madjalah august 2015
KEREDAKSIAN
MADJALAH:
pemimpin umum maula nadia pemimpin redaksi hilya fesmia reporter bahy helmi hartoyo putra, muthia alvi murniadi, karima duhita, raras bunga iswara, shabrina amalia, varizka anjani fotografer bahy helmi hartoyo putra, karima duhita, nico estrada, raras bunga iswara, ubayassari noor, varizka anjani. layout designer maula nadia, hilya fesmia
madjalah
august 2015 issue
NOTE: hai hai, ini editor berbicara (menulis sih, tapi yaudahlah ya?). ini adalah madjalah edisi terakhir untuk periode 2014-2015, dan untuk setahun kedepan. atau mungkin, madjalah edisi terakhir untuk setrusnya? siapa yang tau? jadi, saya disini mau minta maaf, kalau 2 edisi madjalah kemarin nggak seperti ekspektasi kalian semua, terutama buat para pembaca setia madjalah selama 3 tahun terakhir. dan saya juga mau mengucapkan terima kasih yang teramat dalam buat kalian yang lagi baca ini dan kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyelesaian madjalah selama setahun ini. hehehe. makasih ya. makasih banyak. selamat membaca edisi ketiga madjalah tahun ini! -hilya fesmia-
DAFTAR ISI: 2 staf keredaksian 5 daftar isi 6-9 kalendar 10-19 china summer camp 2015: Henan, Rahasia Cina yang Harus Terkuak 20-29 edisi 17 agustus: Gowes Merdeka 30-49 tips and tricks: Holiday on a Budget 50-59 sommerjugendkurs: Des War Brudal 60-69 info: World Expo 2015
Henan, Rahasia Cina yang BELUM Terkuak article by Muthia Alvi Murniadi photograph by Karima Duhita and Ubayassari Noor
Kurang lebih sebulan lalu, saya berangkat ke, tak lain tak bukan, Negeri Tirai Bambu, Cina. Saya sudah lama mengagumi betapa otentik negara ini dari balik layar kaca maupun lewat lembaran majalah travel, dan mengetahui kesempatan seperti ini tidak datang setiap hari, saya tentu semangat.
Henan adalah salah satu provinsi di Cina yang terletak tepat di pusat negara tersebut, dan dalam jangka waktu 9 hari disana, saya singgah di empat kota, yaitu Puyang, Kaifeng, Luoyang dan Dengfeng. Masing-masing kota punya daya tarik tersendiri.
Di Puyang, salah satu tujuan favorit saya Maka, jadilah, dengan kira-kira 50 teman adalah atraksi akrobat air. Kota Puyang baru dari Jakarta, Jogja, Tangerang dan yang terkenal akan pemain akrobatnya Batam, kemampuan bahasa Mandarin yang yang melalang buana ternyata mempunyai minim dan sekumpul antusiasme dijejalkan satu segmen kecil di dalamnya, deretan ruke dalam koper jumbo saya, saya terbang, mah berhiaskan lukisan bertema akrobat, menempuh jarak 6.517 km dari Provinsi dan bahkan museum yang didedikasikan Banten ke Henan. hanya untuk akrobat Cina dan sejarahnya.
Disana, kami melihat banyak alat-alat yang sudah dipakai untuk tampil sejak dahulu kala, kebanyakan dibuat dari perunggu dan bebatuan. Setelah mengelilingi museum tersebut, kami disambut oleh pemain-pemain akrobat cilik yang kemampuannya tak bisa diremehkan. Satu hal yang saya suka dari Puyang adalah betapa terorganisirnya lalu lintas disana. Sangat enak dipandang dibandingkan huru hara macet jalanan Jakarta.
Usai Puyang, kami pun pergi ke Kaifeng. Kalau anda pergi ke sana, anda harus menyempatkan diri untuk mengunjungi Xing Ming Shang He Yuan Theme Park, taman bermain yang bertema Cina tempo dulu. Banyak atraksi yang unik ditampilkan di sana, mulai dari rangkaian permainan perkusi sampai sepak bola ala Cina. Disana juga merupakan tempat yang tepat untuk anda yang siap merogoh kantong karena banyak varian oleh-oleh yang bisa dibawa pulang ke Tanah Air.
Destinasi selanjutnya, Luoyang. Salah satu tempat yang harus anda datangi adalah Longmen Grottoes. Untuk yang tak tahu, Longmen Grottoes adalah sekumpulan koleksi patung-patung Buddha yang ukurannya bervariasi, dari sekecil jempol anda sampai setinggi rumah, lebih malah. Tempat ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia. Jujur, suhu di area ini lebih dari cukup untuk membuat anda sempoyongan, namun indahnya pemandangan patung-patung terpahat di gua-gua besar dan sungai yang cantik di sebelahnya juga dapat menyegarkan pikiran anda kembali.
​ an akhirnya, sampailah kita di kota D favorit saya pribadi, Dengfeng, kota para shaolin. Berpuluh-puluh sekolah dengan ribuan shaolin cilik berbaris di kiri kanan jalan, berlatih di bawah naungan langit Cina yang membara. Serunya, kami pun belajar kungfu disini! Kami juga menonton Zen Shaolin, sebuah pertunjukan yang menyatukan musik, permainan cahaya, alam, dan kungfu bersama. Saya sangat menyukai pertunjukan ini, dan amat saya rekomendasikan untuk anda kunjungi jika sempat singgah di Dengfeng, karena saya jamin tidak akan mengecewakan.
​Singkatnya, Provinsi Henan adalah salah satu tempat paling unik yang pernah saya datangi. Dengan banyaknya tempat yang tak boleh dilewatkan, seharusnya Henan lebih mendapat sorotan dari turis-turis luar. Sungguh, Henan bagaikan rahasia yang belum, dan harus, terkuak.
Gowes Merdeka! ke Gunung Bunder article by Bahy Helmi Hartoyo Putra photograph by Bahy Helmi Hartoyo Putra and Nico Estrada
MERDEKA!
Pada tanggal 17 Agustus 2015 lalu Indonesia merayakan hari ulang tahunnya yang ke 70. Semangat kemerdekaan begitu terasa gemuruhnya di berbagai belahan negeri ini. Sabang-Merauke, semua merayakannya penuh dengan suka cita dan rasa bahagia. Saya bersama teman-teman klub sepeda dari Madania, yaitu LCC (Leisure Cycling Club) pun tak ingin kalah untuk ikut meramaikan momen tersebut. Tapi tahun ini agaklah berbeda bagi kami. Kami yang biasanya mengisi waktu kosong tersebut dengan mengikuti lomba di rumah masing-masing, pada tahun ini kami memutuskan untuk melakukan event gowes santai ke salah satu gunung yang terdapat pada kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, yaitu Gunung Bunder. Event yang kami adakan kali ini sebenarnya sempat disosialisasikan kepada seluruh angkatan dari mulai kelas 10 hingga angkatan kami sendiri yaitu kelas 12. Namun, sepertinya masih sedikit hati yang tergerak untuk ikut berpartisipasi. Jadilah hanya 3 orang yang siap sedia untuk berangkat di hari tersebut. Orang tersebut adalah teman seangkatan saya sendiri, yaitu Nico Estrada dan Arwin Syafridzal Bayuadjie dari kelas 12. Tapi tak apa, semangat kami tak berkurang sedikitpun untuk tetap melaksanakan kegiatan ini. Apalagi dengan adanya momentum hari kemerdekaan, maka suntikan semangat yang kami dapatkan pun sudah lebih dari cukup.
Karena lokasi rumah kami yang berbeda, maka beberapa tikum (titik kumpul) pun kami buat. Perempatan Yasmin, Bogor menjadi titik kumpul terakhir kami, titik dimana Arwin dari arah Bogor dan saya beserta Nico dari Depok bertemu. Jam sudah menunjukan pukul 09.00 pagi, maka kami putuskan untuk segera memulai perjalanan --yang nantinya kami tahu akan-- sangat melelahkan ini. Sepeda yang digunakan pun variatif, saya dan Nico menggunakan MTB Polygon Xtrada sementara Arwin menggunakan RoadBike nya yaitu Specialized. Matahari yang belum terlalu terik dan suasana asri Kabupaten Bogor membuat perjalanan kami lumayan nyaris tanpa hambatan. Arah yang kami ambil yaitu menyusuri jalan raya Dramaga lalu mengarah ke Ciampea dan Leuwiliang. Medan aspal halus serta banyaknya turunan membuat perjalanan ini terasa cukup menyenangkan di awal. Waktu tempuh menuju ke kawasan Leuwiliang pun cukup singkat, kurang lebih 1 jam kami sudah berada di pertigaan Cibatok yang memisahkan antara arah ke Gunung Bunder dan Leuwiliang. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari mengecek Maps di HP untuk melihat seberapa jauh lagi jarak yang akan ditempuh. Jawabannya pun langsung kami dapat, masih sekitar 20 km –jalanan full nanjak-- lagi untuk bisa sampai di depan gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Berhubung waktu sudah menunjukan sekitar pukul 10 dan matahari sudah mulai terik, maka kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Pada 20 km tanjakan iblis ini, begitulah kami menyebutnya, banyak sekali pemberhentian yang dilakukan. Bisa dibilang hampir setiap 5 km kami selalu berhenti untuk sekedar membasahi kerongkongan dengan air atau menambal isi perut dengan roti. Tak jarang tuntun bike alias nuntun sepeda kami lakukan, ya maklum gelar “Pesepeda Professional� masih jauh sekali dari diri kami sekarang. Singkat cerita, setelah melewati 3 kecamatan sampailah kami pada Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan.
Lalu tepat pada pukul 13.30 kami berhasil sampai pada suatu gerbang kebahagiaan yang bertuliskan “Selamat Datang di Taman Nasional Gunung Halimun Salak�. Lega rasanya, perjalanan selama hampir 5 jam ini telah sampai pada ujungnya. Kami pun menyempatkan diri untuk berfoto satu per satu, lalu masuk ke camping groundnya dengan tiket masuk seharga Rp10.000/orang.
Matahari yang terik, kondisi badan yang lelah, dan perut yang keroncongan membuat kami memutuskan untuk langsung berisitrahat di antara pohon-pohon pinus. Saya dan Nico langsung menggantungkan hammock yang kami bawa di antara pepohonan pinus untuk beristirahat. Sementara itu kompor mini yang kami bawa mulai dinyalakan untuk memasak beberapa bungkus mie instant dan kopi. Udaranya sangatlah sejuk, matahari yang terik pun tidak terasa karena tertutup oleh pepohanan pinus di sekitar kami. Badan kami terasa amat berat, perut pun terasa kenyang, ah rasanya ingin lebih lama lagi kami tinggal disini. Namun, berhubung waktu sudah menjelang sore dan masih ada satu tempat lagi yang belum kami kunjungi, maka selepas shalat Ashar kamipun mulai berberes beres dan bersiap untuk menuju destinasi selanjutnya. Destinasi kami yang selanjutnya agaklah basah, yaitu Curug Cihurang. Air terjun ini masih terletak di area TNGHS. Perjalanan kembali kami tempuh menggunakan sepeda, jaraknya tidak begitu jauh, hanya sekitar 2 km. Namun medannya lumayan sulit karena jalan yang berlubang serta elevasi medan yang terus bertambah. Sekitar 20 menit menggowes, sampailah kami di depan pintu masuk ke Curug Cihurang. Biaya tambahan pun dikenakan, yaitu Rp5000/orang. Tak sabar ingin merasakan kesegaran air disana, kamipun langsung memarkir sepeda di bebatuan dan mulai mengambil beberapa foto sebelum akhirnya basah kuyup oleh percikan air dari air terjun tersebut. Memang, debit air kala itu tidak terlalu deras, karena seperti kita tahu musim kemarau baru saja pergi dan negeri kita ini masih dalam transisi untuk memasuki musim penghujan. Namun, kesegaran air yang alami di penghujung hari itu kami rasa sudah cukup untuk membayar lunas seluruh keletihan kami. Beberapa foto pun kami abadikan di curug tersebut, ya untuk sekedar oleh-oleh dari perjalanan sejauh 58 km ini. Setelah berfoto di Curug saya pun mencari seranting kayu untuk dijadikan tiang bendera. Dari rumah saya sudah bertekad untuk mengibarkan bendera merah putih disana, bendera pun telah saya siapkan, dan tak lama bendera yang ala kadarnya namun tetap indah itu pun berkibar di Curug Cihurang.
Tak terasa matahari mulai terbenam. Karena besoknya, 18 Agustus kami masih harus bersekolah, maka kami putuskan untuk mengkahiri One Day-Bike Trip tersebut. Selepas shalat Maghrib, dan mempersiapkan sepeda kami untuk night ride, kami mulai menuruni gunung dan mengarah pulang ke rumah masing-masing.
Perpisahan terarkhir saya adalah dengan Nico, yaitu di gerbang Sawangan Permai, Depok. Sementara dengan Arwin, saya sudah berpisah 20 km sebelumnya di area Yasmin. Sungguh perjalanan yang melelahkan dan tak terlupakan bagi kami.
“Kami bukan atlet sepeda, kami bukan Kami bukanlah petouring sepeda, atau alah sekelompok pencinta sepeda yang pe-sepedaan. Dengan bersepeda dan go dan tali silaturahim dapat terus terjalin penikmat
n uphiller, kamu juga bukan downhiller. upun master dalam sepeda. Kami hanyg anti akan pengkasta-an dalam dunia owes bersama, sehatlah jiwa raga kita, n dan terjaga. Perkenalkan, kami, para t sepeda.�
holiday on a budget article by Varizka Anjani photograph by Varizka Anjani
Holidays – especially for us students (a.k.a. almost always broke group of youth) – can be quite a challenge. The off chance of us getting a trip abroad, or any form of luxury we keep dreaming about throughout school days, is only when our parents decide to take us on one. Which is a great thing, because usually they pay for it. nfortunately, not all of us always get that privilege. Some of us would just have to stick it U up, and say goodbye to those dream destinations that you’ve been screenshotting and piling up on your camera roll. Bummer, right? You know you’ve been dreaming about going the extra mile for that perfect Instagram feed, but sorry to break it up to you, buddy. This isn’t that year. But, hey. Forget about that for a while. Who says you can’t have the perfect holiday – on a budget! There are so many ways to be equally thrilled and happy about your holiday with (so much) LESS money spent. Here are some ideas that will be helpful for holidays ahead.
Learn a new language
You probably have kept in mind wanting to learn that one foreign language (or two, or three). But it’s always the same old excuse, be it not enough time or you haven’t really got the money for the courses or the resources to learn it your own. Say no more! There are tons of modern medium to learn new languages. Why don’t you put that smartphone to a use? There are lots of apps like “Duolingo” that provides you variations of languages to learn, and a fun and interesting way to do so. You can revisit the app as often as you want, so that means there’s not much weight on your shoulders to keep going to class. But of course, if you want to learn a new language seriously, you’ll have to brush up your skill at least a few times a week per session. Here’s to (at least) knowing what your order is in Italian, and not getting lost while figuring out your way to Versailles.
Get fit
Having the perfect summer body all year long (that’s for you too, boys. We know.) has always been the dream, right? But that’s what it always will be if you don’t start now. A dream. You’ve got the entire holiday, and that’s all you need. You don’t necessarily need a gym membership, you know. Apps like NTC (Nike Training Club), Zumba videos on YouTube, and those 15-minute workouts you’ve been eyeing on your browser will do just fine. Not to mention, they offer it for free! All you need is the determination. Choosing what you eat also helps a lot. Eating healthy doesn’t always mean torture. It’s not always all greens and never having that mouth-watering look and flavour. There’s a whole bunch of recipes laid out on the interweb on how to get started on a healthy diet. Also, cooking your own food (for a change) costs pretty much the same, or less, than those store bought meals.
Museums and art spaces
They usually let you in and charge you for nothing. It enriches your knowledge about history, art, etc. Or the place just screams “photo op!�. Maybe you can get that all-in-sync Instagram feed after all!
Going local, before overseas
Let me get this straight; there’s nothing wrong with wanting to go overseas. But, moneyless-student-to-moneyless-student, there’s also completely nothing wrong with exploring the local beauty. We have such a richly cultured country, and it’s one with a beautiful sight for sore eyes. Jogjakarta is a wonderful destination, and it’s definitely pocket-friendly because the whole area has its price lowered down to student standards. Just a few hours from the city, you can find mountains and exciting shores. If you’re looking for more of an authentic adventure, the Lesser Sunda Islands will be perfect. It’s time to get Bali out of your head; please do remember that it is not the only island with beautiful beaches and barely-touched nature in the country. You can always look up for guesthouses or AirBnBs, which are generally cheaper than the usual hotel rooms. Or if you’re feeling adventurous, go couch surfing, and roadtrip or backpack through your trip.
Learn more about yourself
Yes, it does sound cliché. But what better time to do it than the holidays? You’d get so much out of a walk around your neighbourhood (or anywhere), reflecting on what you’ve been through before this holiday, and what you want to achieve after. Try and find a new hobby, or do more with the ones you already have. Who knows? You might just find something you can be absolutely passionate about. Watch those movies that have been staring at you from that “listof-movies-I-should-watch-but-I-just-never-did-although-I-reallydon’t-know-why”. Get involved; there are websites like Indorelawan. org that notifies you about charity work that seems very possible for you to do. It makes you feel good that you’ve done something important and that you were a part of something bigger than yourself, even just for a day. Do more, for less. Hashtag life motto (maybe?).
Lazy days
It’s the holidays. There’s no need to feel guilty. Why not?
DES WAR BRUDAL article by Raras Bunga Iswara photograph by Raras Bunga Iswara
Do you ever imagine yourself waking up in a beautiful small town paved with brick roads and buildings of a hundred years old?
Do you ever imagine yourself waking up in a beautiful small town paved with brick roads and buildings of a hundred years old? A beautiful small town that you can get around only by foot. Stood tall a beautiful old church in the middle of the town, where every once in a while you can see love birds exchanging their vows. A promise for a love that could last forever. I woke up in a fairy tale town for a good 3 weeks. I woke up in dorm 208 of a Jugendherberge in the outskirts of a small beautiful town called Schw채bisch Hall.
I was blessed enough to fly for free and breath German air for 3 weeks. All of that only costed me my German and a good A2 exam score. Goethe-Institut decided to pick me as one of the lucky ones to spend 3 weeks in German and join the Sommerjugendkurs they hold yearly. This year, along with 64 other lucky Indonesians, I was sent to Germany as a participant in this year’s Sommerjugendkurs. The 64 of us were put in different towns across Germany. With 10 fellow Indonesians, we flew from Soekarno-Hatta International Airport and landed in Frankfurt Airport on the 2nd of August. We had a 3 hour bus ride heading south from Frankfurt and finally stopped in front of a dormitory (or better known as Jugendherberge) in Schwäbisch Hall. The place where we will be waking up every morning for the next 3 weeks.
These 3 weeks are spent with classes in Goethe-Institut from 8:30 to 15:00. Wasting money on Milka and dropping jaws at how cheap the clothes are in a nearby retail shop called New Yorker. Most of our time are also spent on amateur karaoke, bowling, and small parties. There was a lot of time spent wandering the streets in a bipolar weather and at special occasions, we get to visit other towns like Heidelberg and the beautiful city of Stuttgart.
The activities sceneries wer But for me, w this experienc unforgettable The people. I know 70 othe 13 different co have made fri in German, C Togo, Tajikist South Korea, France, Egypt England, and from Indones
and the re wunderbar. what makes ce the most e is die Leute. have gotten to er people from ountries. I iends that lives China, Benin, tan, Georgia, Ukraine, t, Tunisia, various places sia.
All of these beautiful humans from various different backgrounds and cultures have made that small town away from home, a home. A home for the 70 of us. A home for the bond that was created only in the time of 3 weeks. A home for the bond that made the 70 of us a family. A family that will stay in each of our hearts, and will stay there for as long as possible. Even when we’ve come back to the home where we’re from.
Vielen dank fßr die unvergeβlichen drei wochen SHA Sommerjugendkurs 2015. Wir sind eine Familie. DES WAR BRUDAL.
WORLD EXPO article by Karima Duhita photograph by Sabila Duhita and World Expo web
Pernahkah teman- teman membayangkan pergi ke suatu Negara dan dapat melihat banyak Negara dalam satu tempat? Tidak usah lagi membayangkan, karena kesempatan ini ada di setiap 5 tahun sekali di salah satu Negara di bumi ini.
Apa itu Wo
World Expo adalah sebuah pame oleh Bureau of International Exp dikenal sebagai World’s Fair, ya meliput hampir seluruh Negara d World Expo ini adalah untuk me dan teknologi secara global, mem vasi-inovasi terbaru yang dicipta ekonomi dan social global. Tid juga merupakan ajang pameran dan kayanya suatu Negara, dan In silam, sudah ber
orld Expo?
eran internasional yang didukung positions. World Expo dapat juga ang dapat dilihat, pameran ini di bumi ini. Tujuan diadakannya empromosikan progress industri mperlihatkan kepada dunia inoakan untuk memperbaiki kondisi dak hanya itu saja, World Expo n memperlihatkan betapa indah ndonesia, dalam beberapa tahun rpartisipasi lho!
Pada tahun 2015 ini, World Expo kembali hadir, berlokasi di Milan, Itali dengan tema “Feeding the Planet, Energy for Life”. Seperti halnya World Expo 5 tahun lalu, yang diadakan di Shanghai, China, terdapat banyak pavilion yang mewakili Negaranya masing- masing. Tahun ini, hadir 116 negara dengan 55 darinya, salah satunya Indonesia, memiliki pavilion yang besar untuk dikunjungi. Setiap Negara mengajukan sebuah tema yang meliput tema besar, dan Indonesia mengajukan tema “The Stage of the World” tentang bagaimana ‘how diverse Indonesia is’, bagaimana Negara kepulauan hidup dengan alamnya dan ditemani dengan suguhan makanan khas Indonesia. Tidak hanya itu saja, selain pavilion Negara, ada juga 41 paviliun yang mewakili aspek makanan dan bumbu dunia, berhubungan dengan tema utama Expo tahun ini. Milan Expo hadir selama 6 bulan, 1 Mei 2015 sampai 31 Oktober 2015, dan dalam kurun waktu ini terdapat juga meeting, seminar, konferensi, pameran dan banyak hal yang bersangkutan dengan dunia.
Tidak usah khawatir akan tertinggal acara ini, karena setiap 5 tahun sekali World Expo Internasional pasti akan hadir. Pada tahun 2020, lokasi berikut adalah di Dubai. Mari kita dukung Indonesia menjadi salah satu partisipan, dan mungkin sebagai tuan rumah di sekitar 10 sampai 15 tahun mendatang! Video: https://www.youtube.com/watch?v=wx7_6n-YuFc
Š madjalah 2015