleh kyai Abdus Shomad bin Fakih Husain Ibnu Fakih Muhammad, selesai ditulis pada waktu dhuha bulan Ramadhan tanggal 26 bulan 4 tahun 1300 Hijriah. Kitab ini diberi nama Annisatul Muttaqin yang berarti kesenangan orang taqwa. Berisi masalah tasawuf, terdiri atas tiga bab, bab bayanil ghoflah, bayanil i’lam, dan bayanil aqli. Ketiga, naskah GPR 4 berisi beberapa teks, yakni (1) Teks ini disebut dengan “kitab Mubarak” berisi tentang nama-nama anak yang lahir pada hari-hari tertentu dan dinisbatkan atau diberi nama dengan nama tokoh-tokoh penting dalam Islam. (2) Teks
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Laporan Utama berisi tentang apa-apa yang wajib diketahui oleh semua orang yang disebut kalimat Syarat, yaitu pengucapan “Asyhadu annal mauta haqqa, wa asyhadu annal qabra haqqa, wa asyhadu anna sūala munkar wa Nakir haqqa, wa hasyhadu anna ‘alābal qabri haqqa, wa ni’mahuma haqqa, wa asyhadu annal hasyara haqqa”. Dijelaskan pula tentang sifat syahadat, arti bulan-bulan hijriah, simbol-simbol, juga doa masuk ke perahu. (3) Teks ketiga dibuka denga kata “puh sinom” berupa tembang macapat. (4) teks berisi tentang hari baik dan buruk. (5) Teks berisi doa untuk orang yang shalat dan doa-doa lainnya misalnya doa bulan maulid, doa taubat dan lainnya. (6) Teks berisi tentang perhitungan tanggal disertai dengan penjelasan mengenai apa yang baik dan buruk dilakukan pada tanggal tersebut. Keempat, naskah GPR 9 merupakan kumpulan kitab. Berisi sembilan teks yaitu; (1) teks tentang fikih, (2) doa, (3) doa al-istinfar. (4) Teks memuat beberapa mengenai rukun iman dan lainnya. (5) Tafsir surat alfatikhah. (6) Teks tentang doadoa dan kutipan-kutipan hadits. (7) berisi masalah sifat-sifat nabi, (8) Teks kedelapan merupakan lanjutan dari teks sebelumnya. (9) Teks ini juga kelanjutan dari teks sebelumnya. Kelima, naskah GPR 11 berisi dua teks yaitu, teks berisi tentang suatu hal yang menunjukkan makna dan sifatnya, dan teks tajwid. Teks kedua isinya tidak lengkap. Penjelasannya hanya sampai kepada idgham. Keenam, naskah GPR 12 berisi beberapa teks, setiap awal teks ditandai dengan iluminasi
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Laporan Utama
dan kalimat bismillahirrahma nirrahim. (1) teks berisi persoalan-persoalan fikih yang di awalnya dikemas dalam bentuk tanya jawab dan pemaparan. (2) Teks menerangkan wajibnya membaca syahadat bagi setiap mukmin. (3) Teks berupa kutipan-kutipan ayat al-qur’an disertai dengan arti dalam bahasa Jawa (pegon), bab ini nampaknya merupakan doa-doa dengan mengambil ayat-ayat al-qur’an. Ketujuh, naskah GPR 14 berisi beberapa teks, setiap awal teks ditandai dengan kata bismillahirrahmanirrahim. (1) Teks berisi masalah tauhid yang ditulis dalam bentuk tanya jawab. (2) Teks berisi apa yang wajib dilaksanakan menurut madzhab syafi’i; antara lain menuntut ilmu, wajib melaksanakan
Smart
rukun islam. (3) Teks menjelaskan tentang mengetetahui kalimat syahadat adalah wajib bagi mukmin dan mukminat. Selain naskah-naskah Gapura, kami juga mendata dan mendigitalkan tiga naskah koleksi Kyai Said Abdullah. Ia adalah pengasuh pesantren Matholiul Anwar Pengarangan kecamatan Sumenep. Naskah kami beri kode SMN 1 sampai SMN 3. Kode SMN maksudnya adalah Sumenep, karena naskahnya berada di kecamatan Sumenep. Naskah pertama merupakan kumpulan kitab terdiri atas 6 judul meliputi; kitab tauhid, kitab fiqih, Asrorul Fatehah, kitab Ma’rifatun nikah, kitab tauhid, dan kitab Fasolatan. Naskah beraksara Arab dan berbahasa Arab dengan makna
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
jenggotan bahasa Jawa (Pegon). Sementara naskah kedua adalah kitab tauhid, dan naskah ketiga adalah kitab Fathul Wahab Bi Syarhi Minhajut Tulab. Satu naskah lain yang kami data dan digitalkan adalah naskah yang disimpan di Mushola Kebon Agung Sumenep. Naskah ini diberi kode KBA 1. Naskah tanpa judul luar, namun di halaman dalam terdapat judul; balaghah. Kitab ini tampaknya merupakan salinan darisatu kitab yang di salin tahun 1333 H. Isinya terdiri atas beberapa kitab, namun isinya hampir sama tentang Balaghoh. Pada beberapa halaman terdapat berbagai catatan, seperti petikan hadits, doa tarawih dan se bagainya. (Zakiyah)
Laporan Utama wani. Sewaktu belajar di Mekkah, Syaikhona Kholil juga menyalin kitab-kitab yang diperlukan para pelajar. Dari kegiatannya itu, ia menerima upah dan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Bersama Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Syeikh Saleh Darat as-Samarani, Syaikhona Kholil menyusun kaedah penulisan pegon (tulisan dengan aksara Arab dan berbahasa Jawa, Madura atau Sunda). Syeikhona Kholil menguasai beberapa ilmu, seperti ilmu nahwu, fikih, tafsir, qiraah, tasawuf dan thoriqah. Ia juga telah melahirkan banyak karya tulis berupa kitab-kitab. Saat ini, sebagian kitab karangannya di
Karya-Karya Tulis
Syeikhona Kholil Bangkalan
S
yeikhona Kholil adalah guru dari para guru. Sebagian ulama-ulama besar di Madura dan Jawa pernah nyantri kepadanya. Di antara nya adalah Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiyai Wahhab Hasbullah, Kiyai Ahmad Qusyairi dan Kiyai Bisri Syansuri. Ia dilahirkan di Kampung Senenan desa Kemayoran Bangkalan Madura, pada hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 Hijriah atau 27 Januari 1820 Masehi. Ia adalah putra dari seorang ulama bernama Abdul Latif bin Kiai Harun bin Kiai Muharram bin Kiai Asroi Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Garis silsilahnya sampai kepada
Sunan Gunung jati karena Say yid Sulaiman adalah cucunya. Ia belajar kepada ayahnya dan kepada beberapa ulama baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di antaranya ia pernah belajar kepada Kiai Muhammad Nur di Pesantren Langitan Tuban, Kyai Nur Hasan Sidogiri Pasuruan, dan lainnya. Kemudian, pada usianya yang ke-24, ia berangkat ke Mekkah untuk menimba ilmu. Di sana ia belajar kepada beberapa guru, di antaranya adalah Syeikh Uts man bin Hasan ad-Dimyathi, Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syar-
simpan di Museum Cakraningrat yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta Bangkalan. Karya tersebut bermacam-macam jenisnya, meliputi penggalan beberapa ayat suci Al-Quran, Asmaul Husna serta Ratib al Hadad. Sebagian karyanya yang lain disimpan oleh salah seorang cicitnya yaitu KH.Ismail Yahya. Ia tinggal di jalan Moch. Kholil no. 44 Bangkalan Madura. Di tempat tersebut terdapat banyak naskah karya Syaikhona Kholil. Di antara naskah-naskah yang di simpan KH.Ismail Yah ya tersebut telah diinventarisir dan di-digitalkan oleh tim peneliti Balai Litbang Agama
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Laporan Utama
Semarang. Berikut ini adalah kitab yang telah didata. Pertama, kitab berjudul Manakib Syekh Abdul Qadir al Jaelani. selesai ditulis pada tanggal 29 Jumadil Ula 1324 Hijriah. Kedua, naskah salinan dari kitab fikih Sulam Safinah. selesai ditulis pada 13 Ramadhan 1308 H. Ketiga, Naskah tanpa judul luar maupun di dalam naskah. berisi tentang ajaran tasawuf atau akhlaq. Selesai ditulis pada hari Senin Legi Tahun Be, 1903 Masehi. Keempat, Naskah tidak ada judul luarnya. Disebutkan di
10 Smart
dalamnya kitab ini merupakan Kitab al Maqsud. Berisi tata Bahasa Arab atau ilmu Nahwu. Selesai ditulis tahun 1316 Hijriah. Kelima, Ratib al Hadad. Berisi kumpulan doa atau amaliah yang disusun oleh Habib Alwy Al Hadad, ulama asal Hadramaut. Keenam, Naskah tidak mempunyai judul luar dan judul dalam. Berisi tentang kaidah Haji seperti syarat, rukun, dan hikmah. Ketujuh, naskah tidak ada judulnya. Berisi tentang tauhid dalam bentuk nadham atau syair. Selesai ditulis pada
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
tahun 1315 Hijriah. Kedelapan, naskah dengan judul dalam Qawaidul I’rab. Berisi tentang kaidah bahasa Arab tentang perubahan-perubahan kata, atau yang lazim disebut dengan Sharaf. Selesai ditulis pada tahun 1315 Hijriah. Kesembilan, Kitab Jurumiyah. Naskah ini merupakan salinan dari kitab Jurumiyah karangan Syekh Imam al Shonhaji, ulama Haromain. Selesai disalin pada tahun 1311 Hijriah. Kesepuluh, kitab tidak ada judulnya. Berisi masalah fikih. Terdapat keterangan tahun 1902 pada akhir naskah. Kesebelas, “Kitab Fikih Abu Sujak”. Disalin oleh Muhamad Rais Kambah. Selesai ditulis pada 1304 Hijriah. Tidak terdapat keterangan mengenai siapa Muhamad Rais baik itu dari naskah maupun dari pemilik naskah sendiri. Keduabelas, “Minhajul Qowim”. Kitab nampaknya merupakan salinan dari kitab aslinya, Minhajul Qowim yang ditulis oleh Syekh Ibnu Hajar, ulama Haromain. Terdapat ke terangan nama penyalin, al Hajj Muhammad Kholil bin Abdul Lathif. Selesai ditulis pada hari Kamis, 9 Dzulqa’dah 1300 Hijriah. Ketigabelas, Kitab Ahkam. Kitab ini merupakan salinan dari Kitab al Ahkam karangan oleh Syekh Abdullah Abdurrahman Al Bassam. Selesai ditulis pada tahun 1301 Hijriah. Keempat belas, Kitab Fikih ‘al Madzhabi Imam Syafi’i. Selesai ditulis hari Sabtu 22 Dzulhijjah 1304 Hijriah. Kelima belas, Kitab salinan dari kitab Alfiyah Ibnu Malik. (Zakiyah, dari berbagai sumber)
Laporan Utama
Ratusan Naskah Kuno Di Pamekasan
P
amekasan merupakan salah satu wilayah di pulau Madura yang menyimpan ratusan naskah kuno. Hal ini dapat dilacak di beberapa pesantren tua yang ada di sana. Di antara pesantren tua di Pamekasan adalah Pesantren Sumber Anyar dan Pesantren Kembang Kuning. Pada tahun 2010 tim peneliti Balai Litbang Agama Semarang telah melakukan inventarisasi dan digita lisasi naskah yang ada di dua pesantren tersebut. Berikut ini adalah ringkasan laporannya. Pesantren Sumber Anyar beralamatkan di Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan. Pesantren ini di yakini sebagai pesantren tertua di Madura. Diperkirakan, pesantren didirikan pada tahun
1515 oleh Kyai Zubeir. Di sini terdapat sekitar 100-an naskah tua tulis tangan dan naskah cetakan. Naskah-naskah itu disimpan di perpustakaan Raden Umro. Dari jumlah tersebut, 80 naskah masih terbaca dengan jelas, sementara yang lain sudah rusak. Asal-usul naskah cukup bervariasi. Sebagian adalah peninggalan Sukriwa, putra bungsu Kiai Umro. Sebagian lain milik Kiai Muqri dan juga milik kiai Sahri. Sementara yang lain lagi merupakan kitab-kitab para santri yang ditinggalkan ketika mereka telah menyelesaikan studi. Selain itu juga ada kitab-kitab santri dari kalangan kerajaan yang dihadiahkan kepada guru-guru di pesantren
tersebut. Isi dan atau tema yang ada di dalam naskah cukup beragam. Di antaranya membahas masalah fiqh, tafsir, akidah, hadits, falak, nahwu dan sharf, balaghah, tasawuf, kisah pewayangan, kisah Nabi Muhammad dan lain-lainnya. Bahasa yang digunakan naskah-naskah beragam, mencakup bahasa Arab, Jawa, dan Madura. Sekitar sepuluh sampai dua puluh naskah kuno juga terdapat di Yayasan Pesantren Sumber Kuning. Naskah tersebut disimpan oleh ketua Yayasan yakni bapak Muhlis. Dari dua pesantren tersebut ditemukan beberapa naskah dengan judul yang sama, misalnya Samarqandi, al-Mufid, al-Sittin Masalatan, al-Sanusiyah, dan alMiftah fi Sharh Ma’rifah al-Islam wa al-Iman. Terdapat pula beberapa naskah berbahasa Madura di pesantren Banyu Anyar, misalnya kitab Tarjuman. Sebagian naskah-naskah yang ada di dua pesantren tersebut telah diinventarisasi dan di-digitalkan. Berikut ini daftar naskah-naskah tersebut:
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
11
Laporan Utama Naskah Kuno di Pamekasan No
Kategori
Judul naskah
Koleksi
1
Fiqih
- - - -
Pesantren Sumber Anyar
- - - - -
2
Tauhid/kalam
Al-Minhâj al-Qawîm Kitab al-‘Iḍah fî al-Fiqhi Mukhtashar al-Muharrar Fawaid al- Marḍiyyah (al-Hawashi alMadaniyah???) Kitab al-Syahadat Al-Iqna’ fi Halli Alfaẓ Abi Suja’ li Syaikh Muhammad Khatib al-Sharbini Kitab al-muna’allaq al-Mar’ah Kitab Fikih Kitab Muharrar
- al-Sittin Masalatan - al-Miftah fi Sharh Ma’rifah al-Islam wa al-Iman - Syu’abul Iman - Kitab Sanusi - Kifayat al-Awwam - Al-Tamhîd fi Bayani al-Tauhîd - Kitab al-Qawa’id - Ilmu Kalam - Kitab al-Mufid - Ilmu Kalam - Kitab al-Sanusi - Al-Miftâh - al-Samarqandi
Pesantren Kembang Kuning
- Kitab Ilmu Falak
Pesantren Sumber Anyar
Pesantren Sumber Anyar
Pesantren Kembang Kuning
3
Ilmu Falak
4
Tafsir
- Kitab al-Qawa’id - Tafsir Surat al-Fatikhah
Pesantren Sumber Anyar
5
Bahasa Arab
- ‘Awamil al-Jurjani - Kitab Sharf li al-Imam Mas’ud Ibn ‘Umar al-Qadi al-Taftazani - Kitab al-Jurûmiyyah - Kitab Badî’ - Kitab al-Isti’arah
Pesantren Sumber Anyar
6
Tasawuf
Pesantren Kembang Kuning Pesantren Sumber Anyar
7
Sirah Nabawiyah
- - - -
8
Dzikir dan Doa
- Dzikir dan Doa
Pesantren Kembang Kuning
9
Ilmu Mantiq
- Isaghuji
Pesantren Sumber Anyar
- Kitab al-Maqal
Pesantren Kembang Kuning
al-Nubdhah Kitab Bidayah al-Hidayah Kitab Mukhtashar al-Bidayat Kitab Layang Nur Nubuwwah Bahasa Jawa
Pesantren Sumber Anyar
Zakiyah dari berbagai sumber
12 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Sorotan
Gaya Arsitektur dan Ornamen
Masjid Kauman Semarang
B
alai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang mengadakan kegiatan diskusi 2 bulanan. Makalah yang tampilkan adalah hasil penelitian arkeologi dengan judul “ Masjid Besar Kauman Semarang Sebuah Tinjauan Gaya Arsitektur dan Ornamen.� Kegiatan diskusi ini dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2010 bertempat di Aula Balai Litbang Agama Semarang dan diikuti seluruh pegawai ter-
diri atas peneliti, litkayasa, dan staf Tata Usaha di lingkungan Balai Litbang Agama Semarang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada para tenaga fungsional khususnya para fungsional peneliti untuk bisa menyampaikan hasil-hasil pemikiran terkait dengan penelitian. Selain itu, untuk membangkitkan budaya akademis di lingkungan Balai Litbang Agama Semarang yakni agar tercipta atau timbul ide, gagasan dan pemikiran baru. Acara diskusi dibuka
oleh Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Drs. H. Arifuddin Ismail, M.Pd. Dalam sambutannya ia berpesan agar para peneliti terutama para peneliti yang masih muda supaya lebih meningkatkan kemampuan dalam bidang penelitian. Ia juga mempersilahkan kepada siapapun yang mempunyai ide, gagasan ataupun pemikiran-pemikiran baru untuk mempresentasikannya, dan kantor akan menfasilitasinya. Dalam kegiatan ini
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
13
Sorotan
Tahap kerja yang harus dilakukan pada tingkat observasi adalah memerikan unsur-unsur bangunan masjid: Pondasi dan denah masjid, Ruang utama, Mihrab, Maksurah, Tiang, Atap Ragam hias: Bedug, Mimbar, Kaligrafi, Ukiran.
tampil sebagai pemakalah adalah Drs. H. Achmad Sidiq, peneliti dari Balai Litbang Agama Semarang. Sebagai narasumber adalah Drs. Eko Punto Hendro, M.A dari Universitas Diponegoro Semarang serta moderator adalah Drs. H. Maskuri, M.Pd. Dalam pemaparannya pemalakah menyebutkan, pembahasan masalah Masjid Besar Kauman Semarang masuk ke dalam ruang lingkup khasanah, yakni salah satu bidang pada kelompok Lektur Keagamaan. “Ke depan bidang Lektur perlu dikembangkan, karena bidang Lektur pada saat ini baru sebatas penelitian tentang naskah klasik/keagamaan saja.
14 Smart
Namun pada masa yang akan datang Bidang Lektur minimal dikembangkan menjadi 3 bagian; Bidang Kajian Naskah Keagamaan/Khasanah Keagamaan, Bidang Kajian Naskah Klasik, dan Bidang Kajian Naskah Kontemporer� tutur Achmad Sidiq. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui 3 tahap, yaitu melakukan studi kepustakaan, pengumpulan data (observasi) dan analisis
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
data. Dalam tahap ketiga yaitu analisis data. Analisis tersebut terbagi menjadi 2 tahap yaitu : pertama, analisis morfologi terhadap bangunan masa Islam, adalah melakukan pengamatan terhadap variabel yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian dasar, tubuh dan atap. Selain itu variabel ukuran, denah arah hadap, dan ragam hias juga merupakan satuan pengamatan yang harus diperhatikan. Analisis bentuk marfologi
Sorotan pada Masjid Besar Semarang meliputi analisis terhadap bagian dasar seperti; pondasi dan lantai. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap badan, yaitu: ruang utama, mihrab, mimbar, dinding, pintu, jendela, dan tiang. Bagian lainnya yaitu terhadap atap masjid. Ragam hias juga merupakan variabel yang harus diperhatikan. K e d u a , analisis gaya, adalah melakukan pengamatan terhadap variabel-variabel yang berupa ragam hias, baik yang berupa ragam hias arsitektur maupun ragam hias dekoratif. Analisis gaya terhadap Masjid Besar Kauman Semarang adalah melakukan pengklasifikasian ragam hias arsitektur dan ornamental. Pengklasifikasian dilakukan dengan cara pembuatan tipe-tipe dan sub tipe. Ragam hias arsitektural yang diklasifikasi adalah; tiang, jendela, dan pintu. Sementara itu ragam hias ornamental yang diklasifikasi berupa motif tumbuh-tumbuhan dan motif kaligrafi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah dengan melakukan identifikasi bentuk arsitektur dan ragam hias Masjid Besar Kauman Semarang. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ciri khas yang dimiliki oleh masjid kuno. Dengan menge-
tahui ciri-ciri khas dari komponen-komponen bangunan masjid agar diketahui unsur-unsur budaya lokal dan budaya luar lainnya. Lebih lanjut dibahas dalam diskusi tersbut tentang analisis bangunan masjid. Disebutkan bahwa secara umum teknik analisis bangunan Masjid dapat dibagi menjadi empat yaitu: pertama, analisis morfologi, analisis teknologi, analisis gaya dan analisis kontekstual (Puslitarkenas, 2000: 94-96). Dengan demikian tahap kerja yang harus dilakukan pada tingkat observasi adalah memerikan unsur-unsur bangunan masjid: Pondasi dan denah masjid, Ruang utama, Mihrab, Maksurah, Tiang, Atap Ragam hias: Bedug, Mimbar, Kaligrafi, Ukiran, dll. Kedua, deskripsi, dengan membandingkan antara komponen-komponen Masjid Besar Semarang dengan literatur mau-
pun dengan bangunan masjid lain dari berbagai daerah untuk mengetahui mana komponen asli dari daerah setempat dan dan dari daerah lain/luar. Ketiga, memperbandingkan langsung komponen masjid seperti atap masjid dengan atap bangunan lokal, denah masjid dengan denah bangunan tradisional, dinding masjid dengan dinding tradisional. Pemilihan unsur-unsur bangunan itu didasari atas pertimbangan bahwa komponen-komponen itu merupakan suatu kesatuan arsitektur bangunan masjid. Keempat, melakukan penjelasan terhadap data yang telah dianalisa . Penjelasan ini adalah berupa tulisan maupun gambar. Dengan langkah kerja seperti ini diharapkan permasalahan yang diajukan dapat terjawab. (Priyono)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
15
Sorotan
Aspek Kesejarahan
Masjid Agung Kauman Semarang
Sebagai Kazanah Keagamaan Identitas Budaya
Sejarah Masjid Kauman merupa kan masjid tertua di Kota Semarang. Bangunan karya Ki Ageng Pandanaran sejak pertama kali didirikan mengalami beberapa kali “migrasi� Pertama kali Ki Ageng Pandanaran yang memiliki nama asli Maulana Ibnu Abdul Salam mendirikan masjid di daerah Bubakan Semarang yang dulu nya merupakan pusat kabupaten atau pemerintahan. Masjid ini berdiri pada tahun 1742 di tengah terjadinya pemberontakan orang-orang Cina atau dikenal dengan Perang Semarang. Sejarah mencatat, bahwa pembaruan Masjid Agung Kauman dilakukan berkali-kali.
16 Smart
Pembaharuan pertama dilakukan oleh Bupati Kyai Adipati Surohadimenggolo III. Pada tahun 1759/1760 Surohadimenggolo II memperbesar masjid Kauman tersebut. Sebagai sebuah peringatan atas pembangunan masjid tersebut ditaruhlah Pembangunan tiga buah inskripsi yang kini masih tertempel di gapura utama masjid yang bertulisakan huruf Jawa, Latin dan Arab. Pada masa pemerintahan bupati R.M. Tumenggung Aryo Purboningrat masjid me-ngalami pembangunan kembali yang diawali pada tanggal 23 April 1889 dengan bantuan dari Asisten Residen Semarang, G.I. Blume dan Bupati R. Tumeng-
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
gung Cokrodipuro. Arsitek Belanda G.A. Gambier ditunjuk menanggani pekerjaan itu sampai selesai. Dari tanganya lahir masjid indah dengan gaya yang menunjukkan akulturasi budaya, Islam (Timur Tengah), Jawa, dan Eropa. Akulturasi tersebut dapat dilihat pada bangunan fisiknya, terutama pada atap yang dibuat susun tiga (seperti Piramida) dengan puncak berhiaskan mustaka. Konon ceritanya, pembaruan masjid dilakukan karena pernah terbakar (tahun 1885) gara-gara tingginya melebihi Masjid Agung Demak. Pekerjaan tersebut selesai ditandai dengan peletakan prasasti yang
Sorotan karena bila dianalisis kemungkinan masjid ini adalah masjid besar dizamannya, yang banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri, hal itu menandakan kalau dahulu Semarang adalah kota besar dan kota pelabuhan yang cukup maju.
bertanggalkan, 23 Nopember 1890. A.H. Plas dalam tulisannya “Van’t verjongde Semarang” en’t verjongde Semarang 1911” menyebutnya sebagai “de fraii misigit” atau sebuah masjid yang indah. Bukti sahih umur dari masjid Kauman ini yang sudah sangat tua yaitu adanya prasasti di gerbang masuk masjid bertuliskan bahasa Belanda, tapi yang jelas terbaca yaitu ada tulisan tahun 1750 atau abad 17an. Prasasti itu sendiri diukir di atas batu yang kemudian di satukan(ditanam) di tembok gerbang masjid, tulisannya pun masih sangat jelas terbaca walaupun sudah usang dimakan usia. Hal ini sangat menarik
Masjid Kauman Sebagai Identitas Budaya Saat ini Masjid Agung Kauman Semarang terletak di Jl alun alun barat no.11 Semarang. Letak bangunan ibadah umat muslim ini berada di sebelah pasar Johar Semarang. Untuk mencapai masjid cukup mudah,kalo dari arah Tugu Muda langsung belok kanan di perempatan pasar Johar dan sebaliknya kalo dari arah Kota Lama belok kiri menuju arah Masjid Kauman. Masjid Agung Semarang (MAS), atau yang sering disebut juga Masjid Kauman, sampai saat ini masjid berdiri dengan megah dan penuh nuansa religius. Dari jalan utama memang masjid ini kurang kelihatan, mungkin hanya terlihat menaranya saja yang menjulang tinggi, karena di sekitar masjid itu banyak sekali toko, pedagang kaki lima, tukang becak, angkot dan masih banyak lagi orang yang menggunakan sekitar masjid itu untuk kepentingannya sendiri. Pada menjelang bulan Raadhan sampai dengan bera-
khirnya bulan Ramadhan halaman Masjid Kauman Semarang ini selalu dibanjiri warga maupun jamaah masjid yang ingin mencari menu berbuka dan belanja aneka barang selama Ramadhan dan Lebaran. Makanan yang dijajakan bervariasi mulai dari kue tradisional, makanan umum atau jajanan pasar, hingga makanan khas dari daerah lain. Menjelang awal Ramadhan, masjid Agung Kauman Semarang ini menjadi pusat kegiatan menyambut datangnya bulan suci tersebut. Tradisi ini kemudian menjadi identitas budaya Kota Semarang. Tradisi tersebut dikenal dengan nama Dugderan. Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang, dulu dugderan merupakan sarana informasi Pemerintah Kota Semarang kepada masyarakatnya tentang datangnya bulan Ramadhan. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugder, diambil dari perpaduan bunyi Bedhug (dug…dug..dug), dan bunyi meriam (der..der..der) yang mengikuti. Namun setelah kemerdekaan bunyi meriam tersebut diganti dengan letusan Mercon atau petasan, der…der.. der. Yang terkenal dari tradisi dugderan ini adalah adanya festival “Warak Ngendog”. Warak Ngendog merupakan sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga dengan kulit sisik emas. Festival “Warak Ngendog” ini dimulai jam 08.00 sampai dengan maghrib yang merupakan tanda di awalinya bulan baru (Ramadhan). (Samidi)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
17
Sorotan
Workshop Pengelolaan Zakat:
Penting, Pengelolaan Zakat secara Profesional Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 1998 melaporkan bahwa Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun sayang meskipun tergolong kaya tetapi 49,5 juta jiwa penduduknya masih di bawah garis kemiskinan. Terlebih lagi krisis ekonomi yang tak kunjung usai, diperkirakan jumlah penduduk miskin Indonesia makin bertambah.
katan kesejahteraan masyarakat oleh lembaga keagamaan. “Kami berharap dengan adanya worksop pe-ngelolaan zakat ini mampu memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai manajerial dan sistem administrasi pengelolaan zakat oleh lembaga keagamaan serta mendapatkan model dan pola pengelolaan zakat oleh lembaga keagamaan,�harap Sukamdo.
M
enurut beberapa pakar, banyak hal yang menyebabkan kemiskinan. Satu di antaranya kurang maksimalnya fungsi lembaga-lembaga sosial keagamaan seperti Lembaga Amil Zakat, Badan Amil Zakat Infak dan Sakah (BAZIZ) dan lembaga-lembaga lain sejenisnya. Belum lama ini Balai Litbang Agama Semarang bekerja sama dengan Kementrian Agama Propinsi Jawa Timur mengadakan workshop Optimalisasi Potensi Zakat oleh Lembaga Keagamaan Dalam Pemberdayaan Umat Tahun 2010 di Kota Surabaya Propinsi Jawa Timur. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Utami tanggal 31 Maret sampai dengan 4 April 2010 tersebut diikuti oleh 30 orang peserta terdiri atas akademisi, penyuluh, MUI, dan tokoh Agama di Jawa Timur serta BAZ Pemerintah Daerah di wilayah Propinsi Jawa Timur. Drs. Arifuddin Ismail,
18 Smart
M.Pd, Kepala balai Litbang Agama Semarang, melalui Kasubag Tata Tusaha, Drs. Sukamdo, M.Si,mengungkapkan workshop ini bertujuan untuk memberikan bekal manajerial dalam pengelolaan zakat bagi lembaga keagamaan. Kegiatan ini menurut Sukamdo, diharapkan mampu meningkatkan potensi dan fungsi zakat bagi pening-
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Lebih lanjut Sukamdo mengungkapkan, zakat merupakan pilar agama dari lima agama Islam. Ia tidak saja berfungsi sebagai aktualisasi iman manusia kepada Allah tetapi juga berfungsi sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Ford Foundation, bahwa potensi za-
Sorotan
kat di Indonesia mencapai Rp. 19,3 Triliun. Ditambahkan, di samping zakat masih terdapat elemen lain dari sistem ekonomi umat, yakni infaq dan shadaqah. “Kedua elemen ini, meskipun bersifat anjuran dan tidak merupakan kewajiban, namun kontribusinya cukup potensial bagi pemberdayaan masyarakat dhuafa’(Miskin-Red)”, Imbuh Sukamdo. Workshop tentang Optimalisasi Potensi Zakat oleh Lembaga Keagamaan Dalam Pemberdayaan Umat Tahun 2010 ini mengundang pakar-pakar sebagai nara sumber. Beberapa diantaranya adalah Drs. H. Imam Haromain, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Propinsi Jawa Timur, Drs. H. Imam Tobroni, M.M dari MUI, DR Faisol Haq dari IAIN Sunan Ampel, Prof. DR.H. Nasrun Harun, M.A., Direktur Zakat dan Wakaf Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI.
Kebijakan PemerintahTentang Pengelolaan Zakat Nasrun Harun, Direktur Zakat dan Wakaf Ditjen Bimas Islam Kementrian agama RI dalam materinya mengungkapkan zakat merupakan instrumen yang strategis, dilihat dari sisi ibadah maupun sebagai system yang mendorong terciptanya equibillium pendapatan dan kesejahteraan di dalam masyarakat. “Zakat adalah pajak tahunan yang bercorak khusus karena dipungut dari harta bersih muzakki dan harus dikumpulkan oleh negara serta dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang bersifat khusus pula, terutama sebagai jaminan sosial bagi orangorang miskin”, tuturnya Diungkapkan Harun, di Indonesia regulasi pengelolaan zakat diatur di dalam Undangundang No. 38 Tahun 1999. Undang-Undang tersebut memiliki tujuan yang mencakup meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
sesuai dengan tuntunan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Dalam Bab UU Pengelolaan zakat dikemukakan bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat (pasal 6) dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7). “Pemerintah adalah sebagai regulator yang mengeluarkan kebijakan dan melakukan pengawasan terhadap pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat,”Imbuh Harun. Harun mengungkapkan sampai saat ini pengelolaan zakat belum mencapai tujuan dan sasaran ideal yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah belum meratanya kesadaran umat Islam untuk membayar zakat melalui amil, tidak adanya sanksi bagi muzakki yang mengabaikan kewajiban zakat, tidak terkoordinasinya kegiatan dan program lembaga pengelola zakat, dan lembaga pengelola zakat tidak memiliki data muzakki, data mustahik, serta peta kemiskinan yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan program pendayagunaan zakat. Ia mengharapkan adanya sinkronisasi dan integralisasi kebijakan dalam pengelolaan zakat. Dengan adanya undangundang yang mengatur pengelolaan zakat, maka zakat di negara kita berada dalam ranah publik. Di samping itu terdapat korelasi yang erat antara program pendayagunaan zakat dan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah.
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
19
Sorotan
Menurutnya pada dasarnya sesuai ketentuan syariah pengumpulan zakat merupakan tanggung jawab negara. Hal ini dapat dimaknai bahwa Pemerintah adalah satu-satunya institusi yang diberi kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan amil zakat. “Di Indonesia kewenangan tersebut dilakukan dengan membentuk Badan Amil Zakat dan mengukuhkan Lembaga Amil Zakat,” kata Harun.
Namun demikian imbuh Harun, harus diakui hingga saat ini kewenangan Pemerintah terhadap lembaga pengelola zakat sangat longgar. Sebagai contoh dalam pengkoordinasian, pe-laporan, maupun pengawasan. Sesuai undang-undang yang berlaku tidak ada alasan bagi BAZ dan LAZ untuk tidak memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Pemerintah. Pemerintah juga sewaktu-waktu dapat mengaudit
lembaga pengelola zakat, baik dari sisi syariah maupun pengelolaan keuangannya. “Untuk itu penyempurnaan kebijakan Pemerintah ke depan diarahkan dalam rangka menata ulang kelembagaan dan konstelasi hubungan antara regulator dan pengawas dengan eksekutor atau operator di lapangan”, Katanya. (lilam, K)
Rekomendasi Workshop
D
alam Workshop tersebut para peserta di minta untuk menganalisis permasalahan yang ada dalam pengelolaan Zakat dan merumuskan rekomendasinya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama permasalahan tentang penyusunan peta potensi zakat di Jawa Timur. Potensi sangat besar yakni estimasinya 1 trilyun namun yang terkumpul belum maksimal. Untuk itu
20 Smart
maka solusi yang bisa diambil adalah peningkatan kualitas lembaga zakat yang kredibel dan profesional. Peningkatan kualitas tersebut dapat berupa layanan jemput zakat ditunjang dengan alat transportasi yang memadai, tenaga full timer diangkat oleh pemerintah, dan perlu dana proyek pendataan muzakki dan mustahiq sehingga terwujud data base yang valid. Permasalahan kedua adalah belum optimalnya dalam pema-
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
haman tentang fiqh zakat pada masyarakat. Solusi, memberikan sosialisasi dan pembinaan tentang fiqh zakat terhadap masyarakat terutama para muzakki untuk itu maka pemerintah diharap mengadakan diklat kepada para pengelola zakat agar mempunyai kemampuan dan keahlian dalam bidang fiqh zakat (jurusan syari’ah), mengadakan seminar /bahsul masail tentang zakat juga tidak kalah pentingnya. Ketga berkaitan dengan manajemen pengelolaan dan keuangan zakat masih banyak persoalan sumber daya manusia (SDM) pengelola zakat yang kurang professional. Solusinya adalah berusaha meningkatkan sumber daya manusia (SDM), pengelola zakat yang kurang professional. Usaha tersebut dapat ditunjang dengan cara pendidikan dan latihan bagi pengelola zakat dalam bidang keuangan syari’ah, dan muamalah, Tenaga Honorer BAZ dijadikan PNS. (Lilam, K)
Sorotan
Menulislah dengan Hati !
“Rasa bahasa menjadi bagian yang penting bagi seorang penulis,” “Menulis ternyata pekerjaan yang menyenangkan, tetapi membutuhkan ketelitian dan ketekunan,” ungkap Prie Gs dalam salah satu sesi Orientasi Penulisan Karya Ilmiah Populer yang diselenggarakan Balai Litbang Agama Semarang di Hotel Semesta Jl. KH Wahid Hasyim 125-127. Prie, dalam acara tersebut mencoba memberikan motivasi kepada para peserta orientasi untuk menulis dengan rasa. Sebagai budayawan sekaligus seorang motivator, mengungkapkan untuk dapat menulis secara populer, kata-kata ilmiah saja tidak cukup melainkan harus dikemas dengan rasa bahasa yang mudah dimengerti oleh
khalayak pembaca. “Rasa bahasa menjadi bagian yang penting bagi seorang penulis,” ujarnya. Bagi peserta orientasi yang sebagian besar peneliti, diharapkan mampu dan berani untuk menuangkan “ideide nakalnya” dalam tulisan. “Untuk urusan intelektual, bukan wilayah saya, karena peserta orientasi ini sudah intelek semua. Yang menjadi titik poin materi saya adalah bagaimana memberi sentuhan rasa, estetika, atau bahkan entertaintmen dalam menulis”, jelas Prie GS. Acara yang dipandu oleh Prie GS tersebut berjalan sangat menarik. Prie yang juga pemimpin redaksi Tabloid Cempaka, mengemas acara tersebut
dengan segar. Prie banyak memberikan contoh-contoh menulis yang baik dengan diselingi “jokejoke” yang menarik sehingga peserta orientasi menjadi antusias dalam mengikuti sesi. Bahkan tak jarang joke yang dibawakan membuat para peserta tertawa terpingkal-pingkal. Pada kesempatan diskusi banyak peserta orientasi bertannya bahkan “curhat” kepada Prie Gs. Peserta pada intinya masih merasa kesulitan tentang bagaimana memberikan sentuhan rasa dalam menulis laporan penelitian bahkan membuat tulisan populer di media massa. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 29 Juni-2 Juli 2010 tersebut diikuti oleh para peneliti, calon peneliti, dan litkayasa. Tujuan diadakan acara tersebut untuk menumbuhkan budaya menulis dengan hati. Selain Prie GS, terdapat beberapa nara sumber yang mengisi orientasi penulisan Karya ilmiah populer. Beberapa diantaranya adalah Kolumnis Jabir Al Faruqi, Moh.Saronji redaktur Seputar Tugu Muda, Amir Mahmud NS Wakil Pemimpin Redaksi Harian Suara Merdeka, dan Prof Mudjahirin Thohir dari Universitas Diponegoro. (Samidi Khalim).
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
21
Sorotan
Kepala Balai Litbang Agama Semarang Drs. H. Arifuddin Ismail, M.Pd (kiri), dalam acara pelepasan kasubag lama, Drs. H. Sukamdo, M.Si (kanan) ke kasubag baru, Drs. Maskuri, M.Pd (Tengah)
Kasubag Baru, Harapan Baru, Semangat Baru Balai Litbang Agama Semarang, pada 4 Oktober 2010 melangsungkan 4 tasyakuran sekaligus.
T
asyakuran tersebut adalah acara pelepasan Kasubag lama, Drs. Sukamdo, M.Si yang berpindah tugas di Kantor Balai Diklat Keagamaan Semarang, penyambutan KasuBag baru, Drs. Maskuri, M.Pd, yang berpindah tugas dari balai Diklat Keagaman Semarang menjadi KaSuBag Balai Litbang Agama Semarang, pelepasan calon petugas
22 Smart
dan calon jemaah haji serta tasyakuran renovasi gedung baru Balai Litabng Agama Semarang. Acara yang bertempat di aula kantor lantai 3 dihadiri oleh seluruh pegawai Balai Litbang Agama semarang. Mereka terdiri atas peneliti, litkayasa, staff tata usaha, office boy serta sekuriti. Pada kesempatan tersebut, Drs. H. Arifuddin Ismail, M.Pd,
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Kepala Balai Litbang Agama Semarang mengucapakan selamat datang kepada Drs. H. Maskuri, M.Pd. Dalam sambuatannya ia berharap pergantian Kasubbag Tata Usaha baru akan membawa iklim perubahan yang lebih baik, reformasi birokrasi dan semua persoalan dapat dipecahkan secara bersama – sama.,” kata Arifuddin dalam sambutannya. Tak lupa Arifuddin juga mengucapkan terimakasih atas kinerja Drs.Sukamdo, M.Si selama menjadi KasuBag pada Balai Litbang Agama Semarang. Ia berharap di tempat kerja yang baru Sukamdo dapat membawa angin segar perubahan yang lebih baik. Berkaitan dengan pelepasan para petugas dan calon jamaah Haji, Arifuddin mengharapkan kepada mereka agar dapat menjaga amanat serta menjaga diri selama bertugas di tanah suci. “Semoga sepulang dari tanah suci para petugas dan calon jamaah haji lebih bersyukur kepada Allah SWT dan menjadi pri-badi yang lebih baik,” katanya. Terakhir, Arifuddin juga mengucapkan rasa syukurnya atas rampungnya renovasi gedung Balai Litbang Agama Semarang. Dengan terselesaikannya gedung baru ia berharap dapat lebih bermanfaat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan dan dapat menciptakan kenyamanan kerja bagi seluruh staff Balai Litbang Agama Semarang. Semoga saja! (Roksi Setyabakti)
Sorotan
Peneliti Harus Peka Terhadap Masalah Setelah dilantik oleh Menteri Agama, Surydharma Ali 25 Agustus 2010 yang lalu, Prof. DR. Abdul Djamil, M.A, Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian agama, segera melakukan konsolidasi pada Balai-Balai di bawah UPT Badan Litbang dan Diklat Keagamaan. Salah satunya adalah di Balai Litbang Agama Semarang.
P
ada kunjungan dalam rangka konsolidasi tanggal 15 September 2010 Abdul Jamil yang menggantikan Kepala badan Litbang dan Diklat Kementerian agama, Prof. DR. Atho Mudzhar, memberikan pengarahan kepada seluruh pegawai Balai Litbang Agama Semarang. Pengarahan tersebut diberikan kepada para peneliti, calon peneliti, litkayasa, dan tata Usaha. Dalam pengarahan Prof. DR. Abdul Jamil, M.A menegaskan peneliti harus peka terhadap permasalahan yang ada. “Seorang peneliti adalah individu yang tertarik terhadap suatu fenomena sehingga selalu mempermasalahkan sesuatu yang bagi orang lain biasa saja serta memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam mengungkap suatu fenomena tersebut,” tutur Djamil. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian agama menambahkan, para peneliti khusunya peneliti Balai Litbang Agama Semarang dituntut untuk lebih mengutamakan diserfikasi dalam mengatasi masalah – masalah yang berguna bagi pemerintah. “Melalui out put dari hasil penelitian Balai
Litbang Agama, maka Kementerian Agama dapat mengambil keputusan secara tepat,” tambah Djamil. Dalam pertemuan tersebut terungkap, sama halnya dengan eksistensi keberadaan Balai Litbang Agama yang secara profesional, sangat erat kaitannya dengan Kanwil Kementerian Agama. Hasil penelitian dari Balai Litbang Agama secara umum baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif diharapkan dapat menjadi acuan bagi Kanwil Kementerian Agama untuk menentukan strategi. Djamil memberikan contoh tentang kasus Ahmadiyah yang muncul sejak tahun 1925 dan diikuti oleh berbagai reaksi masyarakat. Menurutnya diper-
lukan adanya kerja sama antara Kemen terian Agama dengan Balai Litbang Agama sehingga ada keterkaitan antar instansi dan tidak hanya penelitian teoritis, akan tetapi penelitian terapan yang lebih berguna bagi struktural. “dengan penelitian terapan, maka data maupun hasil penelitian tersebut dapat bermanfaat dan diterapkan terhadap masalah yang sedang marak dewasa ini,” Imbuhnya. Di lain pihak Kepala Balai Litbang Agama Semarang, Drs. Arifuddin Ismail, M.Pd. berharap konsolidasi ini bertujuan dapat memberikan motivasi kepada seluruh pegawai agar memiliki komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan dan penelitian. Dengan komitmen yang tinggi Ia berharap penelitian yang dihasilkan akan memiliki manfaat yang maksimal. Arifuddin menambahkan berdasarkan pada KMA Nomor 346 Tahun 2004 tentang Organisasi, Tata Kerja, Tugas dan Fungsi Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, maka Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Wilayah kerja dari Balai Litbang Agama Semarang meliputi sembilan propinsi yakni: Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, NTT, dan NTB. (Roksi)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
23
Sorotan
MEWASPADAI BAHAYA ABU VULKANIK Bulan Oktober dan November 2010 merupakan bulan kelabu bagi masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi.
B
agaimana tidak pada bulan tersebut gunung merapi meletus dengan interval waktu yang cukup lama, bahkan jarak aman yang direkomendasikan pemerintah yang tadinya dalam radius 10 Km bertambah menjadi 15 bahkan terakhir 20 Km dari puncak Merapi. Ya, Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia. Gunung ini terletak
24 Smart
di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai gunung yang aktif maka sering kali meletus, baik secara eksplosif maupun efusif. Ketika meletus (erupsi) maka akan mengeluarkan material vulkanik yang disebut awan panas atau masyarakat sekitar menyebutnya “wedus gembel�. Awan panas terdiri dari asap, gas, abu vulkanik, pasir dan kerikil yang sangat panas hing-
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
ga mencapai suhu 600° C. Abu vulkanik merupakan material yang sangat halus sehingga mudah diterbangkan oleh angin. Abu vulkanik disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik yang merupakan material vulkanik jatuhan dan disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Komposisi dari abu vulkanik salah satunya adalah Silica, yang mirip dengan bahan industri kaca dan merupakan glass hard yang sangat halus. Abu tersebut jika dilihat dengan mikroskop maka tepi dan ujung-ujungnya runcing. Setiap bebatuan mengandung silica
Sorotan
dalam bentuk terikat dan akan terlepas ketika hancur menjadi debu. Partikel-partikel dalam bentuk bebas itu hanya bisa masuk ke dalam jaringan paruparu jika ukuranya sangat kecil, yaitu dibawah 10 milimeter. Dr Teguh Haryo Sasongko PhD pakar genetika dari Human Genome Center Universitas Sains Malaysia mengatakan, semburan abu vulkanik/material vulkanik itu biasanya disertai gas beracun dan setidaknya ada tiga jenis gas beracun yang bisa ditemukan dalam setiap letusan gunung berapi, yaitu sulfur dioksida, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida.
nya akan lebih buruk dari pada orang yang sehat. Akibat selanjutnya adalah terjadi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan, Dr Agus Dwi Susanto,Ssp, mengungkapkan, efek jangka panjangnya yaitu penumpukan debu silika di paru-paru yang beresiko terjadinya silikosis (penumpukan debu silika) dan bisa memicu fibrosis atau kekakuan jaringan paru-paru. Tanda-tanda yang sering dikeluhkan penderita pada gejala pernapasan akut yaitu iritasi hidung, hidung meler, iritasi tenggorokan, sakit tenggorokan kadang disertai batuk-batuk
nali dengan bau busuk yang menyengat dan bisa menyebabkan sesak napas. Hidrogen sulfida baunya busuk seperti kentut,dalam kadar rendah gas ini dapat memicu iritasi pada mata sedangkan pada kadar tinggi dapat mengiritasi saluran pernapasan. Karbon dioksida tidak berbau, berat jenis gas ini lebih tinggi dari udara sehingga mudah terbawa ke tempat yang lebih rendah yakni ke permukaan dan menimbulkan masalah pernapasan. Kadar 5 % gas ini dapat menimbulkan se sak napas sedangkan pada kadar lebih 30 % dapat menyebabkan kematian.
Bahaya Material vulkanik bila terhirup oleh mamalia maka dapat mengganggu saluran pernapasan, iritasi saluran pernapasan atas hingga bawah bahkan batuk-batuk. Bahaya tersebut tergantung pada banyaknya konsentrasi yang dihirup dan keadaan kesehatan yang menghirup, misalnya bagi penderita bronchitis atau astma keadaan-
dan sesak napas. Sulfur dioksida, karbon dioksida dan hidrogen sulfide yang keluar bersama sama dengan material vulkanik lainnya akan menyebabkan keracunan sulfur dioksida. Hal tersebut ditandai dengan kesulitan bernapas, sakit dada, iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Karena mengandung belerang, sifatnya mudah dike-
Antisipasi Gunakan masker respirator yang bisa menyerap partikelpartikel kecil agar debu tidak bisa masuk dari sam-ping, biasanya masker ini berbentuk cup. Bila terpaksa tidak ada masker yang baik, maka gunakan kain atau sapu tangan karena lebih rapat dibanding kasa biasa.Kalau terpaksa kasa biasa gunakan hanya satu kali pakai. Agar manfaat menjadi
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
25
Sorotan maksimal maka masker dapat dibasahi dengan air. Untuk menjaga kondisi mata sebaiknya memakai kacamata bening. Tidak dianjurkan mengenakan kacamata hitam sebab kacamata hitam hanya akan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Gunakan baju dan celana panjang dalam beraktifitas di luar rumah atau bersih-bersih di rumah karena akan melindungi anggota tubuh kita dari iritasi. Bagi yang rentan terhadap debu atau mempunyai
penyakit bronkitis dan astma kurangi aktifitas di luar rumah. Hindari beraktifitas berat karena akan meningkatkan kebutuhan menghirup udara dan berakibat banyak menghirup abu yang sedang berterbangan. sebaiknya menjauhlah dari daerah yang mengandung abu vulkanik dan seringlah minum air putih. Tanaman yang terkena abu vulkanik siramlah dengan air, bila sangat tebal dan bisa dijangkau dengan tangan buanglah abu dari daun supaya bisa
bernapas. Bagi yang memiliki kendaraan bermesin seperti mobil dan motor apabila abu menempel pada kendaraan semprotlah terlebih dahulu dengan air hingga tidak ada yang menempel, barulah dibersihkan dengan shampo atau sabun. Hal ini dilakukan agar tidak menggores cat kendaraan karena abu vulkanik merupakan material piroklastik. (Purbaya dari berbagai sumber )
Penggalangan Dana untuk Korban Merapi
B
encana demi bencana datang bertubi-tubi datang menghampiri negeri ini. Beratus-ratus nyawa telah tiada. Rintihan dan tangisan begitu memilukan, mereka kehilangan orang-orang tercinta, kehilangan harta benda dan kehilangan semua yang mereka punya. Bencana tsunami, banjir, gempa bumi dan gunung berapi meninggalkan trauma dan duka yang sangat mendalam bagi mereka yang tetimpa musibah.
26 Smart
Sebagai sesama, sudah seharusnya saling mendoakan, semoga mereka tabah dan sabar menerima cobaan dari Tuhan. Apa yang terjadi semuanya karena kuasaNya, tak ada seorangpun yang bisa menghalangi atau menolaknya, bila Tuhan menghendaki semua pasti terjadi. Dengan terjadinya musibah beruntun tersebut, maka Ketua KORPRI Sub Unit Balai Litbang Agama Semarang Dra. Hj. Marmiati Mawardi beserta jajaran pengurus dan anggota tergerak mengadakan kegiatan kemanusiaan berupa penggalangan dana bagi korban bencana gunung Merapi. Pengurus KORPRI meng-koordinir pe-
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
----ngumpulan bantuan berupa uang, sembako dan pakaian pantas pakai. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu meringankan beban bagi mereka yang terkena musibah. Dana yang ada berasal dari sumbangan atau donatur pegawai dan anggota Dharma Wanita Balai Litbang Agama Semarang. Dana yang sudah terkumpul kemudian diberikan kepada mereka yang berada di barakbarak pengungsian di wilayah Magelang dan Yogyakarta. Untuk barak pengungsian yang ada di wilayah Magelang dititipkan kepada Bapak Romzan Fauzi, peneliti Balai Litbang Agama Semarang yang bertempat tinggal di Magelang. Sedangkan untuk wilayah Yogyakarta dana dititipkan kepada Purbaya, pegawai Balai Litbang Agama Semarang yang bertempat tinggal di daerah Sleman, Yogyakarta. (Priyono)
Sorotan
Indahnya Kebersamaan di balik Outbound “Go....laskar merah berani......, go laskar merah berani.....� Itulah yel-yel yang selalu diteriakkan kelompok laskar merah berani di setiap awal Games (permainan) pada kegiatan outbound Diklat Fungsional Calon Peneliti. Outbound dilaksanakan selama dua hari di area Kampus Pusbindiklat LIPI Cibinong Bogor. Tujuan utama kegiatan outbound adalah melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri (adaptasi) dengan perubahan yang ada dengan membentuk sikap professionalisme para peserta. Hal ini didasarkan pada perubahan dan perkembangan traits (sifat mendasar) dari individu yang meliputi aspek trust, beliefe, dan komitmen serta kinerja yang diharapkan akan semakin lebih baik. Dinamika kelompok dikemas dalam bentuk permainan mulai dari penentuan instruktur, strategi pencapaian, sampai pada tahap pelaksanaan pencapaian tujuan. Ada delapan jenis games yang harus dituntaskan oleh tiga kelompok peserta. Di permainan tersebut hitu-ngan waktu yang sangat dipertimbangkan. Games meliputi kereta air, tabung kimia, paku bumi, dayung rakit, pipa bocor, tembok peking, sungai Memberamo, dan dewa mabuk. Terdapat beberapa hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan dengan hitungan waktu yang singkat. Pertama, pemilihan instruktur. Anggota kelompok harus mampu menunjuk satu
orang yang dipercaya mampu mengkoordinir jalannya games, mampu meramu keungggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh kelompok maupun oleh setiap anggota kelompok menjadi sebuah kekuatan dan semangat dalam pencapaian tujuan. Kedua, Penentuan strategi. Masing-masing games mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Untuk itu diperlukan strategi dan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi. Ketiga, Kepercayaan. Di setiap tahap pelaksanaan games sangat dibutuhkan totalitas kepercayaan kepada instruktur dan tim. Sehingga soliditas tim dapat terjaga. Kepercayaan ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri akan kemampuan yang dimiliki. Keempat, Komitmen yang utuh dari setiap anggota kelompok untuk bersama-sama berjuang mencapai satu tujuan yang sama. Kelima, Keber
samaan. Ini terbangun dari rasa saling memiliki yang akan mengikis rasa egositas yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok. Dengan ini apapun tantangan yang menghadang dapat dengan mudah dilewati. Outbound telah dirancang oleh panitia untuk melahirkan suasana kebersamaan, saling memiliki, kerjasama yang solid, saling menghargai perbedaan, mengutamakan kepentingan bersama. Tentunya, games tersebut juga melahirkan kesan asyik dan menarik yang menjadi karak ter kegiatan outbound itu sendiri. Semangat Team Building ini diharapkan dapat diterapkan dalam melaksanaan tugas-tugas di unit kerja masing-masing. Selain itu, dimaksudkan untuk menciptakan budaya kerja yang harmonis, dinamis, diiringi dengan peningkatan kinerja yang semakin berkualitas. (Umi Muzayanah)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
27
Sorotan
Pada bulan November 2010 dua orang calon peneliti Balai Litbang Agama Semarang ditugaskan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan Peneliti Pertama pada Pusbindiklat LIPI di Kampus Cibinong Bogor. Salah seorang peserta diklat Titi Isnaini Fauziyah ingin berbagi pengalaman selama mengikuti diklat. Berikut pengalamannya yang dikemas dalam sebuah cerita pendek.
Kenangan
saat Diklat Peneliti Pertama LIPI 2010 Sungguh ini adalah pengalaman yang sangat berharga dan tak mungkin terlupakan seumur hidupku. Bukannya apa-apa, semua yang terjadi terkesan begitu mendadak. Dalam waktu yang sangat singkat, kami pontang-panting untuk mempersiapkan segala persyaratan seperti pas foto, surat kesehatan, skripsi dan harus cepat menentukan sarana transportasi apa yang akan kami pilih. Singkat cerita, kami Titi Isnaini fauzah dan Umi Muzayanah datang ke Ibu kota dengan naik pesawat. Tanpa mengalami kendala yang berarti akhirnya sampai juga ke alamat yang kami tuju dengan bantuan taksi bandara. Pada acara pembukaan yang dilaksanakan pada tanggal 15 oktober 2010, saya menjadi petugas memimpin lagu “Indonesia Raya�. Acara kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dengan kepala LIPI dilanjutkan perkenalan dengan semua teman-teman satu angkatan. Keesokan harinya kami melaksanakan Outbound. Ke-
28 Smart
giatan tersebut sengaja dijadwalkan oleh panitia di awal acara dengan harapan mengakrabkan kami semua peserta diklat sehingga akan mempermudah sosialisasi di antara peserta. Outbound adalah kegiatan yang sangat menyenangkan untuk diikuti. Pada kegiatan ini kami dibagi menjadi Tiga kelom-
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
pok, Kelompok Laskar Merah Berani, Kelompok Kolor Ijo Melorot dan Kelompok Ungu Keong Racun. Sayangnya dengan kondisi kesehatan yang belum pulih sehabis operasi pada tangan akibat patah tulang, membuat saya harus puas dengan menyaksikan teman-teman ber-outbound-ria. Hari-hari selanjutnya kami berkutat dengan berbagai materi yang diisi oleh para widyaiswara handal seperti : Drs. Mahmud Thoha, M.A., Prof. Rusdi Muchtar, M.A, Apu., Endang Rusmiati, Prof. Johannes Haba, dan lainlain. Semua materi penting dan masih lumayan asing bagiku. Selain materi-materi tersebut, setiap Hari Selasa dan Jum’at ada acara senam pagi. Adapun Hari Minggu adalah saatnya libur. Tugas kami dalam diklat peneliti sangat berat. Karena kami harus menyusun dua
Sorotan
Sorotan
Karya Tulis Ilmiah, meliputi tugas individu dan kelompok. Ada satu hal yang membuat saya merasa senang disini, yaitu dengan berbekal skripsi “jadul”, ternyata saya bisa lolos, padahal saya sangat khawatir bila harus mengganti tema. Kebetulan dalam satu kelompok bimbingan saya juga ada yang harus mengganti total penulisan Karya Ilmiahnya. Karya Tulis Ilmiah pada diklat mempunyai nilai yang sangat penting. Kami harus betul-betul mengerjakannya dengan teliti dan harus mengikuti acuan penulisan yang benar. Karya Tulis ini harus bisa dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun mental. Secara moral, sebagai sebuah karya Ilmiah maka harus benar-benar merupakan karya asli dan bukan hasil penjiplakan karya orang lain. Secara mental, kita harus bisa mempresentasikan dihadapan narasumber dan peserta lain. Kita harus benar-benar menguasai materi yang kita tulis sehingga dapat menjawab semua pertanyaan yang dilon-
tarkan oleh peserta. Selain menjadi penyaji, kita juga harus bisa menjadi pembahas dan moderator. Setelah lima hari mengikuti diklat tibalah hari libur. Untuk kepenatan, kami memilih rekreasi bersama ke Kebun Raya Bogor. Betapa suasana kebersamaan begitu terasa. Kami satu angkatan merasa tidak ada yang paling menonjol. Semua duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Intinya semua bisa menempatkan diri masing-masing sehingga tercipta suasana yang sangat akrab dan menyenangkan. Kebun raya Bogor sengaja kami pilih sebagai tujuan wisata. Kebun raya ini merupakan kebun terbesar di dunia dan juga mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi bagi Indonesia. Kami semua berfoto-foto dan berjalan beriringan sambil menikmati pemandangan pohon-pohon raksasa yang sangat indah. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Semua kegiatan dari ujian pre test, senam pagi, Outbound, kerja kelompok, pre-
sentasi kelompok , presentasi individu dan ujian akhir selesai sudah. Pada akhirnya kebersamaan itu harus diakhiri. Acara perpisahan kami laksanakan dengan khidmat. Kami saling memberi kesan dan pesan, komentar, kritik dan masukan yang membangun kemudian acara ditutup dengan makan sate bersama. Keesokan harinya tepatnya tanggal 2 nopember 2010 acara secara resmi ditutup. Kami semua dinyatakan lulus. Dari 30 peserta, 29 dinyatakan lulus dengan kategori nilai “memuaskan” dan satu orang dinyatakan lulus dengan predikat “sangat memuaskan”. Dengan hati sedih campur gembira akhirnya kami golongan XVII harus berpisah dan kembali ke tempat kerja masing-masing. Semoga semua pembelajaran di Pusbindiklat LIPI menjadi awal yang baik buat kami para “calon peneliti” untuk berkarya dimasa mendatang. Semangat untuk bertemu dengan keluarga tercinta membuat kami nekat menembus hujan deras dengan naik ojek menuju ke Stasiun Bogor. Dari Stasiun Bogor kami menggunakan kereta Expres menuju ke Stasiun Gambir. Dengan Kereta Argo Sindoro, akhirnya kami sampai di Stasiun Tawang Semarang pada jam 00.00. kami turun dari kereta dan telah disambut oleh keluarga tercinta dengan senyum manisnya. Alhamdulillah tugas berat ini telah kami lampaui. Malam semakin larut menghantarkan kami di alam mimpi. Mimpi menjadi seorang “Profesor Riset”. (Titi Isnaini Fauzah.)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
29
Sorotan
IAIN Walisongo Semarang. Kepala Balai Litbang Agama Semarang, Drs. H. Arifuddin Ismail, M.Pd, dalam sambutannya mengharapkan pelaksanaan kegiatan ini tentu akan me munculkan temuan – temuan yang secara aktual ditujukan kepada para peneliti. Lebih jauh Arif mengharapkan kritik dari para peserta sebagai salah satu bentuk sharing terhadap apa yang diketahui, baik secara teoritik, yang kemudian dihadapkan dengan fakta – fak-
Diseminasi Hasil-hsil Penelitian Tahap I Balai Litbang Agama Semarang
B
alai Litbang Agama Semarang, tahun 2010 telah menyelenggarakan kegiatan desiminasi penelitian bertempat di Hotel Pandanaran Semarang. Kegiatan diseminasi diikuti oleh 45 peserta yang terdiri atas peneliti / dosen beberapa perguruan tinggi di Jawa
30 Smart
Tengah, peneliti pada Balai Litbang Agama Makassar, Semarang, Jakarta peserta dari lokasi/ objek penelitian dan utusan dari beberapa instansi terkait di Jawa Tengah. Narasumber yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah dosen dari Universitas Negeri Semarang dan dosen
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
ta yang ditemukan di lapangan. “Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI yang selanjutnya akan diteruskan kepada Menteri Agama RI untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan� Tutur Ari-
Sorotan
Pelaksanaan kegiatan ini tentu akan memunculkan temuan – temuan yang secara aktual ditujukan kepada para peneliti. (Arifuddin Ismail)
fuddin. Dalam kegiatan seminar tersebut Drs. H. Masyhudi, M.M, selaku Kepala Kanwil (sekarang mantan-Red) Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah turut memberikan sambutannya. Terkait dengan tugas beliau sebagai teknisi pembinaan agama di Jawa Tengah dan bagaimana mengoperasionalkan pembangunan agama di Jawa Tengah. Masyhudi menegaskan bahwa agama sebagai sistem moral dan etika idealnya dapat menuntun masyarakat kepada kehidupan yang bermoral dan berbudi luhur, belum difungsikan untuk membangun kesadaran, menggugah nurani dan spiritual sikap individu dalam perilaku keseharian. “Maka kualitas kerukunan hidup umat beragama harus ditingkatkan agar sesuai dengan visi Kemen terian Agama” Katanya. Selain itu tambah Masyhudi, penyelenggaraan tata kelola pemerintahan akan berjalan dengan baik jika standar
– standar dan aturan yang harus dilaksanakan dapat terpenuhi dengan sebaik – baiknya. Dengan demikian Kementerian Agama memiliki tantangan tersendiri untuk menjadi tolok ukur secara moral penyelenggaraan berbangsa, bernegara dan tata kelola pemerintahan yang merupakan harapan dari Kementerian Agama. Di lain pihak, Kapuslitbang Kehidupan Beragama, Prof DR. Abdurahman Mas’ud, dalam
kegiatan seminar tersebut mengatakan bahwa penggabungan institusi kelitbangan dan kediklatan memiliki peran yang strategis dalam menyediakan data dan informasi melalui serangkaian penelitian untuk kepentingan pengembangan kebijakan. Lain dari itu penggabungan ini diharapkan juga mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia pegawai melalui program diklat bagi optimalisasi pelayanan. Menyadari posisi strategis tersebut, Badan litbang dan Diklat secara simultan melakukan peningkatan kualitas dan jumlah penelitian, serta mempertinggi intensitas dan mutu kegiatan diklat. Untuk menjaga komitmen tersebut, Badan Litbang dan Diklat telah menetapkan kebijakan teknis di bidang kelitbangan dan kediklatan. Proses seminar hasil penelitian oleh Balai Litbang Agama semarang terbagi menjadi tiga termin. Termin pertama adalah penyajian hasil penelitian oleh tim kehidupan agama, kemudian tim lektur dan khasanah keagamaan dan termin terakhir adalah tim pendidikan agama
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
31
Sorotan dan keagamaan. Termin pertama bertema pola kerukunan umat beragama di propinsi Jawa Tengah, Bali dan Kalimantan Barat. Penelitian ini di “gawangi” oleh 9 orang peneliti yaitu Darno, Romzan Fauzi, Marmiati Mawardi, Arifuddin Ismail, Ahmad Sodli, Arnis Racmadhani, Sulaiman, dan Joko Triharyanto. Bertindak sebagai moderator adalah Mulyani Mudis Taruna. Penelitian yang dibim-bing oleh nara sumber Misbah Zulfa Elisabeth dari IAIN Walisongo ini dilatarbelakangi oleh keanekaragaman budaya dan agama di Indonesia yang membutuhkan peran FKUB untuk mewujudkan harmoni kehidupan keagamaan. Selain itu adanya permasalahan me-ngenai peran dan aktivitas FKUB dalam merajut kerukunan antar umat beragama, dan juga faktor – faktor yang dapat mendorong – menghambat FKUB dalam merajut kerukunan antar umat beragama. Dari penelitian tersebut diperoleh rekomendasi terkait eksistensi FKUB yaitu perlunya mempertimbangkan revisi tentang keorganisasian FKUB agar disesuaikan dengan konteks sosial keagamaan dengan mempertimbangkan asas perimbangan dan prosentase komposisi umat beragama di Indonesia. Termin kedua presentasi oleh kelompok lektur keagamaan. Penelitian ini “dimotori” oleh 8 orang peneliti yaitu Achmad Sidiq, Moh. Amaluddin, Bisri Ruchani, Achmad Musyafiq, Roch. Aris Hidayat, Samidi, Umi Masfi’ah, dan Zakiyah. Hasil penelitian yang membahas tentang Kitab–kitab Tauhid di Pesantren Salaf di
32 Smart
Jawa Tengah dan Jawa Timur menghasilkan rekomendasi yang ditujukan kepada Kementerian agama khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren. Rekomendasi tersebut adalah agar pemahaman terhadap kitab-kitab tersebut bisa dikembangkan sehingga mampu menjangkau masalah-masalah kekinian melalui berbagai kegiatan, misalnya Workshop Reaktualisasi Kitabkitab Tauhid yang diajarkan di Pesantren. Selain itu, kepada pengelola pondok pesantren, penelitian ini merekomendasikan agar mengkaitkan ajaranajaran yang ada di dalam kitabkitab tauhid tersebut dengan situasi dan kondisi kekinian dan melakukan variasi metode pe-ngajaran. Termin ketiga adalah presentasi dari kelompok pendidikan agama dan keagamaan. Penelitian ini beranggotakan 9 orang yaitu Wahab, Mukhtaruddin, A. M Wibowo, Mulyani Mudis Taruna, Yustiani, Parmin, Aji Sofanuddin Ali Khudrin, dan Yusriati. Hasil penelitian dengan tema besar Pendidikan Reproduksi Sehat di Madrasah
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Aliyah di NTB, Kalbar dan Kalteng menghasilkan 3 buah rekomendasi. Pertama Kementerian Agama perlu mempertimbangkan materi kesehatan reproduksi sebagai materi pokok dalam kurikulum, khususnya dalam mata pelajaran Fikih. Kedua Pusdiklat/Balai diklat Keagamaan perlu mempertimbangkan membuat kurikulum dan silabus (Kursil) kediklatan untuk mempersiapkan Guru PAI dalam mengimplentasikan pembelajaran kesehatan reproduksi dari sudut pandang Islam di kelas dan guru PAI seyogyanya lebih menyiapkan perangkat pembelajaran yang terkait dengan materi kesehatan reproduksi dari sudut pandang Islam meskipun hanya disisipkan pada aspek thaharah dan munakahat. Ketiga perlunya kegiatan sosialisasi yang terkait dengan kesehatan reproduksi remaja muslim. “Seyogyanya dibingkai dalam sudut pandang Islam. Karena sosialisasi tentang kesehatan reproduksi yang tidak dibingkai dalam sudut pandang Islam dapat menyesatkan peserta didik” tutur salah seorang panelis. (Roksi Setyabakti).
Sorotan
Diseminasi;
publikasi hasil-hasil penelitian tahap dua
P
ada tanggal 3 - 6 Juli 2010 Balai Litbang Agama Semarang mengadakan Diseminasi Penelitian tahap kedua di Hotel Kusuma Sahid Prince Hotel Kota Surakarta. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,Prof. Dr. H. M. Atho Mudzhar pada pukul 16.00 – 17.00 WIB. Sementara itu, Drs. H. Arifuddin Ismail, M.Pd selaku Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang memberikan sambutan pada acara tersebut. Kegiatan diseminasi diikuti oleh 49 peserta yang terdiri atas; (a) Akademisi dari Perguruan Tinggi di Jawa Tengah sebanyak enam orang, (b) satu peneliti dari Badan Litbang Daerah Provinsi Jawa Tengah, (c) utusan dari lokasi penelitian berjumlah sepuluh orang, (d) seorang utusan dari Kanwil Kementerian Agama Jawa Tengah, (e) Peneliti dari Balai Litbang Agama Semarang sebanyak dua puluh empat orang, (f) empat peneliti dari Balai Litbang Agama Makassar, dan tiga peneliti dari Balai Litbang Agama Jakarta Hadir sebagai narasumber adalah para akademisi ahli dalam bidang kehidupan beragama, pendidikan agama/keagamaan dan lektur keagamaan dari Perguruan Tinggi di Jawa
Tengah. Adapun pembicara pakar adalah Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Kegiatan diseminasi hasilhasil penelitian tahap dua tahun
2010 dikemas dalam bentuk presentasi panel oleh ma-singmasing peneliti. Kemudian, dilakukan diskusi untuk penajaman analisis dan perumusan rekomendasi dengan bantuan
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
33
Sorotan
Diseminasi ini merupakan Forum yang paling baik untuk melakukan publikasi hasil penelitian secara cepat dan tepat pada sasaran.
para narasumber dan konsultan penelitian. Tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah; (a) untuk meningkatkan kualitas laporan hasil penelitian keagamaan Balai Litbang Agama Semarang, (b) meningkatkan manfaat dan tindak lanjut dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Litbang Agama Semarang dan (c) meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan stakeholders dalam memperoleh informasi keagamaan secara cepat dan akurat. Diseminasi ini menampilkan para peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang dari tiga bidang; pertama, Bidang Kehidupan Beragama dengan judul penelitian “Revitalisasi Kearifan Lokal Dalam Masyarakat Multikultural di NTB, Kalimantan Barat dan Bali.” kedua, Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan dengan judul penelitian “Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Bagi Guru MTs/ MA di Balai Diklat Keagamaan Semarang, Surabaya, Banjar-
34 Smart
masin, dan Denpasar.” Ketiga, Bidang Lektur Keagamaan dengan judul penelitian “Kajian Kitab Tasawuf di Pondok Pesantren Salaf di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan”. Diseminasi ini merupakan Forum yang paling baik untuk melakukan publikasi hasil penelitian secara cepat dan tepat pada sasaran. Pada forum ini diundang para akademisi sebagai
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
pengkritisi atas hasil penelitan, sumber berita/informan yang akan memberikan klarifikasi terhadap semua tulisan dalam laporan penelitian, para birokrat dan praktisi di lapangan yang menjadi sasaran rekomendasi penelitian agar secara langsung bisa menerima informasi dari kondisi nyata di lapangan dan bisa merumuskan tindak lanjut dari rekomendasi tersebut. (Roksi Setyabakti)
Teropong
Sorotan
JALAN-JALAN KE DIENG Salah satu tempat yang indah dan tidak jauh dari Semarang adalah Dieng. Dataran tinggi yang masuk wilayah Kabupaten Wonosobo ini, ini selain merupakan obyek wisata alam juga merupakan obyek wisata sejarah dan budaya. Hawanya yang dingin, kawahnya yang banyak dan masih aktif, terdapat pula candi-candi serta “Misteri Manusia Berambut Gimbal”, merupakan tempat yang sangat menarik untuk kita kunjungi. Dari Semarang ke Dieng bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi selama kurang lebih 3,5 jam.
Deskripsi Dieng Dieng berasal dari bahasa sanskerta “Di” yang artinya tempat yang tinggi atau gunung dan “ Hyang “ yang artinya “ ruh leluhur “ atau “ dewa-dewa “ atau suatu yang di yakini se-bagai dewa, ruh leluhur atau bahkan Tuhan atau makhluk-makhluk ilahiyah pada umumnya. Selain itu Hyang juga sering dimaknai sebagai “ kahyangan “, “ nirwana” atau “ surga “ , yakni tempat bersemayamnya “ ruh leluhur “ atau “ dewa-dewi “, “ Tuhan” atau “ makhluk-makhluk ilahiyah “ tersebut. Selain itu Dieng juga dapat
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
35
Teropong di runut maknanya dari bahasa Kawi yakni “Di” yang berasal dari kata “hadi” atau “adi” yang artinya “ cantik “, “ indah “ , “molek” dan sebagainya yang mengandung pemaknaan “ serba “, “paling” dan sifat-sifat superlatif lainnya. Seperti “ tinggi “ atau “puncak tertinggi”, “misterius”, “ transenden”, atau segala yang bermakna “serba sempurna”. Dari dua pengertian / pemaknaan kata tersebut di atas dapat diartikan bahwa Dieng merupakan tempat yang tinggi, tempat bersemayamnya para dewa,tempat yang sangat indah. Demikian jugalah Dieng memang sebuah dataran yang tinggi dengan ketinggian 2.093 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara berkisar rata-rata 10 hingga 15 derajat celcius. Pada bulan Juni - Juli - agustus yang dapat turun mencapai 5 sampai 0 derajat di pagi hari. Secara geografis administratif berada di antara kabupa-ten Wonosobo, kabupaten Banjarnegara, kabupaten Kendal dan kabupaten Batang, semuanya berada di bawah distrik Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Namun secara geo-grafis dibagi ke dalam dua distrik ke-wilayahan Daerah Tingkat II, yakni Dieng bagian timur masuk ke wilayah kabupaten Wonosobo sedangkan Dieng bagian barat masuk ke dalam distrik wilayah administratif kabupaten Banjarnegara. Dataran tinggi Dieng berbaris bukit-bukit (kentang) di kepung gunung Sumbing, Sindoro, Bisma, Perahu, Jurang Grawah, pangonan, Sipandu, Nagasari, Pengamun-amun dan Gajah Mungkur dengan rata-
36 Smart
rata ketinggian 2000 meter. Pada dataran tinggi Dieng ini tersebar gejala vulkanis yang masih aktif. Diduga dataran tinggi Dieng dahulu adalah sebuah gunung yang maha besar (pada masa Purba) yang kemudian meletus dasyat memotong puncaknya , dan puncak itu tercerai berai menjadi bukit-bukit dan gunung-gunung disekelilingnya. Berada di dataran tinggi Dieng bagaikan berada di tengah se-
rerumputan dan semak-semak serta lumut liar yang semakin menambah hijau dan asrinya pemandangan, yang tumbuh di sela-sela batu -batu besar yang menyeruak ke permukaan. Di dalam hutan wisata itulah terdapat sebuah Gua yang kelihatannya sempit tetapi 4 orang sekaligus bisa berada/ masuk ke sana, hanya masuknya harus merangkak satu persatu. Di situ juga terdapat batu beru-
Keindahan Gunung Dieng
buah kaldera yang amat luas, berjalan-jalan diantara keaktifan gunung berapi. Obyek Wisata Beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi antara lain 1. Goa Semar Goa Semar terletak di hutan wisata Dieng, di sini terdapat pohon-pohon pinus, akasia, kayu putih, gondopuro, juga tanaman liar yang ke-mudian dikenal sebagai Purwaceng yang khasiatnya sangat ampuh untuk obat kuat atau tanaman
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
kuran 36 m2 yang kemudian bernama batu semar, mungkin karena bentuknya mirip semar yaitu tokoh pewayangan yang di namai Ki lurah semar yang di maknai sebagai punakawan, pamomong dan pelindung pendawa. 2. Goa Sumur Masih di komplek hutan wisata itu juga tidak jauh dari goa semar terdapat goa sumur. Sebuah goa yang berisi air (mirip sumur). , konon katanya air ini untuk bersuci - menyucikan diri dari segala kekotoran jiwa.
Teropong
mungkinkan bahwa telaga ini merupakan bekas dari sebuah kawah gunung berapi yang mati, di mana dasarnya tercipta dari berbagai endapan (sedimentasi) lahar vulkanik dari berbagai unsur bebatuan dan bahan-bahan kimiawi yang bercampur menjadi satu. Dimungkinkan warna merah dan kuning tercipta dari endapan unsur belerang, warna putih berasal dari endapan bebatuan kapur serta kwarsa. Sedangkan warna biru dasarnya adalah endapan tanah ( lumpur ) sebagaimana telaga-telaga pada umumnya. Pada dasarnya hilangnya warna-warni telaga di mungkinkan karena bagian dari telaga telah tertutup oleh endapan lumpur akibat erosi yang terus menerus karena hutan-hutan diatas sudah mulai gundul, digantikan tanaman kentang.
Beberapa candi yag terdapat di pegunungan Dieng
3. Goa Jaran Tidak jauh dari goa Semar terdapat goa Jaran, goa ini 3 kali lebih besar dari gua semar. Di beri nama Gua Jaran konon katanya pada suatu hari ada seekor kuda betina yang karena kemalaman menginap di gua ini, sekeluarnya dari gua di dapati kuda tersebut mengandung. Maka diyakini kalau gua ini tempat orang meminta/menginginkan anak , bagi yang percaya. 4. Telaga Warna Di sekeliling hutan wisata Dieng terdapat Telaga warna.
Telaga ini diberi nama “ Telaga Warna “ karena dahulunya telaga ini memiliki 4 macam warna yaitu merah , putih , biru , kuning yang sangat jelas dan sangat indah dan tegas warnanya manakala diterpa sinar matahari. Namun kenyataan sekarang warna yang tersisa tidak begitu tegas, namun sebagai objek geografi warna-warna yang masih tersisa dapat sebagai pengetahuan bagaimana terjadinya warna-warni pada telaga tersebut. Konon katanya warna dari telaga warna itu terjadi karena , sebagai daerah vulkanis di
5. Telaga Pengilon Telaga pengilon terletak bersebelahan dengan Telaga Warna. Kedua telaga ini dahulunya menjadi satu. Namun karena terbendungnya sungai Tulis oleh aliran lava, maka kedua telaga ini terpisah hingga sampai sekarang. Diberi nama Telaga Pengilon mungkin karena dahulu airnya sangat jernih sehingga dapat berfungsi sebagai cermin (pengilon- Jawa). 5. Telaga Merdada Telaga ini dahulu merupakan bekas kepundan (kawah) gunung berapi, yang kemudian terisi air. Luas telaga ini diperkirakan 20 ha dengan kedalaman 25 meter. Bila datang di tempat ini agak sore maka keelokan air disini tidak dapat dinikmati karena tertutup kabut.
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
37
Teropong 6. Kawah Si leri Kawah Sileri ini di perkirakan garis tengahnya mencapai 1 km. Ia merupakan cekungan yang terisi oleh bahan letusan gunung dari gunung Pagerkandang, yang meletus pada tahun 1944. Gas (panas) bumi yang keluar dari lubang kapundannya mencapai 75 derajat celcius, dimana gas itu ketika telah berasimilasi dengan udara efeknya dapat menurunkan kadar logam mulia. Jika tidak ada angin, dari kawah ini akan menimbulkan panorama alam yang sungguh elok. Karena dari kawah ini terdapat tiga sumber mata air yang memiliki kandungan berbedabeda, yakni belerang, air tawar dan air panas. semerbak aroma belerang menyengat hidung kita. Diberi nama Si leri mungkin karena air kawah yang ada berwarna putih sepertia air cucian beras (leri- Jawa). 7. Sumur Jalatunda Sumur (kawah) Jalatunda
ini merupakan sumur raksasa dengan garis tengah mencapai 96 m dan mempunyai kedalaman 100 m. Sumur ini merupakan lobang kepundan yang mengalami letusan Maar. 8. Kawah Sikidang Kawah ini merupakan sebuah lobang kepundan, yang selalu mengeluarkan gas dan cairan belerang panas (fumarol). Seperti namanya maka lobang kepundan kawah ini selalu berpindah-pindah tempat setiap saat. Sebagai obyek studi geografi kita dapat mendekat (dekat sekali) di tepi kawah tersebut sambil membayangkan kita sedang berada diatas puncak gunung. Apabila berangin maka permukaan kawah yang amat luas itu tertutup oleh asap yang di keluarkan oleh bergolaknya kawah yang meloncat kian kemari. 9. Kawah Candradimuka Kawah candradimuka ini tercipta pada saat terjadi letusan
Para wisatawan menikmati keindahan Kawah Sikidang
38 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
gunung pagerkandang (1944). Di mana akibat letusan itu, di sekitar gunung mengalami rekahan itu, termasuk di lereng gunung Jimat. Kemudian dari rekahan itu muncullah kawah yang mengeluarkan gas bumi yang panasnya minimum 85 derajat celcius dan maksimum 92 derajat celcius. Di kawasan ini kita bisa sangat dekat dengan kawah yang terus bergolak dan di sekitarnya hamparan bukit bebatuan berwarna kuning mengepulkan asap di sana-sini, juga mata air mendidih disela sela lubang -lubang kecil di areal yang kita lalui. Asap fumarol dan mata air mendidih di beberapa tempat di sekitarnya membuat kita benarbenar dapat merasakan disinilah puncak gunung yang selama ini kalau ingin menjangkaunya memerlukan keahlian dan tenaga untuk dapat mendaki puncakpuncak gunung yang mungkin tak akan diijinkan oeh orang tua kita atau tak ada keberanian untuk menuju kesana. (Purbaya)
Khasanah
Pesona
Puro Mangkunegaran Solo “Asri, indah dan sejuk� itulah suasana Puro (istana) Mangkunegaran Solo. Puro Mangkunegaran yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan keprajan ini masih memancarkan keindahan arsitekturnya dan kemegahan masa lalu. Sebelum masuk ke lingkungan Puro terdapat hamparan tanah lapang yang disebut dengan nama pamedan, dan di sebelah timur ada satu gedung infanteri bertingkat dua. Pamedan ini bukanlah alun-alun, biasanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan legiun. Komplek Puro Mangkunegaran menempati area seluas 93.396 M2, berada di wilayah RT 27 Kecamatan Banjarsari Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. Tempat ini mudah dijangkau karena berada di jantung kota Solo (atau Surakarta). Akses kendaraan umum juga murah dan mudah didapat. Di depan Puro adalah jalan Ronggowarsito yang dilewati beberapa angkutan kota, sementara sebelah baratnya adalah jalan Kartini dan sebelah utaranya adalah jalan R.M Said. Untuk memasuki komplek Puro Mangkunegaran dapat melalui beberapa pintu gerbang. Pertama pintu dari arah Barat atau dari arah jalan Kartini, kedua pintu dari arah Timur atau dari jalan Teuku Umar, dan
Kereta kencana
yang ketiga dari arah Selatan atau depan yakni menyusuri pamedan. Pintu yang ketiga ini adalah pintu utama bagi para wisatawan yang akan mengunjungi Puro Mangkunegaran. Adapun tiket masuknya sebesar lima ribu rupiah tiap pengunjung, apabila membawa satu kamera dikenai biaya tambahan sebesar lima ribu rupiah. Begitu masuk lingkungan puro, pengunjung akan disambut dengan bangunan utama
yang berdiri megah terletak di tengah. Di sisi kanannya terdapat Bale Peni atau Keputran yaitu rumah tempat tinggal ke-luarga Mangkunegaran IX beserta putra-putranya, sedangkan di sisi kirinya terdapat Bale Warni atau keputren yakni rumah yang ditempati putri-putri keluarga Mangkunegaran. Di pinggir kanan bangunan utama terdapat bangunan memanjang mengitari bangunan utama. Di situ terdapat
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
39
Khasanah
Bangunan utama Puro Mangkunegara
perpustakaan Reksa Pustaka dengan beragam koleksi mulai dari arsip puro mangkunegaran, naskah-naskah klasik sampai buku-buku terbitan saat ini. Pada deret yang sama namun letaknya agak di depan terdapat ruang-ruang penyimpanan kereta Istana. Di sana terdapat beberapa kereta yang dipamerkan, di sini pengunjung diperbolehkan memotret. Bangunan utama Puro Mangkunegaran terdiri atas pendapa ageng, pringgitan dan dalem ageng. Pendapa ageng merupakan bagian terluar dari Puro Mangkunegaran digunakan untuk kegiatan-kegiatan dan perayaan serta menerima tamu-tamu biasa. Pringgitan adalah bagian tengah dari puro Mangkunegaran. Sedangkan Dalem Ageng adalah bagian
40 Smart
Bangunan sisi kanan Puro Mangkunegara
paling dalam dari Puro Mangkunegaran digunakan untuk menerima tamu-tamu penting, dan upacara pernikahan serta ijab kabul. Pendapa Ageng Pendapa Ageng berbentuk joglo sangat besar dan luas, dengan ukuran 3.270 m2. Berlantai-
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
kan marmer yang diimpor dari Italia. Atapnya ditopang oleh tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu juga besi. Empat tiang utama terbuat dari kayu menyangga bagian tengah atap berbentuk segi empat. Tiang utama (soko guru) tersebut juga dikenal dengan istilah empat papat limo pancer maksudnya
Khasanah
Latihan Tari di Pendopo Ageng empat pilar yang merujuk pada empat sifat manusia yaitu lawwamah, amarah, sufiyah, dan mutmainah, sementara limo pancer maksudnya adalah manusianya sendiri. Bagian tengah langit-langit berbentuk segi empat dikenal dengan nama singup. Pada singup tersebut terdapat gambar-gambar indah penuh makna yang merujuk pada gambar-gambar kumudawati milik Sampeyandalem Kangjeng Gusti Pangeran Adipati. Hiasan Kumudawati tersebut dibuat pada tahun 1937
pada masa Mangkunagara VII sebagaimana tersebut pada arsip reksa pustaka MN nomer 404. Lukisan pada singup merupakan gambar mustika delapan (Hastagina). Gambar dilukis oleh Mas Ngabehi Atmosupomo, seorang pelukis istana pada masa Mangkunegara ke7. Sementara kumudawati berarti tempat duduk pengantin, mempunyai motif batu karang yang ada di dalam laut. Kumudawati juga mempunyai corak Modhang atau Cemuki-
ran, motif kain Jawa atau motif yang biasa terdapat pada ikat kepala pelengkap busana tradisonal pria. Kumudawati pada awalnya hanya dilukis diatas dluwang Jawa, kemudian duplikatnya dibuat di atas kain putih, selanjutnya dilukiskan pada langit-langit Pendapa Ageng. Sementara itu, kata kumuda berarti bunga-bunga teratai putih, sedangkan wati memiliki arti jagad; rahsa, juga cahaya atau sinar. Di dalam agama Hindu, bunga teratai merupakan lambang kesucian, dan dianggap sebagai tempat lahir dewa. Ada pula yang mengatakan bahwa kelopak kumuda yang berjumlah delapan, menandakan delapan dewa penguasa penjuru mata angin. Warna putih teratai juga muncul sebagai background warna ornamen Kumudawati. Sedangkan wati yang berarti jagad; rahsa juga cahaya atau sinar. Mengungkapkan bahwa Kumudawati memiliki makna sebagai dunia para dewa, atau cara pendekatan diri melalui rahsa kepada Tuhan, ataupun cahaya ketuhanan yang menyingkap ajaran ketuhanan dalam sebuah ornamen. Di Pendapa Ageng ini terdapat beberapa perangkat gamelan. Masing-masing perangkat gamelan mempunyai sebutan sendiri-sendiri, misalnya kyai Kanyut Mesem, Munggang, Carabalen dan Udan asih. Alat-alat musik tradisional tersebut biasanya ditabuh untuk mengiringi tari-tarian dan atau upacara-upacara tertentu seperti pernikahan, penobatan, dan penyambutan tamu-tamu. Selain itu, gamelan tersebut juga dimainkan saat mengiringi para
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
41
Khasanah
penari berlatih setiap hari Rabu pagi. Pringgitan dan Dalem Ageng Pringgitan merupakan bangunan berbentuk kutuk ngambang, sebuah model arsitektur tradisional. Pringgitan berada di tengah dari bangunan utama Puro Mangkunegaran, menghubungkan antara Pendapa Ageng dan Dalem Ageng. Dari Pendapa Ageng terdapat trap menurun, kemudian terdapat jalan memanjang yang memisahkan antara pendapa Ageng dengan Pringgitan, bagian ini disebut “paretan�. Dari paretan terdapat beberapa trap (anak tangga) naik menuju Pringgitan. Istilah Pringgitan berasal dari kata ringgit berarti wayang, dan p(a) – ringgit – (a) n maknanya adalah tempat dalang memainkan wayang. Di tempat tersebut sering digunakan untuk pagelaran wayang kulit. Selain itu, juga untuk menerima tamutamu resmi Mangkunegaran. Pada dinding Pringgitan dipajang foto-foto Mangkunegara dalam ukuran besar. Foto tersebut adalah foto Mangkunegara dari awal hingga saat ini dan foto istrinya. Bagian selanjutnya adalah Dalem Ageng. Bangunan ini berbentuk limasan, merupakan bagian sakral. Di tempat ini disimpan benda-benda cagar budaya yang sangat berharga milik Mangkunegaran seperti senjata kadipaten berupa keriskeris dan pedang, perhiasan terbuat dari emas dan perak, mahkota yang biasanya dipakai penari-penari istana, tempat duduk adipati, suvenir-suvenir
42 Smart
Pendopo Ageng Puro Mangknegara (atas). Pamedan (samping)
Mondang atau cemukir-
motif kain Jawa atau motif yang biasa terdapat pada ikat kepala pelengkap busana tradisonal pria. Kumudawati pada awalnya hanya dilukis diatas dluwang Jawa, kemudian duplikatnya dibuat diatas kain putih, selanjutnya dilukiskan pada langitlangit Pendapa Ageng.
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
yang diterima Mangkunegaran, serta benda-benda lainnya. Untuk bisa masuk ke Dalem Ageng pengunjung harus didampingi oleh seorang guide yakni abdi dalem yang selalu siap di Puro Mangkunegaran. Guide tersebut nantinya yang akan menjelaskan masing-masing benda di dalam Dalem Ageng. Tempat ini digunakan untuk menerima tamu penting Mangkunegaran dan upacara pernikahan keluarga Mangkunegaran. Selain itu, saat ini tempat ini juga berfungsi sebagai museum. Di Dalem Ageng ini pengunjung dilarang memotret. (Zakiyah, dari berbagai sumber)
Lensa
K e g i a t a n H U T K o r p r i K e 39
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
43
Lensa
Prof. Dr. Damardjati Supadjar
KH. Mustofa Bisri
Seminar Nasional
Revitalisasi Peran Agama dan Budaya sebagai Asas Pembangunan Karakter Bangsa
44 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Lensa
Seminar dan Workshop Penulisan
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
45
Lensa
Penelitian Lapangan
46 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Undang-undang dan Hukum
Kerukunan Umat Beragama Harus Jadi Rujukan
Kerukunan umat beragama telah menjadi faktor penting yang memperkuat dan memperkaya persatuan dan kesatuan nasional. Wawasan Multikultural terus dikembangkan untuk mewujudkan relasi yang positif di kalangan umat beragama. Pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama- beserta DPR masih melihat bahwa PBM 9/2006 dan 8/2006 tetap relevan dan efektif untuk menjamin kerukunan umat beragama. Majelis-majelis keagamaan dan organisasi keagamaan besar juga berpandangan serupa. Dalam berbagai kesempatan, Menteri Agama Suryadhar-
ma Ali menegaskan, PBM tidak mengurangi hak kebebasan beragama. PBM untuk menjamin kerukunan umat beragama, dan kerukunan tidak boleh dan tidak akan mematikan kebebasan beragama. Sebaliknya, kebebasan beragama tidak boleh menghancurkan kerukunan umat beragama dan menodai agama. “Harus ada aturan, harus ada koridor. Jangan berpikiran
bahwa kebebasan beragama itu artinya kebebasan yang semutlak-mutlaknya,� ungkap Menag sebagaimana dikutip dalam sebuah situs website. Pendirian rumah ibadah masih diatur dengan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1969, yang banyak dikritik kalangan umat beragama. PBM Nomor 9 dan 8 tahun 2006 adalah penyempurnaan Keputusan Bersama sebelumnya, yang dihasilkan oleh, dari, dan untuk umat beragama sendiri. Sepenuhnya inisiatif para pemimpin dan tokoh-tokoh agama, Pemerintah semata-mata hanya memfasilitasi. Selanjutnya dalam rapat dengan Komisi VIII DPR, mencuat gagasan agar sta-
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
47
Undang-undang dan Huukum tus hukum ditingkatkan menjadi undang-undang. Ada enam prinsip dalam PBM. Pertama, meskipun PBM ditandatangani oleh Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri, tetapi pada hakikatnya merupakan kesepakatan majelis-majelis agama tingkat pusat. Telah dibahas selama 11 kali putaran, berlangsung sejak Oktober 2005 sampai Maret 2006. Dalam pembahasan masing-masing majelis agama, yaitu MUI, PGI, KWI, PHDI, dan WALUBI,
pembangunan rumah ibadah. Ketiga, PBM tidak menimbulkan multitafsir, sehingga dapat dipahami secara utuh tanpa memerlukan peraturan tambahan. Keempat, PBM mengedepankan prinsip pembangunan kerukunan secara bersama-sama oleh umat beragama dan pemerintah. Karena itu, PBM ini juga bersifat memberdayakan pemuka agama, termasuk melalui FKUB. Kelima, PBM memberikan kepastian pelayanan secara adil,
diwakili oleh dua orang. Kedua, PBM tidak melanggar kebebasan beragama yang dijamin UUD 1945, karena yang diatur dalam PBM ini hanyalah pengadministrasian untuk mengetahui siapa yang hendak menggunakan suatu rumah ibadah yang hendak dibangun. Persyaratan 90 calon pengguna apabila tidak dapat dipenuhi pada tingkat desa, maka penghitungannya dapat diangkat pada tingkat kecamatan, dan seterusnya kabupaten/kota, atau provinsi, sehingga pada hakikatnya tidak ada pembatasan
jelas, dan terukur kepada pemohon pendirian rumah ibadat. Setiap permohonan rumah ibadat harus direspon olah pemerintah dalam 90 hari. Keenam, PBM memegang prinsip tentang pentingnya memelihara kerukunan umat beragama, serta memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat. Salah satu poin penting dari PBM nomor 9 dan 8, adalah pemberian wewenang pada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). FKUB adalah forum yang dibentuk majelis dan ormas keagamaan sebagai wadah
48 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
kordinasi dan komunikasi. Tugas FKUB sebagai pengejawantahan peran pemuka agama di daerah, bukan saja memberikan rekomendasi pendirian rumah ibadah, melainkan lebih luas dari itu, yakni mencakup upayaupaya menguatkan kerukunan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 PBM, tugas FKUB meliputi dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat, menampung aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat, menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan, dan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. Melalui PBM dan FKUB sebagai perangkat implementasinya, diharapkan akan terbangun kerukunan yang esensial dan fungsional, manusiawi dan hakiki, yang dijaga dan dipelihara secara sadar dan terarah oleh seluruh umat beragama. Di samping implementasi PBM dan pembentukan FKUB, Kementerian Agama juga terus melakukan berbagai upaya untuk memperkuat kerukunan. Di antaranya dengan sosialisasi dan edukasi Wawasan Multikultural. Wawasan multikultural telah diterjemahkan dalam serangkaian program implementatif untuk guru agama, kalangan pemuda, pelajar dan ormas-ormas kepemudaaan, serta penyiar agama. PBM adalah tonggak monumental kontribusi Kementerian Agama dalam menjaga dan memperkuat persatuan dan kesatuan nasional. (Aam dari berbagai sumber)
Undang-undang dan Hukum PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun; b. bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut agama-nya; c. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu; d. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum; e. bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar, dan tertib; f. bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional dibidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat ber-agama; g. bahwa daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai kewajiban . melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
h. i.
j.
k.
serta kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; bahwa kerukunan umat ber-agama merupakan bagian pen-ting dari kerukunan nasional; bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh PemelukÂŹPemeluknya untuk pelaksanaannya di daerah otonom, pengaturannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j, perlu menetapkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat;
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
49
Undang-undang dan Hukum
Mengingat : 1. Undang-Undang Penetapan Presiden Nomor I Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3298); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4468); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
50 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 24 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3331); 8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009; 9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2005; 11. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/ BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Peme-rintahan Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya; 12. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/ BER/MDN-MAG/1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia; 13. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota; 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri; 15. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Undang-undang dan Hukum
Kerja Departemen Agama; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan: 1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikTahun 1945. 2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama. 3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga. 4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi
sayap partai politik. 5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan. 6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. 7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat. 8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB rumah ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat. BAB II TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Pasal 2 Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah. Pasal 3 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur. (2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi. Pasal 4 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan ke-
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
51
Undang-undang dan Hukum
wajiban bupati/walikota. (2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/ walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota. Pasal 5 (1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dan d. membina dan mengoordinasikan bupati/ wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil gubernur. Pasal 6 Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama; e. menerbitkan IMB rumah ibadat. (1) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/
52 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
wakil walikota. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat. Pasal 7 (1). Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi: a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan; b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dan c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan keagamaan. (2) Tugas dan kewajiban lurah/ kepala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban m syarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama. BAB III FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Pasal 8 (1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/ kota. (2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. (3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultatif. Pasal 9 (1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas: a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
Undang-undang dan Hukum
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. (2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas : Pasal 10 (1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat. (2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB , kabupaten/kota paling banyak 17 orang. (3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di propinsi dan kabupaten/ kota. (4) FKUB dipimpin oleh 1(satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1(satu) orang sekretaris, 1(satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota. Pasal 11 (1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota. (2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. (3) Keanggotaan Dewan Penasehat FKUB provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan:
a. Ketua : wakil gubernur; b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait. (4) Dewan Penasehat FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan: a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota; b. Wakil Ketua : kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota; d. Anggota : pimpinan instansi terkait. Pasal 12 Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur. BAB IV PENDIRIAN RUMAH IBADAT Pasal 13 (1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa. (2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/ kota atau provinsi. Pasal 14 (1) Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung. (2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi:
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
53
Undang-undang dan Hukum
a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa; c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota. (3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat. Pasal 15 Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis. Pasal 16 (1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat. (2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 17 Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah ibadat yang telah memiliki IMB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah. BAB V IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG Pasal 18 (1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara ha-
54 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
rus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan : a. laik fungsi; dan b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat. (2) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung. (3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. izin tertulis pemilik bangunan; b. rekomendasi tertulis lurah/kepala desa; c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/ kota; dan d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten/kota. Pasal 19 (1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan -gedung bukan rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/ kota dan FKUB kabupaten/kota. (2) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun. Pasal 20 (1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dapat dilimpahkan kepada camat. (2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/ kota.
(1)
BAB VI PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 21 Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat
Undang-undang dan Hukum diselesaikan secara musyawarah oleh masyarakat setempat. (2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota. (3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak, dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat. Pasal 22 Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah dalam menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. BAB VII PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 23 (1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan pengawasan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat. (2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat. Pasal 24 (1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. (2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pem-
berdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu. BAB VIII BELANJA Pasal 25 Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pasal 26 (1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi. (2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 (1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan. (2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan paling lambat 1(satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
55
Undang-undang dan Hukum Pasal 28 (1) Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku. (2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyai IMB untuk rumah ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi. (3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara permanen dan/ atau merniliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB untuk rumah ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk rumah ibadat dimaksud. Pasal 29 Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 30
h Seluruh Crew Majalah Smart h Mengucapkan
h Selamat hHUT Korpri Ke 39 & h Atas Penetapan
Pengurus Baru Korpri h Tahun 2007-2012
56 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendirian rumah ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDNMAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Maret 2006 MENTERI AGAMA MENTERI DALAM NEGERI TTD
MUHAMMAD M. BASYUNI.
TTD
MOH. MA’RUF
j j j Selamat Atas j Kelahiran Putra dan Putri j dari Bapak/Ibu j 1. A.M Wibowo j 2. Aji Sofanudin 3. Setyo Boedi Oetomo j 4. Nugroho Eko Admanto/ Umi Masfiah j
Keluarga Besar Balai Litbang Agama Semarang Mengucapkan
Semoga menjadi anak yang sholeh dan sholihah Serta berguna bagi nusa, bangsa dan Agama
Artikel
Refleksi Konflik Pendirian Tempat Ibadah Undang-Undang Dasar 1945 menjamin setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Dalam Pasal 28E (1) disebutkan “setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya...”. Dalam Pasal 29 (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
*Aji Sofanudin Peneliti Balai Litbang Agama Semarang
Pengakuan negara atas agama sebagai hak asasi manusia, tidak menjadikan negara Indonesia sebagai negara agama. Indonesia tidak mendasarkan ideologi negara pada salah satu agama. Oleh karena itu, di Indonesia tidak mengenal adanya agama resmi atau tidak resmi atau agama yang diakui atau tidak diakui. Indonesia tidak memberikan perlakukan istimewa terhadap salah satu agama dan juga tidak mendiskritkan agama yang lain. Negara memberikan perlakuan yang sama atas agama-agama yang ada dalam bentuk penjaminan dan perlindungan hukum. Meski bukan negara agama, Indonesia juga bukan negara sekuler yang menolak campur tangan negara atau pemerintah dalam kehidupan beragama. Negara melalui pemerintah secara langsung ikut serta dalam pembangunan moral agama tanpa mencampuri urusan internal agama. Negara dalam kehidupan sosial hanya memberikan jaminan bahwa setiap pemeluk agama dapat menjalankan agamanya secara baik tanpa mengganggu hak-hak keberagamaan agama lain. Dalam menjamin terlindunginya kebebasan masyarakat dalam menjalankan ajaran agama, pemerintah telah
mengeluarkan kompilasi peraturan perundang-undangan kerukunan umat bergama. Di antara peraturan perundang undangan yang ada yaitu: Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau penodaan agama; Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Peme rintah Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh PemelukPemeluknya. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah. PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 tanggal 21 Maret 2006 berjudul “Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah. Sesuai judulnya, PBM ini sebenarnya adalah pedoman bagi para kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. Hal ini penting ditegaskan karena dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, agama tidak termasuk yang diotonomikan. Pertanyaannya, apakah penanga-
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
57
Artikel nan masalah kerukunan umat beragama bukan menjadi kewajiban kepala daerah? PBM ini menegaskan bahwa pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah juga kewajiban Pemerintah Daerah, karena pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah bagian penting dari kerukunan nasional yang menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 22 adalah tugas kepala daerah. Dari segi substansi, ada tiga hal penting yang diatur dalam PBM ini: pertama, tentang kerukunan umat beragama. Kedua, tentang pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Ketiga, tentang pendirian tempat ibadat. Terkait pendirian rumah ibadat, PBM ini mengatur syarat minimal calon penggunanya 90 orang dewasa dalam suatu desa. Apabila jumlah 90 orang itu tidak terpenuhi pada suatu desa, maka penghitungan untuk mendapatkan angka 90 itu ditingkatkan pada tingkat kecamatan, kabupaten, atau provinsi, sebagaimana diatur pada Pasal 14 ayat (3). Ini menunjukkan bahwa tidak ada pembatasan mendirikan rumah ibadat, apalagi larangan mendirikan rumah ibadat. Yang ada adalah pengaturan administrasi agar untuk setiap pembangunan rumah ibadat dapat diketahui para calon penggunanya. Karena itu, PBM ini tidak bertentangan dengan UUD 1945 (Mudzhar, 2008). Kehadiran PBM tersebut guna mencegah adanya kekerasan ataupun
58 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
konflik agama. Menurut Mudjahirin Thohir (2007), gejala dari lahirnya apa yang disebut konflik adalah hadirnya perasaan tidak senang, tidak nyaman, dan tidak menenteramkan dalam diri seseorang, atau sekelompok orang, atau masyarakat, ketika menghadapi atau berhadapan terhadap adanya perlakuan atau diperlakukan oleh orang lain, atau kelompok lain, atau masyarakat lain. Pada batas-batas tertentu, kondisi demikian bisa hadir sebagai perlakuan diri seperti tuntutan berlebih secara su-byektif atas hak-hak yang harus diterima daripada p i h a k lain, atau s e b a liknya, karena diperlakukan oleh pihak lain, y a n g dinilainya sebagai tidak adil, tidak manusiawi, atau perlakuan itu, bertentangan dengan peradaban, atau adat-istiadatnya. Perlakuan yang tidak menyenangkan itu, bisa dijalankan secara sengaja atau tidak sengaja, secara spontan atau sistematis, dengan tanpa tujuan yang direncanakan terlebih dahulu, atau karena adanya tujuan yang sudah diatur sedemikian rupa sebelumnya, guna merusak, atau mengambil alih, atau tidak memberi kesempatan untuk kepentingan-kepentingan bersama. Oleh karena itu, konflik bisa bersifat sangat individual atau bisa bersifat kolektif. Sedang tahapan konflik bisa secara frontal atau gradual yaitu melalui suatu proses dari kecil lalu membesar,
Artikel
dari sikap antipati sampai pada saling berhadapan. Adapun perwujudannya, konflik bisa terwujud secara tersembunyi, atau secara terbuka. Terkait kasus rumah ibadah jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Ciketing Bekasi beberapa waktu yang lalu, menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, bukan disebabkan aturan tetapi lebih oleh pelaksanaan aturan tersebut. Gamawan Fauzi mengatakan bahwa pemberian izin tempat ibadah merupakan kewenangan bupati/wali kota sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Mendagri Nomor 9 Tahun 2006/Nomor 8 Tahun 2006. “Di situ sudah jelas aturan-aturan soal pemberian izin tempat ibadah karena itu merupakan kewenangan bupati/ wali kota,” katanya di Jakarta, menanggapi kasus tempat ibadah jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Bekasi. (antaranews.com). Jika ditelusuri secara dalam, munculnya kasus agama yang menodai kedamaian tidaklah serta merta ada atau muncul secara tiba-tiba. Kasus-kasus keagamaan atau konflik bernuansa agama adalah sebuah proses sosial yang tidak lepas dari tanda-tanda atau faktor yang mendahului dalam bentuk gejala-gejala sosial. Akar konflik agama bisa bermula dari hal-hal sepele, yaitu dari masalahmasalah kecil di masyarakat yang sebelumnya tidak tertangani dengan baik. Akar konflik agama yang tidak segera diredakan dengan baik, lama kelamaan akan terakumulasi dalam bentuk ketegangan sosial. Ketegangan sosial akan dengan mudah tersulut oleh api pertikaian ketika disparitas sosial muncul, seperti adanya kepentingan politik atau rebutan kepentingan ekonomi. Menurut Meyer (dalam Pieter : 2005) substansi dasar penyebab konflik adalah ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan manusia yang didukung oleh faktor-faktor pemicu lain yaitu: nilai, struktur, sejarah, emosi, dan komunikasi. Sehingga
PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 tanggal 21 Maret 2006 berjudul “Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah. dalam masyarakat heterogen potensi konflik yang ada semakin besar. Potensi konflik agama ini akan terus saja muncul apabila, kesadaran masyarakat untuk saling menghargai, menghormati kebebasan beragama tidak ditanamkan dalam masyarakat. Padahal, keragaman sebenarnya adalah suatu fakta yang menjadi realitas sosial di Indonesia. Dengan kata lain, kehidupan manusia yang beragam adalah kenyataan yang tidak bisa diingkari, sehingga konsekuensi yang muncul –semestinya– adalah kesadaran untuk berusaha menumbuhkan penghargaan terhadap situasi keragaman ini. Kalau pun ada kompetisi, semestinya adalah kompetisi yang alamiah, dimana manusia memilih untuk “beragama” atas dasar pilihannya sendiri. Ada beberapa faktor pendorong yang menyebabkan pola gerakan keagamaan yang dilakukan oleh pemeluk agama berpotensi menjadi konflik agama, seperti pertikaian antar pribadi, pertikaian antar kelompok, orang ketiga lazim disebut provokator, penegakan hukum yang lemah, komunikasi yang lemah, kebijakan pemerintah, dan atau proyek otonomi daerah. Parsudi Suparlan, menyebut pertikaian-pertikaian tersebut terkait dengan politik identitas, sehingga memunculkan problem identitas kelompok (kesukubangsaan). Kasus Ambon, Ketapang, Sambas, Sanggauledo, dan Pontianak adalah contohnya yang paling terang benderang.
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
59
Artikel
Keberagamaan Orang Kota
*Joko Tri Haryanto Peneliti Balai Litbang Agama Semarang
60 Smart
Fenomena keagamaan masyarakat kota sangat menarik untuk dicermati. Masyarakat perkotaan sebagai representasi konteks sosial yang disebut sebagai modernisme dan kapitalisme, ternyata tidak dapat mengesampingkan agama. Fenomena yang terjadi malah menunjukkan maraknya semangat religiusitas di sisi lain dari masyarakat modern. Fenomena semacam ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi bahkan di Amerika, tempat sumbernya kapitalisme dan modernisme telah le-bih dulu mengalami fenomena tersebut. Jacob Needlemen (1983) menuliskan bahwa gerakan “agama-agama baru� yang bermunculan di Amerika dan banyak pengikutnya merupakan ge-rakan koreksi atas budaya materialisme dan kapitalisme yang selama ini dianggap telah membawa pada kesuksesan hidup. Wilayah di mana kapitalisme tumbuh subur, sekaligus juga menyuburkan gerakan keagamaan. Penjelasan Needlemen, ibarat kepingan mata uang yang bersisi dua, kapitalisme memberikan kesejahteraan sekaligus penderitaan. Segi positif dari dampak perkembangan kapitalisme, seperti diyakini oleh banyak ahli, yang paling utama adalah perannya dalam menyejahterakan ekonomi rakyat secara umum, yakni dengan menciptakan kemakmuran dan demokrasi politik, kebebasan individu, ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun mendorong tumbuhnya entrepreneurship. Dengan demikian modernisasi adalah salah satu hasil utama dari kapitalisme. Namun dampak negatif juga terjadi antara lain: stres kerja, kebijakan downsizing, kondisi sosial masyarakat yang semakin abstrak, kekerasan dan kejahatan, konsentrasi kekuatan ekonomi
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
dan materialisme. Kerentanan sosial yang tinggi mengakibatkan anomali, alienasi, maupun deprivasi (perampasan hak) sosial pada masyarakat berdampak pada stress dan kekeringan jiwa. Padahal, proses sosial dalam masyarakat pen-ting untuk menjadi sebuah pribadi dan memperoleh identitas. Manusia tidak akan eksis jika terpisah dari masyarakat. Hubungan keduanya menggambarkan adanya dialektika inheren dari fenomena masyarakat. Jadi faktor-faktor yang diuraikan di atas menjadi pemicu kegelisahan masyarakat . Spirituality Yes ! Keadaan semacam ini, menurut John Naisbitt (1999), menjadikan manusia berusaha mencari pegangan hidup melalui kultus yang menawarkan persahabatan sejati dan kehidupan komunal yang hangat. Maka wajar kalau kemudian yang diinginkan oleh masyarakat modern adalah spiritualitas, hal-hal yang menyentuh perasaan, meneduhkan, menyejukan hati dan membawa kedamaian hidup. Kebutuhan tersebut ada dalam agama, tetapi sifat formalisme agama yang kaku, rigid, mengekang akan ditolak oleh para pencari kesejukan spiritualitas tersebut. Masyarakat modern ini lebih memiilih spirituality yes and organized religion no! Pengaruh lain dari modernisasi diantaranya adalah munculnya fenomena masyarakat urban. Dalam masyarakat kota, urban dan modern, kehidupan berproses menuju atomisme (individualis), polarisasi sosial dan terjadi marginalisasi terhadap sebagian besar masyarakat yang tidak mempunyai akses kepada modernisasi. Setiap orang
Artikel berhubungan dengan secara dangkal, tanpa tanggungjawab yang berarti, dan nir-emosi. Kehidupan yang demikian, biasanya ikatan sosial secara tradisional semakin longgar atau terputus. Hal ini kebalikan dari masyarakat tradisional, di mana setiap orang adalah anggota komunitas yang liminal, intim dan kontrol sosial yang ketat sekaligus menjadi sistem perlindungan dan jaminan sosial.(Kuntowijoyo, 1991) Keadaan masyarakat perkotaan tersebut sangat potensial untuk memicu munculnya kebutuhan personal manusia, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan identitas-identitas melalui pengelompokan-pengelompokan antar individu dengan suatu ikatan tertentu. Di antaranya adalah kelompok dengan ikatan idealisme tertentu, seperti emosi keagamaan, sentimen sosial, bahkan apriori politik. Maka wajar kalau kemudian marak kembali kegiatan-kegiatan tarekat, majelis-majelis dzikir, kelompok-kelompok pengajian. Masyarakat perkotaan bahkan membentuk kelompok “berjanjen” ataupun kelompok tahlilan di lingkungan RT atau perumahan untuk mencari sarana pengikat sosial tersebut. Potensi Radikalisme Situasi itupun juga dimanfaatkan oleh kelompok aliran sempalan bahkan jaringan teroris yang menawarkan persaudaraan sejati, sembari mengangkat isu kritik sosial dan moral. Situasi sosial seperti meningkatnya angka kriminalitas, kuatnya budaya korupsi, dekadensi moral, dan mulai hilangnya sikap keteladanan pemimpin masyarakat menjadi pemicu yang potensial untuk menarik minat banyak kalangan yang jiwanya masih idealis, semangat, dan kritis sekaligus labil dalam penca-rian identitas diri. Persoalan ortodoksi yang dianggap stagnan, ketinggalan jaman, atau bid’ah juga dapat memicu munculnya gerakan baru. Terlebih jika ajaran ortodoksi dipandang sebagai bagian dari
kekuasaan yang dianggap bobrok, korup, dan dzalim sehingga tidak dapat mengakomodasi gejolak spiritualitas atau idealitas dalam masyarakat secara riil. Ide untuk menciptakan corak dogma atau penghayatan agama yang baru yang lebih progresif dan kongkrit memenuhi harapan me-reka akan bermunculan. Ketidakpuasan terhadap situasi yang dirasa mandeg, stagnan dan kejenuhan, terutama dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya yang dipandang merugikan banyak pihak, korup, maksiat, pemiskinan, dan ketidakadilan. Fenomena spiritualitas masyarakat perkotaan bisa jadi juga merupakan suatu protes sosial, pengungkapan ketidakpuasan terhadap situasi sosial kemasyarakatan yang tidak membahagiakan penghuninya. Akar persoalannya ada dalam masyarakat sendiri yang harus diminimalisasi untuk tidak memicu tumbuhnya gerakan sejenis. Masyarakat telah lama hidup dalam kesempitan, ketidakbahagiaan bahkan ketiadaan harapan (hopeless). Pertentangan antar status sosial, jurang kayamiskin yang semakin lebar, pertikaian tokoh masyarakat dan agama menjadi transparan, dan berbagai macam ironi dalam masyarakat memicu protes diam-diam (silent protest) dalam berbagai bentuknya. Sementara dari dalam, fenomena ini biasanya dimulai dari “kejutan ke-sadaran”, yakni kesadaran yang muncul baik tiba-tiba maupun gradasi bahwa pemikiran, pemahaman dan perilaku yang telah ada dipandang suatu kesalahan. Kejutan kesadaran ini umum terjadi karena adanya krisis dan kevakuman akibat kondisi lingkungan yang dipandang kritis oleh kelompok tersebut. Berbagai krisis sosial dan kemanusiaan dewasa ini dipicu terutama oleh modernisasi yang memunculkan berbagai problematika baru di masyarakat dan mendorong suatu proses pencarian ke “dalam“, melaku-
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
61
Artikel kan inferensiasi dan refleksi terhadap penghayatan selama ini, sehingga memunculkan idealisme untuk mengabdi kepada masyarakat dan agama (Tuhan) secara murni dan benar yang diyakini menjadi solusi.
Masyarakat telah lama hidup dalam kesempitan, ketidakbahagiaan bahkan ketiadaan harapan (hopeless).
62 Smart
Reaksi Umat Beragama Religiusitas masyarakat perkotaan tidak hanya memicu maraknya kegiatan pengajian-pengajian yang membawa adem-ayem saja, tetapi juga berpotensi juga pada maraknya gerakan radikalisme. Hal ini karena umat beragama pada umumnya biasanya bereaksi terhadap modernisme dalam tiga pola. Pertama, Deduksi yaitu menegaskan kembali otoritas tradisi agama, di mana hal ini bertolak dari wahyu Allah, “Deus Dixit” atau Allah bersabda. Dalam pola ini semua persoalan dipandang hanya Allah yang mempunyai jawaban atas berbagai persoalan manusia. Kedua, Reduksi, yaitu melakukan demitologi agama, melakukan tafsir rasional dalam kerangka sekular untuk tujuan eksistensi religius. Dan ketiga, Induksi yaitu usaha mengungkap pengalaman manusiawi ke dalam tradisi religius, sekaligus menemukan yang transenden dalam pengalamannya yang manusiawi. (Berger, 1992) Ketiga pola ini memiliki potensi untuk menjadi gerakan yang progresif dalam mendukung mainstream agama, tetapi juga bisa berpotensi agresif melawan kemapanan agama. Pola deduksi dapat membawa penganutnya kepada sikap fundamentalisme, bahkan pada proses pencarian spiritualitas baru. Pola reduksi dapat berimplikasi pada desakralisasi, reduksi, dan dekonstruksi makna-makna spiritual dan psikologikal agama yang sebenarnya unsur paling penting dalam agama itu sendiri. Menurut Berger, agama merupakan usaha untuk membentuk suatu kosmos keramat atau kosmisasi dalam suatu cara yang keramat (sakral), yaitu suatu kualitas kekuasaan yang misterius
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
dan menakjubkan yang terkait dengan obyek-obyek dan pengalaman tertentu. Pemahaman terhadap (ajaran) agama yang selanjutnya dapat menimbulkan pengalaman keagamaan yang bersifat pribadi, unik dan berbeda bagi setiap orang. Pengalaman keagamaan yang dapat menimbulkan perasaan religius. Menurut Emile Durkheim, perasaan religius tersebut merupakan keberagamaan yang muncul dari emosi keagamaan. Dalam istilah Islam itu berarti ihsan yang berarti merasakan kehadiran Tuhan di hati manusia. Pengalaman dan perasaan religius seseorang akan muncul ketika ia berdoa, melaksanakan ibadat dan acara ritual di tempat-tempat tertentu. Dalam bahasa Berger, suatu kanopi untuk berlindung dari kegersangan menjadi sangat dirindukan. Alternatif tempat pelarian yang dianggap akan mengakhiri penderitaan mereka, antara lain dengan mengikuti “agama-agama baru” karena “agama yang lalu” yang selama ini mereka anut dianggap tidak mampu menjawab persoalan yang mereka hadapi. Husnudzan Fenomena keberagamaan orang kota yang kita lihat dengan maraknya kelompok-kelompok pengajian, majelis-majelis dzikir, bahkan sufisme melalui internet perlu diapresiasi dengan husnuzan (baik sangka). Bahwa hal-hal tersebut adalah upaya mempertahankan diri dalam badai modernisme yang sungguh tak ramah. Toh, apa yang mereka lakukan memiliki fungsi dan nilai setidaknya bagi diri mereka sendiri, terlepas apakah yang mereka lakukan itu adalah sufisme benaran atau hanya pseudosufisme. Namun memang penting untuk membangun wacana yang jelas tentang sufisme sehingga aktivitas-aktivitas spiritual, mejelis-majelis dzikir, dan lain-lainnya yang telah marak tersebut tidak hanya bersifat artifisial belaka. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Artikel Jalaluddin Rakhmat, bahwa pseudosufisme mirip perilaku orang yang datang ke toko obat untuk hidup sehat, dengan membeli analgesik, vitamin atau makanan suplemen, tetapi ia tidak mengubah gaya hidupnya, tidak me-ngatur cara makan dan minumnya, serta tidak berolah raga. Sufisme adalah gaya hidup yang meliputi sikap, pandangan dan tingkahlaku yang dilandasi oleh kebersihan jiwa, dan ini membutuhkan latihan dan kesungguhan (mujahadah
dan riyadlah). Adapun yang perlu diwaspadai sebenarnya adalah munculnya gerakan radikalisme keagamaan, yang juga merupakan reaksi sekaligus dampak dari modernisme. Gerakan fundamentalisme dan radikalisme akan mencederai sisi keteduhan agama, di mana akibatnya agama formal akan kehilangan muka di hadapan masyarakat yang sedang mencari kesejukan-kesejukan hidup.
Infotainment Sehat Beberapa waktu lalu, fatwa “infotainment� yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) menuai kontroversi, antara yang menyambut baik dan yang mengatakannya sebagai urusan tidak penting yang diadakan-adakan. Dus, yang pasti, seperti dikatakan oleh raja infotaiment Ilham Bintang, fatwa MUI itu selaras dengan kode etik jurnalistik yang mewajibkan setiap pemberitaan media sedapat mungkin dan seharusnya bisa dijauhkan dari unsur kebohongan (kidzib atau fitnah) dan pergunjingan (ghibah).
*Fathurozi Layouter Majalah Smart
Fatwa MUI tidak menggenalisir keharaman semua infotaiment yang ada selama ini. Yang diharamkan, seperti ditegaskan oleh ketua Bidang Fatwa MUI, KH. Ma’ruf Amin bukan infotainmennya, tapi nilai negatif yang ada di dalamnya. Jadi bukan format yang dipermasalahkan, namun substansinya. Infotaiment yang mengandung unsur pergunjingan dan kebohongan malah disebut Menkominfo Tifatul Sembiring bukan sebagai bagian dari kegiatan jurnalistik. Jenis informasi seperti itu, kata Tifatul, hanyalah tayangan hiburan, tak ubahnya seperti pertunjukkan musik
dan kuis-kuis berhadiah yang bertebaran di televisi. Kata KH. Ma’ruf Amin, infotainment sekarang secara umum tak lebih berbahaya daripada pornografi. Sudah selayaknya infotainment harus bersih dari unsur pemberitaan aib orang lain dan perkara privat para pesohor artis yang tak layak didengar oleh masyarakat luas. Media sebagai ruang inspirasi publik sudah selaiknyalah memperbaiki tayangan-tayangan murahan yang justru menyesaki beban psikologis massa yang sudah jenuh dengan aktivitas ke-
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
63
Artikel
seharian. Media akan menjadi vitamin bila ia bukan hanya sebagai tontonan, tetapi pula tuntunan. Infotainment yang hanya mengumbar berita-berita buruk (bad news) menjadi “good news� akan membuat kontemplasi meditatif umat Islam terganggu. Mereka dituntut untuk memperbaiki diri, tapi pada saat bersamaan, media justru mendorong mereka untuk mengetahui sisi buruk saudaranya sendiri, melalui berita gosip yang belum tentu benar adanya dan berita lain yang sifatnya fitnah.
penjara, padahal dia tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan. Tontonan yang menuntun kepada ghibah dan fitnah lambat laun akan merecoki pemikiran masyarakat. Infotainment yang berisi ghibah dan fitnah menggiring secara serentak menuju masyarakat yang hobi membicarakan hal-hal negatif. Akhirnya, perbuatan yang dalam ajaran agama dikutuk itu dianggap perbuatan biasa yang justru sering diperbincangkan di lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan lainnya.
Dosa besar Dalam sistem moral Islam, ghibah atau menggunjing aib orang disetarakan dengan zina. Dosanya bahkan dikatakan lebih besar daripada zina. Mengapa demikian? Karena dosa zina hanya ditanggung secara personal, sementara ghibah dosanya bisa menjalar kemana-kemana seperti api yang membakar sebuah pemukiman berhimpit. Pertobatan zina mungkin bisa langsung diterima karena hal itu hanya menyangkut soal hak-hak moral agama dari Allah SWT (haqqullah). Tapi ghibah tak akan diampuni selama korban saudara yang jadi sumber gunjingan tidak memaafkannya. Dalam ghibah, hak-hak sebagai sesama saudara harus dibebaskan terlebih dulu sebelum mendapatkan ampunan secara agama dari Allah. Karena itulah, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hujurat: 12), Allah mengumpamakan ghibah dengan perbuatan keji memakan daging saudaranya yang sudah meninggal. Bahaya fitnah juga tak kalah laten. Al-Qur’an menyebut fitnah lebih kejam daripada pembunuhan (al-fitnah asyaddu min al-qatl). Korban kejahatan pembunuhan mungkin hanya musuh yang dibenci, tapi kalau diwarnai dengan fitnah, korban bisa lebih banyak dan lebih luas. Akibat fitnah, teman sendiri atau keluarga kita bisa terbunuh dan masuk
Nilai Keadaban Para pengusaha media elektronik yang memiliki tayangan infotainment harus memperhatikan nilai-nilai keadaban, etika moral dan estetika publik. Tak boleh seenaknya mereka menyajikan berita perceraian, skandal seks, hamil di luar nikah, pertengkaran antar anggota keluarga di kalangan artis atau tokoh terkenal lainnya, kalau belum terbukti kebenarannya. Kalaupun ter- Pertobatan zina mungkin bukti kebenarannya, bisa langsung diterima ha-ruslah disampai- karena hal itu hanya kan bila terpaksa menyangkut soal hak-hak secara bijak, kreatif, ino- vatif dan inspi- moral agama dari Allah ratif, sehingga tidak SWT (haqqullah). Tapi membuat desas- ghibah tak akan diampuni desus tak mutu di selama korban saudara kalangan luas. M a s a y a r a k a t yang jadi sumber gunjingan kita membutuhkan tidak memaafkannya. tayangan yang bukan hanya menghibur, tapi juga bersifat edukatif. Boleh saja memberitakan soal-soal yang berbau provokatif asal untuk tujuan memperingatkan pihak-pihak yang dianggap menyimpang dari tatanan agama. Infotaiment yang sehat bukan hanya menyajikan berita, tapi harusnya pula ia dilengkapi dengan nasehat-nasehat bijak dan arif.
64 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Artikel
Pendidikan Agama Khonghucu Di Tingkat Sekolah Dasar Selama tidak kurang dari 20 tahun umat Khonghucu di Indonesia sempat hidup dalam tekanan dan pengekangan sebagai akibat tindakan diskriminatif terhadap pemeluknya. Namun patut disyukuri, pengakuan hak asasi manusia pada era reformasi mulai membaik.
*A.M Wibowo Peneliti Balai Litbang Agama Semarang
Kebebasan beragama umat Khonghucu ini semakin jelas dengan keluarnya Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. PP tersebut menyebutkan bahwa perihal pendidikan agama Khonghucu dapat dilaksanakan pada jalur sekolah formal, non-formal, dan informal sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat 3 yang berbunyi “Pengelolaan satuan pendidikan keagamaan Khonghucu dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat�. Namun fakta masih menunjukan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Khonghucu di Indonesia masih problematis. Meski payung hukum tentang pelaksanaan pendidikan agama Khonghucu bagi pemeluknya telah lahir yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1969, Penetapan Presiden Nomor 1.Pn. Ps. Tahun 1965, UU Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, namun pada dataran praktik di lapangan pelaksanaan pendidikan agama Khonghucu ini masih
terkesan setengah-setengah. Dari hasil penelitian tahun 2010 yang telah dilakukan di Kota Pekalongan, pelaksanaan pendidikan agama Khonghucu pada tingkat sekolah dasar masih banyak ditemukan berbagai kendala yang menyangkut sumber daya manusianya. Sumber daya manusia dalam hal ini guru agama Khonghucu, dalam dataran praktik masih jauh dari ideal. Idealnya guru agama Khonghucu dan guru agama lainnya haruslah memenuhi standar-standar yang telah ditentukan dalam permendiknas No. 16 Tahun 2007 yaitu baik kualifikasi dan standar kompetensinya. Temuan penelitian menggambarkan bahwa betapa secara kualifikasi akademik guru pendidikan agama Khonghucu rata-rata hanya lulusan SMA. Padahal menurut Permendiknas sebagaimana tersebut di atas seorang guru haruslah memiliki kualifikasi pendidikan minimum diploma empat (D–IV) atau sarjana S-1 dalam bidang pendidikan atau program studi sesuai yang diajarkannya. Standar kompetensi guru pendidikan agama Khonghucu pada Sekolah Dasar (SD) dapat dinilai dari empat hal, yaitu : kemampuan paedogogisnya, profesionalismenya, kepribadiannnya dan kompetensi sosialnya. Empat kompetensi tersebut minimal harus dikuasai oleh guru. Namun demikian, bagi guru pendidikan agama Khonghucu secara umum dan secara khusus, masih terdapat kompetensi khusus yang harus dikuasai dan diimplementasikan dalam program pengajarannya. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
65
Artikel peserta didik yang meliputi empat hal. Pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi personal atau kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berahlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi Guru Agama Sekolah Dasar yang dimaksud dalam permendiknas No. 16 Tahun 2007 meliputi guru mampu menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Konghucu. Guru pendidikan Agama Khonghucu wajib melakukan analisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Konghucu. Guru agama baik pada tingkat sekolah dasar maupun tingkat menengah sudah seharusnya mempunyai dasar-dasar persyaratan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Jika semua guru agama memiliki hal tersebut di atas tentu saja secara positif akan meningkatkan kualitas pendidikan agama peserta didik. Dengan peningkatan kualitas pendidikan maka pengaruhnya akan sangat positif sebab agama dijadikan way of life dalam kehidupan peserta didik kelak di kemudian hari. Banyak cara meningkatkan kuali-
66 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
tas guru pendidikan agama. Beberapa diantaranya adalah dengan jalan menempuh pendidikan tingkat lanjut sesuai dengan bidang studi agama yang akan diampu guru. Dan yang kedua adalah uji kesetaraan bagi guru-guru yang tentunya mempunyai kesulitan dalam menempuh studi di taingkat perguruan tinggi karena kendala umur, atau tidak adanya lembaga pendidikan yang diminati yang dekat dengan guru tersebut berada. Bagi guru pendidikan agama Khonghucu problem tentang melanjutkan studi pada Sekolah Tinggi Agama Khonghucu menjadi kendala utama. Lagi-lagi karena belum adanya Sekolah Tinggi Agama Khonghucu di Indonesia baik yang dikelola oleh swasta maupun oleh pemerintah. Untuk memperoleh atau menempuh kesetaraan bagi guru pendidikan agama lagi-lagi masih terkesan setengah hati. Sebab sepengetahuan penulis di Indonesia hanya satu kota saja yang mengadakan uji kesetaraan bagi guru pendidikan agama Khonghucu yaitu Kota Surabaya Propinsi Jawa Timur. Oleh sebab itu maka ada beberapa masukan yang akan diberikan oleh penulis berkaitan dengan pendidikan agama Khonghucu. Yang pertama adalah didirikan lembaga atau sekolah tinggi agama Khonghucu baik yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah. Kedua sebaiknya program-program kesetaraan bagi guru pendidikan agama Khonghucu diperluas sehingga guru pendidikan agama Khongucu mampu menjangkaunya. Dan ketiga bagi guru pendidikan agama Khonghucu sebaiknya memacu diri untuk memperbaiki kualitas pendidikannya. Andai saja semua guru agama mememiliki ketiga syarat utama seperti diungkapkan di atas, niscaya harapan tentang pencapaian tujuan dari pendidikan agama dapat terealisir dengan baik dan tidak menjadi setengah-setengah lagi. (semoga saja)
Peningkatan kualitas pendidikan maka pengaruhnya akan sangat positif sebab agama dijadikan sebab way of life dalam kehidupan peserta didik
Artikel
SOLIDARITAS Merapi “batuk” lagi. Kali ini tidak ada seorang ahli vulkanologipun yang mampu memastikan kapan bermula dan berakhir. tidak ada juga yang dapat memprediksi apakah “batuk”nya yang pertama lebih dahsyat dari berikutnya. Inilah Allah menunjukan kepada manusia bahwa Ilmu Allah lebih tinggi dari ilmu manusia yang kadang sombong, angkuh, dan sok pinter.
Mulyani Mudis T Peneliti Balai Litbang Agama Semarang
Pada sisi yang lain Allah juga ingin menunjukan pada manusia, sesungguhnya ada dimensi ketuhanan yang tidak bisa dijangkau oleh kekuatan nalar manusia, meskipun secara kasat mata sangat nampak. Peristiwa tersebut hanya bisa dijangkau dengan kekuatan iman bahwa sesungguhnya Allah SWT lagi “menawarkan” kepada manusia sampai kapan manusia memiliki sifat kemanusiaan itu sendiri agar duka menjadi pembelajaran dan ada ibrah di dalamnya. Ironisnya, duka para korban merapi malah direspon oleh anggota DPR dengan “piknik” ke Mekkah, pejabat nglencer ke Jerman maupun ke Bali. Padahal duka mereka sesungguhnya duka kita bersama sebagai anak bangsa yang masih memiliki Tuhan sebagai pusat penghambaan. Tapi mengapa kebersamaan begitu mudah lepas dari hati sanubari yang masih memiliki Tuhan dan sama-sama sebagai pusat penghambaan dan di mana sifat solidaritas manusia yang selama ini dimiliki ?
Bencana Wasior, Merapi maupun Mentawai bukan karena Tuhan mulai bosan dengan tingkah manusianya yang tidak sekedar merusak alam. Allah berfirman “telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat tangan manusia” dan tingkah manusia yang serakah dengan apa yang telah Allah berikan tanpa pernah merasa bersyukur sehingga lupa dengan firman Allah Barangsiapa merasa bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya, akan tetapi sebaliknya apabila ingkar dengan nikmatNya sesungguhnya siksa Alloh amat berat. Ketidak bosanan Tuhan terhadap ummat ini ditunjukan dengan masih banyak “tangan-tangan” Tuhan yang peduli dan ke-Maha-kasih sayangnya Allah dinampakan dengan “batuk”nya merapi yang tidak sekaligus sehingga masih ada kesempatan untuk melakukan tindakan penyelamatan. Bencana memang tetap bencana yang siapapun tidak menginginkannya. Bencana tidak mengenal batas kaya dan miskin, pejabat dan bukan pejabat, anggota dewan dan bukan anggota dewan. Ketika Allah sudah “Kun” maka tidak ada sesuatupun yang bisa menghalangi dan menghindar. Manusia hanya berharap “Kun” nya Allah adalah menuju proses yang berakhir dengan kebaikan bagi semua. Tidak hanya untuk mereka yang terkena musibah, tapi juga pada pejabat yang suka nglencer, anggota dewan yang suka “sok” mengadakan pengawasan, dan si kaya yang suka weekend di hotel-hotel mewah karena Rohman dan Rohim nya Allah adalah Rahmatan Lil’alaamiiin yang siapapun akan memperolehnya, entah itu manu-
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
67
Artikel
sia, binatang, maupun tumbuhan. Perjalanan manusia adalah sejarah panjang yang manusia itu sendiri yang melukiskannya mau seperti apa dan diapakan dunia ini. Allah berfirman Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang merubahnya. Manusia diberi akal dan fikiran dengan Afalaa ta’qiluun dan afalaa tatafakkaruun. Manusia sedikit diberi otoritas untuk ikut bagaimana mengelola dan berinteraksi dengan alam dan antar sesama manusia. Hari ini manusia harus belajar banyak dari peristiwa Wasior, Mentawai dan merapi yang meluluhlantakkan tidak hanya fisik tapi juga psikis. Meskipun sebelumnya Allah telah memberi pembelajaran melalui Merapi yang mengkoyak sehingga muncul istilah “Wedus Gembel�. Juga, Tsunami Aceh yang menghanyutkan manusia yang buruk dan baik akhlaknya. Menghanyutkan manusia yang munafik dan menarik manusia yang shaleh. Menenggelamkan manusia yang serakah dan manusia yang qonaah. Menghilangkan manusia yang hubbuddunya dan menarik manusia yang hubbuddunya wa
68 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
hubbul aakhirah. Pembelajaran demi pembelajaran telah Allah tunjukan kepada manusia. Manusia masihkah akan sombong dengan ilmu yang dimiliki. Masihkah serakah padahal harta telah tertumpuk. Masihkah bertepuk dada sementara saudara-saudara kita butuh uluran tangan, dan masihkah merasa akan hidup selamanya meskipun Allah telah tunjukan kematian detik, menit, dan jam bagi siapapun yang dikehendaki tanpa ada sebab. Inilah fenomena alamiah dan fenomena kemanusiaan yang sebenarnya untuk menguatkan antara fikir, dzikir dan rasa kemanusiaan itu sendiri. Kekuatan fikir manusia untuk memikirkan bagaimana mengelola dan berinteraksi dengan alam sebaik mungkin, sehingga apabila ada musibah sudah dipersiapkan strategi untuk mengantisipasi (tanggap darurat). Kekuatan dzikir manusia untuk mengakui sesungguhnya manusia adalah kecil di mata Tuhan dan segala sesuatu dikembalikan kepada yang menciptakan alam. Sesungguhnya, beserta kesulitan akan ada kemudahan, dan rasa kemanusiaan manusia merupakan bagian dari hidup dirinya. Kata hadis Nabi bahwa “tidaklah beriman seseorang di antara kalian sebelum mencintai saudaranya sebagaimana kecintaannya terhadap dirinya sendiri�.
Pendidikan
Lomba PTK untuk Guru Tahun 2010 Balai Litbang Agama Semarang kembali mengadakan lomba karya tulis ilmiah dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Seperti pada tahun sebelumnya, panitia lomba PTK menseleksi proposal-proposal yang masuk dari para guru di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Dari semua proposal yang masuk, panitia menetapkan 10 proposal yang layak untuk dibiayai, besarnya lebih kurang Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Secara umum seleksi terdiri atas dua macam: pertama, seleksi administrasi, dan kedua, seleksi substansi. Seleksi administrasi meliputi kelengkapan persyaratan sebagaimana yang ditetapkan panitia. Sedangkan seleksi substansi menyangkut substansi materi meliputi 5 (lima) aspek: (1) permasalahan yang diteliti, (2) cara pe-mecahan masalah, (3) kemanfaatan hasil penelitian, (4) prosedur PTK, dan (5) kegiatan dan dukungan teknis pembiayaan. Menurut panitia, Umi Muzayanah, “proposal yang masuk sejumlah 125 buah, tetapi yang lolos seleksi administrasi sebanyak 86 buah proposal. Banyaknya proposal yang tertolak (39) buah, disebabkan hal-hal kecil yang berakibat fatal, misalnya: tidak ada materai, tidak ada tanda tangan kepala sekolah, proposal yang dikirim hanya 1 eksemplar (harusnya 3 eksemplar), dan hal-hal teknis lain. Lebih parah lagi, mengirimkan setelah tanggal batas akhir pengiriman.” Seleksi substansi dilakukan oleh tim seleksi dari Pusat
Penelitian ataupun Lembaga Penelitian perguruan tinggi, yakni dari Universitas Negeri Semarang dan IAIN Walisongo Semarang. Seleksi ini dilakukan oleh tiga orang. Dari tiga penilai tersebut kemudian direkap. Berdasarkan hasil seleksi, kemudian diumukan para
pemenang lomba karya tulis ilmiah dalam bentuk PTK tersebut. Berikut ini adalah para pemenang lomba PTK tahun 2010 berdasarkan keputusan kepala Nomor: Blt.02/1/ TL.03/835/2010. (lihat tabel) (Aji Sofanudin)
Para Pemenang Lomba PTK Tahun 2010 No.
Nama
Judul Penelitian
1
Junainah Helmy, M.Pd. MA Negeri 1 Boyolali
Upaya Meningkatkan Ketrampilan Listening Pada Pembelajaran Recount Texts Melalui Penerapan Pendekatan Berbasis Genre Dan Pemanfaatan Media Audio Program Microsoft Excel-Text To Speech Pada Siswa Kelas X-1 MAN 1 Boyolali Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011
2
Drs. Purwanto, M.Pd. MA Negeri Kendal
Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil belajar Fisika Pada Kompetensi Kinematika Gerak Lurus Melalui Pembelajaran Interaktif di Madrasah Aliyah Negeri Kendaal
3
Dwi Handajani, S.Pd. MAN Kalibeber Wonosobo
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XIIPA MAN Kalibeber Woonosobo Melalui Perpaduan Model Pembelajaran Kooperatif CUPS Berbasis Ketrampllan Proses
4
Ely Widayati, S.Pd. MAN Yogyakarta 1
Penggunaan Metode Vocard Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Reading Pada Siswa Kelas XD MAN Yogyakarta I Semester Gasal Tahun 2010
5
Sugiharti MAN Wonokromo Bantul
Upaya Mencapai Active, Joyful, Effective Learning (AJEL) dengan Menerapkan Pendekatan Struktural Think Square Share (TSS) Pada Pembelajaran Matematika Ssiwa Kelas X MAN Wonosobo Bantul
6
Istikomah, S.Pd. , dkk MTs Negeri Model Purwokerto
Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Model Pembelajaran Kreatif, Kontekstual, dan Religius (KKR) pada Siswa Kelas IXA MTs Negeri Model Purwokerto
7
Sugeng Hariyono, S.Pd. MA Negeri Gondanglegi Kab. Malang
Metode Pembelajaran Penemuan (Learning By Discovery) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA-1 MAN Gondanglegi Tahun Pelajaran 2010/2011 Pada Materi Limit Fungsi Trigonometri
8
Heni Trihastuti, S.Pd. MTs N Wonosobo
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IXF MTs N Wonosobo Tahun Pelajaran 2010/2011 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif “Team Games Tournament” Terpadu Dengan “Numbered Heads Together”
9
Drs. Sya’roni, dkk MA Negeri Demak
Upaya Mneingkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas XI IPA 1 Pokok Bahasan Peluang Melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Dengan Media Pembelajaran “Perlombaan Pacuan Kuda (Horse Race)”
Drs. Supriyanto MAN 2 Kudus
Upaya Meningkatkan Motivasi, Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia Pada Struktur Atom Dengan Penggunaan Peta Konsep Bagi Siswa Kelas X 1 MAN 2 Kudus
10
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
69
Pendidikan
Dampak Vandalisme Terhadap Tawuran Remaja
A
Para juara lomba karya tulis ilmiah (LKTI) menerima penghargaan.
70 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
khir-akhir ini perilaku remaja menjadi sorotan publik. Menjadi sorotan publik karena fenomena remaja sekarang ini lebih cenderung dalam mencari jati diri dengan cara bergabung atau membentuk kelompok yang yang lazim disebut klub, klik, maupun geng. Mereka yang ikut tergabung dalam dalam klub-klub, klik-klik atau geng-geng berpengaruh kolektif dalam mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu-individu yang menjadi anggotanya. Hal inilah yang menurut Melly Latifah dalam bukunya yang berjudul Karakteristik remaja berproses membentuk pola perilaku dan nilainilai individu baru yang pada gilirannya bisa menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang dipelajarinya di rumah. Fenomena tentang geng remaja merupakan tema penelitian yang dilakukan oleh siswa MAN Yogyakarta I. Judul penelitian ini memenangkan juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah remaja siswa madrasah Aliyah se-Jateng dan DIY. Menurut Arini Mutiah Rosmaya, ketua tim dari MAN Yogyakarta I, geng saat ini sangat mudah terbentuk di kalangan remaja dan kerap ditemui pada pelajar tingkat SMA/MA maupun tingkat SMP. Geng merupakan suatu kelompok yang memiliki kecenderungan untuk melawan aturan-aturan yang
Pendidikan
ada. “Kelompok inipun sering terlibat tawuran antar sekolah,� tuturnya. Lebih lanjut Arin mengungkapkan geng merupakan suatu kelompok yang memiliki kecenderungan untuk menunujukkan eksistensinya di masyarakat. Salah satunya adalah dengan melanggar aturan dan norma yang berkembang, seperti merusak fasilitas umum dengan mencorat-coret dinding mapun fasilitas lain dengan coretan nama mereka. Aksi corat-coret atau yang sering disebut vandalisme dijadikan sebagai bentuk untuk mengenalkan identitas. Geng tersebut berusaha untuk dikenal, ataupun di takuti oleh geng-geng yang lain. Aksi vandalisme menurutnya merupakan kegiatan perusakan terhadap lingkungan selain melanggar syari’at Islam, juga mengakibatkan berbagai permasalahan. Aksi vandalisme dapat menimbulkan percekcokan antar geng hingga berujung tawuran. “Hal tersebut meru-
vandalisme dapat berdampak pada tawuran pelajar ketika para pelaku vandalisme saling melakukan pembalasan. (Arini Mutiah Rosmaya)
pakan keadaan yang sangat mengkhawatirkan, karena akan mengakibatkan permasalahan yang semakin besar,� sambung Arin. Melihat fenomena tersebut, Arin dan dua orang temannya yaitu Muhammad Nur Farid dan Dyah Komala Laksitoresmi sangat tertarik meneliti tentang motivasi pelajar melakukan aksi vandalisme, serta mengetahui dampak vandalisme terhadap tawuran pelajar serta untuk mengetahui upaya dari pihak sekolah dan pemerintah dalam upaya mengatasi aksi vandalisme yang berkembang di kalangan pelajar. Penelitian deskriptif yang mencoba memberikan gambaran secara nyata tentang feno-
mena aksi vandalisme para pelajar MAN Yogyakarta I sebagai su-byek penelitiannya menghasilkan empat temuan. Motivasi siswa melakukan vandalisme lebih dikarenakan keinginan mereka dalam menunjukkan eksistensi diri. “Eksistensi diri tersebut dapat terjadi karena tuntutan oleh pihak lain, iseng, mecoba hal baru yang menantang, serta seru-seruan dengan pacar maupun teman,� tambah Arin. Pandangan Islam mengenai aksi vandalism. Dalam Islam melarang adanya aksi vandalism. “Islam memerintahkan untuk melakukan pergaulan yang baik dan Islam memerintahkan untuk menjaga keindahan�, imbuh Arin. Menurut Arin, vandalisme dapat berdampak pada tawuran pelajar ketika para pelaku vandalisme saling melakukan pembalasan. Geng yang merasa unggul akan mencoret tulisan geng lain dan diganti dengan nama geng miliknya. “Hal ini biasanya menyulut percekcokan antar geng karena anggota geng yang masih dalam masa remaja memiliki kondisi emosional yang sangat labil, hal seperti ini biasanya berujung percekcokan fisik . Untuk mengurangi dampak Vandalisme Arin memberikan rekomendasi berupa pemberian apresiasi pada remaja, memberikan kesempatan mengikuti kegiatan pengembangan diri, memberikan pendampingan, tidak melakukan labelling dan hukuman yang keras, dan khusus bagi pihak sekolah atau madrasah perlu mengadakan kegiatan antar sekolah/ antar madrasah. (Aam)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
71
Pendidikan
Salah satu peserta LKTI mempresentasikan hasil penelitiannya.
Lomba Karya Ilmiah Remaja
Tingkat Madrasah Aliyah, Digelar
B
alai Litbang Agama Semarang pada tanggal 30 Oktober 2010 menggelar presentasi lomba karya ilmiah remaja tingkat madrasah aliyah se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara ini merupakan puncak dari kegiatan yang telah dimulai sejak bulan Mei 2010. Lomba karya ilmiah remaja tingkat madrasah ini berhasil meloloskan sebanyak 35 naskah hasil penelitian. Dari 35 naskah
72 Smart
tersebut hanya terjaring 8 orang tim untuk memperebutkan juara I, II, III, serta juara Harapan I sampai dengan VII. Ke delapan tim tersebut adalah MA Tholabudin Masin Kabupaten Batang, MAN 3 Yogyakarta, dua tim dari MAN 2 Kabupaten Kudus, serta 3 tim dari MAN I Yogyakarta. Drs. H. Arifudin Ismail, M.Pd selaku Kepala Balai Litbang Agama Semarang, dalam sambutannya mengatakan,
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
kegiatan ini dilatar belakangi dari kepedulian Balai Litbang Agama Semarang dalam berupaya membentuk intelektual dan wawasan sosial remaja kearah yang lebih positif. “Remaja juga membutuhkan aktivitas-aktivitas positif yang mendorong pendewasaan mereka menuju manusia seutuhnya terutama di masa pendidikan, aktivitas keilmiahan sangat penting untuk membentuk intelektualitas dan wawasan sosial yang dapat
Pendidikan “Remaja juga membutuhkan aktivitas-aktivitas positif yang mendorong pendewasaan mereka menuju manusia seutuhnya terutama di masa pendidikan, aktivitas keilmiahan sangat penting untuk membentuk intelektualitas dan wawasan sosial yang dapat membentuk kepribadian remaja yang positif.”
(Arifudin Ismail)
membentuk kepribadian remaja yang positif”, Ungkap Arifudin. Di sisi lain, Joko Tri Har yanto, asisten akademis lomba tersebut, mengungkapkan dengan lomba Karya tulis ilmiah bagi siswa Madrasah Aliyah ini diharapkan akan memberikan hal positif bagi remaja. Salah satu harapan tersebut adalah mampu mendorong terwujudnya budaya ilmiah di kalangan remaja khususnya dikalangan siswa Madrasah Aliyah. Kegiatan ini sendiri menurut Joko terbagi menjadi 5 tahap. Tahap pertama adalah sosia lisasi yaitu pada tanggal 10 Mei
hingga 1 Oktober 2010. Pada tahap ini panitia lomba telah mengirimkan pengumuman lomba kepada 300-an Madrasah Aliyah se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. “Pengumuman tersebut juga kami sosialisasikan melalui website Balai litbang Agama Semarang,” tambah Joko. Tahap kedua adalah penerimaan karya tulis yang dimulai tanggal 1 Oktober 2010. Dari 300 undangan untuk mengikuti lomba, panitia hanya menerima 35 naskah karya tulis. Hanya satu yang tidak memenuhi syarat administrasi, karena melampaui
tenggat waktu penerimaan. Tahap ketiga adalah seleksi karya tulis tanggal 2 hingga 12 Oktober 2010. Naskah-naskah yang lolos secara administrasi di seleksi oleh 3 orang dewan juri. Bertindak sebagai Juri dalam lomba karya tulis ilmiah remaja tersebut adalah dosen-dosen yang memiliki kompetensi dalam bidangnya. Ketiga juri tersebut adalah Bambang Hartono, M.Hum Dosen fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Semarang, Dr. Abu Rokhmat, M.Ag Dosen Fakultas Dakwah dan Sulaiman al Kumayi, M.Ag Dosen Fakultas Ushuludin IAIN Walisongo Semarang. “Dewan juri dalam kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja bagi Siswa Madrasah Aliyah di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta ini adalah para dosen yang selain mengajar juga memang aktif menghasilkan karya tulis baik karya tulis ilmiah maupun popular” Tambah Joko Tahap keempat adalah
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
73
Pendidikan pengumuman pemenang yaitu tanggal 15 Oktober. Pengumuman pemenang dilakukan melalui surat resmi ke madrasahmadrasah pemenang dan juga melalui website Balai Litbag Agama Semarang. Tahap kelima atau puncak acara adalah presentasi seka ligus penentuan juara I,II, III dan juga Harapan I sampai VIII yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2010. Pada tahap tersebut peserta yang terdiri 8 tim diminta untuk mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dihadapan dewan juri. Berbagai pertanyaan, kri-
tikan tajam dilontarkan dewan juri kepada peserta berkaitan dengan metodologi, orisinalitas karya tulis peserta lomba. Ketepatan jawaban dan kemampuan berargumentasi merupakan nilai tambah untuk penentuan pemenang. Dalam Lomba Karya tulis ilmiah tersebut pemenang pertama karya tulis ilmiah berjudul Guratan Tembok Panas Studi Kasus Dampak Vandalisme Terhadap Tawuran Pelajar di MAN Yogyakarta I oleh Arini Mutiah Rosmaya Putri dan kawankawan. Juara II diraih oleh naskah berjudul Pandangan Islam
di Balik Geng Sekolah yang disusun oleh Lista Sukestywarni dkk pelajaran MAN Yogyakarta I. Juara III adalah naskah berjudul Menelusuri garis keturunan para perokok dan dampaknya pada prestasi siswa di Kabupaten Batang oleh Nur Inayah dkk siswa MA Tholabudin Batang. Para pemenang juara I sampai dengan Harapan V berhak mendapatkan piala, piagam serta uang pembinaan dengan total hadiah sebesar Rp 20 juta rupiah dipotong pajak. (aam)
Daftar Pemenang LKTI siswa Madrasah Aliyah se-Jateng dan DIY Juara
Judul Penelitian
TIM
Juara I
Guratan Tembok Panas (Studi Kasus Dampak Vandalisme Terhadap Tawuran Pelajar di MAN Yogyakarta 1 Pandangan Islam di Balik Geng Sekolah Menelusuri Garis Keturunan Para Perokok dan Dampak Pada Prestasi Siswa di Kabupaten Batang Dibalik Indahnya Televisi Terselip Pornografi
Arini Mutiah Rosmaya, dkk
MAN Yogyakarta I
Lista Sukestyawarni P, dkk
MAN Yogyakarta I
Nur Inayah, dkk
MA Tholabudin Kabupaten Batang
Andina Oktavia Sulistya, dkk Roikhanatun Nafi’ah, dkk
MAN Yogyakarta I
Juara II Juara III
Harapan I
Asal Madrasah
Harapan II
Pergaulan Bebas Remaja dan Upaya Penanggulangannya
Harapan III
Pengaruh Pelajaran Akidah Akhlak Terhadap Kesadaran Siswa Untuk Tidak Membuka Situs Porno
Sa’idah Fiddaroini, dkk
MAN Yogyakarta 3
Harapan IV
Peran Siswa MAN Kebumen 2 Dalam Membentengi Diri dari NAPZA dan Miras
Ahmad Irfan, dkk
MAN Kebumen 2
Harapan V
Upaya Remaja Menghindari Bahaya Pornografi dan Pegaulan Bebas
Anisa Sholihah, dkk
MAN Kudus 2
74 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
MAN II Kab. Kudus
Laporan Khusus
PENYUSUNAN DATA BASE KEAGAMAAN
Era globalisasi, kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh informasi sangatlah diharapkan oleh peneliti dan masyarakat, termasuk informasi tentang potensi keagamaan.
I
nformasi keagamaan yang disusun dalam bentuk database merupakan data sekunder ini akan dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan desain operasional penelitian dan membantu dalam mempertajam analisis dari suatu permasalahan. Litkayasa Balai Litbang Agama Semarang baru-baru ini telah menyelesaikan penyusunan database tentang potensi keagamaan di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang kumpulkan merupakan data sekunder dari kabupaten/kota setem-
pat yang terbaru dan dilengkapi dengan investigasi dari sumber terpercaya di lapangan. Kepala balai Litbang Agama Semarang, Drs. Arifuddin Ismail, M.Pd., mengungkapkan penyusunan database keagamaan bertujuan untuk meningkatkan 3 hal yaitu peningkatan kualitas data potensi keagamaan, peningkatan keragaman dan kelengkapan informasi potensi keagamaan, dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan peneliti dalam memperoleh informasi keagamaan secara mudah dan cepat. “Sasaran Penyusunan Database Keagamaan oleh Balai Litbang Agama Semarang
Penyusunan database keagamaan bertujuan untuk meningkatkan 3 hal yaitu peningkatan kualitas data potensi keagamaan, peningkatan keragaman dan kelengkapan informasi potensi keagamaan, dan peningkatan pela-yanan kepada masyarakat dan peneliti dalam memperoleh informasi keagamaan secara mudah dan cepat adalah tersusunnya database keagamaan yang berkualitas dan lengkap, masyarakat umum dan peneliti bisa mendapatkan informasi keagamaan tentang Provinsi DI Yogyakarta secara mudah, cepat dan akurat, kualitas hasil penelitian Balai Litbang Agama Semarang semakin baik dan berkualitas,� Tutur Arif. Salah satu keberhasilan penyusunan database keagamaan oleh litkayasa Balai Litbang Agama Semarang adalah Data Base tentang Madrsasah Aliyah Di Jawa Tengah. SMART mengajak pembaca untuk membaca hasil penyusunan Database lembaga madrasah Aliyah di Jawa Tengah. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. (Yeri)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
75
Laporan Khusus
DATABASE MADRASAH ALIYAH DI JAWA TENGAH pendidikan madrasah negeri dan swasta yang ada di Jawa Tengah ini mampu menampung siswa yang membutuhkan pendidikan Islam. Disamping itu juga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak guru yang mengajar di madrasah negeri dan swasta yang ada di propinsi ini.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perkembangan kemajuan manusia sangat ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. Tersedianya lembaga-lembaga pendidikan yang cukup memadai akan menentukan kapasitas dan kualitas pelayanan pendidikan bagi masyarakat, sehingga agama dapat ikut berperan serta dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan. Pendidikan agama dan keagamaan merupakan suatu rangkaian proses pembelajaran yang bercirikan khas Islam, dimana didalamnya terdapat keterkaitan antara kelembagaan, tenaga pendidik, dan anak didik serta unsur lain yang terkait. Pendidikan agama dan keagamaan secara yuridis telah masuk ke dalam Undang-Undang No. 20
76 Smart
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta diterbitkannya peraturan pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama dan keagamaan sudah sewajarnya mendapatkan perhatian yang seimbang dengan pendidikan umum yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional. Pada tahun 2009 Balai Litbang Agama Semarang telah menyelesaikan kegiatan penyusunan database madrasah di Propinsi Jawa Tengah dan ke-giatan ini merupakan implementasi fungsi Balai Litbang Agama Semarang, yakni penyedia layanan data dan informasi hasil-hasil penelitian. Pembuatan database madrasah di Propinsi Jawa Tengah ini dimaksudkan untuk melihat sampai sejauhmana jumlah lembaga
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Jenis Lembaga Madrasah Jenis lembaga/madrasah yang didata yakni Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta, Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta, Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta. Secara keseluruhan jumlah madrasah di tiga puluh lima kabupaten/kota yang ada di Propinsi Jawa Tengah terdiri atas 100 buah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dan 3.106 buah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) sebanyak 114 buah dan Madrasah Tsanawiyah swasta sebanyak 1.108 buah, Madrasah Aliyah negeri sebanyak 53 buah danMadrasah Aliyah swasta sebanyak 398 buah. Jika dilihat dari statusnya, secara keseluruhan madrasah swasta lebih dominan dibandingkan dengan madrasah negeri yakni mencapai 95 % madrasah swasta dan 5 % madrasah negeri. Persentase perbandingan madrasah negeri dan swasta yakni : Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 % dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta 97 %, Madrasah Tsanawiyah Negeri 9 % dan Madrasah Tsanawiyah Swasta 91 %, Madrasah Aliyah Negeri 12 % dan Madrasah Aliyah Swasta 88 %.
Laporan Khusus geri dan 57.018 orang atau (86 %) guru swasta. Jumlah pengajar/guru untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 29.272 orang guru dengan rincian 1.704 orang atau (6 %) berstatus guru Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan 27.568 orang atau (94 %) berstatus sebagai guru swasta. Pengajar (guru) yang mengampu pada jenjang pendidikan Madrasah Tsanawiyah antara lain dapat dijelaskan secara keseluruhan berjumlah 25.578 orang dengan rincian 4.944 orang atau (19 %) berstatus sebagai guru pegawai negeri sipil sedang selebihnya yakni 20.656 Peserta didik Jumlah total siswa madrasah pada tahun 2009 sebanyak 873.024 siswa madrasah. Siswa sebanyak itu terdiri atas siswa Madrasah Ibtidaiyah sampai dengan siswa Madrasah Aliyah. Dari jumlah tersebut siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 442.900 siswa (51 %), Madrasah Tsanawiyah 321.653 siswa (37 %), dan Madrasah Aliyah 108.471 siswa (12 %). Status dari jumlah siswa madrasah sebanyak antara lain : Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) sebanyak 25.848 siswa atau 6 % dan siswa Madrasah Ibtidaiyah swasta sebanyak 417.052 siswa atau 94 %, sedangkan untuk jenjang pada Madrasah Tsanawiyah seba-nyak 65.529 siswa atau 20 % dan siswa Madrasah Tsanawiyah swasta 256.124 siswa atau 80 %. Sementara untuk jenjang Madrasah Aliyah terdiri atas 35.516 atau 33 % siswa Madrasah Aliyah Negeri dan 72.955 atau 67 % siswa Madrasah Aliyah swasta.
Pengajar (Guru) Dilihat dari status kepegawaian, mayoritas pendidik/ guru yang mengajar di madrasah baik negeri maupun swasta tercatat sebanyak 66.257 orang guru dengan rincian 9.239 atau (14 %) guru pegawai ne-
orang atau (81 %) berstatus sebagai guru swasta. Jumlah secara keseluruhan pengajar atau guru yang me-ngajar di Madrasah Aliyah sebanyak 11.407 orang pengajar, jumlah sebanyak itu dapat dirinci antara lain : 2.613 orang atau (23 %) guru yang berstatus
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
77
Laporan Khusus sebagai pegawai negeri sipil dan 8.794 orang atau (77 %) berstatus sebagai guru swasta. Berdasarkan paparan di atas nampak bahwa jumlah Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Jawa Tengah berjumlah 100 buah Madrasah Ibtidaiyah Negeri dengan jumlah siswa 25.848
menjadi tanggung jawabnya walaupun tidak menuntup kemungkinan ada jalan keluar untuk membina madrasah swasta yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan membantu semampunya termasuk juga bantuan dari masya-rakat sangat dibutuhkan. Namun pada
pur tangan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dan masyarakat, sehinga apa yang menjadi tujuan dengan didirikannya madrasah baik negeri dan swasta bisa tercapai. Madrasah Aliyah negeri di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebanyak 53 buah dengan jum-
siswa diajar oleh 1.021 guru pegawai negeri sipil dan 683 guru swasta, sedangkan madrasah ibtidaiyah swasta sendiri berjumlah 3.106 buah dengan siswa 417.052 orang yang diampu oleh 4.560 guru negeri dan 23.008 guru swasta untuk tingkat madrasah ibtidaiyah bila membandingkan jumlah madrasah negeri dan madrasah swasta tidak sebanding lurus, ada 100 madrasah negeri dibanding 3.106 madrasah swasta. Melihat jumlah lembaga/madrasah swasta yang begitu besar sangat riskan bila pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama memberikan bantuan sebagaimana pemerintah membina madrasah negeri yang notabene
prinsipnya pemerintah selalu memperhatikan perkembangan madrasah swasta. Pada tingkat Madrasah Tsanawiyah di Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan berjumlah 114 madrasah tsanawiyah negeri dengan jumlah siswa 65.529 orang dengan diampu oleh 2.907 guru negeri dan 1.591 guru swasta, sedang madrasah tsanawiyah swasta sendiri berjumlah 1.108 buah dengan jumlah siswa 256.653 orang dengan jumlah guru sebanyak 2.015 guru negeri dan 19.065 guru swasta. Secara keseluruhan jumlah madrasah negeri dan swasta memang tidak sebanding, untuk meningkatkan kualitas madrasah memang harus ada cam-
lah siswa 35.516 siswa dengan diajarkan oleh guru negeri sebanyak 1.907 orang dan guru swasta sebanyak 709 orang, sementara jumlah madrasah aliyah swasta 398 buah de-ngan jumlah siswa 72.955 orang. Siswa sebanyak itu diampu oleh guru negeri sebanyak 711 orang dan 8.085 guru swasta. Jika dilihat dari perbandingan jumlah madrasah aliyah negeri dan swasta ternyata tidak sebanding yakni 53 madrasah aliyah ne geri dengan 398 madrasah aliyah swasta, dengan jumlah siswa dan guru yang sangat berbeda antara yang negeri dan swasta, dimana jumlah guru/pengajar madrasah negeri sebanyak 1.902 orang dan guru swasta 711 orang, sedangkan
78 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Laporan Khusus madrasah swasta guru negeri yang me-ngajar pada madrasah tersebut sebanyak 709 orang dan guru swasta sebanyak 8.085 orang. Untuk jumlah guru yang me-ngajar di madrasah aliyah swasta terjadi perbandingan terbalik dengan guru negeri, pada madrasah negeri jumlah guru negerinya lebih banyak bila dibandingkan de-ngan guru swastanya, sebaliknya di madrasah swasta dimana guru swastanya lebih banyak dibandingkan guru negeri yang mengajarkan pada madrasah tersebut. Dengan demikian hal
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Jawa Tengah sangat perhatian dalam pengembangan madrasah yang ada di daerahnya, hal ini ditunjukkan dengan masih banyak masyarakat di Jawa Tengah yang masih merelakan anak-anaknya untuk bersekolah di madrasah, sehingga bagi orang tua tidak khawatir lagi dengan gemerlap kehidupan duniwi, karena me-reka merasa percaya di madrasah tersebut anak me-reka akan mendapat pendidikan agama yang lebih dari cukup Kondisi madrasah yang
Pendidikan agama dan keagamaan sudah sewajarnya mendapatkan perhatian yang seimbang dengan pendidikan umum yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional. ada di Jawa Tengah memang perlu adanya bantuan dan dukungan dari pemerintah dalam hal pendanaan dalam mengembangkan madrasah, karna sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab Kementerian Agama untuk mengembangkan dan mendanai madrasah tersebut. Sehingga keluhan-keluhan yang sering kita dengar tentang rendahnya nilai pelajaran umum bila dibandingkan dengan sekolah diknas dalam UAN, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah memang harus ada kemauan bersama semua pihak yang terlibat terutama pemerintah pusat, seharusnya ada keseimbangan fasilitas yang diberikan antara sekolah yang dikelola Kementerian Agama sekaolah yang dikelola Kementerian Pendidikan, semoga. (Yeri)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
79
Laporan Khusus
Potret Madrasah di Daerah Terpencil
Sepi dan Bersahaja
P
agi itu mendung tebal menghiasi langit di Madrasah Aliyah Negeri Maliku Kabupaten Pulang Pi-sau Propinsi Kalimantan Tengah. Hujan gerimis seakan ingin memandikan bangunan panggung madrasah yang se-
80 Smart
luruhnya terbuat dari kayu ulin ini. Tampak beberapa siswa bergegas dari gerbang sekolah menuju sekolah karena jam telah menunjukan pukul 08.00 WIB. Ada yang berjalan kaki, mengendari sepeda motor dan ada pula yang mengendari
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
sepeda angin dengan alat pancing terpasang di belakang sadel sepeda. “Waktu pulang kami biasanya sempatkan mancing ikan Haruan (Gabus) untuk lauk makan siang di rumah pak,� kata salah seorang siwa
Laporan Khusus
yang kemudian ditimpali oleh temannya. Di ruang guru tampak beberapa guru sedang membaca bahan-bahan pelajaran yang akan di sampaikan di kelas. Beberapa bangku guru terlihat kosong mungkin belum masuk atau sudah berada di kelas memberikan pembelajaran di kelas. “Hari ini di kelas XI IPS 15 orang sedangkan di kelas X 10
siswa tidak bisa masuk karena banjir� kata Suriansah, Kepala MAN Maliku. Mereka tidak masuk karena satu-satunya jalan desa yang menghubungkan rumah siswa dan madrasah rusak parah akibat hujan yang terus menggerus tanah di antara rumah siswa dan madrasah. Itulah gambaran MAN Maliku yang terletak di Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah. Sebuah
madrasah Negeri yang letaknya jauh di pedalaman Kalimantan. Untuk menuju MAN Maliku tidaklah mudah. Dari Kota Kabupaten terlebih dahulu harus melalui penyeberangan pe-rahu di desa Mintin. Dari penyeberangan Mintin Motor harus dinaikan perahu klotok memotong sungai Kapuas sampai perbatasan Kecamatan Maliku. Sesampainya di perbatasan motor harus dikendarai lagi sejauh 20 km dengan jalur bergelombang, berlubang bahkan berlumpur. Bahkan tidak sedikit harus melewati jembatan kecil yang telah rusak parah. “Kalo musim hujan lebih parah lagi pak perjalanan bisa setengah hari jatuh bangun,� cerita seorang pengojek sambil tertawa. Bagi pengendara mobil kondisi lebih memprihatinkan lagi, untuk memasuki wilayah ini mobil harus menggunakan perjalanan darat memutar dari Palangkaraya yang jarak tempuhnya sekitar 64 Km dengan kondisi jalan yang tidak bersahabat. Kecamatan Maliku merupakan daerah wilayah eks transmigran sejak tahun 1970-an. Bahkan pada masa pendudukan Belanda Daerah ini sudah dijadikan wilayah transmigrasi penduduk dari pulau Jawa untuk dipekerjakan pada perkebunan Belanda di kalimantan Tengah. Namun kini setelah setengah abad lebih Kecamatan Maliku secara umum dan MAN Maliku khususnnya masih menunggu janji pemerintah untuk melakukan pemerataan pembangunan di segala bidang. (aam)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
81
Ragam
Dharma Wanita Balai Litbang Agama Semarang
Menggugah kepedulian sosial Melalui Baksos Prak....pra..k, dung... dung...., pra..k...., Suara rebana mengiringi Salawat di panti asuhan Al Ikhsaniyah Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan. Salawat dan rebana tersebut rupanya menyambut rombongan Dharma wanita Persatuan Balai Litbang Agama Semarang. Ya.., pada tanggal 3 September 2010 yang lalu Dharma Wanita Persatuan, Balai Litbang Agama Semarang melakukan Bakti sosial pada empat panti asuhan di Kota Semarang. Keempat panti asuhan tersebut adalah Al Ikhsaniyah Kelurahan Kali Pancur, Al Hidayah di Kelurahan Sadeng Gunungpati, Iskandariayah kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan, dan Al Jannah Kelurahan Ngaliyan.
82 Smart
Dari penggalangan dana kepada donatur terkumpul berbagai macam bantuan social baik dalam bentuk uang, sembako, mie instan, dan pakaian pantas pakai. Sumbangan dalam bentuk uang terkumpul hampir Rp. 3 juta rupiah. Sedangkan sumbangan berupa sembako terkumpul berupa 7 kardus mie instan, 5 kg gula pasir dan 2 karung beras. Sedangkan pakaian pantas pakai terkumpul sebanyak 7 kardus. Srisamiaji Arifuddin, Ketua Dharmawanita Persatuan, Balai Litbang agama Semarang ketika dikonfirmasi SMART mengungkapkan, alasannya mengapa hanya empat panti asuhan yang disantuni. Keempat panti tersebut dipilih berdasarkan faktor
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
kedekatan dengan kantor, jumlah penghuni panti, dan minimnya fasilitas yang dimiliki panti asuhan. “Sebelumnya kami melakukan survei terlebih dahulu,” katanya kepada SMART. Lebih lanjut Sri Samiaji mengungkapkan, bulan Ramadhan dipilih untuk melakukan bhakti sosial. Hal tersebut dikarenakan pada bulan Ramadhan merupakan bulan amal seorang muslim, pada satu sisi akan dikalikan berlipat-lipat ganda, sedangkan pada sisi yang lain, bulan Ramadhan memiliki nuansa dan suasana berbeda di banding hari-hari biasa. Tujuan dilakukan bhakti sosial ini menurut ibu dari empat anak adalah ingin menyentuh jiwa ibu-ibu untuk bersedekah meskipun hanya sedikit. “Saya melihat kepedulian sosial ibu-ibu daharma wanita masih kurang, terbukti setiap kali saya ajak besuk pegawai dan keluarga pegawai yang sakit sedikit sekali yang datang,” kata Sri. (Dwi dan Aam)
Ragam
Kompetisi Penelitian bagi dosen dan peneliti Muda
Balai Litbang Agama Semarang pada Tahun 2010 kembali mengadakan lomba penelitian bagi dosen muda dan peneliti muda. Kegiatan ini berbentuk Penelitian Kompetitif Individual Keagamaan bagi dosen Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri/Swasta se Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta dan bagi peneliti di lingkungan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Hadiah yang diperebutkan sebesar Rp.150.000.000,- (Seratus Lima Puluh Juta) bagi 10 pemenang. Tema besar yang diangkat dalam kompetisi ini adalah kehidupan keagamaan secara umum, meliputi tentang kehidupan keagamaan, pendidikan agama, naskah/khazanah/ arkeologi keagamaan. Kegiatan dilaksanakan selama 5 bulan, dari bulan Juli sampai Nopember 2010. Proposal yang masuk sejumlah 99 buah. Dari jumlah tersebut terdapat 97 proposal
yang lolos administrasi. Seleksi yang dilakukan adalah berdasarkan kelengkapan berkas administrasi dan seleksi secara substansi. Aspek penilaian substansi meliputi, permasalahan yang diangkat aktual, keaslian proposal, relevansi dengan topik penelitian, masalah yang dikaji berguna bagi para pe-ngambil kebijakan (pemerintah), dan ketepatan dalam metodologi, teori maupun analisisnya. Setelah diseleksi dan di nilai oleh para pakar dari Undip yaitu Prof. DR. H. Mudjahirin Thohir dan DR. H. Muhammad Abdullah. M.Hum serta pakar dari Unnes yaitu DR. Iwan Junaidi terpilih sepuluh proposal terbaik. Proposal yang menang dalam kompetitif tahun 2010 adalah Imam Machali, S.Pd. I., M.Pd dari STIQ An Nur Yogyakarta, Siswanto, M.Pd. I dari STAIN Pamekasan, Drs. Anasom, M.Hum dan Fatkuroji, M.Pd keduanya dari IAIN Walisongo Semarang, Mibta-
din, S.Fil dari STAIN Surakarta, Drs. Fadhil SJ, M.Ag dari UIN Malang, Umi Masfiah, M.Ag, A.M Wibowo,M.S.I, Samidi, M.S.I, dan Arnis Rachmadani, M.S.I keempatnya berasal dari Balai Litbang Agama Semarang. Tema kesepuluh pemenang tersebut cukup variatif, tiga orang mengangkat tema tentang naskah klasik keagamaan, tiga orang meneliti tentang kehidupan keagamaan, tiga orang mengkasji masalah pendidikan agama, dan satu orang mengangkat tema khazanah keagamaan. Menurut Kepala Balai Litbang Agama Semarang, Drs. H. Arifuddin Islam, M.Pd tujuan dari kegiatan ini adalah pertama memberi peluang kepada peneliti pertama dan dosen muda melakukan penelitian. Kedua, untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang akademik keilmuan. Ketiga, untuk mening katkan diversifikasi tema dan metode penelitian. Keempat, untuk meningkatkan jaringan kemitraan dalam penelitian (Mustholehudin)
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
83
Intermezo
Tips Sehat
Balai Litbang Agama Semarang
P
endapat beberapa orang mengenai bekerja di kantor adalah bekerja dengan lingkungan nyaman, bersih dan bebas dari keringat ataupun terik matahari. Sehingga banyak orang mengira akan lebih sehat jika bekerja di kantor. Bekerja hanya dengan duduk ataupun berjalan-jalan di lingkungan gedung tersebut tentunya tidak menimbulkan rasa lelah yang berarti dibandingkan dengan orang yang bekerja di lapangan dengan kegiatan yang membakar banyak kalori. Namun karena itulah para pegawai kantor menjadi kurang dalam membakar kalori. Karena kebanyakan terbiasa duduk dan tidak banyak bergerak, jadi secara alami menjadikan malas untuk bergerak berolah raga. Hal ini juga me ngakibatkan penumpukan lemak yang berlebih, biasanya ditandai dengan perut yang semakin membuncit kelebihan kalori. Kemudian gejala yang banyak dialami lagi adalah batuk, maag, flu bahkan yang terberat adalah stroke. Pada kantor Balai Peneliltian dan Pengambangan Agama Semarang, membiasakan untuk menerapkan berbagai cara untuk menjaga kesehatan tubuh serta meningkatkan kualitas kerja. Di antaranya adalah:
84 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
Intermezo
1. Olah raga Di kantor kami setiap hari jumat mewajibkan seluruh pegawai untuk mengikuti senam aerobic selama kurang lebih 1 jam. Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh akan benar-benar membakar kalori dan menyehatkan. Peredaran darah menjadi lancar dan darah lebih baik mendistribusikan oksigen keseluruh tubuh. Penelitian menunjukan orang yang aktif beraktivitas cenderung tidak mudah tergoda untuk mengkonsumsi makanan tidak sehat dan lebih mudah menurunkan berat badan. 2. Makan makanan yang bervariasi dan seimbang Kebutuhan gizi untuk tubuh haruslah seimbang dan bervariasi, tidak hanya
mengkonsumsi makanan secara monoton walaupun dalam makanan tersebut mengandung gizi yang beraneka ragam. Tapi lebih baiknya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayur dan buah. Camilan juga harus diperhatikan, hindari snack pabrik yang mengandung banyak penyedap. Lebih baik camilan berupa buah, yogurt atau sayur. 3. Minum air putih Mengkonsumsi cukup air putih pada saat bekerja. Akan memperlancar pencernaan dan membuang racun di dalam tubuh. Berada di ruang ber-AC, dianjurkan untuk minum lebih banyak karena udara yang dingin dan tubuh cepat mengalami
dehidrasi. Banyak minum juga akan membantu kulit tidak cepat kering. Di ruang yang suhu-nya tidak tetap pun dianjurkan untuk membiasakan minum meski tidak terasa haus untuk me nyeimbangkan suhu. Tapi biasanya kalah dengan rasa malas untuk mengambil air putih, hal ini dapat diatasi dengan membawa botol besar kemudian disiapkan dihadapan anda, makan intensitas minum akan lebih banyak karena stock air banyak. 4. Tidak membawa pulang pekerjaan Di rumah lingkungan anda tinggal adalah waktunya anda beristirahat, hidup sosial dengan keluarga ataupun dengan tetangga anda. Jangan pernah membawa pe-
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
85
Intermezo dip untuk meringankan stres. Berkedip membantu melumasi mata. Cobalah untuk menutup mata selama sekitar 5 menit untuk menjadi rileks dan mengurangi ketegangan mata. Melihat sesuatu yang hijau akan sangat baik untuk mata.
kerjaan pulang apalagi melibatkan keluarga untuk membantu menyelesaikan pekerjaan anda. Ini akan berdampak dalam keharmonisan dan tingkat strees yang meningkat. Di luar lingkungan pekerjaan disarankan untuk mencoba hal-hal yang baru atau kegiatan yang bervariasi, ini menimbulkan semangat dalam bekerja karena terbentuk harapan yang menyenangkan setelah anda pulang dari pekarjaan kantor. 5. Bekerja untuk Ibadah Selalu berpikir bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah untuk ibadah kepada Tuhan. Kenapa? Karena dengan iklas akan membawa pekerjaan anda menyenangkan, santai, damai dan tanpa beban. Jangan lupa tetap menjalankan ibadah wajib dengan sebaikbaiknya karena yang memberi rizki hanyalah Allah semata.
ga beberapa jam. Posisi duduk hendaknya senyaman mungkin, dengan mengatur kursi ke posisi yang paling pas. Hal ini jangan diremehkan karena jika salah dapat membentuk tulang tubuh menjadi bungkuk. Jarak antara mata dengan layar monitor juga diperhatikan. Haruslah sejajar dengan layar dengan jarak sedang. Kecerahan monitor terhadap mata juga disesuaikan, tidak terlalu terang karena dapat membuat mata cepat lelah dan perih. Melakukan senam mata sederhana seperti mata berke-
6. Posisi bekerja Di dalam kantor identik dengan menghabiskan waktu dengan bekerja di depan computer. Dengan duduk dan berhadapan dengan monitor hing-
86 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
7. Membawa barang yang disukai Di dalam keaadaan yang penat karena pekerjaan haruslah di ikuti dengan merefress otak anda untuk memunculkan kembali semangat dan ide-ide. Hal ini dapat dilakukan dengan membawa barang yang dapat menghibur. Misalnya foto keluarga, mainan hobi dan barang yang anda anggap menyenangkan. Utak atiklah sesekali ketika penat datang kemudian bekerja kembali. Sebenarnya masih banyak lagi cara untuk menjaga kesehatan dalam bekerja. Yang terpenting adalah selalu berpikiran positif dan menjaga diri sendiri, serta kegiatan yang seimbang antara pekerjaan dan bersosialisasi. (Purbaya dari berbagai sumber)
Intermezo
Otak Encer, Berolahragalah Peneliti, Litkayasa, dosen, dan pegawai di pemerintahan tentunya harus selalu berpikiran cemerlang. Bagi pekerja yang selalu membutuhkan otak yang cerdas simaklah tips sehat agar pikiran senantiasa cemerlang berikut ini.
Dengan melakukan aktivitas olah raga teratur dapat mengoptimalkan kreativitas, daya ingat dan mood anda. Ini dikarenakan sel otak baru terangsang untuk terus tumbuh dan berkembang akibat optimalnya asupan oksigen dan nutrisi penting pada otak yang dibawa darah. Seperlima dari jumlah oksigen tubuh yang kita hirup dibutuhkan oleh otak. Jika kita malas untuk berolah raga, aliran darah pun dengan sendirinya akan menurun
Pikiran cemerlang tentu dihasilkan oleh otak yang sehat. Otak dapat dikatakan sehat apabila seluruh kebutuhannya terpenuhi, yaitu berupa makanan yang mengandung sejumlah nutrisi dan yang tidak kalah penting adalah dengan berolah raga teratur, yaitu dengan melakukan aktivitas fisik tertentu guna mengoptimalkan penyerapan nutrisi itu dan mengalirkan sejumlah besar oksigen ke otak. Ide orisinil yang brilian, kreativitas dan daya nalar tinggi, bukan tidak mungkin melekat pada diri anda.
dan kurang lancar sehingga suplai oksigen yang dibawa darah ke otak tak terpenuhi. Olah raga juga dapat mengurangi tingkat penurunan memori jangka pendek, karena dengan berolah raga menjadikan kondisi badan/tubuh kita menjadi fit. Dengan tubuh dan fisik yang fit maka akan merangsang otak untuk bekerja dengan baik, sebaliknya bila tubuh/fisik dalam keadaan loyo/sakit secara otomatis kadang otak malas untuk diajak berfikir. Ada beberapa tips yang perlu dilakukan dalam memaksimalkan olah raga agar
Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
87
Intermezo nya bila kita melakukan olah raga secara terus menerus maka rasa lelah dan sakit yang kita rasakan akan hilang dengan sendirinya.
berpengaruh pada daya pikir kita : 1. Pilihlah olah raga yang menguatkan jantung Karena otak memerlukan banyak oksigen dan nutrisi untuk mewujudkan potensi puncaknya, maka lakukan gerakan yang banyak memacu denyut jantung seperti lari, jalan cepat dan senam yang memiliki unsure aerobic. Dengan begitu aliran darah ke otak akan menjadi lancar dan efisien. 2. Teraturlah berolah raga Kreativitas dan daya piker serta imajinasi yang meningkat dapat dicapai dengan melakukan olah raga dengan teratur, karena dengan aktif bergerak kita akan terhindar dari degradasi atau penurunan fungsi mental yang dapat terjadi seiring pertambahan usia atau sikap hidup yang terlalu pasif. 3. Jangan sepelekan latihan anda Banyak orang yang mengatakan bahwa berolah raga itu cuma membuang waktu. Umumnya mereka yang terlalu sibuk merasa tidak punya waktu dan cepat lelah sehingga malas untuk berolah raga. Sesungguhnya dengan berolah raga yang teratur akan mengembalikan vitalitas dan membawa kesegaran. Memang bagi siapapun yang baru pertama kali melakukan aktivitas olah raga akan merasakan badan menjadi lelah dan sakit-sakit semua. Sesungguh-
88 Smart
Volume I No.2 Juli-Desember 2010
4. Lakukan olah raga yang anda suka Lakukan olah raga yang anda sukai yang cocok dengan kepribadian anda, karena dengan adanya perasaan senang maka akan mengaktifkan gelombang otak anda. Lupakan hal lain kecuali memikirkan olah raga yang sedang anda lakukan. Lakukan sikap meditative, yakni menghayati apa yang sedang anda lakukan. Jadi saat berolah raga nikmatilah secara total aktivitas itu, focuskan pikiran anda pada nafas, suasana di sekitar dan irama langkah anda. Aktivitas ini melatih pikiran untuk terus peka dan terasah. 5. Putar music sebagai pengiring olah raga Yang tak kalah pentingnya adalah saat berolah raga usahakann untuk memutar lagu atau mendengarkan music, karena dengan memutar lagu ataupun music kerja otak anda akan terpacu dan terasah dengan baik. Mulai sekarang cobalah untuk berolah raga, karena tak ada lagi alasan untuk malas berolahraga. Selain tubuh lebih bugar dan sehat, kemampuan otak juga akan meningkat, selain itu olah raga bisa membantu pembentukan selsel baru di daerah otak yang berkaitan dengan kemampuan mengingat. Selamat berolah raga ! (Priyono dari berbagai sumber)