WARNA REDAKSI
K
ampus sebagai penggembleng para cendikia sangat diharapkan mampu memberi perubahan positif bagi pembangunan bangsa. Bahkan, kampus selalu diidiomkan sebagai pusat intelektualitas yang semuanya lahir dan dijalankan secara pemikiran jernih sekaligus rasional. Akan tetapi, belakangan ini kampus disalahgunakan oleh sedikit oknum untuk memerdekakan dirinya sebagai sesuatu yang berseberangan dengan ideoligi bangsa, yakni Pancasila dalam NKRI. Ekstrimnya radikalisme mencoba bangkit di kampuskampus. Dan, itu harus kita berantas bersama. Menurut Prof. Dr. Warsono, M.S, radikalisme berawal dari suatu pemikiran yang radikal, yaitu pemikiran yang mendalam, mendasar, dan menyeluruh. Filsafat merupakan salah satu contoh berpikir yang radikal. Filsafat sebagai suatu pemikiran yang radikal sebenarnya tidak
bermasalah, karena berusaha untuk mencari kebenaran yang hakiki. Namun, seringkali hasil pemikiran (filsafat) tersebut kemudian dijadikan pandangan hidup karena diyakini kebenarannya dan dijadikan pedoman sikap dan tindakan.
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Gerakan yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia dengan mengganti dasar negara dan sikap intoleransi tentu harus dilawan, karena bisa menimbulkan ancaman terhadap NKRI. Sejak awal, bangsa Indonesia melalui para pendiri negara telah sepakat bahwa negara yang kita bangun adalah negara yang berdasarkan Pancasila. Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara ini bukannya tanpa pertimbangan dan alasan yang mendalam. Semoga warga kampus, khususnya di Unesa mampu terhindar dari adanya paham radikalisme dan selalu bisa mempertahankan kesaktian Pancasila, sekaligus mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa.. Selamat membaca. n
SELAMATKAN
KAMPUS DARI RADIKALISME Pada gilirannya, pandangan hidup bisa menjadi ideologi (isme), jika sudah dinormatifkan dan diperjuangkan, seperti komunisme. Dalam konteks yang dibicarakan saat ini, radikalisme bukan lagi sekadar pemikiran, tetapi sudah menjadi ideologi, karena sudah ada perjuangan untuk mewujudkan melalui suatu tindakan. Kewaspadaan dan upaya untuk menangkal gerakan radikalisme saat ini bisa dimaklumi, karena gerakan tersebut sudah mengancam
Majalah Unesa
ARM
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
3
DAFTAR RUBRIK
18
FOTO: DOK/ISTIMEWA
EDISI JUNI 2 01 8
Edisi Ini
22
05
KABAR PKM
MENANGKAL RADIKALISME DI KAMPUS
MAHASISWA FMIPA UNESA MENCIPTAKAN ENERGI ALTERNATIF BERUPA AKIBATUK, YAKNI AKI BERBAHAN BAKU TUAK.
24 12
MAHASISWA UNESA IKUTI VOLOUENTEER INTERNASIONAL
DAVID, SANG AKADEMISI DAN COACH SEPAK BOLA
Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 118 Tahun XIX - Juni 2018 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor), Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bidang I), Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bidang II), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (WR Bidang III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (WR Bidang IV) PENANGGUNG JAWAB: Dra. Ec. Ratih Pudjiastuti, M.Si (Kepala BAAK) PEMIMPIN REDAKSI: Dra. Titin Sumarti, M.Pd (Kabag. Kerja Sama dan Humas) REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Syaiful R REPORTER: Wahyu Utomo, Syaiful H, Inayah, Suryo Waskito, Emir Musa, Mira Carera, Nely Eka, Tarida, M. Rizki, Titan, Hasna, Intan, Jumad, Fibrina, Intan, Royyan. FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, M. Wahyu Utomo, DESAIN/ LAYOUT: Abdur Rohman, Basyir Aidi ADMINISTRASI: Roni, ST. (Kasubbag. Humas), Supi’ah, S.E. DISTRIBUSI: Lusia Patria, S.Sos, Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung Rektorat Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya
4
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
LAPORAN UTAMA
RADIKALISME DI KAMPUS KINI JADI PERHATIAN PASCA DETASEMEN KHUSUS 88 ANTITEROR MENANGKAP TIGA TERDUGA TERORIS DI UNIVERSITAS RIAU PADA 2 JUNI 2018 LALU. YANG MENGEJUTKAN, DARI HASIL PENGGELADAHAN, POLISI MENEMUKAN DUA BOM PIPA YANG SIAP DILEDAKKAN DENGAN SASARAN GEDUNG DPRD RIAU DAN DPR RI. Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
5
LAPORAN
UTAMA Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak.
M
enyusul maraknya temuan radikalisme di kampus, pemerintah melalui Kemenristekdikti akan melakukan monitoring kepada para dosen dan mahasiswa. Salah satu pengawasan yang akan dilakukan, yaitu dengan mendata nomor telepon seluler dan akun media sosial milik dosen dan mahasiswa. Tujuannya, agar mengetahui lalu lintas komunikasi mereka itu seperti apa dan dengan siapa. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, pendataan bukan bermaksud untuk merenggut hak privasi dosen, mahasiswa, dan semua sivitas kampus. Hal itu dilakukan sebagai upaya mewujudkan kampus yang steril, bersih, dan aman dari segala bentuk paham radikal. Nasir mengakui, saat ini masih banyak kampus yang telah terpapar paham radikal, tetapi belum terdeteksi. Apalagi, paham radikal mulai tumbuh di ranah kampus sejak 1983 ketika dibentuknya Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK BKK). Meski
6
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
demikian, untuk menangkal radikalisme di kampus, Nasir memastikan tidak akan melakukan cara yang sama seperti halnya NKK BKK. Sebab, jika dihidupkan kembali, kampus berpotensi kembali menjadi wahana politik. Nasir mengimbau kepada semua rektor perguruan tinggi untuk memperhatikan hubungan antara sivitas kampus dan alumni. Kendati belum ada regulasi khusus yang mengatur hal tersebut, hubungan alumni yang datang ke kampus merupakan tanggung jawab rektor. Sepakat Tangkal Paham Radikalisme di Kampus Forum Rektor Indonesia dalam rapat koordinasi (rakor) yang digelar di Kantor Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta sempat disinggung mengenai paham radikalisme di lingkungan kampus. Dalam forum tersebut, pihak universitas sepakat membangun komunikasi langsung dengan BIN dan BNPT untuk melakukan pencegahan tersebut. Ketua Forum Rektor Indonesia, Dwia Aries Tina mengatakan sudah ada kesepamahaman untuk menangkal radikalisme di kampus. Salah
Majalah Unesa
satunya, dengan membangun model komunikasi langsung antara perguruan tinggi dengan BNPT sehingga informasi-informasi didapat langsung dari BNPT. Dwia melanjutkan, pihak universitas mempersilakan lembaga pencegah terorisme masuk ke lingkungan kampus untuk memberikan pengarahan bagi para mahasiswa. Namun, tetap perlu persetujuan dari pihak kampus terutama rektor. Sementara itu, Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan pencegahan dan penanggulangan radikalisme di lingkungan kampus akan dilakukan oleh pihak universitas sendiri. Pihaknya akan mengawal proses itu. “Tindakan pencegahan dilakukan) dari kampus dong. Kita cuma membenahi, mem-back up semuanya. Dari deputi pencegahan saya dan deputi penindakan BNPT itu membantu memberikan bagaimana mereduksi nilai-nilai itu. Jadi konseling lah,� kata Suhardi di lokasi yang sama. Suhardi menjelaskan kehadiran BNPT dalam pencegahan radikalisme berdasarkan permintaan dari pihak perguruan tinggi itu sendiri. “Nanti pokoknya kita (berdasarkan) permintaan rektor,� ujarnya.
LAPORAN UTAMA
TAK MASUK PENGAWASAN BNPT, UNESA TETAP WASPADA DI Jawa Timur, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memberi perhatian khusus terhadap tiga kampus tenama yang terindikasi terpapar paham radikalisme. Ketiga kampus tersebut yaitu Universitas Brawijaya Malang (UB), Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Ins titut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Kendati baru sebatas isu, namun isu tentang ketiga kampus tersebut tengah diawasi oleh BNPT berhembus kuat di masyarakat. Bagaimana dengan Unesa? Meski tidak termasuk tiga kampus yang mendapat pengawasan dari BNPT, namun Unesa tetaplah harus waspada. Sebab, tidak menutup kemungkinan paparan radikalisme juga mulai ada. Rektor Unesa, Prof. Warsono mengaku tidak memungkiri adanya fenomena paham radikalisme dan terorisme di tengah sivitas akademika. Menurut Warsono, para rektor saat ini mendapat tugas ekstra untuk mengawasi gerakan dan menangkal radikalisme di kampusnya masingmasing. Bahkan, rektor terancam diberhentikan jika tidak mampu menjaga kampusnya dari radikalisme. Menurut Warsono, radikalisme berawal dari suatu pemikiran yang radikal, yaitu pemikiran yang mendalam, mendasar, dan menyeluruh. Jika pemikiran tersebut dijadikan pedoman sikap dan tindakan, pandangan hidup bisa menjadi ideologi (isme), jika sudah dinormatifkan dan diperjuangkan akan menjadi sebuah gerakan yang berbahaya.
TANGKAL: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S bersama Gubernur Jawa Timur, Dr. Soekarwo dalam acara Forum Rektor.
REKTOR UNESA, PROF. WARSONO MENGAKU TIDAK MEMUNGKIRI ADANYA FENOMENA PAHAM RADIKALISME DAN TERORISME DI TENGAH CIVITAS AKADEMIKA. WARSONO SANGAT SETUJU BAHWA GERAKAN RADIKALISME HARUS DITANGKAL, APALAGI DI KAMPUS SEBAGAI CANDRADIMUKA SEBUAH PENDIDIKAN. Warsono sangat setuju bahwa gerakan radikalisme harus ditangkal, apalagi di kampus sebagai candradimuka sebuah pendidikan. Menurut Warsono, gerakan tersebut sudah mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. “Gerakan yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia dengan mengganti dasar negara dan sikap intoleransi tentu harus dilawan, karena bisa menimbulkan ancaman terhadap NKRI,” paparnya. Sejak awal, lanjut Warsono, bangsa Indonesia melalui para pendiri negara telah sepakat bahwa negara yang dibangun adalah negara yang berdasarkan Pancasila. Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara ini
Majalah Unesa
bukannya tanpa pertimbangan dan alasan yang mendalam. Hal itu didasarkan pada realitas bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai entitas suku, budaya, dan agama sehingga melalui sidang-sidang Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada akhirnya memilih Pancasila sebagai dasar negara. Bahkan, rumusan Pancasila yang tertulis dalam Piagam Jakarta, diubah dengan menghilangkan tujuh suku kata pada sila pertama, dengan mengganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. “Penggantian tersebut dilakukan dengan sadar oleh Wahid Hasyim sebagai tokoh Islam dengan pertimbangan realita masyarakat Indonesia yang majemuk,” tandasnya. n (SIR)
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
7
LAPORAN
UTAMA
PENDAPAT REKTOR DAN WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN
TANGKAL RADIKALISME DENGAN BERPIKIR KRITIS DAN CERDAS
P
rof. Dr. Warsono, M.S selaku Rektor Unesa mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan mahasiswa untuk menangkal radikalisme. Pertama, mahasiswa harus memiliki pemahaman bahwa radikalisme itu Prof. Dr. Warsono, M.S berbahaya bagi diri sendiri dan kehidupan berbangsa bernegara. Hal itu, bisa dilakukan melalui kegiatan kemahasiswaan oleh bidang kemahasiswaan. Seperti melakukan diskusi terkait radikalisme dan melakukan pembinaan agar mahasiswa tidak terlibat dalam organisasi-organisasi yang berpaham radikal. Kedua, bisa diantisipasi dengan melakukan pantauan terhadap gerakan-gerakan mahasiswa yang tidak mengarah ke nasionalisme. Mahasiswa yang tidak memiliki jiwa nasionalisme itu harus diberikan pemahaman. Untuk mengenali indikasi radikalisme, terang guru besar FISH itu, salah satunya bisa dilihat dari pandangannya terkait Pancasila dan NKRI. Jika pendapat mereka kontra, itulah tanda-tanda gejala radikalisme . Untuk menangkal radikalisme, menurut Warsono, upaya yang dilakukan bisa dengan mengajak berdiskusi untuk meluruskan pemikiran-pemikiran yang sudah menyimpang. “Yang harus diluruskan adalah pikiranpikiran yang menyimpang itu,” jelasnya. Rektor berpesan agar mahasiswa Unesa berpikir kritis, cerdas, dan jangan mudah menerima begitu saja ajakan dari siapapun. “Kalau ada orang mengajak diskusi harus kritis bertanya. Jangan pernah tidak bertanya pada statemen orang itu. Mahasiswa harus cerdas, kritis, dan tidak mudah menerima hal-hal yang menyimpang,” pungkas Rektor. Sikapi Informasi di Medsos dengan Bijak Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unesa, Dr. Ketut Prasetyo, M.S mengatakan bahwa cara berpikir radikal itu sebenarnya harus, tapi yang tidak boleh adalah berpikir radikal yang menyimpang. Pemikiran radikal yang menyimpang harus dikaji, tidak
8
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
boleh langsung diikuti. Caranya, menurut Ketut dengan cara mengajak berpikir subjektif dan ilmiah. Hal itu, menjadi salah satu jalan menangkal gerakan atau pemikiran radikalisme di lingkungan mahasiswa. Dikatakan Ketut, pemikiran radikal Dr. Ketut Prasetyo, M.S yang menyimpang, juga termasuk berpikir untuk menutup diri dari kelompok lain. Oleh karena itu, agar terhindar dari radikalisme menyimpang, mahasiswa harus mampu menerima pendapat dan mengakui adanya kelompok lain. Cara lain untuk mencegah radikalisme di kalangan mahasiswa adalah mengembangkan cara berpikir subjektif, rasional, ilmiah. Subjektif maksudnya adalah mahasiswa bisa terbuka dan menerima pendapat orang lain. Cara berpikir ilmiah wajib dikembangkan sebagai salah satu upaya kegiatan mahasiswa di kampus. Sebab, dalam menuntut ilmu, pastinya mahasiswa harus mempunyai pemikiran yang realistis dan ilmiah. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum itu menambahkan, Unesa memiliki banyak organisasi mahasiswa dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Cara UKM dan ormawa di Unesa untuk menangkal pemikiran radikalisme yang menyimpang juga sama seperti yang sudah disebutkan, yaitu mengembangkan pemikiran subjektif, ilmiah, dan rasional. Sebagai mahasiswa yang berpikir subjektif, harus mempunyai pemikiran bahwa UKM ataupun suatu kegiatan ormawa bukan hanya milik satu kelompok tertentu. Artinya, sama-sama bertoleransi antarmahasiswa. Ketut selaku Warek Bidang Kemahasiswaan dan Alumni berharap dan berpesan kepada mahasiswa agar bijak dalam menanggapi informasi di sosial media yang begitu masif. Mahasiswa dituntut mampu menyeleksi dan memanfaatkan informasi dari luar dengan cara berpikir logis dan kritis menanggapi informasi yang berasal dari luar. Sebab, bisa saja informasi yang didapat berasal dari sumber yang tidak jelas. “Mahasiswa harus bisa menyaring dengan sebaikbaiknya informasi yang didapat,” tandasnya. n (SH/FIBRINA)
LAPORAN KHUSUS SIAPA PEMIMPIN UNESA PERIODE 2018 - 2022
PROFIL TIGA KANDIDAT CALON REKTOR UNESA MASA JABATAN KEPEMIMPINAN REKTOR UNESA PERIODE 2014 - 2018 BERAKHIR PADA AGUSTUS INI. SIAPA YANG AKAN MELANJUTKAN MASA BAKTI KEPEMIMPINAN UNESA SELANJUTNYA? SEJAK dibuka pendaftaran Calon Rektor Unesa periode 2018-2022 pada tanggal 16 – 27 April 2018, terjaring 5 Bakal Calon Rektor yang telah menyerahkan berkas pendaftaran. Mereka adalah Prof. Dr. Warsono, M.S, Prof. Dr. H. Nurhasan, M.Kes, Prof. Dr. Suyono, M.Pd, Prof. Dr. Bambang Suprianto, MT dan Dr. Pujiono, SE., MSi., Ak., CA. Dari kelima bakal calon rektor tersebut, setelah melalui tahap verifikasi berkas, penyampaian visi dan misi, rapat
VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA PROF. WARSONO Prof. Dr. Warsono, M.S, yang meru pakan rektor petahana ini meng usung Visi Men jadikan Unesa se bagai Perguruan Tinggi yang Unggul dan Terpercaya untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa. Untuk menun jang visi tersebut, Prof. Warsono merumuskan 5 misi dan 9 program kerja yang akan dilaksanakan jika dipercaya kembali sebagai Rektor Unesa periode 2018-2022. Apa saja misinya? 1. Menghasilkan lulusan yang kom peten, profesional dan memiliki daya saing
senat melalukan pemilihan dan menghasilkan tiga Calon Rektor Unesa dengan perolehan suara terbanyak. Mereka adalah Prof. Dr. Warsono, M.S dari Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum yang mendapatkan 27 suara, Prof. Dr. Nur Hasan, M.Kes dari Fakultas Ilmu Olahraga yang mendapatkan 15 suara dan Prof. Dr. Suyono, M.Pd dari Fakultas MIPA yang mendapat 7 suara. Ketiganya akan dipilih dan ditetapkan langsung oleh Kemenristekdikti. Seperti apa profil dan visi misi ketiga calon rektor Unesa tersebut?
2. Mewujudkan tetakelola yang akun tabel, dan transfaran, dan efisien 3. Membawa Unesa menjadi pergu ruan tinggi yang dikenal ditingkat regional dan internasional 4. Meningkatkan kinerja dan ke sejahteraan aparatur sipil negara di lingkungan Unesa. Sedangkan ke-9 Program Kerjanya adalah: 1. Meningkatkan akreditas Prodi , sehingga 60 persen prodi di Unesa terakreditasi A 2. Meningkatkan jumlah doktor men capai 40 % dan guru besar menca pai 8 % 3. Meningkatan penelitian dan pub likasi ilmiah di jurnal internasional yang terindek scopus 4. Meningkatkan sarana dan prasa rana dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran 5. Meningkatkan tatakelola fakultas dan program studi 6. Mewujudkan Unesa sebagai insti tusi yang bebas korupsi 7. Membangun budaya kerja keras,
Majalah Unesa
kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas 8. Mengembangkan Unit-Unit usaha dalam rangka peningkatan PNBP 9. Meningkatkan jaringan kerjasama di dalam negeri maupun di luar negeri BIODATA 1. Nama (gelar ditulis lengkap) : Prof. Dr. Warsono. , MS. 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Boyolali, 19 Mei 1960 3. Jabatan Fungsional : Guru Besar 4. Pangkat, Golongan : Pembina Utama Muda, Gol. IV/c 5. Pekerjaan : Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum 6. Pendidikan Terakhir : Doktor Ilmu Sosial Unair tahun 2003 7. Pengalaman Manajerial : o Kajur PMPKn Unesa 2002-2006 o Dekan FISH Unesa 2006-2010 o Wakil Rektor III Unesa 2010-2014 o Rektor Unesa 2014-2018 o Ketua II Pengurus Pusat ISPI 20142019
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
9
LAPORAN
KHUSUS
VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA PROF. NURHASAN Prof. Nurhasan meng usung Visi Ma najemen prima pe nyeleng garaan perguru an tinggi dalam rangka menuju Unesa unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan. Untuk menunjang visi tersebut, ia mengusung sembilan misi yakni: 1. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan akademik dan profesi bidang kependidikan yang unggul, kreatif, dan inovatif untuk menghasilkan manusia yang takwa, berahklakul karimah, mandiri, dan cendekia. 2. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi bidang nonkependidikan yang unggul, kreatif, dan inovatif dalam rangka menyongsong revitalisasi industri 4.0 3. Meningkatkan Learning Environment (Lingkungan Akademik) dengan menghidupkan rumpun keahlian di masingmasing fakultas dan unit kerja 4. Meningkatkan kualitas SDM dalam rangka peningkatan layanan akademik dan non akademik, baik melalui degree training maupun non degree training 5. Meningkatkan anggaran penelitian, PKM dan publikasi oleh mahasiswa dan dosen, baik kualitas maupun kuantitasnya 6. Meningkatkan kerjasama bidang akademik dan non akademik dengan instansi dan lembaga dalam negeri dan luar negeri 7. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan perguruan tinggi, baik pengelolaan akademik maupun
10
non akademik 8. Meningkatkan kualitas sarana prasarana dan fasilitas semua unit kerja 9. Merealisasikan kampus berwawasan kewirausahaan (entrepreneural university) menuju perguruan tinggi mandiri dan berdaya saing Selain itu, Prof. Nurhasan juga mengusung 21 Program yang akan diimplementasikan jika kelak terpilih menjadi Rektor Unesa. Programprogram tersebut adalah: 1. Mendorong penerapan kurikulum berbasis KKNI untuk setiap prodi. 2. Meningkatkan kualitas layanan penyelenggaraan pendidikan profesi guru, pascasarjana, strata, dan diploma 3. Mempertahankan akreditasi institusi A dan mendorong akreditasi prodi A mencapai 50%, saat ini akreditas A = 30%; B=60%; C=10% 4. Memperluas kerjasama kredit transfer melalui pembelajaran e-learning dengan perguruan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri 5. Meningkatkan kinerja rumpun keahlian dengan memberi hibah kepada rumpun bidang keahlian 6. Membuka peluang yang lebih besar kepada dosen dan mahasiswa untuk melaksanakan penelitian, PKM, dan publikasi ilmiah dengan meningkatkan anggaran penelitian 7. Membuka peluang dan mencarikan akses seluas luasnya untuk studi lanjut dan pelatihan, baik dalam negeri maupun luar negeri, baik tenaga dosen maupun tenaga kependidikan 8. Meningkatkan kesejahteraan tenaga akademik dan tenaga kependidikan di lingkungan Unesa 9. Mengupayakan kerjasama penyelenggaraan even-even akademik dan non akademik dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pencitraan Unesa 10.Mengupayakan terselesaikannya pembangunan gedung pendidikan dan gedung
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
laboratorium yang belum terselesaikan sampai saat ini. 11.Pemutakhiran laboratorium di fakultas dan unit kerja. 12.Melanjutkan penataan infrastruktur di Kampus Lidah, Kampus Ketintang, Kampus Teratai, Kampus Darma Husada, dan Kampus Gedangan 13.Merevitalisasi pengelolaan Lab School Tingkat SD, SMP dan mendorong berdirinya SMA dan SMK Laboratorium. 14.Mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi dalam pengelolaan perguruan tinggi dan melakukan peningkatan kapasitas akses 15.Mendorong percepatan legalisasi semua aset yang dimiliki Unesa 16.Mendorong percepatan pengembangan Unesa menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTBH) 17. Mendorong tumbuhnya kerjasama dan optimalisasi unit-unit bisnis di Unesa untuk peningkatan PNBP 18. Mendorong tumbuhnya Prodi dan Fakultas baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar. 19.Pengembangan ruang kelas berbasis virtual learning untuk memperkuat fasilitas pembelajaran Daring sesuai dengan pembelajaran abad 21. 20.Pengembangan employability skill lulusan sesuai dengan pengembangan keterampilan abad 21. 21.Secara bertahap akan mengembalikan prodi-prodi program pascasarjana ke fakultas yang sudah siap untuk meningkatkan atmosfer akademik dengan prodi S1 dan akan menjadikan pasca sebagai koordinator program pascasarjana dan perkuliahan lintas disiplin ilmu. BIODATA: 1. Nama (gelar ditulis lengkap) : Prof. Dr.Nurhasan, M,Kes 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya 29 April 1963 3. Alamat Tinggal : Perum Menganti
LAPORAN KHUSUS Satelit Indah F-11 Gresik 4. Jabatan Fungsional : Guru Besar 5. Pekerjaan : Dosen Fakultas Ilmu Olahraga (FIO)Unesa 6. Pendidikan Terakhir : Doktor Ilmu Keolahragaan Unesa tahun 2007 7. Pengalaman Manajerial : o Sekretaris Jurusan Penjaskesrek FIK Unesa (1999-2003) o Pembantu Dekan I FIK Universitas Negeri Surabaya (2003-2007) o Pembantu Rektor II Universitas Negeri Surabaya (2006-2010) o Pembantu Rektor IV Universitas Negeri Surabaya (2010-2014) o Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Unesa (2015 – 2019) o Wakil Direktur PIU IDB seven in one Unesa (2014 – sekarang) o Ketua Forum Dekan Ilmu Keolahragaan Indonesia (2015 – sekarang)
VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA PROF. SUYONO Prof. Dr. Suyono, Dekan FMIPA yang terpilih sebagai kandidat calon rektor Unesa periode
2018-2022 mengusung Visi Menjadikan Unesa lebih Unggul, Kukuh, Besar, dan Berjaya dari yang sekarang melalui Cooperative Working dan Budaya Mutu. Untuk mewujudkan visi tersebut, ia mengusung 5 misi dan berbagai program kerja yang dibagi dalam beberapa bulan. Adapun kelima misi tersebut adalah: 1. Mengimplementasi kepemimpinan kooperatif
dengan komitmen yang tinggi dalam mengawal pencapaian Visi Unesa, maju bersama dengan seluruh warga besar Unesa tanpa pandang bulu (semua adalah teman), good governance yang selamet di depan-selamet di tengah, dan selamet di belakang. 2. Melanjutkan program kerja yang telah dirancang dan dikerjakan oleh pimpinan Unesa sebelumnya dengan meratifikasi pesan mutu yang diformulasikan dalam format Plan, Do, Check, and Action (PDCA), sembari melakukan penyelarasan sistem Tata Kelola. 3. Menjalankan kebijakan akademik (tridarma PT) yang direkomendasikan oleh Senat Akademik Unesa dan kebijakan non akademik, serta pengelolaan Unesa yang saling be-resultante mengarah kepada capaian Universitas (CU) sesuai Kontrak Kinerja Rektor pada Menrestekdikti (KKRM-1, Unesa sebagai PTN) dan Kontrak Kinerja Rektor pada Menkeu (KKRM-2, Unesa sebagai BLU) bersama seluruh warga Unesa. 4. Mengembangkan dan mengimplementasikan PDCA untuk menggapai CU sesuai KKRM-1 dan KKRM-2 yang selaras dengan tujuan Unesa (sebagaimana dimuat dalam statuta Unesa pasal 27) untuk menuju Unesa yang lebih unggul, lebih kukuh, lebih besar, dan lebih berjaya. 5. Meng-immers-kan (membenamkan) diri untuk membangun network dengan awalan identifikasi dan formulasi keunggulan-keunggulan yang sudah ada di fakultas-fakultas, lembaga, dan unit-unit lain dan menjadikannya best practices yang saling diimbaskan di internal Unesa dan ditawarkan ke lembaga lain baik di level nasional, regional, mau pun internasional melalui paradigma kerja sama. Membangun kemitraan dengan stakeholder menjadi prioritas.
Majalah Unesa
Adapun program kerja yang akan dilaksanakan jika terpilih menjadi Rektor Unesa Periode 2018-2022 adalah: Dua Bulan Pertama 1. Karena jabatan Rektor pada periode ini tidak berangkat dari titik nol, maka harus segera mengkaji P & D nya kepemimpinan yang lalu. Pada 2 (dua) bulan pertama setelah membentuk taskforce yang kuat segera dilakukan C & A agar tidak lepas (membias) dari CU. 2. Hasil yang diperoleh dari Check atas P & D itu diklasifikasi menjadi: perencanaan yang tidak dapat dikerjakan karena salah perencanaan (PD-1), perencanaan yang dapat dikerjakan tetapi tidak memenuhi target waktu, volume, maupun kualitas (PD-2), perencanaan yang dapat dilakukan sesuai target waktu, volume, maupun kualitas dan harus dipertahankan dan ditingkatkan (PD-3), dan perencanaan yang dapat dilaksanakan sesuai target waktu, volume, maupun kualitas dan ngedap-ngedapi/excellency (PD-4). Taskforce diminta segera memformulasikan Action melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pimpinan (Universitas, Fakultas, Lembaga), para ketua komisi Senat Universitas, para Guru Besar, dan para pihak yang memiliki kompetensi sesuai permasalahan yang akan dipecahkan (PD-1 dan PD-2) tanpa pandang bulu siapa orangnya (paradigma kooperatif ). Rumusan solusi (action, operasional berbasis data, tidak normatif semata) disertai risiko yang mungkin terjadi dan tindakan penanggulangan yang akan dilakukan. 3. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) yang dihadiri oleh Senat Akademik, Pimpinan (Universitas, Fakultas, Lembaga), Direktur Pascasarjana, Kepala Biro, Tim PPM (Pusat Penjaminan Mutu) Universitas, Tim RBA Universitas,
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
11
LAPORAN
KHUSUS
taskforce, dan pihak lain yang dinilai akan mengkontribusi pemikiran yang bermutu. RTM akan menghasilkan koreksi dan bahan revisi RBA yang hasilnya adalah pencapaian CU pada level excellent. Delapan Bulan Berikutnya 1. Memimpin dan mengelola kegiatan-kegiatan perbaikan sistem tata kelola universitas yang belum selaras dengan OTK dan Statuta Unesa yang berlaku saat ini. Setelah dilakukan perbaikan dan penyelarasan setiap organ Unesa, masing-masing diminta merumuskan Peta Proses Bisnis dan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai standar ISO 9001:2015. 2. Memimpin dan mengelola kegiatan-kegiatan di tingkat universitas sesuai Peta Proses Bisnis Unesa (Proses Manajemen, Proses Inti, dan Proses Pendukung) dengan mendasarkan kepada Statuta Unesa (Permen Ristekdikti No. 17/2017) yang dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM (dosen & tendik) dan sarpras. 3. Memimpin dan mengelola kegiatan-kegiatan di tingkat universitas untuk melaksanakan misi Rektor yang telah dirumuskan bersama para wakil rektor. 4. Memimpin dan mengelola Rapat Khusus yang menghadirkan para Ketua Komisi Senat Akademik, Pimpinan (Universitas, Fakultas, Lembaga), Direktur Pascasarjana, Kepala Biro, Tim PPM (Pusat Penjaminan Mutu) Universitas, taskforce Universitas, dan pihak lain yang dinilai akan mengkontribusi pemikiran bermutu. Rapat Khusus ini merespon masukan dari auditor BPK (2018), assesor APT (2018), dan masukan dari para pihak untuk diformulasi menjadi masukan yang akan ditindak-lanjuti dalam upaya meningkatkan kualitas Unesa. 5. Memimpin dan me-manage kegiatan-kegiatan di tingkat
12
universitas dalam upaya penciptaan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). 6. Memimpin dan mengelola rapim terbatas dalam rangka melakukan monev sesuai Peta Proses Universitas, menerima laporan dari para Wakil Rektor, Ketua LP3M, Ketua LPPM, Direktur Pascasarjana, dan Kepala Biro sesuai kontrak kinerja masingmasing (on going) sesuai paradigma PDCA agar target CU terkawal setiap saat dan terukur hasilnya. 7. Memimpin dan mengelola rapim lengkap dalam rangka melakukan monev sesuai Peta Proses Universitas, menerima laporan hasil monev sesuai Peta Proses Fakultas, Lembaga, Pascasarjana, Biro, dan unit-unit lain, menerima masukan dari bawah, menyampaikan kebijakan dari organ yang lebih tinggi. 8. Mendengar dan merespon aspirasi mahasiswa sebagai salah satu civitas akademika dan/atau customer Unesa, juga alumni dengan target akhir layanan prima (ramah, benar, cepat, terbuka, transparan, responsif, dan bertanggung-jawab) baik akademik maupun non akademik untuk menghasilkan lulusan yang mampu menjawab tantangan kehidupan sosial masa depan. 9. RTM yang dihadiri oleh Senat Akademik, Pimpinan (Universitas, Fakultas, Lembaga), Direktur Pascasarjana, Kepala Biro, Tim Pusat Penjaminan Mutu (PPM) Universitas, Tim RBA Universitas, taskforce, dan pihak lain yang dinilai akan mengkontribusi pemikiran yang bermutu. RTM akan menghasilkan dokumen evaluasi diri Unesa setelah 10 bulan berjalan. Dua Bulan Terakhir di Tahun Berjalan 1. Menindak-lanjuti laporan hasil pengawasan yang diberikan senat di bidang akademik (sesuai Statuta pasal 30 ayat 3), laporan yang
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
diberikan SPI (sesuai Statuta pasal 37 ayat 3), dan saran/pendapat dari Dewan Pertimbangan mengenai kebijakan rektor di bidang non akademik (sesuai Statuta Pasal 39 ayat 2.b). 2. Mengevaluasi CU berbasis indikator KKRM-1 dan indikator KKRM-2 3. Mengevaluasi kinerja para Dekan, Ketua Lembaga, Direktur Pascasarjana, dan unit-unit lain berdasar kontrak kinerja yang pernah ditanda-tangani. 4. Bersama team work mencermati LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah) dan merumuskan tindakan penanggulangan jika ditemukan resiko-resiko yang berhubungan dengan serapan anggaran Unesa. Biodata: 1. Nama (gelar ditulis lengkap) : Prof. Dr. Suyono, M.Pd 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Jombang, 20 Juni 1960 3. Alamat Tinggal: Wisma Lidah Kulon Blok xi-24 Surabaya 4. Jabatan Fungsional : Guru Besar 5. Pekerjaan : Dosen FMIPA Unesa 6. Pendidikan Terakhir : Doktor Matematika dan Sains Unair (lulus 2002) 7. Pengalaman Manajerial : o Kepala Pusat P2IPTEKS Lemlit Unesa (2002-2008) o Sekretaris Lemlit Unesa (2008– 2012) o Dekan FMIPA Unesa Periode I (2011-2015) o Dekan FMIPA Unesa Periode II (2015-2019) o Konsultan Pendidikan SMA Trensains Tebuireng Jombang (2014 – sekarang) o Anggota Dewan Pertimbangan Adiwiyata KLHK (2014-sekarang)
KABAR
PRESTASI
RELAWAN: Dua mahasiswa Unesa saat mengikuti kegiatan volouenteer internasional.
KIPRAH MAHASISWA MANDARIN UNESA IKUTI VOLOUNTEER INTERNASIONAL
BANGGA BISA BANTU SAUDARA SEBANGSA DI PERANTAUAN LAILI HARI LESTARI, MAHASISWI JURUSAN BAHASA DAN SASTRA MANDARIN ANGKATAN 2013 MENGIKUTI PROGRAM VOLOUNTEER PENGABDIAN INTERNASIONAL. PROGRAM YANG DISELENGGARAKAN LSM YOGYAKARTA FRIENDSHIP SOCIETY ITU DIADAKAN SELAMA 6 HARI PADA 14 – 19 JANUARI 2018 DENGAN PEMBAGIAN 3 HARI DI MALAYSIA DAN 3 HARI DI SINGAPURA. LAILI BERSAMA PESERTA VOLOUNTEER LAIN SAAT DI SINGAPURA MENGINAP DI BUONA VISTA ROAD, SEDANGKAN SAAT DI MALAYSIA KE SOMALI DAN KE KLANG.
P
erjalanan Laili diawali dengan pemberangkatan ke negara pertama yaitu Singapura. Selama tiga hari di Singapura, Laili bersama peserta volounteer lain melakukan food sharing, yaitu meminta bantuan makanan layak untuk dibagikan ke masyarakat Singapura yang membutuhkan. Salah satu pasar di Singapura yang didatangi adalah pasar khusus untuk
orang China. Masyarakat di daerah pasar tersebut sangat terbuka. Sejak awal, mereka memang sudah tahu bahwa kita bekerja sama dengan foodbank. Foodbank merupakan organisasi kepedulian masyarakat di negara Singapura. Dari Singapura, perjalanan dilanjutkan ke Malaysia. Di sana, Laili benar-benar mengajar anak-anak TKI. Anak-anak TKI yang berada di Malaysia merupakan anak-anak yang dibawa
Majalah Unesa
oleh orang tuanya sejak kecil dan hidup di negara Malaysia. Menurut Lalili, kondisi sekolah di sana benarbenar memprihatinkan. Satu kelas dibagi menjadi 2 kelas yang berbeda. Di dalam satu kelas, berisi bermacammacam usia. Ada yang berusia 7 tahun, 12 tahun dan bahkan 23 tahun. Tenaga pengajarnyapun hanya ada tiga orang. Itu pun hanya dikirim dari berbagai daerah di Indonesia untuk membantu sekolah tersebut.
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
13
Kabar
PRESTASI
PENDAMPINGAN: Melakukan pendampingan kepada anak-anak TKI.
Tidak hanya mengajar anakanak TKI, Laili juga mengajar para pengungsi yang berasal dari negara Somalia. Penduduk Somalia telah mengungsi hampir 3 tahun di sana. Ada beberapa divisi dalam bertugas mengajar anak-anak di Malaysia. Ada divisi bahasa Inggris, budaya Indonesia dan budaya bersih sehat. Laili mendapat divisi di budaya bersih sehat. Di sana, ia mengajarkan cara menjaga kesehatan dan kebersihan dalam kehidupan sehari-hari. Berawal dari Coba-coba Laili mengaku mengikuti program volounteer tersebut awalnya hanya coba-coba. Sekitar Oktober 2017 lalu, Laili melihat-lihat isi browser. Kemudian, secara tidak sengaja ia menemukan tulisan tentang adanya kegiatan. Dari brosur yang ditampilkan, Laili jadi tertarik
14
menelusuri lebih lanjut kegiatan tersebut. Ia pun langsung meng-klik tombol ‘submit’. Proses penerimaan program ini tidak tes wawancara. Laili hanya mengisi beberapa pertanyaan, identitas, email kemudian membuat semacam esai. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan cita-cita Lili untuk Indonesia, dan yang diinginkan Laili untuk Indonesia. Setelah mendaftarkan diri dan mengisi beberapa pertanyaan, beberapa hari kemudian Laili mendapat email balasan. Email tersebut menyatakan bahwa Laili diterima untuk menjadi volounteer dalam program tersebut. Email yang berisi bahwa Laili langsung mendapat LOA (Letter of Acceptance), kemudian ia tanyakan kepada pihak penyelenggara program
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
mengenai seleksi wawancara. Pihak penyelenggara mengatakan bahwa tidak ada seleksi wawancara. Di pemberangkatan sebelumnya memang ada tes wawancara. Namun, pada pemberangkatan ketiga, Laili bersama peserta lainnya tidak perlu melakukan tes wawancara. Laili diterima menjadi volounteer saat semester 8, jadi masih dalam proses skripsi. Laili sempat bingung membagi waktu mengerjakan skripsi dengan mengikuti kegiatan tersebut. Namun, Laili bertekad bahwa ia harus bisa mengerjakan keduanya. Sejak awal masuk kuliah, Laili tidak memiliki pengalaman sama sekali di bidang organisasi. Karena itu ia mempunyai prinsip bahwa sebelum ia keluar dari kampus Unesa, ia berasa belum bisa melakukan apapun. Dari situ Laili mencoba untuk mengikuti proram semacam ini.
Motivasi dari Diri Sendiri Mengikuti program tersebut merupakan motivasi dari diri Lili sendiri. Awalnya, orang tuanya tidak tahu jika ia mendaftarkan diri dalam program tersebut. Orang tua Laili baru tahu saat Laili mendapat pengumuman bahwa ia diterima menjadi volounteer ke Singapura dan Malaysia. Laili menceritakan mengenai LOA yang ia terima. Ia menjelaskan kepada orang tuanya bahwa kegiatan tersebut merupakan program pengabdian untuk masyarakat di luar negeri. Dari cerita itu, orang tuanya pun mengizinkan Laili untuk mengikuti program volounteer tersebut. Laili juga meminta izin kepada dosen pembimbing akademiknya (DPA), dan dizinkan. Kemudian, ia pun lanjut untuk meminta izin ke dekan FBS, Prof. Dr. H. Bambang Yulianto, M. Pd. dan dengan senang hati ia mengizinkan Laili untuk mengikuti program pengabdian yang diselenggarakan pihak LSM Yogyakarta tersebut. Dari situ, Laili semakin yakin untuk terus melanjutkan langkahnya. Laili juga mengatakan bahwa ketercapaian salah satu mimpinya itu juga berkat bapak ibu dosen yang mendukung. Dalam mengikuti program ini Laili tidak mendapat pendampingan dari dosen. Namun, ia mendapat arahan dari Larisa, salah satu volounteer yang mewakili Unesa. Mereka lantas berdiskusi bersama. Pihak universitas sangat mendukung mahasiswa yang mengikuti kegiatan semacam itu. Hambatan yang dirasakan oleh Laili yaitu dari segi kendaraan karena ditempuh melalui jalur darat. Kesan yang didapat selama menjadi volounteer di kedua negara yaitu bahwa ia mendapatkan keluarga baru dari berbagai daerah, karena peserta yang mengikuti program ini juga banyak dari mahasiswa universitas lain seperti UGM, UNDIP, UI, dan hampir semua universitas di Indonesia. Total peserta berjumlah 50 mahasiswa dari berbagai universitas. “Kita memang berbeda almamater atau berbeda kampus, tapi di sini kita
KABAR PRESTASI
“
Kita memang berbeda almamater atau berbeda kampus, tapi di sini kita satu tujuan, yaitu membantu adik-adik atau saudara kita yang ada di sana.�
satu tujuan, yaitu membantu adikadik atau saudara kita yang ada di sana,� ujar Laili. Laili berharap adik-adik atau teman-teman lainnya bisa ikut program pengabidian seperti itu. Jadi, tidak hanya sekadar berorganisasi tetapi harus berwawasan luas. Apalagi, di ujung sana masih ada yang membutuhkan bantuan. Walaupun menyampaikan 1 ayat pun sangat berarti bagi mereka. Laili juga menceritakan kondisi sekolah di sana. Sekitar tahun 2002 didirikan sekolah. Awalnya tidak disetujui oleh pemerintah Malaysia. Beberapa tahun kemudian, sekolah itu mendapat legalitas. Pihak sekolah sempat meminta bantuan buku ke Indonesia, tetapi proses kedatangannya sangat lama dan bahkan tidak sampai pada tujuan. Pihak sekolah sempat berputus
asa. Pernah suatu kejadian juga. Sekolah itu diganggu oleh penduduk Malaysia yang tidak suka berdirinya sekolah itu. Mirisnya lagi, di sini kita bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan bebas, tetapi di sana harus diam-diam. Jangan sampai mengganggu orang Malaysia, karena apabila sampai mengganggu mereka akan dimasukkan ke dalam penjara dengan denda sebesar 15 ribu ringgit yang bila dirupiahkan sekitar 45 juta rupiah. Laili masih sangat ingat saat hendak pulang, para murid sekolah itu menanyakan apakah akan kembali lagi. Mereka sangat berharap Laili bersama peserta volounteer lainnya untuk tidak kembali ke negara Indonesia, karena mereka benar-benar membutuhkan tenaga pengajar. Ia sangat berharap untuk bisa melakukan kegiatan seperti ini lagi di Indonesia ataupun bisa berkontribusi di luar. Laili juga mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya karena berkat usaha dan doa mereka Laili bisa menggapai salah satu impiannya untuk bisa berbagi dengan adik-adiknya yang berada di luar negeri. Juga kepada bapak ibu dosen pendidikan Bahasa dan sastra Mandarin, khususnya dan teman-temaa yang ikut mendukung kegiatan tersebut. ď Ž (IC/FBR)
MENYENANGKAN: Suasana menyenangkan belajar bersama dengan anak-anak TKI.
Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
15
KIPRAH DOSEN
DAVID AGUS PRIANTO, M.PD,
AKADEMISI UNESA YANG JUGA COACH SEPAK BOLA KEMAJUAN INSTITUSI TEMPAT MENGABDI MERUPAKAN SUATU KEBANGGAAN TERSENDIRI, TERUTAMA JIKA DALAM KEMAJUAN ITU TURUT ANDIL DI DALAMNYA. SECARA TIDAK LANGSUNG EKSISTENSI DIRI PUN MENJADI TERANGKAT. DENGAN DEMIKIAN, KUALITAS DIRI DAN INSTANSI PUN MENJADI DIAKUI DI MASYARAKAT. BEGITULAH YANG DIRASAKAN DAVID AGUS PRIANTO, DOSEN FAKULTAS ILMU OLAHRAGA YANG BERKIPRAH DI DUNIA KEPELATIHAN SEPAK BOLA.
D
avid Agus Prianto, selain menjadi dosen, juga dipercaya menjadi pelatih kepala tim Persesa Sampang pada Liga 3 Nasional. Sebelum menjadi seorang pelatih, David aktif tergabung dalam beberapa tim seperti PSIL Junior, PSIL Remaja, Perseden Denpasar, Persewangi Banyuwangi, PSIR Rembang, bahkan sempat tergabung dalam internal Persebaya saat masih aktif duduk di bangku kuliah. Tidak hanya sekadar tergabung dalam tim, David ikut andil membawa timnya menjadi pemenang, seperti ketika dia tergabung dalam tim PSIL Remaja yang meraih juara 1 tingkat regional, bahkan dia membawa tim Jawa Timur menjadi juara 1 dan maju di tingkat ASEAN tahun 2015. Sebelum menjadi pelatih, David merupakan pengelola Real Madrid Foundation (sekarang Soccer Academy) di Sidoarjo bersama Dr. Imam Syafii, M.Kes (dosen senior sepak bola di Jurusan Kepelatihan Olahraga, FIO Unesa). Kiprahnya sebagai pelatih dimulai kala menjadi asisten pelatih kepala sejak masih
16
muda. Sebelum menjadi kepala pelatih Persesa Sampang di liga 3, David sempat dua kali menjadi asisten kepala pelatih antara lain, menjadi asisten pelatih kepala pelatih Ahsan Nawawi saat Timnas Pra Piala Asia Laga Fc di SCB (sekelas liga 2) dan pada tahun 2017 menjadi asisten kepala pelatih Mamak Al Hadad di Persida Sidoarjo dalam liga 2. Selama menjadi asisten pelatih, David belum sempat mencetak juara. Namun dua hal yang paling bagus yang dimiliki adalah rasa optimis dan terus berupaya memperjuangkan. Ia berharap semoga setelah menjadi pelatih kepala, saya bisa membawa Persesa menjadi juara, sehingga bisa mematahkan anggapan bahwa pelatih dari akademisi juga bisa mengalahkan pelatih dari mantan atlet, Selain ingin membawa timnya juara, dia juga ingin memberikan pembuktian. Tujuannya adalah agar mahasiswa kelak (lulusan FIO Unesa) bisa bersaing dan siap menghadapi dunia kepelatihan. Tidak berhenti di situ, David pun memanfaatkan
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
posisinya sekaligus memberikan pembelajaran dan pengalaman bagi mahasiswanya (yang sedang PKL) untuk bisa belajar dari pengalamannya, sehingga kelak ketika sudah lulus mampu dan siap menghadapi tantangan dunia luar. David juga aktif mencari koneksi untuk mengirimkan mahasiswanya saat PKL, sehingga mereka tidak kalah bersaing di dunia luar karena pengalaman sudah memiliki pengalaman di dunia kepelatihan. “Gak perlu cari uang dulu, cari pengalaman dulu, sehingga tidak menutup kemungkinan klubklub lain nanti berani memanggil mereka dan mereka siap dan berani mengambil tawaran.� David yakin kiprahnya sebagai pelatih sangat berdampak pada mahasiswanya kelak, karena mahasiswanya secara langsung diajak ke lapangan untuk memperoleh pengalaman nyata Diharapkan dari hal tersebut dunia sepak bola akan menjadi rumah bagi lulusan FIO Unesa, sehingga lulusan Unesa akan semakin diakui masyarakat. n (AYU/LUS)
KIPRAH DOSEN
BIODATA SINGKAT NAMA LENGKAP: David Agus Prianto,M.Pd. KEAHLIAN: Coach sepak bola PEKERJAAN: Dosen Prodi Pendidikan Kepelatihan, FIO Unesa KIPRAH DI LUAR KAMPUS: • Coach Persesa Sampang dalam liga 3 • Pengelola Real Madrid Foundation (sekarang Soccer Academy) • Asisten kepala pelatih Ahsan Nawawi saat Timnas Pra Piala Asia Laga Fc di SCB (sekelas liga 2), 2017 • Asisten kepala pelatih Mamak Al Hadad di Persida Sidoarjo dalam liga 2
Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
17
LENSA
UNESA
Upacara Hari Lahir Pancasila
U
niversitas Negeri Surabaya menyelenggarakan upacara bendera untuk memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2018 di depan Gedung Rektorat Kampus Lidah. Seluruh sivitas akademika antusias mengikuti jalannya upacara mengusung tema bersatu, berbagi dan berprestasi. Bertindak sebagai Pembina upacara adalah Drs. Tri Wrahatnolo, M.T., M.Pd. Dalam sambutannya sebagai Pembina upacara, Warek Bidang Umum dan Keuangan menuturkan isu radikalisme dan terorisme yang belakangan ini mendera Kota Surabaya menjadi pembelajaran yang kuat bagi seluruh masyarakat untuk mengokohkan ideologi Pancasila dalam bermasyarakat. n (WHY/ TONI)
18
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
LENSA UNESA
Cendekia TVRI di FMIPA
F Cendekia TVRI Dimarakkan FBS
B
anyak yang didapat dari acara Cendekia yang digelar di Joglo Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa pada 22 Mei 2018. Selain dikenal akan keseniannya, ternyata dari bidang kebahasaan pun FBS menyimpan banyak prestasi. Sebut saja BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing), salah satu program yang dimiliki FBS ini memberikan banyak kontribusi bagi mahasiswa asing yang belajar di FBS. Selain BIPA, acara ini juga banyak mengulik keunikan dari FBS. Seperti tarian doya-doya yang ditampilkan oleh mahasiswa Bahasa Jepang, keroncong yang ditampilkan oleh
MIPA menjadi sumber informasi acara Cendekia yang digelar secara live TVRI Jawa Timur pada 6 Juni 2018. Tema yang diusung adalah “Kampus sebagai Wadah Inovasi di Bidang Pendidikan Berbasis Pembelajaran Sains�, Pembicara yang dihadirkan yakni Prof. Dr. Suyono, M.Pd., selaku Dekan FMIPA, Prof. Dr. Madlazim, M.Si., selaku Wakil Dekan BIdang Akademik, Dr. Wasis, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Sarana dan Keuangan, Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, beserta jajaran Kepala Jurusan masing-masing Program Studi. Banyak hal yang dapat diketahui melalui acara ini. Salah satunya adalah mengenai inovasi yang menjadi ciri khas masing-masing jurusan. Sebut saja program Vulcano Learning Project yang diprakarsai oleh jurusan Fisika. Tidak hanya fisika, di biologi juga memiliki program unggulan. Dalam jurusan biologi, mahasiswa tidak hanya mempelajari alam, bahkan mahasiswa diajarkan untuk berwirausaha dengan berwawasan lingkungan. n (WHY/TN)
mahasiswa Sendratasik, dan campursari yang dibawakan oleh mahasiswa Bahasa Jawa. Selain itu, demi menunjang mahasiswanya untuk bisa mensejajarkan diri di era globalisasi, Unesa juga menyediakan program pertukaran pelajar. Sebagai salah satu contoh, setiap tahun Unesa mengirimkan mahasiswanya ke China untuk belajar Bahasa Mandarin dan kebudayaan di Negeri China. Dengan demikian, selain tetap mensejahterakan budaya lokal, Unesa juga membekali mahasiswanya untuk ikut mengikuti perkembangan zaman di era globalisasi. n (WHY/TONY)
Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
19
KOLOM
REKTOR
Istilah radikalisme memiliki dua pengertian yaitu: pertama adalah gerakan untuk melakukan perubahan yang mendasar, sampai ke akarnya, dan kedua adanya tindak kekerasan atau yang menimbulkan ancaman. Dengan demikian, istilah radikalisme bisa bermakna positif tetapi juga bisa bermakna negatif. Prof. Dr. Warsono, M.S.
R
adikalisme belakangan ini menjadi wacana yang banyak diperbincangkan masyarakat termasuk di kalangan akademisi. Hal ini disebabkan pernyataan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bahwa ada beberapa kampus Perguruan Tinggi Negeri yang terpapar radikalisme. Para rektorpun mendapat tugas ekstra untuk mengawasi gerakan dan menangkal radikalisme di kampusnya masing-masing. Bahkan, rektor terancam diberhentikan jika tidak mampu menjaga kampusnya dari radikalisme. Radikalisme tentu berawal dari suatu pemikiran yang radikal, yaitu pemikiran yang mendalam, mendasar, dan menyeluruh. Filsafat merupakan salah satu contoh berpikir yang radikal. Filsafat sebagai suatu pemikiran yang radikal sebenarnya tidak bermasalah, karena berusaha untuk mencari kebenaran yang hakiki. Namun, seringkali hasil pemikiran (filsafat) tersebut kemudian dijadikan pandangan hidup karena diyakini kebenarannya dan dijadikan pedoman sikap dan tindakan. Pada gilirannya, pandangan hidup bisa menjadi ideologi (isme), jika sudah dinormatifkan dan diperjuangkan, seperti komunisme. Menurut Alfian dan Koento Wibisono, setiap ideologi memiliki tiga dimensi yaitu dimensi realita, dimensi cara (fleksibilitas), dan dimensi cita-cita. Dimensi realita ini berkaitan dengan cara pandang (cara berpikir) terhadap suatu keadaan atau realita. Sebagai contoh, komunis memandang hubungan antara kaum kapitalis dan buruh sebagai bentuk
eksploitasi kaum kapitalis terhadap buruh, sehingga menimbulkan penderitaan bagi kaum buruh. Oleh karena itu, citacitanya adalah membentuk masyarakat yang tanpa kelas (dimensi cita-cita). Untuk mencapai apa yang dicita-citakan
demonstrasi. Tentu yang dimaksudkan oleh Barbara Ward adalah demonstrasi yang tidak dilandasi oleh suatu konsep sebagai hasil pemikiran yang mendalam dan mendasar. Namun, pemikiran tidak akan menghasilkan perubahan jika tidak diperjuangkan melalui suatu gerakan, minimal disosialisasikan atau disebarluaskan. Pemikiran yang secara terus menerus disosialisasikan akan menghegemoni orang-orang yang tidak kritis, dan terutama adalah mereka yang sejak awal juga menginginkan adanya suatu perubahan. Pada masa pergerakan kemerdekaan, para pejuang juga melakukan gerakan yang radikal yaitu menginginkan kemerdekaan dengan menghapuskan penjajahan dan mengusir penjajah dari Indonesia. Gerakan para pejuang tersebut oleh penjajah tentu dianggap bersifat disfungsional, karena bisa mengancam eksistensinya. Oleh karena itu, para pejuang banyak yang ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah kolonial. Dalam konteks yang dibicarakan saat ini, radikalisme bukan lagi sekedar pemikiran, tetapi sudah menjadi ideologi, karena sudah ada perjuangan untuk mewujudkan melalui suatu tindakan. Kewaspadaan dan upaya untuk menangkal gerakan radikalisme saat ini bisa dimaklumi, karena gerakan tersebut sudah mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Gerakan yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia dengan mengganti dasar negara dan sikap intoleransi tentu harus dilawan,
RADIKALISME
20
| Nomor: 118 Tahun XIV - Juni 2018 |
dilakukan dengan cara pemberontakan kaum buruh terhadap kaum kapitalis untuk merebut modal (dimensi cara/fleksibilitas). Begitu juga, radikalisme sebagai suatu ideologi juga berawal dari pemikiran terhadap suatu realita, yang melahirkan suatu cita-cita yang harus diperjuangkan dengan cara-cara yang diyakini. Secara umum, istilah radikalisme memiliki dua pengertian yaitu: pertama adalah gerakan untuk melakukan perubahan yang mendasar, sampai ke akarnya, dan kedua adanya tindak kekerasan atau yang menimbulkan ancaman. Dengan demikian, istilah radikalisme bisa bermakna positif tetapi juga bisa bermakna negatif. Jika menggunakan istilah Robert K Merton, radikalisme bisa bersifat fungsional dan sekaligus disfungsional. Fungsional bagi mereka yang menginginkan perubahan dan disfungsional bagi mereka yang tidak menghendaki adanya perubahan, terutama perubahan yang radikal. Oleh karena itu, terminologi tersebut sangat bergantung pada sudut pandang mana, dan dalam bidang apa, serta perubahan seperti apa yang diinginkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Barbara Ward bahwa perubahan dunia terjadi karena pemikiran, bukan karena
Majalah Unesa
KOLOM REKTOR karena bisa menimbulkan ancaman terhadap NKRI. Sejak awal, bangsa Indonesia melalui para pendiri negara telah sepakat bahwa negara yang kita bangun adalah negara yang berdasarkan Pancasila. Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara ini bukannya tanpa pertimbangan dan alasan yang mendalam Masyarakat Indonesia yang majemuk dari segi suku, budaya, dan agama merupakan realita yang tidak bisa ditolak oleh siapapun juga. Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan anugerah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana firmanNya dalam Al Qur’an dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 “Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal”. Oleh karena itu, perbedaan harus kita terima dan hormati, serta kita tempatkan setara, dengan tidak mendiskriminasikan satu dengan lainnya. Tidak ada seorangpun yang bisa memilih untuk dilahirkan dari seorang ibu tertentu, suku tertentu, budaya tertentu, bahkan agama tertentu. Setiap orang lahir dalam struktur masyarakat atau suku yang sudah memiliki kebudayaan, yang kemudian mengkonstruk sikap dan perilaku mereka. Realitas ini yang kemudian menghasilkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dalam membangun bangsa dan NKRI. Realitas bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai agama juga menjadi pertimbangan para pendiri negara dalam mencari dasar negara. Diskusi yang mendalam, mendasar, dan menyeluruh telah dilakukan dalam sidang-sidang Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan pada akhirnya mereka memilih Pancasila sebagai dasar negara. Bahkan, rumusan Pancasila yang tertulis dalam Piagam Jakarta, diubah dengan menghilangkan tujuh suku kata pada sila pertama, dengan mengganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Penggantian tersebut dilakukan dengan sadar oleh Wahid Hasyim sebagai tokoh Islam dengan pertimbangan realita masyarakat Indonesia yang majemuk. Memang, sejak awal, ada sekelompok orang yang menginginkan negara Indonesia berdasarkan Islam, setidaknya, syariat Islam harus dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini terlihat dengan adanya keinginan sekelompok orang yang menginginkan
kembali ke Piagam Jakarta. Keinginan tersebut sejalan dengan gerakan ideologi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Padahal, ISIS sendiri sangat jauh dari nilai-niai Islami. Bahkan, Prof. Ahmad Syafii Maarif Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005 menyebut ISIS sebagai ideologi rosokan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan nilai kemanusiaan. Gerakan untuk mendirikan Negera Islam Indonesia (NII) jelas merupakan radikalisme, karena ingin mengganti NKRI dengan negara Islam, dan mengganti Pancasila dengan Islam, serta dilakukan dengan cara-cara yang seringkali justru bertentangan dengan ajaran Islam. Tindakan pengemboman bunuh diri seperti yang terjadi di Surabaya dengan melibatkan anaknya sendiri yang masih kecil sungguh sulit diterima akal sehat. Meskipun dengan tujuan untuk masuk surga dengan mengatasnamakan jihad, tetap sulit diterima nalar dan belum tentu dibenarkan oleh Allah. Setiap orang pasti ingin masuk surga, tetapi Islam mengajarkan banyak jalan untuk bisa masuk surga. Bahkan, dalam Islam tindakan bunuh diri merupakan tindakan yang tidak diridloi oleh Allah. Gagasan yang mempertentangkan antara Pancasila dan Islam, serta demokrasi dengan ajaran Islam perlu “diluruskan”, karena antara demokrasi dan Islam, maupun antara Pancasila dengan Islam bukan hal yang bertentangan (baca buku Syafii Maarif: Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan). Ideologi yang tidak dilandasi oleh suatu pemikiran yang mendalam, mendasar, dan menyeluruh, bisa bersifat disfungsional (merugikan) baik terhadap pelaku maupun orang lain. Coba bandingkan dengan Nasionalisme yang menghasilkan perubahan dalam tata kehidupan dunia, karena telah menghapuskan penjajahan di atas dunia. Salah satu asumsi dasar dalam nasionalisme sebagaimana yang dituangkan dalam alinea pertama Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Asumsi dasar nasionalisme adalah nilai yang universal, dan dibenarkan oleh
Majalah Unesa
agama, termasuk Islam. Kemerdekaan yang unsurnya adalah kebebasan merupakan hak asasi sebagai anugerah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan dalam Islam, setiap orang diberi kebebasan untuk memeluk agama, tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam) sebagaimana yang difirmankan dalam Surat Al-Baqarah ayat 256 (la ikraha fiddiin).Kebebasan tersebut diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu, manusia nanti harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Selain kebebasan, Allah juga telah memberi petunjuk kepada manusia agar tidak sesat, yaitu Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat dua (hudal lilmuttaqin). Selain Al Qur’an, Allah juga telah memberi akal kepada setiap manusia agar bisa memahami Al Qur’an dan tidak sesat. Dan Allah juga memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya (berpikir). Menurut Syafii Maarif, Al Qur’an harus dipahami dengan kecerdasan (akal sehat). Oleh karena itu, pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan umat Islam dalam kehidupan bangsa menjadi sangat penting. Disfungsionalnya suatu ideologi (radikalisme) berawal dari suatu pemikiran yang justru tidak mendasar, mendalam dan menyeluruh. Gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama, justru seringkali bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri. Islam merupakan rahmatan lilalamin yang banyak menawarkan cara untuk masuk surga. Namun Islam harus dipahami dengan benar dan cerdas. Kesalahan dan kesempitan dalam berpikir, bisa menghasilkan radikalisme dalam arti yang negatif (disfungsional). Oleh karena itu, untuk menangkal dan mencegah radikalisme harus dikembangkan sikap kritis, dan keterbukaan. Dengan cara berpikir yang radikal (kritis, mendalam dan menyeluruh), kita bisa menghindar dari ideologi rosokan dan tindakan yang justru bertentangan dengan ajaran Islam, akal sehat, dan nilai kemanusiaan. Islam harus dipahami dengan benar dan cerdas, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah untuk terus berpikir dengan memperhatikan ayat-ayat Allah lain yang ada di alam semesta. n
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
21
KIPRAH
LEMBAGA PENDIDIKAN PROFESI GURU, LP3M UNESA
UNESA DIPERCAYA MEMBUAT MODUL PEMBELAJARAN PPG TINGKAT NASIONAL UNESA MENDAPAT KEPERCAYAAN MEMBUAT MODUL PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) UNTUK BEBERAPA MATAPELAJARAN. SALAH SATUNYA ADALAH MODUL UNTUK PENDIDIKAN BAHASA JERMAN.
U
niversitas Negeri Surabaya kali ini dipercaya untuk menyusun modul pembelajaran untuk PPG pada 3 mata pelajaran yaitu Geografi, Bahasa Jerman dan Pelayaran Kapal Niaga. Jurusan yang bertanggung jawab atas penyusunan modul pembelajaran tersebut untuk Geografi yang bertanggung jawab adalah jurusan Geografi, bahasa Jerman yang bertanggung Jawab adalah Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman dan mapel Pelayaran Kapal Niaga yang bertanggung jawab adalah Jurusan Teknik Mesin. Menurut Sekretaris LP3M Unesa, Dr. Suryanti, M.Pd, “Awal mula terpilihnya tiga mata pelajaran tersebut, ketika rektor dari universitas-universitas berkumpul dalam satu forum terutama LPTK atau universitas yang pernah menjadi IKIP. Dalam forum itu dilaksanakan pembagian tugas untuk penyelesaian modul pembelajaran tersebut. Kebetulan Unesa ditunjuk menangani tiga mata pelajaran yaitu Geografi, Bahasa Jerman dan Pelayaran Kapal Niaga. Sementara itu, Kajur Bahasa Jerman, Drs. Suwarno Imam Samsul, M.Pd., menambahkan, munculnya berita tersebut pada akhir Maret 2018. “Jurusan hanya diberi waktu kurang lebih dua minggu sebelum dilakukan review oleh assessor.
22
Review dilakukan pada akhir bulan April lalu. Berdasarkan hasil review tersebut, kemudian dilakukan revisi oleh tim pembuat modul pembelajaran sehingga dapat mengurangi kesalahan,” ujarnya. Masih menurut Suwarno, setiap matapelajaran harus membuat modul pembelajaran sebanyak 24. Sehingga total pembuatan modul oleh Unesa dari ketiga Mapel yaitu 72 modul. Di setiap jurusan yang bertanggung jawab membuat modul pembelajaran terdapat 6 bidang kajian dan setiap kajian terdapat empat modul. Dalam satu tim untuk pembuatan modul terdapat enam dosen, setiap dosen bertugas membuat empat model dan dosen yang terpilih adalah dosen yang sudah memiliki sertifikat sebagai Assesor untuk guru. Untuk modul pembelajaran bahasa Jerman sendiri taraf kebahasaan yang digunakan setingkat B1+ karena memang akan dibaca dan dipelajari oleh para guru yang akan melakukan pendidikan profesi Guru di Indonesia. Selain itu, modul pembelajaran untuk bahasa Jerman memiliki beberapa bidang kajian seperti Altagleben, Familien, Bildung von Berufe, Liebe dan masih banyak yang lain. “Karena mereka menginginkan info dan batas penguasaan kebahasaannya B1 plus. Maka kita juga membuat tema-tema yang sesuai dengan B1 plus tersebut dan kemungkinan dapat dikembangkan lagi oleh
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
para guru di Sekolah,“ ujar beliau. Referensi untuk membuat modul pembelajaran tersebut diambil dari beberapa buku bukan hanya Studio D tapi juga dari berbagai sumber termasuk majalah dan koran Jerman. Modul pembelajaran untuk PPG disajikan dengan dua versi yaitu cetak dan softfile (Hybrid Learning). Modul tersebut dilengkapi dengan Video, PPT, Pengantar untuk tugas dan tugas formatif yang harus di selesaikan oleh para Guru. Modul ini akan disebar dan digunakan di seluruh Indonesia sebagai pedoman pembelajaran mandiri bagi para guru. Drs. Suwarno Imam Samsul, M.Pd menanggapi tentang pembuatan modul pembelajaran untuk PPG. “Sangat berat, karena kita akan menjadi pedoman bagi seluruh guru di seluruh Indonesia. Tapi karena pemerintah sudah memberi kepercayaan untuk Unesa, itu artinya Unesa sudah dinilai siap untuk,” Beliau berharap modul pembelajaran untuk PPG Nasional ini dapat digunakan sebaikbaiknyadan setiap tahun kalau bisa kita melakukan revisi karena kemungkinan setelah modul tersebut dipakai, terdapat beberapa masukan maka kita akan terus melakukan revisi. Sehingga bila terdapat kekurangan bisa langsung dilakukan revisi sehingga dapat melahirkan guru-guru Bahasa Jerman yang profesional. n (HASNA)
KIPRAH DOSEN HANANTO PAKAR, DOSEN PRODI FISH UNESA PAKAR HUKUM TATA NEGARA
KERAP ISI TALKSHOW, TERTARIK POLITIK SEJAK DI BANGKU SMA HANANTO WIDODO, S.H., M.H., MERUPAKAN DOSEN PRODI ILMU HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. SELAIN MENJADI DOSEN, ALUMNI S2 JURUSAN ILMU HUKUM UNAIR ITU JUGA AKTIF BERKIPRAH DI LUAR SEBAGAI NARASUMBER TATA NEGARA DI BERBAGAI KESEMPATAN.
H
ananto mengaku tertarik dengan politik sejak duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ketertarikan itu membuat Hananto kritis terhadap masalah-masalah yang tengah dihadapi bangsa. Oleh karena itu, ketika mengajar ke mahasiswa, Hananto kerap kali menyinggung isu-isu terkini seperti masalah Undang-Undang MD3 dan masalah pergantian jalan yakni jalan dinoyo dan gunung sari menjadi siliwangi. “Jadi dosen jangan terlalu merasa tinggi, membaca itu memang kewajiban dosen bahkan setiap hari harus membaca begitu juga mahasiswa, tetapi bagaimana agar apa yang kita ketahui bisa menyentuh persoalan-persoalan di masyarakat. Karena kalau kita hanya berbicara mengenai pengetahuan saja, maka bagi masyarakat itu kurang bisa dirasakan,” ujar Hananto. Selain menjadi dosen, Hananto adalah salah satu pakar hukum tata negara dari Unesa. Kesibukkannya menjadi dosen tidak menghambat langkahnya dalam berkiprah di bidang hukum, khususnya hukum tata negara yang dianggap sulit
akan menjadi alat bagi penguasa untuk menindas rakyatnya. “Jadi solusinya adalah kesinergian antara demokrasi dan hukum itu sendiri,” tegas Hananto yang kini sedang menempuh pendidikan S-3 di Universitas Brawijaya.n INA
oleh sabagian orang. Bahkan bagi Hananto sendiri. “Ilmu hukum tata negara itu sangat penting, tapi hukum tata negara di antara ilmu hukum lainya dianggap paling sulit karena memang banyak terorinya,” ungkap Hananto. Dosen yang sering mengisi acara di stasiun TV dan radio swasta dan nasional itu mengungkapkan bahwa saat ini hukum tata negara lebih luas dan apapun bisa ditanyakan, misalnya masalah DPR. “Kalau dulu hukum tata negara tidak terlalu diperhitungkan, maka sekarang dengan adanya Mahkamah Konstitusi (MK),eksistensi dari mata kuliah hukum tata negara itu menjadi salah satu yang di perhitungkan di Ilmu hukum itu sendiri”, jelasnya. Hananto mengatakan bahwa keterbukaan demokrasi saat ini merupakan keniscayaan yang tidak bisa dibentuk begitu saja, bahkan kita harus mengikuti. Akan tetapi, dalam demokrasi itu tentu ada sisi buruknya. Oleh karena itu, antara demokrasi dan nomokrasi harus berjalan beriringan. Demokrasi tanpa hukum akan menjadi liar dan anarkis. Sedangkan negara tanpa demokrasi
Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
23
INSPIRASI
ALUMNI Arini Siti Wahyuningsih, Alumni Pascasarjana Unesa
BELAJAR DI AUSTRALIA MELALUI BEASISWA DIKTI YANG MENDAPATKAN KESEMPATAN ISTIMEWA BELAJAR DI NEGERI KANGURU MELALUI JALUR BEASISWA DIKTI PROGRAM DUAL DEGREE UNTUK PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN SAINS PASCASARJANA UNESA DENGAN CURTIN UNIVERSITY OF TECHNOLOGY PERTH, WESTERN AUSTRALIA.
PERKULIAHAN: Suasana perkuliahan program master pada mata kuliah Learning Environment.
C
urtin University of Technology merupakan universitas terbesar di Perth, Western Australia. Di universitas tersebut, perkuliahan dilaksanakan di gedung 220 yaitu Science and Mathematics Education Centre (SMEC) yang merupakan pusat untuk pendidikan Sains dan Matematika. Ada 4 mata kuliah yang dijalani Arini dalam perkuliahan tersebut, yakni
24
Transformative Curriculum, Learning Environment, Evaluation Issues/ Assessment, dan Special Topics/ Research Proposal. Selain keempat mata kuliah tersebut, Prof. Dr. David Treagust, dosen kemahasiswaan juga memberi kami kesempatan untuk mengikuti perkuliahan tambahan (seat-in) yaitu Research Methods dan Colloquium/Candidacy of Doctoral Program. Kesempatan
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
mengikuti perkuliahan itu sungguh sangat bermanfaat karena dapat memberikan banyak pengetahuan tentang penyusunan proposal seperti halnya tentang Ethics yang belum begitu banyak digunakan pada penelitian di Indonesia. Manfaat lainnya, para mahasiswa bisa belajar dan berbagi ilmu dengan mahasiswa progam master maupun doktor dari berbagai negara seperti dari Jerman, Arab Saudi, Meksiko,
INSPIRASI ALUMNI Malaysia, Nigeria, Oman, China, dan masih banyak lagi. Metode pengajaran dosendosen SMEC tidak berbeda jauh dengan metode pengajaran yang digunakan oleh dosen UNESA. Akan tetapi, sistem perkuliahan yang digunakan di Curtin University sudah terpusat dan sangat memudahkan mahasiswa karena berbasis web. Dilengkapi Kuisioner Online Menjadi mahasiswa Curtin kami mendapat fasilitas untuk bisa mengakses website resminya yaitu OASIS dengan menggunakan student ID number sebagai nama akun. Di website tersebut terdapat beberapa pilihan menu, yaitu akses perkuliahan mahasiswa (my studies), perpustakaan (my library), dan kegiatan dan kehidupan sekitar kampus (campus life and guild). Untuk akses perkuliahan mahasiswa, website tersebut telah menyediakan bahan pembelajaran yang akan diberikan dosen selama satu semester (powerpoint, tugas perkuliahan, dan sumber lain yang berkaitan) di menu Blackboards. Di akses tersebut juga, mahasiswa dapat mengumpulkan tugasnya dan mendapat penilaian serta masukan dari dosen yang bersangkutan. Pada menu eStudent, mahasiswa dapat melihat dan langsung mencetak transkip nilai setelah mengikuti perkuliahan selama satu semester. Sistem seperti ini dapat menghemat penggunaan kertas sebagai bagian dari go green karena mahasiswa cukup melampirkan file tugasnya dalam website tersebut. Sistem seperti ini juga sangat memudahkan mahasiswa untuk mempersiapkan perkuliahannya selama satu semester ke depan karena dosen sudah menyediakan bahan pembelajaran seluruhnya sehingga perkuliahan dapat berjalan efektif. Kemudian, di setiap akhir semester, seluruh mahasiswa tanpa kecuali berkesempatan untuk mengisi sebuah kuesioner online yang juga disediakan dalam OASIS untuk menilai pengajaran
PERKULIAHAN: Suasana perkuliahan Colloquium/Candidacy of Doctoral Program ketika mahasiswi program doktor yang berasal dari Jerman sedang mempresentasikan disertasinya.
Pada menu eStudent, mahasiswa dapat melihat dan langsung mencetak transkip nilai setelah mengikuti perkuliahan selama satu semester. dosen pengampu mata kuliah yang mengajar mereka selama satu semester sebagai bahan evaluasi untuk pengajaran selanjutnya. Sistem tersebut, menurut Arini sangat bagus dan bisa mendukung
jalannya perkuliahan menjadi lebih baik. Kuisioner online memberikan ruang dan tempat bagi mahasiswa untuk mengungkapkan dan mengutarakan persepsinya sebagai peserta didik di kelas tentang jalannya pembelajaran. Dosen SMEC sangat senang dan berterima kasih kepada mahasiswa apabila mereka berkenan memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah diberikan. Hasil kuesioner tersebut sangat dihargai dan dijadikan sebagai bahan evaluasi mereka. n (SIR)
INFORMASI: Website resmi untuk mahasiswa Curtin University
Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
25
KABAR
PKM
MAHASISWA FMIPA TEMUKAN INOVASI BARU AKIBATUK SALAH SATU UPAYA UNTUK MENGATASI KELANGKAAN ENERGI DILAKUKAN OLEH MAHASIWA INOVATIF INI, DENGAN MENCIPTAKAN ENERGI ALTERNATIF BERUPA AKIBATUK, YAKNI AKI BAHAN TUAK.
E
nergi merupakan salah satu faktor penting dalam memenuhi kebutuhan manusia di kehidupan seharihari, sehingga ketersediaan energi merupakan prioritas utama bagi suatu negara. Apalagi, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa cadangan energi fosil akan habis dalam 12 tahun mendatang. Hal tersebut menarik perhatian tiga mahasiswa angkatan 2015 dari Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk lebih mendalaminya. Mereka mengusung judul “AKIBATUK (Aki Bahan Tuak) dengan Distilasi Pohon Siwalan sebagai Energi Alternatif untuk Mengatasi Kelangkaan Energi Pada Tahun 2029”. Penelitian yang mereka lakukan telah didanai oleh Kementerian Ristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa
26
(PKM) bidang Penelitian Eksakta (PKM PE) Tahun 2018 sebesar Rp8.000.000. Mereka adalah Ika Febri Anggraeni Puteri (Pendidikan Fisika, 2015), Fika Amalia (Pendidikan Fisika, 2015), dan Mita Ayu Khomsatun (Pendidikan Fisika, 2015). Yang dibawa bimbingan langsung oleh Mukhayyarotin Niswati Rodliyatul Jauhariyah, S.Pd., M.Pd Menurut Ika Febri Anggraeni Puteri salah satu Ketua TIM PKM PE mengatakan, salah satu upaya untuk mengatasi kelangkaan energi adalah dengan menciptakan energi alternatif yaitu AKIBATUK (Aki Bahan Tuak). AKIBATUK ini akan memberi banyak manfaat sumber daya alam yang melimpah yaitu tuak yang dihasilkan dari pohon siwalan. Selain itu, AKIBATUK dapat menjadi energi terbarukan yang ramah lingkungan yang berasal dari bahan
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
tersedia di alam. “Proses pembuatan AKIBATUK adalah Tuak itu diambil dari pohon siwalan. Setelah itu, ditanam dalam tanah untuk mendapatkan kandungan alkali, kemudian distilasi untuk memurnikan kandungan tuak. Tuak yang sudah distilasi dimasukkan ke wadah aki bekas. Aki yang berisi tuak tadi dicek tegangannya kurang lebih 12 Volt untuk dapat menyalahkan mesin sepeda motor,” ujarnya. Ika Febri berharap penemuan AKIBATUK ini dapat menjadi inovasi bagi masyarakat luas tentang energi terbarukan yang ramah lingkungan dimana tuak yang pada umumnya, hanya digunakan sebagai minuman, sekarang dapat diolah menjadi salah satu sumber energi alternatif terbarukan untuk menghadapi kelangkaan energi tahun 2029. Tandasnnya. n (SH)
KABAR PKM
UPAYA PENINGKATAN BUDAYA LITERASI DENGAN MEDIA UNIK BERBASIS ISLAMI
M
ahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni mengadakan program literasi dengan judul Pembelajaran Ngaji Rumah Islami Eksistensi Kreativitas Literasi yang Efektif dan Inovatif (Lari Estafet). Program ini sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam peningkatan budaya literasi di Indonesia, khususnya bagi para santri di TPQ. Program ini dilaksanakan di TPQ AL-QOLAM Surabaya. (21/5) Pembelajaran literasi sering disangkutpautkan dengan kegiatan yang membosankan, seperti membaca buku dan menulis. Dengan itu program Lari Estafet ini menggunakan media yang berbeda dalam pengajarannya, yakni salah satunya dengan media wayang-wayangan. Media ini dianggap sangat ampuh karena
menghadirkan gambar yang dapat menarik perhatian para santri. Program ini dilaksanakan dengan mengajar para santri cara membuat cerpen islami dari gambar media wayang-wayangan. Kepala TPQ AL-QOLAM Surabaya, Zainul Arifin mengatakan bahwa para santri begitu antusias dalam mengikuti program ini. Bisa dilihat dari para santri yang berebut menyampaikan cerita yang telah mereka buat melalui media wayangwayangan tersebut. Selain itu, salah satu santri TPQ yakni Rangga nama akrabnya juga merasa bahwa pembelajaran di Lari Estafet ini sangat menyenangkan. “Saya senang karena mbakmbaknya baik, banyak hadiah juga. Saya kira akan membosankan karena membuat cerpen, tapi banyak permainannya jadi seru dan gak bosen,� ujar Rangga.n (INTAN)
Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
27
ARTIKEL PKM
CIPLUKAN: SEBUAH METODE STRATEGIS PENGEMBANGAN KEPENULISAN CERPEN ANAK DWI BAHASA INOVASI DILAKUKAN OLEH KELOMPOK MAHASISWA FBS UNESA YANG MENGOLABORASIKAN PENGEMBANGAN MINAT LITERASI KEPADA SISWA DI SEKOLAH DENGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN Ciplukan… Cipta Sastra! Cinta Alam! Ciplukan merupakan akronim dari “Cipta Literasi untuk Anak Negeri”. Ciplukan adalah sebuah metode pembelajaran yang dikembangkan untuk peningkatan minat literasi pada siswa sekolah dasar. Pengembangan minat literasi siswa mengacu pada dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Daerah Jawa. Selain itu, Ciplukan juga diintegrasi dengan pendidikan lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Ciplukan merupakan sebuah metode pengembangan kepenulisan cerpen anak dwi bahasa integrasi pendidikan lingkungan di sekolah dasar. Proses pembelajaran Ciplukan dilaksanakan dengan pemberian materi cerpen anak dan wawasan lingkungan. Materi tersebut diberikan menjadi delapan tahap, diantaranya: 1) cerpen anak dan wawasan kebersihan lingkungan, 2) unsur cerpen anak, struktur cerpen anak dan wawasan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), 3) kiatkiat menulis cerpen yang baik dan wawasan ecopreneurship, 4) kepenulisan kalimat yang baik (SPOKPel), pengembangan paragraf, dan wawasan hemat air, 5) kegiatan literasi cerpen anak berbahasa Indonesia dan hemat
energi, 6) kegiatan literasi cerpen anak berbahasa Daerah Jawa dan wawasan bahaya limbah, 7) menulis cerpen dengan topik lingkungan dengan penanaman karakter “Aja Jiplak” dan wawasan global warming, dan 8) transliterasi cerpen berbahasa Indonesia ke cerkak berbahasa daerah Jawa dan wawasan penghijauan sekolah. Kegiatan pembelajaran dilakukan di luar ruangan kelas. Hal ini dilakukan agar pembelajaran menjadi lebih berkesan, menyenangkan, dan tidak membosankan. Pada tahap pembelajaran Ciplukan, tim membuat media pembelajaran cerpen anak. Media tersebut diantaranya peta konsep cerpen anak, peta konsep kiat menulis cerpen yang baik, kalender unsur cerpen, KKD (Kartu Kata Dwi Bahasa), dan Gunungan Hemat Energi. Selain media tersebut, untuk
Majalah Unesa
menunjang integrasi wawasan lingkungan tim melaksanakan kegiatan berbasis lingkungan, yaitu: 1) kegiatan daur ulang kertas bekas menjadi kerajinan kupu-kupu pelangi, 2) membuat alat penjernih air dari botol bekas dan bahan di sekitar lingkungan sekolah, 3) kegiatan kerja bakti membersihkan kelas, dan 4) kegiatan penghijauan sekolah dengan membuat taman pelangi Ciplukan. Ciplukan digagas oleh sekelompok mahasiswa FBS Unesa yang terdiri dari Herfina Clara Rosa Linda Putri (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015) sebagai ketua, Cindy Indrawati (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015) sebagai sekretaris, Nunung Giarti (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Jawa 2015) sebagai bendahara, Nur Halimah (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015) sebagai sie acara dan perlengkapan, Avifa Nur Qomariyah (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Jawa 2017) sebagai sie dokumentasi dan evaluasi. Kegiatan Ciplukan dibimbing langsung oleh Ibu Prima Vidya Asteria, S.Pd, M.Pd. Pihak lain yang ikut andil dalam kelancaran kegiatan Ciplukan yaitu Lemtoro “Laskar Loro Bahasa” selaku siswa SDN Lidah Kulon IV Surabaya, wali kelas IV A ibu Sulikah, S.Pd dan wali kelas IV B ibu Sri Yanti S.Pd, ibu Musholakah, S.Pd selaku kepala sekolah SDN Lidah Kulon IV
| Nomor: 118 Tahun XIX- Juni 2018 |
28
ARTIKEL
PKM
INOVATIF: Tim Ciplukan sedang mengaplikasikan karyanya kepada siswa SDN Lidah Kulon IV Surabaya.
Surabaya, warga sekolah SDN Lidah Kulon IV Surabaya, dan tim relawan Ciplukan. Pelaksanaan kegiatan Ciplukan bekerja sama dengan mitra yaitu SDN Lidah Kulon IV Surabaya. Pemilihan mitra sangat beralasan. Mitra dipilih dengan latar belakang masalah minat literasi siswa yang rendah, kurangnya bahan bacaan anak, khususnya sastra anak berbahasa Daerah Jawa, rendahnya kesadaran siswa terhadap lingkungan, rendahnya kemampuan menulis siswa baik dalam cerpen berbahasa Indonesia atau cerkak berbahasa Daerah Jawa, dan kurangnya kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan masalah yang ada pada mitra di atas, Ciplukan ada dengan tujuan diantaranya: 1) meningkatkan minat literasi siswa, 2) meningkatkan kepedulian
29
siswa terhadap lingkungan, 3) pengembangan media pembelajaran cerpen anak, 4) pengembangan kepenulisan cerpen anak dwi bahasa, 5) pengembangan modul pembelajaran peningkatan literasi, 6) melestarikan Budaya Bangsa melalui pembelajaran dwi bahasa, khususnya penggunaan bahasa Daerah Jawa, dan 7) meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Meningkatkan minat literasi siswa dilakukan dengan kegiatan literasi alam, kegiatan ini merupakan kegiatan membaca kumpulan cerpen anak dwi bahasa. Kegiatan literasi dilakukan di luar ruangan kelas. Sehingga menumbuhkan kesan yang berbeda kepada siswa. Kegiatan diatur seperti sedang piknik, tim menggelar karpet di bawah pohon dan duduk bersama untuk membaca kumpulan
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
cerpen dwi bahasa. Kumcer yang digunakan bersumber dari majalah Bobo, majalah Jayabaya, dan majalah Penjebar Semangat. Untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan, tim melaksanakan kegiatan daur ulang sampah. Kegiatan ini berupa pemanfaatan limbah kertas bekas dari sekolah. Tim memberikan contoh langkah-langkah pembuatan origami kupu-kupu. Dan mengarahkan siswa untuk membuatnya. Setelah itu, origami akan diwarnai sesuai keinginan siswa. Hasil dari kegiatan ini berupa kerajinan kupu-kupu pelangi. Selain itu, tim dan siswa juga melakukan eksperimen membuat alat penjernih air dari botol bekas. Botol ini diisi dengan lapisan yang berbeda, seperti sabut kelapa, arang, kerikil, tanah, pasir, batu dan kapas. Selain itu, untuk membantu
ARTIKEL PKM sekolah menghijaukan lingkungan, tim dan siswa membuat taman gantung dengan memanfaatkan botol bekas sebagai pot. Botol bekas tersebut diwarnai dengan beragam warna. Dan, kami sepakat menamainya dengan taman Pelangi Ciplukan. Pengembangan media pembelajaran cerpen anak dilaksanakan oleh tim sebagai upaya peningkatan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran cerpen. Hal ini dilakukan agar kegiatan penyampaian materi lebih interaktif, menarik, dan tidak membosankan bagi siswa. Media dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyaluran materi cerpen anak. Media tersebut diantaranya peta konsep cerpen anak, peta konsep kiat menulis cerpen yang baik, kalender unsur cerpen, dan KKD (Kartu Kata Dwi Bahasa). Setelah pelaksanaan kegiatan penyampaian materi cerpen anak, Tim akan mengarahkan siswa untuk menulis cerpen. Kegiatan ini merupakan sebuah cara untuk menggali potensi anak dalam
bersastra. Sekaligus sebagai upaya pengembangan kepenulisan cerpen anak dwi bahasa. Kepenulisan cerpen anak akan fokus pada cerpen bahasa Indonesia dan bahasa Daerah Jawa. Tim Ciplukan juga mengembangkan sebuah modul pembelajaran kepenulisan cerpen anak dwi bahasa integrasi pendidikan lingkungan. Modul ini diharapkan mampu membantu guru sekolah dasar sebagai acuan untuk meningkatkan minat literasi siswa. Penggunaan bahasa Daerah Jawa yang rendah pada mitra, membuat Ciplukan mengembangkan kepenulisan cerpen anak dengan dwi bahasa. Hal ini bertujuan untuk ikut andil dalam pelestarian budaya bangsa yaitu melestarikan bahasa Daerah Jawa. Selain itu, juga sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan baik. Target dari Ciplukan adalah meningkatkan minat literasi siswa, meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan, membuat
TESTIMONI DAN HARAPAN Musholah S.Pd, Kepala Sekolah SDN Lidah Kulon IV Surabaya
Anak-anak Lebih Kreatif Membuat Karya Sastra
“Sangat bermanfaat dan berguna untuk siswa dan siswa SDN Lidah Kulon IV baik sekarang maupun masa datang. Harapan saya, semoga melalui kegiatan CIPLUKAN, anakanak lebih kreatif dalam pembuatan karya sastra. Baik karya sastra cerpen maupun puisi.” Herfina Clara, Ketua Pelaksana Kegiatan CIPLUKAN Pelopor Pembelajaran Sastra Anak “CIPLUKAN akan menjadi pelopor pembelajaran sastra anak lintas disiplin yang sangat berkesan bagi peserta didik. Melalui kegiatan ini saya berharap akan banyak lahir Sastrawan Cilik yang handal berkarya dengan Dwibahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Jawa.” Prima Vidya Asteria S.Pd, M.Pd, Pembimbing tim CIPLUKAN Bukti Nyata Ide Kreatif Mahasiswa “CIPLUKAN ini merupakan bukti nyata realisasi ide kreatif mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya mendapat ilmu di Universitas, tetapi juga mengamalkannya ke masyarakat. Terlebih lagi Literasi yang sudah menjadi gerakan Nasional melalui GLS, Surabaya sebagai Kota Literasi dan Unesa
kumpulan cerpen dan cerkak dwi bahasa berjudul “Lemtoro Kumcer Dwi Bahasa”, membuat modul pembelajaran literasi dengan judul “Modul Pembelajaran Cerpen Anak Dwi Bahasa Integrasi Pendidikan Lingkungan pada Siswa Sekolah Dasar dengan Metode Ciplukan”, membuat media pembelajaran cerpen anak, desiminasi metode Ciplukan kepada Guru Sekolah Dasar lingkup Lidah Kulon Surabaya. Dari target yang ada, kini Ciplukan telah mampu meningkatkan minat literasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan terciptanya buku kumpulan cerpen dan cerkak karya siswa SDN Lidah Kulon IV Surabaya yang telah berISBN. Selain itu tim Ciplukan didampingi oleh dosen pendamping juga menciptakan “Modul Pembelajaran Cerpen Anak Dwi Bahasa Integrasi Pendidikan Lingkungan pada Siswa Sekolah Dasar dengan Metode Ciplukan” yang telah berISBN pula. Target yang sedang dikejar oleh tim Ciplukan adalah desiminasi metode Ciplukan kepada guru sekolah dasar lingkup Lidah Kulon Surabaya. n
sebagai kampus yang memiliki Pusat Literasi.” “Cipta Literasi untuk Anak Negeri (CIPLUKAN) dengan target penulisan Cerpen Dwibahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Jawa) adalah bukti eksistensi, kontribusi, dan optimalisasi peran mahasiswa menghadapi tantangan sesuai zamannya dengan tanpa melupakan jati dirinya.” Sulikah, S.Pd Guru di SDN Lidah Kulon IV Surabaya Berharap Anak-anak Lebih Mencintai Karya Sastra “Semoga acaranya bisa sukses dan lancar. Tujuan dari program kegiatannya bisa tercapai. Anak-anak bisa mencintai karya sastra dengan cara yang menyenangkan.” Amelia Oktaviyani, Peserta Didik di SDN Lidah Kulon IV Surabaya Kegiatannya Asyik dan Menyenangkan “Kegiatannya asyik kak. Semoga saya bisa jadi Sastrawan Cilik yang bisa bercerita dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.” Tim PKM FBS: Herfina Clara Rosa Linda Putri (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015), Cindy Indrawati (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015), Nunung Giarti (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Jawa 2015), Nur Halimah (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2015), Avifa Nur Qomariyah (S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Jawa 2017) Pembimbing: Prima Vidya Asteria S.Pd, M.Pd.
Majalah Unesa
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
30
SEPUTAR UNESA
EVALUASI: Mahasiswa Unesa melakukan presentasi PKM saat melakukan monitoring dan evaluasi internal PKM 5 Bidang.
MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL PKM 5 BIDANG
P
ada Jumat, 8 Juni 2018 Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Surabaya mengadakan monev internal. Tujuan diadakannya monev adalah untuk pemantauan pelaksanaan PKM, memberikan penilaian monev dan laporan kemajuan kepada tim, monitoring dan evaluasi hasil pengajuan proposal masing-masing tim. Kegiatan monev diikuti oleh peserta sebanyak 242 peserta meliputi PKM PE, PKM M, PKM K, PKM PSH, PKM KC yang tersebar dari berbagai fakultas di Universitas Negeri Surabaya. Monitoring dan evaluasi internal ini diawali dengan sambutan dan sekaligus dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Ketut Prasetyo, M.S. Dalam sambutannya, Ketut menyampaikan
bahwa sebagai mahasiswa tentu harus dapat membuat inovasi yang tertuang melalui PKM, karena PKM itu sendiri merupakan langkah awal untuk dapat melaju di jenjang internasional. “Harus bisa lebih berinovasi untuk dapat dituangkan melalui PKM. PKM adalah langkah awal untuk dapat go international dan bisa dipatenkan untuk dikembangkan ke tujuan lain.” ujarnya. Ketut juga menyampaikan pesan bahwa dalam revolusi industri 4.0 ialah harus bisa menggandengkan dan bersinergi dari lembaga perguruan tinggi dan dunia industri yang nantinya dapat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang. “Silahkan berinovasi, dan kalau bisa karya ilmiah ini agar dikemas menjadi bagian untuk tugas akhir
Majalah Unesa
maupun skripsi, seperti peribahasa sambil menyelam minum air,” pungkas Ketut. Intan Cahyarani salah seorang peserta monitoring dan evaluasi internal PKM mengatakan “Kegiatan ini bisa mendapat banyak sekali ilmu-ilmu dari sesama peserta yakni dari berbagai jenis pkm peserta lain. Selain itu reviewer yang hadir yakni dari dosen unesa sendiri, bisa memberikan kritik dan masukan yang untuk PKM saya agar lebih matang lagi untuk monev eksternal yang akan diadakan sekitar bulan Juli depan. ” tegasnya. Ia berharap ke depannya agar semakin banyak mahasiswa Unesa yang PKM nya diterima oleh Kemenristekdikti dengan kualitas PKM yang bagus agar tidak hanya lolos pendanaannya saja akan tetapi bisa lolos ke PIMNAS. n (QQ/IC)
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
31
SEPUTAR
UNESA
BERSAMA: Para mahasiswa Program Transfer Kredit Mahasiswa LPTK saat diterima Wakil Rektor Unesa Bidang Kerja Sama di Auditorium Rektorat Unesa, Kampus Lidah Wetan, Surabaya.
UNESA MELEPAS 46 MAHASISWA TRANSFER KREDIT LPTK
S
ebuah kebanggaan bisa mengikuti Program Transfer Kredit Mahasiswa LPTK. Program yang digalakkan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan tersebut mampu menarik minat mahasiswa yang mengikutinya. Selain mendapat pengalaman baru, mahasiswa juga bisa mengenal budaya di kampus yang berbeda. Bertempat di Auditorium Lantai 11 Gedung Rektorat Kampus Lidah Wetan, Unesa melepas 46 Mahasiswa Transfer Kredit LPTK dari 11 Perguruan Tinggi di Indonesia. Diantaranya yaitu Unimed, UM, UNY, UNJ, UNG, UNM, Unima, Undiksha, UPI, Unnes, dan UNP. Turut hadir Kepala BAKPK, Kajur dan Kaprodi selingkung Unesa, dan Kasubbag selingkung Unesa, pada Senin 4 Juni 2018. Acara tersebut dimulai dengan sambutan oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. Prof. Djodjok menyampaikan bahwa program tersebut merupakan bentuk kerja sama yang tidak
32
langsung antara universitas yang terlibat. Selain itu, program tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan antara universitas. “Jadikan pengalaman baru kalian ini sebagai motivasi untuk lebih baik lagi. Dengan mengikuti program ini kalian bisa mendapat pengalaman yang orang lain tidak bisa dapatkan, perbedaan budaya dan suasana baru
yang bisa mempersatukan kalian semua. Yang terpenting adalah kalian bisa mendapatkan keluarga baru di sini,� ujar Prof. Djodjok dalam sambutan pelepasan. Acara berlanjut dengan pemutaran video tentang Transfer Kredit Mahasiswa LPTK dan penyerahan sertifikat disusul dengan sesi foto bersama. n (TONI)
DILEPAS: Wakil Rektor IV Prof Dr Djodjok Soepardjo saat melepas perwakilan mahasiswa Program Transfer Kredit Mahasiswa LPTK.
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
SEPUTAR UNESA
KERJA SAMA: Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. (dua dari kiri) bersama perwakilan Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, STKIP PGRI Sumenep, dan STT Qumarudin Gresik saat penandatanganan kerja sama Program Kemenristekdikti Unesa sebagai Perguruan Tinggi Asuh.
UNESA KERJA SAMA DENGAN PERGURUAN TINGGI ASUHAN
U
nesa mendapat mandat menjadi Perguruan Tinggi Asuh oleh Kemenristekdikti. Sabtu, 26 Mei 2018 bertempat di Auditorium Lantai 9 Gedung Rektorat Unesa dilaksanakan penandatangan perjanjian kerja sama antara Unesa dengan tiga pertguruan tinggi asuhan. Ketiga perguruan tinggi itu adalah Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, STKIP PGRI Sumenep, dan STT Qumarudin Gresik. Perjanjian kerja sama tersebut mengusung tema Program Asuh Perguruan Tinggi Unggul, Peningkatan dan Penguatan Komitmen Organisasi Mutu berbasis SPMI dan SPME Perguruan Tinggi
Asuhan. Kerja sama tersebut bertujuan untuk: 1). Melaksanakan sistem penjaminan mutu internal program asuh menuju prodi unggul. 2.) Program asuh menuju prodi unggul dalam penjaminan mutu prodi adalah suatu program peningkatan mutu pada perguruan tingggi yang membutuhkan pengasuhan. Rektor Unesa Prof. Dr. Warsono, M.S dalam sambutannya, menyampaikan bahwa perguruan tinggi yang diberikan mandat dalam menjalankan Tri Darma dan juga dalam mencerdaskan kehidupan bangsa harus memperhatikan akreditasi karena akan berdampak pada lulusan yang nanti akan bekerja.
Majalah Unesa
“Melalui kerja sama ini semoga bisa memberikan hasil yang maksimal dengan bekerja keras, bekerja ikhlas, dan bekerja tuntas. Ibarat mendorong roda yang berbentuk kotak, sekuat apapun kita mendorong pasti pergerakannya akan lambat dan membutuhkan banyak tenaga. Berbeda dengan mendorong roda yang berbentuk bulat dengan sedikit sentuhan saja pasti akan bergerak dan makin cepat, lama-kelamaan akan berputar dengan sendirinya,” ujar Rektor. Dalam penandatangan kerja sama tersebut, hadir pula Wakil Rektor Bidang Akademik, Kepala PPM Unesa, dan karyawan selingkung Unesa. n (TONI)
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
33
POJOK KETINTANG
PILKADA SERENTAK
J
uni ni dilaksanakan Pilkada serentak di banyak provinsi dan kabupaten/kota. Konon ini merupakan pilkada yang sangat menyita perhatian masyarakat dan menyita banyak energi para politisi. Mengapa? Karena menyangkut di provinsi dan kabupaten/kota yang berpenduduk besar. Sebutlah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan dan sebagainya. Bahkan beberapa pengamat menyebutkan Pilkada tahun ini merupakan pemanasan atau gambaran Pemilu dan Pilpres tahun 2019. Saya sempat ngobrol santai dengan beberapa teman lama dan salah satu topiknya adalah Pilkada. Salah satu teman yang ikut ngobrol itu dahulu aktivis mahasiswa dan sekarang terjun ke bidang politik, sehingga menjadi “narasumber” ketika obrolan menyangkut Pilkada. Peserta ngobrol yang lain umumnya para pendidik dan wiraswasta, walaupun pada umumnya dahulu juga aktif dalam organisasi mahasiswa. Lucunya, ketika topik obrolannya tentang Pilkada teman politisi itu seakan dikeroyok, diolok-olok dan menjadi bulan-bulanan. Kasihan juga, karena kadang-kadang sesama teman akrab kalau berkelakar kebablasan. Secara pribadi saya tidak begitu paham tentang dunia politik, sehingga sampai obrolan buyar karena sudah tengah malam, masih banyak pertanyaan di kepala saya. Nah, izinkan saya berbagi. Minimal untuk mengurangi beban otak saya, syukur kalau ada yang mau menjernihkan. Pertama, perbandingan politisi sekarang dan zaman kemerdekaan. Seorang peserta obrolan itu menjelaskan kalau para politisi di era kemerdekaan itu berjuang atas dasar ideologi dengan berani mengorbankan kepentingan pribadi. Dengan menyebut beberapa nama, teman tadi menunjukkan bagaimana para politisi di era kemerdekaan itu hidup sederhana (bahkan melarat) tetapi gigih memperjuangkan ideologinya. Menurut dia, politisi sekarang itu menganggap bidang politik dengan pekerjaan, tempat
34
mencari nafkah. Ideologi tidak penting. Itulah sebabnya banya politisi yang dengan mudah pindah partai, yang sangat berbeda ideologinya. Itulah sebabnya para politisi berebut menjadi anggota DPR/DPRD untuk memperoleh penghasilan yang besar. Apa betul begitu ya? Apakah itu generalisasi yang berlebihan? Ketika dikeroyok, teman yang terjun ke politik itu mengeluarkan jurus pamungkas dengan menyampaikan: “Itulah kesalahan kalian yang alergi ke politik. Akhirnya partai politik diisi oleh orang-orang yang tidak baik, sehingga jangan salahkan kalau undang-undang, pimpinan negara, pimpinan daerah serta kebijakannya tidak baik. Karena undangundang dan peraturan itu disusun oleh DPR/DPRD yang isinya orang partai politik. Pimpinan negara maupun daerah diajukan oleh partai politik”. Betul juga ya. Jadi bagaimana ini? Masuk ke dunia politik takut karena “kotor”, tetapi kalau orang baik tidak masuk kemudian partai politik diisi oleh mereka yang kurang baik. Kedua, soal koalisi yang seperti gadogado. Seorang teman mempertanyakan bagaimana bisa terjadi koalisi partai politik yang berubah-ubah di setiap daerah. Di provinsi 1 partai politi A berkoalisi dengan B dan C, melawan partai D, E dan F. Namun di provinsi 2, partai poloitik A berkoalisi dengan D, E melawan partai politik B, C dan F. Teman politisi ini menjelaskan, itulah dunia politik dan sangat dinamis dan segala kemungkinan dapat terjadi. Semua partai ingin calonnya jadi, sehingga akan mencari dan mendukung calon yang diyakini bakal menang. Apakah fenomena itu menguatkan bahwa politisi sekarang bukan orang ideologis, sehingga dengan mudah berbagi koalisi bahkan berkoalisi dengan partai politik yang secara historis memiliki ideologi berbeda jauh? Teman politisi menjawab dengan enteng: “Itulah seni politik, seni mencari peluang agar dapat posisi yang dapat menentukan kebijakan. Jika calon yang didukung menang menjadi gubernur/bupati/ wali kota, maka partai politik itu dapat memasukan perjuangannya menjadi
| Nomor: 118 Tahun XIX - Juni 2018 |
Majalah Unesa
kebijakan daerah”. Betul juga ya. Namun OLEH MUCHLAS SAMANI apakah itu betul? Atau ada udang di balik batu? Ketiga, biaya Pilkada. Seorang kawan minta konfirmasi apakah betul berita bahwa untuk maju menjadi bupati/wali kota/gubernur itu memerlukan biaya yang sangat besar. Ada koran yang menyebut untuk maju sebagai gubernur perlu biaya sampai 300 miliar, untuk menjadi bupati/wali kota perlu biaya sampai 150 miliar rupiah. Teman politisi tidak menjawab secara jelas, jawabannya abu-abu khas seorang politisi. Dia mengajak berhitung, berapa saksi yang harus diberi uang saku, berapa biaya kampanye, berapa biaya ini dan itu. Ternyata kalau dijumlah memang sangat besar. Pertanyaannya, dari mana uang itu diperoleh dan bagaimana mendapatkan gantinya. Mungkinkah penghasilan gubernur itu sebulan lebih dari 300 milyar/60 atau 5 milyar sebulan? Lagilagi teman politisi itu tidak menjawab secara jelas. Dia hanya memberi ilustrasi, ketika seorang tokoh maju menjadi calon gubernur atau bupati atau wali kota tentu banyak pendukungnya. Konon para pendukung itu yang ikut menanggung biaya? Saiapa pendukung semacam itu? Apakah mereka rela mengeluarkan uang tanpa mengharap keuntungan? Merenungkan itu, saya jadi ingat posting dengan gambar Cak Lontong yang mengatakan: “Jangan gara-gara pilkada kamu jadi bertengkar dengan teman. Ingat kalau kamu sakit yang nengokin temanmu bukan gubernur yang kamu pilih. Ingat kalau kamu butuh uang yang minjemin temanmu bukan gubernur yang kamu bela matimatian”. Kalau begitu mari kita mikir yang ringan-ringan saja. Toh seperti nasihat Cak Lontong belum tentu gubernur/bupati/wali kota ingat sama kita.n *http://muchlassamani.blogspot.co.id