Bulan Kitab Suci Nasional 2020 - Bahan Pertemuan Dewasa

Page 1

1


1) Sosok Perempuan: melambangkan Umat Israel, sebagaimana para nabi yang berkarya di masa pembuangan, seringkali menggunakan gambaran feminin untuk menyebut bangsa Israel, entah sebagai perempuan, mempelai, maupun pengantin. Sosok ini juga mengacu pada Gereja yang juga disebut sebagai Bunda Gereja dan mempelai Kristus. 2) Pohon Gandarusa dan Kecapi Tergantung: Dua simbol ini menggambarkan kesedihan dan krisis identitas bangsa Israel dalam masa pembuangan ke Babel, seperti diungkapkan dalam Mzm. 137:1-2: “Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon Gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita...� 3) Pohon Salib: Gambar Pohon gandarusa yang melingkar membentuk pohon Salib Kristus di ujung kiri melambangkan dua hal: Pertama, krisis para Murid karena mengalami peristiwa wafat Kristus, Guru-Nya di kayu Salib. Kedua, namun justru Salib itu pulalah yang kemudian menjadi kekuatan iman bagi para Rasul dan Gereja dalam menghadapi tantangan, penderitaan, dan krisis di setiap zaman. Tampak dalam gambar, perempuan itu bukan hanya sekedar meratap, tetapi juga mengulurkan tangan, memasrahkan dirinya pada misteri Salib Kristus. 4) Latar Belakang: terdiri dari beberapa gambar, yakni: a) Kubur Kosong melambangkan peristiwa di sekitar kebangkitan Kristus. Peristiwa Kebangkitan ini menjadi titik balik bagi Para Murid yang sebelumnya mengalami krisis menjadi diingatkan kembali bahwa penderitaan, wafat, dan kebangkitan Kristus adalah satu rangkaian karya penyelamatan Allah. b) Di belakang kubur kosong terdapat gambar danau Galilea: Menggambarkan peristiwa panggilan para murid, secara khusus Petrus ketika diutus menjadi penjala manusia. Di tepi Danau itu pula, sesudah kebangkitan-Nya, Yesus mengutus Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Dari manusia lemah, para murid dimampukan oleh Allah untuk menjadi rasul. c) Pancaran sinar berjumlah tujuh, melambangkan 7 karunia Roh Kudus sekaligus peristiwa Pentakosta.

2


Bulan Kitab Suci Nasional

MEWARTAKAN KABAR BAIK DI TENGAH KRISIS IMAN DAN IDENTITAS “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1Yoh. 4:16).

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA 2020 3


4


Identitas merupakan kesadaran akan siapa diri kita dan kesadaran ini akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani kehidupan, bagaimana kita bertindak, bersikap, dan berbicara. Sejak dibaptis kita mendapatkan identitas sebagai pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Kita mengikuti Yesus dalam Gereja Katolik. Sejak menerima baptisan, menerima komuni, menerima Sakramen Penguatan, kita dilatih menjadi pengikut Yesus dan anggota Gereja Katolik. Kita juga dilatih menjalani kehidupan (bersikap dan berperilaku) sesuai dengan jatidiri kita. Tidak semua orang Katolik dapat melewati proses itu dengan mudah sehingga banyak yang menghadapi krisis iman dan identitas. Ada yang sudah dibaptis tetapi tidak memahami iman Katolik sehingga tidak hidup secara Katolik. Ada yang sudah dibaptis tetapi tidak berani mengaku sebagai orang Katolik di hadapan orang banyak. Ada yang tidak lagi percaya kepada Tuhan walaupun sudah menerima baptisan. Ada juga yang tidak peduli akan identitasnya sebagai orang Katolik lalu menjalani kehidupan semata-mata mengikuti kesenangan ragawi, dan sama sekali tidak berpikir tentang makna dan tujuan hidup. Ada juga yang meninggalkan Gereja Katolik karena tidak memahami keyakinan Katolik dan melihat tampaknya ajaran dari agama/Gereja lain lebih baik dan lebih masuk di akalnya. Berhadapan dengan krisis iman dan identitas, kita dapat belajar dari orang Yahudi di pembuangan dan dari para rasul yang ditinggalkan oleh Yesus: 1. Orang Yahudi menghadapi krisis iman dan identitas ketika kerajaan mereka dihancurkan, Bait Allah diruntuhkan, dan mereka diangkut ke pembuangan. Menghadapi krisis ini, pemuka Israel menunjukkan kepada mereka kebenaran mengenai Allah mereka. Dialah yang menciptakan segala sesuatu, yang dapat melakukan hal yang mustahil, yaitu membawa mereka kembali ke tanah air. Dengan cara demikian, orang Yahudi di pembuangan menyadari identitas mereka, yaitu umat yang percaya kepada Allah Pencipta dan Mahakuasa. Kesadaran akan identitas ini membuat mereka menjalani kehidupan sebagai orang percaya di tanah pembuangan. 2. Para Rasul Yesus menghadapi krisis iman dan identitas ketika Yesus ditangkap dan disalibkan. Dalam situasi krisis ini, Yesus yang bangkit dari kematian menjumpai mereka dan menunjukkan siapa 5


sebenarnya Dia. Dengan kebangkitan-Nya Yesus membukti-kan bahwa Dia adalah Anak Manusia berkuasa atas Kerajaan Surga. Ia berkuasa memasukkan orang ke dalam kerajaan-Nya atau menolaknya. Dengan mengenal identitas Yesus, para murid dapat mengenal identitas mereka, yaitu sebagai pengikut Anak Manusia yang akan mewarisi Kerajaan Surga, dan dapat hidup sesuai dengan identitas mereka itu. Dalam kedua pengalaman tersebut, kita melihat tiga hal yang harus disadari ketika orang menghadapi krisis iman dan identitas: 1. Kebenaran mengenai Allah. Kebenaran ini menjelaskan siapa Allah yang kita percaya dan apa yang dikehendaki-Nya. Kebenaran mengenai Allah inilah kabar baik yang perlu disadari oleh orang yang menghadapi krisis iman dan identitas. 2. Identitas orang beriman. Di hadapan Allah yang kita percaya, kita dapat mengenal diri kita dan menemukan identitas kita. Dengan melihat kebenaran tentang Allah, kita dapat melihat relasi kita dengan Allah. 3. Cara hidup menurut identitas. Identitas kita sebagai orang yang percaya kepada Allah akan menentukan cara hidup kita. Kesadaran akan identitas ini menuntun kita untuk menjalani hidup dengan benar. Dalam Pendalaman Kitab Suci ini kita akan mendalami kebenaran mengenai Allah yang kita imani diri dan yang menjadi sumber identitas kita. Kebenaran ini kita temukan dalam Kitab Suci dan kita akan mendalami empat perikop yang menyatakan kebenaran mengenai Allah yang menyatakan diri dalam Yesus dan mengenai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Keempat perikop tersebut adalah: I. 1Yohanes 4:7-21 yang mengungkapkan bahwa Allah adalah Kasih. Ia mengasihi manusia dan menyatakan kasih-Nya melalui Yesus Kristus. II. Matius 25:31-46 yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Manusia yang berkuasa atas Kerajaan Surga. III. Lukas 5:1-11 yang mengingatkan bahwa di hadapan Tuhan, kita adalah orang berdosa tetapi dipercaya oleh-Nya. IV. Kisah Para Rasul 2:37-47 yang mengingatkan kita sebagai anggota persekutuan orang yang percaya kepada Kristus, yaitu Gereja. Para pemandu hendaknya menyampaikan Pengantar ini kepada umat sebelum Pertemuan I dimulai untuk memberikan kerangka untuk seluruh pertemuan dalam Bulan Kitab Suci tahun ini. 6


Tujuan: ▪ Peserta menyadari dan percaya bahwa Allah adalah kasih. ▪ Peserta menyadari identitasnya sebagai orang-orang yang dikasihi Allah. ▪ Peserta hidup sesuai dengan identitasnya dengan mengasihi Allah dan sesama. Waktu: 90 Menit Gagasan Dasar ▪ Allah adalah kasih. Iman Kristiani didasarkan pada kenyataan bahwa Allah mengasihi manusia, yang diciptakan-Nya. Untuk memahami kebenaran mengenai Allah ini, kita perlu memahami bagaimana mengasihi. Orang yang mengasihi orang lain memiliki dua ciri: 1). menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan 2). rela berkurban demi kebahagiaan orang yang dikasihinya. ▪

Terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia, Allah menghendaki manusia berbahagia bersama Dia di surga selamanya. Dalam 1Yoh 4:7-21 menegaskan bahwa kasih Allah dinyatakan kepada manusia dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia “supaya kita hidup oleh-Nya.” Hidup yang dimaksudkan di sini bukanlah hidup dunia, melainkan kehidupan kekal di surga. Di sana manusia akan hidup dalam persekutuan kasih yang sempurna dengan Allah. Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan yang tertinggi karena di dalamnya kita akan melihat Allah yang menciptakan dan mengasihi kita. Kehidupan surgawi berarti “hidup bersama dengan Kristus dan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya.

Supaya manusia berbahagia dalam kehidupan kekal, Allah “rela berkurban.” Allah menghendaki agar kita selamat dan tinggal bersama Dia di surga. Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk bersatu dengan Allah. Dosa membuat kita tidak layak untuk bersatu dengan Allah yang kudus di dalam kehidupan surgawi. Terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia, Allah mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan manusia dari kekuasaan dosa. Di kayu salib Yesus Kristus, Anak Allah, mempersembahkan diri-Nya untuk menghapus dosa kita manusia. Kematian Yesus di kayu salib menghapuskan dosa kita dan darah-Nya menyucikan kita (Mat. 26:28). Setelah dosa dihapus oleh kurban Kristus, manusia dipandang layak untuk tinggal dalam kebahagiaan abadi di surga. Karena itu, bagi orang beriman surga bukanlah hasil kerja keras, melainkan karunia yang diberikan oleh Allah yang Mahakasih.

7


â–Ş

Hanya mereka yang telah mengalami kasih Allah secara nyata dapat membagikan kasih itu kepada sesamanya. Allah telah mengasihi kita, jadi sewajarnya kita membalas-Nya dengan mengasihi Dia. Tetapi, bagaimana kita harus mengasihi Allah karena Ia tidak kelihatan dan tidak seorang pun pernah melihat Allah? Allah memang tidak tampak, tetapi kehadiranNya dapat dialami. Allah tersembunyi, namun dalam diri orang yang percaya Ia hadir dan berkarya. Ia hadir bila kita saling mengasihi. Kita mengalami kehadiran-Nya ketika kita saling mengasihi sesama. Kalau orang ingin mengasihi Allah, ia harus mengasihi sesama. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan (1Yoh. 4:20). Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya (1Yoh. 4:21).

I. PEMBUKA A. Lagu Pembuka Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 402 atau PS 498 atau lagu lain yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam P U P U

Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Tuhan beserta kita. Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan I. Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Selamat datang bapak/ibu/saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita kembali berkumpul untuk mendengarkan dan mendalami Sabda Allah. Dalam Bulan Kitab Suci Nasional 2020 ini, kita akan mendalami tema: “Mewartakan Kabar Baik Di Tengah Krisis Iman Dan Identitas.� Kita akan mendalami teks-teks Kitab Suci yang berisi kabar baik bagi orang-orang yang menghadapi krisis iman dan identitas. Dalam kabar baik ini kita akan melihat kebenaran mengenai Allah yang kita Imani dan memahami identitas kita di hadapan Allah. Dengan pemahaman ini kita dapat menolong saudara-saudara kita yang 8


sedang mengalami krisis iman dan identitas sebagai orang Katolik. Dalam Pertemuan I ini kita akan mendalami 1Yoh 4:7-21 yang menegaskan bahwa Allah adalah Kasih. Marilah kita siapkan hati untuk mendengarkan Sabda Allah.

D. Doa Pembuka P. Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, puji dan syukur kami haturkan kepada-Mu karena segala berkat-Mu, terutama karena Engkau telah mengasihi kami. Kami hendak mendengarkan Sabda-Mu yang mengajak kami untuk melihat Dikau sebagai kasih. Kami mohon utuslah Roh Kudus-Mu untuk membantu kami memahami Sabda-Mu dan berikanlah kami kesanggupan untuk mengasihi Dikau dan sesama di dalam kehidupan kami setiap hari. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U. Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI A. Pembacaan Kitab Suci Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

ALLAH ADALAH KASIH (1YOHANES 4:7-21)

9


B. Pendalaman Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks Alkitab sambil memperhatikan pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Alkitab.

1. 2. 3. 4. 5.

Siapakah Allah yang diperkenalkan dalam perikop ini? (ay. 8) Bagaimana Allah mengasihi manusia? (ay. 9-10) Mengapa kita harus mengasihi sesama? (ay. 11, 19) Mengapa di dalam kasih tidak ada ketakutan? (ay. 18) Apa yang harus kita lakukan setelah dikasihi oleh Allah? (ay. 21)

C. Penjelasan Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan yang terdapat dalam Gagasan Pendukung.

1. Perikop ini menyatakan bahwa Allah adalah Kasih. Pernyataan ini bukanlah definisi tentang Allah melainkan deskripsi tentang Allah. Allah tidak hanya mengasihi atau memiliki kasih, tetapi Ia sendiri adalah kasih. Yohanes tidak sekedar menyatakan bahwa Allah 10


mengasihi, karena mengasihi bukanlah salah satu perbuatan dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan Allah. Segala aktivitas Allah adalah laku kasih dan Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. 2. Allah menghendaki manusia berbahagia bersama Dia di surga selamanya. Di sana manusia akan hidup dalam persekutuan kasih yang sempurna dengan Allah. Tetapi, dosa menghalangi manusia untuk bersatu dengan Allah. Dosa membuat kita tidak layak untuk bersatu dengan Allah yang kudus di dalam kehidupan surgawi. Terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia, Allah mengutus PutraNya untuk menyelamatkan manusia dari kekuasaan dosa. Di kayu salib Yesus Kristus, Anak Allah, mempersembahkan diri-Nya untuk menghapus dosa kita manusia. Setelah dosa dihapus oleh kurban Kristus, manusia dipandang layak untuk tinggal dalam kebahagiaan abadi di surga. 3. Dasar dari ajakan untuk saling mengasihi ini adalah identitas Allah yang diimaninya: Allah adalah kasih. Kasih sejati lahir dari iman akan Kristus, yang diutus oleh Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia. Iman itulah yang mendorong orang untuk mengasihi orang lain. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.� Hanya mereka yang telah mengalami kasih Allah secara nyata dapat membagikan kasih itu kepada sesamanya. 4. Kasih Allah akan menjadi sempurna di dalam diri kita kalau kita mempunyai keberanian untuk percaya pada hari penghakiman. Kalau memang kita sudah merasa dikasihi oleh Allah dan telah mengasihi sesama dalam kehidupan kita, kita tidak takut untuk menghadap pengadilan Allah. Kita siap untuk “dinilai� oleh Allah karena semua yang dilakukannya di dunia dilakukan karena ia mengasihi Allah. Pertemuan dengan Allah dalam penghakiman itu tidak membuatnya takut karena pada saat itulah Allah akan menyatakan bahwa dia adalah orang yang benar di hadapan-Nya. Orang takut menghadapi pengadilan Allah bila ia tidak mengasihi Allah, yang berkuasa untuk menjatuhkan hukuman kepadanya. 5. Allah tidak menunggu kita mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita sama sekali bukan balasan atau imbalan atas kasih kita kepada-Nya, tetapi kasih kita 11


merupakan tanggapan atas kasih Allah yang tak terbatas dan abadi. Tanggapan ini hanya mungkin diberikan bila kita mengerti bahwa Allah telah mengasihi kita dengan kasih yang sedemikian besar. Kita mengasihi sesama karena Allah sudah lebih dahulu mengasihi kita. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

D. Pesan dan Penerapan Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah direnungkan berikut ini:

• Kabar baik untuk manusia: Allah adalah Kasih. Allah mengasihi kita dan menghendaki kita berbahagia di surga bersama Dia selamanya. Karena itu, Ia mengutus Anak-Nya untuk menghapus dosa kita sehingga kita layak menerima kebahagiaan abadi itu. • Identitas kita: Inilah identitas kita sebagai orang Katolik kita peroleh dari Allah yang kita percaya. Dalam arti umum percaya berarti menerima suatu kebenaran tertentu dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran ini. Karena itu, kita perlu memiliki pemahaman yang benar mengenai Allah yang kita percaya. • Cara hidup kita: Sebagai orang yang dikasihi Allah, kita pun mengasihi sesama. Dalam kasih tidak ada hitungan bisnis mengenai untung dan ruginya mengasihi seseorang. Kasih itu bukan soal kata atau lidah, tetapi soal perbuatan. Orang yang mengasihi sesama menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan ia berani berkurban demi kebahagiaan orang yang dikasihinya itu. Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Hal-hal yang dapat membantu mengingat kasih Allah kepada kita melalui kematian Yesus di kayu salib? 2. Tindakan yang dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang dikasihi oleh Allah?

12


Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Contoh-contoh orang yang mengalami krisis iman dan identitas sebagai orang Katolik? 2. Apa makna kasih Allah kepada manusia, khususnya bagi orangorang yang sedang menghadapi krisis iman dan identitas? 3. Bagaimana menyampaikan pesan kasih Allah kepada orang yang mengalami krisis

E. Doa Umat Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta diajak menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya, dan semuanya berkaitan dengan tema yang direnungkan dalam pertemuan ini. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.�

III. PENUTUP A. Doa Penutup Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

P Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas Sabda-Mu yang telah kami dengarkan dalam pertemuan ini. Kami mohon, bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami dapat mengasihi sesama sebagai wujud kasih kami terhadap-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U Amin.

B. Tanda Salib P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. U Amin.

C. Lagu Penutup Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 400 atau lagu lain yang sesuai.

13


Tujuan: ▪ Peserta menyadari bahwa Yesus adalah Anak Manusia atau Raja Surga yang akan menghakimi manusia pada akhir zaman. ▪ Peserta menyadari diri sebagai hamba-hamba yang setia dari Yesus Raja Surga. ▪ Peserta melaksanakan perbuatan baik terhadap sesama yang menderita sebagai pelayanan kepada Yesus Raja Surga. Waktu: 90 Menit Gagasan Dasar: ▪

Yesus seringkali menyebut diri sebagai Anak Manusia (Mat. 8:20). Pemahaman mengenai Anak Manusia muncul dalam penglihatan yang dialami oleh Daniel (Dan. 7:13-14). Anak Manusia adalah pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan bukan seorang manusia yang datang dari dunia. Allah memberikan kepada-Nya kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja. Kerajaan yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan musnah. Kerajaan ini adalah kerajaan surga yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Anak Manusia itu sendiri akan menjadi raja yang kekal. Selama-lamanya Ia akan memegang kuasa sebagai raja atas kerajaan surga. Yesus itulah Anak Manusia yang dinubuatkan dalam Kitab Daniel. Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan pada akhir zaman Ia akan menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Semua orang dari segala bangsa akan dibawa ke hadapan Anak Manusia dan setiap orang akan diadili menurut perbuatannya.

Kita, para pengikut Kristus, adalah orang-orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia, yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Kalau Yesus adalah Raja Kerajaan Surga, kita adalah hamba-hamba-Nya yang setia kepada-Nya dan senantiasa siap melayani-Nya. Bagaimana kita dapat melayani Dia? Kristus, Sang Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga itu hadir di dalam diri orang-orang yang mengalami penderitaan. Ia adalah Raja atas surga dan bumi, tetapi hadir di dalam dunia ini, dalam diri orang-orang yang menderita. Karena itu, tindakan yang dilakukan terhadap orang yang mengalami penderitaan itu, sebenarnya dilakukan terhadap Kristus. Tindakan manusia di dunia ini, khususnya yang dilakukan terhadap orang yang menderita, menjadi dasar pertimbangan dalam pengadilan di akhir zaman itu.

14


â–Ş

Karena itu, selama menjalani kehidupan di dunia ini kita harus memperhatikan sesama yang menderita dengan keyakinan bahwa apa pun yang dilakukannya terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus. Pelayanan terhadap orang-orang yang menderita adalah tanda kesetiaan sebagai hamba-hamba Kristus, Raja Surga. Tetapi, wajah Kristus tersembunyi dalam wajah orang-orang yang menderita sehingga banyak orang mengalami kesulitan untuk memandang wajah Kristus yang tersembunyi itu. Akibatnya, banyak orang tidak melayani Kristus yang hadir dalam diri orang-orang yang malang itu. Kalau kita membina relasi dengan Kristus, kita dapat melihat wajah-Nya dengan jelas, sekalipun bagi orang lain kabur atau tidak tampak. Hubungan pribadi kita dengan Kristus akan membuat kita menjadi lebih peka terhadap kehadiran-Nya dan menggerakkan kita untuk mengasihi-Nya dalam diri orang-orang yang menderita.

I. PEMBUKA A. Lagu Pembuka Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 456 atau lagu lain yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam P U P U

Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Tuhan beserta kita. Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan II. Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini

Bapak/Ibu/Saudara-saudari yang terkasih, kita bersyukur karena Tuhan kembali menghimpun kita untuk mendengarkan Sabda-Nya. Pada pertemuan yang lalu kita telah diajak untuk mendalami kebenaran bahwa Allah adalah Kasih. Kita mengenal Allah dan percaya telah dikasihi oleh Allah sehingga kita pun mengasihi sesama. Dalam pertemuan kedua ini, kita akan mendalami Matius 25:31-46. Dalam perikop ini kita akan melihat bahwa “Yesus adalah Anak Manusia, Raja Kerajaan Surga.� Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan pada 15


akhir zaman Ia akan menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Marilah kita membuka hati dan budi kita untuk mendengarkan Sabda Tuhan.

D. Doa Pembuka P Marilah berdoa. Allah Bapa yang Mahakuasa, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah memanggil kami untuk percaya bahwa Putra-Mu, Yesus Kristus, adalah Raja Kerajaan Surga. Dialah yang menunjukkan jalan bagi kami untuk mencapai kebahagiaan abadi bersama-Mu. Utuslah Roh Kudus-Mu agar kami dapat memahami Sabda-Mu dan bukalah hati kami bagi Sabda-Mu agar dapat menerima Sabda yang Kausampaikan kepada kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI A. Pembacaan Kitab Suci Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

PENGHAKIMAN TERAKHIR (MATIUS 25:31-46)

16


B. Pendalaman Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks Alkitab sambil memperhatikan pertanyaan di bawah ini. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Alkitab.

1. Siapakah Anak Manusia itu? (ay. 31) 2. Apa yang dilakukan-Nya pada akhir zaman? Apa yang menjadi dasar penghakiman-Nya? (ay. 31-33) 3. Siapakah yang diumpamakan dengan domba dan kambing? Apa yang mereka lakukan? (ay. 35-36, 42-43) 4. Apa yang dilakukan oleh Anak Manusia terhadap mereka yang di kanan dan sebelah kiri? (ay. 34, 41)

17


C. Penjelasan Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan yang terdapat dalam Gagasan Pendukung.

1. Dalam Kitab Daniel dinyatakan bahwa Anak Manusia adalah pribadi yang datang dari langit, dari surga, dan bukan seorang manusia yang datang dari dunia (Dan. 7:13-14). Allah memberikan kepada-Nya kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja. Kerajaan yang berada di bawah kuasa Anak Manusia itu tidak akan musnah. Kerajaan ini adalah kerajaan surga yang tidak terikat pada tempat dan waktu dan Anak Manusia itu akan menjadi raja yang kekal. Anak Manusia yang dinubuatkan dalam Kitab Daniel itu adalah Yesus. Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan pada akhir zaman Ia akan menggunakan kuasa-Nya untuk menentukan siapa yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Walaupun Dia berkuasa atas Kerajaan Surga, Anak Manusia itu hadir dalam diri orangorang yang menderita. Karena itu, kebaikan yang dilakukan terhadap orang yang miskin dan menderita itu dilakukan bagi Dia. 2. Pada akhir zaman, Kristus, Anak Manusia, akan datang dalam kemuliaan-Nya dengan diiringi oleh para malaikat-Nya. Lalu Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Karena bersemayam di atas takhta, dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang raja (ay. 34). Pada waktu itu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan Anak Manusia untuk diadili. Walaupun yang disebut adalah semua bangsa, pengadilan ini dilakukan kepada setiap orang, bukan kepada setiap bangsa. Dengan kata lain, semua orang dari segala bangsa akan dibawa ke hadapan Anak Manusia dan setiap orang akan dihakimi. Dalam pengadilan itu, Anak Manusia akan memisahkan seorang dari yang lain, seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing: Ia menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya, sedangkan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dasar yang digunakan oleh Anak Manusia untuk menghakimi adalah perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan di dunia. Perbuatan yang mana? Perbuatan yang dilakukan terhadap orang-orang yang menderita, yaitu yang lapar, haus, telanjang, sakit, dan dalam penjara. Mereka adalah saudara dari Anak Manusia, Raja Kerajaan 18


Surga itu, sehingga apa yang dilakukan terhadap mereka sebenarnya dilakukan terhadap Dia. 3. Domba melambangkan orang benar, yaitu orang yang melakukan kebaikan selama hidup di dunia. Ada enam kebaikan yang mereka lakukan, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a) memberi makan orang yang lapar dan memberi minum orang yang haus. Dua perbuatan ini merupakan kebaikan yang mendasar karena menyangkut kebutuhan dasar manusia. Orang yang kekurangan makan dan minum akan menjadi lemah badannya. Hal ini bisa membuat orang menjadi sakit, dan bila berkepanjangan, orang dapat kehilangan nyawa. b) memberi tumpangan kepada orang asing dan memberi pakaian kepada orang yang telanjang. Tempat untuk berteduh dan pakaian membantu orang untuk bertahan dalam cuaca, apalagi di malam hari atau pada musim dingin. c) melawat orang sakit dan mengunjungi orang yang dipenjara. Kehadiran dan perhatian kepada kedua kelompok orang ini dapat mendatangkan kegembiraan bagi mereka dan meringankan penderitaan yang mereka alami. Kambing melambangkan orang terkutuk, yang tidak pernah memperhatikan apalagi mengasihi Tuhan yang hadir dalam diri orang-orang miskin dan menderita. Mereka tidak memberi-Nya makan ketika Ia lapar, tidak memberi-Nya minum ketika Ia haus, tidak memberi-Nya tumpangan ketika Ia seorang asing, tidak memberi-Nya pakaian ketika Ia telanjang, tidak melawat-Nya ketika Ia sakit, dan tidak mengunjungi-Nya ketika Ia di dalam penjara. 4. Anak Manusia menyebut mereka yang ditempatkan di sebelah kanan-Nya sebagai orang-orang “yang diberkati oleh Bapa-Ku.� Ia juga menyatakan bahwa mereka akan menerima Kerajaan yang telah disediakan bagi mereka sejak dunia dijadikan. Demikianlah, orang benar akan masuk ke dalam hidup yang kekal, yang juga disebut sebagai Kerajaan, yang telah disediakan bagi mereka. Sebaliknya, orang-orang yang dilambangkan dengan kambing yang ditempatkan di sebelah kiri-Nya itu akan dienyahkan “ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikatmalaikatnya.� Api yang kekal itu sebenarnya tidak disediakan bagi 19


manusia, melainkan untuk Iblis dan para malaikatnya. Tetapi, apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia telah membawa mereka ke tempat itu.

D. Pesan dan Penerapan Kemudian fasilitator mengajukan pertanyaan kepada peserta dan memberi kesempatan kepada peserta untuk menjawab (dibatasi beberapa orang).

â–Ş Kabar baik untuk manusia: Tuhan Yesus yang kita imani adalah Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga selamanya. Ia memegang kuasa atas kerajaan abadi dan memiliki kuasa untuk menentukan siapa yang layak masuk dalam kerajaan-Nya. Sekalipun Ia adalah Raja atas surga, Tuhan Yesus dekat dengan manusia di dunia ini karena Ia hadir dalam diri orang-orang yang menderita. â–Ş Identitas kita: Kita, para pengikut Kristus, adalah orang-orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Manusia, yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Kalau Yesus adalah Raja Kerajaan Surga, kita adalah hamba-hamba-Nya yang setia kepada-Nya dan senantiasa siap melayani-Nya. â–Ş Cara hidup kita: Karena kita adalah hamba-hamba dari Raja Kerajaan Surga, kita senantiasa melayani-Nya. Bagaimana kita melakukan hal ini? Selama menjalani kehidupan di dunia ini kita dipanggil untuk memperhatikan sesama yang menderita. Karena, apa pun yang dilakukannya terhadap mereka sebenarnya dilakukan bagi Kristus, Tuhan yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Pelayanan terhadap orang-orang yang menderita adalah tanda kesetiaan sebagai hamba-hamba Kristus, Raja Surga. Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Apa yang selama ini menjadi motivasi bagi kita untuk berbuat baik kepada sesama, khususnya yang sedang mengalami penderitaan? 2. Setelah membaca teks ini, apa yang seharusnya menjadi motivasi saya dalam melayani sesama? Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

20


1. Siapakah orang-orang yang mengalami penderitaan yang dapat aku temui di sekitarku? 2. Apa yang harus aku lakukan untuk mereka? Bagaimana aku harus melakukannya?

F. Doa Umat Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta diajak menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya, dan semuanya berkaitan dengan tema yang direnungkan dalam pertemuan ini. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.�

III. PENUTUP A. Doa Penutup Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

P Marilah berdoa. Allah Bapa, Yang Maha Pengasih, kami bersyukur kepada-Mu atas Sabda-Mu yang telah Kaunyatakan kepada kami. Sabda-Mu mengingatkan kami akan kebenaran iman yang kami terima, yaitu bahwa Yesus, Anak Manusia itu, adalah Raja yang berkuasa atas Kerajaan Surga. Kami mohon bantulah kami agar senantiasa menyadari bahwa kami adalah hamba-hamba-Nya, yang senantiasa setia melayani-Nya dengan perbuatan baik dan pelayanan kasih terhadap sesama terutama yang menderita. Demi Kristus, Tuhan kami. U Amin.

B. Tanda Salib P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. U Amin.

C. Lagu Penutup Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 463 atau lagu lain yang sesuai.

21


Tujuan: ▪ Peserta memahami bahwa Yesus adalah Allah yang hidup dan berkuasa. ▪ Peserta menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa namun dipercaya oleh Tuhan untuk memberitakan kasih Allah kepada sesama. ▪ Peserta melaksanakan tugas perutusannya menjadi berkat dari Allah dengan memberitakan kasih-Nya. Waktu: 90 Menit Gagasan Pokok ▪

Kisah panggilan para murid ini merupakan kisah penampakan dari Yang Ilahi (epifani), tetapi dalam peristiwa yang sangat manusiawi. Mulanya Petrus mengenal Yesus sebagai guru yang dikagumi oleh orang banyak. Ketika Yesus berada di pantai Danau Galilea, begitu banyak orang mendengarkan-Nya sampai-sampai Ia harus naik ke perahu dan mengajar dari atas perahu. Petrus merelakan perahunya untuk menjadi tempat duduk Yesus. Terdengar aneh bagi Petrus, ketika Yesus menyuruhnya bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala untuk menangkap ikan. Sudah sepanjang malam ia menebarkan jala tanpa menangkap seekor ikan pun. Hanya karena rasa hormatnya kepada Yesus, ia melakukannya.

Melihat tangkapan ikan yang tidak masuk akal baginya sebagai seorang nelayan, Simon langsung menyadari bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Peristiwa ini menunjukkan kepadanya bahwa Allah menyatakan diri dalam diri Yesus yang menyuruh mereka menebarkan jala pada siang hari. Berhadapan dengan Yesus, Simon sujud dan meminta Yesus pergi karena dia orang berdosa. Kesadaran akan siapa dirinya di hadapan Tuhan membuat Petrus pun menyadari siapa dirinya: di hadapan-Nya, Petrus hanyalah seorang berdosa. Kesadaran ini menggerakkan Petrus untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan karena Dialah yang berkuasa atas dirinya. Tuhan memanggilnya untuk mengikuti Dia dan menjadi penjala manusia. Seluruh diri Petrus hanya tertuju kepada Tuhan sehingga meninggalkan segala sesuatu lalu mengikuti Yesus.

Simon Petrus adalah teladan bagi orang-orang yang percaya pada Kristus. Di hadapan Tuhan yang Mahakudus, kita menyadari diri sebagai orang berdosa. Tetapi, Tuhan berkenan menjumpai kita dan memberikan tugas kepada kita untuk memberitakan kasih-Nya kepada sesama. Kesadaran

22


bahwa kita adalah manusia yang berdosa akan mendorong kita untuk melakukan tugas itu dengan penuh kesungguhan. Walaupun berdosa, kita diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi utusan-Nya.

I. PEMBUKA A. Lagu Pembuka Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 452 atau lagu lain yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam P U P U

Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Tuhan beserta kita. Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan III. Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, terima kasih untuk kehadiran saudara semua dalam Pendalaman Kitab Suci ini. Dalam Pertemuan II yang lalu kita telah melihat kebenaran tentang “Yesus, Anak Manusia Adalah Raja Kerajaan Surga.” Dalam Pertemuan III ini kita akan mendalami kebenaran lain mengenai iman kita, yaitu “Kita Orang Berdosa Namun Dipercaya Oleh Tuhan.” Belajar dari pengalaman panggilan Petrus dan kawan-kawannya dalam Luk. 5:1-11, kita diajak untuk mengenal Yesus, Tuhan kita, dan mengenal diri kita di hadapan-Nya. Marilah kita membuka hati kita bagi Sabda Tuhan yang kita dengarkan dalam pertemuan ini.

D. Doa Pembuka P Ya Allah yang Maharahim, kami bersyukur atas kasih setia-Mu yang senantiasa menyertai kami, khususnya di saat kami berada dalam kesulitan hidup. Terima kasih karena pada kesempatan ini Engkau telah mengumpulkan kami kembali sebagai saudara seiman. Kami hendak membaca dan merenungkan Sabda-Mu. Terangi kami 23


semua dengan kuasa Roh Kudus-Mu agar kami dapat memahami kebenaran Sabda-Mu agar kami dapat mengatur hidup kami seturut kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. U Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI A. Pembacaan Kitab Suci Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA (LUKAS 5:1-11)

24


B. Pendalaman Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan pertanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Alkitab.

1. Di mana peristiwa itu terjadi? (ayat 1) 2. Setelah Yesus selesai mengajar, apa yang diperintahkan Yesus kepada Simon dan bagaimana reaksi Simon? (ayat 4) 3. Apa yang terjadi ketika Simon menebarkan jala? 4. Melihat kejadian itu, apa yang dilakukan Simon Petrus? (ayat 8) 5. Apa yang dikatakan Yesus kepada Simon ketika mendengar perkataan Simon? (ayat 10)

C. Penjelasan Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan cerita yang terdapat dalam gagasan pendukung.

1. Yesus mengajar orang banyak di pantai Danau Genesaret yang terletak di wilayah Galilea. Banyak orang mengerumuni Yesus hendak mendengarkan firman Allah yang hendak disampaikanNya. Mereka berdesak-desakan untuk dapat mendekati Dia. Bila orang banyak itu terus mendesak-Nya, tidak akan ada jarak antara Yesus dengan mereka sehingga Ia tidak akan dapat berbicara kepada mereka. 2. Setelah selesai menyampaikan pengajaran kepada orang banyak itu, Yesus meminta Simon bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala di situ untuk menangkap ikan. Perintah ini terdengar aneh di telinga Simon. Ia adalah nelayan yang sudah terbiasa mencari ikan di Danau Galilea. Pada malam sebelumnya Simon dan teman-temannya telah bekerja keras untuk mencari ikan, tetapi tidak menangkap apa-apa. Malam hari adalah waktu yang cocok untuk menangkap ikan dan Simon adalah nelayan yang memahami situasi di danau itu. Sepanjang malam ia telah bekerja keras, tetapi tidak mendapatkan apa-apa, rasanya tidak ada gunanya untuk menebarkan jala pada siang hari. Kalau kemudian ia bertolak untuk menebarkan jala, hal itu semata-mata dilakukannya hanya karena mengikuti perkataan Yesus. Bisa jadi

25


Petrus tidak setuju dengan Yesus, tetapi ia melakukan apa yang dikatakan-Nya. 3. Simon dan teman-temannya menolakkan perahunya ke tengah danau lalu mereka menebarkan jala. Apa yang kemudian dialami oleh Simon benar-benar di luar dugaannya. Jala yang mereka tebarkan ternyata menangkap sejumlah besar ikan. Bahkan, jala itu mulai koyak karena tidak dapat menahan banyaknya jumlah ikan yang tertangkap. Karena itu, mereka memanggil temanteman mereka yang ada di perahu lain untuk membantu menampung ikan yang mereka tangkap. Simon Petrus menyadari bahwa apa yang sedang dialaminya bukanlah peristiwa biasa. Dia dan teman-temannya takjub menyaksikan banyaknya ikan yang mereka tangkap, padahal mereka menebarkan jala pada siang hari, atas perintah seorang guru. 4. Simon Petrus menyadari bahwa apa yang sedang dialaminya bukanlah peristiwa biasa. Dia dan teman-temannya takjub menyaksikan banyaknya ikan yang mereka tangkap, padahal mereka menebarkan jala pada siang hari, atas perintah seorang guru. Sesampainya di darat, ia mendekati Yesus dan sujud di depan-Nya lalu berkata “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Ketika hendak bertolak untuk menebarkan jala, Simon memanggil Yesus dengan sebutan “guru”. Setelah peristiwa penangkapan ikan ini, Simon memanggilnya “Tuhan.” Kenyataan yang dialami Simon membuat dia sadar siapa pribadi yang sedang dihadapinya. Hal ini juga membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa sehingga tidak layak ada di dekat-Nya. 5. Mendengar perkataan Simon, Yesus berkata kepadanya, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Ia meminta Simon untuk tidak merasa takut. Benar bahwa Allah telah menyatakan diri dalam pribadi Yesus, tetapi hal itu dilakukan bukan untuk membuat mereka hancur dan binasa. Bahkan, Yesus memanggil mereka untuk menjadi penjala manusia. “Menjala manusia” merupakan kiasan untuk mencari/membawa orang menjadi pengikut Yesus. Dalam praktiknya hal ini nantinya baru akan mereka lakukan setelah Yesus naik ke surga. Mereka akan memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Kristus kepada orang Yahudi dan bukan Yahudi. Mereka bahkan harus 26


meninggalkan negeri mereka untuk melaksanakan tugas ini. Agar dapat menjalankan tugas ini, sekarang mereka harus mengikuti Yesus untuk menjalani kehidupan sebagai murid sehingga dapat mengenal Dia dan memahami kehendak-Nya.

D. Pesan dan Penerapan Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah direnungkan berikut ini:

• Mukjizat penangkapan ikan yang dialami oleh Simon Petrus menunjukkan bahwa Yesus yang menyuruhnya menebarkan jala itu adalah Tuhan yang Mahakuasa. Ia berkuasa untuk “memerintahkan” alam dan alam pun taat kepada-Nya. Dialah Tuhan yang kita percaya dan kita sembah. Walaupun demikian, Ia datang dalam kehidupan manusia di dunia ini dan menyatakan diri kepada kita. • Di hadapan Tuhan yang Mahakuasa itu, Simon menyadari siapa dirinya. Ia sujud di depan Yesus lalu berkata, “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Di hadapan Tuhan, kita hanyalah manusia yang berdosa. Kita mempunyai kecenderungan kepada dosa dan dengan kekuatan sendiri kita tidak sanggup mengalahkan dosa. • Walaupun demikian, Tuhan meminta Simon untuk mengikuti Dia dan menjadikannya penjala manusia. Ia mempercayakan tugas kepada Simon untuk memberitakan karya keselamatan yang dikerjakan-Nya untuk manusia. Hal yang sama berlaku untuk kita yang percaya kepada Tuhan Yesus. Sekalipun kita adalah orang yang berdosa, Tuhan telah memanggil kita untuk mengikuti-Nya dan mempercayakan tugas untuk memberitakan kasih Allah yang menghendaki keselamatan manusia. Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Kapan dan bagaimana seorang pengikut Yesus dapat menyadari bahwa Allah itu Mahakuasa dan bahwa di hadapan Allah dia hanyalah manusia yang berdosa?

27


2. Bagaimana seharusnya sikap kita, manusia yang berdosa ini, di hadapan Allah yang Mahakuasa? Bagaimana sikap Allah terhadap manusia yang berdosa? Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Apa makna “menjadi penjala manusia” untuk umat Katolik di zaman sekarang? 2. Bagaimana kita sebagai orang Katolik dapat menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita itu?

E. Doa Umat Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.”

III. PENUTUP A. Doa Penutup Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

P Ya Allah Yang Maha Cinta, kami bersyukur atas Sabda-Mu yang menginspirasi kami. Bantulah kami selalu dengan kuasa Roh KudusMu agar kami dapat mengenali diri kami di hadapan-Mu dan berani mempersembahkan hidup kami untuk kerajaan-Mu. Ingatkanlah kami bahwa dalam keberdosaan kami sekalipun Engkau tetap merangkul kami dan mempercaya kami untuk melakukan kehendak-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. U Amin.

B. Tanda Salib P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. U Amin.

28


C. Lagu Penutup Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu “Betapa Kita Tidak Bersyukur� dari MB 518 atau lagu lain yang sesuai.

29


Tujuan : ▪ Peserta mengetahui adanya krisis dalam hidup beriman. ▪ Peserta menyadari ada persekutuan orang beriman. ▪ Peserta merasakan bahwa dengan hidup bersama dalam persekutuan orang beriman imannya semakin teguh dan berbuah. Waktu: 90 Menit Gagasan Pokok ▪ Para rasul memberitakan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem. Banyak orang yang percaya kepada pemberitaan mereka lalu dibaptis. Semua orang yang telah dibaptis membentuk persekutuan yang kemudian disebut Jemaat/Gereja. Gereja yang telah dimulai oleh para rasul itu berkembang dari zaman ke zaman. ▪

Gereja, umat Allah adalah persekutuan para murid Kristus, yang dibangun di atas dasar para rasul. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya kepada Kristus dan, mengikatkan diri dan hidup dalam persekutuan orang beriman. Kita yang percaya kepada Kristus dan telah dibaptis dalam nama Tritunggal masuk dalam persekutuan para murid Kristus dan menjadi anggota Gereja Katolik. Dengan demikian, dalam diri kita melekat identitas sebagai pengikut Kristus dan anggota Gereja Katolik.

Dalam perikop ini kita dapat melihat bagaimana Gereja Perdana, yaitu Gereja yang dibangun oleh para rasul di Yerusalem, menampakkan cara hidup yang khas. Sebagai anggota Gereja kita perlu memahami cara hidup Gereja Perdana untuk belajar bagaimana hidup menurut identitas sebagai anggota Gereja. a) Bertekun dalam pengajaran para rasul: Agar dapat hidup sesuai dengan kehendak Tuhan yang mereka imani, Jemaat selalu mendengarkan ajaran Tuhan Yesus yang disampaikan oleh para rasul. b) Hidup dalam persekutuan. Orang-orang yang percaya kepada Kristus menjadi sebuah keluarga di mana para anggotanya saling mengasihi. c) Memecahkan roti dan berdoa. Para anggota Gereja Perdana memecahkan roti untuk mengenangkan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. d) Milik bersama. Para anggota Gereja Perdana tidak mementingkan diri sendiri, tetapi memperhatikan kebutuhan sesama. Mereka menyerahkan

30


apa yang mereka miliki untuk membantu para anggota yang berkekurangan. e) Hidup dalam sukacita. Para anggota Gereja Perdana mengalami sukacita karena telah menerima kabar keselamatan Kristus. Mereka telah mengalami karya penyelamatan itu dan bersyukur atas semua yang telah dilakukan oleh Kristus bagi mereka. â–Ş

Dengan hidup bersama dalam persekutuan orang beriman, sambil menghayati cara hidup jemaat perdana, kita akan merasa bangga sebagai orang Katolik. Kita bangga mempunyai Allah seperti Yesus, Tuhan yang berkuasa atas hidup dan mati, atas surga dan bumi. Dengan mengenal identitas Yesus, kita mengenal identitas kita sebagai pengikut Yesus. Kita adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Anak Manusia, Mesias, Raja Surga. Identitas kita ini menggerakkan kita untuk menjalani kehidupan sebagai pengikut Yesus, khususnya menjadi pewarta Injil. Kita pergi ke berbagai penjuru dunia untuk memberitakan karya penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus supaya manusia di dunia ini menikmati kehidupan abadi di surga.

I. PEMBUKA A. Lagu Pembuka Petugas mengajak para peserta menyanyikan lagu dari MB 402 atau PS 498 atau lagu lain yang sesuai.

B. Tanda Salib dan Salam P U P U

Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Tuhan beserta kita. Sekarang dan selama lamanya.

C. Pengantar Fasilitator menyampaikan/membacakan Gagasan Dasar dari Pertemuan IV. Sesudah itu, Fasilitator menyampaikan kata pengantar berikut ini untuk memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dicapai dalam pertemuan ini.

Bapak/Ibu/Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kita bersyukur karena Allah membimbing kita semua sampai pada pertemuan terakhir di Bulan Kitab Suci Nasional 2020. Dalam Pertemuan I-III kita telah melihat identitas orang beriman dalam kaitannya dengan Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus: (1) 31


Kita adalah orang yang percaya bahwa Allah adalah Kasih, (2) Kita adalah pengikut Yesus, Anak Manusia adalah Raja Kerajaan Surga, dan (3) Kita adalah orang berdosa namun dipercaya oleh Tuhan. Dalam Pertemuan IV ini kita melihat identitas kita sebagai anggota Gereja Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Yesus yang merupakan pernyataan kasih Allah. Kita akan belajar untuk “Bangga Menjadi Orang Katolik.� Dengan hidup bersama dalam persekutuan orang beriman, kita mendapatkan kekuatan dan peneguhan iman. Mari kita siapkan hati untuk mendengarkan Sabda Tuhan.

D. Doa Pembuka P Marilah berdoa, Ya Allah Bapa Yang Maha kasih, kami bersyukur atas anugerah cinta kasih-Mu yang boleh kami rasakan dalam kehidupan bersama dengan saudara-saudara dalam iman. Kami mohon utuslah Roh Kudus-Mu untuk membimbing kami untuk memahami Sabda-Mu dalam Kitab Suci. Berilah kami kekuatan untuk membangun persekutuan orang beriman sebagai ciri khas murid-murid Yesus Putra-Mu. Dialah Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang masa. U Amin.

II. PENDALAMAN KITAB SUCI A. Pembacaan Kitab Suci Fasilitator meminta beberapa peserta membaca teks per alinea, satu orang satu alinea, dengan suara lantang dan tidak tergesa-gesa. Peserta yang lain mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengikutinya dalam Alkitab masing-masing.

CARA HIDUP JEMAAT PERTAMA (KISAH 2:37-47)

32


B. Pendalaman Fasilitator meminta peserta membaca kembali teks sambil memperhatikan pertanyaan di bawah. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu di dalam teks Alkitab.

1. Apa jawaban Petrus ketika orang banyak bertanya “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara�? (ay. 38-39) 2. Bagaimana cara hidup jemaat yang pertama? (ay. 42) 3. Dengan cara hidupnya yang khas jemaat Kristiani perdana Yerusalem disukai semua orang. Apa yang dilakukan Allah terhadap mereka? (ay. 47)

C. Penjelasan Fasilitator menyampaikan penjelasan di bawah ini. Fasilitator dapat menambahkan penjelasan yang diambil dari penjelasan cerita yang terdapat dalam gagasan pendukung.

1. Orang-orang yang hadir terkesan pada karunia lahiriah Roh Kudus dan pada kotbah Petrus tentang perbuatan-perbuatan Allah melalui Yesus. Beberapa orang lalu menanyakan apa yang harus mereka lakukan setelah mendengarkan warta tentang Yesus 33


Kristus itu. Petrus menjawab, “Bertobatlah, ubahlah cara pikir dan tingkah lakumu!” Mereka diajak untuk berbalik dari sikap dan perilaku mereka yang jahat, yang mencapai puncaknya ketika mereka membunuh Yesus. Sikap dan perilaku mereka yang demikian itu telah menutup diri mereka dari karya keselamatan Allah. Namun, Ia memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat agar dapat diselamatkan. 2. Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul. Yang dimaksudkan dengan pengajaran para rasul itu adalah pengajaran yang diberikan kepada orang-orang yang baru percaya pada Kristus atau dengan kata lain baru masuk Kristiani. Dalam pengajaran itu Kitab Suci ditafsirkan dengan disinari oleh peristiwa Yesus Kristus. Jadi yang dimaksudkan dengan pengajaran itu bukan pewartaan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Selain itu, mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Ungkapan ”memecahkan roti” menunjuk pada Perjamuan Ekaristi. Sedangkan doa yang dimaksudkan adalah doa atau sembahyang bersama yang dipimpin oleh para rasul. Persekutuan mereka diwujudkan secara lebih nyata dalam hal harta milik. Mereka menganggap bahwa “segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.” Milik pribadi tidak hanya digunakan untuk kepentingan diri sendiri; anggota umat lain, bahkan seluruh umat boleh menggunakannya. Tetapi, cara hidup seperti ini tidak dapat disamakan dengan sistem komunis karena dalam Jemaat Kristiani Perdana itu harta milik disediakan untuk kepentingan sesama Jemaat secara sukarela dan dibagikan menurut kebutuhan masingmasing. Anggota Jemaat yang miskin dan para janda mendapatkan perhatian utama dalam hal ini. 3. Cara hidup Jemaat yang saling mengasihi dalam satu persekutuan itu membuat mereka disukai semua orang. Cara hidup mereka yang seperti itu menarik perhatian banyak orang dan mereka menggabungkan diri dalam persekutuan itu. Jumlah mereka makin bertambah. Dari kenyataan ini mereka melihat bahwa “tiaptiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Nyata bahwa kehidupan Jemaat itu menjadi sarana pewartaan iman dan bentuk kesaksian mereka tentang Kristus.

34


Mereka tidak hanya mewartakan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan dan seluruh hidup mereka.

E. Pesan dan Penerapan Fasilitator menyampaikan pesan yang diambil dari bacaan yang telah direnungkan berikut ini:

• Kita dibaptis karena percaya kepada Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Kita mempercayakan diri kepada Allah yang adalah Kasih dan mengikuti Yesus Kristus, Raja Kerajaan Surga. Dengan menerima baptisan itu, kita pun menjadi anggota Gereja Katolik, persekutuan orang yang percaya kepada Kristus. Selayaknya kita bangga mempunyai Allah yang mengasihi kita melalui Yesus Kristus. Selayaknya juga kita bangga menjadi anggota Gereja Katolik yang kudus, sebagaimana kita ucapkan dalam Credo. Kepercayaan akan Kristus dan kesadaran sebagai anggota Gereja Katolik inilah yang menjadi identitas kita. • Identitas kita inilah yang menggerakkan kita untuk menjalani kehidupan sebagai pengikut Yesus seturut cara hidup jemaat perdana, yakni: 1). Bertekun dalam pengajaran para rasul, yang sekarang telah tertulis dalam Kitab Suci yang kita baca dan renungkan. 2), Hidup dalam persekutuan, yakni tidak sekedar berkumpul, tetapi saling mengasihi. 3), Memecahkan roti dan berdoa, yakni untuk mengenangkan karya penyelamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yang sekarang dirayakan dalam perayaan Ekaristi. 4), Milik bersama, yakni tidak mementingkan diri sendiri, tetapi memperhatikan kebutuhan sesama. 5), Hidup dalam sukacita, yakni kita bersukacita karena telah mengalami karya penyelamatan Kristus dan bersyukur atas semua yang telah dilakukan-Nya bagi kita. Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

1. Berilah contoh-contoh yang menggambarkan orang Katolik yang merasa minder dengan iman dan identitasnya sebagai orang Katolik! 2. Berdasarkan perikop yang telah kita baca, sebutkan dan jelaskan apa saja yang dapat mengungkapkan kebanggaan kita sebagai orang yang percaya kepada Kristus dan anggota Gereja Katolik! 35


3. Bagaimana kita sebagai kebanggaan kita itu?

orang

Katolik

mengungkapkan

Fasilitator mengajukan pertanyaan di bawah ini dan memberi kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawabannya. Jawaban dari pertanyaan ini ditulis dan dibacakan satu per satu.

• Jelaskan bagaimana kita sebagai persekutuan dalam Lingkungan dan Komunitas Basis dapat meneladan cara hidup Jemaat Perdana!

F. Doa Umat Setelah mendengarkan pesan dari Allah melalui Sabda yang tertulis dalam Alkitab, seluruh peserta akan menanggapi Sabda itu dengan doa. Fasilitator mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara tertulis sebagai tanggapan atas Sabda yang baru didengarkan. Doa itu bisa berupa pujian, syukur, permohonan, niat, dan sebagainya. Kemudian satu demi satu peserta diminta untuk membacakan doa yang telah dituliskan. Setelah semua menyampaikan doa, fasilitator mengajak para peserta untuk mendoakan “Bapa Kami.�

III. PENUTUP A. Doa Penutup Pemandu mengajak seluruh peserta untuk berdoa memohon bantuan Allah agar sanggup melaksanakan kehendak-Nya yang telah didengarkan dalam pertemuan.

P Marilah berdoa. Allah Bapa Yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas Sabda-Mu yang telah kami dengarkan dalam pertemuan ini. Kami mohon, bantulah kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami dapat meneladani cara hidup Jemaat Perdana dalam membangun persekutuan persaudaraan kami sebagai orang Katolik, sehingga kami semakin kuat dan tetap setia dalam iman. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. U Amin.

B. Tanda Salib P Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. U Amin.

C. Lagu Penutup Petugas mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu dari MB 463 atau lagu lain yang sesuai.

36


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.