Bergelut Dengan TB di Tengah Pandemi

Page 1

NEWS OF MEDICAL EDUCATION

BERGELUT DENGAN TB DI TENGAH PANDEMI 8 April 2021

Halo sobat NOME!

Bergelut dengan TB di tengah pandemi

Setiap tanggal 24 Maret diperingati

sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia atau World Tuberculosis (TB) Day. TB tetap menjadi salah satu pembunuh menular paling mematikan di dunia. Dikutip dari WHO, setiap hari, hampir 4000 orang meninggal karena TB dan hampir 28.000 orang jatuh sakit karena penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan ini. Upaya global

untuk

memerangi

TB

telah

menyelamatkan sekitar 63 juta jiwa sejak tahun 2000. Tema Hari TB Sedunia 2021 adalah ‘The Clock is Ticking’ atau 'Jamnya Berdetak'. Arti tema ‘The Clock is Ticking’ adalah

ingin

bahwa

dunia

bertindak

menyampaikan kehabisan

berdasarkan

memberantas

TB

yang

pengertian

waktu

untuk

komitmen

untuk

dibuat

oleh

para

pemimpin global. Lalu, siapkah kita menjadi bagian dari upaya tahunan ini?

COVID-19. disebabkan

TB

adalah

oleh

penyakit

bakteri

tuberculosis.

Pada

menyerang

paru-paru,

yang

Mycobacterium

umumnya, tapi

bakteri bisa

ini juga

menyerang organ lain kelenjar getah bening, tulang belakang, ataupun perut. Gejala TBC antara lain onset atau serangan kronik lebih dari 14 hari dengan gejala demam kurang dari 38 derajat celcius disertai batuk berdahak, bercak

darah,

sesak

napas

memberat

bertahap, berat badan turun, dan berkeringat di malam hari. Sedangkan gejala COVID-19 antara lain dengan gejala onset akut kurang dari 14 hari disertai demam lebih dari 38 derajat celcius dengan batuk kering, sesak napas muncul segera setelah onset, nyeri sendi, pilek, nyeri kepala, dan gangguan penciuman atau pengecapan. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya pada penderita HIV. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis pasti akan sakit dan mengalami gejala TBC. Sistem kekebalan tubuh biasanya dapat

mencegah

Anda

jatuh

sakit.

Tuberkulosis yang bergejala adalah TB aktif. Sementara TB laten biasanya tanpa gejala.


1. Gejala TB aktif

2. Gejala TB laten Bergelut dengan TB di tengah pandemi

Penderita TB aktif biasanya akan memiliki gejala

gangguan

pernapasan.

Pasalnya,

COVID-19.

TB

adalah

disebabkan

menyerang paru-paru. Penderita TB jenis ini

tuberculosis.

Pada

juga dapat menularkannya pada orang lain.

menyerang

paru-paru,

Secara umum, gejala TBC atau tuberkulosis

menyerang organ lain kelenjar getah bening,

aktif meliputi: batuk berkepanjangan, baik

tulang belakang, ataupun perut. Gejala TBC

berdahak

yang

antara lain onset atau serangan kronik lebih

berlangsung selama tiga minggu atau lebih,

dari 14 hari dengan gejala demam kurang dari

batuk darah, nyeri dada atau nyeri saat

38 derajat celcius disertai batuk berdahak,

bernapas,

bercak

tidak

berkeringat

berdahak,

di

malam

hari

darah,

bakteri

yang

bakteri penyebab tuberkulosis lebih umum

maupun

oleh

penyakit

Mycobacterium

umumnya,

sesak

tapi

napas

bakteri bisa

ini juga

memberat

kegiatan,

bertahap, berat badan turun, dan berkeringat

penurunan berat badan yang tidak disengaja,

di malam hari. Sedangkan gejala COVID-19

kelelahan, demam, badan panas-dingin, dan

antara lain dengan gejala onset akut kurang

kehilangan nafsu makan.

dari 14 hari disertai demam lebih dari 38

meskipun

tidak

melakukan

Tuberkulosis juga dapat mempengaruhi

derajat celcius dengan batuk kering, sesak

bagian lain tubuh, termasuk tulang, usus,

napas muncul segera setelah onset, nyeri

ginjal, kelenjar getah bening, dan otak. Gejala

sendi, pilek, nyeri kepala, dan gangguan

TBC akan bervariasi sesuai dengan organ

penciuman atau pengecapan. Penyakit ini

yang terinfeksi. Sebagai contoh, gejala TBC

ditularkan dari percikan ludah yang keluar

tulang

punggung,

penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau

pembengkakan di sekitar tulang belakang,

bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada

dan rasa kaku. Sementara gejala TBC usus

seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah,

bisa berupa sering mual dan kembung, serta

misalnya pada penderita HIV.

dapat

mencakup

nyeri

penurunan nafsu makan secara drastis.

COVID-19 belum punya obat, sedangkan TBC sudah ada obatnya dengan catatan harus dikonsumsi dengan baik dan patuh. Walaupun memiliki obat dalam membantu penyembuhan, masih banyak masyarakat yang menyepelekan penyakit TBC karena dianggap merupakan penyakit lama sehingga kurang memperhatikan kedisiplinan pada proses penyembuhan melalui konsumsi obat yang telah tersedia, sehingga para penderita TBC menjadi resisten atau obatnya sudah tidak mempan lagi dengan penyakit TBC tersebut. Langkah pencegahan COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia bahwa kesehatan dan kebersihan adalah hal yang penting. Hal ini turut menjadi peluang untuk mencegah penularan penyakit TBC dengan melakukan hal yang sama, seperti cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak. Tuberkulosis ini ketakutan lama tanpa akhir, pandemi COVID-19 menjadi cambuk kedisiplinan bagi semua orang. Upaya terbaik untuk saling menjaga satu sama lain adalah jalan terbaik merayakan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun ini. Inspired from : 1. Medscape, 2020. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview [diakses pada 5 Maret 2021]. 2. Satuan

Tugas

Penanganan

COVID-19.

Available

from:

https://covid19.go.id/p/berita/waspada-

tuberculosis-di-tengah-pandemi-ini-perbedaan-dengan-covid-19 [diakses pada 5 Maret 2021]

NEWS OF MEDICAL EDUCATION


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.