6 minute read

Dekade Baru, Semangat Baru

Deka e Baru, Semangat Baru

Ruang BK: Kerja Kelompok Rasa Sendiri • B o n u s G i f t Ta g To x i c Po s i t i v i t y, K a m u k a h Pe l a k u n y a ? • Kerjaan Keren Jadi Kreator Game Dari Liburan Jadi Konten

BACHELOR OF MANAGEMENT

International Partnership with Universities in France, Portugal, and UK. Be part of our Global Education Community

CALL NOW! 0812 1950 8277 OR CLICK: Entrance Test: 18 Jan & 29 Feb 2020

Hana Madness: Sisi Lain dari Sang Monster

Beberapa waktu lalu, Sunday mengunjungi pameran karya seniman muda @hanamadness di Senayan City, dan mengenal lebih jauh akan pesan yang disampaikan dari wajahwajah monsternya yang komikal.

Toxic Positivity Apakah Kamu Pelakunya? Hati-hati, Sunners….tanpa sadar, mungkin saat kita bermaksud menghibur teman yang sedang sedih, ternyata kita malah jadi toxic ke mereka karena kita ‘memaksa’ mereka untuk jadi baik-baik

saja dengan cara mengabaikan emosi normal seorang manusia, seperti rasa marah, sedih, dan duka. Dalam bidang psikologi, hal ini dikenal dengan istilah Toxic Positivity. Biar lebih paham, langsung cek sejumlah contoh berikut:

Case #1: Di saat temanmu sedang sedih karena masalah keluarganya… Toxic Positivity: “Kamu beruntung loh, di luar sana banyak loh anak-anak yang nggak punya orang tua. Ayo, lebih bersyukur!” Positivity: “Rasanya pasti nggak enak yah. Apa yang bisa aku bantu?”

Case #2: Ketika temanmu sedang galau karena pacarnya… Toxic Positivity: “Jangan ne-think (negative thinking) mulu dong, ayo pikirkan yang hepi-hepi saja.” Positivity: “Dengan situasi seperti ini, wajar kalau mau merasa galau. Tapi inget deh, kalian pernah berhasil melewati permasalahan yang lebih besar sebelumnya kan.”

Case #4: Ketika temanmu sedih karena nilai ulangannya jelek… Toxic Positivity: “Halah, nggak usah baper, cuma segitu aja. Nih, nilaiku lebih jelek!” Positivity: “Kamu sudah berusaha keras buat ujian ini, wajar kok kalau kamu sedih. Ujian berikutnya, mau belajar bareng nggak?”

Case #5: Ketika temanmu habis putus…. Toxic Positivity: “Lihat positifnya aja, ini pasti terjadi untuk kebaikan kamu! Aku tahu banget apa yang kamu rasakan; tenang, kesedihan ini hanya sementara aja.” Positivity: “Aku paham ini masa yang berat untukmu. Kamu nggak sendiri, aku di sini untuk kamu. Apa yang bisa kubantu?”

Case #3: Ketika temanmu down karena masalah dalam kelompok tugasnya… Toxic Positivity: “Aku pernah loh dapat masalah yang lebih besar dari itu, biasa aja tuh.” Positivity: “Ini memang sulit. Tidak apa-apa kalau kamu ingin menangis.”

2019

Apa Saja yang Paling Seru di Dunia Digital Indonesia? REWIND

TV vs Youtube Lebih dari 79 juta penonton Youtube di Indonesia tiap bulannya, dan konon katanya Youtube sudah mengalahkan TV. Benarkah? • Pencarian dengan kata kunci ‘SINETRON’ naik 1.2x lipat di Youtube • Pencarian bintang TV di Youtube naik 2x lipat (apalagi dengan

fenomena para artis televisi yang memiliki channel Youtube sendiri) • Pencarian acara-acara TV di Youtube naik 2x lipat (konten didominasi tayangan berita)

Jadiii….aplikasi yang dipakai memang Youtube, tapi konten yang dicari tetap terkait acara TV. Hmmm, bagaimana menurut kamu?

Kerja Kelompok Rasa Sendiri Yang pernah galau+emosi pas kerja kelompok, mana suaranya??? Ayo merapat di sini!

Kerja kelompok kadang bisa bikin tugas berat jadi enteng, kadang juga malah bisa membuat tugas ringan jadi ribet dan penuh drama. Sebal dengan berbagai persoalan kerja kelompok?

Case #1: Kamu terlalu baik untukku… “Kebetulan di kelompokmu, kamu yang punya laptop dan software paling canggih, paling banyak uang jajan lebih buat nalangin fotokopi, beli karton, dll... akhirnya dari konsep awal sampai mencet-mencet tombol ‘next’ pas presentasi juga kamu yang ngerjain. Naik darah nggak?”

Solusi: Dari awal, kalau tim kamu sudah tampak sangat ‘mengandalkan’ dirimu, usulkan pembagian tugas yang tertulis dengan jelas dan disepakati bersama (cek contohnya di bawah ini). Dalam bentuk sesederhana apapun, setiap orang seharusnya bisa berkontribusi kok dalam tugas kelompok, asal diberi kesempatan. Misalnya, kamu pun coba luangkan sedikit tenaga lebih untuk mengajari salah satu anggota kelompok untuk memakai software yang diperlukan, lalu coba janjian waktu dimana ia bisa meminjam laptopmu untuk menuntaskan tugasnya.

Case #2: Like and Dislike “Kelompokmu ditentukan secara acak oleh guru, dan pas banget ada dua orang musuh bebuyutan di dalamnya. Suasana kerja jadi super awkward, semua orang jadi malas ngumpul!”

Solusi: Faktor chemistry memang sulit diterka - tapi di sini kalian belajar untuk masuk dunia kerja nanti, dimana tugas harus tetap diselesaikan tanpa perduli masalah pribadi. Coba arahkan agar kedua orang ini tidak mendapat tugas yang beririsan, misalnya: Si A menulis bab 1, Si B membuat desain cover. Jadi mereka tetap bisa bersinergi menyelesaikan tugas tanpa banyak berinteraksi.

Case #3: Ada Penumpang Gelap! “Kerja kelompok bagi orang ini artinya ‘lo kerja, gue berkelompok’ -- apa tuh maksudnya? Orang ini malah sibuk ‘bersosialisasi’, lebih asik menentukan coffeeshop tempat kalian ngumpul ketimbang benarbenar mengerjakan bagiannya. Kalaupun dikasih tugas, nggak dikerjakan.

Solusi: Cari tahu apa yang memotivasi dia untuk bekerja; hal ini bisa kamu cek dari karakter dan latar belakangnya. Misalnya, ternyata dia susah fokus, ajak dia terlibat di tugas yang bisa selesai dalam waktu singkat. Atau, dia butuh musik untuk bisa konsen, setel playlist favoritnya waktu kalian kumpul untuk mengerjakan tugas. Kalau memang dia tidak ada itikad berpartisipasi, kamu bisa diskusikan dengan ketua kelompok atau gurumu.

Gift Tag

In a world of life-long learning, International Education is a rst-class ticket for life

+62 813 8115 2887 +62 2956 8488

www.thamesjakarta.com

in collaboration with:

We specialize in Pre-University Foundation and Diploma Programs for students age16 y.o and above

This article is from: