[ FILOSOFI ]
Membahasakan yang “Ada”, di Kala Corona Bahasa, di kala pandemi corona mempunyai fungsi mencerminkan realitas. Dengan teks deskriptif, dia akan merekam apa yang sedang terjadi. Kenyataan yang kompleks ini dibatangtubuhkan melalui “rajutan” teks yang diproduksi oleh manusia. Andik Yuliyanto, S.S., M.Si. Dosen Linguistik Forensik, Prodi Sastra Indonesia, FBS Unesa
24
P
andemi corona sudah berjalan hampir dua tahun. Berbagai peristiwa tidak bisa dilepaskan dari pandemi ini. Akibatnya, segala sesuatu dikaitkan dengan masalah pandemi corona, baik secara global, nasional, maupun lokal. Dari dunia yang bersifat kasat mata hingga dunia spiritualitas. Bahasa, di kala pandemi corona mempunyai fungsi mencerminkan realitas. Dengan teks deskriptif, dia akan merekam apa yang sedang terjadi. Kenyataan yang kompleks ini dibatangtubuhkan melalui “rajutan” teks yang diproduksi oleh manusia.
| Nomor: 158 Tahun XXII - Oktober 2021 |
Majalah Unesa
Tidak hanya mencerminkan kenyataan, bahasa juga mempunyai kemampuan untuk membangun dan mengkonstruk realitas. Peran manusia sangat penting dalam hal ini. Manusia melakukan hyperreality. Suatu peristiwa tampak lebih nyata dari yang nyata. Selanjutnya, karena manusia adalah makhluk (creature), maka manusia di kala pandemi corona merefleksikan dirinya dengan pencipta-Nya (creator). Posisi yang demikian, menjadikan kenyataan yang terjadi di kala corona membuat manusia berpikir tentang hakikat