![](https://assets.isu.pub/document-structure/221208040326-81f8830710df01b6e8829baae7e27126/v1/c30f364c5fb1bbe99d03972b84776322.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
3 minute read
Tindakan
02
Iman yang Diwujudkan dalam Tindakan
Advertisement
Ibrani 11:8-19, Kejadian 12:1-9
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/qoHS2DRLUEc
Ayat Hafalan:
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
(Ibrani 11:8)
Kompetensi Belajar:
Memahami pengertian, merespons perilaku yang berkaitan dengan iman yang dilakukan.
PENDAHULUAN
Pernahkah Saudara diperintahkan untuk pergi ke suatu tempat namun Saudara tidak diberitahukan ke mana hendak pergi? Jika hal itu terjadi, apakah Saudara bersedia untuk pergi? Secara akal, kita tidak akan bersedia untuk pergi. Namun tidak demikian dengan Abraham, Allah memerintahkannya untuk pergi ke suatu tempat yang belum diketahui ke mana tujuannya. Meski demikian, Abraham taat dan ia pun pergi meninggalkan tempat kediamannya. Mengapa bisa terjadi demikian? Dalam Kitab Ibrani ini, kita mengetahui bahwa oleh karena iman Abraham kepada Allah, maka dia taat dan memilih untuk pergi. Iman yang luar biasa inilah yang menjadikan Abraham bersedia untuk taat. Hari ini kita belajar bagaimana beriman kepada Allah melalui teladan ketaatan Abraham.
Percaya Penuh kepada Allah (Ibrani 11:8-10)
Iman Abraham dinyatakan ketika Allah menyuruhnya untuk pergi ke suatu tempat yang kelak akan diberitahukan kepadanya. Abraham tidak tawar-menawar akan perintah tersebut. Abraham menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, untuk mengutusnya ke mana saja yang dikehendaki-Nya. Ibrani 11:8 berbunyi demikian, “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.” Abraham percaya penuh kepada Allah, dan yakin akan pimpinan Allah di dalam kehidupannya. Gambaran iman Abraham dapat kita pahami melalui seorang anak yang percaya pada ayahnya. Jika seorang ayah meletakkan anaknya di atas meja lalu menyuruhnya untuk meloncat, ia berani meloncat sebab meyakini bahwa sang ayah pasti akan menangkapnya dan tidak membiarkannya jatuh. Sebagai anak-anak Tuhan marilah kita benar-benar percaya penuh kepada Tuhan. Teladan iman Abraham mengajarkan bahwa iman yang benar kepada Tuhan membawa kita untuk taat dan percaya penuh kepada-Nya. Seperti halnya dengan Abraham, apa pun yang Tuhan perintahkan untuk kita lakukan dan ke manapun Tuhan menyuruh kita untuk pergi, lakukanlah perintah-Nya dengan taat. Iman dan ketaatan penuh layak diberikan kepada Allah, dan hanya kepada Dia.
Bersama Keluarga Mempercayai Janji Allah (Ibrani 11:11-12)
Bersama dengan keluarganya, Abraham memiliki pengalaman yang indah dengan Tuhan. Ia sedang menantikan kelahiran seorang anak yang telah dijanjikan Allah kepadanya dan Sara. Pada waktu itu, usia Abraham telah tua bahkan Sara sudah mati haid (Kejadian 18:11). Meski demikian, Abraham tetap berpegang teguh kepada janji Allah, bahwa keturunannya kelak akan menjadi seperti bintang-bintang di langit (Kejadian 15:5-6). Abraham menyampaikan janji Allah yang diterimanya itu kepada Sara bahkan ia meyakinkan Sara agar percaya bahwa janji itu pasti akan digenapi. Pada awalnya, Sara sulit untuk memercayai janji Allah itu. Ia bahkan menertawakan janji itu sebagai hal yang mustahil terlaksana. Namun kemudian, Sara menganggap Dia yang memberikan janji itu setia (Ibr. 11:11) dan karena yakin akan hal tersebut, dengan sungguh-sungguh ia percaya bahwa Allah sanggup dan akan menepati janji-Nya, betapapun tampak tidak masuk akalnya hal itu. Iman Sara memberikan kekuatan kepadanya untuk melahirkan anaknya Ishak, walaupun usianya sudah lanjut. Mari kita contoh teladan iman Abraham. Sampaikanlah kepada suami atau istri, dan anak-anak setiap janji Allah yang Saudara terima dan yakinkan mereka bahwa setiap janji-Nya pasti digenapi di tengah-tengah keluarga Saudara.
Yakin akan Kuasa Allah (Ibrani 11:17-19)
Iman Abraham diuji ketika harus mempersembahkan anaknya Ishak. Ishak adalah anak yang sangat dikasihi Abraham (Ibrani 11:17). Untuk mendapatkan Ishak, Abraham harus menunggu dua puluh lima tahun lamanya. Meski demikian, Abraham tetap taat ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan Ishak, anaknya itu. Bagaimana bisa Abraham rela mempersembahkan anak yang ia nanti-nantikan kehadirannya selama dua puluh lima tahun? Jawabannya adalah karena Abraham adalah seorang yang meyakini bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang dari antara orang mati (Ibrani. 11:19). Ia berpegang pada janji Allah dimana Allah telah berjanji kepadanya bahwa keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut sebagai keturunannya. Jadi, kalaupun Ishak harus dipersembahkan sebagai korban persembahan, Abraham tidak kuatir sebab ia yakin bahwa Allah berkuasa membangkitkan untuk diberikan kembali kepadanya.
Kesimpulan
Abraham menyatakan imannya dengan percaya penuh kepada Allah dan janji-Nya. Iman yang dimilikinya juga ia tularkan kepada anggota keluarganya sehingga mereka juga yakin bahwa setiap janji Tuhan pasti digenapi dalam setiap keluarga mereka. Abraham terus berpegang pada janji Allah sehingga apa pun yang terjadi ia tidak khawatir sebab percaya bahwa Allah berkuasa menjaga janji-Nya yang telah dinyatakan kepada Abraham.
Pencapaian Belajar
1. Ceritakanlah tentang iman Abraham yang percaya penuh kepada Allah!
2. Perlukah untuk meyakinkan keluarga tentang janji Allah? Jelaskan alasannya.