EKSPRESIONISME : MENGEJA JIWA YANG TERBEKUKAN
Zine Vol. 6
Terinspirasi dari mitologi asal Yunani "Icarus and The Sun", ilustrasi tentang sosok yang rindu akan suatu hal namun sudah hilang harapan dan menderita. Ibarat lilin yang merindukan api, namun ia meredam perlahan-lahan.
P
Kata Pengantar
andemi yang disebabkan oleh virus Covid-19 telah memaksa hampir seluruh warga dunia melakukan aktivitas di dalam rumah. Saat ini, kita diusahakan untuk tetap waras dengan adanya bantuan teknologi. Ayah bekerja, ibu berbelanja, anak bersekolah – semua dapat dilakukan secara mudah untuk melanjutkan hidup, tentunya dengan jaringan internet dan teknologi yang memadai. Tidak hanya melanjutkan kegiatan pokok melalui dukungan internet, manusia sebagai makhluk sosial pun mulai dibiasakan mengadakan pertemuan secara daring; seperti buka puasa bersama daring di bulan Ramadan yang lalu, lembaga dan institusi pendidikan merayakan wisuda melalui media daring, bahkan mengadakan pameran seni secara virtual. What News merupakan satu dari sekian banyak pameran seni virtual yang diadakan selama masa pandemi virus Covid-19. Pameran ini sendiri mengusung tema besar berupa rasa kangen yang dapat mencakup sebaran yang luas. Sederhananya, seperti kangen bercengkerama dengan orang-orang terdekat di luar rumah tanpa takut tertular atau menularkan virus, atau rasa kangen mengerjakan kegiatan sehari-hari tanpa dibatasi oleh layar digital yang membuat mata perih atau sakit punggung akibat terlalu lama duduk, hingga kangen untuk melakukan kerja sebagai seniman – dalam konteks ini berkarya lalu mengadakan pameran – sembari duduk santai berhadapan dengan para seniman lainnya membicarakan tentang konsep karya yang akan dibuat.
Tajuk What News pun dipilih sebagai sebuah bentuk pertanyaan, tidak hanya bagi para seniman namun untuk siapa saja jika merasa terpanggil dan ingin menjawab; ada berita baik apa tentang kreativitasmu di masa inkubasi ini? Tentunya jawaban yang diharapkan adalah kabar baik mengenai karya yang segar dan baru, pertanda bahwa kreativitas tidak lantas mati suri dalam keadaan yang tidak kooperatif sekalipun. Dalam What News, kami percaya bahwa selalu ada hal baru yang bisa dikembangkan meski hanya di rumah dan melewati sistem digital. Pame ran se ni virtual What News menghadirkan bagi para seniman muda untuk saling bertegur sapa dan bertukar kabar soal produktivitas mereka selama masa diam di rumah. Selain itu, diharapkan pula bahwa What News dapat menjadi pengingat baik bagi para kontributor maupun pengunjung pameran, bahwa kreativitas selalu mampu dikembangkan di manapun selama otak di raga seorang individu masih dapat bekerja sama dengan sistem tubuh lainnya agar membuat raga tersebut tetap hidup.
Meutia Swarna Maharani Banjarbaru, 27 Juni, 2020
EKSPRESIONISME : Mengeja Jiwa Yang Terbekukan
S
alah satu ''tugas'' karya seni adalah sebagai mediator; perantara untuk menampakkan sesuatu yang jauh dari jangakauan. Misalnya dalam l u k i s a n s u r e a l i s , k i t a a k a n ditemukan dengan alam yang tidak mungkin sampai pada dunia nyata; alam mimpi. Untuk itu seorang perupa berkewajiban menjalani laku (untuk tidak disebut kutukan) pencarian yang panjang dan tanpa henti. Setiap seniman adalah sama seperti filsuf yang melakukan kerja mencari dan meneliti. Hasil kerja itulah yang kita sebut karya seni. Cat yang tertuang dalam kanvas hanya proses singkat dari sebuah proses panjang yang telah dilalui seorang seniman. Sebuah garis saja akan menjadi monumental ketika secara tepat ia mampu merekam emosi; perasaan si seniman. Hasil pencarian itulah ketepatan itu. Seni lukis, kata seorang pelukis Jakarta, Usman Effendi (1919-1985), adalah hasil ekspresi seorang individu yang penuh cita ingin menyampaikan impuls hatinya, hasrat pernyataan atau manifestasi keakuannya sebagai kehadirannya di tengah-tengah masyarakat tanpa campur tangan dan kehendak di luar dirinya. Pandangan Usman memberikan kita gambaran bagaimana seorang seniman ingin perasaan dan isi hatinya dibaca khalayak s e b a g a i s e b u a h k a r y a , k e a k u a n y a n g menuntut untuk dilihat sebagai pesona. D a l a m k h a z a n a h s e n i r u p a , t e k n i k membekukan emosi itu sering
d i k a t e g o r i k a n s e b a g a i m a d z a b ekspresionisme. Ketika membaca karya ekspresionis, kita akan seolah-olah melihat jiwa yang terperangkap dalam luapan garis dan warna. Sesuatu yang bisa mengingatkan kita akan perasaan marah, sedih, gembira, atau bahkan perasaan yang belum pernah ditemukan padanan katanya. S e j a u h i t u l a h k a r y a s e n i m a m p u merefleksikan hal-hal halus untuk dapat kita nikmati. Dan dalam zine edisi ke-6 ini, akan banyak bentuk-bentuk ekspresif yang bakal kita jumpai. Karya-karya yang bakal menuntun kita mengeja jiwa pengkaryanya.
M. Sifak Suliswanto Kediri, 22 Juli, 2020
Ahmad Sofyan Nur Ubaidillah “ Semangat ” Acrylic on Canvas 40 cm x 55 cm 2020
Perupa asal jepara satu ini adalah salah satu Mahasiswa Isi Yogyakarta yang lukisan-lukisannya beraliran realis, pria yang akrab disapa Sofyan kerap kali dijuluki “Jokowi” sebab karakter wajahnya yang menyerupai bapak negara Indonesia saat ini.
Deskripsi Karya
S
e t i a p m a n u s i a m e m i l i k i aktivitas dalam kesehariannya. Namun setelah mewabahnya pandemi covid-19, berbagai aspek dalam ritme kehidupan mulai berubah. Bahkan interaksi sosial yang lumrahnya dilakukan oleh manusia kini t e r b a t a s o l e h k e a d a a n . H a l i n i menimbulkan kejenuhan sebab aktivitas yang berjalan kian monoton. Menyikapi sistem new normal,
manusia tetap saja waspada dalam mengambil langkah. Tidak semua dapat secara langsung bergerak bebas, ada protokol kesehatan yang seharusnya dijalankan. Layaknya tali sepatu kanan dan kiri, berjauhan namun saling mengikat. Kita berjaga jarak agar kita dapat saling menjaga. Dengan terbatasnya hal termasuk keluar rumah, muncullah ide-ide kreatif penuh semangat yang perlu ditumpahkan sebagai wujud rasa 'kangen'.
Alfi Syahriar Abdillah “ Tertunduk Dan Tertanam ” Pen, Acrylic on Paper A4 2020
Alfi syahrial, pria asal Kalimantan timur yang akrab disapa Alfi ini menyukai dunia seni sejak pendidikan sekolah dasar hingga sekarang. Karyanya memadukan antara warna monokrom dan warna-warna cerah, ia juga menyisipkan surat ataupun puisi pada karyanya. Sekarang ia sedang menjalankan studinya di Institut Seni Indonesia (ISI)Yogyakarta.
Deskripsi Karya
D
I m a s a p a n d e m i s e p e r t i sekarang ini, orang-orang m u l a i s u l i t u n t u k s a l i n g b e r t e m u s a t u s a m a l a i n . Banyak keluarga yang tidak bisa pulang kampung, termasuk dirinya sendiri, sehingga membuat rasa kangennya harus diteruskan lebih lama. Rasa kangen itu menjelma bak tanaman bunga parasite dan kita inangnya. Semakin kangen, semakin bermekaran bunga itu.
Zuraisa Putri Saleha “ Kosong ” Mix Media On Paper 2020
Akrab disapa Ica, Teteh Bandung satu ini adalah seorang perempuan yang pernah menjadi diaspora di negeri dengan penduduk mayoritas suku Arya dan berpindah-pindah ke beberapa kampus sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan studi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Di sela waktu senggangnya selama pandemi, perempuan satu ini sedang asyik mendalami pengetahuannya mengenai kerajinan tekstil, gerabah, pottery, dan kerajinan-kerajinan tangan yang lain.
Deskripsi Karya
S
elama ini, saya mengisi diri dengan berbagai macam hal seperti memelihara hewan dan t u m b u h a n , k u l i a h , b e r s o s i a l i s a s i , d a n l a i n sebagainya.Namun, kekosongan ini tidak akan pernah terisi. Seperti halnya rasa kangen terhadap sesuatu yang kita miliki atau rasakan.
Rasa kosong seperti menggenggam sesuatu yang sama, yang tidak bisa diwujudkan dalam sebuah bentuk untuk diperjelas supaya bisa ditiadakan. Keadaan ini semakin memburuk ketika pandemi memaksa kenyataan untuk berhenti bergerak dan menjadi stagnan.
Kalyana aqila saputra “ Hello there, the angel from my nightmare. ” 3D Render 3000 x 3000 px 2020
Kalyana Aqila Saputra atau yang lebih dikenal dengan nama panggungnya Kayto, pria berkacamata yang mengusung nama Nawanata sebagai nama angkatan Seni Murni ISI Yogyakarta 2019, sekarang ini juga sedang senang mengaplikasikan karyakaryanya menggunakan 3D render.
Deskripsi Karya
“
Hello there, the angel from my nightmare” merupakan sebuah b a i t d a r i l a g u p o p p u n k legendaris dari band Blink-182 berjudul “I Miss You”. Bait itu saya interpertasikan sebagai seseorang yang spesial yang sering datang ke dalam mimpi, mungkin hal itu seharusnya menjadi mimpi yang indah, namun bagaimana jika seseorang yang spesial itu adalah seorang yang telah berlalu,
atau mungkin seseorang yang kita tahu tak akan pernah kita miliki? Apakah disaat sosok malaikat itu menghampiri kita dalam mimpi, mimpi itu akan menjadi mimpi indah? Ataukah itu akan menjadi mimpi buruk karena disaat kita terbangun kita tersadarkan bahwa kita tidak akan pernah bertemu atau memiliki orang tersebut?
Muhammad Fayyad Ulwani “ Bersama lagu ku merindu ” Mix Media on Paper 21,0 CM x 29,7 cm 2020
Dipanggil dengan nama Fay, siswa asal Ciamis ini sangat menunjukkan ketertarikannya di bidang kartun. Ia sering membuat karya berupa komik, bahkan Fay telah menerbitkan beberapa komik. Fay juga menyukai hal-hal je-Jepangan seperti manga, anime, maupun musiknya. Ia memilih menggali potensinya dan belajar seni murni di ISI Yogyakarta.
Deskripsi Karya
B
elakangan ini saya rasa lagu menjadi media yang paling tepat untuk mengantar saya p a d a i n g a t a n y a n g s a y a rindukan. Soal pedih manisnya, bagi saya urusan nomor ke sekian. Yang penting suasana dan perasaan yang tetap sama, yang sengaja saya kunci dalam irama yang saya dengarkan masih bisa diulang. Misalnya rumah.
Tentu maksudnya bukan cuma tembok dan genting saja. Tapi kehangatan, serta keluarga. Walau kadang ingin rasanya bangun dari khayalan saat teringat betapa banyak ujian yang menerpa, tapi justru untuk mendapatkan kerinduan yang utuh, saya harus telan itu mentah-mentah. Karya ini saya buat untuk rindu saya pada kami yang sampai saat ini tetap bisa saya peluk.
Adham Satya “ The Stranger ” Watercolor on Paper 13,7 cm x 19,9 cm 2020
Pria asal Yogyakarta yang lahir pada 9 agustus 2001 ini kerap disapa Adham. Kini, Adham tercatat sebagai mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta khususnya prodi seni murni.
Deskripsi Karya
M
elangkahi setiap tapak asing t a p i n a m p a k f a m i l i a r . Mengingat kejadian yang ada, sebuah kejadian dimana saling berkaitan akan tetapi sukar diterima langsung. Dan teringat beberapa pita m e m o r i y a n g d i r i n d u k a n d i b a l i k konspirasi kontrasepsi dari orang timur.
Gilar Arianto Nurahman “ Shanties ” Acrylic On Canvas 40 cm x 30 cm 2020
Pria yang memiliki keahlian dalam mendesain karakter ini tengah menempuh masa studinya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Fakultas seni rupa jurusan seni murni, ia berasal dari Indramayu akrab disapa Galer oleh teman-temannya.
Deskripsi Karya
S
uara pedang beradu, tembakan pistol, meriam, ledakan dan nyanyian pelaut, shanties. Mengingatkan ia pada masa puncaknya, dimana ia memiliki semua yg diinginkan setiap manusia; kekayaan kekuasaan, kekuatan, dan kebebasan. Masa-masa dimana ia dapat melakukan apapun tanpa rasa takut, dan memiliki apapun yang ia mau.
Namun, dengan semua kejayaan yang berpihak padanya, hanya 'waktu' lah yang dapat mengalahkannya. Waktu yang membuatnya meninggalkan semua apa yang ia miliki. Di perahu kecil itu ia melihat kembali kenangan dirinya yang dulu, merindukan semua yang ia miliki saat itu. sekarang tak ada lagi senjata, harta, atau tahta, hanya shanties yang dapat menemaninya.
Ganjar Arie Sadewa “ Rindu Pada Kawan. ” Acrylic on Canvas 60cm x 60cm 2020
Ganjar Arie Sadewa memiliki nama panggilan Ganjar. Memiliki aksen Jawa asal Ponorogo membuat cara bicara Ganjar terdengar khas dan unik. Ganjar ini terkenal dengan sosok orang yang senang bergaul terutama orang-orang Bali yang ada di Jogja. Ia sedang menempuh pendidikan seni murni di ISI Yogyakarta.
Deskripsi Karya
K
a r y a i n i m e n g g a m b a r k a n kerinduan dua orang sahabat untuk bertemu, berkumpul, bercanda, tetapi sayangnya ada pembatas yg menghalangi mereka untuk berjumpa (sebagai perwakilan pagebluk covid-1). Karena itu mereka hanya dapat berkomunikasi dari jauh dan hanya itu yang dapat mereka lakukan. Hal yang sebenarnya tidak bisa mengobati kerinduan mereka.
Aisyah Yasmirafitri Priandi “ Hiraeth” Animation 1920 x 1080 pixel 2020
Kerap dipanggil dengan Mira, teman kita yang satu ini gemar membuat karya berbentuk digital animasi. Meski begitu, Ia memilih untuk belajar seni murni di ISI Yogyakarta. Mira ini merupakan orang Sunda yang tidak bisa berbahasa Sunda namun kelebihannya Ia dapat berbahasa Inggris dengan fasih.
Deskripsi Karya
K
e t i k a m e m i k i r k a n k a t a ' k a n g e n ' , s a y a l a n g s u n g berpikir tentang bagaimana saya selalu melihat ke masa l a l u . b i a s a n y a , s a y a menggunakan kata tersebut untuk m e n g g a m b a r k a n k e i n g i n a n s e r t a kebutuhan untuk kembali ke sesuatu y a n g s u d a h l e w a t a t a u s u d a h menghilang. Bagaikan hantu, sisa-sisa dan kenangan dari sesuatu yang dulu merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar. ada berbagai hal yang membuat saya merasa seperti ini, apakah itu hal yang kecil yang saya l a k u k a n , a t a u h a l b e s a r , s e p e r t i membuat pilihan yang telah mengubah hidup saya. tetapi yang terpenting, yang s a n g a t b e r a r t i b a g i s a y a a d a l a h hilangnya perasaan kepemilikan. sebuah rumah.
w a k t u , a t a u t e m p a t d i m a n a s a y a menemukan bahwa saya bisa menjadi diri saya sendiri. perasaan aman yang menyenangkan dengan orang-orang yang m e n d u k u n g s a y a , p e r a s a a n s a l i n g menerima. tetapi saat-saat itu, yang paling saya rindukan sampai hari ini, tidak pernah bertahan lama. ternyata bahkan hanya muncul sebagai bagian kecil dalam jangka hidup saya. dalam animasi ini, saya ingin membuat kembali seperti apa rasanya ketika perasaan itu hilang. d i a m b i l d a n d i c u r i d a r i s a y a , meninggalkan saya. Hiraeth, judul untuk animasi ini adalah kata welsh yang saya adopsi untuk diri saya sendiri tiga tahun lalu. perasaan penyesalan, kerinduan akan sesuatu yang tidak lagi ada yang masih saya kenali dalam diri saya dari waktu ke waktu.
Aku melukis bungabunga, karena itu mereka tidak akan mati. – Frida Kahlo –
Thanksto
Terima kasih sebesar-besarnya atas bantuannya kepada Lutse Lambert Daniel Morin, M.Sn., Satrio Hari Wicaksono, M.Sn., Devy Ika Nurjanah, S.Sn., M.Sn., AC Andre Tanama, M.Sn., Opung Farhan, Guruh Ramdani, Alodia Yap, Lor band, Danang Nasution, Saltys Spitoons, anggota Nawanata, dan para penulis yang terdiri dari; Meutia Swarna Maharani, Desi SoďŹ anti, Awi Nasution, Tarisya Amalia, Anggieta Maharani, Maila A. Fainanita, dan M. Sifak Suliswanto, serta sponsor dan media partner yang membantu kelancaran pameran virtual ini.
Sponsoredby:
MediaPartner:
@chantfelicia