Tugas UTS Apresiasi Desain Arsitektur Teknik Arsitektur Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Oleh : Mohammad Najid Azma NIM (18660105)
1 Apresiasi Desain Arsitektur
Diambil dari https://blitarkota.go.id Siluet peta Kota Blitar
Ada perpustakaan kecil dan tempat bersemayam tokoh revolusi yang dikenal seluruh rakyat Indonesia, terletak kira-kira 167m di atas permukaan laut dan dikelilingi pepohonan. Perpustakaan Bung Karno berdiri pada tahun 2004 menjadi pusat kajian nasionalisme, sumber informasi, penelitian, dan tempat rekreasi. Arsitek bangunan tersebut adalah dosen ITB Baskoro Tedjo dan Pribadi Widodo.
Apresiasi Desain Arsitektur
Foto oleh Najid
Area Depan Perpustakaan
2
Berbeda dengan proyek mercusuar gagasan Ir. Soekarno yakni Masjid Istiqlal yang megah dan monumental, Perpustakaan Bung Karno justru memiliki skala yang lebih manusiawi. Secara keseluruhan, kawasan ini membentuk sumbu horizontal yang memanjang dari selatan ke utara melewati kolam air dan sumbu vertikal yakni makam Ir. Soekarno yang merupakan titik tertinggi kawasan rancangan.
3
Apresiasi Desain Arsitektur
Sampai di selasar Mulai memasuki kawasan, garis tegak dan datar akan terlihat sangat menonjol. Begitu pula batu padalarang yang menyelimuti seluruh muka bangunan seolah menegaskan kemegahannya. Massa bangunan tersebut tampak seperti tumpukan buku-buku yang disusun. Lahir dengan konsekuensi perawatan yang cukup intensif, batu alam yang lepas sudah waktunya dipugar dan dibersihkan lem-lem yang mulai luntur mengenai permukaannya.
Foto oleh Najid
Fasad Perpustakaan
Patung Ir. Soekarno di bawah void dan tersorot sinar matahari itu adalah visual yang tepat akan pemikiran-pemikiran cemerlang yang beliau miliki.
Foto oleh Najid
Patung Replika Ir. Soekarno
Apresiasi Desain Arsitektur
4
Mulai menelisik Keramahan Alm. Ir. Soekarno tercermin pada seluruh kawasan seolah menyuruh para pengunjung untuk menelisik setiap sudut yang ada. Namun aksesnya sedikit membingungkan karena main entrance pada kawasan ini ada 2 yakni bagian dekat makam dan perpustakaan sehingga belum tentu peziarah mengetahui ruang-ruang yang lain. Biarpun demikian, angin sepoi-sepoi dari balik pepohonan rindang tetap mengajak pengunjung untuk menetap belajar dan membangkitkan jiwa patriotik dalam dirinya.
Foto oleh Najid
Akses bagi penyandang disabilitas
“Bukan hal yang mengejutkan ketika kita melihat rombongan jauh berjalan kian kemari akibat ketidakjelasan sirkulasi� ______________
5
Apresiasi Desain Arsitektur
Foto oleh Najid
Dinding simbolis (mengarah ke timur laut)
Foto oleh Najid Area kolam
Merasakan kesemestaan Selaras dengan konteks, massa bangunan ini seperti mengikuti bentuk dasar candi di dekatnya (candi penataran) dengan bentuk dasar bujur sangkar dan batu padalarang pun ditempelkan menyerupai fasadnya. Konsep vastushastra pada bangunan ini cukup terasa dengan adanya dinding yang mengarah ke timur laut (diartikan keseimbangan pikir) dan barat daya (diartikan kestabilan dan kekuatan), serta ruang terbuka tepat di tengah-tengah (diartikan kesadaran kosmik). Namun dinding masif hasil penerapan vastushastra itu justru seperti dinding tiada arti. Tidak berfungsi sebagai apapun justru menutupi tampilan bangunan disisi yang lain.
Rancangan ini mengombinasikan dua jenis kosmologis yakni, sumbu vertikal-horizontal pada keseluruhan kawasan dan menerapkan vastushastra (sistem arsitektur tradisional hindu) pada massa bangunan perpustakaan. Sebuah pendekatan yang unik untuk mengadaptasikan bangunan dengan tidak melupakan bukti sejarah yang ditinggalkan.
Apresiasi Desain Arsitektur
6
Sumbu horizontal menggambarkan sebuah ruang publik yang bersifat edukatif dan rekreatif.
Foto oleh Najid
Gambaran kawasan oleh maket di ruang pameran
Sedangkan sumbu vertikal mengantarkan spirit manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7
Apresiasi Desain Arsitektur
Dengan balutan batu alam di setiap sisinya akan tercipta suasana bak berada di kawasan candi, kesannya skluptural dan kaku. Kurangnya fasilitas bermain dan tempat nongkrong atau diskusi santai membuat pemuda-pemudi enggan mengunjungi tempat ini untuk menghabiskan waktu bersama. Sehingga diharapkan tidak hanya sebuah perpustakaan hening dengan pembaca yang fokus pada bukunya melainkan ruang belajar bersama yang cozy. Amphiteater ini seharusnya dapat mewadahi seluruh pelaku pertunjukan seni bukan hanya acara pemerintah. Foto oleh Najid Amphiteater
Memandang dan mengalami Dalam kejauhan, terlihat candi belah terbingkai hampir sempurna oleh gapura masuk dan saat menapaki batu granit menuju itu, Sunaryo sang seniman relief menceritakan perjalanan hidup sang proklamator melalui dinding tinggi di timur. Namun ada yang sedikit mengganjal dan kurang essensial yakni kesimetrisan area kolam tersebut ditangkis oleh kolom-kolom simbolis yang besar pada satu sisinya. Meskipun bangunan ini terletak lebih rendah daripada bangunan di sekitarnya, saluran pembuangan air dan perhatiannya terhadap daerah hijau patut diapresiasi karena dapat berfungsi dengan baik dan menambah kesegaran mata.
Foto oleh Najid Area Makam
Apresiasi Desain Arsitektur
8
Foto oleh Najid Interior ruang baca
Mencoba menikmati
Suasana terasa berbeda ketika berada di dalam perpustakaan, udara dari mesin pendingin justru keras menusuk dada para pembaca. Terlalu banyak tirai dibelakang kaca ini berujung pada penggunaan listrik berlebih untuk pencahayaan. Meskipun demikian keriuhan di luar terdengar seperti bisikan-bisikan kecil karena rapatnya susunan kaca dan tebalnya dinding. Meski perpustakaan memiliki dua lantai yang luas, namun sayang sekali untuk mencapai toilet pengunjung harus berpindah ke gedung yang lain. Bagaimanapun, perpustakaan ini tetap menjadi rujukan para pembelajar dari kalangan pemuda hingga lanjut usia serta memiliki dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
“Kini tidak hanya berfungsi sebagai penunjang, perpustakaan, amphiteater, gong perdamaian dan ruang pameran itu telah memiliki kelompok peminatnya masingmasing. mulai dari remaja yang narsis hingga kakek-nenek yang mengajak cucunya sekedar berkeliling.� SEKIAN,