bab i. latar belakang
Kumpulan puisi dan ilustrasi karya Le Corbusier yang berjudul Le Poeme de l'Angle Droit (The Poem of The Right Angle) dianggap sebagai manifestasi pepatahpepatah pribadi beliau. Dalam kumpulan puisi tersebut terdapat tujuh tema yang terbagi dalam tujuh bab. Ketujuh bab tersebut adalah environment, spirit, flesh, fusion, character, offer, dan tool. Ketujuh bab tersebut memiliki warna masing-masing, dan di dalam tiap bab tersebut terdapat puisi serta ilustrasi yang mewakili. Ilustrasi-ilustrasinya disusun dalam tujuh barisan dengan susunan 5, 3, 5, 1, 3, 1, 1 yang membentuk susunan komposisi yang simetris dan berat di atas. Le Corbusier menyebut susunan ini sebagai ikonostasis. (Moore, 1980) Setiap puisi yang dimuat dalam buku ini merepresentasikan sesuatu yang dianggap Le Corbusier penting, dan dalam tiap-tiap puisi tersebut terdapat frasa-frasa yang dapat diinterpretasikan ke dalam bentuk.
Interpretasi puisi-puisi tersebut ke dalam bentuk telah dilakukan oleh Smiljan Radic, seorang arsitek asal Chile, dalam karyanya yaitu House of The Poem of The Right Angle. Rumah ini terdapat di hutan Vilches di Chile, dan dirancang berdasarkan puisi-puisi Le Corbusier yang berjudul sama. Komposisi yang tidak biasa dan permukaan luarnya yang gelap memberikan kesan yang mistis dan misterius, terutama dengan kerucut-kerucut di atapnya yang menjadi portal untuk melihat kanopi hutan yang menaungi rumah tersebut. Rumah ini merupakan bentuk teraga yang muncul dari sesuai yang nirteraga yaitu puisi. Proses pencarian bentuk arsitektur dari puisi adalah pencarian bentuk yang cukup jarang ditemui dalam arsitektur, apalagi dengan penulis puisi dan arsitek yang berbeda. Oleh karena itu, The House of The Poem of The Right Angle menjadi menarik untuk dikaji.
bab ii. eksplorasi teoritik
Dunia yang ditinggali oleh manusia terdiri dari berbagai bentuk benda. Bentuk-bentuk ini dimaknai secara berbeda sepanjang sejarah oleh berbagai filsuf. Argument yang cukup terkenal tentang keberadaan bentuk-bentuk ini mungkin muncul dari plato dan Aristoteles, dua filsuf Yunani kuno. Plato sang idealis membuat pernyataan bahwa benda yang kita lihat keberadaannya ada pada maknanya, bahwa satu hal yang pasti nyata adalah ide. Makna transenden dan esensi dari suatu benda menjadi lebih penting dari bentuk fisik benda itu sendiri. Sedangkan Aristoteles, sang realis, menyatakan bahwa apa yang nyata adalah apa yang memiliki wujud fisik. Kedua pemaknaan bentuk ini kemudian terus menerus didiskusikan hingga masa kini. Pertanyaan yang masih mengundang kontroversi adalah mana yang lebih penting, makna suatu benda atau bentuk fisik benda tersebut? Apakah keduanya saling berdampingan dalam membentuk jati diri setiap benda? Argument ini mirip dengan argument yang cukup menarik dalam arsitektur. Di mana kah nilai suatu bentuk arsitektur berada, pada konsep dan maknanya atau pada bentuk fisiknya?
Aspek idealis dan realis itu tidak dapat ada tanpa satu sama lain. Eksplorasi bentuk yang fenomenal tentu tidak akan memiliki kesan mendalam pada pengguna jika tidak ada ide yang dimunculkan oleh bentuk tersebut. Komposisi ruang dan pelingkup ruang yang diusahakan mendekati kesempurnaan, kadang menjadi tidak bisa diapresiasi oleh pengguna. Malah, bentuk tersebut menjadi sesuatu yang alien dan membuat segan untuk berinteraksi. Di lain sisi, teori dan ide yang ada di balik proyek arsitektur menghadapi kemungkinan tidak mencapai penggunanya jika tidak dikomunikasikan dengan baik. Komunikasi ini tentu bergantung dengan bentuk fisik yang akan menjadi stimuli bagi pengguna untuk memahami ide dibaliknya. Oleh karena kekurangan di bidang bentuk fisik, makna dari bentuk itu menjadi tidak tersampaikan. Idealisme Plato dan Realisme Aristoteles seharusnya menjadi dialog yang berkesinambungan. Benda menjadi nyata jika ia memiliki ide, namun juga memiliki bentuk fisik yang menyampaikan ide tersebut.
Dalam arsitektur, dialog ini seringkali sulit untuk dipelajari, karena ide landasan dari suatu rancangan kadang merupakan sesuatu yang sangat abstrak. Tidak begitu halnya dengan The House of The Right Angle karya Smiljan Radic. Rancangan bangunan ini dimulai dari kumpulan puisi karya Le Corbusier, suatu bentuk seni yang konkrit. Bentuk seni berupa puisi tersebut menjadi titik berangkat Radic merancang bentuk ruang dan pelingkup ruang rumah tersebut.
Pencarian bentuk yang berasal dari puisi bukanlah hal yang lazim, terutama selama perkuliahan di Universitas Katolik Parahyangan. Namun, ternyata puisi memiliki potensi untuk membangun citra ruang pada imajinasi pembacanya. Hal ini dipaparkan dalam The Poetics of Space karya Gaston Bachelard. (Bachelard, 1998). Dalam buku tersebut, beliau memaparkan bahwa puisi dapat memunculkan citra-citra tertentu dalam imaji pembacanya. Beliau menyinggung bahwa stanza yang memiliki arti kamar (room) dan bait, sehingga puisi memiliki potensi untuk membentuk ruang. Bachelard pun menyatakan bahwa bentuk yang muncul dari puisi bukanlah hubungan sebab akibat, seperti yang beliau katakan pada kutipan berikut:
“Later, when I shall have occasion to mention the relation of a new poetic image to an archetype lying dormant in the depths of the unconscious, I shall have to make it understood that this relation is not, properly speaking, a causal one. The poetic image is not subject to an inner thrust. It is not an echo of the past. On the contrary: through the brilliance of an image, the distant past resounds with echoes, and it is hard to know at what depth these echoes . will reverberate and die away.� (Bachelard, 1998)
Menurut beliau, dalam memahami ruang yang dibentuk dalam puisi maka seorang pengamat harus melupakan pembelajaran yang sudah ia lewati dan pengaruh budayanya dalam menilai suatu puisi. Untuk menangkap ruang dari puisi, seseorang harus terbuka kepada citra ruang ketika citra tersebut muncul. Sesuai dengan filosofi puisi, citra tersebut harus muncul secara berulang lewat barisbaris kata.
bab iii. analisis
Dalam puisi pertama A.1 Environment, Le Corbusier menulis tentang matahari. Pada kutipan di samping menjadi jelas bahwa menurut Le Corbusier, menganggap matahari adalah elemen kehidupan yang sangat penting dengan menyamakan matahari dengan seorang tamu dan seorang pemimpin. Beliau pernah menyatakan pula bahwa matahari adalah aspek alam yang harus ditanggapi dalam arsitektur. Pada The Athens Charter, beliau menyebutkan bahwa memperkenalkan matahari adalah kewajiban baru yang penting untuk arsitek. Ketertarikan Le Corbusier kepada matahari sangat jelas pada kariernya. Richard Hobday mengklaim bahwa Villa Savoye, salah satu karya Le Corbusier yang paling terkenal, adalah kuil untuk berjemur (a temple to sunbathing). Pada Athens Charter, beliau juga memaparkan mengenai pentingnya paparan cahaya matahari pada arsitektur. Pada The House of The Poem of The Right Angle, terdapat lubanglubang portal pada atap yang membiarkan cahaya matahari masuk dan berubah sesuai siklus matahari. Lubang-lubang portal yang berfungsi sebagai lightwell ini memberikan kesan ruang yang berbeda tergantung pada siklus harian matahari.
Matahari juga disebutkan kembali dalam B.4 Mind, sebuah puisi untuk hubungan matahari dengan bumi. Pada puisi tersebut pula disebutkan hubungan matahari dengan arsitektur.
Dalam puisi A1 juga, Le Corbusier menceritakan bagaimana siklus matahari memberikan kontinuitas dan ritme yang rutin, namun tetap dengan dua alternative; matahari terbit dan tenggelam. Ini dapat diartikan sebagai sebuah metafora, bahwa sesuatu yang ritmik dan mudah ditebak memberikan kenyamanan, namun tidak membosankan dan tetap menarik ketika diperkenalkan kontras.
Ritme dan kontras ini juga dapat dilihat dalam karya Radic, di mana ruang dalam The House of The Poem of The Right Angle berbentuk seperti rongga gua yang tanpa batas dan kontinu, namun terdapat kontraskontras dari bahan pelingkup di dinding dan plafon serta perbedaan level cahaya matahari yang bergantung pada portal-portal cahaya. Bentuk rongga kontinu ini juga disebutkan oleh Le Corbusier dalam C.2 Flesh, puisi yang memiliki kesan cukup feminine dan menyinggung tentang rumah dan wanita. Disebutkan bahwa rumah dari dalam rumah adalah gua berupa tidur.
Pada A.2 Environment, Le Corbusier menceritakan tentang air dan siklus hujan. Pada puisi ini, beliau memaparkan mengenai dualitas air itu sendiri. Laut yang dinyatakan sebagai anak dari tetes hujan, namun juga merupakan ibu dari uap air menyiratkan ide tentang dualitas lewat dua peran dalam keluarga yang begitu berbeda, dan dua bentuk air yang juga sangat berbeda (tetesan dan uap). Walaupun dengan dualitas tersebut, Corbusier tetap menyebutnya sebagai laut untuk memberikan pesan tersirat bahwa bentuk material suatu benda dapat berubah, namun pada ide yang sama. Dualitas ini ditunjukan pada karya Radic dengan berbagai media. Salah satunya, bentuk yang memiliki kesan berbeda dari luar dan dari dalam. Dari luar, bangunan ini berwarna gelap dengan kerucut-kerucut yang mencuat, memberikan kesan yang cukup maskulin dan agresif. Namun dari dalam, bangunan ini memiliki bentuk ruang yang halus, terang, dan memiliki kesan feminine. Dua kesan yang berbeda ada pada satu bentuk arsitektur yang sama, sebagai dualitas seperti yang dipaparkan oleh Le Corbusier.
Dalam A.3 Environment, dipaparkan mengenai hubungan manusia dengan alamnya. Disebutkan pula untuk pertama kalinya “the right angle� yang menjadi judul dari kumpulan puisi ini. Pada puisi ini, dikatakan bahwa “the right angle� adalah ketika manusia berdiri tegak di atas bumi, vertikal menghadap laut, di atas kakinya sendiri. Disebutkan pula bahwa posisi ini adalah posisi yang tepat untuk bertindak. Dari puisi ini dapat disimpulkan pesan tersirat bahwa menurut Le Corbusier, manusia yang hidup adalah manusia yang berdiri di atas bumi dan menggunakan ilmu yang didapat dari bumi berdampingan dengan alam seperti telah menyetujui perjanjian.
Ide mengenai kehidupan manusia yang memihak lingkungan ini jelas iimplementasikan pada karya Radic yang bernaung di antara pepohonan hutan Chile. Pada bangunan ini terdapat inner court yang di dalamnya terdapat pohonpohon asli dari hutan tersebut. Bentang alam yang terlihat seakan dilanjutkan ke dalam ruangan dengan ornament gantung berupa akar pohon yang memasukan lingkungan luar ke dalam ruang dalam tanpa mengganggu pembatasan zona luar dan dalam. Hubungan erat arsitektur dengan alam juga disinggung dalam B4 Mind, dimana disebutkan bahwa matahari telah menganugerahi arsitektur dengan sun-breaker atau yang lebih dikenal sebagai sirip penangkal sinar matahari, serta menyebutkan bahwa rumah adalah anak dari matahari.
referensi
bab iv. kesimpulan
Dalam karya Radic yang bernama The House of The Poem of the Right Angle, beliau berhasil membuat bentukan fisik berdasarkan ide-ide Le Corbusier dalam kumpulan puisi berjudul serupa. Bentuk yang dibuat oleh Radic menjadi representasi teraga dari ruang-ruang yang muncul dari puisi-puisi Le Corbusier. Kedua karya menjadi dialog yang berdampingan, puisi sebagai makna bentuk dan arsitektur menjadi bentuk fisik. Makna dari puisi tersebut hidup di dalam karya Radic, dan karya Radic dapat hidup karena keberadaan puisi tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua karya tersebut memiliki derajat kepentingan yang sama.
• Bachelard, G., 1998. The Poetics of Space. 7 ed. Boston: Beacon Press. • Corbusier, L. & Hylton, K., 1989. The Poem of The Right Angle. s.l.:s.n. • Moore, R. A., 1980. Alchemical and Mythical Themes in the Poem of the Right Angle. Cambridge: MIT Press for The Insititute for Architecture and Urban Studies.