PENYAKIT KUSTA NOME Special Edition Hari Dokter Nasional ft. Dr. dr. Dhelya Widasmara, Sp.KK
Tanggal 24 Oktober merupakan Hari Dokter Nasional, tepatnya jatuh pada hari ini, untuk merayakan Hari Dokter Nasional pada edisi NOME kali ini kita akan mengangkat tema penyakit kusta, namun sebelum membahas kusta kita akan membahas mengenai profil seorang dokter spesialis kulit di kota Malang yang mempunyai pengaruh besar untuk kesehatan di kota malang. Sapaan akrab beliau adalah dokter Lala, dengan nama asli Dhelya Widasmara wanita cantik yang satu ini berhasil meraih gelar dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2006, lalu melanjutkan studi nya di bidang pendidikan dokter spesialis kulit dan kelamin di Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2011, tak berhenti sampai disitu beliau juga telah menyelesaikan S3 di Universitas Airlangga pada tahun 2015 silam, dan pada saat ini beliau juga sedang ber-proses untuk mencapai gelar profesor. Kesibukan beliau saat ini yaitu menjadi staff pengajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RSUD dr. Syaiful Anwar kota Malang dan Fakultas Kedokteran Univesitas Brawijaya Malang, lalu beliau juga sibuk menjadi entrepreneur dengan mendirikan klinik kecantikan bernama ELBE CLINIC di kota Malang, tak hanya sampai disitu beliau juga aktif menulis berbagai artikel dengan skala internasional serta penelitian dan pengabdian masyarakat. Ibu dari 2 orang anak ini juga aktif dalam perhimpunan pengendalian infeksi cabang Malang lebih tepatnya menjabat sebagai sekretaris, dan beliau juga aktif menjadi member dalam beberapa organisasi internasional seperti International Leprosy Association (ILA) dan International United Sexually Transmitted Infection (IUSTI). Pada buku yang berjudul “Penyakit Kusta Sebuah Perspektif Klinis�, dokter Lala menuliskan secara rinci mengenai penyakit kusta, lalu apakah sebenarnya penyakit yang jarang terdengar dikalangan masyarakat ini? Selajutnya mari kita bahas secara detail mengenai penyakit tersebut.
Dr. dr. Dhelya Widasmara, Sp.KK
Kusta adalah sebuah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium Leprae, penyakit ini dapat menular dan mengarah ke sejumlah tanda dan gejala seperti kerusakan kulit, defrmitas, stigma, bahkan kecacatan syaraf dan kebutaan. Keparahan penyakit ini tergantung dari bakteri Mycobacterium Leprae yang akan menginduksi sel syaraf dan sel kulit yaitu keratinosit dan histiosit. Ketika infeksi pada sel yang disebabkan oleh bakteri terbentuk dan berkembang biak akan menyebabkan dampak inflamasi pada syaraf-syaraf tepi, hal inilah yang menyebabkan hilangnya fungsi syaraf sensori dan menyebabkan disfungsi syaraf. Penularan yang paling sering terjadi yakni melalui saluran pernafasan atas (hidung dan tenggorokan), bakteri ini memiliki masa inkubasi yang panjang. Penyakit kusta utamanya menyerang kulit dan syaraf tepi, sehingga menyebabkan kehilangan fungsi syaraf sensorik, motorik dan otonom. Apabila tidak segera diobati penyakit ini akan mengakibatkan kerusakan permanen pada syaraf dan berakhir dengan kecacatan. Gejala penyakit kusta yang terlihat ganas dan berbahaya seringkali menyebabkan stigma bahwa sulit sekali untuk disembuhkan, namun penyakit ini dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi multidrug (MDT), yaitu merupakan sebuah terapi dimana gabungan dari berbagai antibiotik termasuk rifampisin, dapson dan klofazimin. Untuk mendiagnosa penyakit kusta perlu dicari kelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan kelainan-kelainan yang tampak pada kulit. Untuk itu dalam menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu mencari tanda-tanda utama atau “Cardinal Sign,� yaitu : 1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit atau lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan (hypopigmentasi ) atau kemerah-merahan (Eritemtous ) yang mati rasa (anestesi ). 2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Ganggguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer).gangguan fungsi saraf ini bisa berupa : a.Gangguan fungsi saraf sensoris : mati rasa. b.Gangguan fungsi motoris : kelemahan (parese) atau kelumpuhan /paralise). c.Gangguan fungsi saraf otonom: kulit kereing dan retak-retak.
3. Adanya kuman tahan asam didalam kerokan jaringan kulit (BTA+) Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus yang meragukan. Mengingat di masyarakat masih banyak yang belum memahami tentang penyakit kusta yang bisa menjadi hambatan bagi pelaksanaan program pemberantasan kusta termasuk dalam mengikutsertakan peran serta masyarakat, maka diperlukan upaya-upaya pencegahan untuk dapat mengurangi prevalensi, insidens dan kecacatan penderita kusta. Upaya-upaya pencegahan diatas dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit yaitu : pencegahan primer,sekunder,pencegahan tersier dan pencegahan kecacatan.
Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus. Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat umum, misalnya personal hygiene, pendidikan kesehatan masyarakat dengan penyuluhan dan kebersihan lingkungan. Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit, misalnya pemberian immunisasi.
Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh dengan pengobatan, menghindarkan komplikasi kecacatan secara fisik. Pencegahan sekunder mencakup kegiatan-kegiatan seperti dengan tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini serta penanganan pengobatan yang cepat dan tepat.
Pencegahan Tersier
Pencegahan dan mengadakan dilakukan dengan ekstremitas akibat
ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidak mampuan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat tiga ini dapat memaksimalkan fungsi organ tubuh, membuat protesa amputasi dan mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik.
Pencegahan Kecacatan Pencegahan ini dapat dilakukan oleh pasien dirumah,dengan cara singkat yaitu 3M (memeriksa,melindungi,merawat) contohnya adalah 1.memeriksa mata,tangan dan kaki.Dengan cara berkaca apa ada kelainan pada bentuk dan warna. 2.melindungi mata,tangan dan kaki.Dengan cara memakai kacamata,memakai baju berlengan panjang,memakai alas kaki. 3.merawat diri.Dengan cara memakai lotion pada kulit secara teratur,meneteskan obat tetes mata apabila mata terasa kering,sering meluruskan kaki,mencegah terjadinya luka.