3 minute read

central bank digital currency:

Sebagai respons terhadap munculnya mata uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum, CBDC atau Central Bank Digital Currency menjadi suatu hal yang lebih didiskusikan oleh bank sentral di seluruh dunia. Central Bank Digital Currency (CBDC) merupakan digital currency yang diterbitkan oleh bank sentral suatu negara. Kegunaan dan fungsinya identik dengan mata uang fiat tradisional, yang membedakan hanya bentuknya adalah digital. Bank sentral negara-negara tersebut mempertimbangkan untuk menerbitkan CBDC masing-masing untuk mengantisipasi bahaya dan ancaman yang timbul oleh mata uang digital tersebut . Salah satu kekhawatiran yang ada dengan munculnya mata uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum adalah mengenai shadow bank. Shadow bank merupakan institusi finansial yang beraktivitas layaknya sebuah bank, namun dan tidak diawasi oleh pemerintah. Selain itu, terdapat beberapa masalah lainnya seperti kestabilan nilai mata uang, volatilitas, dan minimnya keamanan yang membuat bank sentral di beberapa negara mempertimbangkan untuk menerbitkan CBDCnya sendiri . Sehingga, kelebihan, kekurangan, potensi, dan feasibility penerapan CBDC di Indonesia menjadi topik kajian yang sangat menarik untuk dibahas dan diteliti lebih lanjut.

Potensi Serta Tantangan CBDC di Indonesia

Advertisement

Pada akhir tahun 2022, Indonesia mempertimbangkan untuk menerbitkan Central Bank Digital Currency melalui Bank Indonesia. CBDC cukup menarik bagi masyarakat terutama generasi muda karena CBDC mudah ditransfer melalui format peerto-peer dan praktis yaitu dapat diprogram untuk semua kasus penggunaan. CBDC dapat memudahkan pihak retailer untuk bisa langsung mengunjungi ritel, sehingga biaya transaksi menjadi lebih rendah dan kecepatan transaksi lebih cepat; diterima secara global, terpercaya, dan bersifat inklusif; dapat digunakan sebagai uang tunai yang lebih stabil, termasuk uang elektronik; dapat digunakan untuk implementasi kebijakan fiskal dan moneter tertentu; dan pengawasan yang lebih besar, lebih mudah dilacak sebagai upaya mencegah kejahatan dalam sistem keuangan. Namun, CBDC juga memiliki beberapa kekurangan seperti fungsi intermediasi perbankan yang justru bisa berkurang karena biaya pendanaan yang bertambah serta adanya kemungkinan terjadi volatilitas dan currency cold wars. Untuk itu, penerbitan dan peredaran CBDC akan dikontrol oleh bank sentral.

Berkaca Terhadap Negara Lain

Sejak 2013, banyak bank sentral yang telah mempelajari CBDC, sebuah studi dari Bank for International Settlement (BIS) baru-baru ini mengungkapkan bahwa 70% survei yang dilakukan oleh bank sentral adalah tentang CBDC. Bahkan IMF mendorong bank sentral untuk mengeksplorasi CBDC dalam dokumen yang dirilis pada November 2017. Dalam konferensi Official Monetary and Financial Institutions Forum (OMFIF) pada Oktober 2019, Deputi Gubernur Pertama Bank Prancis juga mengatakan bahwa bank sentral tidak boleh menahan diri dari bereksperimen dengan berbagai bentuk CBDC. Beberapa proyek dari institusi di seluruh dunia telah dilakukan terkait CBDC. Misalnya di Singapura, “Project Ubin” mencari cara baru untuk melakukan pembayaran lintas batas menggunakan CBDC serta penggunaan DLT (Distributed Ledger Technology) untuk kliring dan penyelesaian pembayaran dan sekuritas. Selain itu, PBoc (Bank Rakyat China) juga memiliki rencana besar untuk merilis CBDC versi China, koin Pembayaran Elektronik Mata Uang Digital (DCEP). PBoC tidak bermaksud untuk secara langsung menerbitkan koin DCEP kepada masyarakat umum; sebaliknya, itu akan membiarkan sistem keuangan saat ini untuk melakukannya. Koin DCEP dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengganti uang kertas saat ini. Untuk mentransfer, menerima, dan menyimpan koin DCEP, pengguna harus membuat dompet digital, yang dapat dilakukan secara independen dari rekening bank.

CDBC Menjadi Dasar Berkembangnya Digital Currency

Sebagai salah satu jenis digital currency yang dipercaya akan mengubah masa depan industri keuangan global, CBDC menjadi dasar dari berkembangnya konsep digital currency. Hal ini dapat memicu perubahan berbagai sistem transaksi dan perekonomian dunia dimana seiring berkembangnya teknologi di era digitalisasi saat ini, uang menjadi semakin tidak memiliki wujud fisik, dan terjadi perkembangan yang pesat. Perkembangan teknologi finansial memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi, baik untuk kepentingan jual beli, transfer dana, atau membayar tagihan. Mulai dari penggunaan kartu debet atau kredit yang digesekkan ke mesin EDC (Electronic Data Capture) hingga penggunaan e-wallet seperti Go-Pay, OVO, Dana, dan ShopeePay, menjadi pilihan alternatif untuk bertransaksi finansial tanpa perlu membawa sejumlah besar nominal uang tunai saat berpergian. Dengan kemudahan tersebut maka akan semakin banyak masyarakat yang lebih memilih untuk bertransaksi menggunakan uang elektronik dibandingkan uang kartal sebagai alat untuk transaksi pembayaran.

Pada tahun 2022, inisiatif uang digital akan terus berlanjut, menjadikannya tahun terpenting bagi pengembangan dan kemajuan CBDC di seluruh dunia. Ketika upaya untuk menerbitkan CBDC semakin cepat, bank sentral memiliki tugas untuk memastikan kesuksesan adopsi publik. Hal ini juga berlaku jika Indonesia ingin menerbitkan CBDC. Seperti mata uang digital, langkah-langkah dan strategi adopsi perlu disesuaikan untuk memenuhi persyaratan masing-masing negara serta harapan dan kekhawatiran konsumen dan bisnis di sana.

This article is from: