[ FILOSOFI ]
In Vita Scientiae et In Vivet Scientia Ilmu itu ada dalam hidup, dengan jalan menghidupi ilmu itu dalam hidup sehari-hari. Sebetulnya ini boleh juga disebut hanya sebagai akal-akalan guru kepada muridnya, agar mereka terus mengingat apa yang pernah dipelajarinya. Tidak gampang melupakannya, hingga semester berlalu maka yang dipelajarinyapun berlalu. Akhirnya, mereka menjadi pelantun lirik lagu “Aku masih seperti yang dulu.”
bahwa ilmu yang akan dipelajari dalam mata kuliah yang akan ditempuh selama satu semester itu ada dalam hidup sehari-hari. Bukan makhluk asing, atau barang baru yang belum pernah dijumpai dalam hidup sehari-hari. Di dalam mata kuliah, itu semua disistematisasikan, dikonstruksikan setakat menghasilkan konsep, prinsip, teori, bahkan aksioma metafisis sekalipun. “Apapun ilmu itu!”, begitu saya
Dr. Budinuryanta Yohanes Dosen Prodi S3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Pascasarjana Unesa
U
ntuk memotivasi mahasiswa belajar dalam mata kuliah yang saya ampu, tidak jarang pada pertemuan pertama perkuliahan saya mengatakan ungkapan: hidup dalam ilmu, dan ilmu dalam hidup, In vita scientiae et in vivet scientia. Ungkapan itu kadang juga saya ulang lagi di minggu terakhir perkuliahan. Tentu bukan bermaksud bergaya. Sama sekali tidak. Hanya satu maksud saya hendak menunjukkan
18
lancang memberanikan diri untuk merampatkan kebenaran ungkapan itu. Jika itu saya ulang lagi di perkuliahan minggu terakhir, saya bermaksud untuk menegaskan kembali agar yang telah dipelajari selama satu semester itu dibuktikan kebenarannya. Bahwa ilmu itu ada dalam hidup, dengan jalan menghidupi ilmu itu dalam hidup sehari-hari. Sebetulnya ini boleh
| Nomor: 152 Tahun XXII - April 2021 |
Majalah Unesa
juga disebut hanya sebagai akalakalan guru kepada muridnya, agar mereka terus mengingat apa yang pernah dipelajarinya. Tidak gampang melupakannya, hingga semester berlalu maka yang dipelajarinyapun berlalu. Akhirnya, mereka menjadi pelantun lirik lagu “Aku masih seperti yang dulu.” Tanyaan mendasarnya adalah mengapa ilmu dan hidup itu satu? Jawabannya adalah adanya ilmu karena materia ilmu ada dan berada dalam hidup. Tidak ada ilmu, apapun itu nama ilmunya, jika materia sebagai objek konkret ilmu tidak ada dan tidak berada dalam hidup. Sebut saja, misalnya, Ilmu bahasa atau linguistika. Ia ada karena bahasa sebagai materianya ada dalam hidup. Ia akan tetap berada jika ilmu bahasa itu berada (baca: dihidupi) dalam hidup. Andaikata ilmu bahasa ada tetapi tidak berada dalam hidup, niscaya tidak akan berkembang. Ia akan stagnan, bahkan lambat laun akan mati, hingga ia tidak berada lagi. Demikianlah, matematika atau ilmu bilangan, ia ada karena