PULANG KE HULU (ANTOLOGI PUISI)

Page 1

Se t e g u k , T u r u nMi nu m

Zu l k a r na i nSi r e g a r

r a mb u t a nme r a h y a ngma ni s l e k a ngt a kb e r a i r d ik a mp u ngt a nj u ng j e mb a t a np a nj a ng y a ngme l i nt a ngd ia t a s s u ng a iwa mp uy a ngt e na ng b u ny is e nt u h a na ng k l u ng r a mp a ka k o r d i o nk e c i k s e k e t i k ame l a nt u nt a nj u ngk a t u ng g a u ngh a r mo nik e h i d u p a n d a r ib a l i kr u mp u nr u mp u na u r d ih u t at i ng g i t a r i a nk i p a ng , k e r a ngd a nk e p a hd ip a ng k a l a nb i d u k p a s i rp u t i hs e r d a ngb e d a g a i a k ua k a nb a ng u nl e b i hp a g i me nj a g ae mb u ns e t i a ph a r i a g a rt a kj a t u hk a r e nat e r i kma t a h a r i s u nd a yb i k e 2 4 08 2 01 4 I SBN9786027163812

9 7 8 6 0 2 7 1 6 3 8 1 2 PENERBI TALHAYAT

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

a nd a i k a nnu s a nt a r ai t u h a mp a r a ns a wa h y a ngmu l a ib e r b u a h d id u s u nt u ng g u r o no


PULANG KE HULU PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


PULANG KE HULU ŠZulkarnain Siregar Hak cipta dilindungi undang-undang

Penyunting Sartika Sari, SS. Mukhlis Win Ariyoga, SS. Prolog Dr. Asmita Surbakti Epilog Irwansyah Harahap, MA. Desain sampul dan tata letak A. Hafiz Harahap, M.I.Kom. Penerbit Yayasan Al-Hayat Jl. Cendrawasih No. 82-A Kel. Sei Sikambing B, Kec. Medan Sunggal Medan, Sumatera Utara, +6281321847805 Email : penerbit.alhayat@gmail.com Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1987 jo, Undang-Undang No. 12 Tahun 1997, bahwa: 1.

2.

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau menyebarkan suatu ciptaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ISBN 978-602-71638-1-2 Cetakan Pertama, Januari 2015


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

aku dedikasikan antologi puisi ini kepada ibuku, Asiah ibu dari anak-anakku, Rahmalia ibu dari cucuku, Intan Syawalina sebab, merekalah matahati itu yang mengasah aku dan anak lelakiku, Iqbal


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

air kusimpan dalam ruas bambu-bambu kugantung di bahu dengan tali pengijuk sapu siapa tahu?


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara


dari penerbit

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

H

ulu? Mengapa bukan hilir? Pertanyaan tersebut mungkin terbersit ketika membaca judul yang tertera pada sampul buku puisi karya pejalan yang pesepeda ini. Inilah yang kemudian menarik untuk ditelusuri dari untaian bait perbaitnya yang disusun secara tematik oleh sang penyunting buku ini. Buku yang merangkum enam tema: “Sang Pengail”, “Balonku Ada Lima”, “Sajak Alif”, Pesan Ateh”, “Inang”, dan “Selamat Pagi Puisi” akan mengajak kita menyusuri ranah-ranah kenyataan dan sarat pesan namun perlu imajinasi untuk menikmatinya. Puisi yang terlahir dari resonansi napak tilas pejalan dalam menikmati alam dan kehidupan sembari mengayuh sepedanya di setiap Ahad pagi. Goesan-goesan yang semakin menempuh jarak pun semakin membuka kesadaran sang pejalan akan hakikat kebenaran yang kemudian melahirkan goresan-goresan bermakna dalam karya ini. Hulu-lah yang menjadi arah pandang

vii

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Goesan – Goresan – Goesan


dari penerbit

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

Buku ini tak lahir begitu saja, proses laksana menyusuri jalanan mendaki dan menurun, menyusur dan bertahan di tanjakan. Pergulatan estetika dan etika dalam penyuntingan, tata letak, desain sampul, pilihan huruf, hingga penentuan foto sang pejalanpun men-jadi diskusi hangat sang pejalan dengan sahabatsahabatnya hampir di setiap kesempatan bersua. Meski diskusi terus mengalir ke hilir namun bernuansa ke hulu itu masih berlangsung dan tak kan pernah usai, namun “Pulang Ke Hulu� harus berubah wujud mem-buku untuk disajikan kepada pembaca. Kini, buku tersebut sudah ada di tangan kita menanti untuk dinikmati. Pulang ke Hulu adalah suatu keniscayaan. Selamat menikmati. Medan, Januari 2015

Al-Hayat Penerbit

viii

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dan langkah perjalanan(nya) menuju sebuah peradaban. Hulu-lah sebuah awal dan hulu pula sebuah akhir. Sebuah sirkulasi. Kembali Ke Hulu, begitulah kemudian terhimpun puisipuisi Bang Zul -sapaan keseharian beliau- ini diberi judul mewakili ratusan puisi lainnya.


dari penyunting

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

PULANG KE HULu

P

uisi seperti seorang kekasih. Ia setia mendampingi dan mengampu segala aral. Ia selalu hidup dan selalu gemar tersenyum sendiri di hati dan lensa mata. Banyak yang kemudian ia perbincangkan dengan tubuh dan jiwa. Jika ia menang, ia akan lahir lagi sebagai sebuah catatan keabadian, tetapi jika ia belum beruntung, ia akan mengalir bersama liur.

Pulang Ke Hulu yang akhirnya memikat saya untuk menempatkannya di barisan paling depan, lalu puisi-puisi yang berbaris rapi di belakangnya, meyakin-kan saya kalau bagi penyair, puisi benar-benar telah menjadi kekasih. Selalu ada ruang yang kosong jika tak ada puisi. Mafhumlah, jika dalam setiap perjalanan dan pergantian waktu, puisi adalah penanda estafet yang paling manis, paling romantis.

ix

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Pertemuan dengan


dari penyunting

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

Paling banyak di antara mereka berdandan bak Samba Paria, yang cantiknya dipupuk oleh alam. Meski lahir di antara perdebatan susul-menyusul, dunia yang jungkir balik mengusung teknologi, Pulang Ke Hulu konsisten sekali menikmati hidupnya dalam kese-jukan dan keasrian. Mena-riknya, dalam kondisi apa pun, ia beru-paya membangun kekuatan rasa melalui tanda-tanda berbagai perang-kat di alam. Tidak sebatas berujar, mengungkap perasaan yang emo-sional. Bertemu dengan Pulang Ke Hulu mengingatkan saya pada banyak hal yang ada di sekitar, yang tumbuh dan hidup di alam, tetapi kerap dilupakan. Diam-diam, mereka membawa saya pulang pada kerinduan yang bermacam-macam. Ada di kampung saya, kampung mereka dan sejumlah tempat yang sudah pernah atau masih saya inginkan. Penyair dan puisi ini ber-pasangan dengan harmonis, mengundang cemburu. Masih pada rasa yang pertama, selanjutnya, puisi-puisi yang ngalir begitu tulus. Pertemuan dengan banyak karib dan

x

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Puisi menyimpan segala apa pun yang tertangkap oleh mata, terdengar oleh telinga, tercium oleh hidung, teraba oleh kulit, terasa oleh lidah, terjejak oleh kaki dan apa saja yang berhasil menarik perhatian. Maka, puisi lahir di mana saja, sebagai kekasih dan teman perjalanan.


dari penyunting

PULANG KE HULu

teman, ditemalikan melalui puisi. Tentulah akan menjadi kenangan yang tak bisa ditimpali dugaan dan kelupaan. Begitulah, Pulang Ke Hulu, merekam banyak hal yang sering luput dari tatapan dan ucapan. Termasuk pada sanak saudara dan Indonesia. Puisi, ia tak membiarkan dua bagian penting yang ada di sekitarnya itu berdiam diri, sebatas dikenang dalam rutinitas dan pertemuan di waktu mekanik. Puisi mengabadikan itu lewat kerinduan, doa, harapan, celoteh, omelan dan kadang-kadang sindirian pedas. Begitu pun, puisi-puisi ini pintar mengolah rasa dan mengetuk hati untuk didengar. Ia tak bicara banyak seperti provokator atau pimpinan sidang. Ia cukup bicara dalam kelembutan yang sebenarnya tajam, tetapi menawan untuk diajak bertukar karsa. Terakhir, Pulang Ke Hulu memikat saya dengan jari-jari dan kakinya yang lincah bak seorang penari. Ia piawai memuisikan apa saja, menyentuh ruang dan rasa yang sukar ditemukan dan memancing banyak tanda tanya, apakah bisa? benarkah itu?

mungkinkah? Baik, sampai di sini. Saya hanya pejalan kaki yang beruntung bertemu lebih awal dengan puisi-puisi itu. Ucapan apa pun yang saya keluarkan, tentu saja belum mewakili utuh pesona Pulang Ke Hulu. Saya mau berjalan lagi. Meneruskan pertanyaan-pertanyaan, warna rindu, getar rasa dan banyak hal lagi yang

xi

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


dari penyunting

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar diberikan secara cuma-cuma oleh Pulang Ke Hulu kepada saya. Terimakasih, Pulang Ke Hulu. Untuk Anda, pembaca yang budiman, semoga berkesempatan pula menikmati kerupawanannya, seperti saya.

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Selamat bertamasya gembira.

Sartika Sari

xii


prolog

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

S

ebagai karya sastra, puisi adalah sebuah wadah untuk berekspresi. Untaian peristiwa dijalin dalam kata untuk menggam-barkan fenomena, realita, dan realitas sosial kehidupan masya-rakat. Di samping fungsi estetis, kekuatan imajinasi dan keakuratan diksi dalam puisi mampu membuat kita menarik nafas sebagai tanda adanya keterwa-kilan perasaan. Setiap desah nafas adalah makna. Setiap desah nafas adalah wacana. Demikian Zulkarnain Siregar memaknai kehidupan. Rangkaian peristiwa dalam kehi-dupan sehari-hari direkam dalam buku kumpulan puisi dengan judul “Pulang ke Hulu� ini. Tema puisi antara lain tentang karutmarut sendi-sendi kehidupan sosial, budaya, dan politik dalam kehidupan bernegara. Semua dikemas dengan indah dan menyejukkan hati. Teduh dan bernas. Kematangan intelektualitas Lela Jingga -begitu ia kerap disapa- diekspresikan dalam puisi-puisi dengan nuansa kontemporer. Secara konseptual teoretis

xiii

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Pulang


prolog

PULANG KE HULu

menggunakan Paradigma Teori Kritis dengan kecenderungan untuk “membongkar” hegemoni dan selanjutnya melahirkan kontra-hegemoni. Diskursus dilawan dengan kontradiskursus. Puisi tetap ditulis dalam bahasa sederhana namun sarat makna sesuai amanat paradigma yaitu bersifat damai dan non-kekerasan. Persis seperti buku kumpulan puisi sebelumnya, buku kumpulan puisi ini juga diperoleh dari penga-laman sehari-hari. Puncak pencapaian “pulang” ke timur. Pengalaman hidup dan kegemaran bersepeda membuatnya lebih dekat dengan alam dan Sang Pencipta. Kematangan keperibadian melahirkan puisi-puisi dengan tema yang bertumpu pada hakekat hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan dengan ruang lingkup penyajian bertumpu pada masalah-masalah kosmos, metafisis, teologis, dan etis. Seperti biasanya, puisi ditulis dalam bahasa khas Lela Jingga dengan karakter yang kuat, halus, lugas, dan tetap kritis. Seperti candu, tiap puisi selalu memikat dan selalu ingin dibaca berulang-ulang. Semoga kumpulan puisi dengan semangat emansipatoris ini bermanfaat bagi kita semua! Medan, 18 Oktober 2014

Asmyta Surbakti Dosen FIB USU

xiv

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


daftar isi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

Dari Penerbit vii Dari Penyunting ix Prolog xiii

Sang Pengail rindu melayu awal merayu 2 masih jelas kudengar dialog lebah 3 ziarah waktu 5 sang pengail 6 mawar dari pakistan 8 ke mana anak laut? 9 puisi petani 10 selain enam lelaki itu 11 trah malam 12 ajarilah aku bunga atau kata, bukan senjata lelaki pertigaan di ujung kegelapan 15 lelaki pencerita jurung 16 kumbang hitam 18 musim laying datang 19 sepatu zaman 21 hm‌ tuih 22 nyawa 24 dompet bikin pesong 25 imaji 26 adakah seperti itu, bu? 27

xv

13

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Daftar Isi


daftar isi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dari pojok sebuah catatan harian 30 siapa melayuku 31 bukan cermin hendak retak 32 tsunami di tanah haiku 33 fatamorgana 35 ke mana merah putih? 36 syair tetangga 37 apa ini puisi? 38 kalau mei bukan waktu 39 topeng 40 ada plastik 41 vaya con dios 43 balonku ada lima 45 yang kucatat tentang pak tua 46 nyanyian pengangguran 47 benarkah ia penghulu kata 48 penantian 49 ketika pintu terbuka 50 bocah pengamen di perempatan 51 langit bernanah 53 korupsi buat rezeki 45

Sajak Alif di balik malam 56 berharap cermin tak retak 57 inferno 58 sajak alif 59 izinkan aku menyapa 60 alif lam 62 resam bubur pedas 63 malam seribu impian 65 satu dawai 66

xvi

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Balonku Ada Lima


daftar isi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kasih-Nya 67 kasih-Nya 2 69 kasih-Nya 3 71 kasih-Nya 4 73 kasih-Nya 5 74 kasih-Nya 6 75 sajak pendek 76 tabir 77 anak-anak malam selikur 78 jalan sepi yang sufi 79 batu 80 sajak para pencari malam 81 lukisan malam 82 wangi tak lagi menebar 83 mencari tepi 84 dalam urat nadi kuasa-Mu 85 kembali ke fitrah 86 zi_arah 87 jejak waktu 88 kau petik kuntum yasin, mala mini 89 raut kilas waktu 90 goring ubi, hujan dan unggun 91 makrifat 92

Pesan Ateh venue: sesaat pagi kotaku 94 tarianmu sinabung (akhirnya kumengerti) kalam toba 96 lao mamuro 97 simardan dan sampuraga 99 tingkap ranting di bukit hopong 100 losung aek 101 pagi di saba jae 102 sipirok dolok hole 104 lelaki dengan lentera 106

xvii

95


daftar isi

PULANG KE HULu

pesan ateh 108 ula kam ngandong *) 109 ziarah di atas tanah bertuah 110 kemarau kota tua 111 lengkuas 113 pulang ke hulu 114 pulang ke hulu 2 115 pulang ke hulu 3 116 pantun kota 117 dengan bahasanya ia ingin bercerita 118 lukisan masa 119 dongeng keadilan 120 akilah sama opa di ayunan ya? 121 waktu batau 122 lelaki perakit di hulu batang serangan 123 bukan karena puisi 124 gelisah hujan 125 ujung kabut 127 sepetak melati 128 sepedaku: puisi 129 seteguk, turun minum 131

Inang stanza malam 134 ingin kupanggil... amang 135 din... ini malammu 137 anak laut 138 inang 139 sadrah, hilang di gurun 141 (telah pergi) si oto na bisuk 142 tisu lila 144 surat dari ibu 145

xviii

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


daftar isi

PULANG KE HULu

melati di hati 147 bunga mayang 148 retak, kotaku retak 149 martir 150 lelaki pangguris hapea 152 anak jermal 153 anak jermal 2 154 episode lelaki pejalan kaki 155 edisi medan 159 sekilas petik di s 161 sengketa semu 162 umbu sang empu 163 dialog imaji 164 kupat tahu 166 puisi petani 168 pesan terakhir lewat bias air mukamu mengalirlah 170 hujan yang kamis malam 171 perbincangan malam 172 emak 173 dalam janji yang tak biasa 174 nanda‌ (si anak panah) 176 lelaki peniup sulim 177 tele 178 akila 179 hikayat pejalan 180 sajak itu 182 ardi 183 ardi 2 184

Selamat Pagi Puisi alegori 188 biduk tak berhulu 189 sajak para pencari malam kuin tujuh syair 191

xix

190

169

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


daftar isi

PULANG KE HULu

dendang ombak 192 berumah di kata 193 bulan jatuh di atas cawan 194 luka kata berkecai-kecai 195 merantau 196 merantau 2 197 merantau 3 198 merantau 4 199 merantau 5 200 merantau 6 201 merantau 7 202 merantau 8 203 merantau 9 204 merantau 10 205 lamunan hujan 206 bila bersepeda sudah di hati 207 ketika bulan bergincu dadu 208 derrida 209 tersangkanya: b a h a s a 210 rasta... rasta... rasta... 211 barangkali‌ 212 wek wek wek 213 barthes 215 barthes 2 216 selamat pagi puisi 217 rampak gurauan senja 218 dan pulangkan aku pada laut 220 jendela malam 221 malam tersipu malu 223 perkusi malam 224 pun 225 sajak n 226 little sun 227 catatan sebuah pagi 228 sajak itu 229 bongak di beranda 230 menulis langit 231

xx

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


daftar isi

PULANG KE HULu

dari jendela apartemen tua 233 percik hujan dekat jendela 234 puisi pagi 236 ke seberang 237 wangi jati pagi 238 jalan sepi puisi 239 beliabiolabiola 240 tarian pagi, nanti terik mentari 241 penyihir yang menyair 242 rindu berpeluh waktu 243 bangau pagi 244 secuil angan 245 pulanglah angin 246

Epilog 247 Tentang Penulis

251

xxi

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Sang Pengail


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

susur sungai riau ke hulu mencari asal bandar awal kampung rebah itu dahulu jejak istana sultan tinggal dari penyengat lalu ke bintan dengan biduk labuh ditambat titian isyarat melayu kuantan pepatah disusun di balai adat sejak dahulu malaka ternama puan dan tuan masih teringat walau melayu pemula bahasa marwah negara dijaga hormat sultan riau melancong ke johor mencari permata intan baiduri beribu pantun negeri kesohor perawi gurindam raja ali haji hulu riau hunian pulau beribu rumah berdiam puak-puak hulu tepak dan sirih pemula melayu adab dan santun perisai maju tanam bakau di selat panjang benih dibelikan para saudagar ingat melayu di tanjungpinang purna perangai adab berakar

pada masa-masa bersiar di tanjung pinang, 2011

2

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

rindu melayu awal merayu


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

masih jelas kudengar dialog lebah

seandai apa engkau meramu sarang? (.................................................. mencari ketinggian yang tak terjamah sesiapa nun jauh di ufuk lamatan para pejalan dan tualang yang hingarbingar dalam usil laku anak bertelanjang dada .....................................................) entah bagai apa engkau siangi siang (..................................................... kasih dari puan memimpin kami dalam sel sarang yang sebadan, tak pernah terabai oleh utamanya ratu, niscaya serbuk sari jadi madu di ujung waktu .....................................................) lalu hingga bagaimana kepal mengerang (..................................................... ketika sarang diserang terbang, lumatlah kan radang menabuh genderang perang di segala celah yang himpitkan petualang tandingkan lawan sanding segala kawan ............................................................)

3

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

seperti apa engkau mencari makan? (.................................................. terbang rendah di serbuk sari tanpa merusak putik dan kuncup puspa yang hendak mekar, di pagi juga petang yang pulang ke sel sarang ..................................................)


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar lalu kutanya setiap singgah, di sela-sela rute jalan setiap raga yang titipkan sebait epilog batin yang mendedah jiwa, masih merindu adakah lagi setiap suratan itu seperti: lebah? begitu tasyakur dalam bingkai sunatullah

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

hutan jati jagawana, 7 agustus 2010

4


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ziarah waktu

mengapa janji terpuji terus menanti helaian pasal gurindam raja ali haji akar melayu beribu pantun ini negeri seluruh budaya mengimbuh rasa hati pun aku mencari di tikungan sisi waktu yang pergi dibawa deru angin perahu walau palungpalung ikut merayu batu namun teguh meluluh ragu dalam rindu tanjungpinang 30 hari bulan sepuluh singgah kaki di makam asa menyimpuh segala rupa yang lalu niscaya seteguh tabiat kata selalu dengan jari sepuluh kapal merapat dari hulu riau yang dulu mencari pangkal sejarah teraju melayu tahan tiada lapuk ditelan waktu berlalu di penyengat itu tanda terlukis di pintu

31 oktober 2010

5

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lalu tetirah dan ziarah menemu masa gairah bahasa pengawal sua bangsa pada resam dan baiat gurindam ada ...nasihat agama sungai mengaliri kata


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sang pengail ada tekun yang ditabur

dalam setiap umpan dan sepotong asa nantikan

tiba melongok riak muka

air dan gemericik kailkali di sepanjang hulu wampu yang sejuk dan menghijau

tenang dalam wajah kali ini

lalu cahaya mentari mengintip petang dan menebar sabar

bagai menyulam mewarna pesona pada sutra lembut

tak berserat di setiap denyut waktu hadiri utuh diri pada setiap episode

renung yang panjang

detil kail yang coba kau

pahami hingga lalu lalang

kanak-kanak jurung depan

umpan yang menarinari oleh liku beningnya air telah memecah seluruh

gundah kalbu yang dalam melubuk tak berhingga

oh... kau ajari aku hidup dari semesta sabar yang

tak terbilang lalu padukan

6

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pada pinggiran rumpun aur


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

seluruh waktu pada bingkai yang bijak: "waktu adalah

air yang mengalir di kali

dan riangnya kanak jurung menikmati aroma bening

tak terlalu keruh oleh hijaunya

lumut di bebatuan setiap

dalam seluruh saku kailmu

kepulauan riau, 24 oktober 2010

7

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

rasa"

hmm... aku lalu menyurut


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

mawar dari pakistan

sedang usiamu masih belasan berjuang atas nama perempuan berjuang atas nama perdamaian bukan atas nama kekerasan bukan atas nama penindasan bukan pula kebencian bukan pula penistaan apalagi atas namanama tuhan apalagi atas nama keagungan lalu dengan senapan taliban mencari sasaran perempuan biarlah peluru senapan bersarang di jidat depan hingga ke tulangtulang punggung belakang biarlah peluru senapan menyerang perempuan hingga ke sendisendi perjuangan biarlah peluru senapan menerjang harapan hingga ke ubunubun pikiran dan perasaan tetapi, suarakan lantang perempuan adalah ibu yang melahirkan tetapi, antarkan suara perempuan adalah ibu semua perdamaian dalam pekik pakistan bukanlah taliban salam buat perjuanganmu, kawan malala yousafzay cuma satu kata " lawan " kekerasan dengan mawar bukan senapan

12 oktober 2012

8

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dari lembah swat suara itu teramat terang, kawan api dalam jiwamu tak hilang karena ancaman tekad membara lawan kezaliman para lelaki sorban kaum taliban dan para pecandu ayatayat permusuhan


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ke mana anak laut?

ke mana anak laut tak menyisakan suara kearifan tetua sekak resam sirih leluhur bangka? ke mana anak laut tak menyisakan mantra lalu tiada barang setapak mengusung cara adab bernama? ke mana anak laut hilang tak mengesan makna ungkapan kearifan puak perangkai tradisi upacara? ke mana anak laut yang kaya ungkapan budaya di tengah samudera berombak hilang dilimbur pasang masa?

22 november 2012

9

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ke mana anak laut tak menyisakan kata hilang tak berjejak dari tepak pusaka budaya?


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

puisi petani bau dingin menyeruak pagi menikmati embun jatuh ke bumi

bungabunga kopi sedang bersemi di bawah rindang pohon mahoni ia lelaki ditemani istri memulai harihari dengan puisi cerita tentang petani di kaki merapi lalu ia menuliskan padipadi dari tandantandan setanggi mulai menguning seriseri di setiap pematang hari musim panen akan tiba lagi puisipuisi mulai mewangi ladang di bukitbukit pagi diselimuti kabut halus memutih lagi dari selasar meja bersegi lelaki itu melukis pagi dengan puisi menanti panen padi datang lagi ketika panen kopi jadi janji

biaro-lasi, kaki merapi bukit tinggi akhir desember doeariboedoeabelas

10

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

di sudut selasar meja bersegi ada lelaki menulis puisi


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

selain enam lelaki itu

... malam ini, aku menulis itu ketika hujan mulai reda kopi hitam hangat sudah di atas meja ... selamat malam angela

2014

11

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sempat kau bertanya pada hujan yang tibatiba turun seketika siapa pemilik bulan di atas sana? "enam lelaki yang bermain leng di pos perempatan itu," desah ranting tua pohon mangga yang jatuh tepat di samping mereka


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

trah malam

lalu bulan pergi menghilang awan hitam jelangmenjelang mengurung malam dalam bimbang gerimis hilang hujan pun datang

2014

12

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ada bulan ketika gerimis datang malam bergurau pada bintang bulan tersipu malu di atas pematang ........................................... mengapa gerimis tak bilangbilang? ketika malam hendak melangkah pulang


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ada yang tersisa ketika lelaki bercerutu itu usai bercakapcakap tentang luka yang menyobek dada para pewari luhur bijaksana di tengah kerumunan rupa para pecandu nyawa yang terus ingin memusnah apa saja yang menghadang rasa lalu muntahkan kebencian pada setiap penjuru jendela agar cerita seperti ada saja yang tak sesuai kata. jalan jalan menjadi biang kerok carut marut nafsu kuasa para peneguk darah saudara yang tak pernah tahu apaapa oleh tingkah para pendusta bangsa yang gagah hanya karena senjata. padahal masih ada kata seindah bunga yang dapat menyejuk rasa mengganti duka dalam semesta derita yang terus melanda bangsa mengapa tak tafakur sementara agar aura dan benci membara reda tak lagi menumpah darah siasia di tengah pusara leluhur manusia

13

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ajarilah aku bunga atau kata, bukan senjata


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sebab bunga tak disemai di taman kata tak berkembang cemerlang dalam hati kepala anakanak periang di rumahrumah, tempat kasih direntang konon,di luar sana ....... senjata jadi perewang nafsu kekerasan tuk selesaikan setiap jengkal persoalan menangmenanglah senjata tanpa kata di setiap jendela luka siapa saja, pergi tinggalkan adab manusia dengan bunga yang mampu membuka mata hati buta

september, 26/2010 duka bertakhta di jiwa

14

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lalu, bungabunga berguguran hutan mengering dan gersang tanaman di ladang jadi layu sawahsawah tak lagi menguning hewanhewan meliar keluar kandang kota tak dialiri air dan sumber pangan bangsa padam, negara karam


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

di ujung jalan itu di pertigaan lampu trafick light di bawah tenda hitam legam ia mengayuh malam membawa kelam dengan tinggal seteguk kopi pahit pun ampas hitam sisa tadi malam ia menggelut dingin dan sepi yang bercampur abu rokok dan lumpur sepatu perempuan tak berperawakan penjaga bulan di sadelsadel tua yang berdenyit terang melantun simfoni perang taruhkan hidup tanpa tidur panjang terjaga bersama embun menyelimuti pinangpinang sepanjang trotoar jalan ternanti orangorang singgah dan belas yang entah bagaimana mengulur kocek selembar demi selembar menyeduh air hangat perawat dahaga dari pekatnya dingin menusuk tulang malam merangkak menjemput awan larut membawa ngilu yang singgah perlahan di lengan biar tak sadar mata ingin terpejam angan melayang saku pun digerayang hilang tinggal kertas utang terlilit di celah malam bersama harapan yang terbang melayang lelaki penjaga malam hilang dalam kegelapan

2011 seraut malam di pertigaan jalan listrik medan

15

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lelaki pertigaan di ujung kegelapan


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

petang itu tak jadi kelabu walau tabiat desember awan selalu membalut langit biru pada sampan pencari ikan di huluhulu bersama lelaki pencerita yang menyulam rindu di ujung sungai wampu terbayang lelaki tua penggali pasir di atas air merakit bubu dari bambu bertelanjang dada menunggu waktu lubuk di aru jelajah jurung ikan gaharu petang menudung langit biru lelaki pencerita jurung terus menanti bubububu disusun di tepi sungai wampu langit meredup lelaki tua bertelanjang dada pergi ke hulu menabur bubu di sepanjang tepian bambu seraut batang hanyut dari hulu jurung masuk ke bubu gelepar rindu melihat wampu malam pun berlalu

16

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lelaki pencerita jurung


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ada rindu pada lelaki pencerita jurung di ujung bubu di tepian wampu di sepanjang rumpun bambu

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

2011 buat sahabatku aryo si perindu jurung di metateater riau

17


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kumbang hitam

kali ini kau tak ingin pergi ke hutanhutan jati yang luas di ujung pulau ini sebab langit pagi telah mengirim rindu pada sepi harihari ini kau akan menemukan hati harihari ini kau akan memilih janji harihari ini kau akan kembali menemu kesejatian diri dengung sayapmu menyentak hening ketika suarasuara hampir tiada ombak laut pun seperti mengerti jalanan sepi, rumah bagai tak berpenghuni desau angin yang menyapa dedaun pun telah pergi semua kembali mencari diri semua mencoba ke kesejatian hati dari perjalanan yang hampir tak hentihenti kumbang hitam lalu berhenti di pucuk tiang selasar sebelah kiri sembunyi dari matamata yang memperhati lalu melebur seluruh diri dalam sepi kumbang hitam tak ingin pergi walau ada warawiri di hutan jati ujung pulau ini ia teguhkan hati pada harihari yang sepi pada harihari ia sempat menemukan diri walau itu jalan sepi yang tak dimiliki pemilik janji walau ia harus sembunyi biarpun gagah berani

2013 refleksi bagi pemilih jalan sepi

18

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

menari... menarilah dengan sayapmu berputarputar di selasar jendela rumah tua menyusuri tiangtiang berkayu cendana hinggap, lalu kau mencium harum kayu penyangga kudakuda


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

musim layang datang

sayang... musim layanglayang datang ayah pasang gelas benang batang ke batang pohonpohon pekarang belakang anakku sayang sayang... musim layanglayang datang raut rangka bambu direntang sendaren dipasang angin kencang di bukit seberang anakku sayang sayang... musim layanglayang datang anakanak bertandang bermain tambang menanti layang putus benang anakku sayang sayang... musim layanglayang datang langit petang berbintangbintang warnawarni seperti kembang anakku sayang

19

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sayang... musim layanglayang datang mari bermain riang di tanah lapang dekat ladang kacang anakku sayang


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar sayang... musim layanglayang datang cepatlah pulang dari seberang ayah rindu petang bermain layang di tanah lapang dekat ladang kacang anakku sayang

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

04 mei 2013 ketika musim layang petang

20


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sepatu zaman

tak lelah ia menguliti hari menempuh aspal, batu cadas, cari pagi yang rupa hijau menawan hingga malam kelam tak berembulan. dari langkah kaki kanan ke langkah yang tak terhitung hingga kapan pulang tanpa hati yang rawan langit mengucur hujan, tapak tetap berjalan terik membakar badan lalu menyalin dalam kerinduan hingga debudebu melekat jadi buram tak ia pedulikan yang membawa jalan... tak pula ia menghitung langkah seberapa jauh ke depan lalu menoleh lagi ke belakang mengulangulang jejakjejak yang pernah ia sembunyikan untuk memakna tandatanda kehidupan setiap pagi datang kakikaki sang tuan ia sematkan tiada cedera dari onak, terik dan deras hujan dari benturan ruang tak beraturan menulis jejak setiap perjalanan dengan tinta debu yang berlepotan yang menanda jalan... sepatu tua warna hitam walau buram karena debu perjalanan engkau tak hilang sebab zaman yang membawa sang tuan dengan segala angan dari setiap catatan perjalanan yang tak lekang di perjalanan...

2013 buat: amang parhuta tinggi pembuka cakrawala pencerahan dari catatan perjalanan yang tak seberapa angan

21

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

yang membuka jalan...


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

hm... tuih buatmu: mata dan telinga

seorang janda bercerita tentang kuli tani yang papa tak punya sepetak tanah menumpang di setiap musholla tak dibayar hingga kering keringat di dada ini kata yang tak berkiaskias tak pelak pula lugas tapi.. gemuruh dada menikam langit agar dunia membuka mata pencuri nyata adalah kalian pemilik kuasa sajak pendosa dan cecunguk tuan tanah merampok suarasuara hingga ke dusundusun jendela dunia orangorang gelap merayap membekap sayup suara hilang dicerna lapar seketika

22

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kupetik nada minor mengiring alun sajak menghentakhentak membakar dada tetiran dan pemimpi siang bolong hingga senja


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

langit mulai menetas hujan kelak ia menjadi ludah dan lidahlidah berseliweran jadi tugu persembahan di papanpapan iklan wajah penyamun disangka pahlawan kupetik nada minor sebab telinga tak lagi jaga sebab suara tak jelas apa ludah ke langit terkena muka menjilat ludah itu soal biasa

7 hari bulan juni 2013

23

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kupetik nada minor walau tanpa sajak para pendosa tanpa membakar dada sejak tanah ini raib tak bertuan .... sejak negeri ini centang perenang siapa kuat dia mengekang


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

nyawa buat: penyair jalan sunyi puisi tak bernyawa kalau cuma katakata

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

puisi tak bernada kalau cuma tandatanda puisi tak bergema kalau cuma ceracau penyair belaka puisi sebentar lagi akan mati bila ia behenti dari imaji pusi milik waktu dan semesta nyata akan bernyawa ketika berjejak di buana

22 juni 2013

24


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dompet bikin pesong

kalau dompet ada bolong amarah jadi tak tertolong muka pun peyangpeyong pikiran mau pesong biar tadi dompet lewong dicopet tukang garong tapi hati jangan gosong akal terus didorongdorong kalau dompet bikin pesong buang pesong cari sokong kalau sokong suka gonggong jangan nyolong siang bolong kalau dompet juga serong jangan diam bengangbengong buka jurus tangan kosong raba kantong bodongbodong

tentang dompet (dari seseorang) 12 oktober 2013

25

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

saban dompet sedang kosong datang dongkol bolongbolong cakapcakap suka bohong suarasuara seperti kong


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

imaji

kubiarkan imaji melayang menemu bayang-bayang yang sempat hilang tentang siapa malam tanpa rembulan tanpa perempuan lalu tangan meraih kalam menulis angan-angan memeluk harapan tentang malam-malam tanpa rembulan tanpa perempuan namun... malam oh cuma sampai dituliskan hanya hadir dalam bayangan di atas kertas-kertas buram dekat gordin jendela depan ini lukisan kisah malam kulipat-lipat jadi sampan biar harapan dan tulisan hanyut ke tengah lautan tanpa rembulan tanpa perempuan

2012 selamat malam rembulan selamat malam angan-angan

26

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ingin kutulis malam tanpa rembulan tanpa perempuan di atas kertas buram dekat gordin jendela depan


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

adakah seperti itu, bu?

lalu perlahan tumbuh nilai dalam sanubari ini tunas-tunas muda menjadi kuntum kejujuran keikhlasan kerendahan hati dan pengakuan diri sebab apa? cahaya kekuatan asa ada padanya dalam balutan rasa mengalir jernih dalam jalinan waktu yang begitu.. engkau dendangkan rebana agar kubermain dalam anotasi dan angka-angka pada kehangatan kelas-kelas matematikamu yang kaulantun dengan anggun hingga tak terkira pikir yang tumpul ini jadi terbuka sebab kutahu engkau ingin suatu ketika tajamnya pikir ini tak tergadaikan oleh kecamuk rasa yang membungkus suka atau duka

27

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

engkau ajari hatiku dengan asih puisi-puisimu yang penuh jiwa lagi peka dalam kelas-kelas sastra itu


Sang Pengail

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar juga.. sebab kutahu engkau ingin rindumu pada logika benar mewujud nyata untuk ini negeri tercinta

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bukit tinggi, 28 desember 2011

28


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Balonku Ada Lima


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dari pojok sebuah catatan harian

bu… pahami aku tentang sebuah kebenaran walau itu seperti kunang-kunang di kegelapan. andai kubisa jadi martir untuknya bu… perlakukanlah aku pada kasih kepedulian walau kulihat kesenjangan adalah bencana dari kemanusiaan kita yang semakin hari makin mengubah wajah menjadi buas bu…!

awal maret 2010

30

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bu… kenalkan aku pada rindu yang berbuat tentang ketulusan walau kutahu itu akan menyulitkan bagimu dan bagiku


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

siapa melayuku lalu aku mencari tahu dari rumpun-rumpun bambu yang rimbun di gunung-gunung batu tempat aksara ditulis pada pelepah kayu dan tangkai daun-daun di belahan waktu

lalu aku mencari tahu pada semua tarikan garis yang pernah ada di bingkai ornamen kayu yang menghitam pekat dilapisi waktu sebelum prasasti diukir pada batu-batu benarkah itu ibuku? lalu siapa melayuku yang kunjung tahu berabad-abad lalu datang menegur sipu dari rahim seorang ibu menurunkan aku lalu siapa melayuku yang bersenandung merdu membujuk rayu dari masa-masa yang tiada ragu persuntingkan ibu bagi melayu anak-anakku siapa melayuku? ibu yang menurunkan aku ibu yang menurunkan anak-anakku

4 agustus 2010

31

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

benarkah itu ibuku?


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

andai kata hendak disangka mengapa aksara sepi disapa. lalu sudikah makna hendak diduga bilamana kata tak turut menyerta kadang cerita tinggal di pustaka-pustaka jarang dicerna jadi kelakuan yang nyata padahal moyang ajarkan luhur sediakala bukan masa yang pergi tinggal sisa usia biar masa membentuk jiwa perkasa tapi bukan bimbang puncak berjaya kalau kelak ingin jadi bangsa berjaya mengapa warga tak luput diperdaya terkesan cerita tentang saijah dan adinda oleh kisah max havelaar seorang belanda membetulkan harkat rakyat manusia semata walau susah sengsara menghadap wilhelmina

26 september 2012

32

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bukan cermin hendak retak


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ketika musim semi tengah merona ia tiba tetaskan duka negeri sakura dan mata ikan dipenuhi air mata tatkala kaki-kaki samudera mengejang retak kerak bergerak jejak meregang mengayun-ayun honshu dan jejali petang dengan lantunan nan mendendang awal sua kesekian kali itu. lalu, mencegat siang dalam ruang-ruang keseharian jadi gagu begitu lengang dan mengecutkan jiwa-jiwa meminta sekejap masa antar gumpalan cair menyurut tinggal larut dalam lekuk lempeng melesak rekah pada dendang nan berpeluk panjang ambang gelombang tak berhingga. mata tertumbuk pada berita layar kaca seketika risau dalam petaka berulam luka datang begitu tiba-tiba di tanah air sajak haiku,yang kunikmati pagi di dunia maya dan kisah para penyair-penyair melegenda iga singgasana basho menguncup kuntum kuntum kata nan mekar pun wangi merias larik-larik sajak empat haiku saat ia lukiskan tokyo itulah edo pada bingkai-bingkai kredo bertabuhkan gelombang dan nyanyian leluhur dari hamparan samudera bawa gemuruh meluruh menggunung-gunung riuh rendah seperti bukit tanpa nama lalu memangsa apa saja yang tak terkira dalam hitungan kekuatan akal manusia hampiri saat asal hikayat bumi semesta hingga selokan gempa pesisir samudera kini tsunami tak membuatku luput merindu haiku dalam empat musim membiru sendu

11032011 disalin 15032011

33

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tsunami di tanah haiku


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar catatan :

musim semi mata ikan dipenuhi air mata bukit tanpa nama

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

(petikan dari haiku matsuo basho)

34


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

hiruk pikuk suara rakyat tapi bukan suara tuhan ingin belenggu kezaliman seakan revolusi di tangan tapi timur tengah dan afrika cuma berpindah tangan dari tuan-tuan feodal bakal ke tuan-tuan kapital lalu atas nama suara rakyat genderang revolusi seolah berdentam-dentam. silaukan dunia picingkan mata semesta bukan karena negara sejahtera tapi pembagian tak merata ayo mari bagi timur tengah dan afrika agar rakyat bisa dipanggang di atas nyala-nyala minyak keperluan eropa dan amerika siapa bilang tuan-tuan kapital punya rasa manusia kalau lihat minyak menyala dari timur tengah hingga afrika? siapa bilang tuan-tuan feodal tak ingin tetap kaya walau jadi pecundang dalam istana kencana? cuma pembagian tak merata seolah demokrasi datang menyapa lagi-lagi fatamorgana

2 maret 2011

35

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

fatamorgana


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tak kulihat lagi merahputih di loronglorong itu tegak dan berkibar menghela rindu getir di bibir pada rupa dan rasa yang menjaga setapak jiwa walau, tinggal cibiran yang memoles luka di dada tak kudengar lagi ada senandung berkata bedil dan selendang sutra dari radio tetangga, sayup-sayup membakar jiwa, menjaga patria sekujur nusantara menghalau penjajah dan penjarah ini perut negeri malammalam pun begitu dingin, tak lagi hirau pada luka tanah, luka air, luka rasa, luka jiwa pada bangsa yang menganga tinggalkan tega di loronglorong itu dan tiangtiang tegak tanpa malu pada merahputih merahputih mati suri, jiwajiwa lalu dikebiri dirundung cacimaki yang tak hentihenti, seolah ini negeri tiada mampu berdikari, menemu diri lalu jadi negeri sejati. ke mana merahputih? telah pergi tinggalkan ini hati?

18 agustus 2011

36

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ke mana merahputih?


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kalau hendak memberi tanda di camar bulan dari tetangga persilah kata mengawal muka tepak bersirih pertanda buka tidak melayu bila tak menyapa mengapa tetangga begitu tega ganti peringgan asal suka-suka tanpa pertimbang jiwa saudara sudahlah ligitan hilang di mata tangan menggapai tak bersua tiba camar bulan jadi perkara ulah tetangga seberang sana biar perahu berlabuh di malaka selatnya lapang tak bedermaga kalau niat hati terus bertetangga balikkan pancang ke asal semula mari bersama sisihkan rasa duka rancang cara tangan lalu terbuka tidak memanas oleh nafsu belaka sebab melayu tahu rupa menjaga biar pemimpin suka berhadap muka baca sejarah indonesia - malaysia adat melayu merata di mana-mana mengapa rumpun elok tak terjaga

13 oktober 2011

37

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

syair tetangga


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

apa ini puisi? menangislah bumi papua api meletup-letup di mana-mana membakar dada dalam durjana para lelaki tak urungkan niat lepaskan perempuan lepaskan anak dari hajat yang jadi murka

ya rabe soren do reri menangislah di bumi papua sebab terasa sekian lama tanah entah jadi milik siapa? para lelaki berkoteka yang bertelanjang dada hanya tinggal dalam nama-nama hanya tinggal dalam nada-nada sesungguhnya papua milik siapa?

17 juni 2012 petikan syair lagu dari papua: apuse

38

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

apuse kokon dawo


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kalau mei bukan waktu

di awal itu ada peluh di tubuh akulah buruh tenaga sepenuh, negeri tangguh tapi hidup belum penuh seluruh ... kalau mei bukan masa mengapa tak membaca tanda tiga anak manusia utama sidharta, muhammad dan isa berjumpa di waktu yang sama membuka mata penerang cahaya dunia ... kalau mei bukan jalan cinta mengapa ki hajar dewantara sudah terlupa? kalau mei bukan pintu rahasia bagaimana bisa wiji dan kawan-kawan tak tahu di mana? ... jangan ada dusta di antara kita biar mei tak cedera biar mei tak menyapa dari masa ke masa mengidap amnesia

14 mei 2014

39

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kalau mei bukan waktu mengapa hari-harimu bisa begitu? kalau mei bukan rindu mengapa kisah kasihmu bisa bertemu?


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

topeng ada di mana? ada di mana-mana ada di rumah-rumah ada di kantor-kantor ada di perkumpulan ada di acara-acara ada di sekolah-sekolah ada di jalan-jalan ada di taman-taman ada di dalam tulisan ada di ruang pagelaran di unit gawat darurat topeng itu wujud maya tak wajah sesungguhnya pasanglah topeng biar di rumah-rumah biar di kantor-kantor biar di perkumpulan biar di acara-acara biar di sekolah-sekolah biar di jalan-jalan biar di taman-taman biar di dalam tulisan biar di ruang pagelaran biar di unit gawat darurat muka-muka jadi dasamuka bak musang berbulu domba

terinspirasi dari profil seorang teman 21 agustus 2012

40

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

topeng


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ada plastik

di ruang tamu: orangorang berbicara dengan mulut plastik menjelma tandatanda plastik menanti waktu plastik kadang keluar katakata plastik terdengar makna plastik kalau diucapkan suarasuara seperti gesekan plastik di televisi: tayangan iklan bergaya plastik beritaberita kota dan dunia dikemas plastik penyiar pakai lipstik dan warna busana plastik sinetron menyulap tematema plastik interaktif pemirsa dan tv dengan kata plastik isi ceramah seperti lapislapis plastik tiba berbuka kudengar plastik bersukaria sebab orangorang tak lagi bertandatanda plastik mengganti mulutmulut plastik dengan selera plastik tak berkatakata plastik suarasuara mulai sepi dari plastik

41

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

di meja makan: cangkir plastik, piring plastik sambong plastik, sendok plastik lepat bungkus plastik, roti balut plastik nasi bungkus plastik gulai ikan plastik teh manis dingin plastik


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar giliran plastik bersuara manis dingin dituang ke cangkir plastik sayur diaduk sendok plastik nasi digilir ke piring plastik tangan dibasuh kobokan plastik buka puasa tak berisik

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

20 juli 2013

42


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tak ada cahaya pada langit sejak senja itu lelaki kembali ke perburuan menjejak kesejatian mencari pengakuan di jalanjalan penuh kawat berduri karungkarung pasir watas teritori bertaruh untuk sebuah negeri walau harga diri diuji berkalikali tahrir adalah saksi bedil menyanyi amunisi yang menarinari genderang perang mengiringi tarikan nafas urat leher saudara senegeri vaya con dios vaya con dios bukan... bukan untuk kekasih yang akan pergi meninggalkan ini negeri tak ada suara azan pada kubah mesjid sejak senja itu perempuan kembali memeluk dingin mencium bau mesiu berselimut langit yang berdebu dan banjir darah saudarasaudari sepupu tangis seperti tak bersuara lagi ratap jadi larik syair fatima naoot melepas anak lelaki memanggang dendam dalam sekam senapan seperti patriapatria mediteranian

43

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

vaya con dios


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar gagah mengawal nil dan sahara untuk atas nama negeri alexandria vaya con dios vaya con dios bukan... bukan untuk kekasih yang akan pergi meninggalkan ini negeri

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

24 oktober 2013

44


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

balonku ada lima bentar lagi bagi-bagi kaos

warnanya ramai sekali

lebih dari "balonku ada lima"

warna hitam punya panitia

selebihnya pilih mana suka

warna putih milik siapa?

boleh dipakai di rumah saja

...ssstt..kalau keluar, nanti bahaya

22 april 2014

45

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

rupa-rupa cerita ada di sana


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

yang kucatat tentang pak tua

kini ia telah tua semua katakata dijadikannya senjata semua bahasa dididiknya jadi bala tentara segala kebijaksanaannya jadi benteng kuasa seluruh kecerdasannya melekat pada dayang-dayang istana lagi-lagi dia lupa segala itu bukan lagi dirinya segala nama akan segera sirna semua bahasa meracun setiap tanda semua kata jadi berbisa ketika ia berbicara untuk atas nama budi bahasa

13 desember 2013

46

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

semakin tak yakin aku dengan nama kata orangorang seberang dulunya ia penghulu kata bahasanya mendunia kelakuannya bijaksana kecerdasannya terdengar ke mana-mana


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

nyanyian pengangguran (buat para tuan tanah)

beri aku setapak lahan boleh kaupinjamkan biar kutanam segala harapan esok tumbuh tanaman pepohonan padi, jagung, ketela dan kacang-kacangan sawi, bayam, cabai dan bawang beri aku kesempatan jadi transmigran ketika orang-orang memilih urban agar aku merasa tak dibiarkan turun ke jalan cuma jadi demonstran bayaran tuan-tuan yang punya kepentingan beri aku jalan menghijauhijaukan tanah harapan dari kemalasan dan angan-angan jadi "bangsawan" dengan berpangku tangan

25 september 2014

47

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

beri aku setapak lahan boleh kaupinjamkan akan kubuang semua angan-angan mimpi hidup tanpa pekerjaan cari makan mengemis di jalan


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

benarkah ia penghulu kata

kini ia telah tua semua katakata dijadikannya senjata semua bahasa dididiknya jadi bala tentara segala kebijaksanaannya jadi benteng kuasa seluruh kecerdasannya melekat pada dayangdayang istana lagilagi dia lupa segala itu bukan lagi dirinya segala nama akan segera sirna semua bahasa meracun setiap tanda semua kata jadi berbisa ketika ia berbicara untuk atas nama budi bahasa

2014

48

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

semakin tak yakin aku dengan nama. kata orangorang seberang dulunya ia penghulu kata bahasanya mendunia kelakuannya bijaksana kecerdasannya terdengar ke mana-mana


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

andai janji itu seperti bulan ingin memberi bukti seperti malam ini tersenyum pada bumi gelap telah terganti cahaya membungkam sepi harapan tak lagi ilusi ... mungkin setiap hari aku ingin menunggu janji mungkin aku menanti embun yang tak sempat pecah oleh mentari mungkin aku tak ingkar hati padamu negeri ...

2014

49

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

penantian


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ketika pintu terbuka... masih kudengar kicau burungburung yang hinggap di dahan jambu dekat jendela

masih semerbak bunga jambu menyeruak dari kuntumkuntum hijau jatuh di dendang angin malam masih terasa dingin yang tersimpan dalam ketiak pepohonan ketika embun menyelimut sepanjang jalan masih samar terbayang bukit barisan ditutup kabut cahaya pagi menjulang di padang terbentang masih sempat kurasa rintikrintik hujan yang membasahi jalan rumahrumah kampung ke pasar pekan masih kutulis kegembiraan esok pagi segala harapan kan terulang indera kehidupan terus merasakan

15 juli 2013

50

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

masih kulihat bulir embun pada lidah dedaun mengulas cahaya bening ketika cecah menjejak ranting


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bocah pengamen di perempatan

sesaat aku terpana iba menggelora seluruh dada kutaksirtaksir usiamu barulah seberapa begitu kauyakin hidup adalah taruhan nyawa untuk sesuap nasi karena ibaiba dengan sepicis recehan sisa yang kaucoba senandungkan pada setiap larik orangorang gila lalulalang siang hampiri petang membentang di setiap simpang namun aku tak percaya itu garisgaris jalan begitu kau hapal, seperti hapal akan petikan dawai yang kau taruh cup aqua di ujung senar gitar seada, kau sandang ke mana-mana lalu rautraut para pengiba kau paham pula seperti paham tentang nasib mencampak kau ke jalanjalan, atas nama kemiskinan apa saja tanah orang-orang pinggiran kota bocah kecil pengamen perempatan, riwayat tak cuma di jalanjalan siapa yang menjaga bulan ketika malam? tiada masa manja seusiamu, kawan bocah kecil pengamen perempatan, kau cermin kemunafikan pembangunan retak di serambiserambi peradaban jiwa penuh keangkuhan tanpa pertobatan

51

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

jemari lentik menarimenari di senar dawai gitar aluni senandung kidung bocah penjaja nada perempatan pondok kelapa


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bocah kecil pengamen perempatan, kau adalah kurikulum pendidikan buat anakanak gedungan yang cuma menumpang kebesaran atas nama kekuasaan

12 april 2011 perempatan pondok kelapa ringroad asrama medan berlabel metropolitan

52

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bocah kecil pengamen perempatan, kaulah saksi keadilan yang lenyap di jalanjalan kebenaran dan perjuangan atas nama kemanusiaan lalu tinggal cuma dalam hapalan janji klise anak sekolahan


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

cahaya kunangkunang jatuh di sudut meja hilang redup hilang redup blap... tak tahu hingga kapan mejameja itu berkilau kunangkunang hilang ditelan kegelapan malam terlentang mengerang panjang di atas pematang jalan pulang telah berkalikali ditikam keangkuhan darahdarah peradaban menetes sepanjang jalan kekuasaan seperti ingin menerkam kekuasaan seperti ingin meredam suara alam yang datang dari delapan penjuru mata angin langit terkoyak oleh sayatan benci luka mulai bernanah kunangkunang hilang sepanjang perjalanan pulang hilang redup hilang redup blap...

0.47 11 oktober 2013

53

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

langit bernanah


Balonku Ada Lima

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

korupsi buat rezeki

untung ada korupsi lagi marahmarah ada sasaran yang dibenci untung ada korupsi hargaharga tinggi diamdiam diamini

2014

54

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dengan korupsi bisa membeli kursi dengan korupsi gampang mencaci maki dengan korupsi jenjang karier jadi tinggi dengan korupsi kursi lawan bisa digergaji dengan korupsi wuih... katakata pun jadi puisi


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Sajak Alif


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

di balik malam larutmu malam membuka makna pada kalam Tuhan

ketika rindu lalu membasuh laku masih ragu mencari tahu dalam hening yang mengirim kata mengapa jeda ikut bermakna setiap kalam lahirkan simponi malam isyarat Tuhan membuka jalan selamat datang para halimun malam menanti ilham dalam peraduan yang kesekian

10 agustus 2010

56

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sebab sepi adalah relung tahajjud waktu yang menunggu


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

malam ini ia tiba-tiba menggelora dalam dada malam kedelapan puasa bulan di atas sana tadarus jam dinding pun kian mengecil tergantung di sudut mimbar langgar yang pernah hadir dalam nadi ingatan lalu aku bersimpuh pada sajadah langit asa di tengah-tengah ruang hening para pewirid kalamullah, ia penuh suka mendendang tajwid hilir mudik irama lembut mengalun dari mulut-mulut wangi kasturi para belia lalu berseru ingatkan aku ketika itu tak sedikit rupa pun tampak mata-mata para pembaca ayat lelap lalu terkantuk oleh hunian malam membalut simfoni ramadhan menyanyikan raut demi raut dan meninggikan ritus bacaan ayat ilahi lewat harum malam menyembul dari bubungan rumah-rumah beratap rumbia dan lampu sentir memecah gelap dari hulu ke hilir yang kian di ufuk-ufuk dini ketika jiwa bertanya pada diri "maukah kemari menegur hati yang dulu sempat membatu lalu pergi menjauh dari-Mu?" sebab petaka kepura-puraan sebab bencana pengingkaran batin dalam bayang-bayang zahir

7 agustus 2011

57

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

berharap cermin tak retak


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

inferno masih lelaki itu berdiri di atas sampan memotret senja apa saja lewat warna bianglala

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

aku tertegun dalam diam pun langit jadi malam malam yang menyimpan lelaki itu pada keilahian masih lelaki itu hilang di tengah kegelapan tanpa bayang-bayang sampan kehidupan

4 juni 2012

58


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sajak alif ia datang dari alif...

dengan mengulang suara

dengan mereka kata-kata lalu belajar membaca

alif dua di atas an

tanda menyulam nada alif dua di bawah in

suara memandu irama alif dua di depan un

bunyi-bunyi jadi rima dengan bahasa tak biasa

qur'an turun buka semesta

tujuh belas hari bulan puasa

beri isyarat pada siapa-siapa

yang membaca tanda-tanda

alif... ada dalam setiap suara

alif... ada dalam setiap nada

alif... ada dalam setiap irama

alif... jadi kuasa makna kata

tapi bukan tanda-tanda baca

6 agustus 2012

59

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dalam bahasa tak biasa


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

izinkan aku menyapa

(dalam tanya yang tak henti-henti) siapa kau..., siapa kau yang entah ke berapa kali ingin kuingat, ingin kuingat aku tersungkur... dalam sekali dalam zat-Mu hening malam lalu yang membuat aku ingin bangkit, hanya karena-Mu izinkan aku mengendap-endap perlahan mencari suara sayup-sayup petikan dawai sitar anoushka shankar yang sempat terekam di memori kiriku ketika aku mengenang ayahnya dan suara merdu mengalun rendah mengawali "beloved" , petikan sitar merawat imajiku lalu ke tanah India berhayat pada gandhi, sang ahimsa tanpa kekerasan walau di tengah konflik aku kembali mencari mencari suara-suara sitar suara-suara dari table

60

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

hening hening membawa aku ke langit malam, malam yang meneguh kelam melayang-layang tiada seimbang


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

21 maret 2013 terinspirasi dari musik “beloved� anoushka Shankar buat sang mestro: shree ravi Shankar (legendaries sitar)

61

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

suara-suara djembe suara-suara bansuri veena, cello dan perkusi lalu " beloved " pun sayup-sayup hening hening pun membawa aku ke langit malam malam yang meneguh kelam melayang-layang tiada seimbang


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

alif lam

kalau lampu itu padam tangan tak lagi berpegangan telah datang kelam telah membawa kau atau aku diam dalam tawanan pikiran yang tak karuan mata tak mungkin terpejam oleh risau silang persengketaan kata, perbuatan dan perlakuan

malam keenam puasa 21 maret 2013

62

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kutunggu kau di sudut jalan lampulampu masih terang rumahrumah masih terbuka lapang anakanak bermain riang di halaman tak berpagar dan bertiang kampung sedulur dan seperinggan


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

resam bubur pedas

ade pule bubur pedas puase campur anyang..sodap kurase lupe sesaat.... sholat pun tibe bile tak salah itu khas tetangge wangi nian rencah ketumbar daun kentutan jadi tak hambar merica hitam, jinten dan adas nikmat arome, manis pun pedas kelape parut elok disangrai kol diiris laluken setangkai serai berbuka puasae kian pertame ingat cerite hikayat si lebai hulu dan hilir tak jua tercapai kangkung potong tipis-tipis sepinggan rebung mude direbus bila sedih usahlah menangis ramadhan datang dusta ditebus cabai merah elok diiris-iris mentege saus pakis ditumis tibe berbuke nafsu meringis makan pun minum laris manis

63

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

alamak... pucuk dicinte... ulam pun tibe biduk dikayuh tanjung benoa puase pertame nak lalu jue cari berbuke di mesjid raye


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ditambah pule sayuran lain kol, kapri, daging dan kecepe amboi... siape tak kenal ini? bubur pedas dengan segale ciri

buka pertama ramadhan 1433 hijriah 28 Juli 2012

64

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bawang putih, bawang merah oyong, daun kunyit juge halia pasang janji bile buke bersame bubur pedas ade di setiap istana jamur merang, kacang panjang tahu putih, kecambah, selasih bila datang waktu sembahyang dahulukan isye sebelum tarawih


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

malam seribu impian melarut aku dalam asma-Mu mendaki aras nun tinggi di atas membawa tubuh durhaka dengan selendang durjana

tak berbekas (lailatul kadar) lalu apa daya biduk hendak ke samudera-Mu mengarungi gelombang impian menjemput malam malam malam seribu bulan padahal waktu terus berlalu kian tangantangan masih bersekutu dengan kutukan (lailatul kadar) hening malam kurentang dalam pangkuan menenun jalan ke rumah-Mu yang selalu terlupakan padahal waktu sudah jauh di depan tinggalkan aku dalam malam seribu impian (lailatul kadar)

17 ramadhan 1434 H

65

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

hilang... hangus...


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

satu dawai

ingin kupetik sekuntum bunga sedap malam yang kau tanam di kitar halaman depan buat kusemat di ujung nada yang mengisi sisa malam bulan hampir terbenam ingin kupetik satu kutipan dari puisi renungan yang kau salin dekat jambangan ketika malam hendak beranjak dari kebisingan kelam yang menghempang hatimu jadi pualam biarlah dawai biarlah bunga sedap malam biarlah puisi renungan memainkan irama di pentas suara malam tak terikat rima tak terikat pesan tapi yang ini kita masih bertatapan walau janji cuma rekaan betapa malam bukan untuk bergumam katakata berseliweran tak bertanda buat langit yang diam tak bermakna pada bulan yang akan tenggelam di tengah kabut hitam jendela pikiran

2012

66

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ingin kupetik satu saja dawai dari gitarmu untuk mengisi malam yang kau sebut malam panjang walau tarawih selang berselang


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kasih-Nya

hujan ia tafsir dalam kasih Tuhan yang menetas dari awan yang mengguyur pepohonan yang tertampung dedaunan biar hijau mewarna padang hujan ia perlakukan bagai mukjizat alam yang menumbuh benih kehidupan yang menyemai akar tetumbuhan yang menjaga keseimbangan dari kemarau yang mematikan hujan ia rawat setiap datang puji syukur atas nama kehidupan menjaga rerumputan menjaga pepohonan menjaga dedaunan tak layu segera menjemput pulang padahal ia bukan lelaki sarungan yang meradang atas nama iman melafaz nama Tuhan lalu menolak hujan mengirim kemarau mendadak datang buat rerumputan menguning kering buat pepohon terpanggang, tak tertahan

67

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ia tengadah ke langit berharap hujan sedikit membasahi rerumputan yang menguning kering di padang kembara


Sajak Alif

PULANG KE HULu

buat dedaun kering terlepas dari dahan hijau pun seperti buih di tengah lautan ia lelaki di tengah padang memohon hujan dalam bahasa terang hujan datang, kasih-Nya menjelang tetumbuhan nan riang berdendang sebab ia tak mengutuk hujan langit di atas sana jadi pujian yang berulang walau bandang menyerang terjang

30 juni 2013 taman beringin medan

68

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kasih-Nya 2

dari sol, tapak-tapak pun sarung ia mengenal kasih yang agung lewat tangan orang yang datang sekadar memberi tanda esok masih ada nubuat peruntung sekadar memberi tanda badan nan tahu diuntung ia tak pernah bertanya pada siapa nasib harus ditampung pada apa harihari harus dijunjung hidup tak larut dalam buntung tapi harus dikerjakan jadi tarung agar hati tak limbung sepatusepatu buruk itu selalu jadi ilham buat ia berjalan dengan segala harapan buat ia menyulam setiap benang-benang jadi senarai jahitan buat menentramkan apa yang sesungguhnya ia paham tentang kasih tak selalu terhitung yang datang lewat pesan yang Ia dengung

69

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sepatu buruk itu ia jejal dalam rak tak seberapa memanggulnya keliling kampung pada pundak lelaki tanggung seperti niat tak mengurung walau langit di atas mendung


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar mengapa harus murung pada nasib yang kurang beruntung mengapa harus bingung pada takdir yang memalung sedang waktu tak pernah mengurung walau nyanyian kidung seperti menyanjung

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

2013

70


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kasih-Nya 3 surat dari kampung

inong... among... si butet tahun ini sudah 7 tahun biar kumasukkan sekolah belajar baca belajar tulis mungkin kalau bisa dia berhitung kelak menghitung panen sawah sepetak di losung aek itu

inong... among... sudah tiga bulan ini aku tak lagi maronan semua barang dagangan sudah tak terbayar kios di pasar pun sudah tutup ongkos dari sarulla ke simangumban pun tak lagi tersisa untuk sekadar manuhor panganan inong... among... biarlah kuguris kebun hapea itu dan kutiris air nira dari pohonpohon yang tua

71

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

inong... among... biar aku pergi ke huta dolok masih ada kebun hapea yang diguris orang kampung seberang buat biaya sekolah buat beli abit buat membayar minyak tanah yang terutang di pertigaan itu


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar buat belanja sepekan buat baju seragam si butet yang tinggal berapa hari lagi sudah masuk taon ajaran baru

ini suratku yang ketiga yang kutulis di atas meja kayu tua tempat ompung menyalin cerita-cerita setelah ia tak lagi jadi raja huta

inong... among... zaman telah berubah kampung tak lagi bersahaja teal, late, elat seolah jadi biasa di lapolapo tak lagi ada lelaki duduk bercerita dari pagi sampai senja sebab harga nasi dan ikan sudah setinggi pohon hapea

memori tua di huta dolok sana 3 juni 2013 inong among: ibu bapak huta dolok: nama kampong hapea: pohon karet guris: deres abit: kain, pakaian losung aek: nama tempat maronan: berjualan di pekan sarulla, simangumban: nama tempat di pahae taput manuhor panganan: membeli makanan sehari-hari taon: tahun ompung: kakek raja huta: ketua adat (kampung) teal, late, elat: sikap buruk iri dengki dan dendam lapo: kedai kopi

72

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

inong... among...


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kasih-Nya 4 (ziarah)

ketika peluh waktu tersaput setiap riwayat luput dalam perjalanan dan liku lekuk para pejalan yang merentang di langit harapan yang bercerita tentang renungan sejenak jeda... sejenak tanda... menitip pesan kebahagiaan nisannisan seraut tanda perhentian yang terbaca dalam ayatayat alam lalu hadir membelenggu ketika kubur jadi berhala jalan pikiran ketika kubur adalah janjijanji kematian biar kutemukan pada setiap dahan biar kutemukan pada setiap rerumputan biar kutemukan pada setiap air yang diam yang membungkus badan yang menyulam setiap detik nafas walau terlupa karena ziarah adalah kesempatan

2013

73

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

adalah petang yang menggantikan siang yang membentang jejakjejak petualang


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

seperti mengulang senja dari petang yang tinggal sepertiga hari ia datang melafaz malam dengan nyanyian tanpa syair dan suarasuara shir memuji Tuhan di tengah bising sayup raung anak yang ditinggal pergi susuan dan kasih para jembalang seperti mengulang senja yang meregang siang dalam duapertiga matahari ia menabur kalimatkalimat asma dengan irama tak berjeda dan katakata yang ia lupa datang dari mana memuji kebesaran dalam hening ketika petaka menjadi sering menyulam hatihati yang bening senja ini, ia meraut langit dalam lipatan jemari menggeluti hari yang tersusun rapi di ujung kepala hingga kaki menggapai janjijanji yang tertuang pada kitabkitab suci membasuh muka dengan cahayacahaya rawi menghiasi hati dengan puspa yang mewangi dalam syairsyair rumi yang ia dengar setiap pagi sebelum ia berpamit pergi mencari rezeki yang menyebar di bumi

10 Juli 2013

74

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kasih-Nya 5


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kasih-Nya 6 ft: kepodang kacang panjang

setelah kemarin petang kusemai bibit kacang panjang bilah bambu pun kupancangpancang kelak tumbuh merayap, berjenjang sayang... awan hitam menggantung di langit petang agaknya alam tak terbendung menjulangjulang kutengok ramai burung kepodang datang mencari makan nun di sawah seberang telah Kaukirim harapan lewat angin kencang sebelum hujan datang membawa kotoran burung kepodang ke pematang bibit bertiang pancang yang kita tanam sepanjang siang tapi kadang aku terhalang membaca ulang kaji detak peruntungan akal sering menjalang syahwat menerjangnerjang biang parewang hidup pada bayangbayang

memilih tanda 2013

75

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

telah Kaukirim pesan lewat hujan tadi malam yang membasahi pematang ladang belakang


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sajak pendek

sebab ... cuma itu yang menolong hidup dari kebencian dan nestapa

malam ini, 19 mei 2013

76

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ada yang ingin kutaburkan pada tiga perempuan istri, anak dan cucuku: kasih


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tabir

tapi, bukan malam ini ketika keruh sungai tak lagi memantulkan cahaya langit hingga ke dasar tapi, bukan malam ini ketika sepasang mata mengintai laju rakit sepanjang hulu sungai tapi, bukan malam ini ketika lolongan serigala disangka nyanyian angsa berparuh jingga dan semestinya bukan malam ini, sebab rahasia -diri- masih tertutup rapi, agar orang-orang setia berjanji tetap menjaga hati

2013

77

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ingin kubisik sesuatu ke telingamu ... tapi, bukan malam ini ketika bulan merah teronggok di pucuk ranting pohon kering


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

anak-anak kampung bermain di beranda rumah tak berpagar kemerlap cahaya obor berpancang-pancang tiada ubah seperti lingkar yang memagar-magar lailatul qadar serambi penuh lilin dan kerlip bunga api menggantung di dahan jambu bulan terlihat lancip semburat mengerdip bintang-bintang mengintip dari ranting pohon tua sebelah utara kampung tetangga sesekali sayup dentuman suara meriam betung bersahut-sahutan mengiring malam yang kian kelam ditemani rembulan nan temaram dari kampung sebelah berbatas ladang jagung dan rumpun betung desah suara petasan dari pecahan mesiu korek api dan pentil buah jambu tak enggan turut ruwatan jenguk datangnya malam-malam seribu bulan jalan-jalan setapak di ujung kampung jejali anak-anak telanjang kaki, sambil bermain umpyang ada yang bersenda gurau, berlari alip cendong manakala tarawih usai riuh-rendah gembira membayang malam-malam di ujung puasa lepas segala anak-anak pada tawa dan canda tinggalkan lelah siang tunda makan pun minum seumpama hidup sang papa anak-anak malam selikur ada di batas ladang jagung dan rumpun betung

kampung kuala, langkat, september 2006

78

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

anak-anak malam selikur


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

lelaki paruh baya itu bercerita, ia tak lagi tidur di springbed ia tak lagi sudi menikmati empuknya tilam bahkan tak mampu lelap dibuai malam ... walau semua itu ada walau hargaharga tak usah cerita ... lantai bertriplek itulah yang membuatnya gembira bersama kisahnya yang merayap di dinding kamar 3x4 itu ia memilih sepi pergi dari keramaian yang menyakiti diri pergi dari kepalsuan yang membuat hidup tanpa hati jalan menuju sufi

7 okt 2014

79

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

jalan sepi yang sufi


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

batu raguku batu diam pada hulu air pun memecahnya sebab waktu

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

2014

80


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sajak para pencari malam

banyak dahan-dahan tertegun menatap gerak yang indah ketika kepaknya berdendang ria sejak senja itu tiba. ada yang menepuk tangan berhentak kaki, lalu melenggang terbawa irama waktu terus merangkak membawa sajak berima yang tersusun apik dari helai-helai aksara kota hingga rusun-rusun yang tiada tertata parapraja tempat para pencari malam menyeka peluh setiap kata. sepertinya makna tak selalu menjadi apa ada apa cahaya rembulan menembus dahan-dahan malam di beranda kota yang sesak oleh gemerlap rasa, entah tiada berpenyangga, mengusik raga tanpa berkata ada menyapa setiap dinding kota tanpa ragu dengan irama niscaya para pencari makna meranggas hati daun-daun yang tumbuh di lereng malam tempat para sesepuh menguji diri tersungging kulum ditemani rembulan.. yang tak hendak meninggi puncak lara

hutan jati jagawana 7 agustus 2010

81

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pun ia menari dengan kepaknya yang lembut bagai membuka setiap umpama isyarat malam dengan tubuh mungil dandan raut yang natur putih kemilau pualam merayu rupa rembulan


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

malam, aku menuliskanmu di dinding dingin dan urat-urat tembok liar di stasiun penantian di rumah-rumah kumuh di cafe tak bertenda dan sepanjang simpang hingga di kamar-kamar sepi yang hilang oleh gurauan hujan katamu: “bulan tak lagi mengerti pada setiap pejalan kaki yang pergi sejak tadi, tinggalkan pagi tanpa berharap selalu harus jadi berarti malam hilang di peraduan hujan rintik-rintik rindu membasahi jalan hitam yang larut setiap waktu manakala senja berbinar dan tanda malam pergi merajut hati , yang luka malam, ingin kuceritakan kisahmu pada setiap tembok keangkuhan yang luput dari segala harapan�

mei 2012

82

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lukisan malam


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

wangi tak lagi menebar

lalu dia memburuku dengan tanya mengapa bunga tak lagi menebar wangi pada taman setiap halaman? atau zaman telah memagar agar wangi tak menyebar aroma rupawan hm.. aku terkesan

27 agustus 2010 bersama anak2 pendongeng

83

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ketika hujan berbaris di kuntum putih melati itu.. aku sempat bercerita pada seorang anak perempuan tentang langit yang hadirkan air bagi hidup: kenanga, mawar, kamboja, ganyong, sedap malam dan bunga tak berbunga


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

mencari tepi

mungkin kemarin ada lipatan kata yang terluka saat dilantun lalu lupa tuk dibasuh, dibalut agar sembuh kini dengan hati sapa sahabat, kawan dan handai tolan uarkan maaf dan mohon ampun pada-Nya jika berkenan agar "jalan" dalam rute ramadhan menjadi berkesan

lalu kuntum-kuntum semerbak bersemi sepanjang masa di sanding dengan tarian rama-rama yang riang bahagia semarakkan cinta yang tiada henti... konon menjadi inspirasi tumbuhnya aneka kehidupan di aras bagai karya agung hendak menyapa setiap langkah pun tinggal setapak mencari suluk, leburkan gelora ria hasrat mengejar nama menekuni ritus pahala. semoga tak seperti apa adanya? andai tertinggal saat melangkah mencari jejakkemarin di setiap persinggahan: sebuah resam yang dibingkai luhung tak lagi dapat bersanding dengan rindu akan waktu. tentu tiada perlu ragu membalut kalbu. cukup hanya keliru yang mengaku pada tabu

2014 thaharah: bersuci

84

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merdu memoles aras malam yang berhingga, namun oleh wewangi tadarus lalu melampaui nama, pun waktu, batas tiada bertepi, sementara memujilah seisi alam larut tulus dan kudus. hati pun memilih thaharah lalu bertasbih


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

aku jatuh pada kuasa-Mu di hari puasa yang ketujuh terbayang dalam benakku rute terhampar melaju maju berliku-liku lalu dalam tubuh berbungkus nadi yang pagi dan urat-urat di sekujur ngilu tempat tersimpan seluruh-Mu dalam doa yang tiada jemu berkali-kali kucoba bersapa dengan astagfirullah di dada lalu berlanjut alhamdulillah di kepala mata telinga itu suara sembari allahu akbar barkali-kali mereka semua jalan yang semu dalam binar mata mencari caya malam-malam keagungan dari-Mu lalu aku terjatuh pada kuasa-Mu mencari rute jalan-jalan melaju terbentang di depan dengan liku liku yang berbungkus nadi setiap pagi yang tersimpan dalam urat urat di sekujur waktu. itu cari ku

ramadhan ke-19 1431 h

85

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dalam urat nadi kuasa-Mu


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

renungkan fitrah alam: pada rerumputan yang menghijaukan taman pada pepohonan yang menjaga mata air pada daun-daun yang tak sempat kering oleh teriknya matahari lalu jatuh ke bumi hilang terbang dibawa angin pada putik bunga yang tak sempat layu sebelum berkembang pada tanah yang tak jadi gersang dari hutan-hutan yang ditebang pada laut yang biru tak lagi hitam haru biru pada bukit-bukit yang rimbun hijau dengan dedaun pada rindu yang tumbuh tanpa benci pada hati yang zuhud tanpa dengki pada cinta tulus yang hakiki

2011

86

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kembali ke fitrah


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

zi_arah aku larut dalam kedalaman laut kata-kata

kutambat biduk pada dermaga, tak perduli apa ungkapan kata, frasa atau klausa aku berlari mengejar fatamorgana yang terluka karena gramatika menikam ubun-ubun jingga yang pecah ditetak belati cahaya larut dan gila cuma akademia kata-kata dalam kedalaman, laut katakata, bahasa pun luput dari karangkarang tanda hingga biduk pun pecah langit terbelah-belah di dermaga ini, akulah trah

katarsis, larut yang membawaku ke 07 hb april doeariboetigabelas

87

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

aku gila dengan bayang-bayang samudera makna


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

jejak waktu sahur: melati di taman tak mengembang padahal tadi malam ia kusiram dengan semangkuk air sejuk

hilir mudik lelaki penabuh talu jaga waktu setia berlalu, pagi hari datang tak tentu siapa tahu ragu terus menunggu

subuh: dingin menyelimuti jalan-jalan gelap menggantung pagi di langit barat riuh pedagang kaki lima kampoeng lalang menunggu matahari timur lalu mengusung mukjizat waktu dalam rindu berbaju baru

2011

88

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

imsyak:


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kau petik kuntum yasin, malam ini

sungguh aku sempat tertegun oleh lantun senandung, seolah ia ingin melukis hening malam dengan irama kampung suluk tempat kita pernah berdua memuja-muji kebesaran-Nya. ingin rasanya menahan malam yang penuh warna-warni irama penyejuk jiwa yang terbelenggu raut hati siang terluka ulah akal semata yang suka mengada-ada pergilah siang yang penuh deraan teka-teki dari dengki dan caci maki bawa semua janji tak sepenuh hati datanglah malam dalam jambangan kuntum yasin yang mengaliri hawa sejuk perlahan diam di lengan waktu aku rindu suluk-suluk dalam rangkai yasin yang menderu-deru malam ini lalu membawa kita memuji asma-Nya

kamis malam (pon 9) 2011 batas ruang tamu dan kamar depan enam oktober duaribu sebelas

89

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

malam ini...(entah seperti apa?) kau petikkan kuntum-kuntum yasin dalam rona tajwid yang mewangi ruang tamu dan kamar kalbu kita.


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

raut kilas waktu

biarkan malam merangkai peristiwa lima waktu jadi tanda setia bukan cuma di ranah kata-kata bukan cuma di ranah gerak raga bukan pula pamrih pahala semata biarlah malam menyulam makna lima waktu jadi tata semesta kehidupan manusia dalam tanda-tanda cendekia dari sidratul muntaha ke jagat raya menyeru pada setiap nafas ada gerak yang mengalir dari sana merawat nasib sesama merawat hidup bersama menjaga hati teguh sesuai bicara

27 rajab 1433, isra' mi'raj

90

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lalu malam menjadi saksi perjalanan menjemput waktu dan tanda-tanda kebesaran-Nya masjidil haram ke masjidil aqsa jejak berpijak ke sidratul muntaha


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

goreng ubi, hujan dan unggun

hujan seperti tak ingin beranjak menemani kawan andes, armada, tondang, udin, iwan, ahay, yetno di teduhan cakruk dua kali tiga duduk pun sering berpindah asap kayu bakar di depan kadang menari dibawa angin malam. malam lebaran takbir mengumandang ke langit sayupsayup dalam tubuh pohon yang kuyub menanti malam malam kopi hangat mengalir ke tenggorok goreng ubi di penggorengan nyala unggun dan cakapcakap sebab esok hati siapa yang tahutahu prosesi penyembelihan jadi kesadaran persaudaraan adalah matahari pagi yang membakar dedaunan jadi makanan 15 oktober 2013

91

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

makin‌ makin larut saja malam dingin merambat kaki langit untung ada unggun secangkir kopi asap kayu bakar syair bimbo


Sajak Alif

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

makrifat suka berkata dengan ayat suka menasihat dengan tobat tapi tak banyak berbuat tapi tak pula bermanfaat

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

akhirnya berkhianat sedikit ayat banyak berbuat agama jadi kuat negara bermartabat bangsa pun berdaulat ibadah pilihan selamat

1 februari 2014

92


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

PESAN ATEH


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

venue : sesaat pagi kotaku

konon semua tahu ada laju sebelum lampu berganti lalu pada yang lain tanpa terbelenggu rasa aku tak kudengar lagi raungan klakson pemberi tanda agar yang depan melaju di celahcelah waktu, terus menghimpit lalu menjepit. sepertinya, semua melaju tahu mengatur laku di selasela rambu kalbu tak lagi meriuhrendah, menyempit tak berjarak, tinggalkan rasa lelah tak berdaya

pagiku sesaat serasa nyaman sekali ada di..(?) venue: seandainya semua pagi ada di kotaku sewaktu aku ingin menuliskan rinduku jadi teraju di ujung jembatan kota tua itu

22 juli 2010

94

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tak lagi kulihat ada lampu traffic light yang mengatur lalu lintas kenderaan seperti kemarin itu sesak menyesak diatur waktu yang ragu menunggu


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kudengar iramamu dari nun desa payung yang lama sekali tak melantun pada riung riung telaga yang sempat terlupakan oleh laku pesona gunung menjulang sinabung rupamu membuatku lamatlamat teringat kisahmu yang menjaga pepohonan rimba dari serakahnya manusia. entah itu kau miliki misteri yang memesona penjelajah atau ingin kau menghindar ulah penjarah seberapa waktu ada cerita yang tragis dalam biduk pelukanmu kau kepit erat tanda kau tahu itu hidupmu menuai ari di dalam tarian yang mendendang pagi tuk buktikan semua hari ada tarian ini ingin kau pekatkan langitlangitmu sisa sebagai tanda sinabung masih berupa untuk semua rasa yang gundahgulana menanti uluran hati para penjaga janji di seantero negeri awal bermula sakti misteri sebuah rupa yang kumengerti maafkan aku sinabung yang lupa rupamu

31 agustus 2010

95

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tarianmu sinabung (akhirnya kumengerti)


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kalam toba lalu ada toba yang t'lah berbeda ketika "ruh" sastra mengawali kerja adab dan budaya bukan atas nama agamaagama juga margamarga, lama menanti jadi ada lalu tumbuh peka rasa tuk buka mata semua mata dunia ada batak di toba untuk manusia yang bijak lalu seiring menjaga baru ada makna

somba de bata mula jadi na bolon 27 agustus 2010 somba de bata: menyembah tuhan pencipta mul jadi na bolon: asal muasal alam

96

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

:buat thompson hs. juga plot


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

lao mamuro

ingat kau anggi dengan sepetak sawah warisan ompung padaku di losung aek dekat pertigaan jalan setapak menuju dolok yang dirimbuni pohon hapea, haminjon di susur pahae tempat rumahrumah kampung berkayu hitam dan coklat ketuatuan? ingat kau anggi letak sawah itu tepat di tepi jalan berhadapan dengan langgar kecil berdinding papan tempat kau sering menyuci muka dari lelah menanam eme di pematang yang bertingkattingkat itu? ingat kau anggi bila tiba saatnya aku sering terbangun tengah malam turun ke pematang meronda air dari pancur, tetap mengairi sawah agar pagi tak mengering hingga benihbenih melayu? ada yang tak luput dalam ingatanku, tatkala bulirbulir eme mulai berisi, bernas hijau menguning diterpa cahaya pagi yang terbit dari balik bukit itu membuat segenap keluarga bahagia karena musim mamuro tiba kisahkan canda mewarna suara, rentak dangau rupa siulan merdu mengayun raga orangorangan di banjaran pematang halau burungburung yang mencium harum padi datang dari segenap penjuru arah mata angin

97

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pun kau manghalau burung dari dangau


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ingat kau anggi, ketika pancang itu kau tarik lagu kalengkaleng kosong mengalun riuh rendah serempakan suaramu yang serak basah dari atas balai dangau bertiang bambu, beratap daun pelepah harambir yang tumbuh di pinggirpinggir saba jae losung aek?

o‌ ale anggi rap ma hita lao mamuro 22 november 2010 saba jae: losung aek, simangumban sebuah memoir lao mamuro: pergi menghela burung ompung: kakek losung aek: nama tempat dolok: bukit hapea: pohon karet haminjon: kemenyan anggi: adik eme: padi talun-talun: gaung-gaung harambir: kelapa saba jae: sawah di hilir rap ma hita: bersamalah kita

98

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lalu aku raun mengayun taluntalun menanti hingar suaramu yang mengalun menghalau segenap burung yang berarak meradang setiap pancang tegak terus bergoyang lalu pergi menghilang ke gununggunung seberang


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

langit malam ini ingin bercerita seraut anakanak di beranda tentang legenda tanah pusaka yang lama tertinggal di pustaka ada simardan juga sampuraga yang kesohor di zaman beheula tercatat di lembar kertas biasa tersirat amanat kelakuan purba cerita meluncur dari bingkai kata meresap makna ke penjuru mata tumbuh di dada bersemi bianglala merebak jadi pusaran cakrawala mari kemari kanakkanak gembira hilangkan duka beban matematika yang ajarkan akal dangkal semata pergi ke pusat dosa anak durhaka tagih cerita semenda pelipur lara bukan di sekolah yang bebal cara cuma makian,cela, kasar katakata tumbuhkan jiwa terpasung aniaya dengarlah anakanak perindu cerita bahasa itu simardan dan sampuraga abaikan bunda peneduh kasih nyata hendak membelah langit menjadi dua senanglah hati dalam dekapan bunda mendendang kisah buah hati semata walau langit malam ini ingin bercerita simardan sampuraga cukup jadi tanda

18 november 2012

99

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

simardan dan sampuraga


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

laju daki di jalan setapak tuju bukit tanah bebatuan hitam di kanan kiri ada haminjon, tarutung, gambir dan kayu manis sedikit enau dan serabut ijuk siap jadi nira pelepas dahaga ketika matahari tepat di kepala,walau siang jadi tak berpeluh anakanak kampung dengan tali di pinggang mengikat parang berburu pecahan ranting jatuh dari pepohon rindang di bukit padang ilalang, dekat rumah berkayu tua beratap daun rumbia poles dinding berukir binatang perempuan di ladangladang membentang siang dan sayursayur buat dimakan barang segantang dibawa pulang atau dijual ke pekanpekan buat belanja ihan, marpoken sepekan kemudian para lelaki penuhi lapolapo sambil meminum kopi dan sebatang rokok kretek linting daun jagung membalut saussaus tembakau yang dibeli kemarin di pasar simangumban pahae jae dekat parmasin tirakat para perempuan ke ladangladang pun lelaki lapolapo siang mengurung cerita dalam arca huta hopong nan ginjang sepanjang batang kemenyan bawa rindu ingin terulang merajut holong anakanak kampung tak bersandal pergi marsoban hingga petang

3 januari 2012

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tingkap ranting di bukit hopong

kerinduan hopong, sebuah desa terpencil di atas bukit desa simangumban jae pahae jae, kabupaten tapanuli utara, yang pernah dihuni kemenyan, gambir, enau dan tarutung. lalu hopong jadi janji di setiap hati yang merindu lagi. tarutung: durian ihan: ikan marpoken: belanja ke pecan parmasin: kilang padi ginjang: tinggi holong: kasih marsoban: mencari kayu

100


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

losung aek

sawahsawah menguning menanti panen tiba gemericik pecahan air di bawah sana bukit di kiri berbatu cadas hijau tua dibalut lumut dan semburat bianglala melekat di langit saga burungburung bercanda di ranting tua, ada anak lelaki datang merajut sapa menyapa pagi dari setiap jendela rumah kayu yang tuatua tanda seberang sana dimulai saja,menyusuri jalan setapak di bukitbukit pembatas kampung utara kampung tenggara tempat ayah berpesan untuk sepetak sawah, pada ketujuh putra, pun keenam putrinya losung aek selarik cerita dari anakanak hingga dewasa, isyarat cinta di rantau manusia

9 agustus 2012

101

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tempat matahari memancar dari timur dan bau belerang menyengat pagi yang biru


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pagi di saba jae

air ke saba sudah mulai mereda pematang mulai dibuka tikustikus mulai dihalau ke desa sebab sawah akan jadi tempat upacara upacara bersyukur somba debata sebelum musim hujan tiba di huta musim panen akan tiba padi matang telah menyua lumbunglumbung telah terbuka tempat berjemur telah tersedia parmasin pun telah ada

huta saba jae arah sarulla yang ditinggal pengetua adat huta pagi itu masih bercerita tentang panen yang akan tiba padi kuning matang hampir merata di kaki bukit sebelah utara di kanan dolok penuh hapea sebelumnya pohon haminjon semua tapi kini pohonpohon hilang sirna

saba jae losung aek hilang di peta budaya pohonpohon khas di utara

9 oktober 2012

102

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

masih kulihat matahari mengintip dari balik bukit lelaki hilir mudik di jalanjalan perempuan mulai berbekal hendak ke saba


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

saba: sawah somba debata: menyembah Tuhan/bersyukur kepada Tuhan huta: kampung parmasin: pemilik mesin giling padi sarulla: nama kecamatan di pahaetapanuli utara dolok: bukit hapea: pohon karet haminjon: kemenyan saba jae losung aek: nama kampung sebelum simangumban jae, pahae tapanuli utara

103


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sipirok dolok hole "....na sonang do hita nadua. saleleng au dohot ho.."

hm... hujan rintik-rintik pagi itu memulangkan aku yang rindu pada kabut memutih, lembut selimuti bukit jenjang simagomago pagi bersimbah dingin sejuk pun menusuk rusuk jalanjalan hangat dan basah tetes embun masih merekah menempel di dedaunan sepanjang jalan menuju pekan pasar sipirok simpang arah ke babondar ibuibu pergi marsoban selepas membuka pintu air mengalir ke pematang ke sawahsawah berjenjang di kakikaki sibualbuali sebelum terang menjelang siang lalulalang padat menjulang para lelaki dengan sal menggulung di leher dan abit di pinggang pun ada di bahu ramai duduk di kedaikedai kopi

104

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

utara selatan jendela angkola lao marpoken tu pasar sipirok tak jauh dari bukit simagomago


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

menghirup barang secangkir seduhan dan tembakau dibalut daun jagung menunggu orangorang datang dari huta seberang membawa dagang

lapo dan pasar ramai pedagang menukar barang untuk sepekan mendatang haminjon, kemiri, cengkih, getah dan pinang ditukar dengan bukubuku sembahyang, pangan dan sandang untuk dibawa pulang menunggu seminggu waktu berulang 3 januari 2013 petikan lagu “na sonang do hita nadua� karya nahum situmorang babondar: bunga bondar, nama tempat di sipirok

105

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

hari ini ramai sekali orangorang datang dari pahae, sidempuan dan pargarutan hendak marpoken membuka dagang barangbarang eceran di sepanjang jalan


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

lelaki dengan lentera

ooo... debata rindu itu pula yang membawa rasa aku ke sana rindu gubahan nahum ketika sulim dan hasapi mengayun ombak sejuknya angin danau sitor yang menyulam sajak dari ketiak toba dan pusuk buhit yang meruwat bumi debata mula jadi na bolon pada salinan laklak yang tersimpan di saku kemeja para tetua pada bukitbukit yang menyimpan sejarah margamarga pada tarombo dohot turiturian ni bangso batak yang aku cerna walau dengan mengeja terbatabata aku lelaki yang datang dari utara menjemput rindu tanah kelahiran yang sempat sirna dari kepala ketika langit beranjak senja, ketika keramba ada di manamana danau hampir tak berdaya langit pun tak lagi memantulkan cahaya bidukbiduk tak juga menarinari diayun angin danau entah ke mana riakriak kecipak ombak yang mengiring tarian genit porapora makin tak terasa

ooo... debata biarkan aku lelaki yang datang dari utara menyalin lagi satusatu rindu yang membawa rasa ke sana pada gerimis senja, pada dermaga tanpa nama pada danau yang tak berdaya

106

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

aku lelaki yang datang dari utara dari belahan bukitbukit yang tak lagi teduh oleh pinus dan cemara menjenguk rona senja di bibir toba dengan berbekal lentera ketika sunyi menjaring bunyibunyi semesta terasa luka ketika deburan ombak danau bicara dalam bahasa mantra


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

mengulang kembali isi kepala, tentang cemara tentang genitnya porapora tentang margamarga yang kehilangan huta dan ombak yang tak lagi mengayun biduk nelayan sebab anginangin utara telah mati ditelan bunyibunyi genta penyamun dan hirukpikuk gelondongan

nahum: nahum situmorang sulim, hasapi: alat musik batak sitor: sitor situmorang pusuk buhit: nama tempat tarombo: silsilah dohot: dengan turiturian: perumpamaan, peribahasa porapora: nama ikan khas danau toba

107

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

09 februari 2013


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pesan ateh

hendak ke laut bulan purnama usah dilepas biduk tertambat pepatah apa nak diberi nama buat negeri yang tak dihormat takzim syair bermuka muka setali makna tersusun tanda mantra dibaca arah samudera kuasa manusia tiada berguna pilihan kata mengapa disengaja biar sodap kata tu kugak dirasa andai niat hati ondak berkuasa usah durhaka pada suarasuara riuh gelocak melandai pantai anak laut memungut kepah banyak sudah bidal teruntai adab di kata beda ditingkah bila hendak menulis kata datanglah awak ke puakpuak biar gurindam warna india tetap melayu pembuka tepak tanah melayu pusaka lama dari madagaskar ke andalusia hilang malu, syahwat berkuasa jadi pemimpin cuma cobacoba

11 agustus 2013

108

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

adat pantun bersandi bunyi sampiran dirangkai bertauttaut petuah disusun rangkai padi alam berhimpun di jamu laut


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

biarlah sinabung menangis dari perutmu ibu alam menyusuri diri ... tapi jangan biarkan tangis nande ') hilang sayup lama tak terdengar di barak pengungsian itu anakanak diam beku dalam debu jangan biarkan rindu bapa lawes ku juma ") hilang tak lagi berharap kol, sawi, tomat dan jeruk akan tumbuh ladangladang kering kerontang ditutup lahar membakar jangan biarkan ratusan hewan kehilangan akar dan pohonpohon karena hidup tak pernah kita beri makna rantai satwa dalam doa dalam kasih setiap kita menemuiNya selalu berulang kehancuran selalu kita lalui seperti tak terjadi apaapa sampai kita tak saling sapa sampai kita tak mendengar masih ada suara masih ada yang meronta ... tetapi, bukan tangis darah yang kau tunggutunggu, tuan ...

12 januari 2014 catatan: *) jangan kau menangis ' ) ibu " ) bapak pergi ke ladang

109

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ula kam ngandong *)


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kutabur bunga pada pusara tanahtanah begitu merah padahal langit telah menyemai bibit tumbuhan dalam hujan padahal langit telah menebar benih hewan di setiap desir angin ... mengapa huta kehilangan tetua orangorang datang seperti tak bersuara orangorang pulang setelah janji hampa mengapa huta kehilangan marga anakanak tak terbiasa dengan budaya anakanak meninggalkan begitu saja bahasa mengapa huta tinggal pusara di bukitbukit tanpa suaka tanpa hariara di bukitbukit tanpa kayu tua tanpa batu tanda ... kutabur bungabunga di atas pusara leluhur yang masih bermarga walau dingin dan dindingdinding penuh lumut walau embun dan nisannisan telah sengkarut

18 mei 2014 hariara: pohon cemara

110

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ziarah di atas tanah bertuah


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kemarau kota tua

kulihat pohonpohon mengering di kanankiri jalan utama kota tua peninggalan belanda yang sempat jadi paris van sumatera dedaunan menguning kering ranting meranggas batang mengeras bulan memanas kemarau melanda kota rumputrumput semakin tak berdaya lihatlah wajah kota lesu, kehilangan gairah cinta seperti tak mampu menampung beban derita kemacetan jalan raya sumpeknya ruang tata kelola gedunggedung muncul begitu saja tanpa nyawa tanpa rasa tak berbicara kulihat pohonpohon tua di lapangan merdeka hidupnya merana daun tinggal seberapa ranting pun lukaluka dahan menanti akhir usia mungkin kemarau esok jadi biang bencana akan mengakhiri kota tua setelah lelah sekian lama bercengkerama dengan orangorang terdidik kota

111

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

buat: kota yang usianya 423 tahun, lalu mau jadi apa? terbesar ketiga, tapi ruang hijau tak punya ruang bercengkerama buat keluarga dan warga kota minus tanpa upaya


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kulihat kemarau dalam dada terus mendekat saja dan jendela mata yang sedikit terbuka kota tak lagi merasa apaapa hidup segan mati dibiar tak berkeranda

25 juni 2013

112

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

akan datang kemarau menampar muka kita bersama angin dan percikan debu panas bakar pohonpohon kering rantingranting meranggas rerumputan tandas kota membara di balik dinding bilikbilik menara


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

lengkuas

pedas tapi pedar serasa ia tak lengkap buat menyayur teringat ibu di dapur menggulai daun ubi untuk persiapan sahur bila tiba bulan puasa kalaulah ada arsik biar terasa hangat di dada boleh juga wangi lengkuas kincung, serai dan bawang batak soal rasa usah sangsi tak kalah spageti yang datang dari negeri orangorang yang tak kumengerti lidah terasa keki kalau dimakan cuma di gigi tak sampaisampai ke hati

16 juli 2013

113

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pedas ia bukan cabe pedar tapi tak juga kulit kayu berumpunrumpun di kebun belakang perencah buat tauco ikan buat gulai lomak buat bubur pedas atau bumbu ayam goreng


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pulang ke hulu dari dahanmu

yang rendah daun kupetik kugulung seperti tabung mirip kerucut

lidi runcing menusuk mengikat rusuk

kutampung pecahan air

pada pelepahpelepah pisang muda sisa hujan kemarin petang pula

sebelum senja mengantar malam yang hendak bersemuka

air kusimpan dalam ruas bambubambu

kugantung di bahu

dengan tali pengijuk sapu siapa tahu?

dahaga tiba sebelum ke hulu

2014

114

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kupincuk pakek tusuk


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pulang ke hulu 2 dengan berakitrakit aku kembali ke ibu yang melayu

ke batubatu dan bambu

yang turuntemurun menjaga malu perempuan jelata

yang bersahaja bukan dari tangga istana

2014

115

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

...


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pulang ke hulu 3 berenangrenang aku ke tapian nauli

susuri jejak bapak yang batak ...

darah lelaki serdadu yang hidup keras

mati karena pilihan tegas

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

2014

116


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pantun kota terbang rendah si burung puyuh hinggap di dangau ke hilirhilir datang sudah musim tengkujuh jalan berpulau digenang banjir

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

2014

117


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dengan bahasanya ia ingin bercerita

ia yang telah lama diam tegak menjulang menyaksikan alam dan tingkah kehidupan diamdiam bersama kabut berdendang melenggang ke ubunubun awan gemuruh genderang irama purba mengiring lirik gita buana berkirim tanda di ujung warsa sinabung ingin bercerita "aku rindu tanahku subur lagi, hutanku hijau kembali mata air bening, sebening hati." debu dan batubatu itu menyatu dalam tubuhmu hujan dan angin itu rindu aku ingin bertamu

2014

118

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

malam tadi ia berbicara lagi dengan debu dengan batu krikil kecilkecil


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

seperti hidup dalam angan di taman pengharapan kadang larut dalam buaian kehidupan kadang surut di sudut ruang keyakinan sesaat ia berlari kencang ada kala ia terduduk kelelahan masa berkejaran terus dan terus dalam pikiran membuncah pada pengulangan setelah kelahiran, kehidupan lalu kematian perjalanan pun terhenti di pusaran pesona keindahan dalam ruang labirin demi masa dari setiap jejak yang menembus jarak: kau-aku-dia dari setiap langkah yang menembus batas: nama-raga-rasa-suasana ada tiada ada tiada yang tampak tak berhingga

04122013 pojok kantin fib

119

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lukisan masa


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ia, seperti.. lelaki yang hilang dalam kegelapan di ujung jalan ketika sepotong malam terpanggang pada tiangtiang gantungan dan sorot lampulampu jalan sisa cahaya bulan pun mengiringnya pulang dari perjalanan panjang dari hikayat petualangan dari siasat perjuangan hingga nyawa terhalang tubuh lalu mengejang mati mulai menjelang jalanjalan seperti hilang ingatan menjadi jalang pikiran lemah tak karuan hati hilang dari badan hampa tanpa harapan pergi tanpa kenangan di tengah orangorang yang haus dan kelaparan akan kuasa dan jabatan keadilan lalu dibuang jadi bangkai peradaban keadilan hantu gentayangan cuma ada dalam hapalan keadilan jalan panjang menuju tiang gantungan

2014

120

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dongeng keadilan


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

"opa...opa...!" "yunan...yunan‌" berayunayun akilah sama opa sama oma di beranda berayunayun akilah sama opa sama oma di bawah pohon jambu muda langit biru tempat bercerita akilah tertawa hati oma bahagia hati opa gembira sepulang kerja tunai sudah harihari tua ...

2014

121

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

akilah sama opa di ayunan ya?


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kusisir jejak ke hulu mencari awal waktu pada pecahan batu pada percik dedaun pada miangmiang aur yang terserak dibawa angin yang terbelah oleh air yang mengental jadi sulbi aku pulang ke waktu lalu menyusun batu jadi tugu merawat dedaun jadi katun merangkai miang jadi kembang lalu waktu berpeluh ketika rindu serasa menderu angin membawa debu langit dadu mengental jadi biru biar waktu jadi batu aku pun pulang pada rindu yang membelenggu rupa rasa rupa raga, punah tak menentu bukan seperti pada datudatu walaupun waktu terus berlalu isyarat waktu adalah ragu itulah kalbu dirundung rindu

2012

122

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

waktu batu


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

lelaki perakit di hulu batang serangan malam mengantar hening lewat sisir jendela kamar

dan lelaki perakit... ia pergi tinggalkan senja yang pucat temaram dan lelaki perakit... ia tegak dalam kepastian melebur duka dalam kesendirian dan lelaki perakit... ia tauladan kesanggupan dari malam yang tak tenggelam dan lelaki perakit... yang menyulam harapan dari aral yang berkelindan dan lelaki perakit... ialah sesungguh kehidupan

2012

123

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ada bulan sepertiga sabit mengantung di dahan sawit


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bukan karena puisi bukan karena puisi aku jadi mengerti bukan karena seni aku selalu mencari

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tapi tersimpan hati rupa budi pekerti dari buaian pertiwi ke sanubari peduli bukan karena puisi aku menyurat janji bukan karena puisi kata indah berseni tapi kesetiaan janji hidup selalu berarti tidak ke sana ke sini lalu puisi tak berkaki

2013

124


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

gelisah hujan buat sahabatku bung ahmad arief tarigan dan hujan tarigan

di meja segi empat ini juga suara lalu dicipta dari kata yang tak memenjara lelaki muda menanti hujan sahabat setia perempuanperempuan belia terus menyulam kata sembari bermultimedia dari kata yang terucap rindu mulai terasa, diskusi mulai dihela ia lelaki yang belajar di seberang sana rambut lebat, garisgaris muka mulai mencerna gelisah di dada mulai dibuka: kota tak lagi kenal dia hujan tiba suara mulai bermakna tiris itu jelas ada di depan mata kadang dibawa angin ke utara kadang diayun entah ke manamana tapi cerita mulai menjelajah eropa kadang ke yunani tua, kadang ke cina dan rusia tapi sungguh itu awal mulai bicara tentang suara suarasuara yang menjadi kata suarasuara yang membingkai sastra suarasuara yang membahasakan raga suarasuara yang lalu berhenti di tanda suarasuara yang tak jadi nada

125

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kupesan...ini sepiring nasi goreng kakilima dan secangkir kopi hitam, kawan petang mungkin hingga malam mari kita ulang rindu yang mengangkang


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

perempuan belia mulai bicara mencari kata yang tak lagi memenjara setiap kata dalam gerak dan suara "mengapa?" "mengapa?" sadar mulai menjelma bahwa suarasuara tak harus berhenti di tanda bahwa suarasuara hilang dari bahasa raga lelaki di seberang sana lalu menanti jiwajiwa yang merdeka dari akademia suara hujan yang ada hingga reda dari awan gelap di atas sana

pinang corner, 28 februari 2013

126

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lalu di kepala ada anganangan akademia ketika socrates berdialektika di bawah pohonpohon tua anakanak muda yang tumbuh tak cuma karena normanorma dari tangantangan yang membelenggu ranah afeksia tanpa kepekaan pada zaman yang belum tentu sama


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ujung kabut

dari gerai kopi ini kujemput pagi yang bugil sedang gigil di ujung kabut tengah mencumbu burung layanglayang yang hinggap di telinga hanggar yang akrab dengan dahandahan pinang lepas kaca tembus pandang uap hangat kopi memanasi bibir yang kelu dingin mulai beranjak dari kursi sebelah sebatang rokok ingin kusulut tapi ruangruang tertutup berpendingin tak mampu memaksa aku aku pasrah pada lagu pagi yang membawa dingin pada tiangtiang lampu tegak tak bergeming walau burung layanglayang yang dicumbu pagi selalu mengiring imaji tentang kastilkastil yang seksi sensuil langit yang terasa basah dari persetubuhan semu malam tadi yang menetas keringat dusta di ujung bandar kaca tembus pandang kabut menyelimut raut pagi

01112013

127

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pada tiang lampu sudut bandar kutuliskan pagi yang berembun yang dingin yang kaku dibalut lembut kabut awan basah menyelimut


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sepetak melati

pagi tadi ia mekar tanpa matahari mengembang tanpa halimun walau embun menjuntai di kakikaki tangkai dedaun setelah dini kumandang senandung pujapuji gaung melantun ke langit tanpa cahaya bulan tanpa kemerlap bintang pun malam eloklah membiar diri didendang angin dingin menyelimut tubuh bumi menunggu datang pagi bawa melati mengelopak di taman sepetak siapa yang hendak merawat wangi semerbak? tak seperti dipetik dipajang dalam rangkai puspa sehari pelaminan tak seumpama iseng dipetik tangan kekar tak simpatik buat dipasang dalam jambangan

2013

128

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kulihat melati itu mengelopak menebar wangi semerbak walau cuma dua tangkai di taman nan sepetak


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dengan puisi, setiap hari aku cepat bangun pagi telusuri loronglorong diksi menuju pematang dekat kali yang bertabur imaji: di langit berbilang warna pelangi kepak bangau putih yang menarinari ke sana kemari hamparan petak padi yang masih hijau sekali bunyi air yang mengalir dari hulu kali dan riuh gemericik pecah di pancuran bambu, tadi pedalku tak terasa penat walau puisi kuajak di jalan tanjak terus mendayung, teruslah mendayung, roda berjejak memberi tanda-tanda sepanjang jalan setapak nafas mulai sesak kayuh mulai berjarak tanjak hampir ke puncak dengan puisi, setiap pagi jadi terbiasa aku mengaji telusuri maknamakna hati, yang mulai pergi di jalanjalan sepi, yang dingin sekali bersama embun aku membaca pagi bersama daundaun memberi arti hidup memang hanya sekali mengapa harus menyiksa diri dengan iri mengapa harus menyakiti hati dengan dengki

129

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sepedaku: puisi


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

karena puisi, aku memberi tandatanda pada setiap diksi aku memberi suarasuara pada setiap fungtuasi aku menuliskannya pada lariklarik: sebuah janji esok masih ada puisi dari sepeda yang kudayung setiap minggu pagi dinihari,

04112014

130

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dengan puisi, aku bersepeda setiap minggu pagi bukan mencari gaya bersepeda masa kini bukan mencari sensasi di jalanjalan yang penuh onak dan duri bukan karena janji bersama atau sendiri tetapi, karena puisi.


Pesan Ateh

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

seteguk, turun minum andaikan nusantara itu hamparan sawah

yang mulai berbuah

di dusun tunggurono yang manis

lekang tak berair

di kampung tanjung jembatan panjang

yang melintang di atas

sungai wampu yang tenang bunyi sentuhan angklung rampak akordion kecik

seketika melantun tanjung katung gaung harmoni kehidupan

dari balik rumpunrumpun aur

di huta tinggi

tarian kipang, kerang dan kepah di pangkalan biduk pasir putih serdang bedagai

aku akan bangun lebih pagi menjaga embun setiap hari

agar tak jatuh karena terik matahari

sunday bike

dusun tunggurono

24082014

131

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

rambutan merah


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Inang


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

stanza malam

pergilah malam, bersama angan-angan mengulang kenangan mengulang harapan ketika menunggu selikuran cahaya lilin merayap jalan-jalan terdengar meriam bambu berdentam mengisi malam di kawasan kampung durian pergilah malam, bersama kenangan tak ingin mengulang harapan tak ingin mengulang angan-angan yang perlahan kian hilang dari ingatan orang medan yang migran ke pinggiran menunggu datang kematian pergilah malam, bersama harapan yang hilang ditelan kegelapan dalam bimbang keragu-raguan menutup pintu kebijaksanaan kota sejuta angan-angan, kenangan walau dengan sisa-sisa bangunan dibalut ornamen oral peradaban agustus 2012

134

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pergilah malam, bersama angan-angan mengulang kenangan mengulang ingatan ketika pancar cahaya bunga api bertebaran tersangkut di dahan-dahan pohon asam sepanjang jalan irian


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

entah mengapa ini syair? tak seperti yang lain itu (...) bukan lupa meneguh janji dalam jiwa kala ruh mengalir ke raga ini kata telangkai masa pernah ada awali cerita terbayang segala rupa garis-garis hidup dirasa nubuat itu pewari tanda pada riwayat terbaca ada langkah, rezeki, temu bukan nestapa tak ada daya menggurat pada telapak tangan di kiri dan kanan pada nasib siapa saja lalu risaukan laku budi sungguh taklah mungkin bisa ada rasa dan asa menyemai tuk dapat bergumam andai sekalipun ada pada mimpi bersua denganmu amang pernah rindu menyertai kata tatkala berlari di pematang, senja masih rekah menjingga sebelum air di hulu aliri buluh betung hendak genangi petak sawah sawah nan hijau hingga ke lembah sana masa lalu hilang begitu saja pergi tanpa pamit tuk siapa?

135

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ingin kupanggil amang


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar biarkan malam bersanding bulan lalu kutulis rindu pada sehelai daun yang jatuh dari ranting akasia di ujung jalan sebelah sana, ada cemara menanti esok yang alpa dari hingar bingarnya kota lalu ragukan aku bukan darahmu agar lidahku tak kelu panggilmu amang...!

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

23 oktober 2010

136


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

din... aku tau ini bukan malamku yang pernah kutitip pada sehelai rembulan yang bercahaya purnama lalu kutuliskan rindu dengan bintang bintang yang kupetik ketika kejora meninggi di utara buat isyarat siapa saja walau aku pernah menulis prosa di selembar kertas berwarna merah muda tentang malam-malam yang bercerita pada rembulan purnama di yogya menebar cahaya lewat pesona mantra kata entah itu dari siapa jadi apa,lalu bermakna? secuil saja malammu dan malamku ada di sepanjang randu yang berliku-liku selalu merayu pati hingga tayu din... bulan di atas itu selalu ingin menunggu bibir merahmu yang bergincu kerap tersenyum kala kalbu merayu tabu

19 oktober 2010

137

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

din... ini malammu


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kecup bau laut asin di tengah biru langit cangkang, kepah dan cucut bergelayut di umbut-umbut di pucuk-pucuk waktu ada rikuh angin yang geliat mengayun ombak gemuruh dada naik ke puncak-puncak bukit di ujung jawa dari pantai selatan hingga pantura lalu seorang lelaki tua tau akan legenda bisikkan tabu pada selangkangan randu-randu di sepanjang bukit batu hingga sayup-sayup suara hingar bingar palu-palu memecah ragu yang datang dari berbagai penjuru celah-celah batu yang retak oleh waktu-waktu jadi tandu-tandu memukau suara angin merayu bukit-bukit berpenghuni ratu ayu tumpahkan debu meradang lalu sembunyi dan memendam pilu diam-diam di ketiak merapi, bromo dan merbabu anak laut tunggu kecup bau bukit yang muntahkan debu duduk di selatan dan utara dalam segenggam waktu

24 desember 2010

138

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

anak laut


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

inang

:buat inang, istri pejuang di medan perang masih kuingat inang...

ceritamu itu terngiang di telinga ketika seorang lelaki gagah

ingin meminang walau cuma mahar kain panjang yang diselempang

pada pinggang

dia datang dalam seribu bayang

rasa di angan memutik lalu taburkan asa

semerbak merona pada holong ni roha

di tangan merekah hati bagai mawar mekar menghias jambangan di taman halaman

yang kautanam aneka kembang dekat rumah berkolong lapang

di sudut jalan bersimpang batangkuis, deli serdang

lalu mawar mekar di bawa pulang ke kampung seberang, tanah lelaki

peminang, luat tapian nauli

bagas ni oppung, sisi kiri mesjid belum sampai titi pinangsori dia datang dari seberang

seorang lelaki serdadu perang

berwajah garang

pergi ke medan juang

tak berkabar pulang

hingga terdengar hilang

139

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

datang dari kampung seberang


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar tinggalkan inang

membanting tulang

demi semata wayang

masih kuingat inang...

manetek ilu mi

saat cerita itu terkenang

pada lelaki peminang yang tak berkabar pulang

hingga petang menjelang

jangan kau hapus air mata itu biar dia mengalir menyejuk mawar yang dulu mekar

selalu menghias jambangan

di taman halaman yang sempat kautanam aneka kembang

4 desember 2010 holong ni roha: kasih di hati

bagas ni oppugn: rumah kakek manetek ilu mi: menitik air matamu

140

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

terngiang hilang di medan juang


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

angin di padang sabana tak sampai meringkus panas gurun ,telah berkali-kali sergap bait-bait para perempuan pramuwisma yang terlunta di balik tembok dengan pakaian dekil dan raut kusam itulah sadrah sadrah.... hilang di gurun sudah berkurun-kurun tapi negeri hanya tertegun menatap pikun tak seorang riuh melanun para majikan pun penghisap darah perempuan pekerja tekun sadrah... hilanglah di gurun walau berkurun-kurun hilanglah di gurun sudah bertahun-tahun lupakan anak keluarga di dusun pergi kerja bermodal tekun pengisi pundi-pundi negeri di sepanjang tahun lalu sadrah meradang badai ulurkan resah di belahan pasir gurun yang membungkah raga tanpa rupa jadi tak seperti agama menghormati manusia karena sayatkan sembilu dalam tragedi tubuh perempuan pekerja rumah yang tekun bersahaja entah mengapa aku pun lalai tak ada huruhara risau akan bangsa di bawah palem-palem kering tak bernyawa di ujung jazirah entah mengapa semua ingin menolak jasad bala seakan mereka tak pernah ada dalam 5 perkara seakan mereka bukan dagingdaging kita terburai berserakan di sepanjang padang gurun tempat kitab-kitab agung para pemuja gurun berlindung setelah sadrah disergap penyamun hingga kapan perempuanku hilang di gurun 2 desember 2010

141

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sadrah, hilang di gurun


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

(telah pergi) si oto na bisuk

: buat si oto na bisuk (alm. abang z. pangaduan lubis)

"..dalam sebagian pikirku ada kau, yang selalu mengembara dari otak kiri, tengah hingga ke kanan. dan menyuruh aku melihat dalam tekun yang kau semai di oasis itu.." boleh aku terkenang dengan budimu, abang? "..dari sebagian rasaku ada larik-larik puisimu yang menghentak-hentak nyaliku, walau itu terangkai kau jalin lalu menyuruh aku mendengar kelembutan diksi yang terjaga. tak mabuk ditelan aneka tabularasa.." boleh aku tersanjung dengan bahasamu, abang? "..dalam jatidiriku, kau ajar aku kembali ke asal leluhur yang menjaga rumah agar tak berganti penghuni.tak mengganti musim walau angin barat deru-menderu lewat segala cahaya indera

142

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

boleh aku terbayang dengan rautmu, abang?


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar kuingat sekali pesanmu itu.." hari ini, usai aku terima pesan dari sms itu hal kepergianmu yang kau sebut

telah berulang kali dalam mayatku* kubaca si oto na bisuk aku teringat dengan tak menghitung-hitung lembaran uban di kepalamu. senja susut, waktu mengkerut. jadi saksi duka cita anak negerimu

19 januari 2011

(*) (**)

si oto na bisuk: si bodoh yang bijak petikan dari si oto na bisuk karya alm. z. pangaduan lubis

143

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kau sendawa ketika lapar, dan lapar ketika kenyang**


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sebelum senja menjingga kutuliskan sajak ini pada tisu lila yang kauselip di saku bajuku kemarin ketika titik-titik bening mulai mengalir hangat di pipimu ungkapkan risau kerinduan ungkapkan luka kegalauan yang meronta setiap waktu sejak rupa terbelah dari jiwa lalu sebait asa menyerta pada kata bawalah sajak ke dalam malam-malammu yang tersusun dari bingkai kerapuhan dalam kelam yang sibuk memabukkan setiap pori-pori terus menguak kelopak jiwa hingga setiap hitungan gemerlap lampu jalanan dan hidup yang kaujejal dalam sekejap ilusi mengisi sisi yang tak lagi perlu kautangisi sebelum pagi berubah terngiang janji pergilah malam merengkuh peluh mengurung ragu jadi batu setiap waktu adalah bisu

22 februari 2012

144

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tisu lila


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

surat dari ibu

ceritamu di rantau sungguh buat aku bangga setiap waktu kaulalui tanpa keluh setiap langkah kau ayun tanpa ragu setiap niat terucap jadi tekad dari lelaki yang kuingat itu adalah bapakmu dari lelaki yang kuingat itu adalah kekuatanmu dari lelaki yang kuingat itu adalah air yang membasahi tanah kelahiranmu anakku... masih saja terngiang di telinga ini ketika ayahmu hendak pergi meninggalkanku pergi dengan seragam serdadu memanggul senjata di medan laga menjaga negara ia menitipkan kau padaku ia menitipkan kau pada rumah ini ia menitipkan kau pada tanah ini saat dalam kandungan tua menunggu waktu hadir ke dunia "jadikan ia lelaki satria, jujur dan sederhana. menghormati ibunya

145

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

suratmu telah kuterima, kemarin pak pos menitipkan pada inang ni si dame par lapo depan rumah kita


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

anakku... jalan tetap terbuka untuk menjaga ini rumah tetap beraneka walau tanpa lelaki lain yang memilih warna entah hijau, entah biru, entah kuning anakku... jalan tetap tersedia untuk menjaga ini tanah tetap nusantara walau tanpa lelaki lain yang mencari nama ke pelosok-pelosok dunia karena semata-mata jiwanya teraniaya anakku... jalan ada di mana-mana untuk menjaga ini rumah tetap beraneka untuk merindukan ini tanah tetap nusantara bukan karena warna-warna yang cepat sirna bukan karena warna-warna yang silau di mata karena merah putih peta jalan berdikari saja

4 november 2012

146

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

menjaga rumah ini dan merindukan tanah ini tetap merah dan putih walau ia lelaki dari huta yang mungkin tak ada di peta!"


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

melati di hati [kelahiran pemilik janji]

pagi tadi ia mekar tanpa matahari mengembang tanpa halimun walau embun menjuntai di kakikaki tangkai dedaun setelah dini kumandang senandung pujapuji gaung melantun ke langit tanpa cahaya bulan tanpa kemerlap bintang pun malam eloklah membiar diri didendang angin dingin menyelimut tubuh bumi menunggu datang pagi bawa melati mengelopak di taman sepetak siapa yang hendak merawat wangi semerbak? tak seperti dipetik dipajang dalam rangkai puspa sehari pelaminan tak seumpama iseng dipetik tangan kekar tak simpatik buat dipasang dalam jambangan

medan, 25 desember 2013

147

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kulihat melati itu mengelopak menebar wangi semerbak walau cuma dua tangkai di taman nan sepetak


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bunga mayang ia tidak lagi menanti sampan itu singgah di dermaga

rindu pada gadis seberang telah berulang menunggu angin datang gelombang pecah di karang

14 desember 2013

148

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sebab esok jalan setapak disusuri dengan sepeda


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

retak, kotaku retak retak...retak...kotaku retak tempat berpijak aneka puak terkotak-kotak

retak..retak...kotaku retak pecah berserak ditetak-tetak tangan tak bijak retak...retak...kotaku retak desak mendesak selera kehendak tiada berakhlak retak...retak...kotaku retak sapa berjarak peka tak berjejak otak memalak retak...retak...kotaku retak rumah berjerejak anjing menyalak adab terdepak retak...retak...kotaku retak mudah ditebak siapa yang hendak warisan rusak retak...retak...kotaku retak tanah sepetak dilego seperak apa tak cekak retak...retak...kotaku retak tembok tinggi buat berjarak iri dengki terus berpinak bibit benci tanda tak kompak retak...retak...kotaku retak aneka puak pernah serempak kini hilang, lalu terkotak-kotak hitungan hari, kapan meledak

02 desember 2012

149

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

retak...retak...kotaku retak jalan setapak sentak menyentak telinga memekak


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

martir kau lelaki gagah suarakan lapar pada langit-langit yang mendung penuh awan hitam, dalam hujan air mata, darah, tanah dan api di depan singgasana paduka kau lukis awan hitam dalam dada yang tegak menantang setiap meradang, menyerang batin yang bergolak, padam lentera keadilan kian muram tubuhmu termakan api idealisme gagasan besar cita kemanusiaan dari nalar yang tumbuh di tanah gersang, di rumah yang dikitari ilalang kering kepada rerumputan yang tak menyisakan lagi hijau di ujung doa, kau membingkai seluruh asa yang tertoreh pada kitab-kitab sejarah menjadi hujan yang membasahi tanah ditinggal pergi orang-orang yang lupa akan masa berulang siapa lalu meracun isi kepala dengan keadilan tanpa tersisa lalu biar air mata darah diseka di tanah gagasan cita semesta punah begitu saja.tinggal lupa kau lelaki gagah wujud isi kata pada perjuangan aksi nyata bagi orang-orang lapis bawah terabai dari kisah romantika

150

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

buat: sondang ht


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar para paduka dan punggawa hingga api membakar tubuh yang rapuh dalam cita kukuh tanah air setegak seteguh sampai langit runtuh

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

11 desember 2011

151


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tak kulihat lagi lelaki itu mangguris, mengumpul mangkuk dari batok kelapa pohon demi pohon lalu memasukkan ke tong kaleng tak lagi kulihat lelaki itu menanti buah para dan mengumpulkan dalam goni plastik buat dijual ke onan setiap pekan minggu di simangumban jae bukit-bukit di atas sana meratap pilu kehilangan akar hapea yang luluh oleh angin yang datang dari seberang membawa hama keserakahan lelaki itu tak lagi pergi setiap pagi ke ladang hapea memasang tiang pancang periggan di bukit-bukit yang rimbun dedaun hijau para lalu lelaki itu tak lagi menanti nasi dan lauk makan siang yang diantar bini ke ladang hapea yang hilang dari bukit di belakang rumah kini lelaki itu telah pergi dari tanah leluhur marga-marga,sebab setiap pagi tak lagi menyanyikan senandung buah para yang jatuh melenting ranting di sela-sela mentari pagi menembus jantung petani

medan, 04 nopember 2010 pangguris hapea: penderes pohon karet onan: pekan (pasar mingguan)

152

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lelaki pangguris hapea


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

anak jermal

28 september 2012

153

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bocah di tiang-tiang pancang hidup tak berkesempatan tinggalkan masa kekanakan pergi mencari kehidupan hitam di panggang siang dan ganasnya ombak malam


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

anak jermal 2

bangku sekolah tak jadi harapan teman-teman tinggal di kampung halaman hidup lalu berangsur jadi beban memalak tak pula pilihan

28 september 2012

154

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

usia tak cukup belasan kau terbuang dari kasih sayang ibu yang melahirkan dengan ratapan kemelaratan melingkar-lingkar nasib tak berkesudahan


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sebelum pukul 06.00 pagi kujemput kau di stasiun kereta api yang tiba pagi ini pulang dari rantau seorang diri tadi, dini hari setelah yang kesekian kali rasa tak jua sempat memenuhi janji ingin bersua di taman lili suhery begitu saat kau menginjakkan kaki di peron stasiun kereta kota ini kuajak kau keliling menikmati pagi dengan honda astuti mengulang-ulang semua memori memanggil-manggil ingatan tempo hari di kota yang ini, kota yang pernah dipimpin oleh syurkani berpuluh tahun tatkala sungai deli mengalir jernih membelah medan hingga labuhan deli kenangan pun datang membayang ketika pulang menonton dari bioskop bali sembari menikmati sore dengan berjalan kaki sepanjang pohon asam hingga ke jalan jati lain lagi cerita dari kuburan cina hingga astanaria pun aku takkan pernah lupa kaubawa tapisan kelapa yang kaucuri punya ibunda gila-gilaan untuk mencari ikan laga juga kuingat-ingat kenangan manis dari loh a yok ke jalan asia, pandu hingga waspada kita pernah kesasar bersepeda sampai menjelang senja

155

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

episode lelaki pejalan kaki


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dari raut keningmu dapat kubaca ada berpuluh-puluh tanda tanya tentang gedung-gedung tua bangunan belanda dari kesawan hingga penjara sukamulia raib entah ke mana diterjang buldozer rencana kota bila puluhan tahun juga, kota tak lagi biasa rimba bata menjulang hingga angkasa kota kehilangan makna komunikasi sesama tak seperti polis-polis yunani tua yang menjaga harkat manusia dengan pencipta dari rautmu masih kubaca engkau tak lagi pernah percaya kalau pemimpin kota hidup bersahaja cukup bersepeda dari istana ke balaikota bukan dalam tanya : " ini kota? " "atau sisa-sisa keadaban tak bernama." ada trembesi hidup merana lalu hilang ditelan lampu-lampu lapangan merdeka pun mahoni-mahoni angan semata kini hanya jadi nama jalan biasa pohon asam perlahan sirna buta mata, buta kepala hingga nanar pandangan mata tanda tanya tersimpan di raut muka "mengapa kota jadi seperti tak tertata?" tanah lapang dan tempat-tempat bersua

156

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

walaupun.... sejak kau tak lagi sekota kita tak pernah bercerita surat dan berita tak pernah ada aku pun tak tahu rimbanya di mana kota pun hilang dari peta keadaban cinta


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar hampir tiada tak mengesankan avenue kota tegur sapa pun apa daya, sirna di lalu lintas jalan raya kemacetan menyisakan kekerasan di dada

puluhan tahun itu adalah pertanda usia tak lagi muda, ruang bersastra dan jalur bersepeda jadi inspirasi penyiar kota untuk menulis epik dalam belantara kronika di stasiun rri nusatara dua jalan bintang belakang olimpia ada roman picisan dan serial komik di titi gantung sana tempat bersejarah dan saksi hidup kota lagi, lagi.... secuil asa kenangan mesjid raya kuil shri mariamman juga gereja khatolik santa maria membuat medan begitu beraneka kini ... kota seperti lenyap dari sanubari warga pekik dan jerit pagi tak lagi bersuara sebab tembok-tembok telah tinggi ke angkasa ruang diskusi pun telah tiada dan para lelaki meninggalkan kota hingga geng pencuri tak pernah jera sesuka hati menyakiti siapa-siapa seperti upeti terus berganti nama terus mengusik hati sesak di dada

157

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

matahari mulai memancar hangat di setiap sudut kota orang-orang mulai hilir-mudik menuju kerja lalu kita sempatkan keliling kota mencari catatan yang hilang entah di mana


Inang

PULANG KE HULu

tapi.... ada yang membuatku jadi suka lalu ingin mengulang-ulang kata bukan kebiasaan yang bebal juga bukan pula janji yang tanpa fakta adalah kisah sahabat kota yang setia pejalan kaki... yang sungguh bijak bestari tidak dari cara bicara sehari-hari tidak tentang tulisan yang berani tidak tentang semangat memuji-muji sebab kembara melatih jatidiri tak ragu dalam memilih tak berubah dalam menjaga hati tak berganti ideologi karena tak wara-wiri jadi hidup lebih berarti walau waktu pasti berganti engkau lelaki pejalan kaki hidup sekali, teguh berani hati berjanji

15 november 2012

158

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

edisi medan :buat sahabatku bung ahmad arief tarigan dan hujan tarigan

di meja segi empat ini juga suara lalu dicipta dari kata yang tak memenjara lelaki muda menanti hujan sahabat setia perempuan-perempuan belia terus menyulam kata sembari bermultimedia dari kata yang terucap rindu mulai terasa, diskusi mulai dihela ia lelaki yang belajar di seberang sana rambut lebat, garis-garis muka mulai mencerna gelisah di dada mulai dibuka: kota tak lagi kenal dia hujan tiba suara mulai bermakna tiris itu jelas ada di depan mata kadang dibawa angin ke utara kadang diayun entah ke mana-mana tapi cerita mulai menjelajah erofa kadang ke yunani tua, kadang ke cina dan rusia tapi sungguh itu awal mulai bicara tentang suara suara-suara yang menjadi kata suara-suara yang membingkai sastra suara-suara yang membahasakan raga suara-suara yang lalu berhenti di tanda suara-suara yang tak jadi nada

159

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kupesan... ini sepiring nasi goreng kaki lima dan secangkir kopi hitam, kawan petang mungkin hingga malam mari kita ulang rindu yang mengangkang


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

perempuan belia mulai bicara mencari kata yang tak lagi memenjara setiap kata dalam gerak dan suara "mengapa?" "mengapa?" sadar mulai menjelma bahwa suara-suara tak harus berhenti di tanda bahwa suara-suara hilang dari bahasa raga lelaki di seberang sana lalu menanti jiwa-jiwa yang merdeka dari akademia suara hujan yang ada hingga reda dari awan gelap di atas sana

pinang corner, 28 februari 2013

160

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lalu di kepala ada angan-angan akademia ketika socrates berdialektika di bawah pohon-pohon tua anak-anak muda yang tumbuh tak cuma karena normanorma dari tangan-tangan yang membelenggu ranah afeksia tanpa kepekaan pada zaman yang belum tentu sama


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sekilas petik di s dengan menyandang ransel dan tustel yang selalu di tangan kau abadikan momen penting ziarah kita pada alam sekitar dalam perjalanan di atas motor besar kita berdua yang entah berapa jam itu saat matahari sepertiga miring ke penggalan barat lalu dengan sengatan matahari yang memerah dan membakar sekujur wajah,pula sejenak ingatan dapat abai utama dengan berita-berita besar memilu dan menyembilu rasa anak-anak negeri yang terlunta di setiap persimpaangan jalan ceria itu tak tertampik saat mengintai view yang unik-unik dan berisi spirit komunal kemudian direkam dalam bingkai kehidupan yang seimbang ada kisah tentang jalan ada cerita tentang jembatan ada legenda tentang bangunan juga ada kemuakan tentang tatakota yang seragam kehilangan nilai spirit mungkin tustel itu akan bercerita pada siapa-siapa tentang riwayat para pembual kota walau perjalanan masih tertunda

13 agustus 2010

161

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

:buat mja nashir


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sengketa semu :refleksi buat kaum akademisi

di atas kitab-kitab itu kita enggan menyatu padahal filsafat awal semua itu di atas kitab-kitab itu kita menipu hakikat ilmu sebab sepertinya kita merasa mampu di atas kitab-kitab itu aku tak terlalu ingin meniru apa yang dilaku empuempu pembuku

2013

162

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

di atas kitab-kitab itu kita jadi susah bertemu padahal ilmu bukan untuk berseteru


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

umbu sang empu

entah mengapa lalu patahkan pancang siang yang selalu menghalang di depan membawa angan pada harapan melukis dengan waktu senandung dengan peluh melenggang tak tak berirama tak berubah hingga membakar nyali tabah jadi abu serakah biar..biarlah matahari tepat di atas membakar seluruh isi kepala yang pernah ditumbuhi pepohon asa hidup yakin tak pernah sia-sia setanjak usia dari padang gembira berbalut duka nestapa dan menyiangi seluruh rasa ringkih menggumpal lalu membuncah dalam dada bukankah peluh isyarat duka hidup adalah derita dalam tumpukan harta-harta dan rayuan kuasa lalu mengapa diri menyerah dalam jeratan materi? padahal waktu cuma secuil ragu yang terus memburu meneguh nafsu hingga memutar ke ujung waktu biar.. biarlah perempuan adalah waktu yang menunggu sejak setia menyulam selendang rindu tentang kasih yang membentang dalam rajutan kalbu

9 februari 2012

163

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

biar..biarkan siang meradang menguliti hari di jalan-jalan membayang carut marut lelaki dan lalu lalang janji menikung beringsutkusut kebut tinggalkan perempuan di bawah tenda mereguk racun dalam hidup yang ia yakin tak kan sia-sia


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dialog imaji

apa yang kau berikan pada dunia lelaki itu menjawab, "dari ubun-ubun hingga kaki ada rakyat. dari laki-laki dan perempuan semua berserikat lalu tak ingin terjerat dalam liberalisasi sekarat." apa yang kau berikan pada rakyat lelaki itu menjawab, " venezuela yang bermartabat, negara milik rakyat lalu tangan-tangan imperialis dijerat agar sepakat tanah ini bukan tempat kelahiran para penghianat." apa yang kau berikan pada venezuela lelaki itu menjawab, "sosialisme nyata yang membuka mata hati setiap warga percaya pada negara ini berdaulat percaya pada pemimpin yang kuat bukan kompromi-kompromi yang sesat mencari untung-untung yang sesaat." apa yang kau berikan pada sahabat lelaki itu menjawab, "semangat dan tanggungjawab buat pilihan-pilihan yang kita buat bukan mencari hebat, tapi jalan yang tepat ketika rakyat terus diperalat jalan kesejahteraan dan kemakmuran disumbat"

164

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

buat: kawan chavez, selamat jalan semoga setiap jejak jadi inspirasi kawan-kawan


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar apa yang kau berikan pada kerabat lelaki itu menjawab, "kesetaraan yang kuat dan semangat persamaan sederajat dalam koridor negara berdaulat rakyat kuat, venezuela dihormat."

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

7 maret 2013

165


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kupat tahu : spesial buat kang asep nata

bukit dago jajar sandang anak-anak warung lalaban ampera rasa belacan sambal pedas dingin malam memelasmelas nada a nada d karindeng towel suitsuit gelitik janji jelajah makrifat bambu kiat colek jemari "w" toel sewarna akustik lampu pilar gedung tua este es i buah batu geliat warna kembang sepatu semerbak mewangi setanggi di taman harmoni malammalam kita bertemu segelas kopi hitam menemani koar-koar orang rindu yang telah berpuluh-puluh almanak di jalan yang akang tempuh menggeluti hidup yang sungguh-sungguh kadieu.. karindeng towel kang asep meniup rindu merakit bambu jadi pembatas buku

166

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bandung .. kadieu bumbu kacang ketupat tahu senyum ayu kemayu mojang priangan rasa manis wah..


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar manis... manis... rasa pedas, wuih.. warna suara selaras saat bersua rindu terbalas

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

2 november 2013

167


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

puisi petani bau dingin menyeruak pagi menikmati embun jatuh ke bumi

bunga-bunga kopi sedang bersemi di bawah rindang pohon mahoni ia lelaki ditemani istri memulai hari-hari dengan puisi cerita tentang petani di kaki merapi lalu ia menuliskan padi-padi dari tandantandan setanggi mulai menguning seriseri di setiap pematang hari musim panen akan tiba lagi puisi-puisi mulai mewangi ladang di bukit-bukit pagi diselimuti kabut halus memutih lagi dari selasar meja bersegi lelaki itu melukis pagi dengan puisi menanti panen padi datang lagi ketika panen kopi jadi janji

biaro-lasi, kaki merapi bukit tinggi akhir desember doeariboedoeabelas

168

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

di sudut selasar meja bersegi ada lelaki menulis puisi


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pesan terakhir lewat bias air mukamu sempat kutau makna pesan terakhirmu padaku tatkala siang itu usai kuantar kau ke tempat peristirahatan

ada senyum yang terlepas dari biasa, coba kau tebar penuhi jiwa seolah cinta dan sepura suasana, namun siapa tak membaca bahwa garis-garis bibir itu bukan sunggingan sungguh milikmu semula dalam ungkapan raga pada muka lalu, aku beranjak tuk maknai air muka sebelum waktu menjadi batas nyata dan maya ketika kening itu mengerut, ada yang tak terbayang olehmu tentang mahkamah hati sedang mengadili jiwa yang terbelenggu oleh jeratan akal yang cukup begitu lama kau perdaya lewat pengingkaran dan pendangkalan logika, terlebih-lebih nistakan manusia dengan kau tutup itu jiwa lalu, gumam itu? bersuara riuh merendah, tak berirama tak bermakna dan terasa sia-sia. sebab apa? kau memang begitu mahir bermain kata, begitu pasih memilih diorama juga amat pintar merangkai fakta dalam singgasana kuasa yang terlahir tak cukup usia dari zaman kemarau akan jiwa hingga siang itu kuantar kau ke tempat peristirahatan, sebagai janjimu jua pada tiga bulan pertama sebelum ruh dihembus jadi nyawa enyahlah..!

2014

169

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

raut wajahmu tak seperti biasa, gumammu pun terasa sia-sia, padahal aku sangat mengenali raut dan gumam itu ketika waktu belum menjemputmu,untuk tak sekedar menunda kata


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

setelah kutulis rindumu dalam sajak petang masih terbayang ada larik yang tak luput dari renta masa bait yang kau tulis dari sajak-sajak yang tercecer dekat dekap cinta yang tumbuh di sela-sela rumah dusta di taman yang kerap dilanda bencana walau kadang rindu itu sirna, kadang cuma fatamorgana tentu isyarat rasa suka hampir menjelma di bianglala doa siapa tak punya sukma mengelus hari-hari terbebas dari perselingkuhan kata dan ambisi-ambisi kuasa lalu duduk bersimpuh... bertanya pada jiwa? tak bersyarat dan berisyarat petaka

24 juli 2011

170

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

mengalirlah


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kau melati aku hujan yang datang dari siang malam ini basahi dedaun mengalir ke lekuk batang ... aku hujan kau melati yang ditemani nyanyi angin ingin memukau malam jadi setetas harapan tak kesepian oleh riuh halilintar rindu pun kutebar pucukmu tersenyum mekar

air batu diam 31 juli 2014

171

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

hujan yang kamis malam


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

perbincangan malam "kaulah sungaisungai bening, yang... tak lagi mengalir, hulu di sana kering batubatu diam."

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

malam pun ingin lekas pulas menyaksikan laut tak menguap." biduk terapung bimbang dalam pecahan cahaya rembulan nyelinap temaram di celahcelah pepohonan." “geliat malam terbayang pada redup lampu jalan serasa hilang langit kian telentang mengerang di atas padang." “sungaimu hilang dalam perbincangan malam ketika gelombang pasang menumbuk dinding karang biduk pun tak sempat pulang."

4 juli 2013

172


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

emak pulang aku padamu ketika elang-elang laut itu mulai hinggap di dahan bakau

rinduku pada ketapang yang rindang rumah bertiang panjang dekat pangkalan jual ikan ujung tangkahan mak... kutengok anak-anak laut riang berenang hingga ke pancang jermal disapu gelombang ke pantai tenang aku tak pula lupa mak... samudera luas di sana seluas kasihmu riak gelombang prahara bertukar masa selalu teduh ketapang depan rumah itu seteduh kasihmu mak... pulang aku padamu ketika elang-elang laut itu mulai hinggap di dahan bakau aku rindu laut yang kau arungi kala itu

2014

173

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

laut tak jadi pasang angin siang hendak ke seberang jaring-jaring terbentang anak cucut bermain di ganggang


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dalam janji yang tak biasa

lelap tiada begitu panjang, entah dalam janji yang tak biasa kepada gumamku lirih: "oh‌ malam!�

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kuhirup harummu malam yang menebar ke sela-sela jendela kamar tidur yang telah kau pasangkan gordin ungu berenda hijau warna kesukaan. lalu kau petikkan kuntum cempaka beserta helai daun mudanya di jambangan meja kecil di sudut kamar tempat kau selalu menyulam sapu tangan berwarna lembayung sembari menunggu aku ketika bulan belum meninggi. sesaat kugapai lengan lembutmu yang selalu menadah tulus menanti waktu selalu merayu untuk pergi bersama kelam yang mendendang tembang menunggu

detak-detik jam yang tergantung di atas kosen pintu kamar, berisyarat dengan suara merdu memesona keheningan tubuh malam yang terbalut sutera putih, lembut nan halus, lalu ingin membisikkan asa pada setiap sisa ruang ventilasi yang membuat aku terus ingin menghirup harummu malam yang menyebar ke setiap relung hati perawan dalam bejana pualam tempat segala cahaya menepi warna raga rasa kata mula asal kita jadi sejati dalam hari hari yang akan terhenti lalu bulan menitip cerita malam pada seorang aku yang tengadah mencari tuhan dalam setiap garisgaris yang terpantul lewat jambangan kaca tempat putik-putik puspa cempaka menghias kamar rupa oleh sesiapa melahirkan anak-anak kata dari desah ranjang hangat

174


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar pabila selimut kelam nanti dini menyapa masa memang malam terus merona dalam harum tubuh putik-putik cempaka

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bersama embun malam lima oktober duaribu10

175


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

nanda... (si anak panah)

nanda... anakku biar masa tak selalu sama walau kadang bagai mengulang walau ia kadang mabukmenjenguk walau pun terus menyapa namun itu hanyalah asa yang terus kusemai padamu helai demi helai masa larut tersenyum kasih terus menumbuh bagai bunga di taman kian mewarna, merona bagi matahari harapan pergi..pergilah nanda mumpung pagi masih belia tatkala harum bunga pun menyebar ke mana-mana lihat kelopak-kelopak beraneka mewarna taman rahasia rasa selama masa menyalin cerita umur cita kepit digenggam jiwa

medan, 04 november 2010

176

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pergi...pergilah nanda, anakku tegakkan kaki dunia di luar sana sebab ia laluan masa adalah bukan duniaku lagi seperti apa, sekarang di kepalaku seperti apa, terbayang olehku seperti apa, kualami hari hariku


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

lelaki peniup sulim

lelaki yang sederhana lelaki yang ada dari orang biasa-biasa menyalin pesan-pesan dari jejak bukit toba melukis asa pada jendela dari setiap tanda-tanda suara yang setengah terdengar dihalau tebing hariara dari sisa cemara yang menghalau rindu tanah ibunda sepanjang danau membentang selatan ke utara irama sulim membahana dalam sukma mengusung rindu anak rantau dari legenda raja-raja di kota haru biru tebing-tebing curam penyangga sepanjang tapian toba bersenandung "andung-andung" ketika senar hasapi dipetik begitu saja bukan karena matahari tak lagi memantul cahaya kebeningan toba

lelaki yang bersahaja lelaki yang acap kali merawat bunyi yang telah sunyi dan menyulamnya dari ranting-ranting yang jatuh di tepi-tepi terdengar lenting berdenting di daun-daun rerumputan kering bukit-bukit pangururan, rura silindung dan hamparan porsea ia anggun menyapa telinga sesiapa memaknai kantata dalam syair-syair oda dari tanah yang meriwayatkan si singamangaraja dari desau angin yang bercerita tentang bakara ia lelaki peniup sulim yang terus menjaga suara untuk hikayat dan legenda hatani debata ia penyulim yang masih setia pada bumi dan mata air yang masih bersuara walau air mata pora-pora yang tinggal di kolong-kolong keramba kering ketika senja tiba, menanti malam-malam diam tanpa suara ia merajut bunyi di tengah suara-suara yang serak dan luka

15 hb doea @doeariboutigabelas

177

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ia datang dari langit yang teduh ia datang dari riwayat oda yang tumbuh di batas rumpun-rumpun aur sepanjang huta meniup sulim memainkan bunyi-bunyi umpasa di tanah batak sebagai somba debata


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tele

kalaulah aku harus mati biarlah izin datu-datu menyertainya batu-batu menjadi nisan di sepanjang samosir lagu kematian mengiringi setiap jiwa bukan karena mesin-mesin keculasan dari tangan-tangan perampas kehidupan kalaulah aku harus mati mengapa marga-marga tak ingin menjaga bencana apa yang datang dimuka hikayat toba di pusat tele yang semesta sesaat tak akan hilang di meja kuasa bila serakah, takberdaya bukan gejala di sana kalauah aku harus mati inilah kematian di penghujung legenda tak mungkin diriwayat oleh para pujangga sebab air mata siapa yang terus mengalir bila tele bercerita hidup selalu sia-sia, mati lalu menyiapkan bencana

2013

178

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kalaulah aku harus mati biarlah matahari yang membakar sekujur tubuhku biarkan kering, hangus dan hitam membirat bukan karena keserakahan bukan juga ketakberdayaan


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

akila sembilan purnama kutunggu dikau buah hati dalam rahim ibumu, akila menemani malammalamku menari dengan puisi

dari tagore hingga rumi di suluksuluk rawi sampai sufi menggali imaji yang tak pernah berhenti janji lariklarik puisi yang membuka semesta hati sembilan purnama kunanti tangistangis menghiasi kuntumwangi di kamar ini, akila sambil menyeruput segelas kopi kubawa rindu berpindah ke meja serambi menulis purnama yang tak ingkar janji hm... kini kau telah puisi yang terus mengilhami lariklarik hari setiap aku berangkat pagi

2013 buat: qorry aina akila cucu yang menghiasi hari-hariku dengan puisi

179

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

menemani malammalamku berdendang dengan narasi


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

hikayat pejalan

membasahi bumi tumbuhkan pepohon dan berpinak hewan dalam garis lurus, lengkung membentang ruang dari bukit-bukit tua kawah letusan gunung toba ia bercerita tentang suara-suara sepi yang membentuk kata sepi yang mengalirkan makna sepi yang meruwat pora-pora sepi pula yang menumbuhkan hariara ia tetas dari tetes hujan yang dibawa angin dari tenggara langit cuma tiga warna ketika awan memecah membasah rura dari batu-batu tua ia menulis cerita tentang toba dalam lak-lak beraksara doa-doa, kerja dan ajaran setia yakin pada waktu, dosa dan usia dari ornamen di rumah bersama ia melukis makna tanda-tanda hewan dan warna-warna pilihan tiga warna alam yang meriwayatkan asal usul kata dari bahtera yang melarung danau ia menghitung waktu dengan memutar sepi yang melahirkan huta

180

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ia tetas dari tetes hujan yang memecah awan langit yang berselendang tiga warna


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar sepi yang melahirkan marga sepi yang menabuhkan suara-suara dalam gondang, hasapi, sulim dan legenda

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

17 maret 2013

181


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sajak itu langit lengang membiru awan berarak menyaru menubuh risau jadibatu memecah pilu jadirindu

laut biru angin memburu biduk melaju ke ujung batu menanti waktu jalan berliku hidup tak tentu takkan dituju lelaki tayu menyiapkan tugu dari randurandu bukit berbatu sipu perawan berpagarayu tak menyaru hidup bergincu menjulang silang gunung batu bersenandung lagulagu rindu pemecah ragu di padang buru mengisi saku waktu barpacu lalu batu tayu datang menunggu hidup berbirubiru tak lagi haru harap satu tak berkalang waktu menjaga ibu cucuran air susu huluhulu rumpunan bambu melabuh rindu ingin dirayu biar pilu merambu jujur bisu hidup berpangku siapa mau

2013

182

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

eru melentiklentik dungu diiring senandung sendu randurandu turut meniru irama bayu laun membisu


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ardi adakalanya aku harus belajar

dari cara engkau meraut pelepah tebu memilinnya jadi jalin tali-temali

untuk membawa rumput

pun seandainya arit yang menyabit rumput dan

ilalang liar itu

ada di genggamanku tak tahu pasti

aku mengukur seberapa tinggi hendak disabit

katakan pula aku belajar pada kebiasaanmu menganyam tikar dari pelepah pandan yang

terserak di rawa ujung jembatan jalan ke ladang

jagung

sepertinya ..

aku mulai paham arti sejati darimu, kawan ardi

2014

183

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

buat gembala sapi itu, ardi


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ardi 2 aku tau pagi ini kau tak ke ladang jauh jagungjagung itu menua sawah kehilangan air

ketela pohon hilang dicabut orang satusatu pohon pepaya pun telah ditumbangkan sampah daun pisang, batang pohon

kabarnya, bangau pun tak pernah singgah

aku teringat pesan singkatmu, ardi

yang kau kirim seminggu yang lalu tentang tanah itu,

tentang ladang itu,

dan tentang dangau di pematang sawah bawah tempat kau biasa mengusir burung-burung yang sering menggoda bulir padi muda

tempat kau menjaga air yang mengalir dari hulu sungai di atas sana, kini sedang ada silang sengketa

sedang berebut nama-nama dari pesan singkat itu juga

kau bercerita tentang tanah itu tentang para penunggu

tentang ulayat dan marga-marga

tentang hutan pohon-pohon yang tak dapat ditebang

tentang mangguris dan marsoban semua seperti (di)hilang(kan)

dari bukit-bukit di peringgan ladang jauh semua itu kau tinggalkan

184

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

perigi di bawah batang mangga itu penuh sesak


Inang

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar sebab sedang ada silang sengketa

sebab sedang berebut nama-nama

...

padahal, kau adalah si penunggu itu

padahal, kau adalah ardi, si penulis pesan itu aku mengulangnya dengan bahasamu

ardi, sang penunggu - 31102014

185

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

catatan suatu pagi


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara


PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Selamat Pagi Puisi


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

alegori kita rusak karena tiada tidak pernah ada juga mengada ada

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tidak biasa karena ada kuasa bukan mengapa untuk menjaga suka jemu dengan kata dan rasa padahal budi akal tak pernah berdaya meski jalan telah jauh masih juga jahit sudah lelindan putus siapa menjala siapa terjun tapi terus saja itik berenang di air mati kehausan

29 maret 2010

188


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

biduk tak berhulu

tertanya hasrat lewat kata, mengapa bulan tak mampu menyeruak awan dengan sinar yang rupawan? padahal malam telah memberi isyarat agar bulan menjadi baiduri pengganti laila majenun sebelum dinihari tiba pada waktu yang siap membelenggu. lalaikah rasa yang merindu kalbu karena terselip pilu tak jemujemu menggugah tubuh ragu mengapa bulan tak menyelami sungai hingga ke hulu, agar biduk mampu menyusuri setiap detil lekuk air yang bening lalu berkayuh pada riak gemericik arung pemecah hening masihkah bulan terpesona pada arakan awan yang merayu lalu melantun sendu dengan aroma kelamnya membayang bayang riuhnya sendalu. hingga bayu tak mampu merindu lalu ke hulukah biduk bersama malam yang sama seperti tak berbulan menyusuri tepian tanpa detil lekuk air yang bening lalu berkayuh pada riak gemericik arung pemecah hening. biduk melaju menuju hulu tanpa meragu di ujung waktu, lalu tak ingin lagi merayu cumbu malam di bawah rimbunan rumpun bambu di sepanjang tepian sungai itu

catatan perjalanan 2009 disalin ulang 4 juli 2010

189

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tak terbacaku raut bulan, telah tersembunyi di balik awan yang berarak sebelum dinihari tiba dari sepanjang arung sungai yang membawaku ke hulu rasa. saat masa meramu kata menumpang biduk kantata, merdu mengalun embun di tengah pekatnya malam yang terpantul ketika hening menghablur dalam raga, bukan rupa yang merenda rasa


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sajak para pencari malam

banyak dahandahan tertegun menatap gerak yang indah ketika kepaknya berdendang ria sejak senja itu tiba. ada yang menepuk tangan berhentak kaki, lalu melenggang terbawa irama waktu terus merangkak membawa sajak berima yang tersusun apik dari helaihelai aksara kota hingga rusunrusun yang tiada tertata parapraja tempat para pencari malam menyeka peluh setiap kata. sepertinya makna tak selalu menjadi apa ada apa cahaya rembulan menembus dahandahan malam di beranda kota yang sesak oleh gemerlap rasa, entah tiada berpenyangga, mengusik raga tanpa berkata ada menyapa setiap dinding kota tanpa ragu dengan irama niscaya para pencari makna meranggas hati daundaun yang tumbuh di lereng malam tempat para sesepuh menguji diri tersungging kulum ditemani rembulan.. yang tak hendak meninggi puncak lara

7 agustus 2010

190

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pun ia menari dengan kepaknya yang lembut bagai membuka setiap umpama isyarat malam dengan tubuh mungil dandan raut yang natur putih kemilau pualam merayu rupa rembulan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

di tengah bising kota aku sempatkan reka rasa hatimu di dada yang gundah gulana karena lama tak sua aku lupa entah apa yang membuat ada rupa melahirkan asa pun begitu tergesa menjelma jadi daya memang watak masa siapa yang menduga andai ada raga tanda jiwa pun lalu terbuka bila hendak menyapa ini jalan menata kata merangkai pin makna mengubur prasangka tanpa selalu kecewa pada hidup bersahaja bukan kota yang tega pisahkan rasa manusia dari logikalogika benda yang dipajang terutama demi gairah nafsu kuasa apa yang hendak dikata kalau badan tak bahagia dikejar benda ilusi dunia sepenuh masa jiwa nista habis usia dalam penjara mengapa suka bersahaja berpikiran jelas seadanya tak terbiasa mengadaada bantu membantu sukarela bukan ingin mencari nama hijau abuabu, 22.50, mengakhiri 6 oktober 2010

191

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kuin tujuh syair


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dendang ombak

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

angin laut bawakan biduk melaju di dendang ombak arungi petang merangkak hingga dermaga berjejak pun sempat kukecup deru angin yang ingatkan aku pada seorang gadis belia putri melayu jelata bersahaja, bukan keturunan raja, pandai berpantun dan merawat kata agar hati sesiapa tak jadi cela. konon rayu tak memilih sesiapa untuk menyapa lewat helaihelai kata yang mengalun lembut dari bibir angin laut di sepanjang petang jelang malam. pun sempat kuhela dendang ombak yang membawa biduk hingga dermaga, tatkala senja ingin sua terbayang di benak segala laku yang memesona kala belia tersenyum seadanya tanpa direkareka raga siapa yang tak menanti nyana? ia berbaju kurung dan berselendang rupa tanpa polesan warna kayak menyalanyala di antara gadis putri melayu sama jelata. pun kusampaikan pada laut yang menghadang setiap jengkal rinduku tentang harum rambutmu yang hitam panjang sebahu dari haluan biduk ini sebelum angin membawaku ke tepi. sebelum biduk merapat ke dermaga. lalu kutuliskan juga puisi seadanya pada sekuntum seroja yang pernah kau letakkan dekat jambangan di meja kamar kita berdua. saat kau inginkan agar setiap kata jadi bermakna. lalu biduk merapat ke dermaga menambat tali pada penyangga membuka helai demi helai cerita jalin makna melayu tak berkasta itu awal bahasa cerminan bangsa

awal november 2010

192


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tak pernah keluh datang dilimbur pasang jadi samsara ketika rindu kembali ke rumah tempat segala suka tersalin baik dalam sajak di beranda depan itulah kata tak pernah riang gembira luput dari pelupuk duka sepanjang jejak telah dicecah ajak aku kembali ke rumah tempat segala senda gurau terangkai jadi suara rebana itulah kata tak ayal semua rasa bersemi tatkala hasapi, rebab dan talempong melukis cerita asal muasal anak hawa seperti ara walau di padang gersang tumbuh rimbun meneduh semua jiwa yang nestapa jadi hilang sirna itulah kata tak putusputus jalan merenda asa walau kata jadi pelipur lara

14 desember 2010 buat semua kata yang telah hadir membantu makna tersusun dalam rangkaian sajak

193

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

berumah di kata


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bayangbayang bulan jatuh di atas cawan kristal, tenggelam entah mengapa lalu ada malam malam bertengger di pucuk tiang lentera sambil geliat tubuh memuja muja liku lekuk paras merona warna bening sisa hujan yang menetes dari dahan flamboyan di sepanjang jalan kota saat siang tak sempat hampiri petang mengulang waktu untuk berdiang walau setengah gulita malam tetap mengintip raut luka dari sisir jendela kamarkamar tempat bayang bayang bulan jatuh di atas cawan kristal dingin pun mulai menjalar di sepanjang trotoar ada percik lembayung menggurat bibir cawan dalam gelut bulan bugil sunyi kerut gemintang yang hilang menjalang ditelan gulita malam kini tinggal sepercik awan jatuh dalam sebaris hujan penuhi cawan

7 desember 2010

194

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bulan jatuh di atas cawan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tiada luput hirau aku kesah benak menghentak seluruh ragu tak jua berlalu seperti pusaran ombak memicu pacu gelombang rindu yang membahana di setiap penjuru mata yang tampak merona luka begitu ingin mengirim kata dari celahcelah jendela dalam seutas rasa nan gulana, berkecaikecai rupa di setiap masa hasrat tuk menetap pula seolah perangai raga berseloka pada setiap lidah gramatika pada kembara tatabicara entah bagaimana? sejumput asa pun cuma menganga apa tak jua menyapa pabila makna tak lagi dipercaya, tersuruk di kolongkolong jiran tetangga yang selalu dilanda duka nestapa terlupa dari semua syak dan suaka. mengapa hendak berkata bila rasa tak terperi dikandung bahasa yang meratap luka setiap kata biar kata arungi samudera pergi tinggalkan dermaga yang menambat setiap mana di pancang penyangga tanpa rona cecar asin laut jadi lanun meradang ombak yang berkecaikecai

1 desember 2010

195

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

luka kata berkecaikecai


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

merantau

usia meninggi lincah cecahkan kaki awali diri dengan berlari, lalu pergi ke dunia luar mencaricari memulai perjalanan kaki tinggalkan janji

18 maret 2011

196

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

datang dari rahim berayun di tangan ibu tetas kasih titisan air susu dari hari ke hari menyulam waktu menimang jantung belaian rindu


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pergi pergilah belia tinggalkan pusar tanah asal kelahiran ke jalanjalan menikung dakian tak beraspal, lumpur cadas bebatuan dalam pelukan bukitbukit yang hilang meranggas luruh dedaunan diguyur angin siang bawa jejak kakikaki lelaki terarak awan menyulam angan dan harapan di depan temui badan bertuah nasib penuh pencarian tiada lupa kampung semasa alam kian terkembang pergi, pergilah siapa lupakan pematang yang sebentar lagi dipenuhi ilalang kemelut raut ladangladang kering kerontang jelang petang walau resah terus menghadang, lalu bimbang datang meradang bawalah siang dalam pelukan , malammalam menyulam harapan

25 menit sebelum 23032011

197

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 2


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kaki terus melangkah tinggalkan jejak ribuan tapak satu demi satu tampak di belakang membawa anganangan melayang ke depan, jelajahi semak belukar pikiran lautan perasaan dan langitlangit harapan kepala dipenuhi hasrat hingga ke tujuan terus teruslah kaki terus melangkah tinggalkan waktu bermingguminggu satu demi satu kampung berlalu menemu aku di hutanhutan ragu yang bertarung rindu memicu tahu dustadusta yang duduk menunggu rantau nun jauh berbatubatu lalu pikiran datang tak menentu perasaan berseliweran membisu anganangan pun lelah jadi batu walau rantau bukan yang dituju

1 april 2011

198

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 3


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

mencari pecahan matahari di celahcelah belantara gedung yang dingin dan beku serpihan debu dan asap knalpot memoles pagi yang sedang berbenah dari peraduan kadang nafas dan bau keringat rantau lekat di haltehalte, penuhi pedestrian tanpa jejak kaki rembulan yang mengintip dari gordin jendela rumah kontrakan tua lalu masa menyulam makna dari setiap tetes hujan yang datang menemani alam begitu riuh rendah suara di sekitar tubuh namun tak satu pun merias raut, menyapa kota yang hilir mudik dijejali ambisiambisi tapi dengan laku kerja tekateki buat pundi kembara kata menyelinap ke dalam benak bertanya : "siapa aku dalam jagat tatawaktu? " apa yang kau cari pada siang hingga tubuhmu berdebu, penuh luka dan dekil ke ujung jalan? harihari pun telah jatuh ke tangantangan tak bertubuh manusia gen adam dan hawa para pendusta mulai meracun pikiranpikiran para petapa dan katakata merias pesona kasta pada seolah kitabkitab yang dijanjikan. seolaholah ada kitabkitab yang membahagiakan jejak waktu yang mengejar entah mengapa terus mengembara dalam duka dan nestapa mencari kata dan merawat angkaangka jadi kasta dalam rumahrumah tak berjendela dan berpenghuni sesungguhsungguh manusia mengapa kuasa begitu bermakna. butakan hakikat yang ada. merantau membuka sukma

31 maret 2011

199

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 4


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tak kutemui aku dalam perjalanan itu walau matahari telah meninggi tepat berdiri tegak di menara hari pun telah kubalikbalik waktu mengingat janji tinggalkan ibu dalam sepucuk surat di balik batu jalan itu masih jauh nun di depan kadang rindu datang meradang membawa ragu, lalu ingin pulang namun hati bertolak belakang pilu menghilang, tekad pun datang terus kucari aku dalam perjalanan itu walau siang telah menyimpan ragu pada saku baju setiap pejalan waktu biar tak sampai di ujung temu rindu merangkai harapan kalbu mencari aku dalam perjalanan itu walau tak kutemui aku dalam perjalanan itu biarlah waktu menyapa rindu ketika ragu menunggu takkan pernah berlalu

4 april 2011

200

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 5


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

duhai tanah tempat kelahiran ingatkan aku dalam perantauan jangan suka bermalasmalasan sebab derita segera berhadapan duhai, bunda yang melahirkan waraskan aku di perantauan sudi sedia jaga kepercayaan setia berkawan dalam berteman duhai, kerabat yang kutinggalkan kirimkan pesanpesan renungan biar terjaga iman di kandung badan rayuan pesona nikmat keduniawian duhai, kawan-kawanku sekalian jaga aku dari kepicikan pikiran juga pergaulan keanekaragaman hanya karena sesatnya keyakinan sebab rantau adalah pencarian yang selalu beraneka kenyataan di atas segala harga kesetaraan perayaan martabat kemanusiaan

2011

201

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 6


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

merantau 7

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ketika aku mencari cari luka di wajah harihari perjalanan yang tersayat waktu sejak lalu tak kutemui dari cermin yang retak oleh keakuan aku tanpa lukaluka yang membiru

6 april 2011

202


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

jalan masih panjang jejak langkah laju mengembang bawalah badan melanglang ke seberang cari kawan sepadan harapan setali tiga uang hari pun masih terasa siang lalulalang harapan terasa lengang tak lalu dibiar usia pergi menghilang karena sekerat tantangan tak jadi peluang lawan datang tiada ditawan ajak berjalan seiring sehaluan bentang harapan dalam kesenjangan menyemai pesan lekat jadi keniscayaan pergi.. pergilah ke rantau mengembara dalam kebijaksanaan sisasisakan yang tertinggal jadi warisan dari leluhur zaman walau laku penuh likuliku tipu dan ragu luka derai air mata dan getir membatu biar langitlangit harapan tak selalu menggantung hanya di angan melulu bawalah badan ke rantau peradaban ajak pikiran melanglang lampaui zaman tinggalkan kampung tempat ibu melahirkan mengubah catatan hari depan keberagaman

11 april 2011

203

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 8


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

hening.. malam tak berbulan juga berbintang aku pun berkaca mengenang kulihat diri dalamdalam berulang kali berulam janji tinggal sepotong badan pembalut tulangtulang kemudian perlahan hilang ditelan siang sebab gemuruh debu silang beterbangan menjemput hidup di paruh tantangan lalu langkah mengiring malam hening jaga hati senantiasa bening

6 juli 2011

204

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 9


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ma‌ bulan depan kita jelang usia berpuasa ramadhan tiba dalam dekapan rahman isyaratkan harapan membingkai tujuan kuingat ini kali yang kelima puluh masa perjalanan dalam rantau tiada tahu duga hingga kelak singgah di batas nun mana ma... aku rindu mengusung usia di jalanjalan keyakinan, walau kakiku penuh lumpur, mukaku hitam tak bercahaya, mataku perih penuh dusta lalu tanganku kotor oleh darah sesama yang menghunjam lewat angkaangka angkara murka, kata kata penuh berhala merasuk sukma aku tak ragu datang padamu‌aku lalu ingin menyium telapak kaki, dan membasuh muka dengan air susumu. aku ingat saat marpangir di sungai pinangsori, dalam rindu yang terbelenggu. ragu menyaru kuingat dari tanah itu aku lahir, walau penuh daki, namun kaki terus melangkah mencari diri di rantau orang. jalanjalan penuh onak, entah apa aku terus merasa asing dengan diriku, padahal rantau tak berhingga kapan akan ke batas rinduku pada, ma... tempat benih itu ditanam di sepetak sawah di peringgan rumah kecil warisan dekat kampung yang berdanau biru hutan hijau ma... izinkan aku pulang kembali ke pangkuanmu membawa lelah rantau yang penuh daki dari kepala hingga kaki

12 sya'ban 1432 h

205

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

merantau 10


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kukejar kau berharihari tak kunjung sampai hingga peluh berbutirbutir melumuri setiap sendi terasa bau asin kemarau panjang yang kau kirim dalam catatan harianmu lewat terik matahari tinggi derajat kelembabanmu lalu sempatkan aku istirah aku tengadah ke langit menanti janji membasahi padipadi petani seusai panen raya di manamana barang mampir sejenak pun kau tak hendak walau sesekali sayup kudengar isyaratmu dalam telangkai tiga halilintar di sudut langit malam yang membawa mendung bersabungsabung ooo, hujan datanglah padaku agar pohonpohon segar kembali bumi lalu basah dan pupuskan debu yang hinggap di setiap keningkening ranting yang rapuh dan dedaunan sepanjang jalan. malam pun berhias menanti tarian hujan yang gemulai di atas kereta api malam aku tertegun pada hujan yang datang tik...tik...tik...hanya rintikrintik walau itu cuma lamunan

18 maret 2011

206

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

lamunan hujan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bila bersepeda sudah di hati

jalan tuntungan mulus sekali berkelokkelok ke pajak melati siapa pula tak meminang hati bersepeda jadi tali silaturahmi jauh bersepeda tanjakan didaki peluh terpecah mengaliri sendi dapat silaturahmi juga sehat diri apalagi buat lelaki penjaga pagi laju sepeda di hutan kanan kiri hirup udara embun tanpa polusi rute ditempuh dapat inspirasi modal bangun pagi bahagia hati semangat pagi rute lancung dicari mengubah arah biar ganti berganti kalau bersepeda jadi damai di hati setiap pagi hidup jadi terus berarti

7 februari 2012

207

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kutunggu minggu di ujung pagi kawan seusia terus menanti mengayun pedal mengurut nadi jelajah kampung pinggiran kali


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ketika bulan bergincu dadu

catatan pilu lagilagi selalu berakhir di batu saat ia lukis dengan semua katakata bisu dengan semua arti peluh rayu ketika langit berkabut abuabu ketika randu jadi merah dadu bukitbukit hitam itu berbatu cadas dan keras penat tandus sepanjang tayu kalingga serayu pengiris ritus perempuan tayu yang lalui hidup berbekal malu dari nafkah lelaki pemalu batu hingga waktu terus berlalu bulan tak lagi di daun jambu bergincu rayu di bawah randu menyulam malam tanpa kelambu hingga pagi sedikit tersipusipu melihat ragu dari pintu ke pintu hidup keras tak ubah batu meradang ragu setiap waktu berburu langit biru, laut biru tapi bulan terus begitu sayu jalani laku menunggu waktu di pucuk randu menguncup malu

29 januari 2012

208

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ia lelaki tayu dari masa lalu yang menulis semua biru dalam setiap persinggahan dari waktu ke waktu dengan tinta luka yang terus memburu jalan hidup berlalu tak tentu


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

derrida

kalau kutuliskan pikiran dengan ungkapan kalimatkalimat lalu aku mulai merintis jalan absurd bagi siapasiapa kalau kucetuskan kehendak diri dengan wacanawacana janganjangan aku sedang memanipulasi apa adanya menjadi ada apaapanya sebab kata tak selalu ada dalam rasa sebab kalimat bukan pikiranpikiran yang sesungguhnya sebab wacana adalah perselingkuhan pikiran dan bahasa lalu kutulis dengan apabila kata kehilangan rasa? lalu kutulis dengan apabila kalimat hilang di persimpangan makna? lalu kutulis dengan apabila wacana jadi tak lagi dipercaya? bukan kata yang tinggal jadi kerangka bukan kalimat yang jadi tak terang nyata bukan wacana yang mendedah pikiran dalam bahasa sebab derrida membongkar tameng bahasa

12 agustus 2012

209

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kalau kutuliskan rindu hati dengan katakata, aku mulai berbohong pada dunia


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tersangkanya: b a h a s a

inilah kisah kembara bahasa disangka makna hanya tanda kelit gramatika tampak kuasa bisa diterka semantik retorika ... dedah kata dan tanda baca tanpa koma peminang jeda andai sengketa pikiran tiba benang frasa kusut agaknya jikalau klausa tonggak bahasa di mana sastra dan peribahasa padahal kata asal nazar semula mengungkap rupa citra indera bukan aksara pakaian dalam bahasa ada manusia, benda pun alam nyata mestikah makna disangkar gramatika lalu wacana cuma nalarnalar logika

11 agustus 2012

210

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

meraut kata memiuh makna sulam peristiwa jadi wacana asal semula benang frasa tak terasa batin terpedaya


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

rasta... rasta... rasta...

nyanyian dusta ada di manamana langit setengah hitam, murka cakrawala kotakota lengang, lenyap dalam ruangruang ilusi matahari pun enggan melukis pelangi setelah gerimis titis, lelaki berdiam di ketiak istri membakar diri bukan dalam api revolusi membakar diri bukan dalam militansi membakar diri bukan untuk tanah ini negeri lalu mengganti kelamin jadi banci dan doyan memakimaki tanah ini negeri tanpa warawiri rasta... rasta... rasta ... siapa lagi menghirup pagi di jalanjalan sepi siapa tadi membuat janji ini negeri tanpa politisasi dan korupsi siapa lelaki bernyali merampas kembali tanah ini negeri dari tangan pencuri berdasi pejalan kaki, pengemis suami istri, pemulung atau lelaki banci yang datang dari perut bumi setelah tsunami? rasta... rasta... rasta... kota telah mati, intelektual pun tak lagi kembali kampuskampus sepi diskusi, tampang selebriti tawuran sana sini, ikon university for industry diktat, toserba fotokopi dan janjijanji para penguji kota tak lagi disinggahi sinar matahari lelaki dan perempuan kehilangan cahaya pagi kehilangan janjijanji dari lelaki yang tegak berdiri di setiap halte jalanjalan sepi

23 september 2012

211

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

rasta... rasta... rasta...


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

barangkali‌ (sebuah perjalanan imajiner)

barangkali, tanpa tigris dan efrat dur-sharukin, niniwe dan babilonia tak jadi kotakota kuno mesopotamia tanah peradaban anak manusia akar kecendekiaan bangsa sumeria barangkali, tanpa tigris dan efrat kota tak pernah ada dalam catatan seribu satu malam orangorang assiria hidup tanpa kota seperti zaman nekara barangkali, tanpa tigris dan efrat mesopotamia entah ada di mana ditelan dustadusta pemilik kuasa sejarah tanpa nama yang hilang ditelan nafsu serakah manusia barangkali, tanpa tigris dan efrat kotakota hilang warna pun tabiat gedung menjulang rakyat melarat baghdad runtuh sejarah sekarat tangantangan culas lalu berkhianat

4 september 2012

212

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

barangkali, tanpa tigris dan efrat lampu aladin tak akan punya cerita hikayat tanah rawa gelagah dan paya sepanjang semenanjung persia


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

wek wek wek..... pagi, siang dan petang wek wek wek..... suara kesan menantang wek wek wek..... wajah dibuatbuat berang pasang kumis tegak melintang bak hitler bengis meradang wek wek wek..... pagi, siang dan petang wek wek wek..... orang bilang dia pialang wek wek wek..... cuci uang kabur menghilang negeri malang pencuri hengkang undangundang dipajangpajang wek wek wek..... birokrasi berjenjangjenjang wek wek wek..... politik basi suka diulangulang wek wek wek..... pemimpin bebek pulang petang tak bernyali bicara terangterang ya‌lempar batu sembunyi tangan wek wek wek..... banyak orang berpetualang wek wek wek..... sekolah dikarang uang datang

213

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

wek wek wek


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

wek wek wek..... bebekbebek pulang petang wek wek wek..... pialangpialang buka kandang wek wek wek..... antar pulang para pecundang

22 agustus 2012

214

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

wek wek wek..... negeri malang tak kunjung kembang terus berutang sekeliling pinggang ladangladang tambang milik orang


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

barthes bukalah mata lebarkan telinga makna ada di manamana

mengapa kepala seperti katak di tempurung kelapa? mengapa makna suka dibiar merana? bukalah mata tembuslah fatamorgana mengiring makna pergi berkelana lebarkan telinga dengarkanlah denting gema antarkan tanda buka cakrawala biar makna tak jadi nestapa ulah masa bencana wacana ditulis pewarta pun perawi kata

25 agustus 2012 terinspirasi dari pemikiran r.barthes petualangan semiologi

215

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pergi ke semesta keluar dari sangkar kata makna ada di manamana


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

barthes 2

katakata lalu jadi mantra menghapus rindu yang hadir begitu saja dalam surat berbahasa yang biasabiasa tanpa tanda baca, tanpa jeda, juga lema makna jadi begitu kuat terasa makna jadi begitu memesona aku larut dalam suasana genitnya katakata yang entah itu rasa, entah cinta, mungkin birahi juga malam pun larut semasa surat itu belum habis kubaca kata per kata sebab makna tak mungkin teraba sebab makna selalu terikat gramatika sebab makna hilang di bayangbayang suasana kautulis kata, aku tak membaca makna kautulis kata, aku hanya terpesona kautulis kata, aku memang larut dalam rasa surat itu sarat katakata indah, tapi tak bertanda baca, jeda juga lema tiga puluh tahun dalam hitungan masa kata tak lagi terasa biasabiasa kata tak tinggal cuma pada kata kata tak terikat apa, juga siapa rindu semasa dari kata makna semesta

2 oktober 2012

216

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kuingat seperti malam ini pernah kau tulis surat dalam sampul abuabu tiga puluh tahun yang lalu sobekan kertas dari catatan sabtu setiap rindu yang kaupetik dari rasa jemu setiap rayu yang kautulis dari ungkapanku setiap cumbu yang kaulukis dalam kalbu selalu menjadi candu setiap menanti minggu


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

selamat pagi puisi lingkarlingkar ini seperti mengerti sadel menarinari melaju ke depan

membawa beban

menyusuri sepi jalan

mengurai kabut putih menawan

berpelukan dingin tubuh yang menggairahkan lampulampu jalan

masih bersinar temaram

embun hinggap di sudut dedaunan

peluh mulai membasah rerumputan jalan

pohonpohon lalu berlarian

mengejar semua harapan

pagi pun seperti mengerti

pagi pun seperti memahami

pagi pun seperti memberi pagi pun seperti menjadi

pagi pun lalu mengilhami

...

puisi ini untuk selamat pagi

14 januari 2014

217

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ringan terasa badan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

rampak gurauan senja

ada sedikit waktu ternanti menyapa senja yang kian mendekat dengan wajah yang merah temaram kala itu kutemui petang yang bahagia dengan sajian gurau yang bersenda perihal esok pagi tempat menyimpan cita tunaikan asa tuk meraih cita dengan sesungguh tanpa angkuh dan sempit walau bagaikan padi, yang rimbun makin berisi tetap merunduk, tahu diri terus mengalir dalam jiwa yang tumbuh yang dibenihi santun etika di bibir beranda peradaban lalu terdengar lenting dawai menyertai kicau kasuari dan desah dedaunan mengalun merdu teriring salam pada malam tuk berbekal berbagai rencana mencari semangkuk kata dan sesuap angka yang kan jadikan makna mengalir ke muara kehidupan

218

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

alunan kicau kasuari merona warna petang ditingkap rangkai desah dedaunan di pucukpucuk dahan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

itukah aku tatkala ramai memecah kesunyian pada gurauan senja

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

23 maret 2010

219


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

angin lelah lalu cakar aku dari celah mangrove puih piuh merumbai di pesisir kampung istana lama hulu riau, jejak kaki menghentak titi kayu jalan setapak dan bau rumput yang menggoda lantunkan rampak melayu tua di bekas reruntuhan istana lama sultan di hulu sungai kampung rebah guratkan jejak di ujung rawa lalu aku meracau bercumbu bakau cemburu pada elang sambar anak belanak dalam cengkeram kaki telanjang lalu terbang riang tinggalkan rampak laut di pusar air lalu riaknya berkerutkerut di susur sungai laluan sampan nelayan menunggu jingga mewarna senja mabuk aku pada laut yang membentang juta khayali ditangkup rayu pulaupulau kata yang menyecahkan lidah makna pada jilatan air jadikan api sukma membara membakar jentera yang mengepul di atas singapura lalu aku siuman sebelum jingga memupus senja di ufuk cahaya barat sana jadikan laut sebagai tinta menuliskan kisah melayu lama yang tak habishabis digerus usia dalam gurindam sejuta rupa dan pulangkan aku pada laut yang selalu mengasuh keluh jadikan teguh

18 november 2010

220

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dan pulangkan aku pada laut


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

your changes have been saved. ada perempuan pencari wajah berdiri dekat tiang depan beranda tak seperti malam-malam sebelumnya duduk bersama sambil bercengkrama di antara para lelaki separo baya diamdiam lalu memotret isi malam yang tak begitu menyisakan rintik hujan untuk mereda agak sejenak biar waktu mencaricari wajah para lelaki yang dinanti datang di sudut meja sayap kanan vendor kopi tiam itu tepat 20.30 siapa yang mengirim ia pada jendela malam yang ditemani hujan rintik membasahi jalan aspal hitam di sana walau sakwa berkelebat entah apa prasangka di kepala tatkala kamera menuju sasar wajah siapa lelaki pemimpi yang tiba dari surga penakluk inspirasi kata-kata seketika itu juga tak dinyana mata tajam menyala penuh tanda tanya lantas berkata: "entah gerangan apa?" mungkin hujan menitipkan ia untuk menghitunghitung tanda petang itu lewat lelaki paling sudut di meja kedua jadikan tempat ia memulai cerita tentang romantika warisan sejarah yang jadi ornamen kota yang tersisa dari masa lalu

221

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

jendela malam


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu

dalam kenangan penuh makna tak selalu tertera pada kamera pencari wajah walau blitz itu menyala-nyala ia takkan menyapa-apa siapa lelaki di kamera merah yang diambilnya baru saja karena cuma imaji belaka lelaki itu bukan yang dicari lelaki itu tak juga pemilik wajah namun ia begitu percaya ia lelaki yang menuliskan tentang perempuan pencari wajah dengan kamera handphone berwarna merah dari setiap kata, pada jejak malam bermakna melalui sajak sedikit bercerita

10 november 2010

222

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

malammalam di jalan tak bertepi seraut sepi sempat singgah di hati menyambut hening yang ternanti dalam harihari yang entah kapan terus begini. aku mencari hati dari malam yang hampir mati. tak jadi cemburu hari pada janji siang tadi yang mengirim sepi pada seorang lelaki melantun syair dari serambi alunan sitar warnai perkusi menari nari mengusir janji yang tak selalu dimengerti oleh siapa anak negeri ruang gulita tak lagi penuh suara jalan diterangi seberkas cahaya ia bulan sabit datang dari tenggara kala september asoka dan anyelir tak lagi bersemi memesona rupa rindu rupa memang susah diterka malam sisih waktu untuk cemburu aku pada bintang yang masih tersipu malu dicumbu rayu, lalu aku merayu seribu janji yang kau tulis dalam buku sakumu di setiap bertemu aku tanpa ragu kuaku dalam perjalanan waktu bahwa kautahu aku tak mampu menghela pilu seperti pungguk yang terus merindu. jadi ragu

8 januari 2011

223

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

malam tersipu malu


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sekejap perjumpaan dalam rintikrintik hujan basahi pucuk dedaun dari sela ranting pohon dan pekatpekat debu yang bertengger di tusam malam ini lahirkan hujan memainkan perkusi alam pun denting dawai di aras bertalutalu di atap rumbia malam tak hendak berbulan dan dinding kemarau selatan bau debu menyeruak jalan yang terbakar terik siang menjala angin menahan dingin uap jalanan merasuk tubuh lalu sepi tanpa suara malam hujan mengalir ke selokan walau pekat debu jalanan kata pun seakan harapan walau sekejap perjumpaan

16 maret 2011

224

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

perkusi malam


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pun pun malam telentang sepanjang jalan

cahaya rembulan temaram di balik gaun awan lelaki tak berparas keras menyabit sangkur di trotoar menikam pada langit yang diam di atas tiangtiang keangkuhan pun malam semakin berang jalanjalan lengang bintang kemerlap seperti ingin pulang perempuan dengan dahi birat menghunus pedang merobekrobek mulut malam yang mengumbar kemiskinan tanpa kesungguhan hanyut ke laut tanpa turut dibawa ombak yang berpasangsurut pun apa yang ingin dipuisikan bila katakata telah hilang dari makna jeda

23 april 2013

225

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

langit merah tak pernah lekang


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sajak n

ranting berjatuhan langit gelap diselimut awan bulan tak jadi rupawan kelopak bunga dan dedaunan tertelan dahan langit tak heran ada yang melukis hujan pada kanvas tiruan menampung malam dalam cawan segi per delapan

30 mei 2013

226

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sedu sedan hujan, tak tertahan‌ basah jalanjalan menyepuh malam sepekan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

little sun

dari meja bale kayu tua secangkir kopi hangat mulai dicicip rasa dingin kota pagi datang tinggal sehari sendiri menebar sepi hingga ke sudutsudut kota ini, tetapi... dari meja bale kayu tua nasi uduk telur mata sapi buat sarapan pagi nanti matahari kecil memancar sinar pagi membakar

28 mei 2013

227

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sebuah sudut jalan kota pagi mengintip celahcelah jendela matahari tiada


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

catatan sebuah pagi

ia pergi berjalan kaki mencaricari ambisi keliling negeri tak hirau hari hingga lupa diri mulut-mulut menganga tak tahu kapan diisi terbakar hati karena janji kaji tinggi jalanjalan ilahi lupa diri hidup sehari sesuap nasi belum terpenuhi anak bini terus menanti mencari rezeki tak semesti ada lelaki hidup baik sendiri tinggi kaji hilang nurani jalan mati tetap menanti bukannya jalan para sufi mungkin pilihan ajo sidi tokoh robohnya surau kami

14 mei 2013

228

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

katakan pada pagi bakar ubunubun dengan terik matahari campakkan lelaki di jalanjalan sendiri hidup tak juga berarti


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

langit lengang membiru awan berarak menyaru menubuh risau jadibatu memecah pilu jadirindu eru melentiklentik dungu diiring senandung sendu randurandu turut meniru irama bayu laun membisu laut biru angin memburu biduk melaju ke ujung batu menanti waktu jalan berliku hidup tak tentu takkan dituju lelaki tayu menyiapkan tugu dari randurandu bukit berbatu sipu perawan berpagarayu tak menyaru hidup bergincu menjulang silang gunung batu bersenandung lagulagu rindu pemecah ragu di padang buru mengisi saku waktu berpacu lalu batu tayu datang menunggu hidup berbirubiru tak lagi haru harap satu tak berkalang waktu menjaga ibu cucuran air susu huluhulu rumpunan bambu melabuh rindu ingin dirayu biar pilu merambu jujur bisu hidup berpangku siapa mau sinergi u-u-u-u potensi haru biru

1 mei 2013

229

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sajak itu


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bongak di beranda

sayang... angin malam yang menyeka dinding pilarpilar beranda membawa pikuk suarasuara melayanglayang ke pucuk mangga namun malam meninggi kala lapak ditutup tinggal sayupsayup suara walau terdengar rintih kecewa tapi...asa sempat bersua di sana

2014

230

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

usai acara penabalan nama putri kawan rumah tetangga lapak dibuka suara menjelma membahana ke langit beranda rindu pemimpin adil jujur kesatria setia negara juga cendekia


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

menulis langit buat : kawan zul (zulham), loper koran di kampus usu 32 tahun bergulat loper bersama sepeda botot berkalikali tuan ini negeri berganti mengulang janji untuk yang ini:

tapi ia tak pernah menanti dan tak ingin mengerti sebab hidup bukan mimpi sebab setiap mulut ingin diisi dari kursi yang tinggi berita-berita dikemas setiap pagi pembangunan berhasil di sanasini gedunggedung menjulang tinggi bukti kemiskinan teratasi

tapi, ia harus mencari sesuap nasi di tengah hurahura korupsi kadang huruhara demonstrasi membawa berita setiap pagi buat dibaca kaum akademisi

ia lelaki kota ini berkacamata tebal selalu bertopi tak bergeming dengan janjijanji beritaberita yang ia bawa setiap pagi kabar sukses negeri ini mahasiswa ikon komoditi hingga kampus jadi pusat industri

ia terus mencari sesuap nasi sebab anak bini telah menanti koran terjual perut terisi ia bukan lelaki sekolah tinggi

231

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

esok hidup lebih pasti dari harihari yang dilalui


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar tahu isi kepala pemimpin negeri dengan segala taktik dan strategi duduk di kursi tinggi bergengsi mau dibawa ke mana ini negeri

ia memang bukan lelaki terbuat dari besi hidup meloper satu generasi negeri sukses tak pernah ia cecapi sebab keringat dan daki setiap hari untuk penuhi janji kulit hitam terbakar matahari tak pernah membuatnya harus menagih bukti dan tak ingin mengerti apa isi beritaberita yang ia bawa setiap pagi walau janji mainan ilusi tak ubah nasib ini juni 2013 sebuah penghargaan buat kesetiaan pada hidup janji seorang lelaki loper

232

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ia sadar sepenuh hati setiap pagi korankoran telah menanti untuk diantar sebelum sarapan pagi mengayuh sepeda melawan matahari


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

dari jendela apartemen tua siang ini langit melukis garisgaris kristal tiris

ia lalu menemukan tubuhnya tertampung helai daun

menetas tetes dari selokan talang serambi depan awal gerimis itu ia bersimbah garis tiraitirai tipis nan awan berbarisbaris gerimis menipis hujan melukis hari dalam rindu tak berbagi dari jendela apartemen tua ada desah nafas yang menghela seperti hujan ia memecah awan dari kesendirian di langit siang membasahi jalan menyepuh dedaunan ranting dan dahan siang ini langit melukis garis garis kristal tiris seperti hujan

siang,21 mei 2013

233

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

seperti hujan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

madah puspaku kau basahi anyelir di taman dekat jendela kamarku ada mawar merah, ada anggrek bulan turut kuyub oleh ulah nakal airmu yang memercikmercik dari batu pancuran kolam kecil sudut itu. anak lohan lincah menarinari tatkala percikan air membasahi tubuh anyelir membasahi bibir mawar merah membasahi kelopak anggrek bulan kau basahi tanah kering yang terpanggang panas siang. pohon jambu depan jalan yang sempat menguning daundaun di sebagian dahan. pun dinding tembok rumah bagian belakang. percikmu menarinari di celah tambunnya awan hitam langit kelam seperti malammalam tak berbintang gordin kamar seperti menghindar sebab lincah percikmu terus menggoda biar kau dapat mengintaiku dari jendela. sesaat itu rindu kusimpan di bawah bantal tapi... memang hujan memendam harapan anyelir di taman dekat jendela kamar seakan ingin merayu malam agar hujan tak pulang. harum mawar merah pun menarinari di sekujur hujan mencumbu, merangkul pinggang menggoda hujan agar menginap semalam di taman. anggrek bulan memamer jemari lentik pada hujan yang tersenyum. setiap tatapan lalu dimakna hujan terbersit rindu yang teramat dalam

234

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

percik hujan dekat jendela


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

sayang... malam ini hujan terpaksa pulang. walau esok anyelir, mawar merah, anggrek bulan sungguh menyimpan rindu di balik makna kehadiran : selamat tinggal. selamat malam

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

23 september 2013 terinpirasi dari taman key virginia woolf

235


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

puisi pagi selamat pagi, tuan ! sarapan telah disediakan koran sudah datang

kalau tuan perlu kendaraan supirsupir telah disiapkan pedagang jalanan tak kelihatan

16 juni 2012

236

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bila tuan hendak berjalan sekitar kawasan telah aman jalanjalan telah dibersihkan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

ke seberang ia tidak lagi menanti sampan itu singgah di dermaga

rindu pada gadis seberang telah berulang menunggu angin datang gelombang pecah di karang

2014

237

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

sebab esok jalan setapak disusuri dengan sepeda


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

wangi jati pagi

semangat lelaki menjemput rindu di ujung jalan itu terus memburu sebelum matahari jatuh di bubungan atap rumah kayu lelaki di jalan sepi terus mendaki setapak demi setapak jejakjejak sepeda tak bertepi terus mengatur denyut nadi sebelum matahari jatuh di pucukpucuk jati

2014

238

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

langit pagi sembunyi dalam selaput kabut jalan setapak terasa dingin roda depan tertancap di pecahan cadas tersengalsengal nafas


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

jalan sepi puisi

dari tubuhku engkau menulis puisi puisi yang sepi puisi (yang terlanjur kauanggap) seraut elegi bahkan... dari tubuhku engkau ingin melukis hati jadi puisi puisi yang berjanji puisi (yang tak selera buat kaumaki) mati puisi tak berisi sudahilah... semua hasrat yang menggebugebu ambisi puisi dari tubuhku sebab (bukan kutaktahu) kau telah mencederai rasa kata kau telah melukai tanganmu yang mulai tak berdarah kau telah melukis langit yang bernanah tanpa warna tanpa makna

2014

239

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dari tubuhku engkau menulis puisi puisi yang lelaki puisi (yang mungkin kauanggap) diksi sejati


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

kujadikan saksi nukilan biolamu, belia gadis yang mencari grip dari binar suara alam memainkan string pada alunan nada: dage dari jemari yang menari genit dan lembutnya sapaan bow rampak dawai yang membuai ... yang belajar dari konsonan semesta yang membatin di rimbunan pelepah sawitsawit padang bulan ... biola sang belia yang bersinar belia biola yang terus berbinar

2014

240

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

beliabiolabiola


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

tarian pagi, nanti terik mentari

di kanan kiri sayup senandung pagi nyanyian alam menyambut mentari ada rambutan ya merahmerah sekali memikat hati siapa nak minat akan beli selusur kampung petakpetak padi di bawah titi benih disemai petani kalau janji sudah melekat ke hati apa lagi yang diragu terus mendaki kebun tebu jelajah rute minggu pagi tanah berbatu di jalan mulus meninggi siapa sangka hari ke hari tambah lagi hendak tarian pagi sebelum terik mentari bahagia hati menyalin pagi janji bertepi tidak terukur dengan berbagai materi bukan harga yang menjadi ajang gengsi tapi semangat pagi ingin bersama lagi

minggu pagi, 8 januari 2012 dengan peserta rute "tarian pagi, nanti terik mentari" delapan orang: sofyan, wito, matondang, budi, anggie, iwan, yus, me (lbj)

241

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pedal menari dendang irama kaki bawa lelaki di atas roda jelajah pagi merebut waktu dalam harmoni nadi sebelum mentari datang penuhi janji


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

penyihir yang menyair

rumah berdiam pada sejingkat senja atap rumbia, tiangtiang bambu penjala abrakadabra... penyair menyihir makna abrakadabra... penyihir menyair kata aduhai... semerbak aroma tandatanda bercengkerama ketika langit semburat jingga simsalabim... kata indah pun menaja simsalabim... ini puisi teranjaanja sukasuka ia bukan langit katakata yang menggantung awan ia bukan samudera makna yang menjaga harapan cuma penyihir malam yang rindu wajah rembulan cuma penyair yang mabuk di tengah kegelapan

18 september 2013

242

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ia datang dari semaksemak purba dan segenap wewangi bungabunga: kantil, melati, kenanga dalam dupa yang disepuh api kemenyan katakata


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

rindu berpeluh waktu

sepi liar meluka seluruh malam maqam dalam nisan tak tertoreh hari kelahiran di bawah kamboja putih yang meluruh pusara arakan awan hitam menggumpal langit diam terbujur di atas tiang lampu bulan terus merintih digelut awan hitam hidup tak lagi berwarna tak bermakna dari senja yang menyisakan nestapa dalam ruang batin luka asa menganga semua lalu biasabiasa, tak apaapa ia melukis rasa entah dibawa ke mana walau kuas tak kuasa uraikan gelora jiwa yang hilang ditelan gundahgulana hingga kanvas terus mewarna tak bersisa hitam pekat menggurat risau matahari tentang lelaki ditelan malam berpeluh dalam liangliang terperi habis mati hari mengapa pagi pergi ketika seorang diri sebelum bulan mendaki warna pelangi biarlah hari meminang rindu jadi benci tanpa sebait janji yang sempat dinanti sebab lelaki tak akan pergi kesekian kali untuk matahari yang hadir setiap pagi

2012 pesona dusta dalam liangliang tak berhingga

243

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

tinggal sesanting cerutu di jari lelaki itu ia melukis tragedi tarung di kanvas sisa tentang selingkuh bulan pada matahari yang terus menggerus waktu ke ubun


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

bangau pagi

aku ingin menari bersamamu bangau di atas sepedaku yang mengejar embun pagi di ladang tebu ini kita bercumbu kesekian kali seperti kekasih yang lama telah dinanti

hamparan ladang tebu payabakung, pagi minggu, 14 April 2013

244

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

walau kepakkepakmu terbang rendah sebatas dada


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

secuil angan bolehkah aku beranganangan..?

bolehkah aku beranganangan..? kotaku bersih dan selalu aman tak ada pencuri sembunyi atau terangterangan sampah tak dibuang sembarang dari kendaraan bolehkan aku beranganangan..? kotaku tersedia krankran airnya bisa diminum para pejalan lampunya terang di setiap sudut kawasan bolehkan aku beranganangan..? kotaku tetaplah kota medan dari dulu hingga kapankapan warisan kota dan budaya tak hilang ditelan zaman

april 2013

245

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

kotaku sejuk dan nyaman pengguna jalan setia sekawan tak menyalib tibatiba di tengah jalan


Selamat Pagi Puisi

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

pulanglah angin biarkan aku sendiri malam ini menunggu janji pagi mendulang sepi dalam dinginnya diksi lalu menyulamnya jadi puisi ... pulanglah angin biarkan aku setia menanti datangnya pagi menjaga malammalam yang mengajarkan aku melihat gelap dengan mata hati

dinihari, 3 agustus 2014

246

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

pulanglah angin


epilog

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

Perjalanan Telinga, Mata, dan Kata

S

epeda. Di suatu pagi, di hari Minggu, bunyi nada dering handphone telah membangunkanku dari tidur. Dengan malas kuambil hpku dan kubaca sebuah pesan singkat dari Zulkarnain Siregar, “Awak di rumah?” begitu bunyi pesan terbaca. “Ya,” balasku singkat. “Boleh aku singgah ke rumah,” lanjutnya sesaat kemudian. “Datanglah, ‘nggak apa,” balasku lagi. “Ok, makasih yo,” katanya lewat balasan smsnya terkahir. “Ting…,” bunyi bel sepeda terdengar di depan pagar rumahku. Senyum lebar terlihat di wajah Zulkarnain Siregar sambil ia menuntun sepedanya masuk ke halaman. Kemudian ia menyandarkan sepeda tersebut di tiang batu teras rumahku. “Apanya kabar?” tanyanya. “Baik,” sahutku. Teh manis dan roti panggang pun menemani kami berdua ngobrol di pagi hari itu.

247

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Sepeda:


epilog

PULANG KE HULu

Sedikitnya satu minggu pagi dalam sebulan, Zulkarnain Siregar singgah di rumahku. Wajahnya selalu cerah dan ceria. Sepeda pun selalu lekat dengan dirinya. Tak pernah lagi ia kudengar bicara hal-hal besar; khususnya apa saja menyangkut politik, ideologi dan budaya yang menjadi “topik bincang” kesenangannya. “Sepeda” selalu saja menjadi pembuka kata. Satu kata yang mengawali segala apa yang dirasakan dan dialaminya; tidak hanya membicarakan keadaan kota di mana ia tinggal, perkampungan pinggir kota yang bergantian kerap mingguan dikunjunginya, akan tetapi juga semua perjalanan ke tempat-tempat lain yang ia alami dan lalui bersama sepedanya. “Sudah awak lihat puisiku di facebook?” begitu tanyanya suatu kali ia berjumpa denganku sambil tertawa lebar. “Baru aja aku pulang dari Bukit Tinggi,” lanjutnya bersemangat. Kujawab, “Sudah!” satu jawaban yang bukan sekedar untuk menyenangkan hatinya. Dengan sepeda ia mendengar apa yang dilaluinya. Dengan sepeda ia melihat apa yang dijalaninya. Dengan sepeda pula ia menuliskan bait demi bait puisinya. Di beberapa puisi ia menceritakan satire tentang kehidupan kota dan manusianya. Di puisi-puisi lain ia bercerita tentang prilaku hedonisme dan hipokrasi

248

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

Zulkarnain Siregar


epilog

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

Apa yang bisa terjelaskan, menurutku, hasrat Zulkarnain Siregar untuk melahirkan “kata” lewat kumpulan puisinya “Pulang Ke Hulu” adalah sebuah kehendak perjalanan kesaksian atas “telinga” dan “mata”nya. Roda sepeda yang berputar, sebagaimana jarum jam yang berputar, berputar-putar terusmenerus mengikuti kata hati si pengendaranya, kemana ia hendak dibawa. Sulit untuk mengatakan apakah sepeda yang mengilhami “kata” dan si pengendara menyudahinya, atau pula sebaliknya? “Awak harus kenali dulu sepeda awak itu. Tak perlu dipaksa berjalan jauh dulu. Menurun dan tanjakan ada kiatnya. Nanti, lama-lama terbiasalah itu,” begitulah kata-kata yang meluncur dari mulutnya sehabis kami bersepeda seputar kampungku. “Kata” (baca: “puisi”) dan “sepeda” menghendaki “kiat” dalam mengenalinya terlebih untuk memaha-minya. Begitulah yang

249

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

bangsanya. Ia juga menorehkan ingatannya pada tokoh dan filsuf masa lalu yang mungkin telah menginspirasi hidupnya. Puisi-puisinya juga tak lepas dari cerita tentang alam, bahasa dan manusianya. Ia mengembalikan sebuah tafsir dan perenungan tentang “ibu” sebagai sebuah kata yang melampaui ujaran keseharian.


epilog

PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar

Akhir kata, “Pulang ke Hulu,” adalah sekumpulan cerita-cerita puitis--atau “puisipuisi” bercerita—yang dilahirkan dari perjalanan Zulkarnain Siregar dan sepedanya. Sepeda, memperluas telinga dan mata; memperluas cakrawala; memperluas kata dan kata-kata; memperluas apa yang selama ini ada dan berada. Namun, akhirnya ia senantiasa kembali ke hulu, kembali menuju ke kesunyian kalbu, memahami isyarat dan syariat orang-orang terdahulu, apa yang sesungguhnya yang hendak dituju; seperti satu cuplikan bait pada puisinya, ” “Pulanglah angin, biarkan aku setia

menanti, datangnya pagi, menjaga malammalam, yang mengajarkan aku melihat gelap dengan mata hati …” Medan, Oktober 2014

Irwansyah Harahap Ketua Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU

250

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

dapat kucerna di balik kesan obrolan yang sering kulakukan dengannya.


A

l d L l Jn g ( L n r L n i Jn g) l Med ,1 J u 1961. B i s E m d pasn n . I nt Sy w n S eg d M h ma Ib Mua S eg , ern u u yn l m jl n n y P ln H , Q r A l An A b . J .G ud S S k n .B Med .

Tn g P n

Sk l

AR

nm

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

ad l

N I R

ng j S U,P i Med , A, U,U ri t a Si ng m ng r j I , T ng Ag m Bud h ,d U ,Tu Ny 'D , d rp kl was t Med Jug y e pat lj P Med , S U,P k l o A. M

i R Bud y H .Wa pad j t 1981,H .M b U , H .An i s d M jl M ha iw Katri, Wac n M jl Sasr H i s . Iu ng ag a d ri a K l p S u Pad n B l ( B)Med , K i t a Tm ,d K i t a B r nd , P l I nd ei ( k i t a ed n) . M iB T ng : C et -C et K ud ya N kt (ntl o es ,1986) ; S nd n B nd J n g ( K l P i 20 1) , K l P i B rsm : M nu T ( L bs a Med 2012) ; Si i N , Antl o P i Du B has Bat - I nd ei ( Gr e i 2013) ; Re Bua G z ( G i t Bi os t ) , J l P l n ,( G i t Bi os t ) , S S j Ta T b ( Mir , 2013) ; d M m n P ei ( F Sasr S r k 2014) .


Se t e g u k , T u r u nMi nu m a nd a i k a nnu s a nt a r ai t u h a mp a r a ns a wa h y a ngmu l a ib e r b u a h d id u s u nt u ng g u r o no

PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara

r a mb u t a nme r a h y a ngma ni s l e k a ngt a kb e r a i r d ik a mp u ngt a nj u ng

j e mb a t a np a nj a ng y a ngme l i nt a ngd ia t a s s u ng a iwa mp uy a ngt e na ng b u ny is e nt u h a na ng k l u ng r a mp a ka k o r d i o nk e c i k s e k e t i k ame l a nt u nt a nj u ngk a t u ng

g a u ngh a r mo nik e h i d u p a n d a r ib a l i kr u mp u nr u mp u na u r d ih u t at i ng g i t a r i a nk i p a ng , k e r a ngd a nk e p a hd ip a ng k a l a nb i d u k p a s i rp u t i hs e r d a ngb e d a g a i a k ua k a nb a ng u nl e b i hp a g i me nj a g ae mb u ns e t i a ph a r i a g a rt a kj a t u hk a r e nat e r i kma t a h a r i s u nd a yb i k e 2 4 08 2 01 4 I SBN9786027163812

9 7 8 6 0 2 7 1 6 3 8 1 2 PENERBI TALHAYAT

Zu l k a r na i nSi r e g a r


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.