SLIME berbahaya tidak, ya?
Jaman sekarang ini adalah jaman yang sudah sangat berkembang. Banyak perkembangan pada berbagai macam hal. Salah satunya adalah perkembangan dalam hal permainan anak-anak. Seper ti yang kita tau, sekarang sedang marak sekali permainan slime di kalangan anak-anak. Slime sendiri adalah permainan yang ber upa gumpalan kental ber warna-warni yang bisa di mainkan dengan di tekan-tekan. Konsistensinya yang unik membuat anak-anak ketagihan dengan permainan slime ini. Uniknya lagi, slime ini bisa di buat sendiri. Sehingga bisa di sesuaikan dengan keinginan sang anak. Awalnya, slime dibuat untuk member sihkan kotoran atau debu. Sifat slime yang lentur dan lengket memudahkannya menjangkau sudut-sudut yang sulit diber sihkan, misalnya pada keyboard laptop. Dalam perkembangannya, slime kemudian ber ubah menjadi mainan anak-anak. Cara memainkannya sangat sederhana: ditarik, diremas, atau ditekan-tekan. Namun, jangan meremehkan mainan ini. Slime, seper ti ditulis situs lembaga nonprofit Building All Children, mer upakan media yang tepat untuk melatih kemampuan sensorik. Ia membantu anak memahami kelima indra, yakni indra peraba, penciuman, penglihatan, dan pendengaran. Anak-anak dapat belajar memahami makna kata ketika bermain slime. Dengan merasakan tek stur slimeyang lengket, anak belajar makna kata “lengket�. Kegiatan ini membantu anak membangun pemahaman dan kosakata bar u. Kemampuan sensorik anak pun akan diasah lewat aktivitas menakar bahan pembuat slime, mencampur, dan member sihkannya. Secara tak langsung, anak juga belajar cara memecahkan sebuah masalah dengan mencari komposisi yang tepat saat membuat takaran bahan. Selain itu, slime jelas mengasah kemampuan motorik anak. Memainkannya bisa menguatkan otot-otot tangan melalui aktivitas meremas, mencubit, menekan dan merentangkan slime.
HATI-HATI BORAKS!
Di luar manfaatnya terhadap kemampuan sensorik dan terhadap mental, Anda har us berhati-hati. Sebaiknya, anak-anak di sekeliling Anda har us menghindari borak s sebagai bahan baku slime.
Kathleen Quinn (11) seorang anak dari Massachusett s, Amerika Serikat, memperlihatkan kedua tangannya yang melepuh dan ke kamera. Kedua jari tengah dan telunjuk tangan kirinya masih dibalut perban. Jari yang lain, ber sisik dan mengelupas. Quinn menderita luka bakar stadium 3 akibat paparan zat kimia saat membuat slime. Luka bakarnya mereka bisa melukai lapisan dermis seper ti lemak, otot, dan urat, ser ta menyebabkan kulit melepuh. Penyembuhannya bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan dan membutuhkan operasi. Setelah diusut, seper ti ditulis Live Science, ternyata kandungan borak s pada slime adalah penyebabnya. Borak s atau natrium borat mer upakan senyawa yang banyak digunakan untuk membuat produk pember sih, pengawet, dll. Dalam proses pembuatan slime, ia membikin kenyal. Efek yang ditimbulkan borak s cukup berbahaya. Jika ter telan, ia bisa membikin sakit per ut, diare, dan iritasi. Dalam dosis tinggi, ia bahkan menyebabkan luka pada ginjal. Anak-anak bisa terpapar borak s ketika mereka makan seusai bermain slime. Atau yang ek strem, anak-anak bisa memakan slime karena aroma dan bentuknya menyer upai agar-agar. Meski begitu, Dr. Michael Cooper, direktur di Regional Burn Center di Staten Island Univer sity Hospital di New York, mengatakan sebenarnya borak s hanya menyebabkan iritasi ringan. Namun, semakin lama paparannya, risiko cedera juga akan semakin tinggi. Faktor lain yang mungkin menyebabkan cedera adalah jumlahnya yang tinggi ser ta ketebalan kulit. “Dan kulit anak-anak lebih tipis. Konsentrasi borak s yang tinggi akhirnya melukai mereka,� kata Cooper kepada Live Science. Namun tak perlu khawatir, efek-efek negatif dari slime dapat diminimalkan. Anda hanya perlu memilah bahan yang aman dan membatasi waktu bermain. Borak s yang ber fungsi mengenyalkan bisa digantikan oleh tepung kanji atau tapioka. Dan, jangan lupa mencuci tangan setelah rampung membuat slime.