WARNA REDAKSI
F
ebruari 2017 memiliki catatan tersendiri bagi perjalanan Unesa. Seba gai lembaga pendidik an yang semula lebih akrab dengan tanah Ketintang, kini keberadaannya mulai lekat dengan bumi Lidah Wetan. Hal itu diawali dengan secara resmi Kantor Rektorat bersama jajaran pimpinan Unesa boyongan untuk menempati “Ge dung Pendidikan” berlantai 11 di kawasan Kampus Lidah Wetan Surabaya. Meski sebenarnya kampus Lidah Wetan sudah menjadi bagian dari Unesa sejak tahun ‘90an, namun keberadaannya baru membahana ketika kampus di kawasan elite Surabaya Barat itu mulai didirikan sarana prasana kampus seperti Gedung Olahraga Bima, Gedung Pertunjukan Swunggaling, Lapangan Atletik dan Kolam Renang berkelas Internasional, Gedung PPG (LP3M), dan sejumlah gedung fakultas yang mentereng seperti Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas
Bahasa dan Seni serta Hutan Kampus dan Waduk Unesa yang dijadikan sarana pendidikan dan konservasi bagi masyarakat sekitar. Unesa kini memiliki wajah baru. Kecantikannya masih akan terus dipoles untuk terus menampakkan aura keindahannya sebagai candradimuka para calon guru dan penerus pembangunan bangsa. Cita-cita memperbaiki dan
HIJRAH
dan sebesar sekarang ini. Kini, Unesa telah mencapai sebagian puncak yang diinginkannya. Tinggal bagaimana memperbaiki layanan kepada segenap civitas akademika dan dunia pendidikan yang juga terus menginginkan yang terbaik. Sebagai fondasi yang kuat, sesuai dengan namanya, ‘Gedung Pendidikan’, Kantor Rektorat Baru akan menjadi sumbu utama perjalanan Unesa ke depan. Dari sumbu ini, pembangunan Unesa akan terus menjalar dan berkembang ke banyak bagian. Baik di sekitaran Kampus Lidah Wetan maupun kampus Ketintang yang sudah lebih mapan dengan segenap fasilitasnya. Semoga berpindahnya pusat layanan Unesa ke Kampus Lidah Wetan ini membawa berkah bagi semua. Sebagaimana hijrahnya Rasulallah Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yang mampu membuka peradaban dan kejayaan baru bagi umat manusia di dunia. Amin... nARM
DARI KETINTANG KE LIDAH WETAN meningkatkan citra Unesa sebagai kampus unggulan di Indonesia Timur telah ditanamkan oleh Prof Muchlas Samani dan dilanjutkan oleh Prof Warsono saat ini, tak ubahnya pedati yang terus menderek rodarodanya ke puncak kejayaan nanti. Proses persiapannya sendiri sudah bermula sejak era kepemimpinan rektor-rektor pendahulunya yang menginginkan Unesa bisa berjaya
Majalah Unesa
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
3
DAFTAR RUBRIK
10 Edisi Ini
05
LIDAH WETAN JADI PUSAT KEGIATAN KAMPUS UNESA
Setelah menunggu selama 3 tahun sejak dimulainya pembangunan pada 2013, gedung baru kantor pusat di Lidah Wetan akhirnya resmi ditempati. Peresmian penempatan kantor baru itu ditandai dengan tasyakuran sederhana pada Selasa, 7 Februari 2017.
11
UNESA BANGUN 5.000 UNIT ASRAMA BAHAN KONTAINER
EDISI FEBRUARI 2017
14
WORKSHOP TAX AMNESTY UNTUK UMKM JATIM
17
FBS PIONER KKN LITERASI UNESA
30
Berita Foto Perayaan Dies Natalis ke-62 Unesa dan Kegiatan Lainnya.
33
26
34
LENSA UNESA
KABAR IKA UNESA
20
KOLOM REKTOR
22
18 - 19
18
INSPIRASI ALUMNI RESENSI BUKU CATATAN LINTAS
18
SEPUTAR UNESA
23
ARTIKEL
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 102 Tahun XVIII - Februari 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Heny Subandiyah, M.Hum. REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Syaiful Rahman, Lina Mezalina, Andini Okta, Murbi, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Aziz, Raras, Puput, Syaiful H FOTOGRAFER: M. Wahyu Utomo, Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804
4
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
HIJRAH KANTOR PUSAT UNESA
Lidah Wetan Jadi Pusat Kegiatan Kampus
Setelah menunggu selama 3 tahun sejak dimulainya pembangunan pada 2013, gedung baru kantor pusat di Lidah Wetan akhirnya resmi ditempati. Peresmian penempatan kantor baru itu ditandai dengan tasyakuran sederhana pada Selasa, 7 Februari 2017. Diharapkan gedung baru bernama Gedung Pendidikan itu akan semakin menambah semangat dan kinerja seluruh pimpinan dan staf dalam melakukan pelayanan kepada para civitas akademika Unesa.
Majalah Unesa
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
5
LAPORAN
UTAMA
TASYAKURAN. Rektor Unesa Prof Warsono penuh hikmat memimpin tasyakuran penempatan gedung Rektorat Baru di Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. Mulai Februari 2017, secara resmi aktivitas rektor dan petinggi Unesa pindah dari kantor Rektorat Lama di Ketintang ke Lidah Wetan. foto: HUMAS
R
ektor Unesa, Prof. Dr. Warsono menceritakan bahwa pembangunan gedung tersebut sudah dimulai sejak tahun 2013 lalu berkat perjuangan Prof. Dr. Muchlas Samani, rektor sebelumnya dan dukungan berbagai pihak. “Gedung Pendidikan ini dirancang sampai lantai 11, dan diharapkan menjadi simbol Unesa,” paparnya. Warsono mengakui, secara fisik fasilitas yang ada di gedung baru ini lebih baik dan lebih luas dibandingkan dengan gedung kantor pusat di Ketintang. Selain itu, gedung baru juga memberi kesan lebih “mewah.” Meski demikian, bukan kemewahan yang harus dikedepankan melainkan bagaimana gedung ini dapat memberi kenyamanan dan peningkatan pelayanan. “Untuk meningkatkan pelayanan, gedung ini juga dilengkapi dengan fasilitas teknologi sehingga pelayanan akan berjalan
6
secara cepat dan akurat,” ujarnya. Selain ditempati jajaran pimpinan universitas (rektor dan para wakil rektor), Gedung Pendidikan juga ditempati BUK, BAKPK, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), dan Senat Universitas. “Di Gedung Pendidikan ini juga ada kantor Humas dan Kantor Urusan Internasional (KUI),” terangnya. Dalam rangka memberikan pelayanan terbaik sebagai Badan Layanan Umum (BLU), Pimpinan Unesa telah mencanangkan budaya kerja yaitu: kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. “Indikator kerja keras, salah satunya adalah kehadiran tepat waktu pada jam kerja. Indikator kerja cerdas, salah satunya adalah kemampuan memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi. Indikator kerja ikhlas salah satunya adalah tidak mengeluh dalam melakukan pekerjaan seberat apapun,” tandas Rektor. Selain budaya kerja, juga
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
dicanangkan kebersamaan dengan prinsip Kolaborasi, Koordinasi, dan Komunikasi (3K). “Semua komponen di Unesa harus saling dan bekerja sama mewujudkan tujuan bersama. Itulah suatu sistem,” tegas Rektor. Untuk memberi penghargaan kepada seluruh pegawai, Unesa juga memberikan remunerasi yang diberikan berdasarkan prinsip meningkatkan pendapatan secara adil, merata, dan terbuka. “Siapa yang bekerja lebih baik akan memperoleh remunerasi lebih tinggi,” tambahnya. EKS KANTOR PUSAT KETINTANG UNTUK PENGEMBANGAN FAKULTAS WAKIL Rektor (WR) I Bidang Akademik, Dr. Yuni Sri Rahayu, M. Si. mengatakan, persiapan boyongan sudah dihimbau oleh Wakil Rektor (WR) II Bidang Umum dan Keuangan bahwa pada Februari kantor pusat akan pindah ke Gedung Pendidikan
LAPORAN UTAMA di Lidah Wetan Surabaya. “Meskipun belum selesai 100%, diharapkan Gedung Pendidikan tersebut menjadi semangat untuk semakin memperbaiki kinerja, “Yuni. Yuni menambahkan, Gedung Pendidikan di Lidah Wetan memang sejak awal telah dirancang menjadi Kantor Pusat Unesa. Selain itu, berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan, Unesa memerlukan pengembangan unit kerja. Sementara itu, lanjut Yuni, eks kantor pusat di Ketintang akan digunakan untuk pengembangan fakultas atau prodi-prodi atau unit kerja yang membutuhkan pengembangan lebih lanjut. “Tentunya, nanti akan diputuskan berdasarkan hasil analisis pemetaan kebutuhan,” terangnya. Yuni berharap dengan pindahnya kantor pusat Unesa ke Gedung Pendidikan di Lidah Wetan akan berpengaruh positif terhadap kinerja pimpinan Unesa dan jajarannya. KANTOR PUSAT HARUS SEGERA PINDAH RENCANANYA, awal tahun 2017 kantor pusat sudah siap pindah, namun karena masih ada beberapa insfrastruktur yang belum siap kepindahan itu ditunda dan baru dapat dilaksanakan pada 7 Februari 2017 lalu. Demikian dikatakan Wakil Rektor II Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T. “Rencana awal, halaman depan rektorat di bawah halaman dibuat tandon air yang dapat menyimpan air ketika musim hujan dan dapat menyirami rumput halaman atasnya ketika musim kemarau. Namun, karena total biaya pembuatan tata halaman ini memerlukan dana yang cukup besar hingga mencapai 12 Milyar, akhirnya dievaluasi untuk tata halaman masih minus halaman multifungsi,” terang Tri Wrahatnolo. Lebih lanjut, Tri Wrahatnolo mengatakan bahwa pindahan ke Lidah Wetan akan dilakukan secara bertahap. Yang pertama pindah adalah kantor pusat, biro umum dan keuangan serta biro akademik, kemahasiswaan, perencanaan dan
Dr. Yuni Sri Rahayu, M. Si. Wakil Rektor I Unesa
Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T. Wakil Rektor II Unesa
Menurut Wakil Rektor II Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, M.T., eks gedung kantor pusat nanti akan digunakan untuk Fakultas Teknik yang mengembangkan dua fakultas baru yaitu Fakultas Ilmu Kerumahtanggaan dan Pariwisata dan Fakultas Teknik Informatika. kerja sama. “Pindahan dilakukan secara bertahap karena walaupun sudah siap ditempati tapi masih ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki,” ungkapnya. Tri Wrahatnolo mengatakan, prinsipnya boyongan kantor pusat memang harus segera dilakukan agar segera dapat dibenahi segala macamnya. Kantor pusat di Lidah Wetan memang sudah dicetuskan sejak era kepemimpinan Prof. Dr. Muchlas Samani. Perpindahan itu dikarenakan lahan di area Ketintang sudah tidak mencukupi. “Salah satu contoh apabila ada acara nasional yang melibatkan banyak orang, lahan parkir sudah tidak mencukupi karena lahan di Unesa Ketintang luasnya hanya sekitar 22 hektar sedangkan luas Unesa Lidah Wetan 82 hektare,” paparnya. Menurut Tri, eks gedung kantor
Majalah Unesa
pusat nanti akan digunakan untuk Fakultas Teknik yang mengembangkan dua fakultas baru yaitu Fakultas Ilmu Kerumahtanggaan dan Pariwisata dan Fakultas Teknik Informatika. “Pengaturan dan relokasi tata ruang dan gedung sementara diserahkan kepada Dekan Fakultas Teknik saat ini yaitu Prof. Dr. Eko Hariadi, M.Pd. Nantinya, kampus Unesa Ketintang digunakan untuk pengembangan akademik sedangkan untuk kampus Unesa Lidah Wetan digunakan untuk pengembangan kantor pusat dan lain-lain,” jelasnya. Tri sangat berharap dengan berpindahnya kantor pusat ke Lidah Wetan semakin lancar dan manajemen semakin efisien dan efektif walau dalam praktiknya masih ada beberapa kendala. n (NEA)
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
7
LAPORAN
UTAMA Warek III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S
BOYONGAN INI BAGIAN DARI JALANKAN MASTER PLAN Kantor pusat Universitas Negeri Surabaya yang selama ini berlokasi di kampus Ketintang pindah ke kampus Lidah Wetan sejak Februari 2017 ini. Boyongan kantor pusat merupakan penerapan Master Plan Unesa yang telah lama dirancang sebelumnya.
SERIUS. Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S (tengah) bersama Kepala BAKPK, Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M. Si, mendampingi Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsino, M.S saat audiensi dengan pengurus IKA Unesa. foto: AROHMAN
W
akil rektor 3 Bidang kemahasiswaan Dr. Ketut Prasetyo, M.S mengatakan bahwa pelaksanaan rencana ini sudah berlangsung dan masih bertahap. “Perpindahan ini sebenarnya untuk penataan Unesa menjadi lebih baik. Rencanannya, kampus Ketintang akan digunakan sebagai center edukasi dan kampus Lidah Wetan untuk center entrepreneurship,” terang Ketut.
8
Ketut menambahkan bahwa pemindahan kantor pusat ke Lidah Wetan sudah menjadi rencana wajib yang harus dilaksanakan. Bukan hanya kantor pusat saja namun gedung pascasarjana juga akan pindah ke Lidah. “Eks gedung Ketintang akan dimanfaatkan sebagai pengembangan fakultas baru. Rencananya akan ada pembahan Fakultas Hukum dan Teknik Informatika,” ungkapnya. Pemindahan kantor pusat ke
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
Lidah Wetan, kata Dr. Ketut tidak akan mengganggu kinerja Unesa ke depan. Hanya lokasinya saja yang ditata agar lebih representatif. Selain fakultas baru, Unesa juga berencana membangun Graha Unesa di kampus Lidah Wetan. “Selama ini pelaksanaan acara-acara besar seperti wisuda dilaksanakan di GOR BIMA. Ke depan akan lebih baik jika dilaksanakan di Graha Unesa. Semoga Unesa lebih tertata dan lebih baik lagi,” pungkasnya. n (ILMI)
LAPORAN UTAMA Dekan FIP, Drs. Sujarwanto, M.Pd
Fungsi Pelayanan Harus Lebih Maksimal Dekan FIP, Drs. Sujarwanto, M.Pd mengatakan, pemindahan kantor pusat ke Lidah Wetan merupakan bagian dari rencana perkembangan seiring bertambahnya fakultas baru di Unesa. Menurut Sujarwanto, sudah saatnya kantor pusat pindah ke Lidah Wetan yang letaknya lebih strategis dan sudah nyaman. “Dengan berpindahnya kantor pusat ke Lidah Wetan, diharapkan dapat meningkatkan aspek pelayanan lebih maksimal dan juga meningkatkan animo masyarakat terhadap Unesa,” ujar Sujarwo. Secara tampilan fisik, gedung yang bernama Gedung Pendidikan itu memang terlihat lebih elegan dan nyaman karena memang dipersiapkan sebagai kantor pusat sebagai simbol Unesa. Penampilan gedung yang elegan akan menambah animo masyarakat terhadap Unesa. “Brand Unesa akan lebih mudah dikenal masyarakat dan tentu akan lebih mudah menarik calon mahasiswa untuk ikut belajar di Unesa. Dengan adanya gedung baru maka akan memicu semangat baru dalam berprestasi dan meningkatkan mutu kinerja pelayanan terhadap masyarakat,” jelas Dekan FIP. n (MIRA)
Dekan FBS, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd
Pindahan Kantor Pusat Dorong Kinerja Lebih Maksimal dan Efektif Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd mengatakan bahwa rektorat yang sudah lama ada di Ketintang kini sudah berpindah ke kampus Lidah Wetan. Kepindahan itu tentu sudah dipersiapkan dari berbagai aspek. “Dengan pindahnya kantor pusat ke Lidah Wetan tentu akan mempermudah pembangunan di kampus Lidah Wetan ke depannya,” terang Bambang Yulianto.
Drs. Gatot Darmawan, M.Pd Wakil Dekan I FIK
Prof. Bambang Yulianto Dekan FBS
Drs. Sujarwanto, M.Pd Dekan FIP
Selain rektorat, yang akan pindah ke Kampus Lidah Wetan adalah pascasarjana. Rencananya, gedung pasca sarjana akan dibangun di sebelah gedung PPG. Gedung pascasarjana akan dibangun 9 lantai. Realisasinya mungkin dalam dua tahun ke depan. Menurut Bambang, di kampus Ketintang sudah tidak ada ruang untuk pembangunan. Oleh karena itu, untuk pengembangan pembangunan kampus dialihkan ke Lidah Wetan yang masih memiliki lahan luas. “Sejalan dengan pembangunan di kampus Lidah Wetan dan sudah ditempatinya gedung rektorat, tentu dengan sendirinya akan mengikuti pembenahan sarana dan prasarana,” paparnya. Selain rektorat, jelas Bambang yang akan pindah ke Lidah adalah pascasarjana. Rencananya, gedung pasca sarjana akan dibangun di sebelah gedung PPG. Gedung pascasarjana akan dibangun 9 lantai. “Realisasinya mungkin dalam 2 tahun ke depan,” ungkap guru besar Bahasa dan Sastra Indonesia itu. Bambang berharap kepindahan kantor pusat ke Lidah Wetan dapat mempermudah komunikasi dengan berbagai elemen sehingga kinerja lebih efektif dan maksimal. n (MIRA)
Wakil Dekan I FIK, Drs. Gatot Darmawan, M.Pd
Saatnya Kampus Lidah Wetan Jadi Pusat Kegiatan Majalah Unesa
Menurut Drs. Gatot Darmawan, M.Pd, latar belakang kantor pusat Unesa pindah ke Lidah Wetan adalah karena gedung kantor pusat di Lidah Wetan sudah selesai dibangun. Kepindahan tersebut tentu merupakan keuntungan bagi fakultas yang berada di Lidah Wetan. “Selama ini semua kegiatan universitas, seperti Upacara 17 Agustus selalu berpusat di Ketintang, sekarang saatnya Lidah Wetan menjadi pusat kegiatan,” terangnya. Mengenai fungsi eks gedung pusat di Ketintang, Gatot Darmawan belum mengetahuinya. Wadek I FIK ini berpendapat mungkin eks gedung pusat tersebut akan digunakan untuk gedung fakultas baru, seperti Jurusan PKK yang akan berpisah dari Fakultas Teknik dan menjadi fakultas baru. Gatot berharap kepindahan kantor pusat ke Lidah Wetan dapat bermanfaat bagi seluruh fakultas. “Dimanapun letak gedungnya, semua fakultas harus tetap mengikuti peraturan rektorat, karena semua fakultas adalah milik Unesa, dan kantor pusat adalah milik seluruh warga Unesa,” pungkasnya.n (MERRY)
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
9
WARTA
UTAMA
POTONG TUMPENG: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono M.S memotong tumpeng secara simbolis tanda dimulainya penempatan kantor Rektorat Unesa yang baru di Kampus Lidah Wetan.
KANTOR PUSAT UNESA BOYONGAN KE LIDAH WETAN Gedung baru kantor pusat di Lidah Wetan, resmi ditempati. Peresmian penempatan gedung baru yang diberi nama Gedung Pendidikan itu ditandai dengan tasyakuran sederhana pada 7 Februari 2017. Tasyakuran dipimpin langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, dan dihadiri para wakil rektor, dekan/perwakilan selingkung Unesa, Kabag, Kasubbag dan jajarannya serta para pegawai.
B
eberapa UPT yang berpindah ke gedung tersebut antara lain Perpustakaan Pusat, Humas, BAKPK (yang di dalamnya termasuk HUmas), Kearsipan, LPPM, serta Kantor Pusat. Dalam kata sambutannya, Rektor berharap gedung baru tersebut memberi spirit agar semakin meningkatkan semangat bekerja seluruh pegawai. Rektor menceritakan bahwa pembangunan gedung tersebut dimulai 3-4 tahun lalu berkat perjuangan rektor sebelumnya dan dukungan berbagai pihak. Dengan berpindahnya
10
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
beberapa unit dan UPT ke gedung ini, Rektor berharap ada semangat baru serta kinerja yang semakin baik. “Masih banyak pekerjaan yang belum selesai, tapi bagaimanapun harus segera ditempati agar tidak terlalu lama mengulur waktu,� jelas Rektor. Di akhir acara, dilakukan prosesi potong tumpeng untuk mengawali proses perpindahan ke gedung baru tersebut. Rencananya, gedung tersebut akan benar-benar beroperasi mulai 13 Februari 2017 mendatang.n (SURYO/WAHYU)
Majalah Unesa
WARTA UTAMA
PEDULI ECO CAMPUS, UNESA BANGUN 5.000 UNIT ASRAMA RAMAH LINGKUNGAN Tak lama lagi, Unesa bakal memiliki asrama mahasiswa atau dormitory berbahan kargo sebagai struktur utama menggantikan beton. Pilihan bahan kargo itu merupakan implementasi dari keseriusan Unesa menerapkan eco campus yang ramah lingkungan. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 5.000 unit asrama akan dipersiapkan di bangunan yang direncanakan 3 lantai tersebut.
BATU PERTAMA: Wakil Rektor IV, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. secara simbolis melakukan peletakan batu pertama tanda dimulainya pembangunan 5.000 unit asrama berbahan kontainer di Kampus Unesa Lidah Wetan.
D
imulainya pembangunan asrama itu ditandai dengan peletakan beton (concrete) pada Senin 13 Februari 2017 di kampus Unesa Lidah Wetan. Asrama tersebut dibangun bersebelahan dengan gedung asrama perempuan kampus Unesa Lidah Wetan. Wakil Rektor IV, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt dalam sambutannya memaparkan bahwa proyek itu merupakan bagian dari kerja sama PT Tugboat Aset Managemen dengan Unesa. Nantinya Unesa akan menggunakan sebanyak 4000-5000 unit kargo yang seluruhnya digunakan untuk pembangunan asrama. “Untuk pilot project akan menggunakan 32
unit kargo yang akan dibangun,” paparnya. Sementara itu, Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd.,M.T menambahkan bahwa proyek ini merupakan kerja sama bagi hasil. Tri menjelaskan, yang membangun dan menyewa lahan adalah PT. Tugboat, sementara untuk operasional adalah Unesa bersama Tugboat. “Untuk hasil dari asrama akan dibagi sama rata. Sudah diperhitungkan sehingga tidak merugikan Unesa,” jelas Tri. Asrama tersebut, terang Tri Wrahatnolo dapat menjadi daya tarik untuk meningkatkan minat mahasiswa asing. Bahan kargo tersebut sudah diuji di Jepang dan banyak diterapkan sehingga tidak perlu khawatir masalah
Majalah Unesa
kekuatan dan keamanan asrama. Kelebihan lainnya, asrama berbahan kargo tersebut tidak memerlukan pondasi dalam sehingga lebih fleksibel dan dapat dipindah. “Misalnya, ternyata tanahnya ini akan digunakan untuk keperluan lain maka kargo tersebut dapat dipindah,” ungkap Tri Wrahatnolo. Asrama mahasiswa tersebut akan ditunjang fasilitas yang lengkap, aman, dan dekat dengan kampus. “Rencananya, asrama tersebut akan dihuni mahasiswa asing untuk program S1, S2 dan S3, dan diutamakan untuk mahasiswa yang memiliki program akademik bukan mahasiswa short course,” pungkasnya.n (EMIR)
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
11
WARTA
UTAMA
NAMBAH JUMLAH ASESOR, LSP UNESA ADAKAN PELATIHAN UJI KOMPETENSI
Dalam rangka menambah jumlah asesor, Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Unesa menggelar Pelatihan Uji Kompetensi Asesor bekerja sama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Acara diselenggarakan di Auditorium Gedung E1 Kampus Ketintang Unesa.
K
egiatan yang berlangsung mulai 27 Februari hingga 4 Maret 2017 itu dihadiri Rektor Unesa, Master Asesor dari BNSP serta 25 peserta dari dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Di antaranya, masingmasing 5 peserta dari jurusan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, masingmasing 2 peserta dari jurusan Bahasa Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Jawa, Seni Rupa, Desain, Sendratasik, dan perwakilan 1 peserta dari bahasa Mandarin. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S mengatakan, dengan adanya uji kompetensi yang bersertifikasi, maka lembaga tidak akan ragu memercayakan seseorang untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Dengan semakin banyak yang lulus uji asesor, maka bisa mempertanggungjawabkan apa yang
12
sudah dikontrakkan. ”Keberadaan LSP Unesa sangat penting dan dibutuhkan di masa mendatang,” papar Rektor. Sementara itu, dua Master Asesor yang diudang yakni Drs. Hari Setiyono dan Dra. Lisa Nathalia, MS. Ph.D. menjelaskan seputar Uji Kompetensi dan Asesor. Menurut Hari, setelah mengikuti pelatihan, diharapkan peserta mampu melakukan proses assesmen kompetensi terhadap asesi (peserta uji) berdasarkan tugas yang diberikan oleh lembaga tempat kerjanya. Di samping itu, para peserta diharapkan mampu memberikan penjelasan dan praktik tentang assesmen kompetensi dalam ruang lingkup kompetensi teknis masingmasing sesuai ketentuan BNSP dan LSP. BNSP merupakan lembaga independen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Tugas dari BNSP adalah menyelenggarakan
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
sertifikasi tenaga kerja. BNSP memiliki kewenangan untuk memberikan lisensi kepada LSP untuk uji kompetesni. “Jadi LSP Unesa ini tidak bisa mengeluarkan sertifikat kecuali atas nama BNSP,” ungkap Hari Setiyono. Hari Setiyono juga mengungkapkan beberapa komponen perlu dipenuhi untuk bisa mengadakan uji kompetensi, di antaranya standar kompetensi, asesor kompetensi, peserta uji, tempat uji, perangkat uji serta biaya uji kompetensi. Untuk bisa menjadi asesor perlu memenuhi beberapa kriteria. Merencanakan asesmen, mengembangkan perangkat asesmen serta mengases kompetensi perlu diperhatikan jika ingin menjadi asesor. “Menjadi kompeten itu harus 100 persen, menjadi kompeten itu tidak bisa dikredit, dan menjadi kompeten tidak bisa diganti,” jelasnya. n (SURYO)
WARTA UTAMA
KEARSIPAN UNESA STUDI BANDING KE UNAIR Era online saat ini memberikan kontribusi terhadap proses penciptaan, penyebaran, penggunaan, dan penyimpanan arsip digital. Aplikasi e-office di Unesa adalah awal dari penerapan digitalisasi arsip. Untuk memantapkan penerapan e-office dan penerapan arsip digital, Unesa melakukan studi banding ke Universitas Airlangga (Unair) pada 16 Februari 2017.
R
ombongan yang diberi tugas melakukan studi banding adalah Kepala Bagian Umum Biro Umum dan Keuangan (BUK), Yakup, S.Sos., M.M, Kepala Subbagian TU Bagian Umum BUK, Roni, S.T, Staf ahli Pusat Pengembangan Teknologi Informasi (PPTI), Asmunin, S.Kom, M.Kom dan para arsiparis Unesa yaitu: Yuli Retnowati, S.Sos, Djoko Pramono, S.Pd., M.Si, Bambang Indragiri, S.P, M.M, Sunhaji, S.T, Garina Sulistiana Y, S.IP, Dwi Harmani A.D, S.H, Sri Handajani, S.E, dan Anik Astutik. Mereka melaksanakan studi banding dan konsultasi sistem kearsipan berbasis digital di Universitas Airlangga Surabaya. Sebelum melaksanakan studi banding dan konsultasi sistem kearsipan berbasis digital di Universitas Airlangga, Unesa telah melaksanakan kegiatan kunjungan serupa ke Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya pada 22 Desember 2016. Kunjungan Unesa ke Unair diterima dan disambut Kepala Bidang Administrasi dan Kearsipan (Bidang AK), Yunus Abdul Halim, S.Si, M.Kom, Kepala Seksi Administrasi dan Kearsipan, Kiswari, S.Sos, para arsiparis dan para staf fungsional umum. Dalam paparannya, Yunus menjelaskan secara organisasi, pengelolaan arsip Unair berada dalam tanggung jawab Bidang AK (eselon II), dalam lingkup Sekretaris
Universitas. Jumlah SDM kearsipan, sekitar 30 orang di Bidang AK (15 orang di Gedung Kearsipan) dan sekitar 30-orang petugas pengelola arsip di fakultas/unit kerja. Arsip inaktif dan arsip statis milik universitas di simpan di Gedung Kearsipan. Aplikasi sistem kearsipan digital yang diterapkan di Unair ada dua, yaitu aplikasi e-office dan SAGA (Sistem Arsip AirlangGa). “Alhamdulillah, Pimpinan Unair dari tingkat fakultas atau unit kerja sampai pada tingkat universitas sangat respons dan menyambut baik terhadap pengelolaan arsip, termasuk penerapan aplikasi sistem e-office dan SAGA,” papar Kiswari. Pelaksanaan sistem aplikasi kearsipan digital, Bidang AK Unair didukung sepenuhnya oleh Direktorat Sistem Informasi (DSI) Unair (semacam PPTI-nya Unesa). Untuk mendukung pengelolaan arsip nondigital, Bidang AK Unair memiliki Gedung Kearsipan dengan dua lantai. Lantai satu setinggi kira-kira 150 cm dari halaman parkir. Memperhatikan ketinggian lantai satu ini, sangat mungkin jika ini dimaksudkan untuk mengantisipasi bahaya banjir yang sering melanda Kota Surabaya. Di lantai satu, terdapat ruang tamu, ruang resepsionis, ruang baca, ruang komputer akses khasanah arsip, ruang pameran arsip foto, dan yang paling luas pada bagian kiri dan kanan terdapat ruang penyimpanan
Majalah Unesa
arsip inaktif (record center), arsip statis (university archive), dan arsip kartografi. Di lantai dua terdapat ruang rapat/ pertemuan, ruang pengolahan arsip foto dan audio visual, pada bagian kiri terdapat ruang kerja pimpinan dan karyawan bagian arsip statis, ruang pengolahan arsip statis, dan ruang penyimpanan arsip foto dan arsip audio visual. Pada bagian kanan lantai dua terdapat ruang kerja pimpinan dan karyawan bagian arsip inaktif dan ruang pengolahan arsip inaktif. Memperhatikan kondisi Gedung Kearsipan Unair ini, Kabag Umum BUK Unesa berkomentar: “Gedung, ruang, sarana dan prasarana, serta fasilitas kearsipan Unair sangat layak dan representatif. Sudah saatnya, dalam hal kearsipan ini, Unesa mulai memikirkan hal ini, kurang-lebihnya juga seperti kondisi Unair. Rencana ke depan, Unesa harus memiliki Gedung Kearsipan, karena hal ini adalah kebutuhan organisasi/instansi. Selain itu, pengelolaan arsip perguruan tinggi merupakan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009.” Mewakili arsiparis Unesa, Djoko Pramono, menyatakan harapannya semoga dengan studi banding dan konsultasi sistem kearsipan ini akan menjadikan Kearsipan Unesa menjadi semakin baik, mengikuti kemajuan kearsipan PTN yang lain.” n (HUMAS/DJP)
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
13
SEPUTAR
UNESA
TAAT PAJAK: Sejumlah dosen dan pegiat UMKM di Jatim berfoto bersama usai mengikuti Workshop Tax Amnesty untuk UMKM Jawa Timur pada Selasa, 7 Februari 2017 di Auditorium Lantai 2 Fakultas Ekonomi Unesa.
WORKSHOP TAX AMNESTY UNTUK UMKM JATIM
J
urusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Unesa menggelar Workshop Tax Amnesty untuk UMKM Jawa Timur pada Selasa, 7 Februari 2017 di Auditorium Lantai 2 Fakultas Ekonomi Unesa. Acara yang bertujuan memberikan wawasan dan pengarahan mengenai pajak kepada UMKM Jatim itu dihadiri Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FE, Susi Handayani, S. E., Ak., CA, Ketua Jurusan Akuntansi, Dr. Dian Nuswantara, SE, M.Si, Kaprodi S1 Akuntansi, Kaprodi D3 Akuntansi, dan Dosen Akuntasi. Sementara narasumber workshop mendatangkan Zeti Arina, SE, M.Si, dari Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Cabang Surabaya. Acara dimoderatori oleh Dewi Prastiwi, SE, Ak. Peserta yang hadir berjumlah 40 orang. Susi Handayani, Wakil Dekan 1 dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting karena memberikan wawasan dan menghimbau kepada UMKM Jatim untuk memanfaatkan periode terakhir program tax amnesty tersebut. Sementara itu, Zeti Arina memaparkan mengenai tax amanesty untuk UMKM dengan memberikan beberapa kriteriaa. UU Amnesti Pajak, jelas Zeti, mengatur tarif yang lebih rendah baik bagi Wajib Pajak (WP) dan orang pribadi atau badan usaha yang peredaran usahanya dalam setahun sampai dengan 4,8 M. Dengan syarat, sepanjang usaha tersebut berasal dari kegiatan usaha dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja/pekerjaan bebas.
14
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Zeti juga menjelaskan mengenai mekanisme membayar pajak. Ada 7 langkah yang harus dilalui. Pertama, menyampaikan surat pernyataan. Kedua, surat pernyataan yang ditandatangani oleh WP OP, WP Badan meliputi pemimpin tertinggi berdasarkan akta pendirian badan. Ketiga, WP memenuhi persyaratan meliputi memiliki NPWP, membayar utang tembusan, dan lain-lain. Keempat, Utang tebusan dibayar lunas ke kas negara melalui bank persepsi. Kelima, pembayaran utang tebusan dari SSP. Keenam, selain memenuhi syarat dari nomor 3, dengan itu repatriasi aset dari LN harus mengalihkan harta ke NKRI dan menginvestasikan harta tersebut minimal 3 tahun. Dan, ketujuh, WP mengatakan harta yang berada dan/atau ditempatkan di NKRI, selain itu memenuhi syarat no. 3, tidak dapat mengalihkan harta ke luar NKRI selama 3 tahun sejak diterbitkan dalam surat keterangan. Zeti Arina menambahkan bahwa pajak tidak perlu dianggapp ribet. Tapi harus disikapi dengan cermat. Caranya, dengan melakukan pelaporan pajak dengan benar dan hemat, samakan laporan kepada pihak ketiga ke kantor pajak, ingat pajak punya hak mendahulu, profile wajib pajak) harus cocok dengan pertambahan harta. “Bila laporan tersebut tidak cocok bisa dibetulkan atau segera mengikuti tax amnesty, dan membuat laporan pajak dengan benar menjadi hemat dan tidur nyenyak,� pungkasnya. n(SH)
Majalah Unesa
SEPUTAR UNESA
HIMA SEJARAH GELAR DIALOG JURUSAN
DIALOG: Jajaran petinggi di Jurusan Pendidikan Sejarah dan perwakilan mahasiswa melakukan dialog dengan mengambil tema “Satu Argumen Menentukan Sejarah ke Depan.”
Jurusan Pendidikan Sejarah terus berbenah menjadi jurusan yang unggul dalam bidang akademik maupun nonakademik. Dalam rangka menuju Pendidikan Sejarah yang lebih baik, Kamis 9 Februari 2017 Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan Pendidikan Sejarah mengadakan Dialog Jurusan dengan tema “Satu Argumen Menentukan Sejarah ke Depan” di Aula Srikandi FISH Unesa.
J
urusan Pendidikan Sejarah sudah dua kali memperoleh akreditasi A secara berturutturut. Meski demikian, Jurusan Pendidikan Sejarah terus berbenah diri menjadi jurusan yang unggul dalam bidang akademik maupun nonakademik. Dalam rangka menuju Pendidikan Sejarah yang lebih baik, Kamis 9 Februari 2017 Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan Pendidikan Sejarah mengadakan Dialog Jurusan dengan tema “Satu Argumen Menentukan Sejarah ke Depan” di Aula Srikandi FISH Unesa. Acara ini dibuka sekertaris Jurusan Pendidikan Sejarah, Drs. Artono, M.Hum. Dialog Jurusan diikuti oleh
mahasiswa Sejarah mulai angkatan 2013, 2014, 2015, dan 2016, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, dan dosen-dosen Sejarah. Iswatin Khasanah, Ketua HMJ Pendidikan Sejarah dalam sambutannya mengatakan, acara ini merupakan wadah bagi mahasiswa dan dosen untuk saling memberikan masukan, kritik, atau saran demi kelangsungan Pendidikan Sejarah ke depan menjadi lebih baik lagi. Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Drs. Yohanes Hanan Pamungkas, MA mengapreasiasi kegiatan ini. Yohanes mengatakan bahwa melalui acara ini pihak jurusan dapat mengetahui apa yang dirasakan mahasiswa dan
Majalah Unesa
masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian, jurusan dapat segera memberikan respon secara langsung dan melakukan perbaikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. “Saya sarankan acara dialog jurusan seperti ini dapat diadakan dua kali, di awal dan akhir semester,” paparnya. Dialog jurusan berlangsung lancar. Di akhir acara, Corry Liana, S.Pd., M.Pd selaku Pembina HMJ Pendidikan Sejarah berharap semoga melalui acara ini kinerja jurusan Pendidikan Sejarah semakin bertambah baik dan masalah-masalah yang sedang dihadapi dapat segera diselesaikan.n (INAYAH)
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
15
SEPUTAR
UNESA
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI, KEMBANGKAN ISU TERKINI PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
SEMINAR: Peserta dan pembicara seminar menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pembukaan Seminar Nasional Biologi bertema Inovasi Pembelajaran dan Penelitian Biologi (IP2B) yang diselenggarakan FMIPA Unesa.
S
eminar Nasional Biologi dengan tema Inovasi Pembelajaran dan Penelitian Biologi (IP2B) diselenggarakan jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa. Seminar yang membahas tentang penilitian dan pembelajaran Biologi dengan inovasi terbaru sesuai zaman dilaksanakan Sabtu 18 Februari 2017 di Auditorium Prof. Slamet Dajono Gedung D1 Lantai 3 FMIPA. Seminar ini bertujuan mendiseminasikan isu-isu terkini tentang biologi dan pembelajaran biologi dengan mengembangkan jejaring di antara akademisi, praktisi dan/atau di bidang biologi dan pembelajaran biologi dengan mampu bisa mengembangkan minat di kalangan peneliti muda dan mahasiswa untuk melakukan penelitian di bidang biologi dan pembelajaran. Seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber, yakni Prof. Ir. Nizam, M.Sc.
16
DIC, Ph.D (Kepala Pusat Penelitian dan Pendidikan Kemendikbud Jakarta), Prof. H. Hery Purnobasuki, M.Si, Ph.D (Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi), Bidang Fisiologi Tumbuhan (akademisi Unair) dan Dr. Nur Ducha, S.Si, M.Si (Ketua Prodi Biologi Unesa). Sebagai moderator adalah Prof. Dr. Endang Susanti, M.Pd, Guru Besar Biologi FMIPA Unesa. Turut hadir dalam seminar tersebut Dekan FMIPA, Prof. Dr. Suyono, M.Pd. dan Wakil Dekan I FMIPA, Kajur Biologi, Dr.Yuliani, M.Si. dan Ketua Pelaksana Seminar, Dr. Sifak Indana, M.Pd. Dr. Sifak Indana, M.Pd. menyampaikan, seminar nasional Biologi merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang dilakukan jurusan Biologi. Diharapkan, melalui seminar itu para pengajar biologi memiliki kompetensi dan penguasaan pemahaman secara utuh. “Mengajarkan biologi membutuhkan inovasi-inovasi pembelajaran dan harus selaras dengan ilmu pengetahuan dan
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
teknologi,” terang Sifak Indana. Sifak Indana menambahkan, kegiatan seminar nasional biologi 2017 diikuti sekitar 253 peserta dari berbagai propinsi di Indonesia. Peserta seminar juga terdiri dari berbagai kalangan, di antaranya dosen, guru, peneliti, mahasiswa S1, S2, S3, dan dua pelajar SMA/MA. “Peserta seminar ini terdiri dari 116 penyaji makalah, 19 penyaji poster, dan 118 peserta biasa,” ujar Sifak Indana. Dekan FMIPA, Prof. Dr. Suyono, M.Pd mengucapkan terima kasih kepada para peserta dan tamu undangan yang mengikuti seminar nasional biologi 2017. Ia berharap para peserta dapat mengambil manfaat dari seminar tersebut. “Semoga dapat memberikan ide-ide yang bagus dan mampu memberikan kontribusi untuk membangun generasi penerus bangsa,” ungkap Suyono yang juga membuka acara Seminar Nasional tersebut. n (SH)
SEPUTAR UNESA
FBS JADI PIONER PELAKSANA KKN LITERASI DI UNESA
PERHATIAN: Pembicara dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya saat menyampaikan materi dalam Pendidikan dan Pelatihan persiapan KKN Literasi oleh Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Unesa.
D
alam rangka ikut mendorong gerakan literasi di sekolah dan masyarakat, pada semester genap tahun 2017 ini Unesa akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Literasi. Fakultas Bahasa dan Seni menjadi pioner alias generasi pertama pelaksanaan KKN Literasi. Tidak menutup kemungkinan, ke depan akan dilaksanakan oleh fakultas lain. Menyambut pelaksanaan KKN Literasi tersebut, selama dua hari Senin-Selasa (13-14 Februari 2017), Pusat KKN bersama PM LPPM Unesa bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Kuliah Kerja Nyata-Literasi Universitas Negeri Surabaya di Auditorium FBS Kampus
Lidah Wetan. Kegiatan diikuti sekitar 250 mahasiswa FBS. Prof. Dr. Darmi, M.Hum, pelaksana KKN Unesa mengatakan, KKN literasi akan mendorong pergerakan literasi di sekolah dan masyarakat. Menurut Prof. Darni, terselenggaranya KKN literasi berawal dari kerja sama antara Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya dengan Unesa untuk membantu mendorong pertumbuhan atau budaya literasi di kota Surabaya. “Unesa merespon dengan baik, mengingat Unesa juga memiliki pusat literasi,” ujar Guru Besar dari jurusan Bahasa Jawa tersebut. Prof. Darmi menjelaskan, dalam pelaksanaan nanti mahasiswa akan disebar di 100 sekolah dan 100 Taman Baca Masyarakat (TBM) di area kota Surabaya. Sepanjang semester,
Majalah Unesa
pada Sabtu pagi mahasiswa akan melaksanakan program KKN di sekolah selama 4 jam, dan sorenya di TBM selama 4 jam Darmi menambahkan, secara pelaksanaan tidak ada perbedaan yang signifikan antara KKN Literasi dengan KKN Posdaya. “Hanya beda temanya saja,” ungkapnya. KKN Literasi khusus untuk mengembangkan budaya literasi sedangkan KKN Posdaya untuk pemberdayaan masyarakat. “Literasi memiliki arti yang luas, namun literasi dalam KKN ini adalah untuk mendukung perpustakaan yang ada di Surabaya. Sehingga fokus pelaksanaan ada di dalam sekolah dan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk TBM yang sudah dikembangkan dengan baik,” pungkasnya. n (EMIR)
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
17
LENSA
UNESA
PEJABAT BARU: Rektor Unesa Prof. Warsono foto bersama para pejabat baru di lingkungan Pascasarjana Unesa usai pelantikan yang dilaksanakan pada Kamis, 23 Februari 2017, di Kampus Unesa Ketintang Surabaya.
PELANTIKAN WAKIL DIREKTUR PASCASARJANA amis 23 Februari 2017, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Warsono, M.S melantik Dr. Abadi, M.Sc sebagai Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Pascasarjana dan Prof. Dr. Dewie Tri Wijayanti Wardoyo, M.Si sebagi Wakil Direktur Bidang Umum Pascasarjana periode 2017-2021. Pelantikan berlangsung di Auditorium Gedung Pendidikan Kampus Unesa Lidah Wetan. Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S memberikan apresiasi kepada pejabat lama yang telah berupaya mengemban tugas dengan sebaik-baiknya dan berharap kepada pejabat baru agar melakukan kerja dengan sebaik-baiknya. l SURYO
18
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
UNESA TINDAKLANJUT KERJA SAMA DENGAN FINLAND UNIVERSITY UNIVERSITAS Negeri Surabaya kembali dikunjungi perwakilan dari Finland University untuk menindaklanjuti kerja sama di bidang pendidikan pada Kamis, 2 Februari 2017. Kedatangan dua perwakilan Finland University disambut oleh Rektor Unesa, Wakil Rektor 1, dan Wakil Rektor IV di ruang sidang Kantor Pusat Unesa Ketintang. Kedatangan tamu dari Finlandia ini untuk melanjutkan kerja sama dengan Unesa mengenai program pendidikan. l(SH)
PEMIRA MAHASISWA UNESA 2017
KABAG HUKUM & KEPEGAWAIAN GELAR SOSIALISASI BPJS KESEHATAN KABAG Hukum dan Kepegawaian, Unesa menggelar kegiatan Sosialisasi BPJS Kesehatan pada Kamis, 2 Februari 2017 di Auditorium Lantai 3 Kantor Pusat Unesa Ketintang. Sekitar 213 orang hadir dalam kegiatan tersebut, terdiri dari 35 orang dosen tetap Non PNS, 20 Orang Tenaga Badan Layanan Umum (BLU), 111 Orang Tenaga Kependidikan Tidak Tetap (TKTT), dan 47 Orang Tenaga Kontrak. Kegiatan tersebut dihadiri Kepala Biro Umum dan Keuangan (BUK), Drs. Budiarso, S.H.,MM, dan Kabag Hukum dan Kepegawaian, Drs. Rahmat Basuki, M.M. n (SH)
MAHASISWA Unesa menyelenggarakan pem ilihan raya (Pemira) tingkat universitas untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua BEM dan MPM Universitas pada Selasa, 21 Februari 2017. Kegiatan berlangsung mulai pukul 08.00 sampai 14.00 WIB. Diharapkan pesta demokrasi bagi mahasiswa itu berjalan lancar, menarik dan menghasilkan pemimpin yang amanah. n (SH)
Majalah Unesa
| Nomor: 102 Tahun XVIII- Februari 2017 |
19
KOLOM REKTOR
Secara fisik, fasilitas yang ada di gedung baru ini lebih baik dan lebih luas dibandingkan dengan gedung kantor pusat di Ketintang. Gedung baru juga memberi kesan kantor pusat Unesa lebih “mewah” dan menambah kepercayaan diri semua sivitas Unesa.
S
ejak Februari 2017, Kan tor Pusat Unesa (Rektorat berserta Biro Administrasi Umum dan Keuangan, dan Biro Administrasi Kemahasiswaan Pe rencanaan dan Kerja Sama) telah pindah menempati gedung baru di kampus Lidah Wetan. Gedung baru yang dikenal dengan Gedung Pendidikan sejak awal dirancang untuk kantor pusat (rektorat). Gedung ini dirancang sejak 2012 de ngan sistem multiyears selama tiga tahun oleh Prof. Muchlas Samani. Namun pembangu nannya baru dimulai pada 2013. Sejak Beliau dilantik sebagai Rektor Unesa periode 2010-2014, Beliau telah menggagas pengem bangan kampus Unesa, khususnya kampus Lidah Wetan. Beliau membuat banyak proposal untuk mencari dana pembangunan gedung dari berbagai pihak (kementerian dan lembaga), termasuk ke IDB yang saat ini tinggal menunggu realisasinya. Di antara gedung sangat fenomenal yang dimiliki Unesa adalah Gedung Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang berlokasi di kampus Lidah Wetan. Gedung PPG merupakan gedung pertama berlantai 9 yang dimiliki Unesa. Tentu bukan hanya gedung PPG, yang dibangun pada periode kepemimpinan Pak Muchlas, ada banyak gedung, seperti gedung kantor dekan FMIPA dan gedung-gedung di FISH, serta Gedung Kewirausahaan di Ketintang. Gedung Pendidikan dirancang sampai lantai 11, dan diharapkan menjadi simbol Unesa. Oleh karena itu, pembangunannya membutuhkan biaya yang besar dan
waktu lebih dari satu tahun. Pembangunan gedung pendidikan memang tidak berjalan kontinyu, sebab pada tahap ketiga, yaitu tahun 2015 untuk tahap finishing, dana dari pemeritah tidak turun. Padahal dana pembangunan gedung tersebut sepenuhnya diharapkan dari pemerintah. Baru pada tahun 2016, dana dari pemerintah untuk penyelesaian gedung turun,
Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.
teknologi sehingga pelayanan akan berjalan secara cepat dan akurat. Gedung Pendidikan, selain ditempati jajaran pimpinan universitas (rektor dan para wakil rektor), BAUK, BAKPK juga ditempati Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), dan Senat Universitas. Gedung pendidikan ini juga ada kantor Humas dan Kantor Urusan Internasional (KUI). Dengan demikian pusat pelayanan administrasi Unesa pindah dari kampus Ketintang ke kampus Lidah Wetan. Dengan perpindahan kantor pusat ke Lidah Wetan diharapkan semakin menambah semangat dan kinerja seluruh pimpinan dan staf dalam melakukan pelayanan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders).
SEMANGAT BARU
DI GEDUNG BARU
20
sehingga gedung dapat dilanjutkan pembangunannya. Oleh karena itu, kita baru bisa menempati Gedung Pendidikan ini pada awal 2017. Alhamdulillah, Unesa telah memiliki gedung bertingkat 11 yang digunakan sebagai kantor pusat dan menjadi kebanggaan kita bersama. Secara fisik, fasilitas yang ada di gedung baru ini lebih baik dan lebih luas dibandingkan dengan gedung kantor pusata di Ketintang. Gedung baru juga memberi kesan kantor pusat Unesa lebih “mewah” dan menambah kepercayaan diri semua sivitas Unesa. Meskipun demikian bukan kemewahan yang harus dikedepankan melainkan bagaimana gedung ini dapat memberi kenyamanan dan peningkatan pelayanan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, gedung ini juga dilengkapi dengan fasilitas
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
Utamakan Pelayanan Prima Sebagai Badan Layanan Umum (BLU), Unesa pernah mencanangkan pelayan prima, yang tentu mengutamakan pelayanan yang cepat, tepat, dan ramah kepada para stakeholder. Pelayanan prima harus menjadi acuan kerja seluruh civitas Unesa, sehingga tingkat kepuasan para stakeholders meningkat dan tidak ada komplain. Dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada stakeholders, Pimpinan Unesa telah mencanangkan budaya kerja, yaitu: kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Indikator kerja keras, salah satunya adalah kehadiran tepat waktu pada jam kerja, sehingga jika ada yang membutuhkan pelayanan tidak harus menunggu karena pegawainya tidak ada atau belum datang. Indikator
KOLOM REKTOR kerja cerdas, salah satunya adalah kemampuan memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi. Jika ada masalah tidak harus menunggu solusi dari pimpinan, tetapi sedapat mungkin dicarikan solusi yang tidak melanggar peraturan. Dengan kerja cerdas, berarti tidak akan ada penumpukan masalah, karena setiap masalah dicarikan solusinya. Indikator kerja ikhlas salah satunya adalah tidak mengeluh dalam melakukan pekerjaan seberat apapun. Indikator lain dari kerja ikhlas adalah sabar dalam menghadapi tantantangan, kritik dan mungkin cacian dari berbagai pihak. Kerja memberi pelayanan harus dimaknai sebagai ibadah, yang harus dilakukan dengan ikhlas dan sabar, sedangkan indikator kerja tuntas adalah tidak lagi ada pekerjaan yang tersisa dan tertunda. Selesaikan hari ini apa yang harus dikerjakan hari ini. Tidak menunda-nunda pekerjaan yang bisa diselesaikan hari ini sehingga esok bisa mengerjakan pekerjaan baru. Kerja tuntas juga menuntuk kedisiplinan waktu dan manajemen diri yang baik, karena pada hakikatnya kerja tutas ini merupakan puncak dari kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Selain budaya kerja juga dicanangkan kebersamaan dengan prinsip Kolaborasi, Koordinasi, dan Komunikasi (3K). Sebagai suatu sistem, ada keterkaitan di antara berbagai komponen (bagian) yang ada di Unesa. Komponen-komponen tersebut selain saling terkait satu dengan lainnya juga harus bekerja sama mewujudkan suatu tujuan bersama. Itulah suatu sistem. Sebagai suatu lembaga Unesa juga merupakan satu sistem, yang di dalamnya ada sub-sub sistem, yang terkait satu dengan lainnya dan harus bekerja sama untuk mewujudkan misi Unesa. Oleh karena itu, perlu dibangun prinsip Kolaborasi, Koordinasi, dan Komunikasi. Untuk membangun kolaborasi, harus dikikis sikap egoisme dari setiap pribadi. Sikap egoisme ini bukan suatu sikap yang mendukung kinerja, tetapi justru merupakan penghambat kinerja, karena bisa mengganggu pekerjaan lainnya. Untuk bisa melakukan kolaborasi diperlukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan
atau pekerjaan. Keberhasilan dalam melakukan koordinasi merupakan awal dari keberhasilan, paling tidak pekerjaan itu bisa lebih ringan dan cepat, karena dilakukan secara bersama-sama, tanpa ada energi yang terbuang. Dan, agar koordinasi bisa berjalan diperlukan komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang baik, mengurangi terjadinya kesalahpahaman di antara mereka yang berkolaborasi. Oleh karena itu, budaya komunikasi yang jelas, sopan santun, di antara kita, karena dengan kemunikasi yang baik bisa menghilangkan kesalahpahaman dan prasangka buruk. Perubahan budaya kerja ini menyangkut pola pikir dan keyakinan. Pemikiran bahwa kita memiliki kewajiban yang harus dilakukan setelah diterima hakhak kita. Pemikiran bahwa ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi secara adil. Keadilan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban. Setelah diterima hak-hak kita berupa gaji, maka kita memiliki kewajiban yang harus dilakukan. Pola pemikiran seperti ini harus ada dalam membangun budaya kerja. Disamping pola pikir juga harus dibangun keyakinan, bahwa jika tidak melaksanakan kewajiban, meskipun itu kewajiban kepada negara, akan menimbulkan dosa. Paling tidak gaji yang sudah kita terima menjadi “gaji buta� karena apa yang menjadi kewajiban kita, tidak kita dilakukan. Memang membangun budaya kerja tersebut tidak mudah, terutama bagi para pimpinan, tetapi ini harus terus dibiasakan dan perlu keteladanan dari para pimpinan. Para pimpinan harus terlebih dahulu memberi contoh budaya kerja ini. Jika para pimpinan tidak bisa memberi contoh akan sulit membangun budaya ini, karena bawahan biasanya akan mencontoh atasannya. Untuk melakukan hal yang baik itu sangat tidak mudah. Seringkali sudah diberi contoh saja, orang tidak mau meniru, apalagi tidak diberi contoh. Hal ini berbeda dengan perbuatan yang tidak baik, meskipun tidak ada yang memberi contoh, biasanya orang dengan mudah melakukannya. Namun saya yakin, bahwa seluruh pimpinan dan pegawai Unesa bisa melakukan budaya kerja ini,
Majalah Unesa
meskipun secara bertahap. Saya optimis, pimpinan dan pegawai Unesa akan berusaha menjadi insan yang baik, dan ingin mengisi sisa waktu pengabdian dan hidup ini dengan amal ibadah. Sebagai BLU, Unesa juga telah memberikan remunerasi kepada seluruh pegawai negeri sipil maupun pegawai tetap non PNS. Remunerasi diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada kinerja para pegawai. Remunerasi diberikan berdasarkan pada prinsip meningkatkan pendapatan secara adil, merata, dan terbuka. Artinya siapa yang bekerja lebih baik akan memperoleh remunerasi lebih tinggi. Oleh karena itu, dengan remunerasi diharapkan semakin menambah semangat kerja bagi seluruh pegawai Unesa, khususnya PNS maupun pegawai tetap non PNS. Bagi yang tenaga kontrak juga diupayakan ada peningkatan pendapatan dengan cara lain yang tidak bertentangan dengan peraturan. Remunerasi ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai. Sejak tahun ini, seluruh pegawai Unesa harus membuat Sasaran Kerja Pegawai (SKP). SKP merupakan kontrak kerja dari para pegawai terhadap atasannya. Dengan adanya SKP, akan ada ukuran yang jelas dan terukur bagi kinerja setiap pegawai. Tingkat kinerja itulah yang nanti dipakai untuk membayar remunerasi. Capaian kinerja yang dilakukan oleh setiap pegawai didasarkan pada kontrak kerja yang telah dibuat. Dengan demikian setiap pegawai memiliki tugas yang jelas dan terukur (siapa melakukan apa dan berapa). Salah satu tujuan yang diharapkan dari remunerasi adalah peningkatan pelayanan dan kinerja, sehingga meningkatkan kepuasan dan produktivitas kerja. Dengan peningkatan kepuasan dan produktivitas kerja, diharapkan akan membawa dampak pada peningkatan PNBP, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan dan investasi. Oleh karena itu, dengan adanya remunerasi dan gedung baru, diharapkan semangat untuk mewujudkan budaya kerja semakin tinggi. Semoga dengan menempati gedung yang baru ini menambah semangat kita untuk berkerja. Amin. n
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
21
SEPUTAR
UNESA
FIP GELAR FGD DENGAN BADAN AHLI DPR RI
FGD: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menggelar Focus Group Discussion (FGD) pada Selasa, (22/02) di Gedung O6 Auditorium Lantai 4 PG PAUD dan PLB FIP Unesa.
F
akultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menggelar Focus Group Discussion (FGD) pada Selasa, (22/02) di Gedung O6 Auditorium Lantai 4 PG PAUD dan PLB FIP Unesa. Badan Keahlian DPR RI yang hadir adalah Dra. Rini Koentarti, M.S., Afniwaty Tanjung, SE, ME, Hariyanto, S.H, Revianita, S.Kom., Achmad Yani, S.H, M.H, Ayu Cahyani Sirait, S.H, M.H, Khania Nirmala Pratidina, S.H dan Rr. Lucia P Dewi Damayanti Yudakusuma, S.H, M.Kn. Dari FIP Unesa dihadiri Dekan FIP Unesa, Drs. Soejarwanto, M.Pd, Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Prof. Dr. Mustadji, M. Pd, Wakil Dekan 2 Bidang Umum dan Keuangan, Dra. Gunarti Dwi Lestari, M. Si., Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Drs. Heru Siswanto, M.Si., Kajur, Kapordi,
22
Doktor, dan Guru Besar se-Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa. Dekan FIP Drs. Soejarwanto, M.Pd menyampaikan, Badan Keahlian DPR RI ingin menggali informasi pelaksanaan daerah, terutama Jawa Timur. Nanti, akan ada pengambilan kebijakan dalam rangka mereview atau memprediksi Undang-Undang Pendidikan Nasional. Soejarwanto berharap dari berbagai pasal-pasal dapat dijadikan referensi untuk perbaikan atau review undang-undang pendidikan nasional itu. “Kegiatan diskusi bisa dibuat acuan untuk perbaiki pendidikan ke depan, misalnya keterkaitan dengan pendidikan inklusi ada beberapa hal yang dijadikan kebijakan untuk perbaikan pendidikan nasionalnya,” ujar Soejarwanto Perwakilan Badan Keahlian DPR RI, Dra. Rini Koentarti, M.Si mengatakan
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
bahwa UU No.20 tentang pendidikan nasional ini sudah berjalan 13 tahun. Karena itu, bisa jadi nanti akan muncul UU baru seperti UU Dosen dan Guru, dan lain-lain. Rini menambahkan, kegiatan FGD semacam ini penting untuk menggali permasalahan-permasalahan yang terkait dengan sistem pendidikan nasional. Apakah ada di dalam pengimplikasian undang-undang itu belum sinkron dengan peraturan daerah. Apakah perlu revisi atau tidak undang-undang tentang sistem pendidikan nasional. “UU Sisdiknas ini kan usianya sudah 10 tahun ke atas. Tentu, ada dinamika perkembangan pengetahuan begitu pesat. Oleh karena itu, kami perlu masukan atau saran dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satunya, Jawa Timur yang di Kampus Unesa ini,” pungkasnya.n (SH)
ARTIKEL WAWASAN
BERBANTUAN MEDIA PERKOFEL Oleh SUTRIS, S.PD., M.PD.*)
PERCOBAAN: Guru sedang menerapkan pembelajaran strategi pembelajaran struktur atom berbantuan media perkofel kepada siswa.
Tak ada rotan akarpun jadi Pepatah klasik tersebut mengidentifikasikan guru Fisika ditugaskan mengajar kimia, Guru biologi ditugaskan mengajar kimia. Bahkan, ada Guru IPS ditugaskan mengajar kimia. Karena
bukan spesifikasinya, paradigma pembelajaran seringkali kurang mengenai sasaran dan bahkan menyesatkan. Ibaratnya, belajar seni memancing pada ahli pedang, tentunya ndak nyambung. Meskipun, kalau disambung-
Majalah Unesa
sambungkan pasti nyambung. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru SMP kemungkinan hanya sebatas C1 atau pengetahuan, belum menyentuh ke ranah pemahaman. Padahal, di dalam amanat undang-
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
23
ARTIKEL
WAWASAN
Media permainan konfigurasi electron yang mempunyai fungsi membantu peserta didik dalam menentukan konfigurasi electron dengan baik mudah dan benar, serta sangat membantu siswa dalam menjawab pertanyaan tentang konfigurasi electron. Konfigurasi electron selalu berhubungan dengan nomor atom, besarnya nomor atom kita mengambil tusuk sate sejumlah nomor atom. Penggunaan media ini sangat mudah semudah permainan congklak yang biasa dimainkan oleh anak sekolah dasar, dan dalam media tersebut , disertakan cara penggunaannya. undang dan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses diharapkan proses pembelajaran harus sampai ke ranah pemahaman sehingga siswa mampu mendiskripsikan atau merefleksikan kembali bila ditanyakan tentang materi yang sama dalam waktu yang berbeda. Pelajaran kimia sering diinterpretasikan oleh peserta didik, merupakan pelajaran susah karena banyak rumusrumus kimia maupun rumus-rumus hitungan tentang kimia. Label-label yang lain yang disematkan dalam pelajaran kimia sehingga terkesan kimia merupakan pelajaran yang menakutkan. Karena itu, tak salah jika ada sebutan phobia kimia, I hate chemistry (aku benci kimia), dan ditambah lagi gurunya yang tipikal menyeramkan. Berpijak pada fenomena tersebut, guru-guru kimia di jenjang SMA mempunyai tanggung jawab untuk meluruskan dan membuktikan bahwa pelajaran kimia joyfull learning. Belajar kimia serasa di paradiso (surga), bukan di Inferno (neraka). Dengan bebagai kelemahan dan kekurangan di atas merupakan penyebab pemahaman peserta didik tentang materi yang telah diberikan pada jenjang sekolah sebelumnya ditanyakan ulang jauh dari harapan. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahapan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahapan pendahuluan, didalamnya terdapat prasyarat pengetahuan, ditanyakan ulang materi yang telah diberikan yaitu konfigurasi electron. Hasil yang didapatkan di luar
24
dugaan kurang dari 20% siswa dapat menjawab dengan benar. Dari kenyataan ini saya merasa terpanggil untuk mencarikan solusi yang selama ini dihadapi peserta didik. Setelah berfikir panjang mencari berbagai alternatif, akhirnya terpikirkan salah satu solusinya menggunakan media. Perkofel (Permainan Konfigurasi Elektron): Sebuah Alternatif Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran , perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6). Gerlach dan Ely (Sanjaya, 2007:161) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar , kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam hal ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Dari pendapat para ahli media perkofel dapat dikategorikan suatu
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
media pembelajaran karena dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat, pengetahuan, dan ketrampilan, serta sikap. Point penting dari perkofel, yakni sebagai berikut. Pertama, Pembuatan Media. Dari hasil pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam ide, dan dipaparkan dalam coretan kertas untuk memperjelas ide tersebut. Ide yang tertuang dalam kertas siap untuk diwujudkan dalam langkah nyata. Ide yang tertuang dibuat dengan menggunakan program korel dan dicetak dalam bentuk banner. Untuk mempermudah penggunaan media menggunakan tripot. Banner yang telah jadi dijahit dibuatkan saku dengan plastik transparan sehingga tidak merubah tampilan banner tersebut.Untuk melengkapi penggunaan media, diperlukan tusuk sate yang dihilangkan bagian lancipnya supaya aman digunakan, dan media siap digunakan. Kedua, Penggunaan Media. Media yang siap digunakan merupakan media permainan konfigurasi electron yang mempunyai fungsi membantu peserta didik dalam menentukan konfigurasi electron dengan baik mudah dan benar, serta sangat membantu siswa dalam menjawab pertanyaan tentang konfigurasi electron. Konfigurasi electron selalu berhubungan dengan nomor atom, besarnya nomor atom kita mengambil tusuk sate sejumlah nomor atom. Penggunaan media ini sangat mudah semudah permainan congklak yang biasa dimainkan oleh anak sekolah dasar, dan dalam media tersebut , disertakan cara
ARTIKEL WAWASAN Daftar Pustaka
SARANA: Lidi dari batang bambu dapat dijadikan media permainan konfigurasi elektron tusuk sate untuk siswa di sekolah.
penggunaannya. Penggunaan “Media Permainan Konfigurasi Elektron� tusuk sate dimasukkan dalam saku sub kulit s, p dan f masing-masing sub kulit maksimum diisi berturut-turu, 2, 6, 10 san 14. Sangat mudah dan menye nangkan serta mendapat respons yang sangat positif dari siswa, karena materi atau konsep yang diberikan di tingkat Sekolah Menengah Atas bisa dimainkan semua jenjang pendidikan. Ketiga, langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Membagi siswa dalam beberapa kelompok (i) masing-masing kelompok diberikan media Perkofel lengkap dengan tripot dan tusuk sate; (ii) diberikan Lembar Kerja sebagai latihan untuk mencapai tujuan; (3) diberikan kesempatan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan jawabannya, yang nantinya sebagai bahan diskusi; dan (iv) menyimpulkan hasil pembelajaran dan hasil efektif dan tidaknya penggunaan media yang digunakan saat pembelajaran. Efek Perkofel Setelah menggunakan media perkofel perubahan yang dirasakan oleh peserta didik antara lain (i) merangsang pemikiran peserta didik untuk turut serta berfikir dan menggunakan alat secara aktif; (ii) perasaan peserta didik senang dan gembira
karena perasaan peserta didik tidak sertamerta terbebani untuk menjawab materi pelajaran/konsep yang harus dikomunikasikan; (iii) dengan menggunakan media yang sangat sederhana dan dapat membantu dalam menyeleseikan solusi pembelajaran, dengan sendirinya meningkatkan perhatian siswa; (iv) setelah mencoba sendiri media tersebut, hasilnya benar dengan semudah dan sesederhana itu dapat menjawab pertanyaan, dengan sendirinya dapat meningkatkan minat peserta didik; (v) dengan memainkan Media Perkofel, secara langsung peserta didik telah memiliki pengetahuan tentang konfigurasi electron; (vi) selama ini peserta didik hanya diberikan informasi atau pengetahuan tentang konfigurasi electron, dan sekarang memainkan sendiri untuk mencari solusi tentang konfigurasi electron, dengan demikian telah memiliki ketrampilan; dan (vii) dengan bantuan Media Perkofel menjadikan peserta didik dengan mudahnya dapat menjawab pertanyaan tentang konfigurasi electron, sikap dan semangat positif telah dimiliki semua peserta didik.n
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang skl Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses Sadiman, Arif S. 2002. Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sanjaya, Wina. 2007. Startegi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Perdana Media Group Undang-undang Pendidikan Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pemdidikan Nasional.
Penulis adalah Guru SMAN 1 Porong, Sidoarjo, Jawa Timur
Majalah Unesa
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
25
KABAR
IKA UNESA
(HASIL FGD IKA UNESA) Oleh PROF LUTHFIYAH NURLAELA*)
FGD: Dewan Pakar IKA Unesa dan pengurus foto bersama usai mengikuti FGD di Gedung LPM Unesa, Kampus Ketintang Surabaya.
K
emajuan sebuah bangsa tidak terlepas dari peran penting pendidikan. Sebuah sistem pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan perkembangan zaman sangatlah diperlukan. Pada beberapa waktu belakangan ini, isu yang hangat dalam bidang pendidikan di Indonesia, antara lain adalah pendidikan karakter, fullday school, dan ujian nasional. Tentu saja
26
ketiga isu tersebut bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, bahkan bisa dikatakan sebagai isu klasik. Terkait dengan pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah mengembangkan grand design pendidikan karakter nasional pada semua jalur dan jenjang pendidikan sebagai rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan dan penilaian. Grand
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
design tersebut merupakan konfigurasi karakter dalam konteks total proses psikologis dan sosialkultural, yaitu meliputi: olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creative development). Fokus penguatan pendidikan karakter meliputi, penguatan pada struktur program,
KABAR IKA UNESA Tiga isu strategis tersebut menjadi kajian FGD “Rekonstruksi Sistem Pendidikan Indonesia�, yang digagas oleh IKA Unesa, dan diselenggarakan di Gedung Serba Guna, pada 21 Desember 2016 yang lalu. Sebagai organisasi alumni dari perguruan tinggi LPTK, yang anggotanya mayoritas berkecimpung dalam dunia pendidikan, amat tepat bila IKA Unesa berinisiatif mencoba memetakan persoalan dan menyumbangkan pemikiran terkait tiga isu tersebut. penguatan pada struktur kurikulum, dan penguatan struktur kegiatan. Namun pada pelaksanaanya masih belum sesuai dengan grand design yang telah dirancang oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. Selanjutnya, wacana fullday school (FDS) untuk siswa SD dan SMP, diusulkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy ,beberapa waktu yang lalu. Mendikbud meyakini bahwa porsi pendidikan karakter di level pendidikan dasar dan menengah belum memadai, sehingga perlu ada penambahan dengan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler. Rencananya, anak pulang sekolah pukul lima sore mengikuti rata-rata jam pulang kerja orang tua. Mereka diharapkan bisa pulang bersama-sama orang tua, atau setidaknya ketika mereka pulang sekolah ada orang tua yang mengawasi kegiatan mereka. Wacana Mendikbud memperpanjang jam sekolah masih berupa gagasan yang perlu dikaji secara mendalam. Terkait dengan ujian nasional (UN), hakikat UN adalah untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional. Namun tak jarang masyarakat kita memandang UN sebagai satu momok yang menakutkan. Belum lama ini, Mendikbud mengeluarkan pernyataan tentang penghapusan UN dan banyak menuai pro kontra di kalangan masyarakat. Mendikbud beralasan bahwa penghapusan
UN ini didasari beberapa hal, di antaranya: UN tidak berperan ketika siswa mendaftar ke PTN, UN hanya memprioritaskan mata pelajaran tertentu, soal UN yang pilihan ganda tidak mengajarkan siswa untuk berpikir kritis. Selain itu kualitas guru dan kelengkapan sarana prasarana sekolah yang belum merata di setiap daerah serta akses informasi yang masih langka menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam mengeluarkan kebijakan tentang UN. Wacana penghapusan UN ini terus menimbulkan pro dan kontra. Walaupun Presiden sudah memutuskan untuk tetap menyelenggarakan UN di tahun 2016, akan tetapi pro dan kontra terkait pelaksanaan Ujian Nasional masih relevan untuk dikaji bersama. Tiga isu strategis tersebut menjadi kajian FGD “Rekonstruksi Sistem Pendidikan Indonesia�, yang digagas oleh IKA Unesa, dan diselenggarakan di Gedung Serba Guna, pada 21 Desember 2016 yang lalu. Sebagai organisasi alumni dari perguruan tinggi LPTK, yang anggotanya mayoritas berkecimpung dalam dunia pendidikan, amat tepat bila IKA Unesa berinisiatif mencoba memetakan persoalan dan menyumbangkan pemikiran terkait tiga isu tersebut. Kegiatan ini melibatkan semua stakeholder pendidikan, meliputi pemerintah (Dinas Pendidikan), lesgilatif (anggota DPR), akademisi, praktisi/guru, pemerhati, orang tua, dan siswa, serta media. Kegiatan ini diharapkan dapat menghimpun berbagai pandangan mengenai
Majalah Unesa
sistem pendidikan Indonesia dari berbagai perspektif. Hasil FGD diolah menjadi rumusan rekomendasi bagi pihak terkait, khususnya kepada kementerian pendidikan nasional, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola pendidikan di Indonesia. PENGEMBANGAN KARAKTER Hasil FGD terkait dengan pengembangan karakter, dapat diklasifikasikan menjadi: 1) makna pendidikan karakter; 2) implementasi dan peran pendidikan/sekolah; 3) peran pemerintah; 4) aspek masyarakat/keluarga; dan 5) kendala pengembangan karakter. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan manusia yang sempurna, mampu membangun hubungan dengan baik terhadap Tuhan dan semua ciptaannya. Makna ini menyiratkan bahwa karakter menjadi atribut yang melekat pada sosok manusia yang utuh, sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Terkait dengan implementasi dan peran pendidikan/sekolah, hasil FGD dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Penguatan pendidikan karakter harus berdasar pada budaya sekolah; 2) Penguatan pendidikan karakter tidak hanya pada struktur kurikulum tapi juga pada struktur kegiatan siswa; 3) Sekolah perlu diberikan supporting programme yang dapat membantu
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
27
KABAR
IKA UNESA
siswa untuk membiasakan diri dalam membangun karakter, contohnya dengan gerakan literasi; 4) Pendidikan karakter di sekolah seharusnya lebih mengutamakan pada pengembangan karakter jujur, disiplin, sopan, dan toleransi; dan 4) Diperlukan Pelatihan aplikasi kurikulum “hidden� secara efektif; 5) Pendidikan harus diarahkan pada pendidikan karakter, sesuai UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3; dan 6) Penanaman nilai karakter harus menjadi tanggung jawab semua guru, bukan hanya guru PPKn dan agama; dan 7) Buku penghubung yang selama ini untuk pengembangan karakter, telah beralih fungsi hanya sebagai buku reminder untuk jadwal ujian dan PR, sebaiknya perlu dikembalikan lagi fungsinya. Terkait dengan peran pemerintahan, beberapa hal dikemukakan sebagai berikut: 1) Pemerintah harus memfasilatasi keluarga dan lingkungan untuk penguatan pendidikan karakter; ; 2) Kementerian kebudayaan dan pendidikan (Kemdikbud) telah menerbitkan 18 karakter, dan hal tersebut merupakan modal untuk dikembangkan; 2) Revolusi mental yang diluncurkan oleh pemerintahan Jokowi harus bersumber dari pendidikan karakter; 3) Pemerintah, melalui Kominfo, sebaiknya dapat menyaring tayangan-tayangan televisi dan media lainnya, agar layak untuk dikonsumsi masyarakat, terutama anak-anak. Selanjutnya yang terkait dengan keterlibatan masyarakat dan orang tua, melliputi: 1) Pendidikan karakter harus melibatkan masyarakat, memaksimalkan komite sekolah, dan komunitas masyarakat; dan 2) Meskipun para guru telah menerapkan disiplin tinggi dan memberikan keteladanan di sekolah, tanpa adanya kerjasama dengan orang tua di rumah, hal itu akan menjadi sia-sia. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pendidikan karakter,
28
teridentifikasi sebagai berikut: 1) Anak terpengaruh karakter di luar sekolah. Sementara guru disibukkan dengan berbagai masalahnya sendiri, dan tidak ada waktu untuk melakukan inovasi serta pengembangan karakter di sekolah; 2) Lembaga pendidikan/sekolah kurang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, instrumen untuk mencapai pelaksanaan pendidikan karakter sangat kurang; 4) Implementasi pendidikan karakter kurang berhasil di sekolah karena panduan berupa perencanaan, implementasi, dan kontrol, tidak ada; 5) Guru dan siswa kurang mampu memahami konsep pendidikan karakter. FULL DAY SCHOOL Terkait dengan fullday school, beberapa hal yang tergali meliputi: pemahaman terhadap fullday school; implementasi dan peran sekolah; serta peran pemerintah. Tentang pemahaman terhadap fullday school, pendapat para peserta FGD dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Guru banyak yang belum memahami konsep dan landasan teori fullday school; 2) Fullday school bukanlah tujuan tetapi alat untuk mencapai tujuan, yaitu pendidikan berkualitas, dimana peserta didik diharapkan mampu memaknai kehidupan; 3) Fullday learning prakteknya sudah dilakukan sejak dahulu misalnya siswa diberi pekerjaan rumah (PR), diminta membantu orang tua, dan lain lain; 4) Fullday school ide dasarnya karena kesibukan orang tua dalam bekerja. Peran yang dapat diambil pemerintah pada fullday school meliputi: 1) Fullday school sebaiknya ditawarkan pada masyarakat bukan diwajibkan, selanjutnya pemerintah harus menerbitkan panduan dan training untuk sekolah yang akan menyelenggarakan fullday school; 3) Pelaksanaan fullday school harus jelas, pendidikan karakter apa yang ingin dikembangkan agar jelas dan terarah, tidak harus semua sekolah
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
(sesuai budaya dan visi misi sekolah); 7) Dengan tidak adanya landasan operasional yang jelas, maka fullday school sebenarnya hanya suatu wacana di masyarakat; Selanjutnya, implementasi dan peran sekolah dalam fullday school meliputi: 1) Fullday school tidak masalah diterapkan di SMK, tetapi untuk SMP dan SD penerapan fullday school perlu dikaji kembali; 2) Sekolah bisa mulai menerapkan fullday school karena fullday school pada dasarnya baik, sekolah yang sudah siap bisa memulai dulu; 3) Sekolah yang telah menerapkan fullday school, perilaku siswa cenderung lebih baik; 4) Penerapan fullday school memerlukan ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas, dan tidak semua sekolah mampu menyediakannya; dan 5) Penerapan fullday school mengancam dan mematikan keberadaan madrasah diniyah. UJIAN NASIONAL (UN) Terkait dengan UN, beberapa hal yang terekam dari FGD adalah: Pendapat Pro UN; Pendapat Kontra UN; dan Ekses UN. Untuk pendapat yang pro UN, jabarannya adalah sebagai berikut: 1) UN tetap harus dilaksanakan karena merupakan standar, 2) UN dengan sistem computer-based test (CBT) sudah sangat bagus; 3) CBT yang sudah berlangsung harus dievaluasi, CBT harus online, tidak offline; 4) UN tidak layak dihapus, kalau UN dihapus berarti UU Sisdiknas harus direvisi juga karena UN sudah tercantum di dalamnya; 5) UN sebaiknya tidak dihapus, tetapi tidak menjadi penentu mutlak kelulusan, dan dilakukan untuk semua mata pelajaran yang KD- nya berasal dari Pusat; 5) Moratorium UN bisa dilakukan dalam bentuk alternatif ujian sekolah berorientasi nasional; 6) UN mendorong semangat belajar; dan 7) UN untuk menguji prestasi belajar siswa di sekolah. Sedangkan untuk pendapat yang kontra UN, meliputi: 1) Peruntukan
KABAR IKA UNESA UN tidak jelas untuk apa, untuk mengukur, mengevaluasi, atau asesmen; seharusnya UN itu untuk asesmen; 2) Di sekolah sudah ada ujian sekolah yang levelnya sama dengan UN; berarti siswa harus ujian dua kali; 3) Hasil UN tidak sepenuhnya menggambarkan kualitas pendidikan; 5) Penghapusan UN tidak berpengaruh terhadap kualitas pendidikan Indonesia; 6) UN perlu dimoratorium karena banyak kekurangannya; 7) Banyak yang tidak setuju ketika pemerintah tetap memberlakukan UN; 8) UN hanya dipandang sebagai marketing sekolah. Sekolah-sekolah yang berhasil meluluskan anak didiknya 100% akan mendapat pamor lebih dibanding sekolah lain.; 9) UN hanya memboroskan dana; 10) UN kontradiktif dengan pendidikan karakter; 10) UN tidak relevan untuk dilakukan pada jenjang SD. Selanjutnya adalah ekses dari UN, yang dijabarkan sebagai berikut: 1) Yang terjadi saat ini adalah ketidakadilan, mata pelajaran UN diistimewakan, sementara guru yang mata pelajarannya tidak di-UN-kan memakan gaji buta, berbulan-bulan tidak mengajar karena setiap hari siswa selalu berlatih dan membahas soal UN; 2) Prakteknya terjadi kebocoran/ kecurangan sehingga hasil UN tidak bisa menjadi acuan; 3) UN membentuk karakter curang, untuk dapat lulus 100%, baik guru, kepala sekolah rela melakukan segala cara untuk mencapainya. Mulai dari pemberian kisi-kisi, sampai politik tempat duduk (di sini siswa berpotensi diharapkan dapat membantu kawannya dalam menjawab soal) akan dilakukan pihak sekolah; 4) UN menimbulkan kecemasan, cemas dimulai dari orang tua, dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru, sehingga merusak karakter siswa; dan 5) Adanya kesenjangan baik fasilitas maupun kesempatan dari guru mapel UN vs non-UN.
REKOMENDASI Berdasarkan hasil FGD, landasan filosofis, dan landasan yuridis, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, adalah sebagai berikut. Terkait dengan pendidikan karakter, rekomendasi meliputi: 1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu membuat pedoman yang dapat digunakan bagi sekolah, keluarga, dan masyarakat, untuk melakukan kegiatan pengembangan karakter pada siswa. Pedoman tersebut juga mengatur peran dan tanggung jawab sekolah, keluarga, dan dalam memperkuat pendidikan karakter; 2) Sekolah perlu diberikan supporting programme yang dapat membantu siswa untuk membiasakan diri dalam membangun karakter. Program tersebut juga seharusnya menjamin adanya keterlibatan keluarga dan msayarakat; dan 3) Peran buku penghubung supaya dikembalikan pada tujuan awalnya, yaitu tidak hanya untuk menuliskan PR yang harus dikerjakan siswa, namun juga berfungsi untuk membangun karakter sebagai bentuk tanggung jawab sekolah dan keluarga. Selanjutnya, terkait dengan fullday school, beberapa rekomendasi meliputi: 1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat regulasi yang jelas terkait penerapan fullday school; 2) Selain regulasi, program fullday school juga perlu dilengkapi dengan panduan penyelenggaraan dan sosialisasi serta pelatihan bagi sumber daya manusia sekolah (kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan); 3) Salah satu konsekuensi logis penerapan fullday school adalah perlunya sarana dan prasarana yang memadai, dan hal tersebut perlu menjadi pemikiran bagi kementerian, karena belum semua sekolah siap; dan 4) Perlu dipertimbangkan keberadaan sekolah diniyah, karena penerapan fullday school akan mengambil
Majalah Unesa
waktu operasional sekolah diniyah di siang atau sore hari. Sedangkan terkait dengan Ujian Nasional (UN), rekomendasi meliputi: 1) Ujian Nasional tetap diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan, namun sebaiknya lebih berorientasi pada fungsi memetakan kualitas pendidikan sekolah, bukan untuk syarat kelulusan; 2) Jenis mata pelajaran yang di-UN-kan supaya dipertimbangkan lagi, supaya tidak terjadi ketidakadilan, yaitu mata pelajaran UN sangat diistimewakan, sementara mata pelajaran non-UN tidak mendapatkan perhatian secara proporsional; dan 3) Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk memperkecil dampak negatif UN, seperti: kecurangan, kecemasan, dan ketidakadilan, serta menjadikan UN sebagai marketing sekolah. Terkait dengan hal tersebut, sekolah-sekolah yang tingkat kelulusannya rendah, seharusnya diberikan perhatian khusus, misalnya dengan program peningkatan mutu sekolah.n Surabaya, 15 Februari 2017 *) Penulis adalah Ketua BIdang 2 Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
29
INSPIRASI
ALUMNI Yuni Yulianti, Master of TESOL, Faculty of Education Monash University Australia
TEKAD KUAT GAPAI MIMPI DAN HARAPAN “SAETIAP MANUSIA MEMILKI HARAPAN DAN IMPIAN. ADA YANG KADARNYA TINGGI. ADA PULA YANG KADARNYA RENDAH. NAMUN SECARA HAKIKAT, SETIAP MANUSIA PASTI MEMILIKI KEDUA HAL TERSEBUT (HARAPAN DAN IMPIAN)”
Y
uni Yulianti memang memiliki bakat cerdas sejak kecil. Hal itu terlihat dari kebiasaan dirinya semasa kecil hingga remaja yang lebih suka membaca buku daripada menghabiskan waktu bermain-main. Saking maniaknya membaca, jika kehabisan buku, dia membaca lagi buku yang sudah pernah dibaca. Satu hal yang berkesan saat remaja adalah masalah teknologi.
30
Begitulah salah satu yang menjadi prinsip Yuni Yulianti, alumni S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Surabaya yang kini tengah menyelesaikan studi Master of TESOL, Faculty of Education Monash University Australia. Perempuan asal Kabupaten Probolinggo itu memiliki harapan dan impian tinggi untuk dapat meraih kesuksesan. Meski latarbelakang kondisi perekonomian keluarganya kurang mampu, namun tidak membuatnya patah arang untuk menggapai
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
impian tersebut. Sejak kecil, Yuni sudah terbiasa dengan tekun belajar. Ia tidak terlalu banyak bermain. Ia sangat terobsesi dapat menempuh pendidikan tinggi agar mampu mengubah nasib keluarga. “Saya tidak ingin seperti orangtua dan saudara–saudara saya yang hanya bisa mengenyam pendidikan Sekolah Dasar bahkan tidak sampai lulus dan kebanyakan bekerja menjadi buruh bangunan atau pembantu rumah tangga dengan penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-
INSPIRASI ALUMNI
BELAJAR: Kegiatan Yuni Yulianti saat menyelesaikan studi Master of TESOL, Faculty of Education Monash University Australia.
hari,” ungkap perempuan kelahiran 6 Maret 1992 tersebut. Tangga Impian Melalui Bidikmisi Impian dan obsesi yang kuat untuk mengubah nasib itu seolah terjawab. Ia mendapat kesempatan melanjutkan studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Unesa melalui beasiswa Bidik Misi. Sejak kuliah S1, Yuni sudah bisa mandiri. Setiap bulan, dia mendapatkan biaya hidup sebesar 600 ribu dari beasiswa Bidik Misi. Tentu saja, uang itu sejatinya belum mencukupi semua kebutuhannya sebagai mahasiswa untuk membayar sewa kos, makan dan kebutuhan sehari-hari, print tugas-tugas, dan kegiatan-kegiatan organisasi mahasiswa lain yang membutuhkan dana. Namun, ia berupaya mencukupkan dengan kebutuhan sehari-hari. Agar mendapatkan nilai tambah, Yuni nyambi bekerja sebagai guru les di Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) dan guru ekstrakurikuler di salah satu SMP di Surabaya. “Saya mengajar setiap hari pada sore hari. Terkadang malam hari setelah Maghrib sampai pukul 20.00 atau 21.00 Wib. Selain untuk mengamalkan ilmu, juga agar bisa mendapatkan uang tambahan untuk biaya keperluan kuliah lainnya,” ungkapnya. Yuni mulai kuliah di Unesa pada Juli 2010. Ia memilih jurusan Pendidikan Bahasa Inggris karena melalui jalur PMDK karena memiliki beberapa sertifikat lomba Bahasa Inggris. Ia pun bersyukur dengan jurusan keguruan yang dipilihnya itu karena berpeluang besar menjadi seorang pendidik. “Dengan profesi sebagai pendidik, saya bisa ikut berperan mencerdaskan
Alhamdulillah, atas pertolongan Allah juga kebaikan dosen–dosen pembimbing dan penguji skripsinya, saya bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu 1 semester saja, sehingga lulus lebih cepat yaitu dalam 7 semester. Kemudian saya mengikuti tes beasiswa LPDP dan lolos melanjutkan pendidikan ke Monash University Australia.”
“
anak bangsa baik dalam segi ilmu pengetahuan maupun moral,” jelasnya. Yuni mengaku memiliki banyak pengalaman berkesan selama kuliah S1 di Unesa. Sewaktu proses mengerjakan skripsi pada awal semester 7 atau semester terakhir, ia ditimpa banyak kesibukan. Ia mendapat amanah sebagai sekretaris UKKI Unesa, mempersiapkan acara muktamar dan kegiatan-kegiatan lain, mengajar di LBB, les privat, mengajar ekstrakurikuler dan melakukan penelitian di sekolah untuk skripsinya. Kesibukan itu, membuat dirinya kelelahan dan sempat kurang tidur beberapa hari. “Tetapi Alhamdulillah, atas pertolongan Allah juga kebaikan dosen–dosen pembimbing dan penguji skripsinya, saya bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu 1 semester saja, sehingga lulus lebih cepat yaitu dalam 7 semester,” paparnya. Dapat Beasiswa LPDP Mei 2014, atau 2 bulan setelah diwisuda, Yuni mendapat email undangan dari LPDP untuk mengikuti seleksi LPDP jalur Bidikmisi Cumlaude. Awalnya, ia tidak tahu tentang LPDP karena waktu itu belum terkenal seperti sekarang. Setelah browsing dan mendapatkan informasi dari awardee LPDP, ia memutuskan
Majalah Unesa
mendaftar dengan kampus tujuan Monash University Australia. Pilihan ke Monash University terinspirasi dari dua dosennya yang juga alumni Monash University. “Kedua dosen tersebut sangat kompeten dalam mengajar, sehingga saya pilih kampus tersebut,” terangnya. Akhir Juni, Yuni mendapat kabar namanya lolos seleksi akhir beasiswa LPDP yaitu interview dan Leaderless Group Discussion (LGD). Saat itu, ia sempat dilema antara 2 pilihan karena ia juga lolos seleksi program Indonesia Mengajar. Ia belum mempunyai LoA (Surat Keterangan Diterima) dan belum test IELTS sebagai persyaratan intake ke kampus Australia. Apalagi, biaya tesnya sangat mahal, hampir 3 juta. Setelah melalui beberapa pertimbangan dan mendapatkan saran dari beberapa dosen, akhirnya ia memilih LPDP dan mengundurkan diri dari Indonesia Mengajar secara baik-baik. Yuni mulai mempersiapkan dokumen untuk daftar ke Monash University dan bersiap diri untuk ambil test IELTS. Ia sangat bersyukur memiliki dosen-dosen yang sangat baik hati yang mendukungnya sehingga bisa mendapatkan surat rekomendasi dari Ketua Jurusan Ketua Prodi Bahasa Inggris Unesa kala itu, Bapak Slamet Setiawan, Bapak Ahmad Munir dan Bapak Himawan.
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2016 |
31
INSPIRASI
ALUMNI
Dinamika Studi di Monash University Sistem perkuliahan yang berbeda dengan ketika kuliah S1 di Unesa, jauh dari keluarga dan suami adalah tantangan paling berat bagi Yuni pada semester awal. Perkuliahan di Monash University kebanyakan memakai moodle, yaitu sistem online dimana materi dan tugas perkuliahan disediakan dan dikumpulkan via akun online secara terstruktur. Diskusi juga dilakukan via online. Meski demikian, tetap ada tatap muka berupa seminar, workshop dan kelas tutorial 2 kali seminggu. “Mahasiswa sangat dituntut untuk kritis dan aktif dalam diskusi,” terangnya. Yuni menjelaskan, tugas biasanya membuat esai atau artikel, poster dan presentasi. Tugas dikumpulkan via online dengan deadline yang sangat ketat. Sebelumnya harus melalui tahap pengecekan orisinalitasnya melalui aplikasi bernama Turnitin. Jika terbukti ada plagiarisme, misal salah dalam mengutip, maka akan berpengaruh terhadap nilai. Penjelasan dan komunikasi yang selalu dalam Bahasa Inggris juga kadang menjadi tantangan sendiri. Harus benar-benar banyak membaca buku dan artikel baik yang sudah disediakan dalam bentuk reading list wajib maupun yang harus dicari secara mandiri sesuai topik tugas masing-masing mahasiswa agar bisa memahami materi perkuliahan dan mendapatkan nilai yang bagus. “SKS di Monash University sangat besar, yaitu 12 SKS untuk 1 mata kuliah, jadi harus benar-benar serius. Jika gagal dalam mata kuliah tertentu, tidak bisa mengulang, dan bisa jadi tidak lulus dan LPDP kemungkinan tidak akan mau membiayai lagi,” terangnya. Meski banyak tantangan, bukan berarti tidak ada hal yang menyenangkan. Yuni mengaku senang dengan lingkungan belajar yang kondusif dan multikultural, akses pada sumber belajar sangat mudah, dosen-dosen sangat profesional, fasilitas memadai, dan ada berbagai kegiatan tambahan menyenangkan yang difasilitasi Faculty of Education maupun kampus seperti tour, barbeque, Learning Hub, dan sebagainya. Setelah berhasil melanjutkan studi S2 ke Australia, Yuni punya impian lanjutan. Ia ingin berprofesi sebagai akademisi atau pendidik di Perguruan
32
Tinggi sebagai dosen yang mengajar
BIODATA SINGKAT
pengajaran Bahasa Inggris dan isu-isu
Nama : Yuni Yulianti Tempat & Tgl Lahir : Probolinggo, 6 Maret 1992 Alamat : Dusun Krajan RT. 001/RW.001 Curahtulis, Tongas, Probolinggo, Jawa Timur 67252 Email : yuniyuliantibisa@gmail.com, yyul17@student.monash.edu Pendidikan: • S1 Pendidikan Bahasa Inggris Unesa (2010 – 2014) • Master of TESOL di Monash University Australia (2015-2017) Penghargaan: • Awardee of Sampoerna Foundation Scholarship (2009-2010) • Awardee of BIDIKMISI scholarship (2010-2014) • Awardee of Indonesia Endowment Fund for Education Scholarship (LPDP Indonesia) 2015-2017. bidang TESOL atau Pendidikan Bahasa Inggris. “Saya ingin mengamalkan ilmu yang saya dapatkan selama kuliah, berbagi pengetahuan, dan menginspirasi anak didik saya kelak tidak hanya sekadar mendidik secara ilmu pengetahuan di bidang pengajaran Bahasa Inggris, saya juga ingin mendidik dalam hal moralitasa. Oleh karena itu, topik penelitian untuk tesis saya adalah tentang penanaman pendidikan karakter melalui
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
yang menyangkut nilai-nilai budaya dalam Bahasa Inggris,” ungkapnya. Di akhir wawancara, Yuni mengungkapkan motto hidupnya, yakni berusaha menjadi orang yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Motto tersebut terinspirasi dari sebuah hadits “khoirun naas anfa’uhum linnaas”, yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia. n(RUDI UMAR)
RESENSI BUKU
KEKUATAN JUDUL BUKU YANG MEMBIUS PEMBACA
S
ebelum jauh masuk ke masalah isi buku, saya sangat tertarik membahas judulnya. Menurut saya, judul buku: Semua Dihandle Google, Tugas Sekolah Apa? Ini sangat menggelitik. Siapa pun akan terpesona lalu tertarik membacanya. Saya mengatakannya, pemilihan judul ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Dengan membaca sekilat judulnya saja, orang akan tertarik membaca lalu membelinya sebagai bahan bacaan penambah pengetahuan. Tentu saja, pembaca atau pembeli buku ini berharap ada banyak hal tentang pendidikan sesuai dengan judulnya itu. Dari ini saya sudah bisa menilai ada kecerdikan dalam menangkap pasar. Bagaimana pun, menurut saya, pemilihan judul harus bisa membidik pasar pembaca dan ini menjadi modal agar buku menjadi laris. Apa jadinya jika buku tercipta tetapi tidak terserap pasar dengan baik. Sudah pasti mesanpesan dalam sebuah buku tidak akan sampai kepada pembaca. Ini dari sisi judul yang menurut saya memang sangat menarik karena menyesuaikan kepentingan keterbacaan. Singkat kata, penulisnya memang berharap pesan-pesan yang ada di dalam buku ini benar-benar sampai ke pembaca sebagai bahan pencerahan dalam dunia pendidikan. Jadi, judulnya saja sudah memancing ketertarikan pembaca, sama seperti berita di koran yang ditulis agar pembaca tertarik pada berita itu. Sebenarnya ada konsekuensi dari judul yang menarik itu. Sebuah buku, saat judulnya bagus, harus diimbangi oleh isi yang menarik pula. Sebab, ada kalanya buku yang hanya menarik pada judulnya demi kepentingan keterbacan, namun dari sisi isinya kurang manarik. Dalam kata lain, antara judul dan isinya tidak nyambung. Sehingga, ketika pembeli sudah memutuskan membeli buku itu, ketika dibaca isinya, malah kecewa dengan alasan antara judul dan isi tidak nyambung. Lalu pembeli merasa tertipu oleh judul buku. Pembeli tidak puas. Pembeli tidak mendapatkan apa yang dia harapkan dari judul bukunya. Nah, buku karya Prof Muchlas “Samani
Judul : Semua “Dihandle” Google, Tugas Sekolah Apa? Tebal : 326 halaman + xviii Penulis : Prof. Muchlas Samani Penerbit : University Press Unesa, Tahun : 2016 Peresensi : Eko Pamuji
berjudul Dihandle Google, Tugas Sekolah Apa?” sebenarnya juga punya potensi seperti itu. Punya potensi menipu pembacanya, sama seperti buku-buku lainnya yang hanya mengedepankan daya tarik keterbacaan. Hal itu sangat mungkin karena judul yang dipakai begitu kuat dan menjadi daya pikat bagi pembaca, apalagi dikaitkan dengan era sekarang ini. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Buku ini secara keseluruhan benar-benar layak dibaca dan tidak menipu karena antara judul dan isinya sama-sama kuatnya atau setara kekuatannya seperti yang sudah saya gambarkan di atas. Padahal, judul buku itu hanya diambil dari salah satu tulisan dari 65 tulisan yang ada di dalamnya. Itulah satu titik kekuatan buku Prof Muchlas Samani ini, yaitu antara judul dan isinya sama-sama punya kekuatan penuh. Ketika pembaca masuk ke dalam bagian demi bagian dan membaca tulisan demi tulisan, sepertinya tidak ada yang sia-sia. Semuanya penuh makna dan memberi pencerahan yang luar biasa tentang pendidikan. Isi buku ini
Majalah Unesa
dikelompokkan menjadi enam yang meliputi pola Prof Muchlas Samani tentang: tantangan ke depan, kebijakan pendidikan, pendidikan tinggi, guru dan pembelajaran, kecakapan hidup, dan pribadi inspiratif. Buku itu dipetik dari buah pikiran Prof Muchlas Samani yang ditulis di blog pribadinya: muchlassamani.bogspot. com, sejak tahun 2011 hingga diterbitkan akhir 2016 lalu. Dengan demikian, ketika membaca seluruh isi buku ini, pembaca dibawa memahami pola pikir penulisnya tentang-masalah-masalah pendidikan di Indonesia. Salah satu hal yang penting dan menjadi tulisan pengantar buku adalah pandangan Prof Muchlas Samani yang membandingkan perkembangan zaman sekitar tiga puluh tahun silam dengan zaman sekarang ini. Katanya, saat ini pendidikan sedang mengalami tantangan yang luar biasa. Dunia di luar tembok sekolah dan universitas telah berubah sangat besar. Tetapi apa yang terjadi di dalam sekolah dan universitas sekarang, tidak banyak berubah dari 30 tahun silam. Artinya, dunia sudah cepat berubah sementara isi sekolah dan universitas tetap saja belum berubah. Siswa dan mahasiswa masih belajar di kelas dengan duduk manir mendengarkan penjelasan guru atau dosen. Guru dan dosen masih menjadi dewa sumber ilmu sekaligus penentu nasib siswa dan mahasiswa. Apa yang dipelajari? Padahal, kurikulumnya juga tidak jauh berbeda dengan 30 tahun silam. Sedangkan sekarang, sudah ada Mbah Google yang menjadi dukung semua orang. Ini hanya salah satu yang dipikirkan Prof Muchlas Samani soal pendidikan di Indonesia. Masih banyak buah pikirannya yang tertuang di buku ini. Jika Anda membaca buku “Semua Dihandle Google, Tugas Sekolah Apa?” setidaknya akan memberi pencerahan dan menjawab permasalahan pendidikan kita. n *Peresensi adalah praktisi media dan komunikasi
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
33
CATATAN LINTAS
KORBAN KETIDAKTAHUAN
A
khir Januari lalu saya melaksanakan tugas dari Dikti untuk melakukan penilaian angka kredit (PAK) bagi dosen yang akan naik jabatan ke lektor kepala (LK) dan ke guru besar (GB). Sebenarnya ini pekerjaan rutin yang telah sekian lama saya laksanakan hampir setiap bulan sekali. Namun kali ini pertama kalinya saya melaksanakan dengan aturan baru, sesuai dengan Permendikbud Nomor 92 Tahun 2014. Di samping itu, juga pertama kali saya melaksanakan PAK secara online, sehingga semua datanya digital. Pada awalnya berjalan seperti biasa. Saya kebagian 8 orang, namun yang satu orang masih berkas lama yang datanya berupa tumpukan kertas satu dus besar. Namun pada hari kedua, saya memeriksa ajuan kenaikan jabatan ke GB atas nama seorang dosen perguruan tinggi negeri (PTN) “kecil” di luar Jawa. Yang bersangkutan sudah senior dan sudah memiliki jabatan fungsional LK dengan golongan IV C. Dengan demikian memang tinggal satu langkah untuk menuju jabatan tertinggi bagi dosen, yaitu GB. Angka kredit yang dimiliki juga cukup besar, termasuk “tabungan” untuk karya ilmiah. Ketika mulai memeriksa, saya mencoba mencemati profil yang bersangkutan. Dosen senior, berpendidikan S3, sudah cukup lama menduduki jabatan LK dan berada di PTN kecil di provinsi yang relatif juga “di ujung” Indonesia. Saya membayangkan, yang bersangkutan tentulah seorang dosen yang disegani di PTN tempat bekerja atau bahkan pejabat pada level tertentu. Mungkin juga jabatan GB sangat ditunggu oleh yang bersangkutan maupun PTN tempat bekerja. Setelah selesai membaca profil calon, saya mulai membuka apa saja karya ilmiah yang diajukan. Perlu diketahui, pada PAK pola baru, penilaian credit point bidang pendidikan (A) dan pengabdian masyarakat (C) “diserahkan” kepada PTN
34
OLEH MUCHLAS SAMANI
tempat bekerja, sehingga penilaian PAK di Dikti lebih fokus pada karya ilmiah (bidang B). Kalau toh diperlukan, hanya memverifikasi untuk bidang A dan C. Saya menemukan cukup banyak (lebih dari lima) artikel jurnal berbahasa Inggris terbitan luar negeri dan beberapa buku referensi yang semuanya diterbitkan oleh penerbit di Jakarta. Pada awalnya saya memerika buku referensi yang semuanya diterbitkan oleh penerbit yang tidak familier bagi saya. Saya berpikir, mungkin ini penerbit yang mengkhususkan pada buku-buku tertentu yang saya tidak terlalu sering membaca. Ketika saya cermati isinya, saya mulai berpikir bahwa buku itu sangat mungkin awalnya dari Buku Ajar, yang kemudian disempurnakan menjadi buku referensi. Dari isinya posisi buku tersebut “di tengah” antara digolongan bidang A (buku ajar) dan bidang B (buku referensi). Untuk dikategorikan buku referensi masih kurang kadar ilmiahnya, namun untuk digolongkan bidang A juga sudah memuat kajian-kajian ilmiah, walaupun belum dalam. Nah, ketika mulai membaca artikel ilmiahnya saya kaget. Nama jurnalnya “berbau keteknikan” tetapi artikelnya tentang “kependidikan”. Saya berpikir positif, mungkin makna engineering secara luas, misalnya rekayasa bidang pendidikan. Namun ketika saya baca artikel dengan cermat, saya menemukan bahasa Inggrisnya banyak keliru, baik grammarnya maupun ejaannya. Bahkan banyak istilah yang aneh. Dalam hati saya bertanya, mungkinkah jurnal internasional “meloloskan” artikel seperti itu? Saya mencoba untuk membuka artikel berikutnya. Ternyata sangat mirip. Nama jurnal dan bidang ilmu dari artikel yang dimuat seperti tidak tepat. Bahasa Inggris-nya juga kurang baik. Isi jurnalnya juga kurang meyakinkan. Bahkan dua artikel yang dimuat di jurnal tertentu (satu jurnal) tidak saya temukan naskah lengkapnya. Web jurnal itu bagai iklan yang menyebutkan diakui oleh
| Nomor: 102 Tahun XVIII - Februari 2017 |
Majalah Unesa
lembaga “ini dan itu”. Dengan penuh kegalauan, fenomena itu saya konsultasikan ke beberapa teman yang sama-sama dengan memeriksa PAK. Jadilah laptop saya dikerumini beberapa orang yang sama-sama ingin menyaksikan apa yang saya temui. Ternyata teman lain juga menjumpai fenomena yang mirip. Jadilah diskusi yang ramai, tentu dibumbui kelakar khas teman-teman sesama penilai PAK. Memikirkan fenomena itu, saya teringat kasus seorang kawan beberapa tahun lalu. Saat itu kawan tadi bercerita kalau dibantu seseorang untuk memasukkan artikelnya ke jurnal internasional. Termasuk dibantu menerjemahkan artikel yang semula dalam bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Ketika jurnal itu ditunjukkan, saya menjumpai hal-hal yang aneh. Bahasa Inggrisnya kurang baik dan bahkan ada beberapa istilah yang tidak lazim. Sepertinya orang yang menerjemahkan tidak familier dengan istilah bakunya dalam bahasa Inggris. Ketika saya bertanya, apakah untuk bisa masuk di jurnal itu harus membayar? Teman tadi menjawab, ya membayar 250 dolar Amerika. Saya membayangkan, kalau si pengusul yang berkasnya saya periksa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan kawan tadi, lantas berapa dana yang dikeluarkan? Saya takut, yang bersangkutan tidak tahu mana jurnal yang bereputasi, jurnal tidak bereputasi tetapi tidak abal-abal, jurnal abal-abal dan sebagainya. Saya takut, ketidaktahuan itu dialami banyak orang dan itu dimanfaatkan “penipu”. Sudah waktunya dicari cara bagaimana membuat daftar jurnal internasional dengan kategorisasinya, sehingga kawan dosen tidak menjadi korban karena ketidaktahuannya. Semoga. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id