What News Zine Exhibition Vol. 3 "Tuntunan Di Luar Kendali"

Page 1

TUNTUNAN
 DI
LUAR KENDALI Zine
vol.
3



Terlihat
kobaran
api
dan
kepulan
asap
tebal
yang
menunjukan
suatu
bencana,
kita
tidak
mengetahui
 ke
arah
mana
dengan
tujuan
yang
jelas.
Namun
tuntutan
yang
memaksa
untuk
pergi
ke
sana.


P

Kata
Pengantar

andemi
yang
disebabkan
oleh
virus
 Covid-19
 telah
 memaksa
 hampir
 seluruh
 warga
 dunia
 melakukan
 aktivitas
di
dalam
rumah.
Saat
ini,
 kita
diusahakan
untuk
tetap
waras
 dengan
 adanya
 bantuan
 teknologi.
 Ayah
 bekerja,
 ibu
 berbelanja,
 anak
 bersekolah
 –
 semua
dapat
dilakukan
secara
mudah
untuk
 melanjutkan
hidup,
tentunya
dengan
jaringan
 internet
dan
teknologi
yang
memadai.
Tidak
 hanya
 melanjutkan
 kegiatan
 pokok
 melalui
 dukungan
internet,
manusia
sebagai
makhluk
 sosial
 pun
 mulai
 dibiasakan
 mengadakan
 pertemuan
secara
daring;
seperti
buka
puasa
 bersama
daring
di
bulan
Ramadan
yang
lalu,
 lembaga
dan
institusi
pendidikan
merayakan
 wisuda
 melalui
 media
 daring,
 bahkan
 mengadakan
pameran
seni
secara
virtual. 
 What
News
merupakan
satu
dari
sekian
 banyak
 pameran
 seni
 virtual
 yang
 diadakan
 selama
 masa
 pandemi
 virus
 Covid-19.
 Pameran
 ini
 sendiri
 mengusung
 tema
 besar
 berupa
 rasa
 kangen
 yang
 dapat
 mencakup
 sebaran
 yang
 luas.
 Sederhananya,
 seperti
 kangen
 bercengkerama
 dengan
 orang-orang
 terdekat
 di
 luar
 rumah
 tanpa
 takut
 tertular
 atau
 menularkan
 virus,
 atau
 rasa
 kangen
 mengerjakan
 kegiatan
 sehari-hari
 tanpa
 dibatasi
oleh
layar
digital
yang
membuat
mata
 perih
atau
sakit
punggung
akibat
terlalu
lama
 duduk,
hingga
kangen
untuk
melakukan
kerja
 sebagai
seniman
–
dalam
konteks
ini
berkarya
 lalu
mengadakan
pameran
–
sembari
duduk
 santai
 berhadapan
 dengan
 para
 seniman
 lainnya
membicarakan
tentang
konsep
karya
 yang
akan
dibuat.

Tajuk
 What
 News
 pun
 dipilih
 sebagai
 sebuah
bentuk
pertanyaan,
tidak
hanya
bagi
 para
 seniman
 namun
 untuk
 siapa
 saja
 jika
 merasa
 terpanggil
 dan
 ingin
 menjawab;
 ada
 berita
 baik
 apa
 tentang
 kreativitasmu
 di
 masa
 inkubasi
 ini?
 Tentunya
 jawaban
 yang
 diharapkan
adalah
kabar
baik
mengenai
karya
 yang
 segar
 dan
 baru,
 pertanda
 bahwa
 kreativitas
 tidak
 lantas
 mati
 suri
 dalam
 keadaan
 yang
 tidak
 kooperatif
 sekalipun.
 Dalam
 What
 News,
 kami
 percaya
 bahwa
 selalu
ada
hal
baru
yang
bisa
dikembangkan
 meski
 hanya
 di
 rumah
 dan
 melewati
 sistem
 digital.
 
 Pame ran
 se ni
 virtual
 What
 News
 menghadirkan
bagi
para
seniman
muda
untuk
 saling
bertegur
sapa
dan
bertukar
kabar
soal
 produktivitas
 mereka
 selama
 masa
 diam
 di
 rumah.
 Selain
 itu,
 diharapkan
 pula
 bahwa
 What
 News
 dapat
 menjadi
 pengingat
 baik
 bagi
 para
 kontributor
 maupun
 pengunjung
 pameran,
 bahwa
 kreativitas
 selalu
 mampu
 dikembangkan
 di
 manapun
 selama
 otak
 di
 raga
 seorang
 individu
 masih
 dapat
 bekerja
 sama
 dengan
 sistem
 tubuh
 lainnya
 agar
 membuat
raga
tersebut
tetap
hidup.

Meutia
Swarna
Maharani Banjarbaru,
27
Juni,
2020


Tuntunan
Di
Luar
Kendali

T

untutan
 untuk
 tetap
 berkarya
 sebagai
 seniman
 adalah
 suatu
 tahap
dalam
berproses.
Misalkan
 saja
bertanya
pada
kondisi
saat
ini,
 mengapa
tetap
berpameran?
Tidak
 ada
 jawaban
 pasti,
 tidak
 ada
 jawaban
 tepat.
 Hasil
 karya
 yang
 diperlihatkan
 memiliki
 ceritanya
 sendiri.
 Berkarya
 itu
 salah
 satu
 proses
 berkembang,
 orang
 yang
 berkesenian
 haruslah
berkarya. 
 Tertahan,
 terisolasi,
 terikat,
 ataupun
 terkurung,
tentu
saja
ini
bukanlah
kondisi
yang
 diinginkan
oleh
siapa
pun.
Argumen
manusia
 yang
beradu
tanpa
dasar,
makin
tak
terkendali
 di
luar
sana.
Para
seniman
yang
tetap
berproses
 sambil
mengurung
diri.
Tentu
saja
kurangnya
 t e m p a t 
 b e r m a i n 
 b a g i 
 s e n i m a n
 mengharuskannya
 untuk
 lebih
 kreatif
 dalam
 berkarya.
 Kita
 semua
 menjalankan
 perintah
 dan
 tuntutan.
 Bersyukur
 menjadi
 hal
 yang
 disadari
 saat
 ini,
 meski
 tidak
 semua
 yang
 didengar
pasti
benar.

Siapa
 sangka
 pula,
 munculnya
 rasa
 rindu,
 harap,
 dan
 emosi
 yang
 tak
 terkendali
 mengikat
 pikiran
 dan
 menghambat
 dalam
 proses
 berkarya.
 Sosial
 media
 menjadi
 salah
 satu
alternatif
pertemuan.
Perasaan
rindu
pada
 hal
 yang
 belum
 terjadi,
 mengharapkan
 suatu
 moment
 kebersamaan,
 saat
 ini
 semuanya
 hanya
 terikat
 dalam
 imajinasi.
 Langkah
 selanjutnya
 menuangkan
 emosi
 pada
 pikiran
 dan
mengubahnya
kedalam
suatu
karya. 
 Bumi
 sedang
 tidak
 baik,
 manusia
 m e l e n c e n g 
 k e s a n a ­ k e m a r i 
 d e n g a n
 argumennya,
 para
 petinggi
 negara
 sedang
 berusaha
 meredakan
 musibah
 ini
 katanya,
 seniman
dituntut
terus
berkarya,
namun
semua
 yang
 terjadi
 di
 alam
 semesta
 adalah
 di
 luar
 kendali
kita
semua. Tarisya
Amalia
R.

Purworejo,
23
Juli
2020


Adi
Alam “Aku
Merindukan
Sesuatu
yang
Belum
Ada” Acrylic
on
Canvas 40cm
x
40cm 2020


Sering
 dipanggil
 dengan
 nama
 Adi
 alam
 karena
 kegemarannya
 berpetualang
 di
 alam.
 Ia
 lahir
 pada
 tanggal
 30
 Agustus
1998
di
Yogyakarta.
Ia
merupakan
mahasiswa
Institut
 Seni
Indonesia
Yogyakarta
angkatan
2019.

Deskripsi
Karya

K

a r y a 
 i n i 
 u n g k a p a n
 k e m a r a h a n 
 s a y a 
 p a d a
 pemikiran
 dan
 perkataan
 saya
 sendiri.
 Saya
 selalu
 berhati-hati,
 menjaga
 perasaan,
 dan
 kesendirian.
Saya
tidak
tau
dia
,
apakah
 menganggap
 ini
 sebagai
 pelampiasan.
 Atau
 apakah
 ini
 rencana
 Tuhan.
 Saya
 merindukan
 sesuatu
 yang
 belum
 ada.
 Dipertemukan
 diatas
 awan
 dan
 jerami.
 A w a n 
 d a n 
 e m b u n 
 y a n g 
 b e r s a m a
 dipertanyakan,
 apakah
 dia
 awan
 atau
 embun.
Karena
saya
adalah
Virgo.
Saya
 ingin
gila
dan
dianggap
demikian.


Alin
Liandisshanti “Apa
Boleh
Buat?” Oil
On
Canvas 40cm
x
50cm 2020


Perempuan
asal
DKI
Jakarta
dan
murah
senyum
ini
akrab
 disapa
dengan
nama
Alin.
Ia
kini
sedang
menempuh
pendidikan
 seni
 murni
 di
 Fakultas
 Seni
 Rupa
 ISI
 Yogyakarta,
 mayoritas
 karya
karya
Alin
Liandisshanti
adalah
drawing
hitam-putih.

Deskripsi
Karya

T

idak
 terasa
 sudah
 setengah
 tahun
 2020
 ini
 dilewati.
 Siapa
 yang
 bisa
 menduga
 semuanya?
 Latar
 belakang
 karya
 ini
 menggambarkan
 s u a s a n a 
 d i 
 Y I A 
 ( Y o g y a k a r t a
 International
 Airport).
 Dengan
 sangat
 berat
 hati,
 perupa
 meninggalkan
 Y o g y a k a r t a 
 u n t u k 
 k e 
 k a m p u n g
 halamannya.
 Namun
 setelah
 sampai
 di
 kampung
pun,
kerinduan
untuk
kembali
 ke
 Yogyakarta
 justru
 menguat.
 Perupa
 menggambarkan
 jiwa
 dan
 tubuh
 yang
 selalu
 terpisah,
 keinginan
 dan
 situasi

yang
 tak
 selalu
 satu
 kehendak.
 Perupa
 sangat
 sadar
 bahwa
 manusia
 adalah
 m a k h l u k 
 y a n g 
 k e c i l , 
 t i d a k 
 b i s a
 melakukan
 segala
 sesuatunya
 dengan
 kemauannya.


Merra
Larevue
Lesliens
De’lame “State
Of
Mind” Oil
Pastel
on
Paper A2 2020


Merra
 dikenal
 dengan
 namanya
 yang
 panjang
 namun
 indah.
 Tak
 sedikit
 yang
 mengetahui
 bahwa
 perempuan
 asal
 Sleman,
Yogyakarta
ini
memiliki
sifat
yang
pendiam.
Namun
di
 lain
sisi,
Merra
memiliki
paras
yang
cantik.
Saat
ini
pun
Merra
 menjalani
 pendidikan
 seni
 murni
 di
 Fakultas
 Seni
 Rupa
 ISI
 Yogyakarta

Deskripsi
Karya

W

arna-warni
 hidup
 terbentuk
 dalam
 sebuah
 kesempatan.
 Setiap
orang
yang
datang
dan
 pergi
memiliki
ruang
kosong
 dan
 tak
 dapat
 tergantikan.
 T e r k u n c i 
 u n t u k 
 s e m e n t a r a 
 a t a u
 selamanya.
 Perasaan
 rindu
 tunbuh
 di
 palung
 dalam
 hatiku;
 hidup,
 menjalar
 tak
mau
pergi.
Habis
aku
digerogotinya,
 terduduk
 di
 pojok
 ingatan
 dalam
 kesendirian.


Disti
Swandaru “iron
Mad” Resin 40cm
x
20cm 2020


Disti
Swasta
Swandaru,
pria
asal
magelang
ini
merupakan
 mahasiswa
 Institut
 Seni
 Indonesia
 Yogyakarta.
 Pria
 ini
 selalu
 membuat
karya
yang
unik
dan
memiliki
ciri
khas
tersendiri.

Deskripsi
Karya

I

RON
MAD,
bercerita
di
balik
 kemenangan,
 kesuksesan,
 k e b e r u n t u n g a n , 
 d a n
 kebahagiaanmu,
 pasti
 ada
 sesuatu,
 sesosok,
 seekor,
 sebuah,
atau
seseorang
yang
menopang
 i t u . 
 S e b u a h 
 p e r i s t i w a 
 y a n g
 menyenangkan
tidak
terjadi
begitu
saja.
 Semua
 berjalan
 melewati
 peristiwaperistiwa
 unik
 yang
 dinamakan
 hidup.
 Penopang
 itu
 memang
 agak
 rancu.
 Kadang
 ia
 berkarat,
 sekarat,
 melarat,
 keramat,
 bahkan
 nyaris
 mokat
 (tewas).
 Kadang
kamu
tidak
tau,
pura-pura
tidak

tau,
 atau
 tidak
 mau
 tau.
 Akan
 tetapi
 merenungkanlah
 sejenak,
 tataplah
 dimensi
putih
dan
berbisik
'terima
kasih'
 semesta.


Beni
Fajar “Situasi(u)
Terkini” Mix
Media
on
Canvas 80cm
x
60cm 2020


Perupa
 muda
 asal
 Yogyakarta
 ini
 tengah
 menempuh
 pendidikan
di
Institut
Seni
Indonesia
Yogyakarta.
Selain
aktif
di
 berbagai
pameran,
ia
dunia
pun
tertarik
dalam
dunia
street
art.

Deskripsi
Karya

S

ITUASI(
U
)
TERKINI
adalah
 u n g k a p a n 
 u n t u k
 mempertanyakan
 apa
 kabar
 d u n i a 
 i n i . 
 S u d a h
 membaikkah?
 Atau
 semakin
 burukkah?
 Banyak
 orang
 menganggap
 dunia
sudah
pulih,
namun
tidak
sedikit
 p u l a 
 y a n g 
 m e n g a t a k a n 
 b e l u m .
 P e r t a n y a a n n y a , 
 a p a k a h 
 s e b e l u m

pandemi
 merajalela
 dunia
 baik-baik
 saja?
Mungkin
jawabannya
belum
tentu
 ya.
 Sebab
 yang
 membedakan
 adalah
 bagaimana
 cara
 kita
 memandang.
 Manusia
 sibuk
 dengan
 huru-hara,
 sementara
 Tuhan
 sedang
 menikmati
 dari
sudut
pandang
kacamata-Nya.


Andreas
Vieri
Tarihoran “Kangen” Linocut
on
Paper 48cm
x
30cm 2020


Dipanggil
dengan
Andre,
kawan
kita
yang
satu
ini
pernah
 berdebat
 dengan
 salah
 satu
 dosen
 di
 kampus
 ISI
 Yogyakarta
 karena
 memiliki
 nama
 yang
 sama.
 Andre
 berasal
 dari
 Barus,
 Tapanuli
 Tengah
 yang
 memilih
 untuk
 belajar
 seni
 murni
 di
 Yogyakarta.

Deskripsi
Karya

D

i
 masa
 sekarang
 ini,
 kita
 dihadapkan
 dengan
 cobaan
 y a n g 
 s a n g a t 
 s u l i t 
 y a k n i
 penyebaran
 covid19,
 karena
 kita
 harus
 saling
 menjaga
 jarak
 dengan
 masyarakat,
 teman,
 sahabat,
 pacar,
 dan
 tidak
 terkecuali
 keluarga
 kita
 sendiri.
 Dan
 cobaan
 ini
 tidak
 hanya
 berdampak
 terhadap
 kesehatan
 namun
 banyak
 hal
 lain,
 seperti
 :
 ekonomi,
 pendidikan,
 politik
 dan
 juga
 sosial.
 Yang
 dulunya
 kita
 bisa
 berkumpul
 dengan
 banyak
 orang,
 berwisata
 di
 saat
 hari
 libur,
 bertemu

dengan
 teman-teman
 di
 sekolah,
 rekan
 kerja,
 yang
 seharusnya
 kita
 bisa
 mudik
 a t a u p u n 
 p u l a n g 
 k a m p u n g 
 u n t u k
 berjumpa
dengan
keluarga
di
sana,
serta
 biasanya
kita
dapat
beribadah
ke
tempat
 ibadah
dan
lain
sebagainya,
kini
hal-hal
 itu
tidak
dapat
kita
lakukan
lagi
sehingga
 membuat
kita
'kangen'
akan
hal
itu
dan
 bisa
dibilang
sudah
menjadi
tradisi
bagi
 kita.
 Kita
 hanya
 bisa
 berharap
 bahwa
 cobaan
 ini
 bisa
 kita
 lewati
 dengan
 putaran
waktu
yang
tidak
lama
lagi
dan
 bisa
kembali
normal
seperti
semestinya.


Sofiana
Nur
Annisa “Seperti
Jemuran
Kering
Saja” Acrylic
on
Canvas 80cm
x
60cm 2020


Perempuan
 yang
 satu
 ini
 berasal
 dari
 Purworejo,
 Jawa
 Tengah.
 Akrab
 dipanggil
 dengan
 nama
 Anna.
 Ia
 adalah
 sosok
 yang
baik
dan
lucu.
Anna
menjalani
pendidikan
seni
murni
di
ISI
 Yogyakarta.
Karena
kecintaannya
dengan
seni
rupa,
Ia
memiliki
 kepekaan
 yang
 kuat
 dalam
 menangkap
 bentuk.
 Karya-karya
 gambar
 bentuknya
 mendapat
 sebutan
 ciamik
 dari
 temantemannya

Deskripsi
Karya

D

i 
 s a a t 
 p a n d e m i 
 s e p e r t i
 sekarang,
 banyak
 hal
 yang
 t e r h e n t i 
 d a n 
 t i d a k 
 b i s a
 dilakukan
 seperti
 hari-
 hari
 biasa.
 Orang-orang
 dipaksa
 agar
 tetap
 di
 rumah
 untuk
 melakukan
 aktivitas
 sehari-hari
 melalui
 perantara
 media.
 Karya
 ini
 merupakan
 bentuk
 kegelisahan
 saya
 karena
 rutinitas
 yang
 biasa
dilakukan
harus
terhenti
dan
harus
 mematuhi
 himbauan
 pemerintah
 agar
 tetap
 berada
 di
 rumah.
 Sebagai
 orang
 yang
 berkecimpung
 di
 dunia
 seni,
 rutinitas
 seperti
 melukis
 di
 luar,

pameran
 di
 galeri
 dan
 workshop
 seni
 pasti
sangat
dirindukan.
Hampir
semua
 m e r a s a k a n 
 k e b o s a n a n 
 s e l a m a
 melakukan
 rutinitas
 di
 rumah
 saja,
 t e r l e b i h 
 b a g i 
 o r a n g 
 y a n g
 terbiasaberaktivitas
 di
 luar
 rumah.
 Lukisan
ini
merupakan
representasi
dari
 kerinduan
akan
rutinitas
yang
tiba-tiba
 dipaksa
untuk
berhenti,
diam
di
rumah
 menunggu
 dan
 berharap
keadaan
lekas
 membaik
 dengan
 berita-berita
 buruk
 yang
terus
berdatangan.


Agustinus
Setiawan
Ance “Tak
Sempat” Pencil,
Acrylic
on
Paper A2 2020


Kerap
disapa
dengan
nama
Tya,
pria
ini
datang
jauh
dari
 Manggarai,
Flores
untuk
menempuh
pendidikan
seni
murni
di
 ISI
 Yogyakarta.
 Tya
 ini
 masih
 sangat
 memperhatikan
 lingkungannya
 dengan
 baik,
 karena
 itu
 pula
 karya-karya
 miliknya
penuh
dengan
pesan
dan
realistic.
Satu
hal
lagi
yang
 menarik
dari
Tya,
Ia
senang
bersepeda
ontel
kemana-mana.

Deskripsi
Karya

L

ukisan
 ini
 menceritakan
 sebuah
kenyataan
yang
ada
di
 dalam
 kehidupan
 seharih a r i . 
 L u k i s a n 
 i n i
 m e n c e r i t a k a n 
 t e n t a n g
 seorang
 gadis
 yang
 berada
 dalam
 satu
 zona
 nyaman,
 namun
 bukan
 atas
 kemauan
 dirinya
 sendiri.
 Ini
 adalah
 keputusan
besar
oleh
pemerintah
untuk
 semua
 warga
 negara,
 tetapi
 saya
 hanya
 mengambil
 salah
 satu
 dari
 yang
 ada
 untuk
 memberikan
 gambaran
 yang
 semua
 orang
 pasti
 mengalaminya
 di
 masa
 ini.
 Dari
 lukisan
 ini
 kita
 bisa
 melihat
 bahwa
 cerminan
 kehidupan
 yang
 dia
 miliki
 sekarang
 sedang
 dalam
 keadaan
 tidak
 aman,
 dari
 efek
 cermin
 yang
pecah
itu
mengartikan
bahwa
ada
 sesuatu
 yg
 disembunyikan,
 dan
 visual
 yang
 terekam
 di
 cermin
 tersebut
 tidak
 sempurna
 ini
 dari
 segi
 ramalannya.
 Untuk
 membendung
 rasa
 khawatir
 seiring
berjalannya
waktu
dia
hanya
bisa
 menyendiri,
 terkekang,
 sepi,
 depresi,
 dan
 berhalusinasi,
 itu
 yang
 selalu
 dialaminya.
 Hanya
 ada
 satu
 yang
 bisa
 menghibur
dirinya
saat
ini
yaitu
gadget.
 Dan
 di
 dalam
 gadget
 tersebut
 ada
 yg
 namanya
 sosmed
 (sosial
 media),
 dia
 hanya
bisa
berkomunikasi
lewat
aplikasi

yang
berada
di
sekelilingnya
seperti
pada
 lukisan
 tersebut.
 Dia
 melampiaskan
 semua
 amarah
 bercampur
 rindu,
 sedih
 b e r c a m p u r 
 b a h a g i a 
 k a r e n a 
 b i s a
 berkomunikasi
tanpa
harus
bertemu
tapi
 seiring
 berjalannya
 waktu,
 rindu
 semakin
 menumpuk.
 Saat
 ini
 adalah
 waktu
 yang
 tepat
 untuk
 melampiaskan
 rindu
bersama
keluarga,
tetapi
semua
itu
 tidak
 bisa
 terwujud
 karena
 peraturan
 pemerintah
 yang
 membuat
 semuanya
 menjadi
terhambat,
diakibatkan
kondisi
 di
 tahun
2020
yang
 tidak
aman.
Visual
 pesawat
 terbang
 yg
 ada
 dalam
 cermin
 retak
 merepresentasikan
 semua
 jalur
 transportasi
 yang
 ditutup.
 Dan
 ini
 juga
 soal
 perkuliahan
 yang
 dulunya
 offline
 atau
 tatap
 muka,
 sekarang
 harus
 dijalankan
 secara
 online,
 yang
 dapat
 dijalankan
 dengan
 lancar,
 tetapi
 di
 dalam
 hatinya
 ia
 merasa
 kesepian.
 Semuanya
 dilakukan
 melalui
 Google
 Classroom,
 Whatsapp,
 Instagram,
 dll.
 Hal
tersebut
baik
untuk
perkembangan
 teknologi,
 tetapi
 untuk
 perkembangan
 mental,
 hal
 tersebut
 tidak
 terlalu
 baik
 karena
 ia
 selalu
 merasa
 dikekang.
 Dan
 keputusan
 itu
 menyebabkan
 banyak
 rindu
yang
tak
sempat
dilampiaskan
dan
 hanya
rasa
'kangen'
yg
tersisa.


Fi’luna
Maungidhotul
Hasanah “Terkurung” Watercolor,
Pastel
on
Paper 30cm
x
42cm 2020


Akrab
 disapa
 Filuna,
 salah
 satu
 mahasiswi
 Institut
 Seni
 Indonesia
 (ISI)
 Yogyakarta
 2019
 yg
 berasal
 dari
 tulungagung,
 dikenal
 sebagai
 sosok
 yang
 sangat
 tekun
 dan
 berkonsentrasi
 dalam
mengerjakan
tugas
atau
pekerjaannya.

Deskripsi
Karya

K

arya
 ini
 terinspirasi
 dari
 k o n d i s i 
 d i 
 t e n g a h 
 m a s a
 p a n d e m i 
 y a n g
 mengharuskan
 seseorang
 menahan
 diri
 dari
 keluar
 r u m a h , 
 b e r j a g a 
 j a r a k , 
 d a n
 memperhatikan
 protokol
 kesehatan.
 Bunga
di
atas
kepala
sebagai
gambaran
 ide-ide
yang
terus
bermunculan
selama
 hari-hari
 karantina,
 sementara
 sayap
 b e r c e r i t a 
 b a h w a 
 i a 
 s i a p 
 t e r b a n g
 mewujudkan
 ide-ide
 tersebut
 selepas
 wabah
berakhir.


Semua
anak
adalah
seniman.
Masalahnya
 adalah
bagaimana
tetap
menjadi
seorang
 seniman
setelah
ia
besar
nanti. –
Pablo
Picasso
–


Thanks
to

Terima
 kasih
 sebesar-besarnya
 atas
 bantuannya
 kepada
 Lutse
 Lambert
Daniel
Morin,
M.Sn.,
Satrio
Hari
Wicaksono,
M.Sn.,
Devy
Ika
 Nurjanah,
 S.Sn.,
 M.Sn.,
 AC
 Andre
 Tanama,
 M.Sn.,
 Opung
 Farhan,
 Guruh
 Ramdani,
 Alodia
 Yap,
 Lor
 band,
 Danang
 Nasution,
 Saltys
 Spitoons,
anggota
Nawanata,
dan
para
penulis
yang
terdiri
dari;
Meutia
 Swarna
 Maharani,
 Desi
 Sofianti,
 Awi
 Nasution,
 Tarisya
 Amalia,
 Anggieta
Maharani,
Maila
A.
Fainanita,
dan
M.
Sifak
Suliswanto,
serta
 sponsor
 dan
 media
 partner
 yang
 membantu
 kelancaran
 pameran
 virtual
ini.

Sponsored
by
:

Media
Partner
:

@chantfelicia





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.