Eksistensi inong balee dalam gerakan ace

Page 1

INONG BALEE DALAM GERAKAN ACEH MERDEKA (1976 - 2005) Oleh : Mukhsin Rizal, S.Hum1

A. Latar Belakang Masalah

Kerajaan Aceh Darussalam, merupakan salah satu kerajaan di Nusantara yang diperintahan oleh Ureung Inong (kaum perempuan) selama 59 tahun, dimulai dari tahun 1050 sampai dengan 1109 H (1641-1699 M). Selama masa itu empat orang Ratu silih berganti memerintah Kerajaan Aceh Darussalam. Ratu Safiatuddin memerintah pada tahun 1641 sampai dengan 1675 Masehi, kemudian dilanjutkan oleh Ratu Naqiatuddin (1675–1678 M), Ratu Zakiatuddin (16781688) dan Ratu Kamalat (1688-1699 M)2. Selain itu di Kerajaan Teuming (Benua) pada tahun 1333 M, juga pernah dipimpin oleh seorang sultanah, Putri Lindung Bulan (anak bungsu dari Raja Muda Sedia) serta di Samudra Pasai juga pernah dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Nahrasyiah Rawangsa Khadiyu yang memerintah sejak tahun (14001428 M). Kerajaan Aceh Darussalam memiliki armada perang, salah satu armada yang dikenal adalah Armada Inong Balee yang dipimpin oleh seorang panglima yang bernama Laksamana Malahayati. Keberadaan armada ini menunjukan

1

Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Ar-raniry Banda Aceh, konsentrasi Sejarah dan Tamaddun Islam, juga sedang meneliti tentang Eksistensi Inong Balee Pasca Penanda tanganan MoU Helsinky, antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dalam penelitian S1 pada Fakultas Adab Jurusan sejarah dan kebudayaan Islam, Penulis juga meneliti Tentang Inong Balee. Tulisan ini sebagai Upaya memperkaya khasanah keilmuan dibidan sejarah terutama sejarah politik Aceh dan Perempuan Aceh. Kiranya tulisa ini bermanfaat hendaknya. 2 A. Hasjimy, Wanita Aceh sebagai Negarawan dan Panglima Perang, Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1996, hal. 23.

1


kebesaran Kerajaan Aceh dibidang kemiliteran. Armada Inong Balee adalah armada yang paling disegani oleh Kerajaan Portugis, dan Kerajaan Eropa lainnya. Pada tahun 1873, Belanda memaklumatkan perang dengan Kerajaan Aceh, guna mempertahankan kedaulatan Aceh dan harga diri Bangsa Aceh maka kerajaan Aceh melakukan perlawanan. Saat Kerajaan Aceh Darussalam melancarkan perang melawan kolonial Belanda, tampil srikandi-srikandi Aceh sebagai panglima tempur, seperti Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia dan lain-lain yang dengan gigih mempertahankan martabat kerajaan Aceh sebagai kerajaan yang berdaulat di atas muka bumi. Perempuan Aceh selain berperan sebagai pejuang yang memegang rencong dan pedang untuk mengusir penjajah yang telah berani menginjakkan kakinya di Aceh, mereka juga berperan sebagai pembina, pengasuh dan pendidik putra-putri Aceh yang berjiwa patriot dan berkeimanan agar mereka nantinya hidup bahagia dunia dan akhirat. Sering terdengar di telinga senandung semangat perjuangan yang sering dilantunkan oleh seorang ibu saat meninabobokan anaknya, sambil mengayunkan putra atau putrinya mereka sering bersenandung dengan senandung: �Do keudo Kudoda idang, Geulayang Blang Putoeh Taloe, beurijang rayeuk hai banta seudang, tajak tulong prang bela Nanggroe� Senandung ini merupakan harapan seorang ibu terhadap anaknya agar lekas besar dan membantu memperjuangkan kedaulatan Aceh, dengan cara ikut berperang3. Motivasi dan didikan yang diberikan oleh perempuan Aceh sejak di

3 Syarifudin Tippe, El-Hurr, Nurani untuk Aceh, Yayasan Ulul Alham, IHACOM, Banda Aceh, 2001, hal 9.

2


ayunan, berguna bagi semangat perjuangan dan membentuk karakter putra-putri Aceh yang siap hidup dengan harga diri dan tanpa penjajahan. Seorang ibu ketika melepaskan kepergian anaknya menghadap Allah karena syahid di medan perang. Ucapan yang sering diucapkan oleh ibu tersebut adalah “Bahagia hai aneuk lon, kah lam syurga Tuhan, poma ka ikhlah meupeuleh gata hai aneuk meutuah �. (bahagia wahai anakku, engkau dalam syurga tuhan, ibu telah mengiklaskanmu wahai anakku tersayang)4. Walaupun Demikian ketika anaknya yang lain ingin terlibat dalam perjuangan membela negara dan agama, maka tidak sedikitpun surut semangat sang ibu. Mereka selalu mendoakan anaknya dengan doa-doa keselamatan, agar anaknya selalu teguh dalam berjuang dijalan Allah, dan selalu pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Setelah Republik Indonesia merdeka kemudian Aceh dijadikan sebagai sebuah Propinsi di wilayah Indonesia bagian Barat dan ujung Barat pulau Sumatra, sejak tahun tersebut keadaan politik Aceh dalam keadaan kurang stabil, sehingga Aceh selalu dalam keadaan konflik. Selain itu Aceh memiliki sejarah perang dan semangat militansi yang tinggi dalam memerangi portugis di tahun 1520-an dan menentang penjajahan Belanda, serta

melakukan perlawanan

terhadap Republik Indonesia yang dimulai pada tahun 1953 sampai dengan tahun 2005. Saat Aceh dalam pelaksanaan Daerah Operasi Militer (DOM) mulai tahun 1989-1998 M, yang paling merasakan imbas dari DOM adalah perempuan.

4

Lihat Film Dokumenter William Nesson, the Road Black (jalan kelam)

3


Mereka kehilangan suami, kehilangan anak, pelecehan seksual, dianiaya dan berbagai tindakan yang menyebabkan perempuan mengalami tekanan psikologis. Walau demikian kerasnya tekanan yang dirasakan oleh perempuan Aceh, tetapi tidak sedikitpun menyurutkan semangatnya untuk berjuang dan berperan dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh suami atau melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh suami mereka serta selalu mendukung apa yang dilakukan oleh suami mereka. Pada tahun 1998 beberapa orang perempuan Aceh kembali berbicara, diantaranya Cut Nur Asikin dan Tengku Fatimah kala mereka menyatakan sikap rakyat Aceh dihadapan tujuh Menteri dan para Jendral (RI) di Meligoe Banda Aceh, Selain itu juga telah muncul kader-kader putri dalam gerakan mahasiswa Aceh dan gerakan menuntut pelaksanaan referendum5. Pada tahun 1998 ini juga Orde Baru runtuh dan era reformasi lahir di Negara Republik Indonesia, dibawah pimpinan negara Prof. Dr. B.J Habibie Negara Indonesia mengalami kemerosotan ekonomi (krisis moneter), keadaan politik yang tidak stabil membuat Timur-Timor lepas dari pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat era reformasi bergulir di Aceh kembali terjadi pergerakan menuntut kemerdekaan yang di dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka. Kabarnya seluruh personil militer Aceh yang telah dilatih diluar negeri kembali ke Aceh untuk

5

Sumber:htt://putoe.wordpress.Com/2007/02/15/inong-Acheh-melangkahpada tanggal 20 Mei 2007

4

maju/diakses


memperjuangkan kemerdekaan Aceh dan mengembalikan kedaulatan Aceh sebagai negara yang mulia dimata dunia6, Perekrutan militansi baru pun terjadi sehingga kekuatan dalam militer Gerakan Aceh Merdeka semakin kuat dan seluruh persenjataan dan atribut kemiliteran pasukan Gerakan Aceh Merdeka terus dilengkapi, ditambah lagi dengan upaya yang dilakukan oleh pimpinan-pimpinan Gerakan Aceh Merdeka dalam melakukan diplomasi dengan negara-negara yang memiliki kedekatan sejarah dengan Aceh, telah mampu mendapatkan pengakuan terhadap keberadaan GAM sebagai gerakan yang hendak memerdekan Aceh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam militer Gerakan Aceh Merdeka para pasukannya tidak hanya kaum adam tetapi juga terdapat perempuan (Bahasa Aceh ureung Inong) Adapun kaum hawa yang dipersenjatai mereka menamakan diri dengan sebutan Inong Balee7. Seperti halnya pasukan Inong Balee ketika Kerajaan Aceh Darussalam 400 tahun yang silam, adanya pasukan Inong Balee dalam Gerakan Aceh Merdeka mengambarkan bahwa perempuan Aceh tidak tinggal diam dalam segala aktifitas dan selalu aktif dalam berbagai persoalan bangsa dan agama. Perihal kegagahan perempuan Aceh juga pernah digambarkarkan secara panjang lebar juga telah diuraikan oleh H.C. Zentgraff dalam bukunya The Aceh, dalam buku tersebut

6

Materi yang diberikan Hasan Tiro ketika membuat latihan militer dan pendidikan Aceh di Libya, kegiatan ini adalah pelatihan dasar bagi putra Aceh, sebagai cikal bakal idiologi Gerakan Aceh Merdeka. 7 Inong Balee adalah sebutan bagi perempuan Aceh yang telah ditinggalkan oleh suaminya. dibawah kepemimpinan sultan Alauddin Riayat syah Al- Mukammil pasukan Inong Balee dibentuk atas permintaan Laksamana Malahayati untuk membentuk sebuah armada perang perempuan lebih jelas baca Ali Hasjmy, Wanita Aceh sebagai negarawan dan panglima perang , PT Bulan Bintang, Jakarta 1996, hal 9

5


digambarkan bahwa perempuan-perempuan Aceh “de leidster van verzef � pemimpin perlawanan dan “grade dames� perempuan-perempuan besar. Peran perempuan Aceh saat konflik sangatlah besar misalkan saja disaat suami mereka harus mendapatkan perlindungan dari orang-orang bersenjata yang akan menculik dan akan menghukumnya dengan tidak menggunakan hukum sesungguhnya tetapi

mereka mengunakan hukum

tembak dulu urusan

belakangan8. Perempuan berperan menyembunyikan suami mereka dari kejaran TNI/POLRI ataupun kelompok-kelompok yang lain, dengan cara membuka pintu serta meyakinkan kepada mereka bahwa suami mereka tidak ada dirumah.

B. Posisi perempuan Aceh dalam keadaan konflik

Perempuan adalah komponen terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, tergambarkan bahwa perempuan adalah orang yang berperan penting dalam mempengaruhi setiap kebijakan, dalam masyarakat Aceh, perempuan selalu memiliki peran tersendiri baik dalam kegiatan budaya, adat, keagamaan, dan kegiatan lainnya. Sejak masa kerajaan Aceh Darussalam fungsi perempuan itu tidak hanya pada persoalan dapur, kasur dan sumur tetapi perempuan diberikan kesempatan untuk berkarir di arena publik, dimasa perang dengan belanda, perempuan Aceh banyak yang terlibat langsung dalam mengoordinir masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap belanda dan jepang. 8

Otto Syamsudin Ishak, Ikon Perlawanan Orang Aceh, TEMPO edisi khusus 24 Agustus 2003, hal. 47.

6


Pada saat Aceh dalam keadaan konflik, perempuan juga berperan penuh dalam arena tersebut. Konflik yang terjadi di Aceh adalah konflik yang menggangu keutuhan negara Republik Indonesia, yang dipelopori oleh gerakan aceh merdeka, sehingga pemerintah beranggapan bahwa gerakan aceh merrdeka adalah pemberontak yang harus di basmi, sedangkan masyarakat Aceh beranggapan bahwa Gerakan Aceh Merdeka adalah pejuang yang akan membebaskan Aceh dari ketertinggalan dan kemiskinan serta mengembalikan harga diri bangsa Aceh yang memiliki sejarah tersendiri. Menurut Adnan Nasution dalam tulisannya tentang “Konsep politik internasional� Konflik merupakan masalah yang tidak dapat dihindari dalam politik internasional, sumber dari konflik tersebut terletak pada hubungan antara negara yang dilandasi oleh konsep kepentingan nasional masing–masing negara, kepentingan nasional merupakan unsur yang menjadi kebutuhan penting bagi negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer dan kesejahteraan sosial9. Dari definisi yang digambarkan oleh Adnan Nasution kita dapat melihat bahwa konflik pasti terjadi dan tidak mungkin dihindarkan sebagai akibat dari interaksi yang alamiah dan wajar dari dua pihak. Oleh karena itu konflik tidak selamanya buruk dan negatif. Konflik malah menciptakan energi yang berfungsi sebagai katalisator dalam suatu proses reformasi maupun revolusi. Konflik yang terjadi, juga dapat berperan sebagi generator dan proses perubahan dan perbaikan karena ia memberikan gambaran kepada kita terhadap 99

www.tempointeraktif.com edisi 4 Juni 2003 diakses tanggal 20 November 2007

7


apa yang benar dan apa yang salah. Bahkan kalau perlu, konflik itu kita ciptakan dengan mereduksi berbagai macam resiko yang timbul darinya guna memperkaya hubungan antara dua manusia atau lebih. Untuk itu diperlukan pendekatan konflik yang efektif dari setiap individu maupun para policy-maker dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang sudah mengakar dan berlarut-larut. Konflik di Aceh merupakan konflik terbuka yang mengakar dan berlarut –larut.

Mencari akar konflik sendiri bukanlah persoalan mudah mengingat betapa kompleksnya persoalan yang berkembang. Antara satu masalah dengan masalah lain berkaitan erat, sambung menyambung dan bahkan menimbulkan persoalan baru lagi Konflik yang terjadi di Aceh adalah konflik yang penuh dengan rentetan sejarah yang memberikan dampak terhadap masa yang akan datang, dan disaat konflik yang terjadi di Aceh (antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka). Perempuan mengambil peran penting dalam setiap situasi begitu halnya saat damai, sehingga Dalam sejarah dunia Islam, bahkan sejarah dunia secara umum telah mencatat keberadaan perempuan Aceh dan keterlibatannya dalam berbagai hal. Dalam sejarah Aceh kontemporer, perempuan menjadi komunitas yang terus berkelanjutan, dalam masa perang dan konflik serta mampu bertahan walau berbagai tekanan dan kondisi menimpa mereka. Peran perempuan Aceh sangat pivotal, tingkat peran, domain dan sasaran peran itu sendiri memberikan nuansa kekaguman pada kaum pria, namun demikian pola dan pergerakan yang dilakukan oleh perempuan juga sama seperti yang diakukan oleh kaum laki-laki, jika suatu

8


kali perempuan Aceh bisa terlihat dominan dibidang hukum atau politik, di waktu lainnya, perempuan Aceh lebih menonjol peran sosialnya. Ini menjelaskan bahwa perempuan Aceh sangat menyatu dan berkembang dengan lingkungannya. Perempuan Aceh tidak hidup dalam ruang kosong yang tanpa dimensi. Demikian uniknya posisi perempuan dalam masyarakat Aceh sehingga telah menjadi bahan debat yang bersemangat antara feminis-liberal, dan kalangan konservatif-dogmatif dipihak lainnya,. Ironisnya, pelaku dan asal ide pada dua ujung paling ekstrem ini biasanya adalah non-lokal. Seiring masuknya berbagai organisasi dengan staf nasional dan internasionalnya ke Aceh. Ada yang datang dengan sedikit banyak pengetahuan tentang Aceh, tapi banyak juga yang datang dengan nihil-konteks atau miskonsepsi tentang Aceh, Islam dan perempuannya. Yang memahami Islam dengan rejim syari’ahnya ala Thaliban, terperanjat ketika mendapati perempuan Aceh yang telah kembali kepada pola berfikir yang sangat modern. Peran perempuan yang demikian memberikan sesuatu ketegasan bahwa sebagian besar perempuan Aceh adalah orang–orang yang sangat tegar dalam segala hal, ini terlihat jelas ketika Aceh dalam keadaan konflik, kemudian perempuan sangat berperan penting dalam menyelamatkan suaminya, “Waktu operasi dulu saya menyuruh suami saya naik keatas loteng rumah lalu saya keluar dan mengatakan kepada TNI bahwa suami saya tidak ada dirumah�10. Perempuan-perempuan Aceh yang tinggal di daerah pedalaman dan daerah -daerah yang memiliki sumber, serta potensi konflik yang tinggi yang berakibat 10

Wawancara, Marliah, Desa Blang Aman Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Tanggal 20 Oktober 2007.

9


daerah mereka menjadi tempat atau lokasi operasi. Saat Aceh dalam Status Daerah Operasi Militer, Darurat Militer, Darurat Sipil, kondisi yang demikian mengantarkan perempuan Aceh terbiasa dengan persoalaan- persoalan yang akan menindas mereka. Saat Aceh dalam status Darurat Militer pernah seorang ibu, isteri seorang petinggi Gerakan Aceh Merdeka wilayah pasee yang diberi sebutan Tengku muda (Tengku Muhammad Nasir Bin Tengku Rasyed). Saat operasi berlangsung dan suami tidak ada dirumah lalu Tentara nasional indonesia TNI masuk dan mengeledah rumahnya. Didapatlah senapan angin (Bude Angen) oleh TNI hendak mengambilnya lalu ibu ini langsung menunjuk ke muka TNI yang mengambil senjata yang digunakan untuk menjaga kebun dari tupai atau binatang lain yang mengagu tanamannya. Seraya berkata “ peuduk beude nyan, nyan atra aneuk lon ngon itembak tupee� (letatkan senjata itu disitu, itu milik anak saya yang digunakan untuk menembak tupai). Gambaran semangat prempuan Aceh saat konflik memberikan motivasi tersendiri terhadap kaum laki-laki. Di Cot U Sibak sebuah kampung dipedalaman Aceh Utara. Seorang perempuan menjadi sangat bengis ketika anak satu- satunya diciduk oleh polisi dan TNI yang masuk kekampung itu untuk melakukan operasi, sang ibu tersebut langsung kepos TNI yang berada sekitar 2 kilo meter dari kampung tersebut dan membentak-bentak para polisi tersebut. Tidak hanya itu di kampung Cot Keng (Gampoeng Janda) terjadi sebuah insiden ceritanya bahwa pada bulan ramadhan kebiasaan kampung tersebut untuk melakukan buka puasa bersama, maka dikutiplah dana untuk membeli kebutuhan

10


berbuka, setelah beberapa hari, operasi dilakukan dikampung tersebut oleh TNI/POLRI dan ditemukan daftar nama–nama masyarakat kampung lengkap dengan jumlah dana yang diberikan. Oleh TNI/POLRI menuduh masyarakat memberikan sumbangan pajak nanggroe kepada GAM maka dikumpulkan semua warga kampung tersebut dan dibawa ke POS TNI lalu satu persatu di intrograsi dengan perlakuan kasar sehingga alhasil semua masyarakat dicurigai dan kemudian kaum pria terpaksa melarikan diri keluar daerah guna keselamatan mereka. Maka tinggallah anak- anak dan para wanita dikampung tersebut tepatnya di Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie, ini kemudian membuktikan bahwa perempuan Aceh tetap tegar dalam setiap kondisi, dan perempuan Aceh tidak pernah berhenti dalam segala situasi11. Kemudian menjadi pelajaran bagi kita bahwa peran perempuan Aceh, tampak paralel karena wilayah perempuan Aceh itu di rumah tangga adalah sebagai orang yang akan mengayungi keluarga dari dekaman musuh, dikarenakan saat konflik berlangsung para kaum pria tidak dapat bergerak karena setiap gerakan mereka dibuntuti oleh TNI/POLRI. maka hanya perempuan dan anakanak yang memiliki peran kebebasan yang cukup besar dalam keadaan Aceh yang konflik misalkan saja kasus gampoeng Janda, saat kaum laki-laki meninggakan kampung untuk menyelamatkan diri dari kesalah pahaman TNI yang ketika melakukan operasi menemukan daftar nama –nama masyarakat Cot Keng lengkap

11

Aceh kita, edisi 047/TH KE-2, Tanggal 04 - 10 Desember 2006 Hal. 11

11


dengan jumlah uang namun sayangnya daftar nama nama tersebut tidak dilengkapi oleh keperluan untuk apa dana yang tertera di kertas tersebut.

C. Organisasi Inong Balee dalam Gerakan Aceh Merdeka

Sejak dicabutnya status penerapan Daerah Operasi Militer untuk Aceh pada tahun 199812, serta kehadiran era reformasi yang melunaknya tekanan pemerintah di masa Presiden BJ Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid, praktis ruang gerak Gerakan Aceh Merdeka GAM menjadi lebih bebas. Beberapa pemuda Aceh berada di luar negeri pun kembali ke Aceh. Tokoh-tokoh muda Aceh yang tidak senang dengan penyelenggara negara Indonesia mulai lantang menyerukan Referendum untuk mengajukan dua pilihan; bergabung atau berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di lain pihak, karena kebencian, kemarahan masyarakat terhadap perilaku aparat TNI/POLRI yang dianggap kejam terhadap warga Aceh, semakin banyak rakyat yang memihak kepada Gerakan Aceh Merdeka (GAM)13. Kemudian Gerakan Aceh Merdeka berkembang didalam masyarakat. Sebagai penyuara dan pejuang yang coba memperjuangkan kepentingan

12 Era reformasi yang bergulir di pemerintahan republik indonesia yaitu dengan terguling nya presiden soeharto dan terungkapnya pelanggaran ham yang terjadi dia aceh. Menyorot prhatian internasional ke Aceh. 13 Menurut Susilo Bambang Yudhoyono setiap gerakan yang hendak memisahkan diri dari sebuah negara yang sah dan berdaulat terlebih lagi dengan menggunakan kekuatan senjata adalah sparatisme, karena GAM telah memenuhi unsur tersebut maka dapat di kategorikan sebagai gerakan separatisme�.(Kompas. 20 Novermber 2000) demikian meurut presiden susilo bambang yudhoyono hal ini berbeda dengan pendapat Dr.rizal sukma pengamat politik dari CSIS yang mengatakan bahwa GAM bukanlah sebuah gerakan separatisme tetapi lebih kepada sebuah gerakan pembebasan untuk memperoleh kembali haknya, karena GAM mempunyai struktur yang jelas berbeda dengan halnya gerakan separatisme yang selalu melakukan teror terhadap lawannya.penulis kutip dari (Metro, 11 September 2000)

12


masyarakat, dalam hal ini pemberontakan yang dilakukan Gerakan Aceh Merdeka adalah sebagai imbas dari kekecewaan terhadap kebijakan yang dilakukAn oleh Indonesia. Komponen GAM akhirnya tergabung dari bermacam-macam pola dan unsur masyarakat. Ada yang GAM murni dilandasi pendidikan yang diperoleh yang memmbentuk ideologi yang menginginkan kemerdekaan Aceh dan mengklaim Indonesia adalah perpanjangan tangan penjajah India Belanda. Ada yang karena muak melihat penyelenggara negara yang hanya memikirkan perut sendiri dan ada pula yang tidak senang dengan pola pemerintahan yang tidak demokrasi dan membungkam aspirasi masyarakat. Ada yang bergabung karena dendam akibat keluarganya dilecehkan atau dibunuh. Satu hal yang mungkin tidak pernah dibayangkan, ada yang berparadikma bahwa GAM adalah salah satu mata pencaharian baru di Aceh14, GAM juga telah berkembang melalui pengakuan oleh media yang telah mengakui eksistensi diri mereka sebagai suatu aspirasi masyarakat Aceh yang kemudian mereka dipayungi oleh suatu komunitas. Orang yang tidak sekolah atau hanya tamat sekolah dasar, apabila masih berada dalam NKRI, pasti tidak menjadi apa-apa kecuali dia memiliki kemauan yang sangat besar ditambah dengan banyak keberuntungan, atau barang kali mukjizat.

14 Disaat konflik yang tidak jelas kapan akan berakhir dan masyarakt bingung hendak kemana solusi saat itu adalah dua pilihan bekerja diluar Aceh atau bergabung dengan menjadi Gerakan Aceh Merdeka. Maka sebagian besar masyarakat bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka karena tanpa bergabung dengan GAM, masyarakat Aceh saat itu diklaim gerakan seperatis Aceh Merdeka oleh pasukan yang dikirim oleh pemerintah Republik Indonesia.

13


Bergabung dengan GAM, artinya kita memiliki harga diri, Dengan senjata ditangan, orang yang berpendidikan perguruan tinggi akan tunduk. Dengan todongan pistol di kening, orang sekaya apa pun atau intelektual jenius sekalipun akan bertekuk lutut dan bersedia menyerah. Dengan segala komponen yang mendukung, GAM berkembang sedemikian besar saat itu. gemuknya organisasi GAM, muncul banyak faksi yang mengakibatkan tidak semuanya mau mengikut komando tertingginya. Peletakan senjata

dalam

kesepakatan

penghentian

permusuhan,

misalnya,

sempat

memunculkan pro-kontra di kalangan bawah. Malah sempat muncul pemberitaan media lokal bahwa kesepakatan itu adalah kesepakatan RI dengan GAM yang di Swedia15. Kesepakatan itu tidak berlaku dilapangan. Sejak awal kesepakatan ditandatangani di Geneva, Swiss, 9 Desember 2002 , banyak pihak di Aceh yang sudah pesimistis perdamaian akan bertahan lama. Karena dari pengalaman sebelumnya, sewaktu Jeda Kemanusiaan pada era Presiden Abdurrahman Wahid, TNI meyakini secara diam-diam GAM malah melakukan konsolidasi pasukan. Kelengkapan organisasi sepertinya adalah dilengkapi oleh kaum hawa dalam setiap pergerakan yang dilakukan oleh siapapun sepertinya tidak pernah meninggalkan kaum wanita, dalam kesatuan Gerakan Aceh Merdeka terdapat satu kesatuan yang menamakan diri dengan pasukan inong balee16, bentuknya hampir

15

http:// www.tempo.co.id/harian/profil/profhasantiro.html diakses pada tanggal 25 oktober 2007 16 Inong Balee adalah sebutan terhadap pasukan perempuan dalam Gerakan Aceh Merdeka nama Inong Balee berati bahwa sebuah pasukan yag terdiri dari para perempuan saja. Nama Inong Balee ini diambil dari pasukan Inong Balee ketika Malahayati memimpin pasukan Inong Balee kerajaan Aceh Darussalam. Mesti pun Inong Balee berati bahwa perempuan yang ditinggalkan

14


sama seperti pasukan inong balee ketika kerajaan Aceh Darussalami, pasukan Inong Balee ini di dimulai saat kepemimpinan panglima Gerakan Aceh Merdeka dipinpin oleh Tengku Abdullah Syafi`i17, saat itulah perekrutan untuk pasukan Inong Balee ini dilakukan dan semua perempuan yang ingin menjadi pasukan Inong Balee diberikan perbekalan ilmu untuk berperang sebagai cikal bakal dalam melaksanakan tugasnya. Latihan yang di berikan kepada para inong balee ini adalah sekitar dua bulan dan kemudian ditugaskan sesuai kemampuan yang mereka miliki, mulai dari menyediakan makanan, menjadi pengantar pesanan, ikut berperang, menjadi tenaga medis sampai menjadi mata-mata Gerakan Aceh Merdeka (GAM)18. Pasukan Inong Balee memiliki pasukan kurang lebih sekitar 800 personil diseluruh Aceh, mereka dilatih dengan berbagai ilmu kemiliteran mulai dari cara memegang senjata, merayap sampai kepada pendidikan keintelijenan yang kemudian harus dikuasai oleh semua yang akan bergabung dalam pasukan ini. Selain itu semua yang menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap pasukan yang akan bergabung dengan pasukan Gerakan Aceh Merdeka adalah mendapatkan izin dari orang tua mereka, jika tidak diizinkan maka mereka tidak diterima oleh para mu`alim Gerakan Aceh Mereka.

oleh suaminya tetapi pasukan Inong Balee dalam Gerakan Aceh Meredeka ini terdiri dari perempuan yang suadah menikah, perempuan yang masih gadis ataupun perempuan yang suaminya telah meninggal. 17 Tengku Abdullah syafi`i adalah panglima Gerakan Aceh Merdeka GAM yang telah meninggal saat operasi militer dilakukan di Aceh dan kemudian panglima Gerakan Aceh Merdeka digantika oleh Tengku Muzakir Manaf. 18 Aceh Magazine, juni 2007 Banda Aceh, Hal. 15

15


Berbagai latar belakang para perempuan Aceh mau bergabung dengan gerakan aceh merdeka, misalkan salwati umur 37 tahun dia adalah seorang janda yang suaminya meninggal saat konflik sebagai pasukan gerakan aceh merdeka, setelah suaminya meninggal maka ia bergabung dengan pasukan Inong Balee Gerakan Aceh Merdeka dan melakukan misi perjuangan19, dia telah diizinkan oleh orang tuanya untuk melakukan latihan militer. Semua personil militer Inong Balee yang sudah dilatih, mereka terdata dan saat dibutuhkan mereka dipanggil.

D. Peran Inoeng Balee dalam Gerakan Aceh Merdeka

Inong Balee sebagai pasukan khusus dalam Gerakan Aceh Merdeka yang didalamnya terdiri dari kaum hawa, merupakan satu kesatuan yang selalu memberikan andil bagi perjuangan Aceh Merdeka dalam mendapatkan kemerdekaan. Idiologi kemerdekaan yang tertanam dalam Gerakan Aceh Merdeka adalah sebagai bentuk pembebasan diri dari sebuah penjajahan20. Keberadaan inong balee dalam gerakan aceh merdeka mengantarkan Aceh kepada pemahaman bahwa Aceh sebagai negara neo kolonialisasi, yang oleh perserikatan bangsa- bangsa telah membentuk satu komisi khusus untuk pembebasan negara- negara yang dijajah atau perpanjangan tangan penjajah. dalam melakukan pemberontakan di Aceh, oleh hasan tiro terus saja membuka

19

Penulis menuliskan misi perjuangan karena dalam perjuangan Gerakan Aceh Merdeka berlandaskan sebuah fakta sejarah yang kemudian membuat Gerakan Aceh Merdeka bergerak maju dengan dasar bahwa Aceh dulunya adalah sebuah bangsa yang merdeka, berdaulat, dan jaya maka semua yang mengatas namakan diri orang Aceh haruslah berjuang merebut dan mempertahankan kadaulatan Aceh sebagai negara yang berdaulat (kutipan pidato tengku muda di gampong Cot U Sibak Lhoksukon Aceh Utara) pada tahun 2001. 20 Ayub M Hanafiah, Media Indonesia edisi 5 September2000.

16


jalur diplomasi terhadap negara- negara yang dianggap memiliki hubungan history dengan Aceh dan memiliki semangat pembebasan. Beberapa hal yang menjadi sorotan beberapa negara terhadap Aceh, diantaranya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Aceh pasca operasi militer, memberi dampak pada perhatian bangsa luar terhadap masalah Aceh, hasan tiro dalam materi pelatihan yang diberikan kepada putra aceh yang mendapatkan pendidikan The Achenese education yang diberikan di Libya menyampaikan bahwa indonesia adalah negara perpanjangan tangan penjajahan kolonial Belanda. Aceh tidak pernah takluk terhadap Belanda dan penjajahan negara manapun sudah selayaknya memerdekakan diri dari penjajahan teritorial dan penjajahan people, artinya, Aceh sebagai bangsa yang memiliki peradaban tersendiri dimasa yang lalu. Peradaban Aceh secara berlebihan di gambarkan dalam kitab Bustan as salatin, yang kemudian diperkuat oleh beberapa catatan bangsa pelayar dari eropa yang pernah singgah di Aceh. Landasan sejarah tersebut telah menghadirkan pemberontakan di Aceh, pemberontakan tersebut adalah merupakan upaya untuk mempertahankan aceh dari jajahan negara- negara tertentu. Pemberontakan yang terjadi di Aceh tidak hanya kaum laki-laki saja yang berperan, tetapi kaum perempuan juga terlibat secara langsung. Beberapa pasukan inong balee, misalkan pasukan inong balee gajah keng. Para inong balee ini memiliki peran militer dalam gerakan aceh merdeka. Peran yang dilakukan oleh pasukan inong balee sangatlah mendukung pola

17


perjuangan bagi gerakan aceh merdeka. Dalam melaksanakan kegiatannya pasukan inong balee selalu dibawah komando, beberapa tugas penting bagi mereka adalah diantaranya memberikan informasi kepada pasukan gerakan aceh merdeka yang berada dihutan. Sistem komando yang dibangun adalah sistem yang sama seperti militer lainnya, dan dalam melaksanakan tugas

pasukan Inong Balee selalu

mengedepankan prinsip-prinsip ke-acehan dan ke-islaman, sehingga informasi yang didapat, diberikan untuk mendukung pola pergerakan khususnya dalam membangun strategi penyerangan terhadap TNI/POLRI yang dibangun oleh pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Selain berperan sebagai informan, pasukan Inong Balee juga terkadang terlibat langsung dalam pertempuran dengan TNI/POLRI (pasukan Pemerintah Indonesia), selain itu pasukan tersebut juga berperan seabagai penyedia logistic bagi pasukan gerakan aceh merdeka. Keberadaan Inong Balee dalam Gerakan Aceh Merdeka bukanlah serta merta tetapi melalui proses perekrutan dan pelatihan pendidikan politik, yang diberikan oleh mu`alim (instuktur). Instuktur tersebut bukan lah orang sembarangan tetapi dia harus mendapatkan kelulusan pendidikan Aceh di libya, adapun pokok-pokok materi yang di berikan bagi para askariyah (panggilan bagi para inong balee yang sedang mengikuti pendidikan) adalah latihan militer, pemahaman hukum internasional, pengetahuan hukum humaniter, perbekalan pendidikan intelejen dan yang sangat utama adalah pendidikan militer serta pendidikan agama.

18


Panglima Gerakan Aceh Merdeka wilayah Batee Iliek Darwis Djeunib memberikan informasi bahwa pasukan Inong

Balee dalam Gerakan Aceh

Merdeka memang ada dan mereka ikhlas bergabung kedalamnya, keiklasan para pasukan inong balee untuk bergabung dalam Gerakan Aceh Merdeka, berbagai macam alasan atau sebab yang menyebabkan para wanita aceh tersebut bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka adalah diantaranya ada yang karena mendapatkan pengetahuan tentang sejarah Aceh dan kedaulatan Aceh melalui pidato-pidato yang disampaikan oleh para tokoh Gerakan Aceh Merdeka dari kampung ke kampung21. Dendam karena apa yang dilakukan oleh aparat keamanan saat konflik di Aceh juga merupakan salah satu alasan sebagian inong balee bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka. Bakhtiar Abdullah seorang petinggi GAM membenarkan keberadaan inong balee dalam Gerakan Aceh Merdeka dan mengakui bahwa sangat banyakperan inong balee dalam Gerakan Aceh Merdeka22. Selain itu beberapa diantaranya bergabung dengan gerakan aceh merdeka karena ayah mereka adalah petinggi atau anak dari anggota gerakan aceh merdeka. Setelah mendapatkan latihan militer dan pendidikan yang diberikan oleh mu`alim mereka kembali kedaerah nya masing masing untuk melakukan perekrutan dan memberikan pelatihan militer bagi pasukan inong balee yang akan direkrut. Terdapat runtutan sejarah masa lalu yang terkadang membuat kebencian

21 www.dephan.go.id /modules.php? name=new file= article sid =4609, di akses pada tanggal 17 November 2007 22 www. Aceh magazine.co /index.php? news= laporan utama, diakses pada tanggal 17 November 2007

19


terhadap bangsa indonesia, hal ini pernah diperingatkan oleh Hasbalah M.Saad tokoh masyarakat Aceh beliau mengemukakan bahwa: Pengalaman menunjukkan bahwa selama sepuluh tahun Aceh ditetapkan sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) justru makin banyak jatuh korban. Para pengamat, kata dia, mencatat banyaknya korban justru dari rakyat sipil. Lagipula, tambahnya, kekerasan hanya akan menimbulkan kekerasan baru. Dengan pengalaman itulah, dirinya tetap menginginkan penyelesaian damai untuk Aceh23. (Tempo Interaktif, 12 April 2003) Ada beberapa orang inong balee yang ditangkap misalnya Nilawati asal Sabang, Lisa asal Pidie dan Safrida asal Aceh Besar, mereka mengaku sebagai anggota Gerakan Aceh Merdeka, khususnya sebagai pasukan khusus inong balee. Mereka mendapatkan pelatihan dari Tengku Abdullah Syafi`i yang pada wakyu itu menjabat sebagai panglima perang gerakan aceh merdeka. para inong balee ini mendapatkan latihan didesa Jiem–Jiem, kabupaten Pidie pada tahun1999 selama tiga bulan.

23

www. tempointeraktif. com edisi 12 April 2003 diakses tanggal 20 November 2006

20


E. KESIMPULAN DAN SARAN

Inong Balee merupakan pasukan perempuan (pasukan inong) dalam kesatuan Gerakan Aceh Merdeka, pasukan ini pertama sekali dibentuk oleh panglima Gerakan Aceh Merdeka Tengku Abdullah Syafi`i, Mulai tahun 1999 perekrutan anggota militer Gerakan Aceh Merdeka dilakukan dan kaum wanita pun diberikan latihan militer, mereka kemudian tergabung dalam satu kesatuan pasukan inong balee. Peran pasukan perempuan (inong balee) dalam Gerakan Aceh Merdeka sangat memberikan akses informasi yang sangat menguntungkan bagi Gerakan Aceh Medeka karena perempuan dalam posisi perang sebagai orang yang tidak dicurigai. Para pasukan inong balee mereka diberikan latihan khusus oleh mualim yang telah mendapatkan pendidikan khusus dari libya. Pendidikan militer ini diselenggarakan oleh panglima Gerakan Aceh Merdeka tengku Abdullah syafi`i di desa Jiem jiem, Sigli. ini awal perekrutan pasukan perempuan dalam Gerakan Aceh Merdeka. Yang kemudian meluas dimana para alumni yang telah ikut latihan di jiem- jiem kemudian pulang ke wilayahnya masing masing danm melakukan pelatihan yang sama terhadap perempuan di wilayahnya tersebut. Kemudian selesai dari pelatihan tersebut mereka baru diberikan tugas masing masing sesuai keahlian mereka.ada diantara mereka yang menjadi informan bagi pasukan GAM disaat genting dan ada juga yang menjadi penyedia

21


logistik disaat saat tertentu. Dan juga ada sebagian yang ikut bersama GAM kehutan terlibat perang. Disamping itu ketika para inong balee ini berbaur dengan masyarakat, mereka memberikan penyadaran kepada para perempuan lainnya tentang hak-hak mereka dan terkadang juga mereka melakukan negosiasi ketika melakukan pelepasan terhadap warga yang di tangkap oleh TNI/POLRI ataupun warga yang ditangkap oleh GAM itu sendiri. Adanya kekuatan perempuan sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidak adilan bagi rakyat Aceh dan perlawana terhadap penindasan kiranya menjadi bukti dan bentuk jelas bahwa perempuan Aceh adalah bukan perempuan yang lemah yang kemudian hanya pada dapur kasur dan sumur. Paradigma yang selalu mendiskriminasikan kaum hawa kiranya dapat ternafikan melalui gambaran kehidupan perempuan Aceh yang sangatlah tegar dalam segala kondisi dan situasi. Inong Balee menjadi gambaran tentang adanya keterlibatan perempuan Aceh dalam pemberontakan. ini menjadi sejarah, agar kepedulian terhadap perempuan-perempuan dunia bermula dari Aceh, Dan kemudian menjadi contoh bagi masyarakat dunia kiranya.

22


DAFTAR PUSTAKA

Abu Jihad, Hasan Tiro dan Pergolakan Aceh, PT Aksara Sentra A. Hasjmy, Wanita Aceh sebagai negarawan dan panglima perang, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1996. A Hasjmy, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, Beuna Jakarta, 1983. Al-Chaidar, Gerakan Aceh Merdeka jihad rakyat Aceh mewujutkan negara islam, Madani Press, jakarta, 1999. Al-Chaidar, dkk. Aceh bersimbah darah, menungkap penerapan status militer di Aceh, Pustaka al-Kaustar, jakarta, 1998. A.K. Jakobi, Aceh Dalam Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan, Gramedia, Jakarta, 1998. Dr.Misri A.muchsin, Potret Aceh Dalam Bingkai Sejarah, Ar-Raniry Press, Banda Aceh, 2007. Drs. Hugiono, Drs.P.K.purwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Rineka Cipta, Jakarta 1992, G.A.Geerts, Bezoekersgids militaire erebegraafplaats peutjut visitor`s guide military cemetery of honour peutjut ( buku panduan kuburan militer Peutjut), Stichting Peutjut– Founds, Banda Aceh, 2007. Hasan Muhammad Tiro, Demokrasi Untuk Indonesia, Teplok Press, Jakarta, 1999. Hasanuddin Yusuf Adan, Sejarah Aceh dan Tsunami, Ar-ruzz, jogjakarta, 2005. H.C Zengraf, Aceh, terjemahan oleh Abu Bakar, Beuna, Jakarta, 2003. Isa Sulaiman, Aceh Merdeka: Ideologi, Kepemimipinan dan Gerakan, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2000. Isa Sulaiman, dkk, belanda dan aceh sebuah bibliografi sejarah, dinas kebudayaan, Banda aceh, 2003. Muhammad Umam, Darah dan jiwa aceh, mengungkap falsafaf hidup masyarakat Aceh, dinas kebudayaan propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2002.

23


Muhammad TWH, Belanda gagal rebut pangklan berandan, Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI, Medan,1997. Mashud Ahmad, dkk Aceh masa lalu kini dan akan datang, Jakarta,1995. Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, jakarta, 2005. M.Nasir Budiman, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skipsi, Tesis, Disertasi), Ar-Raniry Press, Banda Aceh, 2004. Moch. Narhasim, dkk, konflik aceh, analisis atas sebab-sebab konflik, kepentingan dan penyelesaian, lembaga ilmu pengetahuan indonesia (LIPI), Jakarta, 2003. M Nur El Ibrahim, Kisah kembalinya Daud Beureueh ke RI, grasindo, Jakarta 1980. M Nur El Ibrahim, Peran Tengku Daud Beureueh Dalam Pergolakan Aceh, Media Dakwah, Jakarta, 2001. Neta S. Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka: Solusi, harapan dan Impian. Grasindo, Jakarta, 2001. Otto syamsuddin ishak, dari maaf ke panik aceh ( sebuah sketsa sosiologi politik), lembaga study pers dan pembngunan LSPP, Jakarta, 2000. Paul van`t veer, Perang Aceh, kisah kegagalan Snouck Hurgronje, PT. Grafiti Pers, Jakarta, 1985. Syamsudin Nazarudin, Pemberontakan Kaum Republik, Temprit, Jakarta, 1990. Snouck Hurgronje, Aceh Dimata Kolonial, Yayasan Soko Guru, Jakrta, 1985. Syarifudin Tippe, El-Hurr, Nurani untuk Aceh, Yayasan Ulul Alham, IHACOM, Banda Aceh, 2001 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Depdikbud, Jakarta,1977. T. Syamsuddin Dkk. Adat Istiadat daerah propinsi DI Aceh, Depdikbut, 1977. T. Alibasjah Talsya, Cut Nyak Meutia Srikandi Aceh yang gugur di medan perang Aceh, Mutiara, Jakarta, 1982. Rani usman, sejarah peradaban Aceh, yayasan obor indonesia jakarta, 2003. Aceh Kita, Agustus 2005. 24


Aceh Kita, Edisi 047/TH KE-2, Tanggal 04 - 10 Desember 2006. Aceh Magazine, juni 2007 Banda Aceh. Bugong, No V Thn.1.juni -2007, Banda Aceh. JURNAL ADABIYA, No.1.Tahun1/ September, 1999, Banda Aceh. KONTRAS, No. 221 Tahun V, Edisi 18-24 Desember 2002. KONTRAS, No. 392 Tahun IX , 5 - 11 Juli 2007. MODUS. Nomor. 49/TH- IV/2 - 8 bulan April 2007. MODUS, No. 40 / th.III/ 9-15 Febuari 2006. SUWA, No 08.thn VI, 06 Maret – 13 Maret 2007. TEMPO, Edisi Khusus 24 Agustus 2003. htt://putoe.wordpress. Com / 2007 / 02 / 15 / inong- Acheh- melangkah-maju / http://ind.wikipedia.org/wiki/Aceh http:// www.tempo.co.id/harian/profil/profhasantiro.html. http:// xoom.com/member/jaja-taha.

25


LAMPIRAN FOTO- FOTO

Lambang Tentara Gerakan Aceh Merdeka

Tengku dr. Hassan tiro, Deklarator Gerakan Aceh Merdeka pada Tahun 1976 Di Gunung Halimon

Korban Pembantaian oleh TNI saat Aceh ditetapkan sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) Di Buket Tengkorak Aceh utara

26


Swepping yang dilakukan oleh TNI, dalam upaya membumi hanguskan Gerakan sparatis GAM

Pembakaran Bendera Merah Putih Sebagai Bentuk Kebencian Terhadap Negara Indonesia Oleh Masyarakat Aceh Pada Tahun 1999

Inong Balee Dalam Gerakan Aceh Merdeka GAM Melakukan Latihan Mengunakan Senjata 27


Pasukan Inong Balee Gerakan Aceh Merdeka berfose

Tengku Abdullah Syafi`i. panglima perang Gerakan Aceh Merdeka

Tengku Muzakir Manaf, tidak berbared, Panglima Gerakan Aceh Merdeka, setelah Tengku Abdullah syafi`I meninggal dunia 28


Cut Nur Asikin, tahanan politik Aceh, sosok pejuang perempuan Aceh

Tengku Sopyan Dawood, Juru bicara Gerakan Aceh Merdeka

Tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saat melakukan persiapan menjelang upacara milad Gerakan Aceh Merdeka

29


Daftar Riwayat Hidup Mukhsin Rizal, S.Hum anak dari buah pernikahan Tengku Abdul Hamid bin Ali dan Ummi Jariah bin Hasan, beliau lahir pada tanggal 1 September 1984, di Meunasah Nga Matang Ubi, Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, beliau besar dan menempuh pendidikan Dasar di SD Negeri Bintanghu pada tahun 1991 dan selesai pada tahun 1997, kemudian melanjutkan Studinya di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lhoksukon pada tahun 1997 selesai dari MTsN 1 Lhoksukon beliau melanjutkan pendidikannya ke SMU N 1 Baktiya pada tahun 2000. Pada tahun 2003 beliau selesai menempuh pendidikan umum dan melanjutkan keperguruan tinggi Negeri Institute Agama Islam Negeri Ar-Raniry (IAIN Ar-Raniry) Darussalam Banda Aceh. Saat menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dia Aktif di beberapa organisasi internal kampus dan Eksternal Kampus, Pada Tahun 2003 terpilih menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam, kemudian Pada Tahun 2005 Terpilih Sebagai Gubernur Mahasiswa Fakultas Adab Uin Ar-Raniry, setelah itu dia aktif dalam meperjuangkan hak-hak Korban Tsunami Aceh, setelah tahun 2005 Pasca penangkapan Panji tidak ada yang melakukan protes terhadap Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR). Mukhsin Rizal bersama Irwansyah Psa, Ahmadi Muhammad Hasan beberapa kawan lainnya membentuk bafer aksi ALEE sebagai Aliansi Pemuda dan Mahasiswa dalam melakukan Aksi Demontrasi menuntuk dihadirkanya Auditor Internasional untuk mengaudit BRR, Demonstrasi ini dilakukan bukan tanpa alasan, melihat perkembangunan saat itu yang masih sangat membutuhkan pengawasan dan tumpang tindihnya pembangunan yang telah menyebabkan kesenjangan kesejahterana pada korban Tsunami Aceh. Kemudian dalam pelepasan Tahanan Politik/ Narapidana Politik pasca MoU Helsinky, dia menjadi Kepala Bidang Advokasi dan Penerangan Mahasiswa Peduli Perdamaian Aceh (M@PPA), kemudian di Akhir Akhir Perkuliahannya Mukhsin Rizal menjadi Ketua Komitee Persiapan Organisasi Liga Mahasiswa Aceh (LIMA), dan sebagai presidium LIMA yang bertugas Merancang Niali-Nilai 30


Dasar Perjuangan (NDP) LIMA. di internal kampus dia aktif dalam melakukan aksi menuntut percepatan pembangunan Kampus IAIN Ar-Raniry Pasca terjadinya Tsunami Aceh pada tahun 26 Desember 2004, dan menuntut Percepatan status IAIN Ar-Raniry menjadi UIN Ar-Raniry. Sehingga pada bulan Januari Tahun 2008, dia Resmi mendapat gelar Sarjana Humaniora pada Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry, pada prosesi Wisuda saat itu dia diberikan kesempatan memimpin prosesi pengucap Sumpah setia kepada Almamater biru Langit. Selesai menempu kuliah di UIN Ar-Raniry kemudain mengabdikan diri sebagai Dosen Lepas di Fakultas Adab Uin ArRaniry dan Fakultas Keguruan di Universitas Serambi Mekkah. Selain itu dia juga Aktif di beberapa kegiat sosial keummatan yang merupakan tanggung jawabnya sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), di ikatan Pemuda Aceh Utara, Pengurus KONI Aceh, Pengurus Kwarda Pramuka Aceh, dan beberapa Organisasi keummatan lainnya.

31


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.