a day in
DINAS SOSIAL RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga majalah penelitian ini bisa selesai pada waktunya. Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen kami Ibu Theresia Budi Jayanti S.T., M.Sc. dan dosen pembimbing kami Ibu Margaretha Syandi S.T., M.Ars. yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan proposal penelitian dan majalah penelitian ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekanrekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya ilmiah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan penelitian ini, namun kami menyadari bahwa di dalam majalah penelitian yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya majalah penelitian lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar proposal penelitian ini bisa memberikan banyak manfaat.
Dosen Theresia Budi Jayanti, S.T., M.Sc Pembimbing Margaretha Syandi, S.Ars, M.Ars Penyusun Natasha 315160114 David Pratama 315160130 Olivia Nadya 315160155 Christopher Tjandrawira 315160210
Jakarta, 26 Mei 2019
Penulis
ABSTRAK Majalah ini bertujuan untuk memaparkan penelitian Kajian Psikologi Arsitektur secara singkat mengenai Pengaruh Konfigurasi Perabot terhadap Interaksi Sosial Lansia di Dinas Sosial Perlindungan Lanjut Usia Jelambar. Latar belakang penelitian ini adalah kondisi demografi Indonesia yang memiliki jumlah lansia 9,27%. Kondisi ini belum diimbangi dengan kualitas pelayanan untuk lansia di Indonesia. Adapun yang tersedia hanya Panti Sosial Tresna Werdha yang belum dipikirkan secara desain untuk kualitas hidup lansia. Panti Sosial Tresna Werdha Jelambar memiliki kegiatan keterampilan setiap minggu untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Kegiatan ini mengumpulkan lansia untuk membuat prakarya dan terjadi Interaksi antar para lansia. Hal ini tidak terjadi saat para lansia tidak melakukan kegiatan. Interaksi sosial antar para lansia ini akan meningkatkan kualitas hidup para lansia, namun kegiatan ini masih belum maksimal karena belum dipikirkan dari segi design dan psikologisnya untuk interaksi yang terjadi sehingga masih ada lansia yang tidak terlibat Interaksi yang ada. Interaksi ini yang di teliti agar kegiatannya lebih maksimal dari segi design meliputi konfigurasi kerabot yang ada di ruangan juga penggunaan perabot yang kurang efektif. Secara psikologis jarak-jarak yang terjadi dalam Interaksi ini juga mempengaruhi konfigurasi perabot yang ada di ruangan. Konfigurasi perabot ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup para lansia dengan keteraturan Interaksi yang terjadi dalam kegiatan ini.
KONTEN
01 Kata Pengantar Abstrak Konten
02 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
03 Tinjauan Umum Lansia Panti Sosial Tresna Werdha Keterampilan Desain untuk Lansia Kualitas Hidup Interaksi Sosial Jarak Antar Manusia Konfigurasi Perabot
04 Subjek Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Metode Pengumpulan Data
05 Pendataan dan analisa Kesimpulan Rekomendasi desain
LATAR BELAKANG Populasi dunia saat ini berada pada era penduduk menua (ageing population) dengan jumlah penduduk lansia (usia 60 tahun ke atas) melebihi 7% dari total populasi dunia. Jumlah ini kian meningkat dan berkontribusi cukup tinggi terhadap pertumbuhan penduduk. Menurut data BPS pada tahun 2017 populasi lansia mencapai 962.000.000, naik 250% dari populasi di tahun 1980 yaitu 382.000.000 lansia di seluruh dunia. Kemudian pada tahun 2018, persentase lansia di Indonesia juga semakin bertambah hingga mencapai 9,27% dari total penduduk di Indonesia atau sekitar 24,49 juta lansia. Melihat persentase yang cukup tinggi, keberadaan lansia di Indonesia pun memunculkan perundang-undangan bagaimana perlakuan kepada lanjut usia. Dalam Undang Undang no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, disebutkan bahwa, “Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.� dan memiliki hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi: pelayanan keagamaan dan mental spiritual; pelayanan kesehatan; pelayanan kesempatan kerja; pelayanan pendidikan dan pelatihan; kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; perlindungan sosial; dan bantuan sosial. Hak Lansia di masyarakat banyak tidak dilaksanakan, hal ini dilihat dari banyaknya lansia yang dibuang atau dijauhkan di masyarakat dan berakhir di Dinas Sosial. Aktivitas Lansia di Dinas Sosial membuat para lansia ini terbuang dari masyarakat, tidak memiliki akses informasi dan sosial ke masyarakat luar. Hilangnya kesempatan untuk bersosialisasi di masyarakat menurunkan kualitas dan semangat hidup dari lansia. Perlakuan dan fasilitas yang diberikan untuk lansia juga mengurangi rasa kemandirian dan kebergunaan mereka karena seluruhnya dimudahkan.
Q’s
Research
Bagaimana pengaruh ruang terhadap hubungan sosial Lansia?
Bagaimana penerapan konfigurasi perabot untuk meningkatkan hubungan sosial Lansia sebagai upaya mewujudkan kualitas hidup?
Purpose
Research
Mengidentifikasi pengaruh konfigurasi perabot di ruang bersama terhadap interaksi sosial Lansia
Merekomendasi konfigurasi perabot ruang bersama sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup Lansia melalui intensitas interaksi sosial
Lansia Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Pengelompokan Lansia menurut WHO (World Health Organization)
45-59 60-74 75-90 >90
Usia pertengahan (middle age) Lanjut usia (elderly)
Lanjut usia tua (old) Usia sangat tua (very old)
Penurunan kondisi pada Lansia Penurunan fisik
Penurunan psikologis
Penurunan sosial
Hirarki kebutuhan Lansia (Manusia) oleh Maslow
Permasalahan yang dialami Lansia
Kondisi mental
secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat penurunan baik secara kognitif maupun psikomotorik. Contohnya, penurunan pemahaman dalam menerima permasalahan dalam kelambanan dalam bertindak
terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat, dan aktivitas lainnya sehingga merasa tersisih dari masyarakat. Keterasingan
Post-power syndrome
Masalah penyakit
kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, orang tersebut merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah degeneratif, juga banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut, antara lain: infeksi, jantung dan pembuluh darah, penyakit metabolik, osteoporosis, kurang gizi, penggunaan obat dan alkohol, penyakit syaraf (stroke), serta gangguan jiwa terutama depresi dan kecemasan.
Panti Sosial Tresna Werdha Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 4/PRS-3/KPTS/2007 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti dalam Departemen Sosial R.I. bahwa Panti Sosial Tresna Werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Tresna Werdha/ Panti Sosial Lanjut Usia sebagai lembaga pelayanan Sosial Lanjut usia berbasis panti yang dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber daya yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat.
Fungsi 1. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi kebutuhan pokok lansia) dengan sistem penyantunan di dalam panti 2. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas- aktivitas sosial-rekreasi serta membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri
Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti: pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day-care service), dan pelayanan perawatan rumah (home care service) dapat dilakukan tanpa meninggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar.
Tujuan 1. Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia 2. Agar di hari tuanya dalam keadaan tentram lahir dan batin 3. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri
Kata bu Yunita,
Perawatan sehari-hari merupakan hal penting untuk para WBS tersebut. Dimana agar mereka selalu bersih dan sehat secara jasmani dan rohani. Agar mereka bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Tim dokter
rutin datang untuk pemeriksaan. Mereka juga berolahraga agar selalu sehat jasmani. Sedangkan agar mereka sehat secara rohani kita berikan bimbingan spritual sesuai agama masing-masing diantaranya dengan kebaktian, mengaji, dengar ceramah, dan shalat jamaah setiap hari. Salah satu kegiatan yang diminati para Lansia di DSPLU Jelambar adalah keterampilan yang dilaksanakan setiap minggu pada hari Selasa dan Rabu dari pukul 10.00 hinggga pukul 11. 30, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan makan siang bersama. Kegiatan keterampilan tersebut dibagi menjadi 2 jenis yaitu, prakarya koran dan merangkai bunga dari manik-manik. Hasil produk keterampilan tersebut kemudian dipamerkan dan dijual kepada para relawan dan donatur panti.
Alur masuk lansia ke DSPLU Jelambar
“
“
Dinas Sosial Perlindungan Lanjut Usia (DSPLU) Jelambar dengan jumlah penghuni 101 orang Lansia, terdiri dari 50 laki-laki dan 51 perempuan – sudah melebihi kapasitas ideal yang seharusnya. Menurut Yunita, selaku Kepala Penanggung Jawab DSPLU Jelambar, keterbatasan tempat tidak menjadi halangan bagi pihaknya dan para pegawai untuk tetap memberikan pelayanan yang paling dibutuhkan oleh Warga Binaan Sosial (Para Lansia). Pihaknya berusaha agar WBS nyaman dan merasakan seperti di rumah sendiri.
Keterampilan Kegiatan kesenian seperti menggambar, mewarna, dan keterampilan tangan dapat melatih lansia untuk berpikir abstrak. Intervensi pada penelitian ini adalah memberikan stimulasi otak berupa kegiatan yang mengarah pada kesenianya itu menggambar, mewarna dan menganyam. Hal ini sangat membantu dalam melindungi sel-sel otak untuk terus bekerja karena pada lansia kemampuan berpikir abstrak mulai hilang. Kegiatan terkait kesenian membantu otak untuk merangsang dalam berpikir abstrak sebagai gambaran menstimulasi otak untuk terus berfungsi. faktor individu/ pribadi yaitu kemauan serta keseriusan dari individu itu sendiri berupa motivasi yang besar untuk menguasai keterampilan yang diajarkan.
faktor proses belajar mengajar menunjuk kepada bagaimana kondisi belajar dapat disesuaikan dengan potensi individu, dan lingkungan sangat berperan dalm penguasaan keterampilan.
faktor situasional menunjuk pada metode dan teknik dari latihan atau praktek yang dilakukan.
Dengan upaya pemberian pelayanan rehabilitasi dan pelatihan keterampilan manusia mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik, mental dan sosialnya sehingga yang bersangkutan mampu bekerja sesuai dengan tingkat kemampuan, pendidikan dan keterampilan yang dimiliki serta sesuai dengan minat dan pengalamannya, sehingga mencapai kemandirian di tengah kehidupan masyarakat.
KETERAMPILAN DI DINAS SOSIAL RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA Keterampilan dilakukan di ruang bersama/makan, setiap hari Selasa dan Rabu dari pukul 10 hingga jam makan siang. Selain dihadiri oleh kakek-nenek, kegiatan ini juga diramaikan dengan keberadaan pengurus yang mengajarkan sekaligus ikut membuat keterampilan. Jenis keterampilan yang dilakukan:
Bunga dari manik-manik
Kerajinan koran
Jahit keset
Menjahit celana dari sarung
Desain untuk Lansia Proses penuaan mempengaruhi secara tidak langsung maupun langsung persepsi dan interpretasi dari Lansia terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga proses desain untuk lansia memiliki poin-poin yang harus diperhatikan, yaitu:
Mengadopsi “pendekatan disabilitas� dalam desain
Menawarkan variasi dan pilihan
Mempromosikan kepekaan untuk kemandirian dan kebergunaan
Mempersilahkan individu untuk mengontrol lingkungannya
Mempersilahkan individu untuk beradaptasi dengan desain
Mempersilahkan akses ke fasilitas umum, informasi dan komunikasi
12 macam prinsip yang diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan lansia
Aspek Fisiologis
Aspek Psikologis
Keselamatan dan keamanan
Signage/ Orientation/ Wayfindings
Privasi
Interaksi sosial
Kemandirian
Dorongan/ tantangan
Aksebilitas dan Fungsi
Adaptabilitas
Aspek panca indera
Ketidakasingan/ keakraban
Estetik/ penampilan
Personalisasi
Kualitas Hidup Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) Group (dalam Rapley, 2003), didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang. Tahun 1991 bagian kesehatan mental WHO memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQOL), yang bertujuan untuk mengembangkan suatu instrumen penilaian terhadap kualitas hidup yang dapat dipakai secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen ini terdiri dari 4 domain:
Fisik Penyakit, kegelisahan tidur dan beristirahat, energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat dan bantuan medis, kapasitas pekerjaan
Sosial Hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual
Psikologis Perasaan positif, berpikir, belajar, mengingat dan konsentrasi, self esteem, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, kepercayaan individu
Lingkungan Kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang untuk memperoleh keterampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan peluang untuk berekreasi, aktivitas di lingkungan, transportasi
Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Louis (Toneka, 2000) mengemukakan interaksi sosial dapat berlangsung apabila memiliki beberapa aspek berikut: Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang, yang menentukan sifat dan aksi yang sedang berlangsung
Adanya jumlah perilaku lebih dari seseorang
Adanya tujuan tertentu, tujuan ini harus sama dengan yang dipikirkan oleh pengamat
Aspek Interaksi Sosial
Aspek kontak sosial
merupakan peristiwa terjadinya hubungan sosial antara individu satu dengan lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik tapi juga secara simbolik seperti senyum, jabat tangan. Kontak sosial dapat positif atau negatif. Kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah pada kerja sama.
Aspek komunikasi
Komunikasi adalah menyampaikan informasi, ide, konsepsi, pengetahuan dan perbuatan kepada sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai atau komunikator maupun penerima atau komunikan. Tujuan utama komunikasi adalah menciptakan pengertian bersama dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku seseorang menuju ke arah positif.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Interaksi sosial secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan konsep diri dalam seseorang, terkhusus lagi dalam hal individu memandang positif atau negatif terhadap dirinya, sehingga ada yang menjadi pemalu atau sebaliknya dan akibatnya kepada masalah hubungan interaksi sosialnya. Jenis kelamin
Kepribadian ekstrovert
Besar kelompok
Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya/ sejawat lebih besar daripada perempuan
Orang-orang ekstrovert lebih komformitas daripada introvert
Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila besarnya kelompok semakin bertambah
Status
Interaksi orang tua
Pendidikan
Adanya dorongan untuk memiliki status menyebabkan seseorang berinteraksi dengan sejawatnya, individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat atau status
Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sejawatnya.
Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam mendorong individu untuk interaksi, karena orang yang berpendidikan tinggi mempunyai wawasan pengetahuan yang luas, yang mendukung dalam pergaulannya
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Interaksi sosial yang terjadi antara orang perorangan atau orang dengan kelompok mempunyai hubungan timbal balik dan dapat tercipta oleh adanya kontak sosial dan komunikasi yang menimbulkan berbagai bentuk interaksi sosial. Bentuk-bentuk interaksi sosial itu meliputi: Kerjasama suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan dan ada unsur saling membantu satu sama lain
Persaingan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk meniru atau melebihi apa yang dilakukan atau dimiliki oleh orang lain
Konflik
Akomodasi
suatu ketegangan yang terjadi antara dua orang atau lebih karena ada perbedaan cara pemecahan suatu masalah
suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mengurangi ketegangan, perbedaan, dan meredakan pertentangan dengan melakukan kompromi sehingga terjadi suatu kesepakatan dengan pihak lain yang bersangkutan
Hubungan Interaksi Sosial dengan Lansia Leasure activities atau kegiatan luang sebagai wadah menghubungkan interaksi sosial dan kesehatan lansia (Social Relationships, Leisure Activity, and Health in Older Adults (Po-Ju Chang, Linda Wray, and Yeqiang Lin)), dalam penelitian menunjukan bahwa orang tua yang terlibat dalam kegiatan luang memiliki kesehatan yang lebih baik di masa tuanya. Lansia yang aktif berinteraksi sosial lebih termotivasi untuk hidup lebih sehat dan menjaga dirinya sendiri. Hal ini dipicu oleh komunitas sosial yang terbentuk dari leasure activities sehingga memberikan stimulan positif secara psikologi lansia. Cara menjadi bahagia dalam kehidupan sehari-hari:
Bentuklah hubungan yang berarti dengan teman, sahabat dan orang-orang disekitar
Menghargai hal-hal kecil
Ikut terlibat dalam interaksi sosial
Belajar untuk melihat dari bigger picture dan gunakan energi pada apa yang berarti untuk diri sendiri
Lakukan sesuatu untuk menolong orang lain
Temui value (nilai) dalam setiap kegiatan yang dilakukan
Teritori Territory dapat dilihat seabgai sebuah tempat yang dimiliki atau dikontrol oleh seorang individu atau lebih. Selain itu, territory juga dapat berperan alam mengorganisr interaksi antar individu dan kelompok, sebagai drive untuk memperlihatkan indentitas sesorang, dan dapat diasosiasikan dengan perasaan, value, atau rasa attachment pada suatu ruang. Fungsi dari dari teritori mencakup: Sebagai organizer dalam berbagai dimensi, contohnya membuat peta mengenai tipe-tipe perilaku
Membantu merencanakan dan mengatur kehidupan sehari-hari kita
Berkontribusi dalam mengatur, berhubungan dengan peran sosial
Intinya teritori berfungsi dalam ‘mengorganisasikan sesuatu’ bergantung pada ruang tertentu. Contohnya, saat seseorang berada pada ruang tidur, maka ruang tersebut diatur agar dapat menyediakan sebuah tempat yang cocok untuk sendirian, memperbolehkan keintiman, dan dapat mengekspresikan indentitas personal. Contoh lain adalah tempat umum seperti perpustakaan, maka teritori mengatur ruang sedemikian rupa untuk menyediakan sebuah tempat yang memiliki mekanisme jarak interpersonal.
Konfigurasi Perabot
Desain tata letak furnitur berdasarkan teori perancangan desain klasik dengan alokasi sumber daya spasial. Tata letak furnitur yang efektif harus memenuhi kriteria fungsional dan visual.
Kriteria Fungsional
Mengevaluasi seberapa baik tata letak mendukung aktivitas manusia yang terjadi di ruang, seperti percakapan, istirahat, atau gerakan. Tata letak furnitur didasarkan pada kendala yang dipaksakan oleh fisiologi manusia dan efek tata ruang pada perilaku manusia. Studi ini menetapkan pedoman untuk yang diperlukan di sekitar objek dan untuk mencegah hambatan antara objek. Ruang gerak Banyak furnitur membutuhkan ruang terbuka di sekitarnya agar dapat diakses dan berfungsi. Tempat tidur membutuhkan penutup, kursi dan rak buku membutuhkan ruang di depan mereka, dan meja ruang makan membutuhkan ruang disekitarnya.
Hubungan antar furnitur Fisiologi manusia mempengaruhi bagaimana benda harus ditempatkan dengan memperhatikan hubungannya dengan benda lain. Sebagai contoh, meja kopi harus ditempatkan dalam jangkauan kursi.
Sirkulasi Tata letak furnitur yang efektif harus mendukung sirkulasi melalui ruang dan akses ke seluruh perabot.
Percakapan Untuk membahas percakapan dengan nada normal, kursi di dalam area percakapan harus terpisah sekitar 1,2 m – 2,4 m.
Kriteria Visual
Kriteria visual menyangkut persepsi tata letak sebagai komposisi visual. Kriteria visual menyangkut persepsi tata letak furnitur sebagai komposisi visual. Aturan visual utama yang digunakan oleh desainer interior adalah keseimbangan visual, penyelarasan, dan titik penekanan yang dominan. Keseimbangan Prinsip komposisi visual yang paling dikenal luas adalah prinsip keseimbangan visual. Prinsipnya adalah menempatkan rata-rata distribusi visual yang berat di tengah komposisi. Bobot visual suatu elemen adalah arti-penting perseptualnya. Biasanya objek yang lebih besar membawa lebih banyak bobot visual. Karena penataan furnitur merupakan penataan tiga dimensi, keseimbangan visual mengacu pada penampilan penataan dari berbagai sudut pandang.
Keselarasan Prinsip dasar yang telah banyak digunakan dalam aplikasi tata letak adalah penyelarasan. Penyejajaran fokus utama pada perabot rumah tangga yang terkait dengan dinding rumah lainnya.
Titik fokus Prinsip lain dari penyajian visual yang berperan dalam desain awal sebuah ruangan adalah titik fokus. Sebuah ruangan diharapkan memiliki titik fokus dominan di bagian dalam, sehingga mata dapat beristirahat tanpa terjadinya “persaingan untuk mendapat perhatian visual�. Titik fokus sering kali merupakan objek yang menonjol seperti perapian atau jendela besar.
Tata Letak Furnitur untuk Lansia Lisa Joan Kinch, di bukunya “the effect of furniture arrangements on the social interaction of institutionalized elderly” tahun 1982, telah melakukan penelitian di 5 ruang tunggu untuk para lansia untuk mencari kaitannya dengan interaksi sosial.
Orientasi Kursi
Jarak antar manusia
Susunan Kursi
Perilaku Manusia
Jarak antar Manusia Menurut Edward T. Hall di bukunya The Hidden Dimension (1969), Manusia tidak hanya memiliki sebuah wilayah untuk mereka tinggal, namun juga memiliki sebuah “wilayah” atau jarak maya untuk memisahkan dirinya dari manusia lain. Edward T. Hall menyebut wilayah ini sebagai “Distances In Man” atau jarak antar manusia. Edward T. Hall menklasifikasi jarak atau wilayah tersebut menjadi 4:
*Catatan: Standar dan acuan yang digunakan dari Teori Four Distance (Proxemics) The Hidden Dimension – Edward T. Hall; dengan adanya pengaruh faktor lain, penurunan kualitas fungsi indera subjek penelitian yaitu Lansia (penglihatan dan pendengaran)
Nothing is more beautiful than a smile that has struggled through years and tears.
Cerita mereka Nenek Garti sudah berada di DPSLU sejak 2017. Beliau mengaku ditangkap SATPOL PP ketika sedang mencari kerabatnya di stasiun Jatinegara. Nenek Garti aktif mengikuti kegiatan ketrampilan prakarya koran. Beliau mengaku kurang nyaman berada tinggal di DPSLU, lebih memilih untuk pulang ke rumah aslinya di Semarang.
Garti 70 tahun Islam Jogjakarta 23 Mei 2016 PSBI BD 1 Kedoya
Wiji Sulastri 70 tahun Islam Klaten 6 Maret 2015 PSTW BM 2 Cengkareng
Nenek Sulastri sudah berada di DPSLU sejak 2016. Dia tinggal di DPSLU atas keinginannya sendiri, sengaja datang dari kampung langsung ke DPSLU. Nenek Sulastri aktif mengikuti kegiatan ketrampilan prakarya koran. Beliau mengaku senang tinggal di DPSLU.
Yuli 72 tahun Islam Bandung 26 Mei 2014 PSBI BD 2 Cipayung
Nenek Yuli sudah berada di DPSLU sejak 2014, Beliau ditawarkan oleh tetangganya di Bandung yang merupakan anggota ABRI untuk tinggal di DPSLU karena suaminya sudah meninggal dan tidak mempunyai anak. Nenek Yuli aktif mengikuti kegiatan ketrampilan koran, hobi membantu di dapur dan mengaku senang tinggal di DPSLU.
Ahmad Efendi J. 71 tahun Islam Padang 6 April 2018 SBI BD 1 Cengkareng
Kakek Effendi tinggal di DPSLU sejak 2018. Beliau mengaku nyaman tinggal di DPSLU, sebelumnya ia kabur dari rumah karena merasa tidak diperhatikan oleh anakanaknya. Beliau aktif menjahit kain dan sarung bagi penghuni panti. Fisik dan mentalnya masih sehat dan seringkali terlihat berguyon dengan teman sebayanya.
Sungkawaningsih 72 tahun Islam Cirebon 15 Januari 2015 PSBI BD 2 Cipayung
Nenek Ningsih dulunya bekerja sebagai sekretaris di suatu perusahaan. Setelah ditinggal mati suaminya dengan tanpa anak, Nenek Ningsih tinggal di DPSLU. Setia ada kegiatan keterampilan, Nenek Ningsih selalu mengikuti merangkai bunga plastik dan aktif mengbrol dengan pengurus DPSLU.
selasa, rabu dua dari tujuh hari yang kutunggu dari waktu-waktu yang tersisa untukku aku, kami sama-sama menunggu untuk ini terulang setiap minggu bukan hanya untuk mengisi waktu tapi untuk kami lebih menghargai waktu Tangan kami bergerak tuk membuat sesuatu mulut kami bercakap satu per satu tawa kami saat yang lain berseteru mungkin ini cara terbaik ‘tuk menghabiskan waktu disaat waktu hanya Tuhan yang tahu setiap selasa rabu
Kerajinan yang dilakukan di Dinas Sosial Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, setiap hari Selasa dan Rabu pukul 10.00 - 11.30: Kerajinan koran Prakarya Koran adalah kegiatan ketrampilan dengan tingkat kesulitan mudah, sehingga kakek nenek yang melakukan ketrampilan ini, sudah terbiasa dan melakukan kegiatan tanpa arahan dari pengajar ketrampilan. Jumlah peserta dari kegiatan ini juga lebih banyak dibanding kegiatan di meja sebelah. Fase kerja dalam prakarya koran dibagi menjadi 4:
Menggulung koran
Membuat lilitan koran
Menyusun lilitan menjadi wadah
Mengecat wadah
Rangkai bunga plastik Rangkai Bunga adalah kegiatan ketrampilan dengan tingkat kesulitan menengah, sehingga sedikit dari kakek nenek yang ikut ketrampilan ini. Pelaku yang melakukan kegiatan lebih banyak pengurus dari DPSLU, Kakek Nenek yang melakukan kegiatan ini mendapatkan pengawasan langsung dari pengajar. Fase kerja dalam rangkai bunga dibagi menjadi 2: Merangkai daun & bunga
Merangkai ke tangkaitangkai
Interaksi antar kakek-nenek di ruang keterampilan
Observasi 1
Selasa, 9 April 2019
23 APRIL 2019 yang terjadi dalam 60 menit (y) 10 10 7 7 10 13 10
12 9
12 10
19 7
2 10
12 7
8
10
6
6
7
Modus 6,10 6 17 12,16 7,10
x 1 2 3 4 5
Interaksi y Jarak (cm) 6 70 10 180 6 70 17 70 12 70 16 260 7 250 10 130
16 APRIL 2019 Interaksi 23 APRIL 2019Intimate Sampel Modus x Space y 0 - 45 Jarak yang terjadi dalam 60 menit (y) cm (cm) Interaksi yang terjadi dalam 60 menit (y) No. Nama (x) 5 7 Lansia 6 6lain 7 1 Space 7 Personal 45 - 120 140 cm 1 Pengurus Ningsih 6 6 10 14 7 2 9 10 7 10 13 10 6 6 16 10 7 Social 2 16 Space 120 - 30070 cm 2 Sulastri 6 13 1 13 6 6 14 3 14 70 3 Yuli 17 19 16 16 17 17 11 6,11 4 6 130 Interaksi yang terjadi dari sampel: 4 1Garti7 13: 4 10 16 19 16 16 3 12 16 12 2 12 7 •8 Pengurus 8 12 19 11 75 Interaksi 5 Efendi 9 10 7 17 10 7 8 9 10 7 10 75 8 8 10 7 210 • Lansia : 4 Interaksi 9 APRIL 2019 yang terjadi dalam 60 menit Pada pengamatan ini (y) mulai terlihat bentukModus Selain interaksi 9 interaksi 6 11 12yang 7 berbeda. 9 9 dengan subjek sebelah kanan dan kiri, tapi 14,17 16 APRIL 2019 juga yang(x)di belakang. Namun Interaksi interaksi14,15 yang terjadi dalam No. ada Nama ini tidak terlalu ideal karena tidak disertai 8 jenis 8 1 10 8 8 Ningsih 7 6 7 7 11 5 8 5 7 6 6 tatapan langsung antar subjek karena saling 7 7 2 6Sulastri 4 16 7 16 1 16 616 64 15 8 48 14 6,7
membelakangi.
3 Yuli 14 10 14 14 4 Garti 6 2 kembali 15 11 banyak 6 12 7 Selain itu juga interaksi 5 Efendi pengurus 7 sebagai 8 8 9 9 8 1 melibatkan perantara. 30 APRIL 2019 yang terjadi dalam 60 menit (y) 6 6No. 11 Nama 11 6(x) 12 9 11
10 12
1 2 15 3 14 5
Ningsih Sulastri 8Yuli 8 1Garti4 7 Efendi
MEJA 1 MEJA 2
11 7
8
1
7
x 1 2
60 3 4 5
13
Interaksi y Jarak (cm) 9 120 14 120 17 (y) 70 menit 14 70 15 70 8 70 6 270 210 10 7
Interaksi Modus x y Jarak (cm) 9 APRIL 2019 6,11 terjadi dalam 60 1 menit 6 (y) 70 Interaksi yang 120 9 9 11 11 6 5 9 16 9 6 11 12 7 9 11 4,14 2 16 70 17 17 14 14 18 3 4 70 15 15 14 18 14 15 14 8 7 8 8 8 7 10 5 6 7 8 7 14 70 8 10 8 4 8 75 7 7 6 6 8 7 6 7 7 6 4 16 7 1 6 6 8 5 7 210
Range Space Personal Social Personal Personal Personal Social Social Social Range Space
Modus Social 6,10 Personal 6 Personal Social17 12,16 Personal Social 7,10 Range Space Social Social Personal Modus Personal 7 Personal 16 Personal 14 Social 6,11 Social8 Range Space Personal Modus Social9 Personal 14,17 Personal 14,15 Personal 8 Personal 8 6,7 Social
ft cm intimate 0-2 0-60 personal 2-4 60-120 30 APRIL 2019 social 4-12 120-360 Interaksi yang terjadi dalam 60 menit (y) No. Nama (x) Modus public >12 >360 *Catatan: 1 Ningsih 11 11 6 9 11 6 12 6 6 11 11 6 12 9 11 6,11 Standar dan acuan yang digunakan dari Teori Four Distance (Proxemics) The Hidden Dimension – Edward T. Hall; dengan adanya pengaruh 2 Sulastri 16 16 13 16 9 13 16 faktor lain, penurunan kualitas fungsi indera subjek penelitian yaitu Lansia (penglihatan dan pendengaran) 3 Yuli 14 4 4 14 17 4,14 4 Garti 3 5 8 8 10 15 5 10 15 8 8 8
Observasi 2
Selasa, 16 April 2019
23 APRIL 2019 Sampel yang terjadi dalam 60 menit (y) 10 10 Lansia 7 lain 7 10 13 10
Interaksi Modus x Space y Jarak Intimate 0 - 45 cm (cm) Personal 6 6 6,10 1 Space 6 45 - 120 cm 70 Pengurus Social Space 10 120 - 300 cm 6 180 17 2 6 70 12 Interaksi 12 19 2yang 12 terjadi dari sampel: 12,16 3 17 70 9 •10Pengurus 7 10 7: 3 Interaksi 8 10 7 7,10 4 12 70 16 260 • Lansia : 4 Interaksi 5 7 250 10 130 Pada pengamatan ini mulai terlihat bentuk 23 APRIL 2019 interaksi yang(x) berbeda. Selain interaksi Interaksi 16 APRIL Interaksi yang terjadi dalam 60 menit (y) No.2019Nama dengan subjek sebelah kanan dan kiri, tapi x 13 y 10 Jarak yang terjadi dalam 60 menit 1 Ningsih 6 (y) 6 10 14 7 2 9 Modus 10 10 7 7 10 6 (cm) 6 ada yang di belakang. Namun interaksi 7 5 juga 72 6 6 1 7 140 Sulastri 6 13 1 13 6 6 jenis ini tidak terlalu ideal karena tidak disertai 16 2 16 70 3 Yuli 17 19 16 16 17 17 tatapan langsung antar subjek karena saling 14 3 14 70 4 Garti 16 19 16 16 3 12 16 12 12 19 2 12 membelakangi. 11 4 5 Efendi 9 10 7 17 10 7 8 6,11 9 10 7 10 7 8 6 10 7 130 7 Selain 8 1 itu7 juga 13 interaksi 10 8 11 75 kembali banyak 5 8 210 melibatkan pengurus sebagai perantara. 9 APRIL 2019 yang terjadi dalam 60 menit (y) 9 6No. 11 Nama 12 7(x) 9
8 7
1 2 83 74 5
Ningsih Sulastri 10 Yuli 8 6Garti4 16 Efendi
MEJA 1 MEJA 2
7 6 7 16 16 16 14 10 14 7 6 1 2 615 7 8 8
Modus x 16 APRIL 2019 9 1 Interaksi yang terjadi dalam 60 2 7 11 5 8 14,17 5 7 6 6 4 15 4 14 14,15 8 3 14 6 8 7 6,7 11 8 6 12 11 4 9 9 8 1 7 8 1 7 13 5
Interaksi y Jarak (cm) 9 120 menit (y) 14 120 17 70 14 70 15 70 8 70 10 6 270 7 210
Range Space Personal Social Personal Personal Personal Social Social Social
Modus Range Space 6,10 Social6 Personal 17 Personal 12,16 Social 7,10 Personal Social Range Space Social Modus Social7 Personal 16 Personal 14 Personal 6,11 Personal 8 Social Social
9 APRIL 2019 30 APRIL 2019 Interaksi Interaksi yang terjadi dalam 60 menit (y) No. Nama (x) Range Modus Space Modus x y Jarak (cm) yang terjadi dalam 60 menit (y) 1 Ningsih 9 9 11 11 6 5 9 9 6 11 12 7 9 9 6 6 11 11 6 12 9 11 6,11 1 6 70 Personal 2 Sulastri 17 17 14 14 18 14,17 16 11 120 Social *Catatan: 3 Yuli 15 15 14 18 14 15 14 14,15 Standar dan acuan yang digunakan dari Teori Four Distance (Proxemics) The Hidden Dimension pengaruh 4,14 2 16– Edward T.70Hall; dengan adanya Personal 4 Garti 8 8 7 10 5 6 7 8 8 10 8 8 faktor lain, penurunan kualitas fungsi indera subjek penelitian yaitu Lansia (penglihatan dan pendengaran) 10 15 8 8 8 3 4 70 Personal 5 Efendi 7 7 6 6 8 7 6 7 7 6 4 16 7 1 6 6 8 8 6,7 12 1 1 4 7 7 8 7 14 70 Personal
Observasi 3
Selasa, 23 April 2019
Sampel
Intimate Space 0 - 45 cm
Lansia lain
Personal Space 45 - 120 cm
Pengurus
Social Space
120 - 300 cm
Interaksi yang terjadi dari sampel: • Pengurus : 6 Interaksi • Lansia : 2 Interaksi 23 APRIL 2019 Pada pengamatan ini (y) terlihat bahwa sampel Modus yang terjadi dalam 60 menit 5 (Kakek dalam 10 10 7 7Effendi) 10 13cukup 10 berperan 6 6 6,10 menimbulkan juga menjaga pembahasan/ 6 pembicaraan di ruangan. Beliau sering 17 bergurau dan menggoda para Lansia maupun 12 12 19 2 12 12,16 pengurus yang ada di meja 1. 9 10 7 10 7 8 10 7 7,10
Setelah melakukan beberapa kali pengamatan mulai terlihat bahwa interaksi lebih muncul pada meja 1 dimana lebih banyak pengurus yang membantu para Lansia.
16 APRIL 2019 yang terjadi dalam 60 menit (y) 5 7No. 6 Nama 6 (x)
11 7
1 2 3 84 5
Ningsih Sulastri Yuli 1Garti7 13 Efendi
6 6 17 10 16 9
6 10 14 13 1 13 19 16 16 19 16 16 10 7 17
9 APRILMEJA 2019 1 MEJA 2 60 menit (y) yang terjadi dalam 9 6 11 12 7 9
8 7
x 1 2 3 4 5
Modus x 23 APRIL 2019 7 1 Interaksi yang terjadi dalam 60 16 10 7 2 7 2 9 10 7 10 14 3 6 6 6,11 4 17 17 8 12 19 3 12 16 12 2 12 10 7 8 9 10 7 10 75
Interaksi y Jarak (cm) 6 70 10 180 6 70 17 70 12 70 16 260 7 250 10 130 Interaksi y Jarak (cm) 7 140 menit (y) 13 16 10 6 706 14 70 6 130 11 75 8 210 8 10 7
Range Space Personal Social Personal Personal Personal Social Social Social Range Space Social Modus Personal 6,10 Personal 6 Social17 Personal 12,16 Social 7,10
Interaksi Range Space Modus x y Jarak (cm) 9 1 9 120 Social 14,17 2 14 120 Social 16 APRIL 2019 14,15 17 70 Personal Interaksi yang terjadi dalam 60 menit (y) No. Nama (x) Modus 8 10 8 8 3 14 70 Personal *Catatan: 1 Ningsih 7 6 7 7 11 5 8 5 7 6 6 7 Standar (Proxemics) The Hidden Dimension adanya pengaruh 7 6 dan4acuan 16yang7digunakan 1 6dari Teori 6 Four 8 Distance 8 6,7 15– Edward T. 70Hall; dengan Personal 2 Sulastri 16 16 16 4 15 4 14 16 faktor lain, penurunan kualitas fungsi indera subjek penelitian yaitu Lansia (penglihatan dan pendengaran) 4 8 70 Personal 3 Yuli 14 10 14 14 14 5 6 270 Social 4 Garti 6 2 15 11 6 12 7 11 6,11
23 APRIL 2019 yang terjadi dalam 60 menit (y) 10 Observasi 10 7 74 10 13 10
6
6
Selasa, 30 April 2019 12 9
12 10
19 7
2 10
12 7
8
10
7
Modus 6,10 6 17 12,16 7,10
x 1 2 3 4 5
16 APRIL 2019 No. Nama (x) yang terjadi dalam 60 menit 1 Ningsih 6 5 7 6 6 2 Sulastri 6 3 Yuli 17 4 Garti 16 11 7 8 5 1Efendi 7 13 10 9
(y) 6 10 13 1 19 16 19 16 10 7
14 13 16 16 17
Interaksi y Jarak (cm) 6 70 10 180 6 70 17 70 12 70 16 260 7 250 10 130
23 APRIL 2019 Interaksi InteraksiModus yang terjadi dalam 60 menit (y) Jarak (cm) x y 7 2 9 10 10 7 7 10 13 10 6 1406 7 1 7 6 6 16 2 16 70 17 17 14 3 14 70 3 12 16 6,11 12 12 19 2 12 4 6 130 10 7 8 9 10 7 8 11 10 7 75 8 10 7 5 8 210
9 APRIL 2019 Interaksi Modus x y Jarak (cm) yang terjadi dalam 60 menit (y) 169 APRIL 2019 Intimate 9 6 Sampel 11 12 7 9 1 Space 9 120 0 - 45 cm No. Nama (x) Interaksi yang terjadi dalam 60 menit (y) Lansia lain Personal 45 - 120 120 cm 14,17 2 Space14 1Pengurus Ningsih 7 6 7 7 11 5 8 14,15 5 7 6 Social 6 Space 17 120 - 30070 cm Sulastri 16 16 16 4 15 4 14 8 8 8 2 10 8 3 14 70 10 614 14 7 Interaksi 7 3 6Yuli 4yang 16 terjadi 7 14 1dari 6 8 8 6,7 15 70 sampel: 4 Garti 6 2 15 11 6 12 7 11 4 8 70 • Pengurus : 3 Interaksi 5 Efendi : 4 Interaksi 7 8 8 9 9 8 1 7 8 1 7 13 5 10 6 270 • Lansia 7
210
Kegiatan Interaksi 30 APRIL 2019 interaksi terjadi secara linear. Baik 9 APRIL 2019 subjek sebelah maupun No. dalam Nama (x)di Interaksi yang terjadi dalam 60 Modus x menit y (y) Jarak (cm) yang dengan terjadi 60 menit (y) kanan, kiri, di depannya. Tapi tidak jarang juga bagi para 6 6 1 11Ningsih 11 6 12 9 9 9 1111 11 6 5 9 6,11 70 9 6 11 12 71 9 6 Lansia untuk berbicara 16 11 120 2 Sulastri 17 17sendiri 14 14tanpa 18 direspon kepada subjek lain. 2 16 70 3 Yuli 15 15 14 18 14 15 14 4,14 10 15 4 8Garti8 8 3 4 70 8 8 7 10 5 6 7 8 10 8 Selain itu juga interaksi kembali banyak 12 1 5 1Efendi 4 7 7 7 87 6 6 8 7 6 7 7 6 4 16 7 14 1 6 706 8 melibatkan pengurus sebagai perantara. 4 8 75 5 7 210
No. 1 2 3 4 5
Nama (x) Ningsih Sulastri Yuli Garti Efendi
11 11 6 16 16 13 14 4 4 3 5 8 6 6 7
ft cm 0-2 0-60 30 APRIL 2019 intimate personal 2-4 60-120 Interaksi yang terjadi dalam 60 menit (y) 4-12 9 120-360 9 11 6 12 6 6 11 11 social 6 12 11 public >12 >360 16 9 13 14 17 8 10 15 5 10 15 8 8 8 4 7 8 12 1 1 4 7 7 8
Range Space Personal Social Personal Personal Personal Social Social Social Range Modus Space
6,10 Social 6 Personal 17 Personal 12,16 Social 7,10 Personal Social Range Space Social Modus Social 7 Personal 16 Personal 14 Personal 6,11 Personal Social8 Social Range Space Modus Personal 9 Social 14,17 Personal 14,15 Personal 8 8Personal 6,7 Personal Social
Modus 6,11 16 4,14 8 7
MEJA 1 MEJA 2
MEJA 1 MEJA 2
*Catatan: Standar dan acuan yang digunakan dari Teori Four Distance (Proxemics) The Hidden Dimension – Edward T. Hall; dengan adanya pengaruh faktor lain, penurunan kualitas fungsi indera subjek penelitian yaitu Lansia (penglihatan dan pendengaran)
Kesimpulan Para Lansia memiliki kecenderungan untuk berkomunikasi pada zona Personal Space dan Social Space. Baik dengan sesama lansia maupun dengan pengurus. Menurut pengamatan yang telah dilakukan para pengurus tanpa sengaja duduk berdekatan di tiap meja. Mereka sering kali berbincang juga berguyon satu sama lain, dan interaksi tersebut menular kepada para Lansia di sekitarnya. Para pengurus menjadi trigger atau pemancing pembicaraan yang terjadi di dalam ruang keterampilan. Para Lansia dibagi menjadi 3 tipe yaitu: Lansia yang sering berguyon satu sama lain untuk mencairkan suasana sembari tangannya mengerjakan keterampilan.
Lansia yang berbicara sendiri tanpa ditanggapi orang lain. (baik karena pembicaraan yang melantur, keluhan-keluhan pribadi, juga suara yang kurang terdengar)
Lansia yang lebih aktif untuk melakukan keterampilan tanpa berinteraksi dengan sekitarnya.
1. 2. 3. 4.
ramai pengurus Lansia aktif berbincang Lansia yang berbicara sendiri area tanpa interaksi / komunikasi
Dari kesimpulan tersebut didapat bahwa keberadaan (penempatan) para pengurus panti menjadi faktor penting dalam upaya peningkatan kesempatan interaksi sosial Lansia pada kegiatan keterampilan. Dari 4 kesempatan pengamatan tersebut dapat disimpulkan suatu pembagian zonasi yang terbentuk dari kebiasaan berlangsungnya kegiatan keterampilan di tiap minggu. Dalam segi perancangan, upaya tersebut dapat diwujudkan dengan memaksimalkan jangkauan interaksi antara zona 1 (kuning) dan zona 2 (biru) dalam range personal dan social space dengan pengurus panti sebagai trigger subject interaksi antar Lansia pada kegiatan keterampilan.
Rekomendasi untuk mereka Orientasi Kursi Orientasi Kursi diharapkan menghindari saling membelakangi dan serong membelakangi.
45
Jarak Antar Kursi/ Pengguna Jarak yang ingin dicapai adalah 45cm-120cm untuk jarak kursi yang bersebelahan dan tetap berada pada jarak 120cm-365cm untuk yang tidak bersebelahan.
Pengguna Kursi Pengguna diharapkan menjadi 3 buah zonasi dimana pengurus yang berperan sebagai inisiator berada di tengah.
Efektivitas Kuantitas kursi yang ada harus memenuhi 20 buah dan susunan akhir perabot harus memenuhi sirkulasi minimal 90cm.
Dari 8 percobaan pola pengaturan meja diatas, 2 buah pola yang paling memenuhi kriteria desain yang ada diatas yaitu 6 dan 8 akan dianalisa lagi yang apabila menimbulkan masalah baru akan dicari pemecahannya.
Existing
Proposed design
ALTERNATIF 1
Desain Terpilih 1 menawarkan bentuk meja dengan pola H untuk menghindari orientasi kursi yang saling memunggungi dan mengurangi pula kursi berderet yang cukup banyak, pola ini juga menawarkan zonasi pengurus dan lansia yang terkelompokan dimana pengurus sebagai inisiator diletakan di tengah agar terjadi lebih banyak interaksi. Kelemahan desain ini adalah sirkulasi yang sempit dan bagian atas meja yang cukup sulit untuk diakses.
ALTERNATIF 2
Desain Terpilih 2 menawarkan bentuk meja U yang membuka ke koridor, memudahkan akses, sama seperti desain terpilih 1, pola ini menawarkan zonasi antara pengurus dan lansia yang terkelompokan, namun dengan kuantitas kursi yang lebih banyak. Kelemahan desain ini sirkulasi yang sempit dan banyaknya kursi yang berderet.
Š Kajian Psikologi Arsitektur Universitas Tarumanagara 2019