modul sastra dunia

Page 1

MODUL SASTRA DUNIA

MODUL WILLIAM SHAKESPEARE| LEO TOLSTOY| ALBERT CAMUS| RABINDRANATH TAGORE| EMILE ZOLA| ALEXANDER DUMAS| FRANZ KAFKA|OSCAR WILDE| ERNEST HEMINGWAY|MAXIM GORKY

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nyalah kami mampu menyusun Modul 1 Sastra Dunia.

Sastra dunia merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang penyair, dramawan, filsuf, seniman, musikus dan sastrawan yang ada di dunia beserta karya-karyanya yang terkenal seperti William Shakespeare, Leo Tolstoy, Albert Camus, Rabindranath Tagore, Emile Zola, Alexander Dumas, dan Franz Kafka, Oscar Wilde, Ernest Hamingway ini merupakan usaha kami yang bertujuan memberikan pengenalan, penjelasan, dan pengetahuan tentang William Shakespeare, Leo Tolstoy, Albert Camus, Rabindranath Tagore, Emile Zola, Alexander Dumas, dan Franz Kafka, Oscar Wilde, Ernest Hemingway dan Maxim Gorky. Kita tahu bahwa pengetahuan yang luas sama dengan mengetahui seluruh dunia. Oleh karena itu, modul ini memberikan materi secara lengkap dan menyeluruh mengenai Sastra Dunia.

Mendalami materi sastra dunia berarti mempelajari biografi, karya-karya, dan pemikiran dari sastrawan dunia seperti dalam Modul 1 ini yakni William Shakespeare, Leo Tolstoy, Albert Camus, Rabindranath Tagore, Emile Zola, Alexander Dumas, dan Franz Kafka, Oscar Wilde, Ernest Hamingway dan Maxim Gorky

Mudah-mudahan modul ini dapat memenuhi kebutuhan para pembaca, khususnya mahasiswa pada umumnya. Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami menerima kritik dan saran yang positif demi penyempurnaan modul ini.

KATA PENGANTAR
Terima Kasih Penyusun
DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................................4 Bab.................................................................................................................................I 6 William Shakespeare.....................................................................................................16 Bab II..............................................................................................................................14 Leo Tolstoy.....................................................................................................................14 Bab III.............................................................................................................................19 Albert Camus.................................................................................................................19 Bab IV.............................................................................................................................26 Rabindranath Tagore....................................................................................................26 Bab V ..............................................................................................................................32 Emile Zola ......................................................................................................................32 Bab VI.............................................................................................................................40 Alexandre Dumas ..........................................................................................................40 Bab VII...........................................................................................................................48 Franz Kafka...................................................................................................................48 Bab VIII..........................................................................................................................54 Oscar Wilde....................................................................................................................54 Bab IX.............................................................................................................................73 ERNEST HEMINGWAY.............................................................................................73 Bab X ..............................................................................................................................80 MAKXIM GORKY.......................................................................................................80 Kunci Jawaban ..............................................................................................................85 Lampiran........................................................................................................................94 Daftar Putaka.................................................................................................................95

WILLIAM SHAKESPEARE

Pengantar

Hai Kawan-Kawan. Bagaimana kabar hari ini? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat agar kita semua bisa bergabung dalam kelas dalam keadaan yang bugar dan siap untuk menerima materi-materi yang telah disiapkan oleh beberapa kelompok. Pada pertemuan kali ini, kita akan mengenal tentang William Shakespeare. Mungkin bagi sebagian orang akan menganggap asing nama tersebut. Siapa sih William Shakespeare itu? Nah teman-teman untuk kalian yang merasa asing, mari kita simak materi yang telah kami sajikan. Oh yah teman-teman pastikan kalian menyimak materi yang kami siapkan dengan baik yah, agar kalian tidak melewatkan sesuatu penting, unik, dan motivasi dalam kehidupan seorang William Shakespeare. William Shakespeare adalah seorang sastrawan yang lahir pada tahun 1564 dan besar di Inggris dengan status dari keluarga yang biasa saja. Shakespeare mulai tertarik kepada duniat litersi sejak masih duduk dibangku sekolah dengan mempelajari bahasa latin, krya filosofis yunani dan romawi, kisah diberbagai dunia, dan masih banyak lagi. Beliau banyak menulis mengenai naskah drama tentang trgedy, komedi, sejarah, puisinaratif dan sonata. Banyak karyanya telah diangkat menjadi difilm seperti Romeo Juliet dan Julius Caesar bahkan banyak dari karyanya yang telah dipentaskan diberbagai bahasa dan di berbagai belahan dunia.

Teman-teman, apakah kalian tau kalau William Shakespeare punya koleksi buku yang terkenal di belahan dunia bahkan diterjemahkan ke berbagai bahasa. Kumpulan Buku tersebut bisa kalian dapatkan di toko buku serta online book di beberapa web. Ada satu karya yang kami sukai dan sangat terkenal di penjuru Dunia yang berjudul Romeo dan Julia sebagai bentuk representasi cinta sejati Untuk buku buku terkenal yang lain bisa teman teman akses di internet.

Refleksi Diri

Oh yahh teman-teman, sebelum kita melanjutkan materi mengenai sastrawan dunia Leo Tolstoy, mungkin ada teman-teman sekalian yang sudah atau pernah membaca karya-karya dari Leo Tolstoy? Atau teman-teman ada yang pernah mendengar syair atau menonton drama dari Leo Tolstoy? Setelah anda membaca karya dan

BAB I

mendengarkan karya seni atau menonton drama dari Leo Tolstoy apa yang anda lakukan/rasakan?

Teman-teman sekalian, selain ada yang pernah membaca atau mendengarkan nyanyian dari Leo Tolstoy, mungkin ada juga yang belum pernah sama sekali atau merasa asing dengan nama Leo Tolstoy. Bagi yang belum kenal dan belum mengenal karya dari Leo Tolstoy dari, apa yang anda harapkan setelah mengikuti pertemuan pada perkuliahan ini? Eksplorasi Konsep

Teman-teman sekalian, pada bagian eksplorasi konsep kita akan belajar mengenai riwayat hidup serta karya-karya dari William Shakespeare. Teman-teman dipersilakan membaca file dibawah ini. Silahkan anda klik file word untuk membaca secara lengkap. Selanjutnya silakan teman-teman klik file Power Point (PPT) untuk mengetahui inti atau garis besar dari materi William Shakespeare. Tujuan Umum

Mengenal William Shakespeare, seorang sastrawan yang telah dikenal dunia Tujuan Khusus

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut:

1. Mengenal siapa William Shakespeare

2. Mengetahui karya hebat Shakespeare

Pembahasan

Sejarah Tentang William Shakerpeare William Shakespeare adalah seorang sastrawan terbesar dalam sejarah bahasa Inggris dan menjadi kebanggaan kawula muda melebihi penulis Inggris yang lain seperti penuturan Francis Meres dalam bukunya Palladis Tamia: "A Comparative Discourse of Our English poets with the Greek, Latin and ltalian poets, Shakespeare was easily his favourite amongst English authors, praised as one of eight by whom the English tonnongue is mightly enriched, and gorgeously invested inrare of ornament and resplendet habiliments." Shakespeare juga merupakan seorang sastrawan modern di samping dia juga sebagai sastrawan kunaa yang berjiwa besar dan komprehensif. Hal ini dinyatakan oleh Dryden dalam bukunya Essay of Dramatic Poesyt: "To begin with Shakespeare; he was the man who of all modem, and perhaps Ancient poets, had the largest and most cotuprehensive soul." (Nuri, 2003:163).

William Shakespeare dilahirkan di StratfordonAvon dan mendapatkan pendidikan sampai ke jenjang sekolah menengah. Setelah itu, ia pergi ke London dan bergabung dengan suatu kelompok teater bernama The Lord Chamberlain’s Men (nama tersebut kemudian diubah menjadi The King’s Men setelah King James naik tahta pada tahun 1603). Pada rentang tahun antara 1590 dan 1613 ia menulis tidak kurang dari 34 drama, namun tidak diterbitkan semasa ia hidup. First Folio adalah edisi yang memuat ke-34 karyanya tersebut pada tahun 1623 beberapa tahun setelah ia meninggal. (Widyahening, 2020:27)

William Shakespeare lahir dibaptis dan meninggal di tempat yang sama yakni di Stratford-on-Avon sebuah distrik di Warwickshire. Distrik itu terletak di pinggir sungai Avon kira-kira 145 km barat laut kota London. Di kota ini pula festival tahunan Shakespeare diadakan sejak tahun 1879. Shakespeare lahir dari keluarga pengusaha sarung tangan kulit dan wool yang sukses. Ayahnya John Shakespeare sempat menduduki posisi penting dipemerintahan kota paraja karena kesuksesasnnya itu. Ibunya Mary adalah anak perempuan seorang tuan tanah bernama Robert Arden dariWilmcote. Sayangnya kesuksesan John tidak berlangsung terus karena pada pertengahan tahun 1570-an kekayaan John Shakespeare berangsur-angsur surut hingga akhirnya ketenarannya di kota praja juga semakin tenggelam. (Roekminto, 2019:7)

Menjadi satu hal yang sangat mustahil untuk tidak meletakan William Shakespeare dalam konstelasi sejarah kesusastraan Inggris, bahkan dunia kesastraan secara lebih luas. Menjadi sesuatu hal naif pula apabila mereka yang belajar kesusastraan Inggris tidak mengenal nama ini, serta ungkapan-ungkapan yang “mendunia” seperti misalnya,“What’s a name?" dan "To be or not to be”. Bahkan Agnes Hooper Gottlieb, seorang pengajar dan penulis terkenal mengatakan bahwa Shakespeare adalah satu dari orang yang mampu mengubah wajah dunia dalam kurun waktu 1000 tahun. Sebegitu hebatkan Shakespeare sehingga lelaki kelahiran StratfordonAvon, Warwickshire, 26 April 1564 ini menjadi terkenal. Tidak hanya bagi mereka yang belajar kesusastraan Inggris tapi juga bagi semua manusia terpelajar diseluruh muka bumi ini. (Roekminto, 2019:3)

Karya-Karya William Shakespeare

Pada tahun 1578 terdapat enam kelompok teater yang diizinkan oleh Sang Ratu untuk bermain drama di atas pentas. Kelompok-kelompok teater tersebut adalah The

Children of the Chapel Royal, Children of Saint Paul’s, The Servants of the Lord Chamberlain, Servant of Lord Warwick, Servant of Lord Leicester, dan Servant of Lord Essex. Pembangunan gedung teater di luar kota London sudah mulai dirintis pada tahun 1576. Menurut Samekto dalam (Widyahening, 2020:27) karya-karya Shakespeare dibagi dalam 4 periode yang mungkin bisa disamakan dengan pengalaman dan pertumbuhan kejiwaan penulisnya. Periode-periode tersebut sebagai berikut:

1. Periode permulaan atau periode eksperimen (1588-1596)

Pada periode ini ditandai dengan sifat-sifat kemudaan yang penuh semangat yang meluap-luap, penggunaan bahasa yang berlebih-lebihan, dan pemakaian rima selain blank verse. Karya-karya yang dihasilkannya pada periode ini berjudul Love’s Labour’s Lost, Two Gentlemen of Verona, Comedy of Errors, Romeo and Juliet, Richard III, dan King John. (Widyahening, 2020:27)

2. Periode pertumbuhan cepat (1596-1602)

Karya-karya yang dihasilkan pada periode ini menunjukkan kecermatan dan kemahiran artistik yang lebih tinggi, alur cerita yang lebih baik, dan pengetahuan tentang sifat-sifat manusia yang lebih mendalam. Karya-karyanya pada periode ini antara lain Mid Summer Night’s Dream, The Merchant of Venice, Henry IV, The Merry Wives of Windsor, As You Like It, dan Twelfth Night. (Widyahening, 2020:28)

Gambar 1.3. Joseph Mc Grath berperan sebagai Bottom dan Gina Ribera sebagai Titania dalam pementasan drama A Mid Summer Night's Dream

3. Periode kemuraman dan depresi (1602-1608)

Pada periode ini Shakespeare menulis tragedi-tragedi besar, seperti Hamlet, Othelo, Macbeth, King Lear, Julius Cesar, dan semua karyanya ini menunjukkan kematangan jiwa dan puncak perkembangan artistiknya. (Widyahening, 2020:31)

Gambar 1.4. The Merchant of Venice drama komedi karya William Shakespeare. Gambar 1.5. Twelfh Night, drama komedi karya Willian Shakespeare. Dalam Twelfh Night itu Shakespeare merinci ada tiga jenis cinta dalam kehidupan, yaitu cinta sejati, cinta diri, dan cinta peesahabatan. Gambar 1.6. Pementasan Hamlet Karya Shakespeare.

4. Periode ketenangan (1608-1613)

Periode ini mengakhiri masa produktif Shakespeare. Karyakarya terbaik yang ditulis pada periode ini bernuansa alam mimpi dan bernafaskan ketenangan. Karyakaryanya pada periode ini antara lain Winter’s Tale, Tempest. (Widyahening, 2020:33)

Gambar 1.8. Tokoh Polixenes, Hrrmione, dan Leontes dalam drama berjudul Winter's Tale karya Shakespeare yang dipentaskan di The Old Glibe tahun 2005. Shakespeare menulis naskah drama untuk pementasan dan bukan untuk publikasi. Sembilan belas dramanya muncul secara terpisah dalam bentuk quarto sebelum akhirnya muncul dalam First Folio. Beberapa karya Shakespeare dicetak dari teks yang dikonstruksi dari ingatan para pemain. Ketidakpedulian Shakespeare dalam mempublikasikan karya-karyanya telah menempatkan para kritikus pada tingkat kesulitan yang tinggi untuk menentukan secara pasti dan akurat tanggal penerbitan karya-karya Shakespeare dan drama-drama yang dipentaskan antara tahun 1588 sampai 1593. Hal tersebut menunjukan pada kita bagaimana seriusnya Shakespeare

Gambar 1.7. Pementasan drama Macbeth karya Shakespeare.

berkecimpung dalam dunia teater. (Roekminto, 2019:3) Drama-drama itu menunjukan pencapai kematangan kedewasaannya serta menunjukan dengan jelas dari mana dia mendapatkan inspirasi bagi karya-karyanya. Drama tragedi pertamanya, Titus Andronicus (1592 - 1594), dipengaruhi oleh penekanan psikologis yang kental dan sikap retoris penulis Romawi Lucius Annaeus Seneca dan jelas juga terlihat pengaruh Ovid dalam drama itu. Drama itu sangat populer pada masanya dan saat ini Titus sering dipakai sebagai sebuah defamisasi terhadap perilaku moral dan fisik yang kasar. Dalam drama King Lear defamisasi itu terlihat juga pada bagian ketiga Henry VI (1588) dan sikap Richard III. Shakespeare kembali tenggelam dalam upaya pengumpulan materi bagi karyakaryanya antara tahun 1595 sampai 1600, dan hasilnya adalah empat buah naskah drama yaitu Richard II (1595),Henry IV, Parts 1 and 2 (1597 – 1598), dan Henry V (1599) yang menceritakan sebagian dari sejarah awal Inggris. Sejarah Inggris dalam perspektif drama Shakespeare merefleksikan masa-masa yang mengerikan dalam kemasan perang saudara serta eksploitasi tanggung jawab kerajaan sebagai wakil Tuhan. Dengan jelas Shakespeare menunjuk implikasinya pada pemerintahan Elizabeth I. Karya lain Shakespeare yaitu The Comedy of Errors (1588-1593) memperlihatkan bagaimana berhutangnya Shakespeare pada Plautus. Dalam drama itu diperlihatkan bagaimana karakter-karakter yang ditampilkan begitu antusias, penuh vitalitas dan kebahagiaan. Drama pertama komedinya ini mempertontonkan kemampuan teknik yang luar biasa dan variatif. Ide-ide yang begitu kreatif. Para kritikus sepakat bahwa meskipun ia mendapatkan ide dari berbagai sumber, namun demikian sebagian besar ide dan bahasa yang paling kentara mewarnai dramanya. (Roekminto, 2019:4). Kesimpulan tentang William Shakespreare William Shakespeare adalah seorang sastrawan terkenal di Inggris dan menjadi kebanggaan kavula muda melebihi penulis Inggris. Ia dilahirkan di Stratfordon Avon dan mendapatkan pendidikan sampai ke jenjang sekolah menengah. Setelah itu, ia pergi ke London dan bergabung dengan suatu kelompok teater bernama The Lord Chamberlain’s Men (nama tersebut kemudian diubah menjadi The King’s Men setelah King James naik tahta pada tahun 1603). Pada rentang tahun antara 1590-1613 ia menulis tidak kurang dari 34 drama, namun tidak diterbitkan semasa ia hidup. First

Folio adalah edisi yang memuat ke-34 karyanya tersebut pada tahun 1623 beberapa tahun setelah ia meninggal. (Evy, 2020:27)

Samakan Tanggapan

Teman-teman sekalian, pada bagian samakan tanggapan silahkan teman-teman mereview rangkuman. Kemudian teman-teman kemukakan hasil bacaan anda baik dari file word maupun Power Point.

Aksi Individu

Teman-teman sekalian, setelah kalian membaca materi mengenai William Shakespeare, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah:

1. Dalam karya William Shakespeare pada periode eksperimen (1588-1596) apa yang menarik dari pementasan tersebut?

2. Pertunjukan apa yang dilakukan William Shakespeare di tahun 1602?

3. Drama apa yang populer dalam karya William Shakespeare?

4. Dimanakah seluruh catatan karya William Shakespeare dituliskan?

5. Tahun berapakah William Shakespeare mulai mementaskan karyanya?

Sharing Informasi

Teman-teman sekalian, kita telah belajar mengenai materi dari Shakespeare. Pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang William Shakespeare, mungkin ada dari temanteman yang setuju atau tidak dari pendapat yang lain. Silakan dikemukakan atau didiskusikan secara langsung. Teman-teman sekalian dalam memberi pendapat kami harap diperkuat dengan argumen-argumen yang dapat anda pertanggung jawabkan yang berasal dari sumber artikel, jurnal, buku online dan hasil penelitian. Terima kasih, salam sehat, dan tetap bahagia.

LEO TOLSTOY

Pengantar

Hai Teman-teman. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga semuanya tetap semangat dan senantiasa dalam keadaan sehat agar kita semua bisa mengikuti perkuliahan dalam kelas dengan keadaan yang bugar dan siap untuk menerima materimateri yang telah dengan topik “Sastra Dunia Leo Tolstoy” .

Mungkin bagi sebagian orang akan menganggap asing nama tersebut. Tapi mungkin ada yang sering didengar atau bahkan pernah dipelajari pada forum perkuliahan maupun forum di luar perkuliahan Siapa sih Leo Tolstoy itu?. Nah temanteman untuk kalian yang merasa asing, mari kita simak materi yang telah kami sajikan. Oh yah teman-teman pastikan kalian menyimak materi yang kami siapkan dengan baik yah, agar kalian tidak melewatkan sesuatu penting, unik, dan motivasi dalam kehidupan para sastrawan dunia tersebut.

Sastra Dunia merupakan mata kuliah yang membahas penyair, dramawan, filsuf, seniman, musikus dan sastrawan yang ada di dunia beserta karya-karyanya yang terkenal. Berdasarkan sumber (Wikipedia) dan artikel jurnal nasional maupun internasional membahas biografi, sejarah, pemikiran, dan karya sastra yang dihasilkan oleh Leo Tolstoy. Sastra Dunia telah memperkenalkan prosa dengan sajak-sajak baru serta penggunaan bahasa sehari-hari ke dalam sastra. Dalam hal ini, sastra dunia sangat berpengaruh dalam memperkenalkan budaya satu ke budaya yang lain.

Kami berharap apa yang ada di dalam materi ini dapat dicermati dengan baik, serta kalian dapat mengikuti dengan tekun segala alur perkuliahan ini dengan cermat agar kalian mendapatkan pemahaman yang utuh.

Refleksi Diri

Oh iyaa teman-teman, sebelum kita melanjutkan materi mengenai sastra dunia seperti tokoh Leo Tolstoy. Mungkin ada dari teman-teman sekalian yang sudah atau pernah melihat gambar dari tokoh tersebut atau membaca karya-karya dari sastrawan tersebut atau teman-teman ada yang pernah mendengar syair atau menonton drama dari Leo Tolstoy? Setelah anda membaca karya dan mendengarkan karya seni atau menonton drama dari sastrawan-sastrawan dunia tersebut, apa yang anda lakukan/rasakan?

BAB II

Eksplorasi Konsep

Teman-teman sekalian, pada bagian eksplorasi konsep kita akan belajar mengenai riwayat hidup, karya-karya, syair, atau karya seni dari Leo Tolstoy. Teman-teman dipersilakan membaca Chapter Book sastrawan dunia di bawah ini. Silahkan anda mencermati Chapter Book yang telah disiapkan untuk membaca secara lengkap. Selanjutnya silakan teman-teman menyimaknya di bawah ini untuk mengetahui inti atau garis besar dari materi Sastra Dunia Leo Tolstoy.

Tujuan Umum:

Mengeksplorasi informasi yang berkaitan dengan tokoh Leo Tolstoy.

Tujuan Khusus:

1. Menjelaskan biografi dari tokoh Leo Tolstoy.

2. Menjelaskan novel dan karya fiksi Leo Tolstoy.

3. Menjelaskan teori dari Leo Tolstoy.

4. Menjelaskan contoh karya dari Leo Tolstoy.

Pembahasan

Leo Tolstoy dan Perjalanan Hidupnya

Leo Tolstoy adalah seorang sastrawan Rusia, pembaharu sosial, pasifis, anarkis Kristen, vegetarian, pemikiran moral dan seorang anggota berpengaruh dari keluarga Tolstoy. Tolstoy secara luas dianggap sebagai salah seorang novelis yang terbesar, khususnya karena adikaryanya Perang dan Damai dan Anna Karenina. Dalam cakupan, luasnya, dan gambarannya yang realistik mengenai kehidupan Rusia, kedua buku ini berdiri pada puncak fiksi realistik. Sebagai seorang filsuf moral ia terkenal karena gagasan-gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan melalui karyanya Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu.

Tolstoy adalah salah satu dari raksasa dari sastra Rusia abad ke-19. Karyanya yang paling terkenal antara lain adalah novel-novelnya Perang dan Damai dan Anna Karenina, serta banyak karya-karya yang lebih singkat termasuk sejumlah novella Kematian Ivan Ilyich dan Hadji Murad. Rekan-rekan sezamannya sangat menghormatinya: Dostoyevsky menganggapnya sebagai yang terbesar di antara semua novelis yang hidup saat itu, sementara Gustave Flaubert mencetus: "Seorang seniman hebat, seorang psikolog hebat!". Anton Chekhov, yang sering kali mengunjungi Tolstoy di tanahnya di pinggiran kota, menulis: "Ketika sastra memiliki seorang Tolstoy,

menjadi penulis itu mudah dan menyenangkan; bahkan bila kita tahu bahwa kita sendiri tidak mencapai hasil apa-apa, itu tidak menjadi masalah karena Tolstoy yang berprestasi untuk kita semua. Apa yang dilakukannya berguna untuk membenarkan semua harapan dan aspirasi yang ditanamkan dalam sastra." Para kritikus dan novelis yang belakangan terus memberikan kesaksian terhadap seninya: Virginia Woolf menyatakan Tolstoy sebagai "yang terbesar di antara semua novelis" dan Thomas Mann menulis tentang seni penulisannya yang tampaknya jujur "Jarang sekali suatu karya seni yang begitu mirip dengan alam" perasaan-perasaan yang juga dimiliki oleh banyak orang lainnya, termasuk Marcel Proust, Vladimir Nabokov dan William Faulkner. Novel-novel otobiografinya, Masa Kanak-kanak, Masa Kecil, dan Remaja (1852–1856), terbitan-terbitannya yang pertama, menceritakan tentang anak seorang tuan tanah yang kaya dan kesadarannya yang bertumbuh perlahan tentang perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan teman-teman bermainnya yang keturunan buruh tani. Meskipun dalam kehidupannya di kemudian hari Tolstoy menolak ketiga buku ini dan menganggapnya sentimental, banyak dari hidupnya disingkapkan dalam buku-buku ini. Buku-buku tersebut masih relevan karena isinya menceritakan kisah yang universal tentang pertumbuhan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Di resimen artileri Tolstoy berpangkat letnan dua selama Perang Krimea. Ia mengisahkan semua ini dalam bukunya Sketsa-sketsa Sevastapol. Pengalaman-pengalamannya di medan pertempuran menolong dirinya mengembangkan pasifisme, dan memberikan kepadanya bahan untuk gambaran yang realistik tentang kengerian perang dalam karya-karyanya di kemudian hari. Fiksinya secara konsisten berusaha menyampaikan secara realistik masyarakat Rusia yang ada pada masanya. Orang-orang Kosak (1863) menggambarkan kehidupan dan keadaan bangsa Kosak melalui cerita tentang seorang bangsawan Rusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis Kosak. Anna Karenina (1877) mengisahkan cerita-cerita perumpamaan tenang seorang perempuan yang berzinah, yang terjebak oleh kebiasaan dan kepalsuan masyarakat, serta tentang seorang pemilik tanah yang filosofis (mirip sekali dengan Tolstoy), yang bekerja bersama-sama dengan para penggarap di ladang dan berusaha memperbarui hidup mereka.

Tolstoy tidak hanya menggali dari pengalaman hidupnya sendiri tetapi juga menciptakan tokoh-tokoh sesuai dengan gambarannya, seperti misalnya Pierre Bezukhov dan Pangeran Andrei dalam Perang dan Damai, Levin dalam Anna Karenina

dan sampai batas tertentu, Pangeran Nekhlyudov dalam Kebangkitan. Perang dan Damai umumnya dianggap sebagai salah satu novel terbesar yang pernah ditulis, luar biasa luasnya dan keutuhannya. Kanvasnya yang luas mencakup 580 tokoh cerita, banyak di antaranya historis, yang lainnya fiktif. Ceritanya beralih dari kehidupan keluarga ke markas besar Napoleon, dari istana Alexander I dari Rusia ke medan tempur dari Austerlitz dan Borodino. Buku ini ditulis dengan maksud menjelajahi teori sejarah Tolstoy, dan khususnya ketidakberartian pribadi-pribadi seperti Napoleon dan Alexander. Yang agak mengejutkan, Tolstoy tidak menganggap Perang dan Damai sebagai sebuah novel (ia pun tidak menganggap banyak fiksi besar Rusia lainnya yang ditulis pada masa itu sebagai novel). Pandangan ini menjadi kurang mengejutkan bila kita menganggap bahwa Tolstoy adalah seorang novelis dari aliran realis yang menganggap novel itu sebagai kerangka untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan politik dalam kehidupan abad ke-19. Karena itu Perang dan Damai (sebetulnya Tolstoy ingin menulis sebuah epik dalam prosa) tidak memenuhi syarat. Tolstoy menganggap Anna Karenina sebagai novel pertamanya yang sesungguhnya, dan memang ini adalah salah satu yang terbesar di antara semua novel realis. Setelah Anna Karenina, Tolstoy berkonsentrasi pada tema-tema Kristen, dan novel-novelnya yang belakangan, seperti misalnya Kematian Ivan Ilyich (1886) dan Jadi apa yang harus kita lakukan? mengembangkan suatu filsafat Kristen anarko-pasifis yang membuat ia dikucilkan dari Gereja Ortodoks pada 1901. Kesimpulan

Berdasarkan materi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Leo Tolstoy adalah seorang sastrawan Rusia yang dianggap sebagai salah seorang novelis yang terbesar, khususnya karena adikaryanya Perang dan Damai dan Anna Karenina. Dalam cakupan, luasnya, dan gambarannya yang realistik mengenai kehidupan Rusia, kedua buku ini berdiri pada puncak fiksi realistik.

Tolstoy adalah salah satu dari raksasa dari sastra Rusia abad ke-19. Karyanya yang paling terkenal antara lain adalah novel-novelnya Perang dan Damai dan Anna Karenina, serta banyak karya-karya yang lebih singkat termasuk sejumlah novella Kematian Ivan Ilyich dan Hadji Murad.

Samakan Tanggapan

Teman-teman sekalian, pada bagian samakan tanggapan silahkan teman-teman mereview rangkuman. Kemudian teman-teman kemukakan hasil bacaan anda dari pakar Leo Tolstoy yang telah dibaca Aksi Individu

Teman-teman sekalian, setelah kalian membaca materi mengenai Leo Tolstoy, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah!

1. Siapakah Leo Tolstoy?

2. Apa saja karya Tolstoy yang paling terkenal?

3. Apa pengertian seni menurut Tolstoy?

4. Tuliskan 5 karya Leo Tolstoy yang patut dibaca

5. Seperti apa tanggapan rekan sezaman Tolstoy terhadap dirinya?

Sharing Informasi

Teman-teman sekalian, kita telah belajar mengenai materi dari sastrawan dunia Leo Tolstoy. Pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang tokoh tersebut, mungkin ada dari teman-teman yang setuju atau tidak dari pendapat yang lain. Silakan dikemukakan atau didiskusikan secara langsung. Teman-teman sekalian, dalam memberi pendapat kami harap diperkuat dengan argumen-argumen yang dapat anda pertanggung jawabkan yang berasal dari sumber artikel, jurnal, buku online dan hasil penelitian. Terima kasih, salam sehat, dan tetap bahagia.

ALBERT CAMUS

Pengantar

Hai teman teman kalaian pernah dengar nama Albert Camus? Apa kalian tahu siapa dia? Albert Camus adalah salah satu tokoh Sastrawan Dunia. Dia merupakan pelopor pemahaman Absurd. Albert Camus adalah seorang filsuf, penulis, dan jurnalis Prancis. Dia dianugerahi Hadiah Nobel Sastra 1957 pada usia 44 tahun, menjadikannya penerima termuda kedua dalam sejarah. Dia menulis beberapa karya yang terkenal seperti Orang Asing, Sampar, Mitos Sisifus, Jatuh, dan Pemberontak (L'Homme révolté). Secara filosofis, pandangan Camus berkontribusi pada munculnya filsafat yang dikenal sebagai absurdisme. Ia juga dianggap sebagai seorang eksistensialis, meskipun dia dengan tegas menolak istilah tersebut sepanjang hidupnya.

Teman teman Pastikan menyimak dan memahami materi tentang Albert Camus ini untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.

Refleksi Diri

Oh yahh teman-teman, sebelum kita melanjutkan materi mengenai sastrawan dunia Albert Camus mungkin ada teman-teman sekalian yang sudah atau pernah membaca karya-karya dari Albert Camus atau teman-teman ada yang pernah mendengar menonton drama dari Albert Camus. setelah anda membaca karya dan mendengarkan karya seni atau menonton drama dari Albert Camus apa yang anda lakukan/rasakan?

Teman-teman sekalian, selain ada yang pernah membaca karya dari Albert Camus mungking ada juga yang belum pernah sama sekali atau merasa asing dengan nama Albert Camus. Bagii yang belum kenal dan belum mengenal karya dari Albert Campus camus apa yang anda harapkan setelah mengikuti pertemuan pada perkuliahan ini?

Eksplorasi Konsep

Teman-teman sekalian, pada bagian eksplorasi konsep kita akan belajar mengenai riwayat hidup, karya-karya sastra dari Albert Camus. Teman-teman dipersilakan memahami materi yang telah ada dalam bentuk narasi dan deskripsi. Tujuan Umum: Mengeplorasi informasi mengenai eksistensialisme dan teori Absurd Albert Camus Tujuan Khusus:

BAB III

1. Untuk mengetahui biografi Albert Camus

2. Untuk mengetahui eksistensialisme Albert Camus

3. Untuk mengetahui teori Absurd oleh Albert Camus

4. Untuk mengetahui karya karya Sastra Albert Camus Pembahasan

Alber Camus dan Perjalanan Hidupnya Albert Camus adalah seorang filsuf, penulis, dan jurnalis Prancis. Dia dianugerahi

Hadiah Nobel Sastra 1957 pada usia 44 tahun, menjadikannya penerima termuda kedua dalam sejarah. Dia menulis beberapa karya yang terkenal seperti Orang Asing, Sampar, Mitos Sisifus, Jatuh, dan Pemberontak. Albert Camus seperti punya sihir tersendiri bagi para penulis Indonesia. Agak aneh, memang. Dia tak pemah mengutarakan problem yang layaknya jadi persoalan orang banyak di sini. Dia bukan seorang pemikir clan sastrawan yang setiap hari berpapasan dengan gelora clan keterpojokan manusia Dunia Ketiga, kecuali persen tuhannya yang malang dengan situasi kolonial Aljazair. la lahir di tengah-tengah kemiskinan. Setahun kemudian, ayahnya gugur dalam pertempuran Mame. Dari Sekolah Dasar, Camus mendapat bea siswa masuk ke Sekolah Menengah (Lycee d'Alger, 1923-1930). Setelah menyelesaikan studi di bidang filsafat, ia bekerja pada pelbagai jenis pekerjaan, namun akhimya ia memilih jurnalistik. Pada tahun 1930-an, ia memimpin rombongan pertunjukan drama, clan selama peperangan aktif di dalam perjuangan melawan Perancis, memeriksa surat rahasia yang penting, yaitu Combat. Ia memasuki jenjang jumalistik clan menapakkan kakinya ke dunai sastra dengan menerbitkan L'envers et l'Endroit(1937) yang terdiri dari 5 cerita berisikan perasaan kepahitan terhadap kehidupan. Ia meninggalkan Aljazair untuk melawat ke Eropa pada tahun 1938, clan kemudian menikah untuk kedua kalinya tahun 1940. Hasil karya Camus antara lain,

1. The Stranger (1946),

2. The Plaque (1948),

3. The Fall (1957),

4. clan Exile and The Kingdom (1958);

5. drama Caligula and Three Other Plays (1958);

6. clan 2 buah buku esai filsafat, The Rebel (9154).

Dia barangkali bahkan termasuk rentetan penulis Eropa Barat terutama Perancisyang oleh sementara cendekiawan Indonesia dianggap bukan sebagai ilham yang tepat atau sehat: ia bagian dari suara sebuah benua tua. Meskipun Camus sendiri lebih mengindetifikasikan diri sebagai bagian dari alam Laut Tengah yang lebih mentah clan lazuardi, clan ia tak pernah ingin melepaskan akamya di Aljazair, pandangan filsafatnya terkadang dianggap sebagai salah satu suara yang datang dari geografi yang lain: peta yang memperlihatkan begitubanyak gores-gores sejarah. Dengan kata lain, sebuah suara yang telah menjadi terlampau bijaksana. Dan bijaksana, di sini, juga berarti reda dari sekian derajat optimisme yang biasanya memang meleset, tapi bagaimanapun dianggap perlu buat sebuah bangsa yang baru.

Di bulan April 1954, majalah kebudayaan yang terkemuka di Jakarta waktu itu, Zenith, memuat tulisan Jan Lamaire Jr. yang memperkenalkan pemikiran Camus. Tapi saat itu pun nampaknya nama Camus sudah cukup dikenal dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya diminati.Tiga puluh empat tahun yang lalu itu (dan tiga puluh empat tahun yang lalu Albert Camus masih hidup di Paris), Lamaire, seorang penulis Belanda yang sering memperkenalkan para pemikir Eropa itu mengatakan bahwa "telah terbukti" perhatian orang di Indonesia terhadap Camus "sangat banyak". Saya ingat ketika Asrul Sani berkunjung ke Eropa. Dari sana ia menulis sepucuk surat yang dimuat dalam sebuah majalah kebudayaan-saya tak ingat pasti: mungkin Zenit/rtentang apa yang dialaminya. Ia pun menyebut Camus. ia menamakan orang Perancis ini orang yang "berbahaya", karena menulis begitu bagus dan membuat kita terpesona. Kemudian Asrul Sani menerjemahkan, dengan indah sekali, lakon Camus yang di Indonesia menjadi sangat terkenal itu, Caligula. Tapi pesona Camus barangkali tidak cuma dari situ. Pesona Camus merupakan bagian saja dari pesona kepada Perancis, dan khususnya Paris. Eropa, bagaimanapun juga, di masa itu, tetapi sebuah metropolis tempat orang-orang yang merasa dirinya berada di wilayah "pinggiran" memandang untuk mendapatkan inspirasi, termasuk dalam bidang pemikiran. Pengaruh Eropa itu, pada umumnya, justru merupakan ekspresi keinginan mengetengahkan diri itu: cendekiawan Indonesia hendak menjadikan dirinya sebagai bagian yang sah dari "kebudayaan dunia", atau juga sebagai bagian dari gerak dan gejala internasional. Di tahun 194()..an itu, masa setelah proklamasi kemerdekaan, kemudian setelah Indonesia diterima sebagai anggota PBB,

kita bukan lagi merasa terpisah dari dunia luar kita. Kita bukan lagi unsur tersembunyi yang selama beberapa abad yang lampau dibungkam. Kebangsaan seperti itu, dengan manifestasi yang berbeda-beda, ada di semua aliran pemikiran waktu itu, di kiri ataupun di kanan.Tiga puluh sampai empat tahun yang lalu, kesadaran kita tentang "keduniatigaan" kita masih terbatas dan lamat-lamat, kalaupun kesadaran itu dianggap penting. Intertekstualitas Albert Camus

Intertekstualitas merupakan kerja asosiasi yang kompleks agar makna karya sastra dapat ditemukan karena intertekstualitas merupakan fenomena yang mengarahkan pembacaan teks yang memungkinkan untuk menentukan interpretasi dan bukan hanya pembacaan per baris. Cara ini berguna untuk memandang teks sebagai penentu pembentukan makna wacana sehingga pembaca sadar bahwa kata-kata tidak mengacu pada benda atau konsep. Dalam hal ini kata-kata merupakan jalinan teks- teks yang telah dikenal maupun bagian- bagian teks yang muncul sehingga diketahui bahwa teks tersebut telah ada sebelum muncul dalam teks yang baru (Riffaterre dalam Worton dan Judith Still, 1993:627).

Esai Rifaterre mengenai intertekstualitas tidak hanya berhenti pada asumsi bahwa karya sastra tidak dihasilkan dalam kekosongan budaya dan untuk memahaminya perlu dicari hubungannya dengan teks-teks lain (Riffaterre, 1978:23) saja tetapi berkembang subur melalui esai Julia Kristeva yang berjudul Word, Dialogue, and Novel. Dengan demikian, didapatkan asumsi dasarnya, yaitu bahwa setiap teks dibangun berdasar atas mosaik kutipan, penyerapan, dan transformasi dari teks lain yang telah ada (Kristeva, 1987:66), sehingga dalam setiap teks sastra terkandung pula teks lain yang secara tidak langsung menjadi acuan, kerangka, dan peneladanan. Oleh karena itu, pemahaman teks yang baru memerlukan latar belakang pengetahuan mengenai teks-teks yang mendahuluinya, karena sebuah karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menafsirkan teks-teks yang ada sebelumnya sebagai mosaikmosaik dan kemudian disusun sebagai sebuah karya baru sehingga terasa padu dan indah (Pradopo, 2002:228).

Pemikiran tentang kehidupan manusia yang dikemukakan oleh Camus melalui le Mythe de Sysiphe meliputi absurditas dan bunuh diri. Bagi Camus, bunuh diri merupakan salah satu jalan keluar dari absurditas karena rasa absurd tidak berada pada dunia atau pada manusia tetapi pada pertentangan antara kesadaran manusia dan

kenyataan dunia yang paling dalam je tire abosoru tropis conséquence qui sont ma révolte, ma liberté, ma passion. Par le seul jeu de ma conscience je transforme en règle de vie ce qui était une invitation à la mort-et je refuse le suicide (Camus, 1942:14) sesungguhnya menegaskan bahwa pemberontakan, kebebasan, dan gairah jiwa merupakan jalan hidup untuk menolak bunuh diri.

Kehidupan Sisifus (Sysiphe) yang harus berulang-ulang membawa batu di punggung mendaki bukit dan ia tahu bahwa batu tersebut akan jatuh kembali memberi kesadaran bahwa mata rantai kehidupan yang mekanis menyebabkan manusia memiliki kesadaran tentang pembebasan diri dari kehidupan tetapi bukan dengan cara bunuh diri. Dengan bekal kesadaran yang dimiliki itulah manusia kembali menjalani kehidupan dengan harapan dan gairah seperti Sisifus yang tidak pernah putus asa meski kerja kerasnya menggotong batu akan sia-sia. Sebelum manusia bertemu dengan pengalaman absurd, ia hidup dengan penuh harapan dan idealisme yang akan runtuh begitu saja setelah menemui pengalaman absurd. Selanjutnya kesadaran tentang kehidupan yang ada di setiap saat akan timbul gairah. Kegairahan tersebut dintandai dengan adanya kesadaran tentang “saat” yang kemudian berkembang. Menjadi kesaradan tentang urutan saat saat kesadaran inilah yang menjadi absurd yang ideal (Camus, 1942:25-26).

Setelah mencapai tahapan tersebut akan berkembang sikap masa bodoh (indifférence). Sikap ini muncul karena manusia telah bebas dari segala aturan dan pilihan-pilihan yang mengikatnya sehingga manusia tidak perlu lagi memilih maupun menolak. Prinsip ini melahirkan rumusan baru bahwa segalanya diperbolehkan. Dalam tahap ini manusia absurd telah dibebaskan dari segala beban cita-cita dan harapan tentang masa depan. Ia boleh melakukan apa saja tanpa mempertimbangkan dosa dan segala hal yang berhubungan dengan Tuhan. Bahkan segala hal yang bersifat mungkin cukup diatasi oleh manusia. Manusia lari kepada Tuhan karena ia menganggap permasalahannya tidak mungkin diatasi sendiri (Camus, 1942:15). Penolakan terhadap campur tangan Tuhan karena segala hal yang berhubungan dengan Tuhan dianggap irrasional.

Camus menyadari bahwasanya manusia sudah terlarut dalam rutinitas, seolah menjadi menjadi aktivitas yang dilakukan berulang kali: seorang buruh akan melakukan hal yang sama berulang kali, berangkat pagi pulang sore, dan seterusnya. Hingga tanpa disadari apa yang mereka lakukan menjadi kesiasiaan hidup yang menggerus makna

hidup per individu. Manusia adalah tokoh utama dalam kehidupannya di bawah langit ini. Segala pilihan dan keputusan merupakan tanggung jawab manusia dalam memaknai hidup. Namun apa yang telah dilakukan manusia selama ini menjadi keabsurdan yang membawa manusia pda kesesatan dan kedangkalan pemaknaan. Camus mengungkapkan bahwasanya penderitaan bukan untuk dihindari maupun diakhiri dengan cara bunuh diri. Bunuh diri merupakan pelarian dari penderitaan itu sendiri dan dengan kata lain akhir dari eksistensi. Bukankah Sisifus yang harus mengalami penderitaan disepanjang hidupnya terus melakukan pekerjaannya tanpa berpikir untuk mengakhirinyaa dan apa yang ia lakukan merupakan perjalanan panjang yang selalu dimaknai dengan pemberontakan terhadap sanksi DewaDewi kepadanya. Akhirnya, “Saya memberontak, maka saya ada” itulah adagium dalam L’Homme Revolteyang diteriakkan Camus atas nama keberadaan manusia di bawah langit yang absurd ini: sejarah yang sudah dipilih oleh manusia sendiri dan karenanya ia tidak boleh mundur atau menyerah pada sejarah. Manusia adalah pemain utama dari sejarah, tak lain tak bukan, manusia bukan budak dari alam dan bukan pula mesin bagi pekerjaannya (Camus, 1951: 29). Manusia memiliki pilihan dalam hidupnya, pilihan yang senantiasa memberi makna atas jalan yang dipilih dan menjadi pemberontak pada yang absurd berarti mengatakan “Ya” pada penderitaan yang harus ditanggung oleh manusia bebas sekalipun ia sendiri harus menderita dan menerima hukuman. Karena ia sadar sepenuhnya bahwa melihat penderitaan mewabah seperti Sampar sebagai endemik ketidakadilan dan padanya api kebudayaan, akan lebih baik menjadi pemberontak dalam mencari makna di balik penderitaan. Eksistensi manusia hadir ketika ia memberontak terhadap absurditas. Pemberontakan yang dimaksud adalah ketika manusia tetap terus bergerak dan menjalani kehidupan walaupun bnayak permasalahan di dalam hidup. Jika manusia tenggelam di dalam masalah hal ini menandakan tidak adanya pemberontakan pada dirinya.

Tidak hanya pemberontakan sama dengan tidak adanya eksistensi pada manusia. Kadangkala kita merasa terjebak dengan masalah dan jika dipandang dari absurditas, pilihan “lari dari masalah” akan menghilangkan eksistensi kita. Absurditas tidka memberikan tempat kata “menyerah”, semua hal yang harus kita hadapi walaupun pada akhirnya hanya akan menuju sebuah kesia-siaan. Beberapa manusia memilih opsi untuk

mengakhiri hidup mereka. Jika mansuia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya ketika menghadapi berbagai masalah yang tidak ada habisnya, Camus menegaskan bahwa eksistensi manusia ini otomatis hilang. Oleh karena itu, bunuh diri bukanlah jawaban atau penyesalesaian melainkan pelarian yang dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran lemah. Kehidupan adalah hal yang mutlak, namun tindakan bunuh diri menghilangkan nilai kemutlakan.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan dalam mempelajari absurditas di kehidupan manusia. Sebagian besar orang berasumsi bahwa tujuan akhir manusia di dunia adalah untuk mencapai kebahagiaan hidup. Namun, kebahagiaan itu sendiri adalah sesuatu yang relatif dan absurd. Kita berpikir bahwa melakukan apapun saat ini adalah untuk bahagia di masa yang akan datang. mereka menciptakan makna baru. Sebuah makna baru yang akan mengantarkan mereka pada kebahagiaan yang didasarkan pada penerimaan akan setiap masalah yang terus selalu ada terdapat pada kehidupan ini “Ia adalah manusia hari ini” Manusia seperti ini yang tahu bahwa kehidupannya bukanlah persoalan bagaimana menjelaskan dan menyelesaikannya, tetapi memahami dan memaknai hidup yang dijalani saat itu juga.

Samakan Tanggapan

Teman-teman sekalian, pada bagian samakan tanggapan silakan melakukan review tentang Albert Camus yang dituangkan dalam sebuah simpulan.

Aksi Individu

Teman-teman sekalian, setelah kalian membaca materi mengenai Albert Camus, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah:

1. Pada tahun berapa karya sastra albert camus yg brjdul the stranger di terbitkan?

2. Jenis krya sastra apa yg di ciptakan albert camus?

3. Pemikiran apa yg terkenal oleh albert camus?

4. Albert Camus merupakan seorg filsuf yang berasal dari ?

5. Pada tahun berapa camus mndapatkan beasiswa ?

Sharing Informasi

Teman-teman sekalian, kita telah belajar mengenai materi dari Albert Camus. pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang albert cams. ada dari teman-teman yang setuju atau tidak dari pendapat yang lain. silakan dikemukakan atau didiskusikan secara

langsung. teman-teman sekalian dalam memberi pendapat kami harap diperkuat dengan argumen-argumen yang dapat anda pertanggung jawabkan yang berasal dari sumber artikel, jurnal, buku online dan hasil penelitian. Terima kasih, salam sehat, dan tetap bahagia.

RABINDRANATH TAGORE

Pengantar

Hai sobat semua. Apa kabar kalian? Semoga kalian senantiasa dalam keadaan sehat. Oh ya, pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang sosok Rabindranath Tagore. Mungkin beberapa dari semua orang akan menganggap bahwa nama tersebut begitu asing, yakan. Siapa nih Rabindranath Tagore? Bagaimana kehidupan Rabindaranath Tagore. Nah teman-teman untuk kalian yang merasa asing dengan nama tersebut, mari kita simak materi yang telah kami siapkan. Oh yah teman-teman pastikan kalian menyimak materi yang kami siapkan dengan baik yah, agar kalian tidak melewatkan sesuatu hal penting, unik, dan dapat memberikan motivasi dalam kehidupan kalian tentang seorang Rabindranath Tagore. Rabindranath Tagore, seorang pemikir India, menulis drama sejak usia 20 tahun. Ia telah menulis lebih dari 40 drama selama hidupnya. Ia telah dinobatkan sebagai Father of Modern Indian Stagecraft, Svakiya Natyadarshan o Manchabhavana. Tagore adalah salah satu dari ikon Penulis Timur.Ia telah menulis ribuan puisi, esai, drama, komposisi musik, cerita pendek dan novel selama hidupnya.

Tagore juga seorang pejuang melalui karya-karya di bidang seni dalam melawan imperialisme dan fasisme yang mendunia pada masa itu.Tidak hanya dalam karya saja, Tagore juga banyak memberikan kuliah, tampil dalam pentas seni dan juga konser musik bahkan Tagore juga membuat sistem pengajaran yang banyak digunakan di sekolah-sekolah di India.Dan yang terpenting untuk India, Tagore melawan penjajahan Kerajaan Inggris yang berkuasa pada masa itu. Berbagai pemikirannya tertuang di dalam begitu banyak tulisan.

Refleksi Diri

Oh yah teman-teman, sebelum kita lanjutkan materi mengenai sastrawan dunia Rabindranath Tagore, mungkin ada dari teman-teman yang mungkin sudah pernah membaca karya-karya yang diciptakan oleh Rabindranath Tagore? Mungkin temanteman juga sudah ada yang pernah mendengar syair atau menonton drama dari Rabindranath Tagore? Wah sangat menarik bukan jika teman-teman sudah mengenal beberapa karya Rabindranath Tagore dan bahkan lebih menarik lagi jika karya maupun

BAB IV

menonton drama dari seorang kritikus terkenal ini, ketika teman-teman bisa simak dengan baik.

Eksplorasi Konsep

Nah sobat-sobat semua, pada bagian eksplorasi konsep ini, kita akan belajar mengenal riwayat hidup, karya-karya, atau karya seni dari Rabindranath Tagore ini. Teman-teman dipersilakan membaca dan simak dibawah ini. Silahkan teman-teman membaca secara lengkap dan mengetahui inti atau garis yang penting dari materi Rabindranath Tagore.

TujuanUmum:

Mengenal sang sastrawan dunia, Rabindranath Tagore.

TujuanKhusus :

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengenal sosok Rabindranath Tagore.

2. Mengetahui karya-karya ciptaan Rabindranath Tagore.

Pembahasan

Rabindranath dan perjalanan hidupnya Rabindranath Tagore (1861-1941) adalah seorang penyair dan filsuf terkenal yang tergabung dalam gerakan sosial dan keagamaan Brahmo Samaj. Dia juga unggul dalam bidang dramaturgi, musik dan bercerita. Dikutip (dalam Adriyanto, 2021) Rabindranath Tagore yang lahir 7 Mei 1861 di Kalkuta, India, merupakan penyair Bengali, novelis, pendidik, dan dianggap sebagai salah satu penulis terbesar dalam kesustraan India modern. Pada 1913 Tagore memenangi hadiah nobel sastra, disusul 1915 ia dianugerahi gelar kesatria oleh pemerintahan Inggris. Namun tiga tahun kemudian atau pada 1919 Tagore mengembalikan gelar tersebut sebagai bentuk protes terhadap pembantaian Amitsar, di mana pasukan Inggris membunuh sekitar 400 demonstran India yang memprotes kolonial hukum. Sejak usia delapan tahun, Tagore mulai menulis puisi. Ia menggunakan “Bhanushingho” (Singa Matahari) sebagai nama samarannya untuk menerbitkan pertama kali karya puisinya pada tahun 1877 dan pada usia 16 tahun ia menulis cerita pendek pertamanya. Ia melaksanakan pendidikan dasarnya di rumah (home schooling) tinggal di Shilaidaha dan sering melakukan perjalanan panjang yang menjadikannya seorang yang pragmatis dan tidak patuh kepada norma sosial dan adat. Rasa kecewa Tagor kepada British Raj dapat memberikan dukungan pada gerakan kemerdekaannindia dan berteman dengan Mahatma Gandhi. Dikarenakan hampir segenap keluarganya merasa kehilangan, serta kurangnya penghargaan dari Benggala

atas karya besarnya. Gitanjali (Song Offerings), Gora (Fair-Faced), dan GhareBaire (The Home and the World), serta karya puisi, cerita pendek dan novel dikenal dan dikagumi dunia luas merupakan beberapa karya besarnya.Ia juga seorang reformis kebudayaan dan polymath yang memodernisasikan seni budaya di Benggala. Dua buah lagu dari aliran Rabindrasangeet (sebuah aliran lagu yang ia ciptakan) kini menjadi lagu kebangsaan Bangladesh (Amar Shonar Bangla) dan India (Jana Maha Gana). Tagore memiliki nama kecil "Rabi", lahir di Jasanko Mansion, adalah putra dari Debendranath Tagore dan Sarada Devi, anak bungsu dari empat belas bersaudara. Setelah menjalani upacara Upanayanam di usia sebelas tahun, (suatu prosesi upacara yang menandai bagi seorang anak laki-laki untuk memasuki masa Brahmacari, masa menuntut ilmu.) Tagore bersama ayahnya meninggalkan Kolkata pada tanggal 14 Februari 1873 untuk melakukan perjalanan panjang di India selama beberapa bulan, mengunjungi Shantiniketan dan Amritsarb sebelum mencapai Dalhousie, sebuah bukit peristirahatan di kaki Himalaya. Di sini, Tagore belajar sejarah, ilmu perbintangan (astronomi), ilmu pengetahuan modern dan Bahasa Sanskerta dan mempelajari serta mendalami karya sastra klasik dari Kālidāsa Pada 1877, ia menjadi orang terkemuka ketika menghasilkan beberapa karya, termasuk puisi panjang dalam gaya Maithili, yang dirintis oleh Vidyapati. Sebagai sekadar lelucon, ia menyatakan bahwa ini merupakan karya yang hilang dari Bhānusiṃha, sebuah sastra dari aliran Vaiṣṇava. Ia juga menulis "Bhikharini" (1877; "Wanita Pengemis" cerita pendek pertama dalam Bahasa Bengali) dan juga “Sandya Sangit” (1882) termasuk di dalamnya puisi yang sangat terkenal "Nirjharer Swapnabhanga" (The Rousing of the Waterfall).

Karya-Karya Rabindranath Tagore

1. Novel dan Nonfiksi

Reputasi Tagore di alam sastra sangat menonjol terutama pada karya-karya puisinya, meskipun dia juga menulis novel, esai, kisah pendek, catatan perjalanan, kisah drama, dan ribuan lagu. Tentang karya-karya prosa yang dihasilkan, kisah pendek yaitu yang sangat mendapatkan perhatian; tentu saja, dia tercatat sebagai orang yang merintis karya kisah pendek dalam Bahasa Bengali. Karya-karyanya sering dihasilkan menjadi perhatian karena irama yang unik, lirik-lirik yang mengandung pujian untuk alam semesta, serta lirik-lirik yang bernada optimis. Dan

juga, banyak dari kisah yang ditulisnya diambil dari kehidupan sehari-hari yang sederhana kehidupan manusia biasa.

Tagore menulis delapan novel dan empat novela, termasuk Chaturanga, Shesher Kobita, Char Odhay dan Noukadubi. Ghare Baire (The Home and the World) melalui kacamata Nikhil seorang zamindar idealis bercerita tentang kebangkitan nasionalisme di India, terorisme dan semangat keagamaan dalam gerakan Swadeshi; sebuah ungkapan jujur dari seorang Tagore atas apa yang berkecamuk dalam hatinya. Dan tentu saja, karya novel ini ditutup dengan kesuraman, pertentangan dan kekerasan antara sektarian Hindu-Islam, dan Nikhil terluka parah. Gora mengambil tema yang sama, yang akhirnya menjadi sebuah kontroversi berkenaan dengan "Identitas India". Sebagaimana hal-nya dengan Ghare Baire, permasalahan tentang identitas diri (Jāti), kebebasan pribadi dan agama dikemas dalam sebuah cerita keluarga dengan bumbu cinta segitiga. Karya lain yang tak kalah hebatnya adalah Yogayog (Nexus), dimana Kumudini sang pahlawan wanita terkoyak di antara konflik dalam diri maupun dari luar. Di sini Tagore mencoba mencurahkan sisi feminin dalam dirinya, melalui kesedihan ia menggambarkan kesengsaraan dan kematian seorang wanita bengali yang terperangkap dalam kehamilan, kewajiban sebagai wanita serta kehormatan wanita; secara simultan ia mengungkapkan penolakan atas sistem oligarki di tanah Bengala. Karya-karya novel yang lainnya, menggambarkan suasana yang lebih menggembirakan: Shesher Kobita (diterjemahkan dua kali Puisi Terakhir dan Lagu Perpisahan) banyak mengandung puisi dan rangkaian irama yang ditulis oleh karakter utamanya. Juga mengandung element satir sindiran bergaya postmodern yang kontroversial, dimana karakter pembantu dengan senang hati menyerang nilai-nilai lama, ketinggalan zaman, yang secara kebetulan, atas nama Rabindranath Tagore. Walaupun karya novel-nya adalah karya yang paling sedikit mendapat apresiasi di antara karya yang lainnya pada masa itu, pada masa kini malah mendapat perhatian untuk diangkat dan diadaptasi ke dalam karya film, oleh para sutradara seperti: Satyajit Ray. Di antara karya novel yang diangkat ke film, adalah Choker Bali dan Ghare Baire; banyak sountrack yang dipakai dari film ini merupakan lagu-lagu yang diciptakan olehnya yang juga menciptakan aliran dalam berlagu yang dikenal dengan: rabindrasangit. Tagore juga banyak menghasilkan

karya-karya non-fiksi, yang dalam penulisannya banyak mengambil topik dari Sejarah India hingga ilmu bahasa (Linguistik), dan juga termasuk karya otobiografi, catatan perjalanan, esai dan materi kuliah dan ceramah di berbagai belahan dunia yang kumpulkan dalam beberapa bagian, ikut di dalamnya adalah Iurop Jatrir Patro (Surat dari Eropa) dan Manusher Dhormo (Agama Manusia).

2. Seni dan Musik

Tagore juga seorang musisi dan pelukis yang berbakat, yang telah mencipta dan menulis sekitar 2,230 lagu. Termasuk di antaranya rabindrasangit (Inggris: "Tagore Song"), yang mana kini telah menjadi bagian dalam kebudayaaan bangsa Bengali. Karya-karya musik Tagore, tidak dapat dipisahkan begitu saja dari karya sastranya, kebanyakan dari karya sastra tersebut menjadi lirik untuk lagu ciptaannya. Utamanya terpengaruh oleh gaya thumri, musik klasik dari Hindustani, mereka memainkan seluruh tangga nada dari emosi jiwa manusia, dimulai dari lagu-lagu pujian yang bergaya Brahmo, hingga komposisi yang bergaya erotis.[48] Karya musiknya mengemulasi gaya warna musik klasik india, raga; dimana pada saat yang bersamaan, lagu-lagunya cenderung menirukan melodi dan irama raga secara tepat, dia juga memasukkan berbagai unsur 'musik raga' dalam karya musiknya dalam mencipta karya musik yang penuh inovasi.[49] Tagore juga menjadi satu-satunya orang di dunia yang menulis dan menciptakan dua lagu kebangsaan bagi dua negara yang berbeda. Lagu kebangsaan India (Jana Gana Mana) dan Bangladesh (Amar Sonaar Baanglaa). Dan juga, rabindrasangi banyak memengaruhi gaya dari beberapa musikus seperti, Vilayat Khan seorang maestro sitar, Buddhadev Dasgupta, seorang maestro sarod (alat musik tradisional india) dan juga komposer Amjad Ali Khan. Pada usia enam belas tahun, Tagore mulai menggambar dan melukis; pameranpameran lukisannya banyak menuai sukses yang dimulai saat tampil dalam pameran di Paris atas desakan para seniman yang ditemui di Prancis bagian selatan[50] dilangsungkan di seluruh daratan Eropa. Tagore yang sepertinya penderita buta warna (protanopia), dalam kasus Tagore, kurang dalam melihat warna merah-hijau melukis dengan gaya yang "nyeleneh" dalam keindahan dan pemilihan warna. Namun begitu, Tagore mencoba menggabungkan beberapa gaya dalam berkarya, termasuk karya pahat dari suku Malanggan di New Ireland, Papua Nugini, seni pahat dari orang-orang Haida di Kanada serta gaya ukiran kayu Max

Pechstein.[51] Tagore juga memiliki cita rasa seni dengan memberi motif-motif sederhana dalam tulisan tangannya, menghiasi catatan kecilnya, memberi sentuhan tata-letak dalam naskahnya.

Samakan Tanggapan

Nah teman-teman, pada bagian samakan tanggapan silahkan teman-teman review sebuah rangkuman. Lalu, teman-teman kemukakan hasil bacaan anda dengan baik. Pada bagian samakan tanggapan juga, teman-teman bisa memasukkan hal apa yang menarik ketika kalian membaca tentang siapa Rabindranath Tagore ini. Aksi Individu

Nah teman-teman, setelah kalian membaca materi mengenai Rabindranath Tagore, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah ini:

1. Jelaskan secara singkat yang kamu ketahui tentang Rabindranath Tagore!

2. Sejak tahun berapa Rabindranath Tagore mulai menulis puisi?

3. Mengapa Rabindranath Tagore mengembalikan gelar 'kesatria' yang diberikan oleh pemerintah Inggris?

4. Apa nama samaran yang digunakan Rabindranath Tagore saat pertamakali menerbitakan puisinya?

5. Sebutkan macam-macam karya tulis yang kamu ketahui dari Rabindranath Tagore!

Sharing Informasi

Nah teman-teman semua, di sini kita telah mempelajari tentang materi dari sosok Rabindranath Tagore ini. Pada tahap kali ini, kita akan melakukan sebuah diskusi tentang Rabindranath Tagore, mungkin ada beberapa teman-teman yang sudah setuju ataupun tidak setuju dari pendapat orang lain. Kemukakan diskusikan secara langsung. Nah teman-teman, ketika member sebuah pendapat maupun masukan, kami mengharapkan teman-teman memiliki bukti yang kuat tentang pendapat anda baik itu dari sumber artikel, jurnal, maupun buku. Terima kasih untuk teman-teman, tetap jadi diri sendiri, dan jadilah kuat untuk apapun itu.

EMILA ZOLA

Pengantar

Hai Teman-teman. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga semuanya tetap semangat dan senantiasa dalam keadaan sehat agar kita semua bisa mengikuti perkuliahan dalam kelas dengankeadaan yang bugar dan siap untuk menerima materimateri yang telah disiapkan oleh beberapa kelompok dengan topik “Sastra Dunia”. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengenal tentang Emile Zola. Mungkin bagi sebagian orang akan menganggap asing nama tersebut di atas. Tapi mungkin ada satu dua kata lazim yang sering di dengar atau bahkan pernah dipelajari pada forum perkuliahan maupun forum di luar perkuliahan yaitu “Sastra Dunia” Hmmm. Siapa sih Emile Zola, Itu? Nah teman-teman untuk kalian yang merasa asing, mari kita simak materi yang telah kami sajikan. Oh yah teman-teman pastikan kalian menyimak materi yang kami siapkan dengan baik yah, agar kalian tidak melewatkan sesuatu penting, unik, dan motivasi dalam kehidupan para sastrawan dunia tersebut.

Sastra Dunia merupakan mata kuliah yang membahas penyair, dramawan, filsuf, seniman, musikus dan sastrawan yang ada di dunia beserta karya-karyanya yang terkenal. Berdasarkan sumber (Wikipedia) dan artikel jurnal nasional maupun internasional membahas biografi, sejarah, pemikiran, dan karya sastra yang dihasilkan oleh penyair-penyair seperti Emile Zola, Sastra Dunia telah memperkenalkan prosa dengan sajak-sajak baru serta penggunaan bahasa sehari-hari ke dalam sastra. Dalam hal ini, sastra dunia sangat berpengaruh dalam memperkenalkan budaya satu ke budaya yang lain. Seniman atau penyair dalam chapter book ini merupakan seniman kreatif yang luar biasa dari berbagai dunia. Kami berharap apa yang ada di dalam chapter book ini dicermati dengan baik, serta kalian dapat mengikuti dengan tekun segala alur perkuliahan ini dengan cermat agar kalian mendapatkan pemahaman yang utuh. Refleksi Diri

Oh yahh teman-teman, sebelum kita melanjutkan materi mengenai sastra dunia yang membahas tokoh Emile Zola. Mungkin ada teman-teman sekalian yang sudah atau pernah melihat gambar dari tokoh tersebut atau membaca karya dari sastrawan tersebut atau teman-teman ada yang pernah mendengar syair atau menonton drama Emile Zola

BAB V

Setelah anda membaca karya dan mendengarkan karya seni atau menonton drama dari sastrawan dunia tersebut, apa yang anda lakukan/rasakan?

Teman-teman sekalian, selain ada yang pernah membaca, menonton atau mendengarkan nyanyian dari Emile Zola, mungkin ada juga yang belum pernah sama sekali atau merasa asing dengan nama tersebut. Bagi yang belum kenal dan belum mengenal karya, Emile Zola, apa yang anda harapkan setelah menyimak chapter book ini?

Eksplorasi Konsep

Teman-teman sekalian, pada bagian eksplorasi konsep kita akan belajar mengenai riwayat hidup, karya-karya, syair, atau karya seni dari , Emile Zola, Teman-teman dipersilakan membaca Chapter Book sastrawan dunia di bawah ini. Silahkan anda mencermati Chapter Book yang telah disiapkan untuk membaca secara lengkap. Selanjutnya silakan teman-teman menyimak Chapter Book dibawah ini untuk mengetahui inti atau garis besar dari materi Sastra Dunia Emile Zola.

Tujuan Umum: Mendeskripsikan informasi mengenai Emile Zola

Tujuan Khusus:

• Untuk mengetahui biografi Emile Zola

• Untuk mengetahui karya karya Emile Zola

Pembahasan

Emile Zola dan Perjalanan Hidupnya

Emile Zola adalah salah satu tokoh sastra legendaris asal Prancis, yang karyakaryanya telah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Emile Zola lahir di Paris, Prancis pada 2 April 1840. Ia adalah putra dari François Zola dan Emilie Aubert. Ayahnya, François Zola, adalah seorang insinyur. Emile Zola dibesarkan di Aix-en-Provence dan menghadiri institusi pendidikan (sekarang bernama) Collège Mignet, kemudian ke Lycée Saint Louis di Paris. Emile Zola pergi bersekolah bersama dengan pelukis Impresionis, Paul Cezanne, dan keduanya membentuk persahabatan yang bertahan hingga dewasa. Sempat gagal dalam ujian dan tak dapat melanjutkan studi, Zola lantas mencari pekerjaan dan diterima sebagai pegawai di perusahaan penerbitan. Ia juga mulai mengirimkan artikel ke surat kabar, dan menulis fiksi. Novel pertamanya, La

Confession de Claude, terbit pada tahun 1865. Novel yang kontroversial ini membuatnya mendapatkan reputasi di mata publik, dan juga polisi. Gaya penulisannya membuatnya dengan cepat menjadi penulis paling populer di Prancis (Emile Zola, 1893 : 11).

Meski lahir di Paris, Zola menghabiskan masa mudanya di Aix-en-Provence di Prancis selatan, di mana ayahnya yang adalah seorang insinyur sipil keturunan Italia, terlibat dalam pembangunan sistem air kota, dilansir dari britannica.com.

Zola senior meninggal pada tahun 1847, meninggalkan Madame Zola dan putranya yang masih kecil dalam kesulitan keuangan. Di Aix, Zola muda adalah teman sekolah dari pelukis Paul Cézanne, yang kemudian bergabung dengannya di Paris dan memperkenalkannya kepada douard Manet dan para pelukis Impresionis lainnya. Meskipun Zola menyelesaikan sekolahnya di Lycée Saint-Louis di Paris, ia dua kali gagal dalam ujian baccalauréat, yang merupakan prasyarat untuk studi lebih lanjut, dan pada tahun 1859 ia terpaksa mencari pekerjaan (Emile Zola, 1893 : 41).

Zola menghabiskan sebagian besar dari dua tahun berikutnya menganggur dan hidup dalam kemiskinan. Ia hidup dengan menggadaikan beberapa barang miliknya dan, menurut legenda, dengan memakan burung pipit yang terperangkap di luar jendela lotengnya.

Akhirnya, pada tahun 1862 ia dipekerjakan sebagai juru tulis di perusahaan penerbitan L.-C.-F. Hachette, di mana ia kemudian dipromosikan ke departemen periklanan. Untuk menambah penghasilan dan membuat jejaknya di dunia suratmenyurat, Zola mulai menulis artikel tentang topik yang diminati untuk berbagai majalah (Emile Zola, 1893 : 47). Ia juga menulis fiksi, hobi yang dia nikmati sejak kecil. Pada tahun 1865 Zola menerbitkan novel pertamanya, La Confession de Claude (Pengakuan Claude), sebuah kisah semi-otobiografi kotor yang menarik perhatian publik dan polisi dan menimbulkan ketidaksetujuan majikan Zola. Setelah cukup memantapkan reputasinya sebagai penulis untuk menghidupi dirinya dan ibunya, Zola meninggalkan pekerjaannya di Hachette untuk mengejar minat sastranya. Pada tahun-tahun berikutnya Zola melanjutkan karirnya di bidang jurnalisme sambil menerbitkan dua novel: Thérèse Raquin (1867), kisah pembunuhan yang mengerikan, dan Madeleine Férat (1868).

Ketertarikannya pada sains juga membuat Zola, pada musim gugur tahun 1868, menyusun gagasan tentang serangkaian novel berskala besar yang mirip dengan La Comédie humaine (The Human Comedy) karya Honoré de Balzac, yang telah muncul lebih awal pada abad tersebut. Proyek ini awalnya direncanakan sebanyak 10 novel, masing-masing menampilkan anggota berbeda dari keluarga yang sama. Namun secara bertahap diperluas menjadi 20 volume seri Rougon-Macquart (Nelson, 2012 : 31).

1. Karya Pupoler Emile Zola

Karya Emile Zola yang paling terkenal adalah 20 seri novel besarnya yang disebut Les Rougon Macquart. Dilansir dari study.com, buku pertama dari seri ini diterbitkan pada tahun 1870, dan terus memproduksi sebanyak satu novel setiap tahun hingga ia menyelesaikannya pada tahun 1893. Buku ini menceritakan kisah sebuah keluarga, dengan setiap novelnya berfokus pada anggota keluarga yang berbeda. Zola juga menyebut seri itu sebagai 'Sejarah Alam dan Sosial Keluarga di Bawah Kekaisaran Kedua' dari Napoleon III. Dalam serial tersebut, Zola menulis menggunakan gaya yang dikenal sebagai Naturalisme. Naturalisme adalah gaya penulisan di mana penulis mengamati dunia seperti seorang ilmuwan atau reporter, dan hanya menyampaikan fakta (Nelson, 2012 : 42).

Seorang Emile Zola juga suka menulis tentang bagian masyarakat Prancis yang miskin dan paling rendah. Emile Zola menjadi penulis naturalis terkemuka pada masanya, dan sangat terkenal karena menulis adegan eksplisit dan cenderung aneh. Ia menulis tentang menstruasi, orgasme dan fungsi tubuh tabu lainnya. Ia membuat malu banyak pembaca, tetapi novelnya sangat populer dan menjadikannya sebagai seorang penulis yang sangat sukses.

Karya Zola yang paling sensasional dan tentu saja berpengaruh secara politis adalah "J'accuse" (I Accuse!) yang terbit pada tahun 1898. Ini adalah surat terbukanya kepada presiden Prancis saat itu Félix Faure (Nelson, 2012 : 42). Menuduh pemerintah Prancis anti-semitisme, tulisan Zola ini diterbitkan di halaman depan surat kabar Paris `L'Aurore' (The Dawn) pada 13 Januari 1898 sebagai tanggapan atas polemik Dreyfus, sebuah skandal yang telah membagi negara itu menjadi dua dan membuat seluruh dunia menyaksikannya dengan gelisah.

The Dreyfus Affair mengungkap anti-Semitisme yang mendalam di masyarakat Prancis. Persekongkolan ini dimulai ketika sebuah surat ditemukan, menawarkan

penjualan rahasia militer Prancis ke Jerman. Kapten Alfred Dreyfus adalah seorang perwira militer Yahudi di tentara Prancis, yang secara terburu-buru diadili dan dihukum karena pengkhianatan pada tahun 1894. Kepala intelijen militer Prancis adalah seorang anti-Semit, dan setelah penyelidikan yang ceroboh dia menuduh satusatunya perwira Yahudi di Staf Umum, Alfred Dreyfus, sebagai pengkhianat. Kenyataannya, Dreyfus sangatlah patriotik dan sama sekali tidak bersalah. Namun demikian, dia dihukum di pengadilan militer rahasia pada tahun 1894 dan dipermalukan dalam upacara di Ecole Militaire. Dreyfus dijatuhi hukuman pengasingan di Devil's Island, sebuah koloni hukuman di lepas pantai Amerika Selatan.

Meski telah menyadari adanya kesalahan akibat ergesa-gesa dan ceroboh dalam birokrasi, pemerintah Prancis tidak mau mengakui dan membebaskannya dari penjara di Devil's Island sampai bertahun-tahun. Artikel Zola tentang pemaparan dan kehebohan peristiwa ini menyebabkan pemberlakuan undang-undang Prancis pada tahun 1905 yang memisahkan otoritas gereja dan negara. Adapun beberapa karya lain dari Emile Zola diantaranya sebagai berikut :

1. Novel La Bête Humaine (1890)

Ini adalah novel thriller di mana Zola mengeksplorasi tema seksualitas dan psikosis. Tokoh utama, yang adalah saudara dari Yg mula-mulaprotagonis, memiliki kegilaan herediter. Jack the Ripper merupakan sumber inspirasi penting bagi Zola untuk karakter ini, yang psikosisnya hanya membuatnya terangsang secara seksual ketika dia membunuh wanita, dan dia melakukan hal yang mengerikan saat bepergian dengan kereta api antara Paris dan Le Havre. La Bête Humaine (yang berarti binatang manusia) juga merupakan bagian dari seri Rougon-Macquart (Nelson, 2012 : 49).

2. L'Oeuvre (1886)

Sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Karya, L'Oeuvre adalah novel 14th dari koleksi Rougon-Macquart. Ini adalah fiksi dari persahabatan Zola dan Cezanne dan bertujuan untuk mewakili dunia seniman di abad 19th Paris, menjelajahi munculnya gerakan seperti Naturalisme, Realisme dan Impresionisme di dunia seni. Buku ini sering dianggap sebagai alasan di balik Zola dan Cezanne yang jatuh, karena Zola menggambarkan seorang

seniman muda yang berbakat yang tetap tidak dapat hidup sesuai dengan potensinya sendiri (Nelson, 2012 : 49).

3. L'Assommoir (1877)

Novel terakhir dalam daftar kami buku-buku terbaik oleh Zola yang harus Anda baca adalah The Assommoir, novel 7th dalam seri Rougon-Macquart. Buku ini mengeksplorasi masalah alkoholisme dan kemiskinan di Paris abad 19th, terutama di wilayah kelas pekerja kota. Zola menampilkan masalah ini melalui karakter Gervaise Macquart, seorang wanita dengan dua putra yang ditinggalkan oleh kekasihnya dan dipaksa untuk membela dirinya sendiri dan melindungi keluarganya dari kecanduan alkohol kekasih barunya (Nelson, 2012 : 49).

5. Thérèse Raquin (1867)

Thérèse Raquin adalah salah satu novel pertama oleh Zola (ia menulisnya ketika ia hanya 27) dan menerima banyak kritik negatif. Penulis bekerja keras untuk membuatnya realistis dan menggambarkan kesulitan kehidupan seharihari di Paris, tetapi itu tidak menyenangkan para kritikus. Novel ini adalah kisah Thérèse, seorang wanita berusia 21 yang tidak menikah dengan sepupunya. Kecenderungan seks, pemenjaraan, dan kebinatangan hanyalah beberapa dari tema utama novel ini, sering dianggap sebagai karya besar pertama Zola, meskipun ulasan yang ia terima ketika pertama kali mempublikasikannya (Nelson, 2012 : 49).

6. Au Bonheur des Dames

(1883)

Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai The Ladies 'Delight or The Ladies 'Paradise, novel ini adalah 11th dalam seri Rougon-Macquart. 'Au Bonheur des Dames' adalah nama department store (fenomena yang cukup baru di dunia Zola) yang merupakan tahap utama novel. Ini berfokus pada cerita Denise Baudu, seorang wanita muda yang datang ke Paris dan bekerja di department store, dan Octave Mouret, pemilik toko. Zola menggambarkan kondisi di bawah standar yang Denise hidup dan bekerja di dalamnya, dan novel ini didasarkan pada konflik yang muncul ketika setiap karakter mencoba untuk bangkit di dunia ritel dan melarikan diri dari kehidupan suram yang mereka jalani (Nelson, 2012 : 49).

2. Kehidupan Rumah Tangga dan Perselingkuhan

Pada tahun 1870, Emile Zola menikah dengan Gabrielle-Alexandrine Meley, yang telah menjadi pendamping dan kekasihnya selama hampir lima tahun, dan pasangan muda itu diasuh oleh ibu Zola. Meskipun pernikahan Zola dengan Alexandrine bertahan sampai pada hari kematiannya, Zola juga berselingkuh selama empat belas tahun dengan Jeanne Rozerot, salah satu pembantu rumah tangga istrinya, yang dimulai pada tahun 1888. Jeanne melahirkan anak satu-satunya untuknya, Denise dan Jacques, yang “diakui” oleh Madame Zola setelah kematian suaminya (Emile Zola, 1893 : 22).

3. Karya Terakhir dan Kematian

Seri novel terakhir Zola, Les Trois Villes (1894–98; The Three Cities) dan Les Quatre vangiles (1899–1903; The Four Gospels), umumnya dianggap kurang berpengaruh daripada karya-karya sebelumnya. Namun, judul novel dalam seri terakhir mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari seluruh hidup dan karyanya: Fécondité (1899; Fecundity), Travail (1901; Work), Vérité (1903; Truth), dan Justice.

Zola sendiri meninggal secara tak terduga pada tanggal 29 September 1902, yang disebabkan oleh sesak napas dari gas batubara, akibat cerobong asap yang tersumbat. Secara resmi, peristiwa tersebut ditetapkan sebagai kecelakaan tragis. Pada saat kematiannya, Zola diakui tidak hanya sebagai salah satu novelis terbesar di Eropa, tetapi juga sebagai orang yang bertindak sebagai pembela kebenaran dan keadilan, pembela kaum miskin dan teraniaya (Emile Zola, 1893 : 23).

Pada tahun 1908 jenazah Zola dipindahkan ke Panthéon dan ditempatkan di samping Voltaire, Jean-Jacques Rousseau, dan Victor Hugo, penulis Prancis lainnya yang karya dan perbuatannya, seperti Zola, telah mengubah arah sejarah Prancis (Emile Zola, 1893 : 23).

Samakan Tanggapan

Teman-teman sekalian, pada bagian samakan tanggapan silahkan teman-teman mereview rangkuman. Kemudian teman-teman kemukakan hasil bacaan dari chapter book ini.

Aksi Individu

Teman-teman sekalian, setelah kalian membaca materi mengenai Emile Zola, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah ini:

1. Jelaskan secara singkat tentang profil dari Emile Zola!

2. Jelaskan secara singkat tentang latar belakang kehidupan dari Emile Zola!

3. Sebutkan karya yang terkenal dari Emile Zola!

4. Jelaskan secara singkat tentang karya Emile zola yang berjudul L'Assommoir (1877)!

5. Mengapa Emile zola dikatakan sebagai penulis naturalis dan menulis adegan eksplisit dan cenderung aneh?

Sharing Infromasi

Teman-teman sekalian, kita telah belajar mengenai materi dari Rabindranath. Pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang Emile Zola, mungkin ada dari teman-teman yang setuju atau tidak dari pendapat yang lain. Silakan dikemukakan atau didiskusikan secara langsung. Teman-teman sekalian dalam memberi pendapat kami harap diperkuat dengan argumen-argumen yang dapat anda pertanggung jawabkan yang berasal dari sumber artikel, jurnal, buku online dan hasil penelitian. Terima kasih, salam sehat, dan tetap bahagia.

Pengantar

Semoga semuanya tetap semangat untuk mengikuti perkuliahan dengan topik “Biografi dan Karya Novel Alexandre Dumas”. Mungkin sebagian di antara kalian baru mendengar topik biografi dan karya novel alexandre dumas, karena materi ini hanya lazim ditemukan pada pembalajaran kewirausahaan. Tapi mungkin, kalian sudah pernah mendengar kata ‘Biografi’ dan ‘Karya Novel’ diluar pembelajaran sebelumnya, misalnya pada artikel atau kegiatan lainnya. Dalam topik ini, kalian akan difasilitasi untuk memahami apa yang dimaksud dengan maksud bagaimana karya novel Alexandre Dumas, seberapa pentingnya yang harus diketahui mengenai karya novel Alexandre Dumas, tahapan serta aspek studi mengenai biografi dan karya novel, kriteria novel yang dibuat, manfaat dari studi mengetahui bigrafi dan karya novel Alexandre Dumas

Refleksi Diri

Tahukah kalian bahwa sebelum memulai mempelajari dalam membaca karya sastra, novel dari Alexandre Dumas. Hal ini perlu diperhatikan, karena meliputi hasil, dan bagaimana pembaca memahami karya sastra Alexandre Dumas tersebut, dan kemampuan membaca berbagai karya sastra bisa menjadikan sebuah contoh yang dapat diikuti Perlu kalian ketahui sebelum memulai menulis sebuah karya sastra kita harus terlebih dahulu melakukan analisis-analisis. Kalian pasti bertanya-tanya, mengapa dalam menulis sebuah karya sastra perlu memahami dan merevisi? hal ini diperlukan agar kita dapat memperkirakan bagaimana menjadikan sebuah karya sastra menarik dan dapat menarik minat pembaca. Jadi kita dapat memikirkan apakah tulisan yang kita buat bisa menjadikan motivasi orang lain.

Eksplorasi

Konsep

Pada bagian ini kalian akan menelusuri konsep-konsep yang berkaitan dengan "Biografi dan Karya Alexandre Dumas". Dengan memahami karya novel Alexandre Dumas, Anda akan mampu menentukan pentingnya dalam menulis karya sastra, yang dimana terdapat dua studi atau analisis yang dapat dilakukan untuk mengetahui bagaimana minat pembaca atau dalam novel tersebut,. Selain itu, dengan memahami

BAB VI

novel Alexandre Dumas Anda dapat mengetahui tbiogarafi Alexandre. Beri respon pada setiap bagian eksplorasi konsep ini dengan mengisi notes (bisa berupa rangkuman, kesimpulan, informasi inti) atau question (pertanyaan tentang hal yang kurang jelas atau ingin diketahui lebih jauh). Kalian juga bisa merespon catatan atau pertanyaan teman kalian.

Tujuan Umum: Menjelaskan mengenai Alexandre Dumas sebagai seorang penulis dalam dunia kesusastraan.

Tujuan Khusus: 1. Menjelaskan biografi mengenai Alexandre Dumas. 2. menejelaskan mengenai karya Novel Alexandre Dumas. Pembahasan

Perjalanan Hidup Alexandre Dumas dan Karya-Karyanya

Alexander Dumas lahir di Prancis pada tanggal 24 Juli 1802 dan meninggal dunia pada 5 Desember 1870. Corak romantis yang dianut oleh Alexander Dumas ini membawanya menekuni novel sejarah dan kisah cinta yang memikat hingga karyanya abadi dalam dunia sastra. Ayah Alexander Dumas ini merupakan seorang jendral yang gugur bersamaan dengan jatuhnya Napoleon, meninggalkan kesulitan keuangan bagi keluarganya hingga meninggalnya pada tahun 1870. Meskipun anak seorang jendral, Alexander Dumas yang kerap disapa Dumas ini, tidak mendapatkan pendidikan yang baik karena kesulitan keuangan keluarganya. Untuk menghidupi keluarga, Kakek Alexandre Dumas adalah Marquis Alexandre Antoine Davy de La Pailleterie. ThomasAlexandre mengadopsi nama Dumas ketika ia mendaftar di tentara Napoleon, dimana ia memperoleh julukan meragukan yakni 'Iblis Hitam'. Popularitas tulisannya membuat Dumas menjadi nama rumah tangga di Prancis dan selebriti di sebagia besar Eropa. Dumas menjadi juru tulis pada tahun 1818 dan bekerjapada Duke Orleans, yang beberapa tahun kemudian menjadi Raja Louis Philip. Pada tahun 1820an, di bawah pengaruh Shakspeardan Sir Walter Scott, Dumas menulis sejumlah lakon romanticmelodramatic dengan gaya dan model kisah sejarah yang melahirkan “Henril III et Sa Cour” (1829), “Antony” (1831), dan “La Tour de Nesle” (1832). Dengan uang yang diperolehnya dari penerbitan novelnya,

Dumas membeli tanah dan membangun Chateau de Monte Cristo di Le PortMarly, Yvelines, Prancis. Rumah ini (sekarang menjadi museum) dimaksudkan untuk menjadi tempat perlindungan bagi penulis dan disana ia menghabiskan banyak waktunya untuk menulis dan menghibur sebelum ia terlilit utang dan memaksanya untuk menjual properti itu. Dia melarikan diri ke Belgia pada tahun 1851 dan kemudian ke Rusia untuk menghindari kreditur. Selama pengasingannya, Dumas terus menerbitkan buku, termasuk buku perjalanan tentang Rusia. Setelah sempat mencatat sukses sebagai dramawan, ia beralih menulis novel-novel historis, antara lain (dalam terjemahan bahasa Inggris) The ThreeMusketeers (1844) dan sejumlah sekuelnya: TwentyYears After (1845), The Man in theIronMask (1846), dan The VicomtedeBragelonne (1850) (Kurnia Anton, 2019). Berkat karya-karyanya ini Dumas jadi dicintai oleh rakkyat Prancis. Dalam (Firmansyah, 2014) dituliskan bahwa, roman yang luar biasa dalam tulisannya “The Three Musketeers” (1844), mengangkat nama Dumas sebagai pengarang dunia. Roman ini mencakup kisah sejarah selama lebih kurang 50 tahun, bermain dalam abad ke-17 dan merupakan satu rangkaian dengan “Twenty Years After”. Bagi Dumas, aksi laga dan kisah cinta merupakan bahan penting bagi sebuah novel. Unsur-unsur ini terutama tampak dalam karya utamanya The Countof Monte Cristo (1844).

Novel dan lakon yang ditulis oleh Dumas menunjukkan watak dasar seni romantisme yang kuat, meskipun yang ditulis adalah cerita yang panjang. Romantisme dipahami sebagai karya yang berasumsi bahwa setiap individu berhak mengungkapkan perasaan pribadinya. Romantisme dikenal juga sebagai aliran sastra yang mengutamakan penggambaran perasaan manusia yang paling dalam. Ciri-ciri dari aliran romantisme adalah pengagung-agungan diri pribadi, kecemasan, penggambaran alam, eksotisme, Nilai kemanusiaan, kepahlawanan, dan pelarian ke masa lampau (Istiqamah, 2016). Dalam tulisannya Dumas memberi inspirasi akan bentuk cerita pendek, meskipun dalam rentang waktu yang panjang. Fiksi sejarah dalam sejarah sastra dunia ditandai oleh Scott, Balzakdan Dumas yang menggali kisah sejarah secara meyakinkan. Kemudian, pada abad selanjutnya dilakukan oleh Henryk Sienkiewics (1846-1916) dari Polandia, Par Lagervist (1891-1974) dari Swedia, Boris Pasternak (1890-1960) dari Uni Soviet, dan lain-lain. Namun, perlu diketahui kalau dalam hal tersebut Alexander

Dumas menduduki tempat khusus dari para penulis fiksi sejarah karena ia mengambil sudut pandang yang khas perancis dari satu “setting” waktu. Dumas menghasilkan banyak uang dari karya-karyanya, tetapi gaya hidupnya yang boros, ceroboh, dan suka berfoya-foya membuatnya jatuh bangkrut di usia tuanya. Hal itu diperburuk dengan kegemarannya memelihara sejumlah kekasih gelap (Kurnia Anton, 2019). Dumas memiliki seorang putra, juga bernama Alexandre dengan Marie Laure Catherine Labay. Putranya mengikuti jejak sastranya. Pada tahun 1840, Dumas menikah dengan aktris Ida Ferrier, tetapi melanjutkan hubungannya dengan wanita lain. Dia memiliki setidaknya satu anak perempuan, Marie Alexandrine, di luar nikah dan berkencan dengan wanita yang jauh lebih muda di usia tuanya. Akhir hidupnya, Alexander Dumas sebagai penulis ternama ini tidaklah seharum karyanya, Dumas berpulang secara mengejutkan dan misterius di rumahp utranya, Alexander Dumas Jr. seorang pengarang yang mengikuti jejaknya. Sayangnya, ibu putranya ini tak pernah dinikahinya sampai akhir hayatnya. Dumas meninggal pada 5 Desember 1870, Ia dimakamkan di pemakaman Villers-Cotterets. Pada tahun 2002, tubuhnya dipindahkan ke Pantheon Paris, dimana Dumas beristirahat diantara sastrawan Prancis hebat lainnya, seperti Victor Hugo, Mile Zola dan Jean Jacques Rousseau.

Sejumlah novelnya telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, antara lain sebagai Tiga Panglima Perang (1925, oleh Nur Sutan Iskandar) dan Dua Puluh Tahun Kemudian (oleh Nur Sutan Iskandar, 1953). Terjemahan lebih baru antara lain Trio Musketri (Serambi, 2009, terjemahan Hera Diani) dan The CountofMonteCristo (Bentang, 2011, terjemahan Nin BakdiSoemanto). Tak hanya sampai di situ, karya yang paling lambang Alexander Dumas juga dibahas dalam (Guillen, 2022) yakni:

6. The Tree Musketeers (1844) Aksi buku ini berlaku semasa pemerintahan Lois XIII di Perancis.D’Artagnan adalah pemuda berusia 18 tahun, anak lelaki bangsawan Gascon, bekas musketeer dengan sumber kewangan yang terhad. Novel ini menceritakan mengenai 3 orang petarung yang ahli dalam berbagai hal, mereka menamakan diri mereka The Three Musketeers. Kisahnya berawal saat mereka melakukan sebuah misi untuk menemukan tiga buah kunci yang dapat membuka sebuah ruangan rahasia di sebuah istana. Ketiga kunci itu dipegang oleh tiga orang yang berbeda, sehingga mereka harus berpencar untuk mencarinya. Dalam

melakukan tugas itu, mereka dibantu oleh seorang wanita yang memiliki peran sebagai seorang penyamar. Setelah mereka mendapatkan ketiga kunci yang mereka cari,kemudian membuka ruang rahasia yang berada di bawah koridor utama istana tersebut. The Three Musketeers dikepung oleh para prajurit. Mereka berhasil lolos dari kepungan para prajurit itu dengan cara meledakkan ruangan tersebut. Kemudian mereka pun berhasil melarikan diri dengan cara berenang karena ruangan tersebut berada di bawah sungai. Setelah mendapatkan gulungan kertas tersebut, mereka bermaksud untuk menyerahkannya kepada Perancis, akan tetapi wanita yang tadi nya membantu mereka berkhianat. Ternyata wanita tersebut merupakan mata–mata Inggris yang berencana merebut kapal perang. Akibat dari kejadian tersebut, Three Musketeers tidak mendapatkan kepercayaan dari kerajaan dan akhirnya mereka tidak lagi bekerja di kerajaan. Satu tahun kemudian Three Musketeers, Athos, Porthos dan Aramis bertemu dengan D’Artagnan ahli dalam memainkan pedang dan bertarung, ia di ajari ayahnya yang dahulu seorang Musketeers. The Three Musketeers yang diberhentikan pekerjaannya kemudian dipanggil kembali oleh kerajaan untuk membela negara mereka. Bersama dengan D’Artagnan mereka bersatu melawan Cardinal Richelien, seorang kerabat raja yang berusaha menggulingkan dan menurunkan King Louis XIII dari tahtanya (Ambeua, 2020).

7. Kiraan Monte Cristo (1845)

Bangkai kapal, penjara bawah tanah, pelarian, hukuman mati, pembunuhan, pengkhianatan, keracunan, penyamaran, anak yang dikuburkan hidup-hidup, wanitamuda yang dibangkitkan, katak ombak, penyeludup, penyamun segala-galanya untuk mewujudkan suasana yang luar biasa, hebat, disesuaikan dengan superman yang bergerak di dalamnya. Dan semua ini dibungkus dengan novel adat istiadat, layak diukur dengan se zaman dengan Balzac. Karya ini berkisar pada idea moral: kejahatan mesti dihukum. Kira-kira, dari ketinggian yang memberinya kebijaksanaan, kekayaan dan pengurusan benang plot, berdiri sebagai "tangan Tuhan" untuk membagikan ganjaran dan hukuman, membalas belia dan cintanya yang hancur. Sebuah karya untuk bersemangat dan merasakan pengalaman menghitung dirinya sangat dekat dengan permukaan dengan penerangan indah yang dibuat oleh pengarangnya. Novel mengisahkan cerita yang terjadi di Prancis, Italia, pulau-pulau di Mediterania, dan di Levant selama peristiwa sejarah tahun 1815–

1838. Kiraan Monte Cristo adalah jenis novel petualangan yang terutama bercerita tentang pengampunan, harapan, keadilan, belas kasihan, dan pembalasan. Tokoh utama dalam novel ini menyimpulkan bahwa membalas dendam tidak selalu membawa kepuasan bagi pelakunya. Akhirnya, dendam membuat karakter pria menjadi lebih buruk (Mahfudin, 2014).

8. The Medicis (1845 diterbitkanpadatahun 2007) Keluarga ini, yang diketuai oleh Juan de Medici, bertugas melindungi dan mempromosikan budaya Florence, kota mereka. Di sekelilingnya bersinar tokohtokoh terpenting dalam bidang seni dan pengetahuan, seperti Donatello, Michelangelo, Galileo, Mantegna, Machiavelli dan Leonardo da Vinci.Ini adalah kisah mereka semua. Sebuah kisah di mana Alejandro Dumas menunjukkan kepada kita kisah sebuah keluarga, yang dalam konspirasi dan perjuangan pada masa itu, membuat perbedaan mereka oleh cinta mereka terhadap seni dan sokongan mereka terhadap surat dan sains, seolah-olah dari warisan genetik, dari generasi ke generasi.

9. Tulip Hitam (1850)

Saudara-saudara De Witt, yang dilindungi oleh Raja Louis Perancis yang hebat, akan menemui ajalnya di tangan penduduk Den Haag yang marah, yang mempercayai mereka bersalah melakukan konspirasi. Tetapi sebelum mati, mereka akan meninggalkan anak baptis mereka Cornelius beberapa dokumen kompromi yang akan membawanya ke penjara, di mana, bersama Rosa muda, dia akan berusaha mendapatkan apa yang paling diinginkannya di dunia: mentol tulip hitam. Dengan bakat naratifnya yang biasa, Alexander Dumas memaparkan dalam novel intrik ini semua bahan yang diperlukan untuk menarik pembaca dari halaman pertama dan membenamkannya dalam masyarakat Belanda yang bergolak pada akhir abad ketujuh belas. The Black Tulip karya Alexandre Dumas sebagai kiasan, menantang, dan menarik karena menyajikan materialisme di balik kisah cinta dan sejarah Belanda selama 1672 dan 1673. Selain itu, penulis juga mengapresiasi gaya penulisan Dumas yang khusyuk. menggambarkan upaya para tokoh dalam mengejar hal-hal materi, sekaligus Dumas juga menggambarkan era yang tepat dari era sejarah itu dengan sempurna yaitu pada tahun 1672 dan 1673. Dia mengkritik politisi tertentu dan orang Belanda lainnya pada tahun 1672 dan 1673 di seluruh novel,

misalnya, pembunuhan Cornelius dan John De Witte pada tahun 1672. Penilaiannya terhadap apa yang salah dan apa yang benar juga jelas dalam novel. Selain itu, ada beberapa bagian novel yang menarik untuk ditelaah lebih lanjut, seperti lambang bunga tulip hitam yang disebutkan di balik kisah cinta tersebut (Sari, 2012).

10. Lelaki dalam topeng besi (1848)

Lelaki bertopeng besi adalah kisah yang sudah menjadi bagian dari buku pertama yang diceritakan di sini: "The Three Musketeers." Dalam cerita ini watak misteri terungkap yang dipenjarakan atas alasan yang tidak diketahui di penjara Bastille.Alexander Dumas mengenalinya sebagai saudara kembar Raja Louis XIV.

Samakan Tanggapan

Kalian telah selesai membaca referensi yang telah tersedia dalam eksplorasi konsep. Pada bagian ini kalian akan berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk menyamakan persepsi terkait informasi “karya Alexandre Dumas” seperti yang telah kalian baca pada eksplorasi konsep.

Setelah kalian mempunyai persepsi yang sama, sekalian secara berkelompok kalian membuat sebuah infografis yang menggambarkan pemahaman kalian tentang karya novel Alexandre Dumas, tahapan dan aspek studi novel, analisis kriteria novel, hasil bacaan novel, dan manfaat dalam pemahaman dalam novel tersebut. Kalian bisa memperkaya sajian informasi kalian dengan merujuk pada sumber bacaan lain yang belum disajikan dalam eksplorasi konsep.

Aksi Individu

Mari uji pemahaman kalian! Silahkan kerjakan kuis berikut ini. Ingat waktu penyelesaian setiap pertanyaan dibatasi. Selamat mencoba!

1. Apa kecenderungan karya Alexander Dumas?

2. Sebutkan karya-karya Alexander Dumas yang terkenal?

3. Bagaimana ciri khas gaya kepenulisan Alexander Dumas?

4. Sebutkan novel-novel Alexander Dumas yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?

5. Novel yang berjudul Kiraan Monte menceritakan tentang?

Sharing Informasi

Teman-teman sekalian, kita telah belajar mengenai materi dari Alexandre Dumas. Pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang Alexandre Dumas, Setelah kelompok kami

selesai dan akan menyajikan infografis yang telah dibuat dan kelompok kami dapat mempresentasikan hasil karya dan kelompok lain akan menanggapinya. Dengan menggunakan rubrik penilaian, dapat memilih karya kelompok terbaik.

Franz Kafka

Tujuan Umum : Mengenal sang sastrawan dunia Franz Kafka

Tujuan Khusus : Tujuan dari dibuatnya chapter book ini adalah sebagai berikut: 1. Biografi sosok Franz kafka.

2. Mengetahui karya-karya ciptaan franz kafka.

Deskripsi Materi:

Mengenal secara mendalam sastrawan dunia Franz Kafka melalui karya-karya luar biasa yang telah diciptakannya. Adapun kutipan terkemuka dari Faran Kafka “Saya piker kita harus membaca hanya jenis buku yang melukai atau menususk kita. Jika buku yang kit abaca tidak membangunkan kita dengan pukulan di kepala, untuk apa kita membaca?”.

Pembahasan Biografi Franz Kafka

Franz Kafka lahir di Praha, saat itu bagian dari Bohemia di atas AustroHungaria, Pada tahun 1883. Keluarganya adalah yahudi Ashkenazi yang berbahasa jerman. Ayahnya Hermann kafka, telah membawa keluarganya ke praha, dia sendiri adalah putra keempat dari seorang shoshek, atau ritual pembantai, di Bohemia selatan. Ibunya, sementara itu, adalah putri seorang pedagang kaya. Keduanya adalah pasangan yang rajin: setelah bekerja sebagai penjual keliling, Hermann memulai perusahaan ritel mode yang sukses.

Franz adalah anak tertua dari enam bersaudara, meskipun dua saudara lakilakinya meninggal sebelum dia berusia tujuh tahun. Tiga saudara perempuan yang tersisa semuanya meninggal di kamp konsentrasi selama Holocaust, meskipun Franz sendiri tidak hidup cukup lama untuk meratapi mereka. Masa kecil mereka terkenal karena kurangnya kehadiran orang tua; kedua orang tua bekerja berjam-jam untuk bisnis dan anak-anak sebagian besar dibesarkan oleh pengasuh dan pengasuh anak. Terlepas dari pendekatan lepas tangan ini, ayah Kafka pemarah dan tirani, sosok yang mendominasi kehidupan dan pekerjaannya.Kedua orang tuanya, baik pebisnis maupun kapitalis, mampu mengapresiasi minat sastra Kafka. Dalam satu terjun ke dalam otobiografi, Kafka mengungkapkan dalam 117 halamannya Brief an den Vater (Surat

BAB VII

untuk Ayah), yang tidak pernah dia kirim, bagaimana dia menyalahkan ayahnya atas ketidakmampuannya untuk mempertahankan rasa aman dan tujuan dan untuk selalu menyesuaikan diri. menuju kehidupan dewasa. Memang, Kafka menghabiskan sebagian besar hidupnya yang singkat dengan hidup sangat dekat dengan keluarganya dan, meskipun sangat putus asa untuk keintiman, tidak pernah menikah atau mampu mempertahankan hubungan dengan wanita.

Orang tua Franz Kafka memunyai banyak toko yang menjadi pertanda bahwa orang tuanya cukup berhasil. Namun justru dalam kondisi seperti itu Kafka muda sangat tertekan. Kehidupan hiruk pikuk keluarga, usaha pertokoan, dan kehidupan kota membuat Kafka menderita dan mengalami kehidupan yang terbatas. Pada liburan musim panas 1911, ayahnya, Herman Kafka mengharapkan putranya mau mengisi waktu senggangnya menggantikan pekerjaan orang tuanya. Tapi Kafka menolak, ia tetap pada pendiriannya untuk mengikuti minatnya menekuni bidang sastra. Kehidupan pendidikan Franz Kafka di mulai pada tahun 1883-1906. saat itu bagian dari Bohemia di Kekaisaran Austro-Hungaria, pada tahun 1883. Keluarganya adalah Yahudi Ashkenazi yang berbahasa Jerman. Ayahnya, Hermann Kafka, telah membawa keluarganya ke Praha; dia sendiri adalah putra keempat dari seorang shoshek, atau pembantai ritual, di Bohemia selatan. Ibunya, sementara itu, adalah putri seorang pedagang kaya. Keduanya adalah pasangan yang rajin: setelah bekerja sebagai penjual keliling, Hermann memulai perusahaan ritel mode yang sukses.

Kafka mendaftar di Universitas Jerman untuk semester musim dingin tahun 1901-1902. Dia semula mempelajari Kimia, tapi kenyataannya tidak suka praktek di laboratorium. Tak ada pilihan lain, akhirnya dia pindah ke jurusan Hukum yang awalnya ditolak karena dinilai khas Yahudi. Selain belajar hukum, Kafka menekuni sastra Jerman juga mengikuti mata kuliah Sejarah Seni dan Filsafat. Sejak itu Kafka mulai bersahabat dengan Max Brod, karibnya yang banyak berperan dalam perjalanan karir kepengarangan Kafka. Seperti kawan-kawan lainnya, Kafka tak hanya suka mendatangi acara acara budaya, tapi juga sering bermain ke bar dan warung kopi. kafka hampir tidak punya kendala untuk masuk ke dalam dunia teman-temannya. Dia punya selera humor yang baik dan tahu cara bergaul. Max Brod mulai mengurus novel Kafka tahun 1902. Kafka membaca karya Flaubert dan pada bulan Januari 1904 di dalam kereta api dia membaca hingga selesai buku harian dari Hebbel sebanyak 1800 halaman.

Kafka pernah praktek sebagai pengacara tanpa gaji pada kantor pamannya Dr. Richard Löwy di Praha. Dia juga pernah praktek sebagai pengacara hukum pada pengadilan daerah Praha. Mengabdi ke pengadilan merupakan tugas wajib negara. Tapi Kafka tak serius melakukannya, pengalamannya membuahkah inspirasi pembuatan karyanya berjudul "Gambaran Sebuah Perlawanan" (Beschreibung eines kampfes). Tahun 1907 Kafka diterima bekerja di kantor Asuransi Umum. Pekerjaan bukan menjadi tujuan utama Kafka. Dia ingin membebaskan diri dari kekangan ayahnya. Dengan bekerja, dia berharap bisa keluar dan pergi dari Praha. Dalam hal percintaan, sastrawan beraliran ekspresionis awal atau surrealis ini dalam hidupnya hampir sepi dari wanita. Kafka memang sempat menjalin hubungan khusus dengan beberapa wanita. Namun hubungan itu selalu kandas di tengah jalan. Kafka mengalami dua kali batal menikah menjelang saat perkawinannya. Felice Bauer, penulis steno dari Berlin berusia 24 tahun sempat menjadi tunangannya. Di bawah figur ayahnya yang membuatnya tertekan, Kafka kecil berkembang secara lamban. Kafka mengaku belum merdeka secara pribadi dan dirinya merasa belum mampu untuk menikah secara spiritual. Tapi, mengapa kemudian dia menikah? "Saya putuskan untuk kawin, saya tak dapat tidur nyenyak, kepala saya terbakar siang dan malam, kehidupan yang tak lama, saya membuat keputusasaan." Setahun menjelang ajalnya, Kafka menikah dengan Dora Diamant, wanita Yahudi berusia 20 tahun. Penyakit TBC yang dideritanya sudah akut. Harapan Kafka untuk hidup tipis. Kafka tak lagi dibawa kembali ke Praha. Dia diurus oleh Dora dan beberapa ahli medis untuk

Kafka diduga memiliki sifat skizoid tingkat rendah hingga menengah, dan menderita kecemasan hebat yang merusak kesehatannya. Dia diketahui memiliki harga diri yang rendah secara kronis; dia percaya orang lain menganggapnya benar-benar menjijikkan. Kenyataannya, dia dilaporkan sebagai karyawan dan teman yang menawan dan baik hati, meskipun pendiam; dia jelas cerdas, bekerja keras, dan, menurut Brod, memiliki selera humor yang bagus. Namun, ketidakamanan mendasar ini merusak hubungannya dan menyiksanya sepanjang hidupnya.

Menyelamatkan jiwanya. Pada tanggal 3 Juni 1924 Kafka meninggal dunia dalam usia 41 tahun. Dan pada tanggal 11 Juni 1924 mayatnya dikebumikan di pekuburan umum Yahudi di Praha. Karya Kafka hanya sedikit diterbitkan pada masa hidupnya. la berpesan kepada sahabatnya, Max Brodd, agar tidak menerbitkan sebagian

karyanya yang belum diterbitkan dan membakar buku-bukunya yang sudah dicetak. Akan tetapi Brod tidak mematuhi pesan Kafka, ia malah mempublikasikan karya karya Kafka yang belum pernah diterbitkan. Karya-karya Franz Kafka

Kafka menerbitkan dua karya pertamanya, “Conversation With a Beggar” dan “Conversation with a Drunkard” pada 1909. Dua karya itu dituliskan setelah menyelesaikn pennderitaan para pekerja yang kueang beruntung. Sementara kumpulan cerita pertamanya diterbitkan pada 1913, berjudul Contemplation. Kafka pernah menulis cerpen The Verdict pada 1912 yang diselesaikan dalam satu malam. Cerpen ini berisi unsur-unsur yang secara normal dikaitkan dengan dunia kafka, dunia paling kacau yang disajikannya. Novel pendeknya yang laing terkenal, “The Metamorphosis, terbit pada tahun 1913. Dia menciptakan dunia khayalan tempat seorang pemuda bernama bernama Gregor Samsa tiba-tiba berubah menjadi seekor kecoak raksasa. Meski Gregor berusaha beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai kecoak, dia akhirnya mati. Setahun kemudian, Fransz Kafka menerbitkan novel pendek lain, “In The Penal Colony”. Salah satu tulisannya yang paling penting adalah surat seratuss halaman pada ayahnya, sebuah usaha menjelaskan nuraninya pada ayahnya dan menyatakan kemerdekannya dari otoritas sang ayah. Tiga fragmen novel penting Kafka lainnya adalah Amerika, The Trial, dan The Castle. Kafka meminta novel-novel tersebut dibakar oleh temannya bernama Max Brod. Namun, Max memutuskan tidak melakukannya. The Trial diterbitkan pada 1925, setahun setelah Kafka meninggal, dan The Castle juga terbit setahun kemudian. Kafka dianggap sebagai salah satu tokoh sastra besar pada abad ke-20. Karyanya bercirikan perjuangan seseorang yang diliputi perasaan bersalah, kesendirian, dan ketakutan Adapun karya-karya Franz Kafka yang lainnya seperti:

1. Metamorfosis 1915 2. The Castle 1926 3. Letters to mileana 1952 4. Letters To His Father 1952 5. Kesialan Orang Lajang

Kafka adalah salah satu penulis bahasa Jerman yang paling dihormati, meskipun ia mencapai sedikit atau tidak ada ketenaran selama hidupnya sendiri. Namun, dia

cukup pemalu dan ketenaran tidak penting baginya. Memang, dia menginstruksikan temannya Max Brod untuk membakar semua karyanya setelah kematiannya, yang untungnya untuk keadaan sastra modern, Brod menolak untuk melakukannya. Dia malah menerbitkannya, dan karya Kafka segera mendapat perhatian kritis yang positif. Kafka, bagaimanapun, masih bisa membakar mungkin 90% karyanya tepat sebelum dia meninggal.Sebagian besar karyanya yang masih ada terdiri dari cerita pendek; Kafka juga menulis tiga novel, tetapi tidak menyelesaikan satu pun. Kafka dipengaruhi oleh tidak ada yang lebih dalam dari penulis era Romantis Jerman Heinrich von Kleist, yang dia anggap sebagai saudara kandung. Meskipun tidak blak-blakan politik, ia juga memegang teguh keyakinan sosialis.

Pada 1930-an, ia cukup berpengaruh di kalangan sosialis dan komunis Praha, dan sepanjang abad ke-20 popularitasnya semakin meningkat. Istilah "Kafkaesque" telah memasuki bahasa populer sebagai cara untuk menggambarkan birokrasi yang sangat kuat dan kekuatan terpusat lainnya yang mengalahkan individu, dan terus digunakan bahkan hingga hari ini. Memang, teman Kafka, Brod, mengklaim bahwa abad ke-20 suatu hari nanti akan dikenal sebagai abad Kafka. Pernyataannya membawa saran bahwa tidak ada abad yang lebih baik mencerminkan alam semesta Kafka dari birokrasi yang tidak fleksibel dan mengancam yang bekerja melawan individu yang kesepian, yang berdiri penuh dengan rasa bersalah, frustrasi, dan disorientasi, terasing dari dunia yang sering mimpi buruk oleh sistem aturan dan hukuman yang tidak dapat dipahami.

Memang, karya Kafka, tanpa diragukan lagi, telah mengubah arah sastra abad ke-20. Pengaruhnya menyebar dari surealis, realis magis, fiksi ilmiah, dan karya-karya eksistensialis, dari berbagai penulis seperti Jorge Luis Borges , JM Coetzee, hingga George Orwell . Sifat pengaruhnya yang luas dan mendalam menunjukkan bahwa, terlepas dari betapa sulitnya dia merasa terhubung dengan orang lain, suara Kafka akhirnya bergema dengan salah satu audiens terbesar dari semuanya.

Samakan Tanggapan

Teman-teman sekalian, pada bagian samakan tanggapan silahkan teman-teman mereview rangkuman. Kemudian teman-teman kemukakan hasil bacaan anda dari Chapter Book yang telah dibaca.

Aksi Individu

Teman-teman sekalian, setelah kalian membaca materi mengenai Franz Kafka, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah:

1. Siapakah sosok Franz Kafka?

2. Kutipan Franz Kafka Paling Menohok adalah tentang?

3. Pengaruh apa yang menyebabkan perubahan sasta abad ke 20?

4. Sebutkan beberapa karya karya dari Franz kafka?

5. Apa kutipan yang kamu sukai dari penulis Frans Kafka dana pa alasannya?

Sharing Informasi

Teman-teman sekalian, kita telah belajar mengenai materi dari sastrawan dunia William Shakespeare, Leo Tolstoy, Albert Camus, Rabindranath Tagore, Emile Zola, Alexander Dumas, dan Franz Kafka. Pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang tokohtokoh tersebut, mungkin ada dari teman-teman yang setuju atau tidak dari pendapat yang lain. Silakan dikemukakan atau didiskusikan secara langsung. Teman-teman sekalian, dalam memberi pendapat kami harap diperkuat dengan argumen-argumen yang dapat anda pertanggung jawabkan yang berasal dari sumber artikel, jurnal, buku online dan hasil penelitian. Terima kasih, salam sehat, dan tetap bahagia.

OSCAR WILDE

Pengantar

Hai Teman-teman. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga semuanya tetap semangat dan senantiasa dalam keadaan sehat agar kita semua bisa mengikuti perkuliahan dalam kelas dengan keadaan yang bugar dan siap untuk menerima materimateri yang telah disiapkan dengan topik “Sastra Dunia”. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengenal tentang Oscar Wilde.

Mungkin bagi sebagian orang akan menganggap asing nama Oscar Wilde. Tapi mungkin ada satu dua kata lazim yang sering di dengar atau bahkan pernah dipelajari pada forum perkuliahan maupun forum di luar perkuliahan yaitu “Sastra Dunia” Hmmm.. Siapa sih Oscar Wilde itu? Nah teman-teman untuk kalian yang merasa asing, mari kita simak materi yang telah kami sajikan. Oh yah teman-teman pastikan kalian menyimak materi yang kami siapkan dengan baik yah, agar kalian tidak melewatkan sesuatu penting, unik, dan motivasi dalam kehidupan para sastrawan dunia Oscar Wilde.

Sastra Dunia merupakan mata kuliah yang membahas sastra dari penyair, dramawan, filsuf, seniman, musikus dan sastrawan yang ada di dunia dengan karyakaryanya yang terkenal. Berdasarkan sumber (Wikipedia) dan artikel jurnal nasional maupun internasional membahas biografi, sejarah, pemikiran, dan karya sastra yang dihasilkan oleh penyair Oscar Wilde. Sastra Dunia telah memperkenalkan prosa dengan sajak-sajak baru serta penggunaan bahasa sehari-hari ke dalam sastra. Dalam hal ini, sastra dunia sangat berpengaruh dalam memperkenalkan budaya satu ke budaya yang lain. Seniman atau penyair dalam modul ini merupakan seniman kreatif yang luar biasa dari dunia.

Teman-teman, apakah kalian tau tokoh sastrawan dunia Oscar Wilde, juga punya koleksi kata-kata mutiara yang penuh dengan motivasi. Kata-kata tersebut bisa kalian cari di internet ataupun di kutipan buku karya sastrawan bersangkutan. Ada beberapa kalimat dari sastrawan dunia Oscar Wilde. Yang sangat kami sukai “Everyone can make history. Only a great person can write it down” (Semua orang bisa membuat sejarah. Hanya orang hebat yang bisa menuliskannya). Semoga teman-teman dapat

BAB VIII

memaknai dengan baik. Untuk kalimat motivasi yang lain, dapat teman-teman akses di internet yah. Refleksi Diri

Oh yahh teman-teman, sebelum kita melanjutkan materi mengenai sastra dunia tokoh Oscar Wilde. Mungkin ada teman-teman sekalian yang sudah atau pernah melihat gambar dari tokoh tersebut atau membaca karya-karya dari sastrawan tersebut atau teman-teman ada yang pernah mendengar syair atau menonton drama dari Oscar Wilde? Setelah anda membaca karya dan mendengarkan karya seni atau menonton drama dari sastrawan-sastrawan dunia tersebut, apa yang anda lakukan/rasakan?

Teman-teman sekalian, selain ada yang pernah membaca, menonton atau mendengarkan nyanyian dari Oscar Wilde, mungkin ada juga yang belum pernah sama sekali atau merasa asing dengan nama tersebut. Bagi yang belum kenal dan belum mengenal karya Oscar Wilde. Apa yang anda harapkan setelah menyimak modul ini? Eksplorasi Konsep

Teman-teman sekalian, pada bagian eksplorasi konsep kita akan belajar mengenai riwayat hidup, karya-karya, syair, atau karya seni dari Oscar Wilde. Temanteman dipersilakan membaca Chapter Book di bawah ini. Silahkan anda mencermati Chapter Book yang telah disiapkan untuk membaca secara lengkap. Selanjutnya silakan teman-teman menyimak Chapter Book dibawah ini untuk mengetahui inti atau garis besar dari materi Sastra Dunia Oscar Wilde

Pembahasan

Oscar Wilde dan Kehidupannya

Oscar Wilde adalah seorang penulis dan penyair Irlandia. Setelah menulis dalam bentuk-bentuk sajak berbeda sepanjang tahun 1880-an, ia menjadi salah satu dari dramawan London paling populer di awal 1890-an. Hari ini ia dikenang akan epigram dan drama-dramanya, serta kisah pemenjaraannya yang diakhiri dengan kematian ironis. Orang tua Wilde adalah intelektual terpandang di Dublin. Anak mereka menjadi fasih berbahasa Perancis dan Jerman di awal hidup. Di universitas Wilde membuktikan dirinya sebagai ahli klasik yang luar biasa, pertama di Dublin, kemudian di Oxford. Ia menjadi terkenal karena keterlibatannya dalam filsafat estetika, dibimbing oleh dua guru pribadinya, Walter Pater and John Ruskin.

Ibu Oscar Wilde merupakan seorang penyair nasionalis Irlandia terkemuka sampai dia benar-benar diprogram untuk mengambil lintasan yang merupakan bagian dari

budaya, dan itu berakhir di dermaga, dihukum, dibawa ke penjara, membuat serangkaian pidato brilian dari dermaga. Ia dikenang sebagai martir.

Setelah lulus dari universitas, Wilde pindah ke London masuk dalam lingkaran budaya dan sosial modis. Sebagai juru bicara estetika, ia mencoba kemampuannya pada berbagai kegiatan sastra seperti menerbitkan buku puisi, menguliahi "English Renaissance in Art" di Amerika Serikat dan Kanada , kemudian kembali ke London di mana ia bekerja sebagai seorang jurnalis makmur. Wilde telah menjadi salah satu yang paling terkenal karena kepribadian pada zaman itu.

Menurut Robert (2019: 329), di Meksiko Oscar Wilde dikenal bukan sebagai penulis berbakat namun sebagai sosok keterlaluan yang dipermalukan dan dipenjara karena “kebiasaannya yang bejat”. Setelah skandal awal persidangannya pada tahun 1895, segelintir intelektual Meksiko segera melakukan upaya sederhana untuk membentuk kembali citra Wilde dengan mengalihkan perhatian ke karya sastranya, beberapa di antaranya mereka terjemahkan dan sediakan dalam bahasa Spanyol untuk pembaca Meksiko untuk pertama kalinya.

Menurut Ana dan Nathalie (2019: 322), dalam imajinasi Amerika Latin, Wilde semakin menjadi karikatur, yang dikenal (dan dikutuk atau dipuja), hal ini dikarenakan kepribadiannya yang aneh dan sejarah pribadinya yang mengerikan daripada pemikiran dan tulisannya. Beberapa orang Amerika Latin sedikit yang menyadari bahwa Wilde memiliki peran dalam membentuk pemikiran sastra, sosial, dan bahkan politik di kawasan itu selama akhir abad ke-19 dan ke-20, atau jejak kontribusinya yang masih bergema melalui kehidupan budaya dan intelektual di kawasan tersebut.

Pada pergantian tahun 1890, ia menyempurnakan ide-idenya tentang supremasi seni dalam serangkaian dialog dan esai, dan memasukkan tema kemunduran, sikap bermuka dua dan keindahan ke dalam novelnya, The Picture of Dorian Gray (1890). Kesempatan untuk membangun detail estetika, dan menggabungkannya dengan tema sosial yang lebih besar, menarik Wilde untuk menulis drama. Kemudia ia menulis Salome (1891) dalam bahasa Perancis di Paris, namun ditolak oleh sebuah licenei. Gentar, Wilde menghasilkan empat komedi masyarakat di awal 1890-an, yang membuatnya menjadi salah satu dramawan paling sukses di masa Victorian London.

Di puncak ketenaran dan kesuksesannya, dengan karya drama The Importance of Being Earnest (1895) yang masih dimainkan di London, Wilde dituduh dan

dimasukkan penjara selama dua tahun atas kasus keterlibatan pencemaran nama baik dan ketidaksenonohan. Di penjara ia menulis De profundis (ditulis pada tahun 1897 dan diterbitkan pada tahun 1905), sebuah surat panjang yang membahas perjalanan spiritualnya sebagai tahanan. Setelah Wilde dibebaskan, ia meninggalkan Perancis segera, tidak pernah kembali ke Irlandia atau Inggris. Sesaat sebelum dia keluar dari penjara, salah satu teman dekat Oscar memberi tahu bahwa dia adalah orang miskin dan memohon untuk memberinya beberapa pakaian. Setelah itu dipesankanlah dua setelan jas. Awalnya penjahit menolak untuk menerima pesanan dengan mengatakan: dia tidak akan membuat akaian untuk Oscar Wilde (Harris, 1938: 17). Setelah itu Oscar Wilde sana ia menulis karya terakhirnya, The Ballad of Reading Gaol (1898), sebuah puisi panjang memperingati irama keras kehidupan penjara. Dia meninggal miskin di Paris pada usia 46 tahun. Oscar Wilde, tentu saja, telah beruang kali menjadi sasaran anumerta wajib militer oleh para sarjana, kritikus, penulis, dan seniman sebagai sastrawan teladan, seksual, dan penjahat nasional (Dickinson, 2005: 3).

Menurut Stoneley (2014: 457), selama dua tahun di penjara Oscar Wilde di sel isolasi, membuat Oscar Wilde sangat shock secara moral, emosional dan fisik. Namun Wilde tetap mengaku telah diselamatkan oleh sesama tahanan. Dia memberi tahu Andre´ Gide bahwa selama enam bulan pertama pemenjaraan, dia ‘sangat tidak bahagia dan ingin bunuh diri.

Menurut Jarlath (2015: 424), Oscar Wilde telah menjadi bahan diskusi yang kontroversial dalam beberapa tahun terakhir. Untuk satu kelompok kritikus, Wilde telah dianggap sebagai “seorang republik Irlandia yang militan”, seorang “teroris dengan nama lain” Irlandia, yang praktik sastranya mirip dengan “perang gerilya”, seorang Penguasa Rumah dan Parnellite yang bersemangat, dan nasionalis Irlandia yang berkomitmen yang karyanya adalah diliputi dengan referensi ke Irlandia dan Pertanyaan Irlandia, sangat dipengaruhi oleh latar belakang Irlandia dan pandangan politiknya, mungkin dibentuk oleh minat dan kesadaran yang tulus terhadap cerita rakyat Irlandia dan tradisi lisan Irlandia, dan sangat terlibat dengan masalah identitas dan budaya Irlandia.

Selanjutnya, Novel Ackroyd (salah satu novel Oscar) diceritakan oleh Oscar saat dia menjalani finalnya berhari-hari di Hotel d'Alsace di Paris, bertahan hidup uang yang dipinjam dari teman. (Untuk menghindari kebingungan di sini, saya akan merujuk pada

Ackroyd's Wilde sebagai "Oscar," dan referensi sejarahnya sebagai "Wilde.") Dalam apa yang disebut jurnal yang, sebagai judul buku menyarankan, lebih dari "perjanjian terakhir," ia menyelingi anekdot tentang pertemuannya di Paris tempat Oscar sering dilecehkan di restoran dan teater, dan diludahi dan dicemooh oleh orang asing di jalan dengan kronologi hidupnya yang lebih substansial dari masa kecilnya di Dublin hingga penangkapan, pemenjaraan, dan pengasingannya. Setelah menyimpulkan kisah hidupnya hingga pembebasannya dari penjara, entri jurnal Oscar kemudian menjadi lebih pendek saat dia jatuh menderita meningitis serebral.

Menurut Parveen (2010: 303), Frankel menyatakan bahwa Wilde ‘secara sadar memobilisasi sumber daya produksi dan distribusi buku lebih lengkap daripada yang biasanya kita pahami ketika kita membayangkan teks sastra sebagai buah dari kerja keras dan bakat penulisnya. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa Wilde merupakan orang yang sangat menghargai orang-orang yang menulis karya sastra.

Menurunkan biografi ke kursi belakang, Roditi membahas pentingnya pemikiran Wilde yang cerdik, imajinatif, dan dialektis di masanya sendiri dan menunjukkan bagaimana puisi, novel, drama, dan tulisan kritisnya merupakan pengaruh utama dalam pergeseran sastra Inggris dan Amerika. dari Romantisisme yang mapan dan menua menuju Modernisme. Untuk edisi paperbound pertama dari studi perseptif dan ilmiahnya tentang Wilde, Roditi telah menambahkan tiga bab tambahan yang menyentuh materi baru tentang Wilde serta sikap publik baru tentang homoseksualitas yang telah berkembang sejak buku itu pertama kali diterbitkan. Seorang penduduk lama Amerika di Paris, Edouard Roditi adalah seorang ahli bahasa, cendekiawan, kritikus seni yang dikenal secara internasional, dan penulis dan penerjemah dari sejumlah besar karya fiksi dan puisi, kritik dan biografi. Kumpulan cerita pendeknya yang jenaka dan eksotis, The Delights of Turkey, tersedia di bawah jejak New Directions. Salah satu karya Oscar Wilde adalah Cerpen “Pangeran Bahagia” karya Oscar Wilde ditulis pada tahun 1993. Cerpen Pangeran bahagia secara jernih memaparkan tentang kehidupan masyarakat suatu kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat baik. Dia tersadar setelah dia meninggal. Dia dapat melihat penderitaan rakyatnya yang tidak diketahui selama dia masih hidup (Untari, 2010: 4). Pembahasan atas kehidupan pribadinya yang bohemian dan flamboyan terutama hubungannya dengan Lord Alfres Douglas yang juga membuat dia dipenjara seringkali

mengalihkan perhatian khalayak dan menimbulkan kesalahpahaman atas karyakaryanya. Namun, tentu saja ada beberapa hal menarik yang dapat kita kaji dari karyakarya salah satu penulis Anglo-Irlandia paling terkemuka yang juga salah satu seniman aliran estetik-dekaden paling terdepan ini. Salah satu sisi yang terlupakan dari peranan dan karya-karya Wilde sebagai penulis adalah Wilde sebagai penganjur estetika dan kritikus sosial. Dalam berbagai karyanya, mulai dari naskah drama, puisi, novel, traktat politik, esai, prosa, hingga surat-surat pribadinya, tema yang kerap muncul dalam tulisan-tulisan Wilde adalah perayaan terhadap estetika dan keindahan sekaligus kritik atas moralitas Victorian yang dominan pada zamannya. Dengan gayanya yang jenaka, kontemplatif dan terkadang bombastis, Wilde mencoba menyentuh tema-tema tersebut dalam tulisan-tulisannya yang membahas berbagai macam topik, mulai dari filsafat seni, sosialisme, teologi, individualisme, hingga kritik sosial.

Dalam konteks inilah, kami berusaha mengulas beberapa karya-karya Oscar Wilde. Bagian pertama dari tulisan ini bermaksud memberi pengantar dan sedikit pembahasan atas karya-karya Wilde, sedangkan bagian kedua dari tulisan ini akan membahas berbagai ulasan kritis tentang karya Wilde serta konteks sejarah dan relevansi masa kini dari karya-karya Wilde. Dari sekian banyak karya Wilde, saya akan fokus kepada beberapa karyanya yang saya anggap cukup representatif, yaitu The

Picture of Dorian Gray, The Importance of Being.Earnest, Lady.Windermere’s.Fan,.dan An.Ideal.Husband, De Profundis, dan The Soul of Man Under Socialism. Terlahir sebagai Oscar Fingal O’Flahertie Wills Wilde dari sepasang intelektual Anglo-Irlandia di Dublin pada 16 Oktober 1854, Oscar Wilde segera menunjukkan bakatnya dalam dunia kesusasteraan semenjak masa mudanya. Baik di Trinity College, Dublin, maupun di Universitas Oxford, Wilde menekuni studi klasik (Classics), yaitu studi sejarah dan filsafat Yunani dan Romawi baik di masa kuno maupun modern. Semasa studinya, ia berkali-kali menerima penghargaan akademik atas prestasi intelektual dan literernya. Tetapi, alih-alih menjadi seorang akademisi, Wilde justru meniti karir sebagai penulis. Sebagai penulis, Wilde segera memperoleh reputasi sebagai salah satu penulis dan sastrawan terkemuka di Inggris. Selain karya-karyanya tersebut di atas, beberapa karya Wilde lain yang mendapat sambutan yang cukup luas adalah The Happy Prince and Other Tales, Lord Arthur Savile’s Crime and Other

Stories, A House of Pomegranates, The Decay of Lying, The Critic as Artist dan Salomé. Wilde juga menikmati kemapanan finansial dari pementasan naskahnaskah dramanya dan penjualan berbagai karyanya.

Namun, pertemuannya dengan Lord Alfred Douglas, atau yang lebih dikenal sebagai ‘Bosie’, perlahan-lahan memutar roda kehidupan Wilde. Meskipun Wilde sudah menikah dan memiliki dua orang anak, perlahan-lahan ia menjalin hubungan yang melampaui pertemanan dengan Bosie. Kemudian, mereka menjadi sepasang kekasih, suatu hal yang amat ditentang oleh pihak keluarga dan teman-teman Wilde dan Bosie. Sampai-sampai, ayah Bosie, bangsawan Queensberry, menuduh mereka sebagai pasangan homoseksual. Ironisnya, atas anjuran Bosie, Wilde menuntut ayahnya Bosie dengan tuduhan pencemaran nama baik. Tuduhan ini, yang kemudian ditarik kembali, kemudian menjerat Wilde dengan dakwaan ‘perilaku yang tidak senonoh dengan lakilaki lain’ (gross indecency), dakwaan yang tragisnya dikenakan berdasarkan bukti-bukti yang di antaranya diambil dari beberapa karya dan surat pribadinya yang bernuansa homoseksual. Wilde kemudian ditahan dan dikenakan hukuman kerja paksa selama dua tahun dan tak lama setelah ia dibebaskan, ia sakit-sakitan, memeluk agama Katolik, dan kemudian meninggal dunia di Paris pada 30 November 1900.

Komedi dan Kritik Dalam Tiga Naskah Drama Wilde Sebagai pengantar, ada baiknya kami memulai pembahasan karya Wilde dari tiga naskah dramanya yang jenaka namun kritis, yaitu Lady Windermere’s Fan (Kipas Lady Windermere, selanjutnya LWF), An Ideal Husband (Suami yang Ideal, selanjutnya AIH), dan The Importance of Being Earnest (Pentingnya Menjadi si Jujur, selanjutnya TIBE). Di bagian ini, saya menyajikan ringkasan atas naskah-naskah drama tersebut satu persatu sebelum memberikan ulasan kritis terhadapnya. LWF dan AIH memiliki tema yang mirip, yaitu seputar kehidupan masyarakat kelas atas Inggris dan intrik, kemunafikan sekaligus kekonyolan yang menyertai dan inheren dalam kehidupan kelompok sosial tersebut. LWF berkisah tentang sepasang suami istri bangsawan, Lord Windermere dan Lady Windermere. Lady Windermere curiga bahwa suaminya, Lord Windermere, berselingkuh dengan seorang perempuan yang bernama Mrs. Erlynne. Masalah bertambah pelik tatkala Lady Windermere mengetahui suaminya telah memberi Mrs. Erlynne uang bulanan selama beberapa bulan terakhir.

Tidak hanya itu, Lord Windermere bersikeras untuk mengundang Mrs. Erlynne di pesta ulang tahun istrinya dengan alasan Erlynne adalah ‘perempuan terhormat’ yang ‘ingin kembali ke masyarakat’ (Wilde, 2000: 345). Sebagai balasan, Lady Windermere berencana untuk menjawab ajakan selingkuh dari salah seorang tamu pria yang datang ke pestanya. Untungnya, Mrs. Erlynne berhasil menghentikan rencana Lady Windermere. Usut punya usut, Mrs. Erlynne rupanya adalah ibu kandung dari Lady Windermere yang mengira bahwa ibunya meninggal sewaktu ia masih kecil. Akhir cerita, hubungan Lady Windermere dan Lord Windermere kembali harmonis, dan Mrs. Erlynne menerima lamaran seorang bangsawan yang ia temui di pesta ulang tahun Lady Windermere. Masih membahas tema yang serupa, AIH berkisah tentang Sir Robert Chiltern, seorang politisi dan bangsawan muda yang sedang naik daun di London. Dalam sebuah pesta yang dihadiri oleh anggota kelas atas di London, ia bertemu Mrs. Cheveley, yang mengetahui rahasia kotor dari kesuksesan Sir Robert. Rupanya, almarhum kekasih Mrs. Cheveley, Baron Arnheim, meyakinkan Sir Robert untuk membocorkan rencana Pemerintah Inggris untuk membeli saham di Terusan Suez. Tiga hari sebelum Pemerintah Inggris mengumumkan rencana pembelian saham tersebut, Baron Arnheim membeli saham tersebut dan untung besar. Sebagai imbalannya, Sir Robert juga ‘kecipratan’ keuntungan tersebut, yang kemudian ia gunakan sebagai modal politiknya. Mrs. Cheveley mengancam akan membocorkan rahasia Sir Robert apabila Sir Robert tidak mendukung rencana pembangunan sebuah kanal di Argentina yang sarat dengan korupsi. Awalnya, Sir Robert yang mulanya menolak terpaksa mendukung proyek korup tersebut. Sialnya, istrinya, Lady Chiltern, mengetahui perubahan sikap Sir Robert, dan kesal terhadap perbuatan suami yang tidak mencerminkan perilaku ‘suami ideal’ (‘an ideal husband’). Pahlawan dan penyelamat dari tragedi Sir Robert adalah Lord Goring, teman dari Sir Robert yang juga seorang bangsawan namun menjalani hidup secara bebas dan terkesan tidak peduli dengan norma-norma sosial ala kaum borjuis dan aristokrat Victorian: berambut gondrong, suka berkelakar, belum ingin menikah meskipun sudah memasuki usia kepala tiga, dan karenanya sering diomeli ayahnya yang juga seorang bangsawan. Akhir cerita, tidak hanya dosa politik Sir Robert berhasil ditutupi, ia juga akhirnya menolak pengesahan proyek kanal yang dinilai korup itu. Karir politik Sir Robert kembali menanjak, kehidupan rumah tangganya terselamatkan,

dan Lord Goring pun akhirnya direstui untuk menikah dengan gadis pujaannya yang juga adik dari Sir Robert, Miss Mabel Chiltern. Dengan latar belakang sosial yang masih relatif sama namun topik yang berbeda, TIBE mengangkat isu yang tidak kalah sensitif: pernikahan dan norma sosial. TIBE berkisah tentang dua orang pemuda dari kelas atas di London, Algernon ‘Algy’ Moncrieff dan John ‘Ernest’ Worthing. Karena ‘sesaknya’ norma dan ketentuan sosial di kehidupan sosial London, Algy dan Ernest sengaja berbohong dengan memiliki identitas ganda: Algy mengaku memiliki ‘teman’ yang bernama Bunbury, sedangkan John alias Ernest memiliki identitas ganda sebagai John atau Paman Jack di desa yang selalu khawatir dengan ‘adiknya’, Ernest yang tinggal di London, sedangkan di kota, Jack sendiri mengaku bernama ‘Ernest’. Masalah kemudian muncul ketika John melamar sepupunya Algy yang juga seorang bangsawan, Gwendolen Fairfax. Gwendolen menerima lamaran John masalahnya, ia tertarik kepada John karena ia mengenal John sebagai ‘Ernest’, dan menurut Gwendolen, ‘cita-citaku selalu adalah untuk mencintai seseorang yang bernama Ernest’ (hlm. 490). Dari sini, muncullah masalah pertama: John harus secara resmi bernama Ernest supaya bisa menikahi Gwendolen, oleh karena itu, ia berencana untuk membuat kabar palsu: Ernest, ‘adiknya’ John, baru saja meninggal, agar nama ‘Ernest’ bisa dipakai oleh John ketika ia pelesir di kota. Tetapi, masalah tidak berhenti di sini. Algy, yang diam-diam mencatat alamat rumah John di desa, kemudian bertemu dan naksir dengan anak angkat John, Cecily Cardew. Masalahnya, Algy juga mengaku bernama ‘Ernest’. Penyebabnya sama: Cecily juga hanya mau menikahi lelaki bernama Ernest. John, yang sudah membawa kabar meninggalnya ‘Ernest’, kemudian datang ke rumahnya hanya untuk segera terkejut kembali, karena ‘Ernest’ tiba-tiba ada di rumahnya! Tak lama, Gwendolen juga mendatangi rumah John. Ini semua berujung ke timbulnya masalah kedua: Gwendolen dan Cecily berebut untuk menikahi ‘Ernest’. Solusi yang dipikirkan oleh Algy dan John juga tidak kalah bermasalahnya: kedua-duanya ingin kembali dibaptis dengan nama ‘Ernest’!. Kemudian, datanglah Lady Brucknell, ibu dari Gwendolen sekaligus tantenya Algy. Keadaan kemudian bertambah pelik: karena Lady Brucknell tidak setuju apabila Gwendolen menikahi John, maka John juga tidak merestui hubungan antara Algy dengan anak angkatnya, Cecily. Namun, cerita ini kemudian memiliki akhir yang berbahagia: setelah ditelusuri, barulah diketahui bahwa

John adalah anak dari saudara perempuan Lady Brucknell. Dengan kata lain, John adalah kakak dari Algy dan juga keponakannya Lady Brucknell. Kemudian, diketahui juga bahwa nama baptis John adalah Ernest. Cerita ditutup dengan Lady Brucknell yang merestui hubungan Gwendolen dengan John, John yang merestui hubungan Cecily dengan Algy, dan John yang menyadari bahwa “…untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku menyadari pentingnya menjadi si Jujur” (“…I’ve now realized for the first time in my life, the vital Importance of Being Earnest.”) (hlm. 538).

Dari tiga lakon ini, apa yang bisa kita pelajari dan amati? Setidaknya kita bisa melihat tiga lakon ini dari tiga aspek, yaitu gaya penulisan, isi atau substansi, dan kritik dalam tema-tema yang diangkat. Pertama, dari segi penulisan, setidaknya ada tiga ciri khas dari lakon-lakon Wilde yaitu permainan kata-kata (wit), kejenakaan (comedy), dan terkadang kekonyolan (farce) (Foster, 1956). Apabila kita amati lebih lanjut, biasanya kejenakaan yang menjadi ciri khas lakon-lakon Wilde terletak pada dialog di antara para tokohnya. Yang lebih menarik lagi, kejenakaan ini dapat segera dipahami dengan baik oleh penonton termasuk oleh saya yang bukan penutur asli Bahasa Inggris. Ini juga menandakan ciri khas yang lain dari lakon-lakon Wilde–lakon yang membahas mengenai kekonyolan masyarakat kelas atas Inggris, khususnya London di Era Victoria yang dapat dipahami oleh khalayak.

Kedua, secara substansi, tema-tema yang diangkat oleh Wilde dalam lakonlakonnya sesungguhnya adalah tema-tema yang sensitif pada masanya: skandal politik, pengancaman, masa lalu yang gelap dari para orang penting, kerepotan untuk menjalani moralitas dan norma sosial Victorian, hingga pernikahan. Skandal Sir Robert dalam AIH misalnya, bagi saya, terdengar seperti lagu lama: seorang politisi muda terkemuka yang menjustifikasi ‘dosa’ masa lalunya agar bisa tampil ke permukaan dan ‘mengabdi’ ke masyarakat (terdengar familiar?). Contoh lain yang tidak kalah konyol dan menariknya adalah Algy dan John dalam TIBE: dua pemuda kelas atas yang memiliki identitas ganda agar bisa menjalani kehidupan sebagai ‘orang baik dan terhormat’ di satu sisi dan ‘orang bebas’ di sisi lain yang saking ngebetnya ingin kawin bersedia menempuh sebuah jalan pintas: dibaptis ulang dengan nama Ernest (ini juga mengingatkan saya akan 1.001 cara masyarakat Indonesia, baik kelas bawah maupun kelas atasnya, untuk ‘mengakali’ lembaga pernikahan, mulai dari membuat KTP baru, nikah siri, hingga berbagai justifikasi atas praktek poligami). Membaca lakon-lakon

Wilde dalam konteks ini, barulah kita merasakan pedasnya kritik Wilde: moralitas Victorian sesungguhnya adalah moralitas yang munafik, hipokrit. Ketiga, kritik atas kemunafikan moralitas Victorian yang membelenggu ‘para pengikutnya’ (baca: kelas atas) juga terasa makin subversif karena disajikan dengan cara-cara yang jenaka, komedi, dan konyol. Hal-hal yang dianggap serius, penting, bahkan sakral, seperti politik, pencitraan publik, bahkan institusi keluarga dan pernikahan dikritik oleh Wilde, dengan caranya yang kocak dan cerdas.

Tiga naskah drama atau lakon dari Wilde ini, dalam pandangan saya, meneguhkan posisi Wilde sebagai kritikus sosial terdepan atas kebangkrutan moralitas Victorian yang dapat menyampaikan kritiknya dengan cara-cara yang artistik dan jenaka. Estetika dan Kegelisahan Sosial Dalam ThePictureOfDorianGray

Tiga naskah drama atau lakon dari Wilde ini, dalam pandangan saya, meneguhkan posisi Wilde sebagai kritikus sosial terdepan atas kebangkrutan moralitas Victorian yang dapat menyampaikan kritiknya dengan cara-cara yang artistik dan jenaka. Wilde dalam TPDG sesungguhnya berusaha bergumul dengan keterbatasan filsafat estetika dan hedonisme serta mencoba merumuskan kritik terhadapnya sembari, lagi-lagi, mengkritik moralitas Victorian ala kelas menengah dan elit penguasa Inggris. TPDG berkisah tentang Lord Henry Wotton, seorang pelukis yang sensitif bernama Basil Hallward, dan seorang pemuda tampan yang bernama Dorian Gray yang menjadi model lukisan Basil. Di tengah-tengah perbincangan antara tiga tokoh tersebut, Lord Henry melontarkan dukungannya atas sebuah aliran pandangan estetika di zamannya yang mengagungkan hedonisme, bahwa seni haruslah mengabdi hanya untuk seni dan bahwa tujuan terpenting dalam hidup adalah pencarian akan keindahan dan juga kenikmatan (Matsuoka, 2003: 77). Terpengaruh pandangan Lord Henry, Dorian akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang hedonis. Dalam perjalanan Dorian untuk memenuhi hasrat hedonisnya, harapan Dorian juga menjadi kenyataan alih-alih dirinya sendiri, lukisan dirinya yang dibuat oleh Basil akan menua. Kejadian ini membuat Dorian semakin hedonis sekaligus liar, sampai-sampai ia rela membatalkan pertunangannya dan membunuh Basil. Dalam penyesalannya, akhirnya Dorian memutuskan untuk menusuk lukisan dirinya yang sudah buruk rupa dan menua. Akhir cerita, Dorian meninggal dalam keadaan tertusuk, tua, dan buruk rupa, sedangkan lukisan dirinya kembali pada kondisi awalnya seperti semula.

Sebelum membahas kritik Wilde terhadap gerakan estetika dan moralitas

Victorian dalam TPDG, ada baiknya kita sedikit membahas mengenai konteks sosial saat gerakan Estetika muncul. Pertama-tama, perlu diingat bahwa Estetika lahir di tengah-tengah puncak industrialisasi dalam Revolusi Industri di Era Victoria. Estetika adalah reaksi terhadap ‘produk-produk buruk rupa yang dihasilkan oleh mesin-mesin buatan’ yang berimbas kepada ‘menghilangnya yang indah’ (‘the disappearance of the beautiful’) (hlm. 78). Karya-karya Wilde, sebagaimana karya-karya seniman Estetik lain, seperti John Ruskin dan William Morris, perlu ditempatkan dalam konteks ini. Di tengah usaha penyelamatan terhadap ‘yang indah’, kaum Estetik-Dekaden bersimpang jalan dengan kelas menengah Inggris di waktu itu. Bagi kelas menengah Victorian, terdapat signifikansi moral yang inheren dalam kesenian dan menjadi kewajiban bagi kesenian untuk mengeksplisitkannya, sedangkan bagi kaum Estetik-Dekaden, kesenian berarti adalah apresiasi terhadap keindahan (hlm. 78 9). Namun, terdapat perbedaan pandangan dalam aliran Estetik-Dekaden itu sendiri. Wilde sendiri berdiri di persimpangan jalan antara berbagai tendensi dalam aliran ini, suatu hal yang juga tercermin dalam tiga karakter Wilde (Lord Henry, Basil, dan Dorian Gray) dalam TPDG. Bagi Matsuoka, ini sesungguhnya menunjukkan ambivalensi Wilde dalam melihat potensi artistik dan kritik aliran Estetik-Dekaden. Di satu sisi, Wilde bisa dikatakan sebagai bagian utama, jikalau bukan representasi terbaik, dari aliran EstetikDekaden. Di sisi lain, Wilde juga kritis terhadap kecenderungan hedonisme yang eksesif yang dapat muncul dari filsafat Estetik-Dekaden. Konflik segitiga antara Lord HenryBasil-Dorian dalam TPDG juga menunjukkan ambivalensi Wilde: ada Lord Henry yang menganjurkan estetika yang hedonistik, ada Dorian yang menerapkan hedonisme secara ekstrem yang kemudian menyesali perbuatannya, dan ada Basil yang menghargai keindahan namun berpendapat bahwa ‘yang baik’ (the good) tidaklah terlepas dan selalu bertautan dengan ‘yang indah’ (the beautiful) dan ‘yang nikmat’ (the pleasurable) (hlm. 80). Ini diakui sendiri oleh Wilde, yang dalam salah satu suratnya mengatakan, “Basil Hallward adalah apa yang aku pikirkan tentang diriku; Lord Henry adalah apa yang dunia pikir tentang diriku; Sedangkan Dorian, aku ingin menjadi seperti dirinya –mungkin di masa lain.” (Holland & Hart-Davis, 2000: 585). Secara garis besar, menurut Matsuoka, setidaknya ada dua kecenderungan di aliran Estetik-Dekaden di masa Wilde: kecenderungan pertama, yang diwakili oleh penulis seperti Walter Pater dan tokoh Lord

Henry dalam TPDG, menganjurkan pemisahan antara seni dan keindahan dari moralitas. Sedangkan kecenderungan pertama, yang disebut oleh Matsuoka sebagai moralis estetik (aesthetic moralists), diwakili oleh kritikus seni John Ruskin dan tokoh Basil dalam TPDG, tetap mengkritik moralitas status quo (Victorian), namun menolak menyingkirkan ‘yang baik’ dalam seni dan keindahan (hlm. 80). Kebetulan, baik Walter Pater maupun John Ruskin adalah mentor Wilde semasa ia kuliah di Oxford (hlm. 80). Oleh karena itu, tidak heran apabila kita melihat berbagai dilema dalam aliran EstetikDekaden tercermin dalam karya Wilde. Terlepas dari perbedaan dari dua tendensi pemikiran dalam aliran Estetik-Dekaden, satu hal yang menyatukan mereka adalah kritik mereka terhadap moralitas Victorian. Sejatinya, apa yang menjadi kritik utama dari kaum Estetik-Dekaden adalah ide bahwa kesenian harus mengabdi kepada suatu kepentingan moral yang lebih tinggi (some higher moral purpose), yang sesungguhnya berarti moralitas aristokratik, borjuis, dan borjuis kecil dari Victorianisme yang sesugguhnya, setidaknya menurut Wilde, dipenuhi dengan kemunafikan dan kontadiksikontradiksi di dalamnya. ‘Basis material’ yang memungkinkan kritik Wilde terhadap Victorianisme muncul, menurut Matsuoka, adalah tantangan terhadap struktur kelas masyarat yang rigid dan romantisme kelas menengah Inggris di masanya (hlm. 81). Di aspek kesenian, Wilde mengkritik kecenderungan kesenian yang vulgar dan dangkal dari kelas menengah Inggris yang kemampuan ekonominya mulai menanjak dan mencoba menikmati berbagai karya dan aktivitas kesenian (hlm. 84). Ini terlihat, misalnya, dari pergeseran tren kesenian Victorian yang mula-mula ‘dipimpin’ oleh para seniman yang berafiliasi dengan Royal Academy of Arts yang kemudian ‘diambil alih’ oleh kelas menengah Inggris dengan perkumpulan keseniannya, Art Union, yang mempromosikan realisme domestik (domestic realism), penghormatan dan puji-pujian dalam karya seni, dan pengutamaan atas aktivitas sosial, seperti jalan-jalan dan kunjungan ke berbagai galeri seni alih-alih penghargaan atas karya seni semuanya atas nama norma sosial ala Victorian (hlm. 82 4). Kritik ini diungkapkan secara tajam melalui pernyataan Lord Henry dalam TPDG, “zaman sekarang, orang-orang tahu harga semua hal, tetapi tidak tahu nilainya” (hlm. 84; cetak miring oleh penulis). Di aspek sosial, Oscar lain tidak hanya mengkritik berbagai kontradiksi moralitas dan ‘kedangkalan’ kesenian kelas menengah dan kelas atas Victorian, namun juga menyerang optimisme palsu dan norma

seksualitas mereka. Sosok Dorian, menurut Matsuoka, adalah gambaran kemunafikan (hypocrisy) kelas borjuis-aristokrat: di satu sisi ia melakukan segenap perbuatan yang dianggap imoral, namun di sisi lain ia tampil dengan penampilan yang luar biasa mengesankan (hlm. 85). Wilde juga mengkritik optimisme dan kebaikan moralis ala kaum borjuis-aristokrat, yang menurut Wilde sesungguhnya timbul dari ketakutan kaum borjuis-aristokrat akan kemungkinan ‘dirampasnya’ privilese sosial mereka, sebagaimana diungkapkan oleh Lord Henry kepada Basil (hlm. 85). Lebih lanjut lagi, Wilde mencoba menampilkan kontras antara kemewahan kelas yang berpunya dan berkuasa dengan kesulitan hidup yang membebani mayoritas rakyat Inggris di masa Victoria. Padahal, aktivitas produktif dilakukan oleh mayoritas rakyat tersebut, sedangkan kelas borjuis-aristokrat Victorian melihat aktivitas produktif sebagai beban dan menganggap waktu luang (leisure) dan bermalas-malasan (idleness) sebagai suatu privilese sosial. Wilde secara sinis menyebut gaya hidup kaum borjuis-aristokrat sebagai “seni tidak melakukan apa-apa secara gemilang ala kaum bangsawan” (“the great aristocratic art of doing nothing”) (hlm. 87). Kritik Wilde ini, menurut Chamberlin (1972), terdengar mirip dengan kritik ekonom nyentrik Thornstein Veblen atas konsumsi mencolok atau pamer (conspicuous consumption) dari kelas atas yang gemar menghabiskan waktu luang yang juga disebut Veblen sebagai the leisure class. Wilde juga menunjukkan kontras antara kelas penghisap dan kelas produktif dengan sosok Dorian, yang selalu bergerak melintasi dua dunia: kelas-kelas dengan status sosial tertinggi dan terendah (Matsuoka, 2003: 87). Terakhir, Wilde juga mengkritik norma seksualitas yang kaku dan mengekang ala Era Victoria. Hasrat seksual Dorian yang tidak terkontrol, liar, dan eksperimental, menurut Wilde, sesungguhnya adalah ‘efek samping’ dari “represi borjuis Victorian atas segala bentuk seksualitas non-reproduktif” (hlm. 89).

Interpretasi Matsuoka atas TPDG juga senada dengan interpretasi Ryan dan Cadwallader (2013) atas kritik Wilde atas hedonisme ekstrem ala Dorian, interpretasi Duggan (2008 2009) atas berbagai dilema yang berkaitan dengan kemampuan filsafat estetika merumuskan suatu kritik sosial, dan interpretasi Quintus (1980) atas dimensi moral dari Estetika Wilde. Namun, terlepas dari ambivalensi Wilde atas berbagai dilema dan potensi kritik aliran Estetik-Dekaden, secara sadar Wilde mengusung suatu bentuk

seni yang ingin menonjolkan keindahan sekaligus membongkar kebangkrutan moralitas

Victorian dalam TPDG. Sosialisme dan Teknologi Dalam TheSoulOfMan Dan DeProfunds

Jikalau sebelumnya kita banyak membahas mengenai karya-karya seni Wilde, di bagian ini kita beralih ke tulisan Wilde dalam versinya yang lain. Pertama, dibahas traktat politik Wilde yang berjudul The Soul of Man Under Socialism (Jiwa Manusia dalam Sosialisme) yang juga dikenal sebagai The Soul of Man. Selanjutnya, dibahas surat panjang Wilde yang ditulisnya semasa ia di penjara yang ditujukan kepada kekasihnya Bosie, De Profundis (diambil dari Mazmur 130 dalam Perjanjian Lama, yang berarti ‘Dari Kedalaman’). Selain traktat politik, The Soul of Man juga dapat dibaca sebagai tulisan di mana visi politik dan kesenian Wilde bertemu. Sedangkan De Profundis, yang bernuansa kontemplatif, dapat dibaca sebagai renungan dan rangkuman pemikiran Wilde seputar kesenian, politik, dan teologi. The Soul of Man membahas berbagai macam tema, mulai dari sosialisme, anarkisme, negara, individualisme, bentuk pemerintahan, kesenian, Hellenisme, hingga kebebasan. Wilde memulai traktatnya dengan mengkritik konsep sumbangan dan altruisme: “They find themselves surrounded by hideous poverty, by hideous ugliness, by hideous starvation. It is inevitable that they should be strongly moved by all this. The emotions of man are stirred more quickly than man’s intelligence; and, as I pointed out some time ago in an article on the function of criticism, it is much more easy to have sympathy with suffering than it is to have sympathy with thought. Accordingly, with admirable though misdirected intentions, they very seriously and very sentimentally set themselves to the task of remedying the evils that they see. But their remedies do not cure the disease: they merely prolong it. Indeed, their remedies are part of the disease.” (“Mereka dikelilingi oleh kemiskinan, keburukan, dan kelaparan yang kejam. Adalah tak terhindarkan apabila mereka merasa tergerak oleh semua itu. Emosi manusia lebih cepat terpanggil daripada daya pikirnya, dan, seperti sudah kutunjukkan beberapa waktu yang lalu dalam sebuah artikel tentang fungsi kritisisme, adalah lebih mudah untuk bersimpati kepada penderitaan daripada bersimpati kepada pemikiran. Karenanya, dengan niat yang mengesankan namun salah sasaran, mereka dengan amat serius dan sentimental berupaya mengatasi kejahatan yang mereka lihat itu. Namun, jawaban yang mereka berikan tidak mengobati penyakit tersebut, jawaban

tersebut hanya memperpanjang penyakit itu. Sungguh, jawaban yang mereka berikan adalah bagian dari permasalahan”).

Bagi Wilde, moralitas borjuis-aristokrat Victorian bukanlah jawaban, melainkan bagian dari permasalahan sosial yang berupa kemiskinan, kesengsaraan, dan kelaparan. Tujuan politik yang pantas, menurut Wilde, adalah “…menata ulang masyarakat sehingga kemiskinan menjadi tidak mungkin.” Dengan sosialisme, maka segala permasalahan sosial ini bisa diatasi, terutama karena “…Sosialisme sendiri berharga karena ia akan membawa kita kepada Individualisme.”. Di sini, kita bisa melihat ada yang menarik dari politik Wilde: ada nuansa libertarian atau anarkis dalam Sosialisme Wilde. Lebih lanjut lagi, Wilde mengamati bagaimana industrialisasi, yang dianggap memiliki potensi untuk memerdekakan manusia dari kewajiban kerja, malah semakin memperbudak (enslave) manusia melalui perkembangan mesin-mesin industri. Wilde juga menggarisbawahi pentingnya individualisme, yang ia definisikan sebagai kebebasan individu untuk merealisasikan potensinya tanpa hambatan struktural, dalam masyarakat sosialis. Wilde juga berkali-kali menyatakan skeptisismenya terhadap institusi negara, terutama kecenderungan watak koersif dan otoritarian yang ia lihat dari negara. Dalam hal dukungannya terhadap praktik-praktik sosial baru dan pengorganisasian, Wilde berpendapat bahwa “semua asosiasi haruslah sedikit banyak didasarkan atas prinsip kesukarelaan. Hanya dalam asosiasi-asosiasi yang sukarelalah manusia akan baik-baik saja.” (cetak miring bersumber dari teks aslinya).

Di dalam The Soul of Man, Wilde juga secara ekstensif membahas secara panjang mengenai visi dan filsafat keseniannya. Pengaruh aliran Estetik-Dekaden masih terasa di sini: berkali-kali Wilde menyatakan pentingnya Seni (dengan ‘S’ kapital) dan kesenian. Di sinilah, visi politik dan kesenian Wilde beradu. Di satu sisi ada semangat egalitarianisme, terutama dalam kritik Wilde atas aktivitas kerja kasar yang menurutnya adalah suatu proses dehumanisasi. Namun, di sisi lain, ada kritik terhadap selera kesenian publik yang menurutnya vulgar dan dangkal, yang terlihat dalam pernyataanpernyataan seperti “sekarang Seni tidak boleh mencoba menjadi populer. Publiklah yang harus menjadi artistik,” atau “karya seni haruslah mendominasi penikmatnya: penikmatnya tidak boleh mendominasi karya seni.” Ini menggambarkan semacam dilema dan pertentangan antara visi politik dan visi kesenian Wilde. Tema lain yang kerap muncul dalam The Soul of Man adalah teladan dari figur Yesus Kristus. Meskipun

seorang bohemian, dan kerap mengungkapkan skeptisismenya terhadap aspek-aspek ortodoks dari agama beserta institusinya, Wilde tampaknya begitu terinspirasi dengan sosok Kristus satu tema yang kemudian juga muncul dalam De Profundis dan kehidupannya ketika ia memutuskan menjadi seorang Katolik. Yesus, bagi Wilde, adalah semacam teladan: ia mengkritik akumulasi harta dan kepemilikan pribadi, membela mereka yang miskin, mengampuni dosa, dan tersentuh oleh cinta. Namun, bagi Wilde, kita tidak perlu mewujudkan Individualisme melalui penderitaan seperti Kristus. Individualisme bisa dicapai melalui kesenangan (joy).

Wilde menutup traktatnya dengan kembali mengingatkan bahaya simpati semu. Kemudian, ia kembali mengambil contoh perjuangan Kristus relevansinya dalam mewujudkan suatu tatanan masyarakat Sosialis yang voluntaris. Di akhir traktatnya, Wilde menyerukan bahwa ‘Individualisme baru adalah Hellenisme baru. Hellenisme yang dimaksud Wilde adalah cita-cita masyarakat Yunani kuno mengenai suatu visi masyarakat yang egaliter yang tiap-tiap individu dapat berkembang dan merealisasikan potensinya yang ada dalam pikiran mereka namun tidak dapat direalisasikan pada masa itu. Dengan Sosialisme dan Individualisme, menurut Wilde, maka Hellenisme baru itu dapat tercapai. Tema-tema yang sama, namun dengan nada yang lebih kontemplatif dan rendah hati, juga dapat ditemukan dalam De Profundis. De Profundis dimulai dengan sebuah pernyataan yang menyiratkan keputusasaan, “tempatku akan berada di antara Gilles de Retz dan Marquis de Sade.” Kemudian, Wilde memulai dengan bercerita mengenai kehidupannya, hubungannya dengan Bosie, hingga kesulitan hidupnya selama di penjara. Awalnya, ada kalimat yang bernada bombastis, “Para Dewa telah memberiku hampir segalanya. Aku memiliki kejeniusan, nama yang terkemuka, posisi sosial yang tinggi, kebrilianan, keberanian intelektual.” Namun, di bagian selanjutnya, Wilde jauh lebih rendah hati dalam De Profundis. Di tengah-tengah kesulitan hidupnya, Wilde menyatakan bahwa baik moralitas, agama, maupun akal tidaklah membantunya, karena, “Aku terlahir sebagai antinomian. Aku adalah satu dari sekian yang tercipta untuk pengecualian, bukan untuk (mematuhi) hukum. Dalam kesusahannya, ia menemukan bahwa penderitaan (suffering) merupakan jalan untuk menemukan dirinya. Dengan kata lain, melalui kesulitan, ia kembali meneguhkan dirinya sebagai seorang individualis. Kembali, figur Yesus menjadi panutan bagi Wilde. Menurutnya, ‘Dan di atas segalanya, Kristus adalah individualis yang paling agung.’

Di sini, kita dapat melihat evolusi dan kesinambungan pemikiran Wilde tentang individualisme, kebebasan dan Kristus di sini. Di The Soul of Man, Wilde secara optimis menyatakan bahwa kita tidak perlu menempuh jalan penderitaan seperti Kristus demi mencapai individualisme. Namun, perjalanan hidup Wilde dan pengalamannya di penjara seperti yang ditulisnya dalam De Profundis menunjukkan bahwa bagi Wilde, untuk mencapai jati diri Individualisnya, rupa-rupanya ia harus menempuh jalan seperti Kristus: jalan penderitaan. Namun demikian, ada satu teka-teki atau puzzle di sini: bagaimana Wilde yang menganggap bahwa agama, moralitas, dan akal tidak akan menolongnya, justru berpaling kepada Kristus yang dianggapnya contoh terbaik Individualisme?. Pengakuan inilah, menurut Simon Critchley (2009), profesor di The New School, New York, aspek yang paling radikal dari konsepsi Wilde tentang keimanan dan individualisme. Menurut Critchley, ada beberapa hal yang menarik yang dapat dikaji dari De Profundis. Pertama, dalam kesusahan hidupnya, Wilde menyadari bahwa kerendahhatian (humility) dan penderitaan (suffering) adalah jalannya untuk menemukan kebahagian dan Individualisme. Kedua, dalam penderitaannya, alih-alih bersujud kepada otoritas, moralitas, hukum, atau yang transedental (some transcedent deity), ia menjadikannya sebagai momen baru untuk realisasi dirinya (‘fresh mode of self-realization). Ketiga, agama menurut Wilde adalah ‘kesetiaan estetis’ (aesthetic fidelity) terhadap suatu simbol yang kita ciptakan sendiri bagi Wilde, jelas, simbol tersebut adalah Kristus. Keempat, bagi Wilde, Kristus adalah ‘seniman agung yang romantis’ (supreme romantic artist), karena, ‘Ia mengambil seluruh dunia yang diam, dunia kesakitan yang tanpa suara, sebagai kerajaan-Nya dan menjadikan diri-Nya juru bicara.’ Kristus menjadi seniman yang paling agung dan romantis karena Ia menjadikan diri-Nya suara bagi mereka yang bisu (voiceless), dalam hal ini tidak hanya mereka yang lemah dan tertindas, namun juga mereka yang berpunya namun terjebak dalam hedonisme yang terkomodifikasi. Kelima, di De Profundis, kita bisa melihat bagaimana visi Sosialisme dan teologi Wilde bertemu: jika sebelumnya, dalam The Soul of Man, Wilde meyakini bahwa Sosialisme dan Individualisme dapat dicapai tanpa melalui penderitaan ala Kristus, Imitatio Christi, di De Profundis, Wilde tidak begitu yakin. Sebagai tambahan dari saya, satu sisi lain dari diri dan karya Wilde yang dapat kita lihat dalam De Profundis adalah genealogi pemikiran Wilde dan beberapa pemikir serta penulis yang berpengaruh dalam pemikiran Wilde. Wilde menyebut, antara lain,

Walter Pater, mentornya di Oxford, Victor Hugo, Charles Baudelaire, dan Peter Kropotkin, sang pangeran anarkis. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa selain membaca karya-karya seni Wilde, maka untuk lebih memahami bangunan pemikiran Wilde, kita juga perlu membaca The Soul of Man dan De Profundis. Jika karya-karya Wilde adalah manifestasi atau pengejawantahan dari pemikiran, pemahaman seni, dan kritik sosialnya, The Soul of Man dan De Profundis adalah refleksi dan fondasi dari karya dan pemikirannya. Terdapat evolusi tetapi juga kesinambungan pemikiran Wilde dalam The Soul of Man dan De Profundis, namun tema-tema yang diangkat Wilde kurang lebih sama, yaitu politik, teologi, Individualisme, filsafat seni, dan perjalanan hidupnya.

Samakan Tanggapan

Teman-teman sekalian, pada bagian samakan tanggapan silahkan teman-teman mereview rangkuman. Kemudian teman-teman kemukakan hasil bacaan anda dari Chapter Book yang telah dibaca.

Aksi Individu

Teman-teman sekalian, setelah kalian membaca materi mengenai Oscar Wilde, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah:

1. Sebutkan novel-novel yang telah diciptakan oleh Oscar Wilde

2. Hal apa yang dilakukan intelektual Meksiko untuk membentuk kembali citra Oscar Wilde?

3. Jelaskan isi dari Novel yang berjudul 'Ackroyid' karya Oscar Wilde!

4. Cerpen "Pangeran Bahagia" karya Oscar Wilde menceritakan tentang apa?

5. Mengapa Oscar Wilde menjadi salah satu dramawan paling sukses di masa Victorian London?

Sharing Informasi

Teman-teman sekalian, kita telah belajar mengenai materi dari sastrawan dunia Oscar Wilde. Pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang tokoh tersebut, mungkin ada dari teman-teman yang setuju atau tidak dari pendapat yang lain. Silakan dikemukakan atau didiskusikan secara langsung. Teman-teman sekalian, dalam memberi pendapat kami harap diperkuat dengan argumen-argumen yang dapat anda pertanggung jawabkan yang berasal dari sumber artikel, jurnal, buku online dan hasil penelitian. Terima kasih, salam sehat, dan tetap bahagia.

ERNEST HEMINGWAY

Pengantar

Hai teman - teman , Ini adalah pelajaran Mata kuliah sastra Dunia yang di Ampuh oleh saya dan teman teman saya pada angkatan 2020 di Fakultas Bahasa dan Sastra Tepatnya di jurusan Sastra Indonesia Ok. Bagaimana kabar hari ini? Semoga senantiasa dalam keadaan yang bugar dan siap untuk menerima materi materi yang telah disiapkan oleh beberapa kelompok Pada pertemuan kali ini kita akan membahas tokoh penting dalam sastra yaitu Ernest Hemingmway , siapakah dia? Nah teman teman untuk kalian yang merasa asing , mari kita simak materi yang telah kami sajikan dengan baik yah , agar kalian tidak melewatkan sesuatu yang penting , unik dan moyivasi dalam kehiudpan seorang Ernest Hemingway. Ernest Miller Hemingway (kelahiran 21 Juli 1899 – meninggal 2 Juli 1961 pada umur 61 tahun) yaitu seorang novelis, pengarang tuturan pendek, dan jurnalis Amerika. Gaya penulisannya yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat dan dengan gaya seadanya (understatement) dan mempunyai pengaruh yang penting terhadap perkembangan fiksi seratus tahun ke-20. Tokoh-tokoh protagonis Hemingway kebanyakan stoik, seringkali diamati sebagai proyeksi dari karakternya sendiri–orangorang yang harus memperlihatkan "keanggunan di bawah tekanan." Jumlah dari karyanya diasumsikan klasik di dalam kanon sastra Amerika Untuk mempelajari lebih lanjut teman teman bisa mengakses di internett yah :)

Refleksi Diri

Oh yaa , teman teman sebelum kita melanjutkan materi mengenai Sastrawan dunia ernest hemingway mungkin ada teman teman sekalian yang sudah atau pernah membaca karya karya dari Ernest hemingway atau teman teman pernah mendengar cerita tentang the old man on the sea nah itu adalah salah satu karya dari ernest yang terkenal .

Teman teman sekalian , selainada yang pernah membaca atau mendengar karya dari ernest hemingway , mungkin ada juga yang belum sama sekali atau merasa asing dengan nama Ernest hemingway , bagi yang belum mengenal Ernest Hemingway apa yang anda harapkan setelah mengikuti pertemuan pada materi ini?

Ekplorasi Konsep

Teman teman sekalian pada bagian eksplorasi konsep kita akan belajar mengenai riwayat hidup , karya karya ataupun quotes dari Ernest Hemingway . teman teman

BAB IX

dipersilahkan membaca secara lengkap. Selanjutnya silahkan teman teman klik file power Point (PPT) untuk mengetahui inti atau garis besar dari materi Ernest Hemingway.

Tujuan umum : Mengeksplorasi informasi yang berkaitan dengan tokoh ernest hemingway. Tujuan Khusus:

1. Menjelaskan biografi dari tokoh Ernes Hemingway.

2. Menjelaskan novel dan karya non fiksi Ernes Hemingway.

3. Menjelaskan teori dari Ernes Hemingway. Pembahasan

Ernest Hemingway dilahirkan pada 21 Juli 1899 di Oak Park, Illinois, suatu suburban dari Chicago. Hemingway adalah anak lelaki pertama dan anak kedua dari enam anak yang dilahirkan dalam keluarga Clarence Edmonds ("Doctor Ed") dan Grace Hall Hemingway. Ayah Hemingway, seorang dokter. Ayah Hemingway, seorang dokter, menyaksikan lahirnya Ernest dan setelahnya meniup suatu serunai di teras depannya, serta mengumumkan kepada tetanggatetangganya bahwa istrinya telah melahirkan seorang bayi lelaki.

Keluarga Hemingway tinggal di suatu rumah bergaya Victoria dengan enam kamar tidur, yang dibangun oleh nenek Ernest dari pihak ibunya yang telah menjanda, Ernest Hall, seorang imigran Inggris dan veteran Perang Saudara yang tinggal bersama keluarga mereka. Nama Hemingway diberikan mengikuti nama neneknya. Ibunda Hemingway berbakat menyanyi dan pernah bercita-cita menjadi penyanyi opera dan hidup dengan memberikan pelajaran menyanyi dan musik. Ia seorang yang dominan dan seorang yang saleh serta berpandangan ketat, yang mencirikan etika Protestan yang ketat di Oak Park. Ibunya ingin melahirkan anak kembar, dan ketika hal itu tidak terjadi, ia mendandani Ernest yang kecil dan saudara perempuannya Marcelline (18 bulan lebih tua) dengan pakaian yang sama dan gaya rambut yang sama pula, sambil berpura-pura bahwa kedua anak itu "kembar". Grace Hemingway semakin jauh memperlakukan anaknya secara feminin pada masa remajanya dengan memanggilnya "Ernestine." (Meskipun hal ini banyak dipermasalahkan oleh para penulis biografi khususnya Kenneth S. Lynn – perlu dicatat bahwa anak-anak lelaki dari kelas pertengahan keluarga Victorian sering diperlakukan seperti ini.)

Sementara ibunya menanti bahwa anaknya akan mengembangkan minat dalam musik, Hemingway mewarisi minat ayahnya yang aktif dalam keaktifan di luar rumah, yaitu berburu dan memancing di hutan-hutan dan danau-danau di Michigan utara. Keluarga itu memiliki suatu rumah yang dinamai Windemere di Danau Walloon, Michigan dan sering kali melewati liburan musim panasnya di sana. Pengalamanpengalaman awal dalam hubungan ketat dengan dunia ini kelak menanamkan dalam diri Hemingway kecintaan yang mendalam dan berlanjut seumur hidup terhadap petualangan di luar rumah dan kehidupan di tempat-tempat di dunia yang umumnya dianggap terpencil atau terisolasi.

Hemingway berlatih di SMA Oak Park dan River Forest dan di sana ia sukses berat dalam anggota akademis maupun atletik. Hemingway bertinju dan menjadi pemain rugby, serta memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam pelajaran sastra Inggris. Pengalaman menulisnya yang pertama adalah dalam Trapeze dan Tabula, surat kabar dan majalah sastra sekolah.

Setelah SMA Hemingway tidak melanjutkan ke sekolah tinggi. Sebaliknya, pada usia 17 tahun ia memulai karier kepenulisannya menjadi reporter muda kepada The Kansas City Star (1917). Meskipun ia bekerja di koran itu hanya selama enam bulan, sepanjang hidupnya ia menggunakan pedoman dari gaya penulisan Star' sebagai dasar kepada gaya penulisannya: "Gunakan kalimat-kalimat pendek. Gunakan alinea pertama yang singkat. Gunakan bahasa Inggris yang hidup. Bersikaplah positif, jangan negatif." Hemingway meninggalkan pekerjaannya sebagai reporter setelah hanya beberapa bulan dan juga hal ini bertentangan dengan keinginan ayahnya. Dia berusaha bergabung dengan Tingkatan Darat Amerika Serikat dan menyaksikan sikap yang dibuat dalam Perang Dunia I. Konon ia gagal dalam ujian kesehatan karena penglihatannya yang buruk (tidak terdapat catatan tentang hal ini), dan karena itu ia bergabung dengan Korps Ambulans Palang Merah yang berangkat ke Italia. Dalam perjalanan ke front Italia, ia beristirahat di Paris, yang saat itu sambung-menyambung dibom oleh artileri Jerman. Bukannya tinggal di tempat yang relatif bebas sama sekali dari bahaya di Hotel Florida, Hemingway malah berusaha mencapai arena pertempuran sedekat mungkin (Berridge, 1990).

Segera setelah tiba di front Italia, ia menyaksikan kebrutalan perang; pada hari pertama pekerjaannya, suatu pabrik amunisi dekat Milano mengalami ledakan.

Hemingway mesti memunguti potongan-potongan tubuh manusia, umumnya perempuan yang bekerja di pabrik itu. Perjumpaan yang pertama, dan paling kejam dengan maut ini membuatnya gemetar. Para serdadu yang dijumpainya tidak menolongnya dalam meringankan rasa ngeri yang dirasakannya.

Di front Italia pada 8 Juli 1918, Hemingway terluka ketika masih mengirim pasukan, hingga karirnya sebagai pengemudi ambulans pun selesai. Rincian persis tentang serangan yang dialami Hemingway yaitu terkena pecahan mortir parit Austria dan meninggalkan potongan-potongannya di kedua kaki Hemingway, serta suatu rentetan tembakan senapan mesin. Karena itu ia dianugerahi Medali Perak (medaglia d'argento) dari pemerintah karena, sementara terluka, ia menyeret seorang serdadu Italia yang terluka hingga ke tempat bebas sama sekali dari bahaya.

Setelah pengalaman ini, Hemingway dirawat di suatu rumah sakit Milano yang diurus oleh Palang Merah Amerika. Di rumah sakit itu tidak banyak yang dapat dilakukannya sebagai hiburan. Hemingway sering kali minum-minum dan membaca surat kabar untuk menghabiskan waktu. Disitu pulalah ia berjumpa dengan Suster Agnes von Kurowsky dari Washington, D.C., salah seorang dari 18 perawat yang masingmasing merawat empat pasien. Hemingway jatuh cinta kepada Suster Agnes, yang usianya lebih tua enam tahun darinya, tetapi hubungan mereka tidak berlanjut. Setelah ia kembali ke AS, Suster Agnes jatuh cinta dan menikah dengan lelaki lain. Kejadiankejadian ini memberikan ilham yang menjadi karya fiksi dalam salah satu novel pertama Hemingway, A Farewell to Arms.

Selain itu, pengaruh karangan-karangan Hemingway terhadap sastra Amerika terus dirasakan sampai sekarang. Memang, pengaruh gaya Hemingway begitu meluas sehingga dapat tampak dalam kebanyakan fiksi kontemporer, ketika para penulis menggali inspirasi entah dari Hemingway sendiri ataupun secara tak langsung melalui penulis-penulis yang secara sengaja meniru gaya Hemingway. James Joyce menyebut "A Clean, Well Lighted Place" sebagai "salah satu kisah terbaik yang pernah ditulis". Pulp fiction dan fiksi kriminal "matang" (yang berjamuran sejak 1920-an sampai 1950an) sering kali berhutang luhur kepada Hemingway. Gaya prosa Hemingway yang padat "Nick bentuk. Ia tidak apa-apa" diketahui telah mengilhami Bret Easton Ellis, Chuck Palahniuk, Douglas Coupland dan banyak pengarang Generasi X. Gaya Hemingway juga memengaruhi Jack Kerouac dan para pengarang Beat Generation yang

lain. J.D. Salinger konon pernah berhasrat menjadi pengarang kisah pendek luhur Amerika seperti Hemingway. Hunter S. Thompson sering membandingkan dirinya dengan Hemingway, dan kalimat-kalimat singkat gaya Hemingway dapat ditemukan dalam The Rum Diary. Di luar para pengarang sastra yang bertambah formal, novelis populer Elmore Leonard, yang mengarang banyak novel genre Western dan Kriminalitas, menyebut Hemingway sebagai tokoh yang paling memengaruhinya, dan hal ini tampak jelas dalam prosa yang ditulisnya dengan padat. Meskipun ia tak pernah mengklaim menulis sastra yang serius, ia pernah mengatakan, "Aku berusaha bisa dengan meniru Hemingway...... sampai aku sadar bahwa aku tidak mengikuti sikapnya terhadap kehidupan. Aku tidak menganggap diriku atau apa pun dengan serius seperti dia."

Dalam sastra Amerika latin, pengaruh Hemingway mungkin paling jelas kelihatan melalui karya-karya Gabriel García Márquez. Misalnya, sering kali mempergunakan laut sebagai citra sentral dalam fiksinya. Film 1988 The Moderns mengambil tempat di Paris pada saat Hemingway dengan tokoh sentralnya yang bernama Nick Hart, yang bersahabat dengan Hemingway. Novelis fiksi ilmiah Joe Haldeman mendapatkan Penghargaan Hugo dan Penghargaan Nebula terhadap novelnya, The Hemingway Hoax, sebuah kisah yang menjajaki kemungkinan dampak cerita-cerita Hemingway yang hilang terhadap sejarah ratus tahun ke-20. Band heavymetal terkenal, Metallica diilhami oleh 'For Whom The Bell Tolls' dan menulis sebuah lagu dengan judul yang sama yang menjadi paling terkenal. Pada 1999, Michael Palin melakukan napak tilas terhadap kehidupan Hemingway, dalam Michael Palin's Hemingway Adventure, sebuah film dokumenter televisi, masa seratus tahun sesudah lahir pengarang favoritnya. Perjalanan ini membawanya ke banyak tempat termasuk Chicago, Paris, Italia, Afrika, Key West, Kuba, dan Idaho.

Karya-Karya Ernest Hemingway

Karya-karya yang dibuat Ernest hemingway terdapat tiga jenis, di antaranya karya novel fiksi, non fiksi dan cerita pendek.

a. Karya novel fiksi

1. The Torrents Of Spring (1925)

2. The Sun Also Rises (1926)

3. A Farewell To Arms (1929)

4. To Have And Have Not (1937)

5. For Whom The Bell Tools (1940) 6. Across The River And Into The (1950)

7. The Old Man And The Sea (1952)

8. Adventures Of A Young Man (1962) 9. Islands In The Stream (1970)

10. The Garden Of Eden (1986)

b. Karya novel Non fiksi

1. Death In The Afternoon (1932)

2. Green Hills Of Africa (1935)

3. The Dangerous Summer (1960)

4. A Moveable Feast (1964)

5. Ernest Hemingway Selected Letters 1917-1961 (2003) 6. Under Kilimanjaro (2005)

c. Karya cerita pendek

1. Three Stories And Ten Poems (1923)

2. In Our Time (1925)

3. Men Without Women (1927) 4. The Snows Of Kilimanjaro (1932)

5. Winner Take Nothing (1933)

6. The Fifth Column And The First Forty-Nine Stories (1938)

7. The Essential Hemingway (1947)

8. The Hemingway Reader (1953)

9. The Nick Adams Stories (1972)

10. The Complete Short Stories Of Ernest Hemingway (1976)

11. Collected Stories (1995) Kesimpulan

Ernest Hemingway merupakan sastrawan, penulis cerita pendek dan wartawan Amerika. Pekerjaan yang pernah digelutinya mulai dari reporter hingga pengemudi ambulans yang berakhir pada tahun 1918. Karya-karya yang dibuatnya sangat berpengaruh, terlihat banyak dari sastrawan generasi selanjutnya yang mengikuti jejak Ernest Hemingway.

Samakan Tanggapan

Hasil dari bacaan yang didapat adalah mengenal siapa itu sosok Ernest Miller Hemingway, yang merupakan seorang novelis, pengarang tuturan pendek dan jurnalis Amerika. Ciri khas dari penulisannya ialah terkenal dengan minimalis, yang singkat dan gaya seadannya. Serta Ernest Hemingway merupakan sosok yang sangat berpengaruh dan penting terhadap perkembangan fiksi. Hasil air tangan Ernest Hemingway dalam menulis novel juga memberi dampak yang positif bagi yang membaca hasil karyanya. Aksi Individu

Teman-teman sekalian, setelah kalian membaca materi mengenai Ernest Hemingway, silahkan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah:

1. Bagaimana gaya penulisan Ernest Hemingway dalam membuat karya sastra?

2. Peristiwa buruk seperti apa yang dialami Hemingway pada tahun 1918?

3. Kapan Hemingway memulai karirnya?

4. Mengapa Hemingway dituduh melakukan kejahatan perang?

5. Apakah Hemingway pernah dianugrahi hadiah Nobel Sastra?

Sharing Informasi

Pendapat atau tanggapan kami, kami sangat menyukai cara penulisan Ernest Hemingway yang terkesan minimalis namun jelas. Kecenderungan Hemingway menggunakan pendekatan minimalis lewat katakata atau kalimat yang sederhana sejatinya dipengaruhi oleh pengalaman awalnya sebagai seorang wartawan atau jurnalis di harian The Kansas City Star. Hemingway mengakui bahwa ia belajar apa yang diperlukannya sebagai dasar untuk tulisannya dari gaya penulisan The Kansas City Star, di mana ia bekerja sebagai reporter pemula. Yohanes Aldridge mengatakan bahwa gaya minimalis seorang Hemingway berasal dari keyakinan Hemingway bahwa untuk bisa menulis secara otentik, setiap kata harus dipilih secara hati-hati demi kesederhanaan dan keaslian tapi tetap membawa pesan yang padat. Aldridge menulis bahwa gaya Hemingway dengan kata-kata yang minimum dan sederhana yang dipadatkan ke lembaran-lembaran kertas telah menciptakan kesan bahwa bahasanya yang sederhana tersebut sesuatu yang sakramental. Di Paris Hemingway telah bereksperimen dengan prosodi King James Bible.

Pengantar

Karya sastra merupakan karya yang dibuat dan ditulis oleh suatu pengarang baik dari pengalaman pribadinya dan lain sebagainya. Sastra adalah karya seni, karewna itu ia mempunyai sifat yang sama dengan karya seni lainnya. Karya sastra disajikan dengan penuh keindahan oleh pengarang agar dapat meenghibur pembaca sebagai penikmat karya itu dan diharapkan juga sebagai bahan refleksi diri dari kenyataan dan gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Karya sastra juga dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap pengarang tentang kehidupan di sekitarnya. Salah satu sastrawan dunia yang memiliki begitu banyak karya yaitu Maxim Gorky. Aleksei Maksimovich Peshkov atau maxim Gorky adalah seorang pengarang Soviet/ Rusia ia lahir pada 28 Maret 1868 di kota Nizhny Novgorod. Sebagai seorang jurnalis yang bekerja di koran-koran daerah, ia menulis dengan nama samaran Иегудиил Хламида (Yehudiel Khlamida). Ia mulai menggunakan nama samaran Gorky (harafiah berarti "pahit") pada 1892, ketika ia bekerja di sebuah koran di Tiflis, Кавказ (Kaukasus). Buku pertama Gorky, Очерки и рассказы (Esai dan Cerita) pada 1898 mendapatkan sukses luar biasa, dan kariernya sebagai seorang pengarang terkenal. Berdasarkan penjelasan di atas maka chapter book ini akan membahas mengenai Maxim Gorky serta karya-karyanya.

Dalam chapter book ini akan menjelaskan dan memaparkan mengenai sang sastrawan Maxim Gorky, realisme sosial, dan karya-karyanya. Refleksi Diri

Sebelum kita menyimak materi mengenai sastrawan dunia Maxim Gorky, mungkin ada dari kalian yang sudah atau pernah membaca karya-karya dari Maxim Gorky? Atau ada yang pernah mendengar ataupun membaca karya dari Maxim Gorky? Setelah anda membaca karya dan mendengarkan karya dari Maxim Gorky apa yang anda lakukan/rasakan?

Selain ada yang pernah membaca atau mendengar karya dari Maxim Gorky, mungkin ada juga yang belum pernah sama sekali atau merasa asing dengan nama Maxim Gorky. Bagi yang belum tahu dan belum mengenal karya dari Maxim Gorky maka dalam Chapter book ini akan menjelaskan mengenai sang sastrawan tersebut.

BAB X

Eksplorasi Konsep

Pada bagian eksplorasi konsep kita akan belajar mengenai riwayat hidup, realisme sosial, dan karya-karya Maxim Gorky. Teman-teman dipersilakan membaca file dibawah ini.

Tujuan

Tujuan umum chapter book ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Sastra Dunia. Sedangkan tujuan khusus dalam chapter book ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui siapa saja tokoh sastrawan yang berpengaruh dalam sastra dunia

2. Untuk mengetahui pengaruh setiap tokoh sastrawan dalam sastra dunia 3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan sastra dunia Deskripsi Materi

Chapter book ini memuat materi seputar tokoh Maxim Gorky yang merupakan seorang pengarang Alexei Maximovich Peshkov asal Uni Soviet. Maxim Gorky, nama pena dari Alexei Maximovich Peshkov, penyair, politikus, dan dramawan Rusia. Lahir di Nizhny Novgorod, Kekaisaran Rusia, 28 Maret 1868 – wafat di Moskwa Oblast, Soviet Rusia, 18 Juni 1936.

Marxim Gorky juga dikenal sebagai penulis, kritikus sastra, dan humas, yang memasuki sastra pada pergantian dua abad. Jalur kreatif Gorky mencakup periode sejarah yang menjadi titik balik bagi masyarakat Rusia, ditandai dengan perubahan pedoman moral, restrukturisasi lembaga sosial dan budaya, intensitas pencarian dan penemuan di bidang seni dan pedagogi.

Pembahasan

Maxim Gorky lebih dikenal sebagai Maxim Gorky (Максим Горький), adalah seorang pengarang Soviet/Rusia, pendiri metode sastra realisme sosialis dan seorang aktivis politik. Ia dilahirkan di kota Nizhny Novgorod dan meninggal di Moskwa. Dari 1906 hingga 1913 dan dari 1921 hingga 1929 ia tinggal di luar negeri, kebanyakan di Capri; setelah kembali ke Uni Soviet ia menerima kebijakan-kebijakan kebudayaan masa itu, meskipun ia tidak diizinkan meninggalkan negaranya. Gorky menjadi anak yatim pada usia sembilan tahun, dan dibesarkan oleh neneknya, seorang pencerita yang luar biasa. Kematian neneknya sangat mempengaruhinya, dan setelah berusaha

membunuh diri pada Desember 1887, ia berjalan kaki melintasi Kekaisaran Rusia selama lima tahun, berganti-ganti pekerjaan, dan mengumpulkan berbagai kesan yang belakangan dipergunakannya dalam tulisan-tulisannya. (Aristova, 2018)

Sebagai seorang jurnalis yang bekerja di koran-koran daerah, ia menulis dengan nama samaran Yehudiel Khlamida. Ia mulai menggunakan nama samaran Gorky (harafiah berarti “pahit”) pada 1892, ketika ia bekerja di sebuah koran di Tiflis, Кавказ (Kaukasus). Buku pertama Gorky, Esai dan Cerita pada 1898 mendapatkan sukses luar biasa, dan kariernya sebagai seorang pengarang terkenal pun dimulai.

Gorky secara terbuka menentang rezim Tsar dan beberapa kali ia ditangkap. Gorky bersahabat dengan banyak revolusioner profesional yang dijumpainya dan menjadi sahabat pribadi Lenin setelah mereka berjumpa pada 1902. Ia mengungkapkan kontrol pemerintah terhadap pers (lihat masalah Matvei Golovinski). Pada 1902, Gorky terpilih sebagai anggota kehormatan Akademi Sastra, namun Nicholas II memerintahkan agar pemilihan ini dibatalkan. Sebagai protes, Anton Chekhov dan Vladimir Korolenko meninggalkan Akademi itu. Ketika ia dipenjarakan sebentar di Benteng Petrus dan Paulus selama Revolusi Rusia 1905 yang gagal, Gorky menulis drama Anak-anak Matahari, yang ceritanya berlangsung ketika terjadi wabah kolera tahun 1862, tetapi secara universal dipahami berkaitan dengan kejadian-kejadian masa kini. Pada 1905 ia secara resmi bergabung dengan barisan fraksi Bolshevik dalam Partai Buruh Demokratis Sosial Rusia. Selama Perang Dunia I, apartemennya di Petrograd dijadikan sebagai ruang staf Bolshevik, tetapi hubungannya dengan kaum Komunis berubah menjadi buruk. Dua minggu setelah Revolusi Oktober tahun 1917 ia menulis: “Lenin dan Trotsky tidak tahu apa-apa tentang kebebasan atau hak-hak asasi manusia. Mereka sudah dirusakkan oleh racun kotor kekuasaan. Hal ini tampak dari sikap mereka yang memalukan dan tidak menghormati kebebasan berbicara dan semua kebebasan sipil lainnya yang diperjuangkan oleh demokrasi.” Setelah surat kabarnya Novaya Zhizn keluar berjudul “Hidup Baru” disitulah dapat menjadi korban penindasan Lenin, Gorky menerbitkan kumpulan esainya yang kritis terhadap kaum Bolshevik yang diberinya judul Untimely Thoughts (Pikiran pada waktu yang keliru) pada 1918. (Buku ini baru diterbitkan kembali setelah runtuhnya Uni Soviet). (Barret, 1926)

Esai-esai ini menyebut Lenin seorang tirani karena ia melakukan penangkapanpenangkapan yang sewenang-wenang dan menindas kebebasan berbicara, dan seorang anarkis karena taktik-taktik persekongkolannya. Gorky membandingkan Lenin dengan Tsar dan Nechaev. Surat-surat Lenin s 1919 kepada Gorky mengandung ancamanancaman: “Nasihat saya kepadamu: ubahlah lingkunganmu, pandanganmu, tindakanmu, kalau tidak hidup akan berpaling melawanmu.” Pada Agustus 1921, Nikolai Gumilyov, sahabatnya, rekan sesama penulis, dan suami dari Anna Akhmatova, ditangkap oleh Cheka Petrograd karena pandangan-pandangan monarkisnya. Gorky bergegas ke Moskwa, mendapatkan perintah pembebasan Gumilyov dari Lenin secara pribadi, namun sekembalinya ke Petrograd ia baru mengetahui bahwa Gumilyov tealh ditembak. Pada Oktober Gorky pindah ke Italia dengan alasan-alasan kondisi kesehatan yang buruk. Ia mengidap tuberkulosis. Menurut Aleksandr Solzhenitsyn, kepulangan Gorky didorong oleh kepentingan-kepentingan materi. Di Sorrento Gorky tidak mempunyai uang ataupun kehormatan. Ia berkunjung beberapa kali ke Uni Soviet setelah 1929, dan pada 1932 Joseph Stalin secara pribadi mengundangnya kembali dari emigrasi untuk selamalamanya, suatu undangan yang diteirmanya. Pada Juni, 1929 Gorky mengunjungi Solovki (yang dibersihkan untuk maksud tersebut) dan menulis sebuah artikel positif tentang kamp Gulag yang sudah mulai jelek namanya di Barat. (Alexander, 1933)

Karya-karya Maxim Gorky

Sepanjang hidupnya, Maxim Gorky menerbitkan sejumlah karya berupa novel, cerita kisah, cerita essai, dan juga publisistik. Berikut adalah deretan karya Maxim Gorky: NOVEL

Thomas Gordeev terbit tahun 1899

Troy terbit tahun 1900-1901

Ibu (editor kedua) terbit tahun 1907

Kasus Artamon terbit tahun 1925

Kehidupan Kim Samgin terbit tahun 1925-1936

CERITA KISAH

Kehidupan orang yang tidak perlu terbit tahun 1908

Pengakuanterbit tahun 1908

Kota Okrov terbit tahun 1909

Kehidupan Matthew Kozhemyakina terbit tahun 1909

Masa Kecil terbit tahun 1913-1914

Pada Orang terbit tahun 1915-1916

Universitas Saya terbit tahun 1923

CERITA ESSAI

Girl and Death terbit tahun 1892

Poem-Tale terbit tahun 1917

Makar Mirara terbit tahun 1892

Chelkash dan Pria Tua Izergil terbit tahun 1895

Mantan Orang, Pasangan Orlov, Malva, Konovalov terbit tahun 1897

Esai dan Cerita (koleksi) terbit tahun 1898

Sokol Song (puisi dalam prosa), dua puluh enam dan satu terbit tahun 1899

Song of the Petrelpuisi dalam prosa) terbit tahun 1901

Man (puisi dalam prosa) terbit tahun 1903

Tales of Italy terbit tahun 1911

Oleh Rusia (Siklus Kisah) terbit tahun 1912-1917

Kisah 1922-1924 terbit tahun 1924

Catatan dari Diary (Siklus Kisah) terbit tahun 1924

PUBLISISTIK

Wawancara Saya terbit tahun 1906

Di Amerika (pamflet) terbit tahun 1906

Siklus Artikel: Pikiran Abadi terbit tahun 1918

Memprakarsai penciptaan serangkaian buku "Sejarah pabrik dan tanaman" (IFS), membuat inisiatif untuk menghidupkan kembali seri pra-revolusioner "kehidupan orang-orang yang luar biasa"

Kesimpulan

Sastra dunia adalah sastra yang mengandung nilai secara universal, menangkat tema yang berlaku secara umum di dunia dan tidak dibatasi oleh bahasa dan politik secara nasional. Jadi, sastra dunia yang merupakan puncak-puncak kesusastraan nasional. Membahas topik mengenai Maxim Gorky lebih dikenal sebagai seorang pengarang asal Rusia, pendiri metode sastra realisme sosialis dan seorang aktivis politik. Ia dilahirkan di kota Nizhny Novgorod dan meninggal di Moskwa.

Sebagai penutup, secara garis besar, sekarang kita dapat memahami secara lebih jelas mengenai karya dan pemikiran Maxim Gorky Sastrawan Rusia yang realisme dan sosialisme sebagai aktivis politik.

Samakan Tanggapan

Pada bagian samakan tanggapan silahkan mereview rangkuman. Kemudian kemukakan hasil bacaan anda.

Aksi Individu

Setelah kalian membaca materi mengenai Maxim Golky, silahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah:

1. Siapakah Maxim Gorky?

2. Siapa nama samaran yang digunakan Maxim Gorky?

3. Sebutkan karya Gorky yang membuatnya sukses!

4. Apa judul kumpulan esai Gorky yang kritis terhadap kaum Bolshevik?

5. Sebutkan karya-karya Gorky?

Sharing Informasi

Sebelumnya kita telah belajar mengenai materi dari Maxim Gorky. Pada tahap ini kita akan berdiskusi tentang Maxim Gorky, mungkin ada dari kalian yang setuju atau tidak dari pendapat yang lain. Silakan dikemukakan atau didiskusikan secara langsung. Dalam memberi pendapat kami harap diperkuat dengan argumen-argumen yang dapat anda pertanggung jawabkan yang berasal dari sumber artikel, jurnal, buku online dan hasil penelitian. Terima kasih, salam sehat, dan tetap bahagia.

KUNCI JAWABAN

William Shakespreare

1. Hal yang menarik dalam karya William Shakespeare adalah mementaskan cerita romeo dan Juliet, yang kita ketahui cerita itu sangat menarik dalam hal percintaan.

2. Pertunjukan yang dilakukan ialah Hamlet, King Lear dan Julius Caesar

3. Drama Richard II karena menceritakan sejarah awal negara kelahirannya yaitu Inggris.

4. Di Gereja Holy Trinity Starford-on-Avon, Warwickshire.

5. Tahun 1588

Leo Tolstoy

1. Leo Tolstoy adalah seorang sastrawan Rusia, pembaharu sosial, pasifis, anarkis Kristen, vegetarian, pemikiran moral dan seorang anggota berpengaruh dari keluarga Tolstoy.

2. Karya Tolstoy yang terkenal yaitu sebuah buku yang berjudul Perang dan Damai dan Anna Karenina. Dalam cakupan, luasnya, dan gambarannya yang realistik mengenai kehidupan Rusia, kedua buku ini berdiri pada puncak fiksi realistik. Sebagai seorang filsuf moral ia terkenal karena gagasan-gagasannya tentang perlawanan tanpa kekerasan melalui karyanya Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu

3. Pengertian seni menurut Leo Tolstoy adalah ungkapan perasaan pencipta yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis

4. Masa Kecil (1852), Sketsa Sevastopol (1855-1856), Perang dan Damai (1863-1869), Tahanan Kaukasus (1872) dan Anna Karenina (1873-1877)

5. Rekan-rekan sezamannya sangat menghormatinya: Dostoyevsky menganggapnya sebagai yang terbesar di antara semua novelis yang hidup saat itu, sementara Gustave Flaubert mencetus: "Seorang seniman hebat, seorang psikolog hebat!". Anton Chekhov, yang sering kali mengunjungi Tolstoy di tanahnya di pinggiran kota, menulis: "Ketika sastra memiliki seorang Tolstoy, menjadi penulis itu mudah dan menyenangkan; bahkan bila kita tahu bahwa kita sendiri tidak mencapai hasil apaapa, itu tidak menjadi masalah karena Tolstoy yang berprestasi untuk kita semua

Rabindranath Tagore

1. Rabindranath Tagore (1861-1941) adalah seorang penyair dan filsuf terkenal yang tergabung dalam gerakan sosial dan keagamaan Brahmo Samaj. Dia juga unggul

dalam bidang dramaturgi, musik dan bercerita. Dikutip (dalam Adriyanto, 2021) Rabindranath Tagore yang lahir 7 Mei 1861 di Kalkuta, India, merupakan penyair Bengali, novelis, pendidik, dan dianggap sebagai salah satu penulis terbesar dalam kesustraan India modern.

2. Sejak usia delapan tahun, Tagore mulai menulis puisi.

3. Pada 1919 Tagore mengembalikan gelar tersebut sebagai bentuk protes terhadap pembantaian Amitsar, di mana pasukan Inggris membunuh sekitar 400 demonstran India yang memprotes kolonial hukum.

4. Ia menggunakan “Bhanushingho” (Singa Matahari) sebagai nama samarannya untuk menerbitkan pertama kali karya puisinya.

5. Tagore menulis delapan novel dan empat novela, termasuk Chaturanga, Shesher Kobita, Char Odhay dan Noukadubi. Ghare Baire (The Home and the World). Karyakarya novel yang lainnya, menggambarkan suasana yang lebih menggembirakan: Shesher Kobita (diterjemahkan dua kali Puisi Terakhir dan Lagu Perpisahan).

Albert Camus

1. The straingers di terbitkan pada tahun 1946.

2. Karya sastra yang diciptakan oleh albert camus membahas mengenai fenomena manusia.

3. Pemikiran manusia meliputi absurnistas dan bunuh diri

4. Francis

5. Pada tahun 1923 - 1930

Emile Zola

1. Emile Zola adalah salah satu tokoh sastra legendaris asal Prancis, yang lahir di Paris, Prancis pada 2 April 1840. Ia adalah putra dari François Zola dan Emilie Aubert. Ayahnya bernam François Zola yang merupakan seorang seorang insinyur. Emile Zola dibesarkan di Aix-en-Provence dan pernah berkuliah di institusi pendidikan (sekarang bernama) Collège Mignet, kemudian ke Lycée Saint Louis di Paris.

2. Zola menghabiskan masa mudanya di Aix-en-Provence di Prancis selatan, di mana ayahnya yang adalah seorang insinyur sipil keturunan Italia, terlibat dalam pembangunan sistem air kota, dilansir dari britannica.com. Emile Zola sempat gagal dalam ujian dan tak dapat melanjutkan studi, kemudian memilih mencari pekerjaan dan diterima sebagai pegawai di perusahaan penerbitan. Ia juga mulai mengirimkan artikel ke surat kabar, dan menulis fiksi. Novel pertamanya, La Confession de

Claude, terbit pada tahun 1865. Sejak ayahnya meninggal pada tahun 1847, Zola sempat menganggur selama 2 tahun dan hidup dalam kemiskinan. Ia hidup dengan menggadaikan beberapa barang miliknya dan, menurut legenda, dengan memakan burung pipit yang terperangkap di luar jendela lotengnya. Kemudian pada tahun ahun 1862 bekerja sebagai juru tulis di perusahaan penerbitan L.-C.-F. Hachette, dan kemudian dipromosikan ke departemen periklanan. Tak hanya itu, Zola juga mulai menulis artikel tentang topik yang diminati untuk berbagai majalah. Setelah cukup memantapkan reputasinya sebagai penulis untuk menghidupi dirinya dan ibunya, Zola meninggalkan pekerjaannya di Hachette untuk mengejar minat sastranya. Pada tahun-tahun berikutnya Zola melanjutkan karirnya di bidang jurnalisme sambil menerbitkan berbagai macam novel.

3. Adapun beberapa karya dari Emile Zola yang cukup terkenal, diantaranya sebagai berikut: Novel La Bête Humaine (1890), L'Oeuvre (1886), L'Assommoir (1877), Thérèse Raquin (1867) dan Au Bonheur des Dames (1883).

4. Novel The Assommoir ini mengeksplorasi masalah alkoholisme dan kemiskinan di Paris abad 19th, terutama di wilayah kelas pekerja kota. Zola menampilkan masalah ini melalui karakter Gervaise Macquart, seorang wanita dengan dua putra yang ditinggalkan oleh kekasihnya dan dipaksa untuk membela dirinya sendiri dan melindungi keluarganya dari kecanduan alkohol kekasih barunya

5. Emile Zola dikatakan sebagai penulis naturalis dan menulis adegan eksplisit dan cenderung aneh pada masanya karena Ia menulis novel tentang menstruasi, orgasme dan fungsi tubuh tabu lainnya dan suka membuat malu banyak pembaca, tetapi novelnya sangat populer dan menjadikannya sebagai seorang penulis yang sangat sukses.

Alexandre Dumas

1. Novel dan lakon yang ditulis oleh Dumas menunjukkan watak dasar seni romantisme yang kuat, meskipun yang ditulis adalah cerita yang panjang. Romantisme dipahami sebagai karya yang berasumsi bahwa setiap individu berhak mengungkapkan perasaan pribadinya. Romantisme dikenal juga sebagai aliran sastra yang mengutamakan penggambaran perasaan manusia yang paling dalam.

2. The Tree Musketeers, Kiraan Monte Cristo, The Medicis, dan Lelaki dalam topeng besi

3. Dalam tulisannya Dumas memberi inspirasi akan bentuk cerita pendek, meskipun dalam rentang waktu yang panjang. Fiksi sejarah dalam sejarah sastra dunia ditandai oleh Scott, Balzakdan Dumas yang menggali kisah sejarah secara meyakinkan. Kemudian, pada abad selanjutnya dilakukan oleh Henryk Sienkiewics (1846-1916) dari Polandia, Par Lagervist (1891-1974) dari Swedia, Boris Pasternak (1890-1960) dari Uni Soviet, dan lain-lain. Namun, perlu diketahui kalau dalam hal tersebut Alexander Dumas menduduki tempat khusus dari para penulis fiksi sejarah karena ia mengambil sudut pandang yang khas perancis dari satu “setting” waktu.

4. Sejumlah novelnya telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, antara lain sebagai Tiga Panglima Perang (1925, oleh Nur Sutan Iskandar) dan Dua Puluh Tahun Kemudian (oleh Nur Sutan Iskandar, 1953). Terjemahan lebih baru antara lain Trio Musketri (Serambi, 2009, terjemahan Hera Diani) dan The CountofMonteCristo (Bentang, 2011, terjemahan Nin BakdiSoemanto)

5. Novel mengisahkan cerita yang terjadi di Prancis, Italia, pulau-pulau di Mediterania, dan di Levant selama peristiwa sejarah tahun 1815–1838. Kiraan Monte Cristo adalah jenis novel petualangan yang terutama bercerita tentang pengampunan, harapan, keadilan, belas kasihan, dan pembalasan. Tokoh utama dalam novel ini menyimpulkan bahwa membalas dendam tidak selalu membawa kepuasan bagi pelakunya. Akhirnya, dendam membuat karakter pria menjadi lebih buruk

Franz Kafka

1. Kafka adalah salah satu penulis bahasa Jerman yang paling dihormati, ia adalah seorang novelis dan cerpenis Bahasa Jerman yang berpengaruh dari abad 20. Penulisan karya-karyanya yang unik telah dianggap memberi pengaruh besar pada sastra barat.

2. Salah satu kutipannya Franz Kafka yang paling menohok adalah tentang kehidupan, yang mengatakan Anak kecil berbahagia karena memiliki kemampuan melihat keindahan. Siapapun yang menjaga kemampuan untuk melihat keindahan tidak akan pernah menjadi tua."

3. Memyebarnya karya-karya dari surealis, realis magis, fiksi ilmiah, dan karya-karya eksistensialis, dari berbagai penulis seperti Jorge Luis Borges , JM Coetzee, hingga George Orwell . Sifat pengaruhnya yang luas dan mendalam menunjukkan bahwa, terlepas dari betapa sulitnya dia merasa terhubung dengan orang lain, suara Kafka akhirnya bergema dengan salah satu audiens terbesar dari semuanya.

4. Metamorfosis 1915, The Castle 1926, Letters to mileana 1952, Letters To His Father 1952, dan Kesialan Orang Lajang.

5. Kutipan yang sangat saya sukai adalah “Saya piker kita harus membaca hanya jenis buku yang melukai atau menususk kita. Jika buku yang kit abaca tidak membangunkan kita dengan pukulan di kepala, untuk apa kita membaca?”. Dari kutipan itu saya bisa memahami bahwa ketika kita ingin membaca kita harus berusaha mengerti segala yang kita baca, karna untuk apa kita membaca jika kita tidak mengerti apa yang kita baca.

1. Penyair dermawan Irlandia ini memiliki reputasi pada novel yang dia ciptakan yaitu, The Picture of Dorian Grey (1891), dan pada mahakarya komiknya Lady Windermere’s Fan (1892) dan The Importance of Being Earnest (1895)

2. Setelah skandal awal persidangannya pada tahun 1895, segelintir intelektual Meksiko segera melakukan upaya sederhana untuk membentuk kembali citra Wilde dengan mengalihkan perhatian ke karya sastranya, beberapa di antaranya mereka terjemahkan dan sediakan dalam bahasa Spanyol untuk pembaca Meksiko untuk pertama kalinya.

3. Novel Ackroyd (salah satu novel Oscar) diceritakan oleh Oscar saat dia menjalani finalnya berhari-hari di Hotel d'Alsace di Paris, bertahan hidup uang yang dipinjam dari teman. (Untuk menghindari kebingungan di sini, saya akan merujuk pada Ackroyd's Wilde sebagai "Oscar," dan referensi sejarahnya sebagai "Wilde.") Dalam apa yang disebut jurnal yang, sebagai judul buku menyarankan, lebih dari "perjanjian terakhir," ia menyelingi anekdot tentang pertemuannya di Paris tempat Oscar sering dilecehkan di restoran dan teater, dan diludahi dan dicemooh oleh orang asing di jalan dengan kronologi hidupnya yang lebih substansial dari masa kecilnya di Dublin hingga penangkapan, pemenjaraan, dan pengasingannya. Setelah

Oscar Wilde

menyimpulkan kisah hidupnya hingga pembebasannya dari penjara, entri jurnal Oscar kemudian menjadi lebih pendek saat dia jatuh menderita meningitis serebral.

4. Salah satu karya Oscar Wilde adalah Cerpen “Pangeran Bahagia” karya Oscar Wilde ditulis pada tahun 1993. Cerpen Pangeran bahagia secara jernih memaparkan tentang kehidupan masyarakat suatu kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat baik. Dia tersadar setelah dia meninggal. Dia dapat melihat penderitaan rakyatnya yang tidak diketahui selama dia masih hidup.

5. Wilde menghasilkan empat komedi masyarakat di awal 1890-an, yang membuatnya menjadi salah satu dramawan paling sukses di masa Victorian London.

Ernest Hamingway

1. Gaya penulisannya yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat dan dengan gaya mengecilkan dari keadaan sebenarnya dan mempunyai pengaruh yang penting terhadap perkembangan fiksi abad ke-20.

2. Tidak memenuhi syarat untuk dinas militer karena penglihatan yang buruk, ia mengajukan diri pada tahun 1918 sebagai sopir ambulans untuk Palang Merah di Eropa. Pada bulan Juli tahun itu, saat bertugas di Italia, Hemingway terluka parah oleh peluru mortir yang meledak.

3. Setelah SMA Hemingway tidak melanjutkan ke sekolah tinggi. Sebaliknya, pada usia 17 tahun ia memulai karier penulisannya sebagai seorang reporter muda untuk The Kansas City Star (1917).

4. Hemingway pernah memimpin sekelompok pejuang bernama Resistance di kota Prancis, yaitu Rambouillet, dalam misi mengumpulkan intelijen sebagai warga sipil pada tanggal 6 Juni 1944. Menurut Konvensi Jenewa, seorang jurnalis perang tidak diperbolehkan untuk menjadi tentara, dan Inspektur Jenderal Angkatan Darat Ketiga mendakwa Hemingway dengan beberapa pelanggaran serius. Termasuk di antaranya karena melepas identitas dari seragam yang menunjukkan bahwa dirinya sebagai seorang jurnalis, menimbun senjata di kamar hotelnya, dan memimpin sebuah kelompok, yaitu para pejuang Resistance. Namun setelah beberapa lama kemudian, ia berhasil bebas dari semua tuduhan.

5. Selama tahun-tahun pasca-perang, Hemingway menulis beberapa novel dan cerita pendek terbesarnya yang di antaranya yaitu For Whom the Bells Toll, A Moveable

Feast, dan The Old Man and the Sea, di mana ia menerima Hadiah Pulitzer pada tahun 1953. Pada tahun 1954, Hemingway dianugerahi Hadiah Nobel Sastra.

Maxim Gorky

1. Maxim Gorky lebih dikenal sebagai Maxim Gorky (Максим Горький), adalah seorang pengarang Soviet/Rusia, pendiri metode sastra realisme sosialis dan seorang aktivis politik. Ia dilahirkan di kota Nizhny Novgorod dan meninggal di Moskwa.

2. Sebagai seorang jurnalis yang bekerja di koran-koran daerah, ia menulis dengan nama samaran Yehudiel Khlamida. Ia mulai menggunakan nama samaran Gorky (harafiah berarti “pahit”) pada 1892, ketika ia bekerja di sebuah koran di Tiflis, Кавказ (Kaukasus).

3. Buku pertama Gorky, Esai dan Cerita pada 1898 mendapatkan sukses luar biasa, dan kariernya sebagai seorang pengarang terkenal pun dimulai.

4. Untimely Thoughts (Pikiran pada waktu yang keliru) pada 1918

5.

NOVEL

Thomas Gordeev terbit tahun 1899

Troy terbit tahun 1900-1901

Ibu (editor kedua) terbit tahun 1907

Kasus Artamon terbit tahun 1925

Kehidupan Kim Samgin terbit tahun 1925-1936

CERITA KISAH

Kehidupan orang yang tidak perlu terbit tahun 1908

Pengakuanterbit tahun 1908

Kota Okrov terbit tahun 1909

Kehidupan Matthew Kozhemyakina terbit tahun 1909

Masa Kecil terbit tahun 1913-1914

Pada Orang terbit tahun 1915-1916

Universitas Saya terbit tahun 1923

CERITA ESSAI

Girl and Death terbit tahun 1892

Poem-Tale terbit tahun 1917

Makar Mirara terbit tahun 1892

Chelkash dan Pria Tua Izergil terbit tahun 1895

Mantan Orang, Pasangan Orlov, Malva, Konovalov terbit tahun 1897

Esai dan Cerita (koleksi) terbit tahun 1898

Sokol Song (puisi dalam prosa), dua puluh enam dan satu terbit tahun 1899

Song of the Petrelpuisi dalam prosa) terbit tahun 1901

Man (puisi dalam prosa) terbit tahun 1903

Tales of Italy terbit tahun 1911

Oleh Rusia (Siklus Kisah) terbit tahun 1912-1917

Kisah 1922-1924 terbit tahun 1924

Catatan dari Diary (Siklus Kisah) terbit tahun 1924

PUBLISISTIK

Wawancara Saya terbit tahun 1906

Di Amerika (pamflet) terbit tahun 1906

LAMPIRAN NAMA KELOMPOK

No. Nama

Judul Chapterbook Ket

1. Nurul Anisa Hajri Faisal Inka Indiarti Rahman William Shakespeare

2. Elsi Sallolo Sirompo Julianti Leo Tolstoy

3. Nurul Fakhriyah Arif Ninis Kartila Albert Camus

4. Maghfirah Alifya Assalami Wais Yogantara

Rabindranath Tagore

5. Riska Ashar Dian Annisya Nur Emile Zola

6. Muftihatur Rahmah Aulia Ulva Alexandre Dumas

7. Miftahul Jannah Nasyrah Mughnie Aksa Franz Kafka

8. Niken Salsabila Fenny Oscar Wilde

9. Mildawati Fadhilah Nurul Afni Ernest Hemingway

10. Rada Dhe Angel Muh. Fadjrin Husain S Oscar Wilde

11. Ade Amelia B Nurul Rista Rahmadhani Maxim Gorky

PUSTAKA

Bro, Maks. Franz Kafka: Sebuah Biografi . Buku Schocken, 1960.

Gray, Richard T.A Franz Kafka Ensiklopedia . Pers Greenwood, 2000.

Gilman, Sandra L. Franz Kafka . Buku Reaksi, 2005.

Stach, Reiner. Kafka: Tahun- Tahun yang Menentukan . Harcourt, 2005.

Kak, Mak. Franz Kafka: Sebuah Biografi . Buku Schocken, 1960.

Widyahening, Tri Evy. 2020. Kajian Drama: Teori & Implementasi dengan Metode Sosiodrama. Surakarta. Yuma Pustaka Roekminto, Setiawan Fajar. 2019. William Shakespeare: Sebuah Monumen Dalam Kesusastraan Inggris. Jakarta. Fainudin, Nuri. 2003. Bahastra Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Yogyakarta. Percetakan PAS.

Kasim Achmad, A. 1981. Teater Rakyat di Indonesia dalam Analisis Kebudayaan. Samekto. 1976. Ikhtisar Sejarah Kesusastraan Inggris. Jakarta: PT Gramedia. Agustina, A. (2016). Transformasi Naskah Lakon Macbeth (1603-1607) Karya William Shakespeare Ke Film Throne of Blood atau Kumonosu-Jo (1957) Karya Akira Kurosawa. Journal of Urban Society's Arts, 3(1), 1-9. Camus, Albert. 1942. Le Mythe de Sysiphe: Paris: Gallimard. Camus, Albert. (1951). L'Homme Revolté. Paris: Gallimard Camus, Albert. (1985). Le Mythe de Sisyphe. Paris: Gallimard Camus, Albert. (2015). L'Étranger. London: Routledge. Fitch, Brian T. 1972. L'Étranger d’Albert Camus: Un Texte, Ses Lecteurs, Leurs Lecteurs. Paris: Librairie Larousse.

Kristeva,Julia. 1987. Desire in Language:A Semiotic Approach to Literature and Art. Oxford: Basil Blackwell.

Maurois, André. 1972. De Prous A Camus. Paris: Bordas. Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press. Andryanto, S Dian. 2021. Mengenang Rabindranath Tagore, Peraih Nobel Sastra Melalui Gitanjali dan Lainnya. (Online)

https://www.google.com/amp/s/seleb.tempo.co/amp/1460482/mengenang-rabindranathtagore-peraih-nobel-sastra-melalui-gitanjali-dan-lainnya, diakses pada tanggal 20 September 2022, pukul 09:22.

Tagore, Rabindranath. (1948). Tamoe dan Beberapa Kisah Yang Lain. Jakarta: Balai Pustaka

Tagore, R. (S.f). Gitanjali, puisi dalam prosa. Diperoleh pada 10 Oktober 2022 dari Universitas Valencia: uv.es

Tagore, R. (s.f). Tukang Kebun. Diperoleh pada 10 Oktober 2022 dari Universitas Valencia: uv.es Narmadeshwar, J. (1994) Rabindranath Tagore. Diperoleh pada 19 Oktober 2022 dari UNESCO: ibe.unesco.org

Arguello, S. (2004). Rabindranath Tagore dan cita-citanya tentang pendidikan Diperoleh pada 19 Oktober 2022 dari Majalah Pendidikan: redalyc.org Lecturalia, (s.f). Rabindranath Tagore. Diperoleh pada 19 Oktober 2022 dari pengarang Lecturalia: lecturalia.com

Frenz, H (editor) (1969). Rabindranath Tagore – Biography. Nobel Foundation Kripalani, Krishna, Rabindranath Tagore: sebuah biografi, Kalkuta: Visva-Bharati, 1980.

Rabindranath Tagore: Jilid ulang tahun ke-125, Kalkuta: Pemerintah. Benggala Barat, Departemen Penerangan & Kebudayaan, 1988.

Bertrand, A. M. (2003). Émile Zola, il écrit trop.

Bloom, H. (Ed.). (2009). Emile Zola. Infobase Publishing. Borghart, P. (2006). In het spoor van Emile Zola: de narratologische code (s) van het Europese naturalisme. Academia Press.

Conrad, M. G. (1906). Emile Zola: Mit 7 Vollbildern in Tonätzung u. 2 Faks (Vol. 28). Bard, Marquardt.

Disegni, S. (2008). Emile Zola all'Indice. Emile Zola all'Indice, 1000-1032.

Engwer, T. (1894). Emile Zola als Kunstkritiker. Gärtner.

Griffiths, K. (2017). Emile Zola and the artistry of adaptation. Routledge.

Lanois, E. R. (1995). Women and space in three novels by Emile Zola.

Müller, P. (1981). Emile Zola, der Autor im Spannungsfeld seiner Epoche. Metzler.

Narr, S. (2010). Die Legende als Kunstform: Victor Hugo, Gustave Flaubert, Emile Zola. Wilhelm Fink Verlag.

Nelson, B. (2012). Emile Zola (1840-1902): Naturalism. The Cambridge Companion to European Novelists, 294-309.

Palm, A. K. (2019). Jag vill sätta världen i rörelse: en biografi över Selma Lagerlöf Albert Bonniers Förlag.

Orlov, J., Kriström, A., Sörenson, M., Mählqvist, S., Packalén, S., Strohkirch, K., ... & Karlsson, G. (2007). Barbro Lindgren, Günter Grass, Sven Regener, JC Oates, Émile Zola, Amerikasvenska.

Pfau, L. (1880). » Emile Zola «. Nord und Süd, 13, 32-80.

Simonek, S., & Tsikra, N. (2010). Die Rezeption Émile Zolas in Lemberger Periodika um 1900. Wiener Slavistisches Jahrbuch, 215-234.

Shantz, B. C. (1970). Violence in the Novels of Emile Zola.

Starr, J. (2001). Men Looking at Art: Aesthetic Voyeurism in Two Novels by Emile Zola. Excavatio: Emile Zola and Naturalism, 176.

Syarifuddin, N. (2021). Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Tokoh Gervaise dalam L'Assomoir Karya Emile Zola= The Influence of Social Environment on Gervaise's Behavior in Emile Zola's L'Assomoir (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Thompson, H. (2017). Naturalism redressed: identity and clothing in the novels of Emile Zola. Routledge.

Zola, É. (2014). Die Beute (Vol. 2). Null Papier Verlag.

Zola, E. (2015). Naturalism in the Theatre. In Documents of Modern Literary Realism (pp. 197-229). Princeton University Press.

Zola, É. (1893). The Experimental Novel: And Other Essays. Cassell Publishing Company.

Zola, É. (1999). La bête humaine. Oxford University Press, USA.

Zola, É. (2009). L'assommoir. Oxford Paperbacks.

Ambeua, S. D. J., Jansen, F. T., & Pamantung, R. P. (2021). Tindak Ujar Ilokusi Dalam Novel The Three Musketeers Karya Alexandre Dumas. Jurnal Elektronik Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi, 15.

Firmansyah, A. (2014). Alexander Dumas. Pelitaku Sabda. Guillen, C. (2022, Agustus

25). Karya Paling Lambang Alexander Dumas.

Istiqamah, (2016). Analisis Struktural-Genetik Roman Joseph Balsamo Tome I (Mémoires D’un Médecin). Fakultas Bahasa dan Seni: Universitas Negeri Yogyakarta Kurnia, Anton. (2019). Ensiklopedia Sastra Dunia. Yogyakrta: Diva Press.

Mahfudin, R., Thoyibi, M., & Hikmat, M. H. (2014). The Necessity Of Vengeance Reflected In Alexandre Dumas’ The Count Of Monte Cristo (1844): A Psychoanalytic Criticism (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Sari, M. K.Materialism As Seen In The Black Tulip By Alexandre Dumas. Lexicon, 1(1), 58-69.

Tim Penulis. 2022. The Best 22 Books by Alexandre Dumas. Infobooks.org. https://www.infobooks.org/authors/classic/alexandre-dumas-books/ (Diakses pada tanggal 18 September 2022, pada pukul 09:35).

Aldington, R. The Portable Oscar Wilde. New York: The Viking Press, 1946. Benjamin, W. Illuminations. New York: Harcourt, Brace & World, 1968.

Callow, S. Oscar Wilde and His Circle. London: National Portrait Gallery Publications, 2000.

Caygill, H., A. Coles, R. Appignanesi & A. Klimowski. Introducing Walter Benjamin. London: Icon Books Ltd., 2000.

Chamberlin, J. E. “Oscar Wilde and the Importance of Doing Nothing”. The Hudson Review, 25(2), hlm. 194 218, 1972.

Chislett Jr., W. “The New Hellenism of Oscar Wilde”. The Sewanee Review, 23(3), hlm. 357 63, 1915.

Critchley, S. Oscar Wilde’s faithless Christianity. [Online] Available at: http://www.guardian.co.uk/commentisfree/belief/2009/jan/14/religion- wilde [Diakses 01 September 2022], 2009.

Duggan, P. “The Conflict Between Aestheticism and Morality in Oscar Wilde’s The Picture of Dorian Gray”. WR: Journal of the CAS Writing Program, Issue 1, 2008 2009.

Foster, R. “Wilde as Parodist: A Second Look at the Importance of Being Earnest”. College English, 18(1), hlm. 18 23, 1956.

Holland, M. & Hart-Davis, R. The Complete Letters of Oscar Wilde. New York: Henry Holt, 2000.

Holland, V. Oscar Wilde. 2nd ed. London: Thames and Hudson, Ltd., 1997.

Houghton, W. E., 1957. The Victorian Frame of Mind. New Haven dan London: Yale University Press.

Matsuoka, M. “Aestheticism and Social Anxiety in The Picture of Dorian Gray”. Journal of Aesthetic Education, Volume 29, hlm. 77-100, 2003.

Mitchell, S., 2009. Daily Life in Victorian England. Edisi kedua. Westport dan London: Greenwood Press.

Nassaar, C. S. Into the Demon Universe: A Literary Exploration of Oscar Wilde. New Haven: Yale University Press, 1974.

Quintus, J. A. “The Moral Implications of Oscar Wilde’s Aestheticism”. Texas Studies in Literature and Language, 22(4), hlm. 559-74, 1980.

Ryan, D. J. & R. L. Cadwallader, R. L. “Giving Voice to the Death of Dorian Gray: An Investigation of Hedonistic Suicide”. SPECTRUM: Journal of Student Research at Saint Francis University, 3(4), hlm 16 9, 2013.

Stokes, J., 1989. In The Nineties. Hertfordshire: Harvester Wheatsheaf.

Wilde, O. The Works of Oscar Wilde. New York: Walter J. Black, Inc., 1927.

Wilde, O. Oxford World’s Classics: Oscar Wilde, The Major Works. 2nd ed. New York: Oxford University Press, 2000.

Zizek, S. Living in the End Times. London: Verso, 2011.

"Biography" The Hemingway Resource Center. Diambil kembali dari http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-30652962/ErnestHemingway_37144_widyakartika_p2k-unkris.html (diakses pada 23 November)

Baker, Carlos, ed (1962). Ernest Hemingway: Critiques of Four Major Novels. New York: Charles Scribner's Sons. Diambil kembali dari http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-30652962/ErnestHemingway_37144_widyakartika_p2k-unkris.html (diakses pada 23 November)

Berridge, H. (1990). Barron's Book Notes on Ernest Hemingway's A Farewell to Arms. Diambil kembali dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ernest_Hemingway (diakses 13 September)

Burgess, A. (1978). Ernest Hemingway and His World. Diambil kembali dari http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-30652962/ErnestHemingway_37144_widyakartika_p2k-unkris.html (diakses 13 September)

Hemingway E: Carlos B, e. (1981). Selected Letters 1917-1961. Diambil kembali dari https://p2k.balidwipa.ac.id/eng/1-3070-2959/Ernest Hemingway_37144_s2mputantular_p2k-balidwipa.htmlf (diakses 19 September)

Hemingway, Ernest, Malcolm Cowley, ed (1944). Hemingway (The Viking Portable Library). New York: The Viking Press. ASIN B0007DNS9K. Diambil kembali dari http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-30652962/ErnestHemingway_37144_widyakartika_p2k-unkris.html (diakses pada 23 November)

Lynn, Kenneth Schuyler (1995). Hemingway. Cambridge: Harvard University Press. ISBN 0-674-38732-5. Diambil kembali dari http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-30652962/ErnestHemingway_37144_widyakartika_p2k-unkris.html (diakses pada 23 November)

Young, Philip (1952). Ernest Hemingway. New York: Holt, Rinehart, & Winston. ISBN 0-8166-0191-7. Diambil kembali dari http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-30652962/ErnestHemingway_37144_widyakartika_p2k-unkris.html (diakses pada 23 November)

Ana Rodríguez Navas & Nathalie Bouzaglo.(2019). Oscar Wilde’s Forgotten Legacy in Latin America. Journal of Latin American Cultural Studies Bounds, P. (2004). Neil McKenna," The Secret Life of Oscar Wilde"(London: Century, 2003). Cultural Logic: A Journal of Marxist Theory & Practice, 11 Dickinson, P. (2005). Oscar Wilde: reading the life after the life Biography, 414-432. Carey, B. (2005). The secret lives of just about everybody. New York Times, 11.

Crowell, E. (2013). Posthumous Playback: Oscar Wilde and the Phonographic Logic of Modern Biography MFS Modern Fiction Studies, 59(3), 480-500.

Ellmann, R. (1988). Oscar wilde. Vintage.Tim Penulis. https://m.merdeka.com/oscarwilde/profil (Diakses pada tanggal 1 September 2022, 20:08)

Harris, F., Shaw, B., & Ross, R. (1938). Oscar Wilde (p. 94). London: Constable. Irwin, Robert McKee. (2019). Oscar Wilde in Mexico: Keeping the Scandal Alive. Journal of Latin American Cultural Studies.

Jarlath, Killeen. (2015). The greening of Oscar Wilde: situating Ireland in the Wilde wars. Irish Studies Review Knežević, M. M. (2013). Postmodernist approach to biography: The last testament of Oscar Wilde by Peter Ackroyd. Linguistics and Literature, 11(1), 47-54. Moran, J. (1999). " Simple Words": Peter Ackroyd's Autobiography of Oscar Wilde. Biography, 22(3), 356-369. Mahirah, A. S. (2021). Mrs. Arbuthnot’s Struggle in Oscar Wilde’sa Woman of No Importance (Doctoral dissertation, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya).

Nazia, Parveen. (2010). The body-mind of Oscar Wilde’s reviews for the Pall Mall Gazette. European Review of History: Revue européenne d’histoire

Neal, K. (2009). Oscar Wilde. The University of Nottingham, Innervate Leading Undergraduate Work in English Studies, 1, 2008-2009.

Small, I. (2000). Oscar Wilde, Recent Research: A Supplement to” Oscar Wilde Revalued”. Elt Press.

Stoneley, Peter. (2014). ‘Looking at the Others’: Oscar Wilde and the Reading Gaol Archive. Journal of Victorian Culture UNTARI, E. ANALISIS STRUKTURAL CERPEN “PANGERAN BAHAGIA” KARYA

OSCAR WILDE DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI.

Wilde, O. (2014). Lady Windermere's fan. A&C Black.

Wilde, O. (1909). The Works of Oscar Wilde (Vol. 13). Brainard. https://doi.org/10.108/09502360110070394 (Diakses pada tanggal, 20 November 2022). Aristova. 2018. Maksim Gorky o Kharakternikh Chertakh Rossiskogo Sotsiuma. Verknevolzhskiy Filologicheskiy Vestnik, no 3, 2018. Yaroslav: Yaroslav State Pedagogical University.

Barrat, Andrew. 1978. Maksim Gorky and the Russian Revolution: The Crisis of 1910. New Zealand Slavonic Journal, 1978, No. 2. Australia and New Zeeland: Australia and New Zeeland Slavist Association.

Bakhsy, Alexander. 1933. Maxim Gorky: Russia's Literary Idol. Current History, Vol. 38, No. 5. California: California University Press.

Bourdieu, Pierre. 2010. Arena Produksi Kultural. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Clark, Barret H. 1926. The Optimism of Maxim Gorky. Southwest Review, 1926, Vol. 12, No. 1. Dallas: Sothern Methodist University.

Dasgupta, R K. 1968. Maksim Gorky and World Literature. Indian Literature, vol 11, no 2. New Delhi: Sahitya Akademi.

Dinega, Alyssa W. 1998. Bearing the Standard: Transformative Ritual in Gorky's Mother and the Legacy of Tolstoy. The Slavic and East European Journal, Vol. 42, No. 1. California: American Association of Teachers of Slavic and East European Languages.

Harussi, Yael. 1982. Realism in Drama: Turgenev, Chekhov, Gorky and Their Summer Folk. Ulbandus Review, Vol. 2, No. 2. New York: Columbia University Slavic Department.

Kahn, Andrew, Dkk. 2018. A History of Russian Literature. Oxford: Oxford University Press.

Kaun, Alexander. 1930. Maxim Gorky in the Revolution of 1905. The Slavonic and East European Review, vol 9, no 25. London: MHRA University College.

Kondakov, I. 2018. Maksim Gorky u Istokov Postmodernizma. Yaroslav Pedagogicheskiy Vestnik, no 4, 2018. Yaroslav: Yaroslav Pedagogicheskiy Vestnik.

Ovcharenko, Aleksandr I. 1982. Maksim Gorky i Literaturnie iskaniya XX stoletya. Moscow: Khudozestvennaya Literatura.

Pankenier, Sara dan Scherr, Barry P. 1997. Searching for UR Text: Gorky's English "Mother". Russian Language Journal, vol 51, no 168/170. Washington: American Councils for International Education.

Scherr, Barry P. 2014. Reshaping the Past: Gorky’s Reminiscences of Korolenko. The Russian Review, vol 73, no 4. New Jersey: Wiley.

Spiridonova, Lidia. 1995. Gorky and Stalin; according to New Materials from A.M Gorky’s Archive. The Russian Review, vol 54, no 3, Juli 1995. Ohio: Ohio State University Press.

Welleck, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Wilcox. 1906. Maxime Gorky. The North American Review, vol 183, no 604. Iowa: University of Northen Iowa.

Yarmolinsky, Avrahm. 1942. Maxim Gorky. The American Scholar, vol 11, no 1. Washington: The Phi Beta Kappa Society.

Yedlin, Tovah. 1999. Maksim Gorky: A Political Biography. London: Preager.

Zaks, L A. 2018. Gorky: Dve Ipostasi Modernizma. Yaroslav Pedagogicheskiy Vestnik, no 5, 2018. Yaroslav: Yaroslav Pedagogicheskiy Vestnik

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.