8 minute read

RESENSI BUKU

Next Article
DINAMIKA

DINAMIKA

Dialektika Kehidupan Kampus

Oleh SYAIFUL RAHMAN

Advertisement

Spirit kritis dan kreatif harus benar-benar terbangun dalam jiwa mahasiswa. “Pertama! Jangan lupa buka mulutmu, suarakan apa yang membuatmu tidak nyaman dan tidak sesuai dengan peraturan agar dapat menjadi perbaikan”

Semakin hari, arah dunia semakin sulit diprediksi. Posisi pendidikan formal menghadapi tantangan yang besar. Pasalnya, semakin banyak dunia kerja yang tidak mempertanyakan latar belakang lembaga atau jenjang pendidikan yang pernah dikenyam calon karyawannya. Mereka mulai melihat skill yang dimiliki calon karyawannya. Skill menjadi nilai utama bagi sebuah perusahaan.

Bahkan dalam berbagai penelitian juga ditemukan bahwa banyak karyawan yang bekerja tidak linier dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini menjadi perhatian di seluruh dunia. Alhasil, setelah calon karyawan berhasil masuk ke suatu perusahaan, ia harus menjalani pendidikan kembali dari perusahaan tersebut. Berbagai pelatihan harus diikuti terlebih dahulu.

Seharusnya fenomena ini bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Dunia pendidikan memiliki banyak sumber daya yang mampu menjawab tantangan perubahan zaman. Hanya saja, yang menjadi pertanyaan adalah siap dan mau atau tidak dunia pendidikan melakukan perubahan dan beradaptasi dengan kebutuhan masa depan?

Di antara hal-hal penting yang perlu dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menyiapkan

generasi masa depan adalah membangun pola pikir kritis, kreatif, dan mandiri. Apalagi lembaga pendidikan jenjang perguruan tinggi, peserta didik atau mahasiswa yang belajar di dalamnya harus benar-benar siap terjun ke tengah dinamika kehidupan masyarakat pascalulus.

Spirit kritis dan kreatif harus benar-benar terbangun dalam jiwa mahasiswa. “Pertama! Jangan lupa buka mulutmu, suarakan apa yang membuatmu tidak nyaman dan tidak sesuai dengan peraturan agar dapat menjadi perbaikan” (hlm. 6).

Tanpa daya kritis, mahasiswa akan kesulitan melihat persoalan yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Tanpa kritis, mahasiswa juga akan lemah dan tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat demi perubahan yang lebih baik. Daya kritis harus benar-benar ditancapkan melalui pendidikan di dalam kampus bila tak ingin generasi masa depan menjadi generasi pasif.

Namun, dalam kehidupan yang semakin modern ini, mahasiswa yang kritis tidak melulu dimaknai sebagai mahasiswa yang suka melakukan demonstrasi. Kini semakin banyak mahasiswa kritis yang enggan turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi di depan gedung pemerintah. Justru semakin banyak mahasiswa kritis yang langsung turun ke lapangan untuk menjadi problem solver.

“Kalau ingin mengkritik boleh, sampai mereka diam tak berkutik kalau bisa, tetapi jangan lupa berikan solusi untuk ke depannya” (hlm. 14). Daya kritis tidak selalu diidentikkan dengan keberanian memberikan kritik terhadap status quo. Kini, daya kritis juga perlu diiringi daya kreatif untuk memberikan solusi terhadap kelemahan status quo.

Dengan berbagai fasilitas yang melekat pada kampus, sejatinya mahasiswa dapat dibentuk untuk menjadi generasi yang benar-benar siap menjawab gejolak masa depan. Kampus bukan sekadar wahana mengasah intelektual melainkan juga wahaha untuk mengasah spiritual dan emosional. Dengan heterogenitasnya, kampus juga akan mampu menjadi wahana membangun relasi.

Di masa depan, relasi menjadi salah satu komponen penting untuk meraih kesuksesan. Semakin banyak yang meyakini bahwa dunia masa depan bukan sekadar dunia kompetisi, tapi yang tak kalah pentingnya juga dunia kolaborasi. Tanpa kemampuan kolaborasi, generasi di masa depan akan kehilangan soliditas dan solidaritasnya. Kemudian secara perlahan, mereka akan habis dilibas oleh pesatnya perubahan.

DATA BUKU

JUDUL BUKU: Kuliah Tidak Penting?

PENULIS: Danita Astri

PENERBIT: Penerbit Meja Tamu

TAHUN: Pertama, Juli 2020

TEBAL: xvi + 142 hlm

UKURAN: 14 cm x 20 cm

PERESENSI: Syaiful Rahman, Alumni Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Unesa

[ RESENSI BUKU ]

Tentu saja kemampuan kolaborasi tidak bisa terbangun secara instan. Kemampuan itu perlu dilatih dengan penuh kesadaran. “Memang tidak mudah menerima pendapat orang lain yang bertentangan dengan apa yang sudah kita yakini benar. Baiknya, bagaimana menyikapi perbedaan dengan menjunjung rasa perdamaian? Bisakah bersikap lebih santai dalam berdiskusi?” (hlm. 36).

Sekali lagi, yang menjadi pertanyaan penting berikutnya adalah keberanian dan kemauan kampus untuk melakukan berbagai perubahan demi menyiapkan generasi tangguh di masa depan. Meskipun tetap harus diakui, tanggung jawab ini tidak serta merta diserahkan kepada kampus sepenuhnya. Perlu ada sinergi seluruh stakeholder pendidikan, khususnya para civitas academica.

Melalui buku ini, sebenarnya penulis, Danita Astri hendak mengajak mahasiswa untuk sadar terhadap posisi dirinya. “Cobalah menjadi mahasiswa yang tidak biasabiasa saja. Jangan mau diremehkan!” (hlm. 16).

Kendatipun mahasiswa diberi label sebagai kaum terpelajar dan kaum istimewa, namun jangan sampai label itu membuat mahasiswa jumawa. Mahasiswa perlu memiliki kekuatan batin dan mental yang tangguh. Sementara kekuatan itu hanya bisa dicapai bila mahasiswa menyadari posisinya, mahasiswa mau rendah hati dan haus ilmu serta pengalaman.

Bila ditelaah, buku ini memiliki dua ujung yang sama tajam. Satu ujung berupa kritik dan refleksi terhadap kehidupan kampus. Ujung yang lain berupa alternatif solusi dan langkah-langkah konkret yang perlu dilakukan mahasiswa agar benarbenar menjadi generasi harapan bangsa. n

Syaiful Rahman adalah pecinta buku. Saat ini sedang belajar di program studi S-2 Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya!

[ SEPUTAR ]

Unesa Bangun Rusunawa Tiga Lantai

UNESA terus berupaya memberikan kenyamanan dan keamanan bagi mahasiswa melalui penyediaan fasilitas dengan kualitas terbaik. Salah satunya melalui penyediaan fasilitas tempat tinggal atau asrama bagi mahasiswa. Pada Senin (3/8) Unesa menyelenggarakan peletakan batu pertama atau groundbreaking sebagai tanda dimulainya pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

Rektor Unesa, Prof. Nurhasan mengatakan, Rusunawa tersebut merupakan bantuan dari kementerian PUPR. Rusunawa yang akan dibangun tiga lantai tersebut akan diperuntukkan bagi mahasiswa putra. Untuk lantai satu nanti, Rektor berharap dapat dipergunakan untuk kepentingan mahasiswa asing maupun yang tengah menjalani pertukaran mahasiswa di Unesa. Sehingga, mereka mendapat fasilitas yang lebih nyaman.

“Alhamdulillah, ini merupakan perjuangan yang luar biasa. Mudahmudahan terus berkesinambungan. Tidak hanya satu rusunawa, tapi bisa dua nantinya,” ungkap Rektor.

Sementara itu, Suprapto, S.Pd, M.T, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan menjelaskan bahwa rusunawa tersebut akan dibangun tiga lantai dengan luas gedung 17,5 x 30 meter persegi. Nantinya, jelas Suprapto, gedung tersebut akan dibangun berbentuk leter U yang akan menyambung satu sama lain. Jalan di sekeliling asrama putra akan dipaving.

“Kita bersyukur, dari sekian LPTK, kita menjadi bagian yang mendapatkan paket bantuan tersebut dari kementerian PUPR,” terangnya.n (HAS)

Unesa - KAMBOJA PERKUAT KERJA SAMA PENDIDIKAN

OFFICE of International Affairs (OIA) Universitas Negeri Surabaya menggelar webinar seri-5 dengan tema IndonesiaCambodia: Strengthening Partnership as Education and Technology Front Liner pada Rabu (29/07). Webinar internasional tersebut bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Unesa dengan Universitas Kamboja di bidang pendidikan dan teknologi.

Pemateri yang dihadirkan dalam webinar tersebut adalah Ith Vuthy, MSc, MA, Ministry of Education Youth and Sport, Kingdom of Cambodia, Dr. Bun Phearin selaku President National Polytechnic Institute of Cambodia (NPIC), Mr. Khun Buntat, MBA, Head of International Office National Institute of Entrepreneurship and innovation (NIEI) dan Prof Dr. H. Muchlas Samani, M.Pd, Professor of education Unesa.

Ith Vuthy, MSc, MA, selaku narasumber pertama menyampaikan materi mengenai perkembangan kolaborasi antara Indonesia – Kamboja. Materi yang disampaikan oleh Ith Vuthy bertujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan kolaborasi antara Indonesia dan Kamboja.

Prof Dr. H. Muchlas Samani, M.Pd. ambil bagian dengan menyampaikan materi tentang memikirkan ulang pendidikan di era Post Pandemi yang memiliki double tantangan di era 21st century. Selain itu, Prof Dr. H. Muchlas Samani juga menyampaikan bahwa skill yang sangat di butuhkan dan harus dimiliki seorang pelajar di 21st century adalah problem solving dan using technology. Oleh sebab itu, kedua skill tersebut harus selalu di tekankan kepada pelajar di era 21st century. n (WULIDA)

Jejamu, Ritus Rempah untuk Bunyi

KKM Gamelan Sawunggaling Jurusan Sendratasik FBS Unesa bekerja sama dengan beberapa lembaga dan komunitas mengadakan kegiatan pertunjukan musik yang berjudul ‘JEJAMU’ dengan tema Ritus Rempah untuk Bunyi. Pertunjukan tersebut dilaksanakan secara live streaming youtube channel dan instagram Gamelan Sawunggaling dan MMS Production pada Senin (20/7) pukul 16.00 – 17.00 WIB.

Kegiatan JEJAMU menggunakan 3 bagian karya dan setiap karya masih memiliki substansi saling terkait, yakni semampir, senandung, dan semaput. Dengan komposer Joko Porong (Joko Winarko) dari gamelan sawunggaling dan Suwandi Widianto sebagai host acara.

Semampir yakni kekuatan kandungan yang ada di dalam rempah-rempah (aroma, rasa, dll) yang kemudian digunakan untuk berkalaborasi dengan unsur lain dan akhirnya menjadi satu ramuan (jamu). Sedangkan Senandung terinspirasi dari aktivitas ibu penjual jamu gendong disekitaran rumah komposer dalam meracik jejamuan, hingga yakin dapat bermanfaat senandung. Dan yan terakhir Semaput merupakan khasanah bahasa Jawa yang berarti tak sadarkan diri, pengertian ini dikonotasikan dengan ketidak sadaran tentang jalur-jalur perdagangan rempah yang juga turut andil besar dalam proses pertemuan, pengembangan bahkan penemuan hal-hal baru seperti rasa, aroma, ataupun pengetahuan.

Kata ‘JEJAMU’ berasal dari pertemuan rempah denga hal-hal lain ternyata juga sekaligus menjadi ajang pertemuan lintas kebudayaan, lintas ilmu pengetahuan, bahkan juga berdampak dalam ranah penciptaan nuansa kabaruan. n (AIDA)

Rektor Unesa, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes bersama jajaran pimpinan menyerahkan dua robot KECE ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur. Robot canggih generasi pertama yang bisa mengantar alat medis, makanan, serta melakukan sterilisasi ruangan pasien Covid-19 itu diterima langsung oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa di Gedung Grahadi Surabaya pada Senin (13/7).n

PENYERAHAN ROBOT KECE KE GUBERNUR JATIM

KKN DI GRESIK BAGIKAN MASKER DAN DISTRIBUSI JAMU

Tim 7 KKN Gresik memulai kegiatan KKN mereka dengan membangun dua desa di Gresik Utara dan Gresik Selatan. Tepatnya di Desa Bungah dan Desa Cerme Kidul. Kegiatan yang mereka lakukan mulai dari membagikan masker gratis, pembuatan dan pendistribusian jamu kepada warga setempat, membuat tempat mencuci tangan hingga pembuatan face shield. n

KKN DI SIDOARJO SOSIALISASI POLA HIDUP SEHAT DAN SEMPROT DISINFEKTAN

Tim 12 KKN Sidoarjo melakukan kegiatan pembangunan Desa Simokeyawang dan Desa Banjarbendo. Mereka melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pola hidup sehat sebagai upaya pencegahan COVID-19 kepada warga setempat. Selain itu, juga ada pemberian masker dan penyemprotan disenfektan di sekeliling desa. n

This article is from: