Ode dan sungkawa

Page 1

“Antologi Puisi Untuk Gunung Bawakaraeng”


ODE & SUNGKAWA “Antologi Puisi Untuk Gunung Bawakaraeng”

NJT FOUNDATION


Ode dan Sungkawa

Sebuah Antologi Puisi Untuk Gunung Bawakaraeng

Penyusun : Tim NJT-F Penyunting : A. Rewo Batari, Aldi Ashar Mappa, Aslam Azis Desain Sampul dan Ilustrasi : Bachry Ilman, Haekal Sandewang Tata Letak : Bachry Ilman Penerbit : Tim NJT-F

2017


Alas Kata

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan Nama Allah, Setiap kaum-suku-bangsa memiliki asal usul yang menjadi latar belakang dan warisan pusaka kehidupannya. Heritage (warisan/ pusaka) adalah sejarah, adat, tradisi, nilai-nilai yang dimiliki suatu kaum-suku-bangsa selama ratusan bahkan ribuan tahun yang menjadi nafas jati diri kehidupan kaum-suku-bangsa tersebut. Warisan/pusaka saujana atau cultural landscape adalah suatu bentuk heritage yang memperhatikan keindahan keterkaitan antara adat dengan atribut alam (gunung) sebagai suatu sistem yang fenomenal dan tidak sederhana dengan identitas yang berwujud maupun yang tidak berwujud. NJT-F untuk Gunung Bulu’ Bawakaraeng adalah suatu bentuk kewajiban untuk mengingatkan bahwa eksistensi kedudukan Gunung Bulu’ Bawakaraeng sesungguhnya berada dalam cultural landscape heritage yang patut untuk dilindungi, dipelihara, dipertahankan dan diperjuangkan. Hal ini menjadi sesuatu yang indah untuk diindahkan: sebagai wujud ‘Nia Inja Ri Butta Mangkasara’ kesadaran diri manusia kepada Tuhan Sang Maha Pencipta sebagai cermin ‘Nia Inja Ri Butta Mangkasarak ’ kesantunan suatu kaum yang pandai merasa terhadap leluhur dan adat serta alam tanahnya sendiri. sebagai pertanda ‘Nia Inja ‘Ri Butta Mangkasarak ’ sikap kemuliaan suatu kaum yang memahami arti bersyukur . ODE DAN SUNGKAWA 2017 | iii


Patut direnungi bahwa sejak Tahun 2005 keberadaan kedudukan Gunung Bulu’ Bawakaraeng telah mengalami kemunduran yang sangat buruk atau dalam beberapa tahun terakhir laju percepatan kehancurannya sangatlah tinggi dan telah mencapai titik kritis. Ceruk permasalahannya sangatlah dalam dan menyedihkan. Permasalahan tidak lagi pada rusaknya dan lenyapnya sejumlah vegetasi, hewan sampai berserakannya sampah para ‘pengunjung sampah’ atau terjadinya pengikisan yang dipercepat oleh kunjungan yang massif-sporadis dan frekuensi kunjungan diluar kewarasan atau model ritual dan aktivitas yang bertentangan dengan keberadaan kedudukan Gunung Bulu’ Bawakaraeng, atau sungai – sungainya yang terancam mengering, tetapi lebih dari itu semua ! Gunung Bulu’ Bawakaraeng telah didudukkan sebagai objek pemuas dari suatu sistem gaya hidup yang anthroposentris-hedonis. Gunung Bulu’ Bawakaraeng telah diubah dari sumber kehidupan menjadi sumber penghasilan. Gunung Bulu’ Bawakaraeng telah diubah dari tempat yang menyenangkan menjadi tempat bersenang – senang dan dari tempat yang penuh ketenangan menjadi tempat yang sarat kesenangan. Tulisan adalah Lisannya Manusia ! Buku ini bukanlah rombongan puisi melainkan tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak bertentangan dengan keberadaan kedudukan Gunung Bulu’ Bawakaraeng yang dikumpulkan sejak kami menetapkan Tanggal 26 Maret sebagai Hari Gunung Bulu’ Bawakaraeng. Bawakaraeng Tamassolong Tamasso’na ri Ada’ Tomatoayya - Nevy Jamest

iv | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Prolog

Puji Tuhan semesta alam atas curahan kasih dan petunjuk-Nya. Puji alam ciptaan Tuhan atas kesetiaannya hidup berhamba bersama manusia dan makhluk lainnya. Sebuah antologi puisi yang berjudul, “Ode & Sungkawa� kami persembahkan untuk Gunung Bulu’ Bawakaraeng sebagai ungkapan kagum pada kekokohannya, sekaligus belasungkawa terhadap musibah yang menimpanya, oleh sebab perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab. Manusia pada penciptaan semesta, sejatinya menjadi pengkhidmatan bagi seluruh makhluk. Ia hadir sebagai bagian dari siklus yang mengaktifkan kehidupan. Lalu apa jadinya ? jika manusia justru memertontonkan hal-hal yang dapat membunuh secara perlahan siklus kehidupan melalui penindasan antarsesama (baca: seluruh makhluk ciptaan Tuhan), seperti yang terjadi di Gunung Bulu’ Bawakaraeng. Alam merupakan satu contoh korban egosentrisme manusia dalam menjalani kehidupan, tatkala alam dijadikan sebagai objek yang wajar saja untuk dieksploitasi dengan dalih, alam diciptakan untuk kelangsungan hidup manusia. Apakah benar, Tuhan menempatkan kedudukan manusia jauh lebih tinggi dibandingkan makhluk lainnya? Mungkinkah, manusia telah terjerumus pada narsisme? Mari menjawabnya! Pada setiap ciptaan-Nya, roh diturunkan pada hal tersebut untuk diberi makna, agar kelak tersingkap dari perjalanan waktu dan peristiwa. Manusia dalam hal ini, terberi kemampuan akal, indera, dan naluri untuk mencerap setiap pesan yang tersimpan pada tiap-tiap hal itu. Namun, pesan apa yang akan tersampaikan? Jika semua hal itu rusak dan perlahan hilang, ataukah kondisi tersebut adalah pesan terakhir bagi semesta bahwa manusia akan segera punah dalam masa yang relatif cepat? ODE DAN SUNGKAWA 2017 |

v


Apabila kondisi Gunung Bulu’ Bawakaraeng saat ini merupakan gambaran dari kondisi manusia yang hidup di sekitarnya, maka tentu kita harus waspada. Barangkali kerusakan yang terjadi di sana, menandakan bahwa kita sudah jauh dari pengetahuan, karena sebaik-baik pengetahuan harus didasari atas cinta dan kesadaran terhadap apapun, tanpa keduanya, manusia tak akan mampu memelihara. Jika benar adanya, manusia memiliki cinta dan kesadaran, lalu mengapa Gunung Bulu’ Bawakaraeng tak terpelihara? “Peliharalah alam dari sifat-sifat yang tak perlu dipelihara, rusaklah sifat-sifat yang akan merusak alam, sebab jika tidak, maka kau akan membawa kerusakan bagi dirimu. Bukankah kau termasuk makhluk yang selalu khawatir pada diri sendiri? Meskipun kau dan alam adalah sebuah kesatuan yang membuktikan bahwa Tuhan itu esa.� - Andi Rewo Batari W

vi | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Daftar Isi

Alas Kata ...............................................................................................iii Prolog ......................................................................................................v Daftar Isi................................................................................................vii Ontologi Puisi : - Suara Dari Gunung Bulu' Bawakaraeng.....................................................2 - Tudang Anging 1....................................................................................9 - Tudang Anging 2..................................................................................11 - Tudang Anging 3..................................................................................12 - Tudang Anging 4..................................................................................13 - Tudang Anging 5..................................................................................14 - Tudang Anging 6..................................................................................15 - Tudang Anging 7................................................................................. 16 - Bawakaraeng.........................................................................................17 - Titik.......................................................................................................19 - Bawakaraeng, Legenda Butta Kalassukangta.........................................21 - Pesan Untukmu, Wahai Manusia.............................................................23 - Si Kekar Simbolis Kota Daeng yang Terabaikan.......................................25 - Mulutmu, Tuhan! (Katanya)...................................................................26 - Dia Bukanlah Sebuah Dongeng...............................................................27 - Maka Kau Lihat Wajah Tuhanmu.............................................................29 - Diam, Bungkam, Membisu.....................................................................30 - Ia yang Tak Kau Pahami Bahasa Keberadaannya......................................31 - Bawakaraeng - Bahasa yang Tak Tersampaikan.......................................33 - Jika yang Hilang Itu Menemukan Jalan Pulang.........................................34 - Sepatu Setengah Juta...........................................................................35 - Sajak Untuk Tempat Para Dewa...........................................................37 ODE DAN SUNGKAWA 2017 | vii


- Bawakaraeng, Men'daeng'kan Desah.....................................................38 - Sebuah Persinggahan.............................................................................39 - Gunung Bawakaraeng, Bahasa yang Tak Tersampaikan..........................42 - Aku, Jiwaku, dan Bawakaraeng..............................................................43 - To Ugi...................................................................................................44 - Kemarin, Hari ini, dan Esok................................................................46 - Nasehat Sang Pewaris.............................................................................48 - Nafas Sang Bawakaraeng.......................................................................50 - Satire untuk Sahabat...............................................................................52 - Bawakaraeng: Persahabatan dan Siri’na Pacce........................................53 - Sepucuk Senja dari Lembanna................................................................54 - Kunamai Kalian Monyet.........................................................................55 - Anu Ta’ Di Bawakaraeng.........................................................................56 - Bawakaraeng Bisu Bahasa Seribu Makna................................................60 - Tuhan, Terimakasih...............................................................................61 - Selamanya Peduli...................................................................................62 - Bawakaraeng-Manifestasi Rindu Dan Candu.........................................63 - Kaum Yang Tertindas.............................................................................64 - Surga di kolong langit (Bawakaraeng).....................................................65 - Kanvas Bernoda Bulu’ Bawakaraeng......................................................66 - Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toayya..........................................................67 - Bawakaraeng.........................................................................................69 - Bawakaraeng.........................................................................................70 - Kita.......................................................................................................71 - Keresahan Ini.......................................................................................72 - Bawakaraengku !..................................................................................75 - Keindahan Gunung Bawakaraeng...........................................................76 - Gunung Bawakaraeng............................................................................77 - Samudera Di Atas Awan.......................................................................78 - Sang indah..............................................................................................79 - Kabut dan Halimun.................................................................................80 - Tunggu aku¸ Bawakaraeng......................................................................81 - Gunung Indah Bawakaraeng...................................................................82 - Tangisan jalang......................................................................................83 viii | ODE DAN SUNGKAWA 2017


“ ...bergemuruh adalah tanda kehidupanku bersamaan dengan kehidupan semua makhluk dan manusia yang terlahir ! ” - I’ Puji Tu Bainea

ODE DAN SUNGKAWA 2017 |

1


Suara Dari Gunung Bulu’ Bawakaraeng Tulisan ini bukanlah Suara kekecewaan Sang Gunung Bulu’ Bawakaraeng Tetapi nasihat Sang Gunung Bulu’ Bawakaraeng Kepada pengunjung Gunung Bulu’ Bawakaraeng yang semakin tidak tahu menghargai Keberadaan kedudukan Gunung Bulu’ Bawakaraeng Bawakaraeng - Buttatoay ya Cahaya Cahaya Cahaya Cahaya didalam cahaya ada cahaya didalam cahaya ada cahaya didalam cahaya ada cahaya didalam cahaya ada cahaya yang bercahaya melihat cahaya Allahu Akbar Ya - Quddus Ya - ‘Aliy Ya - Rahman Ya - Rahiim Ya – Jamil Ya - Khaliq Waktu Alam semesta alam Langit dan bumi Alam dan manusia Keindahan keihlaianNya 2

| ODE DAN SUNGKAWA 2017

Karya : I’ Andi


Manusia Insan kamil Indah bila dalam keindahannya Dari Dari Dari Dari

tanah yang bersujud dan berdiri air yang menghidupkan dan membersihkan angin yang memberi jalan pada nafas api yang menyengsarakan

Kami akan tetap kokoh terpancang Dengan selaksa urat tanah Meskipun kalian Tidak pernah lafazkan doa Kami akan tetap tinggi menjulang Dengan selaksa kemegahan Meskipun kalian Tidak pernah gemakan puja puji Di tempat kami yang merambat yang melata yang tegak diatas akar - akarnya yang tegak diatas kaki - kakinya Harmonis dalam hukum – hukumnya Bersama mereka Sepanjang masa Tiada henti – hentinya Kami gerakkan tasbih Kami shalatkan diri Kami dirikan shalat Shalat adalah diri kami Bagaimana mungkin Kalian mampu menyentuh nilai keberadaan kami Jika kalian sibuk dengan urusan dada ! ODE DAN SUNGKAWA 2017 |

3


� Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah : kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya Masing - masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan� (Al Qur'an Surat : An Nuur : 41) Kami akan tetap Mengeluarkan air dari tanah bebatuan Agar kalian dapat hilangkan dahaga dan berwudhu Meskipun kalian Bukan dari jenis yang pandai bersyukur Kami akan tetap Menghasilkan udara segar dari zat hijau pohon Agar kalian dapat bernafas Meskipun kalian Bukan dari jenis yang pandai berterima kasih Kami akan tetap Menjadi dinding yang mempengaruhi angin dan hujan Agar kalian dapat membangun kehidupan Meskipun kalian Dari jenis yang pandai mengingkari Kami akan tetap Menjadi pasak yang dalam terbenam Agar kalian dapat menjalani kehidupan Meskipun kalian dari jenis yang pandai berbohong Bagaimana mungkin Kalian mampu menyentuh nilai keberadaan kami Jika kalian sibuk dengan urusan perut ! " Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan ? dan gunung-gunung sebagai pasak " (Al Quran Surat : An Naba’ : 6-7) Kami akan tetap Tegak terpancang bertirai kabut Meskipun kalian tidak pernah mengingat 4

| ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bagaimana mungkin Kalian mampu menyentuh nilai keberadaan kami Jika kalian sibuk dengan urusan kedua mata kaki ! " Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk " (Al Quran Surat : Al Anbiyaa’ : 31) Kami bukanlah Tumpukan tanah - batu - air - pepohonan yang selalu kalian perebutkan dan Kalian bukanlah Tumpukan tulang - daging - darah yang diperebutkan binatang pemangsa Kami bukan kumpulan material dan Kalian bukan onggokan organ Kami bukan laboratorium Karbon - hidrogen - oksigen - nitrogen dan Kalian bukan gudang Karbohidrat - protein - lemak dan mineral Bagaimana mungkin Kalian mampu menyadari nilai keberadaan kami Jika kalian hanya tampak memiliki akal dan pikiran ! " Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah, sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ODE DAN SUNGKAWA 2017 |

5


(seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka � (Al Quran Surat : Ali Imran 190-191) Pernah kami hadir dalam penglihatan kalian Tetapi kalian buta Pernah kami hadir dalam pendengaran kalian Tetapi kalian tuli Pernah kami hadir dalam pengucapan kalian Tetapi kalian terlatih berdusta Pernah kami hadir dalam tubuh kalian Tetapi kalian telah kehilangan diri Pernah kami hadir dalam diri kalian Tetapi diri kalian telah mati Bagaimana mungkin Kalian mampu menyadari nilai keberadaan kami Jika kalian bukan dari jenis yang pandai memelihara ! " Dan takutlah (peliharalah) dirimu daripada fitnah (bencana) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras hukuman-Nya � (Al Quran surat : Al Anfaal : 25) Kami adalah petunjuk Keindahan keilahian Allah Subhanahu Wa Ta’ala Kami adalah saksi Perjalanan keilahian para nabi Kami adalah saksi Perjalanan kenabian para hamba yang sholeh Kami adalah saksi Perjalanan kehambaan para manusia yang mulia 6

| ODE DAN SUNGKAWA 2017


Kami adalah saksi Ke-khalifah-an manusia di dunia Kami adalah saksi Selaksa peristiwa di tanah ini Kami adalah saksi Segala perbuatan kalian Bagaimana mungkin Kalian mampu menyadari nilai keberadaan kami Jika kalian bertahta pada kesombongan ! “ Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung " (Al Quran Surat : Al Israa' : 37) Kami adalah Gunung yang bersematkan Bawakaraeng yang berhamba kepada Al – Khaliq Bagaimana mungkin Kalian mampu menyelami rahasia keberadaan kami Jika kalian gagal menjadi manusia ! " Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Quran Surat : An Naml : 88) Kami adalah Gunung yang beramanahkan Bulu’ Kami adalah Bulu’ yang beramanahkan Bawakaraeng ODE DAN SUNGKAWA 2017 |

7


Kami adalah Gunung Bulu’ Bawakaraeng Dengan segenap kedudukan Kami adalah Gunung Bulu’ Bawakaraeng dan Akan tetap menjadi Gunung Bulu’ Bawakaraeng Hingga Allah Yang Maha Menghidupkan Hingga Allah Yang Maha Mematikan Mengangkat kami Bersama mesjid – mesjid ! Saat gunung Ber-gemuruh dengan dahsyat-nya Sedikit demi sedikit Adat kaum-mu ter-lupa-kan Engkau tidak lagi Memiliki rasa di tanah - mu sendiri Tidak-kah engkau tahu Kami memikirkan - mu Tetapi Apakah engkau memikirkan kami ?! Jika kalian mengerti Adat-lah yang membuat kaum - mu kuat ! - Nev y Jamest

8

| ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tudang Anging 1 Karya : I’ Puji Tu Bainea

Bismillahirrahmanirrahim Saat engkau meng-injak-kan kaki-mu di tanah-ku sesungguh-nya apa yang engkau cari ?! Tidak-kah engkau tahu bahwa gunung adalah bala tentara Allah SWT di muka bumi ?! bahwa gunung adalah tempat belajar hidup ?! dan gunung bukanlah sekedar tumpukan tanah dan batu tetapi lebih dari apa yang dapat engkau lihat dimana terdapat makhluk hidup dan kehidupan di beberapa alam ! Saat gunung ber-gemuruh dengan dahsyat-nya sedikit demi sedikit adat kaum-mu ter-lupa-kan engkau tidak lagi memiliki rasa di tanah - mu sendiri Tidak-kah engkau tahu kami memikirkan - mu tetapi apakah engkau memikirkan kami ?! Jika kalian mengerti adat-lah yang membuat kaum - mu kuat ! ODE DAN SUNGKAWA 2017 |

9


Saat engkau melihat kearahku lihatlah dengan sejengkal tanah dan setitik air yang tercipta Hiduplah dengan keteguhan dan segala kerendahanmu Karena engkau melihatku dengan segala indera Bergemuruh adalah tanda kehidupanku bersamaan dengan hidup manusia yang terlahir Hiduplah dengan yang kaumiliki dengan rasa syukur yang ada pada manusia karena itulah sesungguhnya kekayaan Saat engkau melihat kearahku Lihatlah dengan sejengkal tanah dan setitik air yang tercipta Hiduplah dengan keteguhan dan segala kerendahanmu Lihatlah dengan indera yang terpancar dalam diri yang dikatakan manusia Bergemuruh adalah tanda kehidupanku bersamaan dengan kehidupan semua makhluk dan manusia yang terlahir !

10 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tudang Anging 2 Karya : I’ Puji Tu Bainea

Bismillahirrahmanirrahim Saat tidak adalagi rasa Saat kehidupan bergulir Bak ’ muara yang terpenjara Akan terpedaya oleh zaman yang menyesatkan Manusia . . . . . Manusia . . . . . Akankah kalian melihatku Melihat terdalam dari sisiku Sedangkan kumelihatmu sebagai manusia seutuhnya Sungguh menyedihkan . . . Hanya waktu yang menyelimutiku terdiam . . . diam . . . dan diam . . . oleh tumpukan tanah titik terdalam dalam diriku . . . sungguh tidak adalagi rasa sesama makhluk . . .

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 11


Tudang Anging 3 Karya : I’ Puji Tu Bainea

Bismillahirrahmanirrahim Titik terdalam manusia adalah rasa Pijakan manusia adalah agama Pelajaran manusia adalah hukum Tuhan Kehidupan manusia adalah alam Titik terendah manusia adalah hina Sungguh itulah dirimu . . . Hai manusia . . . Tidakkah kalian malu akan perilakumu Sholatlah . . . Lihatlah Engkau telah menelantarkan karya ciptaan Allah yang agung yang bernama Munsira 'Gunung'

12 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tudang Anging 4 Karya : I’ Puji Tu Bainea

Bismillahirrahmanirrahim Salama' ki tau rilino Pappasang ri tau-taungku ri butta Mangkasara tamasse're ri buttaku tamasso'na ri pa'maikku Pakke' bu tana ri tompobulu Passeroang ri lambusu' je'ne OoOoo....karaengku Allah Taala... Panjarianga kabajikang ri tau-taungku Pappilajarrang na Karaeng Allah Taala Na pangngissengi kabajikang ri Akhirat Nakuntui sitojengna nikanayya 'tau' Passeroeanga ri kamaengannu Pappabattu ri pa' mai baji'nu Accini allo ammoterang bangngi Apa Sikuntuna panjariang ki Karaeng Allah Taala Akkuta'nang ri pa'mai baji'nu ----------------------------------------------------------------------------Para leluhur telah meletakkan doa untuk kebaikan anak cucunya (manusia) ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 13


Tudang Anging 5 Karya : I’ Puji Tu Bainea

Bismillahirrahmanirrahim Pappilajarrang ri batang kalennu Pappilajarrang tau-tauna ri butta mangkasara Katallassang Assibokoi ri pa'mai sitojeng na nikanayya Tau Ampangurangi ri katallassangna tau, tau a ri tallasa'na Panrengrengi ri sari' battang nu Nu asseng tau lompo ri batangkalengnu Accini naung ri butta Mangkasara Appilajara ri Karaeng tau lompoa Tallasa anne ri tubu makalengnu ana toa ri butta Mangkasara

------------------------------------------------------belajarlah ke dalam diri untuk melihat yang ada di luar diri 14 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tudang Anging 6 Karya : I’ Puji Tu Bainea

Bismillahirrahmanirrahim Bawakaraeng “Kalompoang ri tana kalompangku” Bawakaraeng Masombayya ri pa’rasangang ma toayya Tuttulu buku-buku ma salanggayya ri passissilikkangna to malompoa Ampanjariangi kalompoang sossorang ri mate’nea OooOooo.......sulapa appa kalompoang ri tana ma te’neku Appaccinikang to rilangi ri butta ri anging ri tanayya ri pepe pakalabbusang Panjariangku ri tana kalompoang tau si tau - tau a Kucini ri matinro..... kucini ri cappa paccinikku Passidakkana tu bainea Ammotere ri assala karaeng ma sunggua Tamala’ lang tamassolong Tamacinna tamasso’na Ala’ lang ri je’ne katalassang Songko baine ri pangadakkang Lengkese ri majanna Kualle ri dongko kasuwiang OoOoo . . . karaengku mattallasakku Pacinikkangnga kalompoa masunggua Na kucini ri pangadakkangku Na kuerangan tama ri ati kebokku ------------------------------------------------------Bawakaraeng menjadi salah satu tempat yang di berikan keistimewaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala – Sang Maha Pencipta ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 15


Tudang Anging 7 Karya : I’ Puji Tu Bainea

Bismillahirrahmanirrahim Bawakaraeng Engkau terhina dan terzholimi oleh manusia yang tidak beradab Engkau diam terdiam dalam diam dengan tasbih-mu Mengisyaratkan betapa patuhnya engkau kapada Sang Maha Pencipta Manusia ingkar sebagai khalifah di muka bumi hingga Sang Maha Pencipta memerintahkan-mu bergerak manusia akan diam terdiam dalam diam dengan tangisan bersabar dan ikhlas ‌.. sebab waktu adalah rahasia Tak ada lagi manusia yang me-manusia-kan dirinya Tak ada lagi manusia yang membawa kebaikan bagi makhluk dan ciptaan lainnya Tak adalagi manusia yang mendudukkan dirinya sesuai dengan kedudukannya dihadapan Sang Maha Pencipta

16 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraeng Karya : Dian Rachman Manggorai

Bawakaraeng... Bulu' Kala' biranta Kania' kanna saba' Allah Ta'ala Butta pallasukangnna Karaenga Butta Pammantanganna Batarayya Butta Pammubana Ada' Mangkasaraka Bawakaraeng Butta Toayya.... Bawakaraeng... Sanging tau takkaluppa mami Sanging gau' manyala mami Gesarami pangadakkanga Nibokoimi ati maci'nonga.... Bawakaraeng.... Ammatiki je'ne matangku... Anciniki karrunu ri moncong tinggia Siruntung bosi sarroa Sikarapi tasunge'nge Amempo ta' kajannang Ri pa'mai dinging-dinging... Bawakaraeng.... Pa'risinu tena rapanna Simpungnnu tena sangkammana Nutongko kalennu risaliu' Ma' kale kale kukang ripa'rasangannu... ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 17


Bawakaraeng... Punna sallang si'ra amenteng katojenganga Pa' balasa'na Karaeng Malompoa Risalasanu,ripa'risi' takabilanggannu... Na naurangi palalona tuma' buttayya Pasangi ri ana' ri boko Na na sassala gau'na Tuma'pa' jarina Ma'nasanna le' baki la' biri pa'rasaganna Ri kania' kanna butta toayya... Ri empoangna bulu' Bawakaraeng...

18 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tit i k Karya : DR. A.Yaqub Pasinringi La Tinaga ,S.Sy. ,M.H.I.

Tak terlukis, terukir, tetapi terkoyak Ingkar hati, menyayat, menyisakan goresan Titian terhunus sedepak, merengguh selangkah “Ingin” terwujud, menanggalkan amanah Kewajiban terlupakan, meruntuhkan Bawakaraeng Tempat bukan wadah, melainkan alamat Ikuti perintah menafikan larangan Tujuan bukan maksud, namun ahdaf Isyarat ruang para dewata, tetapi bukan sewwa’e Kenang senantiasa ada, jika ada Bawakaraeng Titik bukan awal tanah, api, angin, dan air Ikatan titik untaian awal gunung Terpaan wahyu awal yang akan mengakhiri “Insan”, akhir maqam cahaya Keajaiban berakhir ketika menitik Bawakaraeng Tempa diri dengan ilmu Iman mengukukuhkan sabar Terhanyut dalam arus ihsan Ikhlas mematri syukur Kalbu manusia itu Bawakaraeng

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 19


“...Ia adalah pesan dari bumi yang tak mungkin kau mengerti, bila kau tak mengamati, tak menghayati segala gejala yang terjadi..... Ia adalah sastra alam yang mustahil kau paham bila kau hanya diam... Tak bertanya pada semesta...� - M. Hakim Darman

20 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraeng, Legenda Butta Kalassukkang Ta’

Karya : M. Hakim Darman

Ceritanya panjang tak berujung Kisahnya lapang tak terpinggir Tak rapuh dimakan waktu Tak lekang ditelan zaman Potret kehidupan tanah mangakasara’ Lukisan sejarah butta kalassukang ta’ Bawakaraeng… Engkau tegak di Tanah Karaeng Berpijak di tengah Kampong Daeng Emponu ma’nannungang Tamallili pa’ jammangngang Tamaruntung ri pakkusiang Tajammeng ri pangngadakkang Tagesara’ ri sulengkaa batarayya… Bawakaraeng… Bulu’ ta sambarang bulu’ Butta ta pannyaliang Ia pannyaleori ri pa’risi’nu, passukku ri te’ne nu Ia pappasang, ia pabburitta Ia sabbi kalompoang karaeng masunggua… Ia adalah pesan dari bumi Yang tak mungkin kaumengerti Bila kau tak mengamati… tak menghayati Segala gejala yang terjadi Pesan… Bahwa kau tak sendiri Ada alam yang mesti kaulindungi Bukan kaurusak dan kaugali Demi kepentinganmu sendiri… ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 21


Ia adalah sastra alam Yang mustahil kaupaham Bila kau hanya diam Tak mengkaji kekayaan alam Tak bertanya pada semesta Tanya‌ Untuk apa kau ada? Untuk siapa kau bertahta? Bagaimana engkau kujaga?.. Jadikan kepedulian sebagai jawaban Serta rasa syukur kepada Tuhan Sang Pemberi nafas kehidupan‌

22 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Pesanku Untukmu, Wahai Manusia

Karya : Reski Amalia

Tiada asa yang tersurat Dikala angin menembus dinding-dinding kulitmu Hanya kebekuan yang menyembul melekat Hingga kausadar bahwa kaubutuh aku Semuanya tahu siapa dirinya Masa silam cukup jadi pelajaran Bahwa dunia dan seisinya Cukuplah kita tahu itu rahasia Tuhan Aku adalah aku Di sini adalah aku Bagaimanapun aku tetaplah aku Menjulang tinggi dengan keakuanku Kupinta satu hal padamu, hai manusia Kebiadaban eksploitasi bukanlah pengembangbiak Kau akan tetap hidup di dunia Meski kau tumbuh bersahaja dan bijak Tiada asa yang tersurat Hanya sepucuk syair yang ingin kulayangkan Agar kau tak jadi budak hasrat Dan tetap menjaga keyakinan Kita berleluhur yang baik-baik Eloknya kita jaga dengan hati-hati Senantiasa tunduk dengan yang apik-apik Serta kepada yang buruk selalulah berwanti-wanti ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 23


Aku adalah aku Beranakkan nilai dan budaya yang elok Kupinta, kaujaga kandunganku Agar tumbuh besar dan berguna besok-besok Salamku di tempatku berdiri Jamahlah aku dengan segala kebaikanku Relalah aku direnggut kemanisanku disini Semoga engkau tiadalah enggan menjaga kehormatanku Nilai dan budaya yang kukandung selalu Senantiasa gendonglah mereka dengan baik Agar tak jatuh dan berlalu Agar kau merasakan semuanya tetap menjadi baik Tiada asa yang tersurat Hanya sepatah kata yang terbang dari seorang penyair muda Membawa asa dan pesanku untuk maslahat umat

24 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Si Kekar Simbolis Kota Daeng Yang Terabaikan Karya : Fajriani Annisa Eka Trisna Sekian lama zaman memakan usia Si Kekar Bawakaraeng Kini kian terabaikan oleh sorot pandang ‘Tau Mangkasarak ’ Si Kekar hanya berdiam tanpa kata Mereka yang menengok, hanya menatap kosong tak memandang makna Berlalu-lalang menghampiri Namun tetap saja terlupakan Mereka berjalan dengan kepikunan akan Gunung Bawakaraeng Membiarkan Sang Kekar terbalutkan oleh ironi Meski ia tetap berdiri dengan gagahnya Hanya saja kerapuhan menghilangkan pesonanya Walau termenung, Ia pun berbahasa Dengan beribu makna yang tersirat Bak debu tersingkirkan oleh sepoi angin Kekacauan yang berserakan Kian menari-nari menghiasi tiap sudut Bawakaraeng Bisik lirih kesedihan Bawakaraeng terbawa tiupan angin ‘Lelah! Aku lelah..tengok dan dengarkan sajakku walau sejenak Dengarkan tiap keluh kesahku, Sang Kekar simbolis Kota Daeng... Jangan hanya menapakkan kakimu! Anggaplah keberadaanku... Akulah Sang Kenangan masa lalu, tersapu angin bahkan tak nampak lagi hingga Menjadikan histori sebagai pajangan semata Biarlah keberadaanku tetap terpatri dalam kisah Kota Daeng Yang takkan pudar meski berkali-kali terhempas arus Biarkan keberadaanku tetap mencolok mewarisi kekayaan Butta Mangkasarak Jangan acuh tak acuh Langit pun menjadi saksi bisu keberadaanku Tataplah dan akui, Sang Kekar Bawakareng.. Karena akulah simbolis permata Kota Daeng. ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 25


Mulutmu, Tuhan ! (Katanya)

Karya : A. Rewo Batari Wanti

Kepada-Mu aku bertanya Dan kepadanya aku nyata Tetapi, apakah kenyataan ini dapat kupertanyakan? Dan apakah tanyaku menjawab kenyataan ini? Hanya kau yang tahu Mengapa kaujadikan kubisu? Tapi bagaimana aku bisa Sedangkan kebisuanku seolah menggambarkan kebiusan-Mu Hampir dari setiap yang datang Hanya menjadikanku budak pemuas Memperlakukanku seperti pelacur-pelacur kota Meniduriku... Menikmatiku... Menyisakan kotoran moral Dan setelahnya mencampakkanku Tuhan... Aku ini mulutmu Bukan sekedar tumpukan tanah dan batu Bukan sekedar pajangan yang menjulang Bukan sekedar makhluk penampunag Tetapi padaku, ada perenungan Mungkin inilah jadinya Gelar makhluk paling sempurna yang kausematkan padanya Hingga keharusan dalam inderanya lupa memaknaiku Sebagai kawan... Sebagai jalan... Sebagai cara... Mendekati-Mu 26 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Dia Bukanlah Sebuah Dongeng

Karya : Nusril Muchtadi

Nyanyian sudah seperti tradisi Tabuhnya gendang, mengasapi dupa Di balik Sinlirik membuncah sukma Yang mengalun merdu Keso’-Keso’ Akan daku sebut namanya Akan daku rindu namanya Bahkan daku bisa menjaganya Bahkan daku bisa menyuntingnya Bawakaraeng... Menyebut namamu terpatri cinta Merindukanmu pelepas dahaga spiritual Menjagamu adalah ibadah Menyentuhmu adalah bagian dari syairku Pusara yang terpasang menjadi Penanda sejarah mereka Menjadikan punus mahar cinta mereka, tergugah tekad ? Akan Bili’-Bili’ menjadi penghidupan mereka Ketika Bawakaraeng sudah goyah, siapa yang disalahkan ? Mengisahakan luka ta’ liwa pakrisik Tidak mudah disembuhkan Terlupa budaya sirik na pacce Membantah badik hendak Ta’ bu’ bu’ Beriak muara Je’ne Berang Menghembuskan sumpah seorang khalifah Memaknai kalam sang pencipta Tak ada lagi makna sebilah pedang Sadarlah! Wahai manusia-manusia Yang mengkhianati hati Karaeng Harus dienyahkan ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 27


Oh anging kaumami kupappasang Pabattuangak sallangku Pabattuangak nakkukku Mange ri bulu’ kalompoangku Bawakaraeng bulu’ na kuonjo’ Bulu’ na kupa’ royongi Na kupa’ doangangi hingga aruku mengelana Menjelma gadis Pakarena Bawakaraeng bulu’ na kuonjo’ Menangkap kupu-kupu di tebing Tombolo’ Menunggang kuda jantan di Malino berdarah Lembah Ramma’ tempat memadu kasih Bawakaraeng bulu’ na kuonjo’ Bunga edelweis adalah sumpahku Serta bunga biraeng menjadi saksiku Kurebahkan tubuhku akkalimbuk sahada’ Dia bukanlah sebuah dongeng Dia bukalnah sepenggal mitos Dia hadir dalam diskusi kehidupanku Mendarah daging dalam pita batinku Bawakaraeng bulu’ na kuonjo’ Dia bukanlah sebuah dongeng Buka pula sepenggal mitos Bulu’ salama’ lanri Allah Ta’ala

28 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Maka Kau Lihat Wajah Tuhanmu

Karya : Sitti Rahma

Hentakan kaki mengekar Memijak tanah tua berbatu Puncak tertinggi pijakan kaum suci Berkumpul membicarakan kebaikan, berdoa bersama kebaikan Edelweiss bersujud menyatu dalam lukis wajah Tuhan Kaki tangan, rupa, jiwa, dan hati wujud dari keutuhan Manusia bercengkaram pada alam mengukuhkan kesempurnaan Merekam potret sejarah Carilah ketika masih bernyawa, masih bebas mengakap udara Bukan aku jika tak merangkak dalam longsor tanah tuaku Dzikir panjangkan nafasku yang hampir putus Dan berhati-hatilah dari api yang menghanguskan lidah Memanjat tuk genggam keindahannya terengah carilah kemuliaanya Hari itu lelah mencari, sejenak pandanglah keindahannya Disitulah batas mencari, disitulah batas aku bersandar Dan menemukan jawabannya Bawakaraeng camming ri aleku Bila musnah, hilang seutas tali dari jembatan keutuhanku Bila aku merdeka tanpa cerminku, itulah pendustaanku Bila aku tak merdeka tanpa cerminku, maka itulah kebodohanku Jika aku merdeka dikarenakan cerminku, itulah kemerdekaan yang sesungguhnya ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 29


Diam, Bugkam, Membisu Karya : Arfina Sukmawati Arifin Setiap Setiap Setiap Setiap Diam,

kuhadapkan pandangku, yang kulihat hanya pesonamu kuresapi bunyi, yang kudengar hanya panggilanmu kuhirup udara, yang kugapai hanya aromamu kuletakkan tanganku, yang kusentuh hanya wajahmu bungkam, membisu

Kucoba menghimpun energi Kubentangkan tanganku Kututup kedua telingaku Kupejamkan mataku Kubiarkan pikiranku berkelana Terbang, melayang, mencari keseimbangan Diam, bungkam, membisu Walaupun rindu berkobar di hati Rasa sesak kian membelunggu dada Kucoba untuk bertahan Kutak ingin menyakitimu Kutak ingin melukaimu Kutak ingin egois akan hasratku Diam, bungkam, membisu Kuhanya ingin menjaga Air tempatku memulai kehidupan Pohon tempatku bernafas Tanah tempatku berpijak Batu tempatku bertempu Kini ku tergugat, tergurah dan tergugah Kita tak hanya menjalani cinta tapi saling menghidupi Bahagia kau di sana, tentram rasaku di sini 30 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


IaYangTakKauPahami Bahasa Keberadaannya

Karya : Siti Mudrika

Inilah firdaus alam materi Takkan kau temukan gedung pencakar langit di sini Gedung-gedung tempat bersemayam tangan-tangan perengguh kekayaan rakyat

tak

terlihat

Inilah firdaus alam materi Di sinilah kautemukan pepohonan menjulang tinggi mencakar langit Di sinilah riak air sungai dan kicauan burung bersenandung bersama derap langkahmu Di tempat inilah bersemayam oksigen tanpa polusi yang menuntaskan dahagamu Berdiri tegak di sini tak akan mudah Tak semudah melangkahkan kakimu menuju ruang-ruang komersil Berdiri tegak di sini mempertaruhkan tak hanya raga melainkan jiwamu seutuhnya Perjalananmu menuju tempat ini seharusnya tidak kauhargai dengan gambar Segalanya di tempat ini memberimu kehidupan Kehidupan yang seharusnya membuatmu tetap hidup lantas menjaganya Kehidupan yang selayaknya kauhargai dengan melestarikan firdaus ini Inilah Bawakaraeng Bentang alam bak firdaus Firdaus yang tak semua manusia memahami bahasa keberadaanya di alam materi Inilah Bawakaraeng Instrumen alam bersimpul memberi jutaan kesempatan padamu Kesempatan untuk hidup lantas dengan angkuh kaucoba mematikan alam ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 31


Jutaan alasan tercipta bersama keangkuhanmu Dengan membusungkan dadamu kauberteriak “Alam diciptakan untuk kita, maka layaklah Bawakaraeng aku sentuh dengan segala egoku� Bawakaraeng Ia yang tak kau pahami bahasa keberadaanya Ia yang tak pernah mengkhianati mereka yang mencintainya Ia lantas memberimu sedikit teguran karena tak menjaganya seperti para tetua Barulah matamu terbelalak Barulah egomu tersadarkan Kau tak ada artinya tanpanya Seandainya sejak awal kita semua berego semesta Tindak tanduk kita akan sejalan dengan semesta Langkah kaki dan ayunan tangan bersinergi dengan alam Menciptakan hidup yang tak hanya berimbas kebaikan bagi alam Namun sebuah kebaikan universal yang bersumbangsih bagi seluruh kehidupan

32 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraeng-Bahasa Yang Tak Tersampaikan

Karya : Lutfiah Maemunnah

Belum pernah saya melihat kakimu yang tak kuat menopang Belum pernah saya melihat tubuhmu gemetar saat berjalan Belum pernah pula saya melihat kepalamu tertunduk malu Wajahmu dulu tak tampak tua tapi kini tampak kusam Tubuh yang kokoh berselimut tanah Dan vegetasi yang membuatmu semakin hidup Kini tubuhmu berselimut abu dan terkikis Hingga bebatuan yang bersembunyi kini terlihat Kakimu yang mengajarkan kami memilih jalan awal Kini tak lagi sama, malu untuk kami pijaki, takut kami tergelincir Badanmu yang mengantarkan kami, tapi kini jalan itu berbeda Dan kepalamu yang memperlihatkan kami keindahan Tapi kini keindahan itu mereka rusak! Sungguh kejam... Bahkan mereka tidak menyadari tugasmu Kaumemberi mereka kehidupan Kaumemastikan mereka tak hidup kesusahan Sungguh tak tahu berterima kasih Sungguh tragis... Mereka menangsi saat kehilangan sanak saudara Tapi mereka juga berfikir bahwa kau juga hidup untuk mereka Mereka tertawa gembira tapi tak sadar menghancurkan diri sendiri Sungguh tak tahu diri Bicaralah saat kau tak suka, bertindaklah saat mereka menyakitimu, meski mereka membawa tentara sekalipun Kau akan tetap berdiri tegak Kekuatan dan keindahanmu akan tetap pada posisinya Tetap pada tempatmu dan tegak pada kedudukanmu Wahai tempat kami mematikan kesombongan Perjuangan bahkan belum usai Wahai tempat kami belajar kebaikan ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 33


Jika Yang Hilang Itu MenemukanJalanPulang

Karya: Dian Kartika

Nanti, Saat jejak-jejak itu membentuk sejarah Maka mungkin luruhlah pula cinta pada langkah berikutnya Sebab ia berubah sebatas kebanggaan ketika anak-anak manusia lainnya mampu menggagahi puncak tertinggimu Nanti, Saat nyanyian-nyanyian itu telah menjelma sunyi Maka mungkin hilanglah rindu pada titik berikutnya Sebab ia berubah sebatas keangkuhan ketika musisi-musisi lainnya mampu mengarungi hutan terlebatmu Nanti, Saat kehangatan mulai mencipta gersang Maka mungkin hilanglah pula makna anggun pada tubuhmu yang kian menua Sebab ia berubah sebatas keangkuhan ketika jamahan-jamahan berikutnya Mampu meraba hingga titik gelapmu Nanti, Saat cinta yang sempat luruh itu kembali bergelora Saat nyanyian yang sempat terperangkap sunyi itu kembali bersenandung Saat kehangatan yang sempat diselimuti gersang itu kembali indah Bagaimanakah lagi aku mengenali wujudmu, Bawakaraeng ?

34 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Sepatu Setengah Juta Karya : Miftahul Jannah Wasnur

Jiwa dan makna Bukankah cintak tak terumbar? Sebab ia akan mati bila terjadi Manusia yang mulia Dan kita yang kelak akan membusuk di ladang kemuliaan Jejak langkah para penderma di Bumi Tuhan Mereka bilang aku penikmat Mereka bilang aku penggiat Mereka blang aku belajar Mereka bilang aku ibadah Mereka bilang aku pencinta Mereka, aku galau, Tuhan Hari ini bercerita tentang sosok yang tak asing bagi mereka Mereka yang sering kali menjadi serdadu pembentuk erosi Dengan sepatu setengah juta Milik kawan yang mengutang sekaleng rokok Dari Bunda di kampung Sebut saja “Petualang� atau apalah namanya Sebab kalian tahu betul siapa mereka... Tak banyak yang kusimpan tentangnya Sebab sejatinya ragaku tak pernah tersempatkan bertemu denganya Jikalau berkisah, bolehlah Sebab kekasih-kekasihku senang betul bila berkisah Tentang salah satu bagian darinya Seringkali disebutnya trangulasi 2830 mdpl Mereka bilang aku kuat Mereka bilang aku hebat Mereka bilang aku tampan Dan akhirnya kekasih-kekasihku Bilang aku menipu diri sendiri, sayangku ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 35


Aku jadi teringat cerita-cerita manis mereka Buah tangan saat melakukan perjalanan Dan ini hanyalah kutipan-kutipan kecil Seperti sampah kota yang tersimpan rapi Di dalam kantong ajaib Tapi ini berwarna-warni dan tidak memiliki pintu kemana saja Kau dapat menemukannya tergeletak bergelantungan Di dahan yang tak lagi rimbun senyumannya Bagaimana mungkin sampah membuang sampah Dan sampah-sampah manis itu tergeletak di atas Bukan-bukan.. Bukan di atas tong sampah milik negara Tapi kau dapat menemukannya di atas tanah Tanah tempat tanah bersujud Ya tanah Bukankah kekasihkupun tercipta dari tanah Boleh jadi mereka bukan lagi manusia Boleh jadi mereka bukan lagi kekasih yang kukenal sebab bila keegoisan merekalah yang meruntuhkannya Goresan demi goresan sering kali berulang Hingga akhirnya menorehkan luka yang dalam Ya aku tahu ini sedikit metafor tapi itulah rasa Dari raga yang tak pernah berjumpa dengannya Aku akan bertahan dengan tidak menggoreskan sepatu setengah jutaku pada raganya Aku hanya akan menunggu hingga saatnya tiba Dan kami akan berjumpa dengan senyuman yang tersimpul di hati Untuk kekasih-kekasihku jika kau manusia Perlakukanlah ia selayaknya Dan aku akan tetap mencintai mu. Berhentilah menggunakan sepatu setengah juta Bila kau hanya ingin menggoreskan luka dihatinya Dan akan kudekap jiwamu lebih lama agar menantikan hujan Berhentilah membuat kantong-kantong ajaib Sebab kau bukan tokoh kartun sayang Dan akan kukecup keningmu Untuk Sang Gunung, boleh aku mencintaimu? Bawakaraeng 36 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Sajak untuk Tempat Para Dewa

Karya : Riska Awalia Lestari

Kutulis saka ini tatkala langit menangis Karena warisan leluhurku dimiskinkan oleh tangan-tangan jahil Digunduli habis hingga rupanya menjadi cokelat gersang kemudian disolek kembali dengan sentuhan yang katanya modern Pikiranku melayang menerjang rintik air dari langit Mencoba menjawab dari mana mitos tentang warisan leluhurku Katanya disana adalah tempat para dewa Lalu kenapa mereka sombong hancurkan tempat para dewa itu? Apa yang mereka yakini dulu? Entah masih diyakini hingga kini Warisan leluhurku menjerit miris Hentikan dandanan modernmu terhadapnya Kutulis sajak ini karena air mataku ikut meluruh bersama hujan Aku ingin melihat warisan leluhurku yang dulu hijau Aku ingin mendengar sapaan ramah dari kaki para pencinta alam Aku ingin tempat para dewa menjadi luhur kembali Dan akhirnya, Sinar mentari takkan lagi menyinari daerah gundul Cahaya rembulan takkan lagi bersembunyi dibalik awan hitam Langit penyangga bumi pun takkan lagi menangis Juga Bawakaraeng tetap Bawakaraeng yang dulu, Tempat para Dewa

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 37


Bawakaraeng, Men’Daeng’kan Desah

Karya : Rahmadani Hasbih

Sang kokoh beradu dalam gemanya Menentang para kawanan insan yang buta akan sopan Di bilik-bilik dedaunan, sang bukit Tuan mengaduh keluh Tentang tubuh memar membiru, Oleh langkah kaki sporadis tak kenal etis. Kering kerontang mengepung nan tinggi Bawakaraeng, Hingga sosok hijau hampir tak nampak lagi oleh retina. Hanya batang-batang kusut terbaring lemah tak berdaya. Kau nikmati, lalu pergi tanpa sepatah terima kasih. Kau jejali dengan bebasnya sampai kaulupa bawa nalar sehatmu. Kaujejaki semaumu tapi tak pernah tahu gunakan santunmu. Mencoreng fitrahnya hingga ia malu pada tetuahnya. Menghinakan dia dengan segala jurus ritualmu, Sesat menyesakkan dada hingga ia takut pada yang menciptakan. Kaukebiri segala fungsi dan potensinya hingga nadi-nadi itu bergeming dan sebentar lagi Lumpuh atas tak senonohnya perlakuanmu. Dengan seenaknya, kaukotori dinding diafragmanya Hingga, sesak terasa dihelaan nafas kaki-kaki langit. Dan tunggulah, sebentar lagi paru-paru itu kan menyesekkanmu seluruh bumi. Tapi sayang kau anthroposentris yang tak tahu malu dan tak pernah mau mengerti. Dalam lirihnya pada semilir angin, ia mendesah. Mengapa kaum itu haus tak terdidik, bukankah mereka lekat dengan siri’? 38 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Sebuah Persinggahan Karya : Cipta Wira Haryadi

Sangat sulit batinku mengelak lambaian dedaunan, Ketika kita berbicara tentang penyelesaian, Akan sebuah kesalahpahaman, Karena itu mungkin sebagian esensi dari kepercayaan, Apa yang dirasakan? Mengapa demikian? Seorang teman? mungkin, sebaliknya, lawan? Di satu punggung tertelungkup hampir kaku kedinginan. Siapa menipu? Niat, ataukah pepohonan? Maksudku waktu sepintas; bukan! bukan, Ini bukan jalan pintas menuju bulan! Sama, memang ke atas, itu tujuan. Namun, langkah adalah tanah di pijakan. Ri bulu Lompo-Battang. Ketika setapak panjang ke belakang berlalu, Ku lihat raut bebatuan yang kekal tak merayu. Keras; angin menggoyangkan daun gugur terhuyung jatuh, Bak membujuk untuk tinggalkan yang berlalu. Kelam menyongsong bak nasehat Sang Pemilik waktu. Kuasa Tuhan, aku bersimpuh hampir nyata ragu, Dan lemah ketika bersanding, imanpun menyentuh kalbu. Siapa? Siapa yang merubah cinta seketika itu? Ketika kesanggupan menjadi hantu Bercermin pada semua kekhilafan masa lalu, pada parasmuHampir yakin, ruang dan waktu telah memilikimu. Di jalur ini, biarlah kenanganku dan kau terbagi dalam syahdu. Kuletakkan di pundakku, kau akan tetap menjadi semangatku. ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 39


Di penelusuran nanti ku harap alam menuntunku. Sekuat batin menembus janji akan sebuah persinggahan itu. Bersandar di hadapanmu aku merindukan dirimu, Kelak, sebersit cahaya mungkin kan rela tak meninggalkanku. Ketika kesanggupan menjadi hantu Bercermin pada semua kekhilafan masa lalu, pada jasadmu. Aku yakin, maksudmu adalah nyata buatku berlalu, Memang kawan, aku pun tahu kaupun rindu, Itu adalah kesucian yang sama terjaga selalu, Namun, bila maksudmu aku dan kesombonganku agar beradu, Saat itu, aku pasti malu pada leluhurku. Kuputuskan, kupikul senapak tilas makna kehidupan. Beban tak lagi buatku untuk hiraukan. Sindiran burung-butung dibalik hijau kelestarian. Dalam hati bagian inti sebuah sumber kehidupan. Aku menarik makna, maaf kan aku kawan. Aku sadar jalan panjang masih ke atas di persinggahan. Aku percaya bahwa ini bukanlah kesalahpahaman.

40 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


“Kaubiarkan rakus kepadamu memudarkan suci hijau rumputmu.....Mereka tidak menyimpanmu dalam hati, tetapi mengubahmu menjadi bayangan.� - Sitti Namira Angriani

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 41


Gunung Bawakaraeng, Bahasa

yang Tak Tersampaikan

Karya : Sitti Namira Angriani

Kaubiarkan rakus kepadamu Memudarkan suci hijau rumputmu Mereka datang bukan untuk mengakui indahnya ciptaan Tuhan Mereka tidak menyimpanmu dalam hati, tetapi mengubahmu menjadi bayangan. Sayang, kauhanya dijadikan bagian dalam ungkapan hati dara muda yang kasmaran. Sayang, kauhanya dihidupkan dalam cerita nyata tapi palsu Mereka tidak peduli, tapi hanya tau memperalat Bisakah kau marah seperti sobatmu dari seberang, tanah para priai ? Bahasa yang tak tersampaikan‌ Inilah nanti alkisah yang anak cucuku akan dengarkan. Mereka tak akan tahu rasanya sejengkal dengan langit biru. Dan mereka tak akan tahu rasanya dipeluk mataharimu serta dinina bobokan oleh rembulanmu

42 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Aku, Jiwaku dan Bawakaraeng

Karya : Candra & Nurjanna Hayati Husain

Di tengah hutan dataran tinggi… Di pinggir sungai kecil Dan di bawah pohon-pohon cantik… Dibalik kabut, dipeluk malam dingin… Terdiam menutup mata… Dan memahami suara angin… Di lingkaran gelap yang penuh bintang… Diantara cahaya kunang-kunang menemani malam… Dan disaat terang menyapa pagi Ketika hujan… seiring bentangan pelangi Aku adalah jiwa… Jiwa yang menemani setiap nafas di tempat ini… Menikmati seluruh penjuru indah surgamu “BAWAKARAENG” Yang selalu ada untuk melihatmu sebagai kekasih… Yang selalu merindu terbawa mimpi

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 43


To Ugi’ Karya : Anak Tani

Ombak di lautan sedang menari-nari sambil mengikuti irama Angin mamiri di Tanjung Losari, sembari menemani kapal Phinisi Menunggu sang pemuda untuk naik dengan keyakinan penuh Akan beradu dengan arus dan hiruk pikuk darat yang dituju Oh Karaeng Kulihat pandang bola matamu, Kudengar detak peredaran darahmu Dan Kurasa hembusan keluar dari indera penciumanmu, Ada rasa enggan hadir dalam dirimu Untuk melambaikan tangan sambil melangkahkan kaki meninggalkan kami Yang termenung dan menyimpan harapan untuk kaukembali Sembari berkata “siri’ na pacce menjadi senjataku” Oh Karaeng Jangan engkau takut bergerak diluar kandang, Runcingkan tekadmu Seperti tanduk tedong bonga di Toraja, seperti ujung Perahu sandeq di Mandar, Sesungguhnya ada harta yang telah diwariskan untuk jiwa-na to ugi’ Silahkan dibawa karaeng “sipakatau sipakalebbi” Pujian rayu tak lagi berarti, uluran tangan membuatku gelisah, harapanmu membuatku berkorban, perjuanganku kausambut curiga, hingga kutersungkur dalam sesatnya pikiran meratap mengiba dan tenggelam dalam rasa benci sebab cinta yang kau janjikan. Kulampaui kesederhanaan sebab mengikuti keinginanmu, Tanah kita yang dulu harum tempat pohon berbagai macam menambatkan diri, Nyanyian burung bemancam macam dipagi hari minggat pula entah kemana. Sebab tak berumah tak pula mau makan apa yang ada diatas tanah kita, sayangku. Nyanyian hewan tanah dimalam hari juga tak lagi terdengar Yang biasa memecah keheningan malam saat memikirkanmu. 44 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Kapan kau pulang melihat tempat kita memadu cinta seperti kala itu, Terasa bosan kukenang semua. Pupuk sintetik yang kaukirimkan susah payah juga aku beli pada orang yang kau titipkan, obat pembunuh belalang juga membuatku ikut mabuk. Lagi pula pupuk dan obat itu membuat tanah kita kering dan keras hingga membuat kakiku sakit saat memijaknya. Kumohon pulanglah aku tak tahu mesti bagaimana aku sekarang. Mengapa kau tak kunjung datang, tak bosankan kau dengan puji dan rayumu itu? Aku bosan juga bercumbu dengan bayang-bayang yang kumau dekat denganmu disaat aku rentah. Semoga kau mengerti penderitaanku disaat pesanku ini sampai, hingga terbatas pula harap tak berujungmu itu, semoga yang kusampaikan ini tak membuat kau marah sebab yang pantas marah itu bukan kau. Anak Tani , Maret-14-2015

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 45


Kemarin, Hari ini dan Esok Karya : Hardiansyah Abdi Gunawan Kemarin kudengar longsor di mulut Tuhan Kudengar raungan tangis manusia yang kehilangan Namun kudengar bisikan lembut dari mulut Tuhan Bahwa ia lebih sendu kehilangan berjuta-juta kawan Kemarin kudengar kebakaran di mulut Tuhan Kudengar tak ada listrik korslet dan tabung tiga kilogram meledak yang mengakibatkannya Namun kudengar doa kecil dari mulut Tuhan Agar akibat kelalaian itu tak membakar habis kawannya Dari almanak ke almanak Selalu terdengar kehilangan dan kerusakan Kemarin, masih kulihat kembang keabadian tersenyum pada lautan awan Kemarin, masih kulihat angin menghirup aroma keabadiannya Dan hari ini, Tak kujumpai lagi keabadian itu di mulut Tuhan Dan esok, Kembang keabadian itu hanya tinggal mitos Dan mulut tuhan hanyalah pusat keramaian Seperti kota-kota tempat muda-mudi bercerita, Prostitusi dilegalkan, Janji-janji busuk diikrarkan, Pajak dipungut, Dan kegaduhan politik tumpah! Serta esok, Udara dan dosa tak mampu lagi dibedakan Dihirup menjadi dalam nafas kehidupan Tak ada lagi rerimbunan pohon pinus yang asri Tak ada lagi kisah tentang musim yang suci untuk berhaji Tak ada lagi kisah tentang wanita bergaun merah bernama noni 46 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bertahun-tahun setelah ini, Setelah menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer jauhnya, Dari Makassar ke Lembanna Yang tersisa hanyalah manusia dan kehancuran Samata, Maret 2015

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 47


Nasehat Sang Pewaris Karya : Hasnawati

Bawakaraeng… Ini tentang ketenangan yang terusik Tentang pilu yang tak tersampaikan Tentang amarah yang tak terselesaikan Kemarin… Aku mendengar Desiran angin yang berirama Gemercik air yang berdendang Memandang padang ilalang yang menari-nari Sampai menghanyutkan dialog pikiranku Namun angka 2004 Datang tanpa permisi Seperti petir menggelegar Mematahkan permadani yang terhampar Mengacaukan angin yang berdendang Menimbun luka terdalam Inikah tanda Pesan Tuhan telah terabaikan? Entahlah… Wahai manusia Makhluk sempurna Sang Penguasa Merenunglah… Tidakkah kau melihat Bawakaraeng sedang menangis Menyaksikan kakinya hancur 48 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Hancur dengan segala pesonanya Dihancurkan oleh tangan-tangan para pecundang Hari ini‌ Selama telinga ini masih mendengar Selama mata masih melihat Selama jantung masih berdetak Bawakaraeng tak kubiarkan kau bersedih. Karena i' kau Passarenna karaeng ri linoa Ri butta kalassukangku

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 49


Nafas Sang Bawakaraeng

Karya : Aditya Idris

Risau merasuk hati ditampar kerinduan Merindukan derasnya aliran darah ketika menggapai kabut dini hari Lalu menjejakkan kaki kedalam jurang cinta yang dalam… Menerobos hawa dingin Membasuh wajah dalam setiap langkah Kebersamaan dengan angin yang bertiup kencang Dan rumput basah malam hari… Ingin kucumbu kabut tipis itu… Yang turun menelusuri Lembah kasih Rammang Ketika matahari turun kedalam jurang-jurang Aku datang kembali kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta Antara langit dan bentala Derap kaki dan gigil menyatu Lembah itu menampilkan cerita Ada kilat cinta diantara tatapan Masih ada kenangan tentangmu yang terbang tertiup angin pagi Kabut yang setia berlalu lalang Aku merajuk kagum di puncak gunung-Mu Hingga tak berdaya untuk berbuat lebih jauh Selaian menghembus nafas-nafas syukur Dalam teduh edelweiss cinta-Mu Ke sinilah kami pergi… Pada rumah angin dan senyum ramah peri-peri Duduk diam diatas batu Menepati janji fajar Dalam lamat-lamat sejarah dan ketiadaan Hanya untuk sekedar berguru Pada cahaya dan cakrawala Untuk semakin menundukkan sujudku… 50 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraeng… Di atasmu aku berdiri Bawakaraeng… Di atasmu aku sendiri… Memikirkanmu… Rahasia tersembunyi di dalam cerita mistismu… Bawakaraeng matahari mengintaimu... Bawakaraeng matahari memanggilmu... Bawakareng... Nafasmu menggetarkanku…

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 51


Satire Untuk Sahabat

Karya : Abu-Abu Kelam

Kala sepi menyulam sunyi Kelam malam menampak diri Dan suasana bagai elegi Tapi mitos tak lagi ditakuti Mereka datang berbangga hati Layaknya pecinta sejati Pijakkan kaki sana sini Tanpa tahu rasa menghormati Mereka berkata, “Alam cerminan diri� Tapi mengapa mereka merusak? Tanah jadi erosi Dan edelweis yang abadi Hampir mati dihabisi Adakah mereka sahabat sejati? Yang tak tahu terima kasih Pada alam yang memberi energi suci Makassar, 15 Maret 2015

52 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraeng: Persahabatan dan Siri’na Pacce

Karya : Alamsyah

Malam ini… Malam ribuan berita yang akan tersampaikan keseluruh negeri Berita akan angin yang mendayu dibalik bunga edelweis Tentang perjuang sang pemburuh nikmat Ilahi Dingin malam mulai merasuk kedalam sisi-sisi tubuh Getaran suara damai makhluk hutan bercerita dengan ramai Mimpi-mimpi sang pencari maha tinggi mulai terbayang Hingga besok sang surya menjemput dengan hangatnya Bawakaraeng… Ada persahabatan yang kudapat dari kemurnianmu Aku cerita tentang nilai dari kesejukanmu Ada berita tentang hati sang pencinta nikmat Ilahi Bawakaraeng… Bukankah meraihmu membutuhkan keringat yang banyak? Tidakkah menengokmu membutuhkan waktu yang lama? Setidaknya mereka sang pejuang nikmat Ilahi bisa menjawabnya Keringat yang jatuh membasahi tanah Adalah penghapus dahaga mereka sang pencari nikmat ilahi Mengatur napas hingga seirama dari siang hingga gelap Adalah batasan tentang waktu oleh mereka sang pengagum nikmat ilahi. Persahabatan adalah jawaban dari perjuangan itu Siri’ na Pacce adalah nilai dari pengorbanan itu Bawakaraeng adalah nimkmat sang ilahi itu Bawakareng, Persahabatan, siri’na pacce, dan cerita yang tak terbahasakan Makassar, 15 Maret 2015 ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 53


Sepucuk Senja dari Lembanna

Karya : Nursandrawali Gosul

Ketika tajuk jingga merekah Bersama tarian edelweis terhunus angin Gemerisik dedaunan bak senandung kehidupan Pepohonan santigi membelai tubuh letih Jauh di pengasinganku, Kubah masjid dan runcingnya menara katedral Tenggelam dalam nurani terkoyak waktu Ingin kusaksikan tubuhmu telanjang Tanpa klise keyakinan Kabut mengepung, Nampak siluet bersahaja Rawa nan teduh, romantiskan temuku dengan Tuhan Namamu abadi pada suara jejak para pendaki Pada sebuah prasasti disebuah puncak prahara Tegak berdiri dan sunyi mengendap disana Aku merindu, Dari balik perbukitan di batas senja Fatamorgana menerbangkanku ke lamunan tak terbatas Berarak kepelukan samudera, raga terbakar mengapi Di antara getir, kerlip pesona alammu Aku tersungkur pada gundahnya Tanya Bait rindu pada awan Kota Daengku menitik Padamu, seiring buaian lembayung meredup Dan mau yang acap kali mengusik Kupaksa beranjak dalam dekapa isak Kunang malam antarku pergi Melintasi jalan setapak, berkawan sepi Menuju ribaanmu dalam bahasa yang tak mampu kita mengerti Makassar, 15 Maret 2015 54 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Kunamai Kalian Monyet

Karya : Muh. Saepul Aswadi

Tawa kalian kawan‌ Tawa kalian membuatku geli Tawa kalian membuatku jijik

Kalian bertanya kenapa ? Kalian bertanya mengapa ?

Tawa kalian mengingatkanku Pada monyet peliharaanku Ia hanya mampu ngakak Namun tak pandai berjingkrak Ia hanya mampu mengerang Namun tak pandai melenggang Monyet itu samalah dengan dirimu kawan Yang hanya pandai berpose di puncak Namun tak pandai menghilangkan jejak

Di pos 1 jejakmu seakan mengejek Di pos 2 jejakmu begitu becek

Kau anggap apa gunung Bawakaraeng kawan? Kau anggap ia pelacurmu? Kau anggap ia pemuas nafsumu? Pemuas nafsu gonta-ganti foto profilmu? Pemuas nafsu update-an fotomu di Instagram? Itulah mengapa kunamai kalian monyet kawan Yang hanya tahu ngakak sana-sini, namun ogah dengan aturan. ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 55


Anu Ta’ Di Bawakaraeng

Karya : Fitriani Aulia Riszka

Untuk ta’ para pembaca, Para pendengar, pelihat, pencium, perasa, pengagum, pemuja, penjaga,pecandu dan parapenikmat. Pembaca yang tak pernah peka membaca tanda-tandanya Pendengar yang tak pernah mendengar hirup pikuk pasar Anjay ya di sana Pelihat yang tak pernah melihat lukisan-Nya yang tak bernyawa namun bisa menciptakan rasa Pencium yang tak pernah mencium ranumnya jiwa-jiwa surga istana atas awan Perasa yang tak pernah merasakan betapa tangguhnya jiwa-jiwa yang bergerilya dengan diri sendiri Pengagum yang tak pernah mengagumi bahwasanya benar hijau adalah cahaya Rabbani Pemuja yang tak pernah memuja nikmatnya anggur dan daun hidangan dewa-dewi Penjaga yang tak pernah menjaga ego pribadi dan lupa akan nurani Pecandu yang tak pernah dicandu pikat badai dan menikmati terangnya titian dalam kegelapan Dan penikmat yang sama sekali tidak pernah tahu apa sebenarbenarnya nikmat hidup ini Tabe'…Untuk ta’ semua yang pernah berdiri di Istana atas awan 2.845 mdpl di sana. Di triangulasi penuh ranah cakrawala atap rumah ta’. 56 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Iye’… rumah ta’… butta karaeng tanah toa penuh adat dan tradisi. Tempat tumpah darah Karaeng Lompoa berjuang dengan pacu tapak kudanya demi butta ta’ , rumah ta’, hutan ta’, dan adat budaya yang kian menjadi tradisi generasi muda-mudi Peluh yang meresap bersama merah darah dalam liat-liat gumpalan tanah dan batu. Mengekang akar-akar hutan dan lebat belukar liar hingga pada dinginnya kabut dan embun yang menyelimuti terbawa angin dan badai menyampaikan cerita-cerita mereka yang terkadang menjadi sebatas dongeng pengantar tidur. Cakrawala senja dan banyu biru nan elok yang serta merta bertaut mendayu-dayu dalam hening sendu yang kian menjadikan setiap jiwa diteluh rindu untuk kembali dan kembali mengenang semua kisah perjuangan para karaeng dan puang demi amanah leluhur ta’. Tapi kita lihat sekarang kodong, triangulasi di singga sana sebatas pesona. Mitos sakral pasar Anjay ya sekedar cerita biasa. Hutan ta’ tergerus kehilagan serdadu pepohonan yang menjadi benteng singgasana. Tanah liat tak lagi kuat mengikat tiap derap langkah lantaran tanah tinggallah tanah. Je’ne berang pelepas dahaga pun alih-alih menjamukan segar dan riaknya. Angin-angin membisikkan cerita burung yang jadi saksi kesedihan mereka sebab telah hilang rumah dan hawa segar untuk terbang dan berkicau riang. Luluh lantak sarangnya beralas tanah kering kerontang. Ahh…apakah kharisma tinggal cerita ? Tabe’… untuk ta’ semua yang masih memiliki nurani, untuk ta’para Daeng dan Andi’ yang bernaung di bawah atap kilas atti’cera’ yang sama dan untuk ta’ yang disebut pendaki yang menjadi saksi nyata merintihnya Bawakaraeng ta’ kini. ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 57


Maeki’assama turu. Nipassigapa pattujuanta. Paoterangi Bulu Bawakaraeng-Bulu Lompobattang ri simemanganna. Nakimasing ngu’rangi ma’nassa nia’ inji anu ta’ ri Bawakaraeng. Tabe’…

58 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


"Kemarin kudengar longsor di mulut Tuhan, Kudengar raungan tangis manusia yang kehilangan, Namun kudengar bisikan lembut dari mulut Tuhan, Bahwa ia lebih sendu kehilangan berjuta-juta kawan" - Hardiansyah Abdi Gunawan

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 59


Bawakaraeng Bisu Bahasa Seribu Makna

Karya : Selviana Manggasa

“Lembanna, persinggahan terakhir meuju negeri awan, Bawakaraeng. Lembanna, tak pernah lelah menyambut Sang Datang, Sang Pergi, tak pernah risih melihat pendaki-pendaki mencari jawaban kegelisahan hati� Kabut putih pun turun pelan-pelan membawa langkah ke pintu pohon Pinus menuju lembah Ramma lembah para kasih menjunjung tinggi adat Air mengalir membelai dingin menyegarkan dalam balutan keramahan Semak belukar dan bebatuan, hutan basah rebah dalam kepatuhan tanpa ketamakan waspada dalam diam Rumput-rumput ilalang bernyanyi Dihembus angin Barat, Angin Timur, Angin Utara, Angin Selatan Simfoni dengan alam seirama seruling firdaus Menenangkan jiwa lepas dari keduniawian Lelah itupun datang Diantara batu-batu besar dan pohon-pohon tumbang diterjang badai api kemarahan Hati-hati menjajal malam boleh jadi bayangan meninggalkan Sang Tuan, tak setia pada kawan-kawan Kabut dingin pun membelai lelah dalam keheningan membuyarkan impian, diam, diam, diam, dalam penantian Hamparan bunga abadi mekar dengan aroma surgawi membangkitkan gairah perjuangan Oh Bawakaraeng, puncak terdingin Lompobattang Lautan awan putih keajaiban Tuhan di negeri Sulawesi Oh Bawakaraeng tempat para wali mufakat mencari jalan mengajarkan kebijakan menunaikan haji sampai ketanah pada Nabi Oh Bawakaraeng butta toay ya butta para Karaeng Mengukir sejarah peradaban para Daeng Oh Bawakareang menggema keseluruh arah Bisu bahasa dalam seribu makna 60 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tuhan, Terimakasih Karya : Selviana Manggasa

Dia dia m... Berdiri, tega k ... A ku tundu k ... Enta h apa ya ng terucap, “Tu ha n, Lindungi la h ” da la m hati Mela ng ka h.. Satu...dua...tiga... Satu...dua...tiga... Mema nda ng ke depa n, “Belum, masi h jau h !”, batin berseru Mencoba lagi, terus... “Tu ha n, lindungi la h ”, lagi di da la m hati Ta na h demi ta na h Pija ka n demi pija ka n “Belum, masi h jau h ” Satu persatu kujumpai “Tida k ! Bu ka n ini ” Terus mela ng ka h... Satu persatu ku lewati... Sa mpai kuterhenti... Tinggi, lepas jau h pa nda nga n ku... “Ini ka h ? ya mung k in ini !” Ter tundu k, sujud. “Tu ha n terima kasi h, ini punca k Bawa karaeng” ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 61


Selamanya Peduli Karya : Darmawan

Pada setiap bulir asa terperangkap gelisah… Semilir angin titian di awan tak lagi membuai senja… Bukan karena modernitas itu, sejuk terbatas… Tapi karena lava kelak menyapa… Kegelisahan tentang indah elang terbang bebas… Terbingkai dalam elegi senja lembah loe’… Gemuruh runtuhnya dinding savana mulai tak terdengar… Seolah telan keindahan ular meliuk diantara cadas… Rimbun dedaunan adalah perisai altruis… Ketika mentari jemput embun dipagi bening… Namun kini lumut hijau beranjak kering… Rebah dipundakmu terasa panas… Kebersamaan sedang teruji… Dibalik setiap peluh dan puji… Jika keindahan yang tersisa adalah ketika engkau disampingku… Maka Lompobattang Bawakaraeng harus satu dalam cinta… Republik Indonesia. Jumat, 13 maret 2015

62 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraeng:Manifestasi Rindu dan Candu

Karya : Sartika Nur Shalati

Dibawah kolong langit Malino tersuguhkan Lukisan tiga dimensi karya seniman bernama Tuhan Di sanalah, sosok edelweiss bermekaran Ingin kusisipkan senyum keindahan penuh angan Dari ketinggian sana, senandung lirih terpancar dari kelopak mata Dibalik makna sakral, tentang pelabelan nama Tentang cerita para leluhur yang memistifikasi semboyannya Menjadi majas penjelas dari kuasa pencipta Pesona maskulin terinderawi di atas tanah Kota Daeng Dibalik tirai awan menyelimuti lereng- lereng Gunung Ada perasaan bergejolak menyambut petang Beranak-pinak menjadi cita-cita mengawang Klausa keindahan bersama lekukan kawah membiru Ada rasa bersemayam berpucuk rindu Dipenghujung harap menggapai puncak penuh candu Aku ingin mengukur jalan bersamamu Puluhan ribu jejak menapaki Setiap inci jalan ditelusuri bersama jejak kaki Melihatmu dengan penghayatan tanpa sekedar mendaki Kebersamaan itu ingin kuulangi sekali lagi Bawakaraeng‌ Ref leksi keindahan yang berwujud pacu Selalu ada rindu serta candu menghampirimu‌

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 63


Kaum Yang Tertindas Karya : William

Berdiam diri di atas singgasana nan fana, Melaju dengan kecepatan yang terbatas Dibarengi uluran tangan yang dekil Diikuti alunan suara yang nyeri Berharap logam dan kertas untuk sesuap nasi, Begitu malang kaum yang tertindas… Tak seperti mereka… Inilah jiwa kaum yang tertindas Mendesah lirih dalam siksaan dewa matahari… Bahkan Dewi mimpi pun tak sudi. ! Memejamkan matapun sulit, sangat sulit ! Tak ada lagi kata-kata indah sebagai piala sang lidah Yang memenangkan lomba tari di dalam gua yang gelap. Berjalan tak tentu arah, hanya fatamorgana yang setia Menemani hingga dewa kejam itu mulai beranjak pulang Dibalik bukit nan gersang. Raga dan jiwa sudah tak terpandangi oleh dunia ini Pandangan yang berisi hinaan, cacian, cercaan bahkan Menjelma bagai badik pencabut nyawa, membuat nyawa Gugup tak berdaya, mendesah lirih bagai anjing kelaparan. Adakah seseorang yang mendengar ? Hari demi hari terlewati dengan harapan yang sama, Berharap belas kasihan dari sang pengembara dunia yang lain. Hanya sebagian yang sedikit bertoleh.. Runtuhlah benteng retina itu, membuat dada terasa sesak Bahkan tak betuan. Jiwa itu meronta bagai pasukan kuda yang gila, mencuat hingga ke tulang Memberi pesan pada raga yang lemah dan sebagian Telah termakan kutukan. Inilah suara jiwa yang tertindas…… 64 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Surga di Kolong Langit

(Bawakaraeng)

Karya : Tri Yanti Utami

Diam, Hening, Terpaku, Tertunduk dan membisu.. Aku yang terisolasi Mencoba mematahkan opini orang Tentang.. Surga nirwana ! Tempat peraduan bidadari molek nan jelita, katanya. Kini kakiku tertusuk duri liar beracun Tanganku mengenggam tapi tak tergenggam Aroma ini menutup seluruh rongga dadaku Sejenak, aku mati di puncak ini. Rohku melayang-layang diatas tumpukan kapas putih dilangit Pelupuk mata enggan terbuka Cahaya kilaunya takkan sanggup tertampung kornea Sungguh, ini nyata bagiku.. Kata tinggallah titik Bah menjilat muntahku sendiri Aku malu pada sang Ilahi Remehku tak berarti Duhai..mercusuar kekasihku, Taman surgawi di atas awan Tak terungkap oleh kata Karena mulutku penuh dusta Tapi izinkanlah hatiku berbicara Walau terbata-bata Aku cinta akan engkau, Wahai surga di kolong langit BAWAKARAENG. ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 65


Kanvas Bernoda Bulu’ Bawakaraeng

Karya : Nur Fatimah Indah

Nenekku bilang, Dikau laksana surga keindahan Di bawah mentari memancarkan kehangatan Sebuah kedamaian tak terelakkan Ditengah rimba kehijauan Nenekku bilang, Kawanmu selalu ada dan setia Entah siang dan malam akan tiba Bersenda gurau, berteman angin bertiup Selamanya pun mereka akan sanggup Nenekku bilang, Dikau bagaikan raja bertahta Kekuasaanmu mampu menatap sang cakrawala Dikau berada tempat tertinggi Merangsang mental juang sang pemimpi Namun, keindahanmu kini tak nampak lagi Rimba hijau perlahan menjadi sekumpulan alang-alang kering Sahabat-sahabatmu lapak dan tumbang Sahabat-sahabatmu hilang karena jejak tak bertanggung jawab Angin sejuk dahulu berubah menjadi udara panas dan kasar Punggungmu rapuh tak bertenaga Yang katanya sang pemimpi, tak mampu mewujudkan mimpi indahmu Kini dikau terdiam bagi kanvas bernoda dalam museum tua nan sunyi

66 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toayya Karya : Muh. Isyraf Munthashir Idris Bulu’ Bawakaraeng Lisan berganti lisan terus bergilir menapak jejak Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toayya Kisahkan Bulu’ Bawakaraeng nitappakki kammayya bawana karaenga Kisahkan Bulu’ Bawakaraeng nitappakki kammayya tampa’na ha’ jia Kisahkan Bulu’ Bawakaraeng nitappakki kammayya Bulu’ passibuntulang para wali Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toay ya Merangkai kata demi kata jua menggambarkan bulu’ Bawakaraeng Anging mammiri menampar dedaunan ranting cemara Pohon-pohon rindang beragam jenis Kabut tipis mendekap Bulu’ Bawakaraeng Sungai kecil mengalir hasilkan simfoni indah Senantiasa menghiasi setiap jalur pendakian Dari pos ke pos hingga kepuncak bulu’ Bawakaraeng, Butta Toay ya Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toay ya Lembah ramma menganga Bukit-bukit menjulang dipahat malaikat jadi lukisan indah penuh makna Rerumputan senantiasa peluk erat setiap hamparan Butta Toay ya Desau Angin, kerikil-kerikil gemerincing temani langkah setiap pendaki Deretan awan berbulat memeluk puncak Bulu’ Bawakaraeng Bulu’ Bawakaraeng, pesona indah battu ri Gowa Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toay ya Penduduk bangkeng Bulu’ Bawakaraeng Penduduk ramah, bertegur sapa, kaya akan budaya Menjaga tiap anugerah pemberian ciptaan Tuhan

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 67


Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toay ya Tidakkah kau merasa risih ? Terhadap pengunjung bangkeng Bulu’ Bawakaraeng yang tak mengindahkan aturan berlaku ? Pendaki puncak Bulu’ Bawakaraeng yang meninggalkan bekas tak bermakna ? Membuang sampah pada hamparan rerumput Tinggalkan jejak luka pada setiap langkah Membuat alam rusak dan tak terjaga Membuat lingkungan tak sedap dipandang mata Oh… Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toay ya Akan kulestarikan engkau sampai kutiada Ciptaan Tuhan tiada tara, kaya akan budaya Anugerah-Mu yang indah sungguh menggugah selera Bulu’ Bawakaraeng, Butta Toay ya Pesona indah battu ri Gowa

68 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraeng Karya : Sahara

Kutak tahu apa maksud dari kata itu Kutak mengerti arti dari bahasa itu Kadang membuatku pusing akan nama itu Kaki mungil suci yang kupijakkan Membuatku sadar... Sungguh, maha agung Tuhan yang menciptakanmu Di muka bumi ini Keindahanmu yang terpampang jelas dihadapanku Hingga aku beranjak Selangkah demi selangkah Hasta demi hasta kuayunkan kakiku kepadamu Tapi tak membuatku lelah.. Semangat yang bergejolak dalam hati dan jiwa Akan selalu kugenggam erat Dengan rasa ingin tahu akan dirimu Tak pernah hilang dalam pikiranku Akan aku rawat dirimu Dan akan aku jaga rahasiamu Tenanglah, engkau aman bersama diriku Wahai Gunung Bawakaraeng

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 69


Bawakaraeng Karya : Wildanul Jihad

Bawakaraeng... Katanya kautinggi Katanya kaukokoh Katanya kaumegah Katanya kauperkasa Dan engkau adalah sumber kehidupan Hijau dedaunanmu, Semilir anginmu, Gemericik airmu, Kicauan burungmu Merajut hati dalam damai Oh‌ Bawakaraeng Dalam perutmu menyimpan berbagai misteri Yang tercerna dalam goresan keagunganmu Terangkai dalam cerita mitos dari waktu ke waktu Mengalun dalam lantunan syair sejarah nan syahdu Bawakaraeng‌. Namamu masih terngiang akrab di telinga Alammu masih tetap bertahan dalam kebisingan Keagunganmu masih bertahta disetiap ingatan Ceritamu tertanam kuat dalam tergerusnya sejarah Oh‌ Bawakaraeng Tetaplah engkau menjadi gunung cermin alam raya Yang selalu lestari Dan tetap kami banggakan Hingga batas waktu yang tak terhingga 70 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Kita Karya : Abdul Ghofur Al-Amin

Hanya kita yang tertinggal, Dari sekian banyak tokoh cerita yang terpenggal, Hanya kita yang tersisa, Harapan dan cinta, Hanya ini yang kujaga, Seperti senja yang setia pada jingga, Meski pelan ia tetap melepasnya, Berlahan menuju purnama, Sebait mimpi melati, Ia ingin terus mekar diawal pagi, Sejuta ingin embun suci, Putih, bening mewangi, Biarkan harapan ini bersinar seperti senja, Dan cinta mengisi harapan bagai jingga, Dibalut oleh melati, Dibasuh oleh embun suci.

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 71


Keresahan Ini Karya : Andi Nursyafitri Amalia

Keresahan ini, Tentang Gunung Lompobattang – Gunung Bawakaraeng. Keresahan ini, Tentang keindahannya yang perlahan pudar, keindahan yang direnggut oleh tubuh-tubuh yang memiliki indera tapi tidak berfungsi. Mata, telinga, mulut yang melekat ditubuhnya seperti cacat total. Keindahan Gunung Lompobattang – Gunung Bawakaraeng yang tak lagi sama setelah direnggut oleh si pemilik kepala yang tak belajar dari masa lalu, yang tak belajar untuk masa depantapi hanya belajar bagaimana memuaskan sikap hedonisnya. Keresahan ini, Tentang rimbunan pohon di Gunung Lompobattang – Gunung Bawakaraeng yang tak lagi teduh, tentang sungai-sungainya yang menjadi kering. Mungkin pohon-pohon di hutannya telah bosan dikunjungi oleh si pemilik tangan yang tak peduli apakah pohon itu akan terus hidup atau akan mati kebosanan. Keresahan ini. Tentang tanahnya yang mulai lelah menampung sampah yang denga seenaknya dibuang oleh pemilik jejak-jejak kaki yang perlahan mengabaikan dan hanya tahu berpijak tapi menghilangkan pikiran dan hati yang bijak. Keresahan ini. Tentang perubahan yang membawanya bertambah terpuruk dalam keburukan tak berujung. Perubahan buruknya disebabkan oleh si penikmat senja puncak gunung yang hanya terpaku pada keindahan senja sesaat. 72 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Keresahan ini, Tentang raga yang enggan memperjuangkan kedudukannya, akal yang seakan amnesia tentang nilai budaya dan sejarahnya serta jiwa yang tak peduli lagi dengan fungsinya. Keresahan ini, Tentang pikiran yang ceroboh dan hati yang mulai membatu. Mereka yang merasa berpikir telah menyalahgunakan rasa pencinta menjadi nafsu penikmat alam tanpa adanya rasa tanggungjawab dan mereka yang merasa punya hati telah menghilangkan rasa syukurnya. Keresahan ini, Tentang mereka yang salah menentukan pilihan dan kehilangan kesempatan. Mereka yang menyesali tapi terlampau terlambat untuk bisa mengubah pilihan itu dan mengembalikan kesempatan itu, untuk memperbaiki apa yang sudah terlanjur rusak, hilang, lenyap. Keresahan ini, Mereka tidak tahu, pura-pura tidak tahu atau memang tidak mau tahu? Lompobattang – Bawakaraeng, semesta yang mereka puja dan puji keindahannya. Keindahan yang memabukkan mata mereka tapi tidak cukup untuk menutup pintu ketidaktahuan dan pintu kesadaran mereka tentang harta karun sumber daya alam. Ketidaktahuan yang menjadikan tindakan mereka hanya sebatas puja dan puji. Hanya sebatas untuk memuaskan hasrat mereka yang entah untuk apa. Ketidaktahuan yang membuat kehadiran mereka menjadi kehancuran bagi Lompobattang-Bawakaraeng yang mereka puja dan puji itu. Jawaban dari keresahan ini, Yaitu berhenti menjadi penikmat dan belajar mencintai. Belajar mencintai diri mereka yang mencintai alam. Lompobattang-Bawakaraeng tidak butuh puja dan puji dari mulutmulut orang yang tidak tahu, pura-pura tidak tahu atau orang yang memang tidak mau tahu. ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 73


Ingatlah selalu bagaimana Lompobattang-Bawakaraeng menyimpan harta karun sumber daya alam yang berharga bagi kehidupan genersi berikutnya. Biarkan mereka juga menikmati apa yang telah kita nikmati selama bertahun-tahun.

74 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Bawakaraengku ! Karya : Lutfia Amanda Harris

Cemara dan pinus menjulang tinggi Bunga edelweiss dan bougenville yang bermekaran Sungai indah panoramamu Bawakaraeng ! Hawa dingin menggetarkan badan ini Tatkala melihat gemericik air dari air terjun Pesona Bawakaraengku yang menawan Bawakaraengku yang menopak langit Bawakaraengku yang menjadi saksi bisu butta bersejarah Namun, namamu kini tergerus oleh zaman Erosi mungkin kerap kali terjadi Sungguh malang oh Bawakaraengku !Lompobattangku ! Butta bersejarahna tau mangkasarak Bawakaraengku ! Je’ne berang membutuhkanmu Bahkan Gowa, Makassar, Bulukumba, Sinjai, dan Bantaeng masih membutuhkanmu ! Bertahun-tahun kejayaan Bawakaraengku Entah siapa yang akan melestarikannya Aku ? dia ? atau mereka ?

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 75


Keindahan Gunung Bawakaraeng

Karya : Muh. Nur Alamsyah

Gunung Bawakaraeng sering kusebut Gunung mulut raja Menyampaikan keindahnnya dengan seribu bahasa Namun aku sendiri tak mengerti akan bahasanya Disinilah aku berdiri terkapak menyaksikan keindahan Bawakaraeng Kaki indahku berpijak di tanah ini bersama para Karaeng Dedaunan hijau laksamana ingin berbicara Menyampaikan panorama hidup mereka Ia bercerita tentang desahan sungai yang mengalir indah Air terjun yang setiap hari menemaninya Betapa indah Gunung Bawakaraeng Disaksikan oleh pinus dan lembah gunung Yang mereka sebut dengan nama Butta Toay ya Dimana tempat ini adalah tempat para raja bertapa Meminta dan memohon pada sang pencipta Gunung Bawakaraeng Puncak yang tinggi bak pencakar langit Kan kudaki tanah makmurmu Bersama jiwa dan cinta atasmu Demi menikmati keindahan Gunung Bawakaraeng

76 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Gunung Bawakaraeng

Karya : Melinda Anugrah

Makassar kota daeng Di kerajaan para karaeng Berdiri kokoh Gunung Bawakaraeng Di Gunung Bawakaraeng‌ Berjejer megah bukit-bukit nan indah disepanjang mata memandang Terdapat banyak hamparan, Keindahan alam Gunung Bawakaraeng Jejaran Gunung-gunung‌ Berselimut awan putih dan kabut yang tipis Beragam jenis pepohonan lebat dan hijau Aliran sungai kecil Kicauan burung yang merdu Tumpukan batu gunung Sungguh pemandangan alam yang luar biasa Hembusan udara dan tiupan angin yang berubah-ubah Sungguh sempurna mahakarya Sang Pencipta Menikmati hidup dengan cara yang luar biasa Berbagi waktu dengan alam, kita akan lebih memaknai alam yang sebenarnya begitupun dengan diri kita.

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 77


Samudera Di Atas Awan

Karya : Muh. Fardan N

Semilir angin nan sejuk Menyapu wajah dan ragaku Pohon yang rindang Hijau dan meneduhkan Gemericik air sungai Mangalir menenangkan jiwa Di atas puncak itu 2.845 Mdpl kan kuraih Kan kudaki Tinggi, terjal, curam, aku tak peduli Karena disana kemewahan alam tersaji Oleh Sang Pelukis Agung Bawakaraeng dititipkan Bagi jiwa-jiwa yang ingin menyatu dengan keramahannya Samudera di atas awan Keindahan yang tak terbeli Aku tak ingin ironi menghampiri Alam dan kita adalah harmoni Jangan nampakkan keserakahan, ketamakan dan keangkuhanmu disini ‘Mulut Tuhan’ (Bawakaraeng) bisa saja menelanmu Samudera di atas awan Adalah sabda Tuhan yang tak tersampaikan Jangan kau nodai okeh nafsumu yang tak terbatas

78 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Sang Indah Karya : Sarmila

Sang Tuhan menciptakannya dengan penuh keindahan Bentangan luas samudera awan diatas batas cakrawala Membentengi lautan hijau sejauh mata memandang Keselarasan dipadu kesederhanaan nan elegan Pesona kemahsyuran terpancar di puncaknya Sungguh memikat di atas sana Menjanjikan kenikmatan tiada terbatas Menyajikan indahnya bias permadani cahaya, dipadu asrinya ciptaan Tuhan Memahamkan kekayaan dunia sesungguhnya Ribuan kilo gelembung dan melodi di udara, hadir dalam fatamorgana Memberi luapan kesyukuran atas rahmat Tuhan Menimati setiap inci keindahan Demi terpaan semburat mentari yang semakin memuncak Menyemburkan semburat perak keemasan Bukan berlian ataupun permata Tak lebih sekedar titik kecil di bumi ini Melekat erat ditanah pertiwi, tertancap jauh dibawah sana Terkait dengan akar kehidupan sekitarnya Menjadi sumber penghidupan dan kehidupan Melindungi setiap jiwa didalamnya Indah, mahsyur nan permai Merajai setiap mata dan segala keanggunannya Kesempurnaan yang tak pernah terlupakan Meninggalkan ingatan disetiap jejak yang ada Dialah “sang indah� Yang terus berjuang melawan sang waktu Terwariskan tanpa tergerus Yang senantiasa menjadi debaran tiap hati penikmatnya. ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 79


Kabut dan Halimun Karya : Fatmawati liliasari

Kita manusia-manusia pengejar kabut Bergumul di kota, dimana kabut mengepul Asap cerutu betempur Cerobong pabrik membumbung Lalu saban minggu, lari ke gunung Terseok-seok sampai puncak tugu, Yang cakrawalanya juga ialah kabut. Kita manusia-manusia pemburu kemuliaan Lantas ingin diraih dengan cara instan Padahal Tuhan menjelma pada tiga bukit barisan Bertitah garang Wahai manusia ! Kaumesti siap jatuh Berdarah-darah Bertangisan Bahkan mati berkalang Disemai bunga keabadaian Tuk rengkuh kemuliaan Namun lagaknya kini Titah Tuhan menjadi abai Karena darah, tangisan Dan segepok pengorbanan, lenyap Bersamaan dengan datangnya kemuliaan Bagai lapisan tipis halimun, Yang habis sebab disiram surya. Tuhan diam berhari-hari Pergi bersemedi, kemarahannya diselubungi Dalam bentuk pengabaian. 80 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tunggu Aku¸ Bawakaraeng

Karya : Muh. Taufik Hafid

Bawakaraeng Sulawesi Selatan Bukit dan lembah terlihat rupawan Hutan pinus nan lebat Di area persawahan Potensi wisata alam sulawesi yang menawan Aku rindu bergejolak didalam mimpi Bertualang di alam sepenuh hati Melewati pohon-pohon hijau yang memandangi Terselip pancaran sinar matahari. Entah sedang jatuh cinta atau patah hati lalu di khianati atau mengkhianati Aku hanya ingin berbagi Tidak seorang diri. Adakah yang ingin kesana lantas mengajak Tatkala hati yang terluka semakin berjarak Kehidupan yang berduka terasa sesak Aku rindu puncak untuk teriak. Mari kita saling bergandeng tangan Melangkah bersama menikmati pemandangan Menghapus luka membawa kenangan Canda tawa, penuh kebersamaan. Tunggu aku, Bawakaraeng ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 81


Gunung Indah Bawakaraeng

Karya : Nurkhofifah Fadhila

Dunia kelam semenjak semua menjadi rakus dan seenaknya Merusak ! Tanpa hati, tanpa pemikiran hanya untuk materi limpah ruah Mengotori, menebang, membakar. Dunia ini sungguh menyedihkan Masih tersisahkah keindahan kota anging mammiriku ? masih adakah ? Lalu bagaimana dengan gunung-gunungnya ? Gunung Bawakaraeng warisan berharga yang kita miliki Mengapa seperti ini cara kita menjaganya, menghargai yang mewariskannya Apa maksudnya dengan lingkungan, pohon-pohon, dan udara yang ada disini ? Ini tidak sama seperti tempo hari lalu Lingkungan bersih, pohon yang rindang tegak berdiri, dan udara segar ini Hilang‌ Akibat kalian yang tidak peduli Apa yang sudah dilakukan dengan ekosistem ini ? Muak, rasa kulihat semuanya Rusak keindahannya, rusak sudah Benar-benar taka da penghargaan Sekarang, masih adakah yang terpikir untuk menjaganya ? Menghargai yang mewariskannya Tolong, aku tidak bisa berteriak dan bertindak sendiri Butuh kalian semua, untuk menjaga apa yang sudah jadi hal indah yang kita semua miliki. 82 | ODE DAN SUNGKAWA 2017


Tangisan jalang Karya : Nur Syam

Resah meronta dilara qalbu Terjelma dalam baluta warna-warni naturalis. Bertaburan janji maksiat Siapkan dirimu Kan kuantar sepinang melara‌ Kan kuantar tandu gemerlap dalam kepalsuan. Hingga terombang-ambing di ombak kelopak matamu yang kian melara. Bahkan... Kan kukirimkan pula topan dalam keangkuhan Yang akan menerjang janji yang kian mengagungkan. Melebur tiap kepalsuan yang mengundang harapan. Sungguh kemalangan. Diantara yang amis, ramai yang tersesat Selalu saja menerpa. Kini langkah hewan bergemulai Seraya tak ada kemiskinan yang terancam. Dan pribumiku yang malang berhenti bergumam. Canda tawaku hilang terbawa kasihan‌

ODE DAN SUNGKAWA 2017 | 83


Antologi Puisi Untuk Gunung Bawakaraeng NJT Foundation 2017


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.