proposal

Page 1

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII SMP SWASTA TRI DHARMA ENDE TAHUN 2018/ 2019

OLEH PETRUS SAMA NIM : 2015260158

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS FLORES PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA TAHUN AJARAN 2018 1


KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “ Meningkatkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Melalui Metode Discovery Pada Siswa Kelas Vii Smp Swata Tri Dharma Ende Tahun Ajaran 2018/2019 � Dalam penulisan Proposal ini, kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dan keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya Proposal ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam penulisan Proposal ini masih jauh dari sempurna, meskipun belum dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, kami tetap berharap Proposal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Proposal ini memberikana manfaat yang baik untuk pembaca.

Ende, 18 desember 2018

Penyusun

2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN

1

A. LATAR BELAKANG

1

B. RUMUSAN MASALAH 2 C. TUJUAN PENELITIAN

2

D. MANFAAT PENELITIAN 2 BAB II. KAJIAN TEORI

3

1. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING 3 2. HAKIKAT BELAJAR

6

3. AKTIVITAS BELAJAR

10

4. HIPOTESIS TINDAKAN 11 BAB III. METODE PENELITIAN 12 1. JENIS PENELITIAN

12

2. SETING PENELITIAN

12

3. PROSEDUR PENELITIAN

12

4. TEKNIK PENGAMBILAN DATA13 5. ANALISIS DATA 15 DAFTAR PUSTAKA

3


4


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan meliputi berbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan menengah pertama. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh kelas VII di SMP Swata Tri Dharma Ende memperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas VII . Pada pelaksanaan tes pra penelitian di kelas VII , hasil yang diperoleh adalah dari 8 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas. Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya kompetensi siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di lapangan.

1


Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran

2


penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA?� C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian

ini

adalah

meningkatkan

aktivitas

siswa

pada

pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Discovery Learning. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Siswa Untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA. b. Guru Menambah pengetahuan kepada guru agar dapat memilih model yang tepat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang disampaikan. c. Sekolah Untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa dan memperbanyak koleksi pustaka khususnya yang berkaitan dengan variasi model pembelajaran.

3


BAB II KAJIAN TEORI

1. Model Discovery Learning Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagaiproses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self� (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya

konsep

atau

prinsip

yang

sebelumnya

tidak

diketahui.

Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus 4


mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuantemuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi

yang

nampak

dalam

Discovery,

bahwa

Discovery

adalah

pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyekobyek dan kejadian-kejadian (events). Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria 5


tertentu.Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objekobjek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat

6


temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001). Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan

berbagai

kegiatan

menghimpun

informasi,

membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatankesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

7


Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri. 2. Hakikat Belajar Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada

8


keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru. Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman. Menurut pendapat Nana Sudjana ( 1985 : 5) mengemukakan bahwa : “Belajar adalah sesuatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar�. Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa. Aa Rooyakkers (1984 : 13 ) mengatakan bahwa : “Proses mengajar adalah menyampaikan bahan pelajaran yang berarti melaksanakan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu� Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk pendidikan yang multi variable sudah tentu dalam proses penyelenggaraannya akan turut dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain.

9


Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 : 132) secara umum terbagi atas tiga macam berupa : ďƒ˜ Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti halnya minat, bakat dan kemampuan. ďƒ˜ Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar siswa seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuan guru dalam mengajar. ďƒ˜ Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Jadi pada hakekatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat dengan mata atau tak dapat diamati, misalnya menggunakan hasanah ilmu pengetahuannya untuk memecahkan masalah, memilih teorama-teorama untuk membuktikan proposisi, melakukan asimilasi dan atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan fisik. Setelah berakhirnya proses pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati, 1999 : 3). Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.

10


Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu dengan lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. ďƒ˜ Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun psikologis.

Faktor

fisiologis antara lain: cacat badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor psikologis antara lain berupa motivasi, minat, reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi, komprehensif, dan sebagainya. ďƒ˜ Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana atau adanya laboratorium. Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan penguasaan berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya pengetahuan tentang fakta, teori, istilah-istilah, pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan berkelanjutan misalnya keterampilan tertentu dalam mengolah suatu produk, menyelesaikan perhitungan dan sebagainya. Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas, tujuan pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara guru dan siswa juga berjalan dengan baik. Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam penentuan keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri, misalnya dalam bentuk pretes dan postes. 11

Pretes adalah tes yang diberikan


sebelum suatu pelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan postes adalah tes yang diberikan sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah menguasai bahan yang telah diajarkan.

Perbedaan hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh kualitas

pembelajarannya.

Jika proses pembelajaran baik maka pengaruhnya ialah

terdapat perbedaan yang besar

antara postes dengan pretes.

Pertanyaan-

pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua hasil tes ini dapat dibandingkan. 3. Aktivitas Belajar Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. 4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan, maka dirumuskan hipotesis tindakan penelitian yaitu “Melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII

SMP Negeri 3 Batang pada materi sistem

organisai kehidupan� 12


13


BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001). 2. Setting Penelitian Setting Penelitian a) Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMP Swasta Tri Dharma Ende dengan pertimbangan bahwa penulis bekerja pada sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pengambilan data dan memahami kondisi siswa. b) Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama bulan 16 Oktober 2018 s.d 27 Desember 2018. Bulan Oktober digunakan untuk perencanaan dan penyusunan instrumen. Bulan November digunakan untuk mengambil data, sedangkan bulan Desember untuk analisa data dan penyusunan laporan. c) Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Swasta Tri Dharma Ende dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. 3. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus.

14


Siklus I 1. Perencanaan (Planning) a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Menyiapkan lembar observasi c. Membual LKS d. Menyusun soal ulangan harian 2. Pelaksanaan (Acting) a. Membuat kelompok belajar yang terdiri dari 6 siswa setiap kelompok. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model Discovery Learning 3. Pengamatan (Observing) Guru dan kolaborator melakukan observasi dan penilaian dalam pelaksanaan eksperimen 4. Refleksi (Reflecting) Menganalisis data kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menentukan tindak lanjut siklus berikutnya. Langkah-langkah pada siklus II prinsipnya sama dengan siklus I. 4. Teknik Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, pretes, dan postes pada tiap siklus dan dilengkapi jurnal harian (catatan harian). a. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peningkatan aktivitas

dari observasi tersebut

belajar yang

dapat dilihat

meliputi frekuensi aktivitas dan

peningkatan kerjasama antar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

15


b. Angket Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan, dimana angket adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat dirasakan oleh siswa dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. c. Jurnal Harian (Catatan Harian) Seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran tidak semuanya tercantum dalam lembar observasi. Oleh karena itu di lengkapi lagi dengan jurnal harian / catatan harian yang merupakan alat bantu perekam yang paling sederhana yang memuat perilaku khusus siswa maupun permasalahan yang dapat

di

jadikan

pertimbangan

bagi

pelaksanaan

langkah-langkah

berikutnya. d. Foto Untuk merekam peristiwa penting seperti aspek kegiatan kelas, aktivitas kelas atau untuk memperjelas data dan hasil observasi dari penelitian ini, di gunakan foto. Foto ini juga dapat membantu dalam evaluasi tentang data – data lainnya. e. Data Tes Hasil Belajar Data tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang di peroleh melalui pretes sebelum diadakan tindakan pada masing-masing siklus dan postes setelah 16


berakhirnya setiap siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap berakhirnya disetiap siklus dapat diketahui kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh siswa melalui pembelajaran pemahaman materi pembelajaran melalui pembelajaran Discovery learning. Data hasil tes tersebut bisa di jadikan acuan, pertimbangan, bahan refleksi, untuk merencanakan pelaksanaan pada siklus berikutnya. 5. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data kuantitatif dengan membandingkan ulangan tiap siklus. Analisis data kualitatif dengan membandingkan aktivitas belajar siswa tiap siklus.

17


18


DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. A.M. Sardiman (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Depdiknas. Direktorat P2TK dan KPT. 2006. Pedoman Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) tahun Anggaran 2007. Jakarta: Depdiknas.


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah

: SMP Swasta Tri Dharma Ende

Mata Pelajaran

: IPA Terpadu

Kelas/Semester

: VII /Ganjil

Materi Pokok

:

Alokasi Waktu

: 3x 40 menit

Pertemuan

:

Perpindahan Kalor XII

A. Kompetensi Inti 

KI1 dan KI2:Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

A. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar 3.4 Menganalisis

konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan

Indikator

 Menjelaskan

macam-

macam

perpindahan kalor  Menjelaskan pemanfaatan konduksi, konveksi dan radiasi dalam kehidupan sehari-hari


4.4.Melakukan

percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor

 Mengidentifikasi perpindahan kalor dari konduksi, konveksi, dan radiasi

B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik di harapkan dapat: 

Menjelaskan macam- macam perpindahan kalor

Menjelaskan pemanfaatan konduksi, konveksi dan radiasi dalam kehidupan sehari-hari

C. Materi Pembelajaran 1. Materi Pembelajaran

Perpindahan Kalor

Kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Bagaimanakah caranya? 

Perpindahan Panas secara Konduksi (Hantaran)


Konduksi adalah peristiwa perpindahan kalor atau panas melalui zat perantara tanpa disertai perpindahan zat perantara tersebut. Perpindahan kalor dengan cara konduksi pada umumnya terjadi pada benda padat berbahan logam. Berdasarkan mudah tidaknya suatu zat menghantarkan kalor, zat dibagi menjadi konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat mudah menghantarkan kalor ( besi, baja, alumunium). Isolator adalah zat yang sulit menghantarkan kalor (kayu, karet dan kertas). Contoh Konduksi  Ketika mengaduk teh panas, maka sendok aluminium yang digunakan untuk mengaduk juga ikut panas. Hal ini menunjukkan bahwa kalor atau panas berpindah dari teh yang panas ke ujung sendok aluminium yang dipegang.  Ketika memanaskan batang besi di atas nyala api. Apabila salah satu ujung besi dipanaskan, kemudian ujung yang lain dipegang, maka semakin lama ujung yang dipegang semakin panas. Hal ini menunjukkan bahwa kalor atau panas berpindah dari ujung besi yang dipanaskan keujungbesi yang dipegang.  Saat memasak air maka kalor atau panas berpindah dari api kompor menuju panci dan menyebabkan air mendidih.< Dari beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa besi dan aluminium merupakan penghantar panas yang baik.

Perpindahan Panas secara Konveksi (Aliran)

Konveksi adalah perpindahan kalor atau panas yang disertai dengan perpindahan zat perantaranya. Konveksi agak mirip dengan konduksi. Bedanya,konduksi adalah perpindahan kalor tanpa disertai zat perantara sedangkan konveksi merupakan perpindahan kalor yang di ikuti zat perantara. Contoh Konveksi  Saat memasak air, maka air bagian bawah akan lebih dulu panas, saat air bawah panas maka akan bergerak ke atas (dikarenakan terjadinya perubahan masa jenis air) sedangkan air yang diatas akan bergerak kebawah begitu seterusnya sehingga keseluruhan air memiliki suhu yang sama.  Terjadinya angin darat dan angin laut. Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada laut. Akibatnya udara panas di atas laut bergerak naik dan tempatnya


digantikan oleh udara yang lebih dingin dari daratan, sehingga terjadi angin darat yang bertiup dari daratan ke lautan. Sedangkan pada siang hari, daratan suhunya lebih cepat panas. Akibatnya udara di atas daratan akan bergerak naik dan udara yang lebih dingin yang berada di atas laut bergerak ke daratan karena tekanan udara di atas permukaan laut lebih besar daripada tekanan di atas daratan. Hal ini menyebabkan terjadinya angin laut yang bertiup dari permukaan laut ke daratan. ďƒź

Perpindahan Panas secara Radiasi (Pancaran)

Radiasai adalah perpindahan kalor atau panas tanpa adanya zat perantara. Perpindahan kalor secara radiasi tidak membutuhkan zat perantara. Contoh Radiasi 1. Matahari memancarkan panas ke bumi yang langsung bisa kita rasakan. 2. Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita menyalakan api unggun, berada dekat tungku perapian, maka kita yang berada di dekat nyala api tersebut akan merasakan hangat. Jumlah radiasi kalor yang diserap ataupun dipancarkan oleh suatu benda bergantung pada warna benda. Benda-benda berwarna gelap merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor yang baik, sementara itu benda-benda yang berwarna terang merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk. Itulah sebabnya kita tidak dianjurkan memakai baju berwarna hitam di siang hari, karena baju berwarna hitam akan membuat kita semakin kepanasan.

Pemanfaatan Konduksi ,Konveksi Dan Radiasi Dalam Kehidupan SehariHari ďƒź Konduksi Perpindahan kalor secara konduksi dimanfaatkan dalam pembuatan peralatan masak. Peralatan masak yang digunakan untuk memasak biasanya pada bagian yang bersentuhan dengan api menggunakan konduktor yang baik, sedangkan pegangannya menggunakan isolator yang baik. Contoh peristiwa konduksi lainnya ialah ketika memegang ujung sebuah besi dan ujung yang lain dipanaskan maka lama kelamaan ujung yang dipegang juga akan terasa panas. ketika membuat teh panas, sendok yang dipegang untuk mengaduk


ngaduk teh panas juga akan terasa panas.

ďƒź Konveksi Konveksi dimanfaatkan pada berbagai peralatan misalnya pada magic jar, oven dan pengering rambut.  Elemen pemanas oven, pemanggang roti, magic jar, dan lain-lain biasanya terletak di

bagian bawah. Saat difungsikan, udara bagian bawah akan menjadi lebih panas dan bergerak naik, sedangkan udara bagian atas yang lebih dingin akan bergerak turun.  Pada peralatan tertentu seperti pengering rambut (hair dryer), aliran konveksi dibantu

(atau dipaksa) dengan menggunakan kipas.

ďƒź Radiasi Peristiwa radiasi kalor dimanfaatkan dalam banyak peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Permukaan pemanas air yang memanfaatkan panas matahari (solar heating) berwarna gelap atau hitam. Karena warna hitam atau warna gelap dapat meyerap panas atau kalor lebih cepat dan lebih banyak 2. Baju seragam sekolah umumnya berwarna terang atau putih. Karena jika seragam berwarna hitam/gelap, maka warna terebut akan menyerap cahaya, sehingga tubuh akan cepat panas dari pada menggunakan warna putih atau warna cerah. 3. Kompor surya. Permukaan pemantul dibuat mengkilap agar dapat memantulkan cahaya matahari. Permukaan pemantul dibuat melengkung agar cahaya matahari dapat dikumpulkan sehingga mempercepat proses memasak. 4. Warna panci dan peralatan masak lainnya yang bersentuhan dengan api tidak dibuat mengkilap, tetapi kusam. Karena warna kusam dapat menyerap panas lebih baik dan menyebarkan panas lebih baik pula dibanding yang mengkilap. 5. Radiasi juga dimanfaatkan oleh beberapa hewan, salah satunya adalah buaya. Untuk menghangatkan tubuhnya, hewan berdarah dingin seperti buaya ini memanfaatkan radiasi panas matahari. Kalor dari matahari diserap oleh buaya (dengan cara membuka mulutnya) sehingga suhu tubuhnya naik dan buaya dapat beraktivitas dengan mudah.

2. Materi Pembelajaran Remedial ďƒ˜ Bagi siswa yang sudah mencapai indikator pembelajaran, dapat melanjutkan kebagian Pengayaan. Pada kegiatan remidial guru ditantang untuk memberikan pemahaman kepada siswa yang belum mencapai kompetensi dasar. Berikut ini alternatif cara untuk memberikan remidi: 1. Meminta siswa untuk mempelajari kembali bagian yang belum tuntas. 2. Meminta siswa untuk membuat rangkuman materi yang belum tuntas.


3. Meminta siswa untuk bertanya kepada teman yang sudah tuntas tentang materi yang belum tuntas. 4. Memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh siswa yang belum tuntas.

3. Materi Pembelajaran Pengayaan  Pengayaan biasanya diberikan segera setelah siswa diketahui telah mencapai KBM/KKM berdasarkan hasil PH. Mereka yang telah mencapai KBM/ KKM berdasarkan hasil PTS dan PAS umumnya tidak diberi pengayaan. Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulangkali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.

D. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan

: Scientific

2. Metode

: ceramah dan diskusi

3. Model

: Discovery Learning

E. Media Pembelajaran  Media :  lembar kerja (siswa)  Perpustakaan sekolah

 Alat/Bahan :  Kapur, papan tulis

F. Sumber Belajar  Buku IPA Kelas VII Kemdikbud  Buku lain yang menunjang

G. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan (10 Menit) Guru : Orientasi  Melakukan

pembukaan

dengan

salam

memanjatkansyukurkepadaTuhan YME dan berdoa

untuk

pembuka, memulai

pembelajaran  Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin  Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran. Aperpepsi  Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan


pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya  Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.  Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan. Motivasi  Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.  Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :  Perpindahan Kalor  Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung  Mengajukan pertanyaan Pemberian Acuan  Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.  Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung  Pembagian kelompok belajar  Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar

sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran. Kegiatan Inti ( 60 Menit ) Sintak Model Pembelajara n Problem statemen (pertanyaan/ identifikasi masalah)

Kegiatan Pembelajaran CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) Guru

memberikan

kesempatan

pada

peserta

didik

untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :

 Mengajukan pertanyaan tentang Perpindahan Kalor yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan Data collection

belajar sepanjang hayat. KEGIATAN LITERASI Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk


(pengumpulan data)

menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:  Mengamati obyek/kejadian  Mengamati dengan seksama materi Pengantar Perpindahan Kalor yang sedang dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya.  Membaca sumber lain selain buku teks  Secaradisiplin melakukan kegiatanliterasi dengan mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi Pengantar Perpindahan Kalor yang sedang dipelajari.  Aktivitas  Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Pengantar Perpindahan Kalor yang sedang dipelajari.  Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber  Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Pengantar Perpindahan Kalor yang telah disusun dalam daftar pertanyaan kepada guru. COLLABORATION (KERJASAMA) Pesertadidikdibentukdalambeberapakelompokuntuk:  Mendiskusikan  Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam buku paket mengenai materi Pengantar tentang Perpindahan Kalor  Mengumpulkan informasi  Mencatat semua informasi tentang materi Pengantar tentang Perpindahan Kalor yang telah diperoleh pada buku catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Mempresentasikan ulang  Peserta didik mengkomunikasikan

secara

lisan

atau

mempresentasikan materidengan rasa percayadiriPengantar tentang Perpindahan Kalor sesuai dengan pemahamannya.  Saling tukar informasi tentang materi :Pengantar tentang Perpindahan Kalor dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan metode


ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat

orang

lain,

kemampuan

berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan Data processing (pengolahan

belajar dan belajar sepanjang hayat. COLLABORATION (KERJASAMA)

dan

CRITICAL

THINKING (BERPIKIR KRITIK) Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil

Data)

pengamatan dengan cara :

 Berdiskusi

tentang

data

dari

Materi

:Pengantar

Perpindahan Kalor  Mengolahinformasi dari materi Pengantar Perpindahan Kalor

yang

sudah

dikumpulkan

dari

hasil

kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.  Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Verification (pembuktian)

Pengantar tentang Perpindahan Kalor CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK) Peserta

didik

mendiskusikan

hasil

pengamatannya

dan

memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui kegiatan :

 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif

serta

deduktif

dalam

membuktikan

tentang

materi :Pengantar tentang Perpindahan Kalor antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh Generalization

peserta didik. COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)


Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan (menarik kesimpulan)

 Menyampaikan hasil diskusi

tentang materi Pengantar

tentang Perpindahan Kalor berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.  Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang materi : Perpindahan Kalor  Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentang materi Pengantar tentang Perpindahan Kalor dan ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.  Bertanya atas presentasi tentang materi Pengantar tentang Perpindahan Kalor yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya. CREATIVITY (KREATIVITAS)  Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :  Laporan hasil pengamatan secara tertulis materi :Pengantar tentang Perpindahan Kalor  Menjawab pertanyaan tentang materi

tentang

Pengantar

Perpindahan Kalor yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Pengantar tentang Perpindahan Kalor yang akan selesai dipelajari  Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Pengantar Perpindahan Kalor yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang telah disediakan secara individu untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Kegiatan Penutup (10 Menit) Peserta didik :

 Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang pointpoint penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Pengantar tentang Perpindahan Kalor yang baru dilakukan.


Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Pengantar tentang Perpindahan Kalor yang baru diselesaikan.  Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah. Guru :

 Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Pengantar tentang Perpindahan Kalor.  Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Pengantar tentang Perpindahan Kalor.  Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Pengantar tentang Perpindahan Kalor kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik. H. Penilaian 1. Teknik Penilaian  Sikap -

Penilaian Observasi Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap : N o 1 2

Nama Siswa … …

Aspek Perilaku yang Dinilai BS JJ TJ DS ...

...

Keterangan : • BS : Bekerja Sama • JJ : Jujur • TJ : Tanggun Jawab • DS : Disiplin Catatan : 1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria: 100

= Sangat Baik

...

...

Jumlah Skor

Skor Sikap

Kode Nilai

...

...

...


75

= Baik

50

= Cukup

25

= Kurang

2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400 3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75 4. Kode nilai / predikat : 75,01 – 100,00

= Sangat Baik (SB)

50,01 – 75,00

= Baik (B)

25,01 – 50,00

= Cukup (C)

00,00 – 25,00

= Kurang (K)

Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai -

Penilaian Diri Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik, maka peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format penilaian : N o

Pernyataan Selama diskusi, saya

1

ikut serta mengusulkan ide/gagasan. Ketika kami berdiskusi, setiap anggota

2

mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Saya ikut serta dalam

3

membuat kesimpulan hasil diskusi kelompok.

Ya

Tidak

Jumla

Skor

Kode

h Skor

Sikap

Nilai


Catatan : 1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400 3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50 4. Kode nilai / predikat : 75,01 – 100,00

= Sangat Baik (SB)

50,01 – 75,00

= Baik (B)

25,01 – 50,00

= Cukup (C)

00,00 – 25,00

= Kurang (K)

4. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan.  Pengetahuan -

Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda(Lihat lampiran)

-

Tes Lisan/Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan Praktek Monolog atau Dialog Penilaian Aspek Percakapan Skala

N

Aspek yang Dinilai

o 1 2 3 4 5 6 -

25

50

75

10 0

Jumla

Skor

Kode

h Skor

Sikap

Nilai

Intonasi Pelafalan Kelancaran Ekspresi Penampilan Gestur

Penugasan(Lihat Lampiran) Tugas Rumah a. Peserta didik menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku peserta didik b. Peserta didik memnta tanda tangan orangtua sebagai bukti bahwa mereka telah mengerjakan tugas rumah dengan baik c. Peserta didik mengumpulkan jawaban dari tugas rumah yang telah dikerjakan untuk mendapatkan penilaian.

 Keterampilan


-

Penilaian Unjuk Kerja Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian keterampilan berbicara sebagai berikut: Instrumen Penilaian N o 1 2 3 4

Aspek yang Dinilai

Sangat Baik (100)

Kuran Baik (75)

g Baik (50)

Tidak Baik (25)

Kesesuaian respon dengan pertanyaan Keserasian pemilihan kata Kesesuaian penggunaan tata bahasa Pelafalan

Kriteria penilaian (skor) 100

= Sangat Baik

75

= Baik

50

= Kurang Baik

25

= Tidak Baik

Cara mencari nilai (N) = Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal dikali skor ideal (100) Instrumen Penilaian Diskusi No 1 2 3 4

Aspek yang Dinilai Penguasaan materi diskusi Kemampuan menjawab pertanyaan Kemampuan mengolah kata Kemampuan menyelesaikan masalah

Keterangan : 100

= Sangat Baik

75

= Baik

50

= Kurang Baik

25

= Tidak Baik

100

75

50

25


Ende , 27 November 2018 Guru PPL

Guru Pamong

Leonarda R, Eka S.Pd NIP : -

Petrus Sama. NIM :2015260158

Mengetahui Kepala sekolah

Oliva Seni S,Pd NIP : 197309102002122003 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) Nama kelompok 1. ……………………………………………………. 2. …………………………………………………….. 3. …………………………………………………… 4. …………………………………………………… Kompetensi dasar : 4.4 Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor Tujuan

terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor : Mengidentifikasi perpindahan kalor dari konduksi, konveksi, dan

radiasi  Alat dan bahan - Sendok logam - Air - Lilin - Korek api  Langkah kerja  Siapakan lilin satu buah,nyalakan lilin .kemudian panaskan sendok logam tersebut. apa yang terjadi setelah sendok dipanaskan beberapa menit !  Siapkan air secukupnya,letakan pada wadah sendok logam tersebut,kemudian panaskan pada lilin yang sedang menyala. Amatilah perubahan yang terjadi !  Siapkan sebatang lilin, kemudian nyalakan, dekatkan tangan mu pada lilin yang sedang menyala. Apa yang anda rasakan !


Tabel Hasil Pengamatan :

Kegiatan ke-

Keadaan Sebelum perlakuan

Sesudah perlakuan

Konduksi

Konveksi

1 2 3

 Diskusi

- Apakah yang berpindah dari ujung sendok logam yang dibakar hingga ke ujung sendok logam dimana tangan kita memegang? Jawab : ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ……………………………………… - Jelaskan pengertian dari konduksi ? Jawab : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………..

- Bagaimanakah proses terjadinya konveksi saat memasak air? Jawab :

………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… …………………………………………………. - Jelaskan pengertian dari konveksi ? Jawab :

Radiasi


………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ……………………………………… - Jelaskan pengertian dari radiasi ! Jawab : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………

- Berilah contoh dari perpindahan kalor dari konduksi, konveksi dan radiasi yang anda ketahui Jawab : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………..

- Kesimpulan Jawab : ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………..


Kunci Jawaban LKS Tabel pengamatan

Kegiatan ke1

2

3

Keadaan Sebelum Perlakuan Sendok logam belum terasa panas Air masih dingin dan belum ada gelembung Tangan belum terasa panas

Sesudah perlakuan Sendok logam terasa panas Air terasa panas dan ada gelembung naik turun pada air Tangan terasa panas

Konduksi

Konveksi

 

 Sendok logam dipanaskan pada salah satu ujungnya, dan ujung yang lainnya kita pegang. Tidak lama kemudian tangan akan merasakan panas. Hal ini disebabkan kalor atau panas dari api berpindah dari ujung besi yang dipanasi ke ujung sendok logam yang dipegang.  Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat itu.  Air yang letaknya dekat dengan api akan mendapat panas sehingga molekul air akan saling bertumbukan dan massa jenisnya lebih ringan, kemudian air akan bergerak ke atas dan digantikan oleh air yang ada di atasnya. Dengan cara ini panas dari air bagian bawah berpindah bersama aliran air menuju bagian atas.  Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan molekulmolekul zat perantaranya.  Radiasi adalah perpindahan kalor yang tidak memerlukan perantara apapun.

POST TEST

Radiasi


-

-

Jelaskan pengertian dari : Konduksi Konveksi Radiasi Berdasarkan daya hantarnya konduksi dibedakan atas dua.sebutkan dan

-

setakan dengan contohnya ! Tuliskan contoh peristiwa dari konduksi, konveksi dan radiasi dalam kehidupan sehari-hari Jawaban :  Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat penghantar tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat itu.  Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan molekul-molekul zat perantaranya.  Radiasi adalah perpindahan kalor yang tidak memerlukan perantara apapun.  konduktor .contohnya: kalor ( besi, baja, alumunium). Isolator (kayu, karet dan kertas).  Contoh Konduksi  Ketika mengaduk teh panas  Ketika memanaskan batang besi di atas nyala api  Contoh Konveksi  Saat memasak air,  Terjadinya angin darat dan angin laut.  Contoh Radiasi  Matahari memancarkan panas ke bumi yang langsung bisa kita rasakan. 

Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita menyalakan api unggun


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.