1 minute read

THE IDEA

Next Article
THE PROJECT

THE PROJECT

PEREMPUAN

WOMEN’S VISION / THE IDEA

Advertisement

Teks Qaris Tajudin

“W omen are the real architects of society,” kata penulis Amerika Serikat dari abad ke19, Harriet Beecher Stowe. Tentu saja, yang dia maksudkan adalah perempuan merupakan bagian terpenting dari sebuah masyarakat, yang membentuk generasi muda karena mereka adalah para ibu. Stowe tentu tidak berbicara tentang arsitektur yang mendesain rumah dan bangunan, tapi arsitektur maknawi.

Di zaman Stowe, bahkan hingga kini, arsitektur adalah dunia yang sangat maskulin. Sebagian besar arsitek adalah pria. Mendesain dan membangun rumah masih dipersepsikan sebagai pekerjaan pria. Meski ada Zaha Hadid yang amat terkenal karena bangunan-bangunannya yang tidak biasa, orang masih memandang sebelah mata kehadiran arsitek wanita.

Meski demikian, bukan berarti pernyataan Stowe di atas tidak bisa kita tafsirkan sebagai pernyataan bahwa kelompok gender dalam masyarakat yang sebenarnya bertugas sebagai “arsitek” adalah perempuan. Hal ini tentu saja berlaku saat ini dan pada bangunan-bangunan untuk tempat tinggal.

Foto Yudi Dwi Hertanto, Lukisan Sinta Tantra, Lokasi Laflo

Meski arsitek dan desainer interior tempat tinggal masih didominasi pria, penentuan detail biasanya ada di klien perempuan. Para ibu rumah tangga yang lebih mengenal karakter dan kebiasaan para penghuni rumah tentu lebih mengetahui kebutuhan mereka. Kebutuhan itulah yang dibutuhkan oleh para arsitek dan desainer interior untuk diaplikasikan pada rumah-rumah mereka.

Tidak hanya itu, detail seperti sofa hingga tirai jendela, harus lolos seleksi mereka. Penghuni pria biasanya tidak terlalu peduli pada detail. Pria kerap menyepelekan hal itu karena tidak menyadari bahwa semua itu dapat membangun mood mereka di dalam rumah. Terdengar seksis? Tidak juga. Ini bukan soal siapa yang mengatur urusan besar dan kecil. Ini justru soal keengganan kebanyakan pria dalam memperhatikan detail visual seperti itu.

Karenanya, dengan demikian bisa dikatakan bahwa apa yang kita lihat dari banyak rumah di Indonesia adalah kompromi antara para profesional dengan para pemilik perempuan. Dengan demikian, kita bisa mengubah pernyataan Stowe menjadi, “Women are the real architects in the society.”

Foto Syafril H. Sujatmoko

This article is from: