WARNA REDAKSI
S
emangat juang dan jiwa kepahlawanan yang ditunjukkan ArekArek Suroboyo dalam mempertahankan harga diri sebagai bangsa itulah yang kemudian dijadikan sebagai wujud kepahlawanan dan tanggal 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan. Apa yang dilakukan oleh Arek-Arek Suroboyo telah menimbulkan kekaguman dari masyarakat luar negeri. Semangat juang dan jiwa kepahlawanan itulah yang bisa mengalahkan senjata “canggih� yang dimiliki tentara penjajah. Meskipun mereka hanya bersenjata bambu runcing tetapi bisa mengalahkan tentara penjajah yang bersenjata modern. Bahkan dalam pertempuran tersebut Inggris kehilangan seorang jenderalnya, yang memiliki pengalaman perang di berbagai medan. Apa yang bisa diambil oleh Unesa dari peristiwa 10 November tersebut? Apa relevansinya peristiwa 10 November dengan Unesa?
Dua pertanyaan tersebut bisa jadi juga ditanyakan oleh warga Unesa. Sebagai suatu pertanyaan tentu sah-sah saja ditanyakan oleh siapa saja, dan sebagai suatu pertanyaan tentu membutuhkan jawaban agar si penanya bisa memperoleh kejelasan. Nilai yang bisa diambil dari peristiwa 10 November adalah semangat juang dan jiwa kepahlawanan. Nilai itu telah
pernah dibuktikan oleh Dahlan Iskan sehingga mencapai sukses dalam berbagai bidang. Semangat juang (kerja) tersebut di Unesa telah dikonsepsikan dengan kerja keras dan kerja cerdas, serta kerja tuntas. Unesa telah mencanangkan semangat kerja dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Empat nilai kerja di antaranya menggambarkan semangat juang yang harus dibangun dan dimiliki oleh seluruh warga Unesa. Tidak ada keberhasilan tanpa adanya usaha, sekecil apapun usahanya. Meskipun demikian ada korelasi antara usaha dengan hasil yang dicapai. Semakin banyak atau besar usaha yang dilakukan, tentu hasilnya juga akan semakin besar atau baik. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo maupun Dahlan Iskan tidak cukup mencanangkan hanya dengan satu kata yaitu kerja, tetapi mengulangi lagi sampai tiga kali (kerja, kerja, kerja). n ARM
MAKNA HARI PAHLAWAN BAGI
UNESA terbukti mampu mengantarkan Arek-Arek Suroboyo mencapai tujuan yang ingin dicapai, yaitu mempertahankan NKRI dari penjajah. Semangat juang yang tidak kenal lelah dan menyerah bisa menjadi modal untuk mencapai keberhasilan. Semangat juang tersebut saat ini bisa dimaknai dengan kerja, kerja, dan kerja. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo mencanangkan semangat kerja, kerja, kerja. Semangat ini juga
Majalah Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
3
32
DAFTAR RUBRIK
EDISI NOVEMBER 2 01 7
FOTO: HUMAS
Edisi Ini
05
HARI PAHLAWAN, SPIRIT BANGKIT, WUJUDKAN VISI MISI
Setiap 10 November, diperingati sebagai hari pahlawan. Arek-arek Suroboyo saat melawan serdadu NICA. Lantas, bagaimana makna hari Pahlawan bagi Unesa dalam rangka mewujudukan visi dan misinya.
07
WUJUDKAN KEPAHLAWANAN MELALUI KARYA
10
MAHASISWA BIPA ADU PIAWAI BERBAHASA INDONESIA
UNESA TAMBAH EMPAT GURU BESAR
KULAKAN ILMU MENULIS DARI BUDI DARMA
KIPRAH ZAINAL MUTTAQIN JADI KETUA MGBK
30
18
SEPUTAR UNESA
Unesa Boyong Piala Airlangga Open II Tahun 2017
24
12
14
22
PEMUDA, BAHASA, DAN WAJAH KITA
Di masa sekarang, tampak tak ada persoalan dengan materi sumpah untuk ber-Tanah Air dan berbangsa yang satu, Indonesia. Tapi, untuk sumpah ketiga, kita prihatin. Lihatlah, sikap pemuda di keseharian mereka dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Ternyata, semangat mereka tak cukup tinggi dalam menjunjung bahasa Indonesia.
31
KABAR SM-3T
Menjemput Kembali Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan Kalimantan Utara (Bagian 4 Habis)
34
CATATAN LINTAS
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 111 Tahun XVIII - November 2017 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bidang I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bidang II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (WR Bidang III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto REPORTER: Lina Mezalina, Murbi Astuti, Suryo Waskito, Emir Musa, Khusnul, Syaiful Hidayat, Asnaul Ilmiyah, M. Hasan Zaki, Mira Carera, Merry, Fikriyatul Umah, Nely Eka, Novita, Belya Dwi, Geofany FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/LAYOUT: Abdur Rohman, Basir Aidi ADMINISTRASI: Rr. Dwi Astuti, S.H., MM. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya
4
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
HARI PAHLAWAN: Anggota senat universitas Unesa mengikuti upacara bendara dalam rangka Hari Pahlawan yang dilaksanakan di halaman gedung LP3M Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya . foto: HUMAS
MAKNA HARI PAHLAWAN BAGI UNESA Spirit Bangkit, Wujudkan Visi Misi Setiap 10 November, diperingati sebagai hari pahlawan. Tak jauh beda dengan peringatan hari besar lainnya, hari Pahlawan juga dilatarbelakangi sejarah hebat yang melibatkan semangat heroik para pejuang, terutama arek-arek Suroboyo saat melawan serdadu NICA. Lantas, bagaimana makna hari Pahlawan bagi Unesa dalam rangka mewujudukan visi dan misinya yakni unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan. Majalah Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
5
LAPORAN
UTAMA
R
ektor Unesa, Prof. Dr. Warsono mengatakan bahwa spirit kepahlawanan 10 November di Unesa diimplementasikan dalam empat nilai kerja yakni kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Menurut Rektor, dalam spirit kepahlawanan mengandung semangat juang dan jiwa kepahlawanan. Semangat juang diimplementasikan dalam wujud kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas, sedangkan jiwa kepahlawanan diimplementasikan dalam wujud kerja ikhlas. Rektor menegaskan, kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas dari seluruh pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan tersebut telah mulai membuahkan hasil di Unesa. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan nilai akreditasi dari berbagai prodi. Pada tahun 2014, di Unesa hanya ada 10 prodi yang terakreditasi A, saat ini sudah meningkat menjadi 33. Rektor sangat mengapresiasi hasil tersebut. Ia menyebut semua itu bisa terwujud tidak lepas dari semangat juang dan jiwa kepahlawanan dari seluruh sivitas akademika dan tenaga kependidikan di Unesa. Meski demikian, Rektor berharap ada tambahan prodi lagi yang memperoleh akreditas A. Apalagi, saat ini masih ada beberapa prodi yang sedang dalam proses visitasi. Lebih lanjut Rektor mengatakan, semangat juang dan jiwa kepahlawanan memang pantas dimiliki oleh seluruh civitas dan tenaga kependidikan Unesa. Apalagi, Unesa merupakan salah satu perguruan tinggi yang terletak di Surabaya (kota Pahlawan) yang dikenal sebagai masyarakat petarung yang tangguh sebagai ditunjukkan oleh Arek-Arek Suroboyo kala itu. “Oleh karena itu, sudah seharusnya seluruh civitas akademika dan tenaga kependidikan Unesa adalah petarung-petarung tangguh yang memiliki semangat juang yang tidak kenal lelah dan menyerah untuk meraih suatu tujuan, dan memiliki keikhlasan dalam bekerja,” tandasnya.
6
SAMBUTAN: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. memberi sambutan dalam sebuah acara pengukuhan guru besar baru Unesa. foto: HUMAS
Dalam waktu dekat, tambah Rektor, Unesa memiliki target besar yang ingin dicapai yakni mengharapkan nilai akreditasi perguruan tinggi adalah A. Untuk mencapai citacita itu, kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas harus dilakukan oleh seluruh pimpinan, sivitas akademika, dan tenaga kependidikan Unesa. “Saat ini tinggal menunggu hasil visitasi dan penilaian dari BAN PT. Mudah-mudahan harapan memperoleh nilai A akreditasi perguruan tinggi tersebut bisa terwujud. Sudah tentu yang tersisa tinggal doa, semoga apa yang kita inginkan diridloi oleh Allah SWT,” harapnya. Selain akreditasi perguruan tinggi, Unesa juga berusaha menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum. Menurut Rektor, keinginan untuk menjadi PTNBH ini tentu juga
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
sangat bergantung pada semangat juang dan jiwa kepahlawanan dari seluruh sivitas akademika dan tenaga kependidikan Unesa. Bahkan, untuk memupuk semangat juang dan jiwa kepahlawanan tersebut Unesa juga telah memberikan remunerasi sebagai penghargaan terhadap kinerja. Bagi mereka yang memiliki kinerja tinggi dihargai dengan pemberian remunerasi yang lebih besar daripada mereka yang berkinerja biasa. “Semoga spirit kepahlawanan yang dicontohkan oleh Arek-Arek Suroboyo dan remunerasi yang telah berjalan bisa menambah semangat juang seluruh pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa Unesa dalam menggapai mimpi menjadi perguruan tinggi yang unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan,” tegas guru besar dari FISH itu. n
W
akil Rektor Bidang Akademik, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si mengatakan bahwa hakekat nilai kepahlawanan memang sudah tidak identik dengan perjuangan secara fisik, tapi diwujudkan melalui perjuangan dalam berkarya. Menurut Yuni, berkarya sangatlah dibutuhkan oleh Unesa. Sebab, dengan banyaknya karya yang dihasilkan oleh sivitas akademika, Unesa akan menjadi lembaga yang diperhitungkan. Unesa yang identik dengan pendidikan, lanjut Yuni memiliki peran penting dalam mewarnai pendidikan di Indonesia. Yuni mengatakan, poros dasar dalam diri seseorang adalah pendidikan. Jika tidak ada pendidikan nilai kepribadian dalam diri manusia, akan sulit untuk menerapkannya ke masyarakat. “Untuk itu Unesa yang berkecimpung dalam dunia pendidikan harus mengimplementasikannya ke masyarakat,” paparnya. Berkarya sendiri merupakan salah satu bentuk yang harus tertanam dalam diri semua warga Unesa. Dosen berkarya dalam pengajaran, penelitian dan PKM. Ketiga aspek tersebut nantinya akan berpengaruh pada kualitas mahasiswa. Oleh karena itu, dosen harus berinovasi dan kreatif dalam pengajarannya. Hasil penelitian yang selama ini dilakukan oleh para dosen harus dapat diterapkan dengan baik dalam proses pengajaran sehingga menghasilkan mahasiswa yang mampu berdaya saing di dunia kerja. Senada, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Drs. Tri Wrahatnolo mengatakan bahwa spirit pahlawan harus dimiliki oleh para sivitas akademika Unesa. Apalagi, Unesa lahir di Kota Surabaya yang merupakan Kota Pahlawan. Unesa, ungkap Tri, bangga bisa menjadi salah satu perguruan tinggi yang bernaung di kota yang terkenal dengan lontong balapnya ini. Tri mengatakan, nilai-nilai kepahlawanan yang diwariskan para pejuang akan melekat ke semua warga Unesa. Slogan Growing With Character Unesa sejalan dengan nilai-nilai kepahlawanan. Para pahlawan, yang
LAPORAN UTAMA
DIWUJUDKAN MELALUI KARYA
Wakil Rektor I, Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. foto: HUMAS
Wakil Rektor II, Drs. Tri Wrahatnolo. foto: HUMAS
dulunya bertarung secara fisik untuk memperoleh kemerdekaan harus diadopsi Unesa dengan semangat memperbaiki pendidikan yang ada di Indonesia. “Hakekat jiwa kepahlawanan yakni tidak mendapatkan pamrih.
Majalah Unesa
Hakekatnya bisa terwujud dalam bentuk keikhlasan dan pengabdian. Untuk itu, saya menyarankan kepada semua warga Unesa untuk mengabdi kepada lembaga (Unesa) dan bersinergi membangun Unesa yang lebih baik,” tandasnya. n
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
7
LAPORAN
UTAMA
Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Djodjok Soepardjo, M.Litt. foto: HUMAS
SPIRIT BAGI GENERASI MUDA
S
ementara itu, Prof. Djojok Soepardjo, M.Litt. Wakil Rektor IV mengatakan bahwa hari pahlawan merupakan hari memperingati perjuangan para pahlawan yang telah gugur membela negara. Semangat para pahlawan yang berkobar-kobar memberikan motivasi untuk penerus bangsa ini. Oleh karena itu, hari pahlawan perlu disambut dengan baik oleh semua warga Unesa. “Panutan yang diberikan para pahlawan bisa diadaptasi dalam kehidupan sekarang. Unesa sebagai lembaga terdepan dalam pendidikan, bisa mengadaptasi hari pahlawan untuk semakin bersemangat membangkitkan mutu kualitas pendidikan yang lebih baik. Dengan
8
“
Para pahlawan terdahulu telah berjasa besar dalam merebut kemerdekaan. Oleh karena itu, era sekarang perjuangan harus dilanjutkan para generasi muda untuk memajukan Indonesia.”
semangat yang berkobar dalam diri semua warga Unesa untuk mengedepankan kepentingan pendidikan dapat berdampak pada kemajuan bangsa dalam dunia pendidikan,” ungkapnya. Lebih lanjut, Djodjok menambahkan, para pahlawan terdahulu telah berjasa besar dalam merebut kemerdekaan. Oleh karena itu, era sekarang perjuangan harus dilanjutkan para
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
generasi muda untuk memajukan Indonesia. “Unesa tentunya memiliki andil besar dalam dunia pendidikan,” terangnya. Kemerdekaan yang diwariskan para pejuang, menurut Djodjok harus diteruskan dengan peningkatan mutu kualitas pendidikan. Salah satu yang perlu ditingkatkan Unesa adalah mendorong dosen-dosen berkarya dalam sebuah penelitian. Ia bersyukur, saat ini peningkatan penelitian dosen di Unesa mengalami perkembangan yang sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja dosen yang mampu mengimplementasikan karyanya pada mahasiswa. “Dari kegiatan tersebut akan berdampak pada lulusan mahasiswa yang siap bersaing dalam dunia kerja,” paparnya. n (SIR/WAHYU/TONI)
LAPORAN UTAMA
MENJADI PAHLAWAN BUKAN ORIENTASI UANG
Prof. Dr. Suyono, M.Pd
DEKAN FMIPA Prof. Dr. Suyono, M.Pd berpendapat bahwa pahlawan itu bukan orientasi uang, akan tetapi orientasinya merdeka dan harus senantiasa berpikir untuk kemajuan bangsa tanpa pamrih. Menurut Suyono, para pahlawan dulu berjuang dengan mengangkat senjata agar bangsa ini terbebas dari belenggu penjajah. Saat ini, setelah Indonesia merdeka, para pejuang adalah mereka yang bekerja dengan disiplin, tekun, dan jujur untuk meningkatkan kualitas bangsa. Ditambahkan Dekan FMIPA Unesa itu, bahwa pahlawan dulu berjuang melawan penjajahan agar merdeka. Sekarang, harus merdeka dari pendidikan. Karena, sekarang banyak ilmu dari luar yang menjajah bangsa Indonesia.n
SPIRIT PAHLAWAN UNTUK KINERJA LEBIH BAIK DEKAN Fakulas Ekonomi Unesa, Drs. Eko Wahjudi, M.Si mengatakan bahwa pahlawan adalah orang yang berjasa kepada bangsa dan negara. Mereka rela mengorbankan kepentingan pribadi, dan kelompoknya demi kepentingan umum. “Kepentingan bangsa dan negara harus yang paling utama,” terang Eko. Sebagai Dekan, terang Eko, kinerja yang dihasilkan haruslah dapat memberikan kontribusi bagi Unesa. Kontribusi FE ke Universitas sangat besar. Pertama, menyumbangkan prodi dengan akreditasi A, kecuali Prodi yang baru. Kedua, senantiasa mengupayakan berprestasi baik akademik maupun nonakademik. “Alhamdulillah, dalam PKM, Unesa meloloskan 22 judul/tim. Dari 10 judul/tim tersebut berasal dari mahasiswa FE Unesa. Kontribusi kongkrit itulah yang menurut saya, lebih bisa dimaknai sebagai spirit pahlawan,” terang Eko Selain itu, Eko juga berharap spirit hari pahlawan dapat memotivasi semua sivitas akademika Unesa, terutama FE untuk senangtiasa berpikir kreatif. Otak tidak boleh berhenti berpikir kreatif. Otak harus terus didorong untuk berpikir kreatif. Sebab, jika tidak, akan sulit berkembang. “Kita tidak ingin terjebak dalam rutinitas. Kita ingin ada perubahanperubahan yang berarti sesuai yang diharapkan. Jangan cepat merasa puas,” tandasnya.n (SIR/WAHYU/TONI/DAYAT)
Majalah Unesa
Drs. Eko Wahjudi, M.Si
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
9
WARTA
UTAMA
PESERTA: Para mahasiswa BIPA dan dosen berfoto bersama di atas panggung usai mengikuti Lompa Pidato Berbahasa Indonesia bagi penutur asing di Rektorat Unesa, kampus Lidah Wetan Surabaya. foto: DOK
MAHASISWA ASING BERADU KEMAMPUAN PIDATO BERBAHASA INDONESIA Sejumah mahasiswa dari berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Jepang, Tiongkok, Afghanistan adu kepiawaian berbahasa Indonesia. Mereka mengeluarkan segenap kemampuannya sebagai peserta lomba Pidato Nasional Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Auditorium Rektorat Universitas Negeri Surabaya, kampus Lidah Wetan, Surabaya, Sabtu (11/11) dalam event Bulan Bahasa dan Dies Natalis ke-53 Unesa.
W
ajah Wu Dan terlihat gugup saat menunggu giliran. Langkahnya pun seakan perlahan menuju podium. Namun, begitu mulai mengucap kata demi kata, ia mulai tampak yakin. Perempuan asal Tiongkok ini salah seorang peserta lomba Pidato Nasional bagi siswa program Bahasa
10
Indonesia bagi Penutur Asing atau BIPA. Bersama lima belas peserta lainnya dari berbagai kampus di seluruh Indonesia, ia berkompetisi memperlihatkan kepiawaian berbicara dalam bahasa Indonesia di Auditorium Rektorat Universitas Negeri Surabaya, kampus Lidah Wetan Surabaya, Sabtu (11/11). Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Bulan
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
Bahasa dan Seni 2017 sekaligus juga sebagai rangkaian acara Dies Natalis ke-53, Universitas Negeri Surabaya. Wakil Dekan 3 Fakultas Bahasa dan Seni Unesa, Dr. Syamsul Sodiq, dalam sambutannya mengharapkan kegiatan tersebut dapat memperkenalkan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan yang menyatukan bukan hanya bangsa sendiri, tetapi juga dapat
WARTA UTAMA menyatukan kebudayaan yang berbeda dengan negara lain. “(Acara) Ini baru pertama kali diadakan oleh Unesa. Saya berharap bisa menjadi agenda tahunan. Melalui lomba pidato ini saya berharap bahasa Indonesia dapat menyatukan perbedaan budaya Indonesia dengan negara-negara lainnya,” jelasnya. Meski dibalut rasa gugup karena harus berbicara bukan bahasa ibunya, para peserta tetap tampak antusias. Salah satunya adalah Abdul Azis Yousof, peserta asal Vietnam ini mengungkapkan kegembiraannya karena bisa mengikuti lomba pidato. Ini pengalaman pertama baginya sehingga ia mengaku sangat tertarik. “Banyak teman menilai bahasa Indonesia mungkin tidak menarik untuk dipelajari. Mereka belum mengetahui betapa menariknya bahasa Indonesia untuk dipelajari. Mereka menganggap bahasa Indonesia terlalu mudah untuk dipelajari. Namun kenyataannya, beragam kebudayaan yang ada di Indonesia membuat bahasa Indonesia sangat menarik untuk dipelajari,” tuturnya. Antusiasme Abdul Azis dirasakan oleh Wu Dan atau akrab dipanggil Liliana. Meski sempat gugup dan merasa kemampuannya masih kurang baik, ia tetap bersemangat dan bangga. Baginya, kebudayaan Indonesia yang beragam menjadi ketertarikan tersendiri. Kesempatan berada di Indonesia coba ia manfaatkan untuk belajar bahasa Indonesia lebih jauh. “Indonesia sangat luas. Saya sangat suka dengan beragam perbedaannya. awalnyal saya hanya tahu bahwa Bali itu milik Indonesia. Lalu ketika saya sudah berada di Indonesia saya tertarik untuk berkeliling Indonesia untuk mengenal keberagaman Indonesia lebih jauh,” tuturnya. Ketertarikan Liliana pada Indonesia diwujudkan dengan rencananya berkeliling ke berbagai kota, salah satunya Yogyakarta. “Saya sangat tertarik belajar kebudayaan Indonesia. Jadi setelah
PIDATO: Wakil Dekan III FBS, Dr. Syamsul Sodiq menyampaikan sambutan pembukaan Lomba Pidato berbahasa Indonesia oleh mahasiswa BIPA (atas). Salah satu peserta beraksi di podium sebagai peserta. foto: DOK
ini saya mau ke Yogyakarta. Saya senang sekali. Dan kesempatan ini akan saya gunakan untuk mempelajari bahasa dan budaya dari Kota Pelajar Yogyakarta,” tuturnya bersemangat. Lomba Pidato Nasional ini diikuti mahasiswa dari berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Jepang, Tiongkok, Afghanistan. Mereka adalah peserta program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di
Majalah Unesa
berbagai Kampus di Jawa Timur, termasuk salah satunya di Unesa. Program BIPA Unesa tak hanya memberikan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia seperti berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan. Lebih dari itu, mahasiswa BIPA juga diajari budaya Indonesia dan keterampilan seperti karawitan, membatik, dan lainnya. n (MAN)
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
11
WARTA
UTAMA
GURU BESAR: Dari kini ke kanan empat guru besar baru Unesa berfoto bersama rektor; Prof. Dr. Suparji, M.Pd. (Bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan Teknik Bangunan) dari Fakultas Teknik, Prof. Dr. Titik Taufikurohmah,M.Si. (Bidang Kimia Analitik Spesifikasi Material Kosmetik) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Prof. Dr. I Made Sriundy Mahardika, M.Pd. (Bidang Evaluasi Keolahragaan), dan Prof. Dr. Subandi, S.Pd., M.A.. (Bidang Ilmu Linguistik Bahasa Jepang) dari Fakultas Bahasa dan Seni. foto: HUMAS
UNESA KUKUHKAN EMPAT GURU BESAR BARU
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) punya profesor baru setelah Rapat Senat yang digelar di Auditorium LP3M Gedung Wiyata Mandala lantai 9 Kampus Unesa Lidah Wetan, Surabaya, Kamis, (23/11) mengukuhkan gelar guru besar bagi empat putra-putri terbaiknya.
K
eempat guru besar baru itu ialah Prof. Dr. Subandi, S.Pd., M.A. (Bidang Ilmu Linguistik Bahasa Jepang) dari Fakultas Bahasa dan Seni, Prof. Dr. I Made Sriundy Mahardika, M.Pd. (Bidang Evaluasi Keolahragaan), Prof. Dr. Titik Taufikurohmah,M.Si. (Bidang Kimia Analitik Spesifikasi Material Kosmetik) dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Prof. Dr. Suparji, M.Pd. (Bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan Teknik Bangunan) dari Fakultas Teknik.
12
Gelar Guru Besar selalu diukur atas sumbangsihnya kepada ilmu pengetahuan. Prof. Dr. I Made Sriundy Mahardika, M.Pd. dengan penelitiannya pada Model Evaluasi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dalam Upaya Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya yang Memiliki Kualitas Jasmani, Rohani, dan Budaya Hidup. Menurutnya dalam upaya mempersiapkan generasi Indonesia emas tahun 2045, harus dimulai dengan menghadirkan pendidikan berkualitas disetiap jenis dan jenjang
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
pendidikan. Pendidikan berkualitas tersebut akan hadir jika pembelajaran di sekolah-sekolah dipandegani oleh guru-guru yang berkualitas termasuk Guru PJOK. Sementara, perkembangan sangat cepat dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat pekerjaan dan pola hidup berubah sangat cepat menginspirasi Prof. Dr. Suparji, M.Pd. untuk melakukan penelitiannya yang berjudul Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Pengukurannya Pada Pendidikan Teknik Bangunan. Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FT
WARTA UTAMA Unesa ini menuturkan bahwa tingkat kreativitas, khususnya berpikir kreatif dari siswa SMK dan Mahasiswa masih perlu ditingkatkan. “Untuk mendorong hal tersebut maka Unesa dapat memberikan kontribusi yang optimal dengan cara memberikan pengalaman pembelajaran yang kreatif juga”, tambahnya. Pengukuhan Guru Besar seringkali juga didasarkan pada karya yang dihasilkannya. Inovasi “Susuk Emas” lah yang mengantarkan Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si. mendapatkan gelar Guru Besar. Penemuan tersebut dituangkan dalam produk kosmetika yang mengandung nanogold. Penelitian Pemanfaatan Teknologi Nanomaterial Emas dalam Inovasi Produk Kosmetika Moderen Berdasar Warisan Leluhur ini dipicu kegelisahannya bahwa saat ini banyak masyarakat yang menjadi korban kosmetik yang mengandung pemutih berbahaya. “Kita sebagai bangsa telah dibekali dengan warisan leluhur yang cerdas mengalahkan bangsabangsa yang dikenal memiliki peradaban tinggi (Mesir, Tiongkok), maka sekarang ini kita juga harus mampu mensejajarkan diri dengan
peneliti-peneliti lain di dunia ini. Potensi alam kita cukup besar untuk dikembangkan menjadi smart material dengan sentuhan sains dan teknologi yang kita kuasai”, tuturnya. Terakhir, Guru besar juga diharapkan memiliki kepedulian pada isu sosial. Ini dilakukan oleh Prof. Dr. Subandi, S.Pd., M.A. yang telah berhasil melakukan penelitiannya dalam Bidang Ilmu Linguistik Bahasa Jepang. Berdasarkan kesimpulan dari penelitaannya, penulis Kike Wadatsumi No Koe melakukan perlawanan tetapi, bentuk perlawanan yang lebih memilih dan diaktualisasikan melalui penggunaan bahasa/kata yang tidak merujuk pada pemaknaan langsung”,ungkapnya.
Di penghujung acara ditutup dengan sambutan sekaligus amanat, Prof. Dr. Warsono, M.S, Rektor Unesa, berharap melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, keempat Guru Besar tersebut diharapkan menjadi kekuatan Unesa untuk semakin ke depannya sekaligus merupakan upaya mencapai Visi Unesa, Unggul dalam kependidikan kukuh dalam keilmuan. Suasana haru menyelimuti perhelatan ini. Dari keempat Guru Besar, Prof. Dr. Subandi, S.Pd. dan Prof. Dr. I Made Sriundy Mahardika, M.Pd., M.A. sempat menitikkan air mata saat membacakan pidatonya. Selamat dan sukses kepada para guru besar baru Unesa. n (ARM)
PENGUKUHAN: Para anggota senat universitas dipimpin rektor Unesa khidmat mengikuti pengukukuhan empat guru besar baru Unesa di Auditorium LP3M Gedung Wiyata Mandala lantai 9 Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya, Kamis, (23/11). (bawah). Rektor memberi ucapan selamat (atas). foto: HUMAS
Majalah Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
13
WARTA
UTAMA
BERBAGI ILMU: Prof. Budi Darma berbagi ilmu menulis dimoderratori Syaiful Rahman dalam acara Temu Penulis di Auditorium Rektorat Unesa. Acara Kopdar Sahabat Pena Nusantara ini diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-53 Universitas Negeri Surabaya. foto: AROHMAN
KULAKAN ILMU MENULIS DARI BUDI DARMA Puluhan penulis yang tergabung dalam Sahabat Pena Nusantara mendapat wawasan baru tentang dunia kepenulisan dari sastrawan dan guru besar Unesa, Prof. Budi Darma. Kegiatan kepenulisan tersebut diikuti oleh peserta dari dalam dan luar negeri.
P
rof. Budi Darma menjadi pembicara tunggal dalam ajang Temu Penulis dan Kopdar V Sahabat Pena Nusantara yang digelar di Auditorium Rektorat Unesa, Minggu (22/10). Guru besar dan sastrawan kenamaan itu memaparkan materi Berkarya Sepanjang Masa yang disimak antusias yang notabene anggota Sahabat Pena Nusantara
14
(SPN) juga mahasiswa dan masyarakat umum. Turut hadir dalam acara yang dihelat dalam rangkaian Dies Natalis ke-53 Unesa itu adalah 5 anggota SPN asal Kuala Lumpur, Malaysia. Seperti biasa, Budi Darma membuka kuliah terbukanya dengan memaparkan kisah seorang bayi yang lahir 31 Juli 1965, ia tumbuh dengan rasa ingin tahu berlebih
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
dan gemar bertanya. Setiap hari ia keluar rumah melihat anak kecil bermain sepatu roda, dan bermimpi menuliskan kisah mereka. Ia lalu berangkat ke Kota Manchester dan berkata, “Saya akan menulis novel.� Budi Darma lalu mengatakan, “Dan... novel itu berjudul Harry Potter. Novel Harry Potter tidak akan tercipta jika penulisnya tidak banyak bertanya, memiliki rasa ingin tahu yang besar,
WARTA UTAMA
CINDERAMATA: Prof. Budi Darma menerima cinderamata dari Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa, Prof. Djojok Soepardjo, M.Litt. foto: AROHMAN
dan tekun membaca serta menulis”. Dikatakannya bahwa JK Rowling, menulis dalam kesendirian dan tidak mau ada hal yang mengganggunya ketika menulis hingga akhirnya perkawinanya berumur pendek. Budi menegaskan bahwa apa yang ditulis oleh JK Rowling ada dalam kehidupan sehari-hari, “Kalau kita menulis, kita harus membayangkan hal-hal yang kita kenal agar menulis bisa lancar dan tidak menaruh prasangka negatif pada orang yang kita jadikan model. Ini bisa dipraktikkan ketika menulis fiksi dan non fiksi.” Lebih lanjut, dosen di Jurusan Bahasa Inggris FBS Unesa itu memaparkan bahwa menulis itu adalah proses pencarian identitas. “Kenapa kita menulis? Karena kita mencari jati diri kita, identitas kita. Identitas itu proses dan kelak kita akan bertanya siapa diri saya sebenarnya,” tandasnya. Ia kemudian mengatakan bahwa memoar adalah bentuk pencarian jati diri. Sastrawan yang kerap diundang di forum internasional itu juga berkisah tentang tulisan salah seorang TKW (Tenaga Kerja Wanita) Indonesia yang berada di Hongkong. Teknik menulis yang ia gunakan menggunakan kata
“saya”. “Teknik menulis ‘saya’ baik, karena menggunakan dirinya sendiri. Akan tetapi ada jarak antara aku sendiri dan aku yang kuceritakan,” paparnya. Dikatakannya bahwa tulisan itu ada ketika TKW tersebut merasa terasing dan ia menulis untuk menemukan identitasnya sebagai TKW. Selain memaparkan pengalaman dan inspirasi dalam dunia kepenulisan, Budi Darma juga berbagi tips cara menulis Sapardi Djoko Damono. Diceritakannya bahwa Sapardi menulis kala hati dan
Majalah Unesa
pikirannya tenang. “Sapardi Djoko Damono bilang, kalau saya sedang emosional saya tidak akan menulis, saya hanya akan menulis ketika pikiran tenang, hati tenang,” tuturnya. Masih menurut Budi Dharma, menulis bagi Sapardi bukan seperti lari sprint 100 meter yang diukur berdasarkan kecepatan. “Menulis bukan pekerjaan grusa-grusu, bukan sprint-sprintnan. Menulis itu seperti lari maraton. Menulis harus tenang, tidak tergesa-gesa dan hasilnya bisa baik dan dalam,” ungkapnya. Tak ketinggalan, Budi juga berbagi tips mengatasi masalah ketika mengalami kemacetan dalam menulis. Baginya, itu hal lumrah dan terjadi pada semua orang. Ia lalu mengatakan, “Permasalahan itu bisa diatasi dengan therapic block mulai membuka banyak buku, banyak bacaan di meja. Dengan melihat buku ide bisa keluar”. Akan tetapi ia juga menyarankan memiliki selektivitas dalam memilih banyak bacaan, banyak buku dan banyak referensi. n (ARM)
FOTO BERSAMA: Prof. Budi Darma, Prof. Djojok, Much Khoiri M.Si dan anggota Sahabat Pena Nusantara foto bersama. foto: AROHMAN
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
15
WARTA
UTAMA
RANJERS HIJAU GAWANGI ECO CAMPUS FBS UNESA Nama Ranjers Hijau diambil dari kata “Ranjers” yaitu kartun fenomenal Power Ranjers yang menjadi pasukan penjaga dan pembasmi kebatilan. Sedangkan “Hijau” merupakan ikon dari eco campus. Harapannya, komunitas Ranjers Hijau bisa mengampanyekan peduli lingkungan di kalangan sivitas akademika FBS.
T
ahun 2017 ini, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) mendapat penghargaan Eco Campus dari Pemkot Surabaya. Keberhasilan tersebut tak lepas dari kepedulian warga FBS, khususnya komunitas yang peduli terhadap kebersihan lingkungan kampus FBS. Salah satunya adalah Unesa Ranjers Hijau. Ranjers Hijau adalah komunitas eco campus yang ada di lingkungan Fakultas Bahasa dan Seni atau FBS, Unesa. Komunitas ini terbentuk bulan Maret 2017 dan memulai kegiatan operasional pada 28 April 2017. Misinya adalah mendobrak gerakan aksi cinta lingkungan di kalangan mahasiswa FBS. Setelah 7 bulan berlalu, komunitas ini gencar melakukan sosialisasi dan menggerakkan aksi cinta lingkungan. Ketua Ranjer Hijau, Dafid Septyan Nur Fadholi yang merupakan mahasiswa Pendidikan Seni Rupa 2014 menganalogikan, “Di mana ada acara di situ pasti ada sampah, karena itu mereka hadir untuk menggawangi aksi peduli lingkungan sehingga tidak ada lagi sampah tercecer di lingkungan FBS, ” terangnya. Bersama dengan 75 orang anggota yang terbagi dalam 7 divisi di antaranya divisi sampah, divisi energi,divisi air, divisi makanan-minuman, divisi hayati, ia menggerakkan aksinya. Dafid menyebutkan sejauh ini
16
pihaknya sudah melakukan sosialisasi ke mahasiswa baru saat PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) Agustus lalu. “Sosialisasi tentang ranjer hijau ke maba-maba waktu PKKMB, ikut aksi cinta lingkungan dan kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Surabaya dan dikasih pupuk. Terus kerja bakti di sekitar Lidah Wetan, membersihkan selokan, membuang sampah ke TPA” tuturnya. “Pada bulan Oktober ini ada persiapan untuk membuat produk yaitu Diet Plastik. Rencananya mau membuat Tas Ranjers Hijau. Nanti bisa dijual ke mahasiswa-mahasiswa FBS. Jadi teman-teman nggak usah bawa plastik lagi. Dan dengan tas itu kita bisa diet plastik,” imbuhnya. Lebih lanjut ia menuturkan bahwa bulan depan pihaknya akan bekerja sama dengan eco campus Unesa, relawan hijau, eco campus FMIPA. Eco campus FMIPA mengadakan seminar. Ranjers Hijau Unesa turut berpartisipasi di sana. Memasuki akhir tahun, David menjelaskan akan mengadakan
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
open recruitment Ranjers Hijau tahun ke-2. “Kita regenerasi lah, karena anggota kita sudah semester atas jadi perlu regenerasi dan kaderisasi juga” ungkapnya. Ia berharap 2018 mendatang sudah ada anggota baru dan membuat program-program baru yang lebih inovatif. Soal nama Ranjers Hijau dipilih Dafid setelah mengamati mahasiswa FBS yang suka pada hal-hal aneh. Kata “Ranjers” diambilnya dari kartun fenomenal Power Ranjers yang menjadi pasukan penjaga dan pembasmi kebatilan. Sedangkan “Hijau” merupakan ikon dari eco campus. Harapannya, komunitas Ranjers Hijau bisa mengkampanyekan peduli lingkungan di kalangan civitas akademika FBS. Dafid mengaku komunitasnya mendapat apresiasi luar biasa. Bahkan saat acara pembukaan Car Free Day yang berbarengan dengan peringatan hari pendidikan di FIP Unesa Mei lalu, salah seorang ibu petugas kebersihan mengucapkan terima kasih karena sudah peduli lingkungan dan membantu pekerjaannya menjaga kebersihan kampus. “Itu adalah hal tak terlupakan ketika aksi kami bisa meringankan beban orang lain. Karena menjaga kebersihan kampus bukan hanya tugas petugas kebersihan tetapi juga tugas kita sebagai warga kampus” jelasnya. n MAN
WARTA UTAMA
PAMERAN: Seorang pengunjung sedang mencermati sebuah karya yang dipamerkan dalam pemeran ‘Memetri Kriya’ di Galeri House Of Sampoerna (HOS) Surabaya. foto: IST
UNESA GELAR PAMERAN MEMETRI KRIYA
B
erkembangnya zaman di era globlalisasi seperti sekarang, mau tak mau membuat segala bentuk warisan tradisi dan budaya luhur sedikit terkikis oleh arus modernitas. Namun, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni, tak lantas menjadikan alasan tersebut untuk melupakan identitas asli Indonesia melalui karya seni kriya. Melibatkan 16 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa, hingga alumni, mereka menggelar pameran seni kriya di Galeri House Of Sampoerna (HOS) Surabaya. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Pelaksana Pameran Chrysanti Angge, dalam kegiatan pameran yang mengambil tajuk ‘Memetri Kriya’ ini memiliki tujuan untuk kembali mengangkat dan memperkenalkan kepada masyarakat secara luas proses pembuatan seni kriya. “Tujuan utamanya adalah kami ingin berkontribusi secara nyata dalam wujud pelestarian warisan budaya bangsa,” ujarnya, Rabu (22/11). Kata ‘Memetri’ sendiri, lanjutnya, kami ambil sebagai tema karena memiliki arti menjaga keaslian atau mempertahankan keaslian. Namun secara keseluruhan ‘Memetri Kriya’ dapat diartikan sebagai wujud menjaga dan melestarikan keaslian teknik pembuatan karya kriya dengan cara tradisional yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. “Sehingga sudah sepatutnya generasi penerus bangsa mengetahui dan harus melestarikan teknik tradisional yang dalam pengerjaan seni kriya membutuhkan craftsmanship atau ketrampilan tingkat tinggi,” lanjut Crysanti yang juga Dosen
Pengampu Mata Kuliah Kriya Logam ini. Sementara itu, Ketua Jurusan Seni Rupa Unesa Imam Zaini menuturkan, seni kriya pada tataran data yang disajikan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) produk seni kriya menempati posisi kedua tertinggi setelah fashion pada nilai ekspor Indonesia yang mencapai nilai sebesar 37 persen. “Oleh karena itu, besar harapan kami produk-produk kriya terus tumbuh dan berkembang, tidak hanya merawat dan menjaganya tetapi juga bisa menghasilkan masterpiece karya-karya kriya saat ini, yang ikut membantu dalam penyediaan lapangan kerja dan berkontribusi nyata menjadi roda penggerak ekonomi di masa yang akan datang,” ungkapnya. Di sisi lain, General Manager House Of Sampoerna Ina Silas mengapresiasi semangat para peserta pameran yang masih peduli untuk mempertahankan nilai nilai luhur warisan budaya nusantara. “Pelestarian budaya sejatinya menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa, agar di masa depan generasi penerus tidak melupakan atau hanya duduk manis dan menjadi penonton tanpa memahami makna maupun filosofi yang terkandung dalam setiap perwujudan karya-karya kriya,” tuturnya. Ia menambahkan, sehingga bukan menjadi alasan bagi generasi saat ini yang hidup di tengah arus kemajuan teknologi pada era milenial lantas melupakan identitas budanya. “Teknologi justru adalah menjadi sebuah peluang dalam proses berkreasi. Bukan malahan untuk mendominasi dan menenggelamkan nilai-nilai tradisi yang telah tumbuh dan diwariskan secara turun temurun,” pungkasnya. n MAN
Majalah Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
17
LENSA
UNESA
UPACARA: Suasana upacara bendera memperingati Hari Pahlawan 2017 yang dilaksanakan oleh segenap sivitas akademia Universitas Negeri Surabaya di halaman gedung LP3M Unesa, Kampus Lidah Wetan, Surabaya.
UPACARA PERINGATAN HARI PAHLAWAN 2017 alam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, Unesa menggelar upacara bendera yang diikuti oleh dosen, karyawan dan mahasiswa. Upacara dimulai pukul 07.30 WIB berlokasi di halaman Gedung P3G Kampus Unesa Lidah Wetan. Upacara pada peringatan hari Pahlawan kali ini mengusung tema Perkokoh Persatuan Membangung Negeri. Bertindak sebagai inspektur upacara Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.T. n (WAHYU)
18
PEMBINA: Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.T. menjadi pembina upara dalam peringatan Hari Pahlawan 2017 di lingkungan Unesa.
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
UNESA TERIMA MOBIL OPERASIONAL DARI BTN
U
niversitas Negeri Surabaya menerima bantuan operasional berupa dua unit mobil operasional dari BTN sebagai mitra Unesa. Serah terima mobil Fortuner dan Toyota Kijang Venturer itu dilakukan oleh Joni Prasetyanto, Kepala Kantor Wilayah 3 BTN kepada Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S di Gedung Pendidikan, Kantor Pusat Unesa Lidah Wetan pada Selasa, 21 November 2017. Penambahan mobil operasional tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja Unesa. n (WAHYU)
SERAH TERIMA: Kepala Kantor Wilayah 3 BTN, Joni Prasetyanto menyerahkan mobil operasional kepada Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. untuk operasional sehari-hari di Unesa. Serah terima dilakukan di Rektorat Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya.
FAKULTAS Ilmu Keolahragaan Unesa menyelenggarakan acara senam bersama dan fun walk dalam rangka memperingati puncak Hari Olahraga Nasional pada 19 November 2017 di depan gedung Rektorat Unesa, Lidah Wetan. Kegiatan dalam rangka Haornas sudah dimulai sejak 9 November 2017 yang diisi kegiatan lomba- lomba keolahragaan dan kejuaraan untuk mahasiswa , pelajar, civitas akademika maupun masyarakat umum. n (HASNAI)
SENAM BERSAMA & FUN WALK DI PUNCAK HAORNAS 2017 HAORNAS: Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unesa, Prof. Djojok Soepardjo, M.Litt. saat membuka Fun Walk di puncak Haornas 2017 di Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa.
Majalah Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII- November 2017 |
19
KOLOM REKTOR
Spirit kepahlawanan 10 November tersebut di Unesa diimplementasikan dalam bentuk keras keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Empat nilai kerja ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja Unesa. Oleh Prof. Dr. Warsono, M.S.
S
etiap 10 November bangsa Indonesia selalu memperingati hari Pahlawan, sebagai suatu tonggak sejarah yang menggambarkan semangat heroik Arek-Arek Suroboyo untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peristiwa 10 November 1945 merupakan bukti bahwa Arek-Arek Suroboyo memiliki semangat juang dan jiwa kepahlawanan (keikhlasan berkorban untuk bangsa dan negara) yang patut diteladani oleh seluruh bangsa dan generasi sekarang. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa jika ada semangat juang yang tidak kenal menyerah dan jiwa tanpa pamrih dengan mengesampingkan rasa egoisme, primordialisme, dan ambisi kekuasaan, maka insha Allah akan diridloi oleh Allah, sehingga apa yang kita ingin capai (tujuan) bisa terwujud. Semangat juang dan jiwa kepahlawanan yang ditunjukkan Arek-Arek Suroboyo dalam mempertahankan harga diri sebagai bangsa itulah yang kemudian dijadikan sebagai wujud kepahlawanan dan tanggal 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan. Apa yang dilakukan oleh Arek-Arek Suroboyo telah menimbulkan kekaguman dari
masyarakat luar negeri. Semangat juang dan jiwa kepahlawanan itulah yang bisa mengalahkan senjata “canggih� yang dimiliki tentara penjajah. Meskipun mereka
Suroboyo mencapai tujuan yang ingin dicapai, yaitu mempertahankan NKRI dari penjajah. Semangat juang yang tidak kenal lelah dan menyerah bisa menjadi modal untuk mencapai keberhasilan. Semangat juang tersebut saat ini bisa dimaknai dengan kerja, kerja, dan kerja. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo mencanangkan semangat kerja, kerja, kerja. Semangat ini juga pernah dibuktikan oleh Dahlan Iskan sehingga mencapai sukses dalam berbagai bidang. Semangat juang (kerja) tersebut di Unesa telah dikonsepsikan dengan kerja keras dan kerja cerdas, serta kerja tuntas. Unesa telah mencanangkan semangat kerja dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Empat nilai kerja di antaranya menggambarkan semangat juang yang harus dibangun dan dimiliki oleh seluruh warga Unesa. Tidak ada keberhasilan tanpa adanya usaha, sekecil apapun usahanya. Meskipun demikian ada korelasi antara usaha dengan hasil yang dicapai. Semakin banyak atau besar usaha yang dilakukan, tentu hasilnya juga akan semakin besar atau baik. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo maupun Dahlan Iskan tidak cukup mencanangkan hanya dengan satu kata yaitu kerja, tetapi mengulangi lagi sampai tiga kali (kerja, kerja, kerja). Seandainya hanya satu kali (kerja)
SPIRIT HARI PAHLAWAN
UNTUK PENINGKATAN KINERJA UNESA
20
hanya bersenjata bambu runcing tetapi bisa mengalahkan tentara penjajah yang bersenjata modern. Bahkan dalam pertempuran tersebut Inggris kehilangan seorang jenderalnya, yang memiliki pengalaman perang di berbagai medan. Apa yang bisa diambil oleh Unesa dari peristiwa 10 November tersebut? Apa relevansinya peristiwa 10 November dengan Unesa? Dua pertanyaan tersebut bisa jadi juga ditanyakan oleh warga Unesa. Sebagai suatu pertanyaan tentu sah-sah saja ditanyakan oleh siapa saja, dan sebagai suatu pertanyaan tentu membutuhkan jawaban agar si penanya bisa memperoleh kejelasan. Nilai yang bisa diambil dari peristiwa 10 November adalah semangat juang dan jiwa kepahlawanan. Nilai itu telah terbukti mampu mengantarkan Arek-Arek
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
KOLOM REKTOR tentu hasilnya tidak akan sama dengan jika dibandingkan dengan yang tiga kali (kerja, kerja, kerja). Hal yang sama juga bisa kita analogikan dengan nilai kerja yang dibangun Unesa. Seandainya hanya kerja keras saja, tentu hasilnya akan berbeda jika dibandingkan dengan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas. Kerja keras tetapi tidak cerdas, hasilnya tidak akan optimal. Dari segi waktu juga tidak efisien dan efektif. Kerja keras tanpa disertai dengan kerja cerdas akan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk mencapai tujuan. Begitu juga kerja keras dan kerja cerdas, jika tidak disertai dengan kerja tuntas, maka hasilnya tidak sempurna bahkan apa yang telah dilakukan bisa sia-sia, karena tanpa hasil yang jelas. Semangat tersebut juga ditunjukkan oleh Arek-Arek Suroboyo dalam melawan penjajah. Mereka bukan hanya kerja keras, dengan mengandalkan kekuatan jumlah orang, tetapi juga menyusun strategi perang agar bisa mengalahkan penjajah yang memiliki senjata modern. Salah satu strategi yang diambil oleh para pemimpin (tokoh pemuda) dalam perlawanan 10 November adalah dengan memompa semangat jiwa melalui Fatwa Jihad dari Hadratus Syeh Hasyim Asy’ari. Dengan fatwa tersebut semangat para pemuda semakin kuat, bahkan mereka rela mengorbankan jiwanya, karena dengan jihad mereka berada di jalan Allah, dan diyakini akan masuk surga kalau sampai mati dalam pertempuran tersebut. Tentu juga ada strategi lain seperti strategi “perang kota” agar perjuangan bisa lebih efektif dan efisien. Fatwa Jihad dalam pertempuran 10 November tersebut memperkuat jiwa kepahlawan Arek-Arek Suroboyo. Jika dikaitkan dengan nilai kerja yang dikembangkan Unesa bisa dianalogikan dengan kerja ikhlas. Kerja ikhlas ini akan lebih “menyempurnakan” hasil yang dicapai. Dengan kerja ikhlas, tidak ada penyesalan dan kekecewaan pada diri seseorang. Apapun yang dilakukan
dilandasi oleh niat lillahita’alla (hanya karena Allah). Orang yang bekerja ikhlas hanya berharap ridlo dari Allah, yang dalam bahasa organisasi orientasi kerjanya adalah hasil yang terbaik, bukan imbalan yang diharapkan. Mereka fokus kepada pekerjaan dan hasil yang terbaik, bukan pada berapa imbalan yang akan diperoleh. Oleh karena itu, kerja ikhlas menjadi bagian dari jiwa kepahlawanan, sehingga kita sering menyebut bahwa salah satu nilai kepahlawanan adalah rela berjuang dan tanpa pamrih (ikhlas). Spirit kepahlawanan 10 November tersebut di Unesa diimplementasikan dalam bentuk keras keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas. Empat nilai kerja ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja Unesa. Semangat juang (kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas), dan jiwa kepahlawanan (kerja ikhlas) dari seluruh pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan tersebut telah mulai membuahkan hasil di Unesa. Peningkatan nilai akreditasi dari berbagai prodi tentu tidak lepas dari semangat juang dan jiwa kepahlawanan dari seluruh civitas dan tenaga kependidikan di Unesa. Pada 2014, di Unesa hanya ada 10 prodi yang terakreditasi A. Sampai saat ini prodi yag memperoleh akreditasi A sudah ada 33. Kita masih berharap ada tambahan prodi yang memperoleh akreditas A, sebab masih ada beberapa prodi yang sedang dalam proses visitasi. Selain pencapaian akreditasi dari B menjadi A, jumlah prodi yang terakreditasi C semakin berkurang dan tinggal beberapa prodi terutama prodi yang masih baru. Ini berarti juga terjadi peningkatan jumlah prodi yang terakreditasi B. Semangat juang dan jiwa kepahlawanan tersebut memang pantas dimiliki oleh seluruh civitas akademika dan tenaga kependidikan Unesa, karena Unesa merupakan salah satu perguruan tinggi yang terletak di Surabaya (kota Pahlawan). Bahkan, menurut Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur), masyarakat Jawa Timur adalah petarung yang
Majalah Unesa
tangguh. Masyarakat Jawa Timur memiliki semangat juang dan jiwa kepahlawanan seperti yang ditunjukan oleh Arek-Arek Suroboyo. Oleh karena itu, sudah seharusnya seluruh civitas akademika dan tenaga kependidikan Unesa adalah petarung-petarung tangguh yang memiliki semangat juang yang tidak kenal lelah dan menyerah untuk meraih suatu tujuan, dan memiliki keikhlasan dalam bekerja. Unesa masih memiliki target besar yang ingin dicapai. Dalam waktu dekat Unesa mengharapkan nilai akreditasi perguruan tinggi adalah A. Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas telah dilakukan oleh seluruh pimpinan, civitas akademika, dan tenaga kependidikan Unesa. Saat ini tinggal menunggu hasil visitasi dan penilaian dari BAN PT. Mudah-mudahan harapan memperoleh nilai A akreditasi perguruan tinggi tersebut bisa terwujud. Sudah tentu yang tersisa tinggal doa, semoga apa yang kita inginkan diridloi oleh Allah SWT. Aamiin Yarobhal Alamin Selain akreditasi perguruan tinggi, Unesa juga berusaha menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum. Keinginan untuk menjadi PTNBH ini tentu juga sangat bergantung pada semangat juang dan jiwa kepahlawanan dari seluruh civitas akademika dan tenaga kependidikan Unesa. Untuk memupuk semangat juang dan jiwa kepahlawanan tersebut Unesa juga telah memberikan remunerasi sebagai penghargaan terhadap kinerja. Bagi mereka yang memiliki kinerja tinggi dihargai dengan pemberian remunerasi yang lebih besar daripada mereka yang berkinerja biasa. Semoga spirit kepahlawanan yang dicontohkan oleh Arek-Arek Suroboyo dan remunerasi yang telah berjalan bisa menambah semangat juang seluruh pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa Unesa dalam menggapai mimpi Unesa menjadi perguruan tinggi yang unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan. n
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
21
INSPIRASI
ALUMNI KIPRAH ZAINAL MUTTAQIN, ALUMNI YANG KINI JADI KETUA MGBK
TERKESAN KULIAH DI UNESA, LUNCURKAN APLIKASI SIAP BK ZAINAL MUTTAQIN, ALUMNI JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN UNESA DIKENAL SEBAGAI SOSOK PEKERJA KERAS. PRIA YANG KINI MENJADI GURU PNS DI MAN LAMONGAN ITU MENGAKUI BANYAK MENDAPAT PENGALAMAN BERHARGA SELAMA KULIAH DI UNESA.
PRESENTAASI: Zainal Muttaqin, alumni jurusan Psikologi Pendidikan Unesa (kiri) sedang presentasi karyanya.
Z
ainal, demikian ia akrab disapa, menghabiskan masa remaja di Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Desa yang hijau, asri, indah dan harmonis itu selalu membuat bahagia walaupun Zainal muda meski dalam keterbatasan fasilitas dan pendidikan. Lahir dari keluarga petani yang berkehidupan pas-pasan, membuat Zainal sudah harus menjalani hidup
22
mandiri dan penuh perjuangan. Kedua orang tuanya, meski hanya berprofesi sebagai petani, namun memiliki semangat kerja yang luar biasa. Bahkan, dari pengalaman dan perjuangan hidup kedua orang tuanya itu, ia terinspirasi untuk berubah lebih baik, terutama dari sisi ekonomi dan profesi. “Kedua orang tua saya senantiasa mengajari saya prinsip dasar hidup sederhana dan mengedepankan ahlak sopan santun,” ungkapnya.
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
Ketila duduk di kelas 12 MA Darul Ma’arif, ada pengalaman unik yang membuat Zainal selalu ingat hingga kini. Kala itu, ia sempat dipanggil Kepala MA karena mengajak teman sekelas melakukan kegiatan yang tidak dapat izin dari Kepala Madrasah. Ia dan teman-temannya nekat mengadakan kegiatan tersebut. “Pengalaman tersebut membuat saya dapat lebih matang dan memiliki tekad untuk dapat lebih
INSPIRASI ALUMNI berhasil di masa depan dan dapat membalas jasa kedua orang tua. Alhamdulillah, saat Ujian Nasional, saya mendapatkan nilai tertinggi di kelas saya,” tuturnya. Kesan di Unesa Zainal memulai kuliah di Unesa melalui jalur PMDK pada tahun 2000. Tentu saja diterima melalui jalur PMDK, merupakan kebanggan tersendiri sebagai anak desa. Apalagi, saat itu banyak temannya yang lulus dari Madrasah Aliyah berlomba menjadi TKI di Malaysia karena terinspirasi kesuksesan pemuda di desanya yang menjadi TKI di Malaysia. Namun, ia memiliki niat yang berbeda. Dengan modal nekat, ia berusaha membujuk orang tuanya agar dapat kuliah. “Dengan berbagai macam cara, dan atas bantuan Bapak Drs. Chusnul Yakin Paciran (Almarhum) dan Bapak Drs. Bondo, saya dapat restu dari orang tua saya dan akhirnya bisa diterima di jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa,” jelasnya. Selama di Unesa, banyak pengalaman berkesan, terutama ketika ia aktif di organisasi kampus baik di kepengurusan Badan Eksekutif Jurusan (BEMJ) maupun Badan Eksekutif Universitas (BEMU). Di ormawa itu, ia banyak mendapatkan pengalaman berorganisasi. “Mulai semester 3, tempat tinggal saya di seketariat BEM,” ungkapnya mengenang. Jati Diri di Bimbingan Konseling Dapat memahami diri sendiri merupakan kebahagiaan tersendiri karena bisa tahu kebutuhan sendiri. Namun, dapat memahami potensi orang lain dan dapat membantu memwujudkannya menjadi prestasi merupakan kebanggaan luar biasa. “Prinsipnya harus menjadi berguna bagi semuanya. Itulah prinsip yang selama ini saya pegang saat menjalani profesi sebagai guru Bimbingan Konseling,” paparnya. Menjadi Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah
MEMBANGGAKAN: Zainal memberi kebanggaan bagi almamaternya.
Aliyah Negeri 1 Lamongan merupakan kebanggaan karena dapat membantu anak-anak menyelesaikan masalahnya dan dapat membantu menemukan serta mengembangkan potensi sehingga anak dapat diterima di perguruan tinggi favorit maupun dapat berkarir sesuai potensinya. Kadang merasa menjadi beban berat sebagai Guru Bimbingan Konseling ketika mengetahui banyak anak usia remaja yang tidak memaksimalkan potensinya, dan tidak memiliki prestasi sehingga kesulitan mendapat masa depan yang sukses. Menurut Zainal, pengalaman paling berkesan ketika menjabat sebagai ketua Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur adalah ketika diberi tugas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur memberi pelatihan Aplikasi Sistem Informasi Administrasi Pelayanan Bimbingan Konseling (SIAP BK) di 7 Wilayah kerja di Jawa Timur. “Dalam kegiatan tersebut, kami dapat menyerap aspirasi dan keluh kesah setia guru BK di daerah sehingga dapat dijadikan modal untuk mengembangkan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Jawa Timur,” paparnya.
Majalah Unesa
Mengenai tantangan, terang Zainal, adalah masih sulitnya mengajak guru BK di daerah untuk lebih cepat mengembangkan potensinya dan menjemput bola terhadap programprogram dan kesempatan yang diberikan Kementerian Agama untuk mengembangkan profesionalismenya. Aplikasi SIAP BK Ini merupakan Aplikasi yang merekam tentang semua kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dalam memberi layanan terhadap siswa sehingga guru tidak terjebak oleh administrasi. Dengan aplikasi ini guru BK dapat memberi layanan terhadap siswa secara maksimal dan tidak diributkan dengan administrasi dan pelaporannya. “Aplikasi SIAP – BK ciptakan sebagai bentuk loyalitas kami terhadap Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan diciptakan khusus untuk guru Bimbingan dan Konseling di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Aplikasi ini sudah mendapat rekomendasi dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan sudah disosialisasikan dan dilatihkan di 7 wilayah kerja di Jawa Timur,” jelasnya.n (RUDI)
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
23
ARTIKEL WAWASAN
Pemuda, Bahasa, dan Wajah Kita Oleh M. Anwar Djaelani
Di masa sekarang, tampak tak ada persoalan dengan materi sumpah untuk ber-Tanah Air dan berbangsa yang satu, Indonesia. Tapi, untuk sumpah ketiga, kita prihatin. Lihatlah, sikap pemuda di keseharian mereka dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Ternyata, semangat mereka tak cukup tinggi dalam menjunjung bahasa Indonesia.
B
erbahagialah pemuda Indonesia! Mereka punya Hari Besar, yaitu Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober. Sayang, satu dari ketiga sumpah pada 1928 itu –yaitu ikrar untuk menjunjung bahasa Indonesia- kurang menggembirakan pelaksanaannya.
24
POTRET BERSAMA Di zaman pergerakan mewujudkan Indonesia merdeka, peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu perjuangan sungguh sangat besar. Lewat Sumpah Pemuda, semangat dari berbagai kekuatan bangsa –tak hanya pemuda saja- kian bergelora untuk merdeka.
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
Pada 28 Oktober 1928 pemuda Indonesia berikrar tentang tiga hal. Para pemuda menyatakan bahwa mereka se-Tanah Air, sebangsa, dan sebahasa. Khusus yang disebut terakhir, lengkapnya adalah bahwa para pemuda “Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Di masa sekarang, tampak tak ada
ARTIKEL WAWASAN persoalan dengan materi sumpah untuk ber-Tanah Air dan berbangsa yang satu, Indonesia. Tapi, untuk sumpah ketiga, kita prihatin. Lihatlah, sikap pemuda di keseharian mereka dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Ternyata, semangat mereka tak cukup tinggi dalam menjunjung bahasa Indonesia. Seksamai-lah bahasa para pemuda. Maka, akan segera tampak bahwa sumpah yang selalu mereka ulangulang setiap tahun di Hari Sumpah Pemuda terasa sama sekali tak masuk ke jiwa. Tanda-tandanya sangat mudah dilihat yaitu di saat mereka berbicara. Dalam menyusun kalimat mereka acap kedodoran di saat memilih kata atau frase. Lihat mutu bahasa Indonesia para pemuda di berbagai media sosial. Cermati saat mereka –misalnyamenulis di Facebook (FB) atau ‘bercakap’ di WhatsApp (WA). Cermati kualitas bahasa Indonesia mereka di berbagai tayangan sinetron. Dari sana kita akan mudah mendapatkan katakata tak baku seperti ‘biarin’, ‘ngurusin’, ‘ngapain’, ‘enggak’, ‘emang’, ‘gini’, ‘aja’, dan kata-kata lain yang sejenis. Kecuali itu, para pemuda juga sama sekali merasa ‘tak berdosa’ di saat mereka dengan fasih menyelipkan kata-kata sorry, and, or, thank you, dan yang sejenis dalam kalimat-kalimatnya. Cermatilah! “Senin pekan depan kita meeting”. “Tolong share artikel itu”. “Terima kasih, postingan Anda bagus”. “Nomor telepon saya, silakan save”. Empat kalimat tersebut –dan yang serupa dengan itu- sangat sering kita dengar, terutama di kalangan anak muda. Padahal, semestinya, kita bisa menyampaikan maksud yang sama dengan bahasa Indonesia yang benar. Empat kalimat itu, bisa kita perbaiki menjadi: “Senin pekan depan kita rapat”. “Tolong bagikan artikel itu”. “Terima kasih, kiriman naskah Anda bagus”. “Nomor telepon saya, silakan simpan”. Mencermati itu semua, kita harus berubah. Kita harus menjaga bahasa Indonesia dengan cara menggunakannya secara baik dan benar. Sebab, bahasa Indonesia adalah salah satu kekayaan yang sangat
berharga karena berfungsi sebagai jatidiri dan pemersatu bangsa. Jangan serampangan dalam berbahasa Indonesia. Sebaliknya, selalu-lah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk itu, berbagai kegiatan bisa dirancang sebagai media untuk memperbaiki diri dalam berbahasa Indonesia. Terkait ini, mestinya, acara semisal Bulan Bahasa -menyambut Hari Sumpah Pemuda- harus rutin diselenggarakan oleh sebanyak mungkin kalangan terutama di sekolah-sekolah dan kampus-kampus. Lewat acara-acara semisal: Lombalomba (antara lain Menulis Artikelopini, Menulis Resensi Buku, Cipta Cerpen, Cipta Puisi), bincang sastra, bazar buku, dan lain-lain, kita bisa mendidik masyarakat dan terutama pemuda untuk peduli kepada bahasa Indonesia. Lewat Bulan Bahasa, kita ciptakan kondisi sedemikan rupa para pemuda itu cakap dalam menggunakan bahasa Indonesia. Kita buat sebuah situasi sedemikian hingga para pemuda bertambah cinta kepada bahasa Indonesia. Kembali kepada masalah bahwa di bidang bahasa keadaan sekarang tak cukup sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda, maka siapa yang harus bertanggung-jawab? Tentu saja, kita semua! Sebab, ini-lah wajah kita bersama. Bukan-kah dalam kehidupan ini faktor saling memengaruhi adalah sesuatu yang tak bisa kita hindari? Terlebih di negeri ini yang budaya ‘meniru fihak yang lebih tua’ atau ‘meniru pemimpin’-nya masih sangat kuat. Semua harus sadar, terutama para pemimpin. Sangat mungkin dari pemimpin-lah, pemuda kita belajar berbahasa. Di sekolah mereka memang diajari untuk berbahasa yang baik dan benar, termasuk taat pada EYD (ejaan yang disempurnakan). Tapi apa yang bisa diharapkan dari belajar bahasa Indonesia di sekolah yang jam belajarnya terbatas, sementara di luar kelas ‘jam belajar’-nya tak terbatas? Tentang situasi yang disebut terakhir itu, bacalah –misalnyaartikel Charmelya Maretha yang
Majalah Unesa
berjudul “Mencermati EYD alias Ejaan Yudhoyono” di Jawa Pos 23/10/2013. Meski artikel itu sudah lama, tapi tampak masih relevan. Kala itu, 2013, Charmelya mencatat banyak kalimat aneh Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Misal, di saat bicara subsidi BBM, SBY bilang: “Saya juga banyak menghabiskan waktu untuk talk direct to the people...”. Lalu, ketika mengomentari unjuk rasa, SBY mengatakan, “I know beban rakyat,…”. Jika cara SBY dalam berbahasa seperti itu, salah-kah para pemuda jika juga serampangan dalam berbahasa? JANGAN KHIANAT Bahasa Indonesia harus kita kuasai dengan baik, lisan ataupun tulisan. Maka, di titik ini-lah, pemimpin diharapkan memberi teladan dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Terkait ini, pemimpin bisa bersedekah dengan cara memberi teladan yaitu selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. “Berkata yang baik itu adalah sedekah” (HR Bukhari dan Muslim). Sungguh, kita harus berbenah. Bahasa Indonesia adalah jatidiri bangsa. Bahasa Indonesia bisa menjadi pengantar agar kita berperadaban mulia. Untuk itu, setelah para pemimpin memberi teladan dalam berbahasa yang baik dan benar, maka para pemuda harus bisa mengikutinya. Pemuda jangan merasa tak pandai bergaul jika dalam kesehariannya selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahkan, sangat elok jika kita justru merasa berkhianat kepada Sumpah Pemuda di saat kita berbahasa secara serampangan. Mari, junjung tinggi bahasa Indonesia. Berbahasa Indonesialah secara baik dan benar di semua kesempatan. Sungguh, hal itu insyaAllah bisa mengantarkan kita kepada sebuah peradaban yang agung. n Penulis adalah alumnus FMIPA Unesa, penulis sejumlah buku termasuk “Warnai Dunia dengan Menulis”
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
25
KABAR
SM3T
Menjemput Peserta SM-3T Unesa Angkatan VI di Nunukan (4-Habis)
Berakhir dan Harapan pada GGD
POS TERAKHIR: Menyaksikan dan merasakan langsung suasana perbatasan di Pos TNI AL Sei Pancang.
Inilah bagian keempat atau yang terakhir tulisan Prof. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd sebagai oleh-oleh dari menjalankan tugas di perbatasan NKRI untuk menjemput peserta SM-3T Unesa angkatan VI, di tapal batas negara, yakni di Pulau Sebatik. Berikut laporan yang ditulis untuk Majalah Unesa.
S
iang yang terik tak menghalangi saya dan Mas Febry untuk mewujudkan niat menjelajah Nunukan. Sejak kedatangan kami siang hari kemarin, Nunukan terlalu biasa, dan kami yakin, pasti ada sisisisinya yang menarik. Memang benar, begitulah kata Bu Rus. Tapi
26
tempat-tempat itu ada di pulaupulau seberang, dan kita perlu berjam-jam untuk menjangkaunya. Tapi ada pulau yang terdekat yang masih mungkin dijangkau, yaitu Pulau Sebatik. Pagi ini tiba-tiba hujan. Padahal kami akan bertolak dari Nunukan menuju Tarakan. Dua speedboat sudah disiapkan untuk membawa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
kami dan semua bagasi kami. Meski hujan tak juga reda, setelah sarapan pagi dengan menu hotel yang hampir sama dengan menu kemarin, kami bergegas. Semua bagasi dinaikkan ke truk, bus, dan mobil pickup. Semua peserta diangkut dengan kendaraan yang sama. Saya dan Mas Febry menumpang mobil kijang hijau
KABAR SM-3T Banyak yang menyesalkan berakhirnya program yang diyakini sangat menyentuh kebutuhan masyarakat yang paling mendasar terkait dengan layanan pendidikan ini. Namun inilah faktanya. Program ini berhenti, dengan berbagai rasional yang dikemukakan oleh para pemilik kebijakan dan pengambil keputusan. yang disediakan Disdik. Kami semua menuju Pelabuhan Tunon Taka. Meski proses memasuki speedboat membutuhkan waktu yang cukup lama, karena begitu banyaknya bagasi para peserta, perjalanan kami menuju Tarakan lancar, dan hanya sesekali disuguhi hentakan-hentakan keras speedboat menghantam ombak. Saya sendiri sudah pernah ber-speedboat dengan kondisi laut dan sungai yang lebih ganas, dengan waktu yang jauh lebih lama, sehingga saya menikmati perjalanan ini dengan sangat nyaman. Meski begitu, saya sempat memastikan di mana letak pelampung dan ke arah mana kita harus keluar dari speedboat bila sesuatu yang buruk terjadi. Selebihnya adalah doa dan kepasrahan pada Yang Maha Memberi Keselamatan dan Kehidupan. Menjelang dhuhur kami baru tiba di Pelabuhan Tarakan. Beberapa alumni S2 Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) sudah menunggu saya. Bu Novi, Pak Asdar, dan Pak Kurnia. Bahkan sebelum speedboat merapat tadi, masih di tengah laut, pak Eko Dani sudah menelepon saya dan memastikan keberadaan saya. Sebelum bergabung dengan para alumni yang sudah menunggu, saya dan Mas Febry harus memastikan semuanya ‘clear’ dan 84 peserta SM3T ini sudah stay di hotel tempat transit mereka. Besok pagi, kami akan terbang menuju Surabaya. Dan seharian ini, waktu saya nyaris saya habiskan bersama para alumni. Belasan alumni berdatangan dan bergabung saat makan siang, makan sore, dan juga saat berkumpul di lobi hotel. Luar biasa mereka itu.
Sebegitunya melayani mantan dosennya ini. Tak pelak, wisata kuliner pun terjadilah. Mulai dari ikan pallumara, kapah, sanggar, kepiting, buras, bahkan elai. Ya, buah eksotis itu. Setelah kemarin kenyang makan durian di Sebatik, maka hari ini kami kenyang makan elai di Tarakan. Besoknya, seperti belum puas, saya bahkan membawa pulang sekotak plastik penuh elai yang disiapkan oleh Bu Novi. Begitulah hikmah silaturahim. Tentu bukan hanya wisata kulinernya. Namun juga kebahagiaan dan energi positif yang dihasilkannya. Tahun ini adalah tahun terakhir Program SM-3T. Ya. Setidaknya, sampai saat ini, rekrutmen untuk peserta SM-3T Angkatan VII belum dilakukan. Bila program itu berlanjut, seharusnya pada saat ini sudah selesai proses rekrutmen dan bahkan telah dilakukan pemberangkatan peserta ke kabupaten-kabupaten tempat pengabdian. Banyak yang menyesalkan berakhirnya program yang diyakini sangat menyentuh kebutuhan masyarakat yang paling mendasar terkait dengan layanan pendidikan ini. Namun inilah faktanya. Program ini berhenti, dengan berbagai rasional yang dikemukakan oleh para pemilik kebijakan dan pengambil keputusan. Sebagai gantinya—setidaknya untuk mengatasi masalah kekurangan guru—sejak 2016, ada Program Guru Garis Depan (GGD), yaitu penugasan guru ke berbagai daerah tertinggal di seluruh Tanah Air. Ada sekitar 7000-an GGD yang telah diangkat sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) dan mengisi kekurangan guru di
Majalah Unesa
TANDA: Sebuah bendera merah putih ditancapkan sebagai tanda tapal batas NKRI.
berbagai pelosok Indonesia. Di pundak merekalah keberlangsungan pendidikan yang bermartabat di negeri ini kita titipkan. Sebagai alumni PPG SM-3T, GGD seharusnya adalah guru-guru yang ‘berbeda’, guru-guru yang benar-benar bisa menjadi ‘agent of change’, guru-guru yang akan menghasilkan anak didik menjadi sumber daya yang andal, yang memiliki keterampilan hidup sebagaimana tuntutan era abad 21, serta mampu menjamin terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan negara di masa depan. SELESAI. n Tarakan, 22-08-2017 Penulis adalah Guru Besar Unesa dan Kepala Pusat PPG Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
27
SEPUTAR
UNESA
Penelitian Unesa Peringkat 27 Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian
SAMBUTAN: Wakil Rektor Bidang Umum dan Keungan Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T saat menyampaikan sambutan dalam seminar nasional hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 2017.
L
embaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unesa menyelenggarakan Seminar Naional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SEMNAS PPM). Seminar yang mengusung tema “Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi dalam Persaingan Global Melalui Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat” itu dilaksanakan pada Sabtu, 4 November 2017 di Lantai 3 Hotel Garden Palace Surabaya. Acara diikuti sekitar 100 peserta dari kalangan dosen, mahasiswa Unesa, dan mahasiswa umum. Acara dihadiri Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T (Warek Bidang Umum dan Keuangan), Prof. Djodjok Soepardjo, M.Litt (Warek BIdang Perencanaan dan Kerja Sama), Prof. Dr. Lies Amin Lestasi M.A, M.Pd (Ketua LPPM), dan Dr.A. Grumy Wailanduw, M.Pd., M.T (Ketua Pelaksana Seminar Nasional). Tiga narasumber/panel di bidang keahliannya dihadirkan dalam seminar nasional tersebut, yakni Dr. Eng.
28
Hotmamua Daulay, M. Eng ( Direktur Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti), Dr. Sasa Sofyan Munawar, S.Hut, M.P dan Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, S.Si., M.Si. Tri Wrahatnolo, Warek II dalam sambutannya menyampaikan bahwa riset bermanfaat adalah riset yang dapat berperan dalam peningkatan dan pembangunan bangsa. Beberapa tahun belakangan ini, ungkap Tri, Unesa dapat meningkatkan karya inovatif dengan menghasilkan 200 lebih penelitian dan melahirkan beberapa dosen yang sudah memiliki paten. Karya-karya tersebut berperan aktif dalam peningkatan rangking Unesa. “Unesa kini berada di peringkat 27 untuk penelitian,” ungkap Tri Wrahatnolo. Sementara itu, Dr. Eng. Hotmann Daulay, M.Eng yang memberikan materi tentang Program Intensif Riset ,Pengembangan dan Sinergi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam yang dapat dikembangkan. Sayangnya, masih sedikit masyarakat
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
yang mampu menginovasikan barang-barang mentah hasil alam menjadi barang baru yang dapat memberikan nilai jual yang lebih tinggi. “Harusnya, kita mampu mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetetif,“ ujar Direktur Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti tersebut. Hotman menyinggung mengenai produk-produk inovatif yang harganya mahal. Menurutnya, hal itu dikarenakan banyak dana yang dikeluarkan untuk membayar ilmuwan-ilmuwan yang mampu membuat produk inovatif baru. Dan, unutk mematenkan membutuhkan biaya besar. Selain itu, Hotman menjelaskan bahwa untuk mengembangkan dan menciptakan penelitian yang baru tidak harus berkutat pada satu disiplin ilmu saja, namun harus mampu menyatukan beberapa disiplin ilmu yang berbeda dan teknologi- teknologi baru agar dapat berkembang dan bermanfaat bagi kemajuan masyarakat. n (HASNA/DAYAT)
SEPUTAR UNESA
PELATIHAN DOSEN DAN TENDIK UNTUK TINGKATKAN KOMPETENSI
SOSIALISASI KEARSIPAN PERGURUAN TINGGI
U
ntuk mewujudkan sivitas akademika Unesa yang sadar tertib arsip sebagaimana amanat Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan mendukung Gerakan Nasional Tertib Arsip (GNSTA) yang dicanangkan pemerintah, Unesa menyelenggarakan Sosialisasi Kearsipan Perguruan Tinggi (PT) pada Kamis, 2 November 2017 di Auditorium Gedung Rektorat Unesa Lantai 11 Kampus Lidah Wetan Surabaya. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Arsip Nasional RI (ANRI), yakni Dra. Sulistyowati, M.M. (Kepala Subdirektorat Kearsipan III, Direktorat Kearsipan Pusat) dan Muhammad Sumitro, S.H, MAP (Direktur SDM Kearsipan dan Sertifikasi). Acara dimulai pukul 08.00 Wib dan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Unesa, Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd, MT. Dalam pemaparannya, Sulistyowati menyampaikan bahwa menurut Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, organisasi kearsipan terdiri atas unit kearsipan (UK) dan lembaga kearsipan (LK). Untuk PTN, LK wajib dibentuk di tingkat PTN atau universitas, sedangkan UK wajib dibentuk di tingkat pencipta arsip (fakultas, lembaga, biro, unit pelaksana teknis (UPT) atau unit kerja lainnya). Sementara itu, Sumitro dalam paparannya menyampaikan bahwa arsip akan menentukan nasib. Jika arsip hilang, aset akan melayang. Mengingat pentingnya peranan arsip bagi perorangan maupun organisasi, utamanya dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara maka dalam penanganannya membutuhkan SDM kearsipan. SDM kearsipan meliputi fungsional arsiparis, fungsional umum bidang kearsipan, dan SDM yang kompeten dan profesional (pimpinan LK dan UK). Saat ini, SDM arsiparis masih sedikit, masih di bawah tiga persen dari kebutuhan arsiparis secara nasional. Pemerintah, sampai dengan akhir 2018, membuka pengangkatan jabatan fungsional arsiparis melalui jalur inpassing (penyesuaian). Untuk arsiparis kategori keterampilan, minimal pangkat II/c, pendidikan D-3, sedangkan untuk arsiparis kategori keahlian, minimal pangkat III/a, pendidikan S-1 atau D-4. n (DJP/SIR)
D
alam rangka meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), Unesa menyelenggarakan Pelatihan Peningkatan SDM yang berkaitan dengan penghitungan angka kredit dosen dan pengelolaan arsip pada Selasa, 7 November 2017. Acara yang dibuka oleh WR Bidang Umum dan Keuangan, Drs. Tri Wrahatnolo, M.T itu dihadiri dosen dan tenaga kependidikan (Tendik) se-lingkung Unesa. Dalam sambutannya, Tri Wrahatnolo menegaskan kepada peserta yang hadir untuk bisa melaksanakan tugas dan kerjanya dengan baik. Selain itu, Tri juga memberi penjelasan mengenai mekanisme kenaikan pangkat bagi dosen dan tendik. “Semuanya berhak menjadi kepala atau pemimpin asalkan kinerja yang dihasilkan selama bekerja dilakukan dengan baik,” ujar warek bidang umum dan keuangan Unesa. Menurut Tri Wrahatnolo, angka kredit dosen dan pengelolaan arsip sangatlah dibutuhkan bagi dosen dan tendik. Dosen dituntut bisa memberikan karya-karyanya untuk bisa naik pangkat. Karya dosen berupa karya ilmiah, jurnal, buku, penghargaan dan lain-lain merupakan pertimbangan agar bisa naik pangkat. Begitu juga dengan tendik yang dinilai dari kinerjanya. “Kami berharap kepada dosen dan tendik untuk bisa memberikan dedikasinya bagi Unesa dengan baik,” tegas Tri. n (WAHYU/TONI)
Majalah Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
29
SEPUTAR
UNESA
Unesa Boyong Piala Airlangga Open II 2017
A
tlet Tenis Meja Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berjaya di ajang Airlangga Open II 2017 yang diselenggarakan pada 4-5 November 2017. Pada even tahunan tenis meja yang digelar Universitas Airlangga itu, atlet Tenis Meja Unesa verhasil memboyong banyak piala di kejuaraan tenis meja antar SLTA sederajat dan mahasiswa tingkat nasional tersebut. Kejuaraan yang diselenggarakan di GOR PTMSI Jatim tersebut diikuti sekitar 130 atlet yang mempertandingkan beberapa nomor yakni tunggal putra mahasiswa,
30
tunggal putri mahasiswa, beregu campuran mahasiswa, tunggal putra SLTA dan tunggal putri SLTA. Atlet Unesa yang bernaung dalam UKM Tenis Meja Unesa berhasil memboyong 3 juara di nomor yang berbeda. Juara 1 tunggal putri mahasiswa diraih Aisyah Farah Aini. Juara 2 tunggal putra mahasiswa diraih Ronald Kadeira. Juara 1 beregu campuran mahasiswa diraih Moh. Husnol Yakin, Aisyah Farah Aini, dan Meti Sultanengtyas. Aisyah Farah Aini mengaku senang dapat menjuarai kejuaraan tersebut. Menurutnya, Kejuaraan Airlangga Open II merupakan pertandingan
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
yang berat. Namun, berkat usahanya, ia berhasil mendapatkan dua medali emas. Bahkan, Aisyah berhasil mengalahkan atlet Sea Games. Pembina UKM Tenis Meja Unesa, Abdul Hafidz mengungkapkan bahwa untuk berprestasi para atlet harus terus berlatih dan memperbaiki karakternya. Selain itu, perhatian dari pimpinan juga merupakan hal yang penting agar para atlet dapat menjalani porsi latihan dan proses perkuliahan dengan baik dan seimbang. “Semoga ke depan UKM Tenis Meja semakin berprestasi dan diperhatikan oleh pimpinan,� harap Abdul Hafidz. n (MEZALINA)
SEPUTAR UNESA
Unesa Pemenang Terbanyak Lomba Pengetahuan Umum Tiongkok
U
niversitas Negeri Surabaya menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Lomba Pengetahuan Umum Tiongkok ke-3 yang diselenggarakan mulai 15 September – 15 Oktober di Universitas Kristen Petra Surabaya. Dalam even tersebut, Unesa berhasil mendapatkan pemenang terbanyak. Pemberian penghargaan dilaksananakan pada 5 November 2017, dihadiri Dekan FBS, Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd. Acara tersebut bertujuan mengenalkan kebudayaan Tiongkok di Indonesia dan menjadi salah satu inspirasi bagi Indonesia untuk mencontoh beberapa hal yang
sudah dilakukan Tiongkok hingga menjadi salah satu negara maju. Selain itu, acara itu juga bertujuan mempererat hubungan kerja sama antara Indonesia dan rakyat Tiongkok. Acara lomba tersebut diselenggarakan Konjen Tiongkok Surabaya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, Pendidikan Bahasa Tionghoa Jatim serta Pusat Bahasa Mandarin Universitas Negeri Surabaya dan pusat bahasa mandarin Universitas Negeri Malang. Dalam ajang tersebut, mahasiswa Unesa berhasil menjadi juara 1,2 dan 3. Juara 1 terdiri atas 5 mahasiswa, juara 2 terdapat 15 mahasiswa dan juara 3 berjumlah 20 orang. Pada juara 3 , dari 20 pemenang 7 di antaranya berasal
dari Unesa. Mereka adalah Irana Kiki Fatmala, Surotul Mufidah Ms, dkk. 11 mahasiswa Unesa berhasil meraih juara 2 dari keseluruhan pemenang yang berjumlah 15 orang. Mereka adalah Chomariyati, Masni Naza, Riza, Yulian Eka Prasetyo, dkk. Sementara itu, 2 mahasiswa Unesa berhasil mendapat juara 1 dari total pemenang 5 orang dan mendapatkan hadiah utama melakukan perjalanan ke Tiongkok gratis. Yeni, salah satu peraih juara 1 Lomba Pengetahuan Umum Tiongkok mengaku senang dapat memperolah juara. Ia berharap tahun depan Unesa kembali berpatisipasi dan dapat memenangkan lomba ini lebih banyak lagi. n (HASNA/SIR)
JUARA UMUM: Perwakilan Unesa meraih juara terbanyak dalam lomba pengetahuan tentang Tiongkok.
Majalah Unesa
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
31
SEPUTAR
UNESA
MENSOS HADIRI SEMINAR NASIONAL DI UNESA
M
enteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Nasional tentang Peran Pendidik sebagai Pengontrol dan Evaluator Moral Siswa Menuju Generasi Berprestasi, yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi (HIMA JPE). Selain Mensos, narasumber yang hadir adalah Dr. Saiful Rahman, MM., M.Pd (Kadinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur), Dr. Joni Mardizal, S.Pd., M.M (Staf Ahli Bidang Ekonomi Kreatif Kementerian Pemuda dan Olahraga RI), dan Dr. H.C. Ir. AbdulKadir Baraja (Ketua Yayasan Pendidikan Al Hikmah Surabaya). Dalam paparannya, Khofifah mengatakan bahwa generasi milenial harus didorong untuk bisa kreatif dan produktif. Agar
32
siswa menjadi kreatif, inovatif dan produkti, guru memiliki peran penting. Mereka harus mampu berinteraksi dengan pemikiranpemikiran anak muda. Dr. Saiful Rahman, MM., M.Pd mengatakan, peran guru dalam pembentukan karakter siswa sangat penting. Guru berfungsi sebagai transformer pembiasaan kepada anak didiknya di lingkungan sekolah. Tidak hanya sekolah saja, masyarakat juga punya peran penting dalam menumbuhkan karakter siswa. “Sekolah harus berinteraksi dengan lingkungan masyarakat yang dekat sekolah atau tempat-tempat tertentu,� ungkap Kepala Dinas Pendidikan Porvinsi Jawa Timur. n (DAYAT)
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
SEPUTAR UNESA
INDAHNYA KEBERSAMAAN FORTBILDUNG OLEH GOETHE INSTITUT INDONESIA Indahnya kebersamaan kali ini hadir (kembali) dalam kegiatan Fortbildung di hotel Ollino Garden. Kegiatan yang di selenggarakan oleh Goethe Intitut Indonesia ini terukir dalam bingkaian tema ‘Kegiatan Peningkatan Kompetensi Kebahasaan Bagi Pengajar Bahasa Jerman di Seluruh Indonesia’. Kegiatan ini di ikuti oleh 20 orang pengajar bahasa Jerman dari berbagai tempat di Indonesia, terselenggara pada 22 Oktober 2017- 5 November 2017.
I
ndahnya kebersamaan kali ini hadir (kembali) dalam kegiatan Fortbildung di hotel Ollino Garden, Malang. Kegiatan yang di selenggarakan oleh Goethe Intitut Indonesia ini terukir dalam bingkaian tema Kegiatan Peningkatan Kompetensi Kebahasaan Bagi Pengajar Bahasa Jerman di Seluruh Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang pengajar bahasa Jerman dari berbagai tempat di Indonesia, terselenggara pada 22 Oktober 20175 November 2017. Ada banyak pengalaman menarik dan catatan penting sebagai oleholeh dalam kegiatan ini. Peningkatan kemampuan bahasa Jerman bagi pengajar bahasa Jerman menjadi fokus dan titik utama output dalam kegiatan Fortbildung ini. Oleh karenanya dalam pelaksanaaan Fortbildung kali ini, kegiatan pembelajaran diwarnai dengan berbagai materi pengetahuan kebahasaan dan materi tentang budaya Jerman. Inilah yang menjadi topik utama dalam kegiatan. Namun demikian ada sisi lain yang tak kalah menarik untuk diungkapkan. Dan sisi lain ini rasanya mampu memberikan inspirasi bagi peserta Fortbidung. Satu di antara yang inspiratif adalah ice breaking beragam yang mampu mencairkan suasana di tengah berlangsungnya Fortbildung yang setiap harinya sekitar 8 jam. Begitu pula metode pengajaran yang dipakai dalam pembelajaran. Sangat beragam dan masing-masing metode mampu menghadirkan nuansa yang berbeda-beda dalam
KEBERSAAAM: Sebanyak 20 peserta peningkatan kompetensi Bahasa Jerman bagi pengajar Bahasa Jerman yang diselenggarakan oleh Goethe Institut Indonesia (Jakarta) di hotel Ollino Garden Malang, 22 Oktober - 5 November 2017.
penyajian empat kerampilan berbahasa, yaitu Sprechen (berbicara), Hoeren (mendengar) dan Schreiben (menulis) serta Lesen (membaca). Semua metode yang digunakan mampu memberikan sentuhan yang berbeda di setiap tampilan yang dihadirkan di kelas. Tim pengajar Bahasa Jerman yang andal menjadi salah satu nilai plus lain dalam kegiatan ini. Ada empat pengajar yang berasal dari Goethe Institut Indonesia dan Wisma Jerman Surabaya yang mengisi kegiatan ini. Mereka adalah Bapak Hartono Pangi, Ibu Dewi Kartika, Ibu Irene Risakota, dan Ibu Heide Sugiarto. Dari sisi peserta, sisi lain yang tak kalah menariknya adalah kerja sama tim, suasana kelas kompak dan semangat dari masing-masing peserta dalam menuntaskan
Majalah Unesa
Fortbildung. Tentu hal ini menjadikan kegiatan yang berlangsung kurang lebih dua minggu patut diacungi jempol. Dua puluh pengajar Bahasa Jerman yang berasal dari daerah yang berbeda latar belakang, budaya berbaur menjadi satu dalam dan diklat kali ini. Saling bertukar info budaya, diskusi tentang pengajaran Bahasa Jerman, juga problematik pembelajaran yang ditemui menjadi agenda di sela rehat kegiatan. Tentu saja ini pengalaman ‘lain’ yang melengkapi kebersamaan kami dalam kegiatan yang sangat bermanfaat ini. Dan pada akhirnya berharap kegiatan ini masih berlanjut dalam Fortbidung berikutnya dalam bingkaian peningkatan kemampuan Bahasa Jerman dengan materi-materi lainnya. n (DWI IMAROATU/DOSEN FBS UNESA)
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
33
CATATAN LINTAS
ADMINISTRASI DAN SUBSTANSI OLEH MUCHLAS SAMANI
T
iga kali berdiskusi dengan para guru yang sedang mengikuti PLPG, hampir semua mengatakan pekerjaan guru di luar mengajar cukup banyak dan konon menyita waktu. Apalagi di SD yang pada umumnya tidak memiliki pegawai tata usaha, sehingga pekerjaan administrasi ditangani oleh guru. Pekerjaan administrasi itu ada yang terkait dengan kegiatan mengajar, misalnya menyusun RPP, mengoreksi pekerjaan siswa, membuat alat peraga, dan juga pekerjaan lain, misalnya membantu menangani dapodik, mengadminsitrasikan BOS dan sebagainya. Sayang sekali, ketika saya minta membuat rincian berapa jam per minggu kegiatan administrasi seperti itu, tidak satupun guru yang dapat menunjukkan. Rincian seperti itu penting untuk bahan pertimbangan apakah memang waktu guru di sekolah disita untuk pekerjaan administratif, sehingga mengganggu tugas utamanya yaitu mengajar. Sebagaimana diketahui bahwa jam wajib mengajar guru itu 24 jam pelajaran/minggu (satu jam pelajaran sekitar 45 menit), atau sekitar 18 jam a. 60 menit. Jika dikaitkan dengan jam kerja PNS 36 jam/minggu, maka siswa 18 jam bagi guru itu disiapkan untuk persiapan mengajar dan hal lain yang terkait dengan mengajar, misalnya mempelajari materi ajar dan yang tekait dengan itu, menyusun RPP, mengoreksi pekerjaan siswa, melaksanakan PTK dan sebagainya. Saya tidak ingin membahas tentang kuwajiban mengajar dan rentetannya,
34
Saya tidak ingin membahas tentang kuwajiban mengajar dan rentetannya, tetapi saya ingin mendiskusikan bagaimana kaitan antara pekerjaan substansial dan adiministrasi. tetapi saya ingin mendiskusikan bagaimana kaitan antara pekerjaan substansial dan adiministrasi. Tentu semua faham bahwa yang substansi itulah yang penting, sedangkan adiministrasi adalah pendukungnya. Bukan sebaliknya, adminsitrasi yang diutamakan, sedangkan yang substansi menjadi nomor dua. Namun tetap harus diperhatikan bahwa administasi dapat menjadikan pekerjaan yang substansial itu menjadi lebih rapi dan sistematik. Apakah sih tugas pokok guru? Tentu tugas itulah yang menjadi tugas substansialnya. Lantas apa indikator bahwa guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik? Mungkin secara sederhana, kedua pertanyaan tersebut dapat dijawab bahwa guru dikatakan berhasil dalam tugasnya jika siswa yang diajar menguasai kompetensi yang diajarkan. Atau secara lebih rinci dapat disebutkan, jika siswa dapat menggunakan apa yang dipelajari (tergantung bidang studi atau matapelajarannya) untuk memecahkan masalah yang dihadapi
| Nomor: 111 Tahun XVIII - November 2017 |
Majalah Unesa
secara kreatif. Jika logika itu yang digunakan, maka tugas pokok guru adalah mendampingi siswa mempelajari materi tertentu, kemudian menggunakannya untuk memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi secara kreatif. Tentu saja, dalam memecahkan masalah tersebut harus memperhatikan norma kehidupan yang berlaku, berkomunikasi dan bekerjsama secara efektif dengan pihak terkait. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik, perlu dipersiapkan dengan cermat, dibuat skenario yang efektif, diantisipasi kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diinginkan, diukur hasilnya (kompetensi yang dicapai siswa) dan bahkan dirancang bagaimana skenario jika siswa belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Nah, rancangan inilah yang kemudian menjadi pekerjaan administrasi untuk mendukung pekerjaan substansialnya. Apakah pekerjaan administrasi yang lain tidak boleh dikerjakan? Bukankah guru tidak boleh mengerjakan administrasi BOS, administrasi yang terkait dengan Dapodik, dan sebagainya? Tentu boleh. Namun, dengan menggunakan logika beragama, maka tugas substansial dan administrasi pendukung merupakan tugas wajib, sedangkan tugas lainnya (administrasi BOS dsb) adalah tugas sunah. Artinya, tugas wajib itu harus dikerjakan lebih dahulu, baru jika masih ada waktu dan enersi mengerjakan tugas yang sunah. n *http://muchlassamani.blogspot.co.id