Majalah Unesa Edisi 71

Page 1



WARNA EDITORIAL

FAKULTAS BARU DI KAMPUS LIDAH

Majalah Unesa

ISSN 1411 – 397X Nomor 71 Tahun XV - Juli 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, M. Wahyu U. Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804

J

ika selama ini, ba­ ik Unesa dan mem­ Kampus Lidah pu­­ nyai peran yang di­ W ­ e­­tan, Une­sa, se­­ gani di belantara se­ ha­­nya dihuni ni dan industri kreatif di Indonesia. Mimpi o­leh ti­ga fakultas, dalam wak­ tu yang tidak lama be­­sar selalu dipunyai la­ gi, akan ada fakultas oleh orang-orang yang ba­­ru, yakni Fakultas Se­ ber­ jiwa besar dan ber­ ni dan Industri Kreatif ga­gasan besar. Mim­pi (FSIK). Penambahan fa­ be­ sar adalah sumber kul­ tas baru itu tentu ins­­pirasi yang mampu akan membuat kampus mem­­­berikan perjalanan tam­ bah semarak, hi­ ke­­reta kuda agar le­bih dup, dan bergairah. Se­­ cepat lagi. Nah, pu­nya­ lama ini, Kampus Lidah l DR. SUYATNO, M.PD kah punggawa FSIK itu Wetan seakan hutan sebuah mimpi besar perdu dengan se­ genap yang dapat di­nya­ta­kan kesepiannya akibat luas lahan. Se­men­ segera? ta­ra ini, tiga fakultas yang sudah ada di­ Fakultas baru saat ini teramat mu­ temani oleh PPG dengan gedung sem­ dah untuk segera menunjukkan ek­ bi­lan lantai. Namun, kesepian semakin sis­tensinya karena sudah ada fakultas me­nyergap karena penataan yang be­ yang lebih dahulu berdiri. Ada kaca cer­ lum selesai. min di sana. Ada jalan yang bisa diurut Masa lampau, ada film nasional kem­bali di sana. Lalu, betapa kasihan yang berjudul, Apa yang Kau Cari Palupi? jika pengelola FSIK itu, jika benar-be­ Ju­­dul itu dapat dianalogikan dengan nar berdiri, berjalan teramat lambat, per­nyataan, Apa yang Kau Cari Fakultas kon­vensional, statis, dan banyak me­ Baru? Jawabnya, tidak terletak di buku nge­ luh. Fakultas baru harus dengan teks, buku referensi, atau proposal se­gera berperan di tengah belantara yang tebal. Jawab aslinya terletak pa­da ke­majuan bangsa. kesadaran tinggi para pengelola yang Memang, jika melirik dengan se­ telah dipercaya untuk kerja keras dan ngaja sebuah perkembangan za­ man, langkah cerdas sehingga dalam wak­ Unesa harus terus menambah fa­ tu dekat dapat menyamai fakultas lain, kultas baru agar Unesa semakin ko­ dikenal oleh masyarakat luas, dan tu­rut koh dalam memenuhi keperluan ma­ menyokong berkibarnya bendera Une­ sya­ rakat. Penambahan fakultas baru sa di tiang tertinggi. akan memberikan angin sejuk bagi Kerja keras dan langkah cerdas itu per­bendaharaan pilihan akademis para tidak dapat hanya disokong oleh ala­ ge­nerasi muda Indonesia. Oleh karena san klasik, yakni Kami masih fakultas itu, sangat wajar, jika setelah FSIK itu baru; Dana tidak mendukung; Sarana ber­ diri akan disusul dengan fakultas ka­ mi masih minimalis; Tenaga dosen ba­ru lainnya. masih pas-pasan; dan alasan lainnya Tentu, kemunculan fakultas baru yang teramat klasik. Alasan tersebut akan memberikan dampak kesedihan se­ benarnya sebuah penghalang ke­ dan kegembiraan bagi yang lainnya. ma­ juan yang berdasarkan kreativitas Dam­pak kesedihan akan muncul bagi dan inovasi sentuhan manajemen. fakultas induk yang ditinggalkannya Ala­ san seperti itu merupakan alasan ka­ rena sudah terlanjur memberikan yang dipunyai oleh semua pihak jika sarana dan prasarana yang lebih. Itu meng­ hadapi yang baru. Namun, hal ke­sedihan yang berasal dari pemikiran itu bukan alasan bagi pembaharu yang yang sempit. Dampak kegembiraan ber­ landaskan loncatan pikiran dan akan muncul dari fakultas induknya perbuatan. Keluar dari kotak akan lebih ka­ rena merasakan hasil jerih payah membebaskan langkah dan pikiran dengan ditandai munculnya fakultas dar­ipada bersembunyi di dalam kotak ba­ ru. Kegembiraan itu ada karena yang terbatas di empat sudutnya. optimistis akan terdapat kemajuan Mimpi besarnya adalah FSIK men­ yang lebih baik bagi Unesa. n jadi fakultas yang mendongkrak na­ma Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

|

3


CONTENT

INFO HALAMAN

26

03. WARNA Fakultas Baru di Kampus Lidah oleh Dr. Suyatno, M.Pd

18

05. LAPORAN UTAMA

Wisuda ke-80 Unesa, ternyata menjadi moment penting bagi Rektor Unesa, Prof. Muchlas Samani. Karena, itu wisuda terakhir pada masa jabatannya memimpin Unesa pereiode 2010-2014.

• Fakultas Seni dan Desain Kreatif , sebuah Asa Baru • FSIK, Revolusi Pendidikan Seni • Ekonomi Kreatif adalah Challenge • Industri Kreatif Perlu Peran Lebih Pemerintah • Prodi di FSIK Harus Menunjang Kreativitas

09. WAWANCARA

• Prof. Dr. Setya Yuwono: Kekayaan Seni Indonesia Potensial Dijadikan Industri

13. KABAR PRESTASI • Arsiparis Unesa Langganan Prestasi Tingkat Nasional • Lulus Lebih Cepat, Alumnus Bidik Misi Unesa Raih LPDP

14. SEPUTAR UNESA 16. KOLOM REKTOR

• Kreativitas Itu Ternyata Tidak Instan

20. KABAR MANCA

• Buah Tangan Menimba Pengalaman Akademik di Negeri Kanguru

23

23. SERBA SERBI

• 8 Cara Jadikan Otak Cerdas

24 KABAR SM3T • “SM-3T, The Silent Hero”

26. INSPIRASI ALUMNI • Oki Aryono, Ketua Yayasan Bina Qalam Indonesia

34. CATATAN LIDAH • Hakikat Fakultas oleh Djuli Djatiprambudi 4 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

32


LAPORAN UTAMA

FAKULTAS SENI DAN DESAIN KREATIF

SEBUAH ASA BARU

Jika tak ada aral melintang, Unesa bakal menambah satu fakultas lagi, yakni Fakultas Seni dan Industri Kreatif (FSIK). Proses pengajuan surat izin telah diajukan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, tinggal menunggu izin dan peresmian. Tentu, semua berharap kehadiran fakultas baru itu akan semakin membuat nama baik Unesa berkibar dan disegani terutama di jagat seni dan industri kreatif. Mampukah?

P

roses pembentukan fakultas baru FSIK sejatinya sudah dirancang cukup lama, yakni sekitar tujuh tahun lalu. Hanya saja, tanggapan positif terkait pembentukan fakultas yang akan menaungi bidang ilmu seni, ilmu pendidikan seni dan ilmu desain serta cakupannya pada pengembangan ekonomi kreatif itu baru mendapat sinyal kuat pada era kepemimpinan Rektor Unesa 2010 - 2014 Prof. Muchlas Samani. “Tanggapan Prof. Muchlas terkait pem­ bentukan fakultas baru sangat an­ tu­ sias. Beliau juga mengusulkan untuk me­ nambahkan beberapa jurusan yang ada di Fakultas Teknik untuk bergabung sesuai dengan relevansi ekonomi kreatif yakni Tata Busana, Tata Boga, Tata Rias, dan lain-lain,” ujar Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn, Kajur Seni Rupa yang juga salah satu penggagas pembentukan fakultas baru tersebut.

Pembentukan fakultas baru tersebut, terang Djuli bukan dimaksudkan untuk memisahkan diri dari keilmuan bahasa melainkan untuk memberi ruang yang lebih ideal bagi berkembangnya ilmu seni, ilmu pendidikan seni, dan ilmu desain, serta cakupannya pada pengembangan ekonomi kreatif. “Selain itu, pembentukan fakultas baru tersebut juga didasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat, dan paradigma ekonomi kreatif yang saat ini semakin diminati,” ungkap Djuli. Kajur Seni Rupa dua periode itu me­ yakinkan bahwa pembentukan Fa­ kul­tas Seni dan Industri Kreatif akan sa­ ngat berdampak positif bagi Unesa. Ia meng­ ungkapkan sejumlah fakta bahwa bi­ dang seni perlu memiliki wadah ke­ lem­bagaan sendiri yang sejalan dengan karakteristik bidang ilmu agar ke depan upaya pengembangan prodi dapat lebih maksimal, lebih cepat, dan lebih relevan

Dr. Djulijati P.

Prof. Kisyani

dengan kebutuhan lapangan kerja. Selain itu, Fakultas Seni dan Industri Kreatif akan membuka peluang menerima mahasiswa dalam jumlah lebih besar, karena program studi yang ada menjadi lebih banyak dan spesifik. Indikatornya bisa mengacu pada besarnya minar mahasiswa yang mendaftar di pendidikan Jurusan Seni Rupa dan Sendratasik setiap tahunnya. “Data terakhir tahun 2010, jumlah pen­ daftar sebanyak 2.000 orang, se­dang­kan daya tampung untuk Jurusan Seni Rupa hanya 120 orang dan Jurusan Sendratasik hanya 160 orang. Bila mengacu pada per­ kembangan pendidikan bidang kesenian saat ini, tentu sudah sangat layak untuk membuka fakultas dengan beberapa program studi yang lebih spesifik dan se­ suai dengan kebutuhan masyarakat saat ini,” tandasnya. Mengenai persiapan, Djuli me­nga­ta­ kan bahwa persiapan FSIK sudah rampung

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

|

5


LAPORAN UTAMA semua, mulai tenaga pengajar dan juga infrastruktur. Tidak hanya itu, kerja sama dengan lembaga-lembaga lain kjuga telah dipersiapkan. “Kami telah bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang nantinya akan menunjang hasil kemampuan dalam seni maupun desain,” paparnya. Industri Kreatif Perlu Digalakkan Pembantu Rektor I Unesa, Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum, sependapat jika industri kreatif perlu digalakkan yang lebih inovatif dan inspiratif. Apalagi, industri kreatif ini kebanyakan berasal dari anak-anak muda dan mampu menopang perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan wadah untuk mengembangkan potensi anak-anak muda dalam industri kreatif tersebut. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, ungkap Prof. Kisyani, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tentu merasa penting dan perlu ikut aktif dalam membantu kebutuhan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendorong terbentuknya Fakultas Seni dan Industri Kreatif (FSIK) Unesa yang merupakan

wadah akademik yang berkaitan dengan seni dan industri kreatif. “Kalau itu memang penting dan dibutuhkan, kenapa tidak jika kami menyediakan wadahnya?,” lanjut Guru Besar Dialektologi itu. Lebih lanjut, Prof. Kisyani menjelaskan bahwa FSIK sebenarnya merupakan pecahan dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). “Sebenarnya FBS ini kan ada dua fakultas, yaitu bahasa dan seni. Padahal keduanya memiliki coraknya masingmasing,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya. Kisyani menuturkan, kurikulum prodi-prodi yang ada di FSIK haruslah mengacu pada kebutuhan dunia usaha dan kebutuhan nasional. Hal itu penting agar prodi-prodi tersebut dekat dengan kebutuhan pasar dan industri. Meski Fakultas Seni dan Industri Kretif (FSIK) merupakan wadah yang dipersiapkan untuk mendidik anak bangsa agar lebih kreatif demi kebutuhan dunia usaha dan kebutuhan nasional tetapi tidak serta merta menghilangkan ciri Unesa sebagai kampus pendidikan. “Nafas kami tetap pendidikan. Ilmu-ilmu murni hanya

Dr. Trisakti, M. Si, Dosen Sendratasik:

FSIK, Revolusi Pendidikan Seni

Dr. Trisakti, M.Si optimistis FSIK Unesa akan mampu men­jadi bagian dari revolusi pendidikan seni di Indonesia.

I

ndustri Kreatif didefinisikan sebagai segala aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi serta pemanfaatan kreativitas, keterampilan dan bakat. Industri kreatif tidak lepas dari

6 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

sebagai pendorong terhadap pendidikan itu sendiri,” kata Kisyani. Kisyani melanjutkan, semua nama fakultas yang ada di Unesa memang tidak ada yang pendidikan, misalnya Fakultas Ekonomi (FE) bukan Fakultas Pendidikan Ekonomi. Akan tetapi, dalam setiap fakultas itu terdapat pendidikan. Sementara itu mengenai out put FSIK, Kisyani menyampaikan bahwa itu tergantung pada kemampuan setiap individunya nanti. “Kalau memiliki kemampuan dalam musik maka tentu saja akan masuk ke dalam dunia musik. Yang jelas setiap program studi (prodi) akan memiliki luaran yang sama dengan prodi di seluruh Indonesia,” tuturnya. Sejauh ini, berbagai persiapan telah dilakukan menyambut kelahiran FSIK, di antaranya penyediaan gedung, tenaga pengajar, dan surat izin yang sudah dikirimkan ke Mendikbud. “Kami tinggal menunggu izin dan peresmian dari menteri pendidikan,” pungkasnya. (WAHYU/ SYAIFUL/SIR)

kehadiran inovasi-inovasi sebagai dampak kreativitas yang terus menerus digali. Istilah industri kreatif semakin merebak di Indonesia dengan dukungan Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, disusul keluarnya Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 pada 21 Desember 2011 yang berisi amanah pembentukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Universitas Negeri Surabaya, sebagai lembaga akademik turut mengikuti perkembangan era Ekonomi Kreatif. Salah satu wujud terbesarnya adalah pembentukan fakultas baru bernama Fakultas Seni dan Industri Kreatif (FSIK) yang rencananya akan dibangun pada tahun 2015. Fakultas yang dibentuk dari dipisahkannya unsur “seni” dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) ini berkonsentrasi pada pendidikan seni dan seni murni serta peran pentingnya dalam bidang ekonomi kreatif. Dr. Trisakti, M. Si., dosen prodi seni drama, tari, dan musik (Sendratasik) FBS mengungkapkan bahwa seni itu memiliki kesempatan untuk eksis dalam berbagai kegiatan termasuk salah satunya sebagai industri kreatif. Berkaitan dengan konotasi “ekonomi” bagi jurusan sendratasik, dosen asal Surabaya tersebut mengatakan, bukan semata-mata orientasinya ke pasar, tetapi nantinya tetapi lebih ke arah pendidikan masa kini yang bisa diadopsi untuk menjembatani pendidikan di sekolah. Trisakti mengatakan, saat ini keberadaan seni di tengah pelaku pendidikan terutama siswa, cukup rapuh mengingat besarnya dampak keluar masuknya budaya asing secara bebas di Indonesia. Karena itu, seni sebagai bagian penting dari budaya haruslah diperkuat eksistensinya, salah satunya dengan cara pengemasan kreatif yang menarik. “Disinilah peran industri kreatif dibutuhkan, tidak hanya memprioritaskan pasar namun lebih dari itu, yaitu menarik perhatian generasi masa kini untuk mempelajari seni dan mempertahankannya sebagai budaya bangsa,” paparnya. Dosen yang menyelesaikan studi S-2 dan S-3 di Universitas Udayana itu mengungkapkan, keberadaan FSIK akan berdampak pada tingkat konsentrasi pihak yang saat ini berkecimpung di


LAPORAN UTAMA bidang seni di Unesa. “Untuk jurusan Sendratasik, sudah ada prodi yang mulai siap bergabung dalam FSIK, yaitu Seni Musik Murni,” terangnya. Namun demikian, karena termasuk perubahan maka dibutuhkan waktu untuk beradaptasi, tidak serta merta dapat dengan langsung melangkahkan kaki dengan mudah. “Masa transisi itu kan membutuhkan waktu. Tetapi kita berharap temuan-temuan dalam masa transisi itu mengalami perbaikanperbaikan kurikulumnya, sarana prasarananya, dan yang lainnya,” ucapnya. Mengenai harapan untuk FSIK, dosen yang dinobatkan sebagai Peneliti Berprestasi pada Dies Natalis Unesa ke-49 itu

berharap pendidikan seni lebih baik lagi, lebih maju, dan bisa memberikan kontribusi pada perkembangan pendidikan seni terutama di Indonesia. Ia juga berharap dengan dibukanya FSIK konsentrasi para dosen bisa lebih serius. “Teman-teman dosen di sini yang punya potensi cukup bagus, bisa lebih berkembang dan lebih kreatif lagi dalam memajukan pendidikan, khususnya di bidang seni,” harapnya. Tentu, semua pihak berharap dibukanya FSIK mampu menjadi jembatan revolusi seni yang mampu mempererat kebudayaan seni dan pendidikan kepada generasi muda untuk senantiasa bangga dan turut menjaga seni dan budaya bangsa hingga dapat mewujudkan nilai-nilai luhur di dalamnya. (CRH-ANNISA ILMA)

Drs. Martadi, M.Sn, Dosen Seni Rupa

Ekonomi Kreatif adalah Challenge

S

eiring berjalannya waktu, Indonesia mu­lai memasuki era baru, yaitu era ekonomi kreatif. Hal tersebut ti­dak bisa dihindarkan. Sebelum meng­hadapi era ekonomi kre­ a­tif, In­donesia sudah me­le­ wati era teknologi. Era tek­ no­­logi me­nan­dakan bila informasi semakin terbuka. Hal inilah yang menjadi pin­tu gerbang me­nuju era ekonomi kreatif. Se­ma­kin mudahnya informasi di­ da­ pat­kan, maka semakin ter­buka pula persaingan dalam ber­ bagai hal. Demikian dikatakan Drs. Martadi, M.Sn, dosen seni rupa ketika dimintai

tang­gapan seputar ekonomi kreatif dan pem­bentukan fakultas baru FSIK. Martadi me­ngatakan, ekonomi kreatif tidak hanya ber­kutat pada kreativitas, na­mun kebudayaan dan kekayaan alam juga menjadi pokok dari ekonomi kreatif. “Masyarakat Indonesia ha­ rus segera berbenah a­ gar dapat bersaing ka­ re­­ na ekonomi kreatif se­ ru­­pa dengan kompetisi. Ke­ budayaan dan kekayaan alam seharusnya menjadi titik ung­ gul bangsa Indonesia untuk me­ngembangkan kreativitas sebagai be­ kal menyongsong era ekonomi kreatif,” ung­kapnya.

Bilamana bangsa Indonesia tidak mam­ pu memanfaatkan hal tersebut, lan­ jut Martadi, maka banyak inspirasi dari kebudayaan dan kekayaan alam Indonesia yang diambil negara lain. Di sisi lain, banyak masyarakat Indonesia te­lah berbondong-bondong memacu krea­ ti­ vitas. “Era ekonomi kreatif membuat ma­ syarakat mengubah pola hidup de­ngan meningkatkan eksistensi diri. Se­ba­liknya, para produsen mengubah arah ber­ kompetisi dalam menyediakan jasa,” tan­ das­nya. Martadi pun bercerita bahwa salah se­orang alumni Unesa telah berhasil me­ ngembangkan kreativitas dengan men­ce­ tus­kan ide Jember Fashion Carnival yang suk­ses menjadi even internasional. (CRH-YUSUF)

Drs. Ec. Budiono, M.Si., Dosen Fakultas Ekonomi:

Industri Kreatif Perlu Peran Lebih Pemerintah

N

egara Indonesia se­­bagai anggota ASEAN dalam wak­tu dekat akan meng­­hadapi tantangan yang sa­­ngat besar. Tantangan ter­se­but tidak lain adalah akan di­laksanakannya Asean Econo­mic Community (AEC) 2015. Dalam rangka meng­ hadapi tantangan ini tentunya Indonesia mem­bu­tuhkan persiapan yang ma­tang agar tidak kalah ber­sa­ing. Sebagaimana nama pro­ gramnya, persiapan yang paling penting adalah dalam bidang ekonomi. Di antara sektor ekonomi yang cukup

strategis untuk dikembangkan adalah industri kreatif. “Industri kreatif sangat dibutuhkan karena tidak membutuhkan dana yang besar. Hanya butuh kreativitas yang lebih,” tutur Drs. Ec. Budiono, M.Si., dosen Fakultas Ekonomi (FE). Dosen kelahiran Kediri itu menjelaskan, untuk mengembangkan industri kreatif tentu membutuhkan peran aktif pemerintah. Misalnya, pemerintah memberikan insentif lebih terhadap para pengusaha. Adanya insentif lebih ini nantinya akan mendorong

tumbuh kembangnya pengusaha-pengusaha dan kreativitas-kreativitas baru. Insentif lebih juga perlu diberikan kepada para peneliti. Dari para peneliti inilah nantinya inovasi-inovasi untuk me­ ngembangkan perekonomian Indonesia diketahui. “Di negara kita rasio dana riset masih paling rendah terhadap total GNP. Penelitian belum dijadikan prioritas,” jelas sekretaris

eksekutif Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ini. Di samping itu, pemerintah perlu memberikan kemudahan bagi para pengusaha pemula yang hendak berkarya, baik dalam bidang perizinan maupun dana. Yang juga termasuk dalam perizinan ini adalah perizinan investasi, sedangkan yang termasuk dalam dana adalah cara pengusaha mendapatkan dana.

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

|

7


LAPORAN UTAMA “Misalnya jika meminjam dana pada bank untuk membangun usaha maka bunganya tidak terlalu besar. Atau bahkan kalau bisa, untuk pengusaha pemula tidak dikenakan pajak dulu selama lima tahun, baru nanti kalau usahanya sudah maju ditarik pajak,” ujarnya.

Yang juga tidak kalah pentingnya adalah adanya peraturan pembatasan importcontent. Artinya, dengan membatasi komponen impor maka nantinya perusahaan akan dituntut untuk memilih bahan baku lokal (local-content) daripada harus mengimpor. Untuk saat ini import-content

Negara Indonesia masih berkisar 70% sedangkan bahan baku yang dipasok dari lokal hanya 30%. Akibatnya, tidak terjalin kerja sama antar perusahaan-perusahaan di dalam negeri sehingga harga barang-barang menjadi mahal. “Seandainya importcontent hanya dibatasi 40%,

sedangkan yang 60% harus berasal dari lokal tentu ini akan mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru. Berdirinya satu perusahaan akan mengundang lima perusahaan lain ikut berdiri di sekitarnya sehingga penyerapan tenaga kerja akan semakin besar,” jelasnya. (SYAIFUL)

Dr. Wahono Widodo, M.Si. Kaprodi Pendidikan Sains:

Prodi Harus Menunjang Kreativitas

B

agi Wahono Widodo, krea­tivitas se­bu­­ah bangsa sa­ngat­ lah pen­ting dan harus dimiliki se­ ti­ ap warga negara bi­la bangsa tersebut i­ ngin memiliki ting­ kat perkonomian yang tinggi. Baginya, urusan kreatif ini ber­ sangkutan dengan pres­ tasi, etos kerja, dan pemikiran tentang ide-ide baru yang akhirnya meng­hasilkan inovasi di semua bi­dang demi kemajuan bangsa.

Lebih lanjut, Kaprodi Pen­ di­ dikan Sains Unesa itu me­ngatakan bahwa krea­ ti­ vitas dapat dibahas da­ lam dua konteks, ya­itu kenegaraan dan kependidikan. Di dalam hal yang ber­kaitan dengan ke­negaraan, Wahono men­jelaskan bahwa krea­tivitas sebuah ne­gara apabila di­ke­ lola dengan baik oleh pemerintah, maka akan memunculkan banyak in­ dus­ tri-industri yang kreatif. Lalu, kalau

Sri Usodoningtyas, Dosen Tata Rias:

Bekali Industri Kreatif dengan Tugas Akhir

B

agi dosen Tata Rias ini, Ekonomi Kreatif akan men­ja­ di tren ekonomi dunia dalam beberapa tahun men­ datang. Stagnasi pertumbuhan ekonomi dan deg­ra­dasi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, men­do­ rong seluruh dunia untuk lebih mengedepankan kreativitas da­ lam berkehidupan ekonomi yang memaksimalkan nilai tambah da­ri suatu produk barang dan jasa dalam rangka keberlanjutan ke­hidupan dan peradaban manusia. Khususnya di bidang tata rias, Sri mengakui bahwa anak-anak di­­ diknya merupakan pelaksana ekonomi kreatif karena telah mendapatkan kontribusi yang nyata dalam hal perekonomian, ter­utama pemenuhan ekonominya sendiri melalui penciptaan ge­rakan massages, gerakan salon gratis, dan konsultan kulit. Dosen mata kuliah Rias Pengantin itu menyebutkan bahwa per­ paduan antara daya tarik ekonomi kreatif dan seni rias dapat mendorong tumbuhnya sentra-sentra ekonomi baru dan menciptakan lapangan kerja. “Diharapkan melalui Gelar Cipta Karya yang dilaksanakan pada tiap akhir semester akan bermunculan ide-ide kreatif dari anak-anak didiknya dan mampu bersaing di dunia Internasional,” terangnya.

8 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

dikaitkan dengan pendidikan, ma­ka bisa dibilang bahwa industri kreatif mem­bu­ tuh­kan orang-orang yang mampu berpikir kre­atif. “Kreatif bukan hanya yang muncul ka­ rena bakat sejak lahir, namun juga kreatif yang diciptakan by design melalui pro­ses pendidikan,” ungkapnya. Jika dipersempit untuk lingkup Une­ sa, terang alumnus Unesa, UGM, dan UPI, lulusan yang mampu berpikir krea­tif dan menghasilkan produk kreatif se­harusnya menjadi hasil utama dari setiap prodi. “Prodi di Unesa seyogyanya me­ mi­ liki program perkuliahan yang dapat me­ nun­jang hal tersebut, entah berupa tugas pro­yek, program integrasi, atau yang lain,” pungkasnya. (CRH-DANANG)

Ia menambahkan, kecantikan pada era sekarang sudah ber­ge­ rak menjadi kebutuhan primer di masyarakat. Bersandingan de­ ngan seni, tata rias di Indonesia diharapkan mampu berkompetisi di kancah Internasional. “Kami dari segenap keluarga Prodi Tata Rias mengaku siap menyongsong MEA 2015”, papar beliau. (CRHKHUSNUL)


LAPORAN UTAMA Andi Kristanto, M.Pd, Sekjur Teknologi Pendidikan:

Seni dan Industri Kreatif Penunjang Kurikulum 2013

A

ndi Kristanto berpendapat bah­wa seni dan industri kre­a­tif adalah kemampuan se­se­orang dalam mengeksplorasi ba­ kat dan minat yang dimilikinya me­la­lui karya seni. Di jurusan Teknologi Pen­ didikan, seni dan industri kreatif itu ber­ wu­ jud seperti fotografi, majalah digital, vi­deo dan media pembelajaran. “Adanya seni dan industri kreatif ini sangat penting sekali, apalagi de­ ngan adanya kurikulum 2013 yang mengharuskan ma­ hasiswa atau siswa untuk le­ bih kreatif melalui ide-idenya yang ino­ vatif, yang bisa ditunjukkan

me­lalui karya-karya kreatif. Tidak hanya mahasiswa atau siswanya, bahkan gu­ru atau dosennya dituntut untuk mem­be­ rikan media pembelajaran yang lebih kreatif agar mahasiswa atau sis­wa tidak mudah bosan dalam proses pem­ be­ la­ jaran,” ungkapnya. Ia berharap dengan adanya seni dan industri kreatif, semoga bisa meng­ ha­ silkan mahasiswa atau siswa yang lebih kreatif dalam bidang seni, mampu menghasilkan media pembelajaran yang lebih kreatif,dan mampu mengeksplorasi bakatnya lebih luas. (CRH-MURBI)

Prof. Dr. Setya Yuwono Sudikan, Dekan FBS:

E

Kekayaan Seni Indonesia Potensial Dijadikan Industri

konomi Kreatif menjadi salah sa­tu wujud optimisme baru pe­ rekonomian di Indonesia. Di tengah krisis ekonomi yang di­ ala­mi berbagai negara, harapan tentang pe­ngembangan ekonomi kreatif menjadi tak terbendung. Lembaga pendidikan da­ lam hal ini universitas menjadi mo­ dal awal membangun ekonomi kreatif me­ lalui penyiapan Sumber Daya Ma­ nu­sia (SDM). Unesa menjadi satu di an­ tara sekian banyak Perguruan Tinggi yang memiliki potensi besar dalam pe­ ngembangan Ekonomi Kreatif di Indo­ne­ sia, khususnya di Jawa Timur. Menyongsong era Ekonomi Kreatif itulah, pembukaan Fakultas Seni dan In­ dustri Kreatif (FSIK) Unesa menjadi bagian penting dalam mempersiapkan lulusanlulusan kreatif yang menjadi kebutuhan pa­ sar. Saat ini, rencana pembukaan fa­ kultas baru itu telah sampai pada pe­ nyu­ sunan naskah akademik dan telah di­serahkan kepada Pembantu Rektor IV Unesa . Fakultas baru itu merupakan pe­ misahan dari Fakultas Bahasa dan Seni

yang akan berubah menjadi Fa­ kultas Bahasa dan Sastra. FSIK akan menampung ju­rusan-jurusan seperti Se­ni drama tari dan mu­ sik, seni rupa, desain gra­ fis dan desain ko­ mu­nikasi visual. Tak ha­ nya jurusan Seni, ke­ mungkinan jurusan dan pro­di lain yang terkait akan ter­gabung di fakultas baru ter­se­ but. “Prodi seperti tata rias, tata boga dan tata busana itu harusnya masuk da­ lam industri kreatif, tetapi itu masih kita run­ ding­kan dengan pihak terkait,” ujar Prof. Dr. Setya Yuwono Sudikan, guru besar yang juga Dekan FBS. Ketika disinggung kapan fakultas baru itu akan mulai menerima mahasiswa baru, pria kelahiran Blora itu menegaskan masih menunggu persetujuan dari Dikti. Apalagi, jika fakultas itu sudah berdiri maka harus ada jabatan-jabatan tertentu seperti dekan dan pembantu dekan yang kon­sekuensinya berhubungan dengan tun­ jangan. Prof. Yu,

berharap de­ngan adanya fakultas baru itu diharapkan citra Unesa akan semakin baik ke depan. Dijelaskan Prof. Yu, dem­ ikian sapaan ak­ rab­­nya, penyiapan se­ni se­ bagai industri krea­ tif ke depan menjadi sa­tu di antara sekian ba­nyak tan­tangan yang di­hadapi pe­me­­rintah Indo­ ne­sia dengan kekayaan kar­ya seni yang melimpah. Kekayaan seni ini se­benarnya bisa menjadi kunci In­do­nesia mengalahkan negara-negara ber­ kem­ bang lain seperti Korea yang telah men­ cip­takan era baru dalam pertunjukan di seluruh dunia melalui K-Pop dan industri busananya, sedangkan Indonesia yang sangat beragam ini malah jauh tertinggal dengan Korea. “Pertunjukan seni teater, musik, lukis yang ada saat ini sangat potensial untuk dijadikan Industri. Melalui pe­ nyiapan FSIK diharapkan SDM yang ada akan mampu mengolah seni manjadi industri,” paparnya.

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

|

9


LAPORAN UTAMA Lebih lanjut, Dekan FBS dua periode itu mengatakan, melalui bantuan pem­ ­ biayaan dari IDB, fakultas baru itu akan berdiri tepat di belakang gedung FBS saat ini. Sejauh ini, pembangunan fisik telah di­ siapkan dengan selesainya gedung perkuliahan jurusan Sendratasik yang baru. Rencananya, melalui dana dari IDB pula akan dibangun gedung empat lantai di belakang masjid FBS. Sementara untuk pro­ di-prodi pendidikan tetap masuk

dalam fakultas baru tersebut karena Une­ sa memegang teguh sebagai LPTK, se­ dangkan untuk prodi seperti desain ko­ munikasi visual, seni musik murni dan seni tari murni menjadi komponen pen­ du­kung keilmuan. “Prodi pendidikan yang ada di Unesa itu ruhnya Unesa, jadi komponen seni mur­ni itu untuk mendukung dan saling me­nguatkan,” imbuhnya.

Prof. Yu menegaskan, saat ini pihak Unesa tinggal menunggu surat perintah dari Dikti turun. Jika surat perinta Dikti turun, Unesa dengan sangat terbuka alam menyambut kabar gembira tersebut dengan mulai mempersiapkan segala kom­ponen yang dibutuhkan, mulai dari tenaga pengajar, staf, hingga infra­struktur. (CRH-HUDA)

apa kata mereka Roma Dara, Ketua HMJ Sendratasik FBS:

Optimis FSIK Berdampak Positif bagi Industri Seni

F

akultas Seni dan Industri Kreatif (FSIK) yang akan menjadi fakultas baru, rupanya sudah diketahui mahasiswa. Salah satunya, dikemukakan Roma Dara Sidata, mahasiswa semester lima jurusan Sendratasik. Ia mengaku sudah tahu dan menurutnya, prospek fakultas tersebut sangat bagus karena segala jurusan yang berkaitan dengan seni akan ditampung lebih khusus dan lebih dikembangkan lagi. Apalagi, fakultas baru itu kabarnya juga akan memasukkan unsur “ekonomi” dalam aspek pengajaran yang juga menjadi program studinya. Mahasiswa asal Surabaya yang menjadi Ketua HMJ Sendratasik itu mengungkapkan bahwa sampai saat ini mahasiswa Sendratasik sekadar mengetahui tentang adanya FSIK, yang merupakan bentuk dari dipisahkannya unsur seni dan ba­hasa dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). “Yang saya tahu, sih, jurusan saya akan keluar dari FBS, ada jurusan seni murni yaitu seni musik, “seni” di FBS semuanya akan masuk ke FSIK seperti desain grafis, seni rupa, sendratasik dan yang lainnya. Lokasi FSIK sudah disiapkan bersebelahan dengan FBS,” ungkapnya.

10 |

MAJALAH UNESA Nomor: 70 Tahun XV - Juni 2014

Roma mengakui bahwa pendirian fakultas yang rencananya akan dibangun pada tahun 2015 tersebut akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung karena dulunya merupakan bagian dari Fakultas Bahasa dan Seni. Mahasiswa yang akrab disapa dengan panggilan Roma itu berharap semoga FSIK dapat sesuai dengan visi dan misi pembentukannya dan semakin memajukan prodi-prodi di dalamnya sehingga bisa mencetak mahasiswa yang kompetitif, aktif, kritis, dan memiliki skill yang bisa diterapkan di dunia kerja. (CRH-ANNISA ILMA)

M. Mizan Abdillah, Mahasiswa FIK:

FSIK Picu Mahasiswa Lebih Kreatif dan Inovatif

B

agi Mizan, makna seni dan industri kreatif adalah inovasi yang dilakukan oleh seseorang, yang berwujud dalam bentuk karya seni. Adanya Fakultas Seni dan Industri Kreatif tentu sangat bagus dan penting agar mahasiswa lebih kreatif dalam mengembangkan bakatnya. Asalkan didukung dengan fasilitas dan prasarana yang menunjang dalam proses pembelajaran. Ia berharap fakultas baru itu mampu membawa Unesa lebih baik dan lebih berprestasi serta menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang lebih kreatif dan inovatif.


LAPORAN UTAMA Sugiono, Ketua BEM FIP:

FSIK Memiliki Prospek Bagus

S

ugiono, mahasiswa ju­ ru­ san Manajemen Pen­ di­dikan mendu­kung pe­ nuh wacana pem­ ben­tukan fakultas baru, Fa­kul­ tas Seni dan Industri Krea­tif. Baginya, FSIK memiliki pros­ pek yang sangat bagus karena saat ini industri kreatif sedang na­ik daun. Mahasiswa yang menjabat Ketua BEM Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) itu berpendapat bahwa fakultas ba­ru tersebut akan menjadikan Unesa sebagai salah satu kam­ pus yang dapat melahirkan creative preneur yang memiliki da­ya kreativitas tinggi serta dapat meningkatkan daya saing ma­ha­sis­wa baik secara nasional maupun internasional. “Semoga nanti fakultas baru itu dapat menciptakan ma­ hasiswa yang siap menghadapi AFTA. Selain itu dapat bersaing ba­ik secara nasional maupun internasional, terutama di bidang seni dan budaya, ” harap mahasiswa Manajemen Pendidikan itu.

Ekky Kurnia, Mahasiswa FMIPA:

Tak Sependapat Pendirian FSIK

T

(CRH-MIRA)

ak semua mahasiswa sependapat dengan pendirian fakultas baru, yakni Fakultas Seni dan Industri Kreatif (FSIK) yang nanti akan bertempat di kampus Lidah Wetan. Salah satu yang kurang sependapat itu dilontarkan Ekky Kurnia, ma­ hasiswa jurusan Matematika angkatan 2012. Ia beralasan masih ba­nyak proyek di FMIPA maupun FIK yang belum rampung. Ia juga menyarankan lebih baik rencana pendirian fakultas baru ter­ sebut dievaluasi terlebih dahulu. “Kalau memenuhi syarat, beberapa prodi yang ada di FSIK bisa di masukkan ke beberapa fakultas yang ada saja,” ungkap Ekky. Ekky menyoroti sarana dan prasarana serta gedung di Une­ sa yang belum memadai dan masih terkesan jauh dari ka­ta layak. Selain itu, biaya pendidikan yang semakin mahal seharusnya di­ ikuti dengan kualitas dan mutu dari segi pelaksanaan pen­di­di­ka­n, sarana menyelenggarakan pendidikan dan sebagainya. (CRH-SURYO)

Mir’atul Fuadah, Mahasiswa Teknik Elektro:

Alfan Syukron, Mahasiswa FIS:

Belum Tahu Banyak Aset Berharga di Era tentang FSIK Ekonomi Kreatif

I

Informasi mengenai rencana pen­ dirian FSIK (Fakultas Se­ni dan Industri Kreatif ), ru­ panya tidak semua ma­hasiswa mengetahui. Mir­’atul Fuadah, misalnya, ma­ hasiswa jurusan Teknik Elek­ tro itu mengaku tidak tahu ka­ lau akan ada fakultas baru ter­ sebut. Ia mengaku lebih tahu inf­ormasi di selingkung fakultasnya. Salah sa­ tunya, pembukaan jurusan baru di Fakultas Teknik yaitu Ju­rusan Teknik Informatika yang memiliki 4 program studi, yakni S-1 Pendidikan Teknologi Informasi (PTI), D-3 Manajemen In­formatika (MI), S-1 Sistem Informasi (SI) dan S-1 Teknik In­for­ma­tika (TI). Menurut Mira, sapaan sehari-harinya, pemberian informasi di Unesa kurang menyeluruh. Informasi yang didapat lebih ba­nyak dari sesama mahasiswa, bukan dari pihak universitas. Mira berharap pihak birokrasi mengadakan sosialisasi tentang in­ formasi apapun yang ada di universitas sehingga seluruh ma­ hasiswa Unesa maham betul tentang kampusnya. (CRHANDINIOKTAPUTRI).

A

lfan Syukron, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial me­ nilai pendirian fa­kultas barus me­ru­pakan kemajuan bagi Unesa. Fakultas Seni Industri Kreatif (FSIK) itu diharapkan bisa men­ jadi aset kekayaan dan ke­ ilmuan bagi mahasiswa Unesa. Apa­ lagi, fakultas baru ini memiliki ke­ terkaitan dengan jurusan baru di Fa­ kul­ tas Ilmu Sosial yaitu Ilmu Komunikasi yang baru diresmikan ta­ hun lalu. “Saya optimis FSIK nantinya akan mampu mencetak lulusan yang memiliki kemampuan bidang seni kreatif dan komunikasi baik dalam lingkup asia maupun global, sehingga lulusan Unesa ke depan tidak hanya diwarnai lulusan pendidikan saja tetapi juga ada lulusan dengan titel tenaga ahli,” paparnya. Menurut Alfan, keberadaan FSIK sangat tepat dengan era ekonomi kreatif yang dapat berguna di Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) 2015 nanti. (CRH- ALREZA)

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

|

11


KABAR PRESTASI

Djo­ko Pramono, mewakili arsiparis Unesa, saat menerima penghargaan dari Kemdikbud 2014.

Arsiparis Unesa Langganan Prestasi Tingkat Nasional

Saatnya Unesa Miliki UPT Kearsipan Catatan membanggakan dibukukan Unesa dengan menyabet ge­lar juara II arsiparis berprestasi ting­kat nasional.

12 |

M

eski belum me­ mi­ li­ ki unit pelaksana tek­ nis di bidang ke­arsipan namun pres­tasi Unesa di bidang pe­nge­ lo­laan arsip di tingkat nasional sudah menjadi langganan. Djo­ ko Pramono, arsiparis yang me­­ wakili Unesa dalam Seleksi Pe­ milihan Arsiparis Berprestasi Kem­ dikbud 2014 untuk kali kedua terpilih sebagai arsiparis ting­kat nasional. Kali ini, man­ tan pustakawan di Jurusan Pen­ didikan Bahasa dan Sastra In­do­ nesia ini berhasil menyabet ge­

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

lar juara II arsiparis berprestasi ting­ kat nasional. Sebelumnya, ta­hun lalu pada lomba yang sa­ ma ia meraih juara III. Prestasi ini membuktikan bahwa berkat kemauan dan kerja keras, karyawan Subbag Tata Usaha BAUK Unesa pun mampu berkiprah di kancah nasional. Awalnya terdapat 30 peserta dalam seleksi administrasi yang berasal dari perguruan tinggi se-Indonesia. Unesa merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri (PTN) dari Jawa Timur yang lolos

dalam seleksi administrasi tersebut. Selanjutnya, memasuki tahap penilaian yang terdiri atas lima aspek yakni pengetahuan, sikap, praktik, laporan, dan wawancara. Serangkaian penilaian itu diadakan di Hotel Amaroossa, Bogor mulai18—20 Juni 2014. Hasil penilaian terhadap lima aspek tersebut membawa arsiparis Unesa berada di peringkat ke-2 setelah arsiparis Universitas Gajah Mada (UGM) yang berada di peringkat ke-1 dengan selisih total nilai yang


KABAR PRESTASI tidak terpaut jauh. Se­ men­ tara itu, peringkat ke-3 di­ ra­ ih arsiparis dari Universitas Uda­ya­ na (Unud) Bali. Atas prestasi yang di­ per­ oleh itulah akhirnya ia diundang da­ lam mengikuti upacara de­ tik-detik proklamasi di Istana Ne­gara bersama Presiden RI, Su­ silo Bambang Yudhoyono. Ber­ beda dengan tahun lalu, ta­hun ini Djoko Pramono juga di­beri kesempatan menghadiri acara Ramah Tamah Mendikbud de­ ngan Pendidik dan Tenaga Ke­ pendidikan Berprestasi dan Ber­ de­dikasi Tingkat Nasional Tahun 2014 pada 16 Agustus. Pada acara itu, para arsiparis te­ladan nasional 2014 menerima ser­ tifikat penghargaan dari Men­ dikbud, Muhammad Nuh se­dangkan untuk hadiahnya di­ berikan oleh Kepala Pusat In­for­

S

masi dan Humas (PIH), Ibnu Ha­ mad pada tanggal 18 Agustus 2014 di Jakarta International Expo setelah mengikuti acara si­ laturahim bersama Presiden Re­ pub­lik Indonesia. Keberhasilan yang diraih oleh Djoko tentu tidak instan. Bu­lan Juni lalu misalnya, ia be­ ser­ta beberapa arsiparis Unesa be­lajar dari UPT Kearsipan Uni­ ver­ sitas Negeri Malang (UM) ten­tang kearsipan. Selain ke UM, UGM juga pernah dikunjunginya be­serta arsiparis Unesa yang lain untuk mendapat model pe­nge­ lolaan arsip yang mapan. Itu semua dilakukan untuk mem­ persiapkan terbentuknya Lem­ ba­ga Kearsipan Perguruan Ting­ gi (LKPT). “Pembentukan UPT Ke­ ar­ sipan sudah jelas ada da­ sar­ nya dalam UU. Kini tinggal

me­ nunggu komitmen dari pim­ pinan untuk mewujudkan lem­ baga kearsipan perguruan tinggi sesuai dengan amanah UU No. 43 Tahun 2009 tersebut,” ujar­ nya. Keberadaan UPT Ke­ ar­ sipan nantinya diharapkan da­ pat mengubah pola pikir sivitas akademika bahwa ar­sip itu penting dalam tata ke­ lola berbagai jenis arsip di ling­ kungan perguruan tinggi. Lem­ ba­ ga kearsipan itu memiliki fungsi, tugas, dan tanggung ja­wab dalam pengelolaan arsip sta­tis atau arsip yang memiliki ni­lai guna kesejarahan. Selain itu, UPT Kearsipan ju­ ga membina berbagai jenis arsip lain­nya seperti arsip terjaga yaitu arsip yang berkaitan dengan ke­ be­ radaan dan kelangsungan hi­dup bangsa dan negara yang harus dijaga keutuhan, ke­

amanan, dan keselamatannya. Arsip dinamis yaitu arsip yang di­ gunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka wak­tu tertentu. Arsip vital yakni arsip yang keberadaannya me­ ru­pakan persyaratan dasar ba­gi kelangsungan operasional pen­ cipta arsip, tidak dapat di­ per­ barui, dan tidak tergantikan apa­ bi­la rusak atau hilang. Adapula arsip aktif yaitu arsip yang frekuensi peng­ gu­ na­ annya tinggi dan/atau terus me­nerus sedangkan arsip inaktif yakni arsip yang frekuensi peng­ gunaanya telah menurun. De­ ngan banyak jenis-jenis arsip itu, maka perlu kiranya segera di­ bentuk lembaga kearsipan di per­ guruan tinggi yang setingkat UPT untuk mewadahi tugas po­ ko­ k dan fungsinya tersebut. (LINA/ULIL/BYU)

Lulus Lebih Cepat, Alumnus Bidik Misi Unesa Raih LPDP

ebanyak 100 mahasiswa Bidik Misi dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti seleksi wawancara Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) atau yang lebih dikenal dengan Beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) pada Kamis-Jumat (10-11/07/2014) di Yogyakarta. Kegiatan tersebut berlangsung di Gedung Pusat Administrasi Universitas (PAU) lantai 1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beasiswa LPDP ini merupakan beasiswa afirmasi yang dikhususkan bagi calon mahasiswa dari 3T serta calon mahasiswa yang telah berjasa membawa nama bangsa Indonesia dalam Olimpiade Sains dan Teknologi, Olahraga dan Seni/Budaya di tingkat nasional atau internasional untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Alumni Bidik Misi angkatan 2010 yang lulus 3,5 tahun dari Unesa diundang oleh pengelola LPDP untuk mengikuti seleksi wawancara beasiswa tersebut. Mereka adalah Putri Retnosari (alumnus S-1 Sastra Indonesia), Rudi Umar Susanto (alumnus S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), Delinda Laila Morghana (alumnus S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) dan Slamet Widodo (alumnus S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Abdul Kahar, Direktur Dana Kegiatan Pendidikan menjelaskan, Program Beasiswa LPDP dirancang dalam rangka memberikan beasiswa baik secara individu maupun kolektif. Dampak dari pemberian beasiswa ini diharapkan dapat menciptakan lulusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat memberikan sambutan dalam malam ramah tamah dengan mahasiswa bidik misi. yang mempunyai integritas, komitmen, serta teladan dalam berpikir, berkata, dan bertindak. Mahasiswa penerima beasiswa ini diharapkan memiliki jiwa nasionalisme dan semangat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. “Profesional, memiliki keahlian atau kecakapan pada bidangnya, kompetitif, mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat dan dapat melakukan perubahan positif, berjiwa sosial serta memiliki rasa kepedulian sosial terhadap kondisi bangsa merupakan gambaran calon penerima beasiswa ini,” tambahnya Slamet Widodo, alumnus S-1 PGSD Unesa menuturkan, dirinya sangat bersyukur dapat mengikuti seleksi wawancara ini, tidak menyangka dapat undangan dari LPDP secara langsung. “Untuk lolos apa tidaknya, saya serahkan sepenuhnya kepada Allah Swt karena saya juga tidak tahu skenario apa yang ditentukan oleh Allah kepada saya,” ungkap pria asal Nganjuk ini. (RUDI/BYU) Nomor: 71 Tahun XIV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 13


SEPUTAR UNESA

Perekrutan SM-3T Unesa Angkatan IV Tahun 2014

LULUS, LANGSUNG TERJUN “Harapan kita semua un­tuk peserta SM3T kali ini adalah mereka benar-benar anak muda yang terpanggil untuk meng­ajar, bukan mereka yang sekadar coba-coba atau mencari pengalaman saja,” Prof. Luthfiyah Nurlaela

S

etelah lolos seleksi ad­ mi­nistrasi dan tes online, Jumat (11/7) pe­ser­ta program Sarjana Men­ didik di Daerah Terdepan, Ter­ tinggal dan Terluar (SM-3T) angkatan IV tahun 2014 men­ jalani seleksi berikutnya yaitu wawancara. Sejak pukul 08.00 WIB, kurang lebih 213 pe­serta dari 23 Program Studi (Pro­ di) yang terbagi menjadi ti­ ga kelompok A, B, dan C ha­dir di lantai 9 gedung PPG Une­ sa untuk mengikuti seleksi ter­ se­ but. Peserta yang tidak hadir da­ lam seleksi tahap ketiga ini di­nyatakan mengundurkan diri. Sebelum melakukan wa­ wan­ cara di ruang yang telah di­tentukan, peserta terlebih da­ hu­ lu disuguhkan video SM-3T

ang­ katan sebelumnya. Melihat per­juangan keras selama masa pengabdian dalam video yang di­tayangkan tersebut, tidak me­ nyurutkan minat peserta un­tuk tetap mengikuti tahap de­ mi tahap seleksinya. Format pe­ nilaian wawancara meliputi mi­ nat dan motivasi, bakat dan ke­ mam­puan, kepribadian, riwayat kesehatan serta pengalaman ber­organisasi. Prof. Dr. Hj. Luthfiyah Nur­ lae­la, M.Pd. menuturkan bahwa dari jumlah peserta yang ada sekarang di­ha­rapkan semuanya dapat lo­los ke tahap selanjutnya. “Ka­lau­pun hasil wawancara nanti ter­dapat rekomendasi dari pe­ wawancara bahwa peserta ku­rang memenuhi kriteria maka tidak bisa dipaksakan untuk bi­sa

lolos ke tahap selanjutnya,” ujar Direktur PPG Unesa itu. Peserta yang lolos dalam ta­hap ini akan melanjutkan ke tahap terakhir yaitu pra­ kon­ disi. Nantinya, setelah ber­hasil melaksanakan masa pe­ ngab­ di­ an dengan baik maka akan da­pat reward untuk mengikuti program PPG berbeasiswa dan ber­asrama. “Harapan kita semua un­ tuk peserta SM-3T kali ini adalah mereka benar-benar anak muda yang terpanggil untuk meng­ajar, bukan mereka yang sekadar coba-coba atau mencari pengalaman saja,” tambah guru besar Pendidikan Kesejahteraan Keluarga tersebut. (ULIL/BYU)

Pertunjukan Teater Institut (TI) Unesa yang tetap eksis dan melahirkan prestasi membanggakan bagi lembaga.

14 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014


SEPUTAR UNESA

Suasana jalannnya seminar dan lokakarya Kajian Penyelenggaraan UN Tahun 2013-2014 di Hotel Utami Surabaya.

Rekomendasikan UN 2015 Lebih Baik

S

eminar dan Lokakarya Ka­jian Penyelenggaraan UN Tahun Ajaran 2013—2014 telah u­ sai digelar di Hotel Utami Si­ doa­ rjo. Acara tersebut dibuka Pem­ bantu Rektor 4 Unesa, Prof. Dr. Nur Hasan, M.Kes. Da­ lam pembukaannya, ia me­ min­ ta peserta lokakarya agar re­ komendasi yang dihasilkan

nan­ti tidak terlalu formal. “Sa­ya berpesan, tolong kalau mem­ be­rikan rekomendasi yang agak nakal sedikit, jangan takut, ka­re­ na ini untuk masa depan anakanak Indonesia,” ujar pria ke­la­ hiran Surabaya tersebut. Acara yang diselenggarakan pa­ da Kamis-Jumat (19— 20/6/2014) ini dihadiri pula per­wakilan dari Puspendik Ke­

mendikbud, Prof. Ir. Nizam M.Sc., Ph.D. Ia mewakili beberapa jajaran di Kemendikbud yang tidak dapat hadir. Diikuti se­ kitar 70 peserta dari seluruh Per­guruan Tinggi Negeri (PTN) di Jawa Timur dan juga jajaran dari Dinas Pendidikan Kota/Ka­ bu­paten se-Jawa Timur, acara ini bertujuan menghasilkan re­ ko­ mendasi hasil pelaksanaan UN pada tahun 2013—2014 di Jawa Timur untuk dikaji oleh Ke­men­ dik­bud. Lokakarya ini adalah yang ka­ li pertama diadakan di Jawa Timur oleh Unesa sebagai koor­di­ nator pengawasan wilayah Ja­wa Timur. Sesi pertama di­isi seminar yang dibawakan Prof. Nizam yakni tentang ha­ sil evaluasi pelaksanaan UN mulai tingkat kelulusan sis­ wa, distribusi nilai hingga per­ ban­ dingan hasil UN pada tahun se­ belumnya. Pada saat itu pula, ia menyampaikan wacana UN secara daring (online) sehingga me­ nurutnya rasio kecurangan akan bisa berkurang. “Kita ha­rus berpikir tentang UN yang le­ bih baik. Menurut saya UN yang baik itu tak perlu ada lagi polisi dalam distibusi soal se­ bab pelaksanaanya sudah meng­ gunakan sistem jaringan kom­

puter,” ujar pejabat Ke­men­dik­bud ini. Ada tiga kelompok yang di­ bentuk untuk merumuskan tiga rekomendasi yang ber­ be­ da. Kelompok pertama me­ rekomendasikan tentang peng­ awasan yang intinya pada tahun depan pengawasan harus lebih ditingkatkan mulai dari syaratsyarat menjadi pengawas ruang hingga posisi duduk pengawas. Ke­ lompok kedua membahas tentang pencetakan dan dis­tri­ bu­si soal UN dan LJUN-nya. Rekomendasinya pe­min­dai­ an (scanning) LJUN tidak harus dilakukan di Surabaya tetapi bisa dibagi di beberapa PTN yang ada di Jawa Timur seperti Unej dan UB. Sementara itu, ha­ sil rekomendasi kelompok ke­ tiga membahas tentang UN dan kurikulum 2013. Kelompok ini merekomendasikan agar UN da­ lam kurikulum 2013 bukan 100% sebagai ujian penentu ke­lulusan. Semua rekomendasi itu akan diringkas kembali oleh pa­nitia dan dibahas lebih lanjut. Setelah itu, dikirim ke Puspendik Kemendikbud di Jakarta untuk di­ kaji sebagai masukan pada pelaksanaan UN tahun 2015. (HUDA/BYU)

JUARA PENULISAN LAKON

Aktivis TI Unesa Melaju ke Peksiminas

P

eksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Ting­ kat Nasional) adalah pesta ma­hasiswa di tingkat nasional da­ lam bidang seni yang diadakan oleh Ditjen Dikti setiap dua tahun sekali. Ba­dan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) Kalimantan Tengah mendapat man­dat untuk menjadi tuan rumah se­ba­ gai penyelengara Peksiminas XII Tahun 2014, September mendatang. Dwi Endah Lestari, mahasiswa pro­ gram studi Psikologi Unesa angkatan 2013 yang memenangkan juara I pada tang­kai lomba penulisan lakon Pekan Seni Ma­ha­ siswa Tingkat Regional (Peksiminal) ber­hak

berangkat ke Palangkaraya di ajang Pek­ si­minas tahun ini. Melalui proses seleksi yang cukup ketat di tingkat regional Ja­ wa Timur, ia menjadi yang terbaik pada se­si final (25/6/2014) mengalahkan ma­ ha­siswa wakil dari Universitas Negeri Ma­ lang (UM) yang menjadi juara II dan wa­kil dari Universitas Airlangga (Unair) yang menjadi juara III. Mahasiswa yang ju­ ga aktif di UKM Teater Institut Unesa itu sa­ at seleksi tingkat regional lalu menulis la­kon yang berjudul “Belam Dalam Sem­ pe­ lah Semalam Derana Kian Bayan”. Me­ nurutnya, arti dari judulnya adalah

sa­ mar dalam peristiwa semalam dan ketabahannya semakin nyata. Berbeda dengan Uul Rohmatul Ha­ sa­ nah yang sehari-hari aktif menjadi ma­hasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2012. Uul pang­gilan akrabnya, meski belum bisa me­wakili Unesa dalam ajang Peksiminas di Palangkaraya, ia cukup senang karena men­­jadi juara 3 dalam Peksiminal pa­da tangkai lomba penulisan puisi. Ia meng­ aku makin terpacu untuk bisa meng­iku­ti Peksiminas berikutnya, dua tahun men­ da­tang. (YUSUF/BYU)

Nomor: 71 Tahun XIV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 15


KOLOM REKTOR

KREATIVITAS ITU TERNYATA TIDAK INSTAN “Kreativitas akan op­ti­mal, jika yang bersangkutan me­miliki potensi cukup dan be­lajar keras. Untuk itu di­per­lu­kan suasana belajar yang me­mungkinkan orang berpikir kreatif.“

K Oleh Prof. Muchlas Samani

16 |

etika di SD dahulu, saya mendapat cerita ba­gaimana hukum Archi­medes dan gra­ vi­tasi ditemukan. Katanya suatu saat Archimedes (si penemu) mandi di bath-up yang diisi air penuh. Ketika dia masuk, airnya tumpah. Lantas dia ber­ pikir, kalau begitu tubuhnya men­ desak air dalam bak itu, sehingga tumpah. Kalau begitu

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

tentu ada gaya angkat sebesar air yang terdesak. Saking se­ nang­nya mendapat ide itu, ko­ non Archimides lari keluar ka­ mar mandi tanpa berpakaian. Untuk Newton, cerita yang saya dapat, dia duduk-duduk di bawah pohon apel dan tiba-tiba ada buah apel jatuh. Mengapa tidak jatuh “ke bawah?” Kalau begitu pasti ada gaya yang me­ nariknya, sehingga apel tidak

jatuh ke samping atau ke atas. Itu­lah awal ditemukannya gaya gravitasi. Dari cerita itu saya me­nyim­ pul­ kan kalau temuan-temuan be­sar bersifat tiba-tiba. Artinya men­dadak si penemu punya ide yang kemudian menjadi temuan besar. Apalagi iklan Pepsodent menayangkan bagaimana sikat gigi melengkung ditemukan. Ta­yangan itu menggambarkan


KOLOM REKTOR si penemu sedang melihat apa atau membayangkan sesuatu yang melengkung untuk men­ cukil sesuatu. Dan dari situ mun­ cul ide kalau sikat gigi mestinya juga melengkung agar dapat men­cukil kotoran di gigi bagian belakang. Namun simpulan itu, be­ berapa hari ini berubah. Jane Piirto dalam bukunya Creativity for 21st Century Skills (2011) me­ nyebutkan bahwa Van Gogh membuat sketsa atau lu­ kisan lebih dari 100 kali se­ be­ lum menghasilkan lukisan yang hebat. Thomas Edison be­ kerja bertahun-tahun untuk me­ nemukan lampu listrik dan te­ muan lainnya. Demikian pula com­poser William Bolcom men­ coba ratusan kali sebelum me­ nemukan sebuah komposisi mu­sik. Dari data-data itu, Piir­to menyimpulkan bahwa krea­ ti­ vitas itu hasil kerja keras, disiplin di­ri dan sebagainya. Mungkin saja ide dasar se­ bu­ ah temuan muncul secara tiba-tiba, tetapi untuk sampai ke­pada inovasi diperlukan kerja panjang, kerja keras ber­ mo­ ti­ vasi tinggi, berpkiran terbuka terhadap “ide-ide gila” dan be­ rani mengambil risiko gagal da­ lam mencoba-coba. Menurut sa­ya, simpulan atau sebutkanlah “revisi simpulan” ini, penting un­ tuk meluruskan pola pikir bahwa orang kreatif itu memang “da­ri sononya” dan tidak dapat di­ pelajari. Oleh karena itu tidak per­lu kerja keras untuk menjadi kreatif. Uraian yang diberikan Piir­ to sekaligus mengajarkan bah­ wa inovasi itu tidak dapat di­ peroleh dengan mudah, te­tapi harus melalui kerja keras da­lam waktu lama. Tidak ada inovasi yang diperoleh secara ins­ tan atau secara cepat. Para inven­ tor (penemu) memerlukan ker­ja keras dan kerja panjang se­be­ lum menemukan sesuatu. Di samping itu, inovasi me­mer­lu­ kan fokus dan tidak “melebar ke mana-mana”. Itulah se­bab­ nya para inventor bekerja fo­

kus selama bertahun-tahun se­ be­ lum menghasilkan temuan spek­takulernya. Seperti diketahui pola pikir ins­ tan kini telah menjangkiti ma­­ syarakat. Semuanya ingin ser­ba cepat untuk mendapatkan hasil. Segera ingin lulus, segera ingin bekerja, segera ingin ka­ ya, segera ingin sukses dan se­ bagainya. Tidak ada yang sa­lah untuk segera berhasil, te­ tapi upaya sungguh-sungguh un­tuk mencapai itu juga harus men­ dapat perhatian. Memang pe­ pa­ tah Jawa “alon-alon waton kel­akon” harus diberi makna ba­ru. Bukan harus pelan-pelan, tetapi harus sabar dan tekun menjalani proses kerja keras un­ tuk mencapai hasil yang besar. Ja­di kata “alon-alon” harus di­ mak­nai bukan “pelan-pelan” te­ tapi “kerja tekun”. Apakah dengan begitu krea­ tivitas dapat dipelajari? Pa­ da tulisan lalu saya sudah meng­ aju­kan teori konvergensi, yang artinya dapat dipelajari tetapi juga memerlukan potensi yang me­madai. Kreativitas akan op­ ti­ mal, jika yang bersangkutan me­ miliki potensi cukup dan be­lajar keras. Untuk itu di­per­ lu­ kan suasana belajar yang me­ mungkinkan orang berpikir kreatif. Untuk itu ada anekdot. Pe­ nulis novel seringkali tidak ber­ latar belakang pendidikan sas­tra. Pengusaha yang hebat banyak yang bukan berlatar be­ lakang pendidikan bisnis. Guru yang baik banyak yang berlatar be­lakang pendidikan non-LPTK. Pelukis yang baik banyak ber­ latar belakang non-senirupa. Mengapa begitu? Saya duga ka­ rena di dalam pendidikan, mereka terlaku “dipatok harus ini dan itu”, “tidak boleh begini dan begitu”, akibatnya kebebasan ber­pikirnya tidak berkembang. Akhirnya tidak berani berpikir be­bas dan ujungnya kreativitas ti­dak tumbuh. Semoga menjadi pe­mikiran kita yang menekuni du­nia pendidikan.n

Jane Piirto dalam bukunya Creativity for 21st Century Skills (2011) menyebutkan bahwa Van Gogh membuat sketsa atau lukisan lebih dari 100 kali sebelum menghasilkan lukisan yang hebat. Thomas Edison bekerja bertahuntahun untuk menemukan lampu listrik dan temuan lainnya. Demikian pula composer William Bolcom mencoba ratus kali sebelum menemukan sebuah komposisi musik.”

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 17


LENSA UNESA

WISUDA LXXX 1. Dari kanan Prof Nurhasan (PR 4), Prof Warsono (PR 3), Prof Muchlas Samani (Rektor), Prof Kisyani (PR 1), dan Dr. Purwohandoko (PR 2) usai mengikuti Wisuda ke-80. 2. Rektor Unesa Prof. Muchlas Samani saat wawancara dengan televisi. 3. Wisudawan terbaik Unesa berksempatan menyampaikan kesannya kepada wartawan media. 4. Suasana meriah di pintu masuk GOR FIK Unesa Lidah Wetan. 5. Baliho yang mamampang para wisudawan terbaik dari semua fakultas se-Unesa.

18 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014


LENSA UNESA

1. Kegembiraan Tim Humas bersama rekan mahasiswa yang turut diwisuda. 2. Menuju masa depan lebih baik yang penuh harapan setelah menamatkan pendidikan formal di kampus Unesa. 3. Percaya diri ditunjukkan para wisudawan saat menuju tempat yang telah disiapkan untuk prosesi penyematan toga. 4. Prof. Setya Yuwono, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni saat mendapat giliran menyerahkan tanda lulus kepada wisudawan FBS.

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 19


KABAR MANCA

SPEKTRUM PEMIKIRAN DALAM MEMAJUKAN UNESA

A

(Buah Tangan Menimba Pengalaman Akademik di Negeri Kanguru)

da satu hal yang mungkin kecil na­mun bermakna besar bagi sa­ ya tentang Unesa. Satu hal yang segera terlintas ketika meng­in ­ gat Unesa, khususnya di lingkungan pas­ca­sar­ jana adalah suasana hangat di tengah ru­ ang-ruang akademik. Untuk hal yang satu ini, saya kerap mendengarkan komentar yang menyuarakan kekaguman dari be­be­ rapa kolega yang sempat berkunjung ke kam­pus Unesa di Surabaya. Mereka heran ber­campur kagum ketika menyaksikan do­ sen dan mahasiswa duduk semeja di kantin sam­bil menikmati hidangan dan mengobrol. Se­buah manifestasi penting bagi kampus yang sedang tumbuh menjadi salah satu per­guruan tinggi berpengaruh di Indonesia ti­ mur. Apakah tidak demikian di kampus lain? Bayangan dan angan-angan tentang Une­sa pada masa yang akan datang semakin jel­as muncul setelah saya mendapatkan ke­ sempatan berharga untuk menimba pe­ ngalaman akademik di The University of Newcastle (UoN), Australia. Melalui pro­ gram Peningkatan Kualitas Publikasi In­ ter­­nasional (PKPI) atau sandwich-like yang di­­danai Ditjen Dikti Kemdikbud, saya ber­ke­ sempatan terlibat di dunia akademik ber­ta­ raf internasional selama 3 bulan. Sebuah pe­ nga­laman sangat bernilai yang begitu lekat da­lam ingatan. Selain melaksanakan tugas penulisan, sa­ya juga mengamati segala hal yang terjadi

20 |

di lingkungan kampus dan lingkungan sosial di sekitarnya. Garis besar hasil pengamatan sa­ya inilah yang kemudian menjadi ide dasar tulisan ini. Selain melihat nilai-nilai yang baik dapat diambil, saya juga menghubungkan dengan kekuatan yang dimiliki Unesa un­ tuk dapat dikembangkan sehingga ide-ide ter­sebut tidak membawa pembaca hanya untuk sekadar menerawang di awan, me­lai­ nkan juga tetap membumi. Berikut adalah beberapa hal yang saya ang­ gap sebagai hal yang penting dan mung­kin dapat diadopsi atau diadaptasi di Unesa. Budaya penelitian yang maju, unggul, dan aplikatif Di UoN, pihak universitas melakukan ber­bagai cara untuk mendorong penelitian. Salah satunya adalah dengan melibatkan ma­ hasiswa dengan berbagai proyek penelitian. Karena selain bisa mendapatkan pe­ngalaman, mahasiswa juga bisa men­da­ pat­kan penghasilan. Selain itu, pihak UoN me­nyediakan hibah penelitian internal yang begitu besar untuk mendorong penelitian staf pengajar dan mahasiswa dari tingkat sar­jana hingga doktoral. Untuk mahasiswa program Ph.D., ber­ba­­ gai fasilitas disediakan dengan berbagai hak istimewa yang melekat padanya, seperti pe­ nye­diaan laptop pribadi, percetakan, ruang kerja, akses penuh ke laboratorium dan pe­ ra­latan, sumber pustaka yang tak terbatas,

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

du­kungan untuk mengikuti konferensi dan seminar, insentif bagi yang mengumpulkan disertasinya tepat waktu, dan sebagainya. Hal itu dilakukan sebagai upaya UoN un­tuk meningkatkan kualitas lulusan Ph.D-nya yang berasal dari berbagai negara. Pe­nga­ kuan salah seorang kandidat Ph.D asal In­ do­ nesia, betapa mahasiswa internasional di UoN mendapatkan pelayanan istimewa dan diperlakukan dengan baik oleh seluruh staf. Mereka senantiasa siap membantu dan memberikan layanan terbaik yang dimiliki. Hal ini tentu diyakini akan membawa man­faat jangka panjang bagi UoN dalam mem­perluas jaringannya ke seluruh dunia. Bahkan, seperti informasi yang diberikan salah satu lulusan Ph.D asal Indonesia tahun ini, Darmawati Darwis, salah satu pusat penelitian bidang fisika terapan di UoN medorong dibukanya mitra lembaga pe­ ne­litian di salah satu universitas negeri di Sulawesi, mengingat banyaknya mahasiswa Ph.D yang diutus oleh kampus tersebut ke UoN. Bila mengingat Unesa memiliki ma­ha­sis­ wa dari berbagai wilayah di Indonesia, mulai Sumatera hingga ke Papua, tentunya hal ter­ sebut memungkinkan untuk dilakukan di Unesa. Kemajemukan merupakan potensi yang patut dikembangkan Unesa sehingga bisa menempatkan diri sebagai sentra pe­ ne­litian dan pengembangan keilmuan bagi kampus-kampus mitranya di daerah lain. Sebut saja dalam bidang penelitian ke­


KABAR MANCA bahasaan, para alumni asal Lombok yang telah lulus dari program master di pas­ca­ sarjana Unesa akan menjadi mitra peneliti yang potensial untuk dilibatkan dalam pe­ ne­ litian di sekitar wilayah Bali dan Nusa Teng­gara. Sebuah potensi tidur yang belum banyak dibangunkan. Lebih jauh lagi melihat UoN, kita juga bisa melihat bagaimana pihak universitas bisa bersinergi dengan industri. UoN telah men­ jalin kerjasama dengan pihak industri atau pi­hak luar. Misalnya, Newcastle Institute for Energy and Resources (NIER) dan the Hunter Me­dical Research Institute (HMRI) adalah dua contoh lembaga penelitian milik UoN yang telah terhubung dengan dunia industri. Se­ ga­la hasil penelitian UoN dipasarkan oleh Newcastle Innovation sebagai lembaga transfer hasil penelitian milik UoN. Cara ker­janya adalah dengan menghubungkan layanan jasa penelitian dan konsultan milik UoN dengan industri dan memastikan inves­ tasi untuk mengomersialisasikan teknologi ino­ vatif. Lembaga inilah yang menjadi andalan UoN untuk mencari dana riset se­ kaligus memasarkan hasil riset. Tentu saja ki­nerja lembaga penelitian dan lembaga pe­ ma­sar ini di bawah pengelolaan pihak UoN se­bagai induknya. Dalam konteks Indonesia, inilah sa­lah satu wujud visi kewirausahaan dari sua­tu perguruan tinggi. Unesa sebagai kam­ pus di wilayah Indonesia timur harus mem­ bangun kerjasama yang kuat dengan pihak pengguna sumber daya penelitian dan hasil-hasilnya sehingga kampus tidak ha­nya menjadi menara gading namun dapat be­ nar-benar mengambil peran dalam sektor riil pembangunan nasional. Sumber daya pe­ ne­litian yang dimiliki universitas juga akan sangat berguna bagi pemerintah yang ingin mem­bangun dan mencari sumber-sumber pendapatan daerah atau nasional. Setiap negara maju dikenal memiliki sumber daya penelitian yang kuat dengan daya dukung yang kuat dari universitas mereka. Sistem Perpustakaan yang Modern Setiap lembaga pendidikan tinggi tentu me­mahami begitu pentingnya jurnal ilmiah yang akan menjadi catatan termutakhir per­ kem­bangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Menyadari hal tersebut, UoN telah me­nyediakan akses ke ratusan jurnal ilmiah online yang memungkinkan mahasiswa un­ tuk menemukan ratusan jurnal yang me­ muat ratusan ribu hingga jutaan judul ar­ ti­kel. Selain itu, sistem perpustakaan yang di­ miliki UoN memungkinkan mahasiswa

un­tuk meminta buku yang tidak ada dalam koleksi UoN namun berada dalam jaringan per­pustakaan di seluruh Australia. Bahkan, mahasiswa dapat memesan ke pihak pe­ nge­ lola perpustakaan untuk membeli se­ buah judul tertentu yang diperlukan un­tuk penulisan. Sistem perpustakaan on­line di UoN juga diakses menggunakan no­ mor mahasiswa dan kata kunci tertentu se­hing­ ga mahasiswa dapat mengelola akun per­ pustakaannya secara online pula dari mana saja. Sering kita dengar keluhan atas kam­

sa­si dunia, Unesa sudah tentu akan men­ do­rong tercipatnya suasana kampus yang mul­ tikultural sehingga mendukung pem­ ba­­ ngunan bervisi masa depan. Dengan kam­ pus berkarakter multikultural, Unesa akan menyiapkan generasi intelektual yang ber­ wawasan luas dan siap memahami perbedaan sebagai sebuah energi untuk ber­gerak maju. Terkait dengan hal tersebut, Unesa se­ yogyanya sering menampilkan ciri multikulturalnya. Selama di UoN, saya dalam beberapa kesempatan telah mengikuti

Perpustakaan UoN modern pus-kampus di Indonesia mengenai sarana per­pustakaan yang tidak lengkap dan tidak mutakhir. Dengan berlangganan jur­ nal melalui sistem digital serta meng­ gu­ na­ kannya secara integral dalam perkuliahan, pan­dangan ini akan berubah secara dras­ tis. Meski bukanlah hal yang mudah dan mu­rah, tapi hal ini sangat mungkin di­la­ku­ kan dalam waktu yang relatif singkat. Se­ pengetahuan saya, pascasarjana Unesa te­lah merintis sistem akun online bagi tiap ma­ha­ sis­wanya yang akan menjadi modal dasar pe­ngembangan sistem perpustakaan online. Ten­tunya harus diintegrasikan dengan sis­ tem database kemahasiswaan online yang akan juga bisa dimanfaatkan untuk semua ke­butuhan dunia akademik. Kampus yang multikultural Sebagai dunia yang mencetak pa­ ra pe­mikir yang akan menyongsong glo­ba­li­

beberapa festival bertemakan budaya, antara lain Cultural Awakening Week dan Chinese Festival. Dalam Cultural Awakening Week, berbagai even diselenggarakan, antara lain festival makanan internasional, parade internasional, dan panggung seni budaya internasional yang diikuti oleh perwakilan seluruh negara yang berkuliah di UoN. Untuk Unesa dalam konteks Indonesia yang begitu beragam, maka festival semacam ini sangat mungkin dilakukan untuk menampilkan keragaman budaya Indonesia yang merepresentasikan asal mahasiswa yang berkuliah di Unesa. Festival ini tentu akan menunjukkan makna nyata dari slogan yang termuat dalam lambang negara kita, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Sistem blackboard untuk pembelajaran terintegrasi

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 21


KABAR MANCA UoN menggunakan sebuah sistem on­ line yang mengintegrasikan pembelajaran yang diberi nama ‘Blackboard’. Sistem ini bisa diakses oleh dosen dan mahasiswa yang telah terdaftar pada suatu mata kuliah. Ke­tika registrasi untuk kali pertama, setiap ma­ hasiswa UoN mendapatkan nomor mahasiswa dan kode pin awal akses ke da­ ta­base online UoN atau disebut MyUoN. Akses tersebut akan membawa mahasiswa ke sistem Blackboard, email mahasiswa, per­ pus­takaan, dan lain-lain. Sistem blackboard memuat berbagai hal ter­kait perkuliahan dan juga menjadi sarana interaksi dosen dan mahasiswa pada mata kuliah tertentu di dunia maya. Diskusi tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas, namun juga di luar kelas melalui fasilitas blackboard ter­ sebut. Untuk materi perkuliahan yang akan datang, dosen telah mengunggah file power point (ppt) dan artikel atau bab suatu

Cultural Awakening Week buku secara digital. Dosen juga memberikan tugas melalui sarana ini yang kemudian akan dikumpulkan oleh mahasiswa melalui sarana yang sama. Blackboard adalah sebuah sistem yang begitu terintegrasi dan melampaui batas ru­ ang kampus hingga ke rumah, karena baik dosen maupun mahasiswa dapat meng­ akses akun MyUoN mereka dari tempat ting­ galnya. Melihat potensi mahasiswa Unesa saat ini yang telah melek teknologi dan telah memahami penggunaan internet, maka sangat mungkin Unesa menggunakan sis­tem semacam ini untuk mendukung ke­ giatan pembelajaran. Modal utamanya ada­ lah tersedianya jaringan internet kampus yang kuat dan tersedianya fasilitas komputer ser­ta peminjaman laptop di perpustakaan kam­pus bagi mahasiswa yang tidak memiliki laptop pribadi.

22 |

Sistem peningkatan kualifikasi tenaga pengajar Unesa telah membangun sistem ma­ ta kuliah yang potensial untuk di­ kem­ bangkan, di mana setiap pengajar mata kuliah tertentu dikoordinasikan da­ lam sebuah forum diskusi mata kuliah. Sis­tem semacam ini memudahkan proses pe­ nerapan sistem blackboard di atas, se­lain juga untuk memudahkan kaderisasi do­ sen. Standardisasi bahan dan materi ajar sangat mungkin dilakukan di bawah sis­ tem semacam ini. Selain itu, seperti yang dilakukan di UoN, setiap dosen ber­hak dan wajib mengikuti beberapa sks pe­ ngem­ bangan profesionalisme yang dikelola oleh lembaga tertentu milik universitas. Unesa yang memiliki dasar pendidikan yang kuat karena memang sebelumnya ada­lah sebuah LPTK tentu dapat me­ngembangkan program pengembangan pro­ fesionalisme dosen yang akan mengikuti kemajuan sumber daya yang dimiliki uni­versitas. Sebagai contoh sederhana, bila Unesa di masa mendatang akan meng­ gu­ nakan sistem semacam blackboard seperti yang dimiliki UoN, maka melalui program ini dosen dan karyawan dapat melatih peng­operasiannya. Layanan Keamanan Letak UoN yang berada di area begitu luas dan cukup jauh dari kota tidak mengu­ rangi minat mahasiswa dari berbagai negara untuk menimba ilmu di kampus ini. Awal tiba di kampus UoN, saya sempat membayangkan betapa sulitnya kalau mahasiswa atau dosen harus kerja sampai larut malam karena jarak antara rumah dan kampus cukup jauh. Apalagi, saya kemudian mengetahui bahwa perpustakaan dan banyak spot di kampus tetap memberikan pelayanan hingga te­ngah malam. International Office yang me­la­yani seluruh mahasiswa mancanegara meng­ informasikan bahwa pihak keamanan kam­ pus tidak hanya menjaga keamanan kampus melainkan juga memberikan layanan shuttle bus (bus antar). Layanan bus yang mengantar ma­ ha­ sis­wa ke tempat tinggal masing-masing ini mu­ lai beroperasi pukul 6.30 sore hingga tengah malam. Bila tersesat di areal kampus, jasa ini juga bisa digunakan dengan me­ nelpon nomor darurat di telepon umum di areal kampus. Selain itu, kampus juga menyediakan bus sekali seminggu pada malam hari untuk mengantarkan mahasiswa yang tinggal di asrama di area kampus untuk berbelanja di pusat perbelanjaan terdekat. Mengingat luasnya Kampus Unesa di Lidah,

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XIV - Juli 2014

layanan semacam ini juga penting untuk dimiliki Unesa pada masa yang akan datang. Dengan fitur-fitur semacam ini, Unesa akan semakin cepat mengundang perhatian para calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Peluang berkarir selama studi Di samping mendorong peningkatan kua­lifikasi akademik, UoN juga sangat mem­ per­ hatikan pertumbuhan kematangan ma­ ha­ siswa secara finansial dan profesional. Hal ini menjadi sangat penting karena tiap mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman be­ kerja selama menjalankan studinya. Pekerjaan itu meliputi kerja berpenghasilan dan kerja relawan. Untuk jenis pekerjaan yang pertama, pihak UoN banyak sekali meng­ gunakan tenaga mahasiswanya sen­ diri dalam pelayanan, misalnya sebagai staf pelayanan nasabah di kantor Student Services, toko buku Co-op, laboratorium, dan di berbagai gerai makanan di areal kampus. Di samping itu, banyak mahasiswa juga men­ cari pekerjaan sendiri di luar kampus, mi­ salnya di restauran, toko, café, dan se­bagainya yang dapat menambah uang sa­ku­nya. Hal ini adalah semacam simbiosis mu­tualisme antara industri dan perguruan ting­gi. Saya kemudian teringat tentang seorang kawan yang berkenalan dengan seorang pramuniaga di Matahari Department Store yang berada di Royal Plaza Surabaya, sebut saja namanya Gloria. Di tengah perkenalan terungkap bahwa Gloria ternyata seorang mahasiswa S-1 program studi Akuntansi di Unesa. Tidak banyak mahasiswa di Indonesia yang mau seperti Gloria. Menjadi pramuniaga di pusat perbelanjaan dekat kampusnya tentu menjadi tantangan tersendiri baginya. n LALU ARI IRAWAN (Mahasiswa S-3 Unesa, Sandwich-Like di Newcastle University)

Bersama supervisor menghadiri seminar mingguan di Hendry-TATE Museum


8OTAK CERDAS

SERBA SERBI

Cara Jadikan

4. Mempelajari bahasa baru Mempelajari bahasa baru dapat sindrom dementia (kemunduran otak) sampai dengan empat tahun menurut artikel yang dimuat pada New Scientist. Alasan pasti untuk hal ini belum diketahui, namun dipercaya bahwa ia memiliki hubungan erat dengan peningkatan perdaran darah dan koneksi saraf yang baik. 5. Tertawa Tawa bukan saja merupakan obat terbaik, ia juga dapat meningkatkan fungsi otak dan menstimulasi kedua sisi otak pada saat yang bersamaan. Pastikan Anda tertawa setiap harinya.

O

tak manusia pada dasarnya me­rupakan komputer biologis. Ia membutuhkan makanan, oksigen, dan ia juga butuh latihan. Anda dapat melakukan beberapa hal untuk meningkatkan kekuatan otak dengan melatihnya, memodifikasi, atau bahkan memanipulasinya. Anda mungkin tidak akan menjadi seperti Einstein, namun hal ini juga bukan alasan untuk tidak membuatnya menjadi lebih baik. Hal-hal di bawah ini akan membuat otak Anda bekerja lebih baik. 1. Ambillah dosis EPA secukupnya EPA adalah bahan kimia dalam minyak ikan yang merupakan makanan bagi otak, setiap orang pasti sudah mengetahuinya, jadi mengapa tidak memberikannya kapsul minyak ikan setiap hari untuk meningkatkan kekuatannya. Riset menunjukan bahwa minyak ikan dapat

memfasilitasi peningkatan aktivitas pada otak, memperlancar peredaran darah, meningkatkan memori dan konsentrasi. 2. Kerjakan sebuah teka teki Teka-teki silang, Sudoku atau yang lainnya dapat membuat otak Anda tetap pada kondisi terbaik. Sama seperti otot, jika Anda tidak berlatih secara reguler, ia akan kehilangan kemampuannya untuk bekerja secara maksimal. 3. Pergi berjalan kaki Tidak ada yang dapat mengalahkan udara segar yang dapat menyegarkan pikiran yang dapat mengurangi percakapan mental yang mengganggu logika dan pikiran konstruktif. Sebuah perjalanan di pinggiran kota, dekat sungai atau sekedar di taman akan membantu Anda menyingkirkan awan kelabu dan membantu pikiran Anda tetap jernih.

6. Menjadi kreatifif Melukislah atau pelajari alat musik yang baru, bergabunglah dengan kelas kesenian walaupun Anda yakin Anda payah dalam hal tersebut. Menjadi kreatif memungkinkan Anda untuk menemukan solusi baru untuk permasalahan yang sudah lama dan meningkatkan kesadaran pada saat yang bersamaan. 7. Belajar melempar barang Riset dari Universitas Regensburg di Jerman memindai otak dari seorang juggler (pemain sulap yang melemparkan barang) dan menemukan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan struktur otak. Setelah berlatih selama tiga bulan, otak akan menunjukan peningkatan signifikan pada dua bagian, yaitu bagian mid-portal dan posterior intraprietal sulcus kiri. 8. Berhubungan dengan sifat keanakanakan Anda Einstein pernah berkata bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan dan ia menggunakannya pada beberapa eksperimen yang akhirnya membuatnya menemukan perhitungan paling terkenal sepanjang masa (E=MC2).n

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 23


KABAR SM-3T

Para peserta yang mengikuti pemecahan Rekor MURI penulisan 1.500 kesan dan kemanfaatan Program SM-3T, di Sorong, Papua.

CATATAN SM-3T DI BUMI CENDERAWASIH

“SM-3T, The Silent Hero” n oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dipusatkan di Sorong, Papua, saya berksempatan hadir dan mengikuti rangkaian acara. Sebagai koordinator SM-3T Unesa, saya pun larut dan membaur dengan aneka kegiatan tersebut. Berikut salah satu ciplikan pengalaman saya.

P

agi yang basah di So­ rong. Mendung meng­ gan­tung di langit. Mes­ ki begitu, cuaca tak menyurutkan masyarakat So­ rong dan sekitarnya untuk me­ menuhi alun-alun. Pagi ini, Men­ dik­ bud akan melakukan jalan se­hat, jalan keakraban bersama anak sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat Sorong. Saya bersama tim sendiri su­dah sejak sekitar pukul 06.00 mem­ baur di kerumunan itu. Da­ sar saya, setelah sebentar

24 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

be­ ramah-tamah dengan para pe­jabat kemdikbud, UNM, dan Pem­da Sorong, saya menyelinap di antara kelompok-kelompok de­ngan kostum warna-warni itu. Me­motret tulisan di punggungpung­gung mereka. STKIP Muhammadiyah So­ rong, SM-3T Universitas Negeri Go­rontalo Angkatan III, SD In­ pres 44 Klamalu, SD Inpres 41 Ma­lawele Aimas Sorong, MI AlIkhtiar Al Ma’arif Kabupaten So­ rong, MIN Malawele Kabupaten So­rong, SD Inpres 39, MB. Gema

Harmoni SMP 3 Sorong, SMA Be­ thel Aimas Kabupaten Sorong, IGTKI PGRI Kabupaten Sorong, SD Negeri 27 Mariyai Kabupaten So­ rong, dan seterusnya. Asyik ju­ga mengumpulkan tulisan-tu­ lisan di punggung-punggug itu. Jalan sehat berjalan lancar. En­tah di mana teman-teman tim, saya melesat jauh meninggalkan mereka. Bak wartawan yang ti­ dak jelas dari surat kabar apa, sa­ya sibuk memotret ke sana ke­ mari. Berlomba dengan belasan war­tawan dari berbagai media.


KABAR SM-3T Masa bodoh. Memang hanya war­­tawan saja yang boleh me­ nyu­sup ke mana pun dan potret sa­na-sini. Hehe. Jalan sehat diramaikan oleh ke­ lompok drumband SMP 3 Sorong. Suaranya berdentumdentum mengiringi lagu-lagu da­erah dan lagu-lagu nasional. Ma­ yoretnya, laki-laki dan pe­ rem­ puan, lincah bergerak-ge­ rak memberi komando. Ri­bu­ah peserta jalan keakraban me­ ngikuti gerak langkahnya. Men­ dik­bud dan para pejabat berada di barisan terdepan, persis di be­ la­kang barisan drumband. Usai jalan sehat yang hanya me­ makan waktu sekitar satu jam, rombongan kembali ke alun-alun. Pameran foto SM3T serta penulisan kesan dan ke­ manfaatan SM-3T berpadu de­ ngan hiburan di panggung be­sar dan pengambilan undian ber­hadiah. Luar biasa ramainya. Seperti Bukan di Papua Saya seperti tidak se­ dang berada di Papua. Ini bu­ kan daerah tertinggal. Bu­ kan daerah yang minim pen­ du­ duk­ nya, bukan daerah yang ma­­syarakatnya sulit diajak ber­ u­bah. Lihatlah. Yang duduk di kursi-kursi itu saja, jumlahnya ada 1500 orang lebih. Ya, pasti. Karena kursi itu sudah disiapkan untuk 1500 orang lebih, yang

terdiri dari anak sekolah, guru, orang tua dan masyarakat, un­ tuk menuliskan kesan dan ke­ man­faatan program SM-3T. Be­ lum yang di luar kursi-kursi itu, yang jumlahnya bisa dua ti­ga kali lipat. Gila. Sepanjang pe­ ngalaman saya menginjak da­ e­ rah tertinggal, tidak pernah sa­ya melihat kerumunan orang se­banyak ini. Semua acara berjalan lancar. Tim sebelas, panitia inti yang men­jadi event organizer acara, benar-benar menunjukkan ke­ tang­ guhannya. Tim sebelas itu terdiri dari Akhiruddin dan sepuluh temannya yang lain, alumni SM-3T angkatan per­ta­ ma. Mereka adalah alumni UNM, LPTK yang menjadi tumpuan ba­ gi suksesnya seluruh rangkaian aca­ ra, mulai dari awal sampai akhir. Tim pusat, tanpa fasilitasi UNM, Pemda Sorong, dan se­ luruh masyarakat Sorong, tak akan bisa berbuat banyak. Pagi ini, penganugerahan Rekor MURI untuk Kemdikbud, dengan penulisan 1500 kesan dan kemanfaatan Program SM-3T, diberikan oleh Bapak Pau­ lus, perwakilan dari MURI, kepada Mendikbud, Prof. Dr. Mu­ hammad Nuh. Sebanyak 1500 kesan yang ditulis di se­ lembar kaus, terkumpul se­ ba­ gai bukti kecintaan anak se­ kolah, guru, orang tua, dan

ma­syarakat Papua, pada SM-3T. Hampir semua kesan yang di­ tulis begitu mengharukan se­ kaligus membanggakan. Sa­ lah satu tulisan yang begitu me­ ngesankan Mendikbud dan ba­ nyak orang adalah: “SM-3T, The Silent Hero.” The Silent Hero The Silent Hero. Ya, gurugu­ ru itu tidak banyak cakap, tidak banyak bicara, tidak ba­ nyak publikasi, dalam segala ke­ terbatasan dan kesulitan, me­ reka bergerak, mengetuk pin­ tu hati setiap siswa, setiap pen­ didik, setiap orang tua, meng­ ajak mereka semua un­ tuk bangun, bangkit, pelan na­ mun pasti, meninggalkan lo­ rong-lorong gelap, menuju se­ buah tempat yang terangben­ derang. Guru-guru itu mengisi hati dan jiwa-jiwa yang kosong, memenuhinya de­ ngan sentuhan penuh kasih sa­ yang, dengan pengetahuan, ke­ terampilan, dan kecintaan pa­da Tanah Air. Mereka datang di ujung-ujung negeri, me­ rang­sek menembus hutan be­

lan­ tara, melanggar derasnya su­ ngai-sungai, menerjang ter­ jal­ nya bukit dan batu karang, me­ nyalakan pelita-pelita, dan memancarkan cahaya di manamana. Bagi mereka, men­ ja­ di guru di daerah-daerah ter­ tinggal, bukan masalah pe­ ngor­ banan, tapi masalah ke­ hor­matan. Kehormatan sebagai bang­sa dan negara yang harus te­ rus diperjuangkan. Mereka ber­­­juang melalui jalan lain. Ti­ dak mengangkat senjata, tidak mem­bawa tombak dan anak pa­ nah, kecuali hanya se­buah pena, se­ buah pelita, dan se­ gunung ketulusan. Guru-guru itu, me­re­ ka­lah ‘the silent hero’ itu.... Sorong, 9 Mei 2014 Penulis adalah Direktur PPPG dan Koordinator SM-3T Unesa.

Bersama para peserta SM-3T yang dengan penuh semangat menyukseskan kegiatan Hari Pendidikan Nasional Kemendikbud di Sorong, Papua. Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 25


INSPIRASI ALUMNI

Oki Aryono, Ketua Yayasan Bina Qalam Indonesia

AWALI K ARIER sebagai

RELAWAN MEDIA Masih muda, tapi sudah mendapat kepercayaan sebagai kepala lembaga pengkaderan penulis muslim. Dialah Oki Aryono, alumni jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Unesa yang mengaku merintis karier dari bawah sebagai relawan media di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya.

K

eteguhan hati, keuletan dan pan­tang menyerah. Itulah salah sa­tu kelebihan yang dimiliki Oki Aryono sehingga membuat Ke­ tua Pengurus YDSF, Abdul Kadir Ba­raja merasa tertarik untuk memberikan tan­tangan baru di Yayasan Bina Qalam In­ do­nesia. “Waktu itu saya sempat bertanya ke pak Ka­dir (ketua YDSF), mengapa saya ditunjuk men­jadi ketua yayasan padahal saya masih

26 |

umur segini serta masih banyak orangorang tua yang mampu dalam mengelola ya­yasan ini. Pak Kadir hanya bilang, saatnya yang muda yang berkarya. Kamu orangnya ulet dan pantang menyerah,” ungkap Oki me­nuturkan perjalanan kariernya. Mendapat tantangan sekaligus ke­sem­ pat­an, pria kelahiran Surabaya, 22 Oktober 1978 itupun tak menyia-nyiakannya. Ia ber­ prinsip bahwa dalam menjalankan ke­ hi­ dupan kesempatan hanya datang satu kali.

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

Karena itu, ia berusaha menggunakan ke­ sempatan yang diberikan itu dengan sung­ guh-sungguh dan bekerja sebaik-baiknya. Jadi Relawan Kiprah alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Ing­gris Unesa di YDSF terbilang cukup lama. Ia mengawali berkiprah di YDSF tahun 2002 ke­tika masih menjadi mahasiswa. Ia memulai da­ri bawah dengan menjadi relawan di Ma­ ja­lah Al Falah terbitan Yayasan Dana Sosial Al


INSPIRASI ALUMNI Falah (YDSF) Surabaya. “Karena masih kuliah, sa­ ya pun harus pandai-pandai mengatur jad­wal antara kuliah dan liputan. Beruntung wak­tu itu saya sudah semester tujuh dan ha­ nya fokus pada skripsi,” jelasnya. Mulanya, Oki masuk YDSF Surabaya se­ telah mendapat tawaran dari kakak ke­las­nya, Guritno. Setelah mendalami dan me­nyelami, ia memutuskan mau bertugas se­ bagai relawan yang bertugas menulis dan me­ motret kegiatan YDSF untuk dimuat di Ma­ ja­lah Al Falah. “Awalnya, saya ngantor dua ha­ri sekali, namun lambat laun setiap hari ter­nyata ada tugas. Agar tidak mengganggu tu­gas kuliah, saya antisipasi dengan masuk kan­tor pada siang hari,” ujarnya. Meski dipenuhi aktivitas dan perjuangan yang sangat melelahkan, Oki berhasil lu­lus kuliah pada tahun 2005. Walaupun agak telat lulus, namun ia merasa bangga de­ngan perjuangan yang telah dilakukan. Apa­lagi kondisi saat itu yang serba kurang ter­kait fasilitas komputer dalam menunjang me­ nye­lesaikan tugas akhir. “Kehidupan baru pun saya mulai dengan berkiprah di YDSF,” pa­parnya. Proses Berliku Keberhasilan Oki menduduki jabatan ke­ tua yayasan saat ini memang dilalui dengan pro­ses yang cukup panjang. Ia berkiprah di majalah Al-Falah tahun 2003. Lalu, pada ta­hun 2005, ia mendapatkan kesempatan men­jadi redaktur pelaksana karena redaktur pe­laksananya waktu itu diangkat menjadi Di­rektur Pusat Dakwah (PUSDA) Surabaya. Da­ri redaktur pelaksana, tahun 2007, ia ke­ mudian diangkat menjadi Pimpinan Re­dak­si karena saat itu Pimpinan Redaksinya di­ang­ kat menjadi Manajer YDSF Jakarta. Tahun 2011, karena sudah memiliki se­ orang anak dan sudah tidak sanggup lagi kerja lembur, Oki mengajukan diri pin­dah posisi ke media online namun tetap mem­ bantu tugas keredaksian Majalah Al Fa­lah. “Pada tahun 2011, saya secara resmi me­ megang media online www.ydsf.org,” tam­ bah­nya Saat memegang media online itu, ia me­ rasa kurang berkembang karena tidak me­miliki personel. Sejak tahun 2011-2013, Oki mengelola media online itu sendirian. Ia menulis sendiri, mengedit sendiri dan me­ ner­bitkan sendiri. Pekerjaan itu membuat ia tidak memiliki tantangan karena tidak ada yang membantu mengembangankan media on­line tersebut. Beruntung, keresahan pria murah se­ nyum itu mendapat jawaban. Bermula dari

tulisan pimpinan YDSF, Abdul Kadir Baraja ber­judul Kemana Karya Ulama Kita? Tulisan ter­sebut lalu ditunjukkan kepada penulispe­nulis senior seperti M. Anwar Djaelani dan beberapa wartawan senior yang ada di ma­ jalah Hidayatullah. Mereka pun senang ka­ re­na pak Kadir mulai peduli terhadap dunia tulis-menulis di media. Kumpulkan Para Penulis Berangkat dari respon para penulis itu, Oki dan pak Kadir lantas berinisiatif me­ ngum­­ pulkan para penulis tersebut. Saat per­­temuan perdana, ada 30 penulis muslim yang ada di Indonesia ikut hadir. Mulai da­ ri Syirikit Syah, Misbahul Huda, Taufiq AB, Cholili Ilyas (mantan Redaktur Senior Jawa na), Pos), Sinta Yudisia (Forum Lingkar Pe­ Sugeng Purwanto (mantan Redaktur Su­ra­ baya Post), Redaktur dari Hidayatullah ser­ta pe­nulis dari Jakarta, Asep Sobari. Dari pertemuan itu, mereka sepakat ha­rus ada wadah khusus agar para penulis le­ bih terdorong dan termotivasi untuk me­ nulis. Abdul Kadir Baraja selaku ketua Ya­yasan Dana Sosial Al Falah Surabaya ke­ mudian melontarkan usulan untuk me­ ma­najeri wadah tersebut dan seluruh pe­ serta pun setuju. “Waktu itu, pak Ka­ dir menganalogikan seorang petinju pro­fe­sio­ nal yang harus memiliki promotor untuk meng­urusi segala hal, mulai dari sponsor, ba­yaran, kapan mainnya dan seterusnya,” te­rangnya. Pada pertemuan kedua, lahirnya nama wa­dah organisasi penulis tersebut dengan na­ma Bina Qalam Indonesia. Awalnya, or­ ga­nisasi penulis muslim tersebut dipimpin

se­mentara oleh Abdul Kadir Baraja. Hingga akhirnya setelah dilakukan proses seleksi un­tuk ketua yayasan Bina Qalam Indonesia, Oki Aryono terpilih menjadi Ketua Yayasan Bina Qalam Indonesia. “Ini adalah tugas berat yang saya emban dan harus saya ja­lan­ kan secara maksimal,” ujarnya. Ia sempat bertanya kepada pak Kadir a­lasan menunjuk dirinya menjadi ketua ya­ yasan padahal masih berusia muda se­men­ ta­­ra masih banyak orang-orang tua yang mam­pu dalam mengelola yayasan. “Waktu itu, pak Kadir hanya bilang saatnya yang mu­ da yang berkarya,” jelasnya. Oki mengakui bahwa pada dasarnya pe­ nulis itu harus dikelola dan dikoordinasi ge­ ra­kannya supaya menjadi lebih terstruktur dan lebih masif sehingga memiliki misi yang jelas. “Tujuan dari yayasan ini adalah men­ce­ tak pendakwah yang menulis dan atau pe­ nu­lis yang berdakwah,” pungkasnya. (RUDI)

Oki Aryono, Ketua Yayasan Bina Qalam Indonesia, saat ditemui reporter majalah Unesa di ruang kerjanya.

Nomor: 71 Tahun XIV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 27


ARTIKEL WAWASAN

MENGHITUNG & Menghargai WAKTU Waktu janganlah dibuang percuma, atau di­ha­biskan untuk ber­bagai kegiatan yang mubasir.

oleh Much Khoiri

T

ahu-tahu hari ini Rabu kembali, sama dengan Rabu sepekan lalu, ju­ga sama dengan Rabu dua pekan la­lu, tiga pekan lalu, setahun lalu, lima tahun lalu, sepuluh tahun lalu, dua-pu­ luh tahun lalu, tiga-puluh tahun lalu, empatpu­luh tahun lalu, lima-puluh tahun lalu…Ta­ hu-tahu lima-puluh lima tahun telah berlalu. Ba­yangkan! Tahu-tahu aku, juga teman-teman se­ba­ yaku, telah menikahkan anak-anak. Waktu te­rasa berputar begitu cepat, lima-puluh li­ ma tahun hampir tak terasa apa-apa. Hidup lak­ sana mimpi, seakan hanya sepanjang wak­tu tidur belaka. Tahu-tahu aku akan se­ ge­ra menimang cucu. Tahu-tahu aku akan di­ kerubuti cucu-cucu yang memanggilku ‘akung’. Ya, anggaplah aku sekarang berusia li­ ma-puluh-lima tahun. Pada suatu hari Rabu aku merenung. Ke mana lagi aku akan pergi se­telah ini? Ibarat hari, aku telah melewati wak­tu ashar, dan terus merambat menjelang senja. Tinggal menghitung jam, menit, dan de­tik saja, senja itu akan segera berakhir. Dan jika saat itu tiba, buku hidup jilid 1 harus

28 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014


ARTIKEL WAWASAN aku tutup untuk siap-siap membuka buku ji­ lid 2 dan seterusnya. Andaikata jatah usiaku 62 tahun (usia Mu­hammad SAW saat wafat), artinya tinggal tu­juh tahun lagi aku hidup dan tinggal di du­nia ini. Sekarang hari Rabu, berarti Selasa tengah malam pada tujuh tahun ke depan atau 2556,75 hari (asumsinya 1 tahun = 365,25 hari) atau 61.362 jam atau 3.681.720 me­nit atau 220.903.200 detik. Ya, tinggal 220.903.200 detik lagi aku menghirup dan me­lepaskan nafas. Mengapa hitungan detik yang aku pa­ kai? Tentu untuk menyelaraskan dengan u­kuran detak jantung—sekepal daging yang se­cara fisiologis mengatur sirkulasi darah ke seluruh tubuh (dan secara spiritual disebut qal­bu, yang di dalamnya bersemayam akal dan nafs/jiwa, yang menentukan baik-bu­ ruknya manusia). Jika pada detik tertentu jan­tung tidak lagi berdetak, tuntaslah sudah ki­sah hidupku—jangan lupa, ini berlaku bagi si­apa pun jua. Andaikata aku hanya punya sisa waktu hi­ dup 220.903.200 detik, pada ukuran normal dan baik (sekitar 70 kali/menit), aku ha­ nya punya sisa 257.720.400 kali detak jan­tung. Sisa sekian detik ini, aku yakin, ti­ dak akan lama, karena hampir tak terasa apa-apa. Amat mungkin, semua itu hanya wes wes begitu saja, dan…. tahu-tahu detik ter­akhir pun tiba. Kontrak telah mencapai expire date. Itu seandainya sisa usiaku 7 tahun. Ten­ tu, jatah usia manusia, siapa tahu? Itu salah sa­tu rahasia yang tak tersingkap dalam pe­ mahaman manusia. Jika jatah usiaku ku­rang dari 7 tahun—sebutlah 5 tahun, 3 ta­hun, 1 tahun, atau 1 bulan lagi—terus mau apa? Bukankah suatu kemustahilan untuk meng­ ge­lar protes ukhrawiyah tentang hal ini? Na­ mun sebaliknya, jika jatah usiaku lebih dari 7 tahun—semisal sampai berusia 65, 75, 85 tahun atau lebih, kelebihannya itu aku ang­ gap bonus (hadiah) tak bersyarat yang ha­rus kuterima dari Yang Maha Kuasa. Aku sen­di­ri­ lah yang seharusnya memaknainya. Ya Allah, apa saja yang telah kulakukan se­lama 55 tahun ini? Kejahatan apa sajakah yang pernah aku lakukan—mulai kejahatan ha­ ti hingga kejahatan tindakan—kepada makh­luk lain: sesama manusia, dengan jin, flora, dan fauna? Lebih penting, kejahatan apa sajakah yang pernah aku lakukan ter­ hadap diri sendiri, selama ini? Sungguh, aku tak berani mengklaim te­ lah melakukan kebaikan. (Ini rahasiaku de­ ngan Allah dan malaikat pencatat amalku.) Aku menunaikan setiap ibadah yang di­

perintahkan dan dianjurkan; namun, alang­kah sombongnya aku jika aku berani meng­klaim bahwa semua itu ada pahala ke­baikannya. Namun, sungguh, aku sangat galau dengan hal ini: apakah aku pernah mem­bekali diri dengan kebaikan-ke­ baikan dalam menuju gerbang detik terakhirku, ya saat detak jantung ter­ akhir tiba! Maka, inilah momentumnya ba­ giku untuk lebih menghargai waktu. Waktu janganlah dibuang percuma, atau di­ ha­biskan untuk ber­bagai kegiatan yang mubasir. Banyak acara TV yang sampah, demikian pula koranko­ran sensasional, dan itulah yang wa­jib kutinggalkan. Sebaliknya, aku wajib “membaca” kitab hidup yang mencerahkan dan meng­gerakkan gairah. Jika aku ti­d ur 5 jam sehari-semalam, dalam 7 tahun aku menghabiskan 12.775 jam hanya untuk ti­ dur, bayangkan! Jika aku tidur 8 jam seharise­malam, sepertiga sisa hidup (2,33 tahun) akan lenyap. Dan hal begini tidak boleh ter­ jadi. Maka, tidak ada strategi lain yang lebih ba­gus daripada mengiringi setiap gerak ba­ thiniah dan gerak badaniah dengan energi bas­malah (atas nama Tuhan). Berpikir atas na­ma Tuhan, Membaca atas nama Tuhan, me­nulis atas nama Tuhan—berangkat kerja, ber­teman, dan sebagainya, termasuk tidur. Pe­nyertaan ‘atas nama Tuhan’ inilah, aku ya­ kin, yang akan memberikan makna yang tak ter­hingga. Jika kondisi demikian bisa aku penuhi, sisa usiaku tidak akan pernah aku sesali. Aku akan siap lahir-bathin untuk menerima ke­ nyataan itu… Tahu-tahu hari itu Rabu kem­bali, sama dengan Rabu sepekan se­ belumnya, juga sama dengan Rabu sebulan se­belumnya, setahun sebelumnya, lima ta­ hun sebelumnya, tujuh tahun sebelumnya. Aku ingin mendapati suatu saat kelak, tiada be­danya antara hidup dan berpulang. n

"

Maka, tidak ada strategi lain yang lebih ba­gus daripada mengiringi setiap gerak ba­thiniah dan gerak badaniah dengan energi bas­malah (atas nama Tuhan)."

*Penulis adalah Dosen pada Jurusan Bahasa Inggris, FBS, Unesa.

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 29


ULAS BUKU

Mengajar Lebih Sedikit, Belajar Lebih Banyak Guru merupakan profesi yang terkait dengan pemeliharaan kul­tur nasional. Salah satu tujuan persekolahan formal adalah me­wariskan pustaka, nilai-nilai, dan aspirasi kultural dari satu ge­nerasi ke generasi berikutnya. Guru merupakan pemain kun­ci dalam membangun masyarakat sejahtera.

P

pendidikan guru dalam kurun waktu sekitar endidikan di Finlandia dinilai terbaik 30 tahun. Buku ini menunjukkan, mengapa di dunia, banyak kalangan mengakui pendidikan di Finlandia bisa berada pada hal ini. Selain keunggulannya dalam bi­ dang pendidikan, Finlandia ju­ posisi nomor satu di dunia, dan bagaimana ga dikenal sebagai negara yang indeks ke­ negara ini mencapainya. bahagiaannya tertinggi. Warga Finlandia Informasi tentang apa yang dimaksud dinilai memberikan pengaruh penting pada dengan program pe­ nyiapan guru berbasis ter­ ciptanya faktor-faktor yang menentukan riset, dan apa peng­ aruhnya terhadap ke­ bahagiaan, antara lain kesehatan, pen­ di­ pembelajaran siswa, juga ditunjukkan dikan, kualitas hidup, dan pemerataan eko­ dengan cukup detil. Fokus utama reformasi no­mi. pendidikan di Finlandia memang pada program pendidikan guru. Program ini Diyakini, model pendidikan yang di­te­rap­ kan berhubungan dengan kemakmuran dan memberikan kerangka kerja menyeluruh ba­ ke­ bahagiaan masyarakat Finlandia. Negara gi semua yang mengajar--guru-guru mulai ini disebut sebagai negara yang memiliki dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. skala prioritas yang lurus dalam kaitannya Gu­ru harus bergelar master, sehingga mereka JUDUL de­ngan paradigma pendidikan yang di­anut­ memiliki cukup waktu untuk mempelajari pe­ Finnish Lessons: Mengajar Lebih nya. Mereka menyadari sepenuhnya bah­wa dagogi serta melakukan praktik dan belajar Sedikit, Belajar Lebih Banyak segala macam keterampilan dan ke­ mam­ melakukan riset (hal 19). pu­an akademik lebih sebagai sarana untuk Guru adalah profesi yang tinggi statusnya, ala Finlandia men­capai tujuan yang lebih tinggi, yaitu ke­ se­perti dokter. Mereka yang masuk ke profesi PENERJEMAH ba­hagiaan lahir dan batin. Berbeda dengan ini terus belajar, melanjutkan studi, agar bisa Ahmad Muchlis ne­gara-negara yang paling maju dan paling berkontribusi lebih banyak pada profesi. PENERBIT mak­mur sekali pun, yang menganggap pen­ Guru menjadi jabatan yang dikejar dan ha­ Kaifa didikan sekadar untuk mencapai ke­mak­mur­ nya didapatkan oleh mereka yang cukup an yang setinggi-tingginya. Kemakmuran be­runtung untuk terpilih sebagai calon guru CETAKAN ti­ dak selalu berarti kebahagiaan lahir dan (hal 20). I, Mei 2014 ba­tin. Banyak negara yang memiliki tingkat Sebagai sebuah contoh sistem pen­ di­ TEBAL penguasaan sains dan teknologi serta ke­ dikan yang unggul, Finlandia memiliki cara 318 mak­muran yang tinggi, namun indeks ke­ba­ lain untuk memperbaiki sistem pendidikan. PERESENSI ha­giaan masyarakatnya terpuruk. Cara yang berbeda dengan yang dilakukan Luthfiyah Nurlaela Buku ‘Finnish Lessons: Mengajar Lebih oleh berbagai negara seperti Amerika Se­ Sedikit, Belajar Lebih Ba­ nyak ala Finlandia’, rikat, Inggris, Swedia, Norwegia, dan Pe­ran­cis. yang ditulis oleh Pasi Sahlberg, sebenarnya Finlandia tidak memperketat kontrol ter­ha­ bu­ kanlah buku yang terlalu baru. Buku yang diterjemahkan dap sekolah, memperberat akuntabiitas ki­nerja siswa, memecat dari ‘Finnish Lessons: What Can The World Learn from Educational guru-guru yang di­ni­lai jelek, dan menutup sekolah-sekolah yang Change in Finland?’, diterbitkan pertama kali pada 2011 di New bermasalah, namun sebaliknya me­la­kukan cara-cara berikut: 1) York, USA. Kemudian pada 2014, buku tersebut diterbitkan dalam memperbaiki sumber daya guru, 2) membatasi tes pada siswa Bahasa Indonesia oleh Penerbit Kaifa. sampai batas minimum yang di­ per­ lu­ kan, 3) menempatkan Ada banyak hal yang menarik dari buku setebal 318 halaman tanggung jawab dan kepercayaan di atas akun­tabiitas, dan 4) ini. Dalam bab per bab, pembaca disuguhi informasi tentang menyerahkan kepemimpinan pada level se­ kolah dan distrik bagaimana Finlandia melakukan transformasi pengajaran dan kepada tenaga profesional pendidikan (hal 42).

30 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014


ULAS BUKU Terkait dengan pendidikan guru, bagi Finlandia, tidaklah cu­ kup memperbaiki pendidikan guru dan menaikkan persyaratan penerimaan mahasiswa semata. Yang lebih penting adalah men­ jamin agar kerja guru di sekolah berlandaskan martabat pro­ fesional dan kehormatan sosial sehingga mereka dapat memenuhi tujuan mereka dalam memilih profesi menjadi guru se­ bagai karier seumur hidup. Kerja guru seharusnya seimbang antara mengajar di kelas dan berkolaborasi dengan tenaga pro­fe­sional lain di sekolah. Itulah cara terbaik untuk menarik para pe­mu­da berbakat kepada profesi guru (hal 159). Perbedaan khas terkait dengan sistem pendidikan publik di Finlandia dan di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris, dan tentu saja juga di Indonesia, salah satunya adalah pada kerja guru. Pendidikan di Finlandia tidak mengenal pengawasan sekolah yang ketat. Tidak ada ujian terstandar eksternal bagi siswa untuk memberi tahu publik tentang kinerja sekolah atau efektivitas guru. Guru juga memiliki otonomi profesional untuk membuat kurikulum dan rencana kerja sendiri berbasis sekolah. Semua pendidikan dibiayai publik dan tidak ada penarikan biaya di sekolah dan universitas (hal 162). Guru merupakan profesi yang terkait dengan pemeliharaan kul­ tur nasional. Salah satu tujuan persekolahan formal adalah me­ wariskan pustaka, nilai-nilai, dan aspirasi kultural dari satu ge­ nerasi ke generasi berikutnya. Guru merupakan pemain kun­ ci dalam membangun masyarakat sejahtera. Sejarah panjang Fin­ landia yang telah menyebabkan negara ini bergulat dengan iden­ titas nasional, bahasa ibu, dan nilai-nilai sendiri, telah me­ ninggalkan jejak yang dalam pada masyarakatnya dan men­do­rong keinginan mereka untuk mengembangkan pribadi melalui pen­didikan, membaca (reading), dan perbaikan diri. Literasi ada­lah tulang punggung kultur Finlandia dan telah menjadi bagian tak terpisahkan. Bagaimana di Indonesia? Membaca buku ini, se­ra­sa pembaca diseret dalam berbagai kondisi yang sangat kontradiktif. Oleh sebab itu, buku ini sangat penting dibaca bagi para pemerhati pendidikan, guru, praktisi, pengambil kebijakan, dan juga para orang tua dan masayarakat pada umumnya, se­ba­gai bahan refleksi dalam rangka meningkatkan mutu proses pem­

Dari segi pemahaman teoretis, sebenarnya apa yang men­jadi keunggulan sistem pendidikan di Finlandia telah men­ ja­di perhatian para pemangku kepentingan (stakeholders) pen­di­dikan, termasuk di Indonesia. Bedanya, di Finlandia, pemahaman ter­sebut telah diwujudkan dalam praktik yang konkret. Di negara kita, hal itu lebih banyak masih di tingkat pemahaman, sekadar wacana, dan dinilai belum ada keseriusan untuk mewujudkannya dalam praktik.

be­la­jaran dan pendidikan di segala jalur dan jenjang. Terkait dengan ‘kehebatan’ profesi guru di Finlandia, kondisi ini tentu saja agak berbeda dengan di Indonesia. Meski dengan di­ berlakukannya UUSPN dan UUGD yang mengharuskan adanya sertifikat pendidik sebagai syarat untuk menjadi guru, profesi guru belum menjadi profesi favorit bagi putra-putri terbaik. Memang ada kenaikan sangat tajam animo masyarakat untuk mengambil pendidikan di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)--juga kenaikan tajam jumlah LPTK yang saat ini sudah menembus angka lebih dari 500--namun tetap saja, para peminat itu sebagian be­ sar belum merupakan lulusan SMA/SMK terbaik. Dari segi pemahaman teoretis, sebenarnya apa yang men­jadi keunggulan sistem pendidikan di Finlandia telah men­ ja­ di perhatian para pemangku kepentingan (stakeholders) pen­ di­ dikan, termasuk di Indonesia. Bedanya, di Finlandia, pemahaman ter­sebut telah diwujudkan dalam praktik yang konkret. Di negara kita, hal itu lebih banyak

masih di tingkat pemahaman, sekadar wacana, dan dinilai belum ada keseriusan untuk mewujudkannya dalam praktik. Pandangan yang skeptis terhadap upayaupaya pembaharuan pendidikan juga masih bermunculan dari banyak pihak. Contoh kondisi di atas yang saat ini begitu nyata adalah ten­ tang diberlakukannya Kurikulum 2013. Kurikulum yang dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi unggul masa de­ pan bangsa ini masih dilihat sebelah mata saja oleh berbagai pi­ hak. Meski sebenarnya, bila dirunut, rasional Kurikulum 2013 memiliki banyak pararelisme dengan model Finlandia. Pe­ ne­kanan pada tujuan pembelajaran yang terintegrasi antara sikap, pe­ ngetahuan dan keterampilan, serta kemampuan pemecahan masalah dan pengembangan kreativitas siswa dengan penerapan mo­ del-model pembelajaran dan penilaian yang mendorong terjadinya berpikir tingkat lebih tinggi (higher order thinking), sejalan dengan pola pikir yang dikembangkan dalam kurikulum pendidikan di Finlandia. Namun begitu, tidak mudah menerapkan Kurikulum 2013, ti­ dak saja karena keterbatasan kemampuan guru (yang saat ini terus-menerus dilakukan penguatan dan peningkatan), na­ mun juga kondisi pendidikan di Tanah Air, yang disparitasnya sangat tinggi antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Beberapa permasalahan terkait SDM pendidiknya saja, antara lain meliputi: kekurangan jumlah (shortage), distribusi tidak sei­mbang (unbalanced distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang kompeten (low competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched), masih menjadi persoalan serius. Belum lagi menyangkut kendala kultur/budaya pendidik dan semua stakeholder pendidikan; karena sesungguhnya, tanpa perubahan pola pikir, sangat mustahil Kurikulum 2013 bisa diimplementasikan dan mencapai hasil seperti yang diharapkan. n

Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 31


INFO SEHAT

BUAH NAGA, MAKANAN ANTI-KANKER

B

uah Naga sebenarnya berasal dari daerah Amerika Tengah dan Selatan. Bangsa Cina ke­ mudian menjadikan buah ini terkenal lewat legenda yang me­ ng­­ i­ sahkan bahwa buah naga ini di­cip­takan oleh naga api. Di­lihat dari bentuk fisik bu­ahnya, ten­tu sangat wajar jika ada ba­ nyak orang mempercayai legenda ter­ se­but. Na­mun terlepas dari itu semua, buah ini me­mang memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik. Buah naga sebagai makanan anti kanker bukanlah mitos. Kan­dungan vitamin buah naga dan nutrisi lain di dalamnya memang ber­kha­siat mencegah kanker. Diet Antikanker Menurut sebuah lembaga pe­ ne­ li­tian kanker di Amerika Serikat, lebih dari sepertiga kasus kanker yang ter­ jadi di dunia sebenarnya dapat di­ ce­ gah dengan melakukan diet sehat dan menjaga berat badan ideal. Diet anti kanker dilakukan dengan cara me­ nambah asupan buah dan sayur, daging tanpa lemak, ikan, kacang-ka­ ca­ngan, dan biji-bijian. Diet sehat ini juga mengharuskan kita mengurangi

32 |

asupan makanan olahan, sodium, le­ mak jenuh, dan makanan dengan tam­ bahan gula. Direkomendasikan un­tuk meng­onsumsi setidaknya 5 porsi buah dan sayuran setiap hari un­tuk se­makin memperkecil resiko kan­ker. Di antara beberapa jenis buah yang di­ re­ ko­ mendasikan, buah naga ter­ ma­ suk di da­lamnya. Serat dan Antioksidan Selain kandungan nutrisinya yang mem­ buat buah naga layak sebagai ma­kanan anti kanker, buah ini juga me­ nyim­pan kandungan serat seperti buahbuahan lainnya. Walaupun tidak dapat dikatakan sangat luar biasa, namun serat yang tersimpan dalam buah naga cu­ kup baik. Serat membantu proses pen­ cernaan sekaligus membersihkan sa­ luran pencernaan dari racun-racun yang berpotensi memicu kemunculan sel kanker. Setidaknya anda harus me­ ngon­sumsi 20 gr - 37 gr serat setiap ha­rinya untuk menjaga proses dan sa­ lu­ran pencernaan tetap sehat. Antioksidan yang terdapat di dalam bu­ ah naga adalah betakaroten dan vitamin C. Kedua senyawa ini sangat

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

ampuh untuk melawan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan pada ja­ringan sel. Kerusakan sel inilah yang biasanya memicu munculnya kanker da­lam tubuh. Menambah asupan ma­ka­ nan yang kaya antioksidan seperti buah na­ga dapat memperkecil kemungkinan ter­serang penyakit kanker. Makanan Rendah Kalori Menurut University of Texas MD An­­­der­son Cancer Center, salah satu fak­ tor risiko terkena kanker adalah obe­­ sitas (kegemukan). Karena itu, men­­jaga berat badan yang ideal de­ ngan membatasi asupan kalori dapat me­ ngurangi risiko terkena kanker. Bu­ah naga diketahui sangat rendah akan kandungan kalori. Dalam 1 buah naga hanya terdapat se­ ki­ tar 60 kalori. Karena itu, Anda tidak per­ lu merasa takut kegemukan dengan m­e­ngonsumsi buah naga. Rendah ka­ lo­ri dan kaya antioksidan, tentu buah na­­ga layak dimasukkan dalam daftar pi­­lihan makanan antikanker Anda, bu­ kan?! (MAN)


INFO SEHAT

OLAHRAGA Ringan tapi MENYEHATKAN

S

eberapa sering Anda me­lihat atau mendengar ru­mah sakitdi penuhi pa­sien sampai melebihi ka­pasitas. Jelas penyebabnya ka­rena banyak orang sakit. Lalu apa penyebab banyak orang sa­kit? Sebabnya banyak. Mulai da­ ri virus, keturunan,

cuaca, ma­kanan atau gaya hidup dan lainnya. Gaya hidup yang bu­ruk bisa menyebabkan pe­nya­kit. Misalnya, karena terlalu sibuk bekerja dan hal lain­nya, jadi jarang olahraga dan membuat tubuh sakit. Nah, gaya hidup ini yang ha­rus diubah. Olahraga tetap ha­rus di lakukan walau ba­gaimana sibuknya. Khusus bagi umat muslim, salat me­rupakan cara olahraga yang baik di samping sebagai ibadah wa­jib dan sunah. Sejumlah olahraga ringan yang menyehatkan tubuh dapat dilakukan di sela-sela ak­tivitas sehari-ha­ri. Hanya bu­tuh waktu yang tidak lama, namun rutin. Ke­ bugaran dan kesehatan tubuh tetap terjaga. Berikut ini olahraga ringan yang menyehatkan tubuh: Berjalan Kaki Ini merupakan salah satu jenis olahraga sederhana yang dapat dilakukan setiap hari. Luangkan waktu sejenak setiap pagi untuk berjalan kaki. Atau jika jarak sekolah atau tempat bekerja cukup dekat, Anda dapat berjalan kaki untuk mencapai sekolah atau tempat bekerja tersebut. Berlari Berlari mungkin salah satu olahraga yang tidak sulit dilakukan. Anda bisa meluangkan waktu pada pagi hari untuk melakukan jenis olahraga yang satu ini. Olahraga ini sangat baik untuk masa otot dan membakar kalori dalam tubuh.

Push up dan sit up Olahraga ini tidak terlalu banyak menyita waktu dan dapat dilakukan di sela-sela aktivitas setiap hari. Manfaat olahraga ini yaitu untuk membakar kalori tubuh dan membuat tubuh bugar serta mampu membentuk otot tubuh. Senam Olahraga ini juga sangat mudah dilakukan. Jika diiringi music, olahraga ini juga makin menyenangkan untuk dilakukan setiap harinya. Olahraga ini juga dapat dilakukan oleh semua orang di berbagai jenjang umur, dari anak-anak hingga lansia. Manfaatnya sangat baik untuk kesehatan tubuh dan menjaga kebugaran sehari-hari. Bersepeda Olahraga ini juga sangat mudah dilakukan oleh semua orang di berbagai jenjang umur. Anda dapat melakukannya setiap pagi menjelang aktivitas padat segala rutinitas. Manfaatnya juga sangat baik untuk menjaga kondisi dan kesehatan serta kebugaran tubuh. Pull Up Pull up adalah olahraga mengangkat beban tubuh. Olahraga ini seperti push up karena memperkuat tangan. Bahkan dengan cepat bisa memperkuat otot lengan. Tapi pull up adalah salah satu olahraga sederhana yang cukup menguras keringat dan cukup melelahkan. Scoot Jump Scoot jump adalah olahraga untuk memperkuat kaki dan paha. Seperti lari, scoot jump mampu memperkuat kaki dan paha. Tapi, aktivitas ini lebih melelahkan dibandingkan lari. Karena olahraga ini merupakan kegiatan menahan tubuh kita dan melemperkan tubuh kita (loncat) dengan tenaga yang kita miliki. Jadi, scoot jump juga bisa menambah atau memperkuat energi yang Anda miliki. (MAN)

Nomor: 71 Tahun XIV - Juli 2014 MAJALAH UNESA

| 33


CATATAN LIDAH

Hakikat Fakultas l Djuli Djatiprambudi

T

radisi keilmuan suatu universitas ditentukan oleh tradisi keil­ mu­an fakultas-fakultas di dalamnya. Ini artinya, esensi dan ek­sistensi suatu universitas amat ditentukan oleh kinerja fa­ kultas-fakultas di dalamnya. Universitas menentukan “bran­ ding” fakultas atau fakultas menentukan “branding” universitas, itu soal hubungan timbal balik yang seharusnya terjadi. Dalam kon­­teks ini, maka universitas tidak bisa mengebiri eksistensi fa­kul­tas, apalagi mengesampingkan esensi pengembangan bidang il­ mu sebuah fakultas. Sebaliknya, fakultas juga tidak mungkin ber­ kem­ bang dengan arah yang benar bila menafikkan visi dan misi uni­ver­sitas. Pendek kata, universitas dan fakultas secara esensial dan ek­sis­tensial berada dalam satu kesatuan tradisi keilmuan yang saling me­num­ buh­kembangkan. Suatu universitas yang baik, bila ditelusuri di dalamnya ter­da­pat fakultas-fakultas yang baik pula. Fakultas secara pokok mem­per­li­hat­ kan area yang dihuni oleh sekelompok bidang ilmu yang memiliki ke­dekatan objek material dan objek formal. Fakultas mencerminkan se­buah struktur disiplin (ilmu) yang berangkat dari dasar paradigma yang sama. Paling tidak platform dan paradigmanya memiliki ruang ling­kup yang berdekatan. Dengan ini, maka suatu fakultas didirikan ti­dak lain dan tidak bukan demi pengembangan ilmu itu sendiri. Fakultas dalam arti konseptual-filosofis, lebih mencerminkan se­ bu­ah arsitektur disiplin (ilmu) tertentu, yang di dalamnya terdapat satuan-satuan disiplin yang digerakkan oleh platform, konsep, dan paradigma yang sama. Bila tidak demikian, sebuah fakultas a­kan mengalami disorientasi visi dan misinya ke depan. Dalam arti lu­as, fakultas tersebut akan mengalami deviasi serius atas tradisi ke­il­ muan yang dibangunnya. Karena itu, sebuah fakultas didirikan se­ ma­ta-mata demi menghindari disorientasi atau deviasi seriuas dari pa­radigma yang mendasarinya. Karakteristik arsitektur keilmuan yang berkembang di suatu fa­kul­ tas dalam banyak hal, bila merujuk pada tradisi universitas di Barat, amat ditentukan oleh wibawa sekelompok atau persona guru besar yang ada di fakultas tersebut. Sebab biasanya, sejarah berdirinya fa­ kultas bukan semata-mata soal pragmatis, tetapi lebih didorong oleh kanalisasi yang tepat dari perkembangan dan pengembangan di­sip­ lin (ilmu). Sementara, para pendorong kanalisasi bidang ilmu yang ma­kin kompleks dan spesialistik tersebut tidak lain adalah para guru be­sarnya. Kita harus menyadari, bahwa dalam tradisi universitas di Ba­rat, peran para guru besar amat menentukan ke mana arah pe­ngem­ bangan tradisi keilmuan suatu fakultas. Para guru besar me­mi­liki otonomi keilmuan yang kokoh, karena itu mereka mampu me­num­ buhkembangkan tradisi keilmuan (khususnya penelitian dan pub­ likasi) secara ideal dan memiliki dampak yang luas. Pendek ka­ta, para guru besar lebih berperan sebagai energi penggerak laju pe­ ngembangan tradisi keilmuan suatu fakultas. Di pundak para gu­ru besar itu, universitas di Barat memiliki legetimasi sosial yang ku­at sebagai agen perubahan, baik dalam konteks ilmu itu sendiri mau­ pun masyarakat luas.

34 |

MAJALAH UNESA Nomor: 71 Tahun XV - Juli 2014

Bahkan, lebih jauh dari itu. Para guru besar di suatu fakultas akan sa­ ngat menentukan “branding” suatu fakultas. Bila suatu fakultas di­ huni sekian banyak guru besar yang stagnasi, maka fakultas tersebut juga ikut-ikutan stagnasi dengan sendirinya. Sebaliknya, bila guru be­ sarnya memiliki otonomi keilmuan yang handal, baik langsung mau­pun tidak, fakultas yang bersangkutan akan mendapatkan legitimasi yang baik pula di tengah masyarakat. Dalam hal ini, kadang-kadang nama fakultas ada di dalam ba­yang-bayang nama besar para gu­ru besarnya. Memang, ada kritik yang ta­jam atas otonomi keilmuan pa­ra guru besar di dalam tradisi ke­il­muan di Barat yang dianggap ke­lewat kuat. Pemikir semacam Pierre Bourdieu mengkritik ke­ ras, bahwa para guru besar di­ang­gap melemahkan tradisi ke­il­mu­an, karena justru otonomi ke­ilmuan guru besar yang disandangnya kelewat dominan itu. Ba­gi Bourdieu tradisi keilmuan haruslah dibangun dengan cara mem­bong­kar otonomi keilmuan yang hanya dimiliki oleh sejumlah orang (guru besar). Peran guru besar, menurut kritik Bourdieu justru meng­hambat terjadinya pembongkaran paradigma, yang menurut Tho­mas Kuhn, bahwa paradigma sesungguhnya hanyalah sebuah kons­truksi “kesepakatan” suatu disiplin (ilmu) yang dipakai sebagai pen­de­katan untuk mengekplanasi suatu gejala. Pemikir Barat lainnya, semisal Adorno dan Derrida secara men­da­ sar juga mempertanyakan soal otonomi keilmuan yang dimiliki para guru besar. Bagi Adorno, otonomi keilmuan yang dimiliki guru be­sar dianggapnya sebagai sebuah suprastruktur dan infrastruktur ke­ku­ asaan atas cara pandang tertentu (the power of science). Dengan ini maka, cara pandang yang dibangun dari suatu cara pandang ter­ ten­tu, maka akan berakibat pada pemandulan dunia ilmu itu sendiri, yang dalam banyak hal memerlukan kemerdekaan berpikir. Sementara, bagi pemikir Jerman semacam Derrida, ilmu akan ber­ kem­bang luas bila aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologinya di­bongkar ulang dalam rangka untuk menumbuhkan kemungkinanke­­mungkinan baru yang lebih luas dan tak terduga dalam dunia ilmu. De­ngan menggunakan cara dekonstruksi, Derrida sesungguhnya te­ ngah menyodorkan tradisi baru untuk mematahkan mitos-mitos da­ lam dunia keilmuan, yang dianggapnya mematikan “daya temu” dan mem­batasi eksplanasi kritis suatu ilmu. Hal demikian juga senada de­ngan pemikiran Barthes, yang memperkarakan bahwa institusi se­misal universitas atau fakultas, karena otonominya begitu besar dan signifikan bagi dunia keilmuan, maka pada sisi lain, ia berpotensi men­jadi mitos-mitos baru yang “didewakan”, bahkan dijadikan se­ma­ cam “fakultas kebenaran” yang tak terbantahkan. Dengan merujuk pada sejumlah tradisi keilmuan di Barat ataupun di dalam tradisi keilmuan di lingkungan kita sendiri, maka jelaslah bah­wa alasan-alasan pendirian fakultas baru, bukan semata-ma­ ta berdasarkan pertimbangan pragmatis, tetapi jauh dari itu, ya­itu didasarkan pada platform dan paradigma yang mendasari per­kem­ bangan dan pengembangan rumpun ilmu tertentu. Dengan ini, ma­ka fakultas baru yang sedang ditunggu kehadiran kiprahnya, seperti Fa­ kul­tas Seni dan Industri Kreatif, akan menjadi fakultas yang sanggup me­warnai esensi dan eksistensi dirinya dan universitas di mana ia men­ jadi bagian yang tidak terpisahkan. Pendek kata, kahadiran fakultas baru, secara nyata memperlihatkan orientasi baru yang akan menumbuhkan dinamika baru dalam konteks pengembangan keil­ muan ke depan. n (Email: djulip@yahoo.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.