Angin Duduk Pernahkah Anda mendengar istilah “Angin Duduk�? Pasti pernah, kan? Di Indonesia, angin duduk merupakan penyakit yang mematikan dan bisa membunuh dalam waktu yang sangat singkat. Konon, angin duduk disebabkan karena seseorang terlalu lama duduk di luar rumah saat gelap. Oleh karena itulah, nama penyakitnya angin duduk. Anda pasti penasaran, gejala yang bagaimana yang bisa disebut sebagai penyakit angin duduk? Dari banyak gejala yang muncul, angin duduk kebanyakan terasa seperti sesak napas, merasakan nyeri di dada yang sangat menyakitkan, tetapi banyak juga disertai dengan gejala-gejala lainnya yang tidak begitu umum. Biasanya, orang mendeskripsikannya sebagai “Angin yang menempati rongga dada� sehingga dadanya terasa sesak dan sakit. Angin duduk dalam dunia kedokteran bukanlah sebuah penyakit, namun kumpulan gejala. Gejala angin duduk ini mirip dengan beberapa gejala penyakit, seperti serangan jantung, batu empedu, batu ginjal, usus buntu, atau bahkan kanker, sehingga perlu diketahui penyebab angin duduk agar dokter bisa menghilangkan angin duduk, meskipun kebanyakan orang mengidap angin duduk karena serangan jantung. Angin duduk yang disebabkan oleh serangan jantung disebut dengan angina pectoris dalam dunia kedokteran, yang artinya adalah sakit di dada. Angina pectoris disebabkan karena otot jantung tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup untuk bekerja, bisa karena pembuluh darah dekat jantung menyempit atau karena faktor lainnya. Angina pectoris memiliki gejala seperti rasa tidak nyaman di bagian tengah dada, sakit di daerah ulu hati, punggung, leher, dagu, atau bahu, diperparah dengan makan, udara dingin, stress, yang berdurasi 1-5 menit. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004, 51 per 1000 penduduk Indonesia dengan umur lebih dari 15 tahun pernah mengalami angina pectoris (berdasarkan gejala). Riset yang dilakukan oleh Depkes pada tahun 2009 juga menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda, bahkan lebih banyak orang yang tidak terdiagnosis memiliki penyakit jantung mengalami angina pectoris daripada orang yang terdiagnosis. Ini menunjukkan bahwa banyak sekali orang Indonesia yang mengalami angina pectoris dan gejala ini harus mendapatkan perhatian khusus dari unit kesehatan setempat. Jika kita melihat orang lain dengan gejala angina pectoris seperti yang telah disebutkan, minta orang tersebut berada dalam posisi terlentang/istirahat untuk meringankan sakitnya. Jika orang tersebut memang punya penyakit jantung, dia mungkin punya nitrogliserin untuk meringankan angina pectoris yang dia alami. Beberapa orang juga dilengkapi dengan obat aspirin. Orang yang dibawa ke rumah sakit saat mengalami gejala angina pectoris biasanya akan diberikan nitrogliserin, oksigen, dan aspirin. Mereka akan diperiksa untuk gejala serangan jantung.
Jika orang dengan penyakit jantung menahun tiba-tiba mengalami angina pectoris lagi setelah lama mengkonsumsi obat yang sama, penyakitnya dicurigai semakin memburuk. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus yang hanya bisa dilakukan oleh dokter spesialis yang menanganinya. Penanganan khusus yang akan didapat oleh orang yang terkena angina pectoris hanya bisa didapatkan dengan seijin dokter dan apabila dokter tersebut menyarankan penanganan tersebut. Penanganan tersebut dapat berupa operasi pembuluh darah, penanaman alat pada jantung, atau penanaman sel muda. Bagaimana agar kita dapat terhindar dari gejala angina pectoris? Gampangnya, kita harus menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kita terkena penyakit jantung, seperti merokok, minum alcohol, kegemukan, darah tinggi, dan penyakit diabetes. Kita dapat menghindari hal-hal tersebut dengan menjaga pola hidup yang baik, terdiri dari makan makanan yang sehat, olahraga yang cukup, menghindari rokok, menghindari stress, menjalani hidup dengan tenang. Jika sudah mengalami penyakit yang disebut sebelumnya, penting untuk selalu minum obat dengan teratur agar penyakitnya tidak memengaruhi kesehatan jantungnya. Akhir kata, jaga tubuhmu sebelum angin penyakit membawamu!
DAFTAR PUSTAKA Alaeddin, J. 2014. Angina Pectoris Treatment & Management. [online] (http://emedicine.medscape.com/article/150215-overview, diakses 27 Agustus 2015, pukul 21.26) Delima. Faktor Determinan Gejala Angina Pektoris pada Masyarakat yang Belum Pernah Terdiagnosis Penyakit Jantung. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11, Nopember 2009 Haber, M. D. 2015. Angina Pectoris in Emergency Medicine. [online] (http://emedicine.medscape.com/article/761889-overview, diakses 27 Agustus 2015, pukul 21.30)