139 edition

Page 1

>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Pemimpin Redaksi Hary B Kori’un Wakil Pemimpin Redaksi Menrizal Nurdin, Furqon LW Redaksi Hasan Hanafi, Eriyanto Hadi Layout Wan Sarudin Online Yendrizal Iklan/Pemasaran (62-761) 64633 Presiden Komisaris Rida K Liamsi Presiden Direktur: Makmur Kasim General Manager Zulmansyah Sekedang Wakil General Manager Asnida Syukur General Manager Online Raja Isyam Azwar Alamat Redaksi Graha Pena Riau Lantai 3, Jalan HR Subrantas KM 10,5 Pekanbaru, Telp (62-761) 64633, Fax (62-761) 64640, e-mail: majalah_riaupos@yahoo.com

PUNGGUR KALAM

SWARNADWIPA, TANAH EMAS Pembaca, mulai edisi ini, Majalah Riaupos.co yang sudah 138 edisi menemui Anda, kini berubah nama dengan semangat baru dan lebih luas. Swarnadwipa adalah sebuah kekuatan, sebuah penanda tanah yang sejak sekian lama mengandung apa yang menjadi buruan hampir semua bangsa ke tanah Hindia Belanda; emas. Swarnadwipa adalah nama yang melekat di sebuah pulau yang kini bernama Sumatra. Dan nama ini dipilih untuk sebuah semangat baru, sebuah harapan baru, sebuah media yang ingin mengingatkan kita tentang kebesaran dan kilauan masa silam, agar masa kini dan masa depan tetap ditumbuhkan dengan optimisme... Terima kasih sudah bersama kami selama ini, dan semoga akan terus bersama.***

FOTO: M AKHWAN/RIAU POS

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUKKALAM HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH PUNGGUR HIDA CERUK AERAH

HARY B KORI’UN pemimpin redaksi

Tanah Emas “Lubang-lubang yang dalamnya kirakira sama dengan tinggi lima orang digali sampai dalam, sampai bertemu tanah yang merah dan lumpur merah, kemudian sampai melalui pasir abu-abu yang yang disebut napar. Bambu panjang dengan takik untuk pijakan kaki dimasukkan ke dalam lubang-lubang ini. Airnya diserok dengan tangan atau kadang-kadang dengan gayung. Pendulang emas di sini tidak mengenal jampijampi...” Di sekitar Tanjung Ampalu, Tanah Datar (kini Sumatera Barat), tahun 1838 —seperti ditulis dalam laporan Reizen van Holner yang dikutip Christin Dobbin dalam Islamic Revivalism in a Changing Peasant Economy Central Sumatra 17841847— bahkan jauh sebelum itu, penambangan emas rakyat sudah sangat marak. Dengan cara tradisional, mereka mendulang butir-butir debu logam mulia itu, kemudian disatukan dengan metode yang tradisional pula menjadi gumpalan maupun batangan.

Di Salido, Muara Bungo, Muara Enim, hingga Logas, menambang emas tradisional sudah menjadi pekerjaan sehari-hari warga, sejak dahulu kala. Di tanah pulau ini, emas bukan hanya berada di bongkahan Bukit Barisan yang memanjang dari Lampung hingga Nanggroe Aceh Darusallam (NAD), tetapi juga berada di rawa-rawa, sungaisungai, atau dataran-dataran yang kadang, oleh orang-orang tertentu, sangat kasat mata. Emas ada di tanah pijakan kita. Di depan rumah kita. Atau bahkan di dalam rumah kita. I-Tsing, dalam sebuah perjalanannya dan sempat singgah di Sriwijaya pada abad ke-6, menyebut tanah ini sebagai Chin-chou. Pulau atau daratan emas. Ditulis NatGeo, di prasasti Nalanda yang dibuat Raja Devalapa (810-850) dari Kerajaan Pala, disebutkan bahwa Balaputradewa adalah penguasa sebuah kawasan yang disebut Swarnadwipa (Suvarnadvipadhipamaharaja). Dalam versi lain, nama Suvararupyaka —yang disamakan dengan Svarnadvipa—sudah disebut dalam epik Ramayana sebagai sebuah daratan yang memiliki bukit dan gunung emas. Pomponius Mela pada abad pertama juga menyebut beberapa istilah yang mengacu ke Chryse (pulau emas), Argyre (pulau perak), juga Aurea Chersonese (peninsula emas), dalam De Chorographia. Seabad kemudian, Claudius Ptolemaeus, seorang ahli georgrafi yang juga pintar matematika, plus cakap dalam ilmu perbintangan, ditamsilkan pernah mengelilingi sebuah wilayah yang juga disebut Chryse tadi. Dia menjelaskan bahwa tempat itu adalah “India setelah melewati Gangga”. Mungkin wilayah itu ke arah timur Teluk Bengali. Sama-sama emas, tetapi lokasinya agak

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUKKALAM HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH PUNGGUR HIDA CERUK AERAH berbeda. Versi Pomponius merujuk pada Swarnadwipa, sementara versi Ptolemaeous merujuk Swarnabhumi. Chin-chou dalam istilah I-Tsing, Swarnadwipa yang disebutkan Devalapa, atau Chryse-nya Pomponius, merujuk pada sebuah pulau yang dikemudian hari lebih dikenal dengan Sumatra.

Sedangkan Chryse-nya Ptolemaeus lebih merujuk pada Swarnabhumi, sebuah daratan setelah India, yang kawasan itu kini diklaim sebagai tanah Siam, Thailand. Swarnabhumi diaba-dikan sebagai bandara udara terbesar di kerajaan yang dipimpin Tuan Bumibol Abduljaded ini. Apa yang digambarkan oleh Dobbin, menjelaskan bagaimana tanah ini, Sumatra (Svarnadvipa/Swarnadwipa), adalah sebuah pulau yang secara tradisional penduduknya sudah lama menambang emas dengan cara masing-masing, di semua daerah yang kini dipecah menjadi 10

provinsi itu. Jika di dalam tubuh gunung atau bukit, emas bisa berupa bongkahan, maka di sawah, rawa, tanah datar, dan banyak tempat lainnya, emas masih berupa debu bubuk yang terpisah-pisah dan disatukan dengan sebuah cara manual hingga menjadi padat. Di tengah “tuduhan” celaka bahwa di tanah ini kehidupan masyarakatnya masih sangat primitif –termasuk pola pikirnya— Swarnadwipa adalah salah satu simbol kejayaan masa lalu yang kilaunya tak beda dengan emas yang dikandungnya. Swardwipa pernah menjadi pusat kerajaan yang berkuasa lebih luas dari Nusantara atau Indonesia di masa kini: Srivijaya (Sriwijaya), yang susah ditaklukkan oleh siapapun. Tanah emas inilah, yang membuat serikat dagang seperti VOC hingga pemerintah Kolonial Belanda tak pernah secara utuh memilikinya, sebagaimana Javadvipa (Jawa) yang diagungkan sebagai tanah kolonialis mutlak. Di Jawa, para pedagang dan pangreh praja, yang menurut Sartono Kartodirjo, sangat kemaruk kekuasaan dan menjadi koloborator yang setia untuk tuan kulit putih. Tetapi, di Swarnadwipa, yang masyarakatnya dituduh primitif para tuan berambut perak, tak mampu sepenuhnya menjadi pemilik, karena para kaum pribuminya tak mudah ditaklukkan oleh kilauan emas. Sebab, di tanah ini, di segala ruas, emas selalu ada. Emas ada di tanah pijakan. Di depan rumah. Atau bahkan di dalam rumah. Juga, dalam jiwa...***

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


LIPUTAN UTAMA

>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

MEMUPUK HIDAYAH KE CERUK DAERAH REPORTER & FOTOGRAFER: KUNNI MA SR OHANTI (Meranti) MASR SROHANTI

NUN DI CERUK DAERAH, WARGA SUKU ASLI INI LAMA TAK KENAL AGAMA. KETIKA MEREKA MUALAF, HADIRNYA PARA PENDAKWAH BAGAI MEMBERI PUPUK BAGI TUMBUH-KUATNYA HIDAYAH YANG DITERIMA.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

BE GITU tersuruknya daerah tempat mereka BEGITU bermukim, untuk sampai ke sana harus dengan waktu tempuh berjam-jam dengan berganti-ganti moda angkutan. Di sepanjang perjalanan, terhampar luas hutan bakau, nyaris di setiap lekuk selat dari desa ke desa di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Di ceruk-ceruk hutan ini lah ratusan jiwa suku Akit hidup dengan adat dan kepercayaan animisme yang mereka anut. Di sini pula berbagai perjuangan dan pengorbanan untuk mereka menjadi mualaf terjadi. Itu masih berlanjut agar benih agama tauhid yang mereka dapatkan, terus dipupuk dengan siraman rohani para pendakwah yang bernyali.

Ya, pendakwah yang bernyali memang menemukan medannya untuk mencurahkan bakti di sini. Menelusuri hijau dan rimbunnya jutaan hektare hamparan hutan bakau di sepanjang kanan dan kiri selat yang memanjang di wilayah Kepulauan Meranti. Perjalanan inilah yang kami sertai, Sabtu (26/ 9) lalu. Kabut asap tebal pagi itu membuat hutan bakau nyaris tak terlihat. Tapi, fungsi selat sebagai jalur transportasi nasional dan internasional tetap ramai. Kapal penumpang berlayar dari pelabuhan Selatpanjang ke berbagai

daerah seperti Batam, Buton, Bengkalis, Dumai dan Kukup, Malaysia. Begitu juga dengan kapal motor yang menjadi alat transportasi masyarakat dari desa ke desa di sepanjang sungai yang membelah tepian selat tersebut. Termasuk kapal yang kami tumpangi pagi itu. Empat desa yang dihuni suku Akit di sepanjang tepian sungai Sodor, tepatnya di sebelah kanan selat, menjadi tujuan kami. Kampung tersebut yakni Desa Banau, Desa Sokop, Desa Sonde dan Desa Tanjoeng Kedaboe. Masih ada puluhan desa lagi, selain empat desa ini di sana. Lokasi antar desa yang berjauhan, bahkan ada yang berada di ujung pulau terluar Kepulauan Meranti, memerlukan waktu lama untuk sampai ke sana. Salah satunya Desa Tanjoeng Kedaboe yang berada di bagian pesisir Pulau Rangsang. Desa ini langsung menghadap ke Selat Melaka. Untung ada Kapal Motor (KM) Fitrah Madani milik Yayasan Fitrah Madani Meranti (YFMM) yang hendak menyalurkan bantuan dan daging kurban bagi para mualaf di sana. Di kapal dakwah inilah kami menumpang bersama para ustad dari Selatpanjang dan sembilan orang lainnya dari Sahabat Dakwah Pekanbaru. Di bagian depan kapal ini penuh dengan kardus dan karung berisi pakaian layak pakai yang akan dibagikan. Sedangkan di bagian paling depan, penuh dengan sepedamotor trail yang digunakan untuk menyambung perjalanan darat setelah sampai di pelabuhan desa-desa tujuan. Setelah setengah jam perjalanan atau tepat pukul 09.30 WIB, tiba-tiba suara kapal terhenti. Persis di tengah selat. Jauh dari tepian. Karena berhenti, kapal ini semakin bergoyang kencang saat kapal penumpang tujuan Batam melintas di sampingnya. Seisi kapal risau. Bukan hanya karena kapal rusak, tapi juga karena para mualaf

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

DIKEPUNG BAKAU: Jalan yang terbuat dari papan di pelabuhan Desa Sonde ini di kepung bakau. di desa-desa tersebut sudah menunggu mereka untuk segera menyembelih hewan kurban. Lebih merisaukan lagi, mereka takut calon mualaf membatalkan niatnya masuk Islam hanya karena mereka tidak menepati janji, meski sebelum datang ke sana tidak ada seorangpun yang berjanji menjadi mualaf. ‘’Namanya perjalanan, ya seperti ini. Kita tidak tahu kapal akan macet. Memang tidak ada yang berjanji akan menjadi mualaf hari ini, tapi kami berharap ada di antara mereka yang terbuka hatinya saat kami ke sana. Makanya kami sering bertandang. Kami juga takut kalau tidak menepati janji. Sebagian besar mereka masih menganut faham animisme,’’ ujar Pimpinan YFMM, Ustad Ahmad Fauzi. Ustaz Fauzi dan rekan-rekan datang bukan

hanya untuk menyerahkan bantuan, tapi juga menyembelih 79 hewan kurban dari jemaah di berbagai daerah. Selain dari Selatpanjang, juga dari Pekanbaru, Jakarta, Bekasi bahkan Prancis. Hewan-hewan kurban tersebut sudah diantar ke desa-desa tujuan sepekan sebelumnya dengan menggunakan kapal lain. Hari itu, ustad datang hanya untuk melakukan pemotongan dan memberikan bantuan. Pemotongan juga sudah dilakukan sejak dua hari sebelumnya, di 11 desa lainnya. Penyembelihan hewan kurban di desa-desa mualaf ini sudah berjalan sejak tiga tahun silam. Tahun ini, hewan kurban didominasi domba, khususnya dari jamaah Pekanbaru. Juga ada sapi dan kambing. Karena desa berpenghuni mualaf ini menyebar dan terletak berjauhan satu sama

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH lain, Ustad Fauzi membagi lima tim untuk lima desa tersebut sejak malam sebelum keberangkatan. Satu tim yakni di Desa Keridi, berangkat secara terpisah. Sedangkan empat tim lainnya berangkat bersama dengan Kapal Fitrah Madani, kendati pulangnya secara terpisah. Setelah setengah jam tersadai di tengah selat, kapal bisa beroperasi kembali. Belum diketahui pasti apa sebabnya. Tapi, kapal tersebut berjalan tidak seperti sebelumnya. Lebih lambat. Perjalanan untuk sampai di desa tujuan juga kian lama. Untung pangkal Sungai Sodor tidak jauh lagi. Suasana di jalur sungai yang berada di sebelah kanan selat ini juga lebih tenang. Kapal besar yang lalu lalang tidak begitu banyak. Perjalanan akhirnya berujung di pelabuhan pertama, Pelabuhan Desa Beting. Dari desa inilah rombongan yang dipimpin ustad Mustafa menuju Desa Banau. Belasan warga Desa Banau sudah menunggu di pelabuhan dengan menggunakan sepedamotor untuk membawa barang-barang dan membonceng rombongan yang tiba. Perjalanan dari pelabuhan menuju desa cukup jauh. Sekitar empat kilometer. Hutan bakau di kanan-kiri pelabuhan, membuat desa ini terasa semakin sejuk. Dari Pelabuhan Beting perjalanan laut dilanjutkan menuju Desa Sokop. Masuk ke Desa Sokop mengingatkan kisah perjalanan panjang Islamnya kepala suku di sana, Cik Ahmad (72). Kakek yang resmi menjadi mualaf April lalu ini masuk Islam setelah sebagian anak dan cucunya masuk Islam terlebih dulu. Dua kalimat syahadat diucapkannya di depan puluhan jamaah Masjid Agung Darul Ulum, Selatpanjang. Seluruh jamaah bertakbir mengagungkan kebesaran Allah karena telah membukakan hatinya. Cucunya, Surotun, adalah orang paling bahagia karena kakeknya telah masuk Islam,

mengingat ia sudah mengajaknya sejak enam tahun silam.

BELUM MUALAF TAPI BERWAKAF Tidak hanya Cik Ahmad tokoh agama dan kepala suku yang mualaf. Di Desa Sonde, kepala desanya juga seorang mualaf. Namanya Safri (43). Safri asli orang suku Akit. Ia masuk Islam sejak beberapa tahun silam. Kini Safri rajin mengajak warganya yang juga mualaf untuk bersama-sama datang ke Musala al-Ihsan supaya bisa salat dan belajar agama bersama. Al-Ihsan adalah satu-satunya musala di Desa Sonde. Musala ini dibangun dari sedekah jamaah di berbagai daerah yang disalurkan melalui YFMM. Safri mengaku sangat senang karena ada sekelompok ustad yang selalu bertandang ke kampungnya. Bahkan setiap tahun ada satu ustad yang tinggal di sana untuk mengajar dan membina mereka. Ustad Ruslan merupakan dai ketiga yang diutus langsung dari Jakarta hingga awal bulan ini. Dalam waktu dekat, ustad Ruslan akan ada yang menggantikan. ‘’Kalau ustad sudah habis waktu dinasnya. Saya risau. Kasihan anak-anak. Kalau tidak ada ustad, mereka tidak belajar mengaji dan salat. Kosong. Mereka sedang semangat-semangatnya. Begitu juga dengan anak remaja dan ibu-ibu di sini. Harus selalu ada ustad biar anak-anak bisa terus belajar,’’ harap Safri. Seperti Cik Ahmad, Safri juga asli suku Akit. Masih banyak saudara dekatnya yang menganut faham animisme. Salah satunya Konel, paman Safri. Konel adalah tokoh masyarakat suku Akit di sana yang paling disegani. Anak cucunya sudah banyak mualaf, tapi ia belum. Meski begitu, Konel dengan senang dan ringan hati mewakafkan tanahnya seluas 30x40 meter untuk dibangun masjid di atasnya. Wakaf tanah ini disampaikan

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Anak-anak warga Suku Akit yang masih menganut faham animisme berbaur dengan anak-anak muallaf di belakang Musala al-Ihsan, Desa Sonde. Konel kepada ustad Ruslan dan disambut hangat YFMM. Bahkan YFMM sedang mencari donatur secara perorangan atau dari jamaah di berbagai pelosok agar masjid tersebut segera dibangun. ‘’Setahun saya di sini bersama istri, ada delapan orang yang masuk Islam. Tidak mudah karena harus sabar dan membina mereka secara rutin. Tidak hanya mengajarkan apa itu Islam, tapi juga mengajarkan salat, mengaji dan banyak lainnya. Kapan mereka masuk Islam, tidak bisa dipastikan. Kalau hidayah datang, mereka datang

bersyahadat. Banyak orangtua masuk Islam setelah anak-anak mereka Islam terlebih dulu,’’ ungkap Ustad Ruslan. Desa Sonde dihuni oleh 2.277 jiwa atau 589 Kepala Keluarga (KK). 114 KK merupakan suku Melayu, 20 KK suku Jawa dan sisanya merupakan suku asli atau suku Akit. Sedangkan yang mualaf masih terbatas. ‘’Kalau pembinaan tidak dilakukan terus-menerus, anak-anak akan kehilangan arah. Mereka akan lupa cara salat dan mengaji. Saya dan ibu-ibu yang lain juga sama.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH Kami berharap selalu ada ustad pendamping di sini,’’ beber Safri lagi. Ustad Fauzi yang mendengarkan kerisauan Safri sejak awal, meyakinkan bahwa akan selalu ada ustad pendamping di sana.

DISKUSI DI MASJID Antara Desa Sonde dengan Desa Sokop, lumayan jauh. Keberangkatan menuju desa ini ditempuh lewat jalur sungai. Semakin ke ujung, sungai Sodor kian mengecil. Bakau yang menghampar hijau di sisi kanan-kiri sungai semakin berdekatan. Banyak sekali cabang sungai. Plank penunjuk arah Desa Sonde, mempermudah siapa saja yang hendak berkunjung ke desa tersebut melalui jalur sungai. Jauh Desa Sonde, lebih jauh Desa Tanjoeng Kedaboe, desa tujuan berikutnya. Setelah salat Zuhur berjamaah di musala alIhsan Desa Sonde bersama Safri dan warga mualaf, kami bersama ustad Fauzi dan rekanrekannya melanjutkan perjalanan ke Desa Tanjoeng Kedaboe. Tidak lagi menggunakan kapal, tapi sepedamotor. Empat sepedamotor

yang dibawa YFMM dari Selatpanjang dengan kapal, menembus jalan berbelok, rusak, pecah dan berdebu. Bahkan sebagiannya merupakan jalan yang terbuat dari sebilah papan. Desa ini terletak di bagian paling ujung Pulau Rangsang. Menghadap langsung ke Selat Melaka. Angin laut yang kencang membuat desa ini mengalami abrasi hingga 20 meter setiap tahunnya. Tepian laut lepas terlihat jelas dari jalan di sepanjang pesisir menuju Dusun Ladang Baru, tempat tujuan berikutnya. Setelah menempuh perjalanan 45 menit, sampailah di Dusun Ladang Baru tersebut. Warga sudah ramai menunggu, sejak pagi malah. Musala kayu ini terletak di tengahtengah kebun kelapa. Jauh lebih bagus dibandingkan Musala al-Ihsan Sonde. Dua kamar mandi yang terletak di samping belakang musala, terbuat dari semen. Lengkap dengan toilet. Usai menyembelih hewan kurban, Ustad Fauzi naik ke dalam masjid. Kemudian ia memanggil kami. Barangkali akan ada pengajian seperti di Desa Sonde. Rupanya tidak. Ustad

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Hampir seluruh jalan di Desa Sonde rusak parah. Begitu juga sepanjang jalan dari Desa Tanjoeng Kedaboe hingga Peranggas.

Fauzi memperkenalkan kepala suku Akit Dusun Ladang Baru, Bujang (70). Ia belum mualaf. Tapi berkali-kali ia mengaku senang duduk di dalam masjid. Bahkan berkali-kali ia bertakbir. Seperti Cik Ahmad, Bujang juga menikahkan warganya dan memimpin upacara adat termasuk upacara kematian. Bujang tidak segan-segan menceritakan proses pernikahan adat sukunya. ‘’Kami tidak ada akad macam orang Islam. Adat nikah kami cukup dengan duduk bersanding, lalu saya ucapkan: saya nikahkan kamu berdua diiringi dengan doa dalam bahasa kami dan tepung tawar. Itu saja. Sahlah perkawinan,’’ aku Bujang. Bujang juga membeberkan bagaimana memimpin upacara kematian suku Akit. ‘’Sama juga dengan Islam. Kami kebumikan dengan membuat luas kubur yang sama. Kami juga menggunakan kain kafan. Tidak jauh beda. Hari raya kami tiga hari sebelum hari raya orang Islam. Keluarga saya sudah banyak yang masuk Islam juga. Saya masih sering risau. Tapi nanti

saya juga akan masuk Islam,’’ aku Bujang lagi. Mendengar pengakuan Bujang tersebut, ustad Fauzi dan rekan-rekannya langsung bertakbir. ‘’Kami tidak memaksa bapak masuk Islam. Tapi kami senang mendengar niat bapak yang hendak masuk Islam. Risau bapak, lebih risau lagi kami. Tapi Allah yang punya hidayah. Semoga bapak segera mendapatkannya,’’ harap ustad Fauzi. ‘’Habis ini kami akan langsung pulang ke Selatpanjang. Pakai sepedamotor. Tapi kalau bapak besok pagi menyuruh kami datang ke sini lagi karena bapak hendak bersyahadat, kami akan datang,’’ sela Buya Mustafa, penuh semangat. Tepat pukul 14.45 WIB, kami, ustad Fauzi dan lainnya diundang makan siang di rumah Boniran, salah seorang warga yang sebelumnya pernah menjabat kepala desa di sana. Santap siang bersama tetap luar biasa meski sebelumnya sudah dijamu dengan kue dan kopi susu serta kelapa muda yang segar dan manis. Dusun Ladang Baru Desa Tanjoeng Kedaboe merupakan desa terakhir. Perjalanan dilanjutkan

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Anak-anak Dusun Ladang Baru, Desa Tanjoeng Kedaboe menyaksikan pemotongan hewan kurban. dengan kembali ke Selatpanjang. Kali ini lewat darat langsung ke Pelabuhan Peranggas, Kecamatan Rangsang Barat. Jarak tempuh sekitar 40 km. Dari Dusun Ladang baru, kami harus kembali melewati Desa Telesung, Desa Bungur, Desa Tenggayun Raya hingga kembali ke Desa Sonde. Untuk sampai di Pelabuhan Peranggas atau penyeberangan Peranggas-Selatpanjang, harus melewati banyak desa. Jalan hancur dan berdebu, membuat perjalanan makin lama. Berkali-kali harus singgah ke bengkel karena sepedamotor rusak dan bocor. Tim Desa Sonde dan Desa Tanjoeng Kedaboe yang dipimpin ustad Fauzi juga tersesat. Belum lagi peralatan yang tertinggal di masjid atau tempat lain saat singgah istirahat dan salat. Menjelang pukul 18.00 WIB, tim ini sampai di Pelabuhan

Peranggas dan Magrib sampai di Selatpanjang.

TOLAK DAGING KAMBING Banyak kisah unik yang terjadi setiap kali rombongan ustad Fauzi datang ke desa-desa mualaf tersebut. Begitu juga di Desa Keridi. Semangat berkurban yang dilaksanakan di depan surau Nurul Hidayah di desa ini sangat kurang. Warga mualaf hanya berdiri dan menyaksikan rombongan ustad yang datang membersihkan daging. Berbeda dengan warga di Desa Banau, Sokop, Sonde dan Tanjoeng Kedaboe yang masyarakatnya sangat antusias. Rombongan ustad hanya melakukan pemotongan, sedangkan warga membersihkan dan membagikan daging kurban hingga selesai. Uniknya lagi, warga di Desa Keridi menolak

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH daging kambing. Kebetulan di desa ini ada yang berkurban satu ekor kambing dan selebihnya domba. Warga betul-betul tidak mau. Tidak satu orang pun mau mengambil daging kambing. Dibujuk dan dijelaskan sekalipun tentang halal dan lezatnya daging kambing, mereka tetap menolak. Melihat hal tersebut, rombongan yang dipimpin ustaz Sukiono ini membawa pulang daging kambing tersebut ke Selatpanjang.

‘’Pokoknya warga Desa Keridi berbeda dengan lainnya. Mereka lebih banyak diam. Hanya melihat saja. Tidak ada yang mau membantu. Hanya tegak-tegak di pinggir melihat sambil menutup hidung. Seperti risau. Parahnya, mereka tak mau daging kambing. Satu pun tidak ada. Ya, kami bawa pulang ke Selatpanjang. Kami bagikan amz ar di sini,’’ aku ustad Mahmud.(.(.(amz amzar ar))

Jadi Mualaf Baru, Lepas Kepala Suku SOSOKNYA BEGITU BERPENGARUH SEBAGAI KEPALA SUKU, MEMIMPIN SEMUA PROSESI ADAT. KETIKA MEMUTUSKAN MUALAF, IA BEGITU GEMBIRA. KEDUDUKAN SEBAGAI PETINGGI PUAK PUN DILEPASNYA.

MASJID Raya Desa Sokop, Sabtu siang (26/ 9) sangat ramai. Warga berkumpul di sana, terutama ibu dan anak-anak. Mereka adalah mualaf, warga suku Akit yang telah masuk Islam. Mereka datang untuk menyaksikan pemotongan hewan kurban oleh rombongan Sahabat Dakwah Pekanbaru dan ustad-ustad dari Yayasan Fitrah Madani Meranti (YFMM) Selatpanjang. Cik Ahmad (72), kepala Suku Akit yang telah masuk Islam (mualaf), tidak ada di sana. Jarak antara rumah Cik Ahmad dan masjid

sekitar 2 Km. Tapi tidak begitu jauh dari musala. Sekitar 200 meter saja. Jalan menuju rumah Cik Ahmad sebagian sudah beraspal. Jika tahun 2009 tidak ada satu pun masjid dan musala, bahkan 99 persen warga suku Akit yang menganut faham animisme, kini desa ini sudah banyak berubah. Selain sudah ada masjid, musala, bahkan madrasah, sekitar 80 persen penduduknya sudah mualaf. Setelah mengendarai sepedamotor sekitar 15 menit, sampailah di rumah Cik Ahmad. Ia sudah tua. Kulitnya yang hitam kecokelatan sudah keriput. Sedikit terkejut ketikaada tamu yang tidak biasa datang ke rumahnya. Cik Ahmad yang sedang duduk santai di teras rumah, langsung berdiri. Ia pun bertanya kepada cucunya siapa yang datang bersamanya siang itu. Rumah Cik Ahmad sangat sederhana. Rumah biasa. Di sinilah ia tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang belum mualaf. Cik Ahmad yang sebelumnya merupakan kepala suku,

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Cik Ahmad (tegak, berkacamata) Kepala Suku Akit yang kini telah muallaf.

menikahkan, memimpin upacara kematian dan menjadi panutan serta tuntunan bagi sukunya, kini sudah mualaf. Tepatnya sejak April silam. ‘’Alhamdulillah saya sudah dapat hidayah. Saya sangat senang jadi mualaf. Anak dan cucu saya sudah banyak yang mualaf. Tinggal dua lagi anak saya yang belum,’’ ujar Cik Ahmad. Cik Ahmad juga menceritakan pengalamannya dalam menjalankan amanah sebagai kepala suku dan tokoh masyarakat suku Akit. Amanah terakhir menikahkan warga dilakukannya akhir 2013. Setelah itu, atau sebelum mualaf, kegiatan adat masih banyak dilakukannya. Tidak lama setelah mualaf, Cik Ahmad menyatakan secara resmi di depan umum atau masyarakat, bahwa ia tidak lagi sebagai kepala suku. Tidak juga menikahkan

orang serta tidak memimpin upacara kematian. ‘’Semua saya lepaskan dari diri saya. Saya sudah serahkan jabatan saya sebagai kepala suku, tokoh adat yang menikahkan masyarakat dan lainnya. Semua sudah saya lepas dan saya serahkan kepada yang lain. Pak Ali sekarang yang menggantikan saya. Saya sekarang seperti ini, lebih banyak di rumah. Sudah tua juga,’’ kata Cik Ahmad lagi. Selain karena sudah banyak warganya yang sudah terlebih dulu mualaf, suami cucunya, Surotun, merupakan orang yang gigih mengajaknya terus menerus masuk Islam. Surotun merupakan ustad yang dikirim Dewan Dakwah Indonesia (DDI) Kabupaten Bengkalis tahun 2009 untuk membina masyarakat suku Akit

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH di sana. Empat bulan di sana, Surotun menikah dengan cucu Cik Ahmad. Anak Cik Ahmad yang tinggal di Pekanbaru juga sudah masuk Islam terlebih dulu. ‘’Saya terus membujuk Nenek (panggilan akrab Cik Ahmad, red), untuk masuk Islam. Sudah lama, sejak 2009. Anaknya sudah masuk Islam,

termasuk yang di Pekanbaru. Tapi dia belum juga. April lalu, saya membujuknya lagi. Alhamdulillah terbuka hatinya setelah ia menyuruh saya memberitahu anaknya yang di Pekanbaru. Setelah itu, semua beban dan tanggungjawab sebagai kepala suku, dilepaskan,’’ jelas Surotun amz ar ar)) pula.(.(.(amz amzar

Penyuluh Banyak, Honornya Cekak KEMENTERIAN AGAMA RIAU TELAH MENURUNKAN 2.000 PENYULUH AGAMA SETIAP TAHUN KE DAERAH TERPENCIL, TERMASUK SUKU PEDALAMAN. JUMLAHNYA MEMANG BANYAK, SAYANG HONORNYA CEKAK.

SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, Kemenag Riau juga menurunkan Penyuluh Agama Honorer (PAH). Mereka disebar di seluruh kabupaten/kota yang ada di Riau dan dibiayai melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang disalurkan melalui Kemenag masingmasing kabupaten/kota. Kemenag Riau, Drs H Tarmizi Tohor, menjelaskan, menjadi penyuluh bukanlah hal mudah. Apalagi di suku pedalaman seperti suku Akit. Honor yang hanya Rp300 ribu per bulan dari pemerintah pusat, diakuinya sangat tidak memadai. Untungnya, mayoritas penyuluh tersebut juga mengajar di madrasah di masingmasing daerah.

‘’Setiap tahun kita turunkan penyuluh agama. Tahun ini ada ada 2.000 orang. Setiap kabupaten/ kota mendapatkan jatah ini. Tapi itulah, honornya sangat minim. Hanya Rp300 ribu perbulan. Sangat tidak sebanding dengan beban mereka. Mereka dai dan berat bebannya, Tapi itulah dana yang kita dapatkan dari pemerintah pusat,’’ beber Tarmizi. Disebutkan Tarmizi, penyuluh ini bukan hanya untuk penyuluh Agama Islam, tapi juga agama lain yang diakui negara. Karena Riau mayoritas muslim, maka penyuluh agama Islam mendominasi dibandingkan penyuluh agama lain. ‘’Apapun agamanya, yang namanya menjadi penyuluh itu berat,’’ lanjut Tarmizi. Sementara itu, Kemenag Kabupaten Kepulauan Meranti, Drs H Miskam Skamat MA, menyebutkan, jumlah penyuluh agama di Kepulauan Meranti paling banyak dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Jumlahnya mencapai 150 orang. Penyuluh Agama Islam juga mendominasi di kabupaten ini. Mereka disebar-sebar ke pelosok termasuk kampungkampung suku Akit. ‘’Tahun ini jumlah penyuluh di Kepulauan

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Ustaz Dayat (paling kiri) dan ustaz Fauzi (tengah) sedang berbincanag dengan Kepala Suku Akit, Bujang yang masih menganut faham animisme di dalam masjid Dusun Ladang Baru, Desa Tanjoeng Kedaboe, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti. Meranti 150 orang. Paling banyak dibanding daerah lain. Mereka kita sebar ke kampungkampung suku Akit. Tahun lalu jumlah penyuluh kita mencapai 200 orang. Sebetulnya kita mengusulkan 250 orang untuk tahun ini. Tapi yang dikabulkan pemerintah pusat hanya 150 orang dengan honor Rp300 ribu per bulan,’’ sebut Miskam. Diakui Miskam, honor tersebut memang tidak memadai alias sangat minim. Sudah pasti banyak penyuluh yang menolak apalagi jika mereka di luar desa yang akan dibina. Jarak antara satu desa dengan desa lain di Kepulauan Meranti sangat berjauhan. Melalui jalur sungai dan biaya tinggi. ‘’Karena itulah kita manfaatkan masyarakat tempatan yang memenuhi syarat untuk menjadi penyuluh agama juga di sana. Kalaupun honor

mereka hanya Rp300 ribu, mereka tidak perlu biaya transportasi yang mahal. Penyuluh ini kita utamakan mereka yang juga mengajar di madrasah. Selain dapat honor mengajar Rp700 ribu di madrasah, mereka juga mendapat honor tambahan sebagai penyuluh. Kalau hanya mengandalkan penyuluh saja, sangat minim. Kasihan mereka,’’ beber Miskam lagi. Miskam berharap, beban berat menjadi penyuluh hendaknya bisa diimbangi dengan honor yang memadai. Honor guru madrasah Rp700 ribu juga dinilai sangat minim. ‘’Kadang susah kita mau bilang. Honor guru madrasah dan penyuluh kecil, tapi itulah yang dianggarkan pemerintah. Padahal, tugas mereka ini mendidik anak bangsa. Anak-anak itu masa depan bangsa. Ke depan, kita berharap pemerintah pusat bisa amz ar lebih memperhatikan ini,’’ lanjut Miskam.(.(.(amz amzar ar))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Spirit Pendakwah, Dukungan Jamaah UNTUK TURUN MEMBINA AKIDAH UMAT KE TELUK DAN SELAT, PARA PENDAKWAH INI TIDAK HANYA BERMODAL SEMANGAT. MEREKA JUGA MEMBAWA DUKUNGAN JAMAAH YANG MENITIPKAN REZEKI UNTUK IKUT BERBAGI.

TIDAK mengenal waktu. Tidak juga mengenal lelah. Selalu ada semangat untuk berdakwah. Inilah yang dilakukan ustad-ustad yang tergabung di Yayasan Fitrah Madani Meranti (YFMM) bersama Yayasan Tafaqquh dan juga berbagai komunitas dakwah yang tergabung di dalam Sahabat Dakwah. Banyak desa-desa terpencil di Kabupaten Kepulauan Meranti. Desa itu tersembunyi di balik hutan bakau yang rimbun. Tak terlihat dari laut. Pelabuhan rakyat yang terbuat dari kayu, selalu menjadi pertanda bahwa ada kehidupan di sana. Mereka yang tinggal di kawasan ini lebih dikenal dengan suku Akit atau suku laut. Awalnya, mereka hanya hidup di sampan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kayu bakau yang dijual di bangsal arang di kawasan ini menjadi

salah satu sumber kehidupan selain nelayan. Sejak 2010, YFMM masuk ke desa-desa ini. sudah lebih dari 18 desa yang dihuni sekitar 1300 KK. Berkat kerja keras dan ketekunan, sudah 400 KK pula yang mualaf. Desa-desa tersebut yakni Sonde, Keridi, Ladang Baru, Sepije Permai, Baru Sungai Pulau, Kepau Baru, Kampung Baru, Sungai Baru, Cemaning, Sesap, Selat Akar, Kudap, Sokop, Sokop II, Pengaram, Sungai Nerlang, Pacul, Tanjung Kedaboe dan Banau. Sudah pasti YFMM yang dinakhodai ustad Ahmad Fauzi ini tidak berjalan sendiri. Ada Yayasan Tafqquh yang mendampinginya. Begitu juga dengan jamaah dari berbagai daerah yang bergabung dalam rumah dakwah dan sahabat dakwah. Hampir seluruh fasilitas yang dimiliki YFMM juga sumbangan dari jamaah, termasuk kapal dakwah. ‘’Kami harus sering turun. Kapan ada yang mau masuk Islam, kami langsung turun. Tidak ada pun, kami silaturrahmi ke kampung-kampung tersebut menjaga agar mereka tidak lupa dengan kami. Mereka sangat memerlukan binaan. Apalagi anak-anak di sana,’’ beber ustad Fauzi. Upaya yang dilakukan untuk menjaga silaturrahmi bersama muallaf di sana, YFMM menempatkan ustad di sana. Ustad itu tinggal di sana, mengajar di sana dan berbaur serta terus membimbing mereka. YFMM juga menjalin kerjasama dengan pesantren di luar Riau seperti Universitas Muhammad Nasir dan Pesantren Nuar di Jakarta serta pesantren di Bogor. Setiap tahun, pesantren ini juga menempatkan dainya tinggal di kampung-kampung suku Akit tersebut. Bukan hanya itu, anak-anak suku Akit yang mualaf dan mampu disekolahkan di sana. Penyaluran daging kurban sebagai salah satu jalan betapa indahnya berbagi dengan sesama

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH muslim. Hakekat kurban, kata ustad Fauzi, bukan hanya membagikan daging kurban, tapi juga pengorbanan mensyiarkan agama Islam atau pengorbanan meninggalkan kepercayaan lama seperti animisme menuju Islam sebagaimana dilakukan masyarakat suku Akit di kampungkampung ini. Penyaluran daging kurban telah dilakukan YFMM bersama jaringan dakwah di Riau dan Indonesia di kampung-kampung ini memasuki tahun ketiga. Tahun ini, kurban hewan yang disalurkan mayoritas domba sesuai permintaan jamaah. Bahkan seluruh jamaah Pekanbaru berkurban domba sebanyak 79 ekor. ‘’Kami menerima sumbangan dari siapa saja dan dalam bentuk apa saja yang penting bermanfaat bagi saudara-saudara kita di kawasan pedalaman suku Akit ini. Banyak yang bergabung termasuk perorangan. Ada pengusaha dan masih muda-muda. Saat ini sudah ada masyarakat yang mewakafkan lahannya untuk pembangunan mesjid di Desa Sonde. Warga ini belum mualaf

atau masih animisme. Ini luar biasa. Mereka memerlukan donatur karena biayanya besar,’’ sambung ustad Fauzi. Sementara itu, koordinator sahabat dakwah Pekanbaru, ustad Hidayat yang datang bersama delapan rekannya dan ikut langusng menyalurkan daging kurban ke 16 kampung mualaf, mengaku bangga dengan semangat jamaah yang sangat peduli dengan kondisi muallaf di Kabupaten Kepulauan Meranti. Setiap tahun, jumlah jamaah yang berkurban di kawasan ini semakin bertambah, khususnya jamaah dari Pekanbaru dan luar Riau. ‘’Jamaah yang menyumbangkan bantuan untuk mualaf suku Akit ini sangat beragam. Dari Pekanbaru semakin banyak. Tapi ada juga dari Jakarta, Kalimantan bahkan luar negeri, yakni Prancis. Kami selalu menginformasikan kondisi mualaf di sini dan alhamdulillah banyak yang ingin menjadi donatur. Kami juga menyalurkan amz ar bantuan ke Palestina,’’ ujar ustaz Dayat.(.(.(amz amzar ar))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH

Dianggarkan, Bangun Apa yang Diperlukan PIHAK LEGISLATIF MENILAI, PEMBANGUNAN DESA-DESA YANG DIDIAMI OLEH MASYARAKAT SUKU ASLI HARUS DIPERHATIKAN. MULAI DARI PERSIAPAN ANGGARAN SAMPAI KE MEMBANGUN APAAPA YANG DIPERLUKAN.

IDEALNYA, semua keperluan, termasuk di bidang keagamaan seharusnya bisa disiapkan oleh pemerintah.Pembangunan di bidang keagamaan itu harus dirancang dan dirumuskan karena kini tidak semua masyarakat suku Akit menganut kepercayaan animisme, tapi banyak yang sudah memeluk agama lainnya seperti Islam.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> MEMUPUK HID AYAH KE CER UK DDAER AER AH HIDA CERUK AERAH Ketua Komisi E DPRD Provinsi Riau, Masnur SH,menanggapi adanya fenomena kampung mualaf yang serba kekurangan sarana keagamaan tersebut. ‘’Perhatian terhadap sukusuku tertinggal seperti suku Akit yang menetap di Kepulauan Meranti dan Bengkalis itu sebelumnya sudah dianggarkan untuk pembangunan rumahrumah. Apakah pembangunan rumah ini terealisasi kami akan lihat lagi. Tentunya selain rumah, masyarakatnya masih memerlukan prasarana lainnya,’’ kata Masnur. Selanjutnya, kata Masnur, DPRD Provinsi Riau sedang membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang Pelestarian kearifan lokal dan budaya Melayu. Untuk itu, lembaga legislatif ini akan mengundang semua tokoh masyarakat serta perwakilan suku untuk membahas apa yang diperlukan ke depannya. ‘’Kami akan mengundang tokoh dan perwakilan suku serta adat ini untuk datang ke DPRD untuk membedah kearifan lokal. Kami membuat sebuah Perda. Perda kearifan lokal ini nantinya tentu akan memperhatikan kebudayaankebudayaan yang juga merupakan bagian dari

Riau dan NKRI ini. Mereka itu tidak bisa dipisahkan dari Riau, mereka juga putra daerah,’’ kata Masnur. Menurut Masnur, tidak hanya suku Melayu, tapi juga ada suku Duanu, suku Talang Mamak, suku Akit serta suku Sakai di Riau ini. ‘’Nantinya akan digali kearifan lokal yang harus dijaga dan mendapat perhatian dari pemerintah dan pembangunan,’’ kata Masnur. Masnur mengatakan, dengan menggali kearifan lokal, bentuk-bentuk seperti apa saja yang perlu diperhatikan, baru nantinya bisa dirumuskan bagaimana kebijakan dan langkah apa yang harus dilakukan untuk masyarakat dari kebudayaan-kebudayaan tertinggal tersebut. Soal kewenangan siapa, tentunya pembangunan sarana dan prasarana di lingkungan tersebut tidak terlepas dari peran pemerintah kabupaten dan provinsi. ‘’Nanti apa yang harus dilakukan kabupaten tentunya sesuai dengan tugas dan kewenangannya, kalau memerlukan sekolah SMA, tentunya itu peran pemerintah provinsi,’’ kata Masnur.(.(.(ssyahrul muklis ar muklis//amz amzar ar))

EDISI EDISI139/TAHUN 138/TAHUNIIIIIIz z81 -- 14 7 OKTOBER OKTOBER2015 2015


DAER AH << AERAH

DAERAH NASIB NELAYAN SELAT SINABOI, ROHIL, RIAU

Ikan Menghilang, Sawit Mengundang SELAT SINABOI TELAH BERUBAH. MENGUBAH JUGA WARGANYA. MENCARI IKAN TAK LAGI KUASA. MENANAM SAWIT JUA AKHIRNYA. ANI Laporan ER ERWWAN SSANI ANI, Sinaboi erwansani@riaupos.co

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> DAER AH AERAH

S

EB ABNY A, Selat Sinaboi yang EBABNY ABNYA menghubungkan Pulau Sinaboi dan Sinaboi Kecil tidak lagi menghasilkan ikan. Perairannya pun mendangkal seiring dengan perkembangan waktu. Akibatnya berdampak pada proses produksi dan aktivitas nelayan. Dengan kondisi tersebut selat yang dulunya

menjadi sumber berlimpahnya ikan dan udang tak lagi diramaikan dengan pompong yang berlabuh dan memasang jaring dan bubu. Kondisi ini membuat gundah nelayan di kawasan ini. Ini tergambar dari sosok Abu Hasan (40). Ketika ditemuai, tampak Abu Hasan menatap tajam jauh ke arah selat antara Pulau Sineboi dari

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


DAER AH << AERAH kursi tempat duduk yang disediakan pemilik kedai kopi yang terletak di Desa Sinaboi Kecil, 100 meter dari bibir pantai Selat Sinaboi. ‘’Laut Sinaboi ini sudah menyatu dengan hati saya. Walaupun kini sudah dangkal tetap saja ia bisa memberikan penghidupan,’’ kata Hasan. Matanya sesekali tertuju kepada kapal nelayan

yang melintas dan juga para warga yang datang di kedai kopi tersebut. Dengan suara agak serak, dia memulai bicara dengan Riau Pos, terutama tentang kemashuran Sinaboi Kecil dan Sinaboi Besar dengan hasil tangkapan ikan, udang dan kerangnya. Abu Hasan menguraikan satu per satu penyebab berkurangnya tangkapan nelayan. ‘’Sebab utamanya, mulai mendangkalnya selat antara Sinaboi Kecil dan Pulau Sinaboi,’’ katanya lirih. Makanya, yang dulunya warga menjadi nelayan sekarang berpindah pekerjaannya menjadi petani kebun sawit, padahal yang selama ini para warga Sinaboi menggantungkan hidup dan membiayai anak sekolah dari hasil tangkapan ikan di laut tersebut. ‘’Kalau sekarang orang sini banyak bekebun sawit. Dah mulai meninggalkan laut ini, karena tangkapan ikan semakin berkurang,’’ jelasnya dengan suara parau. Dulu patin ada, terubuk ada sekarang payah nak didapatkan. 10 tahun lalu, kalau jaring 30-50 depa bisa dapatkan ikan berton-ton, tapi sekarang nak cari ikan 10-20 kilo pun payah,’’ lanjutnya lagi. Banyak nelayan yang sebelumnya memiliki kapal jaring, tapi besarnya biaya operasional dan berkurangnya tangkapan ikan membuat mereka harus menjual kapal tersebut. ‘’Kalaupun ada sekarang, kapal-kapal milik tauke yang pada umumnya milik orang tionghoa,sebab mereka ada bangliau. Sedangkan warga yang ingin tetap melaut harus rela pakai sampan (perahu kecil) dan juga perahu yang diberi mesin,’’ jelasnya. Meskipun banyak warga beralih pekerjaannya, namun Hasan tak pernah berpaling dari mengais rezeki atau memenuhi kehidupannya dari hasil

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> DAER AH AERAH

Perbaiki Jaring: Nelayan tradisional Sinaboi, memanfaatkan waktu untuk memperbaiki alat tangkap ketika sedang libur melaut, karena cuaca dan perayaan hari besar agama. tangkapan ikan dan udang di Selat Sinaboi tersebut. ‘’Dah tak kuat, pasang lukah di pinggir pantai saja,’’ kata kakek yang mengakui sering dimarahi oleh anak dan cucunya ini, karena masih tetap hobi melaut. Dalam sehari, Abu mengaku hanya bisa menangkap Sembilang hanya 5-6 kilogram, tapi saat Riau Pos menyaksikan Abu membongkar tiga lukahnya, yang masing-masing isi lukah sekitar 34 kilogram. Cerita Abu Hasan ini dibenarkan Muhammad Arif (46) pemilik kedai kopi. ‘’Dulu nelayan menjaring dan memasang bubu di sini, tapi sekarang tak bisa, sebab sudah dangkal, Jadi melautnya terpaksa di tengah laut,’’ kata Arif.

Diakui Arif, beberapa sungai yang ada di Kecamatan Sinaboi saat sekarang juga ikut kering akibat pendangkalan air Selat Sinaboi. ‘’Dulu Sungai Bakau, Sungai Sinaboi besar dan Sineboi kecil ini dalam bermacam ikan ade. Kalau sekarang air surut sungai kering, kalau pasang naik baru ada air,’’ jelasnya. Meskipun sulit mencari ikan di selat Sinaboi kecil maupun besar belum mematikan penghasilan warga. Tangkapan berkurang masih batas wajar, sehingga tetap saja dua daerah ini sekarang sebagi penghasil ikan dan udang di Kabupaten Rohil. Hanya saja untuk saat sekarang pendapatan ikan bagi nelayannya kalah saing dengan penghasilan nelayan yang ada di Pulau Halang dan Panipahan.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


DAER AH << AERAH Berkurangnya tangkapan ikan para nelayan ini berakibat, para tauke ikan yang dulunya berada di Sinaboi Besar dan Kecil mulai angkat kaki pindah ke Pulau Halang dan juga Panipahan yang saat sekarang penghasil ikan terbesar di Rohil. Akan tetapi sebagian pemilik bangliau masih tetap bertahan, seperti di Sinaboi Kecil Kecamatan Sinaboi hanya tinggal 10-20 bangliau yang masih aktif. Dan bangliau ini pada umumnya dimiliki para warga tionghoa yang sudah puluhan tahun tinggal di daerah tersebut. Salah satu pemilik bangliau yang masih bertahan di Sinaboi kecil yaitu Asiong. Pasalnya Asiong memiliki delapan kapal nelayan yang setiap hari memasang dan membongkar bubu tiang miliknya. ‘’Bubu tiang tak bisa dipasang di Selat ini, tapi jauh di tengah laut Selat Melaka. Jadi pada saat air surut dan pasang saja para anak buah kapal akan mengantar ikan ke bangliau ini,’’ kata Asiong yang saat itu sedang memilah ikan dan udang yang baru diangkut oleh kapal miliknya saat itu. Bukan Asiong sendiri memilih dan memilah ikan

dan udang, akan tetapi dirinya juga mengambil pekerja dari warga tempatan terutama para ibuibu rumah tangga. ‘’Sampai saat ini hasil ikan dan udang masih lumayan, tapi tak seperti dulu. Meskipun tak seberapa tetap saja saya menempatkan para pekerja dari desa ini terutama ibu-ibu rumah tangga,’’ jelasnya. Dikatakannya, untuk per hari para ibu-ibu yang memilih dan mengupas kulit udang besar diberi gaji sebesar Rp25-30 ribu per hari. Menurut Asiong tangkapan ikan dan udang sangat jauh menurun, hal ini disebabkan para nelayan yang menangkap ikan di perairan Bagansiapi-api bukan saja datang dari beberapa pulau di Rohil akan tetapi juga datang dari daerah Medan, terutama dari Tanjung Balai Asahan, bahkan dari Malaysia dan Thailand. ‘’Jadi kita benar-benar bersaing untuk menangkap ikan. Kalau jaring kita pendek, kalau dari Tanjung Balai Asahan dan dari negara lain itu jaringnya panjang-panjang dan pakai kapal besar,’’ jelasnya. Hal serupa dikatakan Olan (45) warga Sinaboi Besar, yang saat sekarang hanya memiliki satu kapal untuk menangkap

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> DAER AH AERAH ikan. ‘’Dulu punya tiga kapal, tapi sekarang tinggal satu. Sebab dua sudah dijual, tak sanggup untuk biaya operasional. Pendapatan ikan tak mencukupi untuk menutupi operasional,’’ tegasnya.

KETIKA PENGHASILAN IKAN TAK MENJANJIKAN Berkurangnya penghasilan dari menangkap ikan, berbagai alternatif mulai digeluti para nelayan yang dulunya menggantungkan diri sebagai nelayan. Salah satu alternatif yang dilakukan warga yaitu berkebun sawit dan berladang. Pasalnya penghasilan kebun sawit untuk saat sekarang cukup menjanjikan bagi masyarakat Ka-bupaten Rokan Hilir (Rohil). Begitu juga berladang kering atau menam pada di lahan terbuka dan tanpa irigasi. Bukti dua lapangan kerja ini sangat mengiurkan masyarakat di Kecamatan Sinaboi pasalnya saat sekarang tak bercocok tanam sawit dan padi. Hal ini terbukti saat Riau Pos mendatangi kecamatan penghasil ikan di Rohil ini hamparan padi menguning dan diselingi pohon sawit menghijau sangat mengobati mata dari debu yang beterbangan di jalan yang baru dilakukan pengerasan. Walaupun sebagiannya sudah di hotmix. Berpindah sebagai petani sawit dan padi ini seperti dilakukan Yusuf (40), Warga Kecamatan Sinaboi. Padahal dulunya, Yusuf merupakan nelayan aktif, pasalnya sejak kecil dirinya sudah dikenalkan orangtuanya di laut. ‘’Sekarang melaut tak menjanjikan lagi, sebab tangkapan ikan di Sineboi berkurang betul. Kalaupun ada hanya beberapa kelompok nelayan

yang saat sekarang masih ada alat tangkapnya,’’ kata warga akrab dipanggi Usuf ini. Menurutnya, untuk saat sekarang banyak pembukaan lahan baru, sehingga para nelayan memilih untuk mencari rezeki dari sumber lain. ‘’Sawit saat sekarang menjanjikan, tapi memang hasilnya tiga-empat tahun baru ada, tapi sebelum sawit berhasil para warga memilih menanam padi, sebab padi juga tubuh bagus di daerah ini,’’ tegasnya. Sebagai tokoh masyarakat, dirinya mengakui adanya peralihan pencarian masyarakat ini akibat kurangnya tangkapan ikan dan tak menentunya angin di Selat Malaka saat sekarang ini. Selain itu para nelayan harus bersaing dengan para nelayan dari daerah luar, terutama dari Tanjung Balai Asahan dan juga Malaysia. ‘’Memang tangkapan ikan masih ada, tapi tak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan saat turun melaut,’’ ucapnya rpg) lagi.((men/ men/rpg)

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


NASIONAL

>> NA SIONAL NASIONAL

PILKADA SERENTAK 2015

Calon Tunggal Masih Mengganjal KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) SEPERTI MENGHILANGKAN DAHAGA SOAL CALON TUNGGAL DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA). TAPI, KEPUTUSAN INI MASIH BANYAK YANG MENGGANJAL. MENGAPA?

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> NA SIONAL NASIONAL

ACEHONLINE.INFO

P

ERDEB ATAN panjang tentang kemuculan ERDEBA calon tunggal di ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sejak Juli lalu terus menghiasi cakrawala nusantara, akhirnya mendapat hembusan yang tenang setelah Mahkamah Konstitusi (MK) 29 September 2015, mengabulkan sebagian permohonan uji materi UU 8/2015 terkait calon tunggal. Dalam putusannya disebutkan daerah yang hanya ada satu pasangan calon tetap dapat melaksanakan Pilkada serentak 2015. Sebelumnya, pertentangan mengerucut pada pertanyaan siapa yang bertanggung jawab karena tiba-tiba, tanpa dipredisi sebelumnya muncul. Jadi, Apakah pemerintah atau parlemen yang dipersalahkan? Presiden Jokowi merespon calon tunggal itu, saat itu menegaskan bahwa belum diperlukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu). Tawaran logis ketika itu adalah memperpanjang masa pendaftaran, sehingga

potensi calon tunggal itu bisa dihilangkan. Sementara solusi yang datang dari Parlemen adalah agenda revisi UU No 8 tahun 2015 tentang Pilkada. Sejalan dengan waktu, yang dikhawtirkan pun datang. Beberapa daerah memiliki calon tunggal di Pilkada. Akhirnya fenomena ini menjadi polemik. Solusi sementara yang ditawarkan daerahdaerah yang memiliki calon tunggal, ditunda hingga Pilkada 2017. Sementara legislatif menyiapkan regulasinya. Tapi individual wakil rakyat juga menyampaikan gagasan agar ada jalan keluar, segera. Salah satu yang patut diatur soal praktik borong Parpol. Seperti dikatakan anggota Komisi II DPR Yandri Susanto bahwa harus ada batasan koalisi partai, sehingga tidak memunculkan calon tunggal. “Harus ada batas atas dan batas bawah koalisi. Kalau itu dilakukan enggak mungkin ada calon tunggal,� ujar Yandri usai diskusi ‘Calon

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> NA SIONAL NASIONAL Tunggal Kepala Daerah dan Komitmen Parpol Siapkan Pemimpin Lokal’ di Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Agustus 2015 lalu. Jalan keluar yang ditawarkan dua pihak (pemerintah dan legilatif, red), sampai akhirnya tidak memberikan solusi, 7 daerah pun akhirnya muncul calon tunggal. Seolah semua sepakat, menunda Pilkada untuk daerah yang terdapat calon tunggal, lebih logis. Namun, gagasan penundaan itu pun tetap ada ganjalan. Karena akan berdampak pada tidak terpenuhinya hak politik masyarakat untuk dipilih dan memilih. Dan yang lebih parah menurut Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini bahwa penundaan Pilkada juga akan berdampak pada terhambatnya pembangunan ekonomi di daerah, karena Pelaksana Tugas (Plt) yang memiliki batasan kewenangan. Makanya, ketika hadir keputusan MK menurut Titi menilai memberikan solusi pada dua bidang, yaitu menjamin hak konsititusional warga negara untuk memilih dan dipilih serta memberikan ruang dan kewenangan secara langsung bagi masyarakat di daerah untuk menentukan sendiri proses suksesi kepemimpinan di daerahnya.

RAMAI-RAMAI SETUJU Tak ada wakil rakyat yang menolok keputusan MK ini, atau sekurang-kuranngnya mengkritisi, bahwa calon tunggal tidak bisa berjalan mulus di hadapan mereka. Malah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar mengaku senang dengan keputusan MK itu. Dua pemilik kursi parlemen tersebar di DPR RI mengapresiasi dengan baik keputusan calon tunggal dapat ikut Pilkada serentak Desember 2015 mendatang.

Alasan utama yang dikemukaan bahwa calon tunggal itu, bukti bahwa hukum telah mengakomodir bahwa setiap warga mengara memiliki hak untuk memilih dan dipilih. ‘’Ini sesuai dengan Undang- Undang Dasar 1945. Akan ada rasa keadilan,’’ kata Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiato. Pendapat ini juga didukung oleh anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Agun Gunandjar Sudarsa. Mereka berdua sadar bahwa fenomena calon tunggal yang muncul dan dihiasai dengan kontroversi sebelum nya, memberikan isyarat bahwa ada hak warga yang tidak bisa dipenuhi oleh konstitusi. ‘’Untuk itu kita sangat mendukung keputusan itu,’’ kata Hasto dan Gunanjar hampir mirip. Tanggapan ini disampaikan mereka secara terpisah. Gunanjar menambahkan bahwa, satu hal yang harus dipahami, bahwa calon tunggal yang muncul itu bukan kehendak dari calon kepala daerah, tapi warga negara lain tidak mau mengambil haknya untuk mengikuti Pilkada sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di balik sikap setuju dan apresiatif yang disampaikan dua perwakilan utama dari Parlemen yang notabene adalah tangan partai politik, ternyata terbentang dugaan bahwa kemunculan calon tunggal itu, juga datang dari andil partai politik. Adalah peneliti senior Founding Fathers House Dian Permata, membenarkan bahwa munculnya calon tunggal adalah pekerjaan partai politik sebagai sarana untuk memunculkan calon kepala daerah. Dian menilai bahwa kasus calon tunggal di 7 wilayah yang terjadi karena turunan kasus nasional mengusung calon sedikit dan sosok yang muculkan itu-itu juga. ‘’Ini jelas menular

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> NA SIONAL NASIONAL

FOKUSJABAR.COM

dari ke daerah,’’ kata Dian. Dian menilai tidak terjadi pentas demokrasi skala nasional seperti Pilpres. Celakanya, hal ini juga menular di daerah. Kasus yang paling popular dalam calon tunggal dijadikan contoh kasus oleh Dian agar mampu menjelaskan bahwa peran Parpol memang sangat berpengaruh. Ia mencontohkan kasus di Surabaya. Seorang Tri Rismaharini sudah pantas untuk tampil di panggung Jawa Timur 1. Tapi karena, stok di kelas Jawa Timur 1 masih padat maka pilihan politik Tri Rismaharini tetap di Surabaya 1. “Ibaratnya jam terbang Risma di Surabaya sangat tinggi sekali. Sedangkan pesaingnya masih membutuhkan jam terbang. Meski diyakini Parpol memiliki andil terhadap kemunculan calon tunggal dalam Pilkada, namun jalan untuk memberikan sanksi hukum untuk Parpol yang diwacanakan, ternyata masih sulit dilakukan. Hanya Dian berharap, bahwa masyarakat

mulai memahami kondisi ini, sehingga mereka memiliki penilaian kepada Parpol yang melakukan itu, untuk bahan pertimbangan pemilihan berikutnya.

SANKSI Beberapa waktu lalu, ketika awal-awal muncul peluang calon tunggal di Pilkada, memang sudah diwacanakan untuk memberikan sanksi bagi partai politik yang tidak mengajukan calon di Pilkada. Tapi ramai-ramai anggota Parlemen menolak, baik KMP maupan Parpol yang bergabung di KIH. Partai NasDem, beralasan tidak mau mengkhianati rakyat dengan memilih calon abalabal. “Tidak bisa. Kalau ada calon yang baik, memenuhi aspirasi rakyat, kita calonkan tapi dia tidak mau, apa harus dipaksa?” kata Ketua Bapilu NasDem Enggartiasto Lukita. Namun demikian, NasDem sepakat kalau yang diberi sanksi itu adalah Parpol yang ketahuan

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> NA SIONAL NASIONAL melakukan praktik mahar politik, karena selama ini hanya dianggap sebuah kabar yang tidak ditanggapi serius. ‘’Sekarang tidak ada sanksi untuk uang mahar itu. Beranikah kita?” ucapnya. Tak hanya NasDem yang menolak. PKS pun mengambil sikap yang sama soal hal ini. Wakil Ketua DPR dari PKS Fahri Hamzah tidak setuju karena Parpol juga menemukan kesulitan membangun koalisi. “Ada partai yang tidak dapat mitra koalisi. Fleksibel saja dong. Masa dihukum kalau tidak dapat mitra koalisi?” kata Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat. Menurut Fahri, yang terpenting adalah adanya waktu yang cukup untuk pencalonan. “Yang penting ada fasilitas kecukupan waktu untuk mereka mencalonkan calon,” ucapnya.

BEBAN BERAN KPU Di balik solusi dan kegembiraan dari keputusan MK itu, ternyata masih banyak hal mengganjal. Pengamat politik dan sinergi masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) menjelaskan secara detil, bahwa meskipun memberikan keputusan yang menghilangkan dahaga selama ini, tapi juga memiliki rentetan masalah panjang yang akan muncul setelahnya. Seperti diungkapkan Said Salahidin, ada beberapa hal yang patut ditimbang-timbang lagi dari keputusan itu. Dikatakan, Said MK kurang komprehensif dalam membedah permasalahan pasangan calon tunggal, sehingga terkesan tidak mau memperdulikan akar masalah sebenar dari permasalah yang terjadi di lapangan. Said menjelaskan bahwa selama ini akar masalah dari munculnya pasangan calon tunggal itu karena terlalu beratnya persyaratan pencalonan yang ditetapkan oleh undangundang, seperti persentase syarat Parpol dalam mengajukan calon.

“Sebelumnya, syarat dukungan pasangan calon diusung Parpol, misalnya, minimal 15% baik perolehan kursi DPRD ataupun perolehan suara partai pada Pemilu. Sekarang, Undang-undang menaikan persyaratannya menjadi minimal 20% kursi DPRD atau 25% suara pemilu,” tuturnya. Namun untuk argumentasi ini, para awak media memaparkan bahwa solusi itu sudah ada di sistem koalisi Parpol. Akan tetap Said menanggapi bahwa persoalan itu bukanlah perkara mudah. “Benar parpol diperbolehkan untuk berkoalisi, tetapi itu bukan perkara yang mudah,” ungkapnya. Dilanjutkan, telah undang-undang membatasi gerak Parpol untuk mengusung calon, Komisi Pemilihan Umum (KPU) pun menambah beban. “Repotnya lagi, KPU ikut memperburuk keadaan dengan membuat aturan yang juga menghambat pendaftaran pasangan calon,” katanya. Argumen selanjutnya diungkap Said tentang ganjalan dari keputusan MK itu adalah bahwa MK tidak berpijak pada ketentuan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945 yang menekankan kata ‘dipilih’ dalam pengisian jabatan kepala daerah. Menurut dia, soal caranya mau dilaksanakan langsung (direct election) atau tidak langsung (indirect election) itu soal lain. Akan tetapi, ujar dia, yang pasti di dalam sistem pemilihan dikehendaki adanya lebih dari satu calon. “Itulah salah satu ciri dari sistem pemilihan. Kalau hanya satu calon, itu ciri dari sistem penetapan seperti pada pengisian jabatan Gubernur dan Wagub DIY yang merujuk Pasal 18B UUD 1945, atau sistem pengangkatan (appoinment) seperti pengisian jabatan kepala daerah pada masa orde lama dan orde baru, atau sistem penggiliran seperti untuk pengisian jabatan Raja Malaysia, misalnya,” jelasnya. Said juga tidak sependapat dengan pendapat MK yang menyatakan terjadi kekosongan hukum

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> NA SIONAL NASIONAL dalam kasus Pasangan calon tunggal. “Bukankah sudah ada Peraturan KPU (PKPU) yang mengatur ketentuan dalam hal terjadi Paslon tunggal? Apakah PKPU bukan bagian dari hukum, sehingga dianggap tidak ada oleh MK?” ucapnya. Said juga menuturkan, model Pilkada ala MK telah mengubah pengertian atau makna pemilihan. “Yang namanya pemilihan itu kan memilih calon atau orang, bukan untuk menyatakan sikap setuju atau tidak setuju,” ujar Said. Lebih lanjut, dia menilai, kalau yang ingin dikejar dari pemilih adalah pernyataan setuju atau tidak setuju, maka tidak perlu susah-payah pemilih harus datang ke TPS hanya untuk menyatakan tidak setuju. Dilihat dari potensi kemungkinan peristiwa yang terjadi, yaitu pasangan calon tunggal yang sudah ditetapkan tidak disetujui masyarakat pemilih. Hal ini akan berdampak pada pembengkaan anggaran pilkada dan masalah ekonomi di daerah lainnya. Begitu juga berdampak pada pemilih, yang kemingkin jenuh karena Pilkada berulangulang. Rentetan lain dari itu adalah, masalah libur resmi warga akan memakin banyak. ‘’Ini perlu juga dikaji, dampaknya bagi rakyat juga serius. Namun, dampak keputusan MK yang sangat penting dan besar dampaknya adalah, akan diperbolehkan terjadinya calon tunggal di Pilpres. “Dapatkah Anda membayangkan hal itu? Jangan bilang itu tidak mungkin terjadi. Paslon tunggal dalam pilkada pun pada awalnya diperkirakan tidak akan terjadi,” tutur Said. Dia menilai, karena MK dalam memutuskan perkara ini memberikan kesempatan kepada pembentuk UU untuk hadir dalam persidangan guna menjelaskan intensi dari pasal yang sedang

diuji. “Benar MK tidak wajib meminta keterangan dari DPR dan presiden, tetapi anehnya mengapa MK justru merasa penting untuk mengundang KPU? Padahal ini kan Judicial Review (JR) norma UU terhadap konstitusi, bukan JR Peraturan KPU terhadap UU,” imbuhnya. Akibat dari tidak didengarnya keterangan DPR dan presiden sebagai lembaga yang paling tahu tentang maksud dan tujuan dari dibuatnya norma yang diuji, maka dia berpendapat pada tingkat tertentu pastilah mempunyai pengaruh terhadap apa yang kemudian diputuskan MK. Pendapat Said ini didukung pakar hukum tata negara Universitas Gadjah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar. Dia menegaskan bahwa solusi MK itu akhirnya menimbulkan masalah baru. “Bagaimana mekanisme, cara, dan kapan pelaksanaannya. Ini sama dengan tutup satu problem dan buka problem lain,” kata Zainal. Untuk sementara, Komisi Pemilihan Umum (KPU) ‘’berkoar’’ siap untuk menjalankan keputusan MK itu, meski mereka memiliki waktu yang sangat kasib untuk mewujudkannya. Patut al nur din ditunggu kabar selanjutnya.((menriz menrizal nurdin din))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


EKONOMI

>> EK ONOMI EKONOMI

TARIK ULUR TURUNKAN HARGA BBM

Demi Rakyat, Cepat! SEKIAN LAMA, INDIKATOR NYATA PENGHITUNGAN HARGA BBM YAITU MINYAK MENTAH TURUN, NAMUN PENURUNAN HARGA BBM YANG MASIH TARIK ULUR.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> EK ONOMI EKONOMI

NEWS.OKEZONE.COM

M

ESKI demikian, kabar mengembirakan datang dari Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas Andi Noorsaman Sommeng. Ketika usai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden tadi malam (5/10). Dalam rapat kabinet yang berlangsung sekitar 2,5 jam mulai pukul 19.00 hingga 21.30 tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang meminta kepada Pertamina untuk melakukan efisiensi guna membuka kemungkinan penurunan harga BBM. Hanya saja, Andi tidak menyebut angkanya. “Pasti. Kalau harga turun, ya diturunin,” ucapnya. Sama dengan Dirjen Migas IGN Wiratmaja Puja yang juga ikut rapat, tidak mau membocorkan hasil rapat berapa harga BBM yang akan diturunkan pemerintah dalam waktu dekat. “Sedang dikaji terus, cuma saya tidak berwenang sampaikan. Nanti pimpinan yang sampaikan,” tegasnya. Agak bertolak belakang dengan pernyataan Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, justtu mengatakan, harga keekonomian Premium

saat ini ada dikisaran Rp7.750 per liter. Angka itu muncul dari break even point atau titik impas premium Rp7.450 tiap liternya. Saat dijual ke luar Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), muncul defisit karena dilepas Rp7.300 per liter. Sebelum ini, dia sempat menyebut kalau harga keekonomian premium bukan seperti yang dijual saat ini. Menurut Wirat, selama tiga bulan ke depan harga ideal premium ada dikisaran Rp7.900 per liter. Lalu, di mana murahnya harga BBM itu? Justru Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) punya hitungan sendiri soal harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium yang ideal. Menurut Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, bensin dengan nilai oktan 88 itu harusnya dijual dikisaran Rp5.044 sampai Rp6.700 per liter. Perbendaan muncul tergantung cara menghitungnya. Dimulai dengan harga terkecil, KPBB membagi biaya produksi BBM menjadi lima bagian. Yakni, pembelian minyak mentah sebesar 83,4 persen, lantas ongkos pengolahan 6 persen, angkutan

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> EK ONOMI EKONOMI laut 5,8 persen, biaya distribusi 3 persen, dan biaya lain-lai sampai 1,8 persen. Kemudian, dikalikan dengan nilai tukar rupiah saat ini yang menyentuh Rp 14 ribu. Berdasar hitungannya, muncul harga premium Rp5.044 per liter. Dia menegaskan, harga itu berlaku kalau seluruh pengolahan premium dilakukan dalam negeri. Sedangkan harga minyak dunia 59 dolar AS per barel. “Cara lain, menggunakan metode border price yang hasilnya Rp 6.731 per liter,” jelasnya. Harga itu muncul dengan mempertimbankan indeks pasar, kondisi kurs Rupiah, dan kualitas premium yang dijual. Atas dasar hitungan itu, dia menyebut aneh kalau Pertamina sampai defisit Rp15 triliun. Padahal, mengambil untung sampai Rp700 per

liter. Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengakui, jika harga BBM diturunkan, maka Pertamina rugi, hanya saja katanya Pertamina tidak akan bangkrut. Dwi menyebut jika sepanjang periode Januari - Agustus 2015, Pertamina masih bisa membukukan total laba 840 juta dolar AS atau sekitar Rp11-12 triliun. “Jadi secara keseluruhan, kami masih untung,” ucapnya. Lalu, apakah keputusan seputar harga BBM akan dimasukkan dalam paket kebijakan ekonomi jilid 3 yang akan diumumkan Kamis nanti? Dwi Soetjipto mengatakan jika memang pemerintah melihat kebijakan itu masuk kategori yang berdampak jangka pendek, maka bisa saja diumumkan. “Nanti dilihat,” katanya sambil men tersenyum.((jpnn/ jpnn/men men))

Bermanja-manja dengan

ALL-NEW HILUX

A

GUNG Toyota tak ingin para konsumen hanya melihat dan meraba produk baru mereka, yaitu All-New Hilux, tapi langsung mengajak para calon konsumen menjajal ketangguhan dan kenyamanan mobil segmen truck di lintasan offroad di Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau, 4 Oktober 2015 lalu. Saat serimonial peluncuran, Regional Manager Agung Toyota Andik S Witjaksono ber-ucap singkat dan mengajak para konsumen me-nguji ketangguhan All New Hilux di medan berat. ‘’Kami ingin membuktikan bahwa Hilux sangat tangguh di medan ekstrim dan menantang. Hilux sangat mudah melahap semua track, bahkan EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> EK ONOMI EKONOMI yang paling ekstrim sekalipun. Tapi kami tidak mau semua hanya sekadar menyampaikan kata-kata, hari ini kami ingin semua mitra bahkan rekan-rekan media bisa merasakan langsung ketangguhannya,’’ kata Andik. Mereka yang hadir benar-benar antusias. Saat test driver pertama meluncur, banyak yang berdiri untuk melihatnya. Awak media juga dilibatkan langsung dalam test drive ini. Tapi jangan disangka muda dan dapat hak ekslusif. Tidak pandang bulu, semua yang hadir harus memegang nomor antrian dan harus mengenakan perlengkapan standar offroad seperti helm dan lainnya. Di tengah nomor antrean akhirnya awak media diselipkan. Berada dalam mobil All New

Hilux double cabin tipe V, mobil ini langsung digas habis sejak detik pertama begitu bendera garis start diangkat. Kebetulan yang mengemudi adalah pembalap rally berpengalaman. Begitu mobil ini terhempas dari atas panggung ke atas tanah kuning yang keras, sensasi pertama mobil ini langsung terasa. Sentakan gas pertama sangat mengejutkan, namun wartawan yang berada di posisi cabin, baris kedua tidak merasakan apa-apa selain empuknya kursi belakang itu. Dari bawah panggung, track lurus langsung dilalui dengan mulus. Penurunan tanjakan hampir seperti tidak ada hempasan. Bahkan ketika berada di salah satu track paling ekstrim, tikungan dengan kemiringan lebih 45 derajat, salah seorang wartawati masih bisa dengan santai menelpon. Manager Commercial Agung Toyota Made Pradana menjelaskan, Toyota All New Hilux mengalami perubahan tidak hanya pada tampilan saja, namun performanya dibuat sesempurna mungkin. Bahkan untuk model pikap barunya ini, Toyota menghadirkan varian baru, yaitu Hilux Extra Cabin. All New Hilux memang tampil stylish dengan grille yang lebih tegas dengan dua garis tebal berlapis krom pada varian tertinggi, seperti yang digunakan awak media sat test drive. Beberapa perubahan lain seperti spion yang dilengkapi dengan lampu sein LED, antena radio yang pindah ke depan dan juga dimensi kabin belakang lebih men luas.((rio rio//rpg/ rpg/men men))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> EK ONOMI EKONOMI

M

CEGAH PHK, GAS TURUN JUGA

ENKEU Bambang Brodjonegoro mem-PHK karyawan karena kerugian,” mengatakan, pemerintah kata Bambang di Hotel Shangri-La, tetap akan menjaga Jakarta 5 Oktober 2015 lalu. kelangsungan usaha dan mencegah Selain gas, mantan Wamenkeu itu terjadinya PHK yang salah satunya menuturkan, pihaknya telah adalah menurunkan harga gas bagi menugaskan Lembaga Pembiayaan industri. Ekspor Indonesia (LPEI) untuk Selain itu, lanjut Bambang, dalam memberikan bantuan kredit modal kerja jangka pendek, pemerintah juga akan bagi perusahaan-perusahaan eksportir “Di paket kebijakan 3, harga listrik BAMBANG BRODJONEGORO dalam lingkup UKM dengan bunga untuk industri sudah turun jadi kita rendah. Menteri Keuangan coba turunkan (harga) gas. Kita akan ‘’Ini kredit modal kerja yang kita gunakan perhitungan penerimaan negara dan berikan, supaya mereka tidak melakukan PHK. tidak akan menganggu pendanaan dari PGN Jadi kredit ekspansi atau jenis kredit lainnya. Dan (Perusahaan Gas Negara). Yang jelas untuk BBM, ini sudah ditindaklanjuti, karena ushda ada kita fokus ke harga gas diturunkan agar tidak beberapa perusahaan yang masuk list pemberian EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> EK ONOMI EKONOMI biaya,” katanya. Atas rencana penurunan harga gas, Presiden Direktur Pertamina Gas (Pertagas) Hendra Jaya menyebut harga gas untuk industri sebesar 8-11 dolar AS per MMBTU sudah pas. Itulah kenapa, kalau Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta penurunan sampai 4,5 dolar AS per MMBTU disebutnya sulit. “Beratlah. Di hulu sendiri, dari lapangan baru Tiung Biru saja 8 dolar AS per MMBTU harganya,” kata Hendra di gedung Kemenko Bidang Perekonomian. Kemarin, dia juga sudah menyampaikan hal itu kepada Menko Darmin Nasution. Selain itu, perbandingan bisnis gas internasional dengan Indonesia juga dipaparkan. Meski demikian, pihaknya menyerahkan

keputusan akhir kepada pemerintah. Setiap keputusan ada konsekuensinya, misalkan harga gas jadi diturunkan. “Berarti government take atau penerimaan untuk negara juga turun. Prinsipnya, bisnis kami buat orang banyak. Kalau ambil untung range-nya tetap memadai,” jelasnya. Pertagas tampaknya tidak akan terganggu kalau harga gas benar-benar diturunkan. Sebab, margin niaga yang umumnya mencapai 35-55 persen tidak berlaku di perusahaannya. “Pertagas di bawah itu. Kalau kurang, nggak akan pengaruhi keuntungan. Berpengaruh ke kinerja sedikit,” men katanya.((jpnn/ jpnn/men men))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


LINGKUNGAN

>> LINGK UNG AN LINGKUNG UNGAN

Asap, Mama Kasih dan Anaknya Mengungsi KEKERINGAN DAN ASAP TELAH MEMAKSA MAMA KASIH DAN ANAKNYA KELUAR DARI HABITAT. BEREBUT DENGAN MASYARAKAT MENCARI AIR MINUM DAN TEMPAT YANG LEBIH SELESA.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> LINGK UNG AN LINGKUNG UNGAN

M

ASUKNY A kedua individu ini cukup SUKNYA menggemparkan warga, di Dusun Pelansi, Desa Kuala Satong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, 22 September 2015 lalu, yang sedang berjibaku dengan kemarau dan ancaman asap dari lahan kering yang terbakar dan terpaksa ramai-ramai mengambil air di sumur yang masih ada air. Keduanya adalah orang urangutan Kalimantan betina dewasa dan anaknya berusia sekitar 7 tahun. Belakangan warga memberi nama Mama Kasih dan Kasih menurut pengakuan Humas Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang Heribertus Suciadi, agar mudah berinteraksi. “Keduanya tengah mencari air minum,” ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Ketapang, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan

Barat, Junaidi, baru-baru ini seperti dirilis oleh mongabay.co.id. Mama Kasih dan anaknya memang keluar dari kawasan tak jauh dari kebun warga, yaitu 700 meter saja. Sepertinya, pagi itu keduanya nyasar, setelah masih ke kebun warga, tidak bisa kembali kehutan. Sebab, kondisi hutan tempat tinggalnya selama ini sedang terbakar hebat, ditambah pula kanal yang membatasi habitan hutan tempat keduanya tinggal dengan kebun warga sudah lama kering. “Siang hari, saat kami tiba di lokasi, dua orangutan itu masih ada. Namun, agaknya keduanya tidak bisa kembali lagi ke hutan karena sudah dilalap api,” tambahnya. Junaidi lantas menghubungi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang, untuk melakukan strategi evakuasi.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> LINGK UNG AN LINGKUNG UNGAN Tim YIARI cepat bertindak. Karmele Sanchez, didampingi drh Ayu dan tenaga bantu lapangan, serta Staf Seksi Konservasi Wilayah III Ketapang, langsung bergegas ke lokasi. Menurut warga, hutan di dusun mereka itu sudah terbakar lima hari, sebelum kedua orangutan tersebut ditemukan. Di tempat itu pula, setahun lalu, YAIRI pernah menyelamatkan satu orangutan bernama Pelansi. “Selain ekspansi perkebunan kelapa sawit, kebakaran merupakan ancaman besar bagi orangutan yang sering mati

Dilepas: Mama Kasih dan Kasih diharapkan memperoleh habitat yang lebih baik di lokasi barunya. YIARI KETAPANG, KALBAR.

terbakar atau karena kelaparan,” tambahnya. Untuk ‘’berakrab’’ dengan Mama Kasih dan Kasih, perlu waktu satu jam, yaitu dengan menembakkan peluru bius ke orangutan dewasa. “Untuk menembak bius tidak sembarangan, harus hati-hati,” ujar Argito, koordinator lapangan YIARI. Dari hasil pemeriksaan diketahui bila Mama Kasih mengalami dehidrasi sehingga harus diberikan cairan infus. “Dia kelaparan dalam beberapa hari terakhir, mungkin belum makan atau minum sejak kebakaran terjadi,” kata drh Ayu koordinator tim medis YIARI, yang mengaku jika terlambat, maka keduanya tak bisa diselamatkan. Usai diperiksa, Mama Kasih diletakkan di kandang transport untuk kemudian dibawa ke hutan konservasi PT. Kayung Agro Lestari (PT. KAL). Selain karena dekat, hutan konservasi ini dipilih karena menyediakan cukap ruang gerak dan pakan bagi orangutan. Tim satuan tugas PT. KAL berkomitmen untuk terus memantau orangutan tersebut. “Kami berharap, kedua orangutan ini mendapat kesempatan hidup yang lebih baik di lokasi barunya,” kata Karmele Sanchez, Direktur Program YIARI. Tentu saja, penyelamatan Mama Kasih dan Kasih, memberikan gambaran betapa kondisi mereka rentan saat ini karena habitan yang terus berkurang. “Untuk menyelamatkan orangutan, kita tidak bisa bersandar pada kawasan konservasi semata, karena 70% lebih populasi orangutan berada di luar kawasan konservasi. Untuk itu pihak swasta – baik itu perkebunan sawit, HTI dan logging– pemerintah serta pemangku kepentingan harus lebih meningkatkan kerja sama,” jelas Tantyo (int Bangun, Ketua Umum YIARI.(int (int//men men))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> LINGK UNG AN LINGKUNG UNGAN

ORANGUTAN KALIMANTAN Pongo pygmaeus alias orangutan Kalimantan menurut catatan WWEF Indonesia, terdapat tiga sub-spesies yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang ditemukan di barat laut Borneo, Pongo pygmaeus wurmbii di Borneo bagian tengah, dan Pongo pygmaeus morio di timur laut Borneo. 2004, ilmuan memperkirakan total populasi orangutan di Pulau Kalimantan, termasuk wilayah Malaysia sekitar 54 ribu individu. Mama Kasih dan Kasih, adalah bagian dari komunitas orang utan yang terkena dampak daerah pembakaran lahan gambut, yang menurut catatan ilmuwan bahwa hutan dan lahan gambut merupakan pusat dari daerah jelajah orangutan, karena lebih banyak menghasilkan tanaman berbuah besar dibandingkan dengan hutan Dipterocarpaceae yang kering dan banyak mempunyai pohonpohon tinggi berkayu besar, seperti keruing.

hingga 1,5 m. Sementara jantan betina memiliki berat 30 - 50 kg dan tinggi 1 m. z Bagian tubuh seperti lengan yang panjang tidak hanya berfungsi untuk meraih makanan seperti buah-buahan, tetapi juga untuk berayun dari satu pohon ke pohon lainnya, menggunakan jangkauan dan kaki untuk pegangan yang kuat. z Pelipis seperti bantal yang dimiliki oleh orangutan Borneo jantan dewasa membuat wajah satwa ini terlihat lebih besar. Akan tetapi, tidak semua orangutan Borneo jantan dewasa memiliki pelipis seperti bantal. z Jakun yang dimiliki dapat digelembungkan untuk menghasilkan suara keras, yang digunakan untuk memanggil dan memberitahu keberadaan mereka.((wwf wwf//men men))

CIRI FISIK ORANGUTAN KALIMANTAN z Orangutan Borneo adalah bagian dari keluarga besar kera dan merupakan mamalia arboreal terbesar. z Satwa ini memiliki rambut panjang dan kusut berwarna merah gelap kecoklatan, dengan warna pada bagian wajah mulai dari merah muda, merah, hingga hitam. z Berat orangutan Borneo jantan dewasa bisa mencapai 50 hingga 90 kg dan tinggi badan 1,25

Evakuasi: Proses evakuasi Mama Kasih dan anaknya. FOTO YIARI KETAPANG, KALBAR

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> LINGK UNG AN LINGKUNG UNGAN

“Pengorbangan� Salim Kancil

untuk Pasir Lumajang

PERIS TIW A kelabu Sabtu (26/9/2015) lalu, sudah PERISTIW TIWA bisa dipastikan sebagai akhir dari perjuangan Salim Kancil (46). Bukan saja sebagai akhir perjuangan, tetapi menjadi torehan sejarah akhir hidupnya. Hidup Salim Kancil harus berakhir dengan sangat tragis di tangan sekelompok orang yang membantainya secara keji. Adalah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kabupaten di pesisir selatan Pulau Jawa ini mendadak terkenal ke seantero Indonesia karena peristiwa pembantaian Salim Kancil. Bersama rekannya Tosan, mendapatkan penganiayaan keji akibat perjuangan mereka menentang aktivitas penambangan pasir besi di Desa mereka, Selok Awar-Awar, Pasirian. Beruntung, saat kejadian yang berlangsung di Balai Desa nyawa Tosan masih bisa diselamatkan. Salim Kancil dan Tosan dikenal sebagai petani

yang peduli lingkungannya. Mereka adalah bagian dari petani yang dari awal bersuara lantang menolak penambangan pasir di desa mereka. Mereka menilai penambangan telah mengakibatkan kerusakan dan mengancam produksi pertanian warga, khususnya di Selok Awar-awar. Penolakan atas kegiatan penambangan pasir ini sebenarnya sudah sejak lama mereka lakukan. Mulai dari melakukan aksi di DPRD, melakukan pengaduan ke pemerintah daerah dan pusat. Namun belum ada tanggapan sama sekali. Menurut KontraS, yang terjadi sebaliknya warga di desa Selok Awar-awar ini diintimidasi oleh kepala desa dan kroni– kroninya, karena menolak penambangan di desanya. Kegiatan penambangan berawal di tahun 2014, ketika warga mendapat undangan dari kepala

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> LINGK UNG AN LINGKUNG UNGAN Lumajang. Hal ini pula yang mendorong dan membawa berkah berlimpah khususnya bahan galian golongan C seperti jenis pasir, batu, koral dan sirtu yang tak pernah habis dan berhenti mengalir. Potensi bahan Galian golongan C jumlahnya akan bertambah terus sesuai dengan kegiatan rutin Gunung Semeru yang mengeluarkan material kurang lebih satu juta meter kubik (M3) pertahun. Bukan saja kuantitasnya yang sangat desa untuk sosialisasi mengenai pembuatan kawasan wisata tepi pantai obyek wisata Watu Pecak. Namun hingga kini hasil sosialisasi tersebut belum pernah terealisasi. Yang terjadi justru maraknya pertambangan pasir di area tersebut. Penolakan terhadap tambang terus dilakukan oleh petani khususnya Desa Selok awar-awar. Petani merasa gerah karena sebagian lahannya dijadikan jalan perlintasan untuk truk pengangkut pasir. Rumah mereka pun banyak yang berkarat akibat terkena pasir pantai. Bagaimana bisa kejadian ini menimbulkan dampak begitu besar sampai harus tega membunuh seseorang? Ternyata, Lumajang, termasuk Desa Selok Awar Awar di Kecamatan Pasirian adalah daerah penghasil tambang pasir besi terbanyak dan terbaik di Indonesia. Hal ini seperti termuat dalam situs Pemerintah Kabupaten Lumajang. “Kabupaten Lumajang mempunyai potensi cadangan pasir besi paling luas di Indonesia. Demikian, menurut survei beberapa investor yang datang.� Ini merupakan data yang bersumber dari Bagian Ekonomi Kabupaten Lumajang. Besarnya potensi daerah ini tidak terlepas dari keberadaan Gunung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru, yang terletak di Kabupaten

besar, namun kualitasnya juga sangat baik dan terbaik di Jawa Timur. Berbagai penelitian menyimpulkan, unggulnya kualitas pasir gunung semeru karena kandungan tanah (lumpur) sedikit, butiran pasirnya standar serta warna dan daya rekatnya yang baik. Khusus pasir besi, area pasir yang mengandung zat besi itu bisa mencapai 60 ribu ha. Di samping rata-rata kadar besinya antara 30 hingga 40 persen. Areal tambang pasir besi membentang luas dan memanjang di pantai selatan. Kabupaten Lumajang kaya akan pasir besi ini lantaran pernah mendapat muntahan dari gunung Semeru.(.(.(ffopin a sinaga sinaga))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


KESEHATAN >> KE SEHA KESEHA SEHATTAN

Segera Bersihkan Racun dalam Tubuh Anda SETELAH TUBUH MULAI SANA-SINI, KITA MULAI RISAU. PIKIRAN UNTUK DIET PUN MULAI MUNCUL. JIKA PAKAIAN ANDA KOTOR, DAPAT BERSIH KEMBALI SETELAH DICUCI, NAMUN, JIKA ISI TUBUH YANG KOTOR, BAGAIMANA MEMBERSIHKANNYA, SEMENTARA ‘’LIMBAH’’ ALIAS MAKANAN MASUK TANPA HENTI.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> KE SEHA KESEHA SEHATTAN

INTERNET

J

IKA Anda mengalami ini, jangan takut, anda bisa melakukan detox (pembersihan racun, red) yang biasa dilakukan yaitu: refleksi diri, olahraga, sauna, nutrisi dan terapi manual. Namun, jika tidak cukup dengan lima poin itu, Anda bisa melakukan Diet detox, yaitu diet yang mengedepankan proses pembersihan tubuh dari racun dan dari zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh. Jadi, setelah tubuh Anda terdetox maka proses penurunan berat badan Anda pun akan berjalan lancar. Nutrisi bisa dibilang langkah pertama dan paling penting dalam mempromosikan kesehatan dan mendukung upaya tubuh untuk menghilangkan zat-zat berbahaya. Apa yang seseorang hindari saat makan sama pentingnya dengan apa yang termasuk dalam diet sehat. Berikut ini beberapa tips mendetox tubuh, seperti dilansir laman India Times, 4 Oktober 2015.

z Hindari aditif buatan, pewarna makanan, bahan kimia, pestisida dan lemak tidak sehat.

z Mengurangi kelebihan kalori (termasuk kurangi garam, lemak jenuh dan gula). z Hindari konsumsi daging, telur, alkohol, susu, gandum, kafein, coklat dan gula. Gula halus (putih, terutama sirup jagung tinggi fruktosa) dan pemanis terutama buatan seperti sakarin, aspartam dan Splenda (pemanis alami seperti madu, sirup maple dan molase). z Hindari alkohol, tembakau, kafein, rokok selama seminggu. z Disarankan untuk menghindari produk susu dan beralih ke susu kedelai / almond / susu beras, keju kedelai dan yogurt kedelai. Preferensi memasak sebaiknya mencakup sup, mengukus dan menumis. z Konsumsi makanan segar / beku / kering seperti sayuran, buah dan biji-bijian, jamur, beras merah, quinoa, gandum, oatmeal, millet, kacangkacangan. z Hindari pencemaran lingkungan. z Anda jangan sampai terhidrasi. z Gunakan rempah-rempah dan bumbu men jpnn/men men)) sehat.((fn fnyy/jpnn/

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> KE SEHA KESEHA SEHATTAN

JANGAN PERCAYA JANTUNG ANDA

BEGITU SAJA

INTERNET

J

ANTUNG memang pusat kehidupan, sehingga dia disebut dengan organ vital bagi manusia. Jika jantung bermasalah, maka akan merembet pada kerja tubuh yang lain, yang menyebabkan fatal bagi kehidupan manusia, yaitu bisa menggantu kesehatan atau mati. Makanya, penyakit jantung menjadi momok yang mengerikan bagi orang dewasa pada umumnya. Apalagi di zaman yang serba modern ini kita mungkin cukup mengabaikan pola hidup sehat, yang bisa menyerang jantung tanpa kita sadari. Berikut ini beberapa mitos keliru tentang penyakit jantung yang perlu Anda ketahui, seperti dilansir laman India Times, 1 Oktober 2015 lalu.

z MITOS: TERLALU MUDA UNTUK KHAWATIR TENTANG PENYAKIT JANTUNG Fakta: Dengan meningkatnya obesitas, diabetes tipe 2 dan faktor risiko lain, masalah jantung sekarang menjadi hal umum bahkan di usia muda.

z MITOS: TEKANAN DARAH TINGGI DILENGKAPI DENGAN TANDATANDA PERINGATAN Fakta: Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer. Pengobatan dini tekanan

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> KE SEHA KESEHA SEHATTAN

darah tinggi sangat penting karena jika tidak ditangani maka hal ini bisa menyebabkan serangan jantung, stroke dan masalah kesehatan serius lainnya.

z MITOS: NYERI DADA AKAN MENUNJUKKAN SESEORANG TERKENA SERANGAN JANTUNG

secara dramatis. Tetap jaga jantung Anda dengan melakukan kegiatan aktif, makan makanan yang bergizi dan mengadopsi gaya hidup yang lebih baik. Ketidakaktifan merupakan faktor risiko yang paling umum untuk penyakit jantung, jadi penting untuk tetap membuat diri Anda tetap aktif.

z MITOS: TIDAK PERLU MELAKUKAN CEK KOLESTEROL

Fakta: Gejala serangan jantung bisa datang secara tiba-tiba dengan gejala termasuk sesak napas, mual, merasa pusing, dan rasa sakit atau ketidaknyamanan di lengan, rahang, leher atau punggung dan nyeri dada.

z MITOS: PENYAKIT JANTUNG MERUPAKAN FAKTOR GENETIK Fakta: Meskipun mereka dengan riwayat keluarga memiliki penyakit jantung merupakan orang-orang yang berisiko tinggi terkena serangan jantung namun risiko bisa dikurangi

Fakta: Disarankan Anda mulai melakukan cek kolesterol Anda pada usia 20 tahun. Jika keluarga Anda memiliki sejarah penyakit jantung, Anda mungkin memiliki kadar kolesterol tinggi, sehingga INTERNET menempatkan Anda pada peningkatan risiko untuk mengembangkan men penyakit jantung saat dewasa.((jpnn/ jpnn/men men))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>>>>KE IP SEHA TEK KESEHA IPTEK SEHATTAN

Kamera Instan untuk

K

SELFIE

EGIA GIATTAN selfie mungkin tidak bisa terpisah dari kegiatan sehari-hari kita. Jika Anda ingin momen yang diabadikan dapat seketika tercetak sehingga bisa disimpan di album kenangan, Semua keinginan Anda tersebut nampaknya terjawab oleh produk ini. Fuji Film kali ini merilis sebuah kamera instant

yang dapat mencetak hasil foto Anda seketika. Adalah Fuji Film Instax Mini 70, kamera instan yang dikatakan memiliki kualitas gambar yang bersaing dengan kamera pada umumnya. Namun kendala saat pengambilan dengan kemera instan ini biasanya adalah kurangnya cahaya dan sulit untuk mengambil foto selfie.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> KE IP TEK SEHA KESEHA IPTEK SEHATTAN

Tapi tidak untuk kamera yang satu ini, karena Fuji Film Instax Mini 70 ini memiliki sensor otomatis yang dapat menghasilkan hasil foto lebih cerah, dengan mengkalkulasikan tingkat kecerahan di sekitar objek, dan mengatur exposure sesuai dengan kebutuhan cahaya yang diperlukan. Untuk memudahkan pengambilan foto selfie, kamera ini dibekali sebuah kaca di bagian depan, yang digunakan sebagai acuan dalam pengambilan foto. Sehingga tidak kesulitan lagi dalam ber-selfie-ria dengan kamera instan. Selain itu, Fuji Film Instax Mini 70 ini dibekali fitur smart

selfie untuk hasil selfie yang lebih optimal. Fuji Film Instax Mini 70 ini akan tersedia pada bulan November 2015 mendatang, dengan rentang harga sekitar 140 USD atau 2 juta rupiah. Sedangkan untuk film-nya, 20 lembar kertas foto diberi harga sekitar 300 ribu rupiah. Warna yang ada antara lain, canary yellow, moon white, dan riri r kkurnia urnia island blue.(.(riri urnia))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


PUAN

>> PU AN PUAN

Hijab Simpel, Lebih Supel HIJAB MAKIN DEKAT DENGAN KEHIDUPAN WANITA METROPOLIS. SAAT INI, MAKIN BANYAK WANITA METROPOLIS YANG BERKARIR DAN AKTIF MEMILIH BERHIJAB.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> PU AN PUAN

OUTFUTTENDS.COM

W

ALA UPUN mereka sibuk dengan ALAUPUN pekerjaan, mereka tetap dapat tampil cantik dan muslimah. Hal itu pula yang menggugah empat desainer, yaitu, Lia Afif, Alphiana, Yuyuk Nurmaisyah, dan Elok Reggae Napio untuk menciptakan busana muslim bagi wanita metropolis yang aktif. Keempatnya menampilkan kesan muslimah metropolis dengan karakter dan ciri khas masingmasing. Namun, mereka tetap menyertakan unsur etnik dan kekayaan dari creative fabric yang dapat mereka eksplorasi. Seperti, busana kasual santai rancangan Elok Reggae Napio yang terinspirasi dari wanita metropolis dan aktif, yakni, busana two piece yang dilengkapi dengan vest. Elok memilih celana kulot sebagai bawahan dan kemeja sebagai atasan untuk memberikan kesan santai dan aktif. Untuk detailnya, Elok

terinspirasi dari peri bunga dan mengaplikasikannya dalam bentuk sulam benang dengan motif bunga-bunga dan hewan pada atasan. “Saya sengaja membuat busana muslim yang simpel dan ceria. Potongannya sederhana, tidak terlalu banyak ornamaen, dan tidak banyak kombinasi warna serta bahan. Sehingga, busana itu nyaman digunakan, terkesan fresh, dan sesuai dengan kepribadian wanita metropolis,� terangnya, di sela-sela preview busana dalam rangka Moslem Fashion Festival 2015, di Royal Plaza, Surabaya, Jawa Timur, akhir September lalu. Tidak berbeda dengan rancangan Lia Afif, walaupun lebih banyak unsur dekoratif, potongan busana terusan dan tampilannya terkesan simpel dan ringan. Tidak banyak ornamen dan pencampuran warna yang membuat pakaian men terkesan berat dan glamor. ((men men))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


OPINI

>> OPINI

Berjamaah Melawan Asap

B

ANGSA ini terus bermetamarfosis menghiasi wajah televisi mewartakan upaya pemerintah mencari solusi. melintasi badai krisis multidimensi Gelontoran dana segar dalam jumlah dari masa kemasa. yang sangat besar dan fantastis belum bisa Musim pun berevolusi hingga mengatasi bencana hasil dari pembakaran memunculkan musim baru yang disebut hutan yang tidak bertanggung jawab. dengan musim banjir dan musim asap. Seolah-olah alam menyiratkan pesan Keduanya konsekwensi keserakahan “tidak semuanya bisa diukur dengan uang� manusia dalam mengeksploitasi alam. Sikap yang seharus dipahami oleh pemangku tamak dan rakus manusia menghantarkan kepentingan dan pemegang kebijakan hutan, kita sebagai bangsa yang tadinya beradab, JAYUS sehingga hutan yang merupakan aset kini terbelit asap. Dosen Ilmu Komunikasi Umri, bangsa jangan semena-mena digadaikan Ketika semuanya sudah kalut, Wakil Ketua Bidang Lingkungan kepada korporasi korporasi yang hanya kamuflase “alam tidak lagi bersahabat Hidup & Kesehatan Pemuda menciduk keuntungan semata di Bumi dengan kita� menjadi salah satu Muhammadiyah Riau. Melayu ini. pembenaran di atas ketidakberdayaan pemerintah dalam menangani bencana ini, alangkah mirisnya bangsa besar, tapi tidak ada rasa TEROR LAMA GAYA BARU tanggung jawab terhadap alam dan lingkungan. Bencana jerebu ini seharusnya jangan dipandang sebelah mata oleh pemerintah yang mengatakan bahwa BENCANA LINTAS GENERASI ini adalah belum dalam kondisi darurat. Jujur jujur, bencana asap bukanlah musibah baru Melihat fenomena bencana litas negara ini, NASA bagi masyarakat Riau dan Sumatera. Fenomena asap lembaga Antariksa Amerika Serikat memperingatkan yang mungkin lebih cocok disebut sebagai murka dan kebakaran hutan di Indoensia yang mengakibatkan laknat dari Tuhan Yang Maha Kuasa ini, sudah berjalan bencana jerubu di wilayah Asia Tenggara adalah delapan belas tahun lamanya. bencana terburuk sepanjang sejarah. Bencana ini merupakan warisan dari pemangku Menurut Ilmuan NASA Robert Field kebakaran yang kekuasaan yang melihat hutan itu sebagai dolar semata, terjadi di atas lahan gambut yang kaya karbon, membuat sehingga tidak memikirkan efek yang akan dipikul oleh api sangat sulit dihentikan, sehingga akan berpotensi anak cucu keturunannya nanti. mengirim jutaan ton emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Laknat Jerebu ini sudah menjadi bencana lintas Bahkan, kebakaran ini telah menghasilkan enam negara dan lintas generasi. Negara tetangga ikut ratus juta ton gas rumah kaca, setara dengan gas rumah menanggung dari dosa yang dilakukan oleh pemangku kaca yang dihasilkan Jerman dalam setahun. kekuasaan kita. Di satu sisi kerugian selalu merangkak naik ditaksir Rapat di kursi empuk dan berbagai simposium sudah sampai pada level 9 miliar dolar AS. EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> OPINI Melihat efeknya yang menjalar ke semua sektor kehidupan, tidak berlebihan bisa kita sebut bahwa bencana kebakaran hutan ini menimbulkan teror asap yang sangat masif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mulai dari kerugian ekonomi, ekosistem, budaya, politik bahkan sampai merenggut nyawa manusia baik di Provinsi Riau maupun di provinsi tetangga. Kalau kita melihat secara jernih, hasil dari keserakahan manusia dalam mengelola alam sudah menjadikan ancaman baru yang disebut dengan teror asap, sehingga sudah sepantasnya regulasi menempatkan korporsi dan perorangan yang terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum dikategorikan sebagai exra ordinary crime dengan sebutan “Teroris Asap”

PENGAKAN HUKUM Melihat kebelakang, pengakan hukum masih setengah hati, pada Juni lalu Pengadilan Negeri Bengkalis meloloskan PT NSP karena membakar hutan seluas tiga ribu hektare dari jeratan hukum berupa tuntutan Rp1 triliun menjadi hanya Rp2 miliar saja. Tentu saja ini menampar wajah penegakan hukum kita. Kita patut belajar dan mengapresiasi apa yang dilakukan oleh negara tentangga Singapura. Negeri singa tersebut menuntut perusahaan yang membakar hutan di Sumatera dan Kalimantan yang berkantor di Singapura dengan tuntutan yang sangat fantastis sebesar 100 ribu dolar per hari. Hanya berharap kepada penegakan hukum yang seadil-adilnya, bencana ini bisa teratasi. Pisau hukum sudah selayaknya bisa mengatasi masalah yang mendera bangsa dari tahun ketahun.

BERJAMAAH MELAWAN ASAP Merujuk kepada informasi BMKG (4/10), hospot di Pulau Sumatera sebanyak 1.199 titik yang terdiri dari 1045 di Sumatera Selatan, 35 di Lampung, 96 di Jambi dan 6 di Riau. Jumlah Hotspot ini sangat fluktuatif dari hari kehari.

Gelontoran Rupiah segar dan masifnya pemadaman api tidak membawa kabar yang menggairakan bagi masyarakat yang merindukan udara segar. Semestinya pemerintah jangan bertindak konvensional, parsial dan mainstrem dalam menangani masalah ini. Ego sektoral turut menambah warna-warni penanganan kabut asap ini. Selayaknya pihak terkait harus melihat bencana ini dengan frame yang sama dan terintegrasi multi sektoral sehingga menghasilkan policy yang benar-benar solutif dan aplikatif. Tidak saja mengerahkan kekuatan pasukan yang ada, akan tetapi pendekatan dan penyadaran masyarakat dan korporasi jauh lebih penting dari menurunkan bala tentara. Maka ungkapan “berjamaah melawan asap” adalah upaya untuk mengalang kekuatan dan merangkul semua sektor untuk menyelesaikan masalah yang mengancam kehidupan masa depan ummat. Bencana jerebu ini tidak lagi menjadi bencana negara melainkan sudah masuk dalam dimensi humanitas (kemanusiaan). Indonesia sebagai negara yang berdaulat, jangan “jual mahal” dan gengsi menerima uluran tangan negara tentangga yang notabenenya merupakan negeri serumpun, itu gunanya kita hidup dalam pergaulan negara tetangga sehingga apabila ada tetangga yang mendapatkan musibah, maka tetangga lainnya membantu meringan beban yang dialami oleh tetangga tersebut. Meskipun, uluran dan bantuan tetangga memang tidak ada yang “percuma”alias gratis melainkan ada konsekwensi logis di sebalik itu. Pada akhirnya, kita harus menggalakan “berjamaah melawan asap” tidak hanya dalam aspek pemadaman api akan tetapi juga “berjemaah menegakkan hukum” yang adil dengan cara memantau dan mewujudkan transfaransi dalam penegakan hukum, “Mari Berjamaah Melawan Asap...!!!”***

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


SENI BUDAYA

>> SENI BUD AYA BUDA

AGAR ADA YANG DIWARISKAN

UNTUK ANAK-CUCU

TIGA MATA BUDAYA PROVINSI RIAU TELAH DITETAPKAN SEBAGAI WARISAN BUDAYA TAK BENDA (WBTB) INDONESIA DI JAKARTA BEBERAPA WAKTU LALU OLEH KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INDONESIA. SEBUAH UPAYA MEWARISKAN BUDAYA UNTUK ANAK-CUCU.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD AYA BUDA

P

ROVINSI Riau melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang didampingi oleh beberapa budayawan Riau, semula mengajukan lima warisan budaya yang ada di Riau, yakni Pacu Jalur, Koba, Menumbai, Randai Kuantan dan Buong Kuayang. Namun hanya tiga yang berhasil ditetapkan sebagai WBTB Indonesia 2015 ini. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Riau, Kamsol, menyatakan, upaya yang telah dilakukan merupakan kerja sama antara instansi dan juga para pemikir budaya. Hal itu menjadi kebanggaan bersama, meskipun dari lima yang diusulkan, hanya tiga yang berhasil ditetapkan. Baginya, itu tidak menjadi masalah karena penetapan dan pengajuan itu bisa dilakukan setiap tahun. “Kita bisa mengajukan lagi kekayaan dan khasanah budaya tradisi kita yang tersebar di wilayah Riau ini tahun berikutnya,� ujarnya.

Tiga warisan budaya yang ditetapkan 2015 ini melengkapi satu warisan budaya yang ditetapkan sebelumnya yaitu Tenun Siak. Memang diakuinya, empat warisan budaya yang telah ditetapkan sebagai WBTB itu belum seberapa dibandingkan dengan kekayaan budaya tradisi yang dimiliki Riau. Untuk itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bersama budayawan Riau akan terus berupaya mengajukan ke kementrian setiap tahunnya. Dia menjelaskan, yang terpenting diperhatikan dan diupayakan bersama adalah syarat pengajuan untuk penetapan itu diantaranya seperti mengisi formulir, ada dokumentasi foto, dokumentasi film dan kemudian ada kajian akademis. “Nah, hambatan atau kendala kita saat ini adalah kajian tentang tradisi yang kita miliki masih kurang. Oleh karena itu, saya kira

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD AYA BUDA warisan budaya yang telah ditetapkan itu dapat diterima sebagai milik Riau dan diakui di tanah air. “Sebelum diputuskan ketiga warisan budaya milik Riau itu dipaparkan terlebih dahulu secara empiris dan data serta rekam jejaknya. Dengan ditetapkan sebagai WBTB tentu hal ini akan menambah khasanah warisan budaya Riau yang sudah menjadi warisan budaya nusantara secara umum. Sehingga dengan demikian tidak ada lagi yang bisa mengklaim warisan itu adalah budaya daerah atau negara lain, “ ucapnya. Dalam penetapan yang dilakukan di Hotel Millenium Jakarta itu, hadir Dirjen Kebudayaan Kemendikbud beserta anggota-anggota tim ahli, narasumber, dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata se- Indonesia, serta wakil-wakil pemangku kepentingan dari masing-masing provinsi. Sedangkan dari Provinsi Riau, hadir juga Kabid Nilai Budaya, Helmiwati Kadir, budayawan Al azhar, Taufik Ikram Jamil dan Yoserizal Zen. pekerjaan ini bisa kita lakukan bersama-sama melalui kawan-kawan di Fakultas Ilmu Budaya Unilak, FKIP Bahasa dan Sastra Unri, Sendratasik UIR, dan kawan-kawan di AKMR untuk sama-sama menggalakkan kajian seni tradisi itu. Tujuannya, kajian itu bisa terpakai dan digunakan untuk menyokong warisan budaya kita menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia,” paparnya. Hal lain yang menarik, warisan budaya yang dimiliki Riau diakui pihak kementrian memiliki kriteria yang unik. Kriteria yang dimaksud berkait dengan keunikan, kelangkaan, dan fungsinya sebagai pernyataan identitas masyarakat pendukungnya. Dalam sidang yang diikuti 34 provinsi di Indonesia dengan 121 WBTB lainnya yang menetapkan tiga mata budaya Provinsi Riau itu, tentu menjadi kebanggaan tersendiri karena

PENGAKUAN SECARA NASIONAL Budayawan Riau, Al azhar mengaku bersyukur dengan penetapan warisan budaya Riau menjadi WBTB Indonesia 2015. Menurutnya, ada dua keuntungan yang didapatkan, yakni keuntungan praktis dan tidak praktis. Keuntungan praktis yakni keuntungan yang secara tidak langsung menjadi upaya menjaga tradisi menjelang punah seperti Koba dan Menumbai. Keduanya terancam punah karena tinggal penutur atau pelakunya dua orang saja lagi. Sementara proses pewarisannya tidak berlangsung dengan baik sebab bagi dunia pendidikan hari ini dianggap tidak penting. “Sehingga tidak ada anak-anak kita yang mau belajar akan hal itu. Saya berharap, dengan ditetapkannya ia sebagai WBTB, sang guru atau

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD AYA BUDA maestro akan mendapat bekal untuk mencari dan melatih murid-muridnya melalui dana yang disediakan APBN. Dan bisa pula disusun programnya, bahwa pemerintah berkewajiban untuk membantu mempertahankan warisan yang telah ditetapkan atau mengembangkannya melalui guru-guru dan maestro tadi. Itu dia keuntungan praktis,” jelas Al azhar. Sedangkan keuntungan yang bersifat tidak praktis ialah bahwa warisan nenek moyang orang-orang di Riau itu dianggap memiliki kekuatan yang tidak hanya penting bagi pelaku atau pendukung warisan tetapi juga bagi Nusantara, tetapi juga adanya pengakuan nilainilai universal secara nasional. Kalau sebelumnya nilai lokal atau partikular, maka lewat kajian yang sudah dibuat, nilai-nilai universal itu tidak punah. Maknanya tidak lagi terkurung pada ruangan sempit di lokalnya saja, tetapi nilai-nilainya juga bergema atau diharapkan bisa mengilhami siapap pun di Nusantara ini. Dijelaskannya lagi, Riau memiliki kekayaan tradisi yang memang sudah seharusnya dilakukan upaya pelestarian. Koba, Pacu Jalur, dan Menumbai Petalangan adalah warisan Melayu di Riau yang penting dilestarikan untuk merawat kebhinekaan, bukan hanya secara nasional, tapi juga di kawasan setempat. Masing-masing mata budaya dari Riau itu memiliki “suara” yang khas dalam dinamika orkestrasi kebudayaan masa kini. Namun kepunahannya berada di depan mata. Seperti Koba di Rokan. Dianya terancam punah karena hanya tinggal tiga orang penutur atau pelaku untuk kawasan luas, hulu dan muara Sungai Rokan. Dalam kasus Menumbai pula, lanjut Al azhar, tidak jauh berbeda dengan Koba. Menumbai sekarang menjadi peristiwa yang langka. Ketika ditetapkan menjadi WBTB maka penetapan itu

seperti sudah memancangkan monumen atas kehancuran ekologi yang terjadi di Riau hari ini. “Bisa saja ke depan atau dengan penetapannya menjadi WBTB, kita bisa menginisiasi atau merestorasi rimba kepungan sialang itu lagi. Yakni rimba hutan yang di dalamnya ada pohon-pohon sialang, tidak monokultur, tempat di mana lebah-lebah itu menghasilkan madu. Madu yang dihasilkan adalah madu rimba. Nah, sebaiknya kita memulihkan suatu kawasan di lingkungan masyarakat Petalangan. Kita jadikan lagi rimba kepungan sialang, yang di dalamnya ada sejumlah pohon sialang tersebut. Di rimba kepungan sialang itulah semacam ‘museum’ yang mengekalkan keberadaan menumbai ini, “ ujarnya. Sedangkan pacu jalur, ujar lelaki kelahiran Rokan Hulu ini, hari ini orang sering memikirkan pacu jalur pada saat keramaian pestanya saja di dalam helat satu hari itu. Sesungguhnya, pacu jalur bukanlah iven olah raga semata, tapi merupakan hilir dari sebuah proses yang dalam setiap tahap proses itu merupakan ruang

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD AYA BUDA

ekspresi budaya masyarakat Kuantan Singingi. Hal itu kemudian dijelaskan, pada tahap awal di mana mencari kayu. Di sana, ekspresi budaya sudah muncul. Pengetahuan tradisional bermula di sana. Seorang dukun menentukan kayu yang baik yang dibayangkannya, sesudah menjadi jalur, jalurnya akan laju Kemudian pada proses berikutnya penebangan kayu, ada pula proses pegerjaan, yang kesemua itu menunjukkan semangat betobo, semangat kegotongroyongan yang terpelihara rapi sampai sekarang oleh masyarakat pendukungnya. Sudah jalur dihela, ada yang disebut melayur jalur, semacam mengasapi, mendiang dengan api; api di bawah, jalur di atas. “Nah itu, ketika orang menjaga jalurnya itu sembari menampilkan seni-seni setempat,” terangnya. Lalu, ketika membawa jalur untuk dibawa ke tempat berpacu, di sepanjang perjalana itu muncul seni rarak, gendang gong orang Kuantan yang dimainkan baik di dalam jalur yang dibawa atau di atas perahu yang mengaraknya menuju ke

hulu atau ke hilir, tempat perlombaan. “Oleh karena itu, Pacu Jalur merupakan sebuah simpul jaringan ekspresi-ekspresi tradisional masyarakat Kuatnan Singingi, hilir dari sebuah proses yang penuh dengan ekspresi kulutral. Pacu Jalur memang tidak terancam tapi kita perlu memikirkan ketersedian kayu, di tengah-tengah kehancuran ekologi kita,” jelasnya. Sementara itu dua di antara lima yang diusulkan pemerintah Provinsi Riau, tidak berhasil ditetapkan sebagai WBTB Indonesia. Menurut Al azhar, di samping ada beberapa hal yang merupakan bagian dari syarat itu tidak terpenuhi, juga terjadi kesalahpahaman. Seperti misalnya, Randai Kuantan yang dianggap oleh tim ahli sebagai milik Sumatera Barat. Padahal sesungguhnya tidak. Randai Minangkabau, menurutnya, entitas yang sangat jauh berbeda dengan entitas Randai Kuantan. Meski bernama sama tapi sesungguhnya keduanya itu entitas yang amat sangat berbeda. “Saya kira penjelasan ketika itu yang kurang memadai diberikan kepada tim ahli. Untuk tahun berikutnya, Randai Kuantan seharusnya diusulkan lagi,” ujarnya. Satu lagi warisan budaya yang diusulkan adalah Buong Kuayang. Tradisi tari yang dimiliki oleh Bonai (Rokan Hulu) ini juga ditangguhkan karena tidak melampirkan beberapa syarat yang dibutuhkan. Namun demikian, di samping ekspresi lain, Al azhar juga mengusulkan masih banyak khasanah budaya Riau yang seharusnya diusulkan untuk tahun berikutnya seperti tari zapin. Tradisi yang unik lainnya, yang tak ada di tempat lain di Nusantara ini, seperti Surat Kapal, syair yang ditulis menjelang kenduri nikah kawin dan dibacakan ketika pengantin menjelang je fr masuk bersanding. ((je jefr fryy al mala malayy/hbk hbk))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD AYA BUDA

>> C E R A N A UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010

TENTANG CAGAR BUDAYA Pas al 7766 asal (1) Pemeliharaan dilakukan dengan cara merawat Cagar Budaya untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan akibat pengaruh alam dan/atau perbuatan manusia. (2) Pemeliharaan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di lokasi asli atau di tempat lain, setelah lebih dahulu didokumentasikan secara lengkap. (3) Perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pembersihan, pengawetan, dan perbaikan atas kerusakan dengan memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan, dan/atau teknologi Cagar Budaya. (4) Perawatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berasal dari air harus dilakukan sejak proses pengangkatan sampai ke tempat penyimpanannya dengan tata cara khusus. (5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat mengangkat atau menempatkan juru pelihara untuk melakukan perawatan Cagar Budaya. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemeliharaan Cagar Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

LOKASIWISATA.INFO

Benteng Fort de Kock, Bukittinggi, Sumatera Barat, yang terpelihara dengan baik. EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>>>>SENI KOMUNIT BUD AAYAS OMUNITA BUDA

VIKING BUMI LANCANG KUNING

BENTENG YANG KUAT ADALAH

S

PERSAUDARAAN

UPOR TER adalah orang yang memberikan UPORTER dukungan atau sokongan dalam satu pertandingan, demikian Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikannya. Pengertian ini tidak merujuk pada pertandingan yang spesifik, namun keberadaan suporter pada kenyataannya begitu lekat dengan pertandingan olahraga. Suporter membuat pertandingan menjadi lebih berkesan dan dinamis. Bahkan tak jarang keberadaan suporter justru lebih menonjol dan menarik perhatian ketimbang pertandingannya sendiri. Dalam dunia olahraga sepakbola misalnya, keberadaan suporter menjadi sangat kental dengan fanatisme dari suporter yang mendukung sebuah klub liga dunia atau liga domestik. Peran suporter menjadi menarik kalau ditilik lebih jauh.

Sebab keberadaan suporter adalah salah satu pemicu semangat para pemain sepak bola untuk menguasai bahkan memenangkan suatu pertandingan. Meski pada kenyataannya, fanatisme dari suporter kerap menimbulkan kerusuhan usai pertandingan. Di Kota Pekanbaru, meski jauh dari kampung halaman yang dikenal dengan sebutan Kota Kembang, ada Viking Bumi Lancang Kuning (VBLK) sebagai pendukung setia klub Persib Bandung atau yang lebih dikenal dengan jargon Maung Bandung. Berdiri pada tanggal 10 Okotober 2014, VBLK telah memiliki anggota 200 orang lebih di tanah Melayu ini. Komunitas suporter pecahan Viking Bandung ini diketuai oleh Dimas Permana, Dedy H sebagai penasihat, Rudy Hafidz sebagai

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD AYA BUDA

KOMUNITAS

bendahara dan Dedek Rizal sebagai dokumentasi serta peran sentral yang menjabat sebagai panglima di VBLK dipegang oleh Depi. “Benteng yang kuat adalah persaudaraan,” ucap penasehat VBLK, Dedy H tentang motto VBLK, Rabu (7/10/2015). Berbicara dalam usia, VBLK masih tergolong muda untuk sebuah komunitas. Akan tetapi, dari motto VBLK, tak dapat disangkal bahwa dengan menjalin silaturahmi dan persaudaraan itu mereka dapat merekrut 200 orang lebih sebagai suporter Maung Bandung dari berbagai kalangan, baik itu mahasiswa, pekerja sampai anak sekolah. “Bahkan orang Pekanbaru pun ada yang bergabung dengan VBLK,” ujar Dimas Permana. Sebagai suporter yang fanatik dengan Persib Bandung, sejatinya untuk bergabung dengan VBLK sangat mudah. VBLK tidak menutup pintu bagi mereka yang ingin bergabung dengan VBLK. Hanya dengan membayar Rp100.000 calon VBLK sudah sah menjadi bagian dari VBLK dengan diberi kaos dan dua kartu tanda anggota (KTA) VBLK Pekanbaru dan satu lagi KTA VBLK pusat (Bandung, red). “Itu berlaku seumur hidup,” celetuk Dedek Rizal. Di samping itu, VBLK yang akan berusia satu tahun pada tanggal 10 Oktober 2015 juga

melakukan kegiatan bakti sosial. Semisal barubaru ini, mereka membagi-bagikan masker di tiga titik jalan yang ada di Kota Pekanbaru. Kegiatan ini tentu tidak lepas dari rasa kepedulian VBLK yang menetap bahkan merasakan dampak kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru. “Akibat kabut asap ini, aktivitas menjadi terganggu di berbagai sektor, baik itu di tingkat pendidikan, pekerjaan sampai kesehatan juga menjadi terganggu,” papar bendahara VBLK Rudy Hafidz. Menurut Hafidz, bencana kabut asap yang terjadi di Kota Pekanbaru dikarenakan minimnya pengawasan pemerintah terhadap pelaku pembakaran lahan dan hutan sehingga kerugian besar terjadi di berbagai sektor. Namun demikian, VBLK berharap bencana yang menimpa Riau ini dapat segera teratasi dengan cara pemerintah pusat, lebih tepatnya Presiden RI, Joko Widodo turun ke lapangan seperti apa yang pernah dilakukan presiden sebelumnya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang menginstruksikan kepada perangkat pemerintah untuk memadamkan api secepat dapat. Sebagai pendukung Persib Bandung yang peduli dan menetap di Pekanbaru, VBLK juga memiliki harapan liga super Indonesia kembali menggema di Nusantara, meski pada kenyataannya PSSI sedang dibekukan oleh Menpora. “Apa yang dilakukan Menpora semoga menjadi pilihan terbaik. Kami sebagai suporter hanya memiliki keinginan agar liga di Indonesia bisa kami saksikan kembali dan berharap sepak bola di Indonesia semakin maju, baik secara klub atau PSSI itu sendiri,” kata Hafidz mengakhiri anju mahendr pembicaraan.(.(.(anju mahendraa) Bagi kkomunit omunit as yyang ang ingin ttampil ampil di omunitas Majalah Riau PPoos, silak an kirim email kkee silakan majalah_riaupo s@y ahoo majalah_riaupos@y s@yahoo ahoo..com.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD AYA BUDA

BUNGA ZAINAL

DIET, BUKAN OPERASI PLASTIK B

UNG A Zainal kini tengah menjadi sorotan garaUNGA gara wajahnya yang terlihat berubah drastis. Bila dulu ia dikenal sebagai si cantik berpipi chubby, kini wajah Bunga terlihat lebih tirus dan terkesan lebih oriental. Tak ayal lagi, banyak yang menuding aktris 28 tahun tersebut sudah menjalani operasi plastik. Mengenai hal ini, Bunga pun langsung membantahnya. “Yang tahu aku langsung dari zaman dulu memang berubah, mungkin sekarang aku lebih putih, aku lebih kurus. Aku tidak operasi plastik untuk saat ini, tapi mungkin ketika aku udah 40 atau 50 tahun, why not? Nggak ada salahnya.” Ujarnya Ia mengungkapkan, selama ini ia hanya menjalani diet dan mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat. Berkat usahanya itulah bobot Bunga turun drastis hingga belasan kilo. “Kalau kamu diet, makannya yang sehat, makannya buah dan yang penting bukan sampah lah, itu mempengaruhi banget. Kenapa pipi aku bisa kurus? Kamu bayangin, aku kurus sampai turun 15 kilo. Kalau kamu kurus, otomatis semuanya jadi mengecil,” paparnya Bunga sendiri tidak terlalu ambil pusing dengan anggapan orang yang mengatakan bahwa ia melakukan oplas. Ia pun mengingatkan para wanita yang sedang berdiet untuk tetap berusaha dan sabar karena penampilan yang sempurna memang tidak bisa didapat secara instan. “Gue denger hujatan kayak gitu nggak mau ambil pusing. Sabar sih, proses kayak gini nggak instan. Kalau yang ngikutin jalan aku perawatan kayak gini, gue udah 5 tahun lho baru kelihatan hasilnya,” kata pemeran urnia sinetron Perawan Desa ini. (riri r kkurnia urnia)) EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015

FOTO KAPANLAGI.COM


>> SENI BUD FILM BUDAAYA

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> SENI BUD >> FILM AYA BUDA

KETIKA SERBUAN ALIEN

ANCAM KEPUNAHAN MANUSIA

F

ILM tentang alien memang sudah sering diproduksi oleh perfilman Hollywood. Dan kali ini Columbia Pictures akan mempersembahkan film bertema alien berjudul The 5th Wave. Cerita film The 5th Wave diangkat dari sebuah novel karangan Rick Yancey berjudul sama yang diterbitkan pada tahun 2013 lalu. Film ini menceritakan tentang invasi sekelompok alien ke bumi yang dilakukan dalam lima gelombang. Film ini disutradarai oleh J Blakeson yang naskahnya ditulis oleh Susannah Grant ini akan dirilis perdana pada 15 Januari 2016 mendatang. Film tersebut dibintangi oleh aktris muda berusia 18 tahun, ChloĂŤ Grace Moretz dan aktor Liev Schreiber, pemeran Victor Creed dalam film X-Men

Origins : Wolverin. Film ini akan mengisahkan tentang penyerangan alien yang dilakukan dalam lima gelombang. Gelombang pertama akan mematikan listrik secara permanen. Semua listrik di Bumi akan padam, begitu juga dengan semua peralatan elektronik. Gelombang kedua adalah sebuah gelombang laut raksasa yang akan membunuh seluruh manusia yang berada di pesisir. Gelombang ketiga akan ada sebuah wabah penyakit yang disebabkan oleh burung hingga hanya beberapa orang saja yang bertahan hidup. Gelombang keempat, tubuh manusia akan dikendalikan oleh otak alien. Dan apa yang akan terjadi pada gelombang kelima? Hal itu juga yang

FOTO INTERNET

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> FILM SENI BUD AYA BUDA

DATA DDAN AN FFAK AK AKTTA Sutr adar utradar adaraa : J Blakeson Pr odus er : Graham King, Tobey Maguire, Lynn Harris, Produs oduser Matthew Plouffe Penulis Nask ah : Susannah Grant Naskah Genr Genree : Fiksi Ilmiah, Thriller Tanggal Rilis PPer er dana : 15 Januari 2016 erdana Studio : Columbia Pictures

FOTO: INTERNET

tengah dicari oleh Cassie Sullivan (ChloĂŤ Grace Moretz). Saat dia pergi untuk mencari adiknya, Cassie bertemu dengan seorang anak yang aneh dan misterius bernama Evan Walker. Ketika Cassie mulai mencari tahu semakin dalam tentang Evan, justru dia semakin dekat dengan rahasia dari gelombang kelima. Penasaran? Silakan nonton urnia filmnya... (riri r kkurnia urnia))

Pemer an: emeran: ChloĂŤ Grace Moretz sebagai Cassie Sullivan Liev Schreiber sebagai Colonel Vosch Maika Monroe sebagai Ringer Nick Robinson sebagai Ben Parish Maria Bello sebagai Sergeant Reznik Maggie Siff sebagai Lisa Sullivan Ron Livingston sebagai Oliver Sullivan Alex Roe sebagai Evan Walker Marc John Jefferies Tony Revolori sebagai Dumbo Nadji Jeter sebagai Poundcake Kelly Rose sebagai korban karantina Terry Serpico sebagai Hutchfield Talitha Bateman sebagai Teacup Alex MacNicoll sebagai Flintstone

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


WAWANCARA

>> SENI BUD AYA BUDA

EKA KURNIAWAN

SETELAH 13 TAHUN, KARYANYA DITERBITKAN DALAM

Tujuh Bahasa

EKA KURNIAWAN MENJAWAB WAWANCARA INI LEWAT EMAIL DARI SEATTLE, AMERIKA SERIKAT, RABU (16/9/2015). DI SANA IA MEWAKILI PENULIS ASIA MENJADI PEMBICARA DI SEBUAH PERHELATAN ASIA TALK DI SEATTLE ASIAN ART. DI SANA IA BERTEMU PENGARANG JUGA IDOLANYA: SALMAN RUSHDIE. BELUM BERSELANG LAMA, IA MENGHADIRI BRISBANE WRITERS FESTIVAL DI AUSTRALIA. PENGARANG KELAHIRAN TASIKMALAYA, 28 NOVEMBER 1975 INI, KINI BENAR-BENAR TAK TERHENTIKAN UNTUK MEMASUKI PERGAULAN SASTRA DUNIA.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> W SENI AWANC BUD AR AYAA ANCAR BUDA ARA

T

IG A belas tahun setelah terbit novel IGA pertamanya Cantik Itu Luka, tahun ini buku itu sudah diterjemahkan dan diterbitkan tujuh bahasa, terakhir ke dalam Bahasa Swedia, dan disambut dengan hujan pujian dari jurnal sastra dan reviewer ternama. Terjemahan novelnya yang lain Lelaki Harimau, juga telah terpajang di toko-toko buku luar negeri.. Bukubuku itulah yang kini membawa ayah satu anak ini mengglobal. Pemikiran-pemikirannya bisa diikuti di blognya Eka Kurniawan Journal (ekakurniawan.com). Hasan Aspahani memawancarainya untuk RPG Newsroom. Berikut petikannya: Saya kkutip utip SSap ap ar di: kit ar ar ena apar ardi: kitaa bic bicar araa kkar arena mendengar dan kit ar ena membac a. kitaa menulis kkar arena membaca. Pilihan at au riw atau riwaayat membac membacaa Anda unik. Anda membac ahap ent membacaa Abdullah Har Harahap ahap.. Dan ttent entuu Pr amoedy a. KKombinasi ombinasi yyang ang ““ganjil”. ganjil”. Anda Pramoedy amoedya. membac ar ar as tr membacaa kkar aryya-k a-kar aryya ssas astr traa klasik dunia dan akhir yyang ang belum ada no novvel-no el-novvel mut mutakhir terjemahann sia. Anda erjemahannyya dalam bahas bahasaa Indone Indonesia. ingin membe an diri ssebagai ebagai pembac a, kkat at membessark arkan pembaca, ataa ar an Mansur Anda dalam w waawanc ancar araa dengan M AAan Mansur.. Tapi itituu juga unt an Anda ssebagai ebagai uk membe arkan untuk membessark pengar ang akhirn an pengarang akhirnyya, buk bukan an?? Sejujurnya, waktu kecil dan remaja saya tak punya impian menjadi penulis. Seperti kebanyakan anak muda masa itu, saya lebih tertarik menjadi anak band (saya mendengarkan Nirvana, Pearl Jam, Guns N’ Roses, bahkan bandband tua macam The Rolling Stones, Rush, Led Zeppelin). Saya pergi ke Yogya, awalnya karena ikut teman dan berpikir ingin main musik di sana (tentu tidak saya lanjutkan setelah sadar bakat musik saya payah). Tapi di sisi lain, saya senang membaca. Sejak kecil saya membaca apa saja, dan tak punya gambaran bahwa buku ini dan

buku itu berbeda (sekolah tak mengajari saya itu). Jadi ketika saya membaca Abdullah Harahap, saya hanya berpikir ceritanya seru dan saya menikmatinya. Ketika kuliah dan menghabiskan banyak waktu di perpustakaan, karena kebetulan bisa bahasa Inggris, saya baca Gogol, Melville, Hamsun, Marquez, Dostoyevsky, sesederhana karena mereka menulis novel dan ceritanya seru. Bayangan tentang sastra “serius” dan barangkali “tidak serius” baru muncul setelah setengah jalan kuliah. Saya mulai bergaul dengan anak-anak sastra, mulai membaca koran di hari Minggu di mana ada cerpen. Ketika saya mulai berpikir ingin menjadi penulis, baik Abdullah Harahap, Kho Ping Hoo, Pramoedya, bahkan Gogol, Cervantes, juga Barbara Cartland, komik Jepang, sudah terlalu tertanam di kepala saya. Itu sesuatu yang tak terduga, tapi pada akhirnya saya ambil sebagai bagian dari hidup dan kesusastraan saya. Membaca tak pernah gagal membuat saya terhibur, dalam kategori hedonistik maupun intelektual. Dan saya pikir,

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> >> SENI WAWANC BUD AR AYA ANCAR BUDA ARA salah satu cara agar saya tetap membaca adalah dengan menjadi penulis. Tent ang TThe he Gue at entang Guesst CCat at,, Anda menulis: Tak ashi Hir aide aslin eor ang pen akashi Hiraide aslinyya sseor eorang penyyair air.. SSaaya belum membac api yyakin akin ia pen membacaa puisin puisinyya, ttapi penyyair yang hebat ebab han ang bagus hebat,, ssebab hanyya pen penyyair yyang bis eper ti ini. AAdalah dalah Goena wan bisaa menulis no novvel sseper eperti Goenaw Mohammad yyang ang bilang, “pen ang baik “penyyair yyang adalah penulis eessai yyang ang baik ”. BBagaimana agaimana Anda baik”. melihat ssaling aling mengait ant ar sisi-po sisi ititu: u: antar araa po posisi-po sisi-posisi ont ek penulis pr proosa, pen penyyair air,, eessais ais,, dalam kkont ontek menghasilk an kkar ar as tr ang bagus menghasilkan aryya ssas astr traa yyang bagus.. Saya selalu kagum kepada para penyair. Sebelum menulis cerpen dan novel, saya ingin menjadi penyair. Saya mengubur impian itu

karena dua hal. Pertama, dulu saya berpikir menjadi penyair berarti harus siap membacakan puisi di depan orang. Saya tak sanggup memikirkan itu. Saya tak terlalu suka berada di depan umum. Kedua, ini alasan yang lebih serius. Saya membaca puisi-puisi Chairil Anwar, dan saya tak percaya saya bisa menulis puisi sebagus dia. Tak ada harapan, lebih baik saya tak menulis puisi. Tapi kecintaan saya kepada puisi tak pernah padam, dan pada akhirnya saya sering membayangkan bahwa prosa yang baik, novel terutama, haruslah sejenis puisi. Bayangkan peristiwa-peristiwa di dalam novel, disusun sedemikian rupa, seperti kata-kata disusun dalam baris-baris puisi. Saya sering melihat novel dengan cara seperti itu. Sejenis permainan yang serius (seperti umumnya puisi). Setiap peristiwa memiliki makna, susunannya memiliki arti, bahkan panjang-pendeknya dihitung secara cermat. (Kundera membayangkan novel seperti komposisi musik, yang saya rasa maksudnya tak jauh dengan bayangan saya tentang puisi.) Seorang penyair pasti punya kepekaan itu. Tantangannya hanya pada bentuk. Orang sering berpikir menulis prosa berarti berpanjangpanjang. Tidak. Menulis prosa seperti menulis puisi, dengan peristiwa-peristiwa sebagai katakata. Plot sebagai komposisi. Tapi tentu saja itu prosa ideal dalam benak saya, prosa yang dibangun dengan pikiran seorang penyair, yang diam-diam saya selalu berharap merupakan salah satunya. Saya melihat ada per an agen nask ah dalam peran naskah “indus tri” ssas as tr agaimana Anda bis “industri” astr traa dunia. BBagaimana bisaa menemuk an pint ana as an menemukan pintuu masuk kkee ssana ana?? AAppa rras asan anyya setelah ber ada di ssana ana agaimana Anda berada ana?? BBagaimana sek ar ang dari ““ssana” melihat dunia kkepenulis epenulis an ekar arang epenulisan

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> W SENI AWANC BUD AR AYAA ANCAR BUDA ARA di ttanah anah air kit kitaa? Sebenarnya saya memiliki “agen naskah� belakangan saja, setelah kedua novel awal saya terjual kurang-lebih ke tujuh bahasa. Sebagian besar bisa dibilang kebetulan: ada penerjemah yang tertarik, versi terjemahannya memperoleh sejenis beasiswa atau penghargaan, lalu penerbit tertarik. Setelah satu penerbit tertarik, penerbit di bahasa lain penasaran dan mencoba membaca draft-nya (para penerbit ini biasanya saling memperlihatkan naskah yang mereka punya, karena mereka yakin, semakin penulisnya dikenal di mana-mana, semakin baik untuk mereka). Beberapa penerbit suka dan membeli hak terjemahannya. Awalnya sangat merepotkan berhubungan dengan mereka satu per satu, bernegosiasi, dan lain sebagainya. Ketika saya punya “agen naskah� (saya ditangani Pontas Agency, yang berkantor di Barcelona), segalanya menjadi lebih mudah. Mereka memiliki banyak hubungan dengan penerbit di banyak negara. Mereka bahkan bisa berhubungan dengan beberapa penerbit sekaligus di satu negara, membujuk mereka, bernegosiasi, dan menemukan yang paling cocok. Melihat kembali kesusastraan kita, saya rasa apa yang terjadi pada saya hampir sama terjadi pada banyak penulis yang karyanya diterjemahkan ke bahasa lain: kebetulan. Seandainya kita punya sistem yang lebih baik, barangkali saya tak perlu menunggu 13 tahun.

Penulis-penulis seumuran saya di negara lain (tengok Andres Neuman dari Argentina, Juan Gabriel Vasquez dari Kolombia, atau Alejandro Zabra dari Chile, mereka hanya butuh 3-4 tahun untuk diterbitkan dalam bahasa Inggris, karena bahasa Spanyol mereka relatif seperti pintu terbuka untuk industri buku Amerika/Inggris). Kita harus mengganti faktor kebetulan ini dengan sistem yang baik. Misalnya membuat akses yang mudah untuk para penerjemah membaca keragaman karya sastra kita (saya perlu 10 tahun sebelum Annie Tucker membaca Cantik Itu Luka; entah apa yang terjadi jika ia tak ke Indonesia dan tak ke toko buku lalu membeli novel itu), membuat mudah ketika mereka tertarik menerjemahkannya, dan selebihnya karya itu akan bicara kepada agensi naskah atau bahkan para editor di penerbit-penerbit luar. Kita tak mungkin menembus mereka tanpa penerjemah (yang baik). Bagaimana Anda berk omunik asi dengan berkomunik omunikasi penerjemah-penerjamah buk bukuu Anda Anda?? Anda terlibatk ah dalam pr erlibatkah prooses penerjemahan itituu? Sec ar enalk ank ah dengan ecar araa pribadi Anda diperk diperkenalk enalkank ankah penerjemah-penerjemah Anda Anda?? Tentu saja saya terus berkomunikasi dengan penerjemah saya. Khusus untuk terjemahan bahasa Inggris, saya bahkan memilih sendiri (atau kenal lebih dulu) dengan penerjemahnya sebelum mereka berhubungan dengan penerbit.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> >> SENI WAWANC BUD AR AYA ANCAR BUDA ARA Saya rasa sangat penting untuk berkomunikasi dengan penerjemah. Seorang teman mengingatkan saya untuk menjaga baik-baik kualitas terjemahan. Sejujurnya saya hanya bisa mengiringi proses penerjemahan dalam bahasa Inggris, itu pun dengan kemampuan bahasa Inggris saya yang biasa-biasa saja. Meskipun begitu, di kasus terjemahan ke bahasa lain, saya selalu meminta ke penerbit untuk memperkenalkan penerjemah yang mereka pilih kepada saya. Saya secara khusus bicara dengan para penerjemah ini, meyakinkan mereka, jika ada sesuatu yang mereka ragu, mereka bisa menghubungi saya kapan saja. Itu membantu mereka, dan membantu saya setidaknya untuk mengetahui di mana problem-problem mereka. Melihat wila eluyur an Anda yyang ang makin wilayyah kkeluyur eluyuran liar akin ttak ak lagi ada mas alah liar,, Anda ssaaya yyakin masalah dengan bahas a. AAppak ah Anda men yiapk an diri bahasa. akah menyiapk yiapkan ahas aja yyang ang Anda unt uk itituu? BBahas untuk ahasaa asing ap apaa ssaja kuas ai? Anda ak an tteetap menulis dalam bahas uasai? akan bahasaa Indone sia Indonesia sia?? Sejujurnya saya tak menyiapkan diri untuk seperti ini. Tentu saja ketika pertama kali memutuskan untuk menjadi penulis, untuk menulis novel, saya ingin menulis novel yang bagus. Itu terjadi di akhir 90an, tak lama setelah Soeharto jatuh. Kami bisa kembali kuliah, kelas dibuka lagi, dan saya kembali menghabiskan waktu di perpustakaan kampus. Saya baru saja memutuskan untuk menjadi penulis, tapi belum tahu bagaimana memulainya. Saya duduk di ruang baca (ada bagian di perpustakaan UGM yang disebut “American Studies�), memandangi satu rak yang penuh dengan buku-buku klasik karya Gogol, Melvile, Dostoyevsky, Cervantes, Flaubert. Mungkin saya naif, tapi saya bilang pada diri sendiri, “Ingin menulis novel seperti mereka.�

(Sampai sekarang saya selalu senang kembali ke karya-karya klasik). Tapi saya tak pernah membayangkan ketika menjadi penulis, apalagi setelah diterjemahkan, saya akan diundang ke beberapa negara, bicara di depan pembaca asing, diwawancarai media asing. Itu tak terjadi di Indonesia, setidaknya dalam kasus saya, sehingga saya tak memikirkan itu. Boro-boro ada persiapan. Saya mahir membaca dalam bahasa Inggris, karena saya terbiasa membaca buku dalam bahasa itu sejak lama, tapi tak terlalu biasa bicara. Sekarang saya terpaksa melakukannya. Dan itu satu-satunya bahasa asing yang saya bisa pergunakan. Dan ya, tentu saja saya akan tetap menulis dalam bahasa Indonesia. Saya hanya menulis dalam bahasa Inggris untuk surel dan sedikit wawancara. Untuk menulis cerpen, novel, saya akan tetap menulis dalam bahasa Indonesia. Pertama karena saya menyukainya, kedua karena hanya bahasa itu yang saya percaya untuk menerjemahkan gagasan saya, ketiga, setelah bertemu beberapa penulis asing, sangat membanggakan bahwa kita memiliki bahasa nasional sendiri. Apa kkabar abar tteman-t eman-t eman sseper eper guruan Anda eman-teman eperguruan Anda?? Mer ek as an Merek ekaa mer meras asaa Anda tinggalk tinggalkan an?? Menulis adalah pek erjaan ssolit olit er api sseper eper ti Anda ttulis ulis di pekerjaan oliter er,, ttapi eperti Journal Anda, penting juga per an kkomunit omunit as peran omunitas seper ti itituu unt uk menduk ung perk embangan eperti untuk mendukung perkembangan seor ang penulis eorang penulis.. Saya tak tahu apa perasaan teman-teman

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> W SENI AWANC BUD AR AYAA ANCAR BUDA ARA saya. Saya tak mungkin datang ke mereka dan bertanya, “Bagaimana perasaanmu?” Saya masih berhubungan dengan mereka, meskipun akhirakhir ini saya lebih banyak di rumah dan mengasuh anak (saya rasa itu juga terjadi pada teman-teman saya). Bagaimanapun saya selalu bersyukur bagian dari pertemanan ini. Menulis pekerjaan soliter, tapi kesendirian itu jadi tertanggungkan ketika menyadari ada orangorang yang kita suka, kita percaya, bahkan kita sayangi, di sekitar kita. Sekali lagi, apa yang terjadi pada saya banyak kebetulannya. Saya selalu berpikir teman-teman saya jauh lebih berbakat. Dalam beberapa kesempatan, di Australia maupun Amerika, saya selalu menyebut beberapa nama. Saya selalu bilang, ini hanya masalah waktu kalian mengenal kesusastraan Indonesia lebih baik. Generasi penulis kami yang lebih muda akan datang. Penulis seperti Ugoran Prasad, Intan Paramaditha, Gunawan Maryanto atau Puthut EA lebih muda dari saya. Gabriel Garcia Marquez menerbitkan Cien Anos de Soledad (Seratus Tahun Kesunyian) pada umur 40, dan baru terbit dalam bahasa asing tiga tahun kemudian. Generasi saya masih punya beberapa tahun sebelum 40, dan saya yakin mereka mampu menulis sebagus itu. Saya yakin dunia harus menemukan mereka. Jika saya bisa membuka pintu untuk mereka, saya ingin melakukannya. Beberapa waktu lalu saya membujuk Janet, pemilik Ubud Writers and Readers Festival agar mendatangkan Barbara Epler (presiden dan editor New Directions, penerbit saya di Amerika) ke Ubud, saya juga membujuk Barbara agar bisa datang. Jika tak ada halangan, ia akan datang ke Ubud bulan Oktober ini. Saya tak bisa menjanjikan apa-apa, tapi itu bisa menjadi kesempatan bagi para penulis kita untuk

mendengar suara atau sudut pandang dari penerbit asing, dan Barbara barangkali bisa melihat karya-karya dan para penulis kita di sini. Siapa tahu? Saya memperoleh banyak kesempatan karena orang lain (Benedict Anderson dan Tariq Ali banyak membantu saya), dan saya akan senang jika bisa memberi kesempatan yang sama kepada orang lain. Is eng, nih, ssaaya lihat di Journal-mu, ssemua emua Iseng, po ep anjang ap apun isin elalu posstingan ssep epanjang apapun isinyya, sselalu dit ampilk an ssat at ar agr af ssaja. aja. Mengap ditampilk ampilkan atuu ppar aragr agraf Mengapaa? Pertama, awalnya jurnal-jurnal itu ditulis dalam sekali duduk, di program “TextEdit” (saya mempergunakan MacBook. Di komputer berbasis Windows, jika saya tak salah ingat, sejenis program “Notepad”). Program itu nyaris tak mengenal format, saya mempergunakannya karena ringan dan mudah dibuka. Jadi saya menulis saja mengalir, tak terlalu menghiraukan pemenggalan paragraf. Meskipun tidak selalu, saya masih sering menulis di program itu sampai sekarang, sebelum memindahkannya ke situs web. Kedua, sebagaimana kita tahu kita membangun satu paragraf dengan asumsi ada satu pokok pikiran tertentu di sana, saya membayangkan jurnal saya memang sebagai satu pokok pikiran ringkas. Tentu kadang-kadang berbelok ke sana-kemari, sedikit menyimpang, tapi umumnya hanya satu pokok pikiran ringkas. Saya pikir menampilkannya dalam satu badan paragraf membuat saya melatih diri dengan pokok pikiran tunggal ini agar tidak melenceng ke mana-mana. Ketiga, lagipula siapa yang mengharuskan menulis berparagraf-paragraf? Ada masa ketika manusia menulis tanpa paragraf, tanpa tanda baca, bahkan tanpa spasi! Pembaca toh bisa membangun paragraf-paragraf imajiner mereka sendiri.***

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


OLAHRAGA

>> OLAHRAGA

GARETH BALE

Terbaik Wales 2015 SAAT INI SIAPA PEMAIN TERBAIK DI WALES? MENANJAKNNYA PRESTASI TIMNAS WALES DIKARENAKAN MEREKA MEMILIKI BANYAK PEMAIN YANG MENONJOL DI KLUB MASING-MASING. DUA DI ANTARANYA ADALAH GARETH BALE (REAL MADRID) DAN AARON RAMSEY (ARSENAL). KINI, KARENA KONTRIBUSI VITAL KEDUANYA PLUS PEMAINPEMAIN LAINNYA, WALES SELANGKAH LAGI LOLOS KE PUTARAN FINAL PIALA EROPA 2016.

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> OLAHRAGA

FOTO INTERNET

N

AMUN AMUN, nampaknya Ramsey harus berbesar hati karena yang kemudian ditahbiskan menjadi Pemain Terbaik Wales 2015 adalah Bale. Dan ternyata, ini merupakan kali kelima Bale mendapat penghargaan sarat gengsi tersebut. Selain itu, bintang 26 tahun itu juga ditahbiskan sebagai pemain terbaik versi pemain dan fans Wales. Hal itu tak lepas dari performa gemilang Bale selama babak kualifikasi Piala Eropa 2016. Mantan punggawa Tottenham Hotspur dan Southampton itu sudah terlibat dalam delapan dari sembilan gol Wales. Rinciannya ialah enam gol serta dua assist. “Lihatlah tahun lalu, dia mencetak banyak gol hebat bagi kami. Semua pemain fantastis. Namun, menurut saya dia memang layak,” terang pelatih

Wales Chris Coleman di laman Sky Sports, Selasa (6/10) lalu. Bale sendiri bersyukur karena masih diberi penghargaan tinggi oleh federasi dan masyarakat sepakbola di negaranya. “Terima kasih untuk penghargaan ini. Tetapi saya akan lebih senang dan bahagia lagi kalau kami (Wales, red) benarbenar sudah lolos ke Prancis tahun depan,” ujar pemain yang memulai karirnya sebagai bek kiri ini seperti ditulis Sky Sport. Sabtu akhir pekan ini, Wales akan dijamu Bosnia Herzegovina dalam penyisihan Grup B untuk meretas jalan ke Prancis. Hasil seri sudah cukup untuk mencatat sejarah pertama bagi Wales lolos ke turnamen major. (hbk (hbk))

EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> OLAHRAGA

DATA DAN FAKTA Nama lengkap: Gareth Frank Bale Tanggal lahir: 16 Juli 1989 (umur 26) Tempat lahir: Cardiff, Wales Tinggi: 1.85 m (6 ft 1 in) Posisi: Gelandang sayap, gelandang serang Klub: Real Madrid Nomor: 11 Karier Junior - Cardiff Civil Service 2005–2006: Southampton Karier Senior 2006–2007 : Southampton 40 (5 gol) 2007–2013 : Tottenham Hotspur146 (42) 2013–sekarang : Real Madrid 6 8 (33) Tim Nasional 2005–2006 Wales U-17 7 (1 gol) 2006 Wales U-19 1 (1) 2006–2008 Wales U-21 4 (2) 2006– Wales Senior 44 (12) EDISI 139/TAHUN III z 8 - 14 OKTOBER 2015


>> OLAHRAGA

olehOnggo IKJ

Kerugian Kita MANUSIA normal rata-rata mebutuhkan 0,5 liter udara (bukan oksigen) untuk sekali hirup. Dari jumlah itu, Oksigen terkandung (dalam kondisi normal) adalah 20% dari udara yg dihirup. Atau sekitar 0,1 liter Oksigen sekali hirup. Komponen lain udara yang terhirup adalah Nitrogen (79%), Karbon dioksida (0.04%), uap air dan gas-gas berjumlah sangat kecil lainnya. Bayi: 25 - 60 napas per menit Anak: 15 - 30 napas per menit Dewasa: 16 - 20 napas per menit Dari referensi oxygenstore (http:// www.oxygenstore.co.uk/‌/3-8-litre-cans-o‌/ prod_8.html), untuk 3x8 liter kaleng 24 liter oksigen dengan kadar kemurnian 99,5% (dibulatkan 100%), harganya £37.99 (poundsterling inggris). Berdasarkan kurs beli 17 Oktober 2015, 1 pounds inggris = 21.200 rupiah. Maka: => harga 24 liter oksigen = 37.99 x 21.200 = 805.388 rupiah. => harga 1 liter oksigen = 805.388 / 24 = 33.558 rupiah per liter (dibulatkan) Jadi, untuk sekali hirup yang membutuhkan 0,5 liter udara berisi 0,1 liter oksigen, nilainya => 0,1 x 33.558 = 3.355 rupiah (dibulatkan)

Maka: => 15 kali (=0,1 liter Oksigen) per menit, nilainya => 15 x 3.355 = 50.325 rupiah => tiap jam => 50.325 x 60 = 3.019.500 juta rupiah => tiap hari => 24 x 3.019.500 = 72.468.000 rupiah => tiap tahun (365 hari) = 365 x 72.468.000 => 26.450.820.000 (26,45 miliar) rupiah => dalam 60 tahun = 30 x 24,45 miliar => 1.587.049.200.000 (1,58 Triliun) rupiah. Kondisi udara yang buruk di Riau menyisakan hanya 10% (bahkan kurang) oksigen di udara. Kondisi ini telah berlangsung 3 bulan dan merugikan 6 juta warga Riau. Bila keadaan ini sudah berlangsung selama 18 tahun, sekarang Anda tahu, berapa besar rizki dari Tuhan, yang dirampok para kepala hotak pembakar lahan itu, dari kita. Itu baru manusia. Belum dihitung rizki oksigen dan nitrogen milik gajah, burung, kambing, ayam, kelinci, tapir, harimau, semut, sapi, tupai, kunyuk, kucing, kampret, juangkrik dan sebagainya. Hitung sendiri. Capek. Kalo udah, action..action..action.

EDISI EDISI139/TAHUN 139/TAHUN IIIIII z 8 - 14 14 OKTOBER OKTOBER2015 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.