Lusius Sinurat, SS, M.Hum
anak
Pendidik
www.lusius-sinurat.com
Di atas segalanya penulis melihat bahwa ada hal yang selalu sama diajarkan dalam pendidikan anak, baik di zaman dulu maupun sekarang, yakni pentingnya menanamkan nilai-nilai moral-etis kepada anak-anak kita.
Ini adalah wariskan terhebat dari leluhur kita kepada generasi sekarang dan yang akan datang. www.lusius-sinurat.com
i
Kompetis
dan Pencapaian Nila
www.lusius-sinurat.com
Persaingan atau kompetisi itu bahkan tak jarang melangkahi tatanan etis-moral yang diajarkan sejak dini di keluarga. Anehnya, disaat seseorang menyukai kompetisi, serentak ia juga takut kalah dalam kompetisi itu. Padahal hanya ada satu sang juara ditengah banyak petarung. Hal ini jugalah yang telah memengaruhi anakanak kita mempersiapkan masa depan mereka.
www.lusius-sinurat.com
Nilai (score) pun telah menjadi satu-satunya tolok ukur keberhasilan si anak. Kita tahu bahwa sistem pendidikan yang score-oriented atau ranking oriented ini sangat melukai si anak, sebab banyak faktor lain yang jauh lebih penting dari sekedar angka-angka itu. Namun kenyataannya kita hidup di zaman yang demikian.
www.lusius-sinurat.com
Menjadi Ana yang Terbai
k
www.lusius-sinurat.com
Hasrat ini pun ditangkap oleh para pelaku bisnis, hingga sistem pendidikan pun mereka bisniskan.Ya, sekolah telah dijadikan ajang bisnis. Sebetulnya sah-sah saja bila sekolah dibisnsikan, tetapi jangan sampai sekolah dijalankan dengan nafsu moneyoriented seperti para pelaku bisnis di bidang lain. Artinya, sekolah mutlak melaksanakan tugas utamanya dengan baik: menjadi wahana asah-asuh-asih anak demi mempersiapkan masa depan mereka.
www.lusius-sinurat.com
Dalam berbagai kasus pendidikan anak, kita menemukan fakta bahwa para guru tidak menjalani fungsinya dengan baik, bahkan terkesan hanya men-delivery sebagian kecil isi otaknya kepada ana didiknya. Ya, sebagian besar isi otaknya ia tumpahkan di rumah atau di tempat ia mengajar kursus mata pelajaran. Lagi-lagi hal ini adalah cara si guru mendapat penghasilan tambahan yang menurutnya tak cukup bila hanya mengajar secara formal dan reguler di sekolah.
Tentu saja orangtua ingin memberi yang terbaik bagi anak-anaknya. Itu berarti bila anaknya tak terlalu pintar maka ia harus diupayakan agar menjadi anak pintar. Bila belajar di sekolah formal saja tidak cukup, maka sebagai orangtua yang sibuk, maka mereka harus mencari penghasilan tambahan agar anak-anaknya bias les/kursus di lembaga kursus dan pelatihan, bahkan ketika tempat lesa tadi mensyaratkan biaya yang lebih mahal dari biaya bulanan di sekolah. Ini realita zaman ini, ketika sistem pendidikan di sekolah-sekolah kita masih mengutamakan nilai atau skor, apalagi ketika nial tadi menjadi syarat bagi si anak bila ia ingin melanjutkan penddidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
www.lusius-sinurat.com
Sesungguhnya para orang tua itu sangat tahu bahwa membantu mengajari anak sendiri di rumah itu ideal, tetapi kebanyakan orangtua memang lebih memilih jungkir balik mencari uang demi membeli kecerdasan anak di luar sana. Toh mereka bisa membelinya, seperti juga mereka bisa membeli rumah mewah, kendaraan super mewah, iPad terbaru dan terbaik serta berbagai perhiasan dan barang mewah lainnya.
www.lusius-sinurat.com
a
Mahalnya Biay Bukan Kendal
www.lusius-sinurat.com
Orangtua secara tidak sadar “tega�
melepaskan tanggung jawab mereka untuk mendidik anak dan merasa telah menjalankan tugas dan kewajiban mereka mencari uang sebanyak-
banyaknya demi keberlangsungan pendidikan anak-anak mereka.
www.lusius-sinurat.com
Begitu juga saat anak liburan, orangtua hanya bisa ambil cuti sebentar dan menajalani “kewajiaban� mereka untuk membawa anak liburan. Belum lagi saat liburan bersama tadi, pembantu dan baby sitter juga tetap diajak, agar anak-anak bisa ditinggal di hotel, sementara mama-papanya bisa bersenangsenang tanpa gangguan anak-anak.
Beruntung apabila yang bekerja itu hanya salah satu dari kedua orangtuanya. Kendati situasi seperti ini pun tak lantas menjamin bahwa orangtua akan memberi waktu lebih kepada anak-anaknya.
www.lusius-sinurat.com
Orangtua sering berpikir bahwa tanggung jawab pendidikan anak berarti menuntaskan seluruh ongkos yang dibutuhkan anak untuk sekolah, antara lain dengan menyekolahkannya di sekolah terbaik, menyuruhnya les tambahan di lembaga-lembaga kursus terbaik, ikut berbagai pelatihan mahal untuk pengembangan kepribadian anak, serta menyediakan berbagai fasilitas mewah yang dibutuhkan buah hatinya.
www.lusius-sinurat.com
Pendidikan Sebaga
i
Lahan Investas
www.lusius-sinurat.com
Itu karena pendidikan anak memang mengandaikan adanya pengorbanan orangtua. Orangtua mau tidak mau harus memberikan waktu untuk anak- anak mereka, agar mereka belajar tentang perasaan jengkel saat membantu anak-anaknya mengerajakan PR serta belajar mengalami “makan hati� saat anak menolak keinginkan mereka, dan seterusnya. Inilah pendidikan yang sesungguhnya.
www.lusius-sinurat.com
Padahal anak-anak sesungguhnya tak butuh “dana yang sangat besar� dari orangtua untuk pendidikan mereka. Ketika masih balita, anak-akan itu hanya hanya ingin bermain kuda-kudaan dengan papa-nya atau sekedar mendengarkan dongeng indah dari mulut mamanya sesaat sebelum terlelap. Anak-anak sungguh membutuhkan nilai-nilai kehidupan, bukan pertama-tama nilai tinggi di sekolah berkat usaha orangtuanya. Bukan itu. Anakanak hanya ingin diberitahu tentang nilai kesuksesan diatas besarnya pengorbanan orangtua mereka.
www.lusius-sinurat.com
Anak-anak sungguh membutuhkan orang tuanya disaat mereka dipaksa menjadi dewasa oleh godaan media sosial yang muda mereka akses di ponsel cerdasnya. Mereka ingin agar orang tua mereka ada disaat dunia sekitar mereka memaksa mereka berlaku bak orang dewasa, mulai dari berpakaian bak orang dewasa, bertutur layaknya orang dewasa, menyukai apa yang menjadi kesukaan orang dewasa, serta memenggiring mereka cepat bertumbuh menjadi dewasa.
www.lusius-sinurat.com
Ajakan
www.lusius-sinurat.com
Ya, anak-anak membutuhkan kdua orangtuanya di masa pertumbuhan mereka, terutama dalam rangka mempersiapkan masa depan mereka. Untuk itu para orangtua semestinya tidak melewatkan kesempatan untuk mencintai anak-anaknya dalam proses itu... Because love is to be, not to have!
www.lusius-sinurat.com