3 minute read

20#April# –30#Mei#2020

POTRET&:& Tak Kenal Maka Tak Sayang Jamil& Supriatna dan Toni&Antonius

Potret dalam tradisi seni lukis terutama seni lukis modern (Barat) merupakan subyek yang tak pernah henti digali , bahkan menurut beberapa sumber praktek membuat potret sudah ada sejak manusia melukis gua . Ada banyak wacana mengenai praktik melukis maupun membuat potret yang dicatat para ahli, mulai dari patung batu hingga fotografi, yang klasik hingga yang kini. Dalam hari?hari ini produksi potret terasa membludak; berlebihan, terutama yang dihasilkan oleh fotografi dijital dan disirkulasikan melalui sosial media, setiap hari berseliweran jutaan potret dari ponsel pintar kita tak hentinya, ada yang kita kenal karena memang dekat tetapi ada yang dikenal walaupun kita tak kenal. Ada juga tiba?tiba muncul potret orang yang tak dikenal sama sekail. Maka meneropong praktek seni lukis potret dari jaman ke jaman berarti juga menelaah dan merefleksikan kondisi manusia pada konteksnya. Dua seniman : Jamil Supriatna dan Toni Antonius seolah menyumbang nilai berbeda pada seni lukis potret.

Advertisement

Jamil menghadirkan berbagai potret orang dari kalangan seniman atau tokoh2 dunia seni di Bandung atau lokal lainnya, yang ia kenali secara langsung maupun tidak mengenal mereka secara pribadi, yang ia ambil dari kiriman atau postingan orang lain yang mungkin mengenalnya. Jamil melukisan potret tersebut dengan kecenderungan ekspresif, tidak mengikuti kaidah melukis realistik , sehingga terjadi distorsi disana –sini, walaupun ia mencoba mencari kekhasan atau identitas orang yang dilukisnya. Hasilnya berbeda?beda, ada yang mirip , hampir mirip atau yang sama sekali tak dikenali. Namun Jamil membubuhkan setiap nama orang tersebut disetiap kanvas. Pembubuhan nama diatas tiap kanvas justru membuat lukisannya menjadi terasa penuh humor karena seperti menandai sesuatu peribahasa “Tak Kenal Maka Tak Sayang” , karya Jamil merefleksikan bahwa mengenali subyek dalam melukis potret itu bisa penting tapi juga bisa tidak. Orang yang ia kenali secara dekat atau ia kagumi tentunya sering diingat sehingga ia bisa menangkap penuh citranya. Orang?orang yang tak pernah ia temui atau dikenali benar atau hanya sekelebat dari layar ponsel ia kerjakan ‘sekenanya’ dan sering juga melenceng.

Berbeda dengan Toni Antonius yang lukisannya berkencendrungan foto?realis dan dengan menggunakan logika kolase atau seperti potong?potongan foto / citraan yang ditempel dan kadang menumpuk. Toni melukis potret tokoh –tokoh seni rupa kontemporer barat seperti Lucian Freud, Jeff Koons, Chuck Close dan Francis Bacon dengan berbagai gaya dan dengan latar karya?karya lukisan mereka. Sebagai penikmat, mungkin pengagum karya mereka secara jarak jauh atau tidak pernah melihat dan bertemu langsung atau bentuk mengapresiasi “seni pasca auratik”, melalui bentuk reproduksi seperti di buku atau majalah, atau melalui sirkulasi sosial media. Dengan mencerap dan mengamati karya?karya mereka , Toni mampu menghampiri setiap karya mereka, seolah memindainya dan menyusun kembali secara imajiner: sosok dan kreatifitas mereka dalam lukisannya. Tetapi tampaknya ada potret diri dan potret seseorang tetapi disembunyikan wajahnya, hanya beberapa bagian badan seperti lengan bertato yang diperlihatkan. Wajah, bagian yang paling umum dalam membicarakan potret maupun identitas, tertutup topeng dari budaya Tionghoa dan budaya barat. Lukisan potret dengan topeng ini menandai bahwa ada juga identitas yang liyan atau laten dalam suatu jati?diri terutama ketika berhadapan dengan politik identitas yang selalu terjadi di Indonesia.

Pameran kedua seniman yang berbeda kecenderungan melukis potret , bukan hanya membawa kita pada suatu jejak sejarah perjalanan praktek seni lukis, tetapi juga bagaimana cara kita melihat manusia dengan adanya teknologi seperti foto?dijital maupun sosial media.

Jamil& Supriatna

Lahir tahun 1960-di-Bogor Belajar seni secara otodidak Tinggal di-Bali- dari tahun 1985- hingga sekarang

Pameran tunggal: 2019-;-di- Sanggar Olah Seni,- Babakan Siliwangi.- Bandung 2014:- Pameran Tunggal-di- Galeri Yaron Hallis.-

Pameran Bersama-:- 2020:- Pameran Bersama-di- Griya Seni Popo-Iskandar.- Bandung 2019:- Pameran Bersama- Seniman Ngahiji.- Galeri PusatKebudayaan (YPK).-Bandung 2019:- Pameran Nyoman Nuarta Road-to-China-,- Bandung-Art-Month-road-to-2020.- Nuart SculpturePark. 1999:- Pameran Berdua di- Galeri Rudy-,- Belanda 1998:- Pameran Bersama-di- Darga Gallery-,-Sanur,-Bali. 1996:- Pameran Bersama- dengan Antonio-Blanco.-DiMuseum- Neka.- Ubud,-Bali.

Lahir di'Bandung'1982' dan sekarang tinggal dan bekerja di'Bandung.

2009:' Menggagas 1st'International'Mail'Art' Exhibition,' Sanggar Olah Seni,'Bandung Pameran Seni Rupa'Nusantara'“Menilik Akar”,' Galeri nasional Indonesia Pameran bersama “Release'Your' Artholic Soul”,' Galeri Kita,'Bandung 2010':' Biennalle Indonesia'Art'Award'“' CONTEMPORANEITY”,' Galeri Nasional Indonesia 2011':' Menggagas 2nd'International'Mail'Art' Exhibition,' Sanggar Olah Seni,'Bandung'(2008' R Sekarang,' aktif mengikuti kegiatan pameran Mail'Art'di' beberapa negara)

This article is from: