Dari Sinilah Mengalir Sastra Dunia! (Henri Chambert-Loir)
Esei: Pantun
Sebagai Kitab Kehidupan Melayu oleh Orindra Putu Jakfar Cerita-Pendek Terjemahan: Radikal Bebas oleh Alice
Munro Sajak Terjemahan Perancis:
Arthur Rimbaud, Paul Verlaine, Guillaume Apollinaire Sajak: M Febriyadi
Suluh: Karya
Sastra Melayu Lama, dan Senirupa Tradisional, Modern dan Kontemporer Berita Duka: Marakarma peDangdut Legendaris “Berpulang� oleh Dantje S Moeis
200 MEI 2015
www.majalahsagang.com halaman KULITi
halaman KULI KULITii LIITi L Ti
Penerbit: PT Sagang Intermedia Pers
Daftar Isi
SIUPP No. 492/MENPEN/SIUP/1998 ISSN: 1410-8690 Alamat redaksi: Gedung Riau Pos, Jalan HR Soebrantas KM 10,5, Pekanbaru 28294, Riau, Indonesia Telepon Redaksi: (0761) 566810 Tata usaha dan Pemasaran: (0761) 566810, Faksimili (0761) 64636 www.majalahsagang.com e-magazine Harga (Edisi Cetak) Rp 50.000,No. 200
MEI 2015
tahun XVII
Teks dan Seks .............................................2 Esei Pantun Sebagai Kitab Kehidupan Melayu oleh Orindra Putu Jakfar ........... 3 Cerita-Pendek Terjemahan Radikal Bebas oleh Alice Munro Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Akunianake Bonsyu ..................... 14 Sajak Terjemahan Perancis - Arthur Rimbaud ..................................36 - Paul Verlaine ....................................... 37 - Guillaume Apollinaire .........................38 Sajak M Febriyadi ...........................................39 Suluh - Karya Sastra Melayu Lama ................. 51 - Senirupa Tradisional, Modern dan Kontemporer .................. 59
"Kebijaksanaan dari Timur" mural lukisan di Jefferson Hall, East-West Center, Honolulu, oleh Affandi, 1967. Sumber INT
Berita Duka Marakarma peDangdut Legendaris “Berpulang� oleh Dantje S Moeis..........62
Perintis: Rida K Liamsi Pemimpin Umum: Armawi KH Wakil Pemimpin Umum: Kazzaini Ks, Sutrianto Pemimpin Perusahaan: Dra. Erda Yulfi Pemimpin Redaksi: Kazzaini Ks Wakil Pemimpin Redaksi: Zuarman Ahmad Redaktur: Dantje S Moeis, Zuarman Ahmad, Kazzaini Ks, Fedli Aziz, Sutrianto, Murparsaulian, Armawi KH Pra cetak: Rudi Yulisman Ilustrator Tetap: Purwanto Manager Keuangan: Erda Yulfi. Redaksi menerima sumbangan tulisan berupa esei, kritik seni, resensi buku, laporan dan tulisan budaya. Foto seni, sketsa, karya puisi dan arus menyertakan fotokopi aslinya. Pengiriman naskah harus menyertakan keterangan alamat yang jelas. Karya dikirim ke e-mail: puisisagang@yahoo.co.id, cerpensagang@yahoo.co.id, eseisagang@yahoo.co.id, umumsagang@yahoo.co.id. Karya termuat diberikan honorarium yang padan.
halaman 1
Tajuk
Teks dan Seks a asan Junus dalam satu dari banyak Rampai-nya mengatakan, ban “Barangkali hanya orang tak “Ba memerlukan seks sajalah yang tak menghiraukan teks”. Mungkin pernyataan ini ada benarnya. Tetapi kalau pernyataan ini diubah seperti ini: “Barangkali orang yang tak lagi memerlukan seks tak akan dapat membuat teks”, mungkinkah benar? Belum tentu juga. Karena pernyataan seperti yang terakhir ini memerlukan penelitian yang serius, mungkin dengan validitas data penelitian kuantitatif. Namun, kalau rasarasanya pernyataan kalimat tanda kutip yang terakhir ini terasa benar atau mengarah-arah benar dalam hati, mungkin benarlah, ha ha ha. Membaca teks, hendaknya mencapai kesenangan atau kenikmatan puncak yang disebut dengan istilah ‘jouissance’ oleh Roland Barthes. Sebagaimana pernyataannya tentang dua macam kesenangan atau kenikmatan yaitu: kesenangan atau kenikmatan biasa disebut ‘plaisir’ dan yang kesenangan atau kenikmatan puncak yang dinamakan ‘joussance’. Karena itu Hasan Junus berpesan bahwa, untuk mencapai jouissance dalam membaca dan mendekati teks dapat dilakukan dari arah mana saja yang disukainya, sesuka hatinya, maupun membaca dari depan atau membaca dari belakang atau membaca dari tengah, sama saja, karena ada juga pernyataan bahwa teks yang bagus mau dibaca dari mana saja tak ada masalah, atau seseorang yang memulai membaca teks dari bagian mana saja menandakan teks itu adalah teks yang bagus dan bermutu. Hal ini juga mungkin berlaku pada pendekatan seks bagi penganut yang halaman 2
tak terkungkung atau terbelenggu dengan aturan akhlah. Pendekatan seks dapat dimulai dan dilakukan dari arah mana saja, bebas; sehingga akan tercapai kesenangan atau kenikmatan yang disebut oleh Roland Barthes itu dengan pencapaian jouissance atau orgasmus intelektual. Karena itu taklah heran kalau Barthes mengatakan bahwa bahasa itu cabul-lucah, dan karena itulah aku kembali kepadanya (For me, language is obscene, and that is why I continually return to it). Hal yang sama lagi dalam pendekatan kesenangan atau kenikmatan membaca teks dan seks adalah dilakukan bersunyi-sunyi atau di ruang pribadi, mungkin karena dua pekerjaan ini adalah pekerjaan yang serius yang memerlukan konsentrasi penuh. Membaca teks, sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh Al azhar adalah menikmati kesendirian yang; juga sama halnya dengan seks, menikmati kesendirian juga, walaupun berdua, tetapi masing-masing menikmati kesenangan yang pada galibnya juga bersendirian. Persamaan yang ketiga antara teks dan seks adalah imajinasi. Membaca teks menimbulkan imajinasi pembacanya yang liar, sedangkan seks menimbulkan imajinasi yang lebih liar lagi, sehingga menimbulkan unsur atau elemen terpenting dalam musik, yakni bunyi atau suara (voice, vocal), yang kalau hal ini dibuat komposisi musik oleh seorang music composer mungkin akan melahirkan karya musik yang luar biasa, mungkin melebihi Al Farabi, Mozart, Beethoven, Wagner, Janacek, Rachmaninof, Ravel, Schoenberg, Graswin, dan lain-lain. ***
Esei
Pantun Sebagai Kitab Kehidupan Melayu oleh Orindra Putu Jakfar
antu antun Melayu Dunia, dalam berbagai nama dan bentuk kerap berb dianggap sebagai semacam kitab diangga kehidupan Melayu, pikiran dan estetika. Lebih dari dalam bentuk lain di sini dapat ditemukan jenius Melayu, kebijaksanaan dan nuansa indah makna, dan cara berekspresi. Bagi banyak orang, termasuk orang Melayu sendiri, di sinilah dapat ditemukan keajaiban sastra. Winstedt (1961) dalam pengantar dari kumpulan pantun mengamati bahwa ‘tidak ada yang bisa memperkirakan lingkup mental Melayu tanpa pemahaman tentang pantun ... “ini adalah rumah harta pikiran, puitis dan kehidupan orang Melayu�.
Pantun pada dasarnya adalah sebuah bentuk lisan. Namun, seiring waktu, dan dengan popularitas mesin cetak sejak akhir abad ke-19, koleksi telah diterbitkan dalam berbagai dialek bahasa, termasuk bahasa Melayu Riau, Semenanjung, Betawi, Melaka dan Jakarta Peranakan, Minangkabau, Ambon dan Acheh. Sementara itu ada hampir seratus naskah dari pantun yang dikumpulkan di perpustakaan Jakarta, Leiden, Paris, London, Berlin, kebanyakan dari pantun dari akhir abad yang lalu, dan terdiri dari berbagai koleksi oleh para sarjana dari Inggris, Belanda dan Jerman. Sebuah studi baru (Muhammad Haji Salleh dan Bazrul Bahama, 1999) mampu
halaman 3
mengumpulkan pantun dari 39 dialek bahasa Melayu dan 25 bahasa non-Melayu. Dialek Melayu dimulai dengan Aceh di ujung utara Sumatera, melalui Langkat / Deli / Serdang, Jambi, Minangkabau, Kerinci, Insular Riau (Bengkalis, Penyengat), Daratan Riau (Rokan, Indragiri Hulu, Kampar, ProtoMelayu, Sumatera Selatan, Ogan Komering, Lahad, Basemah, Musi, Prabumulih, Muara Enim, Lampung, Serawai). Di Pulau Kalimantan tugas pengumpulan dibagi menjadi dua wilayah: Kalimantan Barat (Sintang, Ketapang, Sambas, Kapuas Hulu) Kalimantan Selatan (Kutai, Banjar, Pasir). Sulawesi (Celebes) juga adalah sama dibagi menjadi dua bagian, yaitu, Manado dan Gorontalo, sedangkan dari kepulauan Maluku (Maluku) pantun dikumpulkan dari Ambon dan Ternate. Dialek Melayu dari pulau Jawa yang dituturkan oleh warga Jakarta dan Cina Peranakan. Di Malaysia sendiri koleksi dilakukan di Utara (Kedah, Perlis, Pulau Pinang), Timur (Kelantan, Terengganu), Barat (Johor, Pahang, Melaka, Selangor, Perak), Negeri Sembilan, Sabah dan Sarawak. Tionghoa peranakan, India Melaka dan aslian (Proto-Melayu), antara lain Semak Brik, memiliki kontribusi khusus ke kas pantun. Di Brunei puisi di Brunei Melayu sama dikumpulkan, meskipun dari koleksi dan berbagai produk dari program penelitian dan radio / tv. Di daerah yang tidak berbahasa Melayu Sumatera pantun dapat ditemukan di antara Karo, Toba, Mandailing, Simalungun, Acheh, Gayo dan Alas. Di Jawa sendiri pantun terdiri dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Di Bali ada bentuk pantun lama antara Bali Agha, sementara di Nusa Tenggara Barat ada versi di Sasak. Di Sulawesi Tengah kelompok berikut menggunakan pantun: Saluan, Kaili,
halaman 4
Pamona, dan Tanemperar. Di Utara Celebes kita menemukannya di antara Gorontalo, Sangihe Talaud-dan masyarakat Minahasa. Di Malaysia Timur pantun tersebut ditemukan di antara Iban, Bidayuh, Melanau, Suku Kedayan dan Bajau. Pantun adalah populer di kalangan orang Melayu Pattani dari di Thailand selatan, yang menggunakan dialek Melayu cukup mirip dengan Kelantan. Hubungan antara alam dan dunia manusia melalui phoentic dan semantik kiasan dimungkinkan pada usia dini membuat pantun atau gurindam pepatah, lagu anakanak. Bait berkembang menjadi syair untuk memungkinkan bermain lebih besar dan lebih memuaskan suara, makna dan musik, yang akhirnya menjadi pantun empat baris terkenal dan populer. Sering digunakan dan sering oleh penyair yang sangat berbakat, bentuk menjalani berbagai eksperimen dan muncul kemudian sebagai enam, delapan, sepuluh, dua belas, empat belas, enam belas, delapan belas, dua puluh dan dua puluh dua baris pantun, yang masih mempertahankan dua bagian foreshadower dan makna. Bentuk, variasi dan bahasa pantun merupakan bukti dari usia mereka. Garis paralel, jingle anak-anak dan teka-teki tidak diragukan lagi adalah bentuk paling awal. Seperti yang menyenangkan, lucu tapi cerdas dan bijaksana pantun datang untuk diadopsi dan digunakan dalam berbagai sektor kehidupan publik dan swasta, dari lagu pengantar tidur untuk emosi romantis, dari peribahasa komunal bijaksana untuk pengamatan kehidupan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa bentuk yang berasal dari awal primitif tidak hanya mampu bertahan berabad-abad, tetapi mampu makmur di zaman yang lebih teknologi, yang
sebenarnya telah membunuh bentuk lain seperti syair, Seloka dan Mantera tersebut. Ketika Sriwijaya, di pantai barat daya Sumatera menjadi kekuatan maritim yang besar di abad ke-8 dan mempengaruhi banyak negara di sebelah timur, utara dan barat daya dari Malay Archipelago, bahasa yang sudah cukup canggih maka terus tumbuh bersama sebagai media komunikasi dan administrasi internasional. Ratusan suku / etnis Indonesia dan Malaysia, yang tidak memiliki bahasa yang sama komunikasi yang membutuhkan satu dimengerti semua. Melayu memainkan peran ini untuk beberapa derajat dan karena itu segera menangkap diminta untuk melakukan pekerjaan itu. Ini diterima secara luas - tidak hanya itu menjadi bahasa komunikasi antar tetapi ada dikembangkan dialek Melayu khusus di Betawi, Manado, Makasar, Ambon dan Kupang untuk melayani daerah-daerah khusus mereka. Ada contoh lain dari penyebarannya. Sintang, kesultanan tua di tengah pulau Kalimantan melihat kedatangan dua misionaris Muslim, salah satu dari Banjar, dan yang lainnya dari Johor, pada tahun 1600. Mereka mengajarkan agama dan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Selain agama mereka juga diminta dari aspek budaya umum negara asal mereka. Di antara aspek yang paling penting dari budaya sastra mereka bahwa mereka berbicara tentang adalah pantun. Ketika Sintang Kesultanan dikembangkan dan bahasa berkembang, pantun juga mulai menjadi populer, dan terdiri dalam banyak bahasa Dayak, selain Sintang Melayu. Ini adalah metode Sintang khusus menyebarkan formulir. Contoh
berikutnya
adalah
kasus
Kepulauan Cocos. Pulau-pulau di sebelah selatan Indonesia diambil alih oleh ClooneyRoss pada akhir 1880-an. Ketika tidak ada pekerjayang cukup untuk bekerja perkebunan kelapa pemilik membawa Malaysia Indonesia dan sebagai buruh diwajibkan dari berbagai belahan Nusantara. Mereka pada gilirannya membawa mereka bagasi budaya mereka, dan di antara itu adalah pantun, yang tidak hanya kemudian menjadi bentuk utama dari hiburan tetapi juga bentuk sastra yang dikembangkan. Seiring waktu itu tumbuh dengan masyarakat dan tidak diragukan lagi juga menandai sejarah bahasa itu sendiri. Dengan demikian pantun Cocos memiliki kata-kata khusus yang tidak diketahui di bagian lain dari dunia berbahasa Melayu. Kasus Sri Lanka adalah berbeda sedikit dari yang dari Cocos, namun mengandung pola khas migaration Melayu. Ketika Inggris sedang mengasingkan pemberontak dari koloni mereka beberapa orang Melayu yang expatriated ke pulau Sri Lanka. Dengan mereka mereka membawa bahasa mereka, agama dan treasury sastra, termasuk dalam bentuk tertulis. Pantun itu mudah diangkut, dan menjadi unsur identitas mereka di tanah yang baru dan asing. Namun pantun selalu memperkaya diri sendiri dengan input lokal, dan Sri Lanka Melayu tidak berbeda. Ini dikembangkan dalam lingkungan Sri Lanka, dan rasa itu sendiri dengan kata-kata lokal atau variasi hanya bisa ditemukan di pulau itu. Di daerah berbahasa Melayu Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan daerah pesisir Kalimantan perkembangan bentuk terutama kaya, sebagian juga karena mudah dibawa ke semua daerah melalui laut, sungai atau tanah. Jadi kita lihat pantun antara Komering dan Kerinci, dan Bangkahulu dan Lampung
halaman 5
masyarakat. Dari Palembang ada banyak pelaut berlayar selat ke Kedah, Perak dan Pahang. Hal ini memungkinkan pantun yang menarik dari Palembang untuk dinikmati di Pahang, Kedah dan Perak. Tampaknya bahwa ada jaringan internal di kalangan masyarakat Melayu, sementara ada yang lain, yang lebih besar, meskipun longgar, antara kelompokkelompok non-Melayu, yang kita sebut itu jaringan eksternal, tetapi juga tumpang tindih dengan jaringan Melayu. Ketika Balai Pustaka didirikan pada tahun 1920 di Batavia dan Pejabat Karang Mengarang di Tanjung Malim di tahun 1930-an bagian dari tanggung jawab utama mereka adalah untuk menulis buku pelajaran sekolah dan mengumpulkan karya sastra lokal untuk publikasi. Pantun termasuk dalam silabus dari sekolah dan koleksi, membiarkannya menyebar jauh dan luas, di seluruh Nusantara dan generasi yang berbeda.
budidaya, peduli dan memprosesnya. Jadi, tidak mengherankan bahwa itu muncul sebagai correlatives perasaannya. Lebih baik lagi, sajak padi kata dengan dua Melayu yang paling penting konsep - budi dan hati, kebaikan dan jantung. Pantun berikut ini memungkinkan bermain besar dari konotasi padi dan jaringan gema. Dua baris terakhir tidak sabar menuntut, Jikalau kamu mengasihi Aku, katakan Anda, Biarkan aku tidak menunggu tanpa henti untuk keputusan Anda. “ Kalau padi Katakan padi TIDAK Kami tertampi-tampi Kalau Jadi Katakan Jadi TIDAK Kami ternanti-Nanti. Di lain ayat padi, sekarang dalam bentuk jerami, adalah lagi pembayang untuk arti: ‘Hanya setelah tujuh tahun kekeringan aku menyadari rumput di lahan kering. “ Orang Berhenti Tepi surau,
Gambar yang paling hadir dalam puisi tidak diragukan lagi adalah flora dan fauna. Setiap hari petani pergi ke ladang untuk menanam dan merawat padi, ke kebun atau kebun sayur, atau jika ia tinggal dekat dengan laut atau sungai ia menangkap ikan, dan jika ia dekat dengan hutan ia pergi berburu. Semua kegiatan ini menempatkan dia pada hubungan intim dengan bagian-bagian dari alam. Dia tidak hanya mengamati alam tetapi belajar untuk memahami cara-cara yang dengan menafsirkan tanda-tanda, suara dan juga perilaku. Suara hutan tidak yang bahagia, dan mereka sering direproduksi, untuk mencerminkan keadaan sulit yang ia harus hidup melalui.
Seperti dalam budaya lain bunga adalah simbol warna-warni situasi bahagia, cinta, keriangan dan kebahagiaan umum. Di daerah tropis dari kepulauan Melayu ada banyak dari yang biasa berwarna-warni atau wangi. Warna-warni tapi tidak wangi sering metafora untuk seorang gadis cantik tanpa kesopanan atau kesopanan. Tapi yang paling sering bunga, harum dan cerah, adalah utusan cinta.
Padi merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Nusantara. Sebagian besar dari kehidupan petani dihabiskan dalam
Namun, penyair Melayu tidak pernah membatasi diri dengan alam sendiri untuk memperkenalkan pikiran mereka atau
halaman 6
Pembersih lihat padi campur jerami; Tujuh Tahun Musim Kemarau, Baharulah SEDAR rumput di bumi.
menjadi utusan dari perasaan mereka, karena mereka tinggal di rumah-rumah mereka dan di desa-desa artefak dari kehidupan desa juga menjadi dunia sub-sadar karya seni mereka. Dalam ayat di bawah ini, sumbu, dengan konotasinya dari organ laki-laki atau hasrat yang membara, adalah alat yang kuat sugesti, meskipun diambil dari konteks biasa.
Dalam berikut pantun pepatah garis pembayang mengatur empat jenis ikan, yang tampaknya echo kata lain dalam bahasa. Baris kedua menawarkan alasan mengapa nama-nama ikan dimasukkan. Setiap ikankata berima dengan kata-kata bahwa ketika dirangkai berarti, ketika Anda pertama kali mulai berbohong, Anda akan mulai mulai mencuri.
Apa guna pasang pelita
Siakap sinohong gelama ikan berduri
Kalau TIDAK DENGAN sumbunya?
Bercakap bohong lama-lama Mencuri.
Apa guna Bermain mata Kalau TIDAK DENGAN sungguhnya? Winstedt menjadikan itu sebagai berikut, Jika tidak ada sumbu dalam lampu, Untuk menyalakannya bekerja keras dibuang; Dan apa yang Reck saya terlihat penuh kasih, Kecuali sebagai bahan bakar untuk bermain cinta. Yang paling awal dari bentuk pantun mungkin akan ayat dua-baris, yang memiliki kesamaan dengan peribahasa ringkas. Mereka berisi garis yang disiapkan, atau menerjemahkan dari bahasa Melayu istilah, pembayang, meramalkan, musik dan pentingnya garis menyusun Maksud, yang berarti tepat. Untuk contoh ini puisi menggoda / cinta sangat terkenal. Baris pertama mengatakan: Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu bertanya pula. Ada ubi ADA talas Ada balas budi ADA balas.
Namun ini, tidak membunuh bentuk dua baris, yang memiliki daya tarik tersendiri - itu sederhana, lebih kompak dan lebih mudah untuk diingat ketika zoom langsung ke titik yang diinginkan. Gendut gendang tali kecapi Kenyang Perut Senang Hati. Contoh berikut adalah hasil dari percobaan untuk menambahkan dua baris ke empat klasik, Hilirkan rantau Mentulik Bermalam di rantau Jonggi Hilirnya menepi-Nepi Dalam sirih nan secarik Dalam pinang nan setoni Ada JUGA kehendak hati. Variasi langka lainnya adalah 5-line, di mana dua yang pertama adalah pengenalan dan berikutnya tiga makna, seperti dalam pantun Minangkabau ini, Talantuang Carano Kaco Badarai Carano kendi Oluik samo dirandangkan Kok diranggang karano baso
halaman 7
Kok bacarai karano budi. Seorang penyair yang serius selalu mencari bentuk prefek. Sementara pola empat baris sempurna sebagai bentuk singkat, namun dalam ruang yang itu jelas terbatas, tidak mampu menceritakan urutan peristiwa. Ini adalah bentuk untuk menangkap momen atau pengalaman sekilas tunggal. Cara sukses keluar adalah pantun terkait atau berkait pantun, terdiri dari urutan kuatrain yang mengulang dua baris dari syair diawali. Garis kedua dan keempat dari ayat pertama menjadi yang pertama dan ketiga baris ayat kedua dan seterusnya, selalu menjaga dengan sajak dan jumlah suku kata. Dengan demikian puisi berlangsung sampai akhir sampai cerita ini memuaskan selesai. Berikut ini adalah kutipan yang dipilih oleh Za’ba dari Hikayat Indera Mengindera. Perhatikan pengulangan garis, Lebah terbebar Terbang sekawan, Hinggap di Celah kayu berduri, Alangkah cabar rupanya tuan! Dagangan Indah TIDAK terbeli!
menambah repertoar. Contoh yang menarik adalah ba pantun alif ta. Dalam bentuk ini setiap kata pertama dari ayat ini dimulai secara berurutan dengan huruf abjad. Dalam kutipan berikut alfabet Melayu lama digunakan, dan karena itu dijuluki pantun alif ba ta. Berikut adalah tiga ayat dari naskah dari Royal Asiatic Society, (Maxwell 48), Bahil emas Cibu suasa Tempat Minuman raja Kelantan, Duka nestapa Senantiasa Memandang warna cahaya intan, TENTANG burung Si Rajawali Singgah menyambar Anak ketam, Angkat sembah menyanjung Duli Mohonkan ragam nilam puspa. Masih ada lagi berbagai tetapi tidak terlalu berbeda dari ba alif ta pola. Ini adalah urutan Si Bungsu Babilang Malam, di mana setiap malam adalah disebutkan dan terjadinya diisi, Si Bunsu Babilang Malam Malamnyo Malam ka oso
Hinggap di Celah kayu berduri, Kepayang Tumbuh di hearts dulang,
Anak Anso parang jo Anso
Dagangan Indah TIDAK terbeli,
Parang jo Anak nan sabuah,
Sayang Sungguh nyawanya Hilang.
Manga Si Bonsu tagak di siko Mananti tanun nan balun Sudah.
Kepayang Tumbuh di dalam dulang, Burung merpati Terbang ke awan,
Si Bonsu babilang Malam
Sayang Sungguh nyawanya Hilang,
Malam Malamnyo nan Kaduo
TIDAK seperti Raja Pahlawan. Uo-uo di kayu Anak Para penyair lebih berani mencari bentuk-bentuk baru dan variasi untuk
halaman 8
Mari den Adang jo sumpitan, Badan baduo badunsanak
Surang lah lare dilawitan.
Bersantan kelapa muda,
Si Bonsu babilang Malam
Oi ading Jangan nanges Kuagik kuupah susu.
Malamnyo Malam katigo Rigo-rigo ka Padang Panjang Sutan Amaik Pulang di jao, Urang mambia den mamulang Kok tak ameh sabuangkan nyawo.
Puisi adalah salah satu dari dua atau empat baris, karena mereka lebih cocok untuk kata-kata sederhana dan makna, biasanya diambil dari bahasa sehari-hari. Yang sangat terkenal dapat ditemukan di banyak tempat Nusantara adalah puisi ini, Timang tinggi-Tinggi
Peran ini interestinglly tidak hanya melintasi semua batas sosial, tetapi juga demarkasi usia. Namun pada dasarnya ditemukan untuk digunakan sebagai alat hiburan, anak-anak di lagu dan permainan mereka, dan di antara orang dewasa sebagai Lightener dari beban kerja, alat sosial nasihat, dan repositori aturan dan regulasi dan tata kelola, dan akhirnya, dan paling tidak penting, kebijaksanaan perlombaan. Pantun, seperti yang kita telah mencoba untuk menunjukkan, dimulai dengan permainan kata anak-anak dan jingle. Puisipuisi ini dinyanyikan untuk mengiringi permainan tertentu, dinyanyikan oleh orang dewasa saat bermain dengan mereka sementara merawat mereka, atau diucapkan oleh anak-anak sendiri. Misalnya antara Serawai Sumatera (Mardan Waib, Sofyan, Zufiyardi 1994/1995: 25-32) ada permainan yang disebut cuit-cuitan (menyentuh), di mana bayi dikecewakan menyentuh tanah dan garis-garis berikut mengatakan, Pok pok andai Belalang kupu-kupu, Betepuk DENGAN pandai Ku-upah aih susu. Aih susu lemak manis
Sampai cucur atap, Belum Tumbuh gigi Dah pandai baca kitab. Pada hari-hari seperti ini kendala sosial santai untuk memungkinkan kemungkinan asmara dan pernikahan. Puisi seperti ini dapat ditemukan di Riau, sementara penduduk desa menabur bukit padi, Balibi Tobang saatui Mati dikubik sapu tangan, Umpan la abi kaye laputui Tingge juaghan di tapak serbi. Elok elok manyingkok belek Belek Baisi kue loyang, Elok-elok mambukak sughek Sughek Baisi kasih sayang. Sebagai pelengkap pantun ibu dan kerabat anak-anak untuk menempatkan anak-anak mereka untuk menyanyikan lagu pengantar tidur tidur. Mereka sebagian besar dinyanyikan lagu sederhana. Meskipun bahkan dinyanyikan dengan sangat muda mereka sering mengandung saran dan harapan ibu yang anak-anak mereka akan
halaman 9
tumbuh menjadi warga negara yang baik dan manusia yang berguna. Kuatrain ini dikumpulkan dari Kampar, Taluk Kuantan, dan Serawai di Sumatera: Omua Kito poi mandi Mandi Jangan bakubang tana Omua la Kito poi mangaji Mangaji Jangan buek pitona. Potang iko Potang sotu Potang isuak Potang memiliki, Indak basuo Ujud nan Satu Cubo tarikat tengok hearts. Jatuh seludang pinang Tinggi Jatuh to Laman raja-raja, Penat sembahyang petang pagi
Seperti yang telah kita mencoba untuk menunjukkan awal pantun memiliki kualitas lisan khusus sayang untuk orang Melayu. Ini cocok untuk berbagai fungsi. Sebagai aturan sosial dan peribahasa perlu dipadatkan dalam bentuk kecil, pantun lagi, sudah diketahui banyak orang, menawarkan ruang khusus di mana beradaptasi hukum sesuai dengan baik. Diatur dalam format baik itu mudah berkomitmen untuk memori dan mudah direproduksi bila diperlukan. Selama berabad-abad telah menjadi salah satu bentuk utama di mana hukum adat disimpan, dan juga favorit dengan mereka yang harus ingat ratusan dari mereka. Ayatayat ini kemudian lebih dikenal sebagai pantun adat.
TIDAK beriman payah Saja.
Tasindorong jajak manurun,
Tebang tebu Sampai ke Ujung
Tatukiak jajak mandaki.
Sampai ujuangnyo ka Malaka,
Adat jo syarak kok tasusun,
Tuntuik Alemu ganti payuang
Bumi Sanang padi manjadi.
Payuang pandendeng api noroko.
Sasukek duo boleh Taie
Tobang tobu Tinggi-tinggi
Dicupak mako digantang
Tobang Rumbio ta pangkal,
Nan Lunak ditanam baniah
Tuntuik Alemu samaso Kini
Nan kareh di buek ladang.
Iduik di dunio indakkan kokal. Ini adalah puisi yang cukup religius yang berbicara tentang sifat fana dan sementara kehidupan manusia dan dunia. Dengan demikian anak didorong untuk mempelajari buku-buku agama dan sungguh-sungguh worshio Tuhan sehingga ia bisa pergi ke surga. Orang Melayu memiliki pepatah lama: Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah. Dalam kehidupan kita yang terkandung dalam adats (adat), dalam kematian kita yang terkandung dalam bumi.
halaman 10
Berurusan dengan aspek hirarki sosial dan tanggung jawab berbagai kepala catatan pantun berikut bagaimana ketika setiap anggota memainkan bagian dan fungsinya, maka masyarakat dapat menjadi ‘elok,’ harmonis. Elok nagari dek penghulu, Rancak dek TAPIAN nan mudo, Kalau memegang akan Hulu, Pandai mamaliharo puntiang jo mato. Di distrik Rokan Riau ada upacara upahupah untuk mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan bahwa bencana dihindari, atau mungkin mengambil bentuk doa untuk hidup sehat, hubungan yang jujur dan harmonis antara suami dan istri, dll . Gadih munyosah di Ateh Akik Bujang munyomua dipaneh ai, Ongkau Jauhkan dai punyakik Nak Jangan tuhalang poi mencai. Munokuik kijang hearts imbo Dukuik dibuek dai tanuk uso, Takuiklah ongkau kupado Doso Momohongi bini / laki Jangan di cubo. Ku hutan muncai Otan Kuladang munanam padi, Olah dibuek puholatan Munjadi ongkaow laki bini. (Al-Azhar 1985) Di antara Talang Mamak (komunitas masyarakat terasing di Riau) yang belum menjadi Muslim sumpah pernikahan atau perceraian juga diambil dalam bentuk pantun puitis, dengan demikian, Jati si kumbang jati Daun Lirik naga talian, Patah Tumbuh Hilang Berganti
Hanyut guntang-guntang, Apa Daya dengan tenggang pengulu Aku menyerahkan budak berutang. Tang si kuntang-kuntang Kedidi pandak kesemek, Aku menyerahkan budak berutang Apa teriba hearts hati. Apa tebe dilunda-Lunda Akan pelemang Sauh Bekal, Sepantun manau doa sejunjungan TIDAK tau Hujung Dan pangkal. Adi-adi andai-andai Angkarang mudik Perigi, Cerdik-cerdi pandai-pandai Emas dikandung Jangan Pergi. Pantun sebagai Mantera Beberapa ayat Mantera sebenarnya pantun penuh, tetapi yang lain komposit, dengan unsur-unsur non-puitis lain yang diperlukan disertakan. Ketika pantun digunakan pada acara-acara seperti itu, mereka menunjukkan sedikit perbedaan dari pantun lainnya. Berikut Mantera untuk snaring kancil yang dikumpulkan oleh Skeat dalam dekade terakhir abad lalu, di Selangor:
Aku mendirikan pusaka adat.
Sirih pinang unta unta.
Apit Dinding berapit
Kerakap memanjat Puar,
Akan serunjunya mengapit,
Pesan PADA jembalang rimba
Kalau Baik ambillah Kapit
Kutu hutan Suruh Keluar.
Apakan Bisa Sembarang gunanya.
Suruh Keluar Anak beranak
Sedang mengkudu Lagi berpawal
Suruh bercucu Keluar.
Kunun pula cempedak muda,
(Skeat 1965).
Penghulu Lagi Lagi bergawal Kunun pula budak muda-muda. Hanyut kaca Dari Hulu
Fantastis atau surealistik lebih dilihat dalam garis Mantera bermuatan ini, meskipun pantun itu sendiri sering memilih
halaman 11
untuk memasukkan unsur-unsur ini sebagai acara bakat metafora dan kecakapan, paling tidak untuk musuh nya. Di sini mereka digunakan untuk menyediakan link ke supranatural. Namun, harus dicatat bahwa ada rasa hormat dan kepatutan di semua lini, sebagai semacam diperlukan kesopanan. Dalam cerita-cerita lisan pantun yang dapat ditemukan di titik-titik strategis dalam kisah itu sendiri, yaitu di awal, perubahan episode, akhir cerita, dialog antara karakter dan sementara narator menggambarkan karakter atau peristiwa. Sebagai contoh, kita melihat ini membuka jalur-jalur yang Nyanyi Panjang dalam kisah Bujang Tandomang. Narator menyapa penonton dan mengumumkan bahwa ia akan membuka dengan ayat-ayat pantun, dan mohon bahwa jika ia berbuat salah dia harus diperbaiki. Akhirnya, dalam ayat terakhir ia nama judul cerita untuk diberitahu malam itu.
Konang ceito di hearts ati Citonyo Datuk Domang Serial. (Tenas Efendi 1997). Untuk berhubungan dengan penonton narator sering berubah gigi di tengah narasi dan menerobos ke pantun, yang juga sering memperkenalkan lebih humor, emosi dan menggoda, dalam tindakan menjangkau berbagai sektor penonton. Hal ini menggoda di Dendang Pauh dari Minagkabau. Garis berikut memuji tuan rumah yang ramah diundang kelompok ini, Dari Alai taruih ka Jati Ka Baruah jalan Ulak karang Luriuh masuak ka jambatan, Tando Baralek paramisi. Jauah jo ampia kawan Datang Karano budi basangkuitan.
Indang donai Aaii
Kata-kata ini memuji penonton,
Buah lakom di hearts Somak Padi seumpun ditimpo Bonto, Salamualaikum kepado sanak Kami bepantun ceito membukak. Indang donai
Rang tabiang ka Lubuak bayo Mambaok nyiru ka TAPIAN, Akie jo Buyuang tibo pulo Karano bodi basangkuitan.
Aaii Padi seumpun ditimpo Bonto Kalau patah tolong togakkan, Kami bepantun membukak ceito Kalau shalat tolong simakkan. Indang donai Aaii
Akhirnya akhir dari cerita ini juga rapi disegel dengan satu atau dua pantun, seperti yang digambarkan oleh sajak ini, Cobalah siriah kuniang gagang Nyo Makan Anak panyalinan, Balun tairik labiah Panjang Bia jo saluang panyampaian. (Suryadi 1991)
Pasang pelito di topi-topi Pelito dipasang betali-tali,
halaman 12
Pantun dalam Amsal Seperti dalam hukum adat cetakan pantun juga dimasukkan ke dalam pelayanan peribahasa, yang secara umum dapat dilihat sebagai treasury yang besar dan indah citacita sosial, norma-norma dan nilai-nilai. Dalam lingkup ini mencakup area yang lebih luas dari yang pertama. Amsal awal mungkin mendahului pantun, sebagai produk dari pengamatan manusia Nusantara alam dan tetangga manusianya. Dalam perkembangan sejarah itu telah menemukan jalan ke berbagai sektor usaha manusia dan cara berbicara dan wacana. Beberapa peribahasa mungkin mulai hidup sebagai garis belaka atau kuplet. Namun karena pantun dewasa begitu mudah ditampung fungsi baru dan dianggap menarik singkat beberapa peribahasa telah mengalami perombakan dalam formulir ini, dengan satu, dua, atau bahkan tiga baris yang ditambahkan.
bidang kehidupan Nusantara dan melakukan tugas-tugas yang sulit. Hal ini tidak hanya ditemukan practisioners avid di Nusantara, tetapi juga di Perancis, Belanda, Inggris dan Jerman. Dari sekian banyak bentuk puitis di seluruh dunia hanya soneta dan haiku telah melakukan perjalanan sejauh dan hidup lebih lama. Sekarang telah mencapai hidup baru, telah diberikan dengan fungsi baru, untuk yang memberikan kontribusi ruang waktu-diuji dan budaya yang kaya. *** (Dari berbagai sumber)
Para pantun peribahasa biasanya dari kualitas luar biasa; kata-kata mereka yang dipilih dengan baik dan foreshadowers sangat imajinatif. Garis seimbang, sebagai produk dari proses yang lebih teliti dan tidak spontan terdiri bagai puisi cinta dari pantun berbalas. Mari kita ambil contoh, Anak angsa mati lemas Mati lemas masin di udara, Hilang english kerana emas Hilang budi kerana Miskin. Misteri pantun tidak hanya terletak pada keindahan dan berbagai tetapi juga dalam bentuk dan umur panjang fleksibel. Esai kecil ini mungkin dapat melemparkan beberapa cahaya pada bentuk yang besar ini, salah satu yang telah masuk ke dalam banyak
halaman 13
Cerita-Pendek Terjemahan
Radikal Bebas oleh Alice Munro Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh
halaman 14
Akunianake Bonsyu
wa walnya, telepon terus-menerus berdering dari orang-orang, hanya untuk memastikan Nita tidak terlalu sangat murung, han tidak terlalu sangat kesepian, tidak terlalu sangat sedikit tida makan atau terlalu sangat banyak minum. (ia sudah jadi kecanduan anggur yang fanatik hingga lupa kalau ia sebetulnya dilarang minum minuman yang berkadar alkohol). Ia menahan mereka, tanpa terdengar meagung-agungkan duka atau ceria yang tak wajar atau kekosongan pikiran atau kebingungan. Ia bilang ia tidak memerlukan sembako; ia mampu bertahan dengan tangannya sendiri. Ia sudah cukup jenuh dengan pil-pil resep dokter dan post-card untuk ucapan terima kasih. Teman-teman dekatnya curiga apa yang sebetulnya terjadi, bahwa ia tidak peduli pada pola makannya yang berlebihan dan bahwa ia membuang setiap surat simpati yang kebetulan diterimanya. Ia bahkan tidak memberi tahu orang-orang jauh, bahwa ia mendapatkan surat begitu. Tidak kepada mantan istri Rich di Arizona atau saudara sendiri yang hubungannya tak harmonis di Nova Scotia, meskipun keduanya boleh jadi bisa memahami, bahkan lebih baik daripada orang-orang di dekatnya, kenapa dukanya terus-menerus berlanjut seperti saat ini. Rich pernah memberitahunya bahwa ia akan pergi ke kampung, ke toko perangkat keras. Ketika itu sekitar pukul sepuluh pagi, dan ia baru saja mulai mengecat selasar serambi. Artinya, ia telah mengorekinya untuk dicat, dan kikisan tua yang terkelupas itu ada di tangannya. Ia tidak punya waktu untuk mengira-ngira kenapa Rich terlambat. Rich mati meringkuk di dekat rambu tepi jalan yang terpacak di depan toko perangkat keras yang menawarkan diskon untuk mesin babat rumput. Ia bahkan tidak sempat masuk ke dalam toko. Ia sudah berumur delapan puluh satu tahun dan kesehatannya bagus, kecuali tuli pada telinga kanannya. Dokternya telah memeriksanya seminggu sebelumnya. Nita belajar dari pemeriksaan belakangan, tagihan kesehatan, dipotong dalam jumlah mengejutkan dari cerita-cerita kematian mendadak yang tengah ia sajikan sekarang. “Kau hampir berpikir kalau kunjungan semacam itu harus dihindari,� katanya. Nita seharusnya bicara begitu cuma pada teman dekatnya yang hobi menjelek-jelekkan, Virgie dan Carol, wanita yang seumuran dengannya, yaitu enam puluh dua. Teman-temannya yang lebuh muda merasa pembicaraan semacam ini tak pantas dan patut dihindari. Mulanya, mereka mengerumuni Nita. Mereka tidak betulbetul bicara tentang kondisi berduka, tapi ia takut kalau pada setiap saat mereka bisa saja memulainya.
halaman 15
Segera setelah ia menyelesaikan semua urusan, tentu saja, semuanya kecuali cobaan dan kesungguhan yang telah pergi. Peti yang paling murah, segera masuk ke dalam tanah, tak ada upacara apapun. Pengurus mengatakan bahwa ini mungkin melanggar hukum, tapi ia dan Rich punya kenyataan sendiri. Mereka mendapatkan informasinya hampir satu tahun yang lalu, sewaktu diagnosa kanker sudah final. “Bagaimana mungkin aku tahu kalau ia akan mencuri saatku?� kata Nita. Orang-orang tidak menyangka akan dilakukan upacara tradisional, mereka mengira akan ada upacara yang lebih modern. Merayakan kehidupan. Memainkan musik favorit Rich, saling bergandengan tangan, menuturkan cerita-cerita yang dipuja Rich sementara di saat yang bersamaan dengan jenaka mengungkit kebiasaan-kebiasaan konyol dan kesalahaan-kesalahannya yang tetap bisa iampuni. Semacam hal-hal yang diucapkan Rich yang bisa membuatnya muntah. Semuanya diurus secara pribadi, dan tak lama kemuian, kehangatan luas yang mengelilingi Nita mencair, meskipun beberapa orang, pikirnya, tetap ingin tinggal dan mengkhawatirkannya. Virgie dan Carol tidak berkata demikian. Mereka bilang ia cumalah seorang jalang egois kalau sekarang berpikiran untuk menghantam kepala, yang cepat atau lambat penting juga. Mereka akan mampir, katanya, dan memulihkannya dengan Grey Goose Ia yakinkan mereka bahwa ia tidak akan, walaupun dalam logika tertentu ia bisa saja memikirkan ide itu. Berkat radiasi musim semi silam, kankernya sedang dalam kondisi membaik apapun artinya. Bukan artinya kanker itu lenyap begitu saja. Tidak untuk selamanya, bagaimanapun juga. Hidupnya adalah panggung pertunjukan operasi-operasi dan selama ia patuh mengikutinya dan tidak mengeluh. Hanya saja ia akan murung tiap kali teman-temannya mengingatkan kalau ia tidak boleh minum anggur, apalagi vodka. *** RICH meninggal bulan Juni. Sekarang pertengahan musim panas. Ia bangun lebih awal, membersihkan diri dan mengenakan pakaian apapun yang kiranya cocok. Tapi tentu saja ia berpakaian dan mencuci, dan menyikat gigi dan menyisir rambut, yang sudah mulai tumbuh kembali belakangan ini, beruban di sekitar muka dan hitam pada bagian belakang, sebagaimana dulu juga begitu. Ia mengenakan gincu bibir dan pensil bulu mata, yang sekarang cuma sedikit saja,
halaman 16
dan demi rasa hormat seumur hidupnya atas pinggang yang kecil dan pinggul yang moderat ia memeriksa hasil yang telah dilakukannya dari setiap sudut, sekalipun ia tahu kata yang mungkin pantas untuk semua bagian dirinya sekarang ialah “kerempeng.� Ia duduk di kursi lebarnya yang biasa, dengan tumpukan buku di sekitarnya dan majalah yang belum dibuka. Ia menyeruput pelanpelan cangkir berisi teh herbal encer yang sudah jadi pengganti kopi untuknya. Suatu kali, ia pikir ia tidak akan hidup tanpa kopi, tapi ternyata yang sebetulnya ia inginkan ialah mengenggam cangkir besar yang hangat di tangan, itu akan membantu pikirannya atau apapun yang sedang dilatihnya melalui proses yang berjam-jam, atau berhari-hari. Ini rumah Rich. Ia membelinya ketika masih bersama istri pertamanya, Bett. Rumah ini dimaksudkan sebagai tempat akhir pekan, ditutup sewaktu musim dingin. Dua kamar tidur kecil, dapur sempit, setengah mil dari kampung. Tapi ketika Rich mulai mengerjakannya, belajar pertukangan kayu, membangun sayap untuk dua kamar tidur baru dan sebuah kamar mandi dan sayap lain lagi untuk ruang kerja, menyulap bangunan aslinya menjadi ruang tamu terbuka, ruang makan, dan dapur. Bett jadi semakin tertarik; sejak awal ia menyatakan tidak bisa mengerti kenapa Rich membeli tempat busuk ini, tapi peningkatan praktis selalu menarik perhatian Bett, dan ia membeli sepasang celemek pertukangan yang serasi. Ia memerlukan sesuatu yang bisa ikut melibatkannya, setelah menyelesaikan dan mempublikasikan sebuah buka resep masakan yang telah membuatnya begitu sibuk beberapa tahun belakang. Mereka tidak punya anak. Dan pada waktu yang sama Bett sibuk memberi tahu orang-orang kalau ia telah menemukan peran hidupnya sebagai seorang asisten tukang kayu, dan itu membuatnya dan Rich semakin dekat, Rich telah jatuh cinta pada Nita. Nita bekerja di kantor registrasi di universitas di mana Rich mengajar literatur abad pertengahan. Pertama kalinya terjadi Rich dan Nita bercinta di antara serutan dan gergajian kayu yang kemudian disulap menjadi lengkungan langit-langit ruang tengah, pada akhir pekan sewaktu Bett sedang ke kota. Kacamata hitam Nita ketinggalan bukan disengaja, sekalipun Bett, yang tidak pernah lupa apapun, tidak percaya akan hal itu. Terjadilah keributan yang biasa, kebosanan dan kesakitan, dan berujung pada Bett minggat ke California, lalu Arizona, Nita berhenti bekerja sebagai penasihat di kantor registrasi, dan Rich kehilangan kesempatan menjadi Dekan Seni. Rich pensiun dini, menjual rumahnya di kota. Nita tidak
halaman 17
mewarisi celemek tukang kayu yang lebih kecil, tetapi ia membaca buku-buku Bett dengan ceria di tengah-tengah konstruksi dan kekacauan, memasak hidangan-hidangan makan malam standard dengan piring-piring panas, dan melakukan perjalanan eksplorasi yang panjang, kembali dengan sebuket bunga Tiger Lily dan Wortel Liar, yang dimasukkannya begitu saja dalam kaleng-kaleng cat kosong. Kemudian, ketika ia dan Rich sudah betulan menetap, dengan sejenis rasa malu ia terpikir alangkah mudahnya memainkan peranan perempuan yang lebih muda, perusak rumah tangga yang bahagia, gesit, gembira, si lugu yang pendosa. Sebetulnya ia perempuan yang agak serius, canggung secara fisik, sadar diri, yang selalu melafalkan bukan hanya raja-raja tapi juga ratu-ratu Inggris, dan tahu sejarah Perang Tiga Puluh Tahun secara terbalik, tetapi malu menari di depan banyak orang dan lebih suka belajar, sebagaimana yang dilakukan Bet, membuat tangga. Di salah satu sisi rumah itu ada barisan pohon aras dan tanggul rel kereta api di sisi lainnya. Jumlah lalu lintas kereta api ta pernah banyak, dan sampai sekarang hanya ada beberapa kereta yang melintas dalam sebulan. Ilalang semerbak di antara jalur kereta itu. Suatu ketika, ketika Nita sedang di ambang menopause, ia menggoda Rich untuk bercinta di sana bukan di relnya, tentu saja, tetapi di rumput-rumput tepi di sampingnya dan mereka meluncur turun untuk menyenangkan diri mereka sendiri. Dengan hati-hati ia pikirkan, setiap pagi ketika ia mulai meraih tempat duduknya, tempat di mana Rich tidak ada lagi. Rich tidak ada di kamar mandi kecil, di mana peralatan cukurnya masih berada, juga pil-pil resep dokter untuk berbagai macam penyakit tak serius yang Rich selalu tolak untuk dibuang. Tidak juga ada Rich di tempat tidurnya, yang baru saja ia bersihkan dan tinggalkan. Tidak di kamar mandi besar, di mana Rich akan masuk cuma untuk mandi di dalam bak. Atau di dapur, yang sudah jadi daerah kekuasaan Rich tahun lalu. Rich tentu juga tidak keluar ke serambi yang setengah tergores, siap untuk mengintai sambil berseloroh dari jendela yang mana, pada hari-hari awal, Nita akan pura-pura terkaget mendapati sosok seorang penguntit. Atau di ruang kerja. Itulah tempat di mana, dari semua ruangan yang ada, kealpaan Rich sering dibuktikan. Mulanya, Nita akan merasa perlu menuju pintu dan membukanya dan berdiri di sana, mengamati tumpukan kertas, komputer usang, berkas-berkas yang meluap, buku-buku terkapar dan terbuka atau menelungkup, juga keramaian pada rak-rak. Sekarang sudah cukup bagi Nita cuma
halaman 18
dengan membayangkan semuanya ini. Suatu hari, ia merasa harus memasuki ruangan itu. Ia memikirkannya sebagai semacam penyerangan. Ia akan menyerang isi kepala suaminya yang telah meninggal. Ini salah satu kemungkinan yang belum pernah ia pertimbangkan. Baginya Rich ibarat sebuah menarah efisiensi dan kompetensi, pesona kuat dan teguh yang selua ia yakini, agak tidak masuk akal, bahwa Rich akan betah bersamanya. Lalu, tahun lalu, ini bukanlah keyakinan bodoh semata dalam pikiran mereka, pikirnya, tapi sebuah kepastian. Ia akan berurusan dengan gudang dulu. Itu betul-betul sebuah gudang, bukan sebuah ruang bawah tanah. Papan dijadikan jalan setapak di atas lantai kotor, dan jendela-jendela kecil tergantung tinggi dengan jaring laba-laba. Tak ada apapun di bawah sini yang pernah diperlukankannya. Cuma kaleng cat setengah penuh milik Rich, papan berbagai ukuran panjang, alat-alat baik yang masih dapat dimanfaatkan atau siap untuk dibuang. Cuma sekali ia membuka pintu dan menuruni tangga semenjak kematian Rich, untuk memastikan tak ada lampu yang dibiarkan mubazir menyala, dan untuk meyakinkan dirinya saklar sekering ada di sana, dengan label tulisan di sampingnya berisi apa untuk mengendalikan apa. Manakala ia naik kembali, ia mengunci pintu seperti biasa, di samping dapur. Rich biasanya akan menertawakan kebiasaannya ini, bertanya apa yang menurutnya bakal masuk, melalui dinding-dinding batu dan jendela-jendela sebesar peri, untuk mengancam mereka. Namun demikian, gudang ialah tempat yang paling mudah untuk memulai; itu tempat yang seratus kali lebih mudah daripada ruang kerja. Ia tidak merapikan tempat tidur dan membereskan kekacauan kecilnya sendiri di dapur atau kamar mandi, tetapi secara umum dorongan untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga secara besarbesaran ada di luar dirinya. Ia hampir tidak sanggup membuang klip kertas yang bengkok atau tempelen pintu lemari es yang sudah kehilangan daya tarik, apalagi piring-piring koin Irlandia yang ia beli bersama Rich pada sebuah perjalan lima belas tahun silam. Segalanya sesuatu sepertinya sudah memiliki bobot kekhasan dan keanehan sendiri-sendiri. Carol atau Virgie menelepon setiap hari, biasanya menjelang waktu makan malam, waktu di mana kesendiriannya paling lumayan tertanggungkan. Ia katakan pada mereka bahwa saat ini ia oke-oke saja; ia segera akan keluar dari sarangnya. Ia Cuma perlu waktu untuk berpikir dan membaca. Dan makan dan tidur.
halaman 19
Ada betulnya juga, sebetulnya, kecuali soal membaca. Ia duduk di kursinya yang dikelilingi buku-bukunya tanpa membuka salah satupun. Ia pernah jadi seorang pembaca itulah salah satu alasan, Rich pernah bilang, bahwa ialah wanita yang tepat untuknya; ia bisa duduk dan membaca dan membiarkan Rich sendirian tapi sekarang ia tidak bisa bertahan bahkan setengah halaman saja. Ia juga bukanlah pembaca sekali-selesai. “The Brothers Karamazov,” “The Mill on the Floss,” “The Wings of the Dove,” “The Magic Mountain,” dibaca berulang-ulang. Ia akan menyambar salah satunya, berniat untuk membaca satu bagian spesial, dan mendapati dirinya tak mampu berhenti sampai keseluruhannya tercerna ulang. Ia membaca fiksi modern juga. Selalu fiksi. Ia benci mendengar kata “eskapis” digunakan pada fiksi. Sekali ia mungkin akan mendebat, tidak main-main, bahwa itu kehidupan nyata dan bukann eskapisme. Tapi kehidupan nyata sudah jadi terlalu penting untuk diperdebatkan. Dan sekarang, paling anehnya, semua itu hilang. Bukan hanya kematian Rich tapi juga keterlarutannya dalam penyakitnya sendiri. Ia pikir perubahan sifatnya Cuma sementara dan keajaiban membaca akan muncul lagi segera setelah ia bebas dari obat-obatan khusus dan perawatan melelahkan. Tapi ternyata tidak. Kadang-kadang ia mencoba menjelaskan musababnya, pada seorang jaksa khayalan. “Aku terlalu sibuk.” “Semua orang bilang begitu. Sibuk apa?” “Sibuk mencurahkan perhatian.” “Pada?” “Maksudku berpikir.” “Tentang?” “Sudahlah.” *** SUATU pagi, setelah duduk sebentar, ia rasakan bahwa hari itu sangat panas. Ia harus beranjak dan menghidupkan kipas angin. Atau ia bisa saja, demi tanggung jawab linghkungan, mencoba membuka pintu-pintu depan dan belakang dan biarkan angin, kalau-kalau saja ada, mengembusi penjuru rumah. Ia membuka pintu depan dulu. Dan bahkan sebelum ia mempersilakan setengah inci sinaran pagi menampakkan diri ia menyadari ada garis gelap yang memotong sinaran.
halaman 20
Ada seorang pemuda berdiri di depan pintu tabir, yang tengah terkait. “Tidak bermaksud mengagetkan Anda,” kata pemuda itu. “Aku sudah cari bel atau semacamnya. Aku mengetuk daun pintu, tapi kupikir Anda tidak dengar.” “Maaf,” balasnya. “Aku harus memeriksa kotak sekering Anda. Apa bisa tunjukkan tempatnya.” Ia menyingkir dan membiarkan pemuda itu masuk. Ia berpikir sejenak. “Ya. Di gudang,” katanya. “Aku akan hidupkan lampunya. Kau akan menemukannya.” Pemuda itu menutup pintu dan membungkuk untuk melepas sepatu. “Tak usahlah,” katanya. “Tidak hujan juga.” “Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa. Bisa saja aku meninggalkan jejak debu ketimbang lumpur.” Ia pergi ke dapur, tidak bisa duduk lagi sampai pemuda itu meninggalkan rumah. Ia membukakan gudang dan pemuda itu pun menuruni tangga. “Oke?” katanya. “Menurutmu oke-oke saja kan?” “Betul.” Ia mengantar pemuda itu menuju pintu depan, dan menyadari tidak ada jejak kaki di belakangnya. Ia memutar dan melihat pemuda itu berdiri iam di dapur. “Kau pasti tidak punya sesuatu yang bisa disiapkan untuk kumakan, kan?” Ada yang berubah pada suara pemuda itu ada retakan di dalamnya, ada peningkatan nada yang mengingatkannya pada komedian tivi yang tengah meniru rengekan orang kampung. Di bawah sinaran langit dapur, ia dapati laki-laki itu tidak semua yang disangkanya. Ketika ia membuka pintu, ia hanya menyadari tubuh kurus laki-laki itu, sedang mukanya gelap karena silauan pagi di belakang. Tubuh laki-laki itu, sebagaimana yang dilihatnya sekarang, sudah pasti kurus tapi lebih tandus ketimbang belia, menyebabkan bungkuk yang elok. Mukanya agak panjang dan elastik, dengan mata biru yang menonjol. Sebuah tampang penuh canda, tapi dengan ketekunan juga, seolaholah laki-laki itu biasa mendapatkan apa yang dimauinya. “Begini, aku ini kebetulan diabetes,” kata laki-laki itu. “Entahlah
halaman 21
apa kau tahu tentang diabetes, tapi kenyataannya kalau kau lapar kau harus makan. Atau semua sistemu akan kacau. Aku seharusnya makan dulu sebelum kemari, tapi aku buru-buru. Kau tak akan keberatan kalau aku duduk, ‘kan?” Laki-laki itu sudah duduk di kursi dapur. “Kau punya kopi?” “Aku punya teh. Teh herbal, kalau kau mau.” “Boleh. Boleh.” Ia menyeduh teh ke dalam sebuah saringan, menjerang air, dan membuka lemari es. “Aku tak punya banyak sekarang,” katanya. “Aku punya telur. Kadang-kadang kubikin telur dadar dan kusantap dengan saus tomat. Kau mau? Aku juga punya bolu Inggris yang bisa kupanggang.” “Inggris, Irlandia, Yokorania, terserahlah.” Ia memecahkan beberapa telur ke dalam penggorengan, mengaduk kuningnya, mencampurnya dengan garpu masak, lalu memotong bolu dan memasukkannya ke dalam oven. Ia mengambil piring dari lemari, meletakknya di depan laki-laki itu. Lalu pisau dan garpu dari dalam laci. “Piringnya bagus,” kata laki-laki itu, memeganginya seakan-akan ia bisa melihat mukanya di permukaannya. Tepat sewaktu ia kembali mengurusi telur-telur ia mendengar piring itu terbanting di lantai. “Oh, maafkan aku,” ujarnya dengan suara baru, suara mendecit dan bertahan yang jahat. “Apalah yang sudah kulakukan ini.” “Tidak apa,” katanya, tahu sekarang tak ada lagi gunanya. “Pastilah tergelincir dari jariku.” Ia mengambil piring baru, meletakkannya di konter sampai bolu panggang selesai dibelah dua dan telur diolesi dengan saus tomat di atasnya. Sementara itu laki-laki itu membungkuk, mengumpulkan pecahan-pecahan piring cina tadi. Laki-laki itu memegangi satu pecahan yang memiliki ujung tajam. Sewaktu Nita menghidangkan makanan di meja, laki-laki itu menggores sebidang kecil bagian lengan bawahnya. Butir-butir mungil darah muncul, mulanya saling terpisah, lalu menyatu membentuk aliran. “Aku oke-oke saja,” kata laki-laki itu. “Ini cuma lelucon. Aku tahu bagaimana melakukan lelucon begini. Kalau aku serius, kita tak akan perlu saus tomat lagi, heh? Masih ada sejumlah pecahan di lantai yang luput. Nita berbalik,
halaman 22
hendak mengambil sapu, yang ada di dalam kloset dekat pintu belakang. Laki-laki itu langsung menyambar lengannya. “Kau duduk saja. Kau duduk selagi aku makan,” kata laki-laki itu. Ia menunjukkan tangannya yang berdarah lagi. Lalu ia membuat sandwich dari bolu dan telur dan menyantapnya dengan gigitangigitan kecil. Ia mengunyah dengan mulut terbuka. Teko sedang mendidih. “Kantung teh dalam cangkir?” kata laki-laki itu. “Ya. Itu sebetulnya teh serbuk.” “Jangan kemana-mana. Aku tidak mau kau dekat-dekat teko itu, kan?” Ia menuangkan air panas ke dalam cangkir dengan menggunakan saringan. “Seperti jerami. Cuma punya ini?” “Iya. Maaf.” “Tak perlulah minta maaf. Kalau Cuma ini yang kau punya, ya inilah. Kau tidak pernah terpikir aku akan datang kemari untuk memeriksa kotak sekering, kan?” “Ya, tentu,” kata Nita. “Tentu saja.” “Kau tak tahu. Kau takut?” Ia menganggap itu bukan sebagai pancingan tapi pertanyaan serius. “Entahlah. Aku lebih kaget daripada takut, kurasa. Entahlah.” “Satu hal. Satu hal yang tak perlu kau takutkan. Aku tak akan memperkosamu.” “Aku tak berpikiran begitu.” “Kau tak boleh terlalu yakin.” Laki-laki itu menyeruput teh dan membuat muka lucu. “Cuma karena kau wanita tua. Ada banyak jenis di luar sana mereka sudi melakukan apa saja. Bayi atau anjing dan kucing atau wanita tua. Laki-laki tua. Mereka tak rewel. Yah, aku. Aku tak tertarik melakukan yang begituan kecuali dengan cara yang normal dan dengan wanita baik-baik yang aku sukai dan yang menyukaiku. Jadi tenanglah.” Nita berkata, “Terima kasih sudah memberitahuku.” Ia mengangkat bahu, tapi tampak bangga pada dirinya sendiri. “Mobilmu yang di depan itu?” “Mobil suamiku.” “Suami? Di mana ia?”
halaman 23
“Ia sudah meninggal. Aku tidak bisa menyetir. Aku bermaksud menjualnya, tapi belum kesampaian.” Bodohnya, bodohnya ia membeberkan semua itu. “Keluaran tahun 2004?” “Kukira. Iya.” “Sesaat kupikir kau akan menipuku dengan tetek-bengek suami begitu. Tak akan mempan, bagaimanapun juga. Aku bisa mencium baunya kalau wanita itu sedang sendiri. Aku tahu pada menit pertama aku masuk ke dalam rumah. Menit ketika wanita itu membuka pintu. Insting. Jadi mobil itu oke-oke saja? Kau tahu kapan terakhir ia mengendarainya?” “Tujuh belas Juni. Hari kematiannya.” “Ada bensinnya?” “Kupikir ada.” “Bagus kalau ia sudah mengisinya sebelumnya. Kau punya kuncikuncinya?” “Tidak kupegang sekarang. Aku tahu di mana tempatnya.” “Oke.” Laki-laki itu mendorong kursinya ke belakang, mengenai salah satu pecahan piring cina. Ia berdiri, kepalanya terserang semacam kaget, lalu duduk lagi. “Aku kepenatan. Harus duduk dulu sebentar. Kupikir lebih baik aku makan. Aku cuma membual saja soal diabetes tadi.” “Kau di sini saja. Aku tidak sebegitu penatnya sampai-sampai tak bisa meraihmu. Aku cuma habis keluyuran sepanjang malam.” “Aku cuma mau mengambil kunci.” “Tunggulah sampai kuminta. Aku menyusuri jalur kereta api. Tak pernah melihat kereta api. Aku jalan sepanjangan sampai ke sini dan tak ada kereta api. “Nyaris tak pernah ada kereta api.” “Yah. Bagus. Aku turun ke selokan-selokan sekitar di kota setengahbajingan mereka itu. Lalu munculah sinar pagi dan aku oke-oke saja, kecuali sewaktu aku menyeberang jalan dan kabur. Lalu aku melihat ke sekitar sini dan menemukkan rumah dan mobil, aku katakan pada diriku sendiri, ‘Itu dia.’ Ia bisa saja mengambil mobil bapakku, tapi kepalaku ini masih punya otak.” Nita tahu laki-laki itu ingin ia bertanya apa yang telah dilakukannya. Nita juga yakin semakin sedikit yang ia tahu semakin lebih baik baginya.
halaman 24
Lalu, untuk pertama kalinya sejak laki-laki itu memasuki rumah, ia memikirkan kankernya. Ia berpikir bagaimana cara membebaskan dirinya, melepaskannya jauh dari bahaya. “Kenapa kau senyum?” “Entahlah. Apa aku senyum?” “Aku kira kau senang mendengar cerita. Mau kuceritai?” “Aku lebih suka kau pergi.” “Aku akan pergi. Pertama, aku mau bercerita untukmu.” Ia meraih kantung celana belakang. “Ini. Mau lihat foto? Ini.” Itu foto tiga orang, iambil di ruang keluarga dengan gorden bungabunga yang tertutup sebagai latar. Seorang laki-laki tua tak terlalu tua, mungkin enam puluh tahunan dan seorang wanita yang kira-kira sama usianya duduk di sofa. Seorang wanita muda yang sangat besar duduk di kursi roda yang letaknya dekat dan sedikit di depan salah satu ujung sofa. Laki-laki tua itu berambut lebat dan beruban, dengan mata menyipit dan mulut sedikit terbuka, seakan-akan ia mengidap asma, tapi ia juga tersenyum sebisanya. Wanita tua jauh lebih kecil, dengan rambut dicat coklat dan bergincu. Ia memakai apa yang biasanya disebut blus petani, dengan pita merah kecil di pergelangan tangan dan leher. Ia tersenyum pasti, bahkan sedikit kalut, bibirnya membentang di sepanjang gigi yang kelihatan berantakan. Tapi si wanita mudalah yang memonopoli foto itu. Berbeda dan mengerikan dalam gaun warna terang, rambutnya ditata dengan deretan ikal-ikal kecil di sepanjang dahinya, pipi turun ke lehernya. Dan, di balik semua gumpalan daging itu, ada sebuah ekspresi kepuasan dan kelicikan. “Itu ibuku dan itu bapakku. Dan itu kakakku, Madelaine. Di kursi roda. Ia terlahir lucu. Tak ada dokter atau siapapun yang mampu menolongnya. Dan makannya seperti babi. Ada ketegangan antara aku dan ia sepanjang yang aku ingat. Ia lima tahun lebih tua dariku dan ia selalu menyiksaku. Melempari aku dengan apapun yang bisa diraihnya dan memukulku sampai jatuh dan mencoba memerintahku melalui kursi roda pukimaknya itu. Maaf kalau bahasaku kasar.” “Pasti kau tersiksa sekali. Dan orangtuamu.” “Nah. Mereka cuma mendorongnya dan membawanya. Mereka pergi ke gereja itu, nah, dan pengkhotbah memberitahu kakakku kalau ia itu hadiah dari Tuhan. Mereka membawanya ke gereja dan melolong seperti kucing pukimak di halaman belakang dan ia mereka bilang, ‘Oh, ia sedang mencoba memainkan musik, oh, Tuhan pukimak berkatilah ia.’ Permisi sebentar. halaman 25
“Jadi aku tak pernah terganggu dengan keluyuruan di sekitar rumah, kau tahu. Aku pergi dan dapatkan kehidupanku sendiri. Tak ada masalah, kataku, aku tidak akan berkeliaran di sekitar sampah ini. Aku punya kehidupanku sendiri. Aku punya kerja. Aku hampir selalu bekerja. Aku tak pernah mendudukkan pantatku pada uang negara. Pada akhirnya, maksudku. Aku hampir tak pernah meminta orang tuaku sepeser pun. Aku akan bangun dan mengaspali atap di bawah panas sembilan puluh derajat, atau aku akan mengepeli lantai sejumlah restoran tua yang jorok atau mencari lemak-monyet untuk bengkel penipu busuk. Aku akan lakukan. Tapi aku tidak selalu membenahi kotoran mereka, jadi aku tidak tinggal terlalu lama. Sampah yang selalu disembunyikan orang-orang dari orang sepertiku, dan aku tidak bisa mendiamkannya. Aku datang dari rumah baikbaik. Bapakku kerja sampai sakit ia kerja di bus. Dan aku tak sudi membereskan kotorannya. Oke, meskipun tak usah dipikirkan. Yang selalu dikatakan orang tuaku padaku ialah ‘Rumah ini milikmu. Rumah ini semua sudah dibayar lunas dan milikmu.’ Itu yang mereka katakakan padaku. ‘Kamu tahu sewaktu muda hidupmu susah sekali, dan kalau hidupmu sesusah itu kau tak akan sempat mendapat pendidikan, jadi kami menebusnya untukmu sebisa mungkin.’ Lalu belum lama ini aku bicara pada bapakku di telepon dan ia bilang, ‘Tentu saja, kau tahu kesepakatannya.’ Aku juga tahu, ‘Kesekapatan apa?’ Ia bilang, ‘Kesepakatan yang mengharuskanmu menandatangi surat-surat bahwa kau akan mengurusi kakakmu sepanjang ia hidup. Rumah itu milikmu kalau rumah itu juga miliknya,’ katanya. “Tuhan. Aku tak pernah dengar itu sebelumnya. Aku tak pernah dengar kesepakatan itu sebelumnya. Aku pikir kesepakatannya kalau mereka meninggal ia akan ditampung oleh suatu rumah. Dan itu bukanlah rumahku. “Jadi kukatakan pada bapakku sebagaimana yang aku pikirkan, dan ia bilang, ‘Semuanya sudah diatur demikian untuk kau tanda tangani, dan kalau kau tidak mau menandatangani kau tak perlu menandatangani. Kalau kau tanda tangani, Bibi Rennie-mu akan ada untuk mengurusimu, jadi kapan kami akan menemuimu untuk mengurusi semua urusan ini.’ Yah, Bibi Rennie-ku. Ia adik perempuan ibuku yang paling muda dan ialah kejutan paling jalang. Bagaimanapun, katanya, ‘Bibi Rennu-mu akan mengurusimu,’ dan tiba-tiba saja aku baru saja beralih. Kukatakan, “Baiklah, kupikir begitulah adanya dan aku pikir itu cukup adil. Oke. Oke. Apa boleh aku datang dan makan malam bersama kalian Minggu ini?’ ‘Tentu,’ katanya. ‘Senang kamu bisa cepat datang untuk mengurusi. Kamu
halaman 26
selalu mati semangat terlalu cepat,’ katanya. ‘Pada usiamu kamu harus memiliki akal.’ ‘Lucu sekali kau yang bilang begitu,’ kataku pada diriku sendiri. “Jadi aku pergi, dan ibuku sudah memasak ayam. Baunya sedap tercium sewaktu pertama aku masuk rumah. Lalu aku mencium bau Madelaine, bau busuk lamanya yang sama. Aku tidak tahu apa tepatnya, tapi sekalipun ibuku membersihkannya setiap hari baunya selalu ada. Tapi aku bertingkah sopan. Kukatakan, ‘Ini sebuah kesempatan. Aku harus mengambil foto.’ Kukatakan pada mereka aku punya kamera baru yang bagus yang bisa langsung diproses dan mereka bisa melihat fotonya. ‘Secepat kilat, kalian bisa lihat diri kalian masing-masing bagaimana menurut kalian?’ Dan aku buat mereka semua duduk di ruang depan seperti yang sudah kutunjukkan padamu. Ibuku, ia bilang, ‘Cepatlah. Aku harus kembali ke dapur.’ ‘Kulakukan secepatnya,’ kataku. Jadi aku ambil foto mereka dan ia bilang, ‘Ayolah, sekarang, mari lihat rupa kami,’ dan aku katakan, ‘Tunggu sebentar, sabarlah, beberapa menit saja.’ Dan selagi mereka menunggu bagaimana rupa mereka aku ambil pisol mungilku yang bagus dan bom-bang-boom aku tembak perbuatan mereka. “Lalu aku ambil foto lagi dan aku pergi ke dapur dan makan ayam dan tidak melihat mereka lagi. Aku berharap Bibi Rennie ada di sana, tapi ibuku bilang ia sedang punya urusan gereja. Aku akan tembak ia juga, gampang. “Jadi lihat ini. Sebelum dan sesudah.” Kepala laki-laki tua terjatuh ke samping, kepala wanita tua jatuh ke belakang. Ekspresi mereka musnah. Si kakak perempuan jatuh ke depan, jadi tak ada muka yang bisa dilihat, cuma pola bunga-bunga bagus yang membalut lutut dan rambut gelap dengan gaya potongan yang rumit dan ketinggalan zaman. “Aku bisa saja tetap duduk di sana dan merasa bahagian selama seminggu. Jadi aku cuma bersantai. Tapi aku tidak tinggal sampai gelap. Aku pastikan semuanya bersih dan aku santap habis ayam dan aku tahu aku sebaiknya pergi. Aku sudah siap kalau Bibi Rennie masuk, tapi suasana hati saya sudah lain dan aku tahu aku harus membereskannya juga. Aku cuma tidak kepingin melakukannya lagi. Satu hal, perutku penuh sekali. Itu ayam yang besar, dan aku makan semuanya alih-alih membawanya bersamaku, karena aku takut anjing akan menciumnya dan membuat keributan sewaktu aku keluar dari jalur belakang seperti yang sudah kurencanakan. Aku kira ayam di dalam perutku sudah cukup untuk seminggu. Tapi lihatlah selapar apa aku sewaktu sampai di sini.” halaman 27
Laki-laki itu melihat ke sekeliling dapur. “Aku kira kau tak punya yang lain lagi yang bisa diminum, ‘kan? Tehnya tak enak.” “Mungkin ada sisa anggur,” katanya. “Aku tidak tahu aku tidak minum lagi.” “Kau anti alkohol?” “Bukan. Cuma saja aku tidak cocok minum.” Nita berdiri dan mendapati kakinya bergetar. Tentu saja. “Aku betulkan saluran telepon sebelum aku masuk,” kata laki-laki itu. “Kupikir kau perlu tahu.” Apa laki-laki itu akan ceroboh dan lebih santai kalau mabuk, atau lebih jahat dan buas? Bagaimana Nita tahu? Ia menemukan anggur tanpa perlu keluar dari dapur. Ia dan Rich biasa minum anggur merah setiap hari dalam jumlah yang wajar karena itu bagus untuk jantung. Atau buruk untuk sesuatu yang tak bagus bagi jantung. Dalam takut dan bingung, ia tidak bisa berpikir apa istilahnya. Karena ia ketakutan. Pastinya. Kankernya tidak akan banyak membantu di saat-saat begini, tidak sama sekali. Faktanya bahwa ia akan meninggal kira-kira setahun lagi tidak mengurungkan fakta bahwa ia bisa saja mati sekarang. Laki-laki itu berkata, “Hei, itu barang bagus. Tutupnya tak bersekrup. Apa kamu punya pembuka tutup botol?” Ia pergi ke arah laci, tapi laki-laki itu meloncat dan meminggirkannya, tidak kasar. “Uh-uh, aku yang urus. Kau jauh-jauh dari laci. Ya ampun, banyak barang bagus di sini.” Laki-laki itu meletakkan pisau di kursinya, di mana Nita tak akan mampu meraihnya, dan menggunakan pembuka tutup botol. Ia tak urung menyaksikan yang di tangannya itu bisa jadi peralatan jahanam, tapi ada juga kemungkinan ia sendiri bisa memanfaatkannya. “Aku cuma akan ambil gelas,” katanya, tapi laki-laki itu bilang tidak. “Tidak bolah gelas,” katanya. “Ada plastik?” “Tidak ada.” “Cangkir, kalau begitu. Aku bisa melihatmu.” Ia menyiapkan dua cangkir dan bilang, “Sedikit saja untukku.” “Dan aku,” kata laki-laki itu, lugas. “Aku harus menyetir.” Tapi ia mengisi cangkirnya sampai penuh. “Aku tidak mau ada kepala polisi menyembul untuk memeriksa keadaanku.”
halaman 28
“Radikal bebas,” katanya. “Apa maksudnya itu?” “Cuma sesuatu tentang anggur merah. Entah anggur merah bisa menghancurkannya karena buruk atau membentuknya karena bagus aku tidak ingat” Ia minum seseruput anggur dan itu tidak membuatnya sakit, sebagaimana yang sudah diduganya. Laki-laki itu minum banyak, tetap kokoh. Nita bilang, “Hati-hati dengan pisau-pisau itu kalau mau duduk.” “Jangan bercanda denganku.” Ia mengumpulkan kembali pisau-pisau itu dan meletakannya lagi ke dalam laci dan duduk. “Kau kira aku bodoh? Kau kira aku senewen?” Nita mengambil kesempatan besar ini. Ia bilang, “Aku cuma mengira kau belum pernah melakukan yang seperti ini sebelumnya.” “Jelas aku belum pernah. Kau pikir aku pembunuh? Ya, aku bunuh mereka, tapi aku bukan pembunuh.” “Ada bedanya,” katanya. “Kau betul.” “Aku tahu rasanya. Aku tahu bagaimana rasanya ingin sekali memusnahkan orang yang telah melukaimu.” “Ya?” “Aku pernah melakukan yang kau lakukan.” “Kau tak pernah,” laki-laki itu mendorong kursinya ke belakang tapi tidak berdiri. “Tak usah percaya kalau kau tak percaya,” katanya. “Tapi aku pernah.” “Bohong, kau pernah. Bagaimana kau melakukannya, coba?” “Racun.” “Apa maksudmu? Kau buat mereka minum teh yang beracun, begitu?” “Bukan mereka tapi seorang wanita. Tidak ada yang salah dengan teh. Itu seharusnya bisa memperpanjang hidupmu.” “Tidak mau hidupku lebih panjang kalau maksudnya harus minum sampah begitu. Mereka bisa melacak racun dalam badan, bagaimanapun juga.” “Aku tak yakin demikian kalau memakai racun tumbuhan. Toh, tak akan ada yang kepikiran untuk memeriksa. Ia gadis yang mengidap
halaman 29
demam rematik dari kecil dan selalu hidup begitu, tidak pernah bisa berolahraga atau melakukan banyak hal, selalu duduk dan istirahat. Kematiannya bukan hal yang mengejutkan.” “Apa yang ia lakukan padamu?” “Ia kekasih yang dicintai suamiku. Suamiku hampir saja meninggalkanku dan menikahinya. Ia bilang padaku begitu. Aku sudah melakukan apapun untuknya. Ia dan aku bekerja bersama-sama membangun rumah ini. Ia segalanya bagiku. Kami tidak punya anak, karena kami tidak mau. Aku belajar pertukangan kayu dan aku takut memanjat tangga, tapi kulakukan juga. Ialah seluruh hidupku. Dan ia akan menendangku dari rumah demi si cengeng ini yang bekerja di kantor registrasi. Semua yang kami lakukan pada akhirnya cuma untuknya. Apa itu adil?” “Bagaimana caramu mendapatkan racun itu?” “Aku tidak perlu mendapatkannya. Itu tersedia di kebun belakang. Di sini. Ada sepetak rhubarb dari tahun-tahun lalu. Ada racun yang sangat memadai di urat daun rhubarb. Bukan batangnya kita bisa makan batangnya, itu aman tapi urat kecil kurus pada daun rhubarb besar, mereka beracun. Aku tahu ini, tapi aku tidak tahu pasti perlu sebanyak apa agar mangkus, jadi yang aku lakukan semacam percobaan alamiah. Sisanya keberuntungan saja. Pertama, suamiku pergi ke simposium di Minneapolis. Ia bisa saja mengajaknya, tentu, tapi itu libur musim panas dan ia harus bekerja di kantor. Hal lain, misalnya ia bisa saja tidak sepenuhnya sendirian. Bisa saja ada orang lain di sekitar. Dan ia bisa saja mencurigaiku. Aku harus berasumsi bahwa ia tidak tahu kalau aku tahu. Ia datang untuk makan malam di rumahku; kami berteman. Aku harus mengandalkan suamiku yang sealu menempatkan segalanya demikian, yang akan memberitahku untuk melihat reaksiku tapi belum memberitahunya bahwa ia memberitahuku. Jadi kau bilang, Kenapa kau singkirkan ia? Suamiku bisa saja tetap berpikiran untuk tetap bersamaku? Tidak. Dan entah bagaimana ia tetap akan bersamanya. Dan walaupun ia tidak tetap bersamanya hidup kami sudah teracuni olehnya. Ia meracuni hidupku, jadi aku meracuni ia. “Aku buat dua kue. Satu yang beracun dan satu tidak. Aku pergi ke universitas dan kubawa dua gelas kopi dan pergi ke kantornya. Tidak ada siapapun kecuali ia. Aku katakan padanya aku sedang ada urusan di kota, dan sewaktu lewat kampus aku melihat toko roti yang selalu disebut-sebut suamiku, jadi aku mampir dan beli kue dan dua gelas kopi. Aku kepikiran ia sedang sendirian ketika yang lainnya sibuk liburan, dan aku juga sendirian karena suamiku di Minneapolis. Ia
halaman 30
manis dan berterima kasih. Ia bilang sangat membosankan berada di kantor, dan kantin tutup, jadi ia harus melintasi kantor sains untuk membeli kopi dan mereka mencampurnya dengan asam hidroklorik. Ha-ha. Jadi kami melakukan pesta kecil-kecilan.” “Aku benci rhubarb,” katanya. “Itu tidak akan mempan padaku.” “Itu mempan padanya. Aku harus mengambil risiko kalau racunnya akan bekerja cepat, sebelum ia sadar ada yang salah dan ia menekan-nekan perutnya. Tapi tidak terlalu cepat sampai-sampai ia tidak sempat bergaul bersamaku. Aku harus cepat-cepat kabur dan begitulah. Bangunan itu tertelantarkan, dan sejauh yang aku tahu sampai sekarang tak satu orang pun melihat aku datang atau pergi. Tentu saja, aku tahu beberapa jalan belakang.” “Kau kira kau pintar. Kau bebas dari hukuman.” “Tapi kau juga.” “Apa yang kulakukan tidak selicik yang kau lakukan.” “Itu harus kau lakukan.” “Tentu saja.” “Yang kulakukan harus kulakukan. Aku menjaga pernikahanku. Pada akhirnya suamiku menyimpulkan kalau ia tidak akan berdampak baik baginya, bagaimanapun juga. Ia akan membuatnya pesakitan, hampir pasti. Ia memang jenis begitu. Ia bukan apa-apa kecuali beban baginya. Suamiku menyadari semua itu.” “Kau sebaiiknya tidak mencampur macam-macam ke dalam telurtelur tadi,” kata laki-laki itu. “Kalau iya, kau akan menyesal.” “Tentu saja aku tidak. Itu bukan hal yang biasa kau lakukan. Aku sebetulnya tidak tahu banyak tentang racun. Kebetulan saja aku punya sepotong informasi kecil itu.” Laki-laki itu berdiri tiba-tiba sampai menjatuhkan kursinya. Ia sadar tidak ada lagi anggur yang tersisa di dalam botol. “Aku memerlukan kunci mobil.” Nita tidak bisa berpikir sejenak. “Kunci mobil. Di mana kau simpan?” Itu bisa saja terjadi. Segera setelah ia memberi laki-laki itu kunci mobil, itu bisa saja terjadi. Apakah akan berpengaruh memberitahunya kalau ia sekarat karena kanker? Bodohnya. Tidak akan ada pengaruhnya. Mati di masa depan tidak akan mengurungkannya bicara sekarang. “Tak ada yang tahu yang barusan kukatakan padamu,” kata Nita. “Cuma kau yang kuberitahu.”
halaman 31
Semua hal barusan mungkin akan berhasil. Semua keuntungan yang telah ia paparkan mungkin sedang bekerja di kepala laki-laki itu. “Belum ada yang tahu,” kata laki-laki itu, dan ia berpikir, Terima kasih Tuhan. Laki-laki itu sedang di jalur yang tepat. Laki-laki itu sadar. Apa ia sadar? Terima kasih Tuhan, barangkali. “Kuncinya ada di dalam teko teh biru.” “Di mana? Teko teh biru pukimak yang mana?” “Di ujung konter tutupnya pecah, jadi kami pakai untuk menyimpan barang-barang”. “Diam. diam atau aku akan mendiamkanmu untuk selamanya.” Ia mencoba memasukkan tangannya ke dalam teko teh biru, tapi tak bisa. “Pukimak, pukimak, pukimak!” pekiknya, dan ia mengambil teko itu dan menghantamnya pada konter, jadi tak cuma kunci mobil dan kunci-kunci rumah dan beragam koin dan segumpal uang Canaian Tire yang berjatuhan ke lantai tetapi juga keramik-keramak biru menghantam papan. “Yang ada tali merahnya,” katanya lirih. Laki-laki itu menendang-nendang barang sejenak sebelum akhirnya mendapatkan kunci yang tepat. “Jadi apa yang akan kau katakan tentang mobil itu?” tanya laki-laki itu. “Kau jual ke orang asing. Begitu?” Makna semua itu tidak muncul pada Nita untuk sejenak. Ketika muncul, ruangan bergetar. Hendak berkata. “Terima kasih,” katanya, tapi mulutnya begitu kering, sampai-sampai ia tak yakin ada bunyi yang keluar. Namun, pastilah ia berkata, sebab laki-laki itu berkata, “Jangan berterima kasih padaku dulu. Aku punya ingatan yang bagus. Ingatan yang panjang dan bagus. Kau buatlah orang asing itu tidak mirip aku. Kau jangan bikin mereka ke kuburuan dan menggali mayat-mayat. Kau ingat baik-baik, ada yang keluar dari mulutmu dan akan ada juga yang keluar dari mulutku.” Ia tetap menunduk. Tidak bergerak atau bicara, cuma melihat kekacauan yang ada di lantai. Pergi. Pintu sudah ditutup. Tetap ia tidak bergerak. Ia ingin mengunci pintu, tapi ia tidak bisa bergerak. Ia mendengar mesin dihidupkan, lalu mati. Apa sekarang? Laki-laki itu begitu gelisah, semua yang ia lakukan keliru. Lalu lagi, dihidupkan, dihidupkan, memutar. Ban mengenai kerikil-kerikil. Nita berjalan gemetar menuju
halaman 32
telepon dan mendapati bahwa laki-laki itu betul: telepon mati. Di samping telepon ada salah satu dari sekian banyak rak buku mereka. Yang satu ini isinya kebanyakan buku-buku tua, buku-buku yang sudah bertahun-tahun tidak dibuka. Ada “The Proud Tower.” Albert Speer. Buku milik Rich. “A Celebration of Familiar Fruits and Vegetables.” “Hearty and Elegant Dishes and Fresh Surprises,” disusun, diuji, dan dibuat oleh Bett Underhill. Segera setelah Rich menyelesaikan dapur, Nita membuat kesalahan untuk sementara waktu karena mencoba memasak seperti Bet. Untuk waktu yang sangat singkat, karena ternyata Rich tidak mau teringat kembali pada semua kekacauan itu, dan Nita sendiri tak punya cukup kesabaran untuk melakukan begitu banyak aksi memotong dan menggodok. Tapi ia sedikit- banyak hal-hal yang membuatnya terkejut. Seperti aspek-aspek beracun tanaman-tanaman tertentu yang lazim dikenal dan umumnya aman. Ia harus menulis untuk Bett. Hai Bett, Rich meninggal dan hidupku baru saja terselamatkan dengan menjadi dirimu. Tapi apa Bet akan peduli bahwa hidupnya terselamatkan? Hanya ada satu orang yang patut dikabari. Rich. Rich. Sekarang ia tahu bagaimana rasanya merindukannya. Ibarat udara tiba-tiba dihisap keluar dari angkasa. Ia katakan pada dirinya sendiri kalau ia bisa berjalan ke kampung. Ada kantor polisi di belakang Balai Kota. Ia bisa mendapatkan telepon seluler. Tapi ia sangat gemetar, sangat penat sampai-sampai hampir tak bisa menggerakkan kaki. Pertama-tama ia harus istirahat dulu. *** IA terbangun oleh ketukan pada pintu yang belum dikunci. Dari seorang polisi, bukan dari kampung tapi salah seorang polisi lalu lintas provinsi. Ia bertanya di mana mobilnya sekarang. Nita melihat jejak pada kerikil di mana sebelumnya mobil itu diparkir. “Hilang,” jawab Nita pendek. Dilanjutkan,“sebelumnya di sana.” “Anda tidak tahu mobil itu dicuri? Kapan terakhir Anda keluar dan melihatnya?” “Yang pasti tadimalam.” “Kuncinya ada di dalam?” halaman 33
“Kupikir seharusnya iya.” “Saya bawa kabar kecelakaan yang buruk. Kecelakaan satumobil di sisi Wallenstein. Pengemudinya menggelinding ke dalam polongan dan masuk. Bukan itu saja. Ia buronan karena tiga peristiwa pembunuhan. Itu yang terakhir kami dengar, demikian. Pembunuhan di Mitchellston. Anda beruntung tidak berpapasan dengannya.” “Apa ia terluka?” “Meninggal seketika. Pantas untuknya.” Setelah itu ada kuliah ramah dari pak polisi, tapi tegas. Tentang konsekwansi meninggalkan kunci-kunci di mobil, wanita tinggal sendiran. Akhirnya kau tak akan menduga. Tak akan pernah. ***
halaman 34
Sajak Terjemahan
Sajak Terjemahan Perancis Arthur Rimbaud Lamunan Si Miskin Paul Verlaine Kantuk Gelap Guillaume Apollinaire Jembatan Mirabeau
Terjemahan dari teks berbahasa Inggris oleh Nieto
Muchtar Ja’far
halaman 35
ARTHUR RIMBAUD
Lamunan Si Miskin
Mungkin kala tiba saatnya bagiku semalam menanti Lalu aku dengan tenang bisa minum-minum Di sebuah kota lama Lantas aku lalu mati dalam kepuasan Karena aku sabar Pabila hilang sakitku Pabila di kocek ada uang Ke mana arah kan kusambang Negeri anggur atau Utara? Ah! Melamun, membuat ku malu! Sebab luput selalu! Dan bila aku kembali Jadi kelana seperti dulu Tidak lagi kan terbuka Dangau hijau itu untuk ku
halaman 36
PAUL VERLAINE
Kantuk Gelap
Kantuk gelap dan berat Menghimpit hidupku: Lena, segala harap Lelap, segala hasrat! Tak kan kusibak apa pun Aku lupa ingatan Yang baik dan yang buruk Cerita menyedihkan! Aku bak buaian Yang dibimbing tangan Dalam gua kelam Tak bersuara, sepi
halaman 37
GUILLAUME APOLLINAIRE
Jembatan Mirabeau
Di atas aliran Seine terduduk jembatan Mirabeau Dan kasih kita Mestikah kembali terkenang Gembira Kerap tiba usai derita Walau malam tiba, jam berdentang Hari-hari berlalu, aku selalu diam Tangan dalam tangan, tinggal lah kita berdepan Di bawah sana Jembatan lengan kita, mengalir Alun pandangan kekal begitu lesu Walau malam tiba, jam berdentang Hari-hari berlalu, aku selalu diam Cinta berlau bagai aliran air Cinta pergi Betapa hidup merayap Dan begitu kejamnya harapan Walau malam tiba, jam berdentang Hari-hari berlalu, aku selalu diam Hari-hari berlalu dari pekan ke pekan Baik masa lalu Namun kasih tak lagi kembali Di atas aliran Seine terduduk jembatan Mirabeau Walau malam tiba, jam berdentang Hari-hari berlalu, aku selalu diam
halaman 38
Sajak
M Febriyadi Serapah Dua Rupa Panggung Alazon Percakapan Langit Darul Jalal (Ini Hari Dan Dunia Abadi) Kotak Kuning Berbau Sabana Terikat Sabda Bunian
M Febriyadi M. Febriyadi, lahir di Bengkalis, 11 Februari 1991. Aktif di KOMUNITAS SABDA BUNIAN. Juara 1 monolog Di KJPS 2010, Juara 3 lomba baca puisi KJPS 2010, Juara 3 Lomba baca puisi Se-SLTA Bengkalis 2008. dan sebagainya
halaman 39
Serapah Dua Rupa
Segenggam mawar dua rupa aku hanyutkan dalam laut penuh tangan kurapal serapah o angin ombak ikan-ikan mabuk karang-karang rapuh bersandinglah dengan persembahanku itu mawar aku petik dari taman darahku aku ikat dengan urat nadiku o angin ombak jaring-jaring ber-granat kapal-kapal beracun gulungkan mabukkan rapuhkan ke-gratilan mereka ditengah pusaran amukmu Selamat tinggal-tanggalkan mimpi
halaman 40
Panggung Alazon
Meneroka hari yang dihuni para Alazon Pelan-pelan berjalan Meski langkah tertimpang-timpang mengarung tiap simpang tanpa rambu itu Sebilah pedang dan kalam beradu Mana yang paling dulu menikam jantung dunia yang makin hari makin berdetak kencang Hampir tersembul keluar dari dadanya Sepuluh jemari mengaduh Tertadah mengumpulkan permohonan pada Tuhan Berharap Pilihan Tuhan jatuh padanya hari ini :Mungkin esok, lusa atau lusanya lagi Entah bila berhenti mengaduh walau pekung didiri tak kunjung kering Tiap helai rambut berbisik risih Dikala angin sepoi menamparkan lirih Terburai Melambai-lambai helainya dibibir angkasa Berjuta pasang mata yang menentang Disorban dengan mesiu Biar terus gelap Memohon terus-menerus cahaya penerang Mereka hanya memberi iluminasi sebagai ganti sinar matahari Inilah panggung para Alazon tempat bermain sandiwara
halaman 41
Percakapan Langit
Dalam percakapan langit Mereka muak menyaksikan darat tergenang airmata Dimerata tempat Wajah-wajah memelas Minta dikasihani bermain bersama hujan dan debu jalanan Dalam percakapan langit mereka risih melihat jenggala gundul dihantam senso para pambalak mengaung sana-sini mengacau kehidupan fauna disana Dalam percakapan langit mereka mual mencium asap-asap pabrik yang garang mengepul dimana hidung penghuni bumi racun yang mereka hirup saban hari jadi makanan pengganti Detik jam berdetak kencang menghentak langit Berguncang darah-darah bercampur nanah dari mereka yang berhasil lepas dari sekap Alazon kemana akan mereka sembunyikan aroma pekung-pekung itu dari kejaran sedang rantai masih dirantainya Engkau
halaman 42
Lihat kemakam-makam kejayaan Yang bertabur rampai bunga seroja Dahulu mewangi sepanjang hari Merebak sampai keseluruh penjuru Negeri kini ditinggal oleh hari yang minta dibawa lari tertekan dengan permintaan gila penaburnya berjuta tangan menadah , meminta balik harapan yang kian jauh meninggalkan tanah Mereka malas mendengar aduan kita pada Tuhan Sumpah telah mereka pasang sumpah itu keempat sisi langit Dalam percakapan langit Tembus langit-langit hati Telah dibiarkan darah mengalir dari mata air airmata Nafas kita tercungap-cungap meniti jembatan hari Hari ini Tuhan telah meninggalkan kita Karena sejak lama kita meninggalkan Tuhan Masih saja kita tak punya malu meminta pada-Nya Doa-doa memaksa Mengadili Tuhan layaknya hakim semesta Mengeluh dengan banyak permintaan yang tak dikabulkan Dalam percakapan langit Sepasukan armada Tuhan
halaman 43
Angin Air Tanah Api Bersiap menyerang bumi Kiamat kecil akan terjadi tak lama lagi Bersiaplah dengan perisai globalisasimu, Tuan Dunia takkan mampu menangkis serangan-Nya Karena ini pembersihan kotoran dimuka bumi Hanya segelintir kecil dari kita yang mampu menangkis serangan itu Tuhan telah membagikan perisai-Nya pada orang-orang yang diangap-Nya mampu menjaga semesta dari kehancuran Sebelum penghancuran terakhir tiba pada waktunya
halaman 44
Darul Jalal (Ini Hari Dan Dunia Abadi)
Hari kutetak Hancur bertepai Kepingnya kukutip Kulayangkan ketelaga harapan yang dipagari kembang-kembang durhaka Aku masih merasa sendiri Padahal ditengah keramaian :Sekelilingku berkumpul para alazon Aku lari, menjauh dari mereka Agar sunyi milikku dan jadi ruang doa Ratus hari kubuat tirakat Mencari tamyiz ditamadun zaman Ya Allah Allahu Rabbi Ya Allah Allahu Rabbi Ya Allah Allahu Rabbi Suluhkan hati dengan lentera-Mu Berikan cahaya yang tahallul kejalan-jalan menuju-Mu Temukan Darul Jalal-Mu padaku ini hari Sebelum masanya didunia abadi
halaman 45
Kotak Kuning Berbau
Aku melihatmu diantara kotak kuning berbau Beradu melawan aroma dari kaki-kaki lalat Kau pilah satu-satu Dengan busuk bangkai Dengan busuk makanan basi Dengan busuk kotoran bayi Sedikit pun tak kau hirau Kotak kuning berbau “Itu rumah Itu hidup Itu rahmat Itu bulan dalam malam� katamu
Kotak kuning berbau Tempat membingkai senyum melepas pedih hari
halaman 46
Sabana
Digurun Gersang Tanpa pohon-pohon yang menjawab haus dipencarian sabana Nafas mendengus Tercungap-cungap dibantai badai pasir Digurun Terik menikam tubuh Sepanjang percarian Tak jumpa tempat beteduh Digurun Kaktus berbisik ketus : Kau akan mati dicekik haus Digurun Langkah tetap kuayun Burung bangkai bersiap untuk pesta Memata-matai gerak yang pelan-pelan terkulai ini Digurun Sabana Ya Sabana Ya Sabana Ya Sabana Dimana kau sabana Oh…sabana Persinggahan terakhirku memang belum sampai Tapi, langkah belum berakhir menuju rumah harapan : Sabana
halaman 47
Terikat
Ruhmu tak engkau, Si Bukan Tuan dari jasad itu Kau meracau dimainkan dendamnya yang tak pernah mati Dendam dari kisah lama Bak wayang yang dikendalikan dalang Kau tak kuasa menampik suruh yang membabu Seketika Mulut menyumpah Tangan mencekau Kaki liar menerajang yang halang Meronta sana-sini Tak kenal ibu Ayah Sanak keluarga Kawan sekarib Pun malu Kau senewen saat itu Sekujur tubuhmu lemah terkunglai saat sadar “Setengah nyawaku terasa dibawa lari� Katamu berair mata Diucapnya diucap diucapnya tasbih Diucapnya diucap diucapnya tahmid Diucapnya diucap diucapnya asma Allah sebagai Pengantar tidur Berharap, Allah mengirimkan malaikat penyelamat Kuat-kuatkan iman, Si Biar tak dimakannya Engkau Menjauhlah jembalang yang selama ini mengikat jasadmu
halaman 48
Sabda Bunian
Aku muncul ditengah keriuhan Keriuhan janji Keriuhan janji bulan Dengan segelas harapan Kureguk pelan-pelan Hingga hilang dahaga Kembalilah nyawa Diperjalanan menjelajah harapan dibawah terik gurun Mencari Dimana oase dan sabana ditelan pasir-pasir durhaka Mendengus nafas Mendengus langkah Mendengus raut wajah Dengan kalam Tuhan Bismillahi Kutancapkan kejantungnya Biar mengalir sungai kehidupan ditengah kekeringan Aku bersiap bangunkan mereka-mereka yang mati suri disana Dan terbelalaklah melihat sang bunian menari-nari dengan topengnya dan gendang srigala
halaman 49
Hehahahaha! Tujuh manteraku Kupekikkan sabda bunian Dengan tujuh mawar tujuh rupa Dengan sesajen pulut tujuh warna Dengan tujuh kemenyan tujuh dupa Kemenyan kubakar Kulafaskan sabda bunian mmmMMmmm Sab da Sab da Sab
da
Sab
da
Sab
da
Sab
da Sab! da
bunian menelan janji bulan menikam langit berbintang dibibir-bibir nestapanya
halaman 50
Suluh
Karya Sastra Melayu Lama Sa Sastra Melayu Lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu mela ujaran atau ucapan. Sastra melayu lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra melayu lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di minye tujuh, aceh Sastra Melayu Lama adalah termasuk bagian dari karya sastra indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti “langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera lainnya�,
orang tionghoa dan masyarakat indo-eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat, Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[3] Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
halaman 51
Ciri-ciri sastra melayu lama yaitu : − Anonim atau pengarangnya
tidak
ada
nama
− Istana sentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
atau amsal (ucapan yang mengandung kebenaran) Contoh : Gurindam Dua Belas (Karya Raja Ali Haji) Barang siapa tiada memegang agama,
− Tema karangan bersifat fantastis
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
− Karangan berbentuk tradisional
Barang siapa mengenal yang empat,
− Proses perkembangannya statis.
Maka ia itulah orang yang ma’rifat.
− Penggolongan
sastra
melayu
klasik
Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tengah-Nya tiada ia mengalah Takutlah ia barang yang terpedaya
Bentuk-bentuk Karya Sastra Melayu Lama 1. Gurindam Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari Bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula asal perumpamaan Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Gurindam berisi nasihat, petuah, ajaran moral kebaikan dan budi pakerti . Ciri-ciri berikut:
Gurindam
adalah
sebagai
− Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik − Biasanya menggunakan pola rima sama atau lurus (a – a) − Umumnya setiap baris terdiri atas 4-6 kata (8 – 12 suku kata) − Baris pertama dan kedua biasanya membangun hubungan sebab akibat − Umumnya mengandung petuah, nasihat,
halaman 52
Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudarat Kurang berfikir, kurang siasat Tinta dirimu kalah tersesat Fikir dulu sebelum berkata Supaya terlelah selang sengketa Kalau mulut tajam dan kasar Boleh ditimpa bahaya besar Jika ilmu tiada sempurna Tiada berapa dia berguna 2. Hikayat Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang. Ciri-ciri Hikayat − Isi ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya − Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika
tersendiri yang menyebutkannya fantastis
− Dahulu sedan sekarang mercy. Dahulu teman sekarang istri.
− Mempergunakan banyak kata arkais (klise). Misalnya Hatta, Syahdan Sohibul dan lain-lain
− Ada tempayan gede tutupnya.
− Nama pengarang disebutkan (anonim)
− Iklan sembilang di balik batu.
biasanya
tidak
Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan. Biasanya diakhir kisah, tokoh utamanya berhasil menjadi raja atau orang yang mulia. Oleh karena itu alurnya pun cenderung monoton. Penokohan dalam hikayat bersifat hitam putih artinya tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhir kisah ia pun dilengkapi dengan wajah dan tubuh yang sempurna begitu pula sebaliknya tokoh jahat walaupun tidak semuanya berwajah buruk 3. Karmina Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung. Ciri-ciri Karmina : a. Terdiri dari dua baris b. Bersajak a-a c. Terdiri dari 8-12 suku kata d. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi Contoh pantun karmina : − Sudah gaharu cendana pula. Sudah tahu masih bertanya pula. − Dahulu parang sekarang besi. Dahulu sayang sekarang benci.
Anak perawan gede kentutnya. Sudah dibilang jangan mengganggu. − Sirsak sirsak nangka belanda. Pikiran rusak digoda janda. − Candi Mendut rusak jalannya. Orang gendut banyak makannya. − Siti Bagendit jangan dicaci. Kakek genit digoda banci 4. Pantun Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasabahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti “petuntun”. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa . Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
halaman 53
Contoh Pantun
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Kayu cendana diatas batu Sudah diikat dibawa pulang Adat dunia memang begitu Benda yang buruk memang terbuang
Anak pulang kelaparan
Jenis-jenis Pantun 1. Pantun Adat 2. Pantun Agama 3. Pantun Budi 4. Pantun Jenaka 5. Pantun Kepahlawanan 6. Pantun Kias 7. Pantun Nasihat 8. Pantun Percintaan 9. Pantun Peribahasa 10. Pantun Perpisahan 11. Pantun Teka-teki 5. Seloka Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Kata “seloka” diambil dari bahasa Sanskerta, sloka. Contoh seloka 4 baris: Sudah bertemu kasih sayang Duduk terkurung malam siang Hingga setapak tiada renggang Tulang sendi habis berguncang Contoh seloka lebih dari 4 baris: Baik budi emak si Randang Dagang lalu ditanakkan
halaman 54
Anak dipangku diletakkan Kera dihutan disusui 6.
Syair
Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi. Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Contoh Syair Nasihat kepada Anak (Raja Ali Haji) Dengarkan tuan ayahanda berperi, Kepada anakanda muda bestari, Jika benar kepada diri, Masihat kebajikan ayahanda beri. Ayuhai anakanda muda remaja, Jika anakanda mengerjakan raja, Hati yang betul hendaklah disahaja, Serta rajin pada bekerja. Mengerjakan gubernemen janganlah malas, Zahir dan batin janganlah culas, Jernihkan hati hendaklah ikhlas, Seperti air di dalam gelas.
Jika anakanda menjadi besar, Tutur dan kata janganlah kasar, Janganlah seperti orang sasar, Banyaklah orang menaruh gusar.
Patut juga mencari jasa, Kepada raja yang itu masa, Tetapi dengan budi dan bahasa, Supaya negeri ramai temasya.
Tutur yang manis anakanda tuturkan, Perangai yang lembut anakanda lakukan, Hati yang sabar anakanda tetapkan, Kemaluan orang anakanda fikirkan.
Apabila perintah lemah dan lembut, Semua orang suka mengikut, Serta dengan malu dan takut, Apa-apa kehendak tidak tersangkut.
Kesukaan orang anakanda cari, Supaya hatinya jangan lari, Masyurlah anakanda dalam negeri, Sebab kelakuan bijak bestari.
Jika mamerintah dengan cemeti, Ditambah dengan perkataan mesti, Orang menerimanya sakit hati, Barangkali datang fikir hendak mati.
Nasehat ayahanda anakanda fikirkan, Keliru syaitan anakanda jagakan, Orang berakal anakanda hampirkan, Orang jahat anakanda jauhkan.
Inilah nasehat ayahanda tuan, Kepada anakanda muda bangsawan, Nafsu yang jahat anakanda lawan, Supaya kita jangan tertawan.
Setelah orang besar fikir yang karu, Tidak mengikut pengajaran guru, Tutur dan kata haru-biru, Kelakuan seperti anjing pemburu.
Habislah nasehat habislah kalam, Ayahanda memberi tabik dan salam, Kepada Orang Masihi dan Islam, Mana-mana yang ada bekerja di dalam.
Tingkah dan laku tidak kelulu, Perkataan kasar keluar selalu, Tidak memikirkan orang empunya malu, Bencilah orang hilir dan hulu.
Syair Perahu (Hamzah al-Fansuri)
Itulah orang akalnya kurang, Menyangka diri pandai seorang, Takbur tidak membilan orang, Dengan manusia selalu berperang. Anakanda jauhkan kelakukan ini, Sebab kebencian Tuhan Rahmani, Jiwa dibawa ke sana sini, Tiada laku suatu dewani. Setengah yang kurang akal dan bahasa, Sangatlah gopoh hendak berjasa, Syarak dan adat kurang periksa, Seperti harimau mengejar rusa. Ke sana ke mari langgar dan rampuh, Apa yang terkena habislah roboh, Apa yang berjumpa lantas dipelupuh, Inilah perbuatan sangat ceroboh.
Inilah gerangan suatu madah mengarangkan syair terlalu indah, membetuli jalan tempat berpindah, di sanalah i’tikat diperbetuli sudah Wahai muda kenali dirimu, ialah perahu tamsil tubuhmu, tiadalah berapa lama hidupmu, ke akhirat jua kekal diammu. Hai muda arif-budiman, hasilkan kemudi dengan pedoman, alat perahumu jua kerjakan, itulah jalan membetuli insan. Perteguh jua alat perahumu, hasilkan bekal air dan kayu, dayung pengayuh taruh di situ, supaya laju perahumu itu
halaman 55
Sudahlah hasil kayu dan ayar, angkatlah pula sauh dan layar, pada beras bekal jantanlah taksir, niscaya sempurna jalan yang kabir.
Perteguh jua alat perahumu, muaranya sempit tempatmu lalu, banyaklah di sana ikan dan hiu, menanti perahumu lalu dari situ. Muaranya dalam, ikanpun banyak, di sanalah perahu karam dan rusak, karangnya tajam seperti tombak ke atas pasir kamu tersesak. Ketahui olehmu hai anak dagang riaknya rencam ombaknya karang ikanpun banyak datang menyarang hendak membawa ke tengah sawang. Muaranya itu terlalu sempit, di manakan lalu sampan dan rakit jikalau ada pedoman dikapit, sempurnalah jalan terlalu ba’id. Baiklah perahu engkau perteguh, hasilkan pendapat dengan tali sauh, anginnya keras ombaknya cabuh, pulaunya jauh tempat berlabuh. Lengkapkan pendarat dan tali sauh, derasmu banyak bertemu musuh, selebu rencam ombaknya cabuh, La ilaha illallahu akan tali yang teguh. Barang siapa bergantung di situ, teduhlah selebu yang rencam itu pedoman betuli perahumu laju, selamat engkau ke pulau itu.
La ilaha illallahu jua yang engkau ikut, di laut keras dan topan ribut, hiu dan paus di belakang menurut, pertetaplah kemudi jangan terkejut. Laut Silan terlalu dalam, di sanalah perahu rusak dan karam, sungguhpun banyak di sana menyelam, larang mendapat permata nilam. Laut Silan wahid al kahhar, riaknya rencam ombaknya besar, anginnya songsongan membelok sengkar perbaik kemudi jangan berkisar. Itulah laut yang maha indah, ke sanalah kita semuanya berpindah, hasilkan bekal kayu dan juadah selamatlah engkau sempurna musyahadah. Silan itu ombaknya kisah, banyaklah akan ke sana berpindah, topan dan ribut terlalu ‘azamah, perbetuli pedoman jangan berubah. Laut Kulzum terlalu dalam, ombaknya muhit pada sekalian alam banyaklah di sana rusak dan karam, perbaiki na’am, siang dan malam. Ingati sungguh siang dan malam, lautnya deras bertambah dalam, anginpun keras, ombaknya rencam, ingati perahu jangan tenggelam. Jikalau engkau ingati sungguh, angin yang keras menjadi teduh tambahan selalu tetap yang cabuh selamat engkau ke pulau itu berlabuh. Sampailah ahad dengan masanya, datanglah angin dengan paksanya,
halaman 56
belajar perahu sidang budimannya, berlayar itu dengan kelengkapannya. Wujud Allah nama perahunya, ilmu Allah akan [dayungnya] iman Allah nama kemudinya, “yakin akan Allah” nama pawangnya. “Taharat dan istinja’” nama lantainya, “kufur dan masiat” air ruangnya, tawakkul akan Allah jurubatunya tauhid itu akan sauhnya. Salat akan nabi tali bubutannya, istigfar Allah akan layarnya, “Allahu Akbar” nama anginnya, subhan Allah akan lajunya. “Wallahu a’lam” nama rantaunya, “iradat Allah” nama bandarnya, “kudrat Allah” nama labuhannya, “surga jannat an naim nama negerinya. Karangan ini suatu madah, mengarangkan syair tempat berpindah, di dalam dunia janganlah tam’ah, di dalam kubur berkhalwat sudah. Kenali dirimu di dalam kubur, badan seorang hanya tersungkur dengan siapa lawan bertutur? di balik papan badan terhancur. Di dalam dunia banyaklah mamang, ke akhirat jua tempatmu pulang, janganlah disusahi emas dan uang, itulah membawa badan terbuang. Tuntuti ilmu jangan kepalang, di dalam kubur terbaring seorang, Munkar wa Nakir ke sana datang, menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.
Tongkatnya lekat tiada terhisab, badanmu remuk siksa dan azab, akalmu itu hilang dan lenyap, Munkar wa Nakir bukan kepalang, suaranya merdu bertambah garang, tongkatnya besar terlalu panjang, cabuknya banyak tiada terbilang. Kenali dirimu, hai anak dagang! di balik papan tidur telentang, kelam dan dingin bukan kepalang, dengan siapa lawan berbincang? La ilaha illallahu itulah firman, Tuhan itulah pergantungan alam sekalian, iman tersurat pada hati insap, siang dan malam jangan dilalaikan. La ilaha illallahu itu terlalu nyata, tauhid ma’rifat semata-mata, memandang yang gaib semuanya rata, lenyapkan ke sana sekalian kita. La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah, sekalian makhluk ke sana berpindah, da’im dan ka’im jangan berubah, khalak di sana dengan La ilaha illallahu. La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan, siang dan malam jangan kau sunyikan, selama hidup juga engkau pakaikan, Allah dan rasul juga yang menyampaikan. La ilaha illallahu itu kata yang teguh, memadamkan cahaya sekalian rusuh, jin dan syaitan sekalian musuh, hendak membawa dia bersungguh-sungguh. La ilaha illallahu itu kesudahan kata, tauhid ma’rifat semata-mata. halaman 57
sesuatu tempat dll
hapuskan hendak sekalian perkara, hamba dan Tuhan tiada berbeda.
− Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/ peristiwa
La ilaha illallahu itu tempat mengintai, medan yang kadim tempat berdamai, wujud Allah terlalu bitai, siang dan malam jangan bercerai. La ilaha illallahu itu tempat musyahadah, menyatakan tauhid jangan berubah, sempurnalah jalan iman yang mudah, pertemuan Tuhan terlalu susah.
− Mengisahkan seseorang
kehebatan/kecantikan
− Mengisahkan kecantikan seseorang − Mengisahkan kelakuan dan sikap manusia − Mengisahkan perlakuan dimasa lalu Contoh Talibun Kalau anak pergi ke pekan
7. Talibun
Yu beli belanak beli
Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcdabcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanakpun cari Induk semang cari dahulu
Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut: − Ia merupakan sejenis puisi bebas − Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian − Isinya berdasarkan sesuatu diceritakan secara terperinci
perkara
− Tiada pembayang. Setiap rangkap dapat menjelaskan satu keseluruhan cerita − Menggunakan puisi lain (pantun/syair) dalam pembentukannya − Gaya bahasa yang luas dan lumrah (memberi penekanan kepada bahasa yang berirama seperti pengulangan dll) − Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara − Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara Tema talibun biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:− Mengisahkan
halaman 58
kebesaran/kehebatan
Suluh
Senirupa Tradisional, Modern dan Kontemporer
en enirupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan de dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep den garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
1. Senirupa Tradisional Istilah tradisional berasal dari kata “tradisi� yang menunjuk kepada suatu lembaga, artefak, kebiasaan atau perilaku yang didasarkan pada tata aturan atau norma tertentu baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa karya Senirupa tradisional adalah karya Senirupa yang bentuk dan cara pembuatannya nyaris tidak berubah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Senirupa tradisional adalah segala hal yang berkaitan dengan nilai-nilai suatu komunitas masyarakat tertentu yang dijaga secara turun temurun kemurnian dan keutuhannya. Berdasarkan pengertian ini, karya Senirupa tradisional dapat diartikan sebagai karyakarya Senirupa yang merupakan hasil budaya suatu masyarakat tertentu yang telah lama hidup dan dijaga dengan baik secara turuntemurun. Yang termasuk karya Senirupa jenis ini diantaranya adalah batik tulis jenis keraton, ukuran Toraja, patung suku Asmat, dan sebagainya.
halaman 59
Bukan hanya itu, nilai dan landasan filosofis yang berada dibalik bentuk karya Senirupa tradisional tersebut pun umumnya relatif tidak berubah dari masa ke masa. Bentuk-bentuk Senirupa tradisional ini dibuat dan diciptakan kembali mengikuti suatu aturan (pakem) yang ketat berdasarkan sistem keyakinan atau otoritas tertentu yang hidup dan terpelihara dimasyarakatnya. Dalam konteks perkembangan Senirupa di Barat (Eropa), istilah Senirupa tradisional ini menunjukkan pada otoritas penguasa agama (gereja), raja dan para bangsawan. Para seniman tradisional menciptakan karya berdasarkan keinginan atau aturan yang telah ditetapkan sesuai ”selera” institusiinstitusi tersebut dan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, sepanjang kekuasaan institusi-institusi tersebut. Berdasarkan pengertian seni tradisional yang telah disebutkan di atas, kita menjumpai berbagai karya Senirupa di Indonesia khususnya karya-karya seni kriya dapat dikategorikan sebagai karya Senirupa tradisional. Banyak sekali benda-benda kriya yang tersebar dikepulauan Nusantara, yang bentuk, bahan dan cara pembuatannya hingga saat ini tidak mengalami perubahan yang berarti sejak pertama kali diciptakannya. Karya-karya seni tradisi ini umumnya hidup di lingkungan masyarakat yang masih kuat memegang norma atau adat istiadat yang diwariskan para leluhurnya. Perubahan umumnya terjadi pada fungsi dari benda-benda kriya tersebut yang semula berfungsi sebagai benda pakai atau bendabenda pusaka kini menjadi benda hias atau cindera mata. Perubahan sistem sosial dan budaya masyarakat serta kemajuan teknologi berperan besar mempengaruhi perubahan fungsi benda-benda tersebut seperti:
halaman 60
-Lukisan Senirupa tradisional -Patung Senirupa tradisional -Kriya Senirupa tradisional -Terapan Senirupa tradisional -Grafis Senirupa tradisional 2. Senirupa Modern Senirupa Modern yaitu istilah umum yang digunakan untuk kecenderungan karya seni yang diproduksi sejak akhir abad ke-19 hingga sekitar tahun 1970-an. Senirupa modern menunjuk kepada suatu pendekatan baru dalam seni dimana tidak lagi mementingkan representasi subjek secara realistik—penemuan fotografi menyebabkan fungsi penggambaran di dalam seni menjadi absolut, para seniman modern bereksperimen mengeksplorasi cara baru dalam melihat sesuatu, dengan ide segar tentang alam, material dan fungsi ini, seringkali bergerak melaju ke arah abstraksi. Modernisme adalah aliran atau mazhab estetika pembaruan yang mengiringi perkembangan desain dan Senirupa pada umumnya menjelang abad ke-20. Pada perkembangan akhir modernisme, cenderung mengagungkan fungsi menjadi nafas utama paham ini, terbukti hanya menampilkan bentuk kaku, kering dan mengakui seniman sebagai “Manusia Jenius”. Setiap karya seni modern selalu disertakan nama senimannya tersebut. Karya seni modern cenderung mengedepankan kesederhanaan dan bersifat universal. Seorang seniman modern akan melihat dunia yang sedang dihadapinya sebagai objek lukisan seolah-olah seperti baru saja objek itu diciptakan. Satu syarat yang masih dituntut oleh seni modern danbahkan menjadi ciri khasnya ialah “kreativitas”
seperti : -Lukisan Senirupa modern -Patung Senirupa modern -Kriya Senirupa modern -Terapan Senirupa modern -Grafis Senirupa modern 3. Senirupa Kontemporer Karya Senirupa kontemporer adalah karya Senirupa masa kini. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini; jadi seni kontemporeradalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikansituasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat padaRennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau pendapat yang mengatakan bahwa“Senirupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi modernisme Barat”. Ini sebagai pengembangan dari wacana pascamodern (postmodern art) dan pascakolonialisme yang berusaha membangkitkan wacana pemunculan indigenous art(seni pribumi). Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat tinggal (negara) paraseniman. Dalam pengertian lain, menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan J.S Badududan Muhammad Zaid, terdapat tiga leksikal tentang kata kontemporer, yaitu pertama“semasa atau
sezaman”, kedua “bersamaan waktu”, dan yang ketiga adalah “masa kini atau dewasa ini”. Untuk menjelaskan lebih jauh, Badudu memberikan satu contoh kalimat, yakni “seni kontemporer tidak dapat bertahan lama” (Badudu Zain : 1994 : 714). Dengan contoh ini Badudu ingin menegaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang bertahan sezaman saja. Dengan demikian, kata masa kini juga berarti sezaman, masa saat sekarang. Sementara itu, Oxford dictionaty (1994:253) memberikan pengertian yang kurang lebih sama, yakni living or occurring at the sometime, dating from the sometimes. Dari makna leksikal diatas nampak bahwa masalah waktu kesezamanan atau kekinian merupakan batasan tegas dalam konsep itu. Dengan demikian, Senirupa kontemporer bisa diartikan sebagai Senirupa atau aktifitas kesenian pada saat ini. Pengertian ini jelas masih sangat umum, bahkan bisa dikatakan ambigu. Bersifat umum sebab tidak merujuk pada satu genre, paham, ideologi dan lain-lain sehingga bisa dikatakan bahwa Senirupa masa kini adalah Senirupa yang berciri tertentu antara lain: -Lukisan Senirupa kontemporer -Patung Senirupa kontemporer -Kriya Senirupa kontemporer -Terapan Senirupa kontemporer -Grafis Senirupa kontemporer *** (Red. dari berbagai sumber)
halaman 61
Berita-Duka
Marakarma peDangdut Legendaris
“Berpulang� oleh Dantje S Moeis
alam beberapa bulan ini saja, belum selesai kita berduka setelah ditinggal pergi oleh Yusman Yahya, Yan Antoni, Sani Burhan dan beberapa seniman lainya, kini dunia musik (seni) Tanah Air harus kembali menundukkan kepalanya atas berpulangnya ke Rahmatullah Marakarma seorang seniman musik legendaris kelahiran Rengat (Inderagiri) - Riau, menghembuskan napas terakhirnya. Sebagai teman setanah kelahiran, seusia dan sepermainan di masa kecil, sosok Marakarma merupakan figur yang timbultenggelam pada pikiran saya. Betapa tidak, karena setelah kami menginjak dewasa,
halaman 62
rentang jarak yang cukup jauh (Dia di Jakarta dan saya di Pekanbaru) menjadi kendala untuk mengenal Marakarma lebih jauh. Sehingga perihal tentang penyakitnya yang menghantar ia “pergi”, menjadi agak samar bagi saya.
sudah puluhan tahun bersahabat dengan Marakarma. Salah satunya ketika mereka berdua membentuk grup musik Orkes Melayu Jackta Group sekitar 1983. Sepanjang hidupnya, kata Rita, Marakarma sudah mengaransemen ratusan lagu Dangdut.
Berdasarkan informasi sana-sini, ketua AHCDI (Asosiasi Hak Cipta Dangdut Indonesia) itu menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu 6 Mei 2015 pukul 18.00 WIB. Marakarma meninggal dunia pada usia 63 tahun. di Rumah Sakit Hermina Bekasi sekaligus menjadi tempat terakhir sang pelantun Resesi Dunia itu menutup usia.
“Salah satu lagu saya yang diaransemen Mas Mara itu ‘Pacar Dunia Akhirat’” kata Rita. Rita ingat, sosok Marakarma punya jiwa sosial tinggi. Pria itu dikenal tak segan menyambangi rekan-rekannya yang sedang sakit kendati dirinya sendiri sakit. Kaki Mara sudah diamputasi gara-gara penyakit diabetes yang ia derita. Rita berharap ada penerus Mara di belantika Dangdut. “Regenerasi harus berjalan terus. Kan sudah menjadi hukum alam. PeDangdut yang baru harus lebih baik dari seniornnya,” pesan Rita.
Semasa hidupnya, beliau terkenal sebagai salah satu peDangdut senior yang disegani. Lewat komentar dan kritiknya yang tajam, banyak peDangdut justru semakin merasa terpacu untuk terus berkarya lebih baik. Namanya sempat melejit lewat salah satu lagu Dangdut rock-nya yang berjudul Resesi Dunia. Dengan cepat, nama Marakarmapun langsung bersanding dengan sang raja Dangdut, Rhoma Irama. Sebagai peDangdut senior, almarhum Marakarma adalah salah satu contoh yang baik bagi para musisi dan penyanyi Dangdut saat ini. Bukan tanpa alasan, Marakarma mampu membawa berbagai tema pada lirik lagunya, dari cinta hingga politik ke dalam musik Dangdut sebagai musik rakyat Indonesia,. Melalui media televisi selang satu hari setelah kepergiannya, Rita Sugiarto salah satu Juri D’Academy 2 Indosiar membenarkan berita duka tersebut. Rita mengaku belum tahu pasti penyebab wafatnya Mara Karma. “Setahu saya yang dia derita itu kencing manis,” kata Rita, (dikutip dari penjelasan Rita di media Televisi). Rita mengaku
Marakarma dikenal di blantika Dangdut pada 1980-an lewat grup musik OM Karisma. Pada awal pemunculannya di ruang publik, ia bergabung dengan Band Bocah di Rengat pada tahun 1960-an, dengan personil di samping Marakarma sendiri terdapat namanama seperti; Yusman Yahya, O’od, Suparno Syam dan lain-lain. Setelah beranjak dewasa, Marakarma cenderung bergerak dalam musik bergenre Pop dan Rock under-ground baik Barat maupun Indonesia. Pada awal-awal tahun tujuh puluhan, Marakarma sempat menjadi lead-guitar pada band The Guard di kota Rengat dan setelah itu hijrah ke Lirik memimpin sebuah band dibawah naungan PT Stanvac Indonesia (perusahan penambangan minyak bumi). Beberapa tahun di sana, Marakarma pun hijrah ke Jakarta. Di Ibukota inilah nama Marakarma mulai dikenal pada skala Nasional. Sejumlah lagu Marakarma juga sempat nge-hits seperti Resesi Dunia dan Sembilan Koma Lima.
halaman 63
Almarhum Marakarma dikabarkan cukup lama bertahan dengan sakit Diabetes nya. Beberapa waktu lalu Almarhum Marakarma sempat di undang Televisi Indosiar dan datang dengan menggunakan kursi rodanya namun semangat Dangdutnya tetap menggebu-gebu. Nama Marakarma sangat populer dengan lagu ciptaannya, selain itu Almarhum Marakarma juga menjadi arranger para penyanyi Dangdut populer seperti Itje Trisnawaty, Mirnawaty, Irma Erviana, Rita sugiarto, Iis Dahlia dan Ida Zubaeda. bukan hanya penyanyi Dangdut senior seperti sekarang ini, artis jebolan Dangdut Academy Indosiar pun Lia D’Academy dibuatkan lagu oleh Almarhum Mara Karma. Selamat jalan Marakarma, semoga amal ibadahmu di terima oleh yang maha kuasa. Amin. ***
halaman 64
Dukacita
Pimpinan dan Karyawan
Turut berdukacita atas meninggalnya:
Marakarma Seniman Musik Legendaris ( 63 tahun )
Semoga Almarhum diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan tabah menerima cobaan ini. Amin.
halaman lxv
halaman lxvi