[ KOLOM REKTOR ]
Program Sarjana Terapan Unesa Oleh Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes (Rektor Universitas Negeri Surabaya) Unesa merespons serius program pendidikan vokasi yang digencarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai wujud keseriusan dan momentum yang baik itu, Unesa mengangkat pejabat baru yang akan menangani sepuluh program pendidikan vokasi yang telah mendapatkan izin beroperasi dari kemendikbud.
K
ementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) telah mewujudkan beberapa paket kebijakan dalam melakukan transformasi pendidikan vokasi. Setidaknya, ada sembilan poin dalam kebijakan tersebut yakni kurikulum, project based learning, mendatangkan tiga guru tamu minimal 50 jam per semester per prodi, praktik kerja industri minimal satu semester, sertifikasi kompetensi bagi lulusan dan guru-guru, pengajar vokasi rutin dilatih oleh industri yang sesuai, riset terapan start from the end dan didasari kebutuhan riil, komitmen serapan lulusan oleh DUDI, dan beasiswa ikatan dinas dari DUDI untuk lulusan. Paket kebijakan tersebut
24
merupakan wujud nyata keseriusan kemendikbud dalam upaya mewujudkan SDM unggul menuju Indonesia masa depan. Kemendikbud terus melakukan upaya memastikan agar link and match antara pendidikan dan pekerjaan dapat terjalin sebaikbaiknya. Lulusan pendidikan vokasi harus kompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Kemendikbud tidak menghendaki lahirnya lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan Dunia Kerja dan Dunia Industri (DUDI). Oleh karena itu, kurikulum harus agile dan adaptif terhadap perubahan dan diperkuat melalui internship. Kementerian Pendidikan melalui Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud memaknai dua hal terkait link and match. Pertama, memulai dengan apa yang dibutuhkan
| Nomor: 150 Tahun XXII - Februari 2021 |
Majalah Unesa
DUDI . Kedua, melakukan bersamasama dengan industri untuk turut serta mendidik anak-anak. Kebutuhan DUDI yang terus diwujudkan Kemendikbud melalui Ditjen Vokasi berupa lulusan dengan karakter baik, inisiatif, terampil, menguasai bahasa asing, serta memiliki soft skills. Pihak DUDI mengaku meski hard skills dibutuhkan, namun melatih hard skills jauh lebih mudah dibandingkan mengasah karakter dan soft skills lulusan. Pendidikan vokasi baik SMK-SMK maupun kampus-kampus vokasi serta lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia harus ‘menikah’ dengan industri dan dunia kerja. Kolaborasi dengan industri sangat diperlukan sebagai strategi utama dalam mengembangkan pendidikan vokasi.