LA P OR AN OBSER VAS I
CANDI NGAWEN DKV NON-REGULER FA B I A N U S C H A N D R A | 1 3 1 0 0 6 6 1 2 4 FA I S A L N O O R A Z I S | 1 3 1 0 0 8 8 1 2 4 FA U Z I R A M A D H A N | 1 3 1 0 0 8 3 1 2 4 M A R I A I N A R I TA U T H E | 1 3 1 0 0 4 9 1 2 4 N I N D YA K A R T I K A | 1 3 1 0 0 7 0 1 2 4 S I N G G I H W I D YAT M O K O | 1 3 1 0 0 8 5 1 2 4
Bongkahan batu Candi II, Candi Ngawen
PENDAHULUAN Membicarakan kesenian yang hidup pada masa Jawa Kuno tidaklah semudah membicarakan kesenian dimasa sekarang. Seni rupa di masa sekarang masih dapat disaksikan dan kita mungkin masih terlibat didalamnya, baik sebagai pelaku maupun sebagai penikmat (penonton) dan sumber-sumber informasi masih sangat mudah diakses. Namun, untuk kesenian pada masa Jawa Kuno, bukti-bukti yang masih ada tinggal bukti-bukti tertulis dan bukti-bukti relief dan itupun tidak lengkap. Untuk merunut dan mengetahui informasinya memerlukan sumber-sumber data yang dapat digolongkan kedalam sumber data arkeologis. Yang dimaksud masa Jawa Kuno dalam pengertian ini adalah suatu masa yang cukup panjang ketika kebudayaan Jawa mendapatkan pengaruh unsur-unsur kebudayaan India, sekitar abad ke-8 sampai abad ke-16. Data arkeologis bisa berupa prasasti maupun candi serta benda-benda purbakala lainnya.
Candi II (candi utama), Candi Ngawen. Candi Induk, Candi II, Candi Ngawen.
SEKILAS TENTANG CANDI
Lok a
g Prin
a
rus kebersihan Can engu di N p u ga sat
n we
h
Sal
n
u
ng
Pem and a
Gu n
di can
Sesampai di candi ini kita akan mendapati hawa yang sejuk dan pemandangan sawah yang asri. Candi ini dikelilingi oleh persawahan dan perkebunan dengan pagar besi yang mengelilinya. Tak jauh dari candi, pemukiman penduduk berderet rapi di sepanjang jalan. Lingkungan tempat candi ini berada sangat bersih. Melalui hasil pengamatan dan wawancara kami kepada salah satu penjaga Candi Ngawen ini yang bernama Bapak Widyanto (42 tahun) masyarakat sekitar masih banyak berprofesi sebagai petani. Informasi yang kami dapat, candi ini dijaga oleh 6 orang penjaga dan 6 orang tukang kebersihan. Mereka bekerja dengan sistem shift.
Kyai Raden San aman tr i ,
g an
Ada banyak candi yang terdapat di Pulau Jawa, paling banyak kita temui terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu candi yang terdapat di Jawa Tengah adalah Candi Ngawen yang dibangun pada masa dinasti Syailendra pada abad ke IX. Candi Ngawen adalah sebuah candi yang terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten erapi dari dalam u ng M ling n u kun Magelang. Dari Yogyakara, lokasi ini berjarak sekitar 15 km. Untuk menjangkaunya dari Yogyakarta gan G cukup mudah karena jalan sudah bagus untuk dilewati dan letak candi ini pun tidak terlalu jauh dari perkotaan. Dalam perjalanan menuju kesana, kita akan menjumpai pemakaman Kyai Raden Santri, Gunung Pring.
ak em si p
Saat ini di Candi Ngawen tidak terdapat juru kunci atau orang yang paham betul mengenai sejarah juga mitos-mitos yang berada di sebuah candi seperti yang masih banyak ditemukan pada candicandi lain. Peran juru kunci tersebut digantikan oleh penjaga yang berstatus security/satpam. Hal tersebut sangat disayangkan, selain penjaga tersebut kurang komunikatif dan tidak informatif para pengunjung tidak dapat mengetahui banyak hal tentang Candi Ngawen ini. Selain itu tidak ada dokumentasi ataupun arsip yang terdapat di candi ini sebagai sumber informasi yang jelas. Tidak ada jadwal perawatan sama sekali. Perawatan dilakukan tergantung pada kondisi lingkungan seperti pada saat sehabis gempa maupun pada saat terjadi hujan abu vulkanik Gunung Merapi. Meskipun demikian kebersihan di sekitar candi sangat diperhatikan dan sangat terjaga.
Candi Ngawen ini dibuka untuk masyarakat umum dan tidak ada tiket masuk. Candi ini berdiri di atas lahan seluas 3.556 meter persegi. Banyak pohon kelapa yang ada di kompleks candi tersebut. Pada sore hari terutama pada hari libur, banyak anak-anak yang bermain di sana. Ada yang unik di kompleks candi, yaitu adanya aliran air disekeliling candi, airnya deras dan jernih, konon alirannya tidak pernah kering. Aliran air ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk pengairan sawah. Karena keindahannya, seringkali candi ngawen dijadikan lokasi pemotretan prewedding. Ada taman yang tertata sangat rapi dengan bunga-bunganya, ada pula pohon cemara dan kolam-kolamnya. Fasilitas umum di candi ini terdapat toilet dan parkir yang cukup memadai.
Relief teratai pada khaki Candi IV, Candi Ngawen
BANGUNAN CANDI Berdasarkan pengamatan kami saat melakukan penelitian ke Candi Ngawen pada tanggal 27 Mei 2014, kami menemukan kerusakan-kerusakan yang ada pada candi ini. Pertama, banyak pasangan batu yang tidak lengkap, stupa dan arca tidak utuh lagi. Di beberapa batu kami dapati terdapat tulisan-tulisan yang dipahat dengan huruf alfabet oleh masyarakat yang tidak bertanggungjawab.
Kurang ketatnya sistem penjagaan dilihat jumlah penjaga ada 6 namun setiap kali shift hanya terdapat 1 penjaga, hal itu sangat memungkinkan terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh orang-orang mengingat cukup luasnya lahan dengan candi yang berjumlah 5. Candi Ngawen mengalami pemugaran pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1927. Selanjutnya pemugaran dilakukan pada tahun 2011-2012 oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah lantaran candi terbenam sedalam 30 sentimeter. Terbenamnya candi disebabkan karena pengaruh gempa bumi, letusan Merapi, dan lokasi candi yang terletak di tanah yang cekung. Hal ini mengakibatkan banyak batu candi yang bergeser dan lepas sehingga tidak simetris lagi. Pada saat itu, karena keterbatasan dana, pemugaran hanya dilakukan pada candi keempat. Padahal, Candi Ngawen ini berupa candi perwara, yakni lima candi kecil yang berderet dari utara ke selatan. Pemugaran diawali dengan membuat sketsa batu dan stupa. Setelah itu, semua batu dan stupa diregistrasi dan baru dibongkar. Setelah semua blok batu candi yang berjumlah 400 blok diangkat, lokasi di bawah pondasi akan dipasangi cor plat. Cor plat ini diharapkan dapat mencegah adanya penurunan batu fondasi. Pemasangan candi tersebut diperkirakan hanya sampai tingkat selasar atau lantai candi. Hal ini dimaksudkan agar kondisi candi keempat sama dengan tiga candi perwara yang saat ini belum dipugar.
Kondisi Candi II saat sebelum dipugar.
Pemugaran Candi I oleh Belanda
Pemugaran Candi I oleh Belanda.
CANDI I Candi Ngawen seperti halnya candi-candi di Jawa Tengah, terdapat Banaspati yang dirangkai dengan makara. Banaspati adalah kepala kala yang dipancang diatas pintu atau relung sebagai simbol penolak bala, sedangkan makara adalah semacam ikan yang mulutnya menganga, sedangkan bibir atasnya melingkar ke atas seperti belalai gajah yang diangkat. Pada Candi I, bangunan candi hanya sebatas khaki saja dan tidak terdapat kala makara.
e Reli
terdapat di Ca ndi f yang
I
di Can
I tampak dari depan
pati di Candi I B an as
CANDI II Kondisi saat ini hanya candi ke-2 saja yang kelihatan utuh. Candi tersebut menjadi bangunan paling lengkap diantara candi yang lain dan merupakan hasil pemugaran pada tahun 1927. Namun, ada beberapa bagian yang belum selesai karena ada beberapa batuan yang hilang dan rusak. Di bagian dalam selasar candi, terdapat ruang tidak beratap yang didalamnya ada sebuah patung Dhyani Buddha Ratnasambhawa dengan posisi tangan yang disebut Waramudra atau Buddha memberikan berkah. Selain kelima bangunan tersebut di empat sudut bangunan ini memiliki patung empat singa dan merupakan simbol dari penjaga candi. Terdapat relief Kinara dan Kinari pada dinding bagian atas. Pada bagian depan Candi II terdapat Kala Makara dan Banaspati yang tersusun utuh. Relief
Kinara & Kinari
ni hya
ha Ratnasambaw a di Bu d d
dal a
m
D
g
spati di Candi II
d Can
Pat un
B an a
i II
CANDI III Sama seperti candi I, candi III ini hanya tinggal khaki saja. Khaki candi berbentuk persegi dan menghadap ke timur. Relief di sisi utara ada relief arca laki-laki berdiri dan perempuan yang menyembah.
p Relief
ada khaki Can
di II I
CANDI IV Untuk candi yang ke-4 sempat dilakukan pemugaran di tahun 2011 oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Hal ini di lakukan dalam upaya untuk menampakkan wujud bangunan bersejarah tersebut, hingga bagian dasar selasar dengan memasangkan patung singa disetiap sudut dan menempatkan satu patung Dhyani Buddha Amithaba atau sang Buddha bermeditasi, dimana bentuknya saat ini sudah tidak utuh lagi dibagian tengah candi tersebut. Di setiap sudut terdapat relief singa yang berdiri dengan dua kaki belakang. Kala makara masih terlihat utuh dan kokoh. Terdapat batu-batu baru yang dipasang menggantikan batu lama setelah pemugaran. Ini ditandai dengan adanya titik di tengah batu yang baru.
Penanda batu yang baru.
Pada candi IV, banyak batu yang dipugar karena kondisinya yang sudah rusak dan tidak lengkap, sehingga diganti dengan batu yang baru.
CANDI V Candi yang ke-5 ini merupakan candi yang struktur bangunannya paling buruk. Batu-batunya tidak tertata dan berserakan. Dibandingkan candi lainnya, candi ke-5 tingginya tidak sejajar. Tidak ada relief apapun yang bisa diamati.
KESIMPULAN Candi Ngawen merupakan salah satu candi di Jawa Tengah beraliran Buddha. Terdapat lima candi yang berjejer dari utara ke selatan menghadap ke arah timur. Candi II dan IV merupakan candi induk, sedangkan candi yang lain merupakan candi pengapit. Diantara kelima candi, hanya kondisi candi II yang terlihat utuh. Candi ini telah mengalami beberapakali pemugaran. Dari hasil pengamatan kami, minimnya penjagaan menjadikan candi ini mengalami beberapakali pencurian dan perusakan. Selain itu saat ini tidak ada juru kunci sehingga pengunjung tidak bisa mendapatkan informasi yang lengkap mengenai Candi Ngawen. Disana juga tidak disediakan arsip dan data yang lengkap mengenai candi. Untuk itu kami memberikan kritik dan saran untuk disediakan arsip dan data yang lengkap. Demikian juga penjaga candi yang bertugas, sebaiknya diberikan pembekalan agar mereka bisa lebih komunikatif dan banyak memberikan informasi. Lahan parkir sebaiknya juga menjadi perhatian lebih. Demikian kesimpulan, kritik maupun saran yang bisa kami sampaikan melalui hasil penelitian yang sudah kami lakukan.