“ Ci nt at i dakbol ehdi pak s ak anapal agi di k ek ang. Sel ayak nya menggenggam bunga mawar .Semak i n er atmenggenggamnya,mak a ak an s emak i n mel uk ait angan k i t a. Namun,apabi l a hanya di pandang dan di hi r up baunya, ak anmemuncul k anci t r adar ibungamawari t u. �MochamadAdi t yaSupar di Put r a( 201 7) .
KEMBALI KELABU “Ketika Ku Kenang Betapa Puitisnya Saat Itu”
Sebuah Novel ditulis oleh : Mochamad Aditya Supardi Putra
1
PENGANTAR
K
embali Kelabu merupakan buku fiksi yang berisikan kehidupan pemuda⎼pemudi di bangku SMA. Kemal merupakan tokoh utama dalam cerita Kembali Kelabu, cerita dimulai saat dirinya teringat kembali kehidupan di masa SMA⎼nya. Sebuah perjalanan panjang mengenai kehidupan pertemanan, percintaan, keluarga, dan bagaimana Kemal berusaha memupuk cita⎼citanya sedini mungkin. Buku Kembali Kelabu mengingatkan pembaca pada fase kehidupan di SMA. Bagaimanapun setiap orang pasti pernah, akan, atau sedang mengalami kehidupan di SMA. Bagi sebagian orang dewasa yang tengah bekerja atau menempuh pendidikan tinggi, kehidupan SMA pasti takkan pernah mereka lupakan, kehidupan SMA selalu menyenangkan untuk dibahas atau sekedar dikenang.
K
emal Pangestu Nugroho adalah seorang pria yang sedang memasuki usia ‘menjelang’ dewasa. Kehidupannya berjalan normal layaknya anak-anak SMA kelas XII lainnya. Tidak memiliki masalah dalam urusan akademik di sekolah. Tidak juga memiliki masalah dengan lingkung pergaulannya. Kecuali hobi anehnya, menggambar sampai larut malam ‘terkadang’ menjadi ‘masalah’ tersendiri bagi Kemal. Entah mengapa, dalam tiap karya yang dihasilkannya selalu memunculkan gambar perahu. Sampai-sampai tiap 2
kali menggambar temannya pasti sudah tahu akan hasilnya, pasti gambar perahu lagi. Akan tetapi, hobi anehnya itu justru yang mengantarkan Kemal pada cita-cita yang tidak pernah ia bayangkan, yaitu menjadi arsitek besar lulusan luar negeri. Seperti peribahasa berakit-rakit dahulu, berenangrenang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Perjalanan Kemal menuju impiannya itu tidak semulus jalan tol di luar negeri sana. Seribu satu saat sebelum ia menginjakkan kaki di Turki, tempat ia mendapat gelar arsitek merupakan seribu satu saat Kemal yang masih mengenakan seragam putih abu-abu. Namun Seribu satu saat itu-lah justru yang terngiang dalam ingatan Kemal saat hendak menuntaskan studi masternya di Turki. Seribu satu saat ia berusaha mengikuti program beasiswa ke luar negeri. Saat ia melalui hari bersama kekasihnya kala itu, Rini. Saat ia memupuk impian bersama teman-temannya. Sampai saat-saat yang menggoyahkan batin Kemal, seperti saat keluarganya tertimpa masalah. Dan masih banyak lagi seribu satu saat lainnya. Seribu satu saat perjalanan Kemal semasa SMA menjadi cerita utama novel Kembali Kelabu ini.
K
ehidupan di SMA bukan hanya sekedar bertemu dengan guru, belajar, berpacaran, dan bersenang⎼senang. Kehidupan di SMA merupakan dasar bagi seseorang untuk menentukan masa depannya. Kemal menyadari hal tersebut, ia selalu berusaha mengembangkan bakatnya untuk mencapai masa depan yang ia inginkan. Namun perjalanan tidak selalu 3
mulus, banyak tantangan yang dihadapi. Kisah percintaan bisa saja menjadi penghalang untuk memupuk cita⎟cita di masa SMA, pun dengan keluarga, atau pun pertemanan. Satu hal yang pasti, kehidupan di SMA selalu mengasyikkan untuk dikenang. Itu pasti. Kemal dengan semua tingkah laku dan perjalanannya akan membawa kita kembali ke masa SMA, masa putih abu⎟abu. Masa yang ternyata puitis juga, jika dikenang kembali. Selamat membaca!
ISI BUKU Kemal dan Awal Mimpinya
7
Kemal dan Kebodohannya
18
Pertemanan Kita 39 Pertanda 50
Penulis
Akhirnya Rini dan Rinda 57 Detik-Detik 65 Pelarian Kemal
92
Dilema 99 The Old Geng
114
It’s Time to Say
129
Negeri Dipenogoro
137
Welcome Home ! 161 Maafkan Aku, Rin! 4
167 5
PENGENALAN TOKOH
Kemal Pangestu Nugroho : Kemal, seorang pemuda yang memiliki dunianya sendiri. Pemuda yang memiliki bakat melukis, namun tak mengetahui bagaimana cara menyalurkannya. Kemal juga merupakan seorang pemuda yang cerdas, terutama dalam pelajaran fisika, matematika, namun sifatnya yang memiliki dunia sendiri itu menyebabkannya tak kunjung menjadi juara kelas di sekolah. Rini : Bidadari tanpa sayap yang selalu menjadi penyemangat Kemal untuk terus rajin datang ke sekolah. Rini memiliki paras yang cantik, dapat membuat para pria jatuh cinta hanya dengan sekejap mata. Andre : Sahabat terbaik yang dimiliki Kemal, selalu ada dan setia menemani Kemal dalam hal apapun. Tempat Kemal mencurahkan perasaan atas apa yang dialami dalam hidupnya. Jika Kemal arus air, maka Andre adalah hilirnya. Bu Eki : Ibunda Kemal yang selalu mengarahkan Kemal untuk menjadi pria normal apa adanya. Bu Eki berwatak sangat sabar dalam menghadapi anaknya yang setengah tidak waras itu, Kemal. Pak Agus : Ayahanda Kemal yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri Rinda : Adik perempuan Kemal yang sedikit memiliki kelainan dalam hal perasaan. Apapun yang terjadi, Kemal sangat menyayangi adiknya tersebut. Bu Eni : Guru Fisika yang sangat tegas dengan muridnya. Bu Eni merupakan alasan kenapa Kemal bisa pandai dalam hal fisika dan matematika Pak Said : Figur seniman yang menjadi panutan Kemal dalam menata masa depannya. Dan tokoh tokoh lain yang mendukung alur cerita novel ini menjadi hidup.
6
KEMAL DAN AWAL MIMPINYA Di sebuah tempat yang baru berganti dari musim KÉŠĹ&#x; (musim dingin) menjadi Ilkbahar (musim semi) ....
Terlihat
secangkir teh hangat melayang dibawa seorang pria bertubuh tegap, berambut hitam, dan berkulit coklat seperti buah sawo matang dari sebuah dapur menuju teras yang berjarak kurang lebih 6 meter. Ia terlihat hendak mengalaskan badannya pada sebuah bangku kayu yang terlihat menguning, agak getas, sedikit keropos di bagian kaki-kaki. Ya ... bersantai dan bercengkrama dengan alam di pagi hari merupakan rutinitas wajib bagi sosok sang pria tersebut. Menurutnya, pagi hari adalah saat dimana suasana masih tenang, damai, sejuk, dan udaranya pun masih bersahabat untuk dihirup. Suasana yang demikian sangat pantas untuk berkonsentrasi, dan menyusun rencana aktivitas pada hari se-efektif mungkin. Baginya, waktu adalah hal yang paling berharga, waktu itu takkan pernah kembali. Di dalam ilmu fisika, tidak pernah ada mekanika gerak partikel mempunyai waktu t sama dengan negatif ? itu lah yang menjadi filosofi hidup pria, bernama Kemal ini, akan sebuah waktu. Sesekali ia menyeruput teh panas yang telah diraciknya. Suasana masih pagi buta, bahkan matahari pun masih enggan berbagi dengan sensasi hangatnya. Secangkir teh itu benar - benar menjadi teman yang hangat bagi Kemal, untuk bertahan melawan hembusan angin pagi yang dinginnya menusuk jemari. Kemal mencari teman menikmati teh dengan berusaha mencari sedikit bacaan di dalam tumpukan kertas koran yang menggunung di bawah mejanya. Tanpa disengaja Kemal mendapatkan selembar kertas lecek, 7
kumal, nan kusam penuh dengan tulisan mandarin, coret-coretan matematika, dan gambar bendera Indonesia-Turki. Seketika, pandangan Kemal mulai menajam ke arah kertas kumal. Seakan selembar kertas putih yang sudah menguning itu membawa Kemal memasuki sebuah ruang dan waktu yang pernah ia singgahi. Entah kapan. Tarikan nafas yang panjang diambilnya berkali-kali. Tak jarang, ia segarkan otaknya yang mulai pening dengan menghirup aroma teh panas, kental yang khas. Sungguh, ia ingin sekali memasuki ruang dan waktu tersebut. Membingkai diri dalam waktu yang cukup lama.
Kemal meletakkan telapak tangan di atas dagunya persis seperti patung-patung Yunani kuno dan mencoba mengingat apa yang dikatakan Jansen barusan. “ Oh I remember that .. Is about your thesis defense, Right?”
Ketika sedang terpaku menatapi selembar kertas yang menajamkan ingatannya itu, melintas sesosok manusia bertubuh tegap, berkulit hitam tipikal benua Afrika, dan berambut agak gimbal berjalan keluar dari sebuah pintu. Manusia itu mengenakan kemeja polos berwarna merah, dibalut rapih dengan jas kinclong berwarna hitam. Terlihat sosok manusia itu sedang memilah-milih sepatu terbaik dari tumpukan sepatu yang berserakan dalam sebuah rak yang sudah reot. Sepasang sepatu kulit berwarna hitam menjadi pilihannya. Namun saat hendak mengenakan, terlihat kedua kaki pria bertubuh gelap ini terlampau besar, sehingga agak sedikit memaksakan ketika mengenakannya.
“At this day, I’m just preparing my self for that test at this time” jawab Kemal sembari menyeruput kembali tehnya dengan rileks.
“May can I borrow your shoes Kemal please?” pinta pria hitam dengan suara macho menggelegar
“Teşekkǖr ederim (terima kasih)” terucap dari mulut Jansen
“What will you do with my shoes?” tanya Kemal kembali “What ? Dont you remember my final test?” Jansen mencoba mengingatkan Kemal 8
Jansen hanya memandang sinis Kemal. Rupanya ia kesal teman satu rumahnya itu melupakan sidang tesisnya. “When will you do your final thesis defense brother?” tanya kembali Jansen sembari berkaca pada sebuah jendela rumah ala kadarnya.
Jansen menarik nafasnya kemudian berkata pada Kemal, “Oke I’m going to the thesis defense room right now. Please pray for me brother!”. “Yeah, sure, certainly I will do for you. Good luck my black brother!” tangkas Kemal kepada Jansen. Kemudian Kemal bergerak mendekati Jansen, begitu pun Jansen. Mereka berpelukan saling menyemangati.
“Teşekkǖr ederim (terima kasih kembali)” terucap kembali dari mulut Kemal. Jansen berjalan keluar pagar dengan penuh kepercayaan diri menuju ruang sidang tesisnya yang terletak di dalam kawasan Middle East Technical University, tak jauh dari tempat tinggal mer9
eka berdua. Kemal melepas Jansen dengan penuh harapan. Dia berdoa semoga Tuhan membantunya dalam sidang nanti. Kemal menoleh ke arah meja. Melihat kertasnya melambai-lambai tertiup angin, Kemal segera mengejar kertas tersebut dan mengambilnya. Kertas itu terjatuh di atas pelataran rumah. Rumput-rumput pendek yang basah terkena embun pagi, dan lembabnya tanah di pekarangan rumah membuat kertas Kemal basah dan kotor. Segera ia mencoba membersihkan kertas tersebut dengan cara mengusap-usapkannya pada kaos oblong hitamnya. Kemudian, ia kembali ke arah bangku ter-favoritnya dan melanjutkan nostalgia dengan kertas tersebut. Ketika ia memandangi kertas segaris dengan kedua bola matanya, tiba-tiba lensa mata Kemal terfokus pada gambar bendera Indonesia-Turki. Kemal semakin terpaku dengan gambar masing-masing bendera negara. Seakan lensa matanya terperintah untuk mengunci di gambar itu. Setelah berlarut-larut wajah Kemal yang semula kaku dan fokus, perlahan mulai mencair. Tatapannya mulai mereda. Kini raut wajahnya berubah sendu. Matanya mulai berbinar dan sedikit meneteskan air mata. Kedua pipinya memerah seakan efek dari air mata tadi. Kedua pipinya mulai melebar seakan ingin mengeluarkan senyuman manis. Sayup-sayup sepasang lesung pipit indah mulai tampak dalam raut wajahnya. Bibir tipisnya pun mulai bergerak seakan ingin mengeluarkan sepatah dua patah kata. “Waktu itu .......� terucap pelan dari mulut Kemal. Sistem syarafnya memberikan kejutan listrik statis pada bagian sumsum tulang belakang. Kemal ingat akan suatu memori yang pernah men10
jadi bagian dari hidupnya. Terlihat jelas bagaimana suasana, kejadian, dan kenang-kenangan yang tercipta pada waktu itu. Suasana berubah menjadi putih, terang, dan tidak terbatas.Seketika suasana itu menyeret Kemal ke dalam sebuah ruang dan waktu. Melanjutkan ingatan Kemal akan selembar kertas .. Waktu itu pukul 07.00 pagi Kemal sudah berada di sebuah koridor yang penuh dengan bangku-bangku berisikan sekumpulan manusia heboh. Tengok matanya ke sudut yang lain, Kemal mendapati ada juga sekumpulan manusia sedang khusyuk, seperti sedang berdoa meminta diberikan kehidupan yang abadi. Kemal pun berusaha mencari sisa-sisa bangku yang masih kosong hanya untuk menyandarkan punggungnya yang sudah lelah. Setelah melongok ke semua arah di koridor, Kemal mendapati dua bangku kosong tanpa penghuni, dengan sigap dan tanpa berpikir panjang Kemal segera menduduki bangku tersebut. Dirinya sangat bosan mendapati koridor terlalu sibuk dengan manusia-manusia tadi, semua orang hendak membaca buku pelajaran, komat-kamit sesembahan, sampai tidak ada satu orangpun yang bisa ia ajak untuk berbincang-bincang. Kebetulan saat ia melongok ke arah pintu utama yang terbuka secara otomatis. Dari pintu itu muncul sesosok makhluk hitam semampai (semeter tidak sampai) yang tak asing baginya. Dia adalah Abdul, salah satu teman Kemal di bangku sekolah. Melihat dari kejauhan Kemal langsung menyapanya dengan sangat keras �Wooy Abdul sini!� 11
“Oke maaal!”, sahut Abdul sambil bergerak menghampiri Kemal. Sambil duduk dengan nafas tercengak – cengak Abdul bertanya kepada Kemal, “mal gimana persiapan lo ?, udah siap kan?” Kemal menatap Abdul dengan tampang cengegesan, “ hehe ya gitu deh” “Ah, elu ya mal emang ga pernah serius. Ini lumayan bro!”, sahut Abdul dengan penuh semangat “Yaelah Dul kalo rejeki mah ga akanc kemana”, jawab Kemal dengan nada datar tak bergairah. “Teeeet teeeet teeeeet” suara bel berbunyi yang seakan kehadirannya itu membuat suasana koridor berubah menjadi semakin gaduh dan cenderung chaos layaknya bom atom yang meledak di hiroshima dan nagasaki. “Gimana nasib gua?!, gimana nasib gua?!”terdengar celotehan para pemuda-pemudi yang berada di dalam koridor tersebut. “Yeh, bodo amat. Nasib-nasib lu. Bukan nasib gua” ketus Kemal hendak berbisik dalam hatinya. “Yaudah yuk kita masuk ke ruangan” ajak Kemal ke Abdul. “Yaudah yuk, Good luck Bro, jangan lupa doa” “Yoi, kalem. Lu juga jangan lupa doa Breh” “See you” “See you too” Sebenarnya Kemal rada jijik dengan akhir pembicaraan 12
tersebut, tapi ah yasudah lah, tutur benak hati Kemal. Kemudian, ia dan Abdul bergerak menuju ruangannya masing-masing. Kebetulan Kemal dan Abdul tidak berada dalam satu ruangan yang sama. Kemal pun segera memasuki ruangan. Ia terlihat agak bingung mencari tempat duduknya, padahal bangku ujian telah ditentukan dengan nomor identitas yang telah ia dapatkan. Kemal hanya perlu mencari kode identitas yang bersesuaian. Setelah dicari dari depan sampai ujung ruangan, ternyata Kemal mendapatkan tempat duduk di baris paling belakang. Pas banget dengan tempat duduk favoritnya di sekolah. “Kalo duduk di sini mah gue nyaman banget. Strategis mas bro” gumoh Kemal memandangi bangku tersebut. Waktu ujian kini semakin dekat, bahkan hanya tinggal hitungan detik. Seorang pria paruh baya mengenakan kemeja merah dengan tatapan tajam memasuki ruangan dan duduk di bangku paling depan. Seakan pria tersebut menjadi pertanda bahwa ujian benar benar tinggal beberapa detik lagi. Ya jelas saja .. Pria itu adalah pengawas ujian yang bertugas di ruangan Kemal. Dengan mata yang tajam dan senyuman kaku pak pengawas menghadap ke arah Kemal dan sekumpulan manusia lainnya. Lalu berusaha mengalihkan isu dengan sapaan “Selamat pagi, apakah kalian semua telah siap?” “Su.... su... sudah paak” jawab dengan nada lesu dari sekelempok manusia yang tengah mengadu nasib ini “Baiklah sebelum memulainya, saya akan membacakan beberapa aturan di dalam ruangan ini!” tegas pria paruh baya tersebut. “1. Peserta dipersilakan untuk menaruh tas di depan ruan13
gan. 2. Peserta hanya diperbolehkan membawa pensil, pulpen, dan penghapus 3. Peserta tidak diperbolehkan bertanya kepada peserta lainnya 4. Jika ada yang tidak dimengerti segera bertanya kepada pengawas 5. Serta, peserta tidak diperbolehkan bersikap gaduh 6. Bagi peserta yang didapatkan berbuat kecurangan akan langsung dinyatakan gagal” Itu adalah beberapa butir peraturan perundang-undangan di dalam ruangan tersebut. Namun Kemal hanya mengangguk cuek dan mengabaikan butiran tersebut sambil meraut tajam pensil 2b miliknya. “Ada yang ditanyakan lagi anak-anak?” tanya pengawas menatap tajam. “Tidak ada pak” jawab sekumpulan manusia dengan tingkat ketegangan lebih dari 1000 kiloelektronvolt. “Bisa kita mulai?” tanya kembali pengawas tersebut. “Bisa pak” jawab manusia-manusia di ruangan tersebut semakin tegang. “Et dah, ini orang kapan mulainya!” gerutu Kemal sembari menjudeskan bibirnya. 14
“Baiklah kita mulai saja ujian ini” ujar pengawas yang laun lambat agak menyebalkan. Perlahan pengawas tersebut merobek secarik amplop ukuran A3 dengan gambar bendera Imdonesia-Turki pada bagian depan amplop. Dikeluarkannya sejumlah tumpukan kertas berbau tidak enak dan berisikan soal-soal yang tidak lezat untuk dikerjakan. Dibagikannya satu per satu soal tersebut kepada setiap peserta ujian. Gemetar tangan Kemal memegangi sampul soal. Didapati oleh kedua matanya soal berisikan matematika 20 butir dan Bahasa Inggris 20 butir. Dengan ikhlas ia mengelus dadanya seraya berkata “bismillahirahmanirahim .. man jada wa jada ... selama ini gue udah belajar cukup keras. Sekarang saatnya!” Dengan lancar ia berhasil mengerjakan soal matematika dari nomor 1 sampai 20. Tanpa kesulitan Kemal membantai habis soal integral, turunan, statistika, persamaan, dan lain-lain dengan sangat mudahnya. Namun saat akan memasuki soal pertama Bahasa Inggris, sontak hatinya berkecamuk. “Anjrit, dari dulu Bahasa Inggris gue ga ngembang-ngembang, ini soal maksudnya apa yak?!” keluh kesah dalam hati meratapi soal Bahasa Inggris yang sangat susah baginya untuk dikerjakan. “Piye iki mas, kepriwe aku ngerjain Bahasa Inggrisne?!” makin gundah Kemal tidak karuan. “Yaudah kerjain aja yang lo ngerti artinya!” terdengar bisikan surga dari kuping sebelah kanan Kemal. “Baiklah gue kerjain sebisa gue!” sontak Kemal dengan 15
lantang dan tegas. Bukan berarti Kemal bodoh Bahasa Inggris karena tidak bisa mempelajarinya. Akan tetapi Kemal mempunyai pandangan lain terhadap bahasa-bahasa asing. Menurutnya buat apa belajar bahasa asing kalau bahasa bumi pertiwi sendiri tidak dipelajari. Sebagai bangsa Indonesia seharusnya lebih mengapresiasi dan mempelajari dengan baik bahasa Indonesia. Bahkan Indonesia masih memiliki bahasa-bahasa daerah lainnya yang perlu dipelajari. Kemal yakin bahwa saat ini anak muda lebih mengerti Bahasa Inggris ketimbang bahasa daerah. Dalam hatinya selalu berkecamuk, kalau kaum muda tidak mempelajari bahasa daerah, maka siapa yang bisa mewariskan bahasa daerah peninggalan nenek moyang ini kepada generasi selanjutnya? Bisa-bisa bahasa daerah yang sangat bersejarah ini punah seiring berjalannya waktu. Maka dari itu Kemal selalu lebih antusias mempelajari bahasa daerah seperti bahasa sunda, bahasa jawa, atau bahasa melayu daripada Bahasa Inggris. Itu lah pandangan Kemal yang pernah menjadi juara lomba pasanggiri basa sunda terhadap bahasa asing dan bahasa lokal.Kereen.
yang selama dua jam tadi menjadi neraka buat dirinya. Sembari menendang botol minuman yang berada di tengah jalan, ia mengehlakan nafasnya. “Ya semoga aja keterima, yang penting kan gue udah berusaha. Hasil mah cuma bonus lagi� curhat Kemal berusaha menenangkan batinnya. Kemal terus berjalan mencari sebuah masjid dan hendak melakukan sholat dzuhur untuk menenangkan hatinya. Perlahan, batin Kemal menjadi lebih tenang, Kini dia beranggapan bahwa hari ini dia sangat keren, memberanikan diri mengikuti ujian beasiswa sarjana di negeri Turki, Eropa. Yang penting beranii!!
Tanpa terasa waktu ujian sudah hampir berakhir. Kemal pun sudah gumoh dengan kumpulan semua soal-soal. Alam pikirannya sudah di luar sana membayangkan milkshake segar membasahi kerongkongannya yang kering kerontang. “Teeet teet teeet� bel berbunyi, pertanda waktu ujian tulis telah berlalu. Kemal pun hendak mengumpulkan kertas ujiannya dengan ratapan lesu antara berharap lolos ujian atau melupakan kejadian barusan karena menyadari dirinya tidak akan lolos dari ujian tersebut. Kemal segera melangkahkan kakinya keluar dari gedung 16
17
KEMAL DAN KEBODOHANNYA “Kemaaaaaaal, banguun!” teriakan dari ibu Eki sangat keras. “iya bu, apaan si pake tereak-tereak segala!” gumam Kemal dengan sempoyongan bangun dari tidurnya. “Kemal Pangestu Nugroho. Sekarang sudah jam berapa? Kamu Ingin bolos sekolah?!” geram ibu Eki menatap Kemal penuh amarah. “Iya bu, Kemal juga mau mandi ini. Mau berangkat sekolah”. “Berangkat sekolah gimana ?! Lihat sekarang sudah jam berapa??” ibu Eki sangat emosional. Mata Kemal yang masih sayup mengarah ke sebuah jam dinding penuh ketakutan. Benar saja Kemal mendapati jarum jam menuju angka 06.45 menit. Hal ini berarti Kemal hanya memiliki waktu 15 menit untuk segera berada di sekolahnya, sama sekali tidak lebih. Nampaknya kemarin malam Kemal telah lembur membuat sebuah lukisan dalam canvas berukuran 60x40cm. Sebenarnya kebiasaan melukis itu sangat baik untuk perkembangan otak kanan atau otak kreativitas anak. Namun kebiasaan Kemal melukis semalaman suntuk membuatnya sering bangun kesiangan, dan berbuntut telat masuk sekolah. Terlebih selama ini lukisan-lukisan yang dihasilkan Kemal dapat dikatakan kurang variatif! Mengapa demikian? Selama ini yang ia hasilkan selalu lukisan perahu lagi, lukisan 18
perahu lagi. Sampai-sampai semua orang yang ingin melihat lukisan Kemal sudah dapat menebak. Aah ... paling lukisan perahu lagi ..... Baiklah kita tinggalkan sejenak hobi Kemal yang kurang kreatif itu. Alhasil, tanpa mandi sewajarnya, Kemal hanya mencuci muka dan menyikat gigi. Bergegas ia menyabat setangkap roti di meja makan dan secepat kilat mengendarai sepeda motor menuju sekolah. “Alhamdulillah dah yak, gue sampai juga di sekolah. Pas banget lagi ini ga telat” sontak lega hati Kemal tidak jadi telat berangkat sekolah. Namun Kemal lupa akan beberapa hal bahwasanya pada hari ini, ia bersekolah tanpa mandi. Sedangkan Kemal adalah anak yang sangat perfeksionis. Tentu saja badannya yang bau tidak sedap itu sangat mengganggu dirinya sendiri untuk beraktivitas di sekolah seharian penuh. Yang kedua, ia lupa bahwasanya hari ini, ia tidak menjadwalkan buku pelajaran yang ia bawa ke sekolah. Apa lagi ia juga lupa bahwasanya pada pagi hari ini, pelajaran pertama di kelas adalah pelajaran fisika dari guru killer tercinta mrs. Eni widjayawati, S.Pd. Dengan wajah straight face ia berjalan lesu menuju kelas. Rambutnya yang acak-acakan, dan seragam sekolah yang belum dirapikan membuat penampilan Kemal kala itu seperti anak punk jalanan yang tidak mandi sebulan. Tak jarang siswa-siswi lainnya menatap aneh diri Kemal. “Criing criing” suara bel masuk sekolah terdengar. Pertanda kegiatan di sekolah memasuki jam pertama kegiatan belajar mengajar. Anak-anak sudah masuk ke dalam kelas masing-masing dengan 19
sangat tertata rapih. Ada yang sedang menyiapkan buku catatannya, ada yang membaca-baca buku literatur pelajaran, bahkan ada juga yang sekedar membuka laptop untuk bermain PES. Yaa ... tentu saja bermain game di kelas merupakan kegiatan yang digemari oleh siswa-siswi saat ini, termasuk Kemal. Sungguh sangat miris bahwa globalisasi memberikan dampak buruk bagi remaja di Indonesia, bahkan negara-negara berkembang kebanyakan.Hmmm. Bu Eni pun memasuki ruangan kelas Kemal. “Pagi anakanak” ucap bu Eni dengan lembut. “Pagi buuu” sahut anak-anak dengan unyu. “Sebelum kita memulai pelajaran ini mari bersama-sama kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar pelajaran yang kita dapatkan menjadi berkah dan bermanfaat. Berdoa dimulai” suruh ibu Eni kepada anak-anak. “Selesai, Oke anak-anak sebelum pelajaran dimulai ibu ingin memeriksa catatan kalian kemarin tentang fisika thermal!” Semua anak-anak di kelas menyiapkan buku catatannya di atas meja dengan santai. Kecuali ........ Kemal kebakaran jenggot mengobrak-abrik isi tas selempangnya. Ia berusaha mencari buku catatan fisika, dan hasilnya ........ sudah pasti Nihil. Karena Kemal terburu-buru waktu berangkat sekolah tadi, ia lupa membawa buku catatan fisika. Hari ini Kemal hanya membawa buku bahasa indonesia, padahal hari ini tidak ada pelajaran bahasa indonesia. Setelah memeriksa seluruh buku catatan siswa di kelas, bu Eni pun kedapatan memeriksa buku catatan Kemal.
20
“Kemal mana buku catatanmu?” “Ini bu ..” ucap Kemal pelan dan ketakutan sambil memberikan buku catatan bahasa Indonesia. Bu Eni mulai membuka buku catatan Kemal. Terlihat raut wajah bu Eni berubah, mengerutkan dahinya, dan warna wajah kian memerah. “Kemal ini buku catatan apa!? .... Ini bukan buku catatan Fisika! ... Apa-apaan ini isinya coret-coretan gambar perahu tidak jelas!! ...... Kemal jangan main-main dengan ibu! Mana catatan fisikamu?!” bu Eni sangat marah kepada Kemal. “Nga nga nga nganu bu ..” Kemal sayup ketakutan “Kemal sekali lagi ibu peringatkan! Mana buku catatan fisikamu?!” suara bu Eni kian meninggi “Anu bu anu ..” Kemal tidak bisa menjawab pertanyaan bu Eni “APAAN YANG ANU KEMAL!!???” suara bu Eni kian meninggi sampai 8 oktav “Anu saya ketinggalan di rumah bu ...., eh maksudnya buku catatan fisika saya ketinggalan bu” jawab Kemal sambil cengar-cengir cengengesan tanpa dosa. “KEMAL SEGERA KAMU PERGI KE RUANGAN BP! Tunggu di sana ! Ibu mau buat perhitungan sama kamu sehabis jam pelajaran fisika ini selesai!” dengan penuh emosi bu Eni memarahi Kemal 21
“CEPAT KELUAR!! ....... Praaak” Gertak bu Eni ke Kemal sambil menggebrak meja.
“Coba dijelaskan dulu ibu pelan-pelan” tutur bu Pipit lemah lembut mencairkan suasana.
“Iya bu baik” saut Kemal memelas, padahal dalam hatinya berkata, “percuma bu kalo saya keluar, memangnya kalau di luar bisa menghadirkan buku catatan saya?”.
“Jadi gini bu, si Kemal ini tidak ada perhatiannya sama sekali. Masa pelajaran saya ia tidak membawa buku catatannya sama sekali, yang ada malah coret-coretan gambar tidak jelas! Mau jadi apa ini anak bu!” geram bu Eni terhadap Kemal.
Dengan wajah lesu dan jalan menunduk Kemal bergerak keluar dari kelas, ia berjalan menuju ruang BP seperti yang diperintahkan bu Eni. Di tengah perjalanan ia berpapasan dengan Rini. Seketika Rini menyapa dan menanyakan apa yang terjadi dengan Kemal karena ia melihat diri Kemal begitu kumel, lecek, dan lesu.“Mal kamu kenapa?” tanya Rini penuh Kemal(kepo maksimal). Kemal hanya menggelengkan kepalanya dan terus berjalan dengan menundukkan kepala ke arah ruang BP dan mengabaikan Rini. Setelah melihat kondisi Kemal seperti itu, Rini terus bertanya-tanya kepada dirinya “kenapa ya Kemal? Ada apa dengannya?”. “Criing criing” bel tanda pergantian pelajaran berbunyi. Pelajaran fisika di kelas Kemal pun telah berakhir. Hal ini merupakan pertanda buruk bagi Kemal. Karena setelah pelajaran fisika berakhir, bu Eni berjanji ingin berbuat perhitungan terhadap Kemal. Di Ruangan BP “Ada apa ini bu dengan Kemal? Kata dia, ada masalah sama ibu di kelas fisika tadi?” tanya bu Pipit selaku guru BP di sekolah. “Bu Pipit, saya tidak habis pikir si Kemal ini acuh sekali”.
22
“Benar Kemal?” tanya bu Pipit kepada Kemal. “I i i Iya bu ..” jawab Kemal agak gagap. “Lho kok bisa Kemal?” manis bu Pipit menanyakan Kemal. Lantas Kemal berterus terang bahwa semalaman suntuk ia membuat lukisan, dan baru tidur sebentar. Sehingga, tadi pagi ia kesiangan dan terburu-buru berangkat ke sekolah karena takut telat. Hasilnya, ia lupa tidak menjadwalkan buku pelajaran sebelumnya. Terlebih ia sangat lupa bahwa pelajaran pertama hari ini bu Eni yang sangat rajin memeriksa buku catatan siswanya. Bu Eni dan bu Pipit mengerti dengan permasalahan Kemal. Keduanya memberikan nasehat untuk mengurangi hobi melukisnya itu, terlebih jika sudah mengganggu kegiatan belajar di sekolah. Kemal mendegarkan nasihat kedua gurunya dengan baik. Bu Eni pun mau memaafkannya. Akan tetapi tetap ada hukuman dari bu Eni, yaitu setiap harinya Kemal mendapatkan PR tambahan dari bu Eni berupa 10 soal fisika olimpiade, dan harus merangkum materi fisika dari kelas X sampai kelas XII, serta Kemal harus membuat sebuah artikel ilmiah berupa pendekatan Fisika yang diutamakan. 23
Dengan hati penuh kepasrahan Kemal menyanggupi hukuman dari bu Eni. Yang ada di dalam benaknya setiap hari ia harus bercumbu dengan konsep-konsep dan rumus-rumus fisika. “Yah mau gimana, lagi pula hukuman ini sifatnya positif kok” ujar Kemal menghela nafas. Pukul 14.00 berlalu, itu tandanya kegiatan belajar mengajar di sekolah pada hari ini telah berakhir. Seluruh aktivitas belajar di sekolah ini kian meredup, kini kegiatan berganti menjadi kegiatan yang sifatnya lebih santai. Beberapa siswa ekstrakulikuler futsal tengah memenuhi lapangan sekolah yang terlihat masih terik. Sekumpulan anak-anak ektrakulikuler teater sudah membisingi salah satu ruangan kelas di sekolah tercinta. Langkah kaki Kemal pun juga sudah hampir sampai di depan kelas Rini. Ya Rini, satu kata sederhana milik seseorang perempuan yang menjadi salah satu alasan bagi Kemal untuk mengemban pendidikan di sekolah ini. Di dalam Kelas Rini. “Rin pulang yuk!” ajak Kemal “Ayuk, tapi sebelumnya aku mau nanya deh. Tadi tuh kamu kenapa?” “ngga kenapa-kenapa kok Rin. Cuma masalah biasa” “Ih bete deh kamu mah ga pernah cerita-cerita” “Beneran Rin ga ada apa-apa kok. Ga ada yang harus aku ceritain juga. Udah yuk pulang” “Ih ... hufft” nada kesal dari Rini sambil berjalan bersama Kemal menuju parkiran motor sekolah. 24
Sambil berjalan Kemal menoleh ke arah Rini dan bertanya, “Hmm kesal sama aku ya Rin?”. “Kesal ga ya? .... Kamu tuh dari tadi pagi aku tanya kenapa, Cuma geleng-geleng aja! .... memangnya ga kesal apa aku mikir terus, di kelas kamu kenapa? Penampilanmu kusut, masuk ke ruangan BP. Ada masalah apa kamu?” gerutu Rini seperti kaula mudi-mudi pada umumnya. “Ya aku gapapa sih Rin, tadi ada masalah kecil aja sama bu Eni. Udah ga perlu dipikirin, hehe”, tutur Kemal berusaha memberi penjelasan sederhana kepada Rini. “Ga perlu dipikirin gimana coba? Kalau kamu punya masalah, berarti masalah buatku juga kan. Layaknya yang pernah kamu ucap sama aku. Sakitmu menjadi sakitku, tangismu menjadi tangisku, namun bahagiamu menjadi bahagiaku juga. Iya kan!”, seru Rini. “Hehe iya juga yaaa ..” Kemal tertawa pelan mendengar ucapan Rini yang merupakan cerminan dari ucapan yang pernah ia utarakan sendiri kepada Rini sebelumnya. “Ya sudah, yang penting sekarang kita pulang dulu yuk, pasti orang di rumah sudah menunggu kita”, lanjut Kemal mengajak Rini pulang, yang kini langkah kaki mereka telah sampai di parkiran motor tempat Kemal meletakkan si kuda besinya tadi pagi. Kemal dan Rini perlahan meninggalkan sekolah. Bisingnya suara motor butut Kemal perlahan sunyi seiring sirnanya sosok Kemal dan Rini dari gerbang sekolah mereka berdua. Gapura kecil seukuran dua meter pas, tidak lebih terlihat 25
kokoh sebagai tameng pembuka jalan menuju kediaman Rini. Perlahan dari pengkolan gapura terlihat motor butut yang ditunggangi dua insan berbaju putih abu-abu. Kemal telah sampai mengantarkan Rini tepat di depan kediaman Rini. Saat berada di depan pagar, seperti biasa Rini menanyakan hal yang semestinya ia tanyakan, “Mal mau mampir ga?”. “Enggak dulu deh Rin, aku lagi ada kerjaan di rumah” sahut Kemal. “Oh yaudah” desis Rini bernada judes. “Hmm. Kamu marah? Baru juga kita damai lagi Rin seusai kejadian tadi pagi. Hmm ...hmmmm”, Kemal menghelakan nafas, dan suasana diam beberapa saat. “Oh iya nanti kamu les kan ya?” tanya Kemal berusaha mencairkan suasana. “Iya” jawab singkat Rini. “Mau aku anterin terus dijemput ga?” tanya Kemal yang masih berusaha mendinginkan suasana. “Enggak, makasih” jawab Rini dengan nada menjadi bengis. “hhhhh......”, terlihat Kemal menarik nafas cukup dalam. Namun perlahan Kemal mengeluarkan senyuman sebegai luapan semata agar emosinya tidak memuncak. “Oh yaudah Rin, kalo begitu, aku pulang yaa” sahut Kemal nada memelas. “Eh tapi aku mau nanya! Kenapa dari dulu ga pernah jawab pertanyaan aku, kalo kamu suka ngelukis perahu-perahu?” tanya 26
Rini tiba-tiba. “Adaaa deeeh ... mau tau aja!” Kemal langsung pergi meninggalkan Rini tanpa pamit. Kini perasaannya mulai tenang, akibat reaksi Rini yang tiba-tiba bertanya. Akan tetapi jauh di lubuk hatinya masih terbesit pertanyaan akan sikap Rini yang terkadang sangat perhatian, namun dengan seketika bisa saja menjadi acuh dan menyakitkan. Layaknya daun yang tertiup angin, terkadang bergerak ke arah barat, terkadang bergerak ke timur. Tergantung angin yang meniupnya hendak membawa kemana daun itu pergi. Kemal pun menancapkan gas sepeda motornya bergerak lurus berubah beraturan meninggalkan rumah Rini. Kala itu matahari meradiasikan kalor begitu hebatnya sampai diluar ambang batas. Perasaan gelisah pun turut menghantui Kemal sepanjang perjalanan menuju rumah. Hal ini mungkin disebabkan oleh rasa bersalahnya terhadap Rini pada saat di sekolah tadi. Mungkin juga dikarenakan reaksi sikap Rini kepada Kemal yang berubah menjadi dingin secara tiba tiba. Alhasil cuaca yang terik ditambah hati yang panas semakin membakar jiwa dan raga Kemal kala itu. Ahhh betapa sialnya nasib Kemal hari ini, sudah bangun kesiangan, dihukum bu Eni, dijutekkin pacar sendiri ..... Lengkap sudah penderitaan Kemal hari ini. Setelah sampai di rumah, Kemal segera “bergercep ria” alias gerak cepat menuju kamar tercinta. Sapuan cat berwarna biru sehamparan dinding kamar seakan menjadi pelepas dahaga bagi Kemal. Setelah berangsur-angsur memanjakan badannya, pola pikirnya pun kini berbanding lurus semakin jernih. Secara sadar, Kemal mendapati ada yang tidak beres dari Rini. 27
“Hmm .... Ada yang aneh dari Rini ..... Tapi yaudah lah ya ... Mungkin ini efek dari mood Rini yang lagi drop menghadapi sikap gue barusan” tanya hati Kemal menatapi sebidang cermin di dalam kamarnya. Berjam-jam Kemal berbicara di hadapan cermin. Gundah gulana, dan lirih hatinya menerka-nerka hal buruk apa yang tengah terjadi kepada Rini. “Mungkinkah ada main hati dari Rini?” tanya hati Kemal. Waktu di jam tangan Kemal menunjukkan angka 9 dan 12. “Ah Rini sudah pulang” ujar Kemal. Kemal pun segera menulis pesan singkat melalui handphone jadulnya. “Cepat dibalas” harap-harap cemas Kemal. To Rini : Rin udah pulang ? Handphone jangriknya itu enggan bereaksi dan tidak menunjukkan tanda-tanda hendak berderik. Hanya layar hijau dan tombol pudar yang tampak. Berulang kali tanda “ok” dan “pagar” ditekan Kemal hanya untuk memeriksa pesan masuk. Alhasil, ia uring-uringan di kasur menunggu balasan SMS dari Rini. Saat suasana sedang hening layaknya prosesi mengeningkan cipta di upacara bendera, tiba-tiba handphonenya berdering. Tanpa berpikir panjang Kemal bergegas membuka handphonenya. Ternyata yang didapat adalah ........ From ****** : Dapatkan discount 20 persen di Jungle, tunjukkan pesan singkat ini kepada petugas setempat Layaknya PNS yang belum mendapat gajih di tanggal tua, 28
pandangan mata Kemal berubahmenatap sinis ke layar handphone yang sedang digenggamnya. “Kampret gue kira Rini!” ketus Kemal. Tak lama kemudian handphone Kemal kembali berdering. Dengan agak lesu dan malas Kemal membuka handphonenya kembali. Dan ternyata ....... From Rini : Iya udah Mal.Aku mau istirahat dulu ya mal. Kretek kretek kretek ..... suara jari Kemal beradu dengan keypad buram si jangkrik. Terlihat pada layar, message send to Rini. To Rini : Oke deh Rin. Istirahat yang cukup ya. Besok pagi ketemu lagi, aku jemput “Bener kan Rini Cuma lagi kecapean aja, ga ada apa-apa kok” ujar Kemal kepada cermin di kamarnya. Tiba-tiba ....... “Wah Iya gue lupa, soal fisika dari bu Eni belum dikerjain?!” kaget Kemal teringat PR tambahan dari bu Eni. Kemal bergegas membereskan meja belajar dan menyiapkan buku-buku literatur fisika selengkap mungkin. Dia segera meraut pensil 2b kesukaannya, dan mempersiapkan penghapusan andalannya. Soal nomor 1 pun diliriknya hati-hati. “Ah masih gampang” Kemal mencoba tenang. “Tapi kok kaya gini ya?!” Kemal rada gentar. “Yaelah kok gini amat yak?!” Kemal mulai frustasi. “Artikel? Oh My god .. Gue lupa” Kemal semakin frustasi, panik, dan histeris. Tapi Kemal tetap berusaha mengerjakan soal fisika tersebut. Dia mencari cara-cara untuk mengerjakannya mulai dari buku rumus cepat, buku fisika SMA, buku fisika Olimpiade, sampai buku 29
fisika Universitas. Namun hanya 3 butir soal yang dapat dikerjakan dari 10 soal yang diberikan. Baru setelah itu ia menyegerakan diri untuk membuat artikel ilmiah penuh rasa kantuk. Tak terasa jam dinding di kamar Kemal tengah menunjukkan pukul 00.00. Matanya pun mulai terasa berat. Tanpa sadar ia tertidur lelap dalam balutan hangat tempat tidurnya. “Allahu akbar allahu akbar ...” suara adzan shubuh membangunkan Kemal dari lelapnya ia bermimpi semalam. Kemal segera membasuh wajahnya dan mengambil air wudhu. Ia bergegas menuju masjid terdekat dari rumahnya. Ia pun menunaikan sholat shubuh berjamaah bersama bapak-bapak sekitar rumah. Sebenarnya agak miris, mengapa masjid hanya dipenuhi oleh bapak-bapak yang sudah tua saja? Apa karena mereka sudah tua dan dekat dengan kematian? Padahal tidak ada satu pun yang mengetahui kematian seseorang selain tuhan. Itulah yang selalu menjadi pertentangan dalam diri Kemal. Maka dari itu, sebisa mungkin Kemal merutinkan sholat shubuh berjamaah di masjid. Selain itu, ia selalu teringat dakwah seseorang ustadz bahwa malaikat bertukar shift kerja pada saat waktu shubuh, maka dari itu amal yang dilakukan saat shubuh langsung dicatat oleh malaikat dan dilaporkan langsung kepada Tuhan. Bayangkan jika kita tertidur lelap saat waktu shubuh? Sungguh sangat merugi dibandingkan orang yang melakukan sholat berjamaah di masjid. Setelah melaksanakan sholatnya ia memanjatkan doa, “Ya Allah lancarkan lah hari ku ini, berikan aku kemudahan melaluinya, jauhkan aku dari kesulitan dan kesusahan” lemas tutur kata Kemal memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa penuh harap 30
dan ikhlas. Sesampainya di rumah, Kemal segera melaksanakan aktivitasnya, mandi, menjadwal buku pelajaran, menyantap sarapan. Rupanya Kemal belajar dari kesalahan atas kejadian kemarin. Pukul 06.00 pagi Kemal telah berangkat sekolah. Sesuai janjinya, ia datang untuk menjemput kekasihnya, Rini Widyakinanti. Ketika sampai di depan rumah Rini, Kemal mendapati hanya ada bangku-bangku kosong dan mobil hitam tak bergerak. “Rupanya terlalu pagi ..” celetuk Kemal. Ia segera memanggil Rini, “Rini .. Rinii .. Sudah siap belum?” sahut Kemal dari luar pagar. “Iya tungguuu” teriak Rini dari dalam rumah. Tak lama kemudian Rini keluar dari persembunyiannya. “Yuk kita jalan” ungkap Rini. “Ayuk” Saat Rini hendak menaiki sepeda motor. Tiba-tiba Kemal bertanya, “Abis pulang sekolah kita jalan yuk” Dengan lugas Rini menjawab“Maaf Mal aku udah punya janji sama temen-temen mau pergi juga. Aku gaenak batalin, udah janji” “Oh yaudah deh” ujar Kemal mendatar, yang sebenarnya memendam sedikit kekecewaan. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah tercinta. Sesampainya di sekolah, langkah kaki Kemal dan Rini ha31
rus terpisah tepat seusai mereka menaiki tangga di sebelah kelas XI IA 2. Rini harus memasuki Ruang XII IS 1, sementara Kemal harus berjalan lurus lagi menuju kelas XII IA 2. Di tengah perjalanan menuju kelasnya, tiba-tiba Kemal dikagetkan oleh temannya, Andre. “Wooy bengong aje lau!” tegur Andre heboh. “Ah kampret lu bikin kaget aja!” reaksi Kemal menggeplak kepala Andre. “Abis pulang sekolah futsal ga sama anak PFB?” tanya Andre. “Ah kebetulan banget nyet abis pulang sekolah gue free nih. Gue juga lagi kesel, tadi si Rini gue ajakin jalan abis pulang sekolah tapi dia ga mau” curhat Kemal. “Iye iye. Yaudeh nanti abis balik sekolah jangan ngaret yak!” Andre menanggapi Kemal agak cuek. Mereka berdua meneruskan langkah kaki untuk memasuki ruangan, dimana mereka bisa mendapatkan ilmu yang kelak akan menjadi bekal bagi mereka berdua. Jam berputar sangat cepat, mengikuti cepatnya rotasi bumi terhadap matahari. Kali ini Kemal melalui harinya di sekolah dengan baik tanpa masalah, tidak seperti kemarin. PR fisikanya pun mendapat reward dari bu Eni. Menurutnya sudah bagus dapat mengerjakan 3 soal, karena soal tersebut merupakan soal Olimpiade dengan tingkat kesulitan yang sangat rumit. Bahkan sekaliber siswa teladan yang terbiasa dengan soal olimpiade ini belum tentu dapat mudah mengerjakan soal fisika yang ibu Eni berikan. Maksud dan tujuan bu Eni memberikan PR berupa soal yang tingkat 32
kesulitannya tinggi bukan lain, dan tidak bukan hanyalah untuk mengetahui seberapa besar tekad dan tanggung jawab Kemal akan konsekuensi yang harus dilakoninya akibat kesalahan kemarin. Karena Kemal masih mau mengerjakan soal-soal itu, bu Eni cukup mengapresiasi usaha Kemal. Bahkan betapa beruntungnya, bu Eni justru mengajarkan Kemal secara khusus soal-soal yang belum dapat dikerjakannya. Seperti pepatah tua mengatakan, dibalik setiap kejadian pasti ada hikmahnya, asalkan kita menjalaninya dengan kesungguhan hati. Tidak sampai di situ, bu Eni juga kagum terhadap artikel yang telah dibuat Kemal. Menurutnya artikel ini cukup mempesona bagi seorang siswa sekelas Kemal. Artikelnya seperti ini .........
Radiasi Panas Matahari pada Kabin Mobil Pernahkah Anda membayangkan ketika Anda memarkirkan mobil Anda di sebuah lapangan parkir terbuka pada waktu siang hari yang sangat terik dalam waktu beberapa jam, kemudian Anda membuka pintu mobil dan langsung memasuki kabin mobil tersebut ? Lalu, Apa yang Anda rasakan ? Bagaimanakah temperatur di dalam kabin mobil tersebut ? Bagaimana keadaan sirkulasi udaranya ? Apakah sangat sejuk dan nyaman karena interior mobil Anda berfasilitas air conditioner ? Tentu saja tidak demikian, pasti kabin mobil Anda akan terasa sangat panas dan sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik. Bahkan, jika Anda mengukur temperatur suhu di dalam kabin mobil Anda dengan suhu yang berada di lingkungan akan menghasilkan data yang menunjukkan lebih tinggi temperatur suhu di dalam kabin mobil dari pada suhu di 33
lingkungan. Mengapa hal yang demikian bisa terjadi ? padahal kenyataan yang terjadi adalah kabin tidak terkena radiasi panas matahari secara langsung, melainkan panas matahari akan terkena body mobil terlebih dahulu, baru kemudian panas akan merambat secara konduksi dari body mobil ke dalam kabin mobil. Sementara pada lingkungan yang terjadi adalah panas matahari akan langsung teradiasi mengenai lingkungan seperti udara sekitar mobil ataupun aspal jalanan. Dalam artikel ini penulis mencoba untuk menjelaskan kronolgi singkat proses radiasi panas matahari pada kabin mobil yang sengaja diparkir pada lapangan luas dan terkena radiasi panas matahari secara kontinu dalam intensitas yang besar dan jangka waktu cukup lama. Sebelumnya penulis akan menjelaskan definisi radiasi berdasarkan kutipan (dalam Giancoli, 1998) menyatakan bahwa semua kehidupan di dunia ini bergantung pada transfer energi dari Matahari, dan energi ini ditransfer ke Bumi melalui ruang yang hampa (atau hampir hampa). Bentuk transfer energi ini dalam kalor-karena temperatur Matahari jauh lebih besar (6000K) dari Bumi-dan dinamakan radiasi. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa radiasi adalah proses perambatan energi yang dalam perambatannya tidak membutuhkan medium perantara. Kemudian berdasarkan teori radiasi benda hitam penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan radiasi benda hitam terlebih dahulu (dalam Giancoli,1998) menyatakan bahwa kecepatan sebuah benda meradiasikan energi telah ditemukan sebanding dengan pangkat empat temperatur Kelvin,T. Yaitu, sebuah benda pada 2000K jika dibandingkan dengan benda lain pada 1000K meradiasikan energi dengan kecepatan = 16 kali lipat lebih besar. Kecepatan 34
radiasi juga sebanding dengan luas A dari benda yang memancarkannya, sehingga kecepatan energi meninggalkan benda, , adalah
Persamaan ini disebut persamaan Stefan-Boltzman, dan merupakan konstanta universal yang disebut konstanta Stefan-Boltzman yang memiliki nilai . Faktor e, disebut emisivitas, merupakan bilangan antara 0 dan 1 yang merupakan karakteristik materi. Permukaan yang sangat hitam seperti arang, mempunyai emisivitas yang mendekati 1, sementara permukaan yang mengkilat mempunyai e yang mendekati nol dan dengan demikian memancarkan radiasi yang lebih kecil. Nilai e bergantung sampai batas tertentu terhadap temperatur benda. Tidak hanya permukaan mengkilat memancarkan radiasi yang lebih kecil, tetapi mereka juga hanya menyerap sedikit dari radiasi yang menimpanya (sebagian besar dipantulkan). Benda hitam dan yang sangat gelap, dipihak lain, menyerap hampir seluruh radiasi yang menimpanya-yang merupakan sebab mengapa pakaian yang berwarna muda biasanya lebih disukai dari yang gelap pada hari yang hangat. Dengan demikian, penyerap yang baik juga merupakan pemancar yang baik. Dari pemaparan panjang diatas dapat disimpulkan bahwa radiasi benda hitam bergantung pada emisivitas benda. Jika warna benda semakin gelap maka emisivitas mendekati satu dan artinya benda memiliki daya serap dan daya pancar yang besar. Dari data dapat diamati bahwa warna aspal dan warna 35
body mobil cenderung memiliki warna yang lebih gelap daripada warna benda lain di sekitar mobil. Hal ini berarti, emisivitas aspal dan body mobil lebih besar daripada emisivitas benda lain di sekitar mobil. Oleh karena itu, aspal dan body mobil memiliki daya serap dan daya pancar kalor yang lebih besar daripada benda lain di sekitar mobil. Hal ini berarti kalor akan lebih banyak terakumulasi pada rangka mobil dan aspal jalanan. Jika demikian, suhu juga akan lebih tinggi pada aspal dan rangka mobil. Berdasarkan persamaan gas ideal PV = nRT , jika suhu tinggi atau naik maka volume juga pasti akan naik. Hal ini berarti volume udara di sekitar aspal akan naik jumlahnya. Begitupun dengan kalor yang mengenai rangka mobil akan mengalami konduksi merambat dari rangka mobil menuju kabin mobil. Dengan demikian, suhu kabin akan naik dan volume udara di dalam kabin juga akan ikut naik. Lalu jika kita kaitkan dengan persamaan density atau massa jenis yaitu , jelas kita akan mendapatkan data bahwa saat volume udara naik maka massa jenis udara akan turun. Oleh karena itu udara akan bergerak membentuk siklus, dari udara yang mempunyai massa jenis rendah bergerak mencari ruang yang lebih tinggi, sedangkan udara yang mempunyai massa jenis yang lebih tinggi akan bergerak mengisi tempat yang ditinggalkan oleh udara sebelumnya. Gerakan udara ini terjadi secara terus-menerus atau kontinu selama panas terus mengenai permukaan benda hitam yaitu aspal dan rangka mobil. Gerakan udara ini sering kita kenal dengan sebutan sirkulasi udara. Namun jika Anda menganalisa pada kabin mobil yang tertutup, maka udara tidak dapat membentuk siklus gerakan atau sirkulasi udara. Hal ini disebabkan sistem kabin tertutup, artinya tidak ada udara yang keluar maupun yang masuk ke dalam 36
sistem(sistem terisolasi). Berarti kronologi yang terjadi pada kabin mobil adalah dengan asumsi udara yang ada hanya pada dalam sistem kabin mobil dan tidak bercampur dengan udara lingkungan, panas akan terus terakumulasi dalam kabin, kemudian suhu akan terus meningkat setiap saat. Jika suhu meningkat maka volume juga akan ikut meningkat, sedangkan massa jenis akan mengalami penurunan. Dapat dilihat bahwa udara hanya akan bergerak di dalam kabin saja. Dari uraian singkat tersebut, hal yang akan kita rasakan adalah udara di dalam kabin terasa sangat panas jika dibandingkan dengan udara di sekitar aspal jalanan. Kesimpulan dari proses yang terjadi pada fenomena sensasi panas di dalam kabin mobil adalah dengan mendasari hukum fisika radiasi benda hitam dan beberapa gas ideal, maka panas matahari akan teradiasi ke sistem (mobil) maupun lingkungan (aspal). Kemudian udara akan menunjukkan sifatnya sebagai gas ideal, maka efek yang kita rasakan adalah sensasi yang sangat panas di dalam kabin mobil tersebut. Demikian paparan singkat dari penulis mengenai fenomena radiasi panas matahari pada kabin mobil. Hal tersebut mungkin dapat diatasi dengan cara memberikan sedikit katup ventilasi pada mobil yang menyebabkan sistem pada kabin tidak menjadi sistem yang terisolir, sehingga udara dapat bergerak bebas dari sistem menuju lingkungan maupun sebaliknya. Namun hal tersebut hanya hipotesa dari penulis dan perlu dilakukan penelitian untuk membuktikannya. Artikel ini dibuat oleh : Kemal Pangestu Nugroho, XII IA 2 Mulai saat itu pandangan Kemal terhadap bu Eni pun berubah seratus delapan puluh derajat. Tadinya Kemal berangga37
pan bahwa bu Eni adalah guru killer yang hobi menyiksa murid. Namun, Kemal menyadari bahwa bu Eni adalah guru yang senang membangun siswanya melalui tugas-tugas. Setiap tugas yang diberikan tidak main-main, melainkan ada maksud tersendiri yang sifatnya membangun pengetahuan dan tanggung jawab siswa
S
PERTEMANAN KITA
ore hari ini Kemal harus menepati janjinya dengan Andre, mereka akan melakukan latihan futsal bersama tim PFB. Sebuah tim yang membesarkan nama Kemal dan Andre di dunia perfutsalan tanah air, tempat mereka bertinggal. Bersama tim PFB, sudah cukup banyak prestasi yang mereka ukirkan. Beberapa tahun telah berlalu, kemampuan Kemal dan Andre sudah tidak sebaik di masa kejayaannya. PFB juga sudah melakukan peremajaan tim. Kini, PFB menjadi sebuah sandaran bagi mereka berdua, sekiranya hanya untuk melenturkan kaki-kaki mereka, atau memang hanya ingin bernostalgia bersama tim penuh arti ini. Durasi latihan kali ini kurang lebih sekitar dua jam. Porsi latihan juga masih berjalan sama seperti pertama kali Kemal dan Andre berlatih kala itu. Diawali dengan pemanasan statis, passing berjalan, materi inti, dan ditutup dengan game. Suasana latihan pun masih sama. Masih ada sekilas senyuman menjengkelkan khas pelatih mereka, coach mas David. Kecuali, ada sedikit perbedaan dari kualitas permainan Kemal. Entah kenapa, permainan Kemal sore ini sangatlah buruk. Passing bola yang tidak tepat sasaran, beberapa kali kehilangan control bola, sampai-sampai penyelesaian akhir yang tinggal menyisakan penjaga gawang pun gagal dieksekusi dengan baik oleh Kemal. Ya, hanya itu yang membuat suasana latihan kali ini cukup berbeda. Kejadian ini sontak meyulut emosi Andre kepada Kemal terkait permainnya yang sangat jauh dari kata standar permainan Kemal, “Kenapa lu nyet main jelek banget?!� Andre bertanya ke-
38
39
pada Kemal cukup emosional. “Ga tau nih, gue gembel banget mainnya” Kemal lesu sambil melonggarkan tali sepatunya. Andre kembali bertanya ,“Yaelah Rini lagi?” “Enggak ndre, bukan Rini” “Udeh nyet lu ga bisa bohong sama gue!” Andre menatap Kemal tajam. Suasana hening selama beberapa detik. “Kita tuh udah kelas tiga! Bukan saatnya lo mikirin yang kaya beginian!” lanjutAndre ke Kemal. “Iya ndre” jawab Kemal bernada datar. “Gue serius nyet, kita udah kelas tiga. Kita tuh harus mikir bikin kenangan yang ga akan kita lupain sepanjang masa kita di SMA!” tegas Andre. “Selain itu kita juga harus udah mikir kedepannya kita mau jadi apa?! Ujian nasional, ujian perguruan tinggi bentar lagi nyet. Kita harus fokus!” tambah Andre lebih tegas. Kemal hanya terdiam menatap wajah serius Andre. Perkataan Andre barusan seakan sebuah tamparan yang sangat keras untuknya. Di dalam benaknya, ia berpikir keras bahwa benar juga apa yang dikatakan Andre. “Tumben Andre bener”. “Hah, lo ngomong apaan Nyet?” tanya Andre yang ternyata mendengar celotehan ringan Kemal barusan. “Aaah engga, bukan apa-apa kok, lo salah denger kali ndre, gue nggak ngomong apa-apa kok!” Kemal berusaha berdalih sambil merapihkan perlengkapan futsal mereka di pinggir lapangan. 40
“Ndre pulang yuk,, Eh tapi nongkrong dulu lah di rumah lo. Malam minggu nih, segitu aja anak muda?” Kemal berkata kepada Andre mencoba mengajaknya meninggalkan tempat futsal, sekaligus menantang Andre untuk melanjutkan perbincangan di rumah Andre. “Paling bisa ya lo mengalihkan topik pembicaraan, ayo deh, untung pas malam minggu ya! Tapi tumben aja sih, punya pacar tapi kok malam minggu malah sama temen?” celetuk Andre “Ah elah udah yuk, ga gerak gerak nanti kita di sini aja!” Kemal mengalihkan pembicaraan, yang sebenarnya perkataan Andre barusan sangat ‘menyelekit’ di hati. Mereka berdua bergegas menuju parkiran motor, menyalakan kendaraan bebas macet itu dan menancapkan gas agar cepat sampai di rumah Andre. Hari sudah cukup gelap kala itu, karena matahari juga sudah kembali ke tempat peristirahatannya. Cepatnya sepeda motor melaju, tidak memberikan implikasi yang baik terhadap Kemal dan Andre. Udara malam ditambah cepatnya sepeda motor melaju, seakan menjadi kombinasi jitu untuk memicu sekumpulan angin malam menerobos kulit dan tulang-tulang rapuh di sekujur badan Kemal dan Andre. Tak jarang mereka berdua silih berganti menggigil sepanjang perjalanan menuju rumah Andre. Namun hasrat anak muda yang menggebu-gebu seakan tidak mempedulikan betapa bahayanya si angin malam, mereka tetap memacu kecepatan agar cepat sampai tujuan. Sesampainya di rumah, Kemal bertanya kepada Andre, “Tapi nyet, mungkin ga ya si Rini ngeduain gue?” “Lah kenapa bisa mikir gitu lu?” 41
“Abis belakangan ini dia rada cuek sama gue nyet” “Cuek gimans nyet?!” “Iya, tumben banget Rini menghindar dari perhatian yang udah gue berikan sama dia, gitu” “Wah sebelumnya udah pernah lo selidikin belom dia ada masalah apa gimana gitu?” “Ya belum sih” “Nah itu lo harus selidiki dulu, jangan menduga-duga nyet” “Hemm iya juga sih ya ...”. Suasana menjadi lebih hening dan cenderung kaku. Kemal dengan wajah datarnya juga semakin malas menceritakan permasalahannya kepadaAndre. Tiba-tiba Andre berpesan kepada Kemal, “Yaudeh jangan galau-galau mulu. Empat kata buat orang yang sering galau nyet. Lo inget kan?!”. Mereka berdua berteriak, “Cemen Abis Lu Kampret! Hahahaha....” mereka tertawa terbahak-bahak. Waktu pun semakin malam dan kebetulan besok adalah hari minggu, hari libur di sekolah. Jadi mereka berdua bisa menghabiskan malamnya hingga larut. Mereka berdua terbawa suasana yang sangat sendu, hingga tak terasa hari telah berganti. Kemal pun berpamitan kepadaAndre dan bergegas pulang ke rumahnya. ****** Sesampainya di rumah , suasana yang tidak menyenang42
kan melintasdalam hadapan Kemal. Sekumpulan tetanggaberbondong-bondongmenyerbu rumahnya. Dari jauh juga terdengar beberapa kali teriakan ibu Eki. Sangat reaktif, Kemal segera memasuki rumahnya. “Ada apa? Ada apa?” tanya Kemal kepada semua orang yang ada di dalam rumah. Namun semua orang yang berada dalam rumah hanya menggelengkan kepala. Kemal semakin bereaksi, “Ada apa? Ada apaan ini?!”. Bu gendut, tetangga Kemal mendekatinya. “Adikmu nak, adikmu tidak pulang semenjak pulang sekolah” lirih bu gendut. “Kemana bu? Adik saya kemana?” tanya Kemal penuh emosi. “Tidak tahu nak, Adikmu hanya berpesan dalam secarik kertas ini”. Bu gendut mengulurkan kertas tersebut kepada Kemal. Isi kertas dari adik Kemal : “Rinda ga mau tinggal lagi di rumah ini. Rinda udah punya kebahagiaan sendiri. Rinda bahagia sama teman-teman Rinda di sini.Jangan mencari-cari Rinda”. Tersungkur Kemal membaca isi dari kertas tersebut. Kemal menyadari dirinya sudah gagal menjadi seorang kakak yang baik. Terlebih selama ini ia menyadari kondisi keluarganya yang kurang harmonis. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Pak Agus terlalu sibuk dengan profesinya sebagai dosen. Sementara bu Eki selalu sibuk dengan usahanya membuka beberapa rumah makan dan toko butik. Setiap harinya rumah Kemal sepi, hanya ada adik Kemal yang menyendiri di kamarnya. Kemal pun juga menyesal karena 43
selama ini ia hanya menyibukkan diri dengan urusan pribadinya. Sungguh kepergian adik semata wayangnya ini sangat memukul batin Kemal. Semalaman ia tidak bisa tidur. Ia hanya bisa meratapi foto adiknya dan sesekali menengok ke kamar bu Eki. Apa lagi kondisi saat itu pak Agus sedang tidak bermalam di rumah. Pak Agus sedang ada pertemuan dengan dosen-dosen teknik di salah satu institut teknologidi kota Surabaya selama satu bulan lebih. “Bagaimana aku mencari Rinda?” itu adalah pertanyaan yang selalu terbelesit dalam alam bawah sadar Kemal, sampai-sampai ia melupakan waktu yang terusberputar. Terlebih lagi, Rini sama sekali tidak ada kabar dan tidak mengabarkan Kemal sepotong kalimat singkat pun.Kemal semakin menganggap Rini sudah tidak peduli lagi dengannya. Pikirannya sangat buram dan penat. Kemal hanya bisa berdiam diri di kamarnya dan tak berdaya. ****** Pada pagi hari yang cukup sejuk dengan udara segar ala ciawi, Andre datang ke rumah Kemal dengan tujuan mengajaknya jogging pagi. Akan tetapi bu gendut yang sedang menyapu halaman rumah Kemal menghampiri dan memberitahu kejadian semalam kepada Andre. Mencoba mencairkan perasaan Kemal, bu gendut pun menyuruh Andre untuk menghibur Kemal yang sedang terpuruk. Andre langsung memasuki kamar Kemal. “Kenapa bro?” tanya Andre. “Gpp nyet, mau ngapain lo ke sini” jawab Kemal dengan pelan. 44
“Udah tenangin diri lo. Yok kita cari ade lo bareng-bareng!” ajak Andre penuh kedewasaan. “Cari kemana nyet?” tanya Kemal. “Udeh gampang, ikutin gue!” ajak Andre ke Kemal sembari mengulurkan tangannya. Andre menghidupkan seperangkat komputer dan internet di kamar Kemal. Kemudian dia mulai mencari-cari siapa saja teman Rinda di media sosial. “Nih nyet kita coba hubungin aja dulu semua teman sekolahnya!” ujar Andre. Kemal segera mencatat semua nomor handphone teman-temannya Rinda yang ada di media sosial. Setelah semua nomor dihubungi ternyata jawaban mereka semua tidak mengetahui keberadaan Rinda. Sepengetahuan temanteman sekolah Rinda, adik perempuan Kemal itu langsung pulang ke rumah sehabis bel sekolah kemarin. Andre dan Kemal berdiam diri sejenak sembari berpikir bagaimana cara untu mencari Rinda. Saat melihat komputer kamarnya yang terus menyala, tiba-tiba Kemal teringat akan suatu hal. Rinda, adiknya Kemal merupakan gamers yang cukup aktif. “Warnet nyet warnet!” ucap Kemal dengan spontan. “Warnet apaan?” jawab Andre terheran. “Ade gue kan anak warnet, kenapa ga kita cari informasi di warnet tempat biasa dia main?” lanjut Kemal memberikan solusi yang cukup cerdas. “Buruan nyet! Buruan!” sahut Andre.
45
Mereka berdua bergegas dengan sepeda motor mencari Rinda di warnet sekitar perumahan. Setelah sampai di warnet, Kemal dan Andre langsung menginterogasi OP warnet dengan pertanyaan-pertanyaan yang tajam layaknya detektif kondang. Informasi menurut penjaga warnet, Rinda memang sempat mampir ke warnet. Namun Rinda ke warnet hanya untuk bertemu Gabby, lalu kemudian pergi lagi. Tetapi penjaga warnet tidak mengetahui mereka berdua pergi kemana. Bagusnya, penjaga warnet tersebut memberitahu alamat rumah Gabby dimana. Secepat mobil berlogo kuda jingkrak Kemal dan Andre mencari alamat rumah Gabby. Setelah melewati beberapa gang yang agak sempit mereka menemukan alamat yang dicari. Terlihat sebuah rumah kecil dan kusam. Terkesan seperti rumah tak berpenghuni yang tidak dirawat lagi. Ketika hendak memanggil si pemilik rumah, tiba-tiba ada seorang kakek-kakek tua di balik pagar yang mempersilahkan Kemal dan Andre masuk ke dalam. Dengan langkah yang agak takut mereka berdua memasuki rumah tersebut. Tanpa ditanya terlebih dahulu, kakek tua tersebut memberitahukan sebuah informasi, “Rinda dan Gabby pergi ke Jakarta”. Dengan terheran-heran Kemal dan Andre bertanya, “Lebih tepatnya dimana kek?” “Kakek tidak tahu, tapi ada pesan dari Gabby” jawab kakek tua sambil tersenyum. Ternyata kertas tersebut berisikan nomor handphone Gab46
by, dan ada sedikit pesan. “Jika ingin menghubungi Rinda, hubungi nomor ini saja-Gabby”. Sontak Kemal dan Andre berterimakasih kepada kakek tua dan hendak berpamitan. “Mal itu kakek tua serem ya?” ujar Andre. “Aslinya ndre, rumahnya juga serem lagi” sahut Kemal. “Langsung cau aja yok ah” ajak Andre. “Ayo cus lah” jawab Kemal. Mereka berdua lanjut bergegas kembali ke rumah Kemal. Mereka berdua pun sesegera mungkin menghubungi Gabby. Setelah dihubungi, ternyata memang benar Rinda bersama Gabby di daerah kawasan Jakarta Pusat. Namun Gabby masih enggan memberitahu alamat lengkapnya. Karena menurut penuturannya Rinda masih belum ingin dikunjungi siapa-siapa. Kemal menerima penuturan Gabby dan berpesan untuk menjaga adik perempuannya itu baik-baik. Melihat bu Eki berlalu lalang di depan ruang keluarga, Kemal memberitahu kejadian yang telah ditelusurinya bersama Andre. Kemal mengatakan bahwa Rinda berada di Jakarta bersama temanteman warnetnya dan masih belum berkeinginan untuk ditemui. Bu Eki pun mendengarkan dengan seksama dan mencoba untuk sabar. Kemal kembali menuju kamarnya yang berisikan seorang Andre. Kemudian Kemal bergerak mengambil handphone jangkriknya yang terletak di atas meja komputer. “Kok ga ada sms dari Rini ya?” Kemal menggerutu memandangi handphone bututnya. “Yaelah mal masih aja lu pikirin cewek kaya gitu!” sahut Andre sembari memainkan gitar di balkon kamar Kemal. “Maksud lo apa ndre?” tanya Kemal bernada serius sembari 47
menghampiri Andre. “Santai-santai mas bro, maksud gue gini ..” Jawab Andre berusaha menenangkan Kemal.
Menurutnya teman sejati akan selalu ada di saat senang maupun susah. Teman sejati akan selalu menopang sahabatnya dikala ia mau runtuh. “Terimakasih ndre..” berbisik hati Kemal.
“Kalo seorang pacar itu pasti akan memberi kabar atau menanyakan kabar pasangannya. Kalau dia udah cuek gini pasti dia udah ga cinta lagi sama lo mal!” Andre berusaha menjelaskan kepada Kemal. “Ga cinta ndre? Apa mungkin ya dia udah punya tambatan lain?” tanya Kemal. “Kalo itu sih mana gue tau, coba aja lo tanya ke Rini langsung” saran Andre. “Percuma ndre, kalo ditanya pasti jawabannya singkat, cuek, ya gitu deh” jawab Kemal. “Yaudah jangan dipikirin, ikutin aja apa maunya dia mal!” ujar Andre kepada Kemal. “Oke deh ndre”. Kemal pun membiarkan pikiran liar itu begitu saja, karena belakangan ini sudah terbiasa dengan ketidakberadaan Rini disaat dia terjatuh seperti ini. Hari menjelang sore, Andre pun pamit kepada Kemal karena pada malam harinya ia telah berjanji ingin menemani mamanya ke salah satu supermarket untuk belanja bulanan. Kemal mengantarkan Andresampai ke depan pagar rumahnya. Walaupun sedang diterpa berbagai masalah, Kemal menyadari bahwa ia telah mendapat pelajaran yang sungguh berarti. 48
49
Tak
PERTANDA
terasa hari telah berganti menjadi hari senin kembali. Padahal baru saja kemarin Kemal beristirahat seharian penuh. Kemal harus berangkat ke sekolah kembali. Bu Eki juga kembali sibuk dengan bisnisnya. Sementara pak Agus masih berada di Surabaya. Namun ada sedikit yang mengganjal hati Kemal. Rinda masih belum pulang, dan hari ini ia tidak berangkat sekolah. Biasanya Kemal menyantap sarapan pagi bersama Rinda sebelum keduanya berangkat sekolah. Apa daya, kenyataan haruslah diterima Kemal. Memang adik semata wayangnya itu belum berada di dekatnya, batin Kemal pun masih cukup nelangsa. Namun hari baru tetaplah harus dijalani sepenuh hati. Dengan keadaan yang masih separuh sadar, Kemal pamit kepada bu Eki untuk melangkahkan kakinya menuju sekolah tercinta. Pemandangan sekolah masih menjadi tempat yang asyik bagi sebagian lebih siswa, canda tawa saat memasuki gerbang. Senyum babeh satpam yang sedang mengatur parkir kendaraan siswa selalu ada. Senyuman hangat dari bapak kesiswaan sekolah. Para pedagang di kantin yang tengah sibuk membawa barang dagangannya menuju kantin. Beberapa kicau burung gereja di selah-selah ranting pohon cemara. Semua masih berjalan seperti biasa. Kecuali keadaan lunglai Kemal yang tengah menempatkan kuda besinya di sudut ruang parkir sekolah. Ia berjalan menuju kelasnya dengan perasaan yang sedikit berbeda. Biasanya ia berjalan bersama Rini. Kali ini, ia berjalan sendiri. Menaiki anak tangga sendirian saja. Ditambah pikirannya yang masih terngiang-ngiang dimana 50
keberadaan Rinda sekarang. Belum sampai ke dalam kelas, tiba-tiba Miranda menepuk pundak Kemal. “Wohooo Kemaaaal gue punya info buat luu” suara Miranda meledek Kemal. “Apaan sih lo ah rese” sahut Kemal yang kondisinya masih rapuh. “Gue punya info lho tentang Rini” ujar Miranda. “Eh Rini gimana maksud lo?” reaksi Kemal terkejut. “Huuh kepoo, tadi katanya gue rese!” Miranda sambil menjelekkan wajahnya. “Eh cepetan kasih tau ga!” tegas Kemal rada memaksa Miranda. “Iya iya tapi nanti di dalam kelas aja ya, gaenak di luar kelas gini banyak yang ngeliatin” sahut Miranda. “yeuuh apa banget deh lo!” jijik Kemal. Setelah memasuki kelas mereka berdua, yaitu XII IA 2 mereka duduk di bangku paling belakang. Miranda mulai menceritakan informasi yang ia ketahui tentang Rini. Ternyata pada hari sabtu kemarin saat Miranda pergi ke salah satu mall bersama keluarganya, secara tidak sengaja Miranda berpapasan dengan Rini bersama laki-laki lain. Miranda melihat Rini seperti mengumpat-ngumpat saat ia melihat Miranda. Dengan lugunya Miranda menyapa Rini. Reaksi Rini pada saat itu sangat kaget melihat Miranda. Karena Rini tahu bahwa Miranda adalah teman sekelasnya Kemal. 51
Setelah diceritakan panjang lebar oleh Miranda, Kemal seperti geram dengan ceritanya Miranda. Ia tidak mungkin berburuk sangka dengan Miranda yang hendak mebuat-buat sebuah cerita yang semu. Ia percaya dengan ceritanya Miranda, karena Miranda merupakan teman sekelas Kemal sejak kelas X, dan mereka pun cukup akrab.
Kemal tidak langsung pulang ke rumah pada saat itu. Melainkan ia langsung pergi ke rumah Andre. Seperti palung yang dalam, Kemal menumpahkan seluruh keluh hatinya kepada Andre. Beruntung Kemal memiliki sahabat seperti Andre. Walaupun dia oarangnya menjengkelkan, dan terkesan lebih suka bercanda tetapi ia bisa menjadi pendengar yang baik buat Kemal.
Mengetahui hal tersebut Kemal hanya bisa pasrah dan bersabar. Paling tidak ia telah mengetahui selama ini Rini tidak memperhatikan Kemal karena sudah mempunyai laki-laki lain yang diperhatikan.
“Ndre, kayanya gue harus memutuskan hubungan dengan Rini ya?”
Kemal semakin yakin bahwa laki-laki itu adalah selirnya Rini. Karena sepengetahuan Kemal, Rini tidak mempunyai saudara laki-laki satu orang pun. Kemal hanya bisa gundah dan yang ada dipikirannya hanya Andre yang bisa menghiburnya. Rini semakin menjauh dari Kemal. Saat Kemal berusaha menemuinya, Rini selalu menjauh. Kemal mendatangi kelas Rini hanya untuk menanyakan kejelasan atas kabar burung yang didengarnya. Namun Rini menolak kehadiran Kemal, dan enggan berkomentar satu kata pun. Sekali lagi Kemal hanya bisa pasrah, sekali lagi kepalanya harus tertunduk menerima kenyataan hidupnya yang tidak semanis madu. Kemal tersungkur meratapi kisah cintanya yang tidak memiliki kejelasan antara lanjut atau berhenti. Pada hari ini pun Kemal tidak pulang sekolah bersama Rini. Seakan Rini benar-benar tidak mau dikunjungi oleh Kemal walau satu menit pun. 52
“Yakin lo mal? Lo kan udah setahunan pacaran sama Rini. Ini rekor loh, selama ini kan paling lama lo pacaran 2 minggu kurang” “Ya abis mau gimana lagi ndre, Rini udah sama sekali ga perhatian sama gue. Apa lagi dia udah berani ngeduain gue ndre. Sakiiit!” “Ya kalo gitu sih terserah lo mal, kan lo yang ngejalanin. Mana yang lebih enak buat lo aja!” “Iya sih, sebenarnya gue ga masalah single. Apa lagi kalo gue lagi sibuk, pasti gue lupa sama Rini ndre” “Nah itu bagus, kalo begitu lo mulai lah cari kesibukan lain” “Tapi masalahnya kalo gue lagi nganggur, pasti sendu ndre. Gue pasti kepikiran Rini” “Kan udah gue bilang, makanya cari kesibukan. Jangan biarin diri lo nganggur dan kepikiran Rini gitu. Cemen Abis Lu Kampret galau mulu!”
53
“Iya ndre, thanks banget lo emang temen sejati gue!” mereka berdua berpelukan. “Apaan sih lo mal, geli kampret! Pake peluk-pelukan segala!” Setelah suasana mencair mereka berdua hendak mencari makanan, ya karena memang sejak siang tadi mereka belum makan apapun. Terlebih buat Kemal yang notabene perutnya adalah perut karet.
Kemal segera memberitahukan kabar gembira tersebut kepada Andre. Dengan senang hati Andre menyambut kabar gembira tersebut. Akhirnya usaha mereka berdua mencari Rinda ada pencerahan. Mereka berdua melanjutkan duel PES mereka. Sambil bermain PES sesekali Andre dan Kemal menanyakan masa depannya. “Mal, bentar lagi kan kita lulus nih, UN tinggal minggu depan, sehabis lulus kita jadi apaan yak?” tanya Andre. “Jadi orang lah nyet” jawab Kemal mendatar.
Sehabis menyantap sepiring nasi goreng dan segelas es teh manis, Kemal mengirim pesan singkat kepada ibunya. To My Moms : Bu nanti Kemal ga pulang ya, nginep di rumah Andre From My Moms : Emang kenapa? To My Moms : Lagi pengen di rumah Andre, belajar bareng From My Moms : Yaudah jangan ngerepotin Setelah mendapat izin untuk menginap, Kemal menjelaskan kepada Andre bahwa malam ini ia akan menginap di rumahnya. Selagi mereka asyik bermain PES, handphone Kemal berdering. Kemal sudah menduga itu pasti bukan pesan singkat dari Rini. Ternyata memang benar, itu bukan pesan singkat dari Rini, melainkan dari Gabby. Dalam pesan singkatnya Gabby menyatakan bahwa Rinda ingin dijemput oleh keluarganya hari sabtu, minggu ini. Tak lupa dalam pesan singkat tersebut Gabby mencantumkan alamat lengkap dimana ia tinggal bersama Rinda di daerah kawasan Jakarta Pusat. 54
“Yeh gue serius kampret!” gumoh Andre. “Ya kita kuliah lah Andre! Kita jadi mahasiswa!” tegas Kemal. “Elu mah enak sekarang jago mtk, jago fisika, gue yakin pas tes snmptn pasti lu bisa ngerjain tuh soal mtk sama fisikanya” sontak Andre menurunkan ekspresi wajahnya. “Eh kampret, gue juga cuma bisa dua pelajaran itu doang, paling sama kimia deh dikit-dikit! Bahasa inggrus gue sama sekali ngeblank!”. “Tapi kan lumayan, seenggaknya lo bisa ngisi ketiga pelajaran itu!”. Kemal hanya memandang Andre dengan datar dan memberi isyarat agar Andre hendak belajar lebih giat lagi. Tak lama kemudian kembali terjadi perkicauan antara dua makhluk ini. “Tapi mal kira-kira jurusan apa ya yang cocok buat gue ?!” tanya Andre
55
“Gandaria-Kp.Melayu kali ndre!” ledek Kemal ke Andre “Ngehe lo! Gue serius kampret!”Andre meraung ke Kemal “Yaelah gue bercanda kali, coba aja cari jurusan yang sesuai sama passion lo!” “Kira-kira apa ya mal?” tanya kembali Kemal “Lo kan suka sama teknologi komputer noh, project web design lo aja paling bagus se-angkatan. Yaudah lo ambil IT aja ndre! Kampus yang di Bandug juara noh!” “Ah gilak susah mal masuk sono! Passing grade ptn tertinggi kali” “Yaudah ambil aja ilmu komputer di kampus kuing, kan deket noh dari rumah! Gue juga pengen ambil sekolah arsitektur di kampus kuning aja ndre, kalo kalo gue ga tembus tes beasiswa di Turki” “Kampus kuning ye? Satu kampus sama lo?” seru Andre “Yoi!” sahut Kemal. Malam itu mereka benar-benar menghabiskan waktu dengan merencanakan cita-cita kedepan. Sungguh keduanya ingin sekali meraih kesuksesan hidup dalam dirinya. Mereka menyadari bahwa perjuangannya dimulai dari sekarang. Masa dimana usaha diawal akan berasa manis diakhir. Satu kalimat yang selalu dipercayai Kemal bahwa tidak ada usaha yang mengecewakan. Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya. Man jadda wa jadda. Ia tidak ingin menyesal di akhir. 56
P
AKHIRNYA RINI DAN RINDA
agi-pagi sekali pukul 03.00 Kemal terbangun dari lelapnya ia tertidur. Dirinya hanya ingin melakukan kewajibannya sebagai umat muslim menjalankan sholat malam. Terlebih sekarang Kemal sedang-sedangnya berada di ujung maut. Bukan karena apa, melainkan senin minggu depan ia sudah harus mengerjakan soal-soal ujian nasional yang amat sangat menentukan masa depannya kelak. Seusai Kemal melakukan salam terakhir dari witirnya, tiba-tiba hp ia berdering. Kemal segera menengok hpnya tersebut dan ternyata ada pesan singkat masuk dari nomor yang tak dikenal. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Itu adalah pepatah singkat yang cocok dengan suasana hati Kemal saat itu. Kemal Pangestu Nugroho selamat Anda adalah salah satu peserta yang lolos ujian tulis beasiswa pendidikan di Turki. Untuk tahap selanjutnya akan ada tes wawancara pada hari jumat minggu depan.-Pak boy, Panitia Beasiswa Pendidikan di Turki.. Mendapati isi pesan singkat tersebut luapan emosi kebahagiaan Kemal tak terbendung. Langsung saja Kemal bersujud syukur di atas sajadah tempatnya melakukan sholat malam. Baginya ini adalah rezeki yang sangat dinanti-nantinya. Memorinya mencoba mengingat perjuangannya di masa lalu. Gue pun makin menyadari bahwa waktu ujian akhir semester, ujian nasional, ujian masuk perguruan tinggi semakin dekat. Lebih dari itu gue semakin menyadari bahwa masa depan gue se57
makin dekat. Usia semakin bertambah, beban moril di masa depan pun semakin terasa dekat. Siapakah gue di masa depan nanti, jadi apakah gue di masa depan nanti, bagaimana kehidupan gue di masa depan nanti. Itu hanya segelintir pertanyaan untuk masa depan gue. Menyadari akan hal tersebut gue segera menancapkan gas untuk bergegas menyambut masa depan gue. Karena gue sadar akan satu hal, kali ini gue harus berpacu melawan waktu. Kemal terdiam saat membaca tulisan di halaman terakhir bindernya yang pernah ia tulis itu. Tanpa disadari sehabis Kemal menulis kalimat yang berapi-api tersebut dirinya menjadi sosok yang lebih giat dalam hal belajar, terutama matematika dan fisika. Nilainya terus meningkat, segala soal matematika dan fisika dapat dikerjakan dengan mudah. Sampai-sampai ia didaulat menjadi tutor matematika dan fisika di kelasnya. Hingga akhirnya Kemal menemukan sepucuk pengumuman berharga di mading sekolahnya tentang testing beasiswa pendidikan di Turki. Terlebih dalam pengumuman tersebut tercantum tes tulis hanya berisikan kemampuan matematika dan Bahasa Inggris. Tentu saja ini menjadi momentum yang diharapkan Kemal sebagai ajang pembukiannya terhadap kerja keras yang ia lakukan selama ini. Hingga akhirnya beberapa waktu yang lalu Kemal mengikuti ujian tulis testing beasiswa sarjana dari di negeri Istanbul tersebut. Ternyata dibalik tulisannya pada saat itu telah menunjukkan progres yang cukup baik. Terbukti sekarang Kemal telah mendapatkan sedikit kemenangan atas perjuangannya itu. 58
Dalam benaknya sekarang ia dapat melanjutkan pendidikannya di negara dua benua. Terlebih ia mendapatkannya melalui jalur beasiswa, jadi dapat meringankan beban orang tuanya. Itu lah secerca pikiran yang terbelesit dalam benak Kemal. Pada saat sarapan bersama Andre di meja makan. Dengan wajah mesem-mesem dan memerah Kemal menunjukkan pesan singkat pengumuman kelulusan tes kepada Andre. “Nih ndre baca sms ini!”. Andre terdiam membaca isi pesan singkat tersebut, sontak setangkap roti yang ia santap melongoh keluar dari mulutnya dikarenakan ia menganga membaca isi pesan singkat tersebut. “Kampret gilak! Mimpi apa lo semalem” ujar Andre. Kemal hanya tersenyum menahan kebahagiaannya dan melanjutkan santap paginya. Di tengah perjalanan berangkat sekolah, Andre menghentikan sepeda motornya dan bertanya kepada Kemal, “berarti lo ga kuliah di sini dong nyet?!” Kemal hanya tersenyum dan menjawab, “Belum tau nyet, ini kan baru tahap satu”. Kemal memberi saran kepada Andre, “Sekarang saatnya elo yang membuktikan nyet! Ilkom kampus kuning masih membara kan?” Dengan menegakkan dada dan semangat 45 Andre melanjutkan perjalanan ke sekolah seraya berkata, “Pasti nyet! That is my dream”. ******
59
Hari ini Kemal ingin bertemu dengan Rini untuk membicarakan persoalannya. Atas renungan sholat malam yang ia lakukan semalam, Kemal mendapatkan kekukuhan hati untuk memutuskan hubungannya dengan Rini. Dengan tekad yang bulat dan hati yang kokoh, sepulang sekolah Kemal melangkah ke arah kelas Rini. Kelas Rini masih berlangsung kegiatan belajar mengajar, namun Kemal tetap menunggu dengan badan yang tetap tegak. Pada saat kbm di kelas Rini berakhir, sesegera mungkin Rini keluar dari kelasnya. Saat Rini keluar dari pintu kelas tiba-tiba ada tangan seorang pria yang menghadang langkah Rini. Tangan ini tak asing bagi Rini. Langkahnya pun terhenti menatapi tangan tersebut. Ia memandangi sosok seorang manusia pemilik tangan yang menahan lajunya itu. Benar saja, pria itu adalah Kemal Pangestu Nugroho. “Rin ikut aku 5 menit aja” tangkas Kemal. Melihat mata Kemal yang begitu tajam, Rini tidak berani mengelak. Kemal menuntun Rini ke suatu tempat yang sunyi. Sangat berbeda dari biasanya, saat ini tatapan Kemal begitu dingin terhadap Rini. Mereka berdua sama sekali tidak berani memulai pembicaraan satu kata pun. Setelah saling bertatapan dengan dingin, Kemal memulai pembicaraan. “Rin, mulai saat ini aku minta kita putus!” ujar Kemal dengan tegasnya. Rini terdiam dari pembicaraan tersebut dan tak bisa mengeluarkan kata-kata selama satu menit. Setelah menghelakan nafasnya Rini berkata, “kamu jahat!”. Suasana kembali sunyi, Kemal tak menjawab pernyataan Rini melainkan tetap menjaga kekokohan hatinya. 60
“Mal kita pacaran udah setahun lebih, kita pacaran ga sebentar. Udah berapa banyak kenangan yang kita lalui? Pahit atau manis sama aja mal. Bagi aku itu semua tetap kenangan berharga sama kamu. Apa lagi situasi sekarang mal?! Bentar lagi kita mau UN. Kamu tega mau ninggalin aku di saat menjelang UN? Kamu mau bikin semangat aku drop? Kamu ga kasihan sama sekali sama aku mal! Kamu jahaaat!” celotehan Rini yang tak bisa dibendung. Kemal hanya diam membisu, sesekali ia melihat pipi Rini yang berlinang air mata. Sebenarnya hatinya pun tak kuat mendengar sesakan napas Rini akibat menangis. Sebagai laki-laki yang tangguh Kemal tidak kuat melihat wanita menangis tersungkur seperti itu. Setelah berpikir panjang dan Kemal tak kuasa melihat tangisan Rini. Akhirnya Kemal menarik kembali ucapannya kepada Rini dan meminta maaf kepada Rini. Walaupun ada dilema dalam hatinya bahwa seorang laki-laki pantang menarik kembali perkataannya. Hanya ia berpendapat bahwa laki-laki tak akan membiarkan seorang wanita menangis tersungkur di hadapannya. Rini dan Kemal tidak jadi putus hubungan. Mereka masih berstatus sebagai pasangan, setidaknya sampai Ujian Nasional berakhir. Itu adalah segenap pemikiran Rini terhadap Kemal. Tetapi Kemal menyikapi hal tersebut dengan bijak. Paling tidak seorang pria harus membantu seorang wanita yang kesusahan. Di hari, dan waktu yang berbeda ...... Hari sabtu di minggu ini pun tiba. Hari ini berarti hari penjemputan Rinda dari sarang teman-temannya. Di saat pelajar kelas XII lainnya di seluruh nusantara sedang berminggu tenang untuk menghadapi Ujian Nasional, Kemal Pangestu Nugroho seorang pe61
lajar kelas XII SMA memiliki tugas tersendiri. Kemal bersama bu Eki sejak pagi buta tengah mencari-cari pool taksi. Hingga akhirnya di perempatan yang tak jauh dari rumahnya ia menemukan sekumpulan taksi berpakrkir ria. Dengan tangkas ia menyodorkan alamat yang ia catat dari Gabby kepada salah satu supir taksi di tempat tersebut. Dengan wawasannya sebagai supir taksi yang cukup berpengalaman, pak supir pun mengetahui dimana alamat itu berada. Tanpa basa-basi Kemal segera menyuruh pak supir menginjak pedal gas mobilnya menuju ke tkp. Dengan kecepatan mendekati cahaya dan percepatan yang konstan, mereka tiba di tempat tersebut dengan rambut berdiri semua (efek mobil yang melesat kencang). Bu Eki segera membayarkan ongkos taksi tersebut dan mempersilahkan pak supir untuk pergi (bu Eki geram karena pak supir terlalu gila membawa mobil dengan kecepatan diluar ambang). Sesampainya di sana ternyata Rinda bersama Gabby sudah berdiri di depan pengkolan jalan. Spontan, bu Eki dan Kemal berlari menghampiri Rinda sembari berteriak, “Rindaaaaaa!!”. Rinda pun turut berlari menghampiri ibu dan kakaknya. Mereka bertiga berpelukan di tengah jalan romantis sekali. Sungguh, ketiganya terlarut dalam nuansa yang mengharu biru. Tentu, Kemal dan ibunya sangat rindu dengan Rinda. “Rin, ibu tuh kangen sekali sama kamu!” suara pelan bu Eki dengan nafas tercengah-cengah. “Iya rin, gue juga kangen sama lo nih!” lanjut Kemal. 62
“Maafin Rinda yaaa” jawab Rinda, sesekali ia berceguk karena menangis haru. Ketiganya tersungkur di badan jalan kala itu, perasaan lepas mengiringi ketiganya, terutama bu Eki. Ya ... akhirnya ibu itu dapat bertemu kembali dengan anaknya. Perasaan lepas seperti energi terkuras itu lah yang dirasakan bu Eki. Mereka bertiga hanya bisa tersungkur dan saling berpelukan. Akan tetapi tanpa di sadari banyak kendaraan yang mengklakson mereka. Jelas saja karena mereka bertiga berpelukan mengharu biru di pinggir jalan raya umum. Ya ... emang sih peristiwa ini benar romantis dan penuh dengan tangisan yang mengharu biru. Bahkan tak sedikit, tukang ojek, tukang siomay, batagor, bubur, dan pedagang kaki lima lainnya menganga melihat kejadian tersebut. Selang beberapa lama kemudian, mereka bertiga lekas pamit dan berterimakasih kepada Gabby karena telah merawat Rinda selama seminggu ini. Ternyata Gabby teman yang sangat baik kepada Rinda. Ia mengerti perasaan Rinda, dan mau menjaga, bahkan merawatnya. Mereka bertiga kembali pulang ke rumah dengan perasaan yang tenang, senang, haru. Keluarga adalah saudara terdekat dalam hidup, keluarga adalah rumah, keluarga adalah tempat pertama untuk berinteraksi, bercengkrama, bercanda tawa, atau hanya sekedar membagi cerita. Terlebih keluarga tidak akan membohongi, keluarga yang selalu memberikan solusi dan inspirasi. Yang jelas, jika kita jatuh dan diinjak-injak oleh orang lain, keluarga lah yang 63
pertama kali mengulurkan tangan dan mengangkatmu kembali untuk bangkit. Selepas peristiwa ini, Kemal semakin memahami arti keluarga sesungguhnya. Ia pun berjanji akan semakin menyayangi keluarga tercintanya.
DETIK-DETIK
Sungguh
tak terasa esok pagi adalah hari penentuan bagi seluruh pelajar kelas XII SMA/Sederajat se-nusantara. Hari dimana pensil 2b computer dan penghapus berbahan karet yang lunak pasti dibawa oleh setiap pelajar kelas 12 SMA se-tanah air. Namun pada hari ini Kemal sangat santai, seakan lenggoknya lupa bahwa esok adalah hari Ujian Nasional tingkat SMA/Sederajat. Hari ini ia hanya mendengarkan lagu-lagu dari Gugun Blues Shelter, Iwan Fals, dan Benyamin S. Sesekali ia memetik pelan gitarnya yang sudah kusam. Entah iseng, usil, atau jail, Kemal turut menyemangati teman-temannya untuk hari esok. Mulai lah ia mengambil hape bututnya dan mengirimkan pesan singkat yang sangat emosional. To Andre, Miranda, Zafran, Koms, Alay, dll : Semangat bro bro semua, kalem bocoran pasti ada~ Kemal tertawa terbahak-bahak seusai mengirimkan pesan singkatnya. Selain itu, tentu saja sebagai laki-laki yang sedang bermetafosis menjadi pria dewasa, ia tak luput menyemangati kekasih yang pernah melukai hatinya. To Rini : Rin, semangat ya besok UNnya, kamu pasti bisa, kamu kan cerdas Rin! Semangat! Rini langsung membalas. From Rini : Iya sama-sama. Kita berjuang bareng ya! Kamu semangat juga!
64
65
Malam menjadi sendu, dinginnya malam menjadi nuansa tersendiri untuk Kemal dalam menikmati malamnya. Tak sadar jam dinding tengah menunjukkan pukul 10.00 malam. “Astagfirullah udah malem, besok ga boleh kesiangan nih!” ujar Kemal yang kaget melihat jarum jam dinding. Kemal pun segera bersembunyi dibalik selimut tebalnya, sebelum tertidur ia berdoa semoga diberi kemudahan saat menjawab soal-soal ujian besok. Ia pun tertidur pulas dengan wajah tersenyum lepas. Keesokan paginya Kemal terbangun dengan kondisi yang segar. Tidurnya semalam cukup untuk mengcover semua energi yang telah terbuang. Diawali dengan sholat shubuh berjamaah di masjid, dan dilanjutkan sedikit membaca ayat suci Al-Qur’an, ia menatap hari ini penuh keoptimisan. Tak lupa ia berpamit kepada ibunda dan adik perempuannya.Sepeda motor kumbang kesayangannya pun ditunggangi dengan penuh harapan melaju ke sekolahan tercinta. Kemal memasuki gerbang sekolah dengan pandangan yang luas dan penuh keoptimisan. Ia tidak langsung menuju ke kelasnya, melainkan ia menghampiri kelas Rini terlebih dahulu. Diberikannya senyuman terbaik yang ia miliki. Mata yang berbinar, bibir merah merona, ditambah sepasang lesung pipit nan indah dikombinasikan menjadi sarapan pagi untuk Rini. Didalam hatinya pada hari ini ia ingin menebarkan sejuta cinta untuk teman-teman, guru-guru, bahkan mamang-mamang petugas sekolah. “permisi pak, buk, pak, buk” sembari menebarkan 66
senyum sepanjang koridor sekolah. Sepuluh menit lagi waktu akan memasuki ruang pertempuran siswa kelas XII SMA. Sebelum memasuki medan tersebut, Kemal berinisiatif untuk melakukan brieving bersama temanteman sekelas yang dipimpin langsung oleh sang ketua kelas Rizal. Seluruh penghuni tetap XII IA 2 hanyut oleh lecutan semangat yang dikobarkan Jenderal Rizal. Tak lupa doa pun dipanjatkan serentak dengan penuh kehikmatan. “Teeet .... teeeet” suara bel berbunyi. Aah itu berarti tanda bahwa ujian segera dimulai. Satu per-satu siswa mulai memasuki ruangan neraka. Siswa hanya diperbolehkan membawa alat tulis dan penghapus di dalam ruangan. Bangku-bangku telah tersusun rapih dengan jarak yang cukup renggang antar bangku. Begitupun dengan dua pengawas bertubuh tegap sudah siap di masing-masing singgah sananya. Kemal memasuki ruangan dengan rileksnya sembari bersiul-siul ria. Tiba-tiba pengawas memperingati Kemal, “nak kalau sudah dimulai nanti tidak boleh bersiul. Mengganggu saja!”. Kemal hanya menyikapi ringan dengan wajah datar, “Iya pak”. Kemal segera menuju meja yang sesuai dengan nomor identitasnya yang telah ia lihat di jendela depan ruangan. Ternyata ia mendapatkan tempat duduk di paling belakang. Sontak Kemal menahan ketawa melihat lokasi mejanya tersebut. Seperti yang kita ketahui meja di paling belakang merupakan meja favorit Kemal di kelas. 67
Seperti biasa petugas membacakan aturan selama ujian dan mempersiahkan peserta untuk berdoa terlebih dahulu. Baru kemudian pengawas ujian membagikan paket ujian ke masing-masing peserta dengan embel-embel, “Soal masih rapet ya?! Belum dibuka!”. Anak-anak serentak menjawab, “iya paak!”. Tetapi sebelum memulai, salah satu dari pengawas bertubuh tegap itu memberi gertakan kepada kami. “Bagi yang berani coba-coba untuk berbuat kecurangan! Tak sobek kertase!” gertak si pengawas sok seram itu kepada anak-anak. Dengan santainya anak-anak menjawab “Iyaaa paak!”. Rupanya anak-anak ini cukup cuek ... Seperti yang diketahui Kemal bahwa pengawas tersebut berasal dari sekolah swasta di kotanya. Sementara sekolahan Kemal adalah sekolah negeri. Pada umumnya sekolah-sekolah swasta ingin menjatuhkan pamor sekolah negeri dengan mempressure abis sekolah negeri saat melaksanakan UN. Tentu agar mereka mendapat nilai lebih rendah dibanding sekolah swsta. Dengan demikian pamor sekolah negeri akan turun dan sekolah swasta akan naik. Jika sudah begitu, maka akan banyak orang tua murid yang lebih mempercayai anaknya untuk disekolahkan di sekolah swasta. Kemal telah mengetahui hal tersebut. Ternyata Kemal diamdiam menjadi pemerhati taktikal bisnis sekolah-sekolah swasta juga. Oleh karena itu ia berambisi memberikan nilai terbaik untuk sekolah tercintanya. Pada hari pertama UN itu diawali dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tentu saja mata pelajaran tersebut relatif lebih mudah bagi seluruh peserta Ujian Nasional yang memang berstatus 68
WNI. Begitu pun dengan Kemal. Ia menganggap enteng pelajaran ini. Soal nomor 1-20 ia lewati dengan percaya dirinya tanpa menengok ke kanan-kiri. Ketika sampai di soal nomor 21, ia berhenti sejenak untuk beristirahat. Maklum teksnya melebihi koran, panjang banget, bisikan hati Kemal melihat soal-soal bahasa Indonesia tersebut. “Kalo ada kopi, gue ngupi dulu kali nih. Gilak bener nih soal panjangnya!” gumoh mulut Kemal menghadapi soal Bahasa Indonesia tersebut. “Teeeng teeeeng teeeng” bunyi bel tanda berakhirnya UN hari pertama telah usai. Seluruh siswadapat menyelesaikan UN pertamanya masih dengan senyuman. Mungkin ini memberikan indikasi bahwa mereka semua dapat mengerjakan soal dengan baik pada hari ini. Menyadari soal yang dikerjakan cukup panjang-panjang teksnya dan yang pasti agak capek mengerjakannya, Kemal pun berinisiatif mengantar Rini ke rumahnya. “Rin ayuk aku antarkan ke rumahmu, sepertinya kau letih” ujar Kemal rada pujangga. “Apaan si, gausah sok puitis gitu deh” ledek Rini sembari menepuk Kemal. “maklum abis UN bahasa Indonesia! Aku kan pujangga!” Kemal segera mengantarkan Rini ke rumahnya dan langsung pamit kepada Rini karena ia ingin mengistirahatkan jiwa dan raganya di rumah. “Gilak capek juga hari pertama, Gimana besok yak ?! Fisika lagi? Kalem ah~” gerutu Kemal mengulat di kasur. Tanpa tersadar Kemal tertidur pulas saat mengulat di kasur. Karena menurut Kemal fisika telah menjadi sesuatu yang 69
menyenangkan untuk dirinya, Kemal pun agak santai menghadapi UN fisika. Seperti yang kita ketahui, semenjak ia diberikan tugas khusus fisika oleh bu Eni, ia menjadi jago fisika dan didaulat menjadi tutor fisika di kelasnya. Kemal tertidur pulas hingga tengah malam. Akan tetapi ia tak lupa bangun sesaat untuk melaksanakan kewajibannya sebagai muslim menunaikan sholat wajib. Saat terbangun di tengah malam, Kemal sesegera mungkin mengambil air wudhu dengan khusyuk dan melanjutkan beberapa rakaat sholat malamnya dengan penuh kehikmatan. Tak lupa diselipkannya segelintir doa yang dipanjatkan untuk kemudahan keluarganya, teman-temannya, dan seluruh umat muslimyang sedang mengalami persoalan hidup. Pagi harinya ia mengantar Rinda yang hendak bersekolah terlebih dahulu. Sehabis itu baru Kemal pergi ke sekolahannya untuk melanjutkan sesi pertempuran selanjutnya dengan Ujian Nasional. Teman-teman Kemal cukup berharap banyak kepadanya. Dengan mata yang berbinar-binar ia mengatakan kepada seluruh teman sekelasnya, “Teman-teman jika aku sudah selesai nanti akan kusebar jawabanku kepada kalian semua sahabat tercinta” ucap Kemal rada melow. Teman-teman kelasnya yang rada jijik dengan perilaku itu serempak mengatakan, “terima kasih Kemal” suara meng-unyu. Kemal berubah menjadi jijik kepada teman-temannya. Tanpa disadari, teman teman Kemal lebih jijik pada dirinya. Kali ini bangku pengawas diisikan oleh dua wanita paruh baya berparas cantik. Santunnya meluluhkan hati teman-teman Kemal sekelas. “Ini baru pengawas” ujar Kemal kepada Miranda yang 70
juga seruangan dengan Kemal. “Kalem ye mal” sahut Miranda. “Hari ini fisika anak-anak, jangan terlalu pusing kalau susah. Ibu juga dulu ndak bisa fisika tapi lulus-lulus juga” ujar salah satu pengawas berhati mulia. Kemal menyikapi perkataan ibu pengawas tersebut rada dilema. “Ini kode apa jebakan ya?” Kemal berbisik sendiri. Rupanya ibu pengawas tak sengaja mendengar. “Kode apa toh nak?” ibu pengawas tersebut menghampiri Kemal secara tiba-tiba. “Nganu bu kode itu yang dipake sinden-sinden bu” refleks Kemal berkelit. “Itu mah Konde!” celetuk Miranda. Semua anak di ruangan tersebut tertawa terbahak-bahak. Ibu pengawas berpesan kepada Kemal, “Jangan ngelamun ya nak! Rileks aja!”. “Iya bu, maaf ya” Kemal memelas. Kedua ibu pengawas tersebut kembali menenangkan suasana yang sempat pecah akibat kekonyolan Kemal barusan. Peluit panjang tanda Ujian Nasioanal hari kedua dimulai. Secara perlahan kertas amplop bertuliskan mata pelajaran: Fisika pun terbuka. Soal tiap paket telah sampai kepada para peserta dengan tertib. Lembar pertama dari soal berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar soal mekanika. Seperti membalikkan telapak tangan Kemal melaluinya dengan mudah. Namun saat memasuki soal nomor 25-30 yaitu mengenai listrik, mendadak Kemal senam jantung. Bodohnya, ia terlalu berlama-lama memikirkan soal listrik tersebut. Padahal ia mengetahui bahwa hampir tidak mungkin dirinya bisa mengerjakan soal listrik. Teman-teman Kemal tersudut kebingungan. Kemal saja yang sudah expert dengan Fisika mendadak kejang-kejang. 71
Teman-temannya hanya bisa pasrah menyikapi itu semua. Tak jarang beberapa diantara mereka hanya diam dan menadahkan tangan berharap jawaban turun dari langit. Bahkan ada diantara mereka yang hanya melamun dan menganga seakan otaknya telah konslet seperti boo dalam tokoh kartun sinchan. Kemal berbisik kepada Miranda, “Mir gimana nih soal 2530 gue ga bisa. Apa lagi dari 35-40, mati kutu gue!”. “Yaudah gapapa yang penting sisanya lo harus kerjain. Buru! Nanti mau gue sebar!”. Kemal segera menulis jawabannya pada secarik kertas coret-coretan yang ia sobek dan memberikannya kepada Miranda. “Mir nih!” bisik Kemal sangat hati-hati. Dengan skill menjarkom ala Miranda yang super bersih, semua teman di ruangan tersebut kebagian jawaban Kemal. “Alhamdulillah kelar juga tugas gue ngebantu anak sekelas ..” desis Kemal pelan-pelan. Rupanya salah satu pengawas kembali mendengar celotehan Kemal.“Tugas apa nak” sembari menunjuk Kemal yang tengah mengelus dada. Dengan tingkat kepanikan setinggi tiang listrik, Kemal menjawab “Tugas akhir kesenian bu! Sehabis ini sekolahan kita masih ada tugas akhir seni rupa” Kemal berusaha berdalih dari serangan bu pengawas. Suasana kelas yang sempat menegang-tinggi pun perlahan surut. Kemudian anak-anak kembali mengerjakan soal Fisika dengan teknik tungcing alias itung kancing. Sungguh Fisika merupakan momok bagi anak IPA SMA kebanyakan, walaupun ada juga beberapa siswa IPA SMA yang excited terhadap Fisika. 72
Peluit panjang tanda berakhirnya Ujian Nasional di hari kedua pun berakhir. Bak superhero kali ini Kemal mendapat apresiasi setinggi-tingginya dari para teman-teman seruangan Kemal yang tak tau menau soal Fisika. “Thanks banget mal, gilak kalo ga ada lo gue ga tau hidup gue gimana?!” ujar para sahabatnya. “Yaelah woles kali” jawab Kemal dengan meninggikan alisnya. Mungkin di dalam hatinya Kemal ingin mengatakan sikap temannya barusan rada jijik. Akhirnya Physics day telah ia lewati dengan penuh perjuangan. Seperti biasa Kemal kembali mengantar Rini pulang ke rumahnya dengan motif ‘kasihan’. Oh tidak, mungkin benar karena Kemal tulus ingin mengantar Rini, sebab ia tahu sehabis ujian pasti Rini lelah. Setelah sampai di ruangan favoritnya yang tidak lain adalah kamar tercincah, ia menuliskan setangkai kalimat dalam kertas notes, Physics all has done. Kemudian matanya menengok ke arah jadwal ujian keesokan harinya. Tercantumkan Matematika dan Bahasa Inggris. Sebenarnya Matematika tidak bermasalah bagi Kemal. Soal-soal sulit seputar matematika bukan masalah baginya. Akan tetapi, ketika ia melihat Bahasa Inggris seakan harinya ingin terskip menjadi langsung hari kamis saja. “Apa yang harus gue siapin buat Bahasa Inggris ya?!” tanya Kemal. Pikirannya melayang untuk segera menyaksikan filmfilm barat yang ada di folder komputernya. “Aha! Gue setel aja nih pelem barat?!” terucap dari mulut Kemal. Lekas ia mencolok 73
kabel-kabel komputer dan menyalakan CPU kusamnya.
waktu di pagi hari. Sayang untuk dilewatkan.
Memang dasar Kemal otaknya yang selalu ingin mengambil jalan pintas seperti yang terdapat pada rumus-rumus kilat matematika. Bukannya ia menonton film dari barat tanpa subtittle, melainkan ditontonnya film itu dengan subtittle bahasa indonesia. Yah paling tidak gue mendengarkan kalimat-kalimat Bahasa Inggris dari film tersebut, segenap pikiran liar Kemal.
Sesampainya di sekolah ia melihat temannya si Alay, begitu sapaan akrabnya. Alay merontak-rontak seperti orang od di depan hadapan Kemal. “Eh Alaay.. Kenape lau?”. “Gue ga kuat mal .. gue ga kuat!”. “Eh alaay, ga kuat apaan?! Elu abis ngapain?”. “Gue ga kuat sama mtk, pokoknya lo harus bantu gue!”. Melihat gerak gerik alay semakin kejang, Kemal sangat iba terhadap Alay. “Kalem aja sama gue si ,, kalo gue udah selesai, gue passing ke lo lay”. “Sip pasti gue kontrol mal!”. Kemal hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku si Alay.
From Rini :Kemal semangat ya besok Bahasa Inggrisnya! Kamu pasti bisa sayang! Hape Kemal bergetar karena terdapat sms dari Rini yang membuat hati Kemal ikut bergetar saat membacanya. “Subhanallah ... Mimpi apa gue?! Si Rini tiba-tiba care gini sama gue .. Aih ..” terucap dari mulut Kemal dengan polosnya. Sedikit perhatian dari Rini membuat Kemal cukup bahagia. Malam kini berganti dengan cepatnya. Baru kemarin malam Kemal mengambang diatas awan akibat serangan maut Rini, ternyata sekarang telah berganti menjadi pagi dengan latar matahari yang menampakkan wujudnya. Suasana begitu terang, kali ini memang benar matahari tidak malu-malu menampakkan wujudnya. Kemal pun berharap pada hari ini Bahasa Inggrisnya juga ikut secerah matahari. Kali ini ia harus berjalan kaki menuju sekolah. Sepeda motor butut yang biasa menjadi tunggangannya disimpan terlebih dahulu. “Ah gue pengen ngerasain cerahnya pagi ini aah” ujarnya menikmati cerahnya pagi itu. Rupanya ia ingin mencoba rutinitas baru untuk berjalan kaki di pagi hari. Mulai saat itu ia menyadari betapa berharganya 74
Kali ini bangku pengawas diisi oleh satu orang pria mendekati uzur yang berjalan sudah menunduk. Dan satu lagi dihuni oleh wanita muda berhijab kerudung merah muda. “Aiih mati .. Pengawas yang beginian nih yang bakalan ganggu konsentrasi gue!” celoteh Kemal kepada Miranda. “Yang kakek-kakek itu mal?” ledek Miranda. “Ehem masya iye mir mir .. yang bening itu laah!” sahut Kemal memandang sinis Miranda. “Ah payah lu mal! Inget Rini wooy! Emak-emak disamber juga lu ah!”. “Ah beda ini mah, kalo emak-emak kaya begini mah gue ridho jadi suaminya juga , walaupun doi janda!”. “Nyebut lu mal .. nyebut!”. Wanita muda berhijab merah jambu itu pun membagikan soal kepada Kemal. Dasar Kemal, baru didekatkan sebentar oleh pengawas itu, hidung Kemal langsung mimisan mengeluarkan darah. Untung saja di kelas memiliki Rizal sang ketua kelas. Penuh dengan inisiatif Rizal segera meminjam kotak P3K yang ada di UKS. Suasana yang sempat menghebohkan seisi ruangan itu pun kian mereda. 75
Ketika pengawas memperbolehkan peserta untuk mengerjakan soal, dengan cekatan Kemal bantai soal matematika tersebut dari nomor 1-40. Alias selesai semua. Kemal mampu menyelesaikan soal tersebut hanya dalam waktu 60 menit dari 120 menit waktu diberikan. Ckckck sombongnya Kemal ..... Akan tetapi, alih-alih menyebarluaskan jawabannya. Kemal malah asyik memandangi ibu pengawas muda tersebut. Terus menerus ia pandangi ibu pengawas sampai tak terasa waktu untuk ujian matematika tinggal 5 menit lagi. Sangat reaktif teman-teman Kemal panik tak terobati, terutama Alay. “Kemaaal .. kemaal ..” terdengar bisikan Alay memanggil Kemal yang sedang syahdu. “Kemaaal .. Kemaaal .. Kampret lu mal”. “Iya apa ?!” sahut Kemal tersadar dari kesyahduannya. Memandangi kawan-kawannya seperti korban bencana dengan pandangan kosong, rambut aur-auran, mulut menganga. Kemal langsung tersadar bahwa ia belum menyebarkan jawabannya. Dengan tampangnya yang cengangas-cengengesan ia pun menyebarkan jawaban matematikanya itu. Bel panjang sekolah telah berbunyi, ujian matematika pun berakhir. Kawan-kawan Kemal pun telah usai mengerjakan ujian tersebut dengan perasaan agak kesal terhadap Kemal. “Mal mal, gilak lu ya! Kasmaran sih boleh aja, tapi jangan siksa kita juga dong ah” ujar Alay rada kesal dengan Kemal sembari berjalan dengan kawan-kawan yang lain di lorong sekolah. “Maklum lay, namanya juga orang jatuh cinta!”. “Gilak juga lu ah, jatuh cinta sama pengawas UN!”. “Cinta itu anugerah lay, cinta itu datang dengan sendirinya, cinta itu tak kenal siapa!” ujar Kemal mendadak puitis. “Udah 76
ah, bisa sinting ngobrol sama orang yang lagi kesambet cinta!”. Lantas mereka semua berjalan menuju kantin. Sesampainya di tempat berisi bangku-bangku panjang dan meja yang menghampar luas, serta berisikan beberapa ibu-ibu mengenakan celemek. Penuh dengan inisiatif, Kemal pergi meninggalkan kelompok Alay menuju Miranda yang sedang asyik membaca buku. “Mir ...” sapa Kemal “Apaan lu ? cengar cengir gitu? Ada maunya ya ?!” judes Miranda “Yaelah elu mir .. kaya ga tau gue aja nih! Bahasa Inggris nih, tengak tengok lah jika sudah selesai” rayu Kemal “Iye iyee gue tau kemampuan Bahasa Inggris lu mal! Paling lo cuma bisa ngobrol Bahasa Inggris sama tukang siomay doang kan?! Haha ..” Miranda meledek Kemal terbahak-bahak “Nah itu kamu tau Miranda yang cantik .. Nanti kasih tau aku ya jawaban Bahasa Inggrisnya” puji Kemal merayu Miranda Menyadari rayuannya terhadap Miranda berhasil, Kemal pun rada tenang menghadapi UN Bahasa Inggrisnya. Lalu, Kemal berjalan menuju kelasnya Rini. Sesampainya di sana ia menggodai Rini. “Eh cewek jutek ! baca buku mulu nih ga seliweran apa matanya! Hahaha ..” ledek Kemal yang melihat Rini sedang asyik membaca buku dari jendela terbuka.
77
“Apaan si ih rese!” Rini kerisihan, lalu menutup gordeng jendela terbuka itu. “Apaan si ... apaan si kok ditutup pengen liat manisnya kamu juga!” ledek Kemal dengan penuh cengiran bahagia “Apaan sih maal malu tau diliatin anak-anak!”. Tanpa disadari, ternyata Kemal dan Rini tengah menjadi pusat perhatian anak-anak di kelas Rini. Lagi sendu-sendunya Kemal merayu Rini, bel panjang tanda masuknya ujian Bahasa Inggris berbunyi. Lekas Kemal berpamit dan berjalan dengan santai menuju ruangannya. It’s time to fight !!! English ... hai english .. why you always be there in my minds? Actually, bahasa is better than you. Why wasnt bahasa which be first international language? Shit ... shit .. fvck off !! . Sambil berjalan menuju kelas Kemal mencoba mengingat kembali beberapa kosa kata Bahasa Inggris yang ia ketahui. Pengawas ruangan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris juga diganti. Kali ini seorang nenek-nenek tua, bahkan sudah goyah yang masuk pertama kali ke dalam ruangan. Kemudian, disusul oleh laki-laki berusia sekitar 40 tahun dan berkacamata. Singkat kata soal Bahasa Inggris telah dibagikan rata di setiap meja peserta. Semua peserta menikmati soal Bahasa Inggris itu. Apa lagi seorang Miranda yang memang terkenal jago Bahasa Inggris, (As you know. Miranda Menjuarai kontes science english debates se-Nasional). 78
Akan tetapi di sudut belakang ruangan tampak sesosok manusia tengah kerepotan membolak-balik soal Bahasa Inggris. Bukan berarti ia sangat mengerti soal tersebut untuk dikerjakan?? Melainkan sesosok manusia itu memang tidak mengetahui apa arti dari sekian teks yang ada dalam soal. Dengan lenggak-lenggoknya ia hanya berpura-pura seakan mengerti dan lancar mengerjakan sekumpulan soal full text english. Tidak lain dan tidak bukan, orang tersebut adalah Kemal. Dari pada mati gaya lebih baik bergaya, katanya. Waktu sudah berjalan 1 jam lebih. Namun hanya 10 soal yang nampak hitam di lembar jawaban Kemal. Mata terus melenggak-lenggok ke arah Miranda. “Oh Miranda,, saat ini kaulah penolong diriku sejatinya” ujar Kemal melamun melihat Miranda asyik menghitamkan jawabannya. Seakan mengerti apa yang diinginkan Kemal, sosok Miranda menoleh ke arah Kemal seraya berkata, “5 soal lagi selesai”. Mendapati kabar baik itu membuat Kemal agak tenang. Setidaknya, tenggorokan Kemal yang semenjak satu jam lalu kering kerontang, kini basah seakan tertimpa embun pagi nan syahdu. Pandangan Kemal mengarah kepada para pengawas di depan. Oh, ternyata aman, doi lagi sibuk sendiri ngedata absen. Tenanglah jiwa Kemal, terlebih secarik kertas berisi jawaban Miranda tengah berjalan menuju landasannya, yaitu paha kanan Kemal. Tanpa berpikir panjang, karena memang tidak bisa berpikir jika sudah penuh dengan tulisan berBahasa Inggris. Kemal segera menghitamkan jawabannya persis dengan jawaban Miranda. Santai sekali ia mengisi lembar jawabannya itu. Miranda hanya sesekali 79
tersenyum sadis melihat tingkah Kemal yang mati kutu dengan Bahasa Inggris. Dua jam sudah berlalu, waktu ujian Bahasa Inggris pun berlalu. Beban berat yang ditanggung Kemal juga berakhir dengan sendirinya. Di dalam hatinya selalu bergeming, “Tuhan kan memberikan jalan untuk hambanya”. Kini Kemal dapat tertawa bersama teman-temannya di koridor sekolah. Hari ini seusai ujian ia memboyong Rini untuk menyantap bakso bersama tak jauh dari sekolahannya. Di tengah-tengah menunggu abang tukang bakso mengantarkan pesanannya, Kemal bertanya, “Rin, bentar lagi lulus .. Hubungan kita mau gimana?”. “Aku ga tau, kita lihat aja nanti ya” ucap Rini sambil tersenyum manis dengan menampakkan gigi gingsulnya yang selalu membuat otak Kemal merekam momen tersebut. Sedang asyik-asyiknya memandangi senyuman Rini, tukang bakso datang mendaratkan dua gelas teh botol dengan sebongkah es batu terpisah. “jegeer” suara botol menimpa meja triplek. “Hasyemele ... kaget gue!” ujar Kemal melatah. Rini tertawa malu-malu melihat Kemal. Dibalik caranya Rini tertawa selalu mengingatkan Kemal akan satu hal. “Oh Tuhan ,, inilah yang dinamakan dengan keindahan. Ku mengaguminya karenamu. Jagalah dia untukku, dan jagalah diriku untuknya. Sungguh sempurnanya makhlukmu yang satu ini. Amin” lamunan Kemal mendatangkan sepatah syair nan syahdu. Tak terasa suapan terakhir dari bakso berukuran jumbo itu telah masuk ke dalam mulut lapar Kemal. Ia pun hendak membayar 80
santap siangnya itu. Karena hari ini ia sangat senang bisa melihat senyuman manis Rini yang telah lama tak nampak di depan pupilnya, ia berinisiatif membayar semua pesanan termasuk punya Rini. Semakin menjadi senyuman Rini kepada Kemal. Semakin menjadi pula tingkah laku Kemal tak berdaya di hadapan Rini. “Heh ayo pulang udah hampir sore, besok masih UN” lembut Rini mengingatkan Kemal yang semaput menatap keindahan Rini. “Oh iya lupa, ayo deh” Kemal mencoba berdalih. Padahal dalam hatinya masih ingin berlama-lama bersama Rini. Hari ini pun ditutup dengan senyuman indah Rini yang selalu melekat dalam ingatan Kemal. Seakan Kemal tak ingin mengingat esok masih ada hari terakhir UN. Yupss....! Jelas saja Kemal malas mengingat hari esok. Karena dua pelajaran esok adalah dua pelajaran yang paling membosankan menurutnya. Biokim(Biologi-Kimia), Biologi ia sama sekali menyerah. Ia sama sekali bukan tipe orang yang suka menghafal. Sebenarnya pada saat kelas satu SMP Kemal pernah meraih nilai terbaik Biologi satu angkatan. Namun seiring bertambahnya tingkat pelajaran, Biologi pun semakin banyak materinya. Bahkan dalam dua jam ia belajar biologi, ia sama sekali belum bisa membedakan mana inspirasi-ekspirasi. Satu-satunya materi biologi yang ia ingat hanyalah telur-ulat-kepompong–kupu2. Sangat tidak membantu,celetuk isi hati Kemal. Sementara Kimia?? Sebenarnya track record Kemal di Kimia tidak terlalu buruk. Tak jarang ia mendapatkan nilainilai yang baik dalam Kimia. Penyetaraan reaksi, reaksi redoks, Asam-basa, garam, Termokim, Kimia karbon, dll. masih teringat jelas dalam memorinya. Ia pun sangat bisa menjelaskan konsep 81
atom di depan kelas. Mulai dari sifat segolongan-seperiode,dll. Hanya saja dalam otaknya ia tidak mau ketemu lagi dengan kimia di kuliah nanti. Menurutnya, inilah idealisme hidupnya. Terkadang seseorang menganggap salah kata ‘idealisme’ menjadi kata ‘perfeksionisme’. Bagi sebagian orang, idealisme berarti hidup yang ideal-ideal disini berarti serba sempurna. Bisa ini, bisa itu. Punya ini, punya itu. Apapun yang ada diketahuinya dengan sempurna. Apapun yang ada didepan mata selalu dianggap gue bisa, gue mampu. Padahal mereka lupa akan satu hal. Menurut seorang Kemal, idealisme berarti ideal untuk dirinya sendiri. Berarti menjalankan segala sesuatu yang memang sesuai dengan passionnya. Maka dari itu, walaupun Kemal bisa juga dalam pelajaran Kimia tetapi ia memilih untuk meninggalkannya. Kimia itu bukan tujuan utama gue selanjutnya, segenap pikiran liar Kemal. The Last Day is Coming .... Denting piano ... Kala jemari menari .. Nada merambat pelan .. Di kesunyian malam saat datang .. Rintik hujan bersama sebuah bayang Yang pernah terlupakaaan ... Sepotong lagu Iwan Fals dinyanyikan oleh Kemal bersa82
ma desiran air pancur dari shower kamar mandinya. Syahdunya ia nyanyikan lagu tersebut berulang-ulang. Yuups..! Kemal merupakan penggemar Iwan Fals. Pertama kali ia mendengar Iwan Fals ketika masih duduk di bangku SD. Secara tak sengaja ia mendengarkan lagu Iwan Fals di layar kaca. Pada saat itu salah satu lagu bang Iwan menjadi soundtrack sinetron di layar kaca. Kemal yang menonton bersama bu Eki mendadak menikmati lagu tersebut. Salah satu bukti bahwa Kemal yang notabene bukan generasi Iwan Fals tetapi menyukai musiknya. Salut untuk seorang Iwan Fals yang dapat menyatukan berbagai macam latar menjadi satu! Hal ini pun menjadi bukti bahwa yang akan diingat itu bukan siapanya, melainkan apanya. Karya dan kontribusi akan selalu hidup menembus zaman. Senimannya boleh saja sudah tidak ada, tapi karya seninya akan selalu ada sampai generasi kapanpun. Sama halnya seperti bung Karno. Memang proklamator bangsa Indonesia itu sudah tidak ada, namun semangatnya akan selalu ada. Kutipan ini akan selalu menjadi landasan apresiasi Kemal terhadap seseorang. Sebisa mungkin ia selalu menjadi orang yang objektif, bukan subjektif. Setelah menyelesaikan tembangnya, Kemal pun menyiapkan seragam batik sekolahnya. Setiap hari kamis sekolahan Kemal menggunakan batik sendiri berwarna khas abu-abu. Mungkin terkesan sejalan dengan pikiran siswanya, seperti Kemal. Dapat dikatakan pikiran Kemal masih abu-abu. Belum berani mengatakan putih atau hitam. Masih berada ditengah-tengahpendiriannya. Akan tetapi setidaknya dengan beberapa idealisme yang telah dipaparkannya, Kemal sedikit memiliki pendirian. Ya hanya 83
sedikit!. Kemal pun kembali berjalan kaki menuju Sekolah tercinta. Ditengah-tengah perjalanan ada dua SMS masuk ke dalam inbox hape bututnya itu. From Alay : kunci jawaban biologi dan kimia *piiiiiiiiiip*hilang sinyal.txt Yang satunya lagi dibuka Kemal juga. From Ayah : Nak, Kamu semangat ya Ujiannya, maaf ayah tidak bisa menetap di rumah. Masih mengerjakan penelitian bersama di Surabaya. Reaksi Kemal nyengir sumringah mendapati kunci jawaban Biologi dan Kimia. Setidaknya ia sudah mempunyai pegangan. Nanti tinggal dicek saja kebenaran jawaban ini, ujarnya. Menanggapi SMS dari sang ayah?? Kemal hanya santai dan datar menanggapi pesan singkat dari ayahnya tersebut.“Masih inget punya anak?” tanya hati Kemal. Kemal terus melanjutkan langkahnya dan membiarkan hapenya masuk ke saku. Akan tetapi menyadari betapa pentingnya arti keutuhan sebuah keluarga, Kemal pun berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Ia berusaha untuk berpikir positif kepada ayahnya. Tiba di sekolah ... Langkah kakinya terhenti di sebuah belantaran luas kosong nan lega. Bukan karena ada razia atau sedang ada demo besar-besaran, atau bahkan bukan karena ada diskon besar-besaran dari matahari. Akan tetapi, pagi itu. Saat matahari belum menampakkan 84
wajah berseri-seri seutuhnya. Beberapa kelompok makhluk-makhluk terpilih di negeri ini membuat barisan rapih layaknya upacara hari senin. Dikomandoi oleh Alay kelas XII IA 2 telah berbaris rapih membentuk bujur sangkar. Segera Kemal bergabungmasuk ke dalam barisan. Dengan langkah layaknya seorang Jenderal Tua, suara hentakan sepatu berlaras karet keras terdengar pengang di telinga Kemal. Sesosok manusia penuh aura berdiri di hadapan Kemal dan teman-teman. Rizal, ketua kelas mereka mengambil alih komando. Dengan tatapan setajam elang yang sedang mencari mangsa, dikeluarkannya sepatah dua patah kata dari mulut lantangnya. “Hari ini hari terakhir kita melaksanakan Ujian Nasional. Sejak SD, SMP, sampai sekarang SMA, Ujian Nasional menjadi momok menakutkan bagi para siswa. Akan tetapi, pada hari ini. Kita siswa-siswi kelas XII IA 2 akan segera mengakhirinya. Kawan-kawanku, atas nama almamater. Marilah kita tuntaskan hari ini penuh dengan suka dan cita. Kita berikan yang terbaik untuk almamater kita! Semoga kita semua sukses! Salam cinta, Rizal” Rizal berorasi di depan Kemal dan teman-temannya. Segelintiran air mata jatuh pada pagi itu. Kemal yakin, pasti banyak wanita di kelasnya yang luluh sehabis melihat orasi Rizal barusan. Menurutnya Rizal is the next Soekarno. Langkah Kemal pun semakin yakin dengan hari ini. “Terimakasih kawan!” terucap dari bibir manisnya. Di dalam ruangan neraka untuk terakhir kalinya .... Sama seperti 3 hari sebelumnya. Dua bangku di paling depan ruangan diisi oleh dua makhluk hidup ber-tittle ‘Pengawas’. Mungkin karena sesosok manusia itu selalu memberikan pengliha85
tan yang awas dan membuat hati peserta ujian was-was, makanya disebut ‘Pengawas’. Jam pertama ujian diisi dengan sekumpulan paket soal Kimia. Depalan puluh persen Kemal dapat mengerjakan, eh tidak 70 persen, bukan .. 60 persen. Ya kira-kira ia bisa mengerjakan soal UN Kimia ini dengan lancar. “Senam jantung frekuensi dasar” celetuk Kemal pandangan ‘Sok’. Nah ini, ketika mata pelajaran berganti menjadi pelajaran Biologi yang diujikan. Pandangan Kemal makin meremehkan. Bukan karena ia sombong dan murka dapat mengerjakan soal tersebut dengan lancar. Melainkan, yasudah cocokan dengan kunci tadi pagi saja, desis hati Kemal. Tadi pagi sebelum ia memasuki ruangan nerakanya. Kemal bergerak lurus dengan percepatan konstan menuju kamar mandi sekolah. Dikeluarkannya sebuah pena dan selembar kertas ‘notes it’. Dikeluarkan pula handphone butut berbunyi jangkrik dari kantung celana sebelah kirinya. Mulai lah ia menyalin sekumpulan abjad, namun hanya ada ‘a,b,c,d’ saja. Tidak lebih. Tetap dijaga total gaya yang dialami agar tetap sama dengan ‘nol’. Tujuannya agar Kemal tidak mengalami gerak translasi maupun rotasi sekali pun. Selesai. Kembali ke ruangan neraka .. Sekiranya ia pandangi terlebih dahulu kawasan sekitar. Menggunakan tiga metode sekaligus ia lakukan. Pertama dipandangi dengan teknik mata normal. Ternyata aman. Yang kedua, Ia pandangi dengan teknik mata burung. Teknik ini mengharuskan 86
Kemal rada menonggeng, hanya untuk mendapatkan ketinggian di atas rata-rata. Ternyata aman. Tak luput ia menggunakan metode mata cacing. Nah yang ini Kemal berpura-pura menjatuhkan sebuah serutan kecil berbentuk lingkaran, dan ada cermin di bagian atasnya. Entah sial atau rejeki, serutan pensil tersebut terjun bebas dan mendarat tepat di bawah rok abu-abu Miranda. Kemal yang memang sudah merencanakan untuk menjatuhkan serutan dan mengambilnya lagi sebagai motif melakukan metode mata cacing pun, mengambil serutan berbentuk lingkaran itu di bawah rok Miranda yang melambai-lambai terkena desiran kipas angin. Karena serutan kecil tersebut terdapat cermin pada bagian atasnya, cermin itu memantulkan secerca cahaya yang mengarah ke dalam isi rok Miranda. Layaknya laki-laki normal pada umumnya. Kemal semaput, dan menikmati apa yang ia lihat dalam pantulan cermin itu. Melihat bentuk dan rupa yang dimiliki oleh Miranda, Pikiran liar Kemal membayangkan bangun-bangun geometri yang cocok dengan bentuk cenderamata Miranda. Jajar genjang? Bukan, belah ketupat? Bukan, trapesium? Jauuh, terus apa dong?,segelintir pikiran alam liar yang merangsang otak Kemal. “Segitiga broo ... rapeet ..” tiba-tiba terucap dari mulut Kemal datar dengan terus memandangi perkakas Miranda. Miranda menoleh dan terkejut melihat wajah Kemal yang terangsang. “Kemaaaaaaaaal!” jeritan Miranda, keras nan melengking. Ruangan yang tadinya sunyi pun berkecamuk. Semua mata tertuju pada Kemal yang sedang jongkok di bawah rok manis Miranda. Kedua pengawas yang tadinya sibuk mengurus absensi 87
peserta ujian, bergerak lempeng menghampiri Kemal. Salah satu pengawas tersebut mengambil ancang-ancang dengan merogoh tangannya ke dalam saku. Tanpa peringatan, dikeluarkannya kartu kuning untuk Kemal. Mengusap rambut tebalnya dan sedikit menggelengkan kepala, seakan Zidane yang terkena kartu kuning oleh Jimmy Napitupulu dibuat lakon seperti itu oleh Kemal. Maksudnya, Kemal mendapat teguran keras dari pengawas karena telah membuat gaduh suasana ujian. Dan menyuruhnya untuk kembali melanjutkan ujiannya dengan tenang. Kemal kembali ke meja panasnya. Ia menunggu hingga situasi benar-benar tenang. Sekarang ia tidak mempedulikan lagi hendak menggunakan metode yang mana. Langsung saja ia rogoh kantung celana sebelah kanannya. Dikeluarkannya kertas ‘notes it’ berwarna kuning dari kantungnya tersebut. Sesekali ia memantau situasi pengawas di depan ..... Ah ternyata aman, dalam hati Kemal. Segera diletakannya kertas kecil itu di atas paha kanannya. Mata Kemal melihat kertas kecil itu, Sial kebalik lagi nih kertas, gumam dalam hatinya. Kemal rada kesal ketika sudah lancar mengeluarkan kertas dari kantung, lancar pula meletakkan kertas itu aman di atas paha kanannya. Namun, saat akan kertas ingin dilihat. Ternyata zonk yang didapati hanya kertas kosong. Saat ingin membalikkan posisi kertas ,, Mata pengawas seolah mengarah pada gerak-gerik Kemal. Ia pun bereaksi dengan berpura-pura melihat soal Biologi yang ada di atas mejanya dan berlagak sok bisa mengerjakan soal itu. Diputar-putarkannya pensil 2b yang berada di jemari kanannya layaknya Basuki Abdullah yang hendak melukis dalam sebuah 88
canvas. Baru setelah pengawas mengalihkan perhatiannya, ia memulai lagi aksi terselubungnya. Kali ini berhasil membalikkan kertas tersebut. Saat hendak dilihat .... Alamaaak jawaban dari langit turun pula kau kepadaku, mendesis dalam hatinya. Hal pertama yang ia lakukan adalah mencocokan satu soal yang diyakini benar seratus persen jawabannya. Mata Kemal melirik soal nomor 25. Terdapat soal brisep-trisep. Hatinya sangat yakin bahwa jawabannya adalah yang ‘b’. Kemudian ia melongok ke arah kunci jawaban. Ternyata, didapati pula kunci jawaban nomor 25 is true ‘b’. Tanpa pikir panjang dan membabi buta disalin semua kunci jawaban yang ada di kertas kecil itu ke dalam lembar jawabannya. Seakan yakin semua jawabannya adalah benar, sebab satu soal dicek benar. Langsung saja Kemal menghitamkan seluruh titik-titik semu yang ada di lembar jawabannya. Bel panjang tanda ujian telah berakhir .. “Alhamdulillahirabbil alamin ...” se-lafadz hamdalah diucapkan hikmat dari mulut Kemal. Bunyi lonceng ciri khas sekokah pun terdengar, “Treeeeng treeeng treeeng” tanda kegiatan di sekolah berakhir. Sebelum anak-anak keluar dari ruangan, ketua kelas Rizal dan panglima Alay merencanakan sesuatu. Terlihat mereka berdiskusi di sudut ruangan. Yupss ..! benar saja. Sesaat anak-anak XII IA 2 ingin keluar dari ruangan panglima Alay segera menahan langkah kaki mereka semua. “Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh ... Kawan-kawan tercinta, tak terasa Ujian Nasional telah kita lewati bersama-sama. Susah-susahan sudah kita lewati bersama saat persiapan belajar sebelum ujian ini dimulai. Alangkah baiknya jika 89
pada kesempatan kali ini, sebelum kita semua meninggalkan ruangan ini. Mari sama-sama kita tutup dengan sepucuk doa. Semoga saja kita akan mendapatkan hasil yang sempurna, walaupun sebenarnya tidak ada yang sempurna kecuali Tuhan Yang Maha Esa. Marilah bersama-sama kita mengharap padanya yang terbaik .... Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing dipersilahkan ......... Amin Ya Rabbal alamin. Selesai” sahut Rizal dengan pidatonya melanjutkan langkah Alay. Seisi makhluk XII IA 2 kini tersenyum lega, tertawa, berlari, dan berloncat-loncatan kegirangan. Inikah yang dinamakan kemenangan?, segenap pertanyaan di dalam dada Kemal. Namun, ia tak mempedulikan hal tersebut. Segera ia hanyut bersama euforia kawan-kawannya. “Hari ini kita pestaaaaa !!!” teriak Kemal kegirangan.
menakutkan buat Kemal sudah pergi. Kini ia bisa menghela nafas sejenak. Walapun ada sedikit perasaan mengganjal dalam dirinya mengenai Ujian Nasional ini. Yaitu, hasilnya kan belum ketahuan. “Kalau tidak lulus gimana?” mungkin itu adalah beberapa pertanyaan yang mencuak dalam diri Kemal. Tetapi .... yaaa namanya juga Kemal. Menurutnya easy going saja lah, apa pun hasilnya harus diterima. Hasil mencerminkan proses. Menurut Kemal selama ini ia sudah berusaha belajar semaksimal mungkin. Jadi ia tinggal menunggu saja apapun itu hasilnya.
Nuansa kegembiraan di hari ini terus terbawa sampai Kemal tiba di rumah. Saat ia masuk ke dalam rumah. Terlihat bu Eki dan Rinda sedang asyik di meja makan. Kemal masuk dengan tingkahnya seperti anak kecil, kegirangan, senyum-senyum sendiri langsung menaiki tangga di dekat meja makan itu menuju kamar tercintanya. Bu Eki dan Rinda hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Wis kentir kakakmu iku Rin” sahut bu Eki ke Rinda sambil tersenyum melanjutkan santap siangnya. “Hehehe ... iya buu ...” lanjut Rinda tak kuat menahan tawa melihat tingkah kakak laki-lakinya itu. Ujian Nasional benar-benar sudah berakhir. Momok yang 90
91
PELARIAN KEMAL
Seiring
kepergian Ujian Nasional, beban Kemal sebagai pelajar kian berkurang. Sudah tidak ada kegiatan aktif belajar lagi di sekolah. Melihat banyak sekali waktu luang yang terbuang begitu saja, Kemal berinisiatif untuk mengikuti kelas seni rupa di salah satu sanggar dekat rumahnya. Sanggar Seni Art Studio, menjadi tempat menimba ilmu bagi Kemal untuk beberapa waktu ke depan. Walaupun hampir semua siswa-siswi di kelas seni itu anak-anak balita, Kemal tetap tidak malu untuk belajar di tempat tersebut. Bagi Kemal tidak masalah belajar dimanapun. Bahkan belajar di sebuah rutan bersama seorang napi pun syah syah saja, baginya. Asal pelajaran positif yang berguna untuk kehidupan semua orang. Tidak selamanya seorang napi mengajarkan tentang keburukan. Tergantung bagaimana kita menyikapi hal itu, keburukan pun bisa menjadi hal yang positif jika kita peka dalam menyikapinya. Pertemuan pertama di kelas ini Kemal diperintahkan untuk membuat gambar apapun. Rupanya pak Said selaku tutor ingin melihat seberapa jauh tangan Kemal membentuk rupa pada sebuah bidang dua dimensi. “Ah elah ini mah gampang,.... gue udah mahir hal beginian!� ucap dalam hati Kemal merasa over confidence Setelah waktu dua jam yang diberikan pak Said berlalu, gambar yang dihasilkan Kemal pun mendapat kesempatan untuk dinilai pak Said. Lagi-lagi tampak dengan jelas gambar perahu 92
yang dihasilkan Kemal. Sebenarnya pak Said tidak mempedulikan bentuk apa yang digambar Kemal. Di sini pak Said hanya ingin melihat seberapa luwes teknik sketsa Kemal. Setelah dianalisis, ternyata karakter garis yang dimiliki Kemal memiliki potensi sebagai ilustrator gambar bentuk bangunan. Kemal memiliki karakter garis yang tegas, menurut pak Said. Karakter garis yang tegas ini sangat cocok untuk mensketsa bangunan dengan karakter solidnya. Mendapati hasil tesnya sedemikian rupa, pak Said mengarahkan Kemal untuk dapat menjadi ilustrator bangunan-bangunan bersejarah. Terlebih jika Kemal memiliki kemampuan mendesain rancangan bangunan, pak Said akan mengarahkan Kemal menjadi seorang Arsitek. Kemal semakin antusias dengan kelas seni rupanya ini bersama pak Said. Kali ini ia belajar bangun geometri kubus sebagai dasar bentuk-bentuk benda tiga dimensi apapun yang ada di dunia ini. Dari sebongkah kubus ternyata dapat dibuat bentuk tabung, kerucut, limas, dan bangun tiga dimensi lainnya. Proses selanjutnya, dari berbagai bangun-bangun tiga dimensi dapat dibentuk sebuah objek apapun, misalnya bangku, kursi, rumah, gedung, mobil, apapun. Kemal sangat terkejut dengan ilmu yang baru ia serap itu. Sesegara mungkin ia mempraktekkan ilmu barunya untuk membentuk sebuah objek. Sreset...sreset..sreset .... satu jam sudah berlalu mulai tampak sebuah objek dari kertas yang telah ia sket-sket kasar. Jeng.. 93
jeng... sebuah perahu kembali digambar oleh Kemal, lagi dan lagi. Kali ini pak Said mulai penasaran, “Kenapa ya ini anak kalau setiap disuruh membuat gambar bentuk selalu perahu yang menjadi objek?” pak Said bertanya-tanya dalam hati. “Kemal saya perhatikan kamu ini sering sekali membuat gambar perahu.... Kenapa ya kalau boleh saya tahu??” tanya pak Said dengan penasaran.
titik hilang. Kemal dibebaskan untuk mengambil spot manapun di stasiun. Penekanan yang diberikan pak Said adalah kata “Menggambarkan” bukan “menggambar”. Sebelum mengeksekusi tugas, ia berdiskusi terlebih dahulu dengan pak Said mengenai perbedaan arti kata “menggambarkan” dan “menggambar”?
“Ah .. enggak.. engga kenapa-kenapa kok pak... kepengen aja hehe...” jawab Kemal mencoba berdalih.
Bagi pak Said, dengan waktu satu bulan yang sudah didapatkan, niscaya Kemal sudah memahami perbedaan dua kata yang mirip itu. Pak Said memberikan contoh objek still life buah-buahan yang diletakkan diatas meja dan sebuah foto buah-buahan. Lalu, pak Said bertanya.
“Oalah begitu....” ucap pak Said sambil menggerakkan kacamatanya naik-turun. Sepertinya pak Said menilai salah satu muridnya itu cukup aneh.
“Apa bedanya yang kamu rasakan ketika menggambar buah-buahan itu secara langsung dengan menggambarnya melalui sebuah foto?” tanya pak Said.
Perlahan kemampuan menggambar yang dimiliki Kemal kian meningkat. Step by step, dipelajari dengan hikmat program pembelajaran yang diberikan pak Said. Mulai dari pelajaran menarik garis dengan stabil, eksplorasi rendering menggunakan pensil warna, marker, soft pastel, cat air, sampai cat minyak.
Kemal diam, menatap tajam buah-buahan yang ada di atas meja dan buah-buahan yang ada di dalam foto. Ia perhatikan buah-buahan yang berada di atas meja tampak begitu segar, kulitnya berair, selain itu pantulan cahaya benar-benar membuat buah pisang yang terpajang itu terlihat sangat segar. Kemudian ia pandangi lagi karakteristik masing-masing buah, ia melihat buah pisang begitu berkilaunya dengan karakter kulit yang halus. Berbeda dengan buah salak yang justru bergerigi dan kasar. Namun saat melihat gambar buah-buahan pada foto, tidak tampak unsur-unsur seperti itu. Semua terasa flat saja
Menurut pak Said sebagai seorang seniman harus bisa menguasai semua media yang ada. Ya memang tidak langsung bisa, ada tahapannya dulu ... ungkap pak Said. Bagusnya Kemal menikmati proses pembelajaran di sanggar, dan tidak terburu-buru. Jadi lebih mantep yang didapat .... ungkap pak Said. Sudah hampir satu bulan Kemal berguru di sanggar milik pak Said. Kali ini ia mendapat tugas untuk menggambarkan sketsa gedung stasiun jakarta kota menggunakan teknik perspektif satu 94
“Oh .. iyaaa” kemudian Kemal mengangguk dan tersenyum. “Okeee ... hehehe sepertinya kamu sudah tau!” pak Said tertawa melihat Kemal. 95
“Tapi kali ini ada sedikit perbedaan! Kali ini objek yang kamu gambarkan adalah sebuah bangunan!” ucap pak Said memandangi Kemal.
kan membuat kombinasi arsir untuk memberi tone, dan mempertegas pencahayaan. Lalu, diakhir bagian mulai melakukan rendering dengan cat air. Artwork project dari pak Said pun beres!
“Suatu objek dapat dikatakan bangunan apabila terdapat aktivitas manusianya. Kamu rasakan suasananya. Tangkap suasananya terlebih dahulu! Observasi lagi aktivitas apa yang ada di stasiun! Jangan lupa, hal terpenting dalam sketsa bangunan adalah proporsi, skala, dan radial! Ingat!” lanjut pak Said memberi saran.
“Hmm udah ah selesai!” ucap Kemal memandangi karyanya itu. Musuh ketika menggambar memanglah diri sendiri. Setelah letih menggambar biasanya kita merasa cukup dengan apa yang sudah digambarkan. Ahh udah mirip nih udah aah...Padahal masih bisa dikoreksi lagi, diberi pendetailan agar gambar semakin hidup. Namun ... ya itu lah manusia... seperti dalam petuah agama bahwa musuh terbesar dalam hidup adalah melawan diri sendiri. Melawan hawa nafsu sendiri. Sering kita kalah melawan ego kita masing-masing.
“Baiklah pak! Terimakasih!” jawab Kemal, kemudian mengulurkan tangan dan menjabat tangan pak Said. Kemal pamit kepada pak Said dan bergegas menuju stasiun Jakarta Kota. Di statsiun ..... “Haduh mana ya spot yang baguus??” tanya hati Kemal memandangi sekeliling bangunan stasiun Jakarta kota. “Oh iya inget prinsip one point perspective aja. Garis yang sejajar akan menuju satu titik lenyap. Bisa menggambarkan suatu objek yang terkesan mempunyai jarak jauuuh banget” Kemal berbicara dalam hati. Sejauh mata memandang, ia melihat bagian peron tempat menunggu kereta menjadi spot yang sangat cocok untuk digambarkan. Rel kereta yang terkesan semakin mengecil dan menjauh sangat cocok untuk digambarkan dalam gambar perspektif satu titik hilang. Pelan-pelan Kemal mulai membuat sketsa tipis menggunakan pensil berkode b guna membuat proporsi yang pas. Dilanjut96
Dengan badan yang sudah lelah, Kemal pun merapihkan alat-alat gambarnya dan bergegas kembali ke sanggar. Di Sanggar pak Said .... Pak Said memandang serius karya yang dihasilkan Kemal. Kurang lebih sepuluh menit pak Said berdiam diri memandangi gambar Kemal penuh konsentrasi. Tiba-tiba ... “Kemal ... saya perhatikan kamu sudah menerima pelajaran dari saya dengan baik!” “Kamu memiliki potensi untuk bisa menjadi seorang seniman! Saran saya jangan pernah berhenti menggambar! Kualitas gambar yang baik dibentuk dari intensitas seringnya latihan! Menegerti?” lanjut pak Said menatap Kemal serius. “Baik .. mengerti pak” Kemal mengangguk. 97
“Baiklah saya kira program pembelajaran ini sudah cukup. Selebihnya kamu bisa berlatih sendiri. Sering-sering main ke pameran-pameran. Dari situ kamu akan mendapat banyak pelajaran!” sahut pak Said. “Baik-baik pak! ..... Terimakasih ya pak atas pembelajarannya selama ini!” ucap Kemal, dan memberikan jabat tangan kepada pak Said. “Ingat pesan saya! Jangan berhenti menggambar!” pak Said mengingatkan Kemal. Kemal mengangguk dan berjalan meninggalkan sanggar penuh dengan rasa percaya diri. “Terimakasih pak Said, terimakasih Sanggar Seni Art Studio!” ucap pelan Kemal memandangi baliho yang terpampang di depan sanggar.
DILEMA Mengingat kembali sepucuk pesan singkat elektronik .... Kemal Pangestu Nugroho selamat Anda adalah salah satu peserta yang lolos ujian tulis beasiswa pasiad. Untuk tahap selanjutnya akan ada tes wawancara di gedung pasiad pada hari jumat minggu depan.-Pak boy, Humas Pasiad Depok.Kemal melihat layar buram hape butut miliknya. Sepasang kaki terlihat melangkah berani, menggertak aspal panas jalan protokol. Dadanya membusung, kepalanya tertegak. Tak goyah tekadnya walau disengat teriknya matahari di Jalan Margonda. Sepasang lesung pipit elok tercermin kepada security, penjaga, dan orang-orang yang berada di hadapannya. Langkahnya mengarah lurus ke suatu meja berisikan petugas cantik berpakaian batik. “Maaf bu, untuk peserta ujian wawancara ke ruangan sebelah mana ya?” tanya Kemal. “Oh iya, silahkan tunggu di lounge nak” Kemal melangkah ke arah bangku-bangku panjang yang berjajar rapih. Oke, sebentar lagi perjuanganku akan dimulai, batinnya menggebu-gebu. Kemal menunggu santai di sepanjang lounge seperti koridor di gedung itu. Sepi sekali ya, hatinya bertanya-tanya. Rupanya Kemal datang terlalu pagi. Mungkin ia terlalu bersemangat. Tetapi seperti biasa, sebagai orang yang easy going ia hanya santai. Santai berarti tidak mempersiapkan apapun. Tidak
98
99
mempersiapkan apakah yang akan ditanyakan nanti saat wawancara. Apakah wawancara tersebut menggunakan bahasa indonesia, inggris, atau bahkan turki?. Dalam batinnya hanya cuek. Yah apapun itu, katanya. Seperti prinsip yang telah ia pegang selama ini. Setiap wawancara yang dibutuhkan itu santai. Kalau perlu ajak bercanda orang yang mewawancarainya. Selama ini Kemal selalu sukses dalam sesi wawancara. Baik ketika interview itu berlangsung menggunakan bahasa indonesia, atau inggris, ia tetap berhasil melaluinya dengan baik. Yaaa ... walaupun Bahasa Inggrisnya Cuma bisa, ‘yes, no, of course, exactly, certainly i will do, etc’. Tetapi inner beauty-nya selalu berhasil meyakinkan pewawancara yang mewawancarainya. Maka dari itu, untuk sesi wawancara kali ini Kemal hanya menyikapi santai sembari bercermin merapihkan rambut ikalnya di lounge tersebut. Ketika sedang asyik memainkan rambut ikalnya, ada sekepalan tangan yang agak buntel menepuk bahu tipisnya Kemal. “Bruuuk ...” seperti suara babon menimpa triplek.
“Oh ..” Mereka berdua kemudian duduk di bangku panjang yang terlihat sepi. Seperti biasa jika laki-laki sudah bertemu, maka mereka akan berbicara teruuus. Ternyata teori bahwa cewek itu tukang ngegosip itu salah ya. Yang lebih tepat adalah cowok yang tukang gosip. Ada bahan perbincangan sedikit aja, langsung nyerocos kaya kontes burung kicau. “Jadi dari sekian orang yang ikut tes kemaren, Cuma 10 yang ngikut wawancara man?” “Nggak tau juga sih, ya tapi kabar burungnya gitu” “Abis ini seru nih mal, yang lolos sesi wawancara bisa ikut ngecamp di Semarang” “Serius lu?” “Iyaaa ...” “Oh”
“Udah ada yang mulai belum wawancaranya?” tanya Fir-
Mereka berdua kembali melanjutkan aktivitas ngegosipnya. Apaan si yang digosipin? Bikin kepo deh!.Ya seperti biasa, layaknya laki-laki normal paling mereka menggosip akan wanita dan sedikit berfantasi di sana. Kan kaya apa yang dibilang sama om Sigmund Freud. Cari deh quotesnya doi tentang pikiran seorang cowok. Jadi ga kepo kan ...
“Belum ada, gue yang paling pertama dateng ke sini. Kata mbak-mbak resepsionisnya suruh tunggu di sini aja dulu”
Tanpa terasa mulut mereka semakin lelah merocos melulu. Bahkan burung anis yang sedang kontes disebelah pun menyudahkan kicauannya. Terlebih, bung Towel dan bung Ahay pun sudah
“Astagfirulloh ....!” Kemal terkaget. Ketika menoleh ke belakang, “Yah elu man! Gue kira buah nangka jatoh di pundak gue!” refleks Kemal. man.
100
101
selesai berkicaunya. Tanpa mereka sadari pula, bangku lounge telah penuh berisikan peserta-peserta yang lain. Mbak-mbak resepsionis yang semula sibuk di meja kerjanya kini datang menghampiri para peserta. Kemudian ia memaparkan beberapa penjelasan sebelum melakukan sesi wawancara. Jadi peserta nantinya akan dipanggil satu per-satu ke dalam ruangan. Ada tiga ruangan yang dipergunakan. Setiap peserta hanya kebagian satu. Sehabis itu peserta boleh meninggalkan gedung, atau jika masih ingin bertanya-tanya silahkan menuju resepsionis. Nantinya pengumuman siapa yang lolos ke tahap berikutnya akan diberikan melalui telepon langsung dari Ketua panitia. Kurang lebih begitu lah yang dipaparkan mbak-mbak resepsionis cantik berbatik. “Ya tiga peserta pertama Arif, Miranti, Putri silahkan masuk ke ruang 201,205,207. Yang lain silahkan menunggu giliran” perintah mba-mba berbaju batik. Firman dan Kemal lantas duduk kembali di persinggahannya. “Berapa menit ya man?” ujar Kemal. “Ga tau nih kita liat aja nanti” “Ah nanti siang gue ada janji lagi sama Rini” “Oh..” kembali Firman mengeluarkan oh andalannya. “Merhaba .... merhaba ... merhaba” berulang kali Firman mengeluarkan kata-kata itu. “Kenape sih lo man?!” Kemal jengkel telinganya pengang mendengar perkataan Firman barusan.
102
“nggak kenapa-kenapa .. Gue lagi praktekin perkenalan bahasa turki aja” jawab santai Firman. “Tau dari mana lu? Tukang kebab?!” sinis Kemal. “Abis googling dong Ah ..!” kemudian Firman melanjutkan obrolannya, “Barusan gue abis googling di yahoo” nada datar. Setelah satu menit kemudian Kemal bereaksi. “Kayanya kuping gue ngedengerin sesuatu yang janggal deh!” ujar Kemal. “Aneh apaan?” jawab santai ala Firman “Coba deh lu ulangin kalimat terakhir lu!” Firman mengeluarkan jurus andalannya ..... “Oh!” “Bukaaaaan!, Yang paling akhir tadi!” Kemal geregetan. “Ooh!” kemudian Firman melanjutkan lagi, “Barusan gue abis googling di yahoo” ujarnya santai. “Naaah itu! Googling di yahoo?, gimana cara??” Kemal sewot memandang heran wajah Firman. “Jadi gini nih, gue ke yahoo.com dulu. Abis itu gue cari google. Naah abis itu baru gue cari percakapan sederhana bahasa turki. Eh ketemu deh ... merhaba merhaba gitu” santai Firman memaparkan penjelasannya. Wajah Kemal menjadi pucat seperti sedang menahan pup. “Kantong kresek mana kantong kresek? Gue mau ketawa!!” ujarnya heboh sekali, membuat para peserta yang lain menatap sinis Kemal. 103
“Udah maklumin aja ... temen gue emang rada-rada begitu” ujar Firman ke peserta yang lain. Kemal makin memandang sinis teman satu sekolahnya itu. Sedang abis menjayus ria, tiba-tiba nama Firman dipanggil bersama dua peserta lainnya. Sekarang giliran Firman yang diaudisi. Eh salah, diwawancarai maksudnya. Kemal yang tadinya ada teman yang bisa diajak ngobrol, kini kesepian. Ia hanya duduk di bangku singgah sananya sembari sesekali bersiul-siul ria. Untuk mengusir kebosanannya sesekali ia melihat-lihat lukisan dinding yang ada di sepanjang lounge. Ternyata berisi gambar-gambar bangunan yang ada di turki. Seperti beberapa masjid, taman-taman kota, dan pemandangan alam seperti sengkedan tetapi gersang dan ada beberapa pancuran air. Kemal menatap aneh lukisan tersebut. Yaa karena memang Kemal sama sekali tidak mengetahui apa gambar yang ada di hadapannya. Pengetahuannya tentang negara turki sangat rendah saat itu. Yang ia ketahui hanya ‘Rustu recber, Emre, dan Semih Sentruk’. Ya mereka merupakan pesepakbola WE asal turki jaman Kemal SD. Saat sedang asyik berjalan-jalan memandangi lukisan dinding. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Rupanya Kemal terhenti di depan tepat lukisan dengan gambar seorang laki-laki dewasa dengan perempuan matang sedang berlari-larian bersama seorang anak perempuan kecil, berusia sekitar 5 tahun di taman dengan burung-burung merpati beterbangan sebagai latarnya, ciri khas benua biru. Otak standardnya mulai berimajinasi. Ia menghayal bahwa nanti yang berada di dalam lukisan itu adalah dirinya bersama Rini 104
sedang berjalan-jalan ria bersama buah hatinya tercinta.“Empat tahun lulus bareng” ujar Kemal sambil tersenyum-senyum memandangi lukisan dinding. Kembali ia menghayal pergi ke Turki bersama Rini. Mereka berada di kota Istanbul. Karena yang diketahui Kemal hanya Istanbul. Bahkan ia belum mengetahui bahwa ibu kota Turki adalah Ankara, bukan Istanbul. Kemal membayangkan mereka berada di Universitas yang sama. Jalan-jalan di kawasan kampus. Membeli kebab dan memakannya bersama di taman. Terus selama 4 tahun di Turki begitu. Yuups ...! Harap dimaklumkan Kemal belum berpikir panjang kala itu. Kemudian ia wisuda bersama Rini. Mereka berdua langsung bekerja di negeri dua benua tersebut. Lalu setelah mempunyai uang yang cukup mereka berbulan madu keliling Eropa. Mulai dari Istanbul, bergerak ke Bulgaria, menanjak ke Swiss, meluncur ke Wiena, dan terbang ke Paris, lalu diakhiri menyebrang ke London. Saat sedang asyik menghayal, kembali ada segenggaman tangan yang menpuk bahu tipisnya. Tapi kali ini lebih lembut. Ternyata mbak-mbak resepsionis menyadarkan Kemal dari imajinasi panjangnya. Kali ini giliran Kemal yang memasuki ruangan wawancara. “Ah si embaa ganggu imajinasi saya aja niiiiih!” Kemal berbisik dalam hati sambil memandang sinis mbak-mbak resepsionis. Di dalam ruangan 205 ... “Ya silahkan masuk .. Jangan lupa ditutup kembali pintunya!” sambut bapak-bapak muda berukuran tubuh doraemon, dan berkacamata. 105
“Iya pak makasih ..” lalu Kemal duduk di kursi beralas busa nan empuk, berwarna hitam.
“Mal kamu punya pacar nggak? ... Jawab jujur yah!” tanya pak Boy rada serius.
“Kemal Pangestu Nugrohoo ... Apa kabar?” sambil mengulurkan tangan.
“Saya pak Boy, yang kemarin SMS kamu” sambil tertawa
Mati gue, jujur ga ya, aduh kalo jujur entar gue didiskualifikasi lagi, otaknya mulai berpikir negatif. Terlihat beberapa aliran air keringat mengalir melewati keningnya. Tak jarang ia pun mengelus-elus rambut ikalnya. Wajah Kemal sangat bingung apakah ia ingin menjawab jujur atau bohong atas pertanyaan yang satu ini.
“Oh iya pak saya tau”
“Kemaal kenapa melamun ... monggo dijawab pertanyaannya” tanya kembali pak Boy mengingatkan Kemal.
“Iya baik-baik pak” menyambut uluran hangat bapak-bapak berkacamata itu. renyah.
“Kemaal, kenapa kamu mau ke Turki? Apa yang kamu ketahui tentang Turki?” tanya pak Boy sambil tersenyum. “Bisa jalan-jalan gratis ke Eropa pak .... Saya tau tentang Istanbul. Dulu Liverpool pernah juara Champions di situ pak” jawab lugu Kemal. Lantas pak Boy tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban dari mulut Kemal. Kemal pun merasa malu, hingga berpikir kenapa gue bisa jawab gitu? Refleks euy .. Kemudian seperti wawancara pada umumnya pak Boy menanya-nanyakan tentang identitas Kemal, hobinya apa, cita-citanya apa, ada pengalaman berorganisasi nggak. Ya begitu lah “standard quisioner” katanya. Namun saat akan Kemal memperkirakan sesi wawancara ini berakhir, pak Boy memberi pertanyaan pamungkas. Yaelah nanya mulu nih orang, sontak batinnya bergejolak. 106
“Sa .. sa .. saya nggak punya pacar pak” jawab Kemal dengan terpaksa harus berbohong. Walaupun dalam batinnya ia ingin berkata jujur. Namun Kemal takut gagal dalam tes wawancara ini jika ia jujur. “Yang bener kamu? Serius nih?” tanya kembali pak Boy. “Iya benar pak saya nggak punya pacar. Kalau boleh saya tau memangnya kenapa ya pak?” “Jadi begini Kemal ...” pak Boy menarik nafas panjang, lalu kemudian melanjutkan perbincangannya. “Jika kamu memiliki pacar, lalu kemudian pacarmu itu tidak siap dengan keberangkatanmu ke Turki. Apakah itu tidak akan menjadi masalah bagimu?” serius pak Boy memberi penjelasan yang membuat Kemal berpikir panjang. “Oh begitu .... iya iya saya mengerti pak. Maka dari itu saya nggak pacaran takut ribet seperti itu ..” ujarnya mencoba berdalih. 107
“Yasudah mal .. hal seperti itu tolong dipikirkan lagi. Biasanya faktor non-teknis seperti itu yang akan menjadi kendala bagi seorang pelajar yang hendak ke luar negeri nantinya” pakBoy menatap sebuah bingkai kecil di mejanya, kemudian ia melanjutkan lagi pembicaraannya. “Karena jika kamu sudah di sana, hampir tidak mungkin kamu akan kembali sebelum lulus. Coba kamu bayangkan lagi berapa ongkos pulang pergi sini-sana? Belum lagi mengurus berkas-berkasnya?” sejenak pak Boy menghela nafas. Kemal masih terdiam menyimak. “Iya saya mengerti pak!” tegas dari mulut Kemal. Walaupun hatinya masih bimbang memikirkan Rini. “Yasudah cukup sesi wawancaranya ... Habis ini akan diumumkan siapa saja yang lolos ke tahap selanjutnya. Nanti bagi yang lolos akan diadakan pelatihan bahasa Turki di Semarang. Tepatnya di Semesta. Tunggu saja kabar berikutnya dari saya. Terimakasih” kemudian pak Boy memberikan jabat tangannya sembari tertawa garing. Kemudian Kemal keluar dari ruangan dengan perasaan yang amat sangat campur aduk. Yuups ...! benar saja Kemal agak menyesal karena tadi ia telah berbohong. Sekarang kebohongannya itu seakan menjadi boomerang untuk dirinya. Ia merasa bersalah dengan pak Boy, begitu pun dengan kekasihnya, Rini.
Layar ponsel buramnya menunjukan pukul 13.00. Segera ia mengetik beberapa kalimat pendek yang hendak dituju kepada kekasih tercinta, Rini. To Rini : Hai Rin udah siap belum ..................... Kemal menunggu ................... 5 menit kemudian
balasan
dari
Rini
From Rini : Udah kok mal, sekarang kamu ke rumah aku ya Bergegaslah Kemal menyela motor bututnya dan melancong ke rumah Rini. Asap metromini bak fooging di pos yandu tak jarang menerpa wajah langsat Kemal. Begitupun dengan sengatan si pusat tata surya kala itu begitu tak akrabnya dengan kulit Kemal. Dalam hatinya berkata, bagaimana orang yang sedang di padang Arafah ya?. Namun karena ia sudah berjanji ingin menjumpai Rini, tak gentar terus menerobos berbagai rintangan sepanjang Jalan Margonda. Setelah melewati beberapa titik traffic lamp dan segelintir tikungan, akhirnya Kemal tiba di depan rumah Rini tercinta. Saat berteriak memanggil “Riniiii...”. Ternyata Rini sudah siap dibalik pintu dan datang menghampiri Kemal. “Hai mal gimana tadi wawancaranya?”. Kemal yang terlihat haus karena perjalanan tadi berusaha mengalihkan pembicaraan. “Yaudah nanti aja sekalian aku ceritain. Mending sekarang kamu naik aja terus kita ke kafe mana gitu, aku terkena haus bandel!” Rini yang melihat leher Kemal mengalir banyak keringat
108
109
pun kasihan, “Yaudah kita berangkat ... aku mah ngikut aja” Sepeda motor Kemal membawa Rini pada ruas jalan yang lebih sempit dari pada Jalan Margonda tadi. Akan tetapi, pepohonan yang lebih rindang terlihat jelas sepanjang jalan protokol itu. Tak jarang terpaan angin yang lebih segar menampar halus wajah mereka berdua. Ditengok oleh Rini ke sebelah kanannya terdapat kebun raya nasional.Menikmati segarnya udara di tempat itu, sesekali Kemal menunjukkan suara ajaibnya kepada Rini. I love you but its not so easy To make you here with me I wanna touch and hold you forever But you’re still in my dream And i can’t stand to wait your love is coming to my life But i still have a time to break a silence
When you love someone just be brave to say That you want him to be with you When you hold your love dont ever let him go Or you will loose your chance to make your dream come true ...... Sepenggal lagu Endan and Resa dinyanyikan Kemal seperti memberi kode-kode terselubung kepada Rini. Akan tetapi, Rini yang tidak menyukai suara ajaibnya Kemal meneriakinya dan 110
menyuruh Kemal untuk diam. Maklum bukan hanya Rini yang tidak menyukai suara emas pacarnya itu. Melainkan Miranda, yang sudah khatam dengan suara-suara ajaib dari mulut Kemal, tak jarang mendadak mual ketika Kemal mulai menembang di kelas. Belakangan ini mulai terungkap bahwa Kemal terobsesi untuk menjadi seorang penyanyi berkelas internasional. Namun ... yah seakan Kemal tidak pernah bercermin akan suara ajaibnya itu. “Mal mau kemana sih sebenarnya?” “Liat aja nanti .... Bentar lagi sampe nih” Tak lama kemudian sepeda motornya terhenti di sebuah tempat dengan banyak gasibu tersusun rapih tampak dari kejauhan. “Yuk turun!” ajak Kemal. Kemudian mereka menuju salah satu meja yang letaknya di dalam. Mereka duduk di meja yang terletak di sudut ruangan dengan sepasang jendela kuno menjadi latar. Ketika menengok keluar, maka akan didapati pemandangan jalan protokol yang khas. Melongok ke semua arah di ruangan tersebut, menurut Kemal ruangan ini cukup dekoratif. Kemudian datang sesosok pria dengan jas rapihnya menawarkan sejumlah menu minuman menyegarkan. Lalu, Kemal memesan dua buah pancake durian dan dua buah es durian. Pria tersebut segera melayani pesanannya itu. Terlihat Kemal dan Rini hanyut menikmati suasana di ruangan itu. Beberapa waktu kemudian pesanan nampak disajikan rapih di atas meja kayu coklat kinclong. Suap demi suap dinikmati oleh Kemal dan Rini dua menu pesanannya itu. Menyadari Rini telah hanyut ke dalam suasana, Kemal memulai pembicaraan yang agak serius. 111
“Kaya lagu yang aku nyanyiin tadi di jalan. Sebenarnya kamu serius sama aku nggak Rin?” “Uhuk uhuk ..” Rini tersedak dan menghentikan suapannya. “Maksudnya mal?” Rini balik bertanya. “Iya sebenarnya kamu menganggap serius nggak hubungan kita ini? Udah saatnya kita ngomongin hal ini!” Kemal menatap Rini begitu tajam. Lalu, Rini bungkam. “Hmm .. aku selalu ga bisa jawab pertanyaan ini mal. Aku ga bisa ngeliat ke depan ... Tapi kalau kamu tanya aku sayang sama kamu apa enggak? Aku pasti jawab sayang ..... Aku udah merasa memiliki kamu maal .... Aku ga mau kehilangan kamu. Aku .... aku suka rindu kalau aku ga ngeliat kamu satu hari aja ...” jawab Rini menyesakkan dada. Kini Kemal yang bungkam. Ia hanya bisa mengusap rambut dengan kedua tangannya persis seperti orang depresi. “Kalau aku jadi pergi ke Turki gimana Rin?” tanya Kemal pelan. “Enggak .. nggak mal. Kamu ga akan ke Turki. I still need you ...” “Tapi riiin” tiba-tiba Rini memotong pembicaraan Kemal, “Udah ah mal gausah dilanjutin perbincaraan ini. Aku ga mau sedih-sedihan sekarang. Ikutin aja alurnya gimana. Kita sama-sama ga bisa ngeliat ke depan!”
Rini terlebih dahulu memotong pembicaraan tesebut. Kemudian, Kemal terdiam dengan memorinya yang menyimpan tajam perkataan terakhir Rini, “Kita sama-sama ga bisa ngeliat ke depan!”. Seakan perkataan tersebut terus terbelenggu dalam benak hati dan pikirannya. Akhirnya mereka menyegerakan untuk menghabisi apa yang telah disajikan di atas meja makan. Kemudian mereka hendak pergi kembali ke rumah masing-masing. Kemal mengantarkan Rini terlebih dahulu. Berjalan dengan kecepatan penuh, Kemal tiba di depan rumah Rini. Saat Rini akan menutup pintu rumahnya, hati Kemal tertunduk menyikapi bahwa ada sesuatu yang mengganjal. Hatinya tertampar karena ia belum jujur atas apa yang terjadi dengan test beasiswanya, terlebih jika ia jadi berangkat. Akan tetapi, di lain sisi hatinya tak kuat melihat Rini atas apa yang telah dipaparkan Rini di kafe tadi. Seakan ia tak ingin pergi meninggalkan Rini. “Tapi Rin, aku mau nanya ... Cowo yang lagi itu kepergok Miranda jalan sama kamu siapa yaa?” Kemal berteriak. “Ngiik... praaaak” terdengar Rini membanting pintu. Sudah tertutup. Pintu rumah Rini sudah tertutup, tapi pintu hati Rini? Hanya waktu yang tau.
Padahal Kemal ingin mengungkapkan bahwa jika ia lolos dalam seleksi beasiswanya itu, kemungkinan Kemal akan memutuskan hubungan mereka demi kebaikan masing-masing. Tetapi 112
113
THE OLD GENG
Setelah
UN berakhir kehidupan di sekolah benar-benar menjadi kehidupan yang paling garing seantero jagat raya. Terutama bagi siswa kelas XII. Bagaimana tidak?? Hampir 70 persen siswa kelas XII jarang datang ke sekolah. Setelah UN, absen ditiadakan. Kegiatan belajar mengajar pun sudah tidak ada bagi siswa kelas XII. Sudah, kelas XII banyak-banyak doa saja abis UN sana!, cetus guru-guru yang berada di sekolah. Sekalinya ada siswa kelas XII yang datang paling siswa-siswi yang memang lagi kangen suasana sekolah aja. Kangen sama lorongnya, kangen sama kantinnya, kangen sama wcnya, kangen sama gurunya (eh emang iya kangen sama gurunya? Guru killer gitu?). Notabene, siswa-siswi kelas XII sedang sibuk dengan kelanjutan hidupnya. Ada yang sibuk dari pagi sampai pagi lagi di tempat bimbel. Buat ngejar snmptn tulis, gitu katanya. Bahkan ada juga yang memang ingin cuti, prei dari dunia sekolah dan ingin merasakan kembali gimana rasanya bangun siang. Begitupun yang terjadi dengan Kemal. Sehabis UN, pekerjaan utamanya hanya tidur, bangun, tidur, bangun, futsal, tidur, bangun, eh kebangun teruus. Sesekali ia berangkat ke sekolah untuk rapat bersama teman-temannya membahas konsep perpisahan nanti mau bagaimana? Ya tapi gak begitu penting lah, ujar Kemal yang paling malas datang ke sekolah, bangun pagi, dan hanya menyempatkan dirinya untuk rapat berjam-jam tapi ga dapet kesimpulan. Baginya lebih baik menyelam di selimut tebalnya yang bermotif lumba-lumba. Akan tetapi menyadari masa depannya yang masih 50:50. 114
Kemal tak lupa juga untuk berangkat bimbel pada siang harinya. Maklum Kemal memang belum ada jaminan keterima kuliah dimana. Kalau tidak tembus tes beasiswa, satu-satunya harapan Kemal adalah snmptn tulis.Itu juga kalau tembus, batinnya berkata-kata. Kalau tidak tembus snmptn yang ada diotaknya adalah mengulang di tahun depan. Karena ia sama sekali tidak menginginkan kuliah di kampus swasta. Ia paling tidak suka jika dibanding-bandingkan dengan sanak saudaranya yang kebanyakan alumnus universitas-universitas negeri ternama di tanah air, bahkan ada juga beberapa yang sukses di luar negeri macam university of stuttgart, sheffield, dll. Seakan mencuri start, Kemal tak mau sampai hal itu benar-benar terjadi. Ketika nantinya ia gagal, dan hanya kuliah di kampus swasta, kemudian bu Eki berkicau membanding-bandingkan dirinya. Menjalani rutinitasnya yang setiap hari bangun siang, mandi, berangkat bimbel, nongkrong di tempat bimbel, kemudian balik ke rumah lagi dan diakhiri dengan tidur. Kemudian esok harinya begitu lagi. Kemal mengalami kebosanan yang amat sangat. Terlebih ia belum mendapatkan pengumuman selanjutnya dari pak Boy. Seakan menambah dilema dirinya. Menyadari kehidupannya yang sudah tidek beres, ia ingin berevolusi dari kehidupannya sekarang. Meras otak, banting tulang, gegulingan, jungkat-jangkit sudah dipikirkannya, namun belum ada satu ide pun yang bermunculan. “Maaal .. assalamualaikum Kemaaal ..� terdengar dari depan pagar rumahnya ada suara laki-laki yang memanggil namanya. “Ah elah si kunyuk ngapain si� ujar Kemal yang sudah ha115
fal betul dengan suara itu. Kemudian Kemal menuju ke depan rumahnya dan membuka pagar rumahnya. “Mau ngapain lo ndre?” “PES yok ah, bosen!” “Ah PES lagi ... bosen!”. Kemal dan Andre diam karena bingung sendiri mau ngapain lagi. “Yaudah masuk aja dulu yok ah ! ngupi ngupi dulu kek” ajak Kemal. Andre yang memang kehabisan ide mau ngapain lagi langsung menerima ajakan Kemal. Lantas mereka duduk di bangku teras dan menikmati kopi yang telah dibuatkan Kemal. Seperti biasa, Andre menginginkan kopi yang manis, sementara Kemal gulanya sedikit. “Mana yang manis?” tanya Andre. “Noh ncing rohimeh kalo pagi-pagi dagang nasi uduk di pengkolan yang manis” sahut Kemal. Lalu mereka berdua tertawa terbahak-bahak.Karena ncing rohimeh merupakan kedai nasi uduk favorit mereka sesaat akan berangkat sekolah waktu kelas X SMA dahulu. Dan ....dandanannya itu boo, kalau lagi dagang bisa-bisa abu vulkanik erupsi gunung berapi bisa kalah tebalnya. Seperti sudah saling mengetahui satu sama lain, Andre dan Kemal memang memiliki ikatan batin yang sangat kompak. Mungkin chemistry itu terbentuk akibat keseharian mereka yang memang sering bersama-sama sedari dulu kala. Tak jarang berbagai macam pihak memanfaatkan kekompa116
kan mereka berdua. Dalam kompetisi futsal antar SMA. Andre dan Kemal selalu menjadi duet tim inti yang tak pernah absen. Kekompakan mereka berdua dimanfaatkan untuk mencetak gol dan memenangkan pertandingan. Belakangan diketahui, ternyata kegiatan memanfaatkan kerjasama mereka memang sudah diberlakukan sejak mereka SMP sedari dulu kala. Dari SMP mereka telah menjuarai berbagai event futsal, sepakbola, atau olahraga beregu lainnya. Akan tetapi bukannya tim futsal atau olahraga beregu lainnya membutuhkan kerjasama tim yang lebih dari dua orang? Apakah cukup hanya kerjasama tim dua orang saja? Tentu saja tidak. Ternyata saat dahulu kala mereka berjaya. Tidak hanya terdapat kerjasama tim mereka berdua saja, melainkan ada empat orang yang memiliki satu ikatan batin termasuk mereka. Ada empat orang pecundang yang tidak ada satu orang pun menghargai keberadaan mereka di dunia ini. Akan tetapi setelah orang-orang mengetahui mereka berempat adalah orang-orang yang spesial. Mereka berempat berbeda dengan orang-orang kebanyakan, dan yang paling penting mereka berempat rada sarap. Mereka berempat adalah Kemal, Andre, Komeng, dan Mansyur. Mereka berempat adalah perkumpulan manusia yang dilebihkan kekuatan ikatan batin diantara mereka. Tidak ada yang mengetahui keajaiban mereka dari mana asalnya. Tau-tau mereka dianugerahi kekuatan supra-natural tersebut. Otaknya selalu mempunyai pikiran yang sama. Singkatnya mereka dipertemukan melalui ekskul favorit mereka di jaman SMP. Yes that was Futsal. Mereka selalu satu tim dalam tim futsal. Pelatih mereka yang membentuk ini semua, kerjasama tim lah yang paling utama. Itu ma117
sukan coach Nyele yang selalu diingat mereka berempat. Alhasil mereka selalu kompak baik di dalam maupun luar lapangan. Akan tetapi takdir lah yang memisahkan mereka. Semenjak lulus SMP mereka terpencar di SMA yang berbeda, bahkan kota, dan bahkan pulau yang berbeda. Hanya Andre dan Kemal yang berada dalam satu sekolah yang sama di SMA. Selebihnya berpisah. Komeng hijrah ke kota sebelah, kota Bandung. Ia melanjutkan sekolah di salah satu SMA swasta kota Bandung. Sementara Mansyur merantau jauh ke negeri Ampera. Ia bersekolah di SMA Atlet di kota pempek itu. Semenjak perpisahan SMP mereka tidak pernah berjumpa lagi. Mereka tidak mengetahui kabar satu sama lain. Hanya Andre dan Kemal yang masih tinggal bersama. Oleh karena itu kekompakan mereka masih ada, belum reda. Kembali ngupi di teras ... Kemal dan Andre yang sama-sama sedang menghayal kisah mereka dahulu, tiba-tiba tersadar berbarengan. “Mau ga kita uji kekompakan kita berempat?” Kemal dan Andre sama-sama bertanya berbarengan. “Cucook deh book cucook!” kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. Berhubung Komeng dan Mansyur sama-sama telah menyelesaikan Ujian Nasional. Andre dan Kemal berinisiatif mengajak mereka kumpul kembali di jakarta. Andre dan Kemal yang akan mengurusnya nanti, tempat penjemputan, pengantaran ke ru118
mah masing-masing, semua Andre dan Kemal yang urus (kecuali ongkos transport). Mengisi kekosongan mereka sehabis UN. Mereka berempat merencanakan sebuah petualangan yang akan menguji kekompakan mereka berempat. Setelah semua operasional telah rampung. Akhirnya mereka berempat terkumpul kembali menjadi satu keluarga utuh nan bahagia. Tanpa basa-basi Komeng yang memang sudah mempunyai ide, memaparkan kepada teman-temannya apa yang akan mereka lakukan nanti. “Kali ini kita akan touring !” Ujar Komeng penuh semangat. “Touring kemana meng?” tanya Mansyur. “Puncak-Bandung” Jelas dari mulut Komeng, kemudian ia menatap semua teman-temannya. “Berapa lama tuh perjalanannya? Pake motor?” tanya Kemal. “Yaialah namanya juga touring ya pake motor!” Andre memotong pembicaraan Kemal. Kemudian Komeng melanjutkan, “Kurang lebih 5 Jam .... Kalem aja sih jalannya gausah buru-buru. Kita nikmatin perjalanannya!”. “Wah 5 jam. Lama juga ya. Kira-kira aman ga tuh perjalanannya?” ujar Mansyur. “Iya apa lagi sekarang lagi musim hujan kan .. apa ga bahaya longsor, dll?” Kemal nimbrung.
119
“Ga tau juga sih gue. Kalo kita solid, yakin, dan bekerjasama kaya dulu sih gue yakin ga akan bahaya” jawab santai Komeng sambil menghidupkan cerutu ajaibnya. Keempat makhluk-makhluk terusir itu diam dan saling menatap satu sama lain. “Gue yakin bisa” sahut Andre , “Gue juga” lanjut Kemal, “Gue juga yakin” giliran Mansyur. Komeng tersenyum menatap ketiga teman gilanya itu. “Touring ..... touring .... touring.....touring!” mereka semua berteriak penuh semangat. Setelah menentukan arah dan tujuan kemana kaki akan menginjakkan langkahnya, mereka pamit dan pulang ke rumah masing-masing. Mereka ingin beristirahat dan mempersiapkan diri untuk perjalanan besok. Terlebih bagi Komeng dan Mansyur yang baru saja menginjakkan kaki mereka di tanah pinggiran Jakarta dimana mereka berasal. It’s time for the mission ... Keesokan paginya mereka tengah berkumpul di depan gerbang sekolahan mereka bersama dahulu kala. Sayangnya mereka tidak masuk ke dalam untuk bernostalgia. Sudah ada missi yang terencanakan di depan mata. Mereka mulai mengecek barang-barang yang dibawa. Tak lupa kondisi setiap kendaraan pun diperiksa. Setelah semuanya beres dan tak ada satu pun yang tertinggal, mereka bergegas melangkahkan besi tua berjalan untuk memulai perjalanan. Posisinya adalah berbaris sejajar dengan Komeng terletak pada barisan paling depan. Karena pada missi kali ini ia bertugas sebagai peta pembimbing perjalanan. 120
Mereka berjalan dengan lambat, mau safety-riding katanya. Yang terpenting kan keselamatan bersama, bukan seberapa cepat sampai ke tempat tujuan. Terus ber-iringan di sisi pinggir sebelah kiri jalan dengan kecepatan tidak melebihi 60 km/jam. Tak jarang sepanjang jalan sentul-gadog mereka dilihat aneh oleh warga sekitar. Mungkin warga yang melihat kebingungan, kok konvoi Cuma 4 orang?. Tetapi mereka berempat terus melanjutkan perjalanan dengan santai dan menikmati perjalanan tersebut. Tak jarang mereka harus melewati tikungan tajam, jalan menanjak, jalan menyempit, jurang di kanan dan kiri jalan, dan lain sebagainya. Jalanan sepanjang Sentul-Gadog memang terkenal agak menyeramkan bagi anak touring pemula. Akan tetapi mereka sangat menikmati perjalanannya itu. Udara sejuk pegunungan seakan mengelus manja wajah-wajah mereka. Terlebih untuk orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan yang padat penduduk seperti Kemal dan Andre. Terlihat mereka berdua menikmati suasananya, perkebunan teh, bukit-bukit hijau, rumah-rumah penduduk yang terlihat sederhana seakan menyegarkan hati dan pikiran mereka.Baru sampai sini saja pemandangannya sudah seindah ini, gimana nanti, hati Kemal berbisik menatap indah pemandangan terbentang sepanjang jalan yang ia lalui. Tiba-tiba Komeng membelokkan motornya ke arah pom bensin berlatar merah dan memberhentikan lajunya. “Guys kita istirahat dulu 10-15 menit di sini. Meregangkan otot-otot yang sedikit tegang sambil menikmati suasana pedesaan” ujar Komeng. “Berapa lama lagi meng?” tanya Kemal. “Belum ada apa-apanya, baru 10 persen” jawab Komeng 121
menatap Kemal. Mereka pun segera menurunkan ransel-ransel ke bawah dan melonggarkan jaket-jaket parasut mereka. Mereka beristirahat di belantaran pom bensin. Mansyur dan Andre ke kamar mandi, ada urusan alam katanya. “Jangan lupa disiram wooiiy!” ujar Kemal meledek kedua sahabatnya. Kemudian Komeng mengarah ke pom untuk mengisi kembali tanki bensinnya yang sudah kosong. Setelah berjalan 15 menit kurang, mereka hendak melanjutkan lagi perjalanannya. “Yok yok lanjut” Ujar Mansyur yang terlihat lebih fresh sehabis dari toilet. “Yook ... sebelum lanjut kita doa dulu yee!” ujar Andre mengingatkan teman-temannya. Seusai memanjatkan doa demi keselamatan mereka bersama, perjalanan pun dilanjutkan. Kali ini ban sepeda motor mereka telah singgah di jalan aspal lebar berwarna hitam pekat. Akan tetapi banyaknya kendaraan yang melebihi kapasitas jalan raya, jalanan yang selebar ini terasa sempit. Mereka berempat hanya bisa merayap pelan-pelan di sebelah pinggir kiri jalan. Tak jarang mereka pun kesulitan untuk menjaga keseimbangan. Akan tetapi Komeng berinisiatif menyalakan lampu sen mereka mengarah ke kiri agar tetap menyala terus. Alhasil, walaupun harus merayap dan berdesak-desakan dengan kendaraan lain, mereka tetap merayap berempat tanpa harus ada yang ketinggalan jejak. Setelah merayap perlahan-lahan selama satu jam lebih, akhirnya mereka berhasil keluar dari situasi yang tidak menyenang122
kan itu. Setelah melewati crowded-nya traffic jam, ada satu tantangan lagi yang telah siap dihadapan mereka. Kondisi jalan semakin menanjak tajam. Segarnya terpaan angin berubah menjadi angin dingin yang menampar wajah mereka. Rintik demi rintik air hujan berganti menjadi butiran-butiran air yang kencang jatuh dari langit. Sekumpulan asap hitam mulai memudarkan pandangan empat sekawan culun tersebut. Mereka tengah berada di ketinggian maksimal daerah setempat. Hingga akhirnya Kemal mempercepat kendaraannya hendak menyalip Komeng. Kemal ingin memberitahukan Komeng bahwa mereka berempat harus menepi terlebih dahulu. Kebetulan sekali sebentar lagi ada masjid yang memang selalu menjadi pemberhentian para bikers kata Komeng. Akhirnya mereka segera menepi di masjid itu. “Kalian semua nggak kenapa-kenapa?” tanya Andre. “Nggak kenapa-kenapa kok, tapi kendaraan kita butuh istirahat sejenak!” ujar Mansyur. “Apa lagi tadi kita habis bermacet-macet ria di tanjakkan, pasti mesin kita panas!” sambung Kemal. “Takut kapal oleng kapten!” celetuk Komeng. Mereka semua beristirahat di emperan masjid. Kemal dan Andre mengambil air wudhu hendak melakukan sholat sunnah guna diberikan keselamatan. “Nyiiiiiir dingin banget nyet!” sontak Kemal saat memutar keran. “Curang pake aer kulkas nyet” sahut Andre. Kemudian mer123
eka berdua mulai membasuh-basuh bagian tubuhnya hingga wudhunya sempurna. Dua rakaat diselesaikan Kemal, kemudian dilanjutkan dzikir mengingat Yang Maha Kuasa. “Ya Allah, selamatkan lah kami dari marabahaya, lindungi kami dari kejahatan, dan pertemukan lah kami dengan keindahanmu Ya Rabb ... Amin” sepucuk doa terucap dari Kemal. Saat keluar ke halaman masjid dengan maksud menghampiri teman-temannya yang sedang berduduk-duduk santai, Kemal dikagetkan dengan asap kabut yang begitu tebal. Saking tebalnya, Kemal hanya bisa melihat dalam jarak pandang tak lebih dari 4 meter. Ketika menemui teman-temannya, yang ia dapati adalah sekumpulan wajah lesu, memelas, seakan tak ada harapan. “Gimana nih mal nasib kita?” sahut Mansyur. Kemal hanya diam tak berani mengungkapkan satu kata pun. “Meng gimana?” tanya Kemal penuh kepanikan. Komeng hanya diam tak menjawab pertanyaan Kemal. Andre terlihat berkomat-kamit memanjatkan doa. “Nanti kita tunggu satu jam lagi .. Kalau tetap begini kita tetap lanjut. Perjalanan tak boleh terhenti kawan!” ujar Komeng. “Yakin lo meng?” sewot Kemal. “Balik lagi. Kita yakin ga? Kalau kita yakin, ini ga akan jadi masalah!” balas Komeng.
124
“Masalahnya ini badai kabut!” tegas Kemal. Kemudian Mansyur menatap Komeng dan Kemal. Mereka berdua pun berhenti berbicara dan kembali diam menenangkan diri. Setelah berdiam diri cukup lama, perlahan kabut mulai terurai. Hujan pun mereda. Begitu pun dengan kecepatan angin mulai mengalami perlambatan namun tak konstan. Ke empat sekawan mulai merapikan perbekalan mereka. Sepeda motor mulai dipanaskan, lampu dekat dan lampu jauh diuji kelayakannya. Saat semuanya telah siap, perjalanan akan dilanjutkan kembali dengan toss dan doa terlebih dahulu. Mereka kembali berjajar membentuk satu barisan di pinggir sebelah kiri jalan. Kali ini mereka berjalan extra hati-hati. Karena sisa-sisa kabut masih ada. Tak jarang kendaraan dari arah berlawanan mengagetkan mereka, sebab sama sekali tidak terlihat dari kejauhan. Bisa dibayangkan jika tidak berhati-hati bukan saja tabrakan lawan arah, melainkan jurang di sebelah kanan dan kiri jalan siap menelan mereka berempat hidup-hidup. Setengah jam mereka diterpa cuaca buruk di titik tertinggi kota Bogor. Setelah menyelesaikan detik-detik memacu adrenalin, akhirnya mereka bisa agak santai. Kini mereka tengah sampai di Cianjur. Jalanan yang tadinya berkelak-kelok menguras konsentrasi, kini berubah menjadi jalan lurus menurun. Sawah-sawah hijau berbentuk sengkedan menjadi pemandangan nyata sepanjang perjalanan. Matahari pun mulai tampak di tempat ini. Sinar matahari seakan menjadi penolong mereka atas kebutuhan akan kehangatan. Saat melihat kondisi bensin, jarum penunjuk keadaan bensin menunjukan posisi “e” semua. Lantas keempat kawan tersebut 125
segera mencari pom bensin terdekat. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Dari kejauhan sudah nampak gambar kuda laut berhadap-hadapan. Waktunya ngisi bensin, hati Kemal berbisik. Dengan segera keempat bocah kentir tersebut membelok arah dan mengantri hendak mengisi penuh tanki mereka.
Komeng pun terlihat selesai dengan urusan toiletnya. Mereka pun bergegas melanjutkan perjalanan. Kini mereka bergerak dengan menambah percepatan, kali ini konstan. Mengingat mereka telah terlalu banyak membuang waktu, takut sampai Bandung sudah Kemalaman.
Karena badan mereka sama sama merasa pegal, mereka berempat memutuskan untuk beristirahat kembali. Terlebih Komeng ingin buang hajat terlebih dahulu.
Dua jam mereka lewati Padalarang dengan gunung kapurnya, kemudian Cimahi dengan banyaknya pasar, akhirnya mereka tiba di kota kembang tercinta dengan selamat. Melihat diri masing-masing dekil, kumel, lesu seperti habis nge-rodi, mereka pun hendak beristirahat. Selama di Bandung mereka berempat beristirahat di rumah neneknya Komeng. Akan tetapi mereka telah membawa perbekalan sebelumnya. Jadi sebisa mungkin mereka tidak ingin merepotkan tuan rumah.
“Gila ya ndre suasananya ... desiran angin, sederet tanaman padi melambai-lambai, terlihat pak tani berjalan membawa cangkul, pokoknya suasananya pedesaan banget, sunyi banget, damai. Kalo tau gini waktu itu gue percaya pas bu Eutik bilang di tanah sunda mah Gemah Ripah Loh Jinawi” ujar Kemal mengagumi keindahan pemandangan sekitar. “Iya mal ... beda banget sama tempat kita ngelakuin rutinitas sehari-hari ya. Terkadang, rasanya tuh pengen banget tukeran kehidupan sama orang-orang yang ada di sini” curhatan hati Andre. Tiba-tiba Mansyur menggodai cewek yang lewat di hadapan mereka bertiga. “Uiiiiy” ledek Mansyur. “Yaelah masih aja lo syur ah!” sontak Andre dan Kemal. Mansyur memang yang paling aktif ngegodain cewek-cewek. Ga kenal tempat. Dimana aja asalkan ada cewe sendirian pasti digodain. Belakangan intensitas hasratnya ngegodain cewek bertambah dua kali lipat, dikarenakan selama Mansyur tinggal di asrama sekolah atletnya, ia sangat jarang menjumpai wanita-wanita cantik seperti di kota-kota. Harap maklum anak asrama. 126
Sebelum mengistirahatkan kedua matanya, Kemal hendak memeriksa hape bututnya terlebih dahulu. Setelah hampir seharian ia tidak bercumbu sedikitpun dengan hape satu-satunya itu. Ternyata, ia mendapatkan SMS dari pak Boy yang menyatakan bahwa dirinya sebagai Kemal Pangestu Nugroho dinyatakan lolos tahap wawancara dan akan dilanjutkan dengan tahap karantina di sekolah Semesta, Semarang. Secepat mungkin Kemal disarankan untuk bergabung, karena peserta dari kota-kota lain sudah ada yang memulai karantina di sana. Kemal tersenyum lega dan mengucapkan, “Syukur Alhamdulillah” betapa besarnya rezeki yang ia dapatkan dari gusti Allah SWT. Segera ia bisa tertidur nyenyak penuh berkah dan kenikmatan. Itulah petualangan ajaib yang telah diterjang Kemal bersama kawan-kawan ajaibnya juga. Ia bersyukur telah memiliki ke-ti127
ga kawan ajaibnya. Mereka-mereka semua yang mengajarkan Kemal betapa pentingnya menghargai sebuah tali kasih persahabatan. Bagaimana cara ia ‘bersikap, bertoleransi, bersimpati, dan berempati’ kepada tiga sahabatnya. Bersama sahabat semuanya terasa ringan, bersama sahabat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, bersama sahabat waktu yang sempit terasa panjang dan penuh arti. Yaitu arti sahabat. Tak lupa ia bersyukur atas rezeki yang telah dilimpahkan kepada dirinya untuk melanjutkan perjuangan di kota Dipenogoro, Semarang. Sungguh hari yang penuh dengan keberkahan.
S
IT’S TIME TO SAY
eusai Kemal mengarungi perjalanan ajaib bersama kawan-kawan tercintanya, Kemal bergegas kembali ke rumah untuk melakukan persiapan karantina di Semarang. Saat ia memasuki pagar rumahnya, ia melihat sepatu yang sudah lama tak ia lihat di dalam rak sepatu. Terlihat batinnya sedang menduga-duga akan suatu hal. Kemudian ia terus berlalu menuju kamar tercintanya. Ketika melewati tangga di dekat meja makan, benar saja Kemal mendapati seorang lak-laki paruh baya yang tak asing lagi bagi dirinya. “Mal kamu lolos ujian seleksi beasiswa S1 di Turki ya?” tanya pria paruh baya tersebut. Kemal bergerak menghampiri sumber suara. “Nggak kok yah belum pasti lolos. Kemal baru aja lolos tahap 1&2, abis ini masih ada karantina di Semarang” jawab Kemal. “Wah hebat kamu! Selamat ya nak! Ayah sudah pernah ke Turki. Banyak sekali pedagang-pedagang di Ankara yang bisa berbahasa Indonesia. Negeri yang bagus. Orangnya ramah-ramah” ujar Pak Agus memberi ceramah singkat. “Iya, tapi Kemal masih belum tau mau berangkat apa engga. Lagian kan masih ada tahap karantina dulu!” ujar Kemal. “Kapan kamu mau ke Semarang?” tanya pak Agus. “Disuruhnya sih secepatnya, mungkin minggu depan. Kemal mau nyari-nyari tiket kereta api dulu buat minggu depan”
128
129
“Yo wis diurus secepatnya yo” ujar pak Agus. Kemal segera salim dan naik tangga menuju kamar tercinta. Sesampainya di kamar tanpa pikir panjang ia menyegerakan diri untuk memejamkan mata, sebab dirinya sangat letih baru saja tiba dari touring jauhnya. Sebelum tertidur, dirinya melamun sejenak. Hatinya merasakan masih ada satu pekerjaan yang belum dikerjakan. Akan tetapi matanya terasa begitu berat, seakan menyuruh sang empunya untuk menutup mata. Kemal pun menutup mata untuk waktu sejenak. Di ruang dan waktu yang berbeda Kala itu Kemal terlihat sedang menikmati suasana teras panjang ala rumah-rumah Belanda. Sengatan teriknya matahari tak menjadi masalah baginya. Desiran angin siang cukup untuk menyegarkannya. Gerak-gerik gelagaknya seperti sedang menunggu sesuatu. Benar saja, satu atau dua menit ia melamun datang sosok seorang wanita pujaan hatinya, Rini. Tampak segelas air teh hangat disuguhkan Rini di atas meja, kemudian ia duduk di bangku sebelah Kemal.Yaelah teh, formal banget, dalam hati Kemal. Rupanya Kemal berharap sesuatu yang dingin-dingin untuk menyegarkan dahaganya. “Hai Rin lagi ga sibuk?” basa basi Kemal. Ya padahal memang Kemal basi. “Nggak kok mal lagi bebenahan aja” jawab santai Rini sambil menunjukkan senyum manisnya. Kaya pembokat aja, dalam hati Kemal yang tidak mengetahui sisi lain seorang wanita. “Rin rin, punya kantong kresek ga?” tanya Kemal mendadak. 130
“Punya kok, bentar aku ambil di dalem. Tapi kenapa emangnya?? Kamu mau muntah mal?” “Engga, aku ga mau muntah. Cuma mau buang perasaan aku yang runtuh sehabis ngeliat kamu Rin” gombal Kemal rada jijik. Kini Rini yang membutuhkan kantong kresek karena ingin muntah digombalin Kemal. Mereka melanjutkan perbincangan renyah mereka yang tiada guna itu. Setelah sekian lama cekikikan fales kaya kuntilanak kegencet pintu. Kini Kemal ingin mengatakan maksud dan tujuan sejujurnya. Seketika suasana hening. Sesekali mereka berdua saling mencuri-curi pandang. Namun saat ingin mengeluarkan suara. Kemal kembali mengurungkan niatnya. Rupanya ia masih kurang nyali. Tetapi ia kembali berpikir. Jika tidak dikatakan sekarang perasaan yang mengganjal akan terus menghantui Kemal. Dengan penuh keberanian ia segara mengatakan. “Rin aku lolos sampai tahap karantina. Minggu depan aku ke Semarang. Aku ga tau sampai berapa lama di sana. Satu hal lagi rin, kemungkinan besar aku jadi berangkat ke Turki” tegas Kemal tanpa menatap sedikitpun rupa Rini. Ia takut melihatnya. Suasana semakin hening. Sampai-sampai suara percikan air yang jatuh dari kran air di halaman rumah Rini terdengar di telinga dua insan manusia itu. “Aku udah duga mal ....... Makanya dari setiap kamu nanya ke depannya kita mau gimana, aku selalu ga mau jawab. Aku udah tau kalau endingnya pasti gini” ucap Rini terlihat sesak. “Kita ga berakhir rin! Hubungan kita terus berlanjut! Aku 131
Cuma pergi sebentar. Aku janji seusai aku lulus dari sana, aku akan kembali ke sini. Di tempat ini. Di tempat sekarang kita duduk. Di tempat dulu yang pernah menjadi saksi lahirnya cinta kita! Aku janji!” Kemal berusaha meyakinkan Rini. “Aku ga tau mal ..... Aku ga tau nantinya akan gimana. Sekarang kita bisa ngomong enak kaya gini. Tapi nanti? Kita ga akan pernah tau. Buktinya, selama ini kita yang masih dalam satu ruang lingkup aja masih sering salah paham. Masih sering berantem. Masih sering berburuk sangka. Gimana nanti? Kamu jauh di sana ... Aku di sini. Kita berbeda ruang dan waktu! Aku ga mau membelenggu diri untu suatu hal yang belum pasti!” ujar panjang lebar Rini tertunduk lesu. Kedua pipinya terlihat sudah basah. Hidungnya memerah. Kemal mengusap rambut Rini. Menghapus air matanya. Dan kemudian menyandarkan kepala Rini tepat di bahunya. Tak ada satu hal pun yang bisa dilakukan Rini kecuali tabah. Mungkin hanya dengan bersabarlahcara paling tepat untuk menghadapi situasi sekarang ini. Dan satu hal lagi, ia harus mempercayai Kemal. Walaupun track record Kemal sampai saat ini kurang bisa menjaga janji, Rini harus tetap mempercayai Kemal. Kemal pergi meninggalkan Rini. Kekasihnya hanya bisa menatap pilu kepergiannya itu. Tetapi masih ada satu momen lagi untuk bertemu Kemal. Rini bilang ia ingin mengantar Kemal sampai stasiun minggu depan. Mungkin dengan begitu rasa kehilangan yang dirasakan Rini bisa sedikit berkurang. Satu lagi pelajaran hidup yang didapatkan oleh Kemal. Setiap manusia akan merasakan kehilangan manusia lain jika manusia tersebut telah merasakan ‘rasa memiliki’, seperti Rini memiliki Kemal. 132
Di markas besar The Old Geng “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuuuuh. Kemal Pangestu Nugroho datang dengan sejuta kedamaian” Kemal menyapa ketiga sahabatnya yang sedang asyik bermain kartu di atas meja bundar. Ketiga manusia brengsek itu terus asyik dengan kartunya, batin Kemal. “Ahelah ganggu aja sih lu nyeet!” kesal Mansyur yang nampak kalah. “Makanya, kalo ada salam dijawab!” ujar Kemal sok bijak. “Iye nyet! Tanggung aing!” balas Mansyur ga mau kalah. “Abis dari mana lu?” sambar Andre bertanya pada Kemal. “Biasa ke rumah si mine!” “Alah mineh kali mpok mineh yang maap maap mulu ... hahaha” sambung Komeng. Kemal memandang sinis manusia kurus yang satu itu. Kemudian Kemal menunjukkan SMS dari pak Boy yang menyatakan dirinya harus mengikuti karantina sebagai tahap persiapan ke Turki kepada sahabat-sahabatnya yang sedang break main kartu. “Widiiiiih jadi ke Turki dong lo nyet!” ujar Andre. “Eh tapi-tapi, Kalo lo ke Turki. Lo ga bisa gabung sama kita nongs nongs lagi di sini dong!” sambar gercep Mansyur. Kemal hanya diam menatap wajah ketiga sahabatnya, seakan memberi kode “Iya”. Keempat sahabat kental itu terus bertatap-tatapan. “Padahal baru kemaren ya kita jalan” 133
“Bukan! Tapi baru kemaren kita ngumpul lagi, nongs lagi setelah 3 tahun kita ga ketemuan. Tapi sekarang bakal ada sahabat kita yang akan ninggalin kita!” “Ga ada yang ninggalin lo lo pada kok nyet! Gue Cuma pergi merantau sebentar. Abis lulus gue langsung balik. Ada banyak urusan yang harus gue selesaiin di Indonesia nanti. Terlebih urusan hati!” reaktif Kemal menjawab statement para sahabat tercinta. “Kita-kita sih Cuma pesen aja, kejar terus mimpi-mimpi lo di sana! Kejar semua hal yang elo cita-citain dari dulu! Pantang pulang dari tanah rantau jika belum berhasil! Sama satu lagi pesen gua. Gua mesen bule dari sana yak! Kali aja ada yang mau kawin ama gua!” terucap polos dari mulut Mansyur menasehati Kemal. Kemudian keempat sekawan itu melanjutkan permaianan kartu bodohnya, nongs nongs, membuang waktu, ketawa-ketiwi, lepas, bebas, tidak ada beban. Memuaskan diri masing-masing atas sisa-sisa waktu yang mereka miliki. Di stasiun Senen, Jakarta Pusat. Kemal, Andre, Komeng, Mansyur, dan Rini mengeluarkan langkah kakinya dari sumpeknya taksi yang dipaksa muat berlima. Rini duduk sendiri di depan. Kemal bersama tiga sahabat ajaibnya duduk sikut-sikutan di belakang. Untung badan mereka semua langsing-langsing, jadi pak supir mau saja mengantarkan mereka berlima ke stasiun kereta api di bilangan Jakarta Pusat. Kata pak supir nggak apa-apa lah dimuati-muatin yang penting kejar setoran dulu!. “Berapa pak ongkosnya?” tanya Kemal 134
“Dua ratus ribu nak” balas pak supir. Kemal mencuri perhatian, melihat ke arah argo di depan. Ternyata Cuma 150 ribu rupiah. “Itu Cuma pe’gopak!” sewot Kemal. “Itu segitu kalo normal mas! Ini kan over capacity! Belum lagi ransel-ransel mas di bagasi. Bisa rusak mobil saya kelebihan beban!” ga mau kalah pak supir mencari alasan. Kemal yang lagi buru buru segera membayar ongkos taksinya tersebut. Supir taksi kampret bisa aja nyari akalnya! Batin Kemal sewot. Kemudian mereka berempat segara mengarah ke sumber informasi. Kemal hendak melihat jadwal serta posisi keretanya nanti di peron berapa. Saat sedang sibuk dengan kerumunan manusia di hadapan yang menghalangi pandangannya ke arah board information, suara khas toa stasiun dari sumber suara mulai terdengar, “Kereta Senja Utama tujuan Semarang berada di peron tiga. Bagi penumpang dipersilahkan memasuki kereta karena sebentar lagi kereta akan berangkat. Teng tong teng tong, tong teng teng tong .....” “Nyet! Kereta gue nyet! Buruan mana ransel gua?” Kemal sedikit panik. Komeng segera mengoper ransel besarnya Kemal yang dari taksi tadi dibawakan Komeng. Tadinya Kemal ingin semua barang bawaannya dibawakan oleh teman-temannya, namun peraturan terbaru dari PT. KAI menyatakan bahwa pengantar hanya diperbolehkan sampai depan saja. “Rin aku pamit ya! Doain aku lancar lancar semuanya .... Bye ...” Kemal berpamitan dengan kekasih tercintanya. Tak lupa kecupan hangat dari Kemal mendarat tepat di kening Rini. Itu lah salam perpisahan dari Kemal untuk Rini. Membuktikan bahwa dirinya adalah orang yang konkrit. Tanpa banyak bicara langsung saja 135
dengan aksi nyata jika ia mencintai Rini. Suasana stasiun yang tadinya gaduh dengan padatnya aktivitas manusia di sana, drastis berubah menjadi suasana romantis kala semua orang di stasiun memandang adegan syur Kemal mencium kening Rini. Begitu pun dengan ketiga manusia ajaib peliharaan Kemal. “Gue doyan nih yang begini!” celotehan Mansyur. Kemal telah masuk ke dalam kereta. Tak lama kemudian si ular besi mulai mengeluarkan asap kebulnya dan bergerak perlahan meninggalkan stasiun. Tak jarang banyak tangisan terdengar melepas kepergian orang-orang tercinta dalam sebuah perjalanan di salah satu portal kota Jakarta tersebut. Begitu pun dengan keempat orang berharga bagi Kemal. Mereka menitikkan air mata untuk kepergian Kemal ..... Akan tetapi, saat sedang menggaruk-garuk celana jeansnya, Andre mendapati hape butut Kemal berada di dalam kantong celananya. Saat di taksi tadi Andre memang meminjam hape Kemal untuk bermain game snakes. Rupanya Ia lupa mengembalikan ke Kemal. Begitupun Kemal lupa memintanya kembali. Al hasil Kemal pergi ke Semarang tanpa membawa satu gadget pun di tangannya. Ini adalah momen-momen yang paling dibenci Rini. Praktis jika sudah begini, jadi ia sendiri yang kesulitan untuk menghubungi Kemal di Semarang sana. “ANDREEEEE!!!” Rini mengaung-ngaung marah sama Andre.
136
“T
NEGERI DIPENOGORO
uuuut tuuuuut jegjes jegjes jegjes jegjes” suara kereta api menjadi teman perjalanan Kemal. Sesekali asap dari lokomotif menghampiri wajahnya.Potret suasana pinggiran kota Jakarta menjadi pemandangan paling diingatnya sepanjang JakartaCikampek. Walaupun tidak mengetahui dunia pemerintahan, dunia politik, dan lain sebagainya. Hati Kemal hanya berbicara, Dimana peran pemerintah selama ini?, sambil melongok ke arah jendela kereta.Apakah pemerintah sudah menaungi kesejahteraan semua warganya? Risau hati Kemal memandangi gubuk-gubuk kusam di pinggir rel kereta. Dalam hatinya ia hanya berharap potret buruk itu tidak ada lagi di Indonesia. Ia berharap semua warga Indonesia mendapatkan kesejahteraan yang layak. Betapa malangnya nasib anak-anak tak berdosa itu. Bukankah anak-anak seusia itu harusnya sedang mengenyam pendidikan layak? Tempat tinggal layak? Kesehatan yang layak? Tidak seharusnya anak seusia itu berada di lingkungan kumuh penuh penyakit. Terlebih, apa yang didapati sepasang bola mata Kemal? anak-anak malang tersebut juga turut bekerja, berjualan hanya untuk menyambung hidup. Miris batin Kemal perih menanggapi fakta yang terjadi di tanah air tercintanya, Republik Indonesia Otak bodohnya terus berpikir menyikapi negeri tercintanya ini. Bukankah negeri merah-putih ini adalah negeri yang kaya raya? Bukankah negeri ini adalah negeri yang menjunjung tinggi perikeadilan dan perikemanusiaan? Apakah itu hanya menjadi tulisan text book di UUD’45saja? Ya yang penting kan punya basa-basi ada landasan negaranya. Kemal menyadari selama ini bukan dirinya yang tidak mau menghafal UUD’45 saat SD, akan teta137
pi dirinya menyadari bahwa kalimat-kalimat panjang yang berada dalam UUD’45 hanya kalimat bias. Jika memang peduli dengan perikeadilan dan perikemanusiaan, harusnya tidak ada penderitaan dari warga. Seharusnya ada gerakan nyata dari para pejabat untuk menaungi warganya. Bukannya ngopi di ruangan ber-ac di senayan sana. Lihat warganya. Masih banyak warga yang tidak punya tempat tinggal, bahkan untuk sesuap nasi saja susah. Dalam doanya hanya berharap kelak dari generasinya akan menanungi Indonesia menjadi negeri yang makmur, adil, dan sejahtera di “Tanah Sendiri”. Perjalanan terasa sangat lama bagi Kemal yang baru pertama kali pergi jauh menggunakan kereta api. Tak jarang kedua telapak kakinya kesemutan karena harus menekuk kaki berjam-jam. Suasana gerbong yang penuh sesak juga sempat mencemaskannya. Namun bentangan ladang sawah yang menguning seakan membuat dirinya takjub seketika. Ia tidak lagi mempedulikan betapa buruk kondisi kereta. Ia hanya fokus memandang tajam salah satu kekayaan alam negerinya tersebut. “Ya Allah betapa dahsyatnya kekayaan yang kau titipkan untuk negeriku. Tapi aku yakin ini hanya sebagian kecil. Aku tau masih banyak lagi keagungan yang kau berikan untuk negeriku di tanah nan jauh sana. Ya Allah Yang Maha Pemberi Rahmat, izinkan lah aku suatu hari nanti dapat menjumpai kebesaranmu yang lain. Amin” terucap dari mulut Kemal pelan, khusyuk, dan terus berdoa. Potret lain yang tertangkap dalam lensa mata Kemal saat si ular besi beristirahat di Stasiun kota udang. “Endog asin, endog asin, pecelnya pecel mas, arem-arem, nasi rames yo nasi rames, 138
airnya yang haus yang haus” bising suara pedagang di kereta menawarkan dagangannya di dalam gerbong terasa sumpek sesak. Sebenarnya Kemal risih dengan kehadiran para pedagang asongan tersebut. Akan tetapi cacing-cacing di usus besarnya telah demo besar-besaran meminta secuil makanan untuk masuk. Terpaksa Kemal harus membeli salah satu makanan yang berjalan di dalam gerbong. Instingnya mengatakan untuk menyantap pecel lontong sebagai santap siangnya. “Bu bu ..... pecel lontongnya satu ya” ujar Kemal memesan pada ibu-ibu penjual pecel yang melintas di hadapannya. “Pakai gorengan nggak mas?” tanya kembali si penjual pecel. “Oh gausah bu pecel lontongnya aja” request Kemal. Kemudian ibu itu segera meracik pecel dengan tangan-tangan terampilnya. “Ini mas sudah jadi” ujar ibu-ibu yang terlihat letih itu. “Jadi berapa ya bu harganya?” tanya Kemal. “Tiga ribu mas” jawab ibu-ibu penjual pecel. “Haah 3 ribu?? Pake lontong 3 ribu?” Kemal terkaget-kaget. “Iya mas 3 ribu, agak cepat ya mas keretanya mau jalan lagi”. Kemal segera membayar dan ibu-ibu itu segera pergi keluar dari gerbong, mengikuti pedagang asongan lain yang sudah keluar gerbong. Betapa terkejutnya batin Kemal kala melihat ibu-ibu penjual itu. Sudah bersusah-susahan berdesakkan dengan pedagang lain dalam sempitnya gerbong kereta api hanya mendapat tiga ribu rupiah. Berapa banyak kereta yang melintas stasiun itu? Berapa banyak orang yang ingin membeli dagangan para pedagang asongan kereta api? Cukupkah dengan uang yang didapatkan seharian 139
menggendong bakul berat untuk menghidupi keluarga di rumah? Tidak adakah pekerjaan lain yang lebih pantas? Sebegitu susahnya kah mencari pekerjaan di “Tanah Air” sendiri?. Segelintir pertanyaan yang bergentayangan di otak bodoh Kemal. Satu lagi pelajaran hidup untuk Kemal, sungguh gerbong kereta api yang sempit, kotor, dan bau telah menjadi tempat pengaduan nasib segelintir manusia untuk bisa melangsungkan kehidupannya. Kemal yang tadinya risih, kesal, dan memandang remeh para pedagang asongan kini menyesal dan menarik kembali sikap bodohnya tersebut. Tak terasa perjalanan panjangnya kini tengah berhenti di persinggahan terakhir, stasiun tawang Semarang. Kemal bergegas mengemas barang-barang bawaannya. Ransel besarnya digemblok sementara satu tas lainnya dijinjing. Ia berjalan keluar dari gerbong perlahan. Saat akan menginjakkan kakinya di lantai stasiun, para penumpang disambut dengan lagu khas daerah setempat. Terlihat musisi jalanan menggunakan baju adat dan berblangkon batik memainkan sebuah lagu khas jawa tengah. Terlihat dari raut wajahnya, Kemal sangat menikmati pertunjukkan itu. Setelahh 5-7 menit menyaksikan, pertunjukkan itu berakhir. Kerumunan ara penumpang kereta api pun terlihat semakin sepi. Kecuali Kemal yang masih berdiri tegak di stasiun. Bukan karena ingin menyaksikan pertunjukkan lagi, melainkan ia memang bingung mau melanjutkan perjalanannya kemana. Padahal tengah banyak supir taksi, tukang ojek, delman, becak, dll menawarkan jasa untuk mengantarkannya. Namun Kemal masih diam kebingungan mau bergerak kemana. “Firman!” kejut dari mulut Kemal, lalu kemudian terlihat imajinasi lampu-lampu 5 watt menyala seakan menemukan ide cemerlang. Teman seperjuangannya, Firman memang telah mengabarkan Ke140
mal tadi shubuh tadi bahwa ia sudah sampai di tempat karantina. Namun ...., saat akan mengambil hape dari kantung celana dengan niat ingin menelefon Firman, kok tidak ada apa-apa saat dirogoh. “Mana hape gua mana hape gua?” Kemal terlihat panik. Sontak, sifat manusia untuk bersuhuzon pun keluar. “Pasti ada copet nih di kereta tadi!” celetuk Kemal berburuk sangka. Menyadari hapenya telah tiada, ia pun segera duduk di bangku panjang stasiun meratapi nasibnya. “Kemana nih gua? Ga ada tujuan, ga ada hape, gimana cara gua bisa sampe sekolahan Semesta coba!” Kemal menggumam kesal. Tanpa disadari Kemal telah menyebutkan kata kuncinya. “sekolahan Semesta! Kenapa gua ga naik taksi aja, bilang sama supirnya anterin ke sekolahan Semesta. Orang Semarang pasti tau lah!” Kemal tambah menggumam kesal. Bergegas Kemal menghampiri supir taksi di depan stasiun dan meminta untuk diantarkan sampai sekolahan Semesta. Baiknya, pak supir mengetahui lokasi dan segera mengantarkannya. Saat memasuki taksi, dia teringat sesuatu hal yang ada hubungannya dengan taksi juga. “Ada apa ya sama taksi” dirinya meggumam pelan. Tak lama kemudian, Oh iya si kampret Andre setan kan tadi minjem hape gue di taksi buat maen snakes!, dalam hati Kemal menggebu-gebu. Mulai detik itu juga dirinya super geram dengan Andre. Awas aja di Jakarta nanti gue pencak-pencak itu anak!, dalam hatinya merencanakan sesuatu yang buruk untuk Andre. Dirinya hanya kepikiran bagaimana menghubungi Rini nantinya, sama seperti apa yang dipikirkan Rini. Setelah kurang lebih 30 menit perjalanan melewati jalanan menanjak, bertanah labil, dan rimbunan pohon jati sepanjang jalan, 141
akhirnya Kemal tiba di tanah tujuan. Di sini lah awal perjuangan. Jika ia berhasil menguasai bahasa Turki di sini, paling tidak dasarnya, itu akan sangat berguna untuk tes Toeic-nya nanti di Turki. Semacam Toefl, tetapi dalam bentuk bahasa Turki sebagai bahasa pengantar di negeri dua benua tersebut. Kedatangan Kemal di sambut oleh sekumpulan anak-anak lainnya sedang asyik bermain futsal sore itu. Kemal yang memang jago futsal, jiwanya seakan terpanggil. Saat sedang menurunkan barang bawaannya dari bagasi taksi, seorang anak laki-laki berambut agak gimbal, berkulit sawo kematangan datang menghampirinya. “Anak yang mau karantina ya?” tanya laki-laki tersebut. “Oh iya benar sekali” jawab malu-malu Kemal. “Oh ya wis, tak anter ke sekretariat untuk menemui pak Pasha terlebih dahulu” ujar laki-laki berkulit hitam sembari menuntun Kemal ke sekretariat. “Makasih ya mas!” ucapan terimakasih Kemal kepada laki-laki itu dengan wajah tersenyum lepas. Sesampainya di sekretariat, ia langsung disambut oleh pak Pasha, pimpinan sekolahan Semesta. Pak Pasha adalah seorang laki-laki asli keturunan Turki yang memang ditugaskan menjadi ketua di sekolahan Semesta. Kemal sudah tak asing lagi dengan face orang-orang Turki, terlebih semenjak ia sering bolak-balik di tempat tes beasiswa yang penuh dengan orang-orang Turki. Di dalam ruangan tersebut Kemal diwawancarai seputar asal-usulnya, kegemarannya apa, sampai rencana ingin mengambil program studi apa di Turki nantinya. Setelah berbincang basa-basi sekitar sepuluh menit waktu berjalan, pak Pasha kembali menyuruh Zul untuk mengantarkan Kemal ke kamarnya di asrama. Kemal diarah142
kan sekamar dengan Firman, karena berasal dari daerah yang sama. Zul mengantarkan Kemal tepat sampai depan kamar. Kemal berterimakasih sekali dengan Zul. Walau baru kenal tapi Kemal merasa Zul adalah orang yang baik. Saat Kemal sedang berberes dengan barang-barang bawaan dan keranjang tidur barunya, tiba-tiba ada tepokan bogem mendarat di punggung Kemal. “Proook Woooii baru sampe” Firman mengangetkan Kemal. “Yeh si kampret! Hhuuh lengket amat badan lo! Bau lagi!” Kemal risih dengan aroma tubuh Firman. “Iye gue abis futsal, mandi dulu yak! Mau ikut ga? Nanti kita mandi bareng!” ujar Firman. “Sarap lu!” jawab Kemal. Firman beralih menuju kamar mandi sambil membawa seperangkat alat mandi, serta tak ketinggalan handuk bermotif sapi dengan renda-renda di pinggiran yang memang handuknya sejak kecil. Maka dari itu tak wajar nampak dari kejauhan handuk tersebut melayang-layang agak kusam. Sementara itu Kemal terus melanjutkan kerjaannya bebenah kamar baru. Tak terasa adzan magrib berkumandang menghentikan pekerjaan baru Kemal sebagai office boy. Sejenak ia duduk di kasur barunya sambil mendengarkan adzan yang berkumandang. Pikirannya melayang-layang mengingat kejadian yang terjadi hari ini. Dua potret dari perjalanannya yang menyadarkan dirinya sebagai warga negara Indonesia, tentang indahnya negeri ini dan perihatinnya negeri ini. Tak lupa sambutan kota Semarang, kotanya pangeran Dipenogoro yang begitu kental dengan adat dan ciri khas setempat. Serta sambutan dari kawan-kawan baru di asrama yang begitu hangat. Membuat dirinya menjadi lebih berarti memaknai hidup. 143
Seusai adzan magrib berkumandang, ia menyegerakan dirinya bergerak menuju kamar mandi. Ia ingin mencuci steam dirinya bersih-bersih. Tak terhitung berapa banyak kuantitas partikel debu yang hinggap di wajah ngeselinnya Kemal. Seusai bebersih diri, tak lupa juga ia mengambil air wudhu dan melanjutkan sholat magrib di mushola asrama. Saat akan kembali ke kamarnya, Kemal banyak bertemu dengan orang-orang baru sepanjang lorong mengarah ke kamarnya. Sontak Kemal terbayang petualangan bersama sahabat-sahabat ajaibnya untuk respect, and tolerence kepada orang lain. Maka di momen itu juga Kemal mencoba dirinya untuk lebih terbuka dengan orang-orang baru yang berada di sekitarnya. Niat baik Kemal berjalan lurus, alhasil ia banyak menemukan teman baru di tempat tersebut. Firman terlihat berjalan dari arah kamar menuju lorong tempat Kemal bercengkrama dengan kawan-kawan barunya. “Mal buruan ambil buku kita ke kelas di bawah, ada kelas tambahan dari anak-anak senior di sini. Lumayan buat pemanasan belajar besok pagi sama guru bahasa Turkinya!” ujar Firman mengajak Kemal. “Oke deh” saut Kemal yang kemudian bergegas ke kamar mengambil buku dan pergi bersama Firman ke ruang belajar yang telah disediakan. Sepanjang jalan menuju ruang belajar gelap gulita. Sunyi, hanya suara jangkrik dan hewan-hewan nokturnal lainnya yang terdengar. Maklum saja ketika sudah malam, ya seperti biasanya. Kebanyakan orang di tempat ini tengah beristirahat. Kecuali Kemal dan para peserta karantina yang harus mendapatkan sedikit pelaja144
ran bahasa Turki dasar dari senior Semesta. Di ruang belajar terlihat sudah siap sosok seorang laki-laki dengan jaket hitamnya persis seperti tentor di bimbel. Yuups ....! benar saja orang itu adalah pengajar bahasa Turki dasar di kelas tambahan malam ini. Orang itu memberi senyuman kepada Kemal dan Firman dan mempersilahkan untuk masuk ke ruangan. Kala itu pelajaran dimulai dengan percakapan umum seperti mengenalkan diri, memberi salam, mengakhiri perbincangan, dll. Setelah satu jam belajar, otak Kemal cenat cenut. Mungkin efek dari sudah lama tidak belajar. Akan tetapi, malam itu ia telah mendapatkan dua kosa kata baru dalam hidupnya. Yaitu, “Merhaba .... Benim adɩm Kemal .... Soyadɩm Agus ...” Kemal bergaya mempraktekkan perkenalan bahasa Turki kepada Firman. Malam yang sunyi itu membawa Kemal kembali ke kamar barunya untuk melepas lelah. Hari yang cukup melelahkan baginya. Walau sebenarnya ia belum ingin tidur. Batinnya tiba-tiba kepikiran Rini. Kira-kira Rini lagi ngapain ya??, dalam hati Kemal bertanya. Hanya bintang di langit yang terlihat bersinar menjadi tempat curahan hati Kemal. Dalam benaknya bintang itu menyampaikan rasa rindu untuk Rini. Akhirnhya Kemal dapat tertidur juga. “Good night Rin, good night star” terucap pelan sebelum tidur. Padahal diketahui di lain tempat dan waktu, lebih tepatnya di rumah Rini bintang sedang tidak terlihat karena langit yang mendung. Setidaknya Kemal tidak tahu kabar itu. Jadi, Kemal tetap bisa tertidur pulas. “Kukuruyuuuuk petok petok!” suara kokokkan ayam jago terdengar begitu lantang. Namun Kemal masih terlelap dalam mim145
pi indahnya. Lima menit kemudian suara adzan shubuh berkumandang untuk wilayah Semarang dan sekitarnya. Namun Kemal masih terlelap. Hingga akhirnya suara pengajian dari speaker mushola asrama terdengar keras. Namun Kemal tetap terlelap. Sampai akhirnya, “Maaaaaal banguuuuun!” teriakan super power dari Firman mengejutkan Kemal. “Ampun maaaaak ampuuun Kemal ga ngehamilin anak orang kok!” Kemal ngelantur dibangunkan Firman. “Ambil wudhu sana mal! Udah setengah enam nih!” seru Firman Kemal segera bergerak menuju kamar mandi tanpa basa-basi terlebih dahulu. Langsung ia membasuh wajah dan menyikat gigi. Kemudian mengambil air wudhu dan segera menegakkan sholat shubuhnya yang sebenarnya sudah telat. Rupanya Kemal sangat terlelap atas tidurnya semalam. Mungkin efek perjalanan pertama kalinya menggunakan kereta api masih terasa. Namun kemarin ya kemarin. Sekarang ya sekarang. Kemal harus membiasakan diri untuk menjadi seseorang yang profesional. Hari ini adalah hari pertamanya belajar di masa karantina. Sudah ada rundown kegiatan sehari-hari selama di asrama. Waktu sarapan adalah pukul 06-07.00. Kemudian diberlangsungkan KBM dari jam setengah delapan sampai jam dua siang. Yang lebih memberatkan Kemal lagi adalah semua KBM sudah pasti pelajaran bahasa Turki. Bisa dibayangkan muka jelek Kemal melihat jadwal selama di asrama. Khususnya KBM time. Tapi paling tidak waktu setelah KBM adalah waktu untuk berolahraga, tea time, dan waktu-waktu having fun time lainnya. Biasanya ada pertunjukkan seni. Jelas sekali ini adalah waktu favoritnya selama di asrama. 146
Seusai menyantap makanan pagi dan perut kenyang. Terlebih kekenyangan. Kemal meluncur ke kelas yang telah ditetapkan untuk masing-masing anak peserta karantina. Kemal masih satu ruangan dengan Firman. Ah untung sama dia lagi, ujar batin Kemal. Dirinya memang berharap lebih kepada Firman, selain pintar, Firman juga udah lumayan jago bahasa Turki. Bisa dibilang dia jago bahasa Turki dikarenakan tingkat kekepoannya akan pelajaran amat sangat tinggi. “Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh” terucap dari mulut pak Ilal yang datang memasuki kelas. “Walaikumsalamwarahmatullahi anak-anak di kelas.
wabarakatuh”
jawab
“How are you today? Are you ready to study right now?” ujar pak Ilal berbasa basi. Anak-anak menanggapi santai “Siaaap paaak!”. Mulanya pak Ilal terus berbicara Bahasa Inggris, namun lama kelamaan berubah, “!@%^%^&(*()&)&)_()_(_#@#$%#” pak Ilal berbicara di depan kelas. Kemal bereaksi keras, menatap bengong apa yang barusan dikatakan pak Ilal?. Terlebih mulai saat itu pak Ilal jadi terus-terusan mengeluarkan bahasa anehnya itu. Kemal?? Makin menjadi-jadi Kemal menatap bengong pak Ilal. Bahasa planet apaan nih yang dipake?, hatinya terus bertanya-tanya. Mulai saat itu juga pikiran Kemal sudah tidak fokus. Alhasil, ia lebih memilih untuk tidur-tiduran di atas meja. Tak sadar pak Ilal yang sedang asyik berceramah dengan bahasa Turki di depan kelas itu menoleh ke hadapan Kemal. 147
“@!@!@##$$#^%%^$^&&” pak Ilal berbicara ke arah Kemal. Namun Kemal tak menyadari dan masih tidur-tiduran mengulet di atas mejanya.Sontak Firman yang peduli akan rekan seperjuangannya itu menyikut Kemal dan memberi kode bahwa ia sedang diperhatikan pak Ilal. “Maaf pak! Benim adɩm Kemal pak ... soyadɩm Agus ...” Kemal kaget sontak mengeluarkan kalimat bahasa Turki andalannya. “Saya tidak bertanya tetapi saya menegur Anda. Tolong perhatikan jika sudah di dalam kelas!” pak Ilal terlihat marah dengan Kemal. Akhirnya Kemal berusaha memperhatikan pelajaran di kelas, walaupun ia tidak mengerti dengan bahasa pengantar yang dibawakan pak Ilal, yaitu bahasa Turki. Waktu terasa panjang dan menegangkan bagi Kemal. Ia takut menjadi perhatian pak Ilal lagi. Jika ada peserta yang ditunjuk untuk menerangkan di depan kelas, Kemal langsung merinding. Wajar saja karena Kemal belum mempunyai dasar-dasar apapun dalam berbahasa Turki. Sementara peserta yang lain datang ke Semesta lebih awal, sehingga mendapat jam pelajaran yang lebih banyak dari Kemal. Sehingga di dalam kelas nampak sekali peserta lain sudah mulai bisa, tetapi Kemal masih melongo seperti sapi ompong. Detik-detik neraka selama KBM telah berakhir. Sekarang saatnya tea time. Memang terdengar cukup aneh bagi Kemal. Setau dia yang ada itu coffe break time, tapi ini kok malah tea time. Seakan menjawab rasa penasarannya. Kemal mendapat pelajaran yang cukup panjang dan lebar dari Zul. Bahwa orang Turki itu pengge148
mar teh. Bahkan sedikit sekali orang Turki yang meminum kopi. Minuman yang selalu menjadi sahabat hidup orang Turki adalah teh. “Maka dari itu di sini adanya tea time mal!” ujar Zul menjelaskan kepada Kemal. Ba’da sholat ashar semua peserta karantina diarahkan ke lapangan futsal. Ternyata akan diadakan lomba futsal. Setiap peserta sudah dibagi dalam masing-masing tim. Pembagiannya berdasarkan kamar masing-masing. Setiap kamar berisikan 8-10 orang. Ya jadi pas lah buat main satu tim futsal bisa ganti-ganti pemain, ujar bisikan hati Kemal. Momen ini adalah momen yang dijadikan ajang unjuk gigi bagi Kemal. Olahraga ini adalah olahraga favoritnya bersama sepakbola. Ia jago banget saat gocek-gocek bola. Sontak dalam hatinya berkata, Saatnya gue tunjukkin nih siapa gua yang sebenarnya hahahaha. Nada tertawa bengis seperti tokoh-tokoh antagonis di sinetron. Benar saja saat tim Kemal bertanding, praktis Kemal menjadi pusat sorotan semua orang yang menonton. Baru saja pertandingan berlangsung 5 menit, Kemal sudah berhasil mencetak 10 gol. Belum lagi kegesitannya menggocek bola membuat takjub penonton di pinggir lapangan. Alhasil pada saat itu juga ia tengah menghayal menjadi seorang Falcao atau hanya Vennard Hutabarat. Pertandingan pun berakhir dengan kedudukan 15-3 untuk timnya Kemal. “Gila bro keren juga cara main lo! Hebat hebat!” puji temanteman sekamarnya seusai pertandingan. “Ah di Jakarta banyak yang lebih hebat dari ini” Kemal berdalih, lalu berjalan bersama teman-teman barunya itu ke kantin 149
untuk membeli air minum. “Bu es kelapanya 10 ndak pake gula!” suara medog Nuha tengah memesan pada ibu kantin. “Siiip mas I will do” sahut ibu kantin segera menyiapkan pesanan Nuha. “Koe sing bayarin ha?” tanya Finan. “Yo yo saiki biar aku yang mbayarin, sik sik sik lagi seneng aku tim kita menang le!” jawab Nuha tersenyum-senyum gembira. “Yoh yoh yoh jaggong kene! Duduk!” ajak Finan kepada kawan-kawan sekamar lainnya. “wiis wis wis asik nih asiiik !! ...” suara anak-anak yang lain gaduh. “Nah ini es kelapanya mas!” ibu kantin menjajakan es kelapanya di atas meja. “Matur nuwun buu!” “Sami-sami mas” “Oper disit oper disit!” suara Nuha menyuruh kawannya untuk memutarkan gelas-gelas berisi air kelapa tersebut agar terbagi rata. “Yo wes diminum wis rampung lah!” Nuha mengajak teman-temannya untuk segera meminum es kelapa tersebut. Kemal yang memang terlihat haus, tanpa berpikir dua kali langsung menyikat habis segelas es kelapa dingin yang terlihat manja di atas meja kantin itu. 150
“Sruuuut ..... kretes kretes..” terdengar keras seruputan Kemal meneguk habis air di dalam gelas itu. “Sabar mal sabar, pelan-pelan aja kalee..” ujar Sahrul mengingatkan Kemal. “Aaaaaah .... adeeem!” suara Kemal. Kemudian berkata kepada sahrul. “Iya mas maklum tenggorokan lagi kering kaya musim kemarau!”. Sahrul hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Kemal. Mungkin dalam hatinya il-feel, kali ya. “By the way, jangan panggil mas lah .... panggil gue Sahrul aja!” cakap Sahrul kepada Kemal. “Sik sik sik kita ini sekamar belum kenal semua ya?! Kenalan maning yok lah. Ndak enak sekamar ndak saling kenal!” Nuha memotong pembicaraan Sahrul dan Kemal, kemudian ia mengajak semua kawan sekamarnya untuk berkenalan lagi. “Bener tuh gue sebenarnya bingung dari tadi pengen ngomong tapi ga tau nama! Kita tadi di lapangan kan Cuma bilang woy woy aja! Ga manggil nama!” keras suara Dinan memaparkan pendapatnya. “Yo wees dari aku yoo! Namaku Finan, aku sama Nuha teman akrab dari jogja!” sambung Finan, kemudian memperkenalkan diri. “Kalau aku Septio dari banyumas!” sambung septio memperkenalkan dirinya. “Gue Kemal, gue di sini sama kaya Firman dari Depok, Jawa Barat!” Kemal dengan kece memperkenalkan dirinya. 151
“Gue Sahrul, asli dari sini. Semesta, Semarang!” sambar Sahrul memperkenalkan identitas dirinya. Kemudian diteruskan oleh anak-anak yang lain sampai ke sepuluh teman baru itu memperkenalkan dirinya masing-masing. Setelah saling kenal, kini kesepuluh teman baru itu semakin longgar untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka bersepuluh melanjutkan perbincangan satu sama lain. Seperti teori yang pernah dibuat Kemal. Bahwa laki-laki itu jauh lebih big gosip dari pada cewe kalo udah ngumpul kaya begini. Apa pun diperbincangkan. Mulai dari futsal, sepak bola, hobi masing-masing, sampai kaum hawa pun dicelotehkan. “Tek terektek tek tek dug dug dug dug ..... Alllahu akbar allahu akbar ....” suara adzan magrib memotong pembicaraan kesepuluh kawan baru itu. Satu per satu dari mereka pamit, meninggalkan kantin dan bergegas kembali ke asrama. Ada yang langsung ke mushola (padahal belum mandi), ada yang ke kamar untuk segera siap-siap mandi, bahkan ada yang terus duduk-duduk di kantin (nggak taunya orang ini memesan mie rebus di kantin). Mendengar suara adzan yang menggetarkan hatinya, sudah pasti Kemal bergerak lurus untuk siap-siap mandi, membersihkan diri, dan dilanjut sholat di mushola asrama. Semenjak permasalahn hidupnya semakin rumit, satu anak ini jadi alim dan taat beragama. Setelah melakukan sholat margrib, Kemal langsung melangkahkan kakinya menuju kamar. Sebenarnya ia sangat ingin tadarus Al-Qur’an bersama para peserta lain yang sedang asyik membaca kitab suci umat muslim di mushola tersebut. Akan tetapi matanya yang sudah berat, begitu pun langkah kaki yang mulai gontai me152
maksanya untuk segera beristirahat. Alhasil, pada malam itu pun Kemal tidak ikut kelas tambahan bersama para senior Semesta. Hari kedua di Semesta. Hari itu Kemal bangun lebih awal. Bahkan sebelum adzan shubuh dimulai, dirinya sudah singgah di mushola untuk bertadarus Al-Qur’an. Rupanya ia belajar dari pengalaman. Pengalaman hari pertamanya yang membuat ia hampir ketinggalan sholat shubuh dipelajarinya baik-baik. “Shodakallah hul adzieem ..” lantunan Kemal mengakhiri tadarus Qur’annya. Saat meletakkan Al-Qur’an di dalam rak buku mushola, suara adzan shubuh dikumandangkan oleh merbot mushola asrama. “Allahu akbar ... Allahu akbar .........” kumandang adzan membangunkan isi asrama dan membuat makhluk-makhluk yang ada di dalam asrama datang satu per satu menuju mushola. “Allahu akbar ...” suara takbir diagungkan Kemal menjalankan dua rakaat sholat sunnah sebelum shubuh. Ini adalah sholat sunnah favoritnya. Ia telah lama menjalankan sholat sunnah ini. Rupanya waktu SMP dulu ia pernah mendengarkan khutbah di salah satu masjid yang berlokasi di kota Depok. Isi khutbah tersebut membuat Kemal takjub dan ingin menjalankannya. Yakni, isi khutbah itu adalah ajakan untuk menegakkan sholat sunnah sebelum shubuh. Dalam khutbah singkat itu dijelaskan bahwa keutamaan sholat sunnah rawatib shubuh adalah dicintai Allah lebih dari apa yang ada di langit, maupun di bumi.Sholat sunnah rawatib shubuh merupakan amalan sunnah yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah. Sontak, hati Kemal bergetar dan merasa terajak untuk menegakkannya. Yang lebih membuat Kemal beristiqamah dengan sholat sunnah rawatib shubuhnya adalah jika ia melaksanakan sholat 153
sunnah tersebut pasti harinya berjalan lancar. Akan tetapi jika tidak menjalankan sholat sunnahnya, maka kehidupan di hari tersebut seperti ada saja yang membuat sial. Setelah sholat shubuh ia lekas berjalan keluar gedung asrama. Ia berjalan menuju taman di tengah-tengah sekolah Swasta. Pagi yang sejuk dengan embun yang menempel pada daun yang berjatuhan adalah kesukaannya. Begitu pun dengan basahnya rumpt-rumput di taman, serta lembabnya kondisi tanah membuat Kemal tenang, sejuk, tentram, dan damai. Langkah kakinya berjalan menuju ayunan yang berada di taman. Sambil mengayunkannya ia mencoba menghafal beberapa kosa kata dalam bahasa Turki. Suasana pagi hari yang menyenangkan hatinya seakan mempermudah Kemal menyerap pelajaran. Di tengah-tengah kefokusannya mempelajari bahasa Turki, ia teringat kekasih tercintanya, Rini. Semu, rupa wajah Rini nampak dalam daun jati yang jatuh di bawah ayunan. “Rin??” suara Kemal menatap daun jati lebar yang menguning itu. “Aduh udah gila gua!?” tersadar Kemal dari kegalauannya. “Udah ah udah ga fokus!” ujar Kemal menyadari dirinya sudah tidak berkonsentrasi lagi setelah bayang-bayang Rini datang. Waktu di jam tangannya pun sudah menunjukan pukul 06.25 waktu setempat. Itu tandanya waktu sarapan sudah masuk. Kemal pun bergegas ke dapurasrama untuk menyergap santap paginya. Terlihat ia bergabung dengan Sahrul yang berada di sudut 154
dapur sendirian. “Hai mal! Sendirian aja lo? Biasanya sama Firman mulu” tanya Sahrul. “Iya rul ga tau Firman kemana. Dari tadi shubuh kan gue nggak bareng” “Oh iya ... tadi pagi lo ke mushola duluan ya! Tumben ga kaya kemaren ...” “Yah kemraen kan gue masih capek, baru sampe sini. Jadinya maklum lah ya kesiangan shubuhnya!” Kemudian mereka berdua melanjutkan santap paginya. Terlihat telur mata sapi, kentang goreng, saus, dan segelas air teh menemani santap pagi mereka berdua. “Eh btw lo kan emang anak sini. Berarti lo udah paham banget bahasa Turki ya?” tanya Kemal. “Iya gue emang anak sini. Di semesta ini juga emang ada pelajaran bahasa Turkinya, tapi gue ga terlalu bisa bahasa Turki. Gue malah prefer ke Bahasa Inggris. Kan gue nanti juga pengen ngambil Bahasa Inggris. Gue pengen jadi guru Bahasa Inggris mal!” “Lah kenapa ga ke Inggris aja sekalian?” tanya lagi Kemal. “Yaa udah ada-nya ini mal. Males lagi cari-cari link ke Inggris!” “Oh gitu .... Eh gue mau nanya soal Toeic deh. Itu emang harus banget ya??” Kemal bertanya lagi kepada Sahrul yang me155
mang lebih tau soal pendidikan di negeri dua benua tersebut.
paginya.
“Iya itu perlu mal sebagai syarat. Kalo kita ga lulus Toeic bisa ngambil di taun depan kok. Sebelumnya ada belajar intensif dulu di sana. Kita belajar bahasa Turki setahun di Turki langsung. Sama orang-orang Turki langsung. Jadi pastinya kita lebih siap buat Toeic nantinya!” seru Sahrul menjelaskan kepada Kemal.
Sehabis menyelesaikan sarapan paginya. Kemal dan Sahrul balik ke kamar untuk bersiap-siap masuk ke kelas masing-masing. Kemal memang berbeda kelas dengan Sahrul. Kemal masih berada di kelas dasar, sedangkan Sahrul sudah berada di kelas yang lebih expert.
“Oalah buat jadi bahasa pengantarnya juga sih ya nantin-
Mulai dari situ kehidupan Kemal berjalan seperti biasanya. Duduk di sebelah Firman. Pak Ilal datang. Laki-laki paruh baya itu mengucapkan salam. Lalu, dilanjut dengan berbicara basa-basi pakai Bahasa Inggris. Sampai akhirnya, bahasa andalannya, bahasa Turki dikeluarkan dari mulutnya. Dan seperti biasa, Kemal mulai extra pay attention kala pak Ilal mengeuarkan bahasa-bahasa ajaibnya.
ya!” “Oh enggak mal. Kalo itu sih tergantung universitas-universitas di sana. Ada yang universitasnya pake bahasa Turki sebagai bahasa pengantar utama. Tapi ada juga universitas yang pake Bahasa Inggris kaya Metu! ...... By the way lo mau ngambil jurusan apa sih??” “Kalo gue sih pengen ngambil arsitektur atau engga teknik sipil rul!” “Nah! Cocok tuh Metu kan teknik mal! Middle East Technical University! ITB-nya Turki lah gitu..” Kemal yang terdiam dan memandang Sahrul dengan tatapan kosong. Ternyata dalam hatinya tengah berimajinasi untuk menentukan tujuan hidupnya. Kini sudah ada satu tujuan. Tujuan itu bernama Metu! Middle East Technical University!. “Wooii kenapa lu mal!” Sahrul mengagetkan Kemal yang sedang melamun dengan tatapan kosong. “Oh iyak maaf, yok kita abisin makanannya sebelum masuk kelas!” Kemal mengajak Sahrul untuk kembali melanjutkan santap 156
Entah mengapa ketika berada di kelas waktu berjalan begitu lambat buat Kemal. Adzan penanda masuknya sholat dzuhur menjadi pelipur lara tersendiri baginya. Break istirahat sholat makan yang hanya berdurasi 20 menit kurang seakan menjadi oase di tengah-tengah gurun gobi untuknya, lumayan sangat menyegarkan!, dalam hati Kemal. Memasuki hari semakin menua. Teriknya sang surya di kota Semarang yang memang agak berlebihan membuat Kemal semakin tidak fokus. Pikirannya sudah jauh mengambang kemana-mana. Seluk beluk hatinya berkata, bosen!. Baru saja dua hari berada di kota Mahesa Jenar titik uap jenuh sudah didapatinya. Dengan rutinitas yang terpampang dalamrundown acitvity di masa karantina, seakan membuat ia muak melihatnya. 157
Selama dua pekan ia merasakan hari-hari yang sama. Entah sekarang apa yang ada di dalam benaknya. Sudah pasti lebih dari sekedar kata jenuh hinggap dalam hati dan pikirannya. Sampai-sampai ketika sedang beristirahat dan bermain PES bersama Firman di kamar, Kemal lekas berkata, “Man kita kapan pulang ya? Lo ga kangen?”. “Gue udah mesen tiket pulang hari jum’at minggu ini mal!”jawab Firman. “Yah elu ga bilang-bilang! Cariin tiket buat gue juga dong man!” protes Kemal kepada Firman. “Oke deh coba cari dulu ya!” ujar Firman. Layar laptop yang tadinya berisi Pro Evolution Soccer itu diganti Firman menjadi sperangkat search engine. Firman mulai mengetik keyword “tiket pesawat Semarang-Jakarta”. “Wah wah ini mal! Lumayan promo lagi ! Cuma dua setengah nih!” ujar Firman yang sedang mencari-cari tiket pesawat Semarang-Jakarta. “Siap! Deal kawan!” bergegas Kemal menyepakati tawaran kawan seperjuangannya itu. Kini perasaan Kemal sudah lega. Paling tidak satu tiket untuk pulang sudah di tangan.Riniiii,AA Kemal is coming, sumringah dalam hati Kemal. Dalam hatinya tak sabar menunggu hari jum’at lekas datang. Seperangkat ide canggih pun sudah direncanakan. Sengaja ia tidak memberi kabar ke Rini kalau minggu ini ia akan pulang.Bikin sureprise aah, ujar dalam hatinya. Tak lupa ia mengkomunikasikan hal ini kepada Firman. Ia menyuruh Firman agar tak beromunikasi apapun dengan Rini. Termasuk mengkomunikasikan kepulangan mereka. Dalam dunia fantasinya telah mereka-reka bahwa nanti ia langsung datang ke rumah 158
Rini. Membawa oleh-oleh dari Semarang dan berkata “Sureprisee , abang pulang Rini...”. Pasti Rini terkagum-kagum dengan ide gue yang satu ini, kembali ia berbicara dalam hati. Dengan pikiran yang sudah fokus untuk kepulangannya kembali ke Jakarta. Kemal pun seakan mengabaikan kehidupan di asrama sejenak. Sering juga ia membolos dari kelas pelajaran bahasa Turki, karena sudah terlalu jenuh. Bahkan sekarang aktivitasnya di asrama hanya lah bermain futsal di sore hari. Selebihnya ia luangkan untuk tidur dan bercengkrama bersama kawan-kawan lainnya yang bolos kelas. “Oh Friday hurry up!Come on getting closer!” ujar Kemal melamun menatap jarum jam di dalam kamar yang bergerak begitu lambat. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari ditunggu Kemal penuh kesabaran. Atas dasar kesabarannya itu kini ia mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa. Esok, hari yang ditunggu-tunggu oleh Kemal. Yaitu hari kepulangannya pun segera tiba. Dengan sigap malam itu juga, yaitu malam jum’at kliwon ia membereskan semua perbekalannya. Sebisa mungkin semua barang bawaan dimasukkan ke dalam ransel besarnya. Akan tetapi beberapa celana dalamnya yang belum kering segera dibuang Kemal. “Jijik jijik jijik” ujar Kemal menjepit hidungnya dengan kedua tangan dan segera melemparkan dalaman eksotis ke dalam tong sampah dekat kamar mandi. “Bisa bikin pak pilot sakau tuh kalo dibawa” celoteh Kemal menunjuk ranjang sampah berisi dalamannya.Dengan lari terbirit-birit ia segera meninggalkan TKP. Sebab Kemal akan merasa malu jika kepergok sedang membuang ranjau sembarangan.Maka dari itu, ia lakukan misi rahasianya itu 159
dengan hati-hati dan penuh kehikmatan. “Alhamdulillah ... misi sukses ....” terucap dalam mulut Kemal dengan nafas terengah-engah. Kini ia dapat kembali ke kamarnya dan hendak memejamkan matanya. Tak mau membuang-buang waktu saat tergelepak di kasur, langsung saja ia tertidur pulas dan mendengkur merdu, “Kruuuk ...kruuuk”.
WELCOME HOME ! “Mal mal .... bangun mal bangun ...pak pok pak pok” terdengar suara Firman membangunkan Kemal, tak lupa dilanjutkan dengan beberapa tepukan empuk hinggap di pipi Kemal. “Hoaaaaah apaan si nih elah? ... hoaaam” Kemal mengigau. “Bangun menye! Kita kan mau cabut!” ujar Firman membangunkan Kemal yang masih saja mengulet. “Hoaaaaaam elah” kembali Kemal menguap dan terlihat matanya masih sembab. Kemudian ia melihat jam di tangan kanannya. “Masih jam empat gilak! Adzan shubuh aja masih setengah jam lagi!” sahut Kemal rada kesal. “Eh menye! Kita take off jam 07.15. Abis shubuh kita udah mesti ke bandara malih!” Firman yang biasanya datar, ternyata galak juga kalau lagi marah. “Iyeeee ah aing mandi dulu!” balas Kemal langsung bergerak mengambil handuk dan peralatan mandi. “Buruan gak pake lama!” kembali Firman berceloteh seperti marah. “Iye bawel lu aja belom mandi!” sahut Kemal sewot. “Oh iya” jawab Firman dengan ciri khasnya kembali. Akhirnya mereka berdua segera membersihkan diri. Tak lupa mereka langsung menjalankan kewajiban bersholat shubuh berjamaah. Sehabis sholat pun dilanjutkan dengan berdoa berharap keselamatan kepada Yang Maha Pemberi Keselamatan. Terlihat Firman berjalan menuruni tangga terlebih dahulu. Rupanya taksi yang dipesannya sudah menunggu di bawah. Segera
160
161
ia kembali berjalan menaiki tangga ke mushola untuk memberitahu ke Kemal. “Mal mal buru pak supir udah dateng!” teriak Firman dari tangga mushola. “Iya iya gue ambil ransel gue dulu yak!”. Sesaat setelah Kemal mengemas ransel besarnya, mereka berdua pun segera menghampiri pak supir yang sedang menunggu di depan gedung asrama. “Wes sudah beres mas?” pak supir bertanya kepada Kemal dan Firman yang sedang membereskan perbekalan di dalam bagasi. “Iya sudah pak... yok kita bisa jalan sekarang” ujar Firman. Sebelum masuk ke dalam taksi, Kemal pergi mencari Zul dan Sahrul. Rupanya ia ingin berpamitan terlebih dahulu dengan dua teman barunya itu. Di tempat yang berbeda, “Zul pamit ya...” , “Rul pamit yaa..”. Setelah itu Kemal segera kembali menuju taksi yang sudah lama menunggu. “Yok pak kita berangkat....!” suruh Kemal yang sudah masuk ke dalam taksi. “Kira-kira kita sampai di bandara jam berapa ya?” tanya Firman kepada pak Supir di tengah-tengah perjalanan. “Ya kira-kira jam 7 kurang 10 menit lah mas! Wong sekarang Semarang sudah macet sih mas!” jawab pak supir dengan keluh kesahnya terhadap kondisi kota Semarang yang ia jumpai dewasa ini. “Macet pak? Udah kaya Jakarta aja pak!” sahut Kemal sambil bercermin dan merapihkan rambutnya pada sebuah kaca. “Woh iya mas .... beda sekali sama dulu. Semarang sudah penuh sekarang ini mas!” lanjut pak supir mencurahkan keluh kesahnya. 162
“Dampak dari perkembangan zaman tuh pak! Sekarang mobil sama motor bisa dikredit Cuma-Cuma. Jadinya semua orang bisa punya kendaraaan dengan gampang pak! Akhirnya kan jalanjalan di kota jadi penuh kendaraan kan pak! Macet deh!” tutur panjang lebar Firman menjelaskan kepada pak supir. Ah sotoy nih orang, ujar Kemal dalam hati sambil terus merapihkan rambut belah pinggirnya itu. “Iya juga ya mas! Padahal kan kalo naik kendaraan umum lebih enak ya mas. Jadi ga macet! Apa lagi taksi kaya gini” lanjut pak supir seperti ingin mengambil keuntungan dari permasalahan itu. Firman hanya menatap ringan pak supir tersebut. Selang beberapa waktu kemudian Kemal dan Firman tiba di bandara. Rupanya mereka sampai terlalu pagi. Mungkin efek pak supir yang melaju begitu cepat. Alhasil Kemal dan Firman menunggu hampir satu jam di bandara. Berbeda dengan perjalanan keberangkatannya ke Semarang, kali ini keberangkatan pulang ke Jakarta terasa begitu cepat. Jelas saja, ketika berangkat ke Semarang Kemal menggunakan transportasi kereta api, sedangkan kali ini ia menggunakan pesawat terbang. Namun bagi Kemal sensasi pertama kali menggunakan kereta api tetap pengalaman yang tak terlupakan. Berapa banyak potret yang tergambar dari jendela kereta api? Apakah sama dengan pemandangan dari atas pesawat terbang? Rasa tentang Indonesia sesungguhnya baru nampak jika menggunakan kereta api, menurut Kemal. Tidak sampai satu jam Kemal sudah sampai di Soekar163
no-Hatta. Barang bawaan pun sudah siap dikemas baik-baik. Terutama buah tangan untuk Rini, pastinya tak akan terlupakan oleh Kemal. Senyuman ringan terpancar dari raut wajah Kemal, sepertinya ia sedang membayangkan rencananya untuk Rini. Tiba-tiba “Plaaaak.....” terpaan keras dari tangan Firman mengejutkan Kemal. “Bro ... duluan yaa, btw gue pengen ke bogor, ke tempat ayah gue dulu! Mau bareng apa enggak?” ujar Firman. “Oooh gitu ... heemm kayanya enggak deh. Gue pengen langsung ke rumah aja! Gue pake taksi sendiri aja. Gampanglah!” tersirat jelas sifat easy going milik Kemal. “Oh oke deh ... yaudah sip hati-hati yaak. Sampai ketemu nanti di Jakarta!” Kemal dan Firman saling berpelukkan, dan pergi meninggalkan bandara masing-masing. Tepat matahari 90 derajat diatas kepala, Kemal tiba di rumah tercinta. Seperti biasa, pagar besi yang suda berkarat, deretan bunga sedap malam, jalur setapak diatas rumput menjadi pemandangan sehari-hari yang ia lihat di rumahnya itu. Namun segelintir pemandangan itu yang selalu membuat Kemal rindu akan rumah. Suasana ruang yang sudah bersahabat dengannya. “Assalamualaikum .... tok ..tok..tok” “Waaah Kemaaal .... kamu pulang kok nggak ngabarin dulu?” sahut bu Eki ketika membuka pintu rumah.
164
“He .. he.. he... iya bu ini juga pulang dadakan. Ada beberapa dokumen yang harus diberesin!” “Yaudah masuk dulu sana ke kamar! Kan kamu lelah! Ibu bikinin teh ya” “Yaelah teh lagi... formal banget... ga tau gue di Semarang mabok teh apa!” ujar dalam hati Kemal. “Assalamualaikum.. kreeeek” suara Kemal ketika membuka pintu kamarnya. Hamparan bantal berserakan, selimut di lantai, buku-buku diatas kasur, spidol, dan lembaran sketchbook bertebaran di seluruh ruangan menjadi pemandangan pertama kali yang didapatkan Kemal. Bukannya pusing melihat keadaan sechaos itu, malah Kemal lari berjingkrakkan di atas kasur. Yaaa kamar yang seperti ini adalah sumber inspirasinya. Kamar itu merupakan cerminan ruang diri seorang Kemal Pangestu Nugroho.Sudah hampir satu bulan ia tidak menemukan suasana ruang yang seperti ini, sudah hampir satu bulan ia tidak menemukan dirinya sendiri.Now, lets back to the habbit! Seperti ada yang melintas, Kemal kembali teringat akan rencananya untuk Rini. “Oke baiklah .... habis maghrib nanti gue kagetin tuh orang! hahahaha” ujar Kemal bercakap pada sebuah cermin. Entah sedang terinspirasi dari siapa, yang jelas saat itu gerak-geriknya seperti karakter licik dalam sinetron. Setelah berjam-jam berperilaku absurd kini badannya terasa letih, empuknya kasur dan selimut tebal menjadi teman akrab 165
buat Kemal. Ia pun terlelap sampai ..... kurang lebih pukul 08.00 malam ia baru terbangun. “Hoaaaaam ......” Kemal baru bangun dari lelapnya ia bermimpi. Saat mengusap kedua matanya, ia melihat ke arah jam dinding. Ternyataa .... “Tidaaaaaak... udah jam 08.00” Kemal terlihat panik kebakaran jenggot. Tanpa memikirkan apapun, ia segera mengambil handuk dan hendak membersihkan diri. Secepat mungkin ia lakukan, ya asal jebar jebur aja yang penting kena air. Kemeja kota-kotak andalannya pun menjadi pilihan yang ia kenakan kala itu. Wangi-wangian beraroma cool disemprotkan pada sekujur tubuh agar tercium segar. Hal terpenting Kemal tidak lupa membawa buah hati khas kota Semarang yang telah ia bawa. “Breem breeem breeeem...” Tanpa memanaskan mesin langsung menancap gas menuju rumah Rini, kekasih tercinta. Tak jarang sepeda motor kumbang miliknya berdahak seperti ingin berhenti di tengah jalan. Maklum saja sepeda motor tahun 80-an belum dipanasin hampir satu bulan. Bisa nyala saja sudah bagus. Dengan perjuangan beberapa kali menyalakan mesin motor di tengah jalan, akhirnya Kemal tiba di rumah Rini tepat pukul 10.00 malam penuh dengan keringat dan muka berminyak. Hiyaaakss ....
MAAFKAN AKU, RIN! “Assalamualaikum ....Assalamualaikum” suara Kemal bertamu di rumah Rini. “Iyaaa wa’alaikumsalam....tunggu sebentar... siapa yaa?” terdengar suara perempuan dari dalam rumah. “kreeeek...” suara pintu terbuka perlahan. “Kemaaaaaaal....... kok ga bilang bilang????” Rini terkejut kehadiran Kemal. “Hehehe iyaa rin sengaja dong .... sureprisee kaaan!” “Engga aah biasa aja hehe..” Rini menahan senyum sambil membukakan pintu pagar untuk Kemal. “Ayuk duduk mal! Aku ke dalam sebentar ya bikin minuman hehe” “Oh gitu, oke deh ... yang berwarna ya Rin!” Rini menggelengkan kepala dan meninggalkan Kemal untuk membuat minuman. Di depan teras Kemal mulai mengeluarkan oleh-oleh dari dalam tasnya. Lima menit kemudian Rini datang membawa minuman berwarna jingga. “Nih mal diminum yaa!” “Iyaaa Riin.. Nih Rin oleh-oleh dari Semarang” Kemal menadahkan satu kotak bakpia, brem, sate bandeng, dan panganan khas Semarang lainnya.
166
167
“Waaah kamu kok tumben inget sama aku? Hihiw makasih yaaa!” “He..he..hee” Kemal hanya tertawa dan tersipuh malu. Bagi Rini ini merupakan momen yang sangat jarang ia dapatkan dari Kemal. Tumben sekali Kemal punya inisiatif kaya gini, ucap Rini dalam batin. Sangat tidak diduga-duga, tadinya Rini sangat khawatir, dan kesal kepada Kemal. Semenjak berpisah di stasiun, Kemal sama sekali tidak menjaga komunikasi dengan Rini. Setidaknya ada usaha sedikit untuk tetap berkomunikasi. Mentang-mentang hp jangkriknya ketinggalan ga mau sedikit usaha cari jalan untuk berkomunikasi apa? Ga peka tau ga! Mungkin itu adalah segenap uneg-uneg yang melekat dalam hati Rini. Tetapi secara tidak disangka-sangka seperti ini, Kemal datang dengan penuh kejutan. Sepasang lesung pipit dalam senyum simpul Rini tak terbendung semenjak kehadiran Kemal. Melihat Rini begitu senangnya Kemal tidak tega untuk menyatakan sebuah maksud lain. Kepulangannya ke Jakarta tidak akan lama. Ia harus segera dengan cepat menyelesaikan dokumen-dokumen keberangkatan ke Turki. Minggu depan dia akan take off ke Turki. Dilema pun datang saat itu juga. Kemal sangat tidak berani mengatakan maksudnya itu. Ia takut mengubah mata berseri-seri yang dipancarkan Rini menjadi mata yang berlinang. Rini masih berdiam diri menikmati suasana rindunya atas Kemal. Sungguh tidak ada keberanian dalam diri Kemal untuk memecahkan suasana yang tidak mengenakkan batinnya itu. 168
Malam semakin larut, udara semakin dingin, kualitas ruang berubah menjadi sunyi. Kemal masih tidak berani mengungkapkan tujuannya. Namun, Rini menyadari suasana menjadi canggung. “Mal kok dari tadi diam aja?” Dengan penuh keberanian Kemal menepis keraguan untuk mengatakan hal sesungguhnya. “Ini demi kebaikan bersama!” ucap dalam hati Kemal. “Rin .... sebenarnya aku singgah di Jakarta ga lama!” Suara daun terkena sapuan angin terdengar jelas. “Aku di sini tinggal beberapa hari lagi ... Cuma buat ngurus berkas!” Terlihat Rini mulai mengusap kedua matanya. “Minggu depan aku berangkat ke Turki!” “Cukup mal ....” kucuran air mata mengalir pelan dan mulai membasahi pipi Rini. “Ga perlu dilanjutin ... Aku udah tau kamu akan pergi!” Rini berusaha berbicara dengan tercengak-cengak. “Udah Rin...!” Kemal menghapus air mata Rini. Ia merangkul dan memeluknya erat-erat. Mereka berdua hanyut dalam kesedihan dan kesunyian malam. Kemal melepaskan eratannya, kemudian berbisik pelan “Maafkan aku Rin” Tidak ada kata yang terucap lagi, perlahan Kemal menjauh dari Rini. Dengan cekatan ia menyalakan mesin motornya dan me169
laju begitu cepat. Seakan sama sekali tak ingin Rini mengikutinya untuk waktu yang lama. Kemal benar⎼benar meninggalkan Rini untuk waktu yang tak menau sampai kapan ******
“ Maafkan aku Rin .. Aku ga mau kamu mengingat aku lagi. Kita harus berpisah. Jarak dan waktu yang memisahkan kita. Aku sepakat dengan pernyataan kamu bahwa manusia tidak akan mengetahui hal apa yang akan terjadi di masa depan. Kita boleh merencanakan sebaik mungkin ... namun tetap tuhan yang menentukan. Yaa itu lah realita hidup. Kita harus menerima hal itu selapang mungkin. Sekarang lebih baik kita melupakan sejenak rutinitas yang pernah kita lewati bersama. Mulai lah kita tatap masa depan dengan cara kita masing-masing. Sebelum aku berangkat maukah kamu mendengarkan filosofi dari sebuah perahu yang selalu menjadi lukisanku? Perahu sangat mungkin terombang ambing di tengah lautan lepas. Terjangan ombak, terpaan angin sangat mungkin untuk menyesatkan sebuah perahu. Namun dibalik rupanya yang rapuh, perahu memiliki kemudi untuk tetap mempertahankan jalurnya di tengah lautan. Hingga akhirnya setiap perahu dapat menepi di tempat tujuan. Berlayarlah seperti perahu Rin. Teruslah berjalan! Jangan pernah takut untuk memulai sebuah perjalanan! Walau terkadang kita terombang-ambing dalam arah yang tidak jelas. Tetaplah pertahankan jalanmu untuk dapat menepi di satu tujuan. Jika aku bukan tujuan sejatimu, aku tetap bangga. Karena aku pernah menjadi tempat kamu menepi. 170
Tertanda Kemal Pangestu Nugroho ” Sepucuk surat yang dititipkan Kemal kepada Andre untuk Rini di Soekarno-Hatta. Andre melepas kepergian Kemal dengan sangat sedih. Dua belas tahun sudah Andre dan Kemal bersama. Kini Ia harus melepas kepergian sahabat sejatinya ke tempat yang begitu jauh di benua biru sana. Sepucuk doa keselamatan dilantunkan untuk menemani perjalanan sahabatnya itu. Ia berharap kelak Kemal akan kembali ke Indonesia dan bertukar cerita dengan dirinya. Badan pesawat sudah meninggalkan landasan. Kini tinggal titik yang terlihat di langit yang biru. Namun canda, tawa, suka, dan duka bersama Kemal tidak akan pernah hilang dalam diri Andre. “Selamat jalan kawan..... Selamat berjuang! Kelak kita kan berjumpa lagi!” Andre pergi meninggalkan bandara dengan membawa surat dari Kemal yang ia genggam erat-erat. Kembali di suatu tempat dekat dengan Middle East Technical University ... Panasnya tumpahan teh menyadarkan Kemal saat melamun. Ia menyadari kisah masa lalunya. Ia yakin Rini sedang merindukannya di tanah air sana. “Rin rin..” terucap pelan dari mulut Kemal dengan tersenyum layu. Ia berjalan ke arah kamarnya dan menghidupkan sebuah laptop. Terlihat ia mulai mengetik beberapa kalimat. 171
Hai Rin apa kabar? Sudah enam tahun kita tidak berjumpa. Pastinya kamu sangat bahagia ya di sana? Tahu tidak, di sini aku masih suka memikirkanmu. Saat ingin melaksanakan sidang tesisku di sini, terekam jelas kisah-kisah kita waktu dulu. Saat-saat kita bersama di SMA dulu. Ternyata semua sangat indah ya? Hehehe. Ternyata memang benar masa SMA adalah masa yang paling sulit dilupakan. Terlebih itu semua karena ada kamu. Sengaja aku menulis surat untuk kamu. Entah mengapa secara tiba-tiba aku rindu padamu. Apakah kamu di sana merasakan hal yang sama? Hehe. Apakah mungkin saat aku kembali ke tanah air nanti, kita bisa melakukan hal-hal yang seperti dulu kita lakukan? Maafkan aku ya jika aku masih berperilaku seperti anak kecil, hehe. Bukannya aku yang kekanak-kanakkan, tetapi memori saat bersamamu sungguh memanggil diriku. Sungguh aku ingin kembali ke masa itu. Sungguh aku ingin merasakan kembali cinta itu. Cinta yang pernah kamu dan aku miliki bersama.
ian di depan rumahmu itu.Namun hingga saat ini aku yakin, kamu masih belum memaafkanku. Siang ini aku melangsungkan sidang tesisku. Tepat sore nanti aku berangkat ke tanah air. Mungkin sembilan jam perjalanan sudah sampai di Soekarno-Hatta. Tidak ada yang berubah dalam diriku. Hanya segelintir gelar tambahan yang tak bermakna terpampang dalam namaku. Akan tetapi, hati ini, cinta ini, sepenuhnya masih menjadi milikmu. Namun aku sadar, aku takkan membenturkan kembali cinta kita ini. Cintamu kini sudah dimiliki orang lain. Kau telah bersuami! Cinta yang kumiliki ini akan kusimpan menjadi cinta tak bertuan. Karena sebenarnya aku sudah tidak membutuhkan cinta lagi, aku sangat merasa cukup melihat cintaku sudah berbahagia dengan pemilik sebenarnya. Memang awalnya aku tak percaya bahwa cinta itu tidak harus memiliki, tapi kini aku berada di posisi itu, aku mempercayainya, dan aku membuktikannya. Dengan surat ini aku berharap kamu membacanya, dan suatu waktu nanti di Indonesia kita dapat berjumpa kembali.
Maafkan aku, jika sepucuk surat ini mengganggumu. Sama sekali aku tidak berniat seperti itu. Sekali lagi aku utarakan, aku hanya ingin kembali memasuki memori bersamamu. Hanya memori tidak lebih! Karena aku tahu..... Aku tahu dari Andre Rin. Kabar terakhir yang kudapatkan kamu telah bersuami kan? Tepat satu tahun lalu di bulan Januari? Kenapa kamu tidak mengirimkan undangan kepadaku? Hahaha Ayolah sepertinya kamu masih sangat membenciku.
Salam,,
Di surat ini sekalian aku hendak berminta maaf kepadamu. Bahkan sudah berpuluh kali aku ucapkan “maaf� semenjak kejad-
172
Laki-laki yang terus mencintaimu Kemal Pangestu Nugroho.
Send mail to : Rini@hotmail.com
Kemal mulai menyiapkan diri. Membereskan koper-koper 173
besar, dan sebuah tiket pesawat keberangkatan Turki-Indonesia. Ketika semuanya sudah siap, ia hendak mengerjakan sholat sunnah dhuha terlebih dahulu. Agar berharap rezekinya hari ini semua terpenuhi. Tak lupa ia memanjatkan doa agar diberi kemudahan saat sidang nanti. Memang kekuasaan tuhan, saat itu juga Kemal merasa siap lahir batin untuk menjalankan sidangnya. Kemal pun melangkah dengan penuh kepercayaan diri menuju ruang sidang di Middle East Technical University. Sidang berjalan dengan lancarnya. Kini tittle dalam nama Kemal kembali bertambah. Pada saat itu juga tercatat, Kemal Pangestu Nugroho sebagai lulusan Master of Architecture terbaik dari Middle East Technical University. Sebenarnya waktu wisuda masih sekitar satu bulan lagi. Tetapi Kemal memang sengaja ingin pulang ke Indonesia terlebih dahulu. Ia ingin mengajak bu Eki, Rinda, dan Pak Agus melihat proses wisudanya langsung di Turki. Selain itu, Kemal juga ingin mengajak mereka semua berlibur di Turki dan keliling negara-negara lainnya di benua Eropa.
pun di dalam hatimasih banyak perasaan yang tersimpan untuk Kemal. Kemal juga mengerti akan keadaan saat ini. Ia harus menjaga batasan tertentu terhadap Rini. Ia sama sekali tidak ingin mengganggu rumah tangga seseorang, terlebih ia mantan kekasihnya sendiri. Mengenai cintanya bersama Rini, Kemal sadar akan satu hal. Cinta tidak boleh dipaksakan apalagi dikekang. Selayaknya menggenggam bunga mawar. Semakin erat menggenggamnya, maka akan semakin melukai tangan kita. Namun, apabila hanya dipandang dan dihirup baunya, akan memunculkan citra dari bunga mawar itu. Kemal sadar bahwa biarkanlah cinta itu datang dan pergi dengan sendirinya, tidak perlu dipaksakan. Walaupun dalam kenyataan lebih sering cinta pergi dari kehidupan kita.
Tepat pukul 18.00 waktu setempat Kemal sudah terbang dari Turki menuju Indonesia. Sepanjang perjalanannya, ia membawa harapan yang panjang pula untuk dapat bertemu dengan Rini walau hanya sebentar saja. Walau bagaimanapun, Rini merupakan bagian dari kehidupan Kemal. Sudah banyak pelajaran yang didapatkan dari Rini. Meskipun di Indonesia sudah pasti Rini menepis kehadiran Kemal. Sekarang tanggung jawabnya sudah menjadi istri bagi salah seorang pria. Rini harus menjaga kepercayaan sang suami. Walau174
**Selesai** 175
Tentang Penulis
M
ochamad Aditya Supardi Putra merupakan putra dari bapak Supardi. Pria lulusan sarjana Arsitektur Interior di Universitas Indonesia ini memiliki hobi yang agak anomali dari profesinya, yakni menulis. Jika kebanyakan arsitek gemar menggambar, maka Aditya sapaan akrabnya lebih gemar menulis, sehingga ia sempat berpikir salah jurusan semasa kuliah. Kembali Kelabu merupakan novel pertama yang dibuatnya, bermodalkan nekat dan ikhtiar. Sebelumnya Aditya pernah menulis dalam buku Sabu Raijua, Lontar, dan Arsitektur yang sudah bisa didapatkan di toko buku Gramedia Depok, merupakan buku penelitian arsitektur vernakular di Indonesia. Minatnya berubah, seketika saja ingin menulis novel dan berharap tulisannya bagus.
176