WARNA REDAKSI
P
ada 26 September 2017 Universitas Negeri Surabaya mengukuhkan pemberian gelar Doktor Honoris Causa (Dr. HC) kepada Ir Abdulkadir Muhammad Baraja dalam bidang manajemen pendidikan. Sejak berdiri pada 1964, Universitas Negeri Surabaya baru kali pertama memberikan gelar Dr. HC kepada seseorang yang dianggap memiliki jasa yang luar biasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi atau karya nyata yang memberi manfaat bagi kemaslahatan umat, khususnya dalam bidang pendidikan. Ir Abdulkadir Muhammad Baraja yang lebih dikenal dengan Abdulkadir Baraja adalah sosok yang layak memperoleh penghargaan tersebut. Bapak Abdulkadir Baraja, memang tidak memiliki latar belakang sebagai sarjana kependidikan. Latar belakang pendidikan beliau adalah sarjana teknik elektro. Setelah lulus dari Institut Sepuluh November Surabaya (ITS) jurusan elektro tahun 1967, kemudian menjadi
dosen di ITS. Namun, keyakinannya bahwa hanya dengan sumber daya manusia yang berkualitas, Indonesia akan bisa maju dan sejahtera yang membawa beliau secara aktif dan berkarya nyata dalam dunia pendidikan. Keyakinan tersebut dilaksanakan dengan mendirikan yayasan lembaga pendidikan Al-Hikmah, mulai dari pendidikan yang paling
UNESA
telah dilakukan oleh Bapak Ir. Abdulkadir Baraja dalam dunia pendidikan. Apa yang dilakukan beliau benar-benar telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam memajukan pendidikan. Bahkan, konsep dan pemikiran beliau tentang sosok guru, dan bagaimana proses menghasilkannya merupakan suatu model yang bisa diajukan rujukan dalam pendidikan guru ke depan. Pemberian gelar Dr. HC di Unesa ini diharapkan tidak hanya terjadi untuk pertama dan terakhir, tetapi diharapkan bisa dilanjutkan untuk pemberian kepada orang lain yang memang layak untuk menerima. Unesa harus juga secara obyektif memberi penghargaan gelar Dr. HC kepada orang-orang yang telah mendedikasikan dan mendarmabaktikan seluruh pemikiran, tenaga, dan waktunya untuk kemajuan bangsa. Orangorang seperti itu layak dihargai dan dianugerari gelar Dr. HC. Apapun ilmu yang dipelajari dan diajarkan di perguruan tinggi pada gilirannya harus digunakan untuk kemaslahatan umat. n ARM
ANUGERAHKAN GELAR DOKTER HC dasar yaitu PG, TK, SD, SMP, SMA sampai ke perguruan tinggi. Sekolah Al-Hikmah, bukan hanya menjadi pilihan para orang tua yang ingin putra-putrinya memiliki kecerdasan secara intelektual, sosial, dan moral yang berbasis ke-Islaman, tetapi juga menjadi rujukan sebagai sekolah model yang berbasis moralitas. Pemberian gelar Dr. HC yang dilakukan oleh Unesa, sematamata dilandasi oleh penghargaan yang tinggi terhadap apa yang
Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
3
DAFTAR RUBRIK
06
EDISI OKTOBER 2 01 7
FOTO: HUMAS
Edisi Ini
05
PERTAMA, UNESA ANUGERAHKAN DOKTOR HC
Unesa mencatatkan sejarah untuk kali pertama, memberikan gelar Doktor Honoris Causa. Gelar Dokter HC pertama diberikan pada 26 September 2017 kepada Ir. Abdulkadir Muhammad Baraja, dalam bidang Manajemen Pendidikan.
08
SEKILAS TENTANG GELAR DOKTOR HONORIS CAUSA (HC)
10
WR I UNESA DORONG TERAPKAN BUDAYA MUTU
11
WARTA UTAMA TENTANG PRESTASI WARGA UNESA
14
LAPSUS: JEJAK WISUDAWAN TERBAIK UNESA 2017
22
INSPIRASI ALUMNI
24
IRMA RUSSANTI, DOSEN PKK UNESA PEMILIK 10 HAKI
28
30
18
SEPUTAR UNESA
Universitas Pendidikan Hebei, Tiongkok Kerja Sama dengan Jurusan Bahasa Mandarin Unesa.
31
KABAR SM-3T
Menjemput Kembali Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan Kalimantan Utara (Bagian ke-3)
SEMARAK BULAN BAHASA, FBS UNESA 2017 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Unesa menggelar Bulan Bahasa. Namun, gelaran tahun 2017 ini lain daripada biasanya. Apa itu?
34
CATATAN LINTAS
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya
4
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
PENGANUGERAHAN: Dari kiri ke kanan KH. Sholahuddin Wahid, Anies Baswedan, Prof. Dr. Warsono, MS, Dr (HC) Ir. Abdulkadir Baraja, Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd saat penganugerahan gelar doktor honoris causa pertama di Unesa. foto: HUMAS
GELAR DOKTOR HONORIS CAUSA Apresiasi Unesa terhadap Kiprah Pejuang Pendidik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), mencatatkan sejarah. Untuk kali pertama, kampus eks-IKIP Surabaya yang berdiri sejak 1964 itu memberikan gelar Doktor Honoris Causa. Penganugerahan gelar dilaksanakan pada Selasa, 26 September 2017 kepada Ir. Abdulkadir Muhammad Baraja, dalam bidang Manajemen Pendidikan. Pendiri Yayasan Pendidikan AlHikmah Surabaya itu dianggap layak dan telah berjasa dalam bidang pendidikan. Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
5
LAPORAN
P
UTAMA
rosesi penganugerahan gelar Dr. HC dihelat di auditorium Gedung Rektorat Unesa Lidah Wetan pada rapat Senat Terbuka Unesa.Turut hadir dalam pengukuhan tersebut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang juga Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, KH. Sholahuddin Wahid. Mengenai pemberian gelar Dr. HC tersebut, Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono mengatakan bahwa pemberian gelar tersebut tidak dilakukan dengan serta merta, tetapi sudah melalui proses yang cukup panjang. Rektor mengatakan, sosok Abdulkadir Baraja layak mendapatkan gelar tersebut karena kiprah dan karya nyatanya di bidang pendidikan.
Mengenai proses pemberian gelar tersebut, Prof. Warsono mengakui membutuhkan waktu yang panjang yakni sekitar 4 tahun sejak digagas Prof. Muchlas Samani (rektor kala itu). Kala itu, Prof. Muchlas di hadapan para pimpinan dan anggota senat Unesa menyampaikan gagasan untuk memberikan gelar Dr. HC kepada Ir. Abdulkadir Baraja. Gagasan tersebut memang tidak berjalan mulus dan lancar. Di kalangan internal senat terjadi perdebatan sengit mengenai pemberian gelar tersebut. Namun, pada akhirnya berhasil memperoleh kesepakatan untuk memberikan gelar doctor honoris causa kepada Ir. Abdulkadir Baraja. Untuk menindaklanjuti, Unesa lantas membentuk tim penilai dan menunjuk Prof. Muchlas Samani, sebagai promotor pemberian gelar
Dr. HC kepada Ir. Abdulkadir Baraja. Prof.Warsono menambahkan, awalnya Pak Abdulkadir Baraja sempat ragu. Apakah dirinya pantas menerima anugerah tersebut. Namun, setelah dipastikan bahwa Pak Abdulkadir sangat pantas menerima penghargaan tersebut berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh tim Unesa, akhirnya beliau bersedia menerima gelar tersebut. “Jadi, gelar ini, pemberian kami bukan karena Bapak Abdulkadir Baraja yang minta,� terang Prof. Warsono. Prof. Warsono menjelaskan gelar Doktor (Dr) Honoris Causa memang berbeda dengan Doktor S3 produksi kampus. Menurutnya, proses S3 di kampus diuji oleh dosen, sedangkan Doktor Honoris Causa diuji oleh masyarakat. Selain itu, Doktor Honoris Causa bukan dilihat dari yuridisnya
PERTAMA: Ir. Abdulkadir Baraja (kanan) menerima gelar Dr. HC pertama dari Unesa yang disampaikan langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. disaksikan Guru Besar Unesa, Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd di Auditorium Rektorat Unesa, Kampus Lidah Wetan. foto: HUMAS
6
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA tapi karena hasil kerja nyata. “Doktor Honoris Causa bukan sengaja ingin menjadi doktor. Ini penilaian dari pengabdian di dunia pendidikan,” ungkapnya Menurut Prof. Warsono, Abdulkadir sudah memberikan karya besar dengan pemikiran yang cerdas di dunia pendidikan. Pemberian gelar Dr. HC yang dilakukan oleh Unesa semata-mata dilandasi oleh penghargaan yang tinggi terhadap apa yang telah dilakukan Bapak Ir. Abdulkadir Baraja dalam dunia pendidikan. “Apa yang dilakukan beliau benarbenar telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam memajukan pendidikan. Bahkan, konsep dan pemikiran beliau tentang sosok guru, dan bagaimana proses menghasilkannya merupakan suatu model yang bisa diajukan rujukan dalam pendidikan guru ke depan,” paparnya. Sementara itu, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si berpendapat bahwa penganugerahan gelar doctor kehormatan merupakan pengakuan dari lembaga Unesa yang kepada sesorang yang setara doktor meskipun dia tidak harus menempuh pendidikan formal. “Karena dari karya-karya orang itu adalah karya yang setara bahkan melebihi dari mereka-mereka yang ditetapkan secara formal untuk lulus S3,” ujar Yuni Guru Pejuang Sementara itu, Ir. Abdulkadir Baraja, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Menyiapkan Guru Pejuang dalam Rangka Melahirkan Generasi Unggul Untuk Indonesia Abad 21”, menyampaikan pentingnya pendidikan yang dimulai dari lingkungan keluarga. Ia mengatakan bahwa bangsa yang berkualitas terbentuk dari keluarga yang berkualitas. Keluarga yang berkualitas terbentuk dari anggota keluarga yang berkualitas. Dan, keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang berhasil melahirkan putra-putri yang berkualitas serta mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melahirkan generasi berikutnya yang
PENGANUGERAHAN: Para anggota senat Unesa menyaksikan langsung prosesi penganugerahan gelar doktor honoris causa (HC) kepada Ir. Abdulkadir Baraja. Penganugerahan didasarkan atas peran besar Abdulkadir Baraja dalam dunia pendidikan. foto: HUMAS
berkualitas pula. Selain itu, Pendiri Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDFS) ini menyampaikan bahwa dalam menghadapi masa yang akan datang, diperlukan orang-orang yang mempunyai jiwa pembelajar yaitu memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar kapanpun dan dimanapun. “Sekolah harus dapat membantu melahirkan anak-anak yang berakhlak dan berkompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan zamannya,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa guru merupakan pemeran utama dalam proses pendidikan sehingga dibutuhkan guru yang berkualitas. Apalagi guru merupakan profesi beresiko tinggi (high risk profession) karena menyangkut masa depan manusia, tidak hanya di dunia bahkan juga di akhirat. “Tugas perguruan tinggi ini bukan membentuk pekerja yang terampil dan bekerja sebagai guru tetapi membentuk pejuang bangsa yang terampil bertugas sebagai guru dalam memanifestasikan perjuangannya,” ujar alumni Teknik Elektro ITS tersebut. Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang,
Majalah Unesa
Salahudin Wahid atau Gus Sholah memberikan apresiasi atas anugerah Doktor Honoris Causa kepada Abdulkadir Baraja. Gus Sholah mengatakan bahwa pemberian gelar tersebut sudah tepat diberikan kepada Abdulkadir Baraja. Gus Sholah mengakui peran serta Abdulkadir Baraja dalam pengembangan pesantren Tebuireng sangat besar. Terutama dalam pelatihan dan pengembangan kemampuan guru. Peran Abdulkadir Baraja dalam konsorsium Pendidikan Islam juga sangat besar. “Kami banyak dibantu. Kami berterima kasih. Salut buat Unesa yang sudah memberikan anugerah ini kepada orang yang tepat,” ujarnya. Sedangkan Anies Baswedan yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan Abdulkadir Baraja sudah mengabdikan hidupnya untuk dunia pendidikan. Menurut Anis, pengabidan Abdulkadir sangat luar biasa. “Beliau seorang dengan Islam yang sangat kuat dan orang yang progresif dalam menyerap ilmu pengetahuan. Beliau pendidik dan entrepreneur. Beliau berkarya tidak hanya di depan kelas, namun di luar kelas,” jelasnya.n (SIR/TIM HUMAS)
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
7
LAPORAN
UTAMA
SEKILAS TENTANG GELAR DOKTOR HONORIS CAUSA (HC) Gelar Doktor Honoris Causa (H.C)/Doktor Kehormatan adalah gelar kesarjanaan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi/universitas yang memenuhi syarat kepada seseorang, tanpa orang tersebut perlu untuk mengikuti dan lulus dari pendidikan yang sesuai untuk mendapatkan gelar kesarjanaannya tersebut.
G
elar Doktor Honoris Causa dapat diberikan apabila seseorang tersebut telah dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia. Tidak semua perguruan tinggi/universitas dapat memberikan gelar Doktor Honoris Causa (H.C)/Doktor Kehormatan, hanya perguruan tinggi/universitas yang memenuhi syaratlah yang diberikan hak secara eksplisit untuk memberi gelar Doktor Honoris Causa Terdapat beberapa peraturan yang menjelaskan mengenai pemberian Gelar Doktor Honoris Causa (HC)/Gelar Kehormatan, baik peraturan secara nasional maupun intern Perguruan Tinggi. Persyaratan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No.120 Tahun 1963 tentang Penertiban Pemberian Gelar “Doctor” dan “Doctor Honoris Causa” (Doktor Kehormatan) serta Gelar-gelar Sarjana Kehormatan Lain, yang menyebutkan bahwa: - Gelar Doktor, disingkat Dr diberikan kepada Sarjana setelah menempuh dengan hasil baik sesuai promosi dengan mempertahankan sebuah tesis.
8
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
- Yang berwenang menyelenggarakan promosi tersebut adalah universitas negeri/universitas swasta disamakan. - Syarat-syarat untuk menjadi promovendus, syarat-syarat dan prosedur promosi diatur Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Nomor 43 Tahun 1980 tentang Pemberian Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa). Dalam Peraturan tersebut dijelaskan bahwa gelar tersebut adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi kepada seseorang yang dianggap telah berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia. Pasal 2 ayat (1) pada Peraturan Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa gelar kehormatan ini dapat diberikan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA). Pasal 2 ayat (2) menyebutkan bahwa gelar tersebut diberikan sebagai tanda penghormatan bagi jasa atau karya: a. yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, dan pengajaran; b. yang sangat berarti bagi pengembangan pendidikan dan pengajaran dalam satu atau sekelompok bidang
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial budaya; c. yang sangat bermanfaat bagi kemajuan atau kemakmuran dan kesejahteraan Bangsa dan Negara Indonesia pada khususnya serta umat manusia pada umumnya; d. yang secara luar biasa mengembangkan hubungan baik dan bermanfaat antara Bangsa dan Negara Indonesia dengan Bangsa dan Negara lain di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya; e. yang secara luar biasa menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi perkembangan perguruan tinggi. Tidak semua perguruan tinggi/universitas dapat memberikan gelar Doktor Honoris Causa (H.C)/Doktor Kehormatan. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh perguruan tinggi sebelum memberikan Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa), yaitu: 1. Pernah menghasilkan sarjana dengan gelar ilmiah doktor; 2. memiliki fakultas atau jurusan yang membina dan mengembangkan bidang ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan bidang ilmu pengetahuan yang menjadi ruang lingkup jasa dan atau karya bagi pemberian gelar; 3. memiliki Guru Besar Tetap sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dalam bidang yang dimaksud dalam poin nomor 2. Selanjutnya, pada tahun 1992, terdapat Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 52/MPK/92 tentang Pedoman Pemberian Gelar Doctor Honoris Causa yang menjelaskan beberapa poin yaitu: 1. berdasarkan Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 18 ayat (5) yang menyatakan bahwa “institut dan universitas yang memenuhi persyaratan berhak untuk memberikan gelar doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa) kepada tokoh-tokoh yang dianggap perlu memperoleh penghargaan amat tinggi berkenan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, dan kebudayaan.” 2. Gelar Dr.H.C. dapat diberikan oleh universitas/institut yang memenuhi persyaratan kepada tokoh kesarjanaan/ akademisi: a. yang berjasa luar biasa dalam pengembangan suatu disiplin ilmu tetapi tidak/belum memiliki gelar doktor dalam disiplin yang bersangkutan; b. yang telah memliki gelar doktor dalam suatu disiplin ilmu yang diperoleh dari suatu universitas / institut, dan bukan dari universitas/institut yang akan memberikan gelar Dr.H.C. c. yang telah memiliki gelar Dr.H.C. dalam suatu disiplin ilmu, kemudian mendapat gelar Dr.H.C. dalam suatu disiplin ilmu lain dari universitas/institut yang sama atau yang lain. 3. Universitas/institut dapat memberikan penghargaan dengan cara lain, seperti misalnya pemberian
medali, piagam, penyebutan nama gedung dalam lingkungan almamater, dsb. kepada tokoh dari luar lingkungan kesarjanaan/akademik atas jasanya pada universitas/institut yang bersangkutan atau pengabdiannya untuk kepentingan umum, tetapi tidak dengan pemberian gelar Dr.H.C. yang merupakan gelar akademik. 4. Sekalipun di negara-negara tertentu dilakukan juga pemberian gelar Dr.H.C. kepada tokoh dari lingkungan luar kesarjanaan/akademik, namun hal itu tidak mendapat apresiasi positif dari kalangan akademik yang ingin mempertahankan bobot gelar Dr.H.C. sesuai dengan harkatnya sebagai gelar akademik. Oleh sebab itu maka sebaiknya di Indonesia dengan tradisi akademik yang relatif masih muda dan memiliki universitas/institut yang belum semuanya mantap dan mapan sebagai pusat ilmiah, sebaiknya ditetapkan ketentuan yang ketat sebagaimana tersebut di atas. Dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 036/U/1993 tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi sebagai pelaksanaan dari ketentuan Bab VII Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi disebutkan pada pasal 15 bahwa Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dapat diberikan kepada seseorang yang telah berjasa luar biasa bagi ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, kemasyarakatan dan/atau kemanusiaan. Terdapat persyaratan bagi calon penerima gelar Doktor Kehormatan, yaitu memiliki gelar akademik sekurang-kurangnya sarjana dan berjasa luar biasa dalam pengembangan suatu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, kemasyarakatan dan/atau kemanusiaan. Pasal 16 ayat (2) menyebutkan bahwa ada persyaratan bagi perguruan tinggi pemberi gelar tersebut adalah universitas atau institut yang memiliki wewenang menyelenggarakan Program Pendidikan Doktor berdasarkan surat keputusan menteri. Pasal 20 dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI No. 036/U/1993 tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi disebutkan bahwa perguruan tinggi yang tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak dibenarkan memberikan gelar akademik, sebutan profesional, sebutan profesi dan/atau gelar doktor kehormatan. Ditambahkan pula dalam pasal 21, bahwa: 1. Gelar akademik dan/atau sebutan profesional yang diperoleh secara sah tidak dapat dicabut atau ditiadakan oleh siapapun; 2. Keabsahan perolehan gelar akademik dan/atau sebutan profesional dapat ditinjau kembali karena alasan akademik; 3. Dan pelaksanaan ketentuannya akan diatur oleh Direktur Jenderal. n (SIR/BERBAGAI SUMBER)
Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
9
LAPORAN
UTAMA
Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si
WR BIDANG AKADEMIK DORONG TERAPKAN BUDAYA MUTU
D
r. Yuni Sri Rahayu, M.Si menyampaikan, Unesa sudah menyiapkan fasilitas dan pendampingan bagi dosen-dosen agar mampu menembus publikasi ke Jurnal Nasional Terakreditasi dan Jurnal Internasional bereputasi/terindeks. Menurut Yuni, pendampingan sudah dimulai sejak 2015 dengan kegiatan manuscript clinic atau apapun jenisnya. “Kami sudah banyak menginvestasikan ke arah sana agar para dosen Unesa bisa kompetitif menembus publikasi. Kami juga menyiapkan fasilitas untuk pendampingan dalam bahasa Inggris yang biasanya diperlukan,” terang Dosen FMIPA itu. Berkaitan dengan HAKI dan Hak Paten, terang Yuni, telah dilakukan perdampingan secara langsung dengan cara menyusun teman-teman dari Tim Direktur Hak Paten dan Direktur Hak Cipta dan Industri. “Mereka langsung kami bantu untuk membuat pengusulan, bahkan pendanaannya dari Unesa. Kami juga mengawal sampai ke Jakarta. Sampai saat, ini ketertarikan dengan hak paten maupun hak cipta ini sudah banyak sekali termasuk juga mendorong teman-teman untuk melakukan penulisan dan produksi buku-buku,” ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Unesa. Yuni menambahkan, upaya untuk meningkatkan kualitas dosen tidak dapat dilakukan instan, tetapi harus dimulai dengan membangun budaya mutu. Unesa, menurut Yuni, sudah berusaha membangun budaya mutu dengan standar- standar yang telah
10
ditetapkan oleh Permenristek Dikti terkait Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) yang diterjemahkan dalam borang BAN PT 7 standar. “Sebenarnya, borangnya itu alat motret saja. Kami sudah berusaha merapikan untuk dipotret sehingga menghasilkan hasil maksimal,” ungkap Dosen FMIPA Unesa Menurut Yuni, Unesa berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yang sudah terjemahkan di dalam SN DIkti. Standar-standar itulah yang dilakukan dalam menjalankan kegiatan operasional di Unesa. Baik terkait pembelajaran, standar penilaian, standar kompetensi kelulusan dari Mahasiswa Unesa, standar input maupun kurikulum, standar SDM dan sebagainya. “Semua harus patuh pada standar-standar yang ada karena itulah yang dipotret oleh BAN PT,” jelas Yuni. Unesa saat ini, mengarah pada membangun budaya mutu dengan mengimplementasikan standarstandar yang sudah ditetapkan dengan berbagai pendampingan. Dimulai dari level prodi agar dapat mencapai hasil akreditasi yang maksimal. Pencapaian akreditasi prodi secara maksimal akan membawa sumbangsih yang signifikan terhadap implementasi budaya mutu secara komprehensif di Unesa sehingga berdampak pada akreditasi Institusi Unesa menuju A. “Untuk itu, mohon doa restu dan dukungan seluruh warga Unesa untuk bersinergi dan saling menguatkan agar akreditasi Unesa mencapai peringkat A. Mengingat status akreditasi Unesa mencerminkan kredibilitas terhadap Unesa,” papar Yuni. n (DAYAT)
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
JUARA I: Tiga personel tim Sunrise mahasiswa Teknik Sipil Unesa berhasil menjadi juara 1 nasional dalam lomba Nasional Balsa Bridge Challenge yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Surakarta. foto: DOK
TIM SUNRIES TEKNIK SIPIL JUARA 1 NASIONAL BALSA BRIDGE CHALLENGE
T
im Sunrise mahasiswa jurusan Teknik Sipil Unesa berhasil menyabet juara 1 lomba Nasional Balsa Bridge Challenge yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada Kamis 10 Agustus 2017 lalu. Tim Sunrise menghadirkan karya miniatur jembatan berdasarkan trial & error dengan dikontrol aplikasi SAP2000. Miniatur jembatan tersebut diklaim dapat menahan beban 35 kg atau sekitar 1200 kali berat jembatan Ketua Tim, Lintang mengatakan banyak kendala yang dihadapi sejak proses seleksi lomba. Pertama, mereka perlu mencari konstruksi jembatan yang tepat untuk lolos seleksi. Selanjutnya, membuat miniatur jembatan berdasarkan trial & error
dengan dikontrol aplikasi SAP2000. “Kita membuat 5 miniatur jembatan untuk dicoba, lalu dipilih mana yang paling kuat. Saat seleksi kita menggunakan struktur jembatan rangka atas. Dengan berat jembatan hanya 28,9 gram, miniatur tersebut dapat menahan beban terpusat hingga 35 kg,” terang Lintang. Menurut Lintang, saat final mereka diharuskan mengerjakan miniatur jembatan rangka bawah selama 5 jam. Dengan menggunakan bahan kayu balsa dimensi 3 mm x 4 mm x 1 meter dan lem G. Selain itu, mereka juga wajib membuat deskripsi jembatan. Penilaiannya didasarkan pada efesiensi bahan 10%, pembebanan 65%, dan deskripsi/ portofolio 25%. Saat final, kendala masih ditemui.
Majalah Unesa
Kayu balsa yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan karena 14 kayu balsa yang disediakan panitia semuanya adalah kayu keras yang berat. Padahal, untuk memenuhi spesifikasi berat miniatur tidak boleh lebih dari 30 gram. “Solusinya, kami amplas sehingga berat jembatan memenuhi,” terang Agung, salah satu anggota tim. Usaha keras mereka membuahkan hasil. Mereka mampu membuat miniatur jembatan dengan dimensi panjang 53 cm, lebar 8 cm, tinggi 6,5 cm yang beratnya tidak lebih dari 30 gram. Miniatur tersebut mampu menahan beban bergerak hingga 20 kg dan mengalahkan tim yang lain. Dan, yang lebih membanggakan, karya mereka berhasil mendapatkan juara 1.n(EMIR)
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
11
WARTA
UTAMA
BERJAYA: TIM PKM Fakultas Teknik Unesa berpose bangga dengan medali perak yang mereka raih di ajang Pimnas 2017. foto: DOK
TIM PKM FT RAIH MEDALI PERAK DI AJANG PIMNAS 2017
K
abar membanggakan datang dari salah satu tim PKM mahasiswa FT. Mereka berhasil meraih medali perak PKM bidang Penerapan Teknologi di ajang PIMNAS 2017. Mereka adalah Siti Roudhotul Haririn, Rizki Akbar, Syeihan Syahrul Syah dan Mohammad Karnata. Tim tersebut diketuai Yan Dwi Pratama dan dibimbing langsung Wahyu Dwi Kurniawan S.Pd, M.Pd. Tim PKM tersebut membuat mesin pembuat susu kedelai yang dapat melakukan 3 proses sekaligus yakni memasak, mendinginkan, dan mengemas. Mereka menyebut alat ini MAS SULE yang diambil dari kalimat Mesin Pengolah dan
12
Pengemas Susu Kedelai. “Pendinginan yang diterapkan pada MAS SULE menggunakan teknologi Spiral Pipe sehingga pendinginan lebih cepat dan higienis. Proses pengemasan dengan sistem Precision Filler membuat pengisian menjadi lebih cepat, takaran pas, higienis, dan aman bagi susu,” terang Yan Bermodal mesin ini, tim mampu menyisihkan Tim lain sehingga mampu menyumbang medali perak PKM– T untuk Universitas Negeri Surabaya. Saat ini, alat tersebut sedang dikembangkan dan digunakan UKM, khususnya di Desa Gandul Kab. Madiun Jawa Timur untuk meningkatkan produktivitas. n (RIZAL/EMIR)
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
MEDALI: Medali Perak yang diraih Tim Unesa pada Pimnas ke-30. foto: DOK
WARTA UTAMA
ROBOT PENARI: Robot seni yang bisa menari karya tim Dewo Robotik Unesa saat tampil dalam sebuah event. Personel Tim Dewo Robotika FT Unesa berpose bersama sang robot di halaman gedung Fakultas Teknik Unesa, kampus Ketintang (bawah).
TIM DEWO ROBOTIK MELAJU KE KRI NASIONAL
T
im dewo Robotik Fakultas Teknik berhasil mengharumkan nama Universitas Negeri Surabaya dengan meraih juara harapan 1 tingkat Regional di Universitas Brawijaya. Tim Dewo akan melanjutkan ke babak 16 Besar KRI tingkat Nasional di Universitas Pendidikan Indonesia. Tim Dewo Robotik terdiri atas Safana Albaqir, Ahmad Badrun, Paulen Auliah Lutfiah dan Maulana Husain selaku ketua tim. Tim tersebut di bawah bimbingan Muh. Syarifudin Zuhri, S.Pd.,M.T. Tim dari divisi seni tersebut membawa dua robot tari yang diberi nama Azzarly. Robot itu diprogram sedemikian rupa hingga dapat melakukan tari Gending Sriwijaya yang sudah menjadi tema lomba oleh DIKTI. Penilaian dilakukan berdasarkan dari gerakan, keindahan gerakan, desain dari robot, serta kemampuan robot melintasi track hingga mencapai finish. Badrun mejelaskan, pembuatan robot sudah dimulai dari bulan Oktober 2016 mulai dari mekanik, baju, dan aksesoris, hingga awal tahun 2017. Saat kontes tingkat regional, timnya mampu mengalahkan universitas lain dengan skor tertinggi. Namun, saat-saat terakhir, salah satu komponen servo kaki robot mengalami overheat sehingga hanya mampu menari dengan 1 robot dan berakhir di posisi harapan 1. Tentu, saja saat melaju ke tingkat Nasional, Badrun dan kawankawan telah banyak melakukan perbaikan mulai dari hardware wiring, penambahan selendang pada kostum, dan penambahan program gerakan tari. n (EMIR/RIZZAL)
Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
13
LAPORAN
KHUSUS
JEJAK PRESTASI WISUDAWAN TERBAIK UNESA 2017 WISUDA KE-90 YANG DIHELAT UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA PADA 28 DAN 29 OKTOBER KEMBALI MENGHASILKAN PARA WISUDAWAN TERBAIK DAN BERPRESTASI PADA SETIAP JENJANG/STRATA. MULAI DARI S3,S2,S1 HINGGA D3. SIAPA SAJA MEREKA? BERIKUT JEJAK PRESTASI DAN KIPRAHNYA. Dr. Herman Didipu, M.Pd, Wisudawan Terbaik S3
Angkat Pluralitas dan Arti Keberagaman
M
ahasiswa S3 asal Gorontalo, Herman Didipu berhasil men jadi yang terbaik pro gram doktoral. Ia meraih predikat sangat memuaskan. Tidak tanggungtanggung IPK yang diraih nyaris sem purna yakni 3,94. Raihan prestasi itu seolah menjawab kerja kerasnya yang harus pulang pergi GorontaloSurabaya. Herman yang juga dosen di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Go rontalo itu dapat menyelesaikan di sertasinya tepat waktu berkat du kungan keluarga. Disertasi pe ne litiannya berjudul Struktur dan Simbol Narasi Budaya dalam Novel Etnografis: Kajian Interpretatif Simbolik. Peneli tian disertasinya itu bertujuan mene mukan tipologi struktur naratif no vel etnografis Indonesia dan untuk mengon kretkan makna di balik bu daya daerah yang terepresentasi da lam novel etnografis Indonesia. Dalam disertasi tersebut ia mema dukan dua teori, yaitu teori naratologi Gerard Genette (Prancis) dan teori etnografis interpretative simbolik Clifford Geertz (Amerika). Selain me nemukan tipologi strukturnaratif no vel etnografis Indonesia, melalui pe
14
nelitian ini pula ia menemukan ragam mak na kebudayaan dari beberapa etnik di Indonesia. Temuan penting lain dalam penelitian ini adalah me nemukan teori baru yang merupakan perpaduan antara dua teori yaitu teori Etnonaratologi. Teori ini merupakan teori baru yang secara metodologis digunakan untuk mengungkap aspekaspek kebudayaan di balik penceritaan karya sastra. Putra pasangan Thaib Didipu dan Sri Haryati Katili berharap ke depan di sertasinya mampu memberikan man faat kepada masyarakat Indonesia dalam memahami kebudayaan dan sisi makna yang terkandung di dalamnya. Harapan utamanya, dengan hadir nya penelitian tersebut akan meng gu gah kesadaran dalam diri setiap masyarakat Indonesia tentang arti keberagaman. Pluralitas kebudayaan yang dimiliki oleh hampir setiap daerah di Indonesia harus semakin mempererat dan memperkokoh kebersamaan, toleransi, dan ke se tiakawanan antarwarga. Herman Didipu juga membeberkan kunci kesuksesannya yakni doa dan ibadah. “Setelah doa dan ibadah ditanamkan, lakukan pekerjaan yang
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
ada dengan percaya diri dan lakukan yang terbaik”, ujarnya. Ia berharap kepada Unesa bisa menjadi lembaga kependidikan yang profesional dan mengembangkan ilmu serta terus maju dan jaya. n (WAHYU)
LAPORAN KHUSUS Sudarwanti, M.Pd, Wisudawan Terbaik S2
Metode Role Playing untuk Kemampuan Berpikir Kritis
T
esis berjudul “Pengaruh Meto de Role Playing dengan Memanfaatkan Sumber Belajar Lingku ngan Terhadap Kemam puan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Ing gris” mengantarkan Sudarwanti meraih penghargaan sebagai wisudawan terbaik Pas casarjana program S2 Teknologi Pen didikan. Wanita kelahiran Surabaya, 5 Mei 1970 tersebut meraih IPK 3,99 de ngan predikat pujian. Sudarwanti mengaku tidak me nyangka dapat meraih IPK tersebut
dan menjadi wisudawan terbaik. Ia mengaku kaget dan senang sekali atas pencapaian tersebut. Sudarwanti mengakui, kesuksesan tidak begitu saja diraih. Ia memerlukan perjuangan yang panjang dalam proses pengerjaan tesisnya yang menguras tenaga dan pikiran. Sudarwanti mencerita kan, pengambilan judul tesis diawali dari per ma salahan yang terjadi di kelas. Setiap pelajaran ba hasa Inggris di jenjang SMP, mayoritas siswa tidak aktif, malu dan takut menggunakan bahasa Ing gris untuk menjawab pertanyaan. Dari permasalahan inilah Sudarwanti
berpikir diperlukan motode pembe lajaran yang bisa membantu siswa didik untuk berkomunikasi dan ber interaksi untuk mengeluarkan ga gasan kreatif dalam berbahasa. Se dangkan dalam berkomunikasi dibu tuhkan keterampilan mendasar yang berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. “Bahasa seseorang mencerminkan pi kirannya. Semakin terampil se seorang berbahasa, semakin jelas jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa dapat diperoleh melalui praktik dan banyak latihan. Melatih berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir,” ungkapnya. Di sisi lain, guru bahasa Inggris SMP Al-Falah Deltasari Sidoarjo ini sekarang sedang mewujudkan impian terbesarnya yang tidak jauh-jauh dengan dunia pendidikan. Saat ini, Sudarwanti sedang membangun Se kolah Menengah Pertama (SMP) Ta mad dun Afkar. Ia berharap sekolah yang sedang dirintis ini dapat mengedepankan pengembangan budaya li terasi dan berbasis nasionalisagamis. n (WAHYU)
Aulia Chrisma Putri Indraswari, Wisudawan Terbaik FIP
Berprestasi di Tengah Seabrek Aktivitas
W
isudawan terbaik dari FIP diraih oleh Aulia Chrisma Putri Indraswari, mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Perempuan yang akrab disapa Aulia mengaku mulanya tak percaya dirinya menjadi wisudawan terbaik. Namun, setelah mendapatkan kepastian ia mengaku senang. Prestasi itu didedikasikan untuk orangtuanya. Mahasiswa kelahiran Surabaya 20 Oktober 1994 itu mengungkapkan, proses menjadi yang terbaik di FIP tidaklah mudah. Namun. berkat keyakinan dan kepercayaan diri, alumni SMAN 1 Wonoayu itu mampu menyelesaikan kuliah tepat waktu dan mendapat predikat pujian seta mendapat penghargaan sebagai adiwisudawan dengan IPK 3.81. Tak hanya berprestasi dalam hal akademik saja. Ia juga aktif sebagai anggota organisasi internal kampus seperti HMJ-
PGSD Unesa divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dan anggota PDC (PGSD Development Community) yang bekerja sama dengan komunitas pengajar anak-anak marginal SSC (Save Street Child). Tak heran, anak pasangan Subandi dan Murni Darwanti ini menjadi perwakilan pelatihan mahasiswa PPL bersama guru pamong dan dosen yang diselenggarakan USAID Priority. Perempuan yang beralamat di Ds. Kedungwonokerto RT. 01 RW. 02 Kec. Prambon Sidoarjo ini mengangkat judul skripsi “Pengaruh Penggunaan Media 3-D Anatomi Mata terhadap Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas IV Materi Panca Indera di SDN Kedungwonokerto”. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya SD yang belum memiliki laboratorium IPA dan pada proses pembelajaran guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah dan gambar saja, khususnya materi Panca Indera. Aulia berharap untuk dapat melanjutkan S2 melalui beasiswa LPDP. Saat ini ia belum mendapat restu dari orangtua untuk jauh dari rumah karena faktor kondisi bapak yang sudah tua dan rentan sakit. “Saya memilih untuk tidak jauh dari beliau,” tandas guru SDN Watutole 1 Kecamatan Prambon Sidoarjo.n (KHUSNUL)
Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
15
LAPORAN
KHUSUS
Nevia Octa Permatasari, Wisudawan Terbaik FBS
Muhammad Mizan Abdillah, Wisudawan Terbaik FIK
T
M
Kerja Keras dan Sehat Jiwa Raga Pantang Menyerah dengan Olahraga
idak menyangka, itulah ungkapan pertama kali yang disampaikan oleh Nevia Okta Permatasari. Perempuan asli dari Kota Jember tersebut mampu meraih predikat mahasiswa terbaik dengan IPK 3.88 dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). “Saya tidak menyangka bisa menjadi mahasiswa terbaik dari FBS, bersyukur kerja keras saya selama ini mampu membanggakan kedua kedua orang tua,” ujar mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Jepang tersebut, Nevia mengakui, memang tidak mudah mendapatkan predikat terbaik. Banyak likuliku yang harus dilalui. Berkat motivasi dan semangat dari orang tua, anak dari pasangan Sugiyono dan Panca Gustin Hendrawati itu berhasil menyelesaikan skripsi berjudul “Strategi Kesantunan Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif dalam Film Eien no Bokura Sea Side BlueSea Side Blue Karya Ryo Nishimura.” Dalam skripsinya, Nevia tertarik dari kebudayaan Jepang. Oleh karena itu inti permasalahan dari skripsi yang ia buat yakni menjelaskan mengenai nilainilai kesopanan dan kesantunan ujaran tokoh dalam film Jepang tersebut. Baginya, kunci kesuksesan adalah kerja keras dan pantang menyerah. Dua hal itulah motivasi yang selalu diberikan orang tua kepada dirinya. Ia juga meyakini bahwa sukses tidak hanya di dapatkan saat perkuliahan, namun sukses juga didapatkan ketika mampu berinteraksi secara baik dalam bermasyarakat. Selain prestasi akademik, perempuan 22 tahun tersebut juga mempunyai prestasi membanggakan, di antaranya juara 1 tarian terbaik tingkat nasional sewaktu menjadi anggota UKM Yosakoi Doya Doya Unesa pada tahun pertama kuliah. Ia juga aktif dalam kegiatan mahasiswa yakni menjadi volunteer di JPC UNESA tahun 2013 serta menjadi Panitia JPC UNESA tahun 2014 dan 2015, dan menjadi koordinator bidang 2 Himaprodi Bahasa Jepang pada tahun 2015. Pada tahun 2014 dan 2015 ia juga pernah bergabung dengan Kaiwa Kurabu yang bertujuan mengajarkan budaya Indonesia kepada murid sekolah Jepang di Surabaya. Hal yang membuatnya merasa terharu yakni memiliki kesempatan langsung belajar budaya di negeri Sakura, Jepang. n (TONI/WAHYU)
16
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
uhammad Mi zan Abdillah, ma hasiswa S1 Pen didikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi berhasil meraih predikat wisudawan terbaik Fakultas Olahraga. Selain berprestasi di aka demik, Mizan juga pernah berpres tasi saat mengikuti Pekan Ilmiah Olahraga Nasional 2017 di IMORI Jawa Tengah. Kala itu, ia masuk 10 besar terbaik. Meski belum menjadi tiga yang terbaik, namun Mizan mengaku senang bisa sampai 10 besara. Mahasiswa yang lulus dengan IP 3,72 itu bercita-cita menjadi pengajar agar ilmu yang didapatkan bermanfaat untuk orang lain. Selain mengajar, ia juga ingin meraih impian dengan melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. Oleh karena itu, ia akan berusaha dan berdoa dengan maksimal. Bagi Miza, olahraga sudah menjadi keahlian dalam hidupnya. Ia tidak bisa lepas dari olahraga. Baginya, tubuh yang sehat dan selalu berolah raga akan membentuk kepribadian dan pola pikir yang sehat pula. Untuk itu, Mizan akan terus menumbuhkembangkan olahraga kepada masyarakat bahwa kegiatan berolahraga bisa dijadikan kewajiban untuk jiwa dan raga. n (MIRA/WAHYU)
Dewa Ayu Prisma Dewi, Wisudawan Terbaik FT
Terkesan Berkesempatan PPL di Singapura
M
ahasiswa S1 Pendidikan Teknologi Informasi. Dewa Ayu Prima Dewi berhasil menjadi wisudawan terbaik pada wisuda ke-90 Unesa dengan raihan IPK 3.75 dengan predikat pujian. Prima tidak menyangka dan merasa terharu atas pencapaian tersebut.
Majalah Unesa
LAPORAN KHUSUS Banyak sekali pengalam an Prisma selama kuliah di Unesa. Pengalaman yang selalu diingat yakni dapat PPL di Singapura. Ia tidak menyangka bisa langsung belajar budaya dan mendapatkan pendidikan di sana. Ia berterima kasih kepada Unesa yang telah memfasilitasi dirinya un tuk bisa belajar di sana. “De ngan adanya kerja sama Unesa dengan KBRI di Singapura saya bisa me rasakan pendidikan dan mengembangkan keilmu an,” ujar perempuan berkulit putih tersebut. Pengalaman berorganisasi membantu Prisma dapat membagi perkuliahannya dengan organisasi mahasiswa. Baginya organisasi dapat membentuk karakter yang tangguh dan mampu bekerja sama dengan banyak orang. Ia juga merasakan berorganisasi melatih fokus dalam berkegiatan. Untuk itu dalam penyelesaian skripsinya, ia dapat fokus menyelesaikannya dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. n (MIRA/WAHYU)
membuat bingkisan souvenir untuk keperluan wisuda dan sebagainya. Alumnus SMAN 1 Kauman Tulungagung tersebut berhasil mendapatkan predikat terbaik dengan IPK 3.80. Ia menulis skripsi berjudul ‘Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa berbasis Pendekatan Saintifik pada Materi Getaran dan Gelombang untuk Melatih Ketrampilan Proses Sains Siwa Kelas VIII’. Skripsi tersebut mengenai pengembangan LKS. Ada 2 LKS yang didapatkan semasa PPL, yakni tentang getaran dan tentang gelombang. Devi memilih kedua materi tersebut agar bisa sinkron dengan dosen pembimbing yang kebetulan dari jurusan Fisika. Dalam mengerjakan tugas akhir bukannya tanpa hambatan. “Kesulitan yang sempat saya hadapi adalah ketika harus menyelesaikan skripsi sembari menjalankan bisnis yang sedang dirintis. Alhasil, keinginan untuk wisuda pada Juli harus tertunda,” terang Devi. Anak pasangan Bandi dan Yuni Kustiawati itu berpesan kepada mahasiswa yang saat ini tengah berjuang agar jangan menyerah. Menurutnya, tugas mahasiswa selama 4 tahun adalah mencari ilmu. “Seberapa pun banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen, pekerjaan di organisasi yang pastinya menyita waktu, jangan patah semangat untuk menjalani perkuliahan,” jelasnya. n (SURYO)
Bagus Nursyah Abdillah, Wisudawan Terbaik FISH Deviana Eka Ratna Safitri, Wisudawan Terbaik FMIPA
Pantang Patah Semangat
D
Teliti Sekolah ABK
N
eviana Eka Ratna Safitri atau yang akrab disapa Devi tidak menyangka menjadi wisudawan terbaik FMIPA dalam gelaran wisuda ke-90 Unesa. Wisudawan kelahiran Tulungagung 22 tahun yang lalu itu bisa mencapai predikat tersebut berkat kerja keras dan prinsipnya yang disipling mengerjakan tugas sesuai waktu. “Saya tidak suka menunda-nunda pekerjaan,” paparnya. Mahasiswa prodi Pen di dikan Sains yang bercita-cita menjadi dosen itu se jak semester 3 sudah mengajar les privat mulai SD, SMP dan SMA. Ia juga membuka usaha kecil-kecilan
amanya Bagus Nursyah Abdillah. Pria kelahiran Sidoarjo jurusan Sosiologi itu berhasil mendapatkan gelar wisudawan terbaik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) dengan IPK 3,64. “Saya bersyukur dan bangga, tidak menyangka kerja kerasnya berhasil meraih kesuksesan dan menyelesaikan skripsinya dengan baik dan lancar,” paparnya. Skripsi yang ditulis berjudul “Makna Sekolah Inklusi bagi Penyelenggara Pendidikan SDN Kebon Agung II Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.” Dalam skripsi tersebut ia mendapatkan pengalaman yang menarik. Ia tidak hanya belajar memahami karakter siswa SD, melainkan harus menghadapi anak berkebutuhan khusus. “Memang tidak mudah bisa memahami anak berkebutuhan khusus, jika dilakukan dengan rasa senang pasti semuanya akan lancar” ujarnya. Pria kelahiran 25 tahun silam tersebut tidak hanya aktif dalam kegiatan pembelajaran saja, kegiatan luar kampus seperti HIMA pernah diikuti. Di sisi lain, ia juga hobi menulis. Tulisannya beberpa kali sudah dibukukan. Meskipun buku tersebut bersifat antologi puisi, ia merasa senang nantinya puisi yang ia tulis bisa dinikmati oleh banyak orang. n (DAYAT/ WAHYU)
Majalah Unesa
BERSAMBUNG ke halaman 26 - 27
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
17
LENSA
UNESA
WAYANGAN: Dekan FBS Unesa, Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd, menyerahkan gunungan kepada dalang. Pembukaan Bulan Bahasa FBS Unesa 2017, dibuka dengan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Maha Julig Kamis (05/10) bersama duet dalang Ki Yusuf Pebriansyah dan Ki Fachtur Samsul Yusuf dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, acara yang digelar di Joglo FBS Unesa ini berlangsung dengan khidmat dan meriah.
PEMBUKAAN PERINGATAN BULAN BAHASA akultas Bahasa dan Seni menyelenggarakan kegiatan tahunan Bulan Bahasa. Pembukaan dilaksanakan di Joglo FBS pada 12 November 2017. Pembukaan dihadiri Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M.Pd, Dekan FBS, Wakil Dekan dan dosen FBS. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tema acara Bulan Bahasa dan Seni kali ini lebih sederhana namun bermakna yakni FBS Berkarya. Menariknya, acara pembukaan Bulan Bahasa dan Seni tahun ini dibuka dengan pementasan wayang kulit dengan judul Maha Julig yang menceritakan kisah Sengkuni dan kelicikannya untuk mendapatkan hak adiknya Gandari. n (HASNA/MIRA)
PEMBUKAAN: Wadek II (bidang umum dan keuangan) dan Wadek III (bidang kemahasiswaan dan alumni) mendamping Dekan FBS, hadir dalam acara wayangan pembukaan Bulan Bahasa 2017.
18
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
P
rodi S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran menyelenggarakan Olimpiade Paper bagi siswa-siswi SMK/MAK Jurusan Administrasi Perkantoran se- JawaTimur. Sebanyak 80 tim yang terdiri 3 orang per tim ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Acara diselenggarakan pada Sabtu, 9 Oktober 2017 di G3 Auditorium Lantai 2 Fakultas Ekonomi Unesa Ketintang. Olimpiade mengusung tema Strengthen The Competence and Existence of Office Administration Through Business and Industry Oriented Competition in The Globaliation Era. Materi oliimpiade PAPER adalah Speed Typing, Petty Cash, Pengarsipan, dan Korespondensi. Sebagai pemenang Olimpiade Administrasi Perkantoran (PAPER) Se-JawaTimur adalah Juara 1 SMK Negeri 1 Malang, Juara 2 SMKN 2 Pacitan, Juara 3 SMK PGRI 5 Jember, Juara harapan 1, SMK Diponegoro Sidoarjo, dan Juara Harapan 2 SMKN 1 Lamongan. n
JUARA: Para pemenang Olimpiade Paper bagi siswa-siswi SMK/MAK Jurusan Administrasi Perkantoran se-Jawa Timur berfoto bersama panitia pelaksana dari Prodi S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran FE Unesa, Sabtu, 9 Oktober 2017 di G3 Auditorium Lantai 2 Fakultas Ekonomi Unesa Ketintang.
OLIMPIADE PAPER SMK/MAK SE-JATIM
(DAYAT)
UJIAN KEDINASAN KENAIKAN PANGKAT
DALAM rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Tenaga Pendidik (Tendik), Bagian Kepegawaian dan Hukum Universitas Negeri Surabaya mengadakan Ujian Kedinasan Tingkat I pada Rabu 18 Oktober 2017 di Lantai 5 Gedung Pendidikan Rektorat Unesa Kampus Lidah Wetan. Kegiatan yang bertujuan mengetahui tingkat kemampuan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan naik pangkat atau golongan itu diikuti oleh 33 peserta terdiri dari 28 Tendik dari Unesa dan 7 peserta Tendik dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Jurusan Perkapalan. Hadir dalam kegiatan tersebut, Kabag Kepegawaian dan Hukum, Drs. Rahmat Basuki, M.M. dan Kasubbag Tenaga Kependidikan, Tri Diana Sari, S.Sos. , M.Si. n (TONI)
Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII- Oktober 2017 |
19
KOLOM REKTOR
Pemberian gelar Dr. HC di Unesa ini diharapkan tidak hanya terjadi untuk pertama dan terakhir, tetapi diharapkan bisa dilanjutkan untuk pemberian kepada orang lain yang memang layak untuk menerima. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.
G
elar Doktor Honoris Causa bisa diberikan oleh suatu perguruan tinggi yang telah memiliki program S3 yang terakreditasi A (sangat baik) kepada seseorang yang telah berjasa luar biasa dalam pengembang an ilmu dan teknologi atau memiliki karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Tentu bidang pergu ruan tinggi tersebut juga harus memiliki program S3 sesuai dengan bidang ilmu yang akan diberikan. Berdasarkan kriteria tersebut, Unesa telah memenuhi syarat sebagai per guruan tinggi yang bisa memberi gelar doktor honoris causa. Pada 26 September 2017 Universitas Negeri Surabaya mengukuhkan pemberian gelar Doktor Honoris Causa (Dr. HC) kepada Ir Abdulkadir Muhammad Baraja dalam bidang manajemen pendidikan. Sejak berdiri pada 1964, Universitas Negeri Surabaya baru kali pertama memberikan gelar Dr. HC kepada seseorang yang dianggap memiliki jasa yang luar biasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi atau karya nyata yang memberi manfaat bagi kemaslahatan umat, khususnya dalam bidang pendidikan. Ir Abdulkadir Muhammad Baraja yang lebih dikenal dengan Abdulkadir Baraja adalah sosok yang layak memperoleh penghargaan tersebut.
Bapak Abdulkadir Baraja, memang tidak memiliki latar belakang sebagai sarjana kependidikan. Latar belakang pendidikan beliau adalah sarjana
DOKTOR HONORIS CAUSA
20
teknik elektro. Setelah lulus dari Institut Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) jurusan elektro tahun 1967, kemudian menjadi dosen di ITS. Namun, keyakinannya bahwa hanya dengan sumber daya manusia yang berkualitas, Indonesia akan bisa maju dan sejahtera yang membawa beliau secara aktif dan berkarya nyata dalam dunia pendidikan. Keyakinan tersebut dilaksanakan dengan mendirikan yayasan lembaga pendidikan Al-Hikmah, mulai dari pendidikan yang paling dasar yaitu PG, TK, SD, SMP, SMA sampai ke perguruan tinggi. Sekolah Al-Hikmah, bukan hanya menjadi pilihan para orang tua yang ingin putra-putrinya memiliki kecerdasan secara intelektual, sosial, dan moral yang berbasis ke-Islaman, tetapi juga menjadi rujukan sebagai sekolah model yang berbasis moralitas.
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
Beliau tidak hanya berhenti sampai ke jenjang SMA, tetapi juga mendirikan Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Ilmu (STKIP). Menurut beliau, pendidikan tidak akan mampu menghasilkan sumber daya yang baik jika para gurunya tidak cerdas dan memiliki jiwa pendidik dan pejuang. Karakteristik guru pejuang menurut beliau adalah memiliki niat yang tulus, rasa nasionalisme, mencintai profesinya, menguasai materi, skill yang tinggi, dan siap bekerja keras apapun kondisi dan dimanapun lokasinya. Oleh karena itu, beliau mencari lulusan SLTA yang cerdas dan kurang mampu untuk diberi beasiswa penuh kuliah di STKIP Al Hikmah. Para mahasiswa STKIP diambil dari berbagai daerah, yang kemudian dibiayai secara penuh, termasuk biaya hidup. Mereka tinggal di asrama yang disediakan Yayasan. Di dalam asrama itulah, jiwa pejuangnya. Beliau juga yang menggagas Jatim Mengajar, sebagai komplemen dari program pemerintah Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). Jatim mengajar dilakukan di wilayah Provinsi Jawa Timur, dengan program yang sama dengan SM3T. Proses pemberian gelar Dr. HC bagi bapak Ir. Abdulkadir Baraja, membutuhkan waktu yang panjang, yakni 4 tahun sejak
KOLOM REKTOR digagas Prof, Muchlas Samani saat pertengahan menjabat Rektor Unesa. Proses tersebut dimulai dari penyampaian gagasan oleh Prof. Muchlas di hadapan para pimpinan dan anggota senat Universitas Negeri Surabaya. Gagasan tersebut memang tidak berjalan mulus dan lancar. Hingga Prof. Muchlas mengakhiri masa jabatan, proses tersebut belum tuntas. Kemudian pada peridode saya sebagai rektor, upaya untuk memberikan gelar Dr. HC kepada Ir. Abdulkadir Baraja saya lanjutkan. Kami membentuk tim penilai dan menunjuk promotor. Prof. Muchlas Samani, sebagai penggagas kemudian ditunjuk sebagai promotor pemberian gelar Dr. HC kepada Ir. Abdulkadir Baraja. Berkaitan dengan rencana pemberian gelar Dr. HC kepada Ir. Abdulkadir Baraja, di internal senat Unesa juga terjadi perdebatan yang tidak kalah sengit. Berbagai argumentasi dilontarkan untuk menjawab pernyataan mulai dari apa kriterianya, dan mengapa beliau yang dipilih, serta apa kontribusinya terhadap Unesa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengindikasikan sikap kritis dari para anggota senat dan sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik dari Unesa. Doktor Honoris Causa memang berbeda dengan gelar doktor yang diperoleh melalui jalur pendidikan (doktor akademik). Perbedaan tersebut paling tidak bisa dilihat dari berbagai hal. Pertama, dilihat dari tempat berproses menjadi doktor. Penerima gelar Dr. HC melakukan karya di masyarakat untuk menghasilkan karya-karya nyata yang langsung bermanfaat untuk masyarakat. Doktor akademik melakukan perkuliahan di kampus, dan melakukan penelitian nutuk menghasilkan temuan-temuan baru yang bersifat teoritis untuk kemajuan bidang ilmu yang sedang ditekuni. Kedua, dilihat dari sisi waktu, penerima gelar Dr. HC membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuktikan karya-
karyanya. Bisa mencapai puluhan tahun. Ketiga dilihat dari pengujinya. Dr. HC diuji oleh masyarakat secara langsung dan luas. Apakah mereka mampu membuktikan manfaat karya-karya untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan doktor akademik diuji oleh para guru besar, dan dia harus mampu memberikan penjelasan rasional dengan berbasis data yang diperoleh dari hasil penelitian, dan menunjukan orisinalitas gagasannya. Hasil yang bisa dihasilkan sebatas kepada proposisi-proposisi sebagai hasil abstraksi dan refleksi atas temuantemuan dalam penelitiannya. Ini yang sering disebut dengan penemuan yang baru (novalty) dalam pohon ilmu dari seorang doktor. Keempat, dilihat dari motivasi penerima. Penerima Dr. HC, dari awal tidak memiliki niat atau motivasi untuk memperoleh gelar. Mereka bekerja dengan dilandasi keinginan untuk kepentingan orang banyak (masyarakat, bangsa dan negara). Sedangkan penerima doktor akademik sejak awal sudah berniat untuk memperoleh gelar tersebut. Mungkin motivasi untuk memperoleh atau menyandang gelar doktor ini jauh lebih kuat daripada motivasi untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. Hal ini bisa ditunjukkan dengan proses yang tidak sesuai dengan kaidah akademik. Munculnya tindakan plagiatisme dalam penulisan disertasi akhirakhir ini mengindikasikan besarnya motivasi untuk memburu gelar. Pemberian gelar Dr. HC yang dilakukan oleh Unesa, semata-mata dilandasi oleh penghargaan yang tinggi terhadap apa yang telah dilakukan oleh Bapak Ir. Abdulkadir Baraja dalam dunia pendidikan. Apa yang dilakukan beliau benarbenar telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam memajukan pendidikan. Bahkan, konsep dan pemikiran beliau tentang sosok guru, dan bagaimana proses menghasilkannya merupakan suatu
Majalah Unesa
model yang bisa diajukan rujukan dalam pendidikan guru ke depan. Pengukuhan gelar Dr. HC di Unesa memang tidak dihadiri oleh tokoh-tokoh hebat. Undangan juga sebatas kepada para kolega Bapak Abdulkadir. Di antara tokoh yang hadir adalah KH. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) Ketua Umum MUI Jawa Timur, Anis Baswedan mantan Mendikbud dan Gubernur terpilih DKI Jakarta. Namun, ada pernyataan yang menarik dari Anis Baswedan bahwa Unesa bisa menjaga marwah dalam bidang akademik, karena yang diberi gelar doktor adalah orang yang memang layak dan telah terbukti kiprah dan karyanya. Pemberian gelar Dr. HC di Unesa ini diharapkan tidak hanya terjadi untuk pertama dan terakhir, tetapi diharapkan bisa dilanjutkan untuk pemberian kepada orang lain yang memang layak untuk menerima. Unesa harus juga secara obyektif memberi penghargaan gelar Dr. HC kepada orang-orang yang telah mendedikasikan dan mendarmabaktikan seluruh pemikiran, tenaga, dan waktunya untuk kemajuan bangsa. Orangorang seperti itu layak dihargai dan dianugerari gelar Dr. HC. Apapun ilmu yang dipelajari dan diajarkan di perguruan tinggi pada gilirannya harus digunakan untuk kemaslahatan umat. Apalah artinya ilmu jika tidak bermanfaat bagi umat manusia. Oleh karena, itu, para ilmuwan memiliki tanggung jawab untuk mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan masyarakat. Para ilmuwan juga tidak boleh “congkak� bahwa dirinya yang paling tahu, tetapi tidak bisa berbuat. Akan lebih baik kalau kita yang memiliki ilmu langsung berbuat nyata untuk kemajuan bangsa. Semoga Unesa bukan hanya menjadi menara gading yang hanya di awang-awang, apalagi tidak mau menghormati dan menghargai karya nyata orang lain yang sudah terbukti membawa manfaat dan kemajuan bangsa. n
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
21
INSPIRASI
ALUMNI KIPRAH DR. RITA AMALISA, M.PD, KEPALA SEKOLAH SMAN 1 NGANJUK
WUJUDKAN SEKOLAH BERBASIS KARAKTER UNESA YANG DULU BERNAMA IKIP SURABAYA TELAH MEMILIKI BANYAK ALUMNI YANG BERTEBARAN DI SEANTERO NEGERI DENGAN BERBAGAI PROFESI. SALAH SATUNYA, DR. RITA AMALISA, M.PD, ALUMNI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (RED, IKIP SURABAYA) ANGKATAN 1986. ALUMNI YANG KINI MENJADI KEPALA SEKOLAH SMAN 1 NGANJUK ITU INGIN MENGAPLIKASIKAN ILMU YANG DIDAPAT DENGAN MEWUJUDKAN SEKOLAH BERBASIS KARAKTER. SEPERTI APA KIPRAHNYA? BERIKUT LAPORAN RUDI UMAR SUSANTO, REDAKSI MAJALAH UNESA YANG BERKESEMPATAN WAWANCARA DENGAN PEREMPUAN YANG AKRAB DIPANGGIL RITA TERSEBUT.
Dr. Rita Amalisa, M.Pd, Kepala Sekolah SMAN 1 Nganjuk dengan penghargaan prestasi yang diraih sekolah yang dipimpinnya.
B
agi Rita, sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang harus berusaha memberi bekal kehidupan kepada siswa melalui program pengajaran dan pembelajaran. Bekal tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat membantu siswa menghadapi kehidupan nyata di masyarakat.
22
“Siswa perlu mengembangkan semua aspek. Tidak hanya aspek berpikir (kognitif ), tapi juga aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif ) sehingga sekolah dapat disebut sebagai tempat pengembangan diri siswa dan sebagai pusat pembudayaan bagi siswa,” ujarnya. Rita mengatakan, sekolah harus menjadi instrumen pendidikan yang mampu mencetak individu
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan strategi membangun Sekolah Berkarakter seperti Sekolah Kooperatif dan Sekolah Progresif Berbasis Karakter. Rita yang kini menjabat Kepala Sekolah SMAN 1 Nganjuk itu menuturkan, pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tetapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan, sekarang ini peserta pendidikan
INSPIRASI ALUMNI karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. “Mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa ini,” terangnya. Perempuan kelahiran Kediri, 01 Februari 1964 ini menambahkan, siswa akan berkarakter jika ia tumbuh di lingkungan yang punya karakter juga. Pembentukan karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Keluarga, sekolah, dan masyarakat, merupakan tiga hal penting, dalam pembentukan karakter. “Ketiga hal itu harus berlangsung secara terintegrasi,” ungkapnya. Rita menambahkan, untuk mewujudkan pendidikan karakter di lingkungan sekolah SMASA Nganjuk, pihak sekolah selalu berkomunikasi dengan wali murid terkait pendidikan karakter. Karakter-karakter yang baik harus dapat dipelihara. Pertama yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter seorang siswa adalah di rumah. Ketika usia mereka di bawah tujuh tahun adalah masa terpenting dalam menanamkan karakter pada anak. “Dalam hal ini, orang tua (keluarga) perlu menanamkan karakter tersebut sehingga pembangunan watak, akhlak atau karakter bangsa (nation and character building), mulai tumbuh dan dapat berkembang dalam kesehariannya. Setelah umur di atas tujuh tahun, maka lingkunganlah yang akan membentuk karakter seorang siswa,” tambah perempuan yang biasa dipanggil Rita tersebut. Terapkan Aturan dan Tatib Ramah Anak Dalam membangun karakter seorang siswa, pihak SMAN 1 Nganjuk telah memperhatikan aturan dan tata tertib (tatib) yang berlaku di sekolah agar aturan dan tatib tersebut ramah anak. Di era globalisasi ini, banyak sekolah yang sudah jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga hubungan antara guru dan siswa tidak begitu akrab. Begitu juga dengan banyaknya siswa yang acuh tak acuh dengan keberadaan guru, tidak menghormati guru, dan lainlain.
Dr. Rita Amalisa, M.Pd, selalu mengungkapkan bahwa selalu memperhatikan pembinaan sekap dan karakter siswa.
Rita mengungkapkan, pihak sekolah perlu memperhatikan pembinaan sikap dan karakter masing-masing siswa dengan cara membina dan meningkatkan intelektualisme dan profesionalisme. Selain itu, pihak sekolah juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter pada siswa dengan membuat aturan dan tata tertib yang dapat menumbuhkan karakter-karakter baik, misalnya dengan membuat kantin kejujuran. Dalam hal ini, sekolah dapat menumbuhkan karakter kejujuran pada setiap siswa. “Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya ,sesama lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional,” jelasnya. Menurut Rita, dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang siswa akan menjadi cerdas emosinya. Selain itu, bekal penting dalam mempersiapkan seorang siswa dalam menyongsong masa depan adalah kecerdasan emosi, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. “Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan
Majalah Unesa
keharmonisan dari olah hati (kejujuran dan rasa tanggung jawab), pikir (kecerdasan), raga (kesehatan dan kebersihan), serta rasa (kepedulian) dan karsa (keahlian dan kreativitas). Itulah harapan yang diinginkan oleh pihak SMAN 1 Nganjuk,” tambah Rita. Rita memberikan contoh gambaran antara kecerdasan emosi dengan keberhasilan di sekolah. Berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. “Salah satu bentuk dari perpaduan antara kecerdasan emosi dengan keberhasilan telah diperoleh SMAN 1 Nganjuk melalui Juara 1 Siswa Berprestasi Tingkat SMA Putra, Tingkat Kabupaten Nganjuk Tahun 2016 dan Tahun 2017,” jelas perempuan Alumni S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya ini. n (RUS)
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
23
SOSOK
UNESA
IRMA RUSSANTI, DOSEN PKK PEMILIK 10 HAKI
Motivasi Tinggi Kembangkan Batik Tulis Khas Sidoarjo IRMA RUSSANTI, S.PD., M.DS. ATAU AKRAB DISAPA IRMA, MERUPAKAN SALAH SATU DOSEN PKK PEMILIK 10 HAKI DAN 1 PATEN GRANTED. BAHKAN, TAHUN INI IA MASIH AKAN MENAMBAH 3 HAKI DAN 1 PATEN.
D
osen asal Surabaya ini mengaku memiliki minat yang tinggi terhadap karya seni batik tulis khas Indonesia. Berawal dari pelatihan yang sering diadakan, Irma mulai mengembangkan sendiri desain batik tulis dengan corak khas daerah Sidoarjo. Hasilnya, Irma mampu membuat 10 desain batik dengan motif khas daerah Sidoarjo dan Surabaya yang sekaligus didaftarkan sebagai HaKI. Dari proses pewarnaan, desain, dan teknik pelukisan tentu saja Irma tidak memperoleh 10 HaKI secara instan. Ia mengusung tema utama Desain Batik Kerang dan Kupang khas Sidoarjo. Inspirasi itu didapat dari kuliner khas Sidoarjo (kupang) hingga bangunan bersejarah seperti tugu pahlawan.
24
Menurut Irma, belum ada yang menggunakan kupang sebagai motif batik. Sedangkan kupang sendiri merupakan salah satu kekayaan khas yang ada di Sidoarjo. Dari 10 HaKI yang dimiliki Irma, seluruhnya saling berkesinambungan, 9 di antaranya merupakan pengembangan dari Patennya yang pertama. PATEN Selain HaKI, Irma saat ini juga sudah mengantongi 1 hak paten proses granted. Dosen yang masih studi S3 Pendidikan Vokasi tersebut membuat paten pertamanya dengan judul “Metode Pewarnaan Berbahan Dasar Adonan Pewarna Tanah sebagai Material untuk Pewarna Tunggal Ganda, dan Tripel pada Kain dengan Teknik Batik� bersama rekan sejawatnya
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
Yulistiana. Paten tersebut dilatarbelakangi penelitian bersama Yulistiana tentang pewarnaan batik yang kebanyakan menggunakan bahan sintetis. Dari situ, beliau memutuskan mencoba menggunakan tanah sebagai pewarna alami. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa tanah bisa dijadikan sebagai alternatif pewarna alami. Namun, tidak semua tanah dapat digunakan. Hanya tanah yang tidak banyak mengandung silica saja yang dapat digunakan sebagai perwarna alami. Menurut Irma, tidak ada perlakuan khusus untuk pembuatan pewarna dari tanah. Tanah hanya dihaluskan dengan menggunakan saringan dan diberi air dengan kadar tertentu. Kendati
SOSOK UNESA
AMA PATEN PERT BUKTI: Irma Russanti, S.Pd., M.Ds. menunjukkan bukti autentik tentang paten yang dimilikinya dari lembaha resmi pemerintah. Berkat keuletan dan ketekunannya dosen PKK Unesa ini mampu memiliki 2 paten dan 13 HaKI.
demikian, pewarna tanah telah teruji tidak luntur karena telah melalui proses pewarnaan dengan teknik mordan atau fiksasi. “Karakteristik lain dari pewarnaan menggunakan tanah adalah setiap kali proses pembuatan, warna yang dihasilkan tidak selalu sama. Karena pada teknik pembuatan adonan tanah akan menghasilkan tanah
an an Berbah a n r a w e P anah M e to d e e wa r n a T P n a n o d a D asa r A u k P e wa r n t n u l ia r at e da s e b aga i M n T r ip e l pa a d , a d n a G ik T u n g ga l e k n ik B at T n a g n e K a in d
kandungan yang berbeda,� terang Irma. Saat ini, Irma sedang dalam pembuatan usulan patennya yang kedua yakni proses pembuatan desain batik menggunakan gambar cangkang binatang kerang dan kupang. Ditambah lagi beliau juga sedang mengurus 3 HaKI untuk desain kerudung dengan motif khas Sidoarjo.
Majalah Unesa
Jika ditotal nantinya Irma akan memiliki 2 paten dan 13 HaKI. Karya-karya paten dan HaKI Irma telah dipublikasikan di seminar nasional dan internasional serta telah dipamerkan di Mall. Karya tersebut juga dilatihkan pada masyarakat UKM yang ada di Sidoarjo. n (ANING/EMIR)
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
25
LAPORAN
KHUSUS
Musrifatul Indriani, Wisudawan Terbaik FE
Berharap Ilmunya Bermanfaat
G
iat, tekun dan pekerja keras. Itulah gambaran perempuan asli kota brem Madiun Musrifatul Indriani. Indriani merupakan wisudawan terbaik dari Fakultas Ekonomi Prodi Pendidikan Ekonomi. Skripsinya berjudul “Pengembangan Instrument Soal Three Tier Multiple Choice” mengantarkan dirinya meraih IPK 3,83 dengan predikat pujian. Dalam skripsinya Indri berharap guru mampu memahami kepribadian siswa sehingga dapat menentukan konsep yang tepat untuk siswa. Awal perkuliahan Indriani memang tidak seperti mahasiswa baru lainnya yang dapat menikmati masa pengenalan kampus atau PKKMB. Pada waktu itu Indri mendapatkan musibah yakni sakit dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. Indri pernah merasa gagal dalam pengerjaan skripsinya karena banyak revisi yang diberikan dosen. Beruntung, ia bisa bangkit dan menganggap kegagalan sebagai cambuk untuk bangkit kembali. Kini, usahanya berbuah manis. Indri pun dinobatkan berhasil meraih predikat wisudwan terbaik. Perempuan berusia 22 tahun tersebut berterima kasih kepada kedua orang tuanya yang selalu mendukung dan mendoakan segala langkah yang dikerjakan. Ia juga berterima kasih kepada dosen yang tidak kenal lelah memberikan pengetahuan kepadanya. “Warisan terbaik dalam hidup adalah ilmu yang bermanfaat,” pungkasnya. n (DAYAT/WAHYU)
Dewi Siskayanti, Wisudawan Terbaik D3 Akuntansi
Rajin Kuliah, Aktif Berorganisasi
S 26
alah memilih jurusan tak menyurutkan semangat Dewi Siskayanti untuk menjalani perkuliahan. Pasalnya, wisudawan yang akrab disapa Dewi ini
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
memiliki latar belakang kimia analisis sewaktu mengenyam pendidikan di SMKN 5 Surabaya. Di lain sisi, Dewi juga pernah mencapai prestasi menjadi juara 1 Sains Terapan Bidang Kimia Terapan Tingkat Jawa Timur dan juara Harapan 1 Olimpiade Sains Terapan Bidang Kimia Terapan tingkat Nasional. Menurutnya menjadi yang terbaik harus memiliki nilai yang tinggi, Oleh karenanya, wisudawan kelahiran Surabaya 22 tahun yang lalu ini rajin belajar dan mengejar ketertinggalan terutama materi dasar tentang akutansi.. Mahasiswa D3 Akuntansi angkatan 2014 tersebut selain rajin dalam perkuliahan juga aktif dalam organisasi. Di samping itu, dia juga memiliki kesibukan mengajar les privat serta membantu usaha orang tua di rumah. “Tugas kuliah yang menumpuk itu standar, kesulitannya adalah membagi waktu untuk kegiatan organisasi yang sangat padat dan membantu orang tua karena memiliki usaha warung,” jelas anggota HMJ Akuntansi Unesa periode 2015/2016 tersebut. Setelah lulus, anak pasangan Suharmanto dan Denok Suprihatin ini ingin langsung bekerja, namun tidak menutup kemungkinan melanjutkan studi atau alih jenjang S1. Dewi berhasil meraih IPK 3,72 dengan tugas akhir berjudul Penerapan Pengendalian Internal untuk Mengatasi Piutang Usaha Tidak Lancar (Studi pada PT Sucifindo Surabaya.n (SURYO)
Rizki Amelia Agustin, Wisudawan Terbaik D3 AN
Hadiah untuk Kedua Orang Tua
R
izki Amelia Agustin, A.Md, mahasiswa D3 Administrasi Negara FISH mendapatkan predikat mahasiswa terbaik pada wi suda ke-90 Unesa. Gadis yang lahir di Mojokerto pada 7 Agustus 1996 berhasil lulus tepat waktu dan meraih pre dikat mahasiswa terbaik. Putri pasangan Sutiyo dan Sri Wijayanti ini bercerita ketika pertama mendapatkan informasi bahwa ia menjadi lulusan terbaik di jurusannya. Dia mengaku tidak percaya atas hal ini. Namun, akhirnya dia bersyukur kepada Allah SWT dan merasa senang sekali atas prestasi yang ia dapatkan. Gadis
Majalah Unesa
LAPORAN KHUSUS ini mempersembahkan prestasinya merupakan hadiah untuk sang kedua orang tua tercinta. Amelia berharap semoga diberikan kemudahan dan kelancaran untuk terus meningkatkan pelayanan kinerja, mutu pendidikan di FISH juga Unesa sehingga bisa lebih baik ke depan. Ia juga berpesan untuk mahasiswa Unesa, terutama mahasiswa FISH belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Terpenting adalah tidak berhenti bertanya (Albert Einstein). n (DAYAT/WAHYU)
M. Irsyadul Masluchi, Wisudawan Terbaik D3 Desain Grafis
Juara Lomba Desain Karakter & Komik
M
enjadi suatu kebanggaan menjadi mahasiswa dengan predikat pujian. Hal tersebut dirasakan oleh Muhammad Irsyadul Masluchi dari Prodi D3 Desain Grafis, Fakultas Bahasa dan Seni. Dukungan orang tua tidak pernah lepas, doa yang dilakukan membuat anaknya menuju kesuksesan. Anak yang terkenal supel ini sudah mempunyai ancangancang untuk melanjutkan studinya ke jenjang S1. Irsyadul terkenal memiliki kepribadian yang ramah dan mudah bergaul. Di mata teman-temannya Irsyadul merupakan pribadi yang mampu berbaur dan saling tolong menolong. Di setiap proses perkuliahannya, pemuda 21 tahun tersebut proses adalah ilmu yang berharga. Baginya, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang didapatkan melalui proses yang panjang. Dalam bidang keilmuan, Irsyadul menguasai dalam hal ilustrasi. Hal tersebut dibuktikan dengan prestasi yang pernah diraihnya. Prestasi yang pernah diraih yakni dalam bidang pembuatan desain karakter dan komik. Ia berharap apapun ilmu yang pernah ia dapatkan mampu bermanfaat bagi banyak orang. n (MIRA/WAHYU)
Felby Yugus R, Wisudawan D3 Manajemen Informatika
Kembangkan Sistem Informasi Kursus Mengemudi Berbasis Web
W
isuda ke-90 kali ini menjadi mo mentum tersendiri bagi Felby Yugus Rinduanita, wisudawan jurusan Teknik Informatika karena telah mendapat penganugerahan wisudawan ter baik. Felby telah menyelesaikan ku liahnya dengan tepat waktu dan men dapat predikat pujian seta mendapat penghargaan sebagai adi wi sudawan dengan IPK 3.63. Gadis kelahiran Sura ba ya 21 tahun lalu ini meng angkat judul tugas akhir “Sistem Informasi Kursus Mengemudi Berbasis Web (Study Ka sus: Lembaga Kursus Mengemudi Berlian)”. Hal ini dilatarbelakangi oleh pe nemuan fakta tentang lem baga dan konsumen masyarakat yang kesulitan dalam melakukan bisnis kursus mengemudi. Dengan adanya tugas akhir tersebut, Felby berharap da pat mempermudah konsumen mau pun lembaga untuk melakukan proses bisnis secara online. Mulai dari pendaftaran, pembayaran, pem buatan jadwal kursus, pro ses pergantian instruktur, dan pemberian rating terhadap instruktur. Anak pasangan Agus Hadiyanto dan Yuliyani ini mengaku kunci keber hasilannya adalah dengan mengubah sistem belajarnya. “Dalam mengerjakan tugas harus semangat dan tidak me nunda-nunda dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Karena jika pekerjaan itu di tun da maka akan membuat pekerjaan kita semakin bertambah banyak, dan ter kadang itu yang membuat kita malas untuk mengerjakannya. Tetap se mangat, berusaha, berdoa dan jangan patah semangat karena hasil tidak akan mengkhianati prosesnya.” jelas salah satu aktivis lingkungan di Green Team.n (KHUSNUL/ WAHYU)
Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
27
SEPUTAR
UNESA
BUDAYA: Dekan FBS Unesa memberi sambutan dalam pembukaan Bulan Bahasa FBS Unesa 2017 dengan pagelaran wayang berjudul Maha Julig bersama duet dalang mahasiswa Jurusan Bahasa Jawa Unesa, .
Lakon Maha Julig Buka Bulan Bahasa FBS 2017 Setiap tahun, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Unesa menggelar Bulan Bahasa. Namun, gelaran tahun 2017 ini lain daripada biasanya. Bila selama ini kegiatan Bulan Bahasa identik dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, namun tahun ini ‘dirayakan’ bersama-sama oleh semua jurusan yang bernaung di bawah FBS.
M
enurut Wakil Dekan II (Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Syamsul Shodiq, M.Pd, ini merupakan tahun kedua FBS menyelenggarakan acara Bulan Bahasa dan Seni.
28
Dikatakannya, sebelumnya FBS juga menyelenggarakan, hanya namanya bukan Bulan Bahasa dan Seni melainkan Bulan Bahasa saja. Dan yang menjadi penyelenggara bukan dari fakultas, melainkan pihak Jurusan. Khususnya Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
“Kita pandang kok bahasa (jurusan) kita banyak. Selain Bahasa Indonesia, ada Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin, dan Jawa. Kalau dulu diadakan oleh Bahasa Indonesia, itu kan kesannya kita hanya menghargai dan seolah - olah hanya mengangkat Bahasa Indonesia. Tapi dengan
SEPUTAR UNESA didukung oleh Prodi Bahasa lain, tema dan tujuannya pun berubah menjadi sivitas akademika FBS Berkarya dengan mendudukkan secara proposional antarbahasa,” tutur Syamsul yang juga mantan Kepala Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia itu, Jumat (06/10). Kegiatan Bulan Bahasa Fakultas Bahasa dan Seni Uneversitas Negeri Surabaya 2017, dibuka dengan pertunjukan wayang kulit mengambil lakon Maha Julig, Kamis (05/10), dengan duet dalang mahasiswa Jurusan Bahasa Jawa yaitu Ki Yusuf Pebriansyah dan Ki Fachtur Samsul Yusuf. Secara resmi acara dibuka oleh Dekan FBS, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd, di Joglo FBS Unesa. Hadir pada pembukaan tersebut Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FBS, Slamet Setiawan, M.A., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FBS, Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd., dan beberapa pejabar selingkung FBS Unesa lainnya.
LAKON MAHA JULIG
Lakon Maha Julig yang dipilih menurut Ki Yusuf, bukan sematamata untuk ditampilkan, karena ada beberapa hal yang menarik dalam lakon ini. Jika dikaitkan dengan Bulan Bahasa, Yusuf yang masih duduk sebagai mahasiswa aktif di Jurusan Bahasa Jawa mengatakan bahwa dalam pagelaran event tahunan ini, bahasa yang ditonjolkan. Mengapa demikian karena fokus utamanya adalah untuk memperkenalkan bahasa Jawa melalui pagelaran wayang kulit untuk seluruh warga Unesa yang belum tahu. Sementara itu, ketua pelaksana pagelaran, Widikdo menuturkan bahwa ada kebanggaan tersendiri menjadi jurusan yang terpilih menjadi pembuka dalam acara Bulan Bahasa dan Seni tahun ini. Widikdo pun berharap semoga ini bisa menjadi awal yang baik dengan tujuan yang baik, untuk mengedapankan bahasa nasiaonal dan bahasa asing. Pada kesempatan yang sama, beberapa mahasiswa yang hadir
GUNUNGAN: Wakil Dekan 3 FBS Unesa menyerahkan gunungan kepada dalang sebagai tanda dimulainya pagelaran wayang kulit dalam pembukaan Bulan Bahasa FBS Unesa 2017.
menonton pagelaran wayang kulit itu juga mengatakan, “Dengan adanya kegiatan seperti ini, kita juga bisa belajar tentang bahasa bahasa lain, selain bahasa yang kita miliki,” ungkapnya. “Menurut saya acara ini sangat bermanfaat. Apalagi saya mahasiswa baru. Ternyata kita tidak hanya belajar di ruang kelas, di luar kelas pun kita juga belajar. Apalagi banyak juga pelajaran yang tidak pernah kami dapatlan dalam kelas,” ujar Ryna Setyowati, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa. Selain pagelaran wayang kulit, masih banyak serangkaian acara yang dihelat dalam rangka bulan bahasa FBS 2017. Tidak kurang ada 18 acara diselenggarakan oleh jurusan-jurusan se-FBS Unesa. Dan dengan terselenggarakannya Bulan Bahasa ini, Syamsul Sodiq pun berharap dengan adanya kegiatan seperti ini, semoga FBS bisa dipandang lagi oleh pihak luar. “Karena sebenarnya kita punya suatu kegiatan besar dan itu untuk terekspose keluar Unesa agar semua tahu bahwa Unesa juga punya Fakultas Bahasa dan Seni yabg berkualitas juga. Untuk mahasiswa, semoga acara ini bisa menjadi wadah mengasah bakat-bakat mahasiswa yang ada di FBS,” pungkasnya. n
Majalah Unesa
“
(HANIFAH NUR FITRIANA)
Karena sebenarnya kita punya suatu kegiatan besar dan itu untuk terekspose keluar Unesa agar semua tau bahwa Unesa juga punya Fakultas Bahasa dan Seni yabg berkhualitas juga. Untuk mahasizwa, semoga acara ini bisa menjadi wadah mengasah bakatbakat mahasiswa yang ada di FBS.” Dr. Syamsul Sodiq, M.Pd
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
29
SEPUTAR
UNESA
BUDAYA TIONGKOK: Salah satu pertunjukan kesenian budaya Tiongkok yang ditampilkan dalam kegiatan kebudayaan oleh Universitas Pendidikan Hebei Tiongkok di Jurusan Bahasa Mandarin, FBS Unesa.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN HEBEI TIONGKOK
Gelar Budaya Tiongkok di Unesa
U
nesa memandang serius kerja sama antaruniversitas sebagai bagian dari pengembangan akademika, khususnya bagi Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin. Kamis (05/10), Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin menerima kunjungan Universitas Pendidikan Hebei, Hebei, Tiongkok untuk melakukan pertukaran budaya Tiongkok Indonesia. Ini bukanlah kali pertama Jurusan Bahasa Mandarin menjalin kerja sama dengan universitas luar negeri. Meski Jurusan Pendidikan Bahasa Mandirin tergolong baru sebagai bagian dari Fakultas Bahasa dan Seni Unesa, namun sejumlah kerja sama dengan perguruan tinggi mancanegara dilakukan untuk pengembangan akademika di jurusan tersebut. “Untuk acara ini kami menyediakan tempat untuk mereka berkunjung. Ini merupakan acara tour dunia yang diadakan Universitas Pendidikan Hebei untuk menjalin kerja sama dengan universitas di seluruh dunia,” papar Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin, Dr. Urip Zaenal Fanani, M.Pd. Acara yang diselenggarakan di Gedung Fakultas Bahasa dan Seni ini tidak hanya dihadiri mahasiswa Unesa,
30
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
melainkan dari beberapa sekolah dan universitas di Surabaya. Mereka sangat antusias datang untuk menggali info sekaligus mempelajari budaya Tiongkok yang dibawa oleh Universitas Pendidikan Hebei ke Unesa. Pada kesempatan ini, Universitas Pendidikan Hebei ke Unesa membawa berbagai macam pertunjukan seni khas China yang sering ditampilkan di beberapa festival. Bukan hanya itu mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin Unesa pun turut berpartisipasi dengan menampilkan tari kreasi khas Indonesia. Dalam kesempatan menyambut kedatangan tamu dari Universitas Pendidikan Hebei, Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS mengaku sangat senang. “Acara ini sangat bermanfaat, apalagi untuk mempelajari budaya-budaya asal Tiongkok. Ini juga suatu hal baru yang jarang sekali kita ketahui ketika kita belajar bahasa Mandarin. Sangat edukatif,” ujar Rektor Unesa Warsono. Tentang kelanjutan kerja sama, Zainal berharap, “Semoga dengan adanya acara seperti ini, Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin FBS Unesa bisa menambah kerja sama di bidag akademik lainnya. Supaya kita semakin mumpuni sebagi jurusan yang berkembang dalam bidang akademika,” tandasnya. n (HANIFAH NUR FITRIANA)
Majalah Unesa
KABAR SM-3T Menjemput Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan (3)
Menjelajah Pulau Sebatik
DI UJUNG NEGERI: Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela M.Pd. (empat dari kiri) saat berada di perbatasan wilayah NKRI.
Pada bagian ketiga tulisan menjalankan tugas di perbatasan untuk menjemput peserta SM-3T Unesa angkatan VI, Prof. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd menuliskan tentang pengalamannya bertugas di tapal batas negara, yakni di Pulau Sebatik. Berikut laporan yang ditulis untuk Majalah Unesa.
S
iang yang terik tak menghalangi saya dan Mas Febry untuk mewujudkan niat menjelajah Nunukan. Sejak kedatangan kami siang hari kemarin, Nunukan terlalu biasa, dan kami yakin, pasti ada sisi-sisinya yang menarik. Memang benar, begitulah kata Bu Rus. Tapi tempat-tempat itu ada di pulau-
pulau seberang, dan kita perlu berjam-jam untuk menjangkaunya. Tapi ada pulau yang terdekat yang masih mungkin dijangkau, yaitu Pulau Sebatik. Selesai acara di kabupaten, berkat fasilitasi dari Pak Ridwan, Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nunukan, yang sejak kemarin memantau kehadiran kami,
Majalah Unesa
kami mengunjungi Pulau Sebatik. Namun sebelum menyeberang, kami mengunjungi Islamic Center yang megah dengan pemandangan alam laut dan Pulau Sebatik di depannya. Megah dan indah, meski untuk mencapainya, jalan yang dilalui bukan jalan beraspal. Di sinilah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-2 tingkat Provinsi Kalimantan
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
31
KABAR
SM3T
Kami juga sempat menikmati makan siang di Rumah Makan Cahaya Pare di Desa Sei Nyamuk. Saya pikir pemiliknya dari Jawa, karena menu yang disediakan adalah menu Jawa: rawon, penyet ayam, soto, dan sebagainya. Tapi ternyata pemiliknya adalah orang Sebatik, entah dari mana dia berasal. Utara (Kaltara), tanggal 12-18 Mei 2017 yang lalu diselenggarakan. Kalau kita berdiri memandang sampai pada batas kaki langit di depan, di sisi kiri adalah wilayah Malaysia, dan di sini kanan adalah wilayah Indonesia. Tidak berlama-lama di Islamic Center, mengingat hari sudah semakin siang, kami segera menuju Pelabuhan Penyeberangan Sei Jepun, Kecamatan Nunukan Selatan, menuju ke Dermaga Rakyat Desa Binalawan Kecamatan Sebatik Barat. Hanya memerlukan waktu tempuh sekitar 20 menit dengan kapal motor. Di sana, Camat Sebatik Barat, Bapak Akhmad, S. IP, M. Si, telah menunggu. Lengkap dengan staf yang akan menjadi driver dan mobil double cabin. Saya dan Mas Febry duduk di jok tengah, di depan ada Pak Achmad dan stafnya yang memegang setir. Di belakang, di bak terbuka itu, ada tiga orang peserta SM-3T yang ikut mendampingi. Kami berkendara mengelilingi Pulau Sebatik. Bila terus berkendara, kami memerlukan waktu sekitar dua jam, dengan menempuh perjalanan sekitar 60 kilometer. Dimulai dari Sebatik Barat, Sebatik Induk, Sebatik Timur, Sebatik Utara, dan Sebatik Tengah. Di sepanjang perjalanan, kami menikmati deretan kebun kelapa, kakao, dan juga pisang. Pisang Sebatik sangat bagus mutunya dan umumnya dijual ke Brunei. Oleh karena berdekatan dengan Tawau, Malaysia, penduduk Sebatik juga banyak yang memilih melakukan aktivitas jual beli ke Tawau daripada ke Nunukan. Mata uang ringgit beredar juga di Nunukan karenanya. Pulau Sebatik termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan
32
Sebatik, yaitu kecamatan paling timur di kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Pulau ini memang terbagi dua. Belahan utara merupakan wilayah Negara Bagian Sabah, Malaysia, sedangkan belahan selatan merupakan wilayah Indonesia. Dengan letak wilayah seperti ini, Sebatik bisa dikatakan sebagai daerah terdepan dan terluar, dan rentan dari sisi pertahanan dan keamanannya bila tidak diurus dengan baik. Kekalahan Indonesia dalam mempertahankan Sipadan dan Ligitan salah satunya adalah karena Malaysia bisa menunjukkan fakta pada Mahkamah Internasional bahwa dialah yang selama ini mengurus pulau tersebut dan masyarakatnya, sementara Indonesia hanya bisa memberikan fakta berdasarkan penetapan wilayah. Kami juga sempat menikmati makan siang di Rumah Makan Cahaya Pare di Desa Sei Nyamuk. Saya pikir pemiliknya dari Jawa, karena menu yang disediakan adalah menu Jawa: rawon, penyet ayam, soto, dan sebagainya. Tapi ternyata pemiliknya adalah orang Sebatik, entah dari mana dia berasal. Oya, Pak Camat Sebatik adalah orang asli Bojonegoro, dan terdampar di Nunukan sejak tahun 1990. Karir awalnya adalah sebagai guru sekaligus staf tata usaha SMPN 1 Nunukan. Kemudian pernah menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Dinas Pendidikan (Kasubag Disdik) Nunukan. Beliau juga pernah menjabat di Dinas Perhubungan, Dinas Pertambangan, dan jabatan terakhir sebelum menjadi camat adalah Sekretaris Disdik Kabupaten Nunukan. Makan siang kami di sini adalah atas ‘traktiran’ Bapak Camat yang ramah dan baik hati ini.
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
Kami juga berhenti di Jembatan Perbatasan Desa Sei Pancang Kecamatan Sebatik Utara. Jembatan tersebut panjangnya 2000 meter. Beberapa waktu yang lalu, di tempat ini, diselenggarakan acara memecahkan rekor Muri dengan pengibaran bendera merah putih terbanyak. Kami bertemu dengan dua orang penjaga dari TNI AL. Salah seorang dari mereka dari Jawa juga, tapi saya lupa persisnya dari Jawa bagian mana. Di tempat jaga mereka, tertulis: POS TNI AL SEI PANCANG, TEGAR MENJAGA PERBATASAN. Di sisi dinding yang lain, terpampang poster Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI. Ada juga poster tentang Kekuatan Unsur Lawan. Di tengah laut yang begitu luas dan sepi, dua abdi negara itu berjaga siang dan malam, tentu saja bergantian dengan rekan-rekannya yang lain. Sedangkan sejauh mata memandang, adalah kaki langit, dengan wilayah Tawau, Malaysia di sebelah kiri, dan Wilayah Sebatik, Indonesia, di sebelah kanan. Benarbenar membuat saya takjub. Ketakjuban kami tidak hanya sampai di situ. Saat kami berhenti di patok perbatasan 3 di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, kami bisa menjadi orang sakti mandraguna. Betapa tidak. Pada detik yang sama, satu kaki kita bisa berada di Wilayah Indonesia, dan satu kaki yang lain berada di Wilayah Malaysia. Ya. Kami berdiri persis di bendera penanda patok perbatasan. Di dekat bendera merah putih kecil itu, berdiri tugu kecil dengan tulisan: Kokohkan MERAH PUTIH di Tapal Batas. Tugu itu diresmikan pada 17 Agustus 2009, dan ditandatangani oleh tokoh masyarakat Sebatik dan Danramil Sebatik. Begitulah masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, bisa jadi ruang tamu rumah mereka ada di wilayah Indonesia, sementara ruang dapurnya ada di wilayah Malaysia. Bahkan jalan kecil yang ada di depan patok perbatasan itu pun namanya adalah Jalan Perbatasan. Kekecewaan saya pada Nunukan
KABAR SM-3T Kekecewaan saya pada Nunukan sirnalah sudah. Meski tidak saya temukan barang-barang etnik di Kota Nunukan, saya menemukan tempattempat yang sangat bersejarah dan bermakna. Selain itu, kami juga menemukan durian Sebatik yang meskipun ukurannya tidak terlalu besar, tapi manis dan legitnya‌. wow. yang memenuhi selokan-selokan dan perairan-perairan yang di atasnya padat dengan rumah-rumah penduduk. Aroma busuk air mampat bercampur dengan sampah sangat mengganggu indera penciuman. Entah bagaimana orang bisa betah hidup bertahun-tahun dalam kondisi kotor dan bau seperti ini. Perlu edukasi, perlu intervensi, perlu contoh nyata, dari para pemuka wilayah dan tokoh masyarakat. n
POS AL: Penulis berpose di salah satu sudut Pos Angkatan Laut Sei Pancang.
Sebatik, 21-08-2017 Penulis adalah Guru Besar Unesa dan Kepala Pusat PPG Unesa
NAMA JALAN: Karena kebaradaannya di perbatasan wilayah NKRI, bisa jadi nama jalan Perbatasan ini juga terinpirasi dari kondisi yang ada di perbatasan.
sirnalah sudah. Meski tidak saya temukan barang-barang etnik di Kota Nunukan, saya menemukan tempat-tempat yang sangat bersejarah dan bermakna. Selain itu, kami juga menemukan durian Sebatik yang meskipun ukurannya tidak terlalu besar, tapi manis dan legitnya‌.wow. Kami kembali ke Nunukan melewati Desa Sei Limau Kecamatan
Sebatik tengah. Sei, artinya sungai. Di Nunukan, banyak tempat yang awal katanya Sei, karena di sana banyak sungai. Kami menyeberang lewat Dermaga Rakyat Desa Bambangan. Di sinilah keprihatinan saya kembali menyeruak. Wilayah yang katanya rutin mendapatkan kunjungan dari para pejabat daerah dan pusat ini, kondisi lingkungannya sungguhsungguh memprihatinkan. Sampah
Majalah Unesa
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
33
CATATAN LINTAS
PARADIGMA BERPIKIR
S
ejak beberapa bulan lalu, saya terlibat dalam tim Revita lisasi Pendidikan Vokasi yang diketuai Prof. Waras Kamdi dari UM. Anggota lainnya antara lain, Dr. Ananto Kusuma (staf ahli Mendikbud), Dr. Agus Setiawan dari UPI, Dr. Bruri dari UNY, Prof Djoko Kustono dari UM, dan masih ada beberapa orang lagi. Di samping orang-orang tersebut tentu ada pimpinan/staf Dit PSMK (Direk torat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan), sebagai pemilik kegiatan. Ketika pertama ikut rapat, saya mencoba memahami apa yang dimaksud dengan revitalisasi. Apakah sekadar menguatkan SMK, Kursus Keterampilan yang ada sekarang? Ataukah mencoba merancang SMK, Kursus Keterampilan dan pendidikan keterampilan lain agar mampu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Tampaknya tim belum satu bahasa. Sebagai anggota baru, saya tidak berani menanyakan lebih jauh atau mendesak untuk mendapatkan satu kesepakatan. Jadi saya pasif saja dan berusaha mengikuti apa yang sudah berjalan. Setelah beberapa kali ikut rapat saya mulai dapat melihat sudut pandang masing-masing peserta rapat. Tentu setiap orang memiliki pemahaman sendiri-sendiri yang sangat mungkin berbeda satu dengan lainnya. Namun tampak sekali kalau ada beberapa teman yang berpikiran revitalisasi artinya menguatkan SMK yang ada saat ini, misalnya dengan menambah peralatan workshop, meningkatkan kompetensi guru, menguatkan hubungan SMK dengan DUDI. Teman seperti itu sepertinya tidak memiliki keinginan untuk mempertanyakan apakah program-
34
OLEH MUCHLAS SAMANI
Orang yang termasuk lagard adalah mereka yang sangat sulit memahami perlunya perubahan dengan mengatakan “kita tidak perlu berubah”. Jumlah kelompok lagard sama dengan early adopter yaitu 16%. program di SMK yang saat ini ada sesuai dengan tuntutan dunia kerja, khususnya jika dikaitkan dengan perkembangan iptek yang sangat cepat. Sebagaimana diketahui dari berbagai studi dunia kerja berubah dengan cepat. Pekerjaan yang sekarang ada dan bahkan populer bukan tidak mungkin akan hilang dalam beberapa tahun mendatang. Bersamaan dengan itu akan mucul pekerjaan baru yang saat ini belum terbayangkan. Pertanyaannya, bagaimana program di SMK agar mampu menghasilkan lulusan yang dapat sukses dalam situasi semacam itu. Ketika beberapa teman yang lain mencoba menjelaskan fenomena itu, sepertinya tidak mendapatkan respons yang memadai. Saya tidak tahu, apakah teman lainnya tidak paham atau “terperangkap” dalam kerutinan pekerjaan, sehingga menjadi miopik. Suatu saat saya menambahkan pandangan dengan memutar sebuah film pendek tentang tuntutan dunia kerja itu, ternyata beberapa teman tersebut tidak menanggapi. Mereka tertarik pada film tersebut, tetapi setelah itu juga terus hilang begitu
| Nomor: 110 Tahun XVIII - Oktober 2017 |
Majalah Unesa
saja. Saya dan beberapa teman sampai kerepotan untuk mengajak teman-teman itu untuk memahami fenomena yang menuntut perubahan pendidikan, termasuk di SMK. Merenungkan kerepotan itu, saya teringat konsep difusi inovasi yang menyebutkan bahwa respons terhadap suatu hal baru, orang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu early adopter, late adopter dan lagard. Orang yang tergolong early adopter adalah mereka yang segera memahami dan mengadopsi suatu inovasi atau fenomena baru dan konon jumlahnya hanya 16%. Orang yang termasuk late adopter adalah mereka yang sulit memahami fenomena baru atau mengadopsi suatu inovasi dan menunggu orang lain memberi contoh. Populasi kelompok late adopter sangat besar yaitu 68%. Orang yang termasuk lagard adalah mereka yang sangat sulit memahami perlunya perubahan dengan mengatakan “kita tidak perlu berubah”. Jumlah kelompok lagard sama dengan early adopter yaitu 16%. Setelah mencoba menggunakan konsep tersebut, saya dapat mema hami mengapa hanya beberapa orang dari tim itu yang “berani keluar dari perangkap” untuk mencari model pendidikan vokasi yang sesuai dengan tuntutan zaman. Tampaknya hanya mereka yang termasuk early adopterlah yang berani keluar perangkap. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id