Pengertian rasa sakit dan sumber penderitaan

Page 1

Pengertian Rasa Sakit dan Sumber Penderitaan Rasa Sakit Rasa sakit adalah rasa yang dirasakan atau dialami oleh penderita dan setiap manusia akan selalu mengalaminya. Rasa sakit dan siksaan merupakan rentetan sebab akibatnya. Karena ada siksaan orang merasa sakit, dan karena merasa sakit orang menderita. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari rasa sakit, misalnya timbul rasa kasihan terhadap penderita, adanya rasa keprihatinan manusia, rasa social, dapat mendekatkan diri penderita kepada Tuhan, dll. Sumber Penderitaan Bila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sumber penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut: 1.Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia Penderitaan ini dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk dapat diperbaiki dan manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. 2.Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan Dalam mengatasi penderitaan ini manusia dapat berusaha dengan kesabaran, tawakal, dan optimisme. 3.Terhadap orang lain Perbuatan buruk manusia dapat menimbulkan derita bagi orang lain yang sangat mengganggu phyisik dan phisikologi orang yang menderita. 4.Terhadap alam lingkungan Perbuatan buruk manusia terhadap alam lingkungan juga menjadi penyebab penderitaan bagi manusia lainnya, tetapi sayang manusia tidak mau menyadari perbuatannya itu.

sumber: massofa.wordpress.com

Sakit memang tidak menyenangkan. Namun, lewat sakit kita bisa belajar banyak hal, bahkan pengalaman sakit itu bisa membantu kita makin dekat dengan Yesus. Demikian


disampaikan Paus Benediktus XVI dalam pesannya untuk memeringati Hari orang sakit sedunia bulan depan. “Tuhan, lewat puteraNya, tidak akan meninggalkan saat kita menderita justru mendekati dan membantu kita untuk menanggungnya, serta ingin menyembuhkan di kedalaman hati kita,” kata Paus. Dia menempatkan penekanan khusus pada tiga Gereja “sakramen penyembuhan,” yakni Sakramen Tobat, Pengurapan Orang Sakit, dan Ekaristi. Tema Hari Orang Sakit tahun ini yang akan dirayakan pada 11 Februari adalah “berdiri dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan Engkau,” sebuah kutipan yang diambil dari perintah Kristus untuk salah satu dari sepuluh penderita kusta yang disembuhkan dan berterima kasih padanya. Paus Benediktus berkata bahwa perintah Yesus untuk penderita kusta harus meningkatkan kesadaran akan “pentingnya iman bagi mereka yang terbebani oleh penderitaan dan penyakit agar mendekat pada Tuhan di saat sakit,” sebagaimana “mendapatkan kesehatan merupakan hal yang lebih berharga dari sebuah penyembuhan fisik belaka, karena ini adalah tanda keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita melalui Kristus. “ Keinginan Kristus untuk menyembuhkan jiwa dan tubuh terpenuhi secara sempurna dalam sakramen-sakramen Gereja Katolik, kata Paus seraya menggambarkan bahwa ini merupakan ungkapan fisik dari iman kita yang mencakup seluruh pribadi, tubuh dan jiwa.” Rentetan penyembuhan fisik dan pembaharuan jiwa ini kata Paus dapat dilihat dalam sakramen-sakramen Gereja Katolik. Dalam Sakramen Tobat, “obat pengakuan” mencegah kita merosot dalam keputusasaan dan memungkinkan peniten untuk mengalami “Kasih yang mengampuni dan tranformasi hidup,” jelasnya. Tobat ini terutama diperlukan pada saat kita mengalami penderitaan saat kita mudah tergoda untuk menyerahkan diri ke kekecewaan dan keputusasaan,” tulis Paus. Daripada putus asa, sakramen dapat mentransformasi penderitaan menjadi pengalaman yang penuh rahmat. Sakramen Pengurapan Orang Sakit memberi penawar sakit bagi mereka yang sakit parah. Paus menjelaskan bahwa sakramen ini meyakinkan kita akan kebaikan-Nya yang menawarkan kekuatan dan penghiburan dan pada saat yang sama memberikan penyembuhan pasti yakni kebangkitan. Karena itu, sakramen ini tidak boleh dianggap ‘sakramen kecil’ dibandingkan dengan yang lain. Sakramen ini membawa keuntungan rohani untuk imam dan seluruh komunitas Kristen karena membuat semua orang sadar bahwa hal ini sungguh dilakukan untuk Kristus sendiri. Lalu dengan Sakramen Ekaristi, Paus menyebutnya sebagai “instrumen berharga dan anugerah luar biasa dari Tuhan” bagi orang sakit karena makin memberi kepenuhan


atas misteri kematian dan kebangkitan Kristus. Ini artinya, setiap gereja di paroki-paroki harus membantu dan memastikan bahwa mereka yang tidak dapat menghadiri misa harus sering menerima Komuni. Ekaristi sangat penting dijalani dan dirayakan oleh mereka yang hendak meninggal sebagai “Viaticum� atau obat keabadian dan penawar kematian menurut definisi Santo Ignatius dari Antiokhia. Paus menyimpulkan pesannya dengan berterima kasih kepada semua orang yang merawat orang sakit karena dengan keahlian dan profesi mereka yang dikerjakan dalam keheningan dan seringkali tanpa menyebutkan Kristus, mereka mewujudkan Kristus secara konkret. Dia juga mengingatkan pada mereka yang sakit bahwa Maria adalah bunda yang penuh belas kasih pada mereka yang sakit dan kepada dia kita percaya dan menyampaikan doa mohon pertolongan. “Semoga kasih sayang keibuannya yang dinyatakannya dengan berdiri di samping Putranya saat mati di kayu Salib, mendampingi dan mempertahankan iman dan harapan setiap orang sakit dan menderita dalam perjalanan penyembuhan untuk luka tubuh dan jiwa!�

KITA semua tahu apa itu penderitaan. Kita bahkan mengalaminya. Orang biasa bilang bahwa penderitaan itu seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadangkadang bayangan itu di belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga bayangan itu membentang di depan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam. Penyebab penderitaan juga macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang selalu menyertai hidup. Hanya orang yang sudah meninggal saja yang tidak mengenal dan mengalami penderitaan. Atau mungkin juga orang mati menderita. Kita belum tahu itu, karena kita belum mengalami sendiri. Minggu-minggu ini umat kristen sedunia memasuki saat-saat perenungan akan penderitaan Kristus dan maknanya bagi mereka. Penderitaan selalu ada. Manusia tidak bisa berbuat lain kecuali menghadapinya. Itu sebabnya adalah penting untuk kita merenungkan makna penderitaan itu. Mungkin kita tidak suka melakukannya. Tetapi karena penderitaan itu merupakan fakta yang tidak terhindarkan, kita harus menerimanya dan menemukan maknanya. Inilah salah satu maksud penetapan perayaan minggu-minggu sengsara alam kalender gerejawi.


Penderitaan perlu dihadapi dan direnungkan. Ini mengandaikan bahwa ada makna positif yang bisa kita petik dari pengalaman penderitaan. Ya, setidak-tidaknya itulah yang dikatakan oleh Henry Ward Becher. Menurut Becher "menangis itu adalah rahmat". Waktu anak kami lahir di negeri Belanda, seorang dokter datang membawa jarum suntik. Dia mengambil darah dari telapak kaki anak kami. Tentu saja si bayi kesakitan. Ia menangis dengan suara keras. Dokter yang merawat dia berkata: "Gooed..... Goed... doe maar" (Baik-baik. Menangislah). Sambil memandang kepada saya dia berkata: "Bayi yang menangis waktu disakiti adalah tanda bahwa bayi itu sehat. Menangis juga perlu agar paru-parunya berkembang". "Menangis adalah berkat." kata Henry Becher. Ini juga berlaku bagi orang dewasa. "Karena dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan, negeri yang tanpa air mata." Saya rasa pendapat ini ada benarnya. "Yesus ada bersama dua orang murid waktu mereka di dalam perjalanan ke Emaus. "Tetapi ada sesuatu yang menghalang mata mereka sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia" (Yoh. 24:16). Mereka sangat terpaku pada cara hidup yang lama, pendapat dan pengajaran yang lama tentang hidup, Allah dan kebenaran. Penghayatan mereka tentang hidup bersifat statis dan monoton. Sesuatu yang menutupi mata mereka itu terangkat, waktu Yesus berbicara kepada mereka begitu rupa sehingga hati mereka berkobar-kobar, mereka sangat tersentuh dan terharu dengan apa yang mereka dengar itu (Yoh. 24:32). Sangat biasa jadi perasaan berkobar-kobar itu membuat mata mereka basah karena air mata. Akibatnya mereka memperoleh pemahaman yang baru mengenai hidup, Allah dan kebenaran. Mereka memperoleh perspektif baru dalam memahami kitab suci. Mata mereka dapat melihat sesuatu yang baru pada apa yang selama ini sudah mereka lihat. Saya kira Becher benar saat ia berkata : "Menangis adalah berkat karena dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan, negeri yang tanpa air mata". Artinya dengan memahami penderitaan, pengharapan akan satu perubahan ke arah yang lebih baik makin dilihat sebagai sebuah kebutuhan. Pengharapan akan hidup yang lain dari keadaan sekarang (status quo) bertumbuh di dalam pengalaman penderitaan. Waktu pemerintah sekarang mengumumkan kenaikan harga BBM, reaksi muncul di mana-mana. Banyak orang yang meminta agar harta para koruptor besar disita oleh pemerintah untuk menanggulangi subsidi BBM, proses pengadilan yang adil kepada para koruptor harus menjadi prioritas pemerintah. Penderitaan ternyata mengajar orang untuk memperbaiki keadaan hidup. Penderitaan ada manfaatnya. Ia mendekatkan kita kepada Allah, kata seorang pemikir yang lain bernama Harlod A Bisley. "Penderitaan adalah kesempatan yang baik untuk berdoa. "Waktu hujan tidak turun dan tanaman di kebun mulai layu dan ada ancaman kegagalan panen, banyak orang berdoa. Kita cepat-cepat datang kepada Tuhan waktu pencobaan datang."


Para awak kapal berseru masing-masing kepada Allahnya waktu badai dan angin sakal menghantam kapal mereka. Itu cerita yang kita baca dalam Kitab Yunus. Murid-murid Yesus juga berseru kepada sang guru waktu mereka diserang badai secara tiba-tiba saat mereka sedang berlayar. Bahkan Yesus sendiri juga mengambil waktu khusus untuk berdoa, waktu Dia berada pada situasi yang kritis menjelang kematiannya. Akh, bisa saja ada yang tidak setuju. Penderitaan tidak membawa manfaat apa pun bagi manusia. Ia malah membuat umur hidup seseorang menjadi lebih pendek. Lihat saja, gara-gara penderitaan ada banyak orang yang stres, lalu mengalami strok dan kemudian stop. Karena alasan-alasan ini ada ahli yang menolak untuk kita memuliakan penderitaan. Penderitaan harus dilawan sekuat tenaga. Manusia harus berjuang untuk menolak penderitaan yang ia alami. Fakta-fakta yang kita catat di atas membuat kita menjadi bijak. Penderitaan itu ada plusnya tetapi juga ada minusnya. Ini memang fakta yang tidak mungkin dipungkiri. Teori macam apa pun tidak akan mampu berkat yang kita peroleh dalam penderitaan menghilangkan sisi negatifnya. Ini kalau kita bicara tentang plus-minus dari penderitaan. Daripada terjerat dalam soal plus minus dan kita tidak pernah akan memperoleh kata sepakat penderitaan dapat juga dilihat dari sisi lain. Sisi lain adalah sebagai berikut. Fakta mengatakan bahwa manusia tidak pernah sendirian dalam menghadapi penderitaan. Dalam derita manusia kembali menjadi satu. Penderitaan membuat perbedaan-perbedaan pendapat, konflik, dan perpecahan mencair dengan sendirinya. Orang-orang yang hidup dalam permusuhan dan konflik bisa dengan mudah melupakan konflik dan perbedaan pendapat yang ada di antara mereka. Coba kita lihat pengalaman penderitaan yang kita alami sebagai satu bangsa karena bencana alam di Aceh. Belakangan ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang bersekutu dan persaudaraannya tercabik-cabik. Bangsa Indonesia yang satu mengelompok dalam sentimen agama dan suku yang sangat tinggi. Orang Islam menganggap orang Kristen sebagai ancaman. Mereka saling memandang dengan penuh curiga, yang satu menganggap yang lain sebagai kafir atau melakukan syirik. Pengelompokan manusia Indonesia menurut agama : Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, orang kafir dan orang bertaqwa hilang dengan begitu saja. Mereka yang berbeda-beda ini justru bergandengan tangan menanggulangi dan menghadapi penderitaan. Ini sungguh satu mujizat. Ya, kalau dalam keadaan suka cita kita cenderung terbelah-belah, maka dalam derita dan duka kita kembali menjadi satu. Pengalaman tidak sendiri dalam penderitaan tidak merupakan satu yang bersifat horizontal belaka. Yang tidak kalah penting untuk kita ketahui, juga di dalam mingguminggu pra paskah ini, adalah kenyataan berikut. Allah juga ada bersama kita. Ia menjadi satu dengan kita yang menderita. Allah ternyata ikut ambil bagian dalam penderitaan manusia. Ia yang kudus dan agung berkenan menyatukan nasibNya dengan nasib manusia.


Fakta ini kita alami di dalam Kristus. Paulus menulis: "Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-9) Penderitaan memang menyakitkan dan menimbulkan luka. Tetapi manusia tidak pernah sendiri menghadapinya. Selalu saja ada teman dan sahabat yang ikut berbela rasa dengan kita memikul duka cita itu. Bahkan Tuhan juga menjadi sahabat kita. Yesus kawan yang sejati, bagi kita yang lemah, tiap hal boleh dibawa dalam doa padaNya. Inilah penghiburan sejati bagi manusia. Ini sumber kekuatan kita menghadapi penderitaan dengan percaya bahwa penderitaan itu bersifat sementara saja. Habis gelap akan terbit terang. Penderitaan ternyata membangkitkan pengharapan. Pengertian Penderitaan Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkattingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan. Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya Penderitaan dan Sebab-sebabnya Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :


1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia : Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan yang terkadang disebut nasib buruk ini dapat diperbaiki bila manusia itu mau berusaha untuk memperbaikinya. 2. Penderitaan yang timbul karen penyakit, siksaan / azab Tuhan : Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal dan optimisme merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu

Akibat yang terjadi dari penderitaan yaitu jika penderitaan yang dialami seseorang atau banyak orang tidak dapat di atasi menggunakan hati, maka kemungkinan besar akan berdampak pada emosi,dan hal buruk lainnya. sumber

:

penderitaan/

http://rulrul.wordpress.com/2011/03/16/rangkuman-ibd-manusia-dan-


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.