TUNTUNAN DI LUAR KENDALI Zine vol. 3
Terlihat kobaran api dan kepulan asap tebal yang menunjukan suatu bencana, kita tidak mengetahui ke arah mana dengan tujuan yang jelas. Namun tuntutan yang memaksa untuk pergi ke sana.
P
Kata Pengantar
andemi yang disebabkan oleh virus Covid-19 telah memaksa hampir seluruh warga dunia melakukan aktivitas di dalam rumah. Saat ini, kita diusahakan untuk tetap waras dengan adanya bantuan teknologi. Ayah bekerja, ibu berbelanja, anak bersekolah – semua dapat dilakukan secara mudah untuk melanjutkan hidup, tentunya dengan jaringan internet dan teknologi yang memadai. Tidak hanya melanjutkan kegiatan pokok melalui dukungan internet, manusia sebagai makhluk sosial pun mulai dibiasakan mengadakan pertemuan secara daring; seperti buka puasa bersama daring di bulan Ramadan yang lalu, lembaga dan institusi pendidikan merayakan wisuda melalui media daring, bahkan mengadakan pameran seni secara virtual. What News merupakan satu dari sekian banyak pameran seni virtual yang diadakan selama masa pandemi virus Covid-19. Pameran ini sendiri mengusung tema besar berupa rasa kangen yang dapat mencakup sebaran yang luas. Sederhananya, seperti kangen bercengkerama dengan orang-orang terdekat di luar rumah tanpa takut tertular atau menularkan virus, atau rasa kangen mengerjakan kegiatan sehari-hari tanpa dibatasi oleh layar digital yang membuat mata perih atau sakit punggung akibat terlalu lama duduk, hingga kangen untuk melakukan kerja sebagai seniman – dalam konteks ini berkarya lalu mengadakan pameran – sembari duduk santai berhadapan dengan para seniman lainnya membicarakan tentang konsep karya yang akan dibuat.
Tajuk What News pun dipilih sebagai sebuah bentuk pertanyaan, tidak hanya bagi para seniman namun untuk siapa saja jika merasa terpanggil dan ingin menjawab; ada berita baik apa tentang kreativitasmu di masa inkubasi ini? Tentunya jawaban yang diharapkan adalah kabar baik mengenai karya yang segar dan baru, pertanda bahwa kreativitas tidak lantas mati suri dalam keadaan yang tidak kooperatif sekalipun. Dalam What News, kami percaya bahwa selalu ada hal baru yang bisa dikembangkan meski hanya di rumah dan melewati sistem digital. Pame ran se ni virtual What News menghadirkan bagi para seniman muda untuk saling bertegur sapa dan bertukar kabar soal produktivitas mereka selama masa diam di rumah. Selain itu, diharapkan pula bahwa What News dapat menjadi pengingat baik bagi para kontributor maupun pengunjung pameran, bahwa kreativitas selalu mampu dikembangkan di manapun selama otak di raga seorang individu masih dapat bekerja sama dengan sistem tubuh lainnya agar membuat raga tersebut tetap hidup.
Meutia Swarna Maharani Banjarbaru, 27 Juni, 2020
Tuntunan Di Luar Kendali
T
untutan untuk tetap berkarya sebagai seniman adalah suatu tahap dalam berproses. Misalkan saja bertanya pada kondisi saat ini, mengapa tetap berpameran? Tidak ada jawaban pasti, tidak ada jawaban tepat. Hasil karya yang diperlihatkan memiliki ceritanya sendiri. Berkarya itu salah satu proses berkembang, orang yang berkesenian haruslah berkarya. Tertahan, terisolasi, terikat, ataupun terkurung, tentu saja ini bukanlah kondisi yang diinginkan oleh siapa pun. Argumen manusia yang beradu tanpa dasar, makin tak terkendali di luar sana. Para seniman yang tetap berproses sambil mengurung diri. Tentu saja kurangnya t e m p a t b e r m a i n b a g i s e n i m a n mengharuskannya untuk lebih kreatif dalam berkarya. Kita semua menjalankan perintah dan tuntutan. Bersyukur menjadi hal yang disadari saat ini, meski tidak semua yang didengar pasti benar.
Siapa sangka pula, munculnya rasa rindu, harap, dan emosi yang tak terkendali mengikat pikiran dan menghambat dalam proses berkarya. Sosial media menjadi salah satu alternatif pertemuan. Perasaan rindu pada hal yang belum terjadi, mengharapkan suatu moment kebersamaan, saat ini semuanya hanya terikat dalam imajinasi. Langkah selanjutnya menuangkan emosi pada pikiran dan mengubahnya kedalam suatu karya. Bumi sedang tidak baik, manusia m e l e n c e n g k e s a n a k e m a r i d e n g a n argumennya, para petinggi negara sedang berusaha meredakan musibah ini katanya, seniman dituntut terus berkarya, namun semua yang terjadi di alam semesta adalah di luar kendali kita semua. Tarisya Amalia R.
Purworejo, 23 Juli 2020
Adi Alam “Aku Merindukan Sesuatu yang Belum Ada” Acrylic on Canvas 40cm x 40cm 2020
Sering dipanggil dengan nama Adi alam karena kegemarannya berpetualang di alam. Ia lahir pada tanggal 30 Agustus 1998 di Yogyakarta. Ia merupakan mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan 2019.
Deskripsi Karya
K
a r y a i n i u n g k a p a n k e m a r a h a n s a y a p a d a pemikiran dan perkataan saya sendiri. Saya selalu berhati-hati, menjaga perasaan, dan kesendirian. Saya tidak tau dia , apakah menganggap ini sebagai pelampiasan. Atau apakah ini rencana Tuhan. Saya merindukan sesuatu yang belum ada. Dipertemukan diatas awan dan jerami. A w a n d a n e m b u n y a n g b e r s a m a dipertanyakan, apakah dia awan atau embun. Karena saya adalah Virgo. Saya ingin gila dan dianggap demikian.
Alin Liandisshanti “Apa Boleh Buat?” Oil On Canvas 40cm x 50cm 2020
Perempuan asal DKI Jakarta dan murah senyum ini akrab disapa dengan nama Alin. Ia kini sedang menempuh pendidikan seni murni di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, mayoritas karya karya Alin Liandisshanti adalah drawing hitam-putih.
Deskripsi Karya
T
idak terasa sudah setengah tahun 2020 ini dilewati. Siapa yang bisa menduga semuanya? Latar belakang karya ini menggambarkan s u a s a n a d i Y I A ( Y o g y a k a r t a International Airport). Dengan sangat berat hati, perupa meninggalkan Y o g y a k a r t a u n t u k k e k a m p u n g halamannya. Namun setelah sampai di kampung pun, kerinduan untuk kembali ke Yogyakarta justru menguat. Perupa menggambarkan jiwa dan tubuh yang selalu terpisah, keinginan dan situasi
yang tak selalu satu kehendak. Perupa sangat sadar bahwa manusia adalah m a k h l u k y a n g k e c i l , t i d a k b i s a melakukan segala sesuatunya dengan kemauannya.
Merra Larevue Lesliens De’lame “State Of Mind” Oil Pastel on Paper A2 2020
Merra dikenal dengan namanya yang panjang namun indah. Tak sedikit yang mengetahui bahwa perempuan asal Sleman, Yogyakarta ini memiliki sifat yang pendiam. Namun di lain sisi, Merra memiliki paras yang cantik. Saat ini pun Merra menjalani pendidikan seni murni di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta
Deskripsi Karya
W
arna-warni hidup terbentuk dalam sebuah kesempatan. Setiap orang yang datang dan pergi memiliki ruang kosong dan tak dapat tergantikan. T e r k u n c i u n t u k s e m e n t a r a a t a u selamanya. Perasaan rindu tunbuh di palung dalam hatiku; hidup, menjalar tak mau pergi. Habis aku digerogotinya, terduduk di pojok ingatan dalam kesendirian.
Disti Swandaru “iron Mad” Resin 40cm x 20cm 2020
Disti Swasta Swandaru, pria asal magelang ini merupakan mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pria ini selalu membuat karya yang unik dan memiliki ciri khas tersendiri.
Deskripsi Karya
I
RON MAD, bercerita di balik kemenangan, kesuksesan, k e b e r u n t u n g a n , d a n kebahagiaanmu, pasti ada sesuatu, sesosok, seekor, sebuah, atau seseorang yang menopang i t u . S e b u a h p e r i s t i w a y a n g menyenangkan tidak terjadi begitu saja. Semua berjalan melewati peristiwaperistiwa unik yang dinamakan hidup. Penopang itu memang agak rancu. Kadang ia berkarat, sekarat, melarat, keramat, bahkan nyaris mokat (tewas). Kadang kamu tidak tau, pura-pura tidak
tau, atau tidak mau tau. Akan tetapi merenungkanlah sejenak, tataplah dimensi putih dan berbisik 'terima kasih' semesta.
Beni Fajar “Situasi(u) Terkini” Mix Media on Canvas 80cm x 60cm 2020
Perupa muda asal Yogyakarta ini tengah menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Selain aktif di berbagai pameran, ia dunia pun tertarik dalam dunia street art.
Deskripsi Karya
S
ITUASI( U ) TERKINI adalah u n g k a p a n u n t u k mempertanyakan apa kabar d u n i a i n i . S u d a h membaikkah? Atau semakin burukkah? Banyak orang menganggap dunia sudah pulih, namun tidak sedikit p u l a y a n g m e n g a t a k a n b e l u m . P e r t a n y a a n n y a , a p a k a h s e b e l u m
pandemi merajalela dunia baik-baik saja? Mungkin jawabannya belum tentu ya. Sebab yang membedakan adalah bagaimana cara kita memandang. Manusia sibuk dengan huru-hara, sementara Tuhan sedang menikmati dari sudut pandang kacamata-Nya.
Andreas Vieri Tarihoran “Kangen” Linocut on Paper 48cm x 30cm 2020
Dipanggil dengan Andre, kawan kita yang satu ini pernah berdebat dengan salah satu dosen di kampus ISI Yogyakarta karena memiliki nama yang sama. Andre berasal dari Barus, Tapanuli Tengah yang memilih untuk belajar seni murni di Yogyakarta.
Deskripsi Karya
D
i masa sekarang ini, kita dihadapkan dengan cobaan y a n g s a n g a t s u l i t y a k n i penyebaran covid19, karena kita harus saling menjaga jarak dengan masyarakat, teman, sahabat, pacar, dan tidak terkecuali keluarga kita sendiri. Dan cobaan ini tidak hanya berdampak terhadap kesehatan namun banyak hal lain, seperti : ekonomi, pendidikan, politik dan juga sosial. Yang dulunya kita bisa berkumpul dengan banyak orang, berwisata di saat hari libur, bertemu
dengan teman-teman di sekolah, rekan kerja, yang seharusnya kita bisa mudik a t a u p u n p u l a n g k a m p u n g u n t u k berjumpa dengan keluarga di sana, serta biasanya kita dapat beribadah ke tempat ibadah dan lain sebagainya, kini hal-hal itu tidak dapat kita lakukan lagi sehingga membuat kita 'kangen' akan hal itu dan bisa dibilang sudah menjadi tradisi bagi kita. Kita hanya bisa berharap bahwa cobaan ini bisa kita lewati dengan putaran waktu yang tidak lama lagi dan bisa kembali normal seperti semestinya.
Sofiana Nur Annisa “Seperti Jemuran Kering Saja” Acrylic on Canvas 80cm x 60cm 2020
Perempuan yang satu ini berasal dari Purworejo, Jawa Tengah. Akrab dipanggil dengan nama Anna. Ia adalah sosok yang baik dan lucu. Anna menjalani pendidikan seni murni di ISI Yogyakarta. Karena kecintaannya dengan seni rupa, Ia memiliki kepekaan yang kuat dalam menangkap bentuk. Karya-karya gambar bentuknya mendapat sebutan ciamik dari temantemannya
Deskripsi Karya
D
i s a a t p a n d e m i s e p e r t i sekarang, banyak hal yang t e r h e n t i d a n t i d a k b i s a dilakukan seperti hari- hari biasa. Orang-orang dipaksa agar tetap di rumah untuk melakukan aktivitas sehari-hari melalui perantara media. Karya ini merupakan bentuk kegelisahan saya karena rutinitas yang biasa dilakukan harus terhenti dan harus mematuhi himbauan pemerintah agar tetap berada di rumah. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia seni, rutinitas seperti melukis di luar,
pameran di galeri dan workshop seni pasti sangat dirindukan. Hampir semua m e r a s a k a n k e b o s a n a n s e l a m a melakukan rutinitas di rumah saja, t e r l e b i h b a g i o r a n g y a n g terbiasaberaktivitas di luar rumah. Lukisan ini merupakan representasi dari kerinduan akan rutinitas yang tiba-tiba dipaksa untuk berhenti, diam di rumah menunggu dan berharap keadaan lekas membaik dengan berita-berita buruk yang terus berdatangan.
Agustinus Setiawan Ance “Tak Sempat” Pencil, Acrylic on Paper A2 2020
Kerap disapa dengan nama Tya, pria ini datang jauh dari Manggarai, Flores untuk menempuh pendidikan seni murni di ISI Yogyakarta. Tya ini masih sangat memperhatikan lingkungannya dengan baik, karena itu pula karya-karya miliknya penuh dengan pesan dan realistic. Satu hal lagi yang menarik dari Tya, Ia senang bersepeda ontel kemana-mana.
Deskripsi Karya
L
ukisan ini menceritakan sebuah kenyataan yang ada di dalam kehidupan seharih a r i . L u k i s a n i n i m e n c e r i t a k a n t e n t a n g seorang gadis yang berada dalam satu zona nyaman, namun bukan atas kemauan dirinya sendiri. Ini adalah keputusan besar oleh pemerintah untuk semua warga negara, tetapi saya hanya mengambil salah satu dari yang ada untuk memberikan gambaran yang semua orang pasti mengalaminya di masa ini. Dari lukisan ini kita bisa melihat bahwa cerminan kehidupan yang dia miliki sekarang sedang dalam keadaan tidak aman, dari efek cermin yang pecah itu mengartikan bahwa ada sesuatu yg disembunyikan, dan visual yang terekam di cermin tersebut tidak sempurna ini dari segi ramalannya. Untuk membendung rasa khawatir seiring berjalannya waktu dia hanya bisa menyendiri, terkekang, sepi, depresi, dan berhalusinasi, itu yang selalu dialaminya. Hanya ada satu yang bisa menghibur dirinya saat ini yaitu gadget. Dan di dalam gadget tersebut ada yg namanya sosmed (sosial media), dia hanya bisa berkomunikasi lewat aplikasi
yang berada di sekelilingnya seperti pada lukisan tersebut. Dia melampiaskan semua amarah bercampur rindu, sedih b e r c a m p u r b a h a g i a k a r e n a b i s a berkomunikasi tanpa harus bertemu tapi seiring berjalannya waktu, rindu semakin menumpuk. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk melampiaskan rindu bersama keluarga, tetapi semua itu tidak bisa terwujud karena peraturan pemerintah yang membuat semuanya menjadi terhambat, diakibatkan kondisi di tahun 2020 yang tidak aman. Visual pesawat terbang yg ada dalam cermin retak merepresentasikan semua jalur transportasi yang ditutup. Dan ini juga soal perkuliahan yang dulunya offline atau tatap muka, sekarang harus dijalankan secara online, yang dapat dijalankan dengan lancar, tetapi di dalam hatinya ia merasa kesepian. Semuanya dilakukan melalui Google Classroom, Whatsapp, Instagram, dll. Hal tersebut baik untuk perkembangan teknologi, tetapi untuk perkembangan mental, hal tersebut tidak terlalu baik karena ia selalu merasa dikekang. Dan keputusan itu menyebabkan banyak rindu yang tak sempat dilampiaskan dan hanya rasa 'kangen' yg tersisa.
Fi’luna Maungidhotul Hasanah “Terkurung” Watercolor, Pastel on Paper 30cm x 42cm 2020
Akrab disapa Filuna, salah satu mahasiswi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta 2019 yg berasal dari tulungagung, dikenal sebagai sosok yang sangat tekun dan berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya.
Deskripsi Karya
K
arya ini terinspirasi dari k o n d i s i d i t e n g a h m a s a p a n d e m i y a n g mengharuskan seseorang menahan diri dari keluar r u m a h , b e r j a g a j a r a k , d a n memperhatikan protokol kesehatan. Bunga di atas kepala sebagai gambaran ide-ide yang terus bermunculan selama hari-hari karantina, sementara sayap b e r c e r i t a b a h w a i a s i a p t e r b a n g mewujudkan ide-ide tersebut selepas wabah berakhir.
Semua anak adalah seniman. Masalahnya adalah bagaimana tetap menjadi seorang seniman setelah ia besar nanti. – Pablo Picasso –
Thanks to
Terima kasih sebesar-besarnya atas bantuannya kepada Lutse Lambert Daniel Morin, M.Sn., Satrio Hari Wicaksono, M.Sn., Devy Ika Nurjanah, S.Sn., M.Sn., AC Andre Tanama, M.Sn., Opung Farhan, Guruh Ramdani, Alodia Yap, Lor band, Danang Nasution, Saltys Spitoons, anggota Nawanata, dan para penulis yang terdiri dari; Meutia Swarna Maharani, Desi Sofianti, Awi Nasution, Tarisya Amalia, Anggieta Maharani, Maila A. Fainanita, dan M. Sifak Suliswanto, serta sponsor dan media partner yang membantu kelancaran pameran virtual ini.
Sponsored by :
Media Partner :
@chantfelicia