JEPRET MAGZ EDISI 3

Page 1

Edisi III/2011

Jepret Banteng

Menjaga Ritual

Yadnya Kasada

Penanda Purnama di Gapura Majapahit

Sejumput Berkah dari

http://himmarfi.com

Suci

Foto: Irfan Maulana


Editorial Tergesa - gesa. Mungkin satu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi kami saat ini. karena berbagai macam kesulitan yang kami hadapi. Hal ini membuat kami mau tidak mau harus kerja ekstra keras lagi, Namun itu semua bukanlah kendala yang berat. Komitmen kami dalam menyuguhkan berbagai konten yang menarik tetap kami pegang.

“Ide, Semangat dan Kebersamaan�

Di edisi ini kami mencoba tampil semakin matang. Bermacam konten yang menarik kami tawarkan, tidak kalah menarik dengan dari e-magz Jepret edisi sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang ada, membuat sebuah keputusan, sehingga pada edisi ini juga mengalami berbagai macam pembaharuan. Pada akhirnya, semua ini kembali kepada diri kita sendiri apakah mau berpikir lebih maju, berani mengakui perbedaan demi kemajuan dengan bermacam usaha mulai dari hal yang paling kecil. Sebuah harapan pun tercipta dari bentuk hasil karya ini semoga semakin mudah diterima oleh siapapun.

Farid Rusly Pemimpin Redaksi

Pemimpin Umum Pimpinan Redaksi Editor Naskah Editor Foto Lay out Redaksi Pelaksana Foto Cover oleh Irfan Maulana

: Kukuh Rangga : Farid Rusly : Irfan Maulana : Budi Irawan : Frannoto : Anggota Himmarfi

Sekretariat : Jalan Nginden Intan Timur 18 Surabaya, Jawa Timur Telepon : 081 7033 739 22 (Farid) E-mail : redaksijepret.himmarfi@gmail.com

Jepret Himmarfi Edisi 3


Foto: Akbar Insani

Features

Menjaga Ritual

Yadnya Kasada


P

ura Luhur Poten yang ada di Lautan Pasir Gunung Bromo. Pura ini tertimbun pasir setelah Gunung Bromo meletus beberapa bulan lalu. Namun, pura ini merupakan satusatunya pura terbesar yang ada di lereng Bromo, dan selalu ramai dikunjungi saat Hari Besar Umat Hindu.

Foto: Farid Rusly

Jepret Himmarfi Edisi 3

03


H

ilir Mudik orang silih berganti menapaki jalan berpasir, tak sedikit juga yang naik hingga ke bibir kawah, Mereka adalah masyarakat Tengger yang berbondong - bondong membawa hasil bumi mereka mengarungi lautan pasir Gunung Bromo, untuk dilabuhkan ke kawah Bromo. Hal itu menandai Ritual upacara Yadnya Kasada umat Hindu Tengger dimulai. Yadnya Kasada merupakan upacara rutin yang digelar tiap tahun oleh seluruh umat Hindu Tengger yang ada di kawasan lereng Gunung Bromo. Tujuannya adalah meminta keselamatan dan mengembalikan hasil bumi sebagai wujud syukur kepada Sang Hyang Widi Wasa. Pada tahun ini, Yadnya Kasada digelar pada 14 - 15 Agustus 2011. Prosesi Yadnya Kasada cukup panjang, seminggu sebelum acara Nglabuh suci ke bibir kawah, masyarakat Tengger gotong royong membersihkan Pura Luhur Poten yang ada di lautan pasir Bromo, dan memasang kelengkapan untuk upacara persembahyangan. Setelah itu 2 malam sebelum Nglabuh, dilaksanakan ritual Ribuan orang baik itu umat Hindu Tengger maupun wisatawan mancanegara mendekat ke bibir kawah setelah melakukan Nglabuh Suci, ritual puncak Yadnya Kasada adalah hal yang tak ingin dilewatkan bagi orang-orang tersebut. foto:Akbar Insani

Jepret Himmarfi Edisi 3

04


mendhak tirta atau mengambil air dari Widodaren. Prosesi ini langsung dilanjutkan dengan sepeninga atau sembahyang bersama dan makemit atau berjaga semalam menunggu air suci. Setelah melewati Prosesi tersebut, keesokan harinya digelar do’a bersama di dalam Pura Luhur Poten. Pada hari itu juga, ratusan masyarakat Hindu Tengger yang berasal dari datang dari empat pintu gerbang, Cemoro Lawang (Probolinggo), Dingklik Tosari (Pasuruan), Dandangan Senduro (Lumajang), dan Jemplang Poncokusumo (Malang) membawa hasil bumi mereka ke sejumlah batu atau tugu (watu dukun) sudut di lautan pasir untuk menaruh sesaji dan selanjutnya membawa hasil bumi yang akan mereka labuhkan ke pura. Berlanjut pada malam harinya, Ritual Tayub digelar di pendapa desa Ngadisari. Dan keesokan paginya, arak-arakan sesaji di bawa menuju bibir kawah, untuk dilabuh atau disebut Kurban Suci. Ritual tersebut sontak mengundang banyak wisatawan domestik maupun asing untuk melihat lebih dekat prosesi Yadnya Kasada. Gunung Bromo merupakan Gunung berapi Aktif, beberapa bulan lalu sebelum Kasada digelar, Gunung Bromo meletus menyemburkan Batu kerikil dan abu pasir yang merusak seluruh desa di sekitar lereng Gunung Bromo. Namun, keeksotisan Gunung Bromo beserta adat kebudayaan khas suku Tengger yang hidup di sekitar lerengnya adalah hal yang patut dikagumi dan dijaga. -naskah:Frannoto

foto:Frannoto

Umat Hindu Tengger mempercayai bahwa dengan berdo’a dan mengembalikan sebagian hasil bumi mereka kepada sang Hyang Widi Wasa, dan Gunung Bromo, maka bala keselamatan dan kesejahteraan senantiasa menjaga kehidupan di lereng Bromo.

Jepret Himmarfi Edisi 3

05


foto:Farid Rusly

Ritual Yadnya Kasada merupakan wujud syukur umat Hindu Tengger kepada Sang Hyang Widi Wasa, Upacara tahunan itu masih tetap terjaga hingga kini.

foto:Frannoto

foto:Farid Rusly

Jepret Himmarfi Edisi 3

06


Setelah memanjatkan do’a bersama di Pura Luhur Poten, Gunungan sesaji di bawa mendekat ke bibir kawah Bromo, masyarakat Tengger menyebut ritual membuang hasil bumi ke kawah Bromo dengan Nglabuh atau disebut Kurban Suci

foto:Akbar Insani

Jepret Himmarfi Edisi 3

07


Ritual Kurban Suci dilakukan pada pagi hari di bibir kawah Bromo. Sesajian yang telah terkumpul di Pura kemudian di larung ke dalam kawah Gunung Bromo.

foto:Akbar Insani

Masyarakat Tengger beranggapan bahwa sesajian yang telah di beri do’a oleh Dukun Pandita adalah berkah. Saat Nglabuh Suci di bibir kawah, mereka turun tak kenal takut utuk berebut menangkap sesaji yang dilarung, meski gunung Bromo usai meletus beberapa bulan lalu yang menimbun seluruh desa di lerengnya dengan pasir dan abu.

Jepret Himmarfi Edisi 3

08


Oase

Banteng

foto oleh farid Rusly

Penanda Purnama Di Gapura Majapahit naskah : Irfan Maulana foto : Farid Rusly

Jepret Himmarfi Edisi 3

09


Ratusan penonton dari dalam maupun luar daerah menyaksikan Festival Bantengan

Salah satu kelompok peserta Bantengan, Ki Ageng Macan Putih dari Desa Domas, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto sedang bersiap menjelang acara foto: Farid Rusly

“

foto: Irfan Maulana

“

Menjelang siang, dua bangunan candi berbentuk gapura terasa megah. Seiring gema tabuhan jidor, gendang, gong dan gamelan khas penanda Festival Bulan Purnama 2011 akan dihelat

Jepret Himmarfi Edisi 3

10


Bantengan merupakan tontonan langka. Gerakan tarian atraktif, agresif, filosofis dan terkadang mengundang mistik menjadi daya tarik masyarakat -foto: Farid Rusly

Jepret Himmarfi Edisi 3

11


Penampilan dari kelompok Ki Ageng Macan Putih menjadi pembuka acara Festival Bantengan Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2011 foto: Farid Rusly


S

untuk menyaksikan atraksi sang banteng. “Oalah mas iki durung sepiro, biasane nganti ora cukup panggone. Yo koyok acara konser gede ngunu kuwi,” ujar Pardi (25), salah satu penonton asal desa Claket, Kecamatan Pacet.

abtu Kliwon menjelang siang, binar sang surya terlihat tegas dengan hamparan langit biru. Paparan cahayanya hangatkan dua bangunan candi Festival seni rakyat ini memang sanberbentuk gapura yang berdiri megah gat digemari oleh masyarakat Mojokerto. di tanah yang kurang lebih seluas dua Terhitung ada 50 kelompok bantengan di hektar, konon candi itu adalah gapura 10 Kecamatan. Tarian atraktif, agresif, menuju sentra kerajaan Majapahit. Tak filosofis dan terkadang mengundang mislama menyusul gema tabuhan jidor, tik menjadi daya tarik masyarakat untuk gendang, gong dan gamelan menghiasi khas penanda Festival Bulan beradalah sim- acara Purnama 2011 akan dihelat. Kali “ sih desa, ini sajian kesenian rakyat, ban- bol bangsa Indonesia p e r n i k a h a n tengan, menyemarakkan fes- melawan kolonialisme. dan ruwatival tersebut di Candi Wringin Juga tertera pada tan. Melihat Lawang, Desa Jati Pasar, Ke” perkembancamatan Trowulan, Kabupaten gan pesat Mojokerto. dan antusiasme itulah DKKM (Dewan Ajang kesenian dan kebudayaan Kesenian Kabupaten Mojokerto) sengaja yang diberi label Festival Bulan Purnamenggiring kesenian rakyat ini kedalam ma Majapahit Trowulan 2011 itu digelar agenda rutin bulanan; Festival Bulan selama dua hari: 16 - 17 Juli, dengan Purnama. diikuti oleh 15 kelompok bantengan ter “Kegiatan bulan purnama kali ini pilih dari 10 kecamatan di Kabupaten mencoba bersinergi dengan kesenian Mojokerto, antara lain Trowulan, Pacet, bantengan. Karena kesenian ini telah Gondang, Trawas, Sooko, Puri, Jatirejo, mendapat tempat di hati masyarakat Kutorejo, Dlanggu dan Pungging. banyak, khususnya Mojokerto,” ungkap Suasana riuhnya tak kalah dengan perEko Edi Susanto Ketua Umum DKKM di tunjukan modern. Sepasang mudasela acara (16/7). mudi, penggemar, penggiat baik muda maupun tua dari strata sosial kebawah Festival yang diselenggarakan oleh hingga atas tumplak diperhelatan itu. DKKM ini dirilis sejak tiga tahun yang lalu Tak jarang penonton yang membawa di candi Wringin Lawang. Digelar pada anggota keluarganya yang masih balita

Banteng

simbol ideologi bangsa

setiap pertengahan bulan, sebelum atau sesudah bulan berstatus purnama. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas masyarakat Mojokerto dalam berkesenian. Dalam tiga tahun terakhir, kesenian bantengan ini yang pertama kalinya meramaikan Festival Bulan Purnama. Sebelumnya, diramaikan oleh kesenian-kesenian tradisional lainnya, seperti ludruk, ketoprak, sendra tari, wayang kulit dan wayang orang. Selain itu, maka tak heran kalau kesenian bantengan dijadikan ikon kota Mojokerto. Disamping eksotisme keseniannya, banteng mengandung falsafah kegagahan dan kewibawaan. Affandi Abdul Hadi Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto dalam pidato pembukaan acara menjelaskan, banteng adalah simbol bangsa Indonesia melawan kolonialisme. Pun tertera pada simbol ideologi bangsa. Maka tepat sekali kalau disinergikan dengan kegiatan bulan purnama kali ini. Affandi menambahkan, pada masa kerajaan Majapahit bulan purnama dimanfaatkan untuk mengadakan rapat akbar, ruwatan dan acara-acara besar lainnya. Karena dipercaya sebagai bulan yang membawa berkah.

Jepret Himmarfi Edisi 3

13


Penambangan Kapur Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. foto: Irfan Maulana


Telisik

G

resik adalah Kabupaten yang memliki struktur geografis yang unik dengan tanah kapurnya. Melalui itu, beberapa daerah di Kabupaten Gresik berkembang dengan berbagai macam industri yang mengandalkan kapur dan zat kimia lainnya sebagai bahan baku utama yang terkandung pada tanah di sana. Melihat peluang tersebut, para konglomerat industri beradu cepat menggali segala keuntungan yang bisa di dapat dari berkah tanah yang ada di Gresik. Namun, Seakan tak mau kalah, warga di daerah - daerah yang memliki tanah berkadar kapur yang cukup tinggi di Kabupaten Gresik mengembangkan sistem penambangan kapur, baik yang menggunakan sistem modern maupun tradisional. Salah satunya daerah Suci, adalah desa yang terletak di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang masih memberlakukan sistem penambangan tradisional dengan tenaga manusia. Kekayaan alam yang dimiliki Desa Suci konon telah menjadi mata pencaharian warganya sejak jaman penjajahan Belanda. Aktivitas pertambangan biasanya dilakukan warga pada hari senin sampai sabtu. Penambang tersebut melakukan aktivitasnya mulai pukul 6 pagi hingga sore hari. Sekelompok penambang tersebut berjumlah empat puluh penambang yang berasal

Sejumput

Berkah

dari Suci

dari desa Suci sendiri, dan beberapa juga dari daerah luar misalnya Tuban dan Kediri. Dulunya gunung kapur ini dikelola oleh PT. Petro Kimia, namun sekarang sudah diserahkan kembali kepada warga desa setempat untuk dijadikan mata pencaharian. Lahan yang bersebelahan dengan gunung kapur ini, terdapat tempat pengeboran migas yang tengah dikelola oleh PT. Petro China. Batu kapur digunakan sebagai bahan baku kapur (gamping), semen, keramik, campuran bedak dan masih banyak lagi. Untuk di olah menjadi semen, batu kapur terlebih dulu di bakar dan digiling. Bila dibuat campuran bedak, batu kapur disaring dahulu kemudian dipanaskan. Dan untuk diolah menjadi kapur (gamping), batu kapur hanya perlu dibakar saja.

Ada juga batu kapur yang biasanya digunakan sebagai pondasi rumah, bentuknya balok, dalam bahasa jawa menyebutnya umpak atau sendi. Di Suci juga terdapat dua puluh lima tempat pembakaran, salah satunya adalah pembakaran modern yang menggunakan tenaga mesin, selebihnya meggunakan cara tradisional. Pembakaran tradisional merupakan warisan dari nenek moyang pada masa jaman penjajahan, yakni dengan cara menyusun batu bata menyerupai tungku berukuran raksasa dan memberikan celah untuk tempat kayu bakar sebagai media perapiannya. Batu Kapur kemudian dibakar selama dua puluh empat jam. Adanya kebutuhan pengembangan pabrik semen, membuka peluang besar bagi penambang. Oleh karena itu, banyak masyarakat Kabupaten Gresik bermata pencaharian sebagai penambang kapur. -naskah: Irda D/fr

Jepret Himmarfi Edisi 3

15


Penambang di Daerah Suci, memecah batuan kapur menggunakan linggis. Kemudian memecahya kembali dibentuk balok yang nantinya dijadikan batu pondasi rumah. -foto: Farid Rusly

Jepret Himmarfi Edisi 3

16


Hawa Panas dan Gersang serta berpolutan, menjadi ancaman kesehatan bagi para penambang di daerah tersebut.

foto: Budi Irawan

Suwandi (47), salah satu penambang kapur sedang berpose dengan latar belakang lahan kapur, Desa Suci, Kabupaten Gresik. Sejak 5 tahun lalu ia menambang kapur di daerah tersebut foto: Irfan Maulana

Jepret Himmarfi Edisi 3

17


Lokasi penambangan kapur meiliki kedalaman hingga 10 hingga 15 meter dpl -foto: Farid Rusly


Setelah aktivitas penambangan usai, batu kapur dibakar dengan tungku raksasa untuk dijadikan kapur (gamping). Cara pembakaran di Desa Suci masih menggunakan sitem pembakaran jaman penjajahan Belanda hingga sekarang.

foto: Farid Rusly

foto: Irfan Maulana

Jepret Himmarfi Edisi 3

19


Redaksi Jepret

p a n e Seg a Besar g r a u l e

I F R A M M

K

HI

n

ka p a c ngu

i r t i F l u d I t a m a l in t Se 1432 H a B hir & Me

Irfan Pentol

Farid Metal

Nanda

Rangga

a L f a n Ma

Moho

Herman

Ilustrasi: Antonius/Frannoto

Budi Bobo

Frannoto Enyun

Putri

Echa

Eder

Kevin

Irda

Hendri

Antonius

Wina Chacha

Azza


Jepret Edisi III/2011

Himmarfi - Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa Almamater Wartawan Surabaya

Sekretariat : Jalan Nginden Intan Timur 18 Surabaya, Jawa Timur Phone Website mail

: 031 - 60680127 / 0857 32 000 249 : http://himmarfi.com : redaksijepret.himmarfi@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.