DEAR MEN

Page 1

Dear Men, Stop Catcalling! “I wanna marry the guy who whistled at me from his car”-said no woman ever. Kutipan diatas membuat saya semangat untuk mengangkat artikel ini. Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa waktu lalu kita memperingati International Woman’s Day. Banyak sekali hal yang dapat dibahas tentang peran wanita seperti how to be a “strong woman”, segala permasalahan yang dialami wanita, dan lain sebagainya tak terkecuali permasalahan “catcalling” ini. Bagi sebagian orang, pembahasan catcalling ini masih asing dan belum mengerti apa itu catcalling dan apa saja dampak yang dapat terjadi dengan adanya catcalling ini. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan “catcalling” itu? Catcalling merupakan suatu tindakan (biasanya dilakukan oleh pria) berupa siulan, panggilan atau sautan, atau bahkan memberi komentar bersifat seksual kepada wanita yang sedang lewat. Beberapa pandangan menyatakan bahwa “Catcalling” ini biasa dilakukan jika seorang pria menyukai wanita, seorang pria mengagumi seorang wanita, atau seorang pria ingin memuji wanita dan lain sebagainya. Namun, menurutu saya dapat memastikan bahwa itu adalah pandangan lama yang salah dan tidak bisa dibenarkan. Apakah wanita merasa senang diperlakukan seperti itu? Apakah wanita layak diperlakukan seperti itu? Menurut saya, tidak ada wanita yang ingin diperlakukan seperti itu. Jika memang seorang pria ingin memuji atau mengagumi atau bahkan ingin berkenalan dengan seorang wanita, be a gentle seperti mungkin berkata “Halo” sudah cukup mengawali pembicaraan. Bagi wanita, catcalling sangat mengganggu, risih. Maka dari itu, harus dihentikan kebiasaan itu mulai dari sekarang. Pada awalnya, saya berpikir bahwa catcalling ini hanya terjadi pada beberapa wanita saja, pada malam hari, dan di beberapa tempat saja. Namun yang terjadi sebenarnya adalah catcalling bisa terjadi kepada semua wanita tidak terkecuali, dimana saja, dan kapan saja. Bahkan, di tengah keramaian pun catcalling ini masih bisa terjadi. Catcalling termasuk street harrashment dan sayangnya hal ini tidak banyak dibahas dan di “up” di masyarakat luas seperti pelecehan seksual, KDRT dan lain sebagainya.


Padahal hal ini lebih sering terjadi dan bisa dibilang kejadi sehari-hari. Mungkin, saking seringnya catcalling ini dilakukan, seolah-olah sudah diterima menjadi bagian dari kejadian sehari-hari. Padahal sama sekali tidak! Perlakuan ini sangat mengganggu dan menimbulkan efek psikologis bagi korban. Jika kita membiarkan catcalling ini tidak menutup kemungkinan bahwa catcalling awal dari pelecehan seksual terhadap wanita. Bagi kalian para wanita, jika memang kalian merasa catcalling ini mengganggu, jangan takut untuk speak up dan membahasnya. Tidak ada salahnya untuk membahas hal seperti ini untuk melindungi hak-hak perempuan. Jessica Raven, executive director of the Washington, D.C.–based nonprofit Collective Action for Safe Spaces (CASS), menyatakan bahwa bahwa kita tidak seharusnya menerima street harashment sebagai fakta kehidupan yang tidak menyenangkan: "Adalah tanggung jawab semua orang untuk berbicara." Ada beberapa tips dari Jessica Raven yang dapat dicontoh untuk menghadapi catcalling,seperti: 1. Call him out! Jangan takut untuk bilang “Stop!” kepada pelakunya. Pastikan dia dapat menghentikan aksinya, tetapi tetap waspada terhadap lingkungan sekitar ya. 2. Create a distraction 3. Lend an ear Jika memang kejadiannya terlalu cepat atau situasinya tidak memungkinkan untuk kamu membalasnya dan kamu mengetahui pelaku, kamu bisa menemuinya setelah itu bersama teman-temanmu dan menyatakan kamu tidak nyaman diperlakukan seperti itu. “Catcalling it’s not just a simple street harashment, let the woman walk home safely. Stop comennting of their body. It’s not a compliment. It’s not respectful. We must to stop it as soon as possible!. Stop catcalling! Because we are a woman.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.