MODUL MD01-Perilaku Belajar

Page 1

TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Modul MD-01

Model Perilaku Belajar Oleh : Dr. Arlina Gunarya, MSc

1. Pengantar Pembahasan mengenai perilaku belajar sangat luas, mencakup banyak aspek. Sejumlah pertanyaan bisa menolong kita untuk mengulitinya, seperti: Apa yang dimaksud dengan perilaku belajar ?; Siapa yang terlibat dalam belajar ? ; Kapan/bilamana sebaiknya waktu belajar agar menjadi efektif ?; Dimana tempat yang efektif bagi kita untuk belajar?; Bagaimana belajar yang efisien dan efektif? Bahkan kitapun bisa menanyakan - mengapa kita harus belajar? Dst,dst.masih banyak lagi. Namun pada kesempatan ini, kita fokuskan bahasan kita pada hal yang lebih mendasar yaitu hakekat belajar yang merupakan proses seumur hidup dan yang membentuk (shaping) kehidupan Anda. Kemudian bahasan berikutnya adalah mekanisme belajar. Ada banyak teori menerangkan mekanisme perilaku belajar; dalam modul ini dipilih model Biopsikologik, sebab model tersebut bisa menolong kita untuk memantapkan diri belajar secara mandiri. Selanjutnya, sesuai dengan tujuan pelatihan Basic Study Skills adalah untuk meningkatkan skill belajar masing-masing kita, maka seyogyanya kita memahami pula faktor-faktor penghambat belajar. Oleh karena itu, modul ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, mengenai hakekat belajar; bagian kedua, Dinamika perilaku belajar dan bagian ketiga Faktor berpengaruh dalam belajar. Bagian empat merupakan rangkuman modul MD-01 secara keseluruhan, diikuti oleh Daftar Bacaan . Sebagai lampiran, disertakan assesmen bagi Anda bila ingin mengetahui pola belajarnya selama ini. Dengan demikian bila Anda usai mempelajari bahan modul ini dengan tuntas, maka diharapkan Anda bisa menjelaskan: makna hakiki dari konsep ‘belajar‘, menjelaskan mekanisme belajar melalui salah satu model dinamika perilaku belajar, yakni model ’Biopsikologik‘, dengan segala alternatif komponennya. Disamping itu, Anda pun dapat menye butkan dan mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat menghambat proses belajar. Lebih jauh diharapkan pula agar Anda dapat mengidentifikasi pola belajar yang selama ini biasa Anda lakukan, dengan mempergunakan assesment model ’bio-psychologic’. Sekarang, kita siap memasuki bagian pertama : Hakekat belajar

A.G

Page 1

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Bagian 1

Hakikat Belajar 1. 0 Latihan awal Sebelum kita membahas tentang hakikat belajar, cobalah diam sejenak, pikirkanlah apa yang hakiki dalam hal belajar? Tulislah semua ide yang muncul di pikiran Anda tentang hakiki belajar. Bila telah selesai menuliskannya, marilah kita masuki pembahasannya.

1.1. Pendahuluan Kata ‗belajar‘ pasti tidak asing lagi bagi kita. Barangkali sudah ribuan kali kita mendengarnya, mungkin kata itu mendatangkan nuansa kegembiraan ke diri kita, tetapi juga ada kemungkinan membawa kemurungan, kebosanan , ketegangan dan sebagainya seribu rasa. Namun demikian, pernahkan kita mempertanyakan ke diri kita, apa sebenarnya makna kata belajar itu ? Mengapa selama hidup kita selalu disarankan untuk belajar , belajar dan belajar? Apakah hakekat belajar semasa kanak-kanak sama dengan bagi orang dewasa? Apakah semua manusia melakukan hal belajar? Apa beda belajar dan berlatih? Apa yang dihasilkan dari belajar; Apakah belajar membuat orang jadi pintar, jadi baik, jadi bijak? Dst.

Pada bagian ini, kita akan mendiskusikannya secara umum, supaya kita sedikit mempunyai wawasan, tetapi juga tidak pusing kepala, karena seakan memperumit diri dengan sejuta tanya. Oleh karena itu, bahasan kita kelompokkan dalam sub-bagian, yaitu : (1) Belajar adalah panggilan hidup manusia sepanjang hayatnya (2) Instrumen belajar pada manusia (3) Belajar punya kadar (4) Pembelajaran dimulai di keluarga.

1. 2 Belajar adalah panggilan hidup Secara hakiki, sebagai orang beriman, kita meyakini bahwa kehadiran kita di dunia ini atas kehendak Sang Pencipta, dengan dibekali sejumlah potensi (lengkap) untuk menjadi

A.G

Page 2

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

seseorang yang dimaksudkan olehNya. Artinya, bila kita meminjam istilah teknik, cetak biru – ‘blue print’ diri kita, ada pada Sang Pencipta; dan segala potensi serta perlengkapan yang diperlukan untuk menjadi ‘yang tercetak di ‘blue print‘ tersebut ‘ telah dibekalkan dalam diri kita. Selanjutnya, tugas kitalah membangun diri ke arah tersebut. Tentu saja, kita perlu mengenali-mencari tahu apa sih yang dibekalkan kepada kita masing-masing; seperti apakah blue-print nya; perlengkapan apa saja yang diperlukan untuk membangunnya? Hal-hal apa yang masih perlu ditambahkan, dari mana bisa diperoleh, bagaimana mendapatkannya? Mengapa disainnya demikian, untuk keperluan apa, untuk kepentingan siapa, dst, dst. Upaya ’mengenali dan mencari tahu’ ini menjadi amat penting, sebab merupakan prasarat untuk upaya ‘menjadi‘ orang yang sesuai dengan yang dimaksudkan Pencipta. Menurut saya, ‘upaya mengenali dan mencari tahu‘ ini merupakan dasar hakikinya belajar, Seyogyanya upaya itu berlangsung terus menerus sepanjang hidup kita, sambil memonitor diri apakah sudah dalam ‘track‘ yang sesuai blue print, apakah ada kesalahan konstruksi kita, bagaimana menyesuaikannya kembali, dst. Secara logika kita perlu senantiasa meng konsultasikannya dengan Perancangnya.

Jadi, belajar adalah panggilan hidup kita, bukan karena disuruh orang tua/guru/dosen atau siapapun, tetapi merupakan konsekwensi logik dari kehidupan. Tanpa belajar, kita tidak dapat melakukan ‘proses menjadi‘ diri kita, apalagi diri kita sesuai fitrah, sesuai kehendak-Nya, yang saya yakin baik adanya.

1.3 Instrumen belajar pada manusia Manusia diciptakan sungguh menakjubkan. Apabila kita mencermati tubuh manusia, coba Anda cermati tubuh Anda, sungguh luar biasa.

Betapa lengkap dan canggihnya

instrumen yang dibekalkan dalam tubuh manusia agar bisa belajar.

Instrumen untuk

menangkap informasi, instrumen untuk mengolahnya, instrumen untuk menanggapinya, instrumen untuk memberi respon, dsb.

A.G

Page 3

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

(a) Instrumen menangkap informasi Instrumen untuk menangkap informasi yang kita miliki, sungguh kompleks, baik dari ragam, mekanisme, maupun fungsinya. Kita memiliki sekurangnya panca indera, indra penglihatan, pendengaran , penciuman, pengecapan dan perabaan. Mari kita melakukan telaahan sepintas pada kelima indra tersebut1

Indra penglihatan, yang merupakan indra utama yang menolong kita mengenali dan memahami dunia sekeliling kita. Bahkan Leonardo da Vinci, pelukis terkenal di dunia pernah berdecak kagum, hampir tidak bisa percaya bagaimana ruang begitu kecil bisa berisi semua citra di alam semesta? Sungguh menakjubkan. Itu semua bisa kita alami, karena instrumen mata kita yang luar biasa. Indra penglihatan manusia merupakan jaringan kom pleks dari ratusan juta sel yang beragam bentuk dan fungsinya, yang memungkinkan kita dapat menangkap dan membedakan cahaya, bentuk dan warna secara rinci.

Gabungan

sekitar 120 juta sel batang dan 7 juta sel kerucut memungkinkan kita menerima dan merekam cahaya, menangkap citra fisik dari luar yang berhenti di retina; untuk kemudian ditransfor masi kedalam pesan elektonik dan dilanjutkan ke sekitar satu juta serabut saraf di otak kita, yang akhirnya melemparkannya ke dalam visual kortex dan ............... muncullah keajaiban penglihatan. Sementara kerja kortexpun sungguh di luar yang dapat kita bayangkan; sekitar satu milyar pesan per detik diterimanya dari retina untuk diolah dan menghasilkan image penglihatan kita.

Indra pendengaran tidak kalah dahsyat rancangannya. Alat pendengaran manusia relatif kecil dengan kepekaan yang relatif kurang, dibandingkan beberapa machluk lainnya ( misalnya gajah, anjing,dst). Akan tetapi kita dapat menangkap nuansa perbedaan suara suara yang ada di sekeliling kita dengan begitu rinci. Saya bersyukur, dengan keterbatasan kepekaan tersebut, sebab tidak terbayangkan betapa menderitanya kita bila sedikit saja

1

Sumber untuk ulasan butir ini : buku �In His Image� dan ’ Fearfully and Wonderfully Made� yang sangat inspiratif dan indah, ditulis oleh kolaborasi seorang dokter ahli penyakit kusta, bedah tangan dan spesialis rehabilitasi medik -Dr Paul Brand dengan seorang jurnalis penerima enam penghargaan internasional ( Gold Medalion Award) - Philip Yancey .

A.G

Page 4

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

pendengaran kita lebih peka, maka gerakan molekul udara akan terdengar selalu berdesis ditelingan kita. ( Bandingkan terganggunya kita ketika ada setitik air masuk di telinga). Seperti halnya indra penglihatan, organ instrumen pendengaranpun luar biasa. Ketiga tulang mungil di telinga ( martil, landasan dan sanggurdi) bekerja keras berkolaborasi dengan berbagai irama dan tempo meneruskan sambil memperbesar getaran yang mereka terima dari gendang telinga ke organ Corti di telinga tengah. Sungguh indah transformasi dari molekul udara di luar ke getaran gendang telinga; kemudian hantaman mekanik ketiga tulang mungil dan berakhir di pusaran cairan, diterima sekitar dua puluh lima ribu sel receptor bunyi, yang bila terkena akan mengirimkan sinyal elektrik ke bagian auditory di otak, yang akan memberi makna dan emosi. Maka muncullah suara dengan makna dan perasaan iringannya. Lebih menakjubkan lagi setelah beberapa waktu berlalu, saya masih bisa kembali mendengar serangkaian nada bunyi yang pernah saya dengar lama sebelumnya, lengkap dengan makna dan perasaan iringannya. Seakan masih sedang berlangsung mekanismenya.

. Tidak kalah mencengangkan adalah indra penciuman, yang sanggup memberi dorongan untuk bertindak. Itu sebabnya ketika kita serius berkonsentrasi belajar, selalu mungkin terganggu hanya oleh harumnya bau makanan yang singgah di hidung, dan bisa membuat kita bertindak meninggalkan belajar dan pergi mencari arah datangnya keharuman tersebut; atau sebaliknya kala kita mencium bau busuk. Penciuman beroperasi melalui aksi kimia langsung yang dilakukan receptor olfaktori. Sel-sel tersebut melakukan pengujian kimiawi atas molekul apapun yang mengapung ke dalamnya. Dengan begitu kita dapat membedakan bau sesuatu dari bau lainnya, dan katanya kapasitas kemampuan manusia untuk membeda –bedakan, berkisar sekitar sepuluh ribu bebauan yang berbeda. Meski demikian, setiap orang berbeda-beda mengembangkan kemampuan tersebut. Disamping itu, sama hal nya dengan pendengaran, penciuman kitapun dapat bernostalgia, mencium bau tertentu yang berasosiasi dengan pikiran kita. Itu sebabnya kita dapat membayangkan enaknya kopi, sekali gus menghirup harumnya aroma kopi tersebut. Ketika kita mengingat kembali kenangan kunjungan kita di tepi pantai, di perkampungan nelayan, segera bau menyengat jemuran ikan kering tercium kembali.

A.G

Page 5

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Demikian pula halnya dengan pengecapan, meski sedikit berbeda cara kerjanya, tetapi amat mengesankan. Dalam keseharian, pengecapan ini nampaknya berkaitan erat dengan penciuman. Ketika hidung kita tersumbat, maka pengecapan kita juga tidak terlalu bisa merasakan lezatnya makanan. Papil pengecapan pada lidah menunjukkan struktur yang menarik, yang dilukiskan dengan sangat indah oleh Brand & Yansey, versi terjemahan bahasa Indonesianya saya kutipkan : ” Papil pengecapan lidah mengungkap struktur yang mengagumkan: bukit dan lembah-lembah yang dramatis, bungan-bunga kaktus, kumpulan tangkai-tangkai tinggi yang berayun-ayun, dedauanan eksotik. Mereka bekerja cukup baik untuk menjangkiti sebagian besar dari kita dengan selera makan yang bermacam macam dan ngidam yang tidak kenal puas.” (Brand & Yansey ( 2001b :134 ) .Namun demikian, untuk memicu papil pengecapan yang elok itu, dibutuhkan jumlah zat dua puluh lima ribu kali lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk memicu reseptor pen ciuman. Lebih lanjut umurnyapun tidak lama hanya bisa bertahan tiga sampai lima hari , lalu mati. Dengan begitu satu-satunya ‘pengalaman‘ rasa hanya ada di dalam otak. Itu sebabnya peng-alaman pengecapan tetap dapat merangsang enzim percernaan , seperti halnya aroma ikan yang sedang dibakar dapat membangkitkan rasa lapar.

Indra peraba, dengan organ kulit sebagai agen utamanya, juga luar biasa perancangan Nya. Kulit banyak memberi informasi tentang keberadaan tubuh seseorang, apakah ada gangguan penyakit, melalui warna warni yang sesuai dengan penyakitya., ataupun melalui sinyal-sinyal lain. Ketika Anda baru ‘begadang‘, maka kulit Anda akan mengekspresikan nya, begitu pula kulit akan mengumumkan apakah si pemiliknya rajin mandi atau tidak. Selain itu kulit juga memberi informasi tentang dunia dalam kita, tentang kegundah-gulanaan ataupun kebahagiaan kita. Dalam hal ini seakan kulit kurang bisa diajak kompromi untuk menyembunyikan perasaan.

Padahal berat kulit hanya sekitar empat kg, hadir dalam

konfigurasi yang utuh membungkus tubuh, tetapi sebenarnya terdiri dari sambungan aplikasi beragam macam kulit sesuai posisi dan perannya. Gurat-gurat halus melintang di kulit kita memberi tekstur dan kekuatan untuk daya cengkeram. Satu hal menarik dengan guratan halus di ujung-ujung jari kita, tidak ada manusia yang punya guratan yang sama, padahal

A.G

Page 6

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

hanya selebar kurang lebih dua cm persegi, sejagat raya tidak ada yang sama . Setiap individual manusia punya konfigurasi guratan tersendiri, seakan stempel dari Penciptanya.. Jadi kehadiran kulit selain untuk mengemas tubuh, tetapi juga memberi informasi vital yang kita dapat dari dunia luar. Betapa aneka ragamnya informasi yang datang dan merangsang kulit, seperti angin, partikel, parasit, suhu dan perubahannya, cahaya dan radiasinya, dstnya.. Itu sebabnya di seluruh permukaan kulit tersebar receptor, yang kapasitas penerimaannya diperkuat oleh bulu bulu yang menyelimuti seluruh kulit.; dan juga terdapat sekitar setengah juta transmiter mungil, yang akan mengubah rangsang menjadi pesan siap kirim ke otak. Indra peraba ini, merupakan indra yang paling siaga selama kita tidur, dan paling menggugah emosional kita. Juga merupakan indra yang paling bisa diandalkan.

Menjadi jelas dari uraian kelima indra kita, bahwa perlengkapan, instrumen yang dibekalkan kepada kita untuk melakukan upaya mencari tahu dan menelaah menelusuri dunia, sangatlah mengagumkan, canggih , dahsyat. Jadi , daya cerap bagi kita belajar cukup besar, tinggal lagi apakah kita mempergunakannya ataukah tidak. Sebab kelenturan dan kepekaan alat-alat canggih tersebut, efektifitasnya tergantung dari pemanfaatan oleh yang bersangkutan.

(b) Instrumen pengolah informasi Kita baru saja selesai membahas instrumen untuk menangkap informasi, sekarang kita coba membahas instrumen pengolah informasi tersebut yaitu otak dengan segala perlengkapannya. Pertama, otak dibentengi dengan suatu ‘kubah‘ yang amat kokoh, kuat , nyaris tidak bisa ditembus, tertutup rapat dari berbagai gangguan dari luar; Padahal, didalam otak inilah tersimpan seluruh pengetahuan pemiliknya tentang dunia luar. Mahasiswa kedokteran mungkin hafal bahwa otak ini dibungkus 3 selaput pembugkus ( dura mater, arachnoid dan pia mater ). Otak yang nampak bergulung-gulung, dengan lanskap melekuk berkelok-kelok, dilintasi banyak garis merah dan biru saluran vital darah. Tampilan nya kelihatan lunak dan putih.

A.G

Page 7

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Otak tidak memiliki sensasi sentuhan atau nyeri, tetapi dengan rangsangan elektrik di area tertentu, sensasinya akan dirasakan di bagian tubuh lain yang berhubungan dengan area otak tersebut.

Dengan teknik semacam itulah, sedikit demi sedikit ahli anatomi bisa

membuat peta otak yang cukup memadai. Banyak riset telah dilakukan, terutama pada lapisan atas otak, korteks serebri. Ternyata kortex ini mengandung neuron-neuron yang menyaring, memilah, menggabungkan, dst yang pada dasarnya mengolah informasi yang masuk dari berbagai indra. Begitulah aktivitas belajar dan ingatan juga dilakukan pada kortex ini. Dengan perkataan lain, sejumlah besar populasi sel saraf hidup di lapisan ini. Sir Charles Sherrington mengelompokkan sel-sel saraf ini kedalam dua bagian, yaitu ‘jalan masuk‘- sel aferen , semua sel yang membawa impuls dari organ tubuh lainnya ke otak dan ‘jalan keluar‘- sel eferen., semua sel saraf yang membawa instruksi dari otak ke anggota tubuh..

Sebagai gambaran kerja otak, berikut ini disampaikan sejumlah data. Setiap detiknya ratusan juta pesan dimasukkan oleh serabut-serabut aferen kedalam otak, ditampung oleh se kitar hanya sepersepuluh dari satu persen sel-sel otak. Dua per sepuluh lainnya dari yang satu persen itu mengendalikan semua aktivitas motorik Selanjutnya diantara kedua kelom‘jalan masuk‘ dan ‘jalan keluar‘ tersebut terletak semua sel lainnya, yang bekerja sama dalam jaringan interkomunikasi maha luas2, yang memungkinkan proses pikiran dan kehendak be bas. Dibandingkan dengan jalur telepon, maka setiap sel saraf di otak memiliki sampai sepuluh ribu jalur pribadi. Di sepanjang jalur ini, dendrit-dendrit menjulur keluar mem bentuk hu bungan dengan neuron lain. Secara fisiologik, seluruh proses mental berasal dari sepuluh milyar sel ini, yang saling menyemburkan bahan kimia terhadap satu sama lain melintasi sinapsis. Bayangkan dalam satu milimeter kubik, seukuran ujung jarum, terkandung satu mil yar hubungan antar sel; satu gram jaringan otak bisa mengandung sekitar empat ratus milyar sambungan sinaptik. Jadi setiap sel bisa berkomunikasi dengan sel lainnya dengan kecepatan kilat. Pada saat tidurpun komunitas sel saraf tidak pernah berhenti ‘mengobrol‘. Otak adalah pusaran awan listrik potensial, yang setiap detiknya melakukan sekitar lima trilyun operasi

2

Menurut Ahli biologi J.Z Young jaringan ini menyerupai jaringan sepuluh milyar birokrat yang selalu saling menelpon untuk membicarakan rencana dan insatruksi agar Negara tetap berjalan baik.

A.G

Page 8

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

kimia. Segala sesuatunya berjalan cepat sekali, sehingga nyaris tidak kita sadari prosesnya. Misalnya saya memutuskan untuk menulis suatu kalimat, dalam sekejap otak mempertim bangkan pemikiran konsepnya, kosakata yang digunakan, lalu membuat instruksi ke organorgan bersangkutan (otot-otot, tendon, tulang yang diperlukan), kemudian mengkoordinasi kannya, sehingga terjadilah kita menuliskan suatu kalimat. Dan seterusnya, tanpa kita sadari proses yang sebenarnya rumit. Namun demikian, kapasitas kerja otak menjadi relatif dari orang ke orang, dipengaruhi oleh volume dan kualitas masuknya informasi yang disampaikan kepadanya untuk diolah. Semakin banyak dan variatif informasi yang perlu diolah, semakin berkembang perlengkapan otak terutama jumlah serabut dendritnya; semakin efisien pula kerja otak Sebaliknya otak yang tidak terlalu sibuk, memiliki dendrit-dendrit yang kuruskerontang (Jensen ,1996 : 144)

Oleh karena itu tidaklah heran apabila otak menggunakan seperempat dari seluruh oksigen yang dihirup pemilik tubuh itu, dan tanpa oksigen selama lima menit saja, otak akan lumpuh total-mati. Wajar sekali apabila setiap kita makan, seyog yanya kita mempertimbang kan asupan untuk otak, dan menghindari asupan yang sekiranya mengganggu kerja otak.

Dengan uraian tentang intrumen pengolahan informasi di otak kita, barangkali kita bisa sepakat bahwa perlengkapan untuk kita belajar sudah tersedia amat istimewa, tinggal lagi kita mau memanfaatkannya dengan sebaiknya, agar instrumen itu tidak mubajir.

(c) Instrumen untuk merespon Pikiran saja tidak cukup, kita membutuhkan tubuh yang mau bekerja sama dengan pikiran untuk menjalankan respons pikiran. Tubuh yang sehat, memiliki saluransaluran dari otak ke seluruh bagian tubuh, yang berfungsi baik; tetapi untuk bisa mengexpresikan diri dan berkomunikasi dengan lingkungan, tubuh masih membutuhkan komitmen dari sel-sel satuan untuk mau melakukan kehendak otak. Bila tidak demikian, timbul kerancuan. Tentu saja ada gerak lain yang bersifat refleksif, tetapi tanpa tujuan. Otak sehat menugaskan area-area tertentu untuk mengatur setiap bagian tubuh. Asosiasi antara A.G

Page 9

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

area otak tersebut dengan bagian tubuh yang bersangkutan akan terjalain semakin baik, sehingga bagian otak tersebut akan berisi semua asosiasi dengan bagian tubuh tersebut. Apabila karena satu dan lain hal ada gangguan pada bagian tubuh tersebut, sehingga kita harus mempergunakan bagian tubuh lainnya ( misalnya tangan kanan ke kiri atau sebalik nya), maka perlu ada proses penyesuaian asosiasi baru. Setelah terbina asosiasi baru, akan kembali berlangsung dengan baik.

Dengan perkataan lain, kita dapat membiasakan

hubungan area otak tertentu dengan bagian tubuh kita, lewat pembelajaran.

Kita sudah secara sepintas membahas instrumen yang dibekalkan dalam tubuh kita, baik untuk mendaatkan informasi, mengolahnya dan juga untuk mengembalikan umpan balik dan respons. Dengan begitu menjadi jelas bagi kita betapa lengkap Sang Pencipta telah menyediakan segala sesuatunya untuk kita bisa belajar. Menjadi jelas pula sepanjang hidup kita tidak pernah bisa berhenti belajar. Terpulang kepada kita, kita mau belajar menjadi apa, atau menjadi siapa. Cetak birunya ada pada Yang Empunya kita, barangkali mencari tahu cetak biru merupakan langkah strategik (wisdom) apabila kita hendak hidup berhasil, sukses dipandanganNya.

1. 4 Belajar punya kadar dan kualitas Setelah kita memahami bahwasanya belajar adalah panggilan hidup, telah mengenali pula instrumen belajar yang dibekalkan di tubuh kita, kini kita telaah lebih jauh makna ‘belajar ‘ itu sendiri, apakah semua proses otak adalah ‘belajar‘ apa bedanya dengan latihan. Apa pula yang dihasilkan oleh proses belajar.

Sejak awal telah diuraikan bahwa seyogyanya kita mengisi hidup ini dengan berupaya menjadi orang ‘untuk mana kita telah diciptakan‘, yang dalam bahasa psikologinya A. Maslow: kita berupaya untuk bisa beraktualisasi diri. Bahkan lebih tepatnya seyogyanya kita berupaya meng-aktualisasi diri, yaitu berproses menjadi orang yang kita bisa menjadi, yang menurut bahasa agama sesuai fitrah, sesuai ‘blue print‘ yang sudah dirancang Pencipta. Jadi kata kuncinya adalah kita belajar dalam proses menjadi, belajar menjadi. saya A.G

Page 10

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

sebagaimana Ia maksudkan. Kepada saya dibekalkan sejumlah potensi (bisa saya telusuri), sejumlah bakat/talenta ( bisa saya kenali), sejumlah peluang ( seringkali tidak saya kenali, sehingga tidak tertangkap). Lalu untuk apa semua itu dibekalkan kepada saya? Pertanyaan menggelitik kesadaran ini, bisa memandu kita untuk mencari tahu kita perlu belajar menjadi saya yang bagaimana.

Ignas Kleden mempertajam insight saya tentang belajar ketika ia menunjukkan kelebihan manusia dari binatang yaitu, bahwa manusia bisa belajar tentang sesuatu dan belajar menjadi dirinya sendiri. Sedangkan binatang bisa belajar, tetapi tidak bisa belajar tentang apalagi belajar menjadi. Lebih jauh Kleden mengutarakan bahwa ‘belajar‘ berarti mempraktekan sesuatu, sedangkan ‘belajar tentang‘ untuk mengetahui sesuatu.

Selama

pengetahuan yang dihasilkan dari belajar belum diberi nilai guna manfaat, dijadikan milik alaminya, maka selama itu masih merupakan hasil ‘belajar tentang‘. Sebagai ilustrasi dapat diutarakan sebagai berikut : Saya belajar tentang ’permainan sepak bola’, berarti

saya mempelajari teori

permainan sepak bola, bahwa sepak bola dimainkan oleh dua kelompok yang saling berhadapan. Masing-masing kelompok terdiri dari sebelas orang, dengan sejumlah peran, bentuk lapangannya, aturan permainannya, dst dst. Hasil belajarnya adalah saya memiliki pengetahuan tentang permainan sepak bola. Saya juga bisa belajar tentang bagaimana bermain sepak bola ; berarti saya mempelajari bagaimana cara membawa bola, menendang bola agar bisa masuk ke gawang, dengan sudut tendang berapa derajat, dan kecepatan berapa. Apa dan bagaimana cara menjaga gawang supaya tidak kebobolan tendangan lawan, bagaimana cara menghalangi gerak lawan, bagaimana cara merebut bola dari kaki lawan, dst. Apabila saya mempelajari semua itu dari buku, atau dari penjelasan verbal sesorang, tanpa saya melakukannya sendiri, maka berarti saya masih tetap belajar tentang. Apabila saya langsung praktek bermain sepak bola, sambil dikoreksi, dilatih, maka berarti saya belajar bagaimana bermain sepak bola. Namun demikian, tidak semua orang yang bermain sepak bola bisa menjadi pemain sepak bola., hanya mereka yang belajar menjadi pemain sepak bola-lah yang bisa menjadi pemain sepak bola. Dalam hal ini bukan hanya wawasan (knowledge), dan

A.G

Page 11

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

atau keterampilan ( technical know how), tetapi disamping keduanya termasuk juga kebijaksanaan (wisdom), sikap mental ( mind-set) dan moralitas, sportifitas, dll. Selanjutnya, menurut Andrias Harefa ( Harefa, 2005) ‘pengajaran‘ membawa orang pada belajar tentang, sedangkan ‘pelatihan‘ memandu orang belajar, sementara ‘pembelajaran‘ memungkinkan orang belajar menjadi. Lebih jauh , lanjut Harefa, belajar tentang memerlukan mengetahui diri, belajar membutuhkan praktek, sedangkan belajar menjadi butuh perenungan diri.. Kita bisa ‘belajar menjadi‘, apabila kita mengetahui mau menjadi orang yang bagai mana. Hal ini bisa diketahui, apabila kita mau bertanya pertanyaan mendasar, mengapa saya dilahirkan, untuk maksud apa saya diciptakan, bagi siapa sebenarnya kehadiran saya di dunia ini, dst; Mengingat hidup ini dipertanggung jawabkan kepada Yang Empunya.

Dengan

perkataan lain, kita perlu menentukan kedaulatan atas diri saya ada pada siapa ( Siapa) ? Jawaban atas pertanyaan ini, akan membawa kita menentukan tujuan hidup kita. Hal ini penting. Selanjutnya, tujuan hidup inilah yang akan memandu kita untuk mengisi kehidupan dengan berbagai kegiatan (action) yang pada hakekatnya ‘belajar menjadi‘. Hanya apabila kita mempunyai kejelasan tentang tujuan hidup ini, maka kita bisa selektif dalam memilih apa yang seyogyanya kita belajar, apa yang perlu kita ‘belajar tentang‘, dan kesemuanya dalam rangka kita ‘belajar menjadi‘ apa yang kita tuju. Dengan begitu pula kita menjadi tahu bagaimana meletakan prioritas-prioritas sehingga kitapun bisa mengatur alokasi waktu, dsb. Pada intinya kata kunci untuk bisa belajar menjadi, kita memerlukan mengkolaborasikan ketiga ranah di diri kita, ranah spiritual, ranah mental dan ranah fisik.

Kembali kepada hakekat belajar di perguruan tinggi , seyogyanya mencakup ketiga jenis belajar tersebut. Dengan demikian bisa dihasilkan alumni yang siap belajar menjadi. Basic Study skills, merupakan skill dasar untuk bisa melakukan belajar tentang, belajar dan belajar menjadi, siap mengikuti pembelajaran ( education).

A.G

Page 12

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

1. 5 Pembelajaran dimulai di keluarga Pada hakekatnya, pertumbuhan dan perkembangan manusia, merupakan hasil interaksi antara apa yang ia bawa sejak lahir (bakat, potensi) dengan apa yang ia peroleh dari tanggapannya terhadap lingkungannya, yang seyogyanya terus menerus di ‘up-dated’. Kebanyakkan dari apa yang kita miliki saat ini, dasar (basic) nya merupakan hasil perolehan belajar kita di usia Balita (Fulghum, R, 1994). Itu sebabnya penting sekali proses belajar semasa Balita.

Dalam suatu keluarga, kehadiran seorang anak (bayi), bahkan sejak

kehadirannya sebagai foetus (janin), seluruh keluarga seyogyanya berada dalam proses pembelajaran, Calon Ayah belajar menjadi Ayah, calon Ibu belajar menjadi ibu, kakak, nenek, kakek, semuanya melewati proses pembelajaran masuk kedalam posisi dan perannya.. Sayangnya, dalam kenyataan banyak orang tua yang tidak sempat melakukan proses pembelajaran menjadi orang tua, sehingga tentu saja berdampak pada pendidikan anakanaknya. Sedangkan proses belajar si anak, dari sejak masih dalam kandungan, lahir, masa bayi dilanjutkan masa kanak-kanak dan bahkan hingga masa remaja, banyak tergantung kepada orang-orang dewasa disekitarnya. Perlu ada ‗Asih-Asah-Asuh’ . Selain itu, semasa Balita ini, perlu sekali kita belajar fleksible dan keterampilan untuk meng-updating’ hasil belajar yang kita punya. Artinya keluwesan, keterbukaan dan kelincahan dalam belajar.

Lebih jauh, saya meyakini ( berharap Anda juga sama meyakini) bahwa kehadiran kita di keluarga kita masing-masing, bukanlah sesuatu yang kebetulan, tetapi merupakan kehendak-pilihan Sang Pencipta - Yang Maha Arif, dalam kaitan kesesuaian dengan ‘blue print‘ kita.

Tersirat pengertian bahwa keluarga dimana kita di‘hadir‘kan merupakan

lingkungan pertama yang seyogyanya kondusif untuk proses kita belajar menjadi apa yang ada di ‘blue print‘ kita. Bila demikian halnya, maka institusi pertama dan utama dalam hal pembelajaran adalah keluarga.. Tanggungjawab pembelajaran anak-anak, sebelum mereka bisa mandiri adalah keluarga. Sekolah bisa menambahkan, melengkapi, tetapi tidak bisa menggantikan peran keluarga. Setelah anak tersebut akil-balik, maka mereka sudah mulai bisa bertanggung jawab atas upaya pembelajaran dirinya.

Mahasiswa seyogyanya telah

mulai dewasa, sehingga tanggung jawab pembelajarannya ada pada mahasiswa sendiri.

A.G

Page 13

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Fihak lain, orang tua, dosen, teman hanya bisa memberikan pendampingan dalam upaya pembelajaran tersebut.

Namun pada kenyataannya banyak keluarga yang belum tuntas mengantar anakanaknya untuk bisa bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya. Banyak orang, termasuk mahasiswa bahkan dosen yang belum sepenuhnya memiliki skill untuk belajar menjadi, banyak pula yang belum siap untuk belajar dan masih canggung dalam belajar tentang.. Pelatihan Basic study skill merupakan salah satu upaya untuk melengkapi kita masingmasing dengan skill yang diperlukan. Asumsinya Anda telah memiliki sedikit modal untuk belajar menjadi, kemudian belajar skill untuk keperluan belajar tentang.

Harapan yang

tersirat setelah paham pengetahuan akan skill tersebut, Anda mau mempraktekannya. Dengan begitu, Anda akan memiliki skill tersebut. Dengan kelengkapan lainnya, sebagai hasil belajar tadi, Anda akan gemar belajar, lebih terarah lalu Anda akan semakin mahir dan lancar belajar menjadi. diri Anda

sebagaimana dimaksudkan Sang Pencipta dalam

penciptaan Anda.

Sebelum kita menutup bagian pertama ini, kiranya kita dapat selalu diingatkan bahwa jalannya pembelajaran seyogyannya bermula dari kebijaksanaan hakiki (wisdom) yang merupakan ranah spiritual, berlanjut pada pemahaman (understanding), yang bisa kita peroleh melalui memaknakan penginderaan kita dari karya Sang Pencipta, barulah kita mendapatkan pengetahuan ( knowledge.).

A.G

Page 14

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Bagian 2

Dinamika Perilaku Belajar 2.1 Pendahuluan Ada banyak teori yang menjelaskan tentang dinamika perilaku belajar.

Namun

sebagaimana kami paparkan sebelumnya, kami memilih model perilaku belajar ’bio-psycho logik’ dari Eric Jensen ( Jensen, 1996). Model ini cukup lengkap, dapat mewadahi berbagai kecenderungan pola belajar manusia.. Pada intinya, model ’bio-psychologik’, menyatakan bahwa perilaku belajar selalu dalam konteks tertentu, dimana asupan belajar (input) diolah dalam proses-nya menghasilkan alternatif luaran, yang pilihan final-nya ditentukan melalui sistim saringan (filter) yang dianut oleh individu bersangkutan. Dengan demikian, ada empat aspek utama yang membangun sekaligus membedakan perilaku belajar sesorang dengan orang lainnya, yaitu (1) konteks belajar, (2) asupan belajar, (3) cara mem-proses asupan dan (4) sistim penyaringan respons. Bagian kedua dari modul MD-02 ini membahas keempat aspek tersebut dalam dinamikanya..

2.2 Belajar selalu dalam konteks Setiap kali orang belajar, ia selalu berada dalam konteks tertentu, yaitu kondisi yang melingkupi proses belajarnya.. Konteks ini memberi corak kepada proses belajarnya, secara berbeda-beda tergantung kecenderungan yang ada pada orang tersebut. Sekurangnya dapat dipilah dalam empat variabel, yaitu (1) lingkup belajar; (2) area belajar, (3) teman belajar dan (4) pemicu belajarnya.

(1) Lingkup Belajar Variabel pertama yang membangun konteks belajar adalah lingkup belajar, yang mempunyai dua kutub yaitu ‗Field dependent’ dan Field independent’. Sebagian orang lebih memilih belajar dalam kondisi alamiahnya, pada kehidupan nyata, di lapangan; mereka disebut ‗Field dependent’. Sebagian lainnya tidak ter lalu mempersoalkan lingkungan, di

A.G

Page 15

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

mana dan dari mana pun mereka bisa belajar, bisa dari kenyataan hidupnya, tetapi bisa juga dari hasil olah orang lain seperti dari komputer, buku, dst. Mereka dikategorikan sebagai ‗Field independent’

(2) Area belajar Variabel kedua adalah tempat/area belajar dengan kutub fleksibel di satu sisi dan kutub terstruktur di sisi lain. Sejumlah orang bisa fleksibel belajar di mana saja, bervariasi tidak harus pada area tertentu. Mereka tergolong dalam kutub ‗Flexible environment’. Sedangkan sejumlah lainnya baru bisa belajar, pada area tertentu. Dengan perkataan lain mereka membutuhkan lingkungan yang tertentu, dengan aturan tertentu. Dalam variabel area belajar, mereka termasuk dalam golongan ‗Structured environment’

(3) Teman belajar Teman belajar juga merupakan variabel ketiga yang membangun konteks belajar. Sekelompok orang cenderung lebih efektif belajarnya, apabila mereka sendirian, dan mereka digolongkan sebagai orang yang ‘independent’.

Sementara sebagian orang lain, lebih

memilih belajar bersama teman, apakah berpasangan atau dalam kelompok kelompok kecil, karena merasa lebih bisa efektif beljar bersama teman. Mereka tergolong sebagai ‘dependent’. Sedangkan kelompok lainnya lagi, mereka bisa belajar baik sendiri maupun bersama teman, dan mereka digolongkan sebagai kelompok yang ‗interdependent’

(4) Pemicu Belajar Variabel keempat adalah pemicu belajar. Sebagian orang bisa atau tidak bisa belajar nya terpengaruh oleh siapa yang memberi pelajaran, artinya tergantung pada kualitas hubungan dirinya dengan orang yang mengajar.

Mereka digolongkan dalam kelompok

‗Relationship driven’, sementara kelompok lainnya yang disebut ‗Content driven‗, semangat belajarnya lebih terpacu oleh isi subyek yang dipelajari, yang mereka anggap penting; mereka tidak terlalu mem persoalkan siapa yang memberikan pembelajaran..

A.G

Page 16

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

2.3 Pilihan asupan belajar - input. Berkenaan dengan asupan belajar, orang bisa mengindera dari luar, tetapi juga bisa dari dalam. Sesuai dengan jumlah indera kita, maka sekurangnya ada lima type asupan, yaitu visual melalui penglihatan, auditory melalui pendengaran, kinesthetic melalui perabaangerakan, olfactory melalui penciuman dan gustatory melalui pengecapan. Bahkan ada pula yang menganggap lebih dari kelima asupan diatas, seperti ; vestibular- gerakan-gerakan otot berulang, magnetic – orientasi yang bersifat feromagnetic, ionic – charges atmosfir elektrostatik, geogravimetric – merasakan perbedaan massa , proximal – kedekatan secara fisik, dst. Namun demikian, yang umum dipergunakan orang dalam belajar adalah tiga asupan yang pertama, yaitu visual, auditory, dan kinesthetic

(1) Asupan visual – external atau internal Variabel asupan visual, mempunyai dua ktub, yaitu kutub eksternal, dari luar ke dalam diri, sedangkan kutub internal, kebalikkannya dari dalam terlebih dahulu . Ada orang yang belajar melalui asupan ‗Visual eksternal’, yaitu melalui apa yang dilihatnya, kontak dengan lingkungan yang terlihat olehnya, kontak dengan presenter, dosen atau fasilitator dan juga teman-temannya, kontak dengan bacaan dari buku atau bahan lainnya; kemudian ia akan membentuk ‗mental image’ dalam pikirannya. Sebaliknya, ada juga orang yang lebih berorientasi pada Visual internal, melihat melalui pembayangan di pikirannya terlebih dahulu, dalam hal ini ia membutuhkan persiapan kajian di pikirannya sebelum bahan asupan tersebut disajikan. (2) Asupan auditory – external atau internal Ada dua kemungkinan bagi variabel asupan auditory , eksternal mendengar dari luar, dan internal lewat percakaan kalbu. Sejumlah orang cenderung belajar dari asupan Auditory eksternal : misalnya dengan mendengarkan apa yang dikuliahkan, berdiskusi, meminta pendapat teman,dst. Kemudian ia akan mendengar ulang ( replay) di pikirannya. Mereka lebih senang dibacakan ketimbang baca sendiri. Biasanya mereka lebih berorientasi social . Pada umumnya mereka agak kesulitan dalam mengikuti pelajaran ‗mathematik‘

A.G

Page 17

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

ataupun pelajaran menulis- ‗writing‘

Sebaliknya, ada orang yang lebih berorientasi pada

Auditory internal, mereka cenderung melakukan percakapan kalbu sebelum belajar.

(3) Asupan Kinestetik - kinestetik taktil atau Kinestetik internal Variabel Asupan kinestetik, juga mempunyai dua opsi, yaitu kinestetik taktil yang diperoleh dari pengalaman kongkrit, dan Kinestetik internal yang lebih berorientasi pada intuisinya. Sejumlah orang terbiasa belajar dengan asupan melalui Kinestetik taktil, sehingga mereka lebih suka input yag bersifat fisik — mengalami sendiri secara kongkrit apa yang mereka pelajari , lewat aktivitas kelas, jadi ‗learning by doing’ , lewat experiental learning atau lewat praktikum. Di fihak lain,

ada orang-orang yang lebih ‗kinestetik

internal’ : lebih suka secara intuitif, lewat film, ada cerita, ada perasaan, kena dihati, dst; Mereka lebih tertarik pada ‘cues‘ yang bukan verbal ( tone, tempo, posture, gesture, expresi, dst.) yang juga bisa dicapai lewat experiental learning. Mereka cenderung lebih memperhati kan cara bagaimana sesuatu disampaikan/dilakukan ketimbang isi penyampaiannya.

2.4 Mem-proses Asupan. Dalam memproses asupan belajar, type orang juga berbeda-beda. Setidaknya dapat dipilah kedalam empat tipe, Yaitu (1) tipe global, (2) tipe keurutan, (3) tipe konseptual dan (4) tipe kongkrit. Berikut kita bahas satu persatu.

(1) Kelompok global - Contekstual globnal : Orang-orang yang tergolong dalam kelompok ini, biasanya memproses asupan informasi secara keseluruhan ( overview) terlebih dahulu, jadi cenderung gestalt, holistik, dan lateral. Mereka mencari visi tematik, tujuan dan relevansi terlebih dahulu. Dengan demikian, mereka lebih terbiasa menggunakan belahan otak kanannya.

(2) Kelompok keurutan - Sequential detailed Mereka yang tergolong dalam kelompok ini, memproses asupan informasi secara bertahap sesuai

A.G

keurutan, jadi cenderung linier. Biasanya mereka kuat dalam

Page 18

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

matematik, computer, bahasa, dsb yang membutuhkan keurutan berpikir. Pada umumnya mereka lebih memanfaatkan belahan otak kirinya . (3) Kelompok Konseptual Mereka yang tergolong dalam kelompok ini, biasa memproses asupan informasi dari buku, artikel, internet, gagasan, perckapan,dsb . Mereka lebih senang memproses secara abstrak di pikiran mereka, bermain dengan idea, tetapi tidak begitu suka berbuat, bertindak atau bergerak.

(4) Kelompok Kongkrit Orang-orang di kelompok ini lebih senang memproses objek yang bisa secara kongkrit mereka indera, raba, lihat dan tangani secara nyata. Pada umumnya mereka lebih menyukai segala sesuatu yang membutuhkan gerak tubuhnya.

2.5 Hasil Proses akan melalui saringan respons Setelah asupan diproses, diolah akan dihasilkan ‗bakal respon‘. Bakal respon ini akan melalui suatu saringan/ayakkan respon, barulah menjadi respon. Dengan perkataan lain respon belajar seseorang, selain ditentukan oleh prosesing dari asupan informasi, ditentukan juga oleh saringan atau ayakkan respon yang dianut/dipakai oleh yang bersangkutan. Saringan respon ini berbeda-beda, tergantung dari tipenya. Sekurangnya ada 3 macam perangkat saringan, yaitu (1) Rujukan eksternal/internal, (2) kecenderungan menyepakati /menyandingi dan (3) impulsive/reflektif (1) Rujukkan eksternal atau rujukan internal, Salah satu saringan adalah apa yang menjadi rujukan orang bersangkutan. Dalam hal ini ada orang yang ber-respons atas dasar apa kata orang, apa harapan orang lain. Mereka sangat mempertimbangkan etiket, nilai-nilai kekeluargaan, dst. Mereka tergolong pada kelompok dengan saringan rujukan eksternal - ‗externally reference’

A.G

Page 19

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Di fihak lain ada orang yang rujukkannya lebih ke dalam dirinya (internal). Artinya respon didasarkan pada nilai-nilai yang dianutnya, bisa saja berbeda dari nilai-nilai yang dianut masyarakat sekelilingnya. Kelompok ini disebut ‗internally reference’ .

(2) Kecenderungan menyepakati atau menyandingi Saringan berikut berdasarkan kecenderungan yang sudah terpola pada diri yang bersangkutan, ada yang berkecenderungan menyepakati, ada pula yang cenderung menyandingi. Dalam hal ini, sejumlah orang saringan responnya didasarkan pada kecende rungannya untuk menyetujui/menyekapati orang lain, selalu ingin lebih konform dengan lingkungan, meski hasil prosesingnya bertentangan dengan hal tersebut. Mereka disebut golongan ‘matcher’. Sementara kelompok lainnya disebut ‗Mis-matcher ‘,

cenderung

memberi respon dengan merujuk pada perbedaan, bersikap skeptik, cenderung ingin menemu kan kekecualian, terobosan, dst. Mereka tidak semata-mata ingin ber-oposisi, tetapi ingin tampil berbeda dari yang lainnya.

(3) Kecenderungan cepat atau lambat : reaksi impulsive atau reaksi reflektif Saringan berikutnya adalah tempo reaksi, ada yang cenderung cepat bereaksi – impulsif , tetapi ada juga yang biasa bereaksi lambat- penuh pertimbangan – reflektif. Artinya, sejumlah orang cenderung cepat merespons, walaupun responsnya lebih pada ’trial & error’, tetapi cepat dan segera. Mereka disebut ‗impulsive experimental’. Di fihak lain, sejumlah orang lainnya, lebih lambat merespons, karena mereka lebih bersifat ‘Analytical reflecktive’ , merespons didalam terlebih dulu, baru kemudian direfleksikan. Dengan perkataan lain, mereka membutuhkan jedah waktu untuk bisa mengeluarkan respon.

Demikian uraian keempat aspek yang membangun sekaligus membedakan dinamika perilaku belajar orang perorang.

Keempat aspek tersebut saling berkaitan membentuk

model belajar ‘bio-psikologik‘.

Dapat digambarkan sebagaimana tertera pada halaman

berikut :

A.G

Page 20

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Diagram MD02 - 1 : Skema Model Dinamika Perilaku Belajar ( dirancang sesuai teori Jensen, 1996 : -129-141)

A.G

Page 21

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Bagian – 3 Faktor Berpengaruh terhadap Belajar 3.1 Pendahuluan Ada sejumlah faktor dalam diri manusia, yang diyakininya berpengaruh dan memang dapat berpengaruh, baik dalah arah positif, maupun arah negatif. Faktor tersebut dapat dikelompokan kedalam sejumlah kategori yaitu: (1) hal-hal yang bersifat intuitif – emosional, (2) hal-hal logik-kritikal, (3) Hal-hal yang me nyangkut Moral ethik, (4)Hal –hal yang berkaitan dengan biologik-medik‘ (5) Hal-hal yang menyangkut aspek socio-kultural dan (6) Hal-hal yang berkaitan dengan kelembagaan-fisikal; dalam kadar yang tepat dapat berdampak positif terhadap kegiatan belajar. Akan tetapi mankala kadarnya sudah berlebih dari yang sepantasnya, akan menimbulkan dampak negatif, bahkan dapar merupakan penghambat belajar. Baiklah, kita telaah satu persatu.

3.2 Hal-hal yang bersifat Intuitif – Emosional Pada dasarnya individu (Anda, saya) mempunyai kekhawatiran, ketakutan, kepedulian, keprihatianan, dan berbagai perasaan lainnya. Sebagai ilustrasi seseorang, siapapun dia mempunyai sejumlah kekhawatiran, kuatir penampilannya tidak menarik, kuatir tidak bisa menjawab, dsb. Dalam kadar yang tepat , kekuatiran ini akan mendorongnya untuk belajar dengan sungguh-sungguh, bagaimana berpenampilan baik, iapun belajar bahan kuliah, sehingga apabila berada di kelas ditanya dosen, ia bisa menjawab. Namun demikian, manakala kekhawatiran itu dirasakannya dalam kadar dan intensitas yang berlebihan, maka hal itu akan memberikan tekanan (stress) yang bukan lagi mendorong nya untuk belajar, tetapi justru menghambatnya, sehingga ia tidak bisa belajar.

3.3 Hal-hal yang bermatra logik-kritikal Peserta belajar telah membangun seperangkat keyakinan akan kemampuan dirinya, sejak kanak-kanak, dari hasil interaksinya dengan orang-orang yang signifikan bagi dirinya,

A.G

Page 22

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

seperti orang tua, teman dekat, guru favorit, dst) Apabila selama ini ia) mendapat masukkan bahawa ia belum cukup mampu, mendapat umpan balik bahwa hasil belajarnya masih kurang, maka ia bisa terpacu untuk belajar agar dapat meningkatkan hasil belajarnya. Akan tetapi apabila ia seringkali mendengar ungkapan dari orangorang dekat yang signifikan baginya, yang pada dasarnya menunjukkan ia tidak mampu, maka ia cenderung yakin benar bahwa memang dirinya tidak mampu, dan tentu saja belajarnya menjadi terhambat.

3.4 Hal-hal menyangkut Moral ethik Banyak hal yang menyangkut moral dan etika ini, misalnya nilai-nilai yang dianut keluarga, nilai-nilai keyakinan agama, dan berbagai nilai yang dianut komunitasnya.Sebagai ilustrasi ada banyak keluarga meyakini bahwa ‖ belajar merupakan upaya serius yang membutuhkan perjuangan‖. Dengan demikian dalam keluarga itu perilaku belajar perlu ‘terbaca‘ keserius-an dan kerja-keras. Sehingga apabila salah seorang anggota keluarganya, yang karena ia pintar, belajarnya relax dan cepat, maka keluarganya menjadi kuatir, sebab mereka menduga anak tersebut belum sungguh-sungguh belajar, sehingga mereka menegur, menasehati bakan memarahinya. Apabila hal ini banyak kali terulang, maka teguran/nasehan tersebut bukan lagi sebagai pendorong, tetapi malah sebagai penghambat.

3.5 Hal berkaitan dengan biologik-medik Dalam kelompok ini, bisa kita perhatikan aspek-aspek nutrisi, biochemistri dan berbagai keidak berdayaan. Belajar sangat bermatra biologikal dan biochemical. Asupan makan an amat berpengaruh pada perilaku belajar. Begitu juga minuman dan obat-obatan. Oleh karena itu , berupayalah mendapatkan informasi dan belajarlah tentang asupan nutrisi yang seimbang, dan mana yang dibutuhkan otak ketika belajar/berpikir, terutama dalam minggu-minggu Anda ujian.

A.G

Page 23

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

3.6 Hal-hal yang menyangkut aspek socio-kultural Ada banyak aspek sosial kulturan yang mempengaruhi mekanisme dan gaya belajar seseorang. Misalnya pilihan mata kuliah favorit seringkali dipengaruhi oleh nilai-nilai kultural. Sebagai ilustrasi, banyak orang cenderung memilih masuk fak Kedokteran, sebab menjadi dokter mempunyai status sosial yang baik, selain juga status ekonomiknya. Seringkali orang tua kurang mempertimbangkan kemampuan si anak, bakat dan mintanya. Ilustrasi lain orang sering melihat dengan penuh tandatanya apabila mengetahui ada seorang anak perempuan yang menyukai matematik, suka berdiskusi politik, dst. Sebaliknya banyak juga orang heran mengapa ada lelaki yang mengambil jurusan sastra atau Psikologi Perkembangan, atau Fak kedokteran, jurusan keperawatan.

3.7 Hal-hal yang berkaitan dengan kelembagaan-fisikal Ada hal-hal yang tidak tergolong kedalam kelima hal di atas, dan lebih bersifat pribadi, seperti peserta belajar menghadapi situasi diskriminasi, karena ia tergolong minoritas di kelasnya ( bisa financial, agam,a ataupun suku bangsa ataupun karena memiliki keterbatasan/cacat fisik)

Dari uraian diatas, kiranya dapat kita pahami bahwa keberhasilan belajar bukan hanya ditentu-kan oleh potensi atau motivasi saja, tetapi juga bisa jadi prestasi belajar menurun disebabkan hambatan-hambatan di atas, yang kadangkala tidak begitu mudah dideteksi. Oleh karena itu, para peserta belajar perlu menyadari apoa yang sedang terjadi di dirinya. Temukan adakan hambatan di atas berlaku pada Anda ?! Apabila ragu-ragu, Anda bisa mendapatkan bantuan konsultasi dengan sejumlah konselor Akademik. Bisa meminta bantuan Penasehat Akademiknya ataupun datang di Pusat Bimbingan dan Konseling UNHAS, untuk berdiskusi dengan konselor /psikolog yang ada di Lembaga tersebut.

A.G

Page 24

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Bagian 4

Rangkuman Baiklah, para peseta belajar, pada modul MD-01 ini, kita sudah mempelajari beberapa hal tentang perilaku belajar. Telah kita phami bahwa pada hakekatnya belajar merupakan proses yang bersifat kumulatif dan holistik, berlangsung sejak kita lahir hingga sesaat menjelang ajal tiba. Dengan demikian kita perlu selalu meng-‘updated‘ hasil belajar kita dari waktu ke waktu. Kitapun menyadari bahwa tubuh kita diperlengkapi dengan amat canggih berbagai instrumen untuk belajar, menangkap informasi, mengolah dan memproduksi respon kembali. Kitapun menyadari bahwa pada hakekatnya kita perlu memiliki tujuan hidup agar kita dapat menata diri untuk ‘belajar menjadi‘ seseorang yang dimaksudkan oleh kelahiran kita, untuk itu kita perlu ‘belajar‘ dan ‘belajar tentang‘ segala sesuatu yang diperlukan.

Kitapun telah memahami bahwa bagaimana kita belajar dapat dilihat melalui suatu model teoretik, yang salah satunya adalah model Bio-psikologik, yang pada intinya mengemukakan bahwa Belajar selalu berlangsung dalam suatu konteks, yang amat mempengaruhi proses belajar. Setidaknya dapat dikemukan lingkup belajar, area belajar, teman belajar dan pemicu belajar, sebagai konteks . Setiap orang memiliki preferensi berbeda dalam keempat konteks tersebut.

Lebih lanjut, belajar membutuhkan asupan, melalui indera kita. Ada orang yang lebih menyukai asupan visual melalui penglihatan, ada pula yang auditory melalui pendengaran, atau kinesthetic

melalui perabaan-gerakan, olfactory melalui penciuman dan gustatory

melalui pengecapan. Namun demikian yang umum dipergunakan orang dalam belajar adalah tiga asupan utama, yaitu visual, auditory, dan kinesthetic

Selanjutnya asupan itu diproses, dan masing-masing individu memiliki gaya proses yang berbeda-beda. Ada yang memprosesnya secara global; Ada yang berdasarkan keurutan, ada juga yang lebih memilih hal-hal konseptual; tetapi juga ada yang memproses hanya yang kongkrit.

A.G

Page 25

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Hasil proses ini, merupakan bakal respon yang akan menjadi respon setelah melewati ayakan/ saringan. Setiap orang punya kecenderungan saringan mana yang diterapkannya. Ada yang mempergunakan Rujukan eksternal ataupun internal, sebagai saringan; adapula yang memakai kecenderungan - menyepakati ataupun menyandingi dan dilihat dari waktu reaksinya, ada yang cepat, segera - impulsive, ada juga yang butuh waktu – reflektif.

Kitapun telah memahami ada sejumlah faktor yang dapat memacu ataupun menghambat prosebs belajar kita antara lain : (1) hal-hal yang bersifat intuitif –emosional, (2) hal-hal logik-kritikal, (3 Hal-hal menyangkut Moral ethik, (4) hal berkaitan dengan biologik-medik‘ (5) Hal-hal yang menyangkut aspek socio-kultural dan (6) Hal-hal yang berkaitan dengan kelembagaan-fisikal; Dengan mengetahui potensial hambatan ini, kiranya para peserta dapat lebih mawas diri terhadap faktor-faktor tersebut, sebab seringkali tidak begitu mudah untuk mendeteksinya.

7. PENUTUP Selanjutnya sebagai tugas di rumah, cobalah Anda renungkan bagaimana makna belajar bagi Anda selama ini ? apakah hanya ‘belajar tentang‘, ‘belajar‘ ataukah sampai ‘belajar menjadi‘.; Bagaimana mekanisme belajar Anda selama ini ? Terapkan ke dalam model, maka Anda akan memperoleh pola belajar Anda. Sebagaimana telah kita bahas, bahwa pilihan pola belajar karena kebiasaan yang sudah lama kita lakukan. Di SLTA, kemungkinan besar pola belajar Anda terbina karena interaksi sistim pembelajaran di kelas. Nah di Perguruan Tinggi, Anda akan melihat bahwa pola belajar yang Anda miliki selama ini boleh jadi tidak sesuai dengan tuntutan pelajaran maupun proses pembelajaran di ruang kuliah. Dengan demikian Anda perlu paham, dan secara sadar segera melakukan ‘updating’ pola belajar dan berlatih ke arah yang baru. Sulit? Ya segala sesuatu akan terasa sulit di awalnya, akan tetapi setelah beberapa saat Anda berlatih, pola baru itu akan sudah Anda miliki dan akan menjadi pola Anda sendiri, yang pada gilirannya perlu di upadeted lagi.

A.G

Page 26

Agustus 2011


TOT Basic Study Skills

Model Perilaku Belajar

Daftar Pustaka Beierlein, James G. & Wade, B.K., 2000, Navigating Your Future: Principles for Student Success, Houghton Mifflin Coy Buttler G & Hope T, 1995, Manage Your Mind , Oxford University Press, Inc. New York, USA Calne, Donald B, Within Reason – Rationality and Human Behavior, 1999, Vintage Books, New York Cameron, J (1992), ― The Artist ‘s Way – A Spiritual Path to Higher Creativity‖, Pan Books, London. Covey, S , ―Seven Habit” Foster, C (1994), ― Breaking Free from Your Past – How to Create A Life of Your Own”, Headway-Hodder & Stoughton, Scotland Fulghum, R, All I Really Need to Know I learned in Kindergarten - Uncommon Thoughts on Common Things , 1994, 3rd paper back edition , Harper Collins Publisher Goleman, D (1996), ― Emotional Intelligence – Why it Matter More Than IQ‖, paperback edition, Bloomsbury Publishing , Great Britain. ____________ (1998), ― Vital Lies, Simple Truths – The Psychology of Self Deception‖, paperback edition, Bloomsbury Publishing, Great Britain. _____________ (1999), ― Working with Emotional Intelligence‖, paperback edition, Bloomsbury Publishing, Great Britain. _____________ (2002), “ Healing Emotions‖, Interaksara, Batam Centre, Indonesia. Gunarya, A ( 1994 ), “Strategi Belajar di Perguruan Tinggi‖ , Ceramah Umum untuk Himpunan Mahasiswa Fak Teknik Jurusan Mesin., Univ. Hasanuddin ______________ ( 1997 ), ―Dimensi Diri”, Bahan kuliah Ilmu Perilaku, pada Fak. Kedokteran UNHAS, Makassar ______________, 2003, ’Model Belajar Bio-Psikologik’ , bahan kuliah untuk Fak Kedokteran, jurusan Keperawatan/NERS, Jakultas Sastra Jurusan Sejarah _____________, 2004, ’Manajemen Diri : Hakekat Belajar” , Modul TOT Basic Study Skills, untuk Calon Pelatih Basic Study Skill bagi Mahasiswa Angkatan 2004/2005 Universitas Hasanuddin. Harefa, Andrias, 2002, Menjadi Manusia Pembelajar – On Becoming A Learner, Cetakan VIII. 2005, ( 2000) Penerbit Buku Kompas, Jakarta 2005 Jensen Eric, Brain - Based Learning, 1996, Turning Point Publishing, Del Mar, CA USA Jones, R N (1994), “Effective Thinking Skills ― , Cassell Educational Limited, London Zohar, D & Marshall Ian (2000), “SQ- Spiritual Intelligence- The Ultimate Intellegence‖, Bloomsbury, London

A.G

Page 27

Agustus 2011


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.