![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
4 minute read
Bab 14 Para Pembaru Inggris Yang Muncul Kemudian
Sementara Luther telah membuka Alkitab yang tertutup bagi orang Jerman, Tyndale telah didorong oleh Roh Allah untuk melakukan hal yang sama bagi orang Inggris. Alkitab Wycliffe telah diterjemahkan dari bahasa Latin, yang berisi banyak kesalahan. Buku itu tidak pernah dicetak, dan harga naskah-naskahnya sangat mahal, sehingga hanya sedikit orang-orang kaya atau bangsawan yang dapat memilikinya. Lebih jauh, sirkulasi peredarannya terbatas, karena dilarang oleh gereja. Pada tahun 1516, setahun sebelum munculnya tesis Luther, Erasmus telah menerbitkan Peijanjian Baru edisi Yunani dan Latin. Sekarang untuk pertama kalinya firman Allah dicetak dalam bahasa aslinya. Dalam cetakan ini kesalahan-kesalahan yang banyak terdapat pada versi-versi sebelumnya diperbaiki, dan artinya lebih diperjelas. Buku ini menuntun golongan kaum terpelajar untuk mengetahui kebenaran itu lebih baik, dan memberikan dorongan baru bagi pekerjaan pembaruan. Tetapi orang-orang biasa masih terhalang dari firman Allah. Tyndale meneruskan usaha Wycliffe untuk memberikan Alkitab kepada bangsanya.
Sebagai seorang mahasiswa dan pencari kebenaran yang sungguh-sungguh, ia telah menerima Injil dari buku Perjanjian Baru bahasa Jerman, terjemahan Erasmus. Ia mengkhotbahkan keyakinannya tanpa takut, dan mengajak agar semua doktrin diuji dengan Alkitab. Terhadap tuntutan pengikut paus yang mengatakatn bahwa gereja telah memberikan Alkitab dan gereja sendirilah yang boleh menerangkannya, Tyndale memberikan tanggapannya, “Tahukah kamu siapa yang mengajar burung elang menemukan m angsanya? Ya, Allah yang sama mengajar anak-anak-Nya yang lapar untuk menemukan Bapa mereka di dalam firmanNya. Alkitab tidak pernah diberikan kepada kami, bahkan kamu sendirilah yang telah menyembunyikan Alkitab itu dari kami. Kamulah yang membakar mereka yang mengajarkannya, dan kalau kamu dapat, kamu akan membakar Alkitab itu sendiri.”—
D’Aubigne, b. 18, psl. 4.
Pengajaran Tyndale membangkitkan minat besar orang-orang. Banyak yang menerima kebenaran. Tetapi imam-imam berjaga-jaga. Segera setelah Tyndale meninggalkan tempat itu, mereka berusaha memusnahkan pekerjaan itu dengan ancaman-ancaman dan tafsiran-tafsiran yang salah. Seringsering mereka berhasil. “Apakah yang harus dilakukan?” serunya.
“Sementara saya menabur di suatu tempat, musuh-musuh merusakkan ladang-ladang yang baru saja saya tinggalkan. Saya tidak bisa berada di mana-mana. Oh, jika seandainya orang-orang Kristen memiliki Alkitab dalam bahasanya sendiri, mereka akan dapat bertahan terhadap pemutarbalikan ini. Tanpa Alkitab tidak mungkin memantapkan anggota awam dalam kebenaran.”—Ibid,
Sekarang ia mempunyai gagasan baru dalam pikirannya. “Nyanyian mazmur dinyanyikan di Bait Suci TUHAN dalam bahasa Israel”, katanya. “Bukankah seharusnya kabar Injil itu disampaikan dalam bahasa Inggris di lingkungan kita sendiri? . . . Haruskah gereja mempunyai terang yang kurang di tengah hari daripada waktu fajar? ... Orang-orang Kisten harus membaca
Alkitab Peijanjian Baru dalam bahasa mereka sendiri.” Para doktor dan guru gereja saling tidak setuju. Hanya oleh Alkitab orang-orang sampai kepada kebenaran. “Seorang berpegang kepada doktor ini, yang lain kepada yang itu ... . Sekarang masing-masing pengarang saling bertentangan. Jadi, bgaimanakah kita bisa membedakan dia yang mengatakan benar dari dia yang mengatakan salah? ... Bagaimana?... Sesungguhnya hanya oleh firman Allah.”—Ibid, b.
18, psl. 4.
Tidak lama sesudah itu seorang doktor Katolik yang terlibat suatu pertentangan dengan Tyndale, berseru, “Lebih baik kita tanpa hukum Allah daripada tanpa hukum paus.” Tyndale menjawab, “Saya menentang paus dan semua hukum-hukumnya. Dan jikalau Allah memelihara hidupku, dalam beberapa tahun saya akan membuat seorang anak yang kerjanya membajak mengerti lebih banyak Alkitab daripada kamu.”—Andersen ‘‘', ‘Annals of English Bible,” hlm.
19. Tujuan untuk memberikan Perjanjian Baru kepada rakyat dalam bahasa mereka sendiri, sekarang sudah dipastikan. Ia segera bekerja. Ia pergi ke London, karena diusir oleh penganiayaan dari musuh-musuhnya. Dan di sini untuk sementara ia melakukan tugasnya tanpa gangguan. Tetapi sekali lagi, kekuasaan para pengikut paus memaksanya melarikan diri. Kelihatannya seluruh Inggris tertutup baginya. Ia memutuskan untuk mencari perlindungan di Jerman. Di sini ia mulai mencetak Alkitab Perjanjian Baru bahasa Inggris. Dua kali pekerjaan itu dihentikan. Tetapi bilamana dilarang mencetak di suatu kota, ia pergi ke kota lain. Akhimya ia pergi ke Worms, di mana beberapa tahun sebelumnya, Luther mempertahankan kabar Injil di hadapan Mahkamah. Dalam kota lama ini banyak sahabat-sahabat Pembaruan, dan di sini
Tyndale meneruskan pekerjaannya tanpa hambatan lebih jauh. Tiga ribu Alkitab Perjanjian Bani segera diselesaikan, dan edisi lain menyusul pada tahun itu juga.
Dengan kesungguh-sungguhan yang besar dan kesabaran, ia meneruskan pekeijaannya. Walaupun penguasa Inggris telah mengawasi pelabuhanpelabuhannya dengan ketat, firman Allah dikirimkan ke London dengan berbagai cara rahasia dan disebarkan di seluruh negeri. Para pengikut paus berusaha menindas kebenaran itu, tetapi sia-sia saja. Uskup dari Durham pada suatu waktu membeli seluruh Alkitab dari seorang penjual buku, yang adalah teman Tyndale, dengan maksud untuk membinasakan Alkitab tersebut. Dengan demikian ia mengira dapat menghalangi pekerjaan penyebaran kebenaran itu. Tetapi sebaliknya, uang yang diperoleh digunakan untuk membeli bahan untuk mencetak edisi baru dan yang lebih baik, yang tanpa uang itu tak mungkin bisa diterbitkan. Pada waktu kemudian
Tyndale ditahan, ia boleh dibebaskan dengan satu syarat bahwa ia harus memberitahukan nama-nama orang yang telah menolongnya membiayai pencetakan Alkitabnya. Ia mengatakan bahwa uskup dari Durham telah membantu melebihi dari orang-orang lain, karena dengan membeli seluruh stok buku-buku yang tersisa telah menyanggupkannya meneruskan pencetakan itu. Tyndale dikhianati dan diserahkan ke tangan musuh-musuhnya, dan pada suatu ketika dipenjarakan selama delapan bulan. Akhimya ia menyaksikan imannya dengan mati syahid. Tetapi senjata yang telah disediakannya telah menyanggupkan para pejuang lain meneruskan perjuangan sepanjang abad-abad berikutnya, bahkan sampai ke zaman kita.
Latimer mempertahankan dari mimbar bahwa Alkitab harus dapat dibaca orang-orang dalam bahasanya sendiri. “Pengarang Alkitab yang suci itu,” katanya, “adalah Allah sendiri,” dan Alkitab itu memiliki kuasa dan keabadian Pengarangnya. “Semua raja, kaisar, hakim dan penguasa... harus menuruti ... firman-Nya yang kudus.” Janganlah kita menyimpang, biarlah firman Allah menuntun kita. Janganlah kita mengikuti ... nenek moyang kita, atau melakukan apa yang telah mereka lakukan, tetapi melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.”— Latimer, “First Sermon Preached before King Edward VI”
Barnes dan Frith sahabat-sahabat setia Tyndale, bangkit mempertahankan kebenaran. Diikuti oleh keluarga Ridley dan Cranmer. Pemimpin-pemimpin Pembaruan Inggris ini adalah orang-orang terpelajar, dan kebanyakan mereka sangat dihormati oleh karena semangat dan kesalehan mereka dalam persekutuan Romawi. Mereka menentang kepausan oleh karena mengetahui kesalahan-kesalahan “bapa suci,” Sri Paus. Pengetahuan mereka mengenai rahasiarahasia Babel memberikan kuasa yang lebih besar kepada kesaksian mereka menentangnya.
“Sekarang saya mau menanyakan pertanyaan aneh,” kata Latimer. “Siapakah uskup dan pejabat tinggi gereja yang paling rajin di Inggris? . . . Saya melihat Anda mendengarkan dan memperhatikan, mengharapkan saya menyebutkan namanya,... Saya akan katakan kepadamu, dia adalah Setan. ... Ia tidak pernah keluar dari daerah keuskupannya; . . . panggillah dia bilamana engkau mau, ia selalu ada di rumah;... ia selalu membajak....