MAGANG DI PARLEMEN
PENULIS ARBAIN
0
Magang di Parlemen Penulis Arbain Penyunting Danardono Siradjudin Dina Susanti Desain Sampul Hasan Tata Letak Suhadi Cetakan I: Desember 2012 Diterbitkan Oleh Indonesian Parliamentary Center (IPC) Jl. Tebet Utara III D, No. 12 A Tebet Isi di luar tanggungjawab percetakan ISBN: 978-602-17446-0-4
ii
1
UCAPAN TERIMAKASIH Kami dari Indonesian Parliamentary Center (IPC), mengucapkan terimakasih kepada: Lembaga donor dan mitranya di Indonesia yang mendukung salah satu misi IPC, memahamkan dan mendekatkan parlemen kepada generasi muda Indonesia, melalui berbagai program (2005-2012). Mereka adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
USAID Komisi Eropa National Democratic Institute (NDI) Kemitraan Yayasan Tifa
Khusus untuk NDI, terimakasih banyak atas dukungan penuh untuk terbitnya buku ini. Semoga terus berperan aktif bagi peningkatan kapasitas parlemen di Indonesia. Mitra IPC di DPR/DPRD yang menerima pelaksanaan program magang. Mereka adalah: 1. 2. 3. 4.
Anggota DPR RI Periode 2004-2009 (30 orang) Anggota DPR RI Periode 2009-2014 (31 orang) Anggota DPRD Periode 2004-2009 (3 orang) Anggota DPRD Periode 2009-2014 (38 orang, 7 orang diantaranya merupakan pimpinan dan anggota Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia – KPPRI)
Mitra IPC sebagai peserta program magang, yang terdiri dari enam angkatan, yaitu:
2 iii
1. 2. 3. 4. 5.
Angkatan I tahun 2006 (18 mahasiswa) Angkatan II tahun 2007 (4 sarjana) Angkatan III tahun 2007 (7 sarjana) Angkatan IV tahun 2007-2008 (10 sarjana) Angkatan V tahun 2009-2010 (37 orang kader muda partai) 6. Angkatan VI tahun 2011-2012 (34 sarjana)
Terimakasih atas kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini. Semoga semangat dan upaya kita untuk berkontribusi pada negeri ini tetap terjaga.
iv
3
DAFTAR ISI Ucapan Terima Kasih .......................................... iii Daftar Isi ............................................................. v
Sambutan Direktur IPC................................. vii
Pengantar Penulis.......................................... viii
1. Pendahuluan............................................ 1
2. Misi Program Magang............................ 25
3. Prinsip-Prinsip Program Magang........... 31
4. Persfektif Untuk Anggota Parlemen....... 41
5. Persfektif Untuk Partai Politik................ 57
6. Persfektif Untuk Humas Parlemen......... 67
7. Persfektif Untuk Peserta......................... 65
8. Kategorisasi Magang.............................. 91
9. Tahapan Pengelolaan Magang................ 93
10. Capaian Program Magang ..................... 117
Kesan Mendalam Para Anggota Parlemen.... 126
Kesan Mendalam Para Peserta...................... 130
v
SAMBUTAN DIREKTUR IPC Pertama, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berperan dalam suksesnya pelaksanaan program magang di DPR RI dan DPRD selama tujuh tahun terakhir. Kepada pimpinan lembaga donor dan mitranya di Indonesia, pimpinan partai politik/fraksi, anggota DPR RI dan DPRD, para peserta magang dari mahasiswa, sarjana, kader partai politik, dan pihak-pihak lainnya. Saya berharap sinergi yang terbangun dapat tetap terjalin di masa yang akan datang. Saya terus berupaya agar ini tetap berjalan karena relevansinya dengan visi, misi, dan posisi lembaga Indonesian Parliamentary Center. Sebuah kebahagiaan bagi saya, jika program ini bisa menginspirasi lembaga lain, terutama partai politik dan DPR/DPRD sebagai bentuk pendidikan parlemen kepada publik. Tentu, saya menyambut baik, jika ada keinginan lembaga lain untuk mengembangkan program serupa dengan berbagai modifikasi metode dan kurikulum sesuai dengan tujuannya. Semoga buku ini menginspirasi kita untuk berkontribusi untuk parlemen yang lebih baik. Jakarta, Desember 2012 Salam
Sulastio 5 vii
PENGANTAR PENULIS Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman IPC dalam mengelola program magang. Selain itu, juga diperkaya dengan pengalaman penulis, yang relevan dengan isi buku ini, yaitu sebagai: 1. Peserta program magang di DPR RI angkatan I tahun 2006 (IPC). 2. Asisten koordinator program magang di DPR RI angkatan III tahun 2007 (IPC). 3. Staf pada anggota DPR RI tahun 2006-2009. 4. Staf pada anggota DPR RI tahun 2009-2010. 5. Pengelola program magang angkatan VI tahun 20112012, program magang pada anggota DPR RI, fraksi, dan Kaukus Perempuan Parlemen RI (IPC). Tentu, kesediaan pembaca memberikan tanggapan sangat diharapkan, baik melalui IPC maupun kepada penulis (arbain.2012@gmail.com). Selamat Membaca! Salam
Jakarta, Desember 2012
Arbain
viii
7
1
PENDAHULUAN
Politisi, Buka Cita-Cita Favorit
Bukan 10 Besar “Halo! Selamat siang Metro TV. Cita-cita menjadi anggota DPR, ada di urutan ke berapa?” Begitulah naskah singkat yang saya siapkan, terkait berita tentang 10 besar cita-cita anak Indonesia, yang disiarkan sekitar Agustus 2011 lalu. Saya yakin 100 persen, Anda sudah tahu, menjadi anggota DPR tak masuk dalam urutan 10 besar. Ya, tentu saya yakin karena Anda pasti membaca sub-judul di atas, “Bukan 10 Besar”. Kalau begitu, ada di urutan berapa ya? Rasa penasaran Anda sama seperti saya. Tapi niat menelpon itu urung terlaksana. Saya amat yakin 50 besar pun, sepertinya tidak masuk. Kok bisa? Pengalaman IPC, setiap 81
pemetaan persepsi tentang parlemen, siapapun pesertanya, baik mahasiswa, sarjana, bahkan kader partai, opini yang negatif selalu saja dominan. Nah, mungkinkah anak-anak punya persepsi yang berbeda? Gak mungkin, karena sumbernya sama. Sekarang, bagaimana pendapat para orang tua di Indonesia? Ini dia beritanya! Survei: Orangtua Tak Mau Anaknya Jadi Anggota DPR Dahulu, kebanyakan orangtua menginginkan anaknya menjadi pejabat, salah satunya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, sekarang, keadaannya berbalik. Mayoritas orangtua tak ingin anaknya menjadi anggota Dewan. Hal itu terungkap dalam survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dipaparkan oleh peneliti LSI Rully Akbar, di Kantor LSI di Jakarta, Minggu (18/11/2012). Survei ini dilakukan 12-15 November 2012, dengan jumlah responden 1.200 orang yang ditentukan dengan multistage random sampling. Adapun, tingkat kesalahannya plus minus 2,9 persen. Bagaimana hasil survei itu? Sebanyak 56,43 persen responden menyatakan tidak ingin anaknya menjadi anggota Dewan di Pemilu 2014. Hanya 37,62 persen orangtua yang ingin anaknya duduk di parlemen dan 5,95 persen menjawab tidak tahu. Angka itu hampir sama ketika ditanya apakah responden ingin menjadi anggota Dewan di Pemilu 2014. Sebanyak 54,92 persen responden tidak ingin menjadi anggota Dewan. Hanya 38,37 persen yang ingin menjadi anggota Dewan dan 6,71 persen menjawab tidak tahu. Rully menambahkan, angka itu berbeda dibanding hasil survei tahun 2008. Saat itu, mayoritas responden atau 59,22 persen ingin anaknya menjadi anggota Dewan. Hanya 31,32 persen yang menjawab tidak ingin dan 9,46 persen tidak menjawab.
2
9
"Ada peningkatan 25 persen publik yang tidak ingin keturunan mereka jadi anggota DPR. Anggota Dewan tidak lagi jadi primadona orangtua," kata Rully. Mengapa hal bisa terjadi? Dikatakan Rully, maraknya kasus korupsi yang menjerat anggota Dewan membuat makin pudarnya keinginan publik menjadi anggota Dewan. Selain itu, semakin banyak anggota Dewan yang terlibat kasus amoral seperti perselingkuhan hingga indisipliner seperti tidur saat rapat maupun bolos. Apakah Anda ingin keturunan Anda menjadi anggota Dewan? (Sumber: kompas.com, 18 November 2012)
Anda? Maaf, saya kutip sekali lagi penutup berita di atas, “Apakah Anda ingin keturunan Anda menjadi anggota Dewan?” Hmm, yang belum punya keturunan, silakan berandai-andai dulu ya. Nah, jawaban Anda, tentu tergantung pada persepsi dan persepsi Anda tentang Dewan tergantung pada? Yang mau tau, ayo baca terus! Media Seorang anggota Dewan mengeluh, “Media sih terlalu bebas. Kalau kabar buruk, pasti diberitakan. Padahal, belum tentu benar. Tau gak, di eksekutif itu jauh lebih parah! Yang baik-baik, gak diberitakan,” Di balik, “Padahal, belum tentu benar”, ada satu cerita. Pada suatu hari, seorang aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) menemui saya, saat menjadi staf pada anggota DPR. Tunggu dulu! Ini aktivis, bukan sembarang aktivis. Sst, dia idola media. Pendapatnya 103
dikutip banyak wartawan mulai surat kabar hingga televisi. Dengan tergopoh-gopoh, “Mana data kemarin? Mana? Aduh! Data yang kukasih ke koran itu salah. Dimuat lagi. Hari ini, boss! Untung gak ada yang protes! Ya, sudahlah,� katanya sembari membolak-balik tumpukan laporan anggaran dari satu kementerian. Kira-kira berapa banyak yang dikelirukannya? Terus, seberapa sering kekeliruan macam ini terjadi? Lalu berapa orang yang tahu kekeliruan itu? Kalau pun tahu, apakah mereka mengklarifikasinya? Andai diklarifikasi, apakah pembaca sebelumnya mengetahui? Mau menambahkan pertanyaan? Sudahlah, pesannya, yuk menjadi pembaca yang kritis. Kita tinggalkan dulu kisahnya. Saya ingin mengajak Anda untuk mengingat-ingat faktor apa saja yang mengitari berita positif, netral, maupun negatif tentang parlemen. Oya, kami menggunakan istilah parlemen secara bergantian dengan sinonimnya; dewan, perwakilan, legislatif, dan DPR. Maaf, sementara ini, tidak untuk diperdebatkan ya. Setuju? Yang setuju, boleh lanjut! Apa saja yang menyebabkan dominannya berita tentang anggota DPR di media? 1. Banyaknya narasumber, sumber, dan nilai berita Ada 560 orang anggota DPR RI yang dapat menjadi narasumber sekaligus sumber berita. Jumlah tersebut cukup besar bagi media, untuk mendapatkan berita yang 4
11
bernilai. Mari lihat, apa saja nilai peristiwa yang layak menjadi berita? -
-
-
-
-
C (consequences, dampak peristiwa). Misalnya, kenaikan harga BBM. Pendapat anggota DPR dan fraksi tentu sangat ditunggu publik, karena akan mempengaruhi keputusan pemerintah. H (human interest, sisi kemanusiaan). Contoh: beratnya perjuangan politisi perempuan, apalagi mereka yang berperan sebagai orang tua tunggal. Tapi sayangnya, kisah macam ini jarang ditemukan di media. P (prominence, ketokohan). Kadang ada yang protes, “Pendapat gitu aja, kok diberitakan,� Maaf, memang ada jenis opini yang dipublikasi bukan karena kualitas, tetapi karena siapa yang mengatakan. Mau? Jadi tokoh dulu. Caranya? Antara lain dengan menjadi anggota Dewan. P (proximity, kedekatan peristiwa dengan pembaca). Setiap anggota Dewan merupakan wakil dari satu daerah pemilihan. Jadi, jika pun di tingkat nasional belum layak diberitakan, di tingkat lokal bisa jadi berita yang bombastis. T (timeliness, kebaruan sebuah peristiwa). Kapan pun perstiwanya, ketika dibahas di Dewan, itu bernilai berita. Kenapa? Pertama, pembahasan itu, berpotensi melahirkan kebijakan yang berbeda dari sebelumnya. Kedua, kalau pun tidak ada kebijakan baru, tetap layak jadi berita. Ayo ingat, pernah baca berita, “DPR-Pemerintah, Buntu.�
125
Aha! Selalu ada alasan untuk memuat berita tentang lembaga kita yang tercinta ini. Nilai-nilai berita tentu tidak berdiri sendiri ia kembali dibingkai oleh sudut pandang media terhadap sebuah peristiwa. Inilah yang melahirkan kesan positif-negatif. 2. Keterbukaan dan Kemudahan Akses Meski sejumlah kalangan mengeluhkan sulitnya akses informasi di DPR, tetapi dibandingkan birokrasi di lembaga eksekutif dan yudikatif, DPR relatif lebih terbuka dan mudah. 3. Pentingnya Fungsi Lembaga DPR merupakan institusi sentral dalam proses pembentukan undang-undang, pengawasan, dan anggaran. Dalam masa sidang, minimal ada 33 rapat untuk 11 Komisi setiap minggu (Senin, Rabu, Kamis). Belum termasuk rapat-rapat di alat kelengkapan Dewan lainnya. Ini semua adalah potensi sumber berita. 4. Kinerja Kelembagaan dan Individu Seperti diketahui, ada masalah dalam kinerja DPR secara kelembagaan, misalnya tentang capaian program legislasi nasional (prolegnas). Demikian pula dengan perilaku dan gaya hidup oknum anggota DPR yang memang kurang patut. Bagaimana dengan Dewan di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota? Semakin banyaklah narasumber dan sumber berita. 6
13
Sementara itu, di internal media sendiri. Ada setidaknya empat faktor, yang mempengaruhi mengapa DPR, penting dan menarik di mata media. 1. Visi dan Misi Perusahaan Media. Saat ini, berkembang kesadaran bahwa perusahaan harus berkontribusi pada nilai-nilai kemanusiaan. Tidak semata-mata kepentingan jangka pendek. Bagaimana media memaknainya? Antara lain dengan memposisikan diri sebagai pengontrol DPR, agar lembaga ini serius bekerja dan berempati pada rakyat. Coba perhatikan, siapa pengelola opini publik sehingga pimpinan DPR membatalkan rencana pembangunan gedung baru? Media. Ya, salah satu media nasional. Media dengan misi demikian, umumnya telah mapan secara finansial dan jaringan, sehingga tak terpengaruh dengan posisi tawar apapun dari DPR, apalagi sekadar pemasangan advertorial. 2. Kepentingan Politik Sejatinya, kata kepentingan politik adalah sesuatu yang netral. Tetapi dalam konteks ini, lebih ditekankan pada perilaku media yang mendukung kepentingan jangka pendek sebuah partai (kekuasaan). Mungkin karena itu, berita negatif anggota Dewan dari partai yang dianggap “lawan� dipublikasikan secara besar-besaran oleh media tersebut.
147
Dampaknya, tidak hanya menimpa satu partai tetapi juga berpotensi mengganggu citra lembaga Dewan. Kalau sudah urusan politik, rating (peringkat) tak lagi jadi soal. 3. Pertimbangan Selera Pasar Bad news is good news (kabar buruk adalah berita baik – layak jual). Begitulah, salah satu prinsip umum media. Tetapi, ada banyak media kecil yang sangat mengeksploitasi kabar buruk sebagai nilai tambahnya agar laris manis di pasar pembaca. Anda pernah mengamati bagaimana berita koran-koran kecil di stasiun atau terminal. Apa isinya? Berita-berita negatif, salah satunya soal anggota-anggota Dewan. 4. Naluri dan Kreativitas Jurnalis. Anggota Dewan juga manusia, memiliki beragam perilaku, kesenangan, dan aktivitas. Dengan bekal persepsi, naluri, kreativitas, sangat mudah bagi media, jika ingin menyorot mereka dalam nada negatif. Mudah sekali! Karena merek jam tangan, seorang anggota Dewan, bisa begitu buruknya di mata media. “Padahal, itu jam bekas lho,� kata seorang staf anggota.“Ssst, harganya tak semahal perkiraan media,� Sekolah Pemerintah berencana akan menambah jam belajar di sekolah untuk semua siswa di jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh beralasan, nilai sosial yang berubah sehingga menuntut adanya perubahan di dunia pendidikan.
8
15
"Alasannya jelas karena ada perubahan sosial. Daripada lebih banyak di luar sekolah dan tercemar hal negatif, lebih baik kita perpanjang waktu di sekolahnya," kata Nuh seusai membuka Indonesian Science Festival (ISF), di Senayan, Jakarta, Rabu (19/9/2012). Diakui Nuh, berdasarkan hasil kaji ulang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), efektivitas pembelajaran di sekolah masih sangat kurang. "Sekarang ini, berapa lama anak anak-anak ada di sekolah, enam sampai delapan jam. Tapi untuk apa kalau efektivitasnya belum memuaskan, maka kita tambah waktu di sekolahnya," pungkas Nuh. (kom/brs/ts)
Anda pasti pernah membaca berita di atas?Coba ingatingat, kapan? Satu, dua, tiga! Sudah ingat? Barusan setengah menit lalu, bukan? Ya, minimal itu. Apa kira-kira komentar Anda. Mungkin Anda mengatakan, “Syukurlah, kalau Pak Menteri sadar,” atau sebaliknya, “Emang di sekolah lebih baik dari di luar? Dari mana anak-anak dapat contoh kelakuan atau katakata yang gak sopan?” Baiklah, baiklah. Apapun pendapat itu, tentu Anda sepakat pada satu hal; sekolah perlu berperan dalam pembentukan pola pikir, persepsi, dan perilaku anakanak.Termasuk tentang politik.“Gak salah?” Tidak, Anda tidak salah baca. “Mungkin salah ketik?” Tidak juga, kami tidak salah ketik, termasuk tentang Po-li-tik. Jadi, saran untuk pak Menteri, lama saja tidak cukup, efektif saja juga tak cukup. Sekolah perlu didorong untuk memiliki misi, kurikulum, dan program pengenalan politik. “Bagaimana kalau dikembalikan kepada sekolah masingmasing?”Ya, boleh-boleh saja, tapi jangan heran nanti jawabannya begini. “Oya? Oo begitu, iya bagus banget, 169
tapi maaf sekolah kami tidak mengajarkan itu,� Ayo, Pak Menteri mau bilang apa? Padahal sekolah demikian justru berkontribusi “mengizinkan� lingkungan di luar sekolah untuk membentuk pola pikir, persepsi, dan perilaku politik anak didik mereka. Karena itu, sekolah perlu didorong untuk membenahi 4 hal, yaitu: 1. Pendidikan Karakter Sekolah perlu peduli pada pentingnya karakter. Guru seharusnya jauh lebih resah, jika seorang siswa tidak bisa antri, tidak bisa menghargai orang lain, atau tidak memiliki misi dalam hidupnya, ketimbang nilai ujian yang rendah. Apa artinya, nilai agama 8, jika ternyata itu cuma hasil dari hapalan, atau mungkin contekan. Generasi yang akan mengelola negara ini, termasuk sebagai anggota parlemen, haruslah orang-orang terbaik. Ya, karena mereka dipersiapkan dengan karakter yang berbeda dari generasi sebelumnya. Untuk itu, pendidikan seharusnya memegang kendali. 2. Kecerdasan Majemuk Apa ukuran sekolah tentang anak cerdas di hari ini? Nilai matematika, fisika, kimia, atau bahasa Inggris. Padahal kecerdasan tak hanya itu. Bagaimana jika ada seorang anak yang nilai matematika dan bahasanya sangat rendah, tetapi pandai bergaul dan memiliki banyak teman? Dalam ilmu kecerdasan majemuk (multiple intelligent), anak demikian disebut anak dengan kecerdasan interpersonal. Itulah salah satu kecerdasan yang 10
17
dibutuhkan sebagai anggota parlemen. Sayang bukan, jika potensi ini dimatikan oleh sekolah. Yah, sekolah kita saat ini tidak membedakan anak-anak berdasarkan potensi akademis dan akademia. 3. Referensi Politik dan Politisi Ideal Sekolah perlu menunjukkan referensi politik dan politisi ideal kepada anak-anak. Yah, untuk membuka wawasan mereka bahwa cerita tentang pentingnya misi hidup akan jauh bermakna jika ditopang dengan kebijakan politik. “Apa anak-anak bisa diajak berpikir gitu, gak terlalu berat, kan lagi masanya untuk bermain?� Baiklah, yuk baca petikan berikut: “Saya baru selesai membaca Of Mice and Man karya John Steinbeck. Buku ini merasuki jiwa saya. Meresap. Saya perhatikan dalam buku ini bahwa anak-anak tidak pernah menghakimi siapapun dari warna kulit mereka. Hanya orang dewasalah yang menghakimi dengan cara demikian. Yang saya pelajari dari buku itu adalah walaupun saya suatu hari kelak akan menjadi dewasa, takkan pernah saya melupakan pelajaran-pelajaran seorang anak,� Itulah ucapan seorang anak usia 4 tahun saat berdialog dengan motivator, Mr. Anthony Robbins. Talmadge E Griffin, namanya. Ia murid dari Westside Preparatory School, dididik oleh sang guru, Ms. Marva Collins. Apa yang Ibu guru itu lakukan? Antara lain mengganti buku18 11
buku cerita “Lihatlah spot berlari,..” dengan buku-buku Shakespeare, Sophocles, dan Tolstoy! Ini kesadaran luar biasa dari seorang anak kecil, tanpa harus kehilangan masa bermainnya. “Nak, maukah kamu, jika keinginanmu itu menjadi nyata untuk semua orang? Jika ya, suatu saat sampaikan kepada wakilmu di parlemen. Atau, mengapa tidak, jadilah anggota parlemen untuk memperjuangkan misi itu,” ini ucapan saya sendiri, tapi bukankah begitu, Ms. Collins? Hari ini, saya dan mungkin Anda merindukan sebuah generasi yang tak cuma membaca, “Si Budi dan Iwan bermain-main di halaman”, tetapi juga menamatkan “Di Bawah Bendera Revolusi”. Lalu seperti Talmadge, mereka berkata, “Meresap!” Kita tak kekurangan sejarah keteladanan seorang politisi, yang pejuang, yang negarawan dan hidup dalam kesederhanaan. Ada Bung Karno yang kerap dipenjara, bahkan diasingkan. Tapi tak pernah jera untuk kemerdekaan Indonesia. Potret kesederhanaan bisa kita dapatkan dari Bung Hatta dengan cerita sepatu Bally yang tak terbeli hingga wafat. Juga ada Pak Natsir dengan pakaian penuh tambalan, bahkan saat menjadi Menteri. Ketika masa bakti di 12
19
departemennya berakhir, beliau ke pulang ke rumah naik sepeda. Sepeda motor? Bukan. Se-pe-da. Ya, hanya membawa sebuah sepeda. Apakah sekolah telah mengenalkan dan menanamkan jiwa-jiwa perjuangan, kenegarawanan, kesederhanaan mereka? 4. Pengenalan Kelembagaan Dewan Sekarang, saatnya mengenalkan kelembagaan Dewan kepada mereka. Kuncinya ada pada kreativitas. Misalnya? Permainan, simulasi, kunjungan ke Dewan, sehari bersama anggota Dewan, mengundang anggota Dewan ke sekolah untuk bercerita, mengajak siswa memfasilitasi persoalan masyarakat. Misalnya, pengadaan perpustakaan kelurahan, melalui anggota DPRD Kota. “Eh, cerdas cermat, gimana? Penting lho, "Kalau program yang satu itu? Ehm, maaf setelah membaca teori Mr.Edwad de Bono tentang kecerdasan majemuk dan Mr> Edward de Bono tentang kreativitas berpikir, sepertinya cerdas cermat, tak lagi masuk hitungan. Begitulah, kita membutuhkan dukungan kurikulum, bahan bacaan, paradigma dan keteladanan para guru, dan kreativitas pengajaran, untuk melahirkan sebuah generasi yang lebih baik, yang memaknai politik dengan benar, tidak hanya berdasar pada persepsi umum. Jika suatu saat menjadi anggota DPR masuk dalam 10 besar, di tangan merekalah, cita-cita itu pantas tergenggam.
20 13
Lingkungan Masih soal cita-cita, ini lagi-lagi tak masuk 10 besar. “Anakku itu lho, cita-citanya kok jadi satpam,� kata seorang Ibu tentang anaknya yang sekolah di Taman Kanak-Kanak. Usut punya usut, ternyata si anak melihat tetangganya yang bekerja sebagai satpam itu, bisa membeli sebuah sepeda motor. “Yah, namanya juga anak-anak,� Maaf, kalau itu, semua juga paham. Pembelajarannya adalah lingkungan akan berpengaruh pada pembentukanpersepsi dan cita-cita anak. Bagaimana kalau dia tahu bahwa anggota Dewan bisa punya Bentley, Lexus RX 270, Hummer HR, Mercedes Benz, Toyota Alphard Velfire atau Harrier, dan Jeep Wrangler? Entahlah, mungkin saja cita-citanya berganti, tetapi bisa juga tidak, karena keinginannya memang sederhana. Atau, mungkin saja dia ingin menjadi anggota Dewan dan keinginannya tak berubah, sebuah sepeda motor, karena dia memaknai jabatan sebagai panggilan hidup. Inilah politisi yang menurut Mr. Harold D. Laswell dalam Psypathology and Politics sebagai tipe politisi idealis (berkuasa demi sebuah cita-cita, ide besar atau keyakinan) atau setidaknya administrator berkuasa untuk mendorong program-program partai. 14
21
Yang dikhawatirkan, jika dia ingin menjadi anggota Dewan, hanya untuk mendapatkan deretan mobil mewah itu dan kekuasaan. Tipe agitator, Mr. Laswell menyebutnya. Biasanya, kategori seperti inilah yang rawan terjebak pada pemberhalaan komoditas dan korup. Nah, potensi untuk menjadi tipe agitator itu sungguh terbuka, saat anak-anak tak memiliki penyaring terhadap asupan televisi, koran, serta lingkungan sebagai penyuplai definisi bahagia dari kesenangan sesaat dan hitungan harta bukan dari pencapaian misi dan kontribusi terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Parlemen Bagaimana parlemen membentuk persepsi Anda? Jawaban gampangnya, kembali pada diri Anda masingmasing. Maksudnya? Tentu Anda sendiri yang paling merasakan, bukan? Bisa jadi persepsi itu terbentuk karena pelayanan parlemen, aktivitas dan peristiwa di dalamnya, yang Anda alami sendiri, Anda dengar dari cerita orang lain, atau Anda peroleh dari media. Dalam negara demokrasi, parlemen tidak bisa mengontrol media. Biarlah media berjalan dengan logikanya. Parlemen sendiri perlu membangun persfektif tentang dirinya melalui beragam program. Dengan kesadaran ini, banyak parlemen di dunia yang memilih menyelenggarakan program untuk masyarakat, termasuk pendidikan parlemen untuk para murid, siswa, dan guru sekolah. Anda bisa lihat di situs-situs mereka.
22 15
http://www.parliament.uk/education/
Di parlemen Inggris, pendidikan parlemen untuk generasi muda, dijalankan oleh Parliament’s Education Service sebagai bagian dari parlemen. Lembaga ini bekerjasama dengan sekolah dan anggota parlemen untuk mendukung generasi muda dalam memahami lembaga perwakilan. Salah satu kegiatannya adalah Parliamentarians in Schools, dimana anggota parlemen (House of Lord dan House of Common) secara berkala mengunjungi sekolah dasar dan menengah di Inggris. Secara umum, mereka bercerita tentang apa saja pekerjaan anggota parlemen, apa dampak dan relevansinya bagi kehidupan anak-anak dan remaja. Sekolah sendiri dapat meminta anggota parlemen agar mereka datang ke sekolah. Caranya? Kirim permintaan melalui email kepada kantor sekretariat. Formatnya, telah disediakan di situs mereka.
Website Pendidikan Parlemen Australia - http://www.peo.gov.au/
16
23
Di Australia, pendidikan parlemen diselenggarakan oleh The Parliamentary Education Office (PEO), yang merupakan bagian dari parlemen Australia. PEO menyediakan pelayanan pendidikan parlemen untuk sekolah, guru dan siswa. Kegiatannya, antara lain mengajarkan para siswa dan guru tentang bagaimana parlemen bekerja. Metodenya, experiential learning (para peserta diajak untuk bersimulasi, mengambil peran tertentu, menikmati sendiri prosesnya, lalu melakukan refleksi dan pembelajaran). Untuk para siswa sekolah dasar dan menengah, mereka menyebutnya Role-Play Lesson Plans untuk mengenalkan fungsi legislasi, pembentukan pemerintahan, refresentasi, dan pengawasan terhadap pemerintah. PEO juga memproduksi bahan pengajaran untuk guru dan murid di kelas. Selain itu, PEO juga membuat situs yang interaktif, informatif, untuk segala usia dan tingkat pengetahuan. Di parlemen Singapura, ada beberapa kegiatan pendidikan parlemen untuk murid, siswa dan mahasiswa. Antara lain:
24 17
Anak-anak sekolah di Parlemen Singapura www.parliament.gov.sg/educational-programmes-resources
-
-
Visit On Non-Sitting Day. (Kunjungan ke parlemen di luar masa sidang atau kunjungan pada saat masa reses). Parliament In Session (Para peserta diajak melihat secara langsung bagaimana sidang dan perdebatan di parlemen). Moot Parliament (Para siswa bersimulasi menjadi pimpinan atau anggota parlemen, perdana menteri, atau pemimpin oposisi. Mereka bersidang, berdebat membahas undang-undang dan belajar tentang beberapa prosedur di parlemen). Visit On Non-Sitting Day For Primary Schools. (Kunjungan ke parlemen di luar masa sidang khusus untuk anak-anak sekolah dasar) Holiday Enrichment Programme for Secondary Schools. (Program untuk mengisi hari libur bagi sekolah menengah. Kegiatannya, diserahkan kepada peserta untuk merancang sendiri, sekretariat parlemen akan memfasilitasinya).
Banyak cara kreatif untuk mengenalkan parlemen, seperti contoh di parlemen Skotlandia, berikut ini: 18
25
Justru Karena Bukan 10 Besar Akhirnya, justru karena tersingkirnya citra positif anggota parlemen, justru karena ia keluar dari 10 besar cita-cita anak Indonesia, justru karena itulah Anda diharapkan berkontribusi pada pembenahan paradigma berpolitik, berpartai, dan berparlemen di negeri ini. Jangan sampai, kita menjadi meminjam istilah John F Kennedybangsa yang terlampau lama tertidur.Untuk itu, penutup pidato 1.335 kata, Kennedy, pada 18 Juni 1940, penting diingat kembali, “Janganlah bertanya, apa yang dapat dilakukan oleh negerimu untukmu; tanyakan apa yang dapat kamu lakukan untuk negerimu,� Media, sekolah, lingkungan, dan parlemen, bagaimanapun kondisinya hari ini, tetap diharapkan berkontribusi bagi terciptanya sebuah generasi dengan karakter, kesadaran politik, dan pengetahuan parlemen yang benar. Selain mereka, bagaimana jika Anda melakukan peran itu? Demi negeri ini. Baiklah, baiklah, jika ada yang berat membayangkan, kita turunkan, demi putra-putri, murid, atau siswa Anda. Ya, demi masa depan mereka. Apakah Anda ingin membiarkan mereka diasupi makna politik dari peristiwa demi peristiwa kelam yang mereka tonton di televisi, mereka baca di koran-koran, mereka dengar di radio, mereka saksikan langsung melalui gaya hidup dan perilaku oknum-oknum partai politik dan 28 21
politisi yang hadir setiap lima tahun sekali dalam pemilihan presiden, gubernur, walikota/bupati, pemilihan anggota dewan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota. Setiap 5 tahun sekali, ada 6 kali peristiwa politik, pesta demokrasi yang akan mereka ikuti. Jumlah yang tidak sedikit! Anda bisa mempengaruhinya menjadi pribadi yang larut dalam permainan itu, acuh, atau memperbaikinya. Bagaimana? Silakan berpikir dulu, sembari menghela napas panjang. Bapak, Ibu, bukankah ini juga investasi Anda sendiri. Investasi? Ya, ilmu yang bermanfaat dan generasi berkarakter adalah investasi. Setuju? “Tidak!” Maksudnya tidak salah kan? Selanjutnya, apa yang bisa dilakukan?Ada beragam kegiatan menarik, untuk mengenalkan politik sejak dini.Ajak mereka berwisata ke DPR/DPRD menyaksikan anggota bersidang. Jika ke DPR, di depan pintu gerbang, Anda akan ditanya oleh petugas Pengamanan Dalam (Pamdal), “Passwordnya pak?” Jawabnya saja, “Emang kuis apaan?” Tidak, tidak ada pertanyaan macam itu kok. Yang benar, Anda akan ditanya, “Mau ke mana pak?” Tenang dan jawab saja, “Mau melihat-lihat DPR bersidang,” Jangan lupa Anda tanya balik, “Maaf, Pak Pamdal sendiri sudah kenal DPR?” Ajak mereka bermain-main ke Kidzania untuk bermain peran sebagai politisi. Maaf, bukan promosi, itupun kalau ada. Ajak mereka ke perpustakaan atau toko buku, kenalkan betapa luar biasanya politisi-politisi Indonesia tempo dulu; ajak mereka ke museum DPR; bertandang kepada orang yang bisa bercerita tentang politik yang baik, termasuk anggota parlemen sendiri; dampingi mereka saat menonton TV, kenalkan apa yang
22
29
seharusnya ada pada anggota parlemen, baik dalam pola pikir, perilaku, gaya hidup, etika, dan ucapan mereka. Jangan lupa kenalkan kerja anggota parlemen, dengan bahasa sederhana. Dimulai dari apapun. Ya, apa saja akan terkait dengan kerja parlemen, seperti contoh di bawah ini. Nak, berkebun itu asyik lho. Tuhan telah menganugerahkan Indonesia dengan tanah, iklim dan musim yang pas untuk berkebun. Sayangnya, bidang ini terlanjur dipandang sebelah mata. Di sekolah, cita-cita yang diarahkan para guru, biasanya jadi dokter atau insinyur. Nyaris gak ada guru yang mendorong muridnya jadi pekebun atau petani. Nak, kebun dan sawah itu menyediakan ragam profesi. Yuk pelajari. Kalau kamu suka melihat-lihat tanamannya, kamu bisa jadi peneliti yang menciptakan jenis tanaman baru. Kalau kamu suka aneka rasa buahnya, kamu bisa jadi chef yang membuat sup kolaborasi ragam buah dengan rasa yang tak pernah ada sebelumnya. Kalau kamu penasaran bagaimana petani menjual hasil panennya, jangan-jangan kamu berbakat jadi pengusaha. Kalau ternyata suka berkebun, mungkin saja kamu jadi pekebun yang sukses. Nah, yang ini juga penting. Kalau kamu kasihan dengan kehidupan pekebun dan petani. Terus mau memperjuangkan supaya mereka dapat subsidi bibit atau pupuk, supaya ada yang menampung buah-buah mereka saat panen sehingga harganya tak jatuh, supaya kebutuhan sekolah anak-anak mereka bisa terfasilitasi, dan hal-hal lain yang terkait kesejahteraan pekebun dan petani. Tahu nggak, salah satu cara memperjuangkannya adalah dengan menjadi politisi! Mulia, bukan? Silakan pilih yang terbaik untuk hidupmu kelak. Ayah mendukung, apapun itu (www.sudarto-sm.blogspot.com).
30 23
Nah, bagaimana dengan IPC? Secara kelembagaan, IPC telah merancang beragam program untuk mengenalkan politik dan parlemen kepada generasi muda serta mendukung kinerja parlemen, sejak tahun 2005 hingga kini. Program-program tersebut, antara lain: 1. Parlemen Pemuda (2005-2006). 2. Magang Untuk Sarjana (2007-2008). 3. Orientasi Parlemen Pemuda dan Penulisan Buku “Parlemen Untuk Pemula" (2009). 4. Meningkatkan Fungsi Refresentasi Anggota DPRD melalui Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kader Muda Partai Politik dan Membangun Relasi Antara Anggota DPRD dan Konstituen (2010-2012). 5. Magang, Membangun Hubungan Antara Konstituen dengan Anggota Parlemen (2011-2012). Pada buku ini, kami khusus menyampaikan tentang program magang. Siap? Buka halaman selanjutnya. Ayo!
24
31
2
MISI PROGRAM MAGANG
Tidak lama! Kira-kira butuh waktu sepeminuman teh, untuk memahami jurus ini, kisanak! Maaf, bercanda. Habis, Anda mengira gambar di atas lambang silat dan kungfu, kan? Tabel di atas, merupakan gambaran perkembangan pemasaran dalam buku Marketing 3.0, karya Mr. Philip Kotler, bersama Bpk. Hermawan Kartajaya dan Bpk. Iwan Setiawan. Apa hubungannya dengan program magang? Ehm, tenang dulu, sabar, saya bertanggungjawab menerangkannya.
32 25
Begini, pada dasarnya semua orang adalah pemasar atau minimal penjual. Pasti Anda pernah melakukannya, bukan? Coba ingat-ingat, dalam seminggu ini, berapa orang yang telah Anda ajak untuk menerima ideide Anda? Pada saat itulah, posisi Anda sebagai penjual. Bedanya, pada misi, visi, nilai dan fokus tersendiri saat menjual. Sekarang, coba lihat lagi tabel di atas. Izinkan saya menyederhanakannya untuk Anda. Baca secara vertikal. Jika seseorang atau perusahaan hanya berorientasi pada produk, berarti ada di kolom I. Jika orientasinya pada pelanggan dimana ia mendengar, merealisasikan, dan merawat relasi dengan pelanggan, maka ada di kolom II. Nah, di kolom III, diisi oleh mereka yang tetap berorientasi pada pelanggan. Tetapi, relasinya bukan sebatas keuntungan finansial. Ada misi kemanusian/kasih sayang, visi keberlanjutan, serta nilai untuk menjadikan kehidupan lebih baik. Inilah marketing 3.0. Bagaimana dengan LSM? “LSM ada di poin ini,� kata Pak Hermawan dalam sebuah presentasinya, merujuk pada kolom III. Kalau program magang? a. Pada magang angkatan I II, III, dan IV tahun 20062008, mereka yang ditempatkan di anggota Dewan, mayoritas berdasarkan pertimbangan IPC. b. Pada magang angkatan V dan VI, peserta ditetapkan berdasarkan pertimbangan IPC dan anggota Dewan.
26
33
Secara umum, ada tiga tahapan keterlibatan anggota setelah mereka menerima program magang. Pertama, menanyakan kriteria yang diinginkan. Kedua, memberikan pilihan atas nama-nama pendaftar yang memenuhi kriteria. Ketiga, pada saat magang berlangsung, anggota selalu ditanya, “Apa yang perlu kami tingkatkan dari peserta agar dapat membantu anggota secara maksimal,� c. Tantangan berikutnya, membangun misi, visi, dan nilai dalam program magang, sebagaimana konsep dalam konsep marketing 3.0. Apa saja? Untuk memudahkan memahaminya, silakan lihat sekali lagi tabel sebelumnya. Sudah? Kita mulai. 1. Misi (human spirit) - Mendorong kinerja anggota DPR/DPRD, melalui asistensi dalam program magang, pengayaan pengetahuan, dan nilai-nilai tentang kewajiban sebagai wakil rakyat. - Memfasilitasi generasi muda untuk mengenal parlemen, memiliki keterampilan, membangun semangat dan integritas untuk mendukung anggota parlemen. - Berkontribusi pada penyelesaian persoalan warga melalui sistem penjangkauan konstituen serta mendorong kesadaran hak dan kewajiban konstituen. 34 27
2. Visi (sustainability): - Terbentuknya jaringan atau komunitas yang berkesinambungan antara lembaga pengelola program, peserta, anggota Dewan, dan warga, yang peduli dan dapat berkontribusi pada pelaksanaan misi. 3. Nilai (make a difference) - Memudahkan. Pogram magang ini membuat pekerjaan anggota parlemen lebih mudah, lebih terbantu, dan bermanfaat bagi publik. - Integritas. Program ini ditujukan hanya untuk anggota parlemen yang berintegritas. Suatu saat, anggota parlemen yang ditempati magang akan berkata, “Terimakasih, saya dilibatkan dalam program magang. Terimakasih Anda percaya dengan karakter dan integritas saya!� Peserta juga merasa pekerjaannya memiliki arti karena hasilnya diperuntukkankepada anggota yang tepat. Tentu, pengelola program juga punya semangat yang sama, bahwa yang saat ini dikerjakan, lebih dari sekadar program,tapi implementasi misi lembaga. Apa yang membedakan dari konsep sebelumnya? Ada kejelasan misi, visi, dan nilai. Seperti kata Pak Hermawan, justru itulah posisi dari LSM. Nah, pemahaman serupa perlu ada pada pengelola program, termasuk dalam program magang ini. Tantangannya antara lain:
28
35
Internal: 1. Memahami visi, misi, dan nilai lembaga. 2. Memastikan program yang dijalankan relevan dengan visi, misi, dan nilai-nilai di lembaga. 3. Mendesain program magang secara kreatif tanpa ketergantungan lembaga donor, sehingga misi lembaga tidak terhambat hanya karena faktor dana. 4. Membangun sistem, kurikulum, struktur, pengelolaan magang, yang relevan dengan misi lembaga. Eksternal: 1. Pemetaan anggota DPR/DPRD berdasarkan skema program dan integritas. 2. Membangun konsep tentang sistem, kultur, perilaku dan etika politik. 3. Membangun kerjasama dengan univeritasuniversitas untuk penyebaran gagasan. 4. Menjaga keberlanjutan misi bersama para pemangku kepentingan (kolaboratif). Bisakah ini diwujudkan? 100 % Bisa!
36 29
3
PRINSIP-PRINSIP MAGANG “Saat berbicara mode, berenanglah mengikuti arus. Saat berbicara prinsip, tegarlah seperti batu karang,� kata Thomas Jefferson, seorang filsuf politik yang juga Presiden Amerika Serikat ketiga.
Prinsip menjadi panduan dalam perumusan sistem, perilaku dan nilai-nilai. Begitu juga dengan program magang, setidaknya ada lima prinsip yang perlu diketahui, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Proses Pembelajaran (Learning process) Sukarela (Voluntary) Komitmen (Commitment) Kepercayaan (Trust) Relasi Mutual (Mutual relationship)
Berikut penjelasannya: Proses Pembelajaran (Learning process) Tujuan prinsip ini untuk memastikan bahwa mereka yang ikut pada program magang haruslah orang-orang yang memiliki motivasi dan memaknai magang sebagai proses pembelajaran. Baik untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan, terkait parlemen maupun pengembangan diri. Tantangan pertama, pengelola program akan dihadapkan pada pendaftar dengan jenis motivasi yang beragam, 37 31
misalnya mencari uang. Memang, berdasarkan sumber pendanaannya, ada program yang didanai lembaga donor dan menyediakan penggantian dana transportasi bagi peserta. Tetapi lembaga pengelola program harus menganulir peserta yang menjadikan uang sebagai motivasi utama. Yah, jenis peserta seperti ini akan merepotkan sejak awal proses penempatan, pada saat magang berlangsung, bahkan ketika magang telah selesai. Itu pengalaman IPC. Jika mereka diterima, berarti kita menutup kesempatan bagi peserta lain yang mungkin saja jauh lebih berkomitmen. Tantangan selanjutnya menggali kejujuran peserta pada saat seleksi. Ini tidak mudah, tetapi bisa diketahui dengan sejumlah metode. Tantangan ketiga, menjaga prinsip ini selama magang berlangsung. Pengelola program dan anggota parlemen diharapkan menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran produksi ide dan inisiatif. Misalnya, kesediaan mendengar, menghargai pendapat peserta, dan memberikan toleransi atas ketidaksempurnaan hasil kerja mereka. Karena konteksnya magang, maka cara efektif untuk proses pembelajaran adalah membantu kerja anggota parlemen, bukan sekadar mengamati. “Bekerja� adalah cara belajar peserta magang dan itulah yang membedakan peserta magang dengan pemantau atau pengamat parlemen.
32
38
Sukarela (Voluntary) Inilah prinsip kedua. Sifat sukarela harus ada pada peserta magang maupun anggota parlemen. Untuk itu, pengelola program perlu menentukan sistem yang menjamin prinsip tersebut terjaga dengan baik. Antara lain, menentukan batasan maksimal jumlah jam kerja. Misalnya, maksimal 20 jam per minggu di kantor, bagi peserta yang membantu tugas-tugas administratif. Bagaimana dengan mereka yang membantu pada ranah substansi? Bukankah seharusnya diukur dari hasil kerja, bukan jam kantor? Ya, mungkin saja kehadiran bukan hal yang prioritas. Tetapi tidak berarti pekerjaannya lebih ringan, bahkan bisa menguras banyak pikiran waktu di luar jam kantor. Untuk itu, pengelola program atau peserta magang perlu menjelaskan kepada anggota parlemen tentang jenis dan tingkat beban tugas yang relevan ditanggung peserta. Misalnya, sebagai peserta magang sangat berat jika dia ditugaskan melakukan monitoring media, kliping, dan analisa terhadap sepuluh media cetak nasional setiap pagi hari untuk isu politik, hukum, dan ekonomi, secara bersamaan. Pembelajaran dari kami, prinsip sukarela perlu dipertegas. Idealnya peserta merupakan orang-orang yang memiliki ketertarikan di bidangnya. Di beberapa parlemen dunia yang melakukan program serupa, tidak disediakan dana apapun untuk peserta. Karena itu, terhadap magang yang didanai oleh lembaga donor, peserta harus dipahamkan bahwa uang yang diterima peserta bukanlah gaji, tetapi penggantian uang transportasi. Ada skema magang dengan bantuan dana, 39 33
yang disebut yaitu fellowship atau beasiswa. Beasiswa magang di parlemen, bisa juga menjadi program parlemen, bekerjasama dengan kampus, dimana pesertanya merupakan rekomendasi atau hasil seleksi parlemen dan kampus itu sendiri. Komitmen (Commitment) Komitmen, tentu harus ada pada semua pihak, meliputi komitmen mengikuti tahapan magang, menjalani masa magang hingga selesai dengan berbagai kegiatannya, serta komitmen pada pemenuhan peran, hak dan kewajiban masing-masing. Pengalaman kami, titik rawan ada pada peserta magang itu sendiri. Mungkin Anda pernah mendengar sebuah peribahasa China yang artinya, “Di tengah-tengah kesenangan, jangan membuat janji kepada seseorang. Di tengah-tengah kemarahan, jangan menjawab surat”. Nah, kira-kira suasana batin seorang pendaftar yang amat senang jika diterima magang, menyebabkan dia berani berjanji apapun, seperti cerita berikut. Dalam sebuah sesi wawancara. “Emm, mana yang kamu pilih… Isu MD3 (MPR, DPR, DPD, dan DPRD) atau isu pertambangan?” tanya Bpk. Danardono Siradjudin (Biasa kami sapa Mas Danar), mantan Wakil Direktur IPC yang menjadi pengelola program magang saat mewawancarai seorang pendaftar magang tahun 2011 lalu. “Saya pilih isu pertambangan!” jawab pendaftar tersebut sambil menatap dengan mantap. “Tapi itu jauh dari bidang studi kamu?” kata Mas Danar.
34
40
Apa jawab pendaftar itu? “Justru itu yang saya suka. Saya suka tantangan!” Dengan jawaban tersebut, bagaimana menurut Anda? Meyakinkan? Ya. Bahkan tak ada satupun pertanyaan yang dijawab dengan keraguan. Semuanya lancar tanpa terbata-bata. Mungkin, malam harinya dia sudah membaca buku, The Greatest Interview Tips In The World (Kiat-kiat Wawancara Terhebat di Dunia).
Tetapi setelah ditetapkan lulus, yang bersangkutan, menghilang. Ditelepon, tidak diangkat, juga tidak memberikan informasi apapun ke IPC. Ada beberapa kasus seperti ini yang kami temui. “Saya sadar, ini akan memakan waktu lama, tapi ini adalah pilihan!” kata pendaftar dari salah satu universitas swasta ternama. Magang pun berjalan dengan baik. Tetapi tidak sampai separuh masa magang, yang bersangkutan mundur diterima bekerja di salah satu lembaga pemerintah.
41 35
IPC juga menemukan jenis peserta yang tujuannya mencari uang. Dari awal magang, hingga akhir, yang ditanyakan selalu uang, bahkan mengatasnamakan peserta-peserta lain dan ikut memprovokasi mereka? Peserta seperti ini, jelas tidak menunjukkan komitmen pada prinsip-prinsip magang sebelumnya. Tak ada pilihan lain, kami berhentikan. Ada lagi jenis peserta yang menggelisahkan. Bagaimana tidak, baru sebentar magang tiba-tiba menghilang bak di telan bumi. “Kemana ya? Apa jadi korban penculikan?” Nah, pada satu hari, entah di minggu ke berapa setelah menghilangnya peserta tersebut, kami menemukannya di satu lembaga pemilu. Syukurlah kondisinya baik-baik saja, malah bugar dan ceria. Ternyata dia telah menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di lembaga itu. Pengalamannya menjalin relasi selama magang, sekaligus dimanfaatkan mencari lowongan. Ah, ada-ada saja! Ada juga peserta yang tujuannya jelas tapi tidak tepat. “Saya sih yang penting dapat kartu tanda pengenal dulu, setelah itu, gampanglah,” Gampang? Apa maksudnya? Kami pun telusuri melalui orang-orang yang kami kenal, ternyata rekam jejaknya kurang baik. Bagi IPC dan pihak lain yang berminat melaksanakan magang, inilah tantangannya; menciptakan sistem yang dapat semaksimal mungkin menjaring peserta dengan motivasi tepat dan komitmen yang kuat. Kepercayaan (Trust) “Mohon maaf ya, apa ada agenda tersembunyi?” tanya seorang anggota parlemen, saat saya audiensi. Ada lagi yang lebih blak-blakan, “Jangan-jangan mau memata36
42
matai saya,� Anggota yang lainnya, “Boleh lihat apa yang peserta laporkan kepada IPC?� Itu beberapa respon saat audiensi ke anggota parlemen. Bagaimana reaksi Anda jika menjadi pengelola program? Tenang dan senang, seharusnya. Kenapa? Sebab kejujuran adalah momentum untuk saling membangun kepercayaan. Berikut hal-hal yang harus diciptakan pengelola program untuk membangun kepercayaan tersebut. a. Terbuka Kepercayaan hanya akan terbangun, jika ada keterbukaan, kejujuran, dan saling memahami. Untuk itulah, pengelola magang perlu menjelaskan kepada peserta dan anggota parlemen tentang skema program secara keseluruhan. (Unsur-unsur skema program bisa Anda lihat dalam pembahasan tentang tahapan magang). Jikapun lembaga pengelola program memiliki misi untuk mendorong pembahasan RUU tertentu, hal tersebut harus disampaikan. Sebagaimana pengalaman IPC, yang juga mendorong isu transparansi dalam pembahasan RUU Migas dan paket RUU Politik melalui peserta magang. Hal tersebut telah dijelaskan di awal program, bahkan anggota menjadi mitra diskusi. b. Kedekatan Relasi Koodinator program, seharusnya memiliki relasi yang dekat dengan semua peserta, termasuk dengan anggota. Dengan demikian, masalah dan pertanyaan apapun itu, dapat terungkap tanpa ragu.
43 37
Seorang peserta pernah bertanya, “Kalau ada peserta yang melamar ke lembaga lain pada saat magang, terus mundur, boleh gak?” “Lebih baik dikomunikasikan dulu,” jawab saya kala itu. “Ada apa?” Dia mengatakan, “Gak ada apa-apa. Cuma nanya,” Apa yang terjadi? Beberapa hari kemudian, seorang peserta magang yang dekat dengan si penanya itu, menyatakan mundur. Keengganan peserta mengungkapkan langsung hal tersebut, mengindikasikan bahwa relasi kedua belah pihak tidak dekat. Bagi pengelola program, kedekatan itu diperlukan untuk beragam peran, mulai dari teman, mentor, konsultan, hingga motivator bagi peserta. c. Posisi Anggota Parlemen Pengelola program harus memposisikan anggota parlemen sebagai mitra, bukan objek investigasi. Bagi anggota parlemen, penting untuk mengetahui jejak rekam lembaga pengelola program, pelaksana program dan peserta sendiri. Relasi Mutual (Mutual Relationship) Prinsip ketiga adalah relasi mutual, terutama antara peserta magang dan anggota parlemen. Mutual menggambarkan kondisi dimana masing-masing pihak mendapatkan manfaat dari program ini. Karena itu, pengelola program perlu mengembangkan sistem untuk menjamin prinsip ini terjalin. Sistem itu menyatu pada tahapan-tahapan program. Misalnya, untuk menentukan peserta magang, pengelola program 38
44
harus menggali keinginan dan kebutuhan anggota, memberikan beberapa pilihan hasil seleksi, dan pada saat magang mengkonfirmasi apa yang harus ditingkatkan dari peserta. Sebaliknya, apa manfaat apa yang bisa diterima peserta? Tentu, manfaat utama adalah sesuatu yang diinginkan berdasarkan tujuan awal magang, yang ditetapkan bersama pengelola program. Bagaimana jika ada tujuan pribadi peserta? Sepanjang itu relevan dengan prinsip magang, maka pengelola program perlu membantunya. Misalnya, peserta ingin mendapatkan keterampilan untuk menulis atau yang lainnya. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dalam konteks magang, maka manfaat seharusnya didapat dari proses kerja. Jadi, jika targetnya memahami proses pembuatan undang-undang, maka selain belajar teori perumusan undang-undang, peserta magang harus terlibat membantu anggota dengan mengusulkan daftar isian masalah (DIM) rancangan undang-undang tertentu. Bagaimana jika peserta magang memiliki target untuk menjadi staf di anggota? Nah, ini banyak terjadi. Apa yang harus dikatakankoordinator program? “Maaf, ini bukan tujuan program,”, “Maaf, itu urusan pribadi Anda,”, “Maaf, saya tidak berhak mengomentari,” Mungkin itu jawaban-jawaban yang bisa diungkapkan. Tapi, itu bukan pilihan saya. Pengalaman saya, pertama, mengucapkan terimakasih atas keterbukaan itu. Artinya, kita telah mendapatkan kepercayaan. Ini merupakan kesempatan untuk memberikan solusi tepat. Kedua, jelaskan posisi lembaga pengelola program bahwa ini bukan tujuan program yang akan dicapai lembaga. Jadi, IPC tidak akan 45 39
mengusulkan atau merekomendasikan apapun kepada anggota. Ketiga, saya akan sampaikan bagaimana agar anggota tertarik, merekrut Anda sebagai staf. “Tapi konteksnya sebagai pribadi ya, bukan mewakili IPC,� biasanya saya jawab begitu. “Gimana caranya?� Wah, panjang lebar ceritanya, berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman peserta lain. Intinya ada pada dua hal; karakter dan nilai tambah.
40
46
4
PERSFEKTIF UNTUK ANGGOTA PARLEMEN Komitmen Untuk Generasi Muda “Saya senang, karena tujuannya untuk pembelajaran. Hal sama banyak dilakukan di parlemen luar,� kata seorang anggota DPR RI, Bpk. Indra, kepada kami. Pertama bertemu, langsung diterima, langsung setuju, langsung penempatan peserta. Persfektif magang seperti ini, tentu sangat diharapkan dari seorang anggota parlemen. Bisa jadi, ini bagian dari misi pribadi, bahwa saat menjadi anggota, harus memberi manfaat bagi generasi muda. Nah, kesempatan itu datang melalui tawaran ikut menjadi bagian anggota parlemen yang menerima program magang. Ada sejumlah anggota DPR RI, yang juga memaknai magang seperti ini. Di berbagai parlemen dunia, misi memberi manfaat bagi generasi muda ini, didukung oleh sistem yang ada di parlemen tersebut. Seperti yang kami sebutkan sebelumnya, di parlemen Inggris, ada program Parliamentarians in Schools, dimana anggota parlemen secara berkala datang ke sekolah dasar dan menengah.
47 41
Mengisi Kebutuhan Anggota Saat ini, satu anggota DPR RI didukung oleh satu asisten pribadi untuk membantu hal-hal administratif dan dua tenaga ahli, untuk membantu pekerjaan substantif. Selain di anggota, tenaga ahli juga ada pada alat kelengkapan Dewan dan fraksi, sebagaimana gambaran pada tabel di bawah ini. No
Penugasan
1
Tenaga Ahli Anggota (560 orang)
2
Tenaga Ahli Alat Kelengkapan Dewan
3
Jumlah (Orang) 1120
Komisi (11)
60
Badan (7)
45
Pimpinan (1)
18
Fraksi (9)
76 Jumlah
1.309
Tenaga Ahli DPR RI (Juli 2010)
Cukupkah jumlah tenaga pendukung tersebut? Seorang anggota parlemen memiliki beberapa peran, dimana masing-masing peran tersebut idealnya memerlukan dukungan staf. Untuk lebih mudah memahaminya, berikut contoh kebutuhan anggota DPR RI periode 2004-2009, Bpk. Mufid A Busyairi. No 1
42
Peran Anggota Fraksi PKB
Kapasitas Tenaga Pendukung Memiliki pemahaman ideologi, visi dan misi PKB Memiliki pemahaman tentang kondisi internal PKB dan relasi dengan pemangku
48
2
Wakil Masyarakat di Dapil Jepara, Kudus, dan Demak
3
Anggota Komisi IV
4
Anggota Badan Legislasi Anggota Tim Peningkatan Kinerja DPR RI
5
6 7
Wakil Pansus Pemilu Pribadi
Ketua RUU
kepentingan terkait di internal PKB Memiliki informasi kondisi geografi dan demografi daerah pemilihan (dapil) Memiliki informasi peta politik dapil Memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola konstituen Memiliki pengetahuan tentang manajamen dan administrasi rumah aspirasi Memiliki pemahaman sektor pertanian dan pangan Memiliki pemahaman sektor kelautan Memiliki pemahaman sektor kehutananan Memiliki pemahaman tentang legislasi terkait bidang kerja komisi IV Memiliki pemahaman tentang pengawasan terkait bidang kerja komisi IV Memiliki pemahaman tentang proses penganggaran terkait bidang kerja komisi IV Memiliki pemahaman tentang alur legislasi dan penyusunan undang-undang. Memiliki pemahaman tentang sistem pemerintahan, sistem birokrasi, fungsi dan mekanisme kerja parlemen, sistem pendukung parlemen, dan informasi model parlemen dunia. Memiliki informasi tentang kondisi terkini parlemen dan konsep reformasi parlemen Memiliki pemahaman tentang konsep pemilu di Indonesia dan beberapa perbandingan. Memiliki keterampilan manajemen dan administrasi kantor di parlemen. Memiliki keterampilan pelayanan terhadap tamu atau konstituen. Memiliki keterampilan untuk membangun relasi dengan media melalui beragam aktivitas. Keterampilan pendukung, seperti kemampuan presentasi, membuat notulensi, makalah, dan jenis tulisan lain.
49 43
Selain hal di atas, tenaga pendukung anggota DPR perlu memenuhi dua syarat lain. Ini juga berlaku bagi peserta magang. Pertama, tidak memiliki konflik kepentingan atau potensi konflik kepentingan politik. Apa saja contohnya? -
Ada anggota DPR yang kesal karena dikalahkan oleh stafnya dalam pemilu legislatif. Mestinya ikhlas ya, karena ini berarti kaderisasinya berhasil. Ada peserta magang yang diterima tetapi diabaikan keberadaannya oleh anggota, karena berasal dari organisasi sayap partai tertentu Ada anggota yang meminta peserta magang diberhentikan karena dianggap ideologinya berbeda. Ini yang tak kalah seru. Ada peserta magang yang telah diberi pelatihan. Dia begitu antusias memuji betapa bermanfaatnya pelatihan ini. “Mantap, mantap, mantap! Tapi jangan sampai anggota tahu, dia kan saingan kita di pemilu nanti,� Wah, padahal pelatihan untuk peserta magang itu demi mendukung kinerja anggota.
Kedua, integritas. IPC pernah mengelola magang mandiri (tanpa dibiayai) di DPRD dimana pesertanya ditengarai bermain proyek pada lembaga tersebut. Karena itu, integritas peserta perlu dipantau sepanjang program berjalan. Sekarang, kita kembali ke pertanyaan, cukupkah tenaga pendukung anggota saat ini? Berdasarkan penuturan beberapa anggota, jumlah tersebut tidak memadai. Pembenahan sistem pendukung sebuah keharusan. Mulai dari pemetaan kebutuhan, penentuan syarat, sistem rekrutmen dan seleksi, deskripsi kewajiban dan tugas, sistem penggajian, status, dan lain-lain. 44
50
Sembari menunggu proses itu berjalan, anggota tetap dituntut kreatif, Misalnya, mengangkat staf tambahan dengan biaya pribadi, atau dengan pembagian gaji tenaga ahli, tentu disertai pembagian tugas yang sesuai pula. Bisa juga memaksimalkan peran tenaga ahli fraksi, tenaga ahli komisi, atau badan lainnya. Sistem Internal Anggota Kami menemukan bahwa sejumlah anggota DPR telah mempunyai sistem dalam pengelolaan staf termasuk terhadap peserta magang. Namun sebagian besar, hanya berdasarkan kebiasaan (tidak tertulis). Dalam konteks magang, penting untuk membuat sebuah sistem secara tertulis, sebagai panduan kedua belah pihak, agar kasus di bawah ini tidak terulang. “Ada mahasiswa dari salah satu universitas negeri, datang pada saya, mau ikut magang. Ternyata hanya datang sekali, setelah dapat tanda-tangan gak datang lagi,� kata seorang anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI. “Ada mahasiswa S3, magang tapi gak tahan dengan beban kerja saya,� kata seorang anggota Fraksi PDIP DPR RI, serta beberapa pernyataan serupa dari anggota lain. Ada beberapa anggota DPR yang menjadi magnet di kalangan mahasiswa untuk ditempati magang. Mereka memiliki integritas, karakter, dan keterbukaan. Sayangnya, justru peserta sendirilah yang kadang tidak
51 45
memiliki keseriusan. Karena itulah, anggota perlu membangun sistem di internal. Dampak ketiadaan sistem juga berimbas pada kerja peserta magang sendiri. “Aku bingung, belum selesai yang ini, disuruh kerja yang lain. Yang lain belum selesai, ada lagi. Tugas dikirim, gak ada respon,� keluh seorang peserta magang. Dalam kasus ini, sebenarnya selain anggota, peserta sendiri perlu menyiapkan sistem untuk dirinya. Nah, apa saja yang perlu diperhatikan anggota untuk menerima kerjasama program magang? Pertama: Penggalian Informasi No 1
46
Subyek Pelaksana program
Penjabaran Profil Lembaga Jika magang ini dijalankan oleh sebuah lembaga, perhatikan profil lembaga bersangkutan, untuk memastikan visi, misi, dan posisinya terhadap DPR. Ini penting karena seharusnya relasi yang terbangun antara anggota dan peserta adalah mitra, bukan untuk memata-matai atau investigasi. Rekam Jejak Rekam jejak lembaga dan stafnya. Anda bisa mengetahui dari pemberitaan media, jaringan lembaga tersebut, atau informasi pihak lain yang dapat dipercaya. Skema program Meliputi latar belakang, tujuan (hasil yang diharapkan), sumber pendanaan, peserta, lama magang, hak dan kewajiban para pihak, dan lain-lain. Kriteria Peserta Jika Anda memiliki kriteria khusus terhadap peserta, sampaikan kepada lembaga pelaksana program. Kriteria tersebut bisa jadi karena pertimbangan jenis keahlian yang
52
2
Peserta magang
dibutuhkan, atau pertimbangan rekam jejak. Motivasi dan antusiasme Tanyakan apa motivasi mengikuti program magang dan gali sejauh mana antusiasmenya. Untuk memastikan bahwa mereka mengikuti program ini bukan sekadar mengisi waktu luang. Karakter Karakter mengacu pada semangat kerja, kedisiplinan, loyalitas, inisiatif, dan lain-lain. Bisa digali saat wawancara atau dalam bentuk permintaan perilaku tertentu. Misalnya, kedisiplinan dia dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Lalu nilailah sejauh mana upayanya. Integritas Berdasarkan pengalaman kami, salah satu cara menilai potensi kualitas integritas adalah dengan menggali latar belakang dan jaringan yang mereka miliki, lalu menanyakan bagaimana komentarnya. Cara lain yaitu dengan menggali kebenaran informasi yang disampaikan melalui biodata. Etika Etika diketahui dari dua hal. Pertama, saat berkomunikasi, bagaimana pilihan kata, sapaan, dan lain-lain. Kedua, ketika proses magang berjalan, dengan melihat sikap-sikap peserta. Keterampilan Mintalah peserta memaparkan apa saja keterampilan yang dia miliki dan bukti yang telah dihasilkan. Misalnya berupa tulisan. Perhatikan juga bagaimana caranya mempresentasikan. Pengetahuan Ada dua hal penting terkait pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapat sesuai latar belakang pendidikan dan pengalaman. Kedua, apa yang dapat dikontribusikan untuk membantu anggota parlemen. Administrasi Kartu identitas diri Ijazah
53 47
Kedua: Penugasan Setelah menggali informasi tentang lembaga pelaksana program dan pribadi peserta, selanjutnya adalah memberikan penugasan. Ada 8 hal yang perlu diperhatikan anggota dalam memberikan penugasan, yaitu: 1. Tujuan awal peserta magang, apakah untuk membantu pembahasan isu tertentu atau memang untuk membantu sesuai kebutuhan anggota. 2. Kedalaman pengetahuan, keterampilan pendukung dan minatnya pada isu tersebut. 3. Suasana yang nyaman bagi berkembangnya inisiatif dan kreativitas. 4. Relasi dan peran antar pihak di internal kantor anggota. Misalnya: peserta magang bekerja berdasarkan permintaan anggota, bukan yang lain. Peserta magang IPC memiliki pengalaman, tidak fokus bekerja karena banyak sekali permintaan tugas dari tenaga ahli yang sebenarnya bukan permintaan anggota. 5. Jalur komunikasi dan pendampingan yang memudahkan kedua belah pihak. Apakah secara tatap muka, email, telepon, atau melalui staf. 6. Perencanaan kerja peserta dalam satu minggu. Ada pekerjaan yang telah dirancang sejak awal, termasuk target penyelesaiannya dan ada yang sifatnya insidental. Untuk itu juga penting membuat membuat kategori berdasarkan jenis pekerjaan yang mendesak (urgent) dan penting (important).
48
54
7. Sistem evaluasi berkala; waktu dan pihak evaluatornya. 8. Hal-hal lain yang dibutuhkan untuk memperlancar tugas peserta magang. Misalnya kartu identitas sebagai peserta magang, informasi keberadaan peserta magang ke sekretariat fraksi, sekretariat komisi, atau badan lain. Program magang yang dikelola dengan sebuah sistem dan persfektif yang benar dari anggota, dapat mendukung kerja anggota parlemen. Ada beberapa contoh yang bisa kami sampaikan, antara lain, Bpk. Mufid A Busyairi, anggota DPR RI periode 2004-2009, penerima peserta program magang tahun 2006, dimana penulis sebagai pesertanya. Bagaimana beliau mengelola peserta sehingga terbantu maksimal? 1. Menciptakan suasana dan relasi yang nyaman antara peserta dengan anggota dan staf. 2. Memberikan kebebasan kepada peserta untuk berkontribusi kepada anggota sesuai dengan minat dan kemampuan. 3. Meluangkan waktu untuk menyelia tugas peserta dan mendiskusikannya. 4. Faktor karakter dan integritas. Sebagai peserta magang, ada semangat dan nilai yang berbeda jika anggota yang Anda dukung, memiliki karakter dan integritas. Faktor terakhir inilah juga yang dibangun oleh Bpk. Ganjar Pranowo, anggota DPR RI periode 2009-2014.
55 49
Karena itu, tugas awal peserta magang, adalah, “Satu bulan pertama ini, kamu lihat dan amati dulu bagaimana anggota komisi II bekerja. Bagaimana kedisiplinan mereka, siapa yang datang tepat waktu, yang jarang hadir, yang selalu terlambat. Bulan kedua, baru saya beri tugastugas,� kata Pak Ganjar, kepada peserta magang, di ruang pimpinan komisi II. Beliau telah hadir, sekitar setengah jam sebelum rapat dimulai. Pesan tersiratnya, bagi peserta magang, penting untuk menemukan arti (meaning) dalam bekerja. Tidak sekadar melakukan aktivitas rutin, kemudian pulang dengan segudang cerita. Lebih dari itu, ada kesadaran yang perlu dibangun di awal, bahwa dukungan yang Anda berikan ditujukan kepada orang yang tepat. Pak Ganjar juga selalu melibatkan peserta magang dalam kegiatan reses di dapilnya. Dengan demikian, peserta magang dapat belajar banyak tentang bagaimana cara anggota DPR melayani konstituen yang sangat beragam permintaannya. Jenis Dukungan Secara umum, ada dua kategori dukungan:
50
56
1. Berdasarkan kebutuhan anggota parlemen. 2. Berdasarkan tema atau isu tertentu yang didorong pengelola program bersama anggota. Berikut dukungan-dukungan yang diberikan peserta magang kepada anggota dewan, berdasarkan kebutuhan anggota. 1. Membangun Relasi Media Relasi dengan media dilakukan mulai dari pemetaan media, pemilihan media yang relevan dengan kepentingan anggota, penelusuran latar belakang jurnalis atau redaktur, untuk menemukan hubungan personal sehingga mempermudah komunikasi, kemudian pertemuan, wawancara, dan merawat relasi. 2. Monitoring Isu Media Pemantauan media merupakan serangkaian kegiatan dari memantau berita media per periode tertentu, mengklasifikasikannya per isu, narasumber, wartawan atau media dan membuat analisa. Dengan demikian, akan diketahui tren isu, posisi partai, kompetitor, posisi media pada isu tertentu, pemilihan media dan untuk pengembangan opini, pemilihan isu, pilihan sikap terhadap sebuah isu, dan pengembangan isu untuk periode selanjutnya. 3. Pengelolaan Situs Internet Pengelolaan situs internet yang selama ini dilakukan oleh peserta magang adalah: (1) Memonitor berita media terkait anggota bersangkutan untuk dimuat di situs pribadi atau ditanggapi; (2) Membuat rilis, opini, atau memuat gambar-gambar anggota pada saat kunjungan 57 51
kerja; (3) Menjadikan situs internet sebagai media interaktif dengan konstituen; (4) Mengelola agar tautan situs internet anggota terhubung ke berbagai kalangan yang berkepentingan. 4. Penulisan Rilis dan Artikel Dalam penulisan rilis dan artikel, fungsi peserta magang, antara lain: mengusulkan tema-tema tertentu berdasarkan tren isu yang bisa diketahui dari media monitoring atau berdasarkan analisa anggota; membuat naskah awal; membantu pemetaan media untuk pengiriman rilis atau artikel tersebut. 5. Analisa Kasus Kasus-kasus yang perlu dianalisa, bisa dari permintaan anggota maupun usulan dari peserta. Kasus tersebut biasanya diketahui dari hasil pengawasan komisi, pengaduan masyarakat maupun pemberitaan. 6. Analisa DIM (Daftar Inventarisasi Masalah) RUU “Lho, kok kamu yang mengerjakan?� kata seseorang kepada peserta magang, yang diminta oleh anggota untuk membuat analisa DIM sebuah RUU. Tidak ada yang salah, justru sebuah kepercayaan dan tantangan. Apa yang dilakukannya? Mempelajari kembali naskah akademik dan proses sebelumnya, mempelajari beragam konsep terkait bahasan di RUU tersebut, mengakomodasi pendapat fraksi, dan mengolahnya. Tentu, hasil akhirnya ada pada fraksi itu sendiri.
52
58
7. Membuat Laporan / Pandangan Fraksi Sampai sejauh itukah? Ya! Meskipun ada tenaga ahli fraksi yang membuat pandangan fraksi, tetapi pada akhirnya, anggotalah yang menentukan. Apakah mau menggunakan atau tidak, atau diedit lagi, atau ada alternatif lain. Nah, alternatif itu adalah peserta magang. “Pandangan fraksi terhadap RUU DIY yang kamu bikin, lebih bagus daripada buatan tenaga ahli fraksi,� kata seorang anggota kepada peserta magang. Akhirnya, peserta magang bersangkutan diangkat menjadi tenaga ahli pada anggota tersebut. 8. Membantu Pelaksanaan Reses Mulai dari pengurusan administrasi, mendampingi anggota untuk pertemuan dengan warga di dapil, mendata aspirasi, dan membuat laporan reses untuk fraksi. 9. Membantu Pelaksanaan Diskusi Apa peran peserta magang? Ada yang menjadi panitia untuk membantu hal-hal teknis, mempersiapkan bahan diskusi, seperti makalah atau materi presentasi, dan membuat notulensi. 10. Membantu Persiapan dan Tindak Lanjut Rapat Sukses rapat tentu dimulai dari persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Manajemen seperti ini, idealnya ditangani langsung oleh anggota atau ketua tim tenaga pendukung anggota, dimana peserta magang mendapatkan salah satu peran. 59 53
Pengalaman IPC, sebagian besar peserta magang diberikan salah satu peran dalam tahapan-tahapan rapat di atas. Pada umumnya, peserta magang diminta menyiapkan bahan rapat dan membuat notulensi. 11. Membuat tinjauan (review) buku. Sementara dukungan berdasarkan isu tertentu yang didorong pengelola program bersama anggota, antara lain: 1. Membantu Penjangkauan Konstituen Dalam kegiatan ini, peserta magang membantu anggota untuk membuat peta dapil dan peta tematik (berdasarkan isu), kemudian merumuskan persoalan prioritas bersama anggota dewan, lalu memfasilitasi pertemuan antara warga dan anggota dewan, membuat notulensi saat pertemuan dan menyampaikan perkembangannya kepada masyarakat setempat. Ada dua jenis magang untuk penjangkauan konstituen: a. Peserta dari mahasiswa. Satu orang peserta membantu satu anggota. Peserta bekerja di dapil, untuk satu komunitas yang telah disepakati bersama anggota, mengatur jadwal pertemuan antara konstituen dan anggota, dan menyelenggarakan kegiatan pertemuan tersebut. b. Peserta dari kader partai politik. Masing-masing kelompok magang (terdiri dari 3 orang peserta) membantu satu orang anggota untuk melakukan penjangkauan konstituen. Dua orang bekerja di lapangan (di masyarakat), untuk memetakan persoalan konstituen, dan satu orang di kantor 54
60
anggota di DPRD untuk membantu anggota menindaklanjuti hasil temuan tersebut, dengan membuatkan laporan, analisa, sebagai bahan untuk rapat bersama pihak pemerintah 2. Membantu Pembahasan Legislasi Pengalaman peserta magang tahun 2011/2012 ini, antara lain membantu dalam pembahasan paket RUU Politik, pembahasan revisi UU tentang Minyak dan Gas Bumi, RUU Aparatur Sipil Negara, RUU Keadilan dan Kesetaraan Gender, RUU Ormas (Organisasi Kemasyarakatan), RUU Pemerintahan Daerah, RUU Keistimewaan DIY, RUU Sediaan Farmasi, RUU Desa dan lain-lain. Apa saja peran peserta? Mereka membantu sejumlah hal sebagaimana yang kami sampaikan sebelumnya, antara lain pemetaan isu media dan analisanya, penyiapan materi-materi rapat, pembuatan notulensi rapat, dan pembuatan laporan untuk fraksi, menghubungkan dengan pihak ahli untuk audiensi di fraksi, hingga analisa DIM. Bedanya, hanya pada fokus isu.
61 55
5
PERSFEKTIF UNTUK PARTAI POLITIK
Implementasi Misi Lagi-lagi, saya mulai dari persfektif bahwa partai politik harus hadir dengan visi, misi dan nilai-nilai. Untuk mencapai visi, menjalankan misi dan menjaga nilai, partai seharusnya partai lebih agresif dan semangat. Tidak kalah dari perusahaan maupun LSM. Salah satu misi yang perlu dibawa partai adalah mendorong pengetahuan, kesadaran dan partisipasi generasi muda terhadap politik. Nah, untuk itu partai perlu merancang ATM. Tunggu! Jangan tersinggung dulu, Bapak, Ibu. ATM yang saya maksud bukan Anjungan Tunai Mandiri, tempat 62 57
penarikan uang yang diciptakan John Stepherd Baron, 45 tahun yang lalu. Bukan, sama sekali bukan itu! ATM yang saya maksud adalah Amati, Tiru, Modifikasi. Ya, apalagi kalau bukan program magang ini. Saya berani mengatakan bahwa program magang patut dipertimbangkan, karena IPC memiliki cerita sukses program magang untuk kader muda partai politik. Kenapa harus dimodifikasi? Karena, bagi partai politik, program magang ini perlu dirancang secara berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, antara lain: No 1
Tujuan Pengenalan Partai
Peserta Siswa atau Mahasiswa
2
Menjaga loyalitas simpatisan
Simpatisan partai dari daerah pemilihan
3
Kaderisasi
Kader partai baru
58
Kegiatan Sesuai dengan kurikulum sekolah. Misal: magang untuk mengetahui proses perumusan undangundang oleh parlemen. Magang sesuai dengan kepentingan Mahasiswa. Misalnya, mereka ingin mengetahui bagaimana jalur penyerapan aspirasi hingga penetapan kebijakan. Sesuai dengan kebutuhan warga di daerah pemilihan. Misal: magang dalam rangka penjangkauan konstituen Sesuai dengan minat kader. Misal: Mereka yang berminat menjadi anggota parlemen, dibagi dalam tiga kategori peserta berdasarkan fungsi parlemen.
63
4
Mendukung kinerja fraksi
Kader partai dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu
Sesuai dengan kebutuhan fraksi/partai. Misal: Magang untuk melakukan analisa media.
Dalam branding, magang bisa disebut sebagai aktivitasi brand dimana publik dilibatkan dalam kegiatan partai. Konsep seperti ini lebih jauh berdampak daripada menebar spanduk atau baliho. Ada banyak pilihan, salah satunya dengan program magang. Agar fraksi/partai tidak saja dikenal, tetapi juga dipersepsikan dan diasosiasikan secara positif dalam benak peserta, ada prasyarat yang perlu dibangun dan dijaga oleh infrastruktur fraksi/partai, yaitu: 1. Sistem Internal Fraksi a. Akuntabilitas b. Keterbukaan c. Pelayanan 2. Variasi skema program magang a. Tujuan b. Kategori peserta c. Lama program d. Struktur pengelola 3. Keberlanjutan dan pembaruan program 4. Karakter infrastruktur fraksi/partai 5. Strategi humas 6. Hal-hal khusus sesuai skema magang Tantangannya adalah bagaimana partai mendesain program magang yang menyentuh aspek kognisi, afeksi dan psikomotorik. Berikut contoh ketiga aspek dalam program magang untuk mahasiswa. 64 59
Aspek kognisi (Rasional). Partai perlu menunjukkan beberapa data, tentang: a. Data rendahnya pemahaman mahasiswa terhadap parlemen. b. Bukti tidak adanya kurikulum pendidikan yang secara mendalam mengenalkan parlemen. Aspek afeksi (perasaan). Contoh-contoh yang dapat menyentuh sisi afeksi, antara lain: a. Perbandingan Sampaikan perbandingan mahasiswa Indonesia dengan para mahasiswa di Negara-negara lain, dimana mereka mendapatkan pendidikan parlemen secara berkala dari kantor sekretariat parlemen, bahkan mereka bisa meminta anggota parlemen untuk berkunjung ke sekolahnya. b. Kepentingan Ada sejumlah kepentingan mahasiswa yang bisa dipenuhi seandainya mahasiswa mengetahui bagaimana memperjuangkan haknya melalui parlemen. Misalnya, seharusnya biaya SPP, bisa lebih murah jika DPRD memperjuangkan subsidi dari APBD. Dengan demikian, biaya dari orang tua mereka bisa lebih ringan. Aspek Psikomotorik (Perilaku) Mahasiswa dilibatkan atau bahkan diberi kebebasan untuk berkreasi merumuskan skema program magang, baik dari segi tujuan, waktu, maupun bentuk-bentuk pembelajaran.
60
65
Tujuan Magang di Partai Mari kita bahas satu per satu tujuan yang bisa dicapai dalam program magang. a. Pengenalan Partai Salah satu komunitas yang kami sarankan untuk magang dalam rangka pengenalan partai adalah mahasiswa dengan ragam kategori, bahkan siswa. Harapannya, selain mengenal partai, nilai sebaran informasinya juga besar karena mereka berada dalam masa-masa yang pertumbuhan emosi yang membutuhkan sumber dan ruang ekspresi diri. Jika sebuah partai, memberikan kesempatan kepada mereka, untuk magang di seluruh anggota DPR/DPRD provinsi/kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Kita tetapkan contoh, satu masa magang selama tiga bulan (atau kurang). Dalam satu periode Dewan (lima tahun) berarti ada 20 angkatan magang. Pertanyaannya, berapa orang yang akan mengenal partai tersebut? Ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu. Belum lagi jika menggunakan efek buzzing (dengungan) di komunitas. Bpk. Silih Agung Wasesa dalam bukunya Political Branding and Public Relation mengatakan, dengan efek buzzing, informasi yang disampaikan akan meluas dan berpengaruh. Apa sebabnya? Pertama, penyampai pesan memiliki kredibilitas (bagian dari mereka) dan gaya bahasa yang digunakan, nyambung. Apalagi dengan dukungan teknologi informasi, terutama media sosial yang ekspresif tentu dampaknya lebih besar.
66 61
Untuk sederhananya, saya contohkan bagaimana dampak program magang jika dilakukan untuk anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD DKI Jakarta. a. b. c. d. e.
Jumlah anggota Peserta magang/angkatan Lama magang Jumlah angkatan magang/tahun Jumlah peserta/tahun
f. Jumlah objek pesan g. Sebaran nilai politik
Penjelasan:
: 32 orang : 32 orang : 3 bulan : 4 angkatan : 4 x 21 = 128 orang : 10 orang : (n x 10)2 : (128 x 10)2 : (1280)2 : 2.560 orang
Jumlah anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Demokrat sebanyak 32 orang. Jika semua ditempati program magang selama 3 bulan, maka dalam satu tahun ada 128 peserta magang. Artinya, akan ada 128 orang penyampai pesan dan kesan tentang Fraksi Partai Demokrat DPRD DKI Jakarta. Lalu, beri tantangan 128 orang tersebut untuk mengembangkan kreativitas mengkomunikasikan kesankesan selama magang baik secara langsung maupun melalui media sosial ekspresif kepada minimal 10 orang lain. Asumsinya, 10 orang lain tersebut akan menyebarkan kepada orang lainnya. Maka dalam satu tahun ada 2.560 orang yang mendapatkan informasi mengenai anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD DKI Jakarta.
62
67
Ilustrasi Efek Media Sosial socialbizbuilder.com
b. Merawat Simpatisan Pepatah lama mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Sebenarnya bisa jadi, tak kenal, maka tak benci. Kok bisa? Ya, silakan baca kisahnya. Singkat cerita, saya menemani seorang direktur sebuah LSM di Bandung. Tujuan kami menemui seorang staf pada anggota fraksi di DPR. Sepanjang perjalanan, terbayanglah penerimaan dengan keramahan dan nilainilai yang menjadi jargon partai. Apalagi dia mengaku pemilih partai tersebut. Lengkaplah pengharapan itu. Setelah melewati perjalanan jauh, lalu lintas Jakarta yang buruk, dan tiga lapis pemeriksaan di DPR, kami tiba di depan pintu kantor, memberikan salam, dan bertanya. Hasilnya? Staf yang kami cari, tak ada. Tetapi ada staf lainnya di kantor tersebut. Dia sama sekali tidak menoleh pada kami dan menjawab pertanyaan kami, 68 63
tidak lebih dari lima kata. Yah, sekitar tiga menit. Lalu semuanya selesai. Apa yang terjadi? Peristiwa singkat itu membuyarkan persepsi rekan saya yang merupakan simpatisan partai tersebut. Nah, apa yang terjadi jika dia menjadi pewarta agresif di lingkungan keluarga, tetangga, dan di berbagai forum diskusi? Bagaimana jika banyak warga yang ternyata diperlakukan demikian? Seandainya, saat itu dia diterima dengan keramahan, tentu hasilnya akan sebaliknya. Dia akan senang, persepsinya terjaga, dan tidak menutup kemungkinan menjadi brand ambassador (duta merk/partai), sebagai "juru bicara" yang tulus penyampai kebaikan-kebaikan partai. Apalagi, jika dikelola melalui program magang. Nah, itu dia poinnya! Bagaimana agar program magang menarik bagi para simpatisan partai. Hal khusus yang perlu diperhatikan adalah: -
Peserta magang berasal ditempatkan pada anggota DPR/DPRD yang berasal dari daerah pemilihan peserta magang. Ada program atau kegiatan yang bisa diinisiasi oleh peserta magang di daerahnya dengan dukungan fraksi/partai atau anggota DPR/DPRD tersebut.
c. Kaderisasi Satu hal khusus yang perlu diperhatikan dalam mendesain magang sebagai media kaderisasi adalah membuat klasifikasi kader, berdasarkan minat mereka dalam politik. Apakah menjadi anggota parlemen, aparat pemerintah (eksekutif), atau mengelola konstituen di 64
69
suatu daerah, atau tenaga pendukung di parlemen. Pengklasifikasian ini akan terkait dengan kurikulum magang dan penugasan yang akan diberikan kepada peserta. d. Sistem Pendukung Fraksi/Anggota Fraksi Dalam pengalaman kami, ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika partai ingin melakukan program magang dalam rangka mendukung kerja anggota. Pertama, pesertanya adalah kader partai bersangkutan. Mereka adalah orang-orang yang memahami ideologi, visi, misi, nilai-nilai partai dan berintegritas. Selain itu, memiliki pengetahuan dasar tentang unsur, fungsi, dan mekanisme kerja parlemen. Kedua, kader-kader tersebut adalah mereka yang telah memiliki keterampilan dasar terkait dukungan yang akan diberikan di parlemen. Partai kemudian membantu pengembangannya sesuai dengan kebutuhan spesifik partai. Dalam program magang yang dilaksanakan IPC tahun 2009 – 2010 di sejumlah DPRD di Indonesia. Ada 11 peserta magang yang merupakan kader partai diangkat menjadi staf di anggota maupun fraksi, yaitu di DPRD Kota Tangerang Selatan (4 orang kader PAN, PPP, PKB, Partai Demokrat), DPRD Kota Makassar (3 orang kader PKS, PDIP, dan PDK), DPRD Kota Semarang (3 orang kader Partai Demokrat, PAN, dan PKB), dan DPRD Provinsi Sulawesi Barat (1 orang kader PDIP). Dalam konsep IPC, program magang untuk kader muda partai didahului oleh kegiatan orientasi parlemen. Tujuan orientasi adalah membangun kembali kesadaran dan 70 65
memberikan keterampilan tertentu kepada kader muda partai terkait fungsi partai politik (antara lain: pemetaan masalah konstituen, penyusunan mekanisme dan perencanaan untuk penjangkauan konstituen), parlemen (antara lain: analisa perda dan anggaran) dan keahliankeahlian penunjang, seperti monitoring media dan mempersiapkan konferensi pers). Peserta terbaik selama orientasi mewakili partai bersangkutan untuk magang. Program magang ini dilaksanakan dalam dua tahap; 1. Tahap dasar (basic), para peserta magang mendukung anggota DPR/DPRD secara umum, tidak ada spesifikasi tugas tertentu. 2. Tahap lanjutan (advanced), merupakan lanjutan dari tahap dasar yang dikhususkan untuk pemagang di DPRD. Mereka difokuskan membantu anggota Dewan dalam penjangkauan konstituen, memetakan persoalan di dapil, merumuskan pilihan dan tahapan penyelesaian persoalan sesuai mekanisme di Dewan, serta membuat mekanisme relasi antara konstituen dan anggota Dewan. Hal ketiga, yang patut diperhatikan adalah menghindari kader-kader yang berpotensi memiliki konflik kepentingan dengan anggota, sebagaimana telah kami sampaikan sebelumnya. Kesimpulannya, program magang bagi partai politik penting untuk dijalankan sebagai salah satu cara untuk mengenalkan partai, merawat simpatisan, kaderisasi, dan mendukung kinerja fraksi/anggota fraksi.
66
71
6
PERSFEKTIF UNTUK HUMAS PARLEMEN “Ngomong, salah. Diam, salah. No comment, salah. Ucapan canda, diberitakan serius,” kata seorang rekan yang berempati pada pimpinan DPR, karena kerap dipojokkan sebuah media.
Bahkan, seorang ketua partai besar di Indonesia, ketika ditanya wartawan, hanya menjawab, “Terserah stasiun TV-mu, mau nulis apa,”Di sisi lain, sejumlah kalangan menuding, di balik itu semua, ada kinerja yang kurang tepat dengan humas parlemen. Benarkah demikian? Sebelumnya, perlu diketahui ada tiga kesadaran dasar yang harus dimiliki oleh humas parlemen (posisi, porsi, dan misi). 1. Kesadaran posisi Posisi birokrasi – politisi adalah hal yang biasa ditanyakan; apakah birokrasi merupakan subordinasi dari politik (executive ascendancy) atau birokrasi sejajar dengan politik (bureaucratic sublation). Pada kenyataannya, tidak ada pemisahan yang mutlak dan tegas. Birokrasi dan politisi sejatinya adalah mitra. Karena itu, dengan komunikasi aktif kepada pimpinan parlemen, sekretariat dapat berperan lebih maksimal untuk membangun relasi publik-parlemen. Di banyak parlemen dunia, program kreatif untuk pendidikan parlemen lahir dari sekretariat, bukan dari parlemen. 72 67
2. Kesadaran porsi Sejauhmana humas berperan terhadap parlemen? Apakah rehabilitasi citra parlemen (anggota parlemen dan sekretariat parlemen) sepenuhnya menjadi tanggung jawab humas? Tentu, tidak mungkin. Humas hanya dituntut untuk mengenalkan, menjalin dan memelihara relasi dengan publik (salah satu perantaranya melalui media), sebatas pada program parlemen dan sekretariat parlemen. Sekali lagi, program, bukan perilaku individu anggota parlemen. 3. Kesadaran fungsi dan misi. Bagaimana humas memberikan arti terhadap perannya. Apakah sebatas tugas formal sebagaimana ada dalam aturan, atau lebih dari itu ada kesadaran bahwa humas sejatinya memiliki tujuan yang mulia. Tiga kesadaran di atas, dengan jenis pilihan masingmasing, akan menentukan sejauhmana fokus, kreativitas, semangat, kesabaran, dan pelayanan humas kepada publik. Yang juga penting, apakah kesadaran ini dimiliki oleh pimpinan parlemen dan pimpinan sekretariat, sehingga keberadaan humas, bukan sekadar pelengkap administratif, tetapi benar-benar didukung sepenuhnya. Secara personal, seharusnya humas juga diisi oleh orangorang yang dipetakan berdasarkan minat dan pilihan hati (passion) staf-staf di sekretariat parlemen. Oya, kreativitas personal juga jangan dilupakan. Kreativitas sangat dibutuhkan untuk membangun pesan dan kesan yang tepat dan membekas di benak masyarakat. Bagi DPR, humas, harus dimaknai sebagai sebuah upaya sistematis untuk: 68
73
1. Mengenalkan keberadaan lembaga a. Lokasi parlemen Ini sebenarnya tujuan paling dasar, mudah, dan sederhana dalam aktivitas humas. Keberadaan DPR tentu bukan untuk orang-orang yang ada di Jakarta saja, tetapi Warga Negara Indonesia, di Indonesia dan di negara-negara lain. Cara minimal mengenalkan lembaga secara luas adalah melalui situs internet. Berikut contoh bagaimana parlemen Jepang memberikan informasi tentang lokasi, nama dan letak gedung-gedung yang ada di parlemen. Informasi ini dimuat dalam situs internet sehingga memudahkan warga untuk mengenal lembaga tersebut.
Parlemen Jepang
b. Program dan akuntabilitas parlemen Caranya? Silakan lihat panduan yang ada pada UndangUndang No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). 74 69
DPR sendiri sudah memiliki Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), yang bertugas untuk melayani permintaan informasi dari masyarakat. Bagaimana pelayanannya? Pengalaman kami, jika datang langsung, pelayanannya lumayan baik. Tetapi jika informasi diminta melalui email atau fax, perlu inisiatif Anda untuk mengkonfirmasinya. Masalahnya, “Mas, kita kan punya kewajiban sesuai dengan tupoksi. Melayani permintaan seperti ini, gak masuk penilaian,” kata salah seorang pegawai negeri di Sekretariat Jenderal DPR RI. Benarkah demikian? Wah, repot juga ya, kalau benar. Secara sistem, memang ada yang harus diperbaiki, ternyata. 2. Mengenalkan para wakil dan mekanisme relasinya Salah satu contoh menarik adalah parlemen Singapura, dimana situsnya mencantumkan foto, nama, alamat email, nomor telepon genggam, peta distrik, dan jadwal yang bersangkutan untuk ditemui. Contoh: Ms Sylvia Lim . 林瑞莲 . சில்வியாலிம் Aljunied GRC Place Blk 146 Serangoon North Ave 1 Singapore 550146 Blk 213 Serangoon Ave 4 Singapore 550213
Contact
Time
9852 5901
First and Third Mon of the month from 7.30pm to 9.30pm
9852 5901
Second and Fourth Mon of the month from 7.30pm to 9.30pm
Satu hal yang dikhawatirkan anggota DPR adalah harapan berlebihan dari konstituen, yang ujung-ujung dana. Sebenarnya ini kesempatan untuk menjelaskan 70
75
bahwa fungsi anggota parlemen memfasilitasi dan memperjuangkan. Hasil akhirnya, ada pada pemerintah. “Gak bisa juga! Tahun ini, gaji saya harus saya sisihkan di depan. Kalau gak, habis, bahkan minus,” kata seorang anggota parlemen. Kalau begitu, jangan-jangan ada hal yang perlu dievaluasi dari kepribadian, karakter, gaya hidup, moral, dan perilaku Anda di depan konstituen. Ini yang disebut Mr. Gregg Thompson, sebagai soft-power. 3. Membangun pemahaman tentang unsur, fungsi, kewenangan, dan mekanisme publik – parlemen. Menarikkah bagi masyarakat umum hal seperti ini? Untuk tujuan tersebut, sekretariat perlu berkolaborasi dengan fraksi/partai politik dan anggota DPR itu sendiri. Cara menarik mengenalkan hal-hal di atas, adalah dengan masuk pada kepentingan warga. Jadi bukan berdiri sendiri sebagai sebuah teori. Nah, selain parlemen, yang punya kesempatan besar untuk itu adalah partai politik dan anggota. 4. Mendekatkan publik dan parlemen. “Pemberhentian Selanjutnya, Halte DPR. Periksa barang bawaan Anda dan hati-hati melangkah,” Begitu instruksi terdengar dari bus TransJakarta, atau biasa disebut Busway. Para penumpang pun turun dengan tenang. Sekitar 20 langkah, mereka tiba di depan pintu gerbang DPR. Sayangnya itu cuma fiksi. Halte Busway yang terdekat dengan DPR, ada di Slipi. Jaraknya sekitar satu kilometer dari DPR. Stasiun kereta? Setali tiga uang dengan jarak Busway. 76 71
Kembali pada judul di atas, mendekatkan publik dan parlemen. Dekat di sini mengandung dua pengertian. Pertama, dekat secara fisik. Lokasi parlemen harus mudah diakses dengan beragam sarana transportasi. Kalau gitu, gedungnya dipindah? Bukan. Jalur transportasi dan pemberhentiannya yang dibenahi. Setidaknya, situs parlemen mencantumkan informasi tentang rute menuju parlemen. Contohnya? Silakan buka situs parlemen Skotlandia. Di sana, Anda akan diberi petunjuk, jalur menuju parlemen dengan jalan kaki, bus, kereta api, dan sepeda. Dekat secara fisik juga mengandung pengertian tata ruang yang terbuka, nyaman dan ramah bagi kehadiran warga Nah, untuk konsep seperti ini gedung parlemen Jerman, merupakan salah satu contohnya.
72
77
Kedua, dekat mengandung pengertian bahwa masyarakat merasa keberadaan parlemen relevan dengan kehidupannya. Dengan demikian, mereka menjadikan parlemen sebagai salah satu jalan yang dapat dipercaya untuk menyelesaikan persoalan mereka. Persoalan pribadi? Ya, bahkan untuk persoalan pribadi. Misalnya, seorang anggota parlemen Malawi, ikut mendorong perbaikan sumur air di daerah konstituennya. Caranya? Satu anggota menelpon berulang-ulang, “Kapan diperbaiki, kapan selesai?� Anggota yang lain mengendarai mobil menuju ibukota provinsi yang cukup jauh untuk menjemput teknisi dari Departemen Irigasi dan Air Minum. Bagaimana hasilnya? Masalah selesai dan warga percaya bahwa kehadiran anggota parlemen adalah cara yang efektif menyelesaikan persoalan. Bagaimana humas parlemen melakukan hal tersebut? Bisa jadi dihubungkan dengan anggota parlemen, komisi atau badan-badan terkait di parlemen. Siapa saja yang datang ke DPR Mari kita lihat DPR? Apakah cukup menarik bagi publik? Indikatornya? Daftar kunjungan masyarakat. Kami ambil contoh di tahun 2012 (Diolah dari www.dpr.go.id) No
Tanggal
Pengunjung
1
10/1/2012
Universitas Hasanuddin dan Universitas Islam Negri Makasar
2
11/1/2012
SMK Raflesia Cimanggis
3
12/1/2012
SMPN 3 Semarang
4
16/01/2012
MGMP PKn Jombang - Guru-Guru
78 73
5
17/01/2012
SMK Purnama, Kebayoran, Jakarta Selatan
6
18/01/2012
SD Islam Raudhah dan SD Al Jabar
7
20/01/2012
SMK Pariwisata 3 Tabanan Bali
8
24/01/2012
Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Universitas Muhammadiyah Malang, UT UPBJJ Semarang
9
25/01/2012
Universitas Achmad Yani
10
26/01/2012
SDIT Kaifa Bogor dan SDIT Insan Mulia Jakarta
11
28/01/2012
SMP Kab. Lampung Utara - Kepala Sekolah
12
31/01/2012
SDN Palmerah 15 Pagi dan SD Tamadun
13
1/2/2012
Universitas Negeri Jakarta
14
6/2/2012
SD Islam Amalina Tangerang
15
7/2/2012
SMPK Harapan
16
8/2/2012
SD Sunan Bonang Tangerang dan SD Al Azhar 4
17
9/2/2012
Universitas Pancasila - Fakultas Hukum
18
13/02/2012
SMP Ekawijaya Cibinong Bogor
19
14/02/2012
SMAN 47 Jakarta
20
15/02/2012
SDIT As-Salam
21
16/02/2012
SD An-Nisa
22
20/02/2012
SMAN 3 Surakarta
23
21/02/2012
Universitas Muhammadiyah Malang dan Universita Udayana
24
21/02/2012
SD Santa Ursula Jakarta dan SD Santa Charitas Batam dan SD Sekolah Tingal
25
22/02/2012
SDIT Baitul Halim Bekasi
26
23/02/2012
SMPN 9 Depok
27
27/02/2012
SD Madani Cilegon
28
28/02/2012
SMP Kabupaten Lampung Utara - Kepala Sekolah.
29
29/02/2012
Madrasah Ibtidaiah Malang
30
1/3/2012
SMAN 3 Solo - Kelas Akselerasi
31
6/3/2012
Universitas Padjajaran
74
79
32
7/3/2012
SMP Islam Insan Rabbani
33
8/3/2012
FORBI FISIP Universitas Indonesia
34
13/03/2012
MPK SMAN 47 Jakarta
35
14/03/2012
Unsoed Purwokerto
36
15/03/2012
SDIT Baitul Salam digabung dengan SDIT Umul-Quro
37
16/03/2012
DPRD Kabupaten Kulon Progo Jogjakarta Badan Anggaran
38
19/03/2012
SD Tara Salvia Bintaro
39
20/03/2012
SDIT Harapan Ummah Karawang digabung dengan SD Embun Pagi
40
26/03/2012
SMP Islam Al-Izhar Pondok Labu
41
27/03/2012
SD An-Nisa
42
28/03/2012
UNPAR Bandung – FISIP
43
29/03/2012
SDN Cipete Utara II Pagi
44
3/4/2012
SMPN 1 Kalikajar Wonosobo
45
3/4/2012
SMP Negeri 113 Ancol Jakarta Utara
46
9/4/2012
Universitas Pelita Harapan Jakarta
47
10/4/2012
SDIT At taqwa Rawamangun
48
12/4/2012
SD Binus International School, Jakarta
49
12/4/2012
SD Cendrawasih Jakarta
50
16/04/2012
Universitas Negeri Yogyakarta
51
17/04/2012
Sekolah Insan Sinar Cendekia BSD Tangerang
52
18/04/2012
MGMP PKn Kota Tasikmalaya
53
18/04/2012
MAN 3 Malang
54
24/04/2012
STISIP Yupentek Tangerang
55
25/04/2012
SMAN 47 Jakarta – MPK
56
26/04/2012
SD Al Bayyan Islamic School Tangerang
57
26/04/2012
STISIP Veteran Palopo
58
30/04/2012
MA Al Zaitun Indramayu
59
1/5/2012
MTs Diniyyah Putri Padang Panjang
80 75
60
1/5/2012
Universitas Kalijaga Yogyakarta
61
2/5/2012
SMA Kab Demak– MGMP
62
7/5/2012
Univ Kanjuruhan Malang dan Univ Abdurrahman Shaleh Situbondo
63
8/5/2012
SMPN 2 Wonosobo
64
9/5/2012
STIMIK Bunda Mulia
65
10/5/2012
MIN Cempaka Putih
66
14/05/2012
SD Cendrawasih II Jakarta
67
15/05/2012
IPDN dan Universitas Pasundan
68
21/05/2012
STAN digabung dengan Univ.Padjajaran
69
23/05/2012
Institut Manajemen Telkom
70
28/05/2012
Universitas Negeri Jakarta
71
29/05/2012
SMP Kab.Purbalingga - Guru-Guru PKn
72
30/05/2012
SMA Madania
73
31/05/2012
MGMP Guru PKn DKI Jakarta
74
13/06/2012
SMA Slamet Riyadi Cijantung Jakarta Timur
75
20/06/2012
SMAN 2 Denpasar Bali
76
21/06/2012
IPB - Dewan Perwakilan Mahasiswa Program Diploma
77
25/06/2012
SMKN 20 Jakarta Selatan
78
26/06/2012
Universitas Muhammadiyah Jakarta
79
27/06/2012
MAN Tambak Beras Jombang (Puteri)
80
28/06/2012
MAN Tambak Beras Jombang (Putera)
81
29/06/2012
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
82
4/7/2012
Forum Pelajar Indonesia
83
5/7/2012
Universitas Muhammadiyah Jakarta
84
9/7/2012
Karang Taruna Tasikmalaya
85
10/7/2012
UI - BEM Fakultas Ekonomi
86
12/7/2012
Universitas Pancasila
87
13/07/2012
Universitas PGRI Yogyakarta - Pasca Sarjana
88
16-07-2012
BEM Fakultas Hukum UNDIP
76
81
89
19-07-2012
90
3/9/2012
SMPK I Harapan Denpasar Bali
91
4/9/2012
Universitas Brawijaya Jurusan Hubungan Internasional
92
6/9/2012
SMP Kristen Tunas Bangsa
93
12/9/2012
RRI
94
13/09-2012
Japanese School
95
18/09/2012
SMP Al-Azhar
96
19/09/2012
Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi
97
24/09/2012
UPBJJ 42 Semarang
98
25/09/2012
Universitas Brawijaya– FISIP
99
26/09/2012
SD Islam Al-Azhar 12 Cikarang
100
26/09/2012
Universitas Brawijaya - Fakultas Ilmu Administrasi
101
1/10/2012
BEM UNDIP Semarang
102
3/10/2012
Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Ekonomi
103
4/10/2012
SMP Tarakanita Citra Raya
104
10/10/2012
SMA Negeri I Kuta
105
17/10/2012
SMAN 47 Jakarta
106
18/10/2012
SD Makassar 06 Pagi
107
22/10/2012
MA Al Karimiyah
108
22/10/2012
SD Global Islamic School
109
29/10/2012
SD Riyadul Jannah Cikarang
110
30/10/2012
CCE
UNIKA Soegijapranata, Semarang Fakultas Hukum
111
1/11/2012
Kelompok Belajar Smart Kids
112
2/11/2012
SD Katolik Santo Fransiskus III
113
5/11/2012
SD Islam Amalina Tangerang
114
12/11/2012
STISIP Banten Raya
115
13/11/2012
SD Kharisma Bangsa
116
14/11/2012
SD Islam Al Ma'aruf Cibubur
117
14/11/2012
SMA PGRI 3 Bogor
82 77
118
19/11/2012
SDN Malaka Sari 05 Pagi
119
20/11/2012
SDIT Iqro
120
21/11/2012
SMP An-Nisaa' Tangerang
121
22/11/2012
SD St Ursula
122
26/11/2012
SD Islam Al Azhar 20 Cibubur
123
27/11/2012
SD Al Azhar 13 Rawamangun
124
5/12/2012
SMA Negeri 2 Semarapura
125
6/12/2012
SMA I Cabang bungin kab. Bekasi
126
11/12/2012
Universitas Brawijaya – FISIP
127
12/12/2012
SMA Plus Pariwisata Dwijendra
128
18/12/2012
SMA Negeri 1 Negara, Bali
129
19/12/2012
SMA Negeri 2 Negara, Bali
Belajar dari jenis pengunjung Bagaimana komentar Anda? -
“Bagus. Lumayan pengunjungnya,” “Tapi kebanyakan anak sekolah ya,” “Masa yang terdaftar cuman segitu? Yang bener aja!” “Tujuan mereka apa ya? Mau melihat-lihat atau mau mengadukan persoalan?” “Yang datang itu guru, murid atau apanya?” “Masyarakat umum, mana?” Dan lain-lain.
Sebentar dulu, sepertinya ada yang perlu diluruskan. Pertama, komentar di atas, bukan pilihan ganda. Jadi, tidak perlu memilih mana yang benar, apalagi yang salah. Silakan tambah sendiri komentar Anda jika perlu. Kedua, data itu kami peroleh dari situs dpr.go.id yang kemudian kami rapikan sedikit, agar nyaman dibaca dan dilihat. 78
83
“Cuma itu?” Ya. Informasinya cuma itu, tidak ada tambahan lain. “Mana tujuan wisata, studi banding, atau mengadu?” Wah, maaf tidak ada informasinya. “Jadi?” Ya, jadi Anda simpulkan saja sendiri. Kalau penasaran, silakan hubungi Sekretariat Jenderal DPR RI. Anda bisa minta laporan kinerja DPR RI tahun 2012, mungkin datanya sama, lebih banyak, atau lebih sedikit. Situs (website) semestinya dikelola serius untuk memberikan informasi kepada publik. Bukankah anggaran pengelolaannya sangat besar? Sayang bukan, jika tidak dimaksimalkan? Sebagai web resmi DPR, informasi dari situs tersebut, patut kita jadikan sebagai sumber informasi tentang lembaga ini. Kembali ke informasi kunjungan publik di DPR. Dengan jenis pengunjung mayoritas murid, siswa, dan mahasiswa, maka dari persfektif pendidikan parlemen, peserta ini memang relevan. Ya, betul sekali. Pesertanya memang relevan. Bagaimana programnya, kegiatannya, atau minimal brosur pengenalan parlemen untuk mereka? Sayangnya, tak ada informasi itu, termasuk dokumentasi dan testimoni peserta. Konteks kunjungan DPR yang lain adalah “pengaduan”. Dari jenis pengunjung di atas, sekilas kita dapat mengasumsikan bahwa kunjungan untuk pengaduan ini kurang. Padahal, salah satu indikator dekat-tidaknya publik dan parlemen adalah dari tingkat kunjungan parlemen untuk tujuan pengaduan. Pengaduan menunjukkan bahwa masyarakat merasa keberadaan parlemen relevan dengan kehidupannya. “Parlemen adalah solusi”, kira-kira begitulah sebagaimana cerita di Malawi tadi.
84 79
Soal jumlah, angka tersebut tentu jauh lebih sedikit dari kunjungan yang ada berbagai parlemen lain. Misalnya, di parlemen skotlandia, tahun 2012 lalu, ada 494 kunjungan dari sekolah-sekolah, yang melibatkan 13.077 murid. Sementara kunjungan dari masyarakat yang ingin mengenal lebih dekat gedung parlemen, aktivitas-aktivitas di dalamnya, ikut dalam berbagai program, dan bertemu dengan anggota, totalnya berjumlah 345.201orang. Tantangan bagi parlemen Indonesia adalah bagaimana menghadirkan peserta atas dasar ketertarikan dengan program-program yang ditawarkan parlemen. Indikator keberhasilannya adalah jumlah peserta yang datang. Apalagi, atas inisiatif sendiri, keren. Untuk itu, program kunjungan parlemen perlu dirancang lebih menarik, dengan beragam varian dan kategori peserta mulai dari anak-anak hingga orang tua serta terpublikasi secara luas.
Peserta Parlemen Pemuda Indonesia (PPI)
Tahun 2006 lalu, kami sekitar 30 mahasiswa yang tergabung dalam program Parlemen Pemuda Indonesia dikelola oleh IPC dengan dukungan Kemitraan dan NDI, berkunjung ke DPR. Pelayanannya cukup baik, kami diperkenalkan dengan pimpinan DPR, 80
85
mengunjungi badan legislasi, menyaksikan film tentang pelayanan di DPR RI dan melihat-lihat gedung sidang MPR RI, dengan dipandu oleh seorang staf Sekretariat Jenderal DPR RI. Kita tentu berharap, kelompok masyarakat lain, dilayani dengan perlakuan sama. Untuk urusan mengenalkan diri ke publik, Istana Negara patut dicontoh oleh DPR RI. Sejak 24 Mei 2008, Sekretariat Negara RI membuka program kunjungan Istana Negara untuk publik. Sebuah inisiatif yang baik. Hanya saja, karena tujuannya meningkatkan pengunjung, maka kedepankan manfaat apa yang akan peserta dapatkan. Sekali lagi, kedepankan manfaatnya, bukan menonjolkan Lima Kewajiban Sembilan Larangan ala Istana Negara.
Anak-anak SD, mengunjungi DPR RI
DPR (melalui Sekretariat Jenderal) telah menjalankan berbagai program. Antara lain, parlemen remaja, penyampaian informasi melalui situs internet dpr.go.id, TV parlemen, majalah parlementaria, buku saku dan film tentang pelayanan DPR, pengangkatan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), pemasangan advertorial di media, dan magang untuk sekolah/kampus. 86 81
IPC sendiri telah mengenalkan konsep parlemen pemuda dan magang pada pimpinan DPR RI periode 2004-2009. IPC juga penah menjalankan sebuah program yang diberi nama Parliament Clinic (Klinik Parlemen), sejenis program Parliamentarians in School di parlemen Inggris. Dalam program ini, IPC mengadakan diskusi di kampuskampus dan mengenalkan tentang parlemen, fungsi dan mekanisme kerjanya. Tiga program ini patut dipertimbangkan, sebagai upaya mengenalkan parlemen kepada generasi muda dan masyarakat secara umum. Magang Sebagai Program Humas Program magang, potensial untuk diselaraskan dengan fungsi humas parlemen. Masih ingat kan? -
Mengenalkan keberadaan lembaga Mengenalkan para wakil dan mekanisme relasinya Membangun pemahaman tentang unsur, fungsi, kewenangan, dan mekanisme publik – parlemen Mendekatkan publik - parlemen
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam program “aktivasi brand� melalui magang ini, antara lain: Dari sisi desain program, magang perlu dirancang secara variatif (kurikulum, penempatan, durasi, kategori peserta dan ragam aktivitasnya) berdasarkan tujuan-tujuan humas di atas. Karena itu, hemat kami,sekretariat parlemen perlu mengurangi aktivitas magang yang hanya diarahkan untuk perbantuan administratif, seperti membantu penggandaan materi (photocopy).
82
87
Untuk melaksanakan kegiatan ini, sekretariat parlemen bisa bekerjasama dengan sekolah, kampus, atau LSM yang berpengalaman dalam pengelolaan magang. Prinsip kerjasama harus didasari pada kesamaan visi, misi dan nilai antar lembaga. Sekretariat juga perlu memberdayakan SDM di luar parlemen untuk merancang kegiatan secara kreatif, antara lain yang telah berpengalaman dalam membangun humas (public relation), baik di lembaga maupun di perusahaan. Selanjutnya, untuk penempatan di anggota, sekretariat parlemen, tetap perlu memperhatikan faktor integritas dan karakter anggota. Ingat, bahwa sudah cukup banyak mempublikasikan hal-hal negatif tentang anggota parlemen. Dengan program ini, secara tidak langsung juga ingin menunjukkan bahwa masih banyak anggota parlemen yang bekerja dengan serius, berkarakter, dan ketat menjaga integritas. Pilihan subjektif sekretariat? Barangkali akan lebih baik jika ditentukan sendiri oleh peserta dan merekalah yang menggali informasi terkait anggota tersebut. Sementara sekretariat menginformasikan hal-hal yang terkait peran dan jabatan mereka di parlemen. Dari sisi anggaran, parlemen perlu memandang program ini sebagai investasi untuk membangun relasi yang konstruktif antara parlemen dan masyarakat. Anggaran ini diperlukan untuk menjaga keberlanjutan program. Dan yang tak boleh dilupakan adalah adanya program-program pasca magang, minimal menjadi sebuah jaringan yang terkelola. Dengan demikian peserta
88 83
berpotensi menjadi brand ambassador dengan efek buzzing yang konstruktif dan dahsyat. Ehm, perlu studi banding ya? Ke Amerika, Skotlandia, Inggris, atau minimal Singapura? Ah, tidak perlu. Ada sangat banyak kegiatan yang bisa dirancang oleh humas parlemen, bahkan tanpa harus beranjak dari tempat duduk. Ya, dengan mempelajari informasi dari situssitus internet parlemen dunia. Satu lagi, soal kreativitas, efektivitas, efisiensi, dan hasil maksimal, jangan abaikan humas (public relation) produk komersial. Amati, tiru, dan modifikasi.
84
89
7
PERSFEKTIF UNTUK PESERTA
Teman-teman, “Ada empat alasan mengapa kita bekerja,� kata Pak Arvan Pradiansyah, seorang inspirator kebahagiaan dalam sebuah acara Smart Happines di Radio Smart FM. Apa saja? 1. 2. 3. 4.
Uang Lingkungan Kesempatan berkembang Adanya arti atau nilai pekerjaan
Nah, sekarang yuk kembali ke magang. Bukankah empat alasan itu juga bisa kita gunakan untuk alasan magang di parlemen? Ya, silakan tentukan mana yang lebih dominan. Uang? Sepertinya tidak. Ya, namanya juga magang. Kalau pun ada, itu sebatas penggantian transportasi.
90 85
Lingkungan? Mungkin. Anda akan bertemu dengan teman-teman sebaya, yang juga magang di parlemen. Bertemu anggota Dewan? Sudah pasti. Di sana juga banyak tenaga ahli, para anak-anak muda yang kreatif, bertemu dengan asisten anggota dengan beragam cerita. Sore harinya, bisa berkumpul dengan siapa saja bermain basket, sepak bola, futsal atau berfitness ria. Semua fasilitasnya ada. Kolam renang? O, tidak, tidak, yang itu jangan harap ada. Sebelum dibuat, pasti publik teriak. Kalau pandai beradaptasi, lingkungan bisa jadi alasan Anda untuk betah di parlemen. Apalagi para peserta sudah diberi pelatihan tentang keterampilan komunikasi ditambah kepribadiannya yang sanguinis, “Hmm, jadi itu barang!� mengutip istilah seorang politisi. Selanjutnya, bekerja untuk mendapatkan kesempatan berkembang? Nah, yang itu bukan bisa, tapi harus. Ya, kalau magang di parlemen, tapi pengetahuan, keterampilan, dan jaringan Anda gak berkembang? Wah, sayang sekali. Kesempatan berkembang dimaksud setidaknya karena tiga hal. Pertama, pengalaman yang didapat selama magang. Ini bisa dilihat dari berbagai kegiatan magang yang diceritakan dalam buku ini. Kedua, melalui kegiatan pembekalan dan berbagai program peningkatan kapasitas yang diselenggarakan oleh lembaga pengelola program. Sebagai gambaran,
86
91
materi apa saja yang dikaji bersama peserta magang tahun 2011/2012, melalui program peningkatan kapasitas, berikut daftarnya. Seri RUU dan Perumusan Kebijakan Memetakan isu dalam RUU Migas Memetakan isu dalam RUU Pemilu Memahami sistem pemilu dan metode penghitungan suara (RUU Pemilu) Menemukan rumusan ideal untuk penghitungan suara dan kursi (RUU Pemilu) Memahami struktur dan proses pembahasan APBN (RUU APBN) Memahami persfektif gender dalam pembuatan undang-undang Memahami persfektif HAM dalam pembuatan kebijakan Memahami legislatif drafting Memahami naskah akademik Seri Keterampilan dan Pemberdayaan Diri Bagaimana membuat media monitoring Bagaimana membuat notulensi yang baik Bagaimana membuat opini yang layak muat dimedia. Bagaimana membangun inisiatif dalam bekerja Bagaimana keterampilan membangun komunikasi dan relasi/jaringan Bagaimana meningkatkan produktivitas diri Bagaimana melakukan presentasi yang baik dan berdampak pada audiens Dalam setiap kegiatan tersebut, IPC menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya.
92 87
Selain itu, peserta program magang 2011/2012 juga diundang dalam diskusi rutin IPC selama pelaksanaan program magang. Tema-tema diskusi tersebut, yaitu: Mengenal Dodd-Frank Act – Amerika Serikat Pemetaan issu dalam revisi RUU tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) Urgensi pembentukan “Congressional Budget Office” Merumuskan desain ideal fraksi dan alat kelengkapan DPR RUU Ormas dan masa depan kebebasan berserikat Memperkuat sistem pendukung parlemen Merumuskan konsep ideal penjangkauan konstituen Ketiga, kesempatan berkembang melalui terciptanya jaringan-jaringan baru di DPR. Tentu, semua kesempatan untuk berkembang di atas, sangat tergantung dari bagaimana peserta memaknai program magang ini. Ingat prinsip pertama magang? Lupa atau belum baca? Ayo, baca dulu. Magang sebagai proses pembelajaran. Terakhir, adanya arti atau nilai pekerjaan. Kalau Anda menemukan ini dalam magang, wah, luar biasa! Arti atau nilai pekerjaan, bisa Anda dapatkan karena dibangun oleh anggota parlemen, tempat Anda magang, sebagaimana beberapa cerita sebelumnya. Bisa pula Anda ciptakan sendiri dalam pola pikir Anda. Kalau sudah begini, magang terasa lebih hidup!
88
93
subscriber
8
KATEGORISASI MAGANG
Anda masih bersama kami? Itu yang kami harapkan juga. Kita masuk pada bahasan kategori program magang. Program magang di parlemen, sebenarnya bisa didesain dengan beberapa kategori. Apa yang kami tuliskan di bawah ini, berdasarkan pengalaman IPC. Dalam konsep IPC, peserta magang perlu melekat di salah satu anggota atau berada di bawah supervisi salah satu anggota. Pertimbangannya antara lain relevansi dengan tujuan magang. Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa tujuan magang antara lain untuk proses pembelajaran, membantu anggota Dewan, dan/atau mendorong isu-isu publik strategis. Nah, untuk itu, maka magang di anggota lebih relevan dan memungkinkan untuk pencapaian hasil yang optimal. Berikut kategori magang berdasarkan pengalaman IPC. Berdasarkan Penempatan 1. Magang di DPR a. Anggota DPR, secara personal b. Anggota DPR, atas nama fraksi c. Magang di Kaukus Perempuan Parlemen RI (Anggota Kaukus dan Sekretariat Kaukus) 95 91
2. Magang di DPRD a. Anggota DPRD, secara personal b. Anggota DPRD, atas nama fraksi Berdasarkan Kriteria Peserta 1. Mahasiswa 2. Sarjana 3. Kader muda partai politik Berdasarkan Sumber Pendanaan 1. Magang dengan dukungan lembaga donor 2. Magang secara mandiri (Dibiayai oleh peserta magang) Berdasarkan Jenis Dukungan 1. Magang untuk mendukung kebutuhan anggota parlemen (Ditentukan secara pribadi oleh anggota) 2. Magang untuk mendorong isu tertentu oleh pengelola program dan anggota Di masa yang akan datang, program ini tentu perlu berkembang lagi sesuai dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan parlemen. Ada berbagai kategori yang bisa dikembangkan. Misalnya, peserta program dari kalangan yang lebih beragam, dan pengembangan lainnya.
92
96
9
TAHAPAN PENGELOLAAN MAGANG No I
Tahap Persiapan Internal Pengelola Program
II
Rekrutmen Peserta
III
Pembekalan
IV
Magang
V
Penutupan program
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3.
Kegiatan Perumusan Skema Program Pemetaan Anggota Pengiriman Surat Kepada Anggota Mengejar Respon Anggota Audiensi Perumusan Kriteria Peserta Pengumuman Pendaftaran Penerimaan Pendaftaran Seleksi Administratif Wawancara Konfirmasi Kepada Anggota Penentuan Kelulusan Pendaftar Pemberitahuan Kepada Anggota Penandatanganan Kontrak Magang Pemberitahuan Kurikulum Pelatihan Penempatan Laporan Berkala Peningkatan Kapasitas Rapat Koordinasi Pendampingan Personal Pemantauan Peserta Evaluasi Peserta Pemberitahuan Kepada Anggota Evaluasi Program Penulisan Laporan dan Pengalaman
Yuk simak, beberapa hal penting di setiap tahapan.
97 93
Tahap I Persiapan Internal Pengelola Program 1. Perumusan Skema Program Skema dimaksud meliputi: a. Konsep program (relevansi dengan visi dan misi lembaga pengelola program, tujuan, jenis dukungan, kategori peserta dan anggota, mitra lokal -jika diperlukan, durasi, sumber pendanaan, dan struktur pengelola, tahapan, dan persfektif dan nilai). b. Pengelola program (pilihan terhadap koordinator magang, staf monitoring dan evaluasi program, relawan –jika diperlukan-, mitra lokal, dan konsultan). Kami akan membahas sebagian dari dua hal tersebut sebab beberapa poin telah dibahas dan yang lain akan dipaparkan pada bagian berikutnya. a. Terkait konsep, kami akan menyampaikan soal pentingnya persfektif dan nilai yang sama di internal lembaga pengelola program magang. Persfektif dan nilai ini penting sebagai salah satu upaya untuk menjaga komitmen dan semangat peserta. Sebenarnya ada tiga cara yang bisa dilakukan. 1. Mengadakan pelatihan tentang motivasi dan pemberdayaan diri. 2. Memfasilitasi forum berbagi pengalaman sukses antarpeserta dan mantan peserta. 3. Membangun persfektif dan nilai di internal pengelola magang.
94
98
Apa jadinya, jika koordinator magang telah membangun keyakinan yang memberdayakan dan strategi untuk mencapai sebuah target kepada peserta, lalu rekan Anda berkata kepada peserta magang itu, “Santai aja, gak usah serius!� Mungkin dalam hati Anda berkata, “Ah, merusak suasana. Sudah diarahkan, malah digagalkan!� Karena itu, kesamaan persfektif dan nilai lembaga pengelola program sangat penting. b. Terkait pengelola program, kami perlu menyampaikan tentang dua penting, yaitu pemilihan koordinator magang dan mitra lokal. Koordinator magang sangat dianjurkan dipilih dari orang-orang yang memiliki pemahaman tentang karakter, kepribadian, dan manajerial sumber daya manusia. Dengan pengetahuan dan keterampilan ini, koordinator dapat berperan sebagai teman, konsultan, mentor, motivator dan fasilitator bagi peserta magang, agar meraih hasil magang secara maksimal. Selanjutnya, mengenai mitra lokal. Untuk pelaksanaan program magang di DPRD, bisa jadi lembaga pengelola program memerlukan mitra. Sebagaimana pengalaman IPC menjalankan program magang di DPRD Kota Makassar, DPRD Kota Pontianak, DPRD Kota Serang, DPRD Kota Tangerang Selatan, dan DPRD Provinsi Bali. Pilihan jenis mitra ada dua; secara kelembagaan atau perorangan. Dari berbagai mitra tersebut, ada program magang berakhir dengan sukses, kurang sukses, bahkan
99 95
gagal. Salah satu faktor yang menentukan adalah ketepatan dalam memilih mitra. Empat hal yang perlu diperhatikan dalam memilih mitra? Pertama, integritas. Integritas lembaga mitra bisa dilacak dari pemberitaan media maupun informasi dari pihak-pihak terkait, baik terhadap lembaga maupun personal. Kedua, kapasitas. Kapasitas lembaga mitra bisa diketahui dari pengalaman menjalankan program, struktur lembaga dan pelaksananya, sistem manajemen internal (sistem pengelolaan program dan pengelolaan lembaga).Ketiga, posisi terhadap pemerintah. Secara umum, ada tiga jenis posisi sebuah lembaga terhadap pemerintah. Sebagai mitra (pemberi dukungan), pengawas (watchdog), dan netral, seperti lembagalembaga penelitian. Ada juga LSM, yang sering disebut LSM plat merah, ini tentu tidak masuk dalam kategori ini.Keempat, budaya di internal lembaga. Hal ini juga penting dalam menentukan kesuksesan magang, karena menyangkut bagaimana proses pengambilan keputusan di lembaga tersebut, pemilihan staf, dan objektivitas penilaian kinerja staf mereka. 2. Pemetaan Anggota Ada dua tujuan pada kegiatan ini, yaitu: (1) Mendapatkan nama sejumlah anggota parlemen yang memenuhi kriteria untuk bekerjasama dalam program magang; dan (2) Mendapatkan jalur komunikasi ke anggota bersangkutan. Antara lain alamat kantor, nomor telepon/fax, email anggota tersebut atau stafnya. Sementara itu, obyek pemetaan terhadap anggota, terkait tiga hal. Pertama, pemetaan anggota berdasarkan skema 96
100
program. Misalnya, anggota yang ditempati magang harus berasal dari Komisi atau alat kelengkapan DPR tertentu. Kedua, pemetaan anggota berdasarkan integritas anggota. Hal ini untuk memastikan yang bersangkutan tidak terlibat dalam kasus-kasus pelanggaran hukum dan bukan tipe anggota yang kerap menjadi perbicangan, baik di internal partai ataupun di publik, karena perilaku negatifnya. Ketiga, pemetaan anggota berdasarkan beban kerja anggota di partai, di fraksi, dan di alat kelengkapan Dewan. Karena itu, kami berusaha menghindari penempatan magang pada anggota Dewan dengan beban kerja dan tanggung jawab yang tinggi, karena berpotensi mengabaikan program magang itu sendiri. 3. Pengiriman Surat Kepada Anggota Tahapan selanjutnya adalah pengiriman surat kepada anggota untuk mengenalkan lembaga, menyampaikan program, dan mengajukan permohonan audiensi. 4. Mengejar Respon Anggota Tujuan tahapan ini adalah mendapatkan nama-nama anggota yang bersedia menerima audiensi dari pengelola program. Pada tahapan ini, pengelola program juga segera mencari anggota pengganti, jika ada anggota yang sulit dihubungi atau tidak memberikan respon. Berdasarkan pengalaman IPC, pengelola program tidak bisa bersikap pasif (menunggu), tetapi harus berinisiatif mendapatkan tanggapan anggota, melalui jalur-jalur
101 97
komunikasi yang didapatkan pada saat pemetaan sebelumnya. Itulah mengapa saya sebut, mengejar. Hanya sebagian kecil anggota parlemen atau stafnya yang memberikan tanggapan secara aktif atas surat yang disampaikan. Sebenarnya, memberikan respon atas surat yang masuk merupakan bagian dari pelayanan publik. Agar staf tidak mengabaikan urusan surat-menyurat, anggota perlu menetapkan salah satu indeks kinerja staf administrasi berdasarkan respon terhadap surat masuk. Sebagai gambaran, untuk magang periode 2011/2012, dari 46 anggota DPR yang kami tawarkan program magang, ada 19 anggota yang akhirnya batal bekerja sama dalam program ini. Karena tidak memberikan tanggapan dengan jelas. Masalah yang perlu diantisipasi adalah sikap para staf. Ada staf yang tidak menyampaikan surat kepada anggota. “Saya tidak pernah baca,” kata anggota. “Oya? Sudah dikirim ya?” respon anggota yang lain. Bagaimana dengan reaksi staf? “Janganlah mas, nanti posisi saya tersaingi,” Pada umumnya mereka mengatakan bahwa anggota belum memberikan tanggapan. Ini yang lebih parah, “Sepertinya Ibu tidak bersedia, sulit mas.” Padahal, anggota bersangkutan telah mengizinkan, “Ya, silakan ajukan saja,” isi sms anggota tersebut. Anda tahu, apa dampaknya jika staf anggota tidak berkenan dengan kehadiran peserta? Mereka akan diabaikan (didiamkan). Sampai-sampai ada peserta yang terpaksa mundur atau dipindahkan. Karena itu, respon anggota penting, respon stafnya juga penting.
98
102
5. Audiensi “Silakan masuk, silakan duduk, apa kabar? Oya, silakan diminum. Maaf, AC-nya terlalu dingin? Ok, santai saja, silakan jelaskan skema program magang ini?” Jika Anda berharap audiensi selalu dalam kondisi seperti ini, mungkin Anda kehabisan waktu. Serius, akan kehabisan waktu. Audiensi dengan anggota bisa dilakukan di mana saja. Saya pernah melakukan audiensi di ruangan anggota, di kantor sekretariat komisi, di ruang makan Komisi, di depan pintu lift, sambil jalan, dan di saung areal perawatan kuda sumbawa. Dalam audiensi ini, kami menjelaskan skema program Bagaimana respon anggota? Mayoritas tertarik dan menerima program magang. Berikut beberapa contohnya. “Kita bicara yang lain aja. Kalau magang, mau 10 orang juga saya terima. Ngomong-ngomong, apa saja program IPC?” “Saya senang, ada tujuan pembelajaran dalam program magang ini,” “Saya juga dulu pernah magang, tapi tidak seperti ini. Skema seperti ini bagus,” Dan berbagai respon lainnya. Ada dua hal yang ingin dicapai dalam tahapan ini: a. Respon anggota, apakah setuju, menolak atau meminta waktu untuk memberi jawaban. b. Mendapatkan rumusan kriteria peserta yang diinginkan oleh anggota yang telah setuju terhadap
103 99
program magang. Misalnya: universitas, fakultas, dan jenis kelamin peserta. Mungkin Anda penasaran, kenapa ada anggota yang menolak program magang? Sepanjang pengalaman kami, berikut alasan-alasannya: a. Latar belakang pendidikan peserta. Penolakan anggota, sebenarnya bukan pada programnya, tetapi pada karena latar belakang pendidikan peserta yang dinilai tidak sesuai dengan bidang komisi anggota. “Kamu lulusan akuntansi? Saya ini komisi II, bidang politik dan pemerintahan. Kamu lebih tepat di anggota BAKN – Badan Akuntabilitas Keuangan Negara,� kata seorang anggota DPR, saat kami audiensi. Tapi tidak semua anggota demikian. Ada banyak anggota yang lebih memaknai magang sebagai proses pembelajaran. Karena itu, mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan peserta. b. Pendekatan kepada anggota yang tidak tepat Pada dasarnya, setiap permohonan kerjasama program magang kepada anggota, wajib diajukan secara resmi. Kami menyampaikan surat yang melampirkan profil lembaga. Tetapi ada pengalaman dimana peserta magang berinisiatif menindaklanjuti surat yang diajukan IPC secara pribadi. Bukankah itu inisiatif yang bagus? Tidak selalu. Tergantung bagaimana pendekatannya.
100
104
Singkat cerita. Tanpa koordinasi dengan kami, peserta tersebut menghubungi anggota via sms, menyampaikan bahwa dia adalah anggota dari organisasi tertentu, dia juga satu kampus dengan anggota, dia juga kenal si A dan si B. Maksud hati membangun koneksi pribadi, namun apa jadinya? Peserta magang diterima, tetapi yang bersangkutan tidak dibuatkan kartu tanda pengenal selama dua bulan, hingga pilihannya harus dipindahkan. c. Alasan tingkat kesibukan “Yang lain saja mas, saya terlalu sibuk,” kata salah seorang anggota. Anggota khawatir, tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyelia dan memantau kerja peserta magang. d. Alasan politis “Dia kan orang partai x. Sementara kita partai y, ideologinya berbeda,” kata seorang anggota. “Saya tidak bisa menerima,” tambahnya. Padahal yang bersangkutan sudah magang beberapa bulan. Solusinya, dipindahkan ke anggota lain. Ini juga pernah terjadi saat IPC mengelola program magang tahun 2008 lalu. Beberapa hal di atas, patut menjadi pembelajaran bagi pihak-pihak yang ingin mengelola program magang. 6. Perumusan kriteria peserta Kriteria peserta ditetapkan berdasarkan:
105 101
a. Skema program Skema program akan menentukan apakah para peserta harus berasal dari latar belakang universitas atau fakultas tertentu atau tidak. b. Permintaan anggota Ada anggota yang menyerahkan sepenuhnya kepada kami tetapi juga ada yang menetapkan syarat-syarat. Kenapa? Pertama, anggota bersangkutan memiliki kebutuhan khusus untuk didukung, sehingga memerlukan kualifikasi peserta yang sesuai. Kedua, anggota bersangkutan memiliki pengalaman (baik/buruk) terhadap peserta dengan latar belakang tertentu, misalnya jenis kelamin atau universitas, sehingga anggota mencari atau menghindari peserta dengan latar belakang tersebut. c. Pertimbangan lain Pertimbangan lain berdasarkan pengalaman pengelola program. Khusus di IPC, kami mendapatkan kasus bahwa ada perilaku yang sama pada peserta dengan latar belakang kampus atau organisasi ekstra kampus tertentu.
102
106
Tahap II Rekrutmen Peserta 1. Pengumuman Pendaftaran Kami mengumumkan secara terbuka adanya pendaftaran program magang dan syarat-syaratnya, melalui jaringan di berbagai daerah, sms, milis, twitter dan facebook, situs dan blog. 2. Penerimaan Permohonan Magang Pada tahapan ini, kami menerima permohonan magang melalui email dan pos. Tujuannya, menerima sebanyak mungkin pendaftar, sehingga kemungkinan mendapatkan peserta terbaik, lebih terbuka. 3. Seleksi Administratif Tujuannya, untuk memilih pendaftar yang sesuai dengan kriteria sebagaimana disebutkan dalam persyaratan. Misalnya harus sarjana, maka yang masih kuliah sehebat apapun ya harus didiskualifikasi. 4. Wawancara Tujuan tahapan ini adalah adanya pemetaan pendaftar berdasarkan: a. b. c. d.
Motivasi mengikuti pendaftaran Pengetahuan dan keahlian yang dimiliki Latar belakang universitas, fakultas, dan jurusan Hal-hal lain berdasarkan permintaan anggota parlemen
107 103
5. Konfirmasi Kepada Anggota Pada tahapan ini, kami menyampaikan kepada anggota tentang pendaftar magang berdasarkan pemetaan di atas. Selanjutnya, anggota yang akan menentukan siapa yang dipilih. Tentu pengelola program juga ikut memberikan pertimbangan. 6. Penentuan Kelulusan Pendaftar Penentuan ini berdasarkan dua kategori sebelumnya, yaitu permintaan anggota dan syarat-syarat yang ditentukan pengelola program. 7. Pengumuman Kelulusan Pendaftar Informasi mengenai peserta yang lulus, akan disampaikan oleh pengelola program kepada para peserta yang dinyatakan lulus, melalui email dan telepon. Selain itu, pengelola program juga memastikan bahwa yang bersangkutan tetap berkomitmen pada program magang. 8. Penandatanganan Kontrak Magang Kontrak magang ditandatangani oleh pengelola program dan peserta magang, sebagai komitmen kerjasama magang. Seberapa kuat kontrak ini dapat mengikat komitmen kedua belah pihak? Karena prinsip sukarela, maka ikatan kedua pihak ada pada komitmen.
104
108
9. Pemberitahuan Kepada Anggota Selanjutnya, kami akan menginformasikan kepada anggota mengenai peserta yang telah lulus dalam seleksi administratif dan wawancara, menyepakati waktu pertemuan untuk pengenalan peserta dan penempatannya.
109 105
Tahap III Pembekalan Peserta Kini, kita telah memiliki sejumlah nama pasti sebagai peserta program magang. Tahapan selanjutnya adalah pembekalan peserta. Ada dua kegiatan pada tahap ini, yaitu: 1. Pemberitahuan Kurikulum Secara umum, ada delapan hal penting sebagai materi dalam kurikulum. Tetapi, materi kurikulum akan tergantung pada tujuan, kondisi peserta, dan durasi program. Informasi ini sebagai panduan pengelola program, dan peserta, dan anggota pada saat program berlangsung. Materi kurikulum antara lain: a. Pengenalan mendalam mengenai program magang b. Persfektif dasar, tentang: demokrasi, lembaga perwakilan, hak azasi manusia, gender, hal-hal yang diperlukan. c. Pemahaman tentang parlemen, meliputi: posisi DPR dalam sistem pemerintahan, unsur-unsur DPR, fungsi-fungsi DPR dan mekanisme kerja, aturan internal DPR, antara tata tertib, mekanisme pelayanan informasi, dan lain-lain). d. Pemahaman substantif, terkait dukungan yang akan diberikan kepada anggota. (misalnya, bagaimana keterampilan monitoring media) e. Pemberdayaan diri (personal empowerment), meliputi tiga hal: persfektif terhadap diri/ pemaknaan pekerjaan, pemahaman terhadap ragam kepribadian, keterampilan penunjang atau 106
110
softskill (Keterampilan menulis, keterampilan komunikasi dan presentasi, keterampilan membangun jaringan, pemahaman karakter dan kepribadian). f. Informasi mengenai anggota, agar dapat maksimal membantu kerja anggota. Ada informasi umum yang dapat diketahui bersama, tetapi ada informasi tertentu yang bisa didiskusikan antara peserta dan anggota. Informasi tersebut, antara lain tentang: Alat kelengkapan dan jabatan, visi, misi, dan posisi partai/fraksi, kondisi dapil, kebutuhan dukungan, ketertarikan isu, karakter dan kepribadian, pola komunikasi, cara pengambilan keputusan, bentuk/kemasan dan hasil kerja, kode etik internal anggota baik tertulis maupun tidak tertulis, tenaga pendukung anggota (Jumlah, pembagian dan mekanisme kerja). g. Pengenalan lingkungan DPR (Letak kantor fraksi dan kantor alat kelengkapan DPR). Ada tiga ruang di fraksi dan alat kelengkapan yang perlu diketahui yaitu: sekretariat, ruang rapat, dan ruang tenaga ahli. Selain itu, kantor sekretariat jenderal dan biro-biro terkait, terutama P3DI (Pusat Pengolahan dan Pengkajian Data dan Informasi) dan perpustakaan. h. Lembaga-lembaga penting, untuk pembentukan jaringan yang saling membantu dalam proses magang. Pelatihan Pelatihan ini merupakan bagian dari kurikulum magang. Apa saja yang akan diberikan pada pelatihan? Berdasarkan pengalaman dan konsep yang perlu dikembangkan ke depan, antara lain:
111 107
a. Pengenalan mendalam tentang program magang. Tujuannya untuk mempersiapkan peserta yang memahami prinsip-prinsip magang dengan benar. b. Pemberdayaan diri (Personal empowerment). Pengalaman kami, proses paling rumit dilalui oleh peserta adalah beradaptasi dengan lingkungan kerja. Nah, pemberdayaan diri dimaksudkan mendukung percepatan proses adaptasi tersebut. Seperti kata peribahasa, “Awal yang bagus, adalah setengah dari kesuksesan�. c. Persfektif dasar tentang demokrasi dan lembaga perwakilan d. Pemahaman tentang parlemen (Materi dasar mengenai posisi, unsur, dan fungsi). Materi lain dalam kurikulum, akan diberikan pada saat magang berlangsung, antara lain melalui kegiatan peningkatan kapasitas.
108
112
Tahap IV Magang 1. Penempatan Selamat datang di kantor baru! Kami akan mengantarkan peserta magang kepada anggota Dewan, mengenalkan mereka, memperjelas tugas-tugas peserta, kode etik magang, dan menandatangi rancangan nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara pengelola magang dan anggota Dewan. Secara umum, pada tahap awal peserta melakukan komunikasi intensif dengan anggota atau dengan staf dan beradaptasi dengan lingkungan kerja. Tujuannya, pertama, memahami karakter, kepribadian, pola komunikasi para pihak di kantor baru. Kedua, mengetahui beban tugas, dan dukungan yang dibutuhkan anggota. Ketiga, menjalin relasi baik di lingkungan kerja. Antara lain staf anggota, staf sekretariat fraksi, staf komisi, dan lain-lain. Untuk mengetahui ragam aktivitas selama magang, silakan baca poin-poin berikutnya. 2. Laporan Berkala Laporan berkala diberikan setiap minggu oleh peserta magang kepada IPC dan anggota, pada saat magang. Isinya? Aktivitas dan lampiran kerja. Tujuannya, agar pelaksana program mengetahui perkembangan peserta, meliputi: a. Apa saja dukungan yang telah diberikan b. Apa saja yang perlu ditingkatkan 113 109
c. Jenis peningkatan kapasitas yang dibutuhkan d. Persoalan peserta dan strategi penyelesaiannya 3. Peningkatan Kapasitas Peningkatan kapasitas juga dilakukan secara berkala. Tema peningkatan kapasitas ditetapkan berdasarkan pemetaan IPC atas kebutuhan umum peserta atau disepakati sendiri oleh peserta. Panduannya adalah kurikulum, sebagaimana telah disampaikan di atas. Salah satu kegiatan peningkatan kapasitas “High Impact Presentation Skills� yang disampaikan oleh Jan Ramos Pandia, alumni program magang tahun 2006.
110
114
4. Pendampingan Personal Selama proses magang, ada berbagai kebutuhan dan persoalan peserta yang berbeda-beda satu sama lain. Untuk itu, diperlukan pertemuan antara pengelola program dan peserta untuk memfasilitasi atau membantu penyelesaiannya. Persoalan yang biasa dihadapi peserta magang, antara lain disebabkan: a. Asumsi Asumsi akan menentukan perilaku. “Apa anggota butuh catatan rapat? Buktinya, gak pernah ditanggapi emailku,� kata seorang peserta. Hampir saja asumsi ini merusak kinerjanya. Kenapa? Ternyata anggota Dewan bersangkutan, sangat terbantu dengan peserta. Jadi? Berhati-hati dengan asumsi. Lebih baik dipastikan, melalui komunikasi. Ya, komunikasi kepada sumber yang benar. Sumber pertama. Ada peserta pada saat magang tidak pernah memberikan usulan kepada anggota. Kenapa? 115 111
Ternyata stafnya mengatakan kepada peserta, “Kalau tidak dimintai pendapat, tidak usah bicara,� Wah, gawat. Padahal anggota bersangkutan tidak seperti yang diceritakan staf tadi. Sekali lagi, carilah informasi langsung dari pihak pertama. b. Perilaku Perilaku sebenarnya juga dampak dari persepsi. Tetapi pada bahasan ini, tertuju pada kebiasaan buruk (bad habbits). Misalnya, perilaku yang tidak disiplin, menunda-nunda pekerjaan, atau bahkan malas. c. Etika Masalah juga bisa timbul karena persoalan etika. Misalnya peserta ikut campur dalam persoalan pribadi anggota atau staf. 5. Pemantauan Peserta Hati-hati, gerak-gerik peserta magang dipantau! Wow, seketat itukah? Tidak, tenang saja pemantauan yang kami maksud bukanlah pemantauan ala detektif. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas peserta di lapangan dan memastikan akuntabilitas laporan mereka. Mayoritas peserta beraktivitas sesuai tugas dari anggota atau inisiatif sendiri. Tetapi IPC juga menemui sebagian kecil, yang tidak menjalani magang sebagaimana mestinya. Biasanya karena faktor kebiasaan buruk, seperti lambat datang ke kantor dan menunda-nunda pekerjaan. Kami pernah menemui peserta yang selalu menghindar saat ditemui. Ketika diminta untuk koordinasi pun tidak
112
116
mau hadir tanpa alasan yang jelas, ya pilihannya diberhentikan. Kenapa pemantauan perlu dilakukan? Ini bagian dari sistem yang perlu dibangun agar hasil magang dapat tercapai. Tentu, tidak setiap saat, pemantauan bisa dilakukan. Karena itu, yang paling penting adalah membangun kesadaran di peserta magang sendiri. 6. Pertemuan Koordinasi Ada dua jenis pertemuan koordinasi. Pertama, antara pengelola program dan peserta untuk membicarakan halhal penting pada saat magang berlangsung. Misalnya, untuk saling berbagi pengalaman masing-masing peserta dan saling membantu persoalan yang dihadapi oleh peserta. Kedua, antara pengelola program dan anggota. Tujuannya untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan peserta magang, sejauh mana peran mereka dalam membantu anggota, apa saja yang perlu ditingkatkan, dan masukan-masukan untuk perbaikan program yang sedang berjalan. 7. Evaluasi Peserta Evaluasi peserta dilakukan pada tiga hal, yaitu: a. Etika Apakah peserta tetap menjaga prinsip-prinsip magang, menghindari hal-hal yang tidak patut dilakukan. Apa
117 113
ukuran kepatutan? Tentu ada standar umum, misalnya bagaimana berpenampilan, bertutur, dan lain-lain. Selebihnya, ada hal-hal khusus yang perlu dikomunikasikan dengan anggota. Tidak membangun asumsi sendiri. Misalnya, ada peserta yang enggan menghubungi anggota melalui telepon genggam. Alasannya, tidak sopan. Betulkah ini tidak sopan? Lebih baik dikomunikasikan langsung kepada anggota. Evaluasi etika, untuk memastikan peserta, tetap menjalani proses magang dengan nyaman. Biasanya, ada keengganan di anggota maupun stafnya untuk mengungkapkan secara langsung pelanggaran etika peserta. Karena itu, pengelola program perlu menggali hal ini dari peserta dan anggota. b. Kinerja Kinerja diketahui dari laporan magang berkala dan lampirannya. Seorang peserta magang tidak cukup hanya mengatakan, “Saya selalu buat ringkasan rapat,� lalu disebut berkinerja baik. Pertanyaannya, “Mana hasilnya?� Hasil pekerjaan peserta magang, yang dapat dilihat atau dibaca itulah salah satu alat verifikasi evaluasi. Bagi pengelola program dan peserta magang sendiri, catatan ini penting sebagai bagian dari sebuah sistem untuk memastikan akuntabilitas, mengukur capaian, dan menjaga semangat bahwa kontribusi itu bisa diberikan oleh siapa saja, termasuk peserta magang.
114
118
c. Respon anggota dan staf Ada dua pertanyaan yang perlu disampaikan kepada anggota, yaitu: (1) Apakah Bapak/Ibu merasa terbantu dengan peserta magang; dan (2) Hal apa yang paling terbantu oleh peserta magang. Idealnya, dua hal tersebut saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, sebagai sebuah informasi yang benar. Dari hasil evaluasi ini, pengelola program kemudian mengambil beberapa kebijakan terhadap peserta. Ada yang positif, ada juga beberapa peserta yang harus diakhiri proses magangnya karena alasan tertentu.
119 115
Tahap V Penutupan Program 1. Pemberitahuan Kepada Peserta dan Anggota Ini tahapan terakhir, dimana pengelola program menyampaikan berakhirnya program magang kepada peserta dan anggota Dewan. Selain itu, juga meminta sejumlah masukan untuk perbaikan program magang yang akan datang. 2. Evaluasi Program Tujuan evaluasi adalah menggali masukan dari internal lembaga pengelola program, mitra pengelola program untuk magang yang dilakukan di DPRD, peserta magang dan anggota Dewan. 3. Penulisan Laporan dan Pengalaman Penulisan laporan program dan pengalaman, adalah dua hal dengan tujuan dan format yang berbeda. Laporan untuk kepentingan akuntabilitas pelaksanaan program dengan format yang telah ditentukan. Sementara, penulisan pengalaman, didesain untuk publik, khususnya pihak-pihak yang terlibat dalam program magang, agar semua pihak dapat mengambil pembelajaran. Apa yang dilakukan setelah selesai program? Secara formal, program magang berakhir. Namun relasi antar pengelola program, peserta, dan anggota Dewan, seharusnya terus berlanjut sebagai sebuah jaringan, sebagaimana konsep yang telah disampaikan sebelumnya.
116
120
10
Sidarto Danusubroto
PDIP
11
Eva Kusuma Sundari
PDIP
12
Nursuhud
PDIP
13
Andreas H. Pareira
PDIP
14
Ganjar Pranowo
PDIP
15
Andi Yuliani Paris
PAN
16
Hakam Naja
PAN
17
Sayuthi Asyathri
PAN
18
Tristanti Mitayani
PAN
19
Alvin Lie
PAN
20
Deddy Djamaludin Malik
PAN
21
Anwar Arifin
Golkar
22
Chairun Nisa
Golkar
23
Nusron Wahid
Golkar
24
Darul Siska
Golkar
25
Bomer Pasaribu
Golkar
26
Priyo Budi Santoso
Golkar
27
Nursanita Nasution
PKS
28
Rama Pratama
PKS
29
R. Bagus Suryama
PKS
30
Endin AJ. Soefihara
PPP
Anggota DPR RI Periode 2009-2014 No
Nama
Fraksi/Kaukus
1
Ganjar Pranowo
PDIP
2
Agus Purnomo
PKS
3
Zulkieflimansyah
PKS
123 119
4
Indra
PKS
5
M.Misbakhun
PKS
6
Totok Daryanto
PAN
7
Hakam Naja
PAN
8
Rusli Ridwan
PAN
9
Djamaluddin Jafar
PAN
10
Sunartoyo
PAN
11
Malik Haramain
PKB
12
Agus Sulistiyono
PKB
13
Hanif Dakhiri
PKB
14
M. Arwani Thomafi
PPP
15
Mahmud Yunus
PPP
16
Azis Syamsuddin
Golkar
17
Nurul Arifin
Golkar
18
Basuki Tjahaja Purnama
Golkar
19
Chairun Nisa
Golkar
20
Dhohir Farisi
Gerindra
21
Harun Al-Rasyid
Gerindra
22
Soemaryati Aryoso
Gerindra
23
Akbar Faizal
Hanura
24
Abdul Gaffar Patappe
Demokrat
25
Ahmad Muqowwam (Fraksi)
PPP
26
Dewi Coryati
KPPRI/PAN
27
Andi Timo Pangerang
KPPRI/PD
120
124
28
Tetty Kadi
KPPRI/Golkar
29
Ledia Hanifa
KPPRI/PKS
30
Soemintarsih Moentoro
KPPRI/Hanura
31
Pimpinan KPPRI
Sekretariat KPPRI
Anggota DPRD Periode 2004-2009 No
Nama
DPRD
Partai
1
Sutje Suwartini
DPRD Prov Banten
PDIP
2
Ediansyah Rahman
DPRD Prov Banten
PAN
3
Saeful Rizal
DPRD Prov Banten
PNU
Anggota DPRD Periode 2009-2014 No
Nama
DPRD
Partai
1
Erna Amin
DPRD Kota Makassar
PDK
2
Stefanus Swardi H
DPRD Kota Makassar
PDIP
3
Imran Mangkona
DPRD Kota Makassar
Demokrat
4
Irianto Ahmad
DPRD Kota Makassar
Golkar
5
Ida Bagus Putus S
DPRD Kota Makassar
Gerindra
6
I Nyoman Parta
DPRD Kota Denpasar
PDIP
7
Ngakan Made S
DPRD Kota Denpasar
Demokrat
8
Tjokorda Raka K
DPRD Kota Denpasar
Golkar
9
I Wayan Tagel A
DPRD Kota Denpasar
PNBK
10
I Wayan Kari S
DPRD Kota Denpasar
PNIM
11
Gede Ngurah W
DPRD Kota Denpasar
Hanura
12
Wachid Dan
DPRD Kota Semarang
PAN
125 121
13
Ari Purbono
DPRD Kota Semarang
PKS
14
Kholison
DPRD Kota Semarang
Gerindra
15
Jianto
DPRD Kota Semarang
PPP
16
Gunadi
DPRD Kota Semarang
Gerindra
17
Ana Indrawati
DPRD Kota Semarang
Demokrat
18
Fajar Adi
DPRD Kota Semarang
Demokrat
19
Imam Mardjuki
DPRD Kota Semarang
PKS
20
Prishartoro
DPRD Kota Semarang
Gerindra
21
Gunadi Susetyo
DPRD Kota Semarang
Gerindra
22
Sujianto
DPRD Kota Semarang
Demokrat
23
Alifudin
DPRD Kota Pontianak
PKS
24
Mulyadi Amin
DPRD Kota Pontianak
Golkar
25
Effendi
DPRD Kota Pontianak
PBB
26
Prahto Wibowo
DPRD Kota Pontianak
Demokrat
27
Sy Izhar Sayuti
DPRD Kota Pontianak
PAN
28
HM Nawir
DPRD Kota Pontianak
PPP
29
Alfian
DPRD Kota Pontianak
PKB
30
Effendi
DPRD Kota Pontianak
PBB
31
Prahto Wibowo
DPRD Kota Pontianak
Demokrat
32
Sy Izhar Sayuti
DPRD Kota Pontianak
PAN
33
HM Nawir
DPRD Kota Pontianak
PPP
34
Alfian
DPRD Kota Pontianak
PKB
35
Rizal Azis
DPRD Kota Serang
Hanura
36
Encop Sofia
DPRD Kota Serang
PDIP
37
H. Namin
DPRD Kota Serang
Golkar
38
M. Thoha
DPRD Kota Serang
Demokrat
122
126
I
2006
Mahasiswa
18
II
2007
Sarjana
4
III
2007
Sarjana
7
IV
2007/2008
Sarjana
10
V
2009/2010
Kader partai
37
IV
2011/2012
Sarjana
34 110
Jumlah
Mundur
Dipindahkan
Diberhentikan
Jumlah
Peserta
Tahun
Angkatan
Selanjutnya, capaian program yang dilihat dari jumlah peserta magang. Mereka telah mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang parlemen dan berbagai keterampilan selama program magang. Lama waktunya, ada yang 3 bulan, 6 bulan, hingga 12 bulan. Ada sebagian kecil peserta yang belum berhasil dalam program ini, dimana IPC perlu mengambil beberapa kebijakan seperti diberhentikan, dipindahkan, atau mundur atas pilihan sendiri.
1 1
1 1
1
3
1
6
4
2
9
Dilihat dari jumlah di atas, dari 110 peserta, hanya 15 peserta yang diberhentikan, dipindahkan, dan mundur. Peserta yang diangkat menjadi staf Dari setiap angkatan program magang, ada peserta yang diminta oleh anggota Dewan untuk menjadi tenaga pendukung, baik di anggota, fraksi, maupun komisi. Apakah ini capaian magang? Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa hal ini bukanlah tujuan utama 127 123
(output) yang ingin dicapai dalam program magang, tetapi sebagai dampak (outcome) positif atas pelaksanaan program magang. Berikut jumlah peserta magang/angkatan yang diangkat menjadi staf di Dewan.
II
2007
Sarjana
4
1
III
2007 2007/ 2008 2009/ 2010 2011/ 2012
Sarjana
7
1
Sarjana
10
1
Kader partai
37
Sarjana
34
IV V IV
Staf Komisi Jumlah\ Angkatan
18
Staf Anggota
Jumlah
Mahasiswa
DPRD
Asisten Anggota
Peserta
2006
TA Anggota
Tahun
I
TA Fraksi
Angkatan
DPR RI
1
1
1
2 1
1
1 7
2
1
10
3
1
1
Jumlah peserta yang diangkat menjadi tenaga pendukung di Dewan sejak 2006 – 2012. 1. 2. 3. 4. 5.
Tenaga ahli fraksi di DPR RI Tenaga ahli anggota DPR RI Asisten anggota DPR Staf anggota DPRD Staf komisi di DPRD Jumlah
: 1 : 10 : 7 : 11 : 1 : 30
Bagi IPC, dampak positif ini tentu akan memperluas jaringan IPC di parlemen. Kami tentu berharap, semangat, persfektif, keterampilan, dan pengetahuan 124
12
128
12
yang digali bersama selama program magang bermanfaat bagi teman-teman ini. IPC tetap menyediakan diri untuk menjadi sarana pembelajaran bagi para alumni peserta program magang, baik yang saat ini di parlemen, partai politik, kampus, lembaga pemerintah, LSM, dan berbagai tempat pengabdian lainnya. Selamat menikmati tantangan baru! Selamat berkarya, untuk Indonesia lebih baik! Selesai sampai di sini? Seharusnya tidak. Coba ingat, kalimat ini ada di halaman berapa? Terbentuknya jaringan atau komunitas yang berkesinambungan antara lembaga pengelola program, peserta, anggota Dewan, dan warga, yang peduli dan dapat berkontribusi pada pelaksanaan misi. Itulah visi yang menjadi tantangan pelaksanaan magang, jika kita ingin memaknai kegiatan ini lebih dari sekadar program. Sebuah tantangan yang perlu dijawab dengan persiapan yang matang. Ambil, tidak, ambil, tidak, ambil!
129 125
KESAN MENDALAM PARA ANGGOTA PARLEMEN Saya sangat bangga dapat menghadiri acara ini, karena kegiatan ini sangat baik untuk mempelajari sistem parlemen dan sistem kenegaraan yang baik. Sehingga, kelak para pemuda dapat terus mengambil bagian dalam politik dan ketatanegaraan, dan sumbangan pikiran untuk memecahkan masalah kita. (Bpk. Muhaimin Iskandar, Wakil Ketua DPR RI Periode 2004 - 2009, saat membuka Sidang Umum Parlemen Pemuda Indonesia, di Hotel Bidakara Jakarta, 28 Juli 2006). Saya menyambut gembira pelaksanaan program yang unik dalam khasanah pemuda Indonesia. Saya pernah jadi Menteri Pemuda, Ketua AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia), dan HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan organisasi pemuda nasional dan regional di Asia. Saya gembira prakarsa ini baru pertama kali muncul, ada program yang melakukan simulasi Sidang Umum Parlemen Pemuda Indonesia. Semoga kegiatan ini berlangsung terus secara berkelanjutan sehingga secara pasti dijadikan sarana pemuda mengenal tata cara penyelenggaraan Negara. (Bpk. Agung Laksono, Ketua DPR RI Periode 2004 – 2009, saat menutup Sidang Umum Parlemen Pemuda Indonesia, di Hotel Bidakara Jakarta, 21 Juli 2006). Saya sangat senang dengan kegiatan magang sebagai staf anggota DPR RI yang dilaksanakan IPC. Banyak pekerjaan saya yang dibantu oleh saudara Syaeful Anwar selama magang. Pekerjaan yang dia tangani meliputi 126
130
tugas-tugas administratif, memantau jalannya sidang RUU yang sedang saya tangani, seperti RUU Susduk dan rapat-rapat komisi yang lain. (Bpk. Sayuti Asyathri, F-PAN DPR RI Periode 2004-2009). Dengan adanya peserta magang, jelas merupakan tambahan tenaga bagi staf yang sudah ada. Terlebih untuk pekerjaan pengumpulan data, melakukan analisis terhadapnya, yang tidak mungkin dilakukan oleh 1 orang staf yang telah dimiliki anggota Dewan. (Bpk. Hasto Kristiyanto, F-PDIP DPR RI Periode 2004-2009). Saya sangat apresiatif terhadap kegiatan magang. Meskipun hanya dilaksanakan dalam hitungan bulan, tetapi pada beberapa pekerjaan yang saya tangani, saya merasa cukup terbantu. Tugas-tugas yang saya berikan kepada Desiana, selaku pemagang seperti menyusun ringkasan sidang, mengumpulkan bahan-bahan rapat, dan menjalin komunikasi dengan stakeholder yang saya bidangi dijalankan dengan cukup baik, sehingga memudahkan kerja saya. (Bpk. Ali Masykur Musa, FPKB DPR RI Periode 2004-2009). "Program magang ini cukup bermanfaat bagi anggota parlemen, jika dikelola dengan baik. Bagi, generasi muda, ini juga wadah yang pas untuk mengenal parlemen secara langsung. Saya kira konsep ini juga menarik untuk dikembangkan oleh partai politik dan DPR sendiri. Kami sangat senang, jika ke depan, ada program seperti ini. Saya dan fraksi PPP, selalu menyediakan diri untuk menjadi sarana pembelajaran bagi generasi muda. (Bpk. Muhammad Arwani Thomafi, F-PPP DPR RI Periode 2009-2014)
131 127
Magang ini sangat positif bagi pembelajaran dan pengenalan parlemen bagi generasi muda. Peserta magang di tempat saya juga sangat membantu. (Bpk. Ganjar Pranowo, F-PDIP DPR RI Periode 2009-2014). Peserta magang sangat membantu saya. Dia membuatkan notulensi pada saat rapat, membantu monitoring media terkait isu Komisi XI. Tetapi kinerja peserta magang sebenarnya juga tergantung dari bagaimana anggota ikut membimbing dan mengarahkannya. (Ibu Andi Timo Pangerang, F-PD DPR RI Periode 2009-2014). Saya sangat senang dengan program magang ini, karena ada tujuan untuk pembelajaran parlemen. Hal yang sama telah dikembangkan di beberapa parlemen di Negara lain. (Bpk.Indra, F-PKS DPR RI Periode 2009-2014). Kinerja peserta magang cukup bagus. Tetapi, dunia akademis dan parlemen itu berbeda. Di parlemen, anggota membutuhkan hasil kerja yang ringkas. (Ibu Ledia Hanifa, F-PKS DPR RI Periode 2009-2014). Bermanfaat! Ini juga merupakan cara yang tepat untuk mengenalkan bagaimana parlemen bekerja bagi generasi muda, yaitu dengan melihat dan merasakan langsung bersama anggota DPR. (Bpk. Zulkieflimansyah, F-PKS DPR RI Periode 2009-2014). Saya merasa terbantu dengan peserta magang. Ini program yang baik, bagi anak-anak muda, setelah mereka mengenal parlemen secara teori di kampus. Mereka juga perlu mengenal secara langsung melalui
128
132
program magang. (Bpk. Abdul Gaffar Patappe, F-PD DPR RI Periode 2009-2014). Kontribusi yang diberikan atau dikerjakan oleh pemagang sangat banyak. Antara lain; media monitoring, notulensi di setiap rapat, kliping media, sehingga saya bisa memverifikasi permasalahan di Komisi saya, membantu menganalisa permasalahan dan juga menghubungkan saya dengan stakeholder terkait dan juga media atau pers. Yang juga penting, peserta magang membantu menjembatani pertemuan dengan konstituen. (Bpk. Rizal Azis, F-Hanura DPRD Kota Serang Periode 2009-2014). Selain memberikan tambahan dukungan, program ini juga mampu menghadirkan komunitas untuk berdiskusi soal paradigma berpartai dan berpolitik bagi anggota DPRD. Peserta magang dapat menjadi rekan untuk diskusi dan membantu pertemuan dengan konstituen, di luar masa reses. (Ibu Encop Shopia, F-Gerindra DPRD Kota Serang Periode 2009-2014).
133 129
KESAN MENDALAM PARA PESERTA Berinteraksi langsung dengan anggota DPR RI banyak mengubah persepsi saya tentang lembaga legislatif tersebut. Citra negatif yang dihembuskan media memang tidak berlaku untuk semua anggota DPR, namun memang banyak yang harus diubah untuk meningkatkan kinerja DPR RI. Program magang yang diselenggarakan oleh IPC dan NDI ini banyak memberikan manfaat dan membuka kesempatan bagi peserta untuk berkembang lebih pesat. Semoga program ini dapat terselenggara dengan lebih massif. (Asrul Ibrahim Nur, Legal ResearcherThe Indonesian Institute - Center for Public Policy Research, Alumni Program Magang di Anggota DPR RI Tahun 2011/2012 ) Parlemen perlu dukungan publik, apalagi dari generasi muda. Salah satu caranya, dengan menciptakan program yang kreatif, fun dan bermanfaat bagi parlemen, juga bagi pesertanya. Seperti program magang ini. Melalui program magang, akhirnya saya tahu, parlemen tidak seburuk yang kita bayangkan dan juga tidak seefektif yang kita harapkan. Seperti teori butterfly effect, kontribusi kecil kita semoga bermanfaat, bagi parlemen yang lebih baik. Terimakasih atas kesempatan magang yang sangat berharga dari IPC untuk membantu Pak Sidarto Danusubroto, anggota komisi I, dalam pembahasan RUU KIP – Keterbukaan Informasi Publik. (Jan Ramos Pandia, LeadershipConsultant di PT. DDI Daya Dimensi Indonesia, alumni program magang di anggota DPR RI tahun 2006). 130
134
Dunia baru, pengalaman baru, persfektif baru. Gak bakal lupa sampai kapan pun! Yang paling berkesan, saat magang di pak Sayuti Asyathri, anggota Komisi II, ketika saya diminta membantu pemetaan konflik agraria di daerah pemilihan beliau. “Hasil kerjamu bagus,� kata beliau saat itu. Wah, senang rasanya bisa bermanfaat untuk anggota. Hari ini, saat saya telah terjun langsung di dunia politik, paradigma, pengetahuan, dan keterampilan yang saya dapat dari pelatihan parlemen pemuda dan magang, sangat terasa manfaatnya. Terimakasih IPC. (Fauzan Fuadi, Sekretaris Lembaga Pemenangan Pemilu DPW PKB Jawa Timur, alumni program magang di anggota DPR RI Tahun 2006). Fantastic! Bermanfaat sekali mengenal dan mendalami seluk beluk parlemen. Saya banyak belajar dari pengalaman saya magang di Ibu Nursjahbani Katjasungkana di komisi II dan komisi III DPR RI. Saya juga berterimakasih kepada Ibu Nursjahbani, yang mempercayakan saya untuk menjadi tenaga ahli beliau setelah program magang selesai. (Raudatul Ulum, Peneliti pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia, alumni program magang di anggota DPR RI tahun 2007/2008). Bangga dan senang rasanya dapat mempelajari secara langsung aktifitas negara dalam pembuatan kebijakan. Magang pada anggota DPR juga merupakan tempat pembelajaran riil yang memperkuat teori-teori dari lembaga akademik sebelumnya yang ditempuh (kampus). Dengan membantu anggota DPR pun berarti mengasah sensitifitas kita sebagai warga negara untuk menindaklanjuti isu nasional. Terimakasih banyak untuk IPC dan NDI. Terimakasih banyak juga untuk Ibu Andi Timo Pangerang. (Ria Fauziah, Tenaga Ahli Anggota 135 131
DPR RI pada Ibu Andi Timo Pangerang, F-PD Periode 2009-2014, alumni program magang di anggota DPR RI tahun 2011/2012). Akhirnya, saya dapat mengenal parlemen dan politik, yang dulunya asing. Ini program yang luar biasa. Saya juga memperoleh banyak pembelajaran tentang personal empowerment dan jaringan yang luas. Terimakasih untuk Bpk. Zulkieflimansyah, yang menerima saya sebagai peserta magang. (Riko Nugraha, Tenaga Ahli Anggota DPR RI pada Bpk. Bukhori Yusuf, F-PKS Periode 2009-2014, alumni program magang di anggota DPR RI Tahun 2011/2012). Sebagai peserta magang, kehadiran kita sangat dihargai dan mendapatkan ruang yang sangat luas untuk membantu tugas-tugas tenaga ahli yang diberikan oleh anggota. Antara lain, ikut berdiskusi menyusun DIM, membuat pandangan fraksi, membuat materi rapat dan lain sebagainya. Akhirnya, saya dipercaya dan diangkat sebagai tenaga ahli oleh anggota DPR tempat saya magang. Benar-benar tidak pernah saya bayangkan sebelumnya! (Ibnun Hasan Mahfud, Tenaga Ahli Anggota DPR RI pada Bpk. Akbar Faisal, F-Hanura Periode 2009-2014, alumni program magang di anggota DPR RI Tahun 2011/2012). Banyak hal yang dipelajar selama magang. Bagi saya, beberapa pengalaman pengetahuan baru antara lain: proses legislasi, proses lobbying, tipikal-tipikal anggota dpr, tipikal-tipikal konstituen, skill dalam mengambil keputusan, memahami makna dari “kerja politik�. (Vino Devanta A K, Staf pada anggota DPR RI Bpk. Ganjar Pranowo, F-PDIP Periode 2009-2014, alumni program magang di anggota DPR RI Tahun 2011/2012).
132
136
Saya sangat bersyukur dapat kesempatan mengikuti program ini. Pengetahuan dan pengalaman yang saya dapat sangat bermanfaat kelak di manapun saya bekerja. terima kasih buat Bapak Abdul Malik Haramain, staf di ruangan dan staf fraksi, atas dukungan dan kepercayaan selama magang. Terima kasih buat IPC atas kesempatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. (Rahmad Novandri, bekerja untuk anggota DPR RI Bpk. Abdul Malik Haramain, F-PKB Periode 2009-2014, alumni program magang di anggota DPR RI Tahun 2011/2012).
137 133
CATATAN _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ _____________________________________________ 134
138