Se t e g u k , T u r u nMi nu m
Zu l k a r na i nSi r e g a r
r a mb u t a nme r a h y a ngma ni s l e k a ngt a kb e r a i r d ik a mp u ngt a nj u ng j e mb a t a np a nj a ng y a ngme l i nt a ngd ia t a s s u ng a iwa mp uy a ngt e na ng b u ny is e nt u h a na ng k l u ng r a mp a ka k o r d i o nk e c i k s e k e t i k ame l a nt u nt a nj u ngk a t u ng g a u ngh a r mo nik e h i d u p a n d a r ib a l i kr u mp u nr u mp u na u r d ih u t at i ng g i t a r i a nk i p a ng , k e r a ngd a nk e p a hd ip a ng k a l a nb i d u k p a s i rp u t i hs e r d a ngb e d a g a i a k ua k a nb a ng u nl e b i hp a g i me nj a g ae mb u ns e t i a ph a r i a g a rt a kj a t u hk a r e nat e r i kma t a h a r i s u nd a yb i k e 2 4 08 2 01 4 I SBN9786027163812
9 7 8 6 0 2 7 1 6 3 8 1 2 PENERBI TALHAYAT
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
a nd a i k a nnu s a nt a r ai t u h a mp a r a ns a wa h y a ngmu l a ib e r b u a h d id u s u nt u ng g u r o no
PULANG KE HULU PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
PULANG KE HULU ŠZulkarnain Siregar Hak cipta dilindungi undang-undang
Penyunting Sartika Sari, SS. Mukhlis Win Ariyoga, SS. Prolog Dr. Asmita Surbakti Epilog Irwansyah Harahap, MA. Desain sampul dan tata letak A. Hafiz Harahap, M.I.Kom. Penerbit Yayasan Al-Hayat Jl. Cendrawasih No. 82-A Kel. Sei Sikambing B, Kec. Medan Sunggal Medan, Sumatera Utara, +6281321847805 Email : penerbit.alhayat@gmail.com Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1987 jo, Undang-Undang No. 12 Tahun 1997, bahwa: 1.
2.
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau menyebarkan suatu ciptaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ISBN 978-602-71638-1-2 Cetakan Pertama, Januari 2015
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
aku dedikasikan antologi puisi ini kepada ibuku, Asiah ibu dari anak-anakku, Rahmalia ibu dari cucuku, Intan Syawalina sebab, merekalah matahati itu yang mengasah aku dan anak lelakiku, Iqbal
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
air kusimpan dalam ruas bambu-bambu kugantung di bahu dengan tali pengijuk sapu siapa tahu?
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dari penerbit
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
H
ulu? Mengapa bukan hilir? Pertanyaan tersebut mungkin terbersit ketika membaca judul yang tertera pada sampul buku puisi karya pejalan yang pesepeda ini. Inilah yang kemudian menarik untuk ditelusuri dari untaian bait perbaitnya yang disusun secara tematik oleh sang penyunting buku ini. Buku yang merangkum enam tema: “Sang Pengail”, “Balonku Ada Lima”, “Sajak Alif”, Pesan Ateh”, “Inang”, dan “Selamat Pagi Puisi” akan mengajak kita menyusuri ranah-ranah kenyataan dan sarat pesan namun perlu imajinasi untuk menikmatinya. Puisi yang terlahir dari resonansi napak tilas pejalan dalam menikmati alam dan kehidupan sembari mengayuh sepedanya di setiap Ahad pagi. Goesan-goesan yang semakin menempuh jarak pun semakin membuka kesadaran sang pejalan akan hakikat kebenaran yang kemudian melahirkan goresan-goresan bermakna dalam karya ini. Hulu-lah yang menjadi arah pandang
vii
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Goesan – Goresan – Goesan
dari penerbit
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
Buku ini tak lahir begitu saja, proses laksana menyusuri jalanan mendaki dan menurun, menyusur dan bertahan di tanjakan. Pergulatan estetika dan etika dalam penyuntingan, tata letak, desain sampul, pilihan huruf, hingga penentuan foto sang pejalanpun men-jadi diskusi hangat sang pejalan dengan sahabatsahabatnya hampir di setiap kesempatan bersua. Meski diskusi terus mengalir ke hilir namun bernuansa ke hulu itu masih berlangsung dan tak kan pernah usai, namun “Pulang Ke Hulu� harus berubah wujud mem-buku untuk disajikan kepada pembaca. Kini, buku tersebut sudah ada di tangan kita menanti untuk dinikmati. Pulang ke Hulu adalah suatu keniscayaan. Selamat menikmati. Medan, Januari 2015
Al-Hayat Penerbit
viii
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dan langkah perjalanan(nya) menuju sebuah peradaban. Hulu-lah sebuah awal dan hulu pula sebuah akhir. Sebuah sirkulasi. Kembali Ke Hulu, begitulah kemudian terhimpun puisipuisi Bang Zul -sapaan keseharian beliau- ini diberi judul mewakili ratusan puisi lainnya.
dari penyunting
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
PULANG KE HULu
P
uisi seperti seorang kekasih. Ia setia mendampingi dan mengampu segala aral. Ia selalu hidup dan selalu gemar tersenyum sendiri di hati dan lensa mata. Banyak yang kemudian ia perbincangkan dengan tubuh dan jiwa. Jika ia menang, ia akan lahir lagi sebagai sebuah catatan keabadian, tetapi jika ia belum beruntung, ia akan mengalir bersama liur.
Pulang Ke Hulu yang akhirnya memikat saya untuk menempatkannya di barisan paling depan, lalu puisi-puisi yang berbaris rapi di belakangnya, meyakin-kan saya kalau bagi penyair, puisi benar-benar telah menjadi kekasih. Selalu ada ruang yang kosong jika tak ada puisi. Mafhumlah, jika dalam setiap perjalanan dan pergantian waktu, puisi adalah penanda estafet yang paling manis, paling romantis.
ix
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Pertemuan dengan
dari penyunting
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
Paling banyak di antara mereka berdandan bak Samba Paria, yang cantiknya dipupuk oleh alam. Meski lahir di antara perdebatan susul-menyusul, dunia yang jungkir balik mengusung teknologi, Pulang Ke Hulu konsisten sekali menikmati hidupnya dalam kese-jukan dan keasrian. Mena-riknya, dalam kondisi apa pun, ia beru-paya membangun kekuatan rasa melalui tanda-tanda berbagai perang-kat di alam. Tidak sebatas berujar, mengungkap perasaan yang emo-sional. Bertemu dengan Pulang Ke Hulu mengingatkan saya pada banyak hal yang ada di sekitar, yang tumbuh dan hidup di alam, tetapi kerap dilupakan. Diam-diam, mereka membawa saya pulang pada kerinduan yang bermacam-macam. Ada di kampung saya, kampung mereka dan sejumlah tempat yang sudah pernah atau masih saya inginkan. Penyair dan puisi ini ber-pasangan dengan harmonis, mengundang cemburu. Masih pada rasa yang pertama, selanjutnya, puisi-puisi yang ngalir begitu tulus. Pertemuan dengan banyak karib dan
x
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Puisi menyimpan segala apa pun yang tertangkap oleh mata, terdengar oleh telinga, tercium oleh hidung, teraba oleh kulit, terasa oleh lidah, terjejak oleh kaki dan apa saja yang berhasil menarik perhatian. Maka, puisi lahir di mana saja, sebagai kekasih dan teman perjalanan.
dari penyunting
PULANG KE HULu
teman, ditemalikan melalui puisi. Tentulah akan menjadi kenangan yang tak bisa ditimpali dugaan dan kelupaan. Begitulah, Pulang Ke Hulu, merekam banyak hal yang sering luput dari tatapan dan ucapan. Termasuk pada sanak saudara dan Indonesia. Puisi, ia tak membiarkan dua bagian penting yang ada di sekitarnya itu berdiam diri, sebatas dikenang dalam rutinitas dan pertemuan di waktu mekanik. Puisi mengabadikan itu lewat kerinduan, doa, harapan, celoteh, omelan dan kadang-kadang sindirian pedas. Begitu pun, puisi-puisi ini pintar mengolah rasa dan mengetuk hati untuk didengar. Ia tak bicara banyak seperti provokator atau pimpinan sidang. Ia cukup bicara dalam kelembutan yang sebenarnya tajam, tetapi menawan untuk diajak bertukar karsa. Terakhir, Pulang Ke Hulu memikat saya dengan jari-jari dan kakinya yang lincah bak seorang penari. Ia piawai memuisikan apa saja, menyentuh ruang dan rasa yang sukar ditemukan dan memancing banyak tanda tanya, apakah bisa? benarkah itu?
mungkinkah? Baik, sampai di sini. Saya hanya pejalan kaki yang beruntung bertemu lebih awal dengan puisi-puisi itu. Ucapan apa pun yang saya keluarkan, tentu saja belum mewakili utuh pesona Pulang Ke Hulu. Saya mau berjalan lagi. Meneruskan pertanyaan-pertanyaan, warna rindu, getar rasa dan banyak hal lagi yang
xi
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
dari penyunting
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar diberikan secara cuma-cuma oleh Pulang Ke Hulu kepada saya. Terimakasih, Pulang Ke Hulu. Untuk Anda, pembaca yang budiman, semoga berkesempatan pula menikmati kerupawanannya, seperti saya.
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Selamat bertamasya gembira.
Sartika Sari
xii
prolog
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
S
ebagai karya sastra, puisi adalah sebuah wadah untuk berekspresi. Untaian peristiwa dijalin dalam kata untuk menggam-barkan fenomena, realita, dan realitas sosial kehidupan masya-rakat. Di samping fungsi estetis, kekuatan imajinasi dan keakuratan diksi dalam puisi mampu membuat kita menarik nafas sebagai tanda adanya keterwa-kilan perasaan. Setiap desah nafas adalah makna. Setiap desah nafas adalah wacana. Demikian Zulkarnain Siregar memaknai kehidupan. Rangkaian peristiwa dalam kehi-dupan sehari-hari direkam dalam buku kumpulan puisi dengan judul “Pulang ke Hulu� ini. Tema puisi antara lain tentang karutmarut sendi-sendi kehidupan sosial, budaya, dan politik dalam kehidupan bernegara. Semua dikemas dengan indah dan menyejukkan hati. Teduh dan bernas. Kematangan intelektualitas Lela Jingga -begitu ia kerap disapa- diekspresikan dalam puisi-puisi dengan nuansa kontemporer. Secara konseptual teoretis
xiii
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Pulang
prolog
PULANG KE HULu
menggunakan Paradigma Teori Kritis dengan kecenderungan untuk “membongkar” hegemoni dan selanjutnya melahirkan kontra-hegemoni. Diskursus dilawan dengan kontradiskursus. Puisi tetap ditulis dalam bahasa sederhana namun sarat makna sesuai amanat paradigma yaitu bersifat damai dan non-kekerasan. Persis seperti buku kumpulan puisi sebelumnya, buku kumpulan puisi ini juga diperoleh dari penga-laman sehari-hari. Puncak pencapaian “pulang” ke timur. Pengalaman hidup dan kegemaran bersepeda membuatnya lebih dekat dengan alam dan Sang Pencipta. Kematangan keperibadian melahirkan puisi-puisi dengan tema yang bertumpu pada hakekat hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan dengan ruang lingkup penyajian bertumpu pada masalah-masalah kosmos, metafisis, teologis, dan etis. Seperti biasanya, puisi ditulis dalam bahasa khas Lela Jingga dengan karakter yang kuat, halus, lugas, dan tetap kritis. Seperti candu, tiap puisi selalu memikat dan selalu ingin dibaca berulang-ulang. Semoga kumpulan puisi dengan semangat emansipatoris ini bermanfaat bagi kita semua! Medan, 18 Oktober 2014
Asmyta Surbakti Dosen FIB USU
xiv
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
daftar isi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
Dari Penerbit vii Dari Penyunting ix Prolog xiii
Sang Pengail rindu melayu awal merayu 2 masih jelas kudengar dialog lebah 3 ziarah waktu 5 sang pengail 6 mawar dari pakistan 8 ke mana anak laut? 9 puisi petani 10 selain enam lelaki itu 11 trah malam 12 ajarilah aku bunga atau kata, bukan senjata lelaki pertigaan di ujung kegelapan 15 lelaki pencerita jurung 16 kumbang hitam 18 musim laying datang 19 sepatu zaman 21 hm‌ tuih 22 nyawa 24 dompet bikin pesong 25 imaji 26 adakah seperti itu, bu? 27
xv
13
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Daftar Isi
daftar isi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dari pojok sebuah catatan harian 30 siapa melayuku 31 bukan cermin hendak retak 32 tsunami di tanah haiku 33 fatamorgana 35 ke mana merah putih? 36 syair tetangga 37 apa ini puisi? 38 kalau mei bukan waktu 39 topeng 40 ada plastik 41 vaya con dios 43 balonku ada lima 45 yang kucatat tentang pak tua 46 nyanyian pengangguran 47 benarkah ia penghulu kata 48 penantian 49 ketika pintu terbuka 50 bocah pengamen di perempatan 51 langit bernanah 53 korupsi buat rezeki 45
Sajak Alif di balik malam 56 berharap cermin tak retak 57 inferno 58 sajak alif 59 izinkan aku menyapa 60 alif lam 62 resam bubur pedas 63 malam seribu impian 65 satu dawai 66
xvi
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Balonku Ada Lima
daftar isi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kasih-Nya 67 kasih-Nya 2 69 kasih-Nya 3 71 kasih-Nya 4 73 kasih-Nya 5 74 kasih-Nya 6 75 sajak pendek 76 tabir 77 anak-anak malam selikur 78 jalan sepi yang sufi 79 batu 80 sajak para pencari malam 81 lukisan malam 82 wangi tak lagi menebar 83 mencari tepi 84 dalam urat nadi kuasa-Mu 85 kembali ke fitrah 86 zi_arah 87 jejak waktu 88 kau petik kuntum yasin, mala mini 89 raut kilas waktu 90 goring ubi, hujan dan unggun 91 makrifat 92
Pesan Ateh venue: sesaat pagi kotaku 94 tarianmu sinabung (akhirnya kumengerti) kalam toba 96 lao mamuro 97 simardan dan sampuraga 99 tingkap ranting di bukit hopong 100 losung aek 101 pagi di saba jae 102 sipirok dolok hole 104 lelaki dengan lentera 106
xvii
95
daftar isi
PULANG KE HULu
pesan ateh 108 ula kam ngandong *) 109 ziarah di atas tanah bertuah 110 kemarau kota tua 111 lengkuas 113 pulang ke hulu 114 pulang ke hulu 2 115 pulang ke hulu 3 116 pantun kota 117 dengan bahasanya ia ingin bercerita 118 lukisan masa 119 dongeng keadilan 120 akilah sama opa di ayunan ya? 121 waktu batau 122 lelaki perakit di hulu batang serangan 123 bukan karena puisi 124 gelisah hujan 125 ujung kabut 127 sepetak melati 128 sepedaku: puisi 129 seteguk, turun minum 131
Inang stanza malam 134 ingin kupanggil... amang 135 din... ini malammu 137 anak laut 138 inang 139 sadrah, hilang di gurun 141 (telah pergi) si oto na bisuk 142 tisu lila 144 surat dari ibu 145
xviii
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
daftar isi
PULANG KE HULu
melati di hati 147 bunga mayang 148 retak, kotaku retak 149 martir 150 lelaki pangguris hapea 152 anak jermal 153 anak jermal 2 154 episode lelaki pejalan kaki 155 edisi medan 159 sekilas petik di s 161 sengketa semu 162 umbu sang empu 163 dialog imaji 164 kupat tahu 166 puisi petani 168 pesan terakhir lewat bias air mukamu mengalirlah 170 hujan yang kamis malam 171 perbincangan malam 172 emak 173 dalam janji yang tak biasa 174 nanda‌ (si anak panah) 176 lelaki peniup sulim 177 tele 178 akila 179 hikayat pejalan 180 sajak itu 182 ardi 183 ardi 2 184
Selamat Pagi Puisi alegori 188 biduk tak berhulu 189 sajak para pencari malam kuin tujuh syair 191
xix
190
169
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
daftar isi
PULANG KE HULu
dendang ombak 192 berumah di kata 193 bulan jatuh di atas cawan 194 luka kata berkecai-kecai 195 merantau 196 merantau 2 197 merantau 3 198 merantau 4 199 merantau 5 200 merantau 6 201 merantau 7 202 merantau 8 203 merantau 9 204 merantau 10 205 lamunan hujan 206 bila bersepeda sudah di hati 207 ketika bulan bergincu dadu 208 derrida 209 tersangkanya: b a h a s a 210 rasta... rasta... rasta... 211 barangkali‌ 212 wek wek wek 213 barthes 215 barthes 2 216 selamat pagi puisi 217 rampak gurauan senja 218 dan pulangkan aku pada laut 220 jendela malam 221 malam tersipu malu 223 perkusi malam 224 pun 225 sajak n 226 little sun 227 catatan sebuah pagi 228 sajak itu 229 bongak di beranda 230 menulis langit 231
xx
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
daftar isi
PULANG KE HULu
dari jendela apartemen tua 233 percik hujan dekat jendela 234 puisi pagi 236 ke seberang 237 wangi jati pagi 238 jalan sepi puisi 239 beliabiolabiola 240 tarian pagi, nanti terik mentari 241 penyihir yang menyair 242 rindu berpeluh waktu 243 bangau pagi 244 secuil angan 245 pulanglah angin 246
Epilog 247 Tentang Penulis
251
xxi
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Sang Pengail
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
susur sungai riau ke hulu mencari asal bandar awal kampung rebah itu dahulu jejak istana sultan tinggal dari penyengat lalu ke bintan dengan biduk labuh ditambat titian isyarat melayu kuantan pepatah disusun di balai adat sejak dahulu malaka ternama puan dan tuan masih teringat walau melayu pemula bahasa marwah negara dijaga hormat sultan riau melancong ke johor mencari permata intan baiduri beribu pantun negeri kesohor perawi gurindam raja ali haji hulu riau hunian pulau beribu rumah berdiam puak-puak hulu tepak dan sirih pemula melayu adab dan santun perisai maju tanam bakau di selat panjang benih dibelikan para saudagar ingat melayu di tanjungpinang purna perangai adab berakar
pada masa-masa bersiar di tanjung pinang, 2011
2
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
rindu melayu awal merayu
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
masih jelas kudengar dialog lebah
seandai apa engkau meramu sarang? (.................................................. mencari ketinggian yang tak terjamah sesiapa nun jauh di ufuk lamatan para pejalan dan tualang yang hingarbingar dalam usil laku anak bertelanjang dada .....................................................) entah bagai apa engkau siangi siang (..................................................... kasih dari puan memimpin kami dalam sel sarang yang sebadan, tak pernah terabai oleh utamanya ratu, niscaya serbuk sari jadi madu di ujung waktu .....................................................) lalu hingga bagaimana kepal mengerang (..................................................... ketika sarang diserang terbang, lumatlah kan radang menabuh genderang perang di segala celah yang himpitkan petualang tandingkan lawan sanding segala kawan ............................................................)
3
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
seperti apa engkau mencari makan? (.................................................. terbang rendah di serbuk sari tanpa merusak putik dan kuncup puspa yang hendak mekar, di pagi juga petang yang pulang ke sel sarang ..................................................)
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar lalu kutanya setiap singgah, di sela-sela rute jalan setiap raga yang titipkan sebait epilog batin yang mendedah jiwa, masih merindu adakah lagi setiap suratan itu seperti: lebah? begitu tasyakur dalam bingkai sunatullah
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
hutan jati jagawana, 7 agustus 2010
4
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ziarah waktu
mengapa janji terpuji terus menanti helaian pasal gurindam raja ali haji akar melayu beribu pantun ini negeri seluruh budaya mengimbuh rasa hati pun aku mencari di tikungan sisi waktu yang pergi dibawa deru angin perahu walau palungpalung ikut merayu batu namun teguh meluluh ragu dalam rindu tanjungpinang 30 hari bulan sepuluh singgah kaki di makam asa menyimpuh segala rupa yang lalu niscaya seteguh tabiat kata selalu dengan jari sepuluh kapal merapat dari hulu riau yang dulu mencari pangkal sejarah teraju melayu tahan tiada lapuk ditelan waktu berlalu di penyengat itu tanda terlukis di pintu
31 oktober 2010
5
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lalu tetirah dan ziarah menemu masa gairah bahasa pengawal sua bangsa pada resam dan baiat gurindam ada ...nasihat agama sungai mengaliri kata
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sang pengail ada tekun yang ditabur
dalam setiap umpan dan sepotong asa nantikan
tiba melongok riak muka
air dan gemericik kailkali di sepanjang hulu wampu yang sejuk dan menghijau
tenang dalam wajah kali ini
lalu cahaya mentari mengintip petang dan menebar sabar
bagai menyulam mewarna pesona pada sutra lembut
tak berserat di setiap denyut waktu hadiri utuh diri pada setiap episode
renung yang panjang
detil kail yang coba kau
pahami hingga lalu lalang
kanak-kanak jurung depan
umpan yang menarinari oleh liku beningnya air telah memecah seluruh
gundah kalbu yang dalam melubuk tak berhingga
oh... kau ajari aku hidup dari semesta sabar yang
tak terbilang lalu padukan
6
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pada pinggiran rumpun aur
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
seluruh waktu pada bingkai yang bijak: "waktu adalah
air yang mengalir di kali
dan riangnya kanak jurung menikmati aroma bening
tak terlalu keruh oleh hijaunya
lumut di bebatuan setiap
dalam seluruh saku kailmu
kepulauan riau, 24 oktober 2010
7
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
rasa"
hmm... aku lalu menyurut
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
mawar dari pakistan
sedang usiamu masih belasan berjuang atas nama perempuan berjuang atas nama perdamaian bukan atas nama kekerasan bukan atas nama penindasan bukan pula kebencian bukan pula penistaan apalagi atas namanama tuhan apalagi atas nama keagungan lalu dengan senapan taliban mencari sasaran perempuan biarlah peluru senapan bersarang di jidat depan hingga ke tulangtulang punggung belakang biarlah peluru senapan menyerang perempuan hingga ke sendisendi perjuangan biarlah peluru senapan menerjang harapan hingga ke ubunubun pikiran dan perasaan tetapi, suarakan lantang perempuan adalah ibu yang melahirkan tetapi, antarkan suara perempuan adalah ibu semua perdamaian dalam pekik pakistan bukanlah taliban salam buat perjuanganmu, kawan malala yousafzay cuma satu kata " lawan " kekerasan dengan mawar bukan senapan
12 oktober 2012
8
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dari lembah swat suara itu teramat terang, kawan api dalam jiwamu tak hilang karena ancaman tekad membara lawan kezaliman para lelaki sorban kaum taliban dan para pecandu ayatayat permusuhan
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ke mana anak laut?
ke mana anak laut tak menyisakan suara kearifan tetua sekak resam sirih leluhur bangka? ke mana anak laut tak menyisakan mantra lalu tiada barang setapak mengusung cara adab bernama? ke mana anak laut hilang tak mengesan makna ungkapan kearifan puak perangkai tradisi upacara? ke mana anak laut yang kaya ungkapan budaya di tengah samudera berombak hilang dilimbur pasang masa?
22 november 2012
9
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ke mana anak laut tak menyisakan kata hilang tak berjejak dari tepak pusaka budaya?
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
puisi petani bau dingin menyeruak pagi menikmati embun jatuh ke bumi
bungabunga kopi sedang bersemi di bawah rindang pohon mahoni ia lelaki ditemani istri memulai harihari dengan puisi cerita tentang petani di kaki merapi lalu ia menuliskan padipadi dari tandantandan setanggi mulai menguning seriseri di setiap pematang hari musim panen akan tiba lagi puisipuisi mulai mewangi ladang di bukitbukit pagi diselimuti kabut halus memutih lagi dari selasar meja bersegi lelaki itu melukis pagi dengan puisi menanti panen padi datang lagi ketika panen kopi jadi janji
biaro-lasi, kaki merapi bukit tinggi akhir desember doeariboedoeabelas
10
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
di sudut selasar meja bersegi ada lelaki menulis puisi
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
selain enam lelaki itu
... malam ini, aku menulis itu ketika hujan mulai reda kopi hitam hangat sudah di atas meja ... selamat malam angela
2014
11
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sempat kau bertanya pada hujan yang tibatiba turun seketika siapa pemilik bulan di atas sana? "enam lelaki yang bermain leng di pos perempatan itu," desah ranting tua pohon mangga yang jatuh tepat di samping mereka
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
trah malam
lalu bulan pergi menghilang awan hitam jelangmenjelang mengurung malam dalam bimbang gerimis hilang hujan pun datang
2014
12
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ada bulan ketika gerimis datang malam bergurau pada bintang bulan tersipu malu di atas pematang ........................................... mengapa gerimis tak bilangbilang? ketika malam hendak melangkah pulang
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ada yang tersisa ketika lelaki bercerutu itu usai bercakapcakap tentang luka yang menyobek dada para pewari luhur bijaksana di tengah kerumunan rupa para pecandu nyawa yang terus ingin memusnah apa saja yang menghadang rasa lalu muntahkan kebencian pada setiap penjuru jendela agar cerita seperti ada saja yang tak sesuai kata. jalan jalan menjadi biang kerok carut marut nafsu kuasa para peneguk darah saudara yang tak pernah tahu apaapa oleh tingkah para pendusta bangsa yang gagah hanya karena senjata. padahal masih ada kata seindah bunga yang dapat menyejuk rasa mengganti duka dalam semesta derita yang terus melanda bangsa mengapa tak tafakur sementara agar aura dan benci membara reda tak lagi menumpah darah siasia di tengah pusara leluhur manusia
13
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ajarilah aku bunga atau kata, bukan senjata
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sebab bunga tak disemai di taman kata tak berkembang cemerlang dalam hati kepala anakanak periang di rumahrumah, tempat kasih direntang konon,di luar sana ....... senjata jadi perewang nafsu kekerasan tuk selesaikan setiap jengkal persoalan menangmenanglah senjata tanpa kata di setiap jendela luka siapa saja, pergi tinggalkan adab manusia dengan bunga yang mampu membuka mata hati buta
september, 26/2010 duka bertakhta di jiwa
14
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lalu, bungabunga berguguran hutan mengering dan gersang tanaman di ladang jadi layu sawahsawah tak lagi menguning hewanhewan meliar keluar kandang kota tak dialiri air dan sumber pangan bangsa padam, negara karam
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
di ujung jalan itu di pertigaan lampu trafick light di bawah tenda hitam legam ia mengayuh malam membawa kelam dengan tinggal seteguk kopi pahit pun ampas hitam sisa tadi malam ia menggelut dingin dan sepi yang bercampur abu rokok dan lumpur sepatu perempuan tak berperawakan penjaga bulan di sadelsadel tua yang berdenyit terang melantun simfoni perang taruhkan hidup tanpa tidur panjang terjaga bersama embun menyelimuti pinangpinang sepanjang trotoar jalan ternanti orangorang singgah dan belas yang entah bagaimana mengulur kocek selembar demi selembar menyeduh air hangat perawat dahaga dari pekatnya dingin menusuk tulang malam merangkak menjemput awan larut membawa ngilu yang singgah perlahan di lengan biar tak sadar mata ingin terpejam angan melayang saku pun digerayang hilang tinggal kertas utang terlilit di celah malam bersama harapan yang terbang melayang lelaki penjaga malam hilang dalam kegelapan
2011 seraut malam di pertigaan jalan listrik medan
15
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lelaki pertigaan di ujung kegelapan
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
petang itu tak jadi kelabu walau tabiat desember awan selalu membalut langit biru pada sampan pencari ikan di huluhulu bersama lelaki pencerita yang menyulam rindu di ujung sungai wampu terbayang lelaki tua penggali pasir di atas air merakit bubu dari bambu bertelanjang dada menunggu waktu lubuk di aru jelajah jurung ikan gaharu petang menudung langit biru lelaki pencerita jurung terus menanti bubububu disusun di tepi sungai wampu langit meredup lelaki tua bertelanjang dada pergi ke hulu menabur bubu di sepanjang tepian bambu seraut batang hanyut dari hulu jurung masuk ke bubu gelepar rindu melihat wampu malam pun berlalu
16
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lelaki pencerita jurung
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ada rindu pada lelaki pencerita jurung di ujung bubu di tepian wampu di sepanjang rumpun bambu
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
2011 buat sahabatku aryo si perindu jurung di metateater riau
17
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kumbang hitam
kali ini kau tak ingin pergi ke hutanhutan jati yang luas di ujung pulau ini sebab langit pagi telah mengirim rindu pada sepi harihari ini kau akan menemukan hati harihari ini kau akan memilih janji harihari ini kau akan kembali menemu kesejatian diri dengung sayapmu menyentak hening ketika suarasuara hampir tiada ombak laut pun seperti mengerti jalanan sepi, rumah bagai tak berpenghuni desau angin yang menyapa dedaun pun telah pergi semua kembali mencari diri semua mencoba ke kesejatian hati dari perjalanan yang hampir tak hentihenti kumbang hitam lalu berhenti di pucuk tiang selasar sebelah kiri sembunyi dari matamata yang memperhati lalu melebur seluruh diri dalam sepi kumbang hitam tak ingin pergi walau ada warawiri di hutan jati ujung pulau ini ia teguhkan hati pada harihari yang sepi pada harihari ia sempat menemukan diri walau itu jalan sepi yang tak dimiliki pemilik janji walau ia harus sembunyi biarpun gagah berani
2013 refleksi bagi pemilih jalan sepi
18
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
menari... menarilah dengan sayapmu berputarputar di selasar jendela rumah tua menyusuri tiangtiang berkayu cendana hinggap, lalu kau mencium harum kayu penyangga kudakuda
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
musim layang datang
sayang... musim layanglayang datang ayah pasang gelas benang batang ke batang pohonpohon pekarang belakang anakku sayang sayang... musim layanglayang datang raut rangka bambu direntang sendaren dipasang angin kencang di bukit seberang anakku sayang sayang... musim layanglayang datang anakanak bertandang bermain tambang menanti layang putus benang anakku sayang sayang... musim layanglayang datang langit petang berbintangbintang warnawarni seperti kembang anakku sayang
19
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sayang... musim layanglayang datang mari bermain riang di tanah lapang dekat ladang kacang anakku sayang
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar sayang... musim layanglayang datang cepatlah pulang dari seberang ayah rindu petang bermain layang di tanah lapang dekat ladang kacang anakku sayang
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
04 mei 2013 ketika musim layang petang
20
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sepatu zaman
tak lelah ia menguliti hari menempuh aspal, batu cadas, cari pagi yang rupa hijau menawan hingga malam kelam tak berembulan. dari langkah kaki kanan ke langkah yang tak terhitung hingga kapan pulang tanpa hati yang rawan langit mengucur hujan, tapak tetap berjalan terik membakar badan lalu menyalin dalam kerinduan hingga debudebu melekat jadi buram tak ia pedulikan yang membawa jalan... tak pula ia menghitung langkah seberapa jauh ke depan lalu menoleh lagi ke belakang mengulangulang jejakjejak yang pernah ia sembunyikan untuk memakna tandatanda kehidupan setiap pagi datang kakikaki sang tuan ia sematkan tiada cedera dari onak, terik dan deras hujan dari benturan ruang tak beraturan menulis jejak setiap perjalanan dengan tinta debu yang berlepotan yang menanda jalan... sepatu tua warna hitam walau buram karena debu perjalanan engkau tak hilang sebab zaman yang membawa sang tuan dengan segala angan dari setiap catatan perjalanan yang tak lekang di perjalanan...
2013 buat: amang parhuta tinggi pembuka cakrawala pencerahan dari catatan perjalanan yang tak seberapa angan
21
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
yang membuka jalan...
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
hm... tuih buatmu: mata dan telinga
seorang janda bercerita tentang kuli tani yang papa tak punya sepetak tanah menumpang di setiap musholla tak dibayar hingga kering keringat di dada ini kata yang tak berkiaskias tak pelak pula lugas tapi.. gemuruh dada menikam langit agar dunia membuka mata pencuri nyata adalah kalian pemilik kuasa sajak pendosa dan cecunguk tuan tanah merampok suarasuara hingga ke dusundusun jendela dunia orangorang gelap merayap membekap sayup suara hilang dicerna lapar seketika
22
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kupetik nada minor mengiring alun sajak menghentakhentak membakar dada tetiran dan pemimpi siang bolong hingga senja
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
langit mulai menetas hujan kelak ia menjadi ludah dan lidahlidah berseliweran jadi tugu persembahan di papanpapan iklan wajah penyamun disangka pahlawan kupetik nada minor sebab telinga tak lagi jaga sebab suara tak jelas apa ludah ke langit terkena muka menjilat ludah itu soal biasa
7 hari bulan juni 2013
23
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kupetik nada minor walau tanpa sajak para pendosa tanpa membakar dada sejak tanah ini raib tak bertuan .... sejak negeri ini centang perenang siapa kuat dia mengekang
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
nyawa buat: penyair jalan sunyi puisi tak bernyawa kalau cuma katakata
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
puisi tak bernada kalau cuma tandatanda puisi tak bergema kalau cuma ceracau penyair belaka puisi sebentar lagi akan mati bila ia behenti dari imaji pusi milik waktu dan semesta nyata akan bernyawa ketika berjejak di buana
22 juni 2013
24
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dompet bikin pesong
kalau dompet ada bolong amarah jadi tak tertolong muka pun peyangpeyong pikiran mau pesong biar tadi dompet lewong dicopet tukang garong tapi hati jangan gosong akal terus didorongdorong kalau dompet bikin pesong buang pesong cari sokong kalau sokong suka gonggong jangan nyolong siang bolong kalau dompet juga serong jangan diam bengangbengong buka jurus tangan kosong raba kantong bodongbodong
tentang dompet (dari seseorang) 12 oktober 2013
25
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
saban dompet sedang kosong datang dongkol bolongbolong cakapcakap suka bohong suarasuara seperti kong
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
imaji
kubiarkan imaji melayang menemu bayang-bayang yang sempat hilang tentang siapa malam tanpa rembulan tanpa perempuan lalu tangan meraih kalam menulis angan-angan memeluk harapan tentang malam-malam tanpa rembulan tanpa perempuan namun... malam oh cuma sampai dituliskan hanya hadir dalam bayangan di atas kertas-kertas buram dekat gordin jendela depan ini lukisan kisah malam kulipat-lipat jadi sampan biar harapan dan tulisan hanyut ke tengah lautan tanpa rembulan tanpa perempuan
2012 selamat malam rembulan selamat malam angan-angan
26
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ingin kutulis malam tanpa rembulan tanpa perempuan di atas kertas buram dekat gordin jendela depan
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
adakah seperti itu, bu?
lalu perlahan tumbuh nilai dalam sanubari ini tunas-tunas muda menjadi kuntum kejujuran keikhlasan kerendahan hati dan pengakuan diri sebab apa? cahaya kekuatan asa ada padanya dalam balutan rasa mengalir jernih dalam jalinan waktu yang begitu.. engkau dendangkan rebana agar kubermain dalam anotasi dan angka-angka pada kehangatan kelas-kelas matematikamu yang kaulantun dengan anggun hingga tak terkira pikir yang tumpul ini jadi terbuka sebab kutahu engkau ingin suatu ketika tajamnya pikir ini tak tergadaikan oleh kecamuk rasa yang membungkus suka atau duka
27
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
engkau ajari hatiku dengan asih puisi-puisimu yang penuh jiwa lagi peka dalam kelas-kelas sastra itu
Sang Pengail
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar juga.. sebab kutahu engkau ingin rindumu pada logika benar mewujud nyata untuk ini negeri tercinta
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bukit tinggi, 28 desember 2011
28
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Balonku Ada Lima
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dari pojok sebuah catatan harian
bu… pahami aku tentang sebuah kebenaran walau itu seperti kunang-kunang di kegelapan. andai kubisa jadi martir untuknya bu… perlakukanlah aku pada kasih kepedulian walau kulihat kesenjangan adalah bencana dari kemanusiaan kita yang semakin hari makin mengubah wajah menjadi buas bu…!
awal maret 2010
30
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bu… kenalkan aku pada rindu yang berbuat tentang ketulusan walau kutahu itu akan menyulitkan bagimu dan bagiku
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
siapa melayuku lalu aku mencari tahu dari rumpun-rumpun bambu yang rimbun di gunung-gunung batu tempat aksara ditulis pada pelepah kayu dan tangkai daun-daun di belahan waktu
lalu aku mencari tahu pada semua tarikan garis yang pernah ada di bingkai ornamen kayu yang menghitam pekat dilapisi waktu sebelum prasasti diukir pada batu-batu benarkah itu ibuku? lalu siapa melayuku yang kunjung tahu berabad-abad lalu datang menegur sipu dari rahim seorang ibu menurunkan aku lalu siapa melayuku yang bersenandung merdu membujuk rayu dari masa-masa yang tiada ragu persuntingkan ibu bagi melayu anak-anakku siapa melayuku? ibu yang menurunkan aku ibu yang menurunkan anak-anakku
4 agustus 2010
31
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
benarkah itu ibuku?
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
andai kata hendak disangka mengapa aksara sepi disapa. lalu sudikah makna hendak diduga bilamana kata tak turut menyerta kadang cerita tinggal di pustaka-pustaka jarang dicerna jadi kelakuan yang nyata padahal moyang ajarkan luhur sediakala bukan masa yang pergi tinggal sisa usia biar masa membentuk jiwa perkasa tapi bukan bimbang puncak berjaya kalau kelak ingin jadi bangsa berjaya mengapa warga tak luput diperdaya terkesan cerita tentang saijah dan adinda oleh kisah max havelaar seorang belanda membetulkan harkat rakyat manusia semata walau susah sengsara menghadap wilhelmina
26 september 2012
32
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bukan cermin hendak retak
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ketika musim semi tengah merona ia tiba tetaskan duka negeri sakura dan mata ikan dipenuhi air mata tatkala kaki-kaki samudera mengejang retak kerak bergerak jejak meregang mengayun-ayun honshu dan jejali petang dengan lantunan nan mendendang awal sua kesekian kali itu. lalu, mencegat siang dalam ruang-ruang keseharian jadi gagu begitu lengang dan mengecutkan jiwa-jiwa meminta sekejap masa antar gumpalan cair menyurut tinggal larut dalam lekuk lempeng melesak rekah pada dendang nan berpeluk panjang ambang gelombang tak berhingga. mata tertumbuk pada berita layar kaca seketika risau dalam petaka berulam luka datang begitu tiba-tiba di tanah air sajak haiku,yang kunikmati pagi di dunia maya dan kisah para penyair-penyair melegenda iga singgasana basho menguncup kuntum kuntum kata nan mekar pun wangi merias larik-larik sajak empat haiku saat ia lukiskan tokyo itulah edo pada bingkai-bingkai kredo bertabuhkan gelombang dan nyanyian leluhur dari hamparan samudera bawa gemuruh meluruh menggunung-gunung riuh rendah seperti bukit tanpa nama lalu memangsa apa saja yang tak terkira dalam hitungan kekuatan akal manusia hampiri saat asal hikayat bumi semesta hingga selokan gempa pesisir samudera kini tsunami tak membuatku luput merindu haiku dalam empat musim membiru sendu
11032011 disalin 15032011
33
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tsunami di tanah haiku
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar catatan :
musim semi mata ikan dipenuhi air mata bukit tanpa nama
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
(petikan dari haiku matsuo basho)
34
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
hiruk pikuk suara rakyat tapi bukan suara tuhan ingin belenggu kezaliman seakan revolusi di tangan tapi timur tengah dan afrika cuma berpindah tangan dari tuan-tuan feodal bakal ke tuan-tuan kapital lalu atas nama suara rakyat genderang revolusi seolah berdentam-dentam. silaukan dunia picingkan mata semesta bukan karena negara sejahtera tapi pembagian tak merata ayo mari bagi timur tengah dan afrika agar rakyat bisa dipanggang di atas nyala-nyala minyak keperluan eropa dan amerika siapa bilang tuan-tuan kapital punya rasa manusia kalau lihat minyak menyala dari timur tengah hingga afrika? siapa bilang tuan-tuan feodal tak ingin tetap kaya walau jadi pecundang dalam istana kencana? cuma pembagian tak merata seolah demokrasi datang menyapa lagi-lagi fatamorgana
2 maret 2011
35
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
fatamorgana
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tak kulihat lagi merahputih di loronglorong itu tegak dan berkibar menghela rindu getir di bibir pada rupa dan rasa yang menjaga setapak jiwa walau, tinggal cibiran yang memoles luka di dada tak kudengar lagi ada senandung berkata bedil dan selendang sutra dari radio tetangga, sayup-sayup membakar jiwa, menjaga patria sekujur nusantara menghalau penjajah dan penjarah ini perut negeri malammalam pun begitu dingin, tak lagi hirau pada luka tanah, luka air, luka rasa, luka jiwa pada bangsa yang menganga tinggalkan tega di loronglorong itu dan tiangtiang tegak tanpa malu pada merahputih merahputih mati suri, jiwajiwa lalu dikebiri dirundung cacimaki yang tak hentihenti, seolah ini negeri tiada mampu berdikari, menemu diri lalu jadi negeri sejati. ke mana merahputih? telah pergi tinggalkan ini hati?
18 agustus 2011
36
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ke mana merahputih?
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kalau hendak memberi tanda di camar bulan dari tetangga persilah kata mengawal muka tepak bersirih pertanda buka tidak melayu bila tak menyapa mengapa tetangga begitu tega ganti peringgan asal suka-suka tanpa pertimbang jiwa saudara sudahlah ligitan hilang di mata tangan menggapai tak bersua tiba camar bulan jadi perkara ulah tetangga seberang sana biar perahu berlabuh di malaka selatnya lapang tak bedermaga kalau niat hati terus bertetangga balikkan pancang ke asal semula mari bersama sisihkan rasa duka rancang cara tangan lalu terbuka tidak memanas oleh nafsu belaka sebab melayu tahu rupa menjaga biar pemimpin suka berhadap muka baca sejarah indonesia - malaysia adat melayu merata di mana-mana mengapa rumpun elok tak terjaga
13 oktober 2011
37
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
syair tetangga
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
apa ini puisi? menangislah bumi papua api meletup-letup di mana-mana membakar dada dalam durjana para lelaki tak urungkan niat lepaskan perempuan lepaskan anak dari hajat yang jadi murka
ya rabe soren do reri menangislah di bumi papua sebab terasa sekian lama tanah entah jadi milik siapa? para lelaki berkoteka yang bertelanjang dada hanya tinggal dalam nama-nama hanya tinggal dalam nada-nada sesungguhnya papua milik siapa?
17 juni 2012 petikan syair lagu dari papua: apuse
38
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
apuse kokon dawo
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kalau mei bukan waktu
di awal itu ada peluh di tubuh akulah buruh tenaga sepenuh, negeri tangguh tapi hidup belum penuh seluruh ... kalau mei bukan masa mengapa tak membaca tanda tiga anak manusia utama sidharta, muhammad dan isa berjumpa di waktu yang sama membuka mata penerang cahaya dunia ... kalau mei bukan jalan cinta mengapa ki hajar dewantara sudah terlupa? kalau mei bukan pintu rahasia bagaimana bisa wiji dan kawan-kawan tak tahu di mana? ... jangan ada dusta di antara kita biar mei tak cedera biar mei tak menyapa dari masa ke masa mengidap amnesia
14 mei 2014
39
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kalau mei bukan waktu mengapa hari-harimu bisa begitu? kalau mei bukan rindu mengapa kisah kasihmu bisa bertemu?
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
topeng ada di mana? ada di mana-mana ada di rumah-rumah ada di kantor-kantor ada di perkumpulan ada di acara-acara ada di sekolah-sekolah ada di jalan-jalan ada di taman-taman ada di dalam tulisan ada di ruang pagelaran di unit gawat darurat topeng itu wujud maya tak wajah sesungguhnya pasanglah topeng biar di rumah-rumah biar di kantor-kantor biar di perkumpulan biar di acara-acara biar di sekolah-sekolah biar di jalan-jalan biar di taman-taman biar di dalam tulisan biar di ruang pagelaran biar di unit gawat darurat muka-muka jadi dasamuka bak musang berbulu domba
terinspirasi dari profil seorang teman 21 agustus 2012
40
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
topeng
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ada plastik
di ruang tamu: orangorang berbicara dengan mulut plastik menjelma tandatanda plastik menanti waktu plastik kadang keluar katakata plastik terdengar makna plastik kalau diucapkan suarasuara seperti gesekan plastik di televisi: tayangan iklan bergaya plastik beritaberita kota dan dunia dikemas plastik penyiar pakai lipstik dan warna busana plastik sinetron menyulap tematema plastik interaktif pemirsa dan tv dengan kata plastik isi ceramah seperti lapislapis plastik tiba berbuka kudengar plastik bersukaria sebab orangorang tak lagi bertandatanda plastik mengganti mulutmulut plastik dengan selera plastik tak berkatakata plastik suarasuara mulai sepi dari plastik
41
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
di meja makan: cangkir plastik, piring plastik sambong plastik, sendok plastik lepat bungkus plastik, roti balut plastik nasi bungkus plastik gulai ikan plastik teh manis dingin plastik
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar giliran plastik bersuara manis dingin dituang ke cangkir plastik sayur diaduk sendok plastik nasi digilir ke piring plastik tangan dibasuh kobokan plastik buka puasa tak berisik
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
20 juli 2013
42
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tak ada cahaya pada langit sejak senja itu lelaki kembali ke perburuan menjejak kesejatian mencari pengakuan di jalanjalan penuh kawat berduri karungkarung pasir watas teritori bertaruh untuk sebuah negeri walau harga diri diuji berkalikali tahrir adalah saksi bedil menyanyi amunisi yang menarinari genderang perang mengiringi tarikan nafas urat leher saudara senegeri vaya con dios vaya con dios bukan... bukan untuk kekasih yang akan pergi meninggalkan ini negeri tak ada suara azan pada kubah mesjid sejak senja itu perempuan kembali memeluk dingin mencium bau mesiu berselimut langit yang berdebu dan banjir darah saudarasaudari sepupu tangis seperti tak bersuara lagi ratap jadi larik syair fatima naoot melepas anak lelaki memanggang dendam dalam sekam senapan seperti patriapatria mediteranian
43
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
vaya con dios
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar gagah mengawal nil dan sahara untuk atas nama negeri alexandria vaya con dios vaya con dios bukan... bukan untuk kekasih yang akan pergi meninggalkan ini negeri
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
24 oktober 2013
44
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
balonku ada lima bentar lagi bagi-bagi kaos
warnanya ramai sekali
lebih dari "balonku ada lima"
warna hitam punya panitia
selebihnya pilih mana suka
warna putih milik siapa?
boleh dipakai di rumah saja
...ssstt..kalau keluar, nanti bahaya
22 april 2014
45
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
rupa-rupa cerita ada di sana
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
yang kucatat tentang pak tua
kini ia telah tua semua katakata dijadikannya senjata semua bahasa dididiknya jadi bala tentara segala kebijaksanaannya jadi benteng kuasa seluruh kecerdasannya melekat pada dayang-dayang istana lagi-lagi dia lupa segala itu bukan lagi dirinya segala nama akan segera sirna semua bahasa meracun setiap tanda semua kata jadi berbisa ketika ia berbicara untuk atas nama budi bahasa
13 desember 2013
46
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
semakin tak yakin aku dengan nama kata orangorang seberang dulunya ia penghulu kata bahasanya mendunia kelakuannya bijaksana kecerdasannya terdengar ke mana-mana
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
nyanyian pengangguran (buat para tuan tanah)
beri aku setapak lahan boleh kaupinjamkan biar kutanam segala harapan esok tumbuh tanaman pepohonan padi, jagung, ketela dan kacang-kacangan sawi, bayam, cabai dan bawang beri aku kesempatan jadi transmigran ketika orang-orang memilih urban agar aku merasa tak dibiarkan turun ke jalan cuma jadi demonstran bayaran tuan-tuan yang punya kepentingan beri aku jalan menghijauhijaukan tanah harapan dari kemalasan dan angan-angan jadi "bangsawan" dengan berpangku tangan
25 september 2014
47
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
beri aku setapak lahan boleh kaupinjamkan akan kubuang semua angan-angan mimpi hidup tanpa pekerjaan cari makan mengemis di jalan
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
benarkah ia penghulu kata
kini ia telah tua semua katakata dijadikannya senjata semua bahasa dididiknya jadi bala tentara segala kebijaksanaannya jadi benteng kuasa seluruh kecerdasannya melekat pada dayangdayang istana lagilagi dia lupa segala itu bukan lagi dirinya segala nama akan segera sirna semua bahasa meracun setiap tanda semua kata jadi berbisa ketika ia berbicara untuk atas nama budi bahasa
2014
48
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
semakin tak yakin aku dengan nama. kata orangorang seberang dulunya ia penghulu kata bahasanya mendunia kelakuannya bijaksana kecerdasannya terdengar ke mana-mana
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
andai janji itu seperti bulan ingin memberi bukti seperti malam ini tersenyum pada bumi gelap telah terganti cahaya membungkam sepi harapan tak lagi ilusi ... mungkin setiap hari aku ingin menunggu janji mungkin aku menanti embun yang tak sempat pecah oleh mentari mungkin aku tak ingkar hati padamu negeri ...
2014
49
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
penantian
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ketika pintu terbuka... masih kudengar kicau burungburung yang hinggap di dahan jambu dekat jendela
masih semerbak bunga jambu menyeruak dari kuntumkuntum hijau jatuh di dendang angin malam masih terasa dingin yang tersimpan dalam ketiak pepohonan ketika embun menyelimut sepanjang jalan masih samar terbayang bukit barisan ditutup kabut cahaya pagi menjulang di padang terbentang masih sempat kurasa rintikrintik hujan yang membasahi jalan rumahrumah kampung ke pasar pekan masih kutulis kegembiraan esok pagi segala harapan kan terulang indera kehidupan terus merasakan
15 juli 2013
50
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
masih kulihat bulir embun pada lidah dedaun mengulas cahaya bening ketika cecah menjejak ranting
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bocah pengamen di perempatan
sesaat aku terpana iba menggelora seluruh dada kutaksirtaksir usiamu barulah seberapa begitu kauyakin hidup adalah taruhan nyawa untuk sesuap nasi karena ibaiba dengan sepicis recehan sisa yang kaucoba senandungkan pada setiap larik orangorang gila lalulalang siang hampiri petang membentang di setiap simpang namun aku tak percaya itu garisgaris jalan begitu kau hapal, seperti hapal akan petikan dawai yang kau taruh cup aqua di ujung senar gitar seada, kau sandang ke mana-mana lalu rautraut para pengiba kau paham pula seperti paham tentang nasib mencampak kau ke jalanjalan, atas nama kemiskinan apa saja tanah orang-orang pinggiran kota bocah kecil pengamen perempatan, riwayat tak cuma di jalanjalan siapa yang menjaga bulan ketika malam? tiada masa manja seusiamu, kawan bocah kecil pengamen perempatan, kau cermin kemunafikan pembangunan retak di serambiserambi peradaban jiwa penuh keangkuhan tanpa pertobatan
51
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
jemari lentik menarimenari di senar dawai gitar aluni senandung kidung bocah penjaja nada perempatan pondok kelapa
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bocah kecil pengamen perempatan, kau adalah kurikulum pendidikan buat anakanak gedungan yang cuma menumpang kebesaran atas nama kekuasaan
12 april 2011 perempatan pondok kelapa ringroad asrama medan berlabel metropolitan
52
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bocah kecil pengamen perempatan, kaulah saksi keadilan yang lenyap di jalanjalan kebenaran dan perjuangan atas nama kemanusiaan lalu tinggal cuma dalam hapalan janji klise anak sekolahan
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
cahaya kunangkunang jatuh di sudut meja hilang redup hilang redup blap... tak tahu hingga kapan mejameja itu berkilau kunangkunang hilang ditelan kegelapan malam terlentang mengerang panjang di atas pematang jalan pulang telah berkalikali ditikam keangkuhan darahdarah peradaban menetes sepanjang jalan kekuasaan seperti ingin menerkam kekuasaan seperti ingin meredam suara alam yang datang dari delapan penjuru mata angin langit terkoyak oleh sayatan benci luka mulai bernanah kunangkunang hilang sepanjang perjalanan pulang hilang redup hilang redup blap...
0.47 11 oktober 2013
53
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
langit bernanah
Balonku Ada Lima
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
korupsi buat rezeki
untung ada korupsi lagi marahmarah ada sasaran yang dibenci untung ada korupsi hargaharga tinggi diamdiam diamini
2014
54
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dengan korupsi bisa membeli kursi dengan korupsi gampang mencaci maki dengan korupsi jenjang karier jadi tinggi dengan korupsi kursi lawan bisa digergaji dengan korupsi wuih... katakata pun jadi puisi
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Sajak Alif
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
di balik malam larutmu malam membuka makna pada kalam Tuhan
ketika rindu lalu membasuh laku masih ragu mencari tahu dalam hening yang mengirim kata mengapa jeda ikut bermakna setiap kalam lahirkan simponi malam isyarat Tuhan membuka jalan selamat datang para halimun malam menanti ilham dalam peraduan yang kesekian
10 agustus 2010
56
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sebab sepi adalah relung tahajjud waktu yang menunggu
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
malam ini ia tiba-tiba menggelora dalam dada malam kedelapan puasa bulan di atas sana tadarus jam dinding pun kian mengecil tergantung di sudut mimbar langgar yang pernah hadir dalam nadi ingatan lalu aku bersimpuh pada sajadah langit asa di tengah-tengah ruang hening para pewirid kalamullah, ia penuh suka mendendang tajwid hilir mudik irama lembut mengalun dari mulut-mulut wangi kasturi para belia lalu berseru ingatkan aku ketika itu tak sedikit rupa pun tampak mata-mata para pembaca ayat lelap lalu terkantuk oleh hunian malam membalut simfoni ramadhan menyanyikan raut demi raut dan meninggikan ritus bacaan ayat ilahi lewat harum malam menyembul dari bubungan rumah-rumah beratap rumbia dan lampu sentir memecah gelap dari hulu ke hilir yang kian di ufuk-ufuk dini ketika jiwa bertanya pada diri "maukah kemari menegur hati yang dulu sempat membatu lalu pergi menjauh dari-Mu?" sebab petaka kepura-puraan sebab bencana pengingkaran batin dalam bayang-bayang zahir
7 agustus 2011
57
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
berharap cermin tak retak
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
inferno masih lelaki itu berdiri di atas sampan memotret senja apa saja lewat warna bianglala
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
aku tertegun dalam diam pun langit jadi malam malam yang menyimpan lelaki itu pada keilahian masih lelaki itu hilang di tengah kegelapan tanpa bayang-bayang sampan kehidupan
4 juni 2012
58
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sajak alif ia datang dari alif...
dengan mengulang suara
dengan mereka kata-kata lalu belajar membaca
alif dua di atas an
tanda menyulam nada alif dua di bawah in
suara memandu irama alif dua di depan un
bunyi-bunyi jadi rima dengan bahasa tak biasa
qur'an turun buka semesta
tujuh belas hari bulan puasa
beri isyarat pada siapa-siapa
yang membaca tanda-tanda
alif... ada dalam setiap suara
alif... ada dalam setiap nada
alif... ada dalam setiap irama
alif... jadi kuasa makna kata
tapi bukan tanda-tanda baca
6 agustus 2012
59
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dalam bahasa tak biasa
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
izinkan aku menyapa
(dalam tanya yang tak henti-henti) siapa kau..., siapa kau yang entah ke berapa kali ingin kuingat, ingin kuingat aku tersungkur... dalam sekali dalam zat-Mu hening malam lalu yang membuat aku ingin bangkit, hanya karena-Mu izinkan aku mengendap-endap perlahan mencari suara sayup-sayup petikan dawai sitar anoushka shankar yang sempat terekam di memori kiriku ketika aku mengenang ayahnya dan suara merdu mengalun rendah mengawali "beloved" , petikan sitar merawat imajiku lalu ke tanah India berhayat pada gandhi, sang ahimsa tanpa kekerasan walau di tengah konflik aku kembali mencari mencari suara-suara sitar suara-suara dari table
60
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
hening hening membawa aku ke langit malam, malam yang meneguh kelam melayang-layang tiada seimbang
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
21 maret 2013 terinspirasi dari musik “beloved� anoushka Shankar buat sang mestro: shree ravi Shankar (legendaries sitar)
61
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
suara-suara djembe suara-suara bansuri veena, cello dan perkusi lalu " beloved " pun sayup-sayup hening hening pun membawa aku ke langit malam malam yang meneguh kelam melayang-layang tiada seimbang
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
alif lam
kalau lampu itu padam tangan tak lagi berpegangan telah datang kelam telah membawa kau atau aku diam dalam tawanan pikiran yang tak karuan mata tak mungkin terpejam oleh risau silang persengketaan kata, perbuatan dan perlakuan
malam keenam puasa 21 maret 2013
62
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kutunggu kau di sudut jalan lampulampu masih terang rumahrumah masih terbuka lapang anakanak bermain riang di halaman tak berpagar dan bertiang kampung sedulur dan seperinggan
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
resam bubur pedas
ade pule bubur pedas puase campur anyang..sodap kurase lupe sesaat.... sholat pun tibe bile tak salah itu khas tetangge wangi nian rencah ketumbar daun kentutan jadi tak hambar merica hitam, jinten dan adas nikmat arome, manis pun pedas kelape parut elok disangrai kol diiris laluken setangkai serai berbuka puasae kian pertame ingat cerite hikayat si lebai hulu dan hilir tak jua tercapai kangkung potong tipis-tipis sepinggan rebung mude direbus bila sedih usahlah menangis ramadhan datang dusta ditebus cabai merah elok diiris-iris mentege saus pakis ditumis tibe berbuke nafsu meringis makan pun minum laris manis
63
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
alamak... pucuk dicinte... ulam pun tibe biduk dikayuh tanjung benoa puase pertame nak lalu jue cari berbuke di mesjid raye
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ditambah pule sayuran lain kol, kapri, daging dan kecepe amboi... siape tak kenal ini? bubur pedas dengan segale ciri
buka pertama ramadhan 1433 hijriah 28 Juli 2012
64
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bawang putih, bawang merah oyong, daun kunyit juge halia pasang janji bile buke bersame bubur pedas ade di setiap istana jamur merang, kacang panjang tahu putih, kecambah, selasih bila datang waktu sembahyang dahulukan isye sebelum tarawih
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
malam seribu impian melarut aku dalam asma-Mu mendaki aras nun tinggi di atas membawa tubuh durhaka dengan selendang durjana
tak berbekas (lailatul kadar) lalu apa daya biduk hendak ke samudera-Mu mengarungi gelombang impian menjemput malam malam malam seribu bulan padahal waktu terus berlalu kian tangantangan masih bersekutu dengan kutukan (lailatul kadar) hening malam kurentang dalam pangkuan menenun jalan ke rumah-Mu yang selalu terlupakan padahal waktu sudah jauh di depan tinggalkan aku dalam malam seribu impian (lailatul kadar)
17 ramadhan 1434 H
65
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
hilang... hangus...
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
satu dawai
ingin kupetik sekuntum bunga sedap malam yang kau tanam di kitar halaman depan buat kusemat di ujung nada yang mengisi sisa malam bulan hampir terbenam ingin kupetik satu kutipan dari puisi renungan yang kau salin dekat jambangan ketika malam hendak beranjak dari kebisingan kelam yang menghempang hatimu jadi pualam biarlah dawai biarlah bunga sedap malam biarlah puisi renungan memainkan irama di pentas suara malam tak terikat rima tak terikat pesan tapi yang ini kita masih bertatapan walau janji cuma rekaan betapa malam bukan untuk bergumam katakata berseliweran tak bertanda buat langit yang diam tak bermakna pada bulan yang akan tenggelam di tengah kabut hitam jendela pikiran
2012
66
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ingin kupetik satu saja dawai dari gitarmu untuk mengisi malam yang kau sebut malam panjang walau tarawih selang berselang
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kasih-Nya
hujan ia tafsir dalam kasih Tuhan yang menetas dari awan yang mengguyur pepohonan yang tertampung dedaunan biar hijau mewarna padang hujan ia perlakukan bagai mukjizat alam yang menumbuh benih kehidupan yang menyemai akar tetumbuhan yang menjaga keseimbangan dari kemarau yang mematikan hujan ia rawat setiap datang puji syukur atas nama kehidupan menjaga rerumputan menjaga pepohonan menjaga dedaunan tak layu segera menjemput pulang padahal ia bukan lelaki sarungan yang meradang atas nama iman melafaz nama Tuhan lalu menolak hujan mengirim kemarau mendadak datang buat rerumputan menguning kering buat pepohon terpanggang, tak tertahan
67
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ia tengadah ke langit berharap hujan sedikit membasahi rerumputan yang menguning kering di padang kembara
Sajak Alif
PULANG KE HULu
buat dedaun kering terlepas dari dahan hijau pun seperti buih di tengah lautan ia lelaki di tengah padang memohon hujan dalam bahasa terang hujan datang, kasih-Nya menjelang tetumbuhan nan riang berdendang sebab ia tak mengutuk hujan langit di atas sana jadi pujian yang berulang walau bandang menyerang terjang
30 juni 2013 taman beringin medan
68
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kasih-Nya 2
dari sol, tapak-tapak pun sarung ia mengenal kasih yang agung lewat tangan orang yang datang sekadar memberi tanda esok masih ada nubuat peruntung sekadar memberi tanda badan nan tahu diuntung ia tak pernah bertanya pada siapa nasib harus ditampung pada apa harihari harus dijunjung hidup tak larut dalam buntung tapi harus dikerjakan jadi tarung agar hati tak limbung sepatusepatu buruk itu selalu jadi ilham buat ia berjalan dengan segala harapan buat ia menyulam setiap benang-benang jadi senarai jahitan buat menentramkan apa yang sesungguhnya ia paham tentang kasih tak selalu terhitung yang datang lewat pesan yang Ia dengung
69
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sepatu buruk itu ia jejal dalam rak tak seberapa memanggulnya keliling kampung pada pundak lelaki tanggung seperti niat tak mengurung walau langit di atas mendung
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar mengapa harus murung pada nasib yang kurang beruntung mengapa harus bingung pada takdir yang memalung sedang waktu tak pernah mengurung walau nyanyian kidung seperti menyanjung
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
2013
70
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kasih-Nya 3 surat dari kampung
inong... among... si butet tahun ini sudah 7 tahun biar kumasukkan sekolah belajar baca belajar tulis mungkin kalau bisa dia berhitung kelak menghitung panen sawah sepetak di losung aek itu
inong... among... sudah tiga bulan ini aku tak lagi maronan semua barang dagangan sudah tak terbayar kios di pasar pun sudah tutup ongkos dari sarulla ke simangumban pun tak lagi tersisa untuk sekadar manuhor panganan inong... among... biarlah kuguris kebun hapea itu dan kutiris air nira dari pohonpohon yang tua
71
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
inong... among... biar aku pergi ke huta dolok masih ada kebun hapea yang diguris orang kampung seberang buat biaya sekolah buat beli abit buat membayar minyak tanah yang terutang di pertigaan itu
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar buat belanja sepekan buat baju seragam si butet yang tinggal berapa hari lagi sudah masuk taon ajaran baru
ini suratku yang ketiga yang kutulis di atas meja kayu tua tempat ompung menyalin cerita-cerita setelah ia tak lagi jadi raja huta
inong... among... zaman telah berubah kampung tak lagi bersahaja teal, late, elat seolah jadi biasa di lapolapo tak lagi ada lelaki duduk bercerita dari pagi sampai senja sebab harga nasi dan ikan sudah setinggi pohon hapea
memori tua di huta dolok sana 3 juni 2013 inong among: ibu bapak huta dolok: nama kampong hapea: pohon karet guris: deres abit: kain, pakaian losung aek: nama tempat maronan: berjualan di pekan sarulla, simangumban: nama tempat di pahae taput manuhor panganan: membeli makanan sehari-hari taon: tahun ompung: kakek raja huta: ketua adat (kampung) teal, late, elat: sikap buruk iri dengki dan dendam lapo: kedai kopi
72
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
inong... among...
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kasih-Nya 4 (ziarah)
ketika peluh waktu tersaput setiap riwayat luput dalam perjalanan dan liku lekuk para pejalan yang merentang di langit harapan yang bercerita tentang renungan sejenak jeda... sejenak tanda... menitip pesan kebahagiaan nisannisan seraut tanda perhentian yang terbaca dalam ayatayat alam lalu hadir membelenggu ketika kubur jadi berhala jalan pikiran ketika kubur adalah janjijanji kematian biar kutemukan pada setiap dahan biar kutemukan pada setiap rerumputan biar kutemukan pada setiap air yang diam yang membungkus badan yang menyulam setiap detik nafas walau terlupa karena ziarah adalah kesempatan
2013
73
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
adalah petang yang menggantikan siang yang membentang jejakjejak petualang
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
seperti mengulang senja dari petang yang tinggal sepertiga hari ia datang melafaz malam dengan nyanyian tanpa syair dan suarasuara shir memuji Tuhan di tengah bising sayup raung anak yang ditinggal pergi susuan dan kasih para jembalang seperti mengulang senja yang meregang siang dalam duapertiga matahari ia menabur kalimatkalimat asma dengan irama tak berjeda dan katakata yang ia lupa datang dari mana memuji kebesaran dalam hening ketika petaka menjadi sering menyulam hatihati yang bening senja ini, ia meraut langit dalam lipatan jemari menggeluti hari yang tersusun rapi di ujung kepala hingga kaki menggapai janjijanji yang tertuang pada kitabkitab suci membasuh muka dengan cahayacahaya rawi menghiasi hati dengan puspa yang mewangi dalam syairsyair rumi yang ia dengar setiap pagi sebelum ia berpamit pergi mencari rezeki yang menyebar di bumi
10 Juli 2013
74
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kasih-Nya 5
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kasih-Nya 6 ft: kepodang kacang panjang
setelah kemarin petang kusemai bibit kacang panjang bilah bambu pun kupancangpancang kelak tumbuh merayap, berjenjang sayang... awan hitam menggantung di langit petang agaknya alam tak terbendung menjulangjulang kutengok ramai burung kepodang datang mencari makan nun di sawah seberang telah Kaukirim harapan lewat angin kencang sebelum hujan datang membawa kotoran burung kepodang ke pematang bibit bertiang pancang yang kita tanam sepanjang siang tapi kadang aku terhalang membaca ulang kaji detak peruntungan akal sering menjalang syahwat menerjangnerjang biang parewang hidup pada bayangbayang
memilih tanda 2013
75
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
telah Kaukirim pesan lewat hujan tadi malam yang membasahi pematang ladang belakang
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sajak pendek
sebab ... cuma itu yang menolong hidup dari kebencian dan nestapa
malam ini, 19 mei 2013
76
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ada yang ingin kutaburkan pada tiga perempuan istri, anak dan cucuku: kasih
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tabir
tapi, bukan malam ini ketika keruh sungai tak lagi memantulkan cahaya langit hingga ke dasar tapi, bukan malam ini ketika sepasang mata mengintai laju rakit sepanjang hulu sungai tapi, bukan malam ini ketika lolongan serigala disangka nyanyian angsa berparuh jingga dan semestinya bukan malam ini, sebab rahasia -diri- masih tertutup rapi, agar orang-orang setia berjanji tetap menjaga hati
2013
77
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ingin kubisik sesuatu ke telingamu ... tapi, bukan malam ini ketika bulan merah teronggok di pucuk ranting pohon kering
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
anak-anak kampung bermain di beranda rumah tak berpagar kemerlap cahaya obor berpancang-pancang tiada ubah seperti lingkar yang memagar-magar lailatul qadar serambi penuh lilin dan kerlip bunga api menggantung di dahan jambu bulan terlihat lancip semburat mengerdip bintang-bintang mengintip dari ranting pohon tua sebelah utara kampung tetangga sesekali sayup dentuman suara meriam betung bersahut-sahutan mengiring malam yang kian kelam ditemani rembulan nan temaram dari kampung sebelah berbatas ladang jagung dan rumpun betung desah suara petasan dari pecahan mesiu korek api dan pentil buah jambu tak enggan turut ruwatan jenguk datangnya malam-malam seribu bulan jalan-jalan setapak di ujung kampung jejali anak-anak telanjang kaki, sambil bermain umpyang ada yang bersenda gurau, berlari alip cendong manakala tarawih usai riuh-rendah gembira membayang malam-malam di ujung puasa lepas segala anak-anak pada tawa dan canda tinggalkan lelah siang tunda makan pun minum seumpama hidup sang papa anak-anak malam selikur ada di batas ladang jagung dan rumpun betung
kampung kuala, langkat, september 2006
78
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
anak-anak malam selikur
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
lelaki paruh baya itu bercerita, ia tak lagi tidur di springbed ia tak lagi sudi menikmati empuknya tilam bahkan tak mampu lelap dibuai malam ... walau semua itu ada walau hargaharga tak usah cerita ... lantai bertriplek itulah yang membuatnya gembira bersama kisahnya yang merayap di dinding kamar 3x4 itu ia memilih sepi pergi dari keramaian yang menyakiti diri pergi dari kepalsuan yang membuat hidup tanpa hati jalan menuju sufi
7 okt 2014
79
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
jalan sepi yang sufi
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
batu raguku batu diam pada hulu air pun memecahnya sebab waktu
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
2014
80
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sajak para pencari malam
banyak dahan-dahan tertegun menatap gerak yang indah ketika kepaknya berdendang ria sejak senja itu tiba. ada yang menepuk tangan berhentak kaki, lalu melenggang terbawa irama waktu terus merangkak membawa sajak berima yang tersusun apik dari helai-helai aksara kota hingga rusun-rusun yang tiada tertata parapraja tempat para pencari malam menyeka peluh setiap kata. sepertinya makna tak selalu menjadi apa ada apa cahaya rembulan menembus dahan-dahan malam di beranda kota yang sesak oleh gemerlap rasa, entah tiada berpenyangga, mengusik raga tanpa berkata ada menyapa setiap dinding kota tanpa ragu dengan irama niscaya para pencari makna meranggas hati daun-daun yang tumbuh di lereng malam tempat para sesepuh menguji diri tersungging kulum ditemani rembulan.. yang tak hendak meninggi puncak lara
hutan jati jagawana 7 agustus 2010
81
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pun ia menari dengan kepaknya yang lembut bagai membuka setiap umpama isyarat malam dengan tubuh mungil dandan raut yang natur putih kemilau pualam merayu rupa rembulan
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
malam, aku menuliskanmu di dinding dingin dan urat-urat tembok liar di stasiun penantian di rumah-rumah kumuh di cafe tak bertenda dan sepanjang simpang hingga di kamar-kamar sepi yang hilang oleh gurauan hujan katamu: “bulan tak lagi mengerti pada setiap pejalan kaki yang pergi sejak tadi, tinggalkan pagi tanpa berharap selalu harus jadi berarti malam hilang di peraduan hujan rintik-rintik rindu membasahi jalan hitam yang larut setiap waktu manakala senja berbinar dan tanda malam pergi merajut hati , yang luka malam, ingin kuceritakan kisahmu pada setiap tembok keangkuhan yang luput dari segala harapan�
mei 2012
82
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lukisan malam
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
wangi tak lagi menebar
lalu dia memburuku dengan tanya mengapa bunga tak lagi menebar wangi pada taman setiap halaman? atau zaman telah memagar agar wangi tak menyebar aroma rupawan hm.. aku terkesan
27 agustus 2010 bersama anak2 pendongeng
83
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ketika hujan berbaris di kuntum putih melati itu.. aku sempat bercerita pada seorang anak perempuan tentang langit yang hadirkan air bagi hidup: kenanga, mawar, kamboja, ganyong, sedap malam dan bunga tak berbunga
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
mencari tepi
mungkin kemarin ada lipatan kata yang terluka saat dilantun lalu lupa tuk dibasuh, dibalut agar sembuh kini dengan hati sapa sahabat, kawan dan handai tolan uarkan maaf dan mohon ampun pada-Nya jika berkenan agar "jalan" dalam rute ramadhan menjadi berkesan
lalu kuntum-kuntum semerbak bersemi sepanjang masa di sanding dengan tarian rama-rama yang riang bahagia semarakkan cinta yang tiada henti... konon menjadi inspirasi tumbuhnya aneka kehidupan di aras bagai karya agung hendak menyapa setiap langkah pun tinggal setapak mencari suluk, leburkan gelora ria hasrat mengejar nama menekuni ritus pahala. semoga tak seperti apa adanya? andai tertinggal saat melangkah mencari jejakkemarin di setiap persinggahan: sebuah resam yang dibingkai luhung tak lagi dapat bersanding dengan rindu akan waktu. tentu tiada perlu ragu membalut kalbu. cukup hanya keliru yang mengaku pada tabu
2014 thaharah: bersuci
84
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merdu memoles aras malam yang berhingga, namun oleh wewangi tadarus lalu melampaui nama, pun waktu, batas tiada bertepi, sementara memujilah seisi alam larut tulus dan kudus. hati pun memilih thaharah lalu bertasbih
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
aku jatuh pada kuasa-Mu di hari puasa yang ketujuh terbayang dalam benakku rute terhampar melaju maju berliku-liku lalu dalam tubuh berbungkus nadi yang pagi dan urat-urat di sekujur ngilu tempat tersimpan seluruh-Mu dalam doa yang tiada jemu berkali-kali kucoba bersapa dengan astagfirullah di dada lalu berlanjut alhamdulillah di kepala mata telinga itu suara sembari allahu akbar barkali-kali mereka semua jalan yang semu dalam binar mata mencari caya malam-malam keagungan dari-Mu lalu aku terjatuh pada kuasa-Mu mencari rute jalan-jalan melaju terbentang di depan dengan liku liku yang berbungkus nadi setiap pagi yang tersimpan dalam urat urat di sekujur waktu. itu cari ku
ramadhan ke-19 1431 h
85
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dalam urat nadi kuasa-Mu
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
renungkan fitrah alam: pada rerumputan yang menghijaukan taman pada pepohonan yang menjaga mata air pada daun-daun yang tak sempat kering oleh teriknya matahari lalu jatuh ke bumi hilang terbang dibawa angin pada putik bunga yang tak sempat layu sebelum berkembang pada tanah yang tak jadi gersang dari hutan-hutan yang ditebang pada laut yang biru tak lagi hitam haru biru pada bukit-bukit yang rimbun hijau dengan dedaun pada rindu yang tumbuh tanpa benci pada hati yang zuhud tanpa dengki pada cinta tulus yang hakiki
2011
86
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kembali ke fitrah
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
zi_arah aku larut dalam kedalaman laut kata-kata
kutambat biduk pada dermaga, tak perduli apa ungkapan kata, frasa atau klausa aku berlari mengejar fatamorgana yang terluka karena gramatika menikam ubun-ubun jingga yang pecah ditetak belati cahaya larut dan gila cuma akademia kata-kata dalam kedalaman, laut katakata, bahasa pun luput dari karangkarang tanda hingga biduk pun pecah langit terbelah-belah di dermaga ini, akulah trah
katarsis, larut yang membawaku ke 07 hb april doeariboetigabelas
87
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
aku gila dengan bayang-bayang samudera makna
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
jejak waktu sahur: melati di taman tak mengembang padahal tadi malam ia kusiram dengan semangkuk air sejuk
hilir mudik lelaki penabuh talu jaga waktu setia berlalu, pagi hari datang tak tentu siapa tahu ragu terus menunggu
subuh: dingin menyelimuti jalan-jalan gelap menggantung pagi di langit barat riuh pedagang kaki lima kampoeng lalang menunggu matahari timur lalu mengusung mukjizat waktu dalam rindu berbaju baru
2011
88
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
imsyak:
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kau petik kuntum yasin, malam ini
sungguh aku sempat tertegun oleh lantun senandung, seolah ia ingin melukis hening malam dengan irama kampung suluk tempat kita pernah berdua memuja-muji kebesaran-Nya. ingin rasanya menahan malam yang penuh warna-warni irama penyejuk jiwa yang terbelenggu raut hati siang terluka ulah akal semata yang suka mengada-ada pergilah siang yang penuh deraan teka-teki dari dengki dan caci maki bawa semua janji tak sepenuh hati datanglah malam dalam jambangan kuntum yasin yang mengaliri hawa sejuk perlahan diam di lengan waktu aku rindu suluk-suluk dalam rangkai yasin yang menderu-deru malam ini lalu membawa kita memuji asma-Nya
kamis malam (pon 9) 2011 batas ruang tamu dan kamar depan enam oktober duaribu sebelas
89
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
malam ini...(entah seperti apa?) kau petikkan kuntum-kuntum yasin dalam rona tajwid yang mewangi ruang tamu dan kamar kalbu kita.
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
raut kilas waktu
biarkan malam merangkai peristiwa lima waktu jadi tanda setia bukan cuma di ranah kata-kata bukan cuma di ranah gerak raga bukan pula pamrih pahala semata biarlah malam menyulam makna lima waktu jadi tata semesta kehidupan manusia dalam tanda-tanda cendekia dari sidratul muntaha ke jagat raya menyeru pada setiap nafas ada gerak yang mengalir dari sana merawat nasib sesama merawat hidup bersama menjaga hati teguh sesuai bicara
27 rajab 1433, isra' mi'raj
90
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lalu malam menjadi saksi perjalanan menjemput waktu dan tanda-tanda kebesaran-Nya masjidil haram ke masjidil aqsa jejak berpijak ke sidratul muntaha
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
goreng ubi, hujan dan unggun
hujan seperti tak ingin beranjak menemani kawan andes, armada, tondang, udin, iwan, ahay, yetno di teduhan cakruk dua kali tiga duduk pun sering berpindah asap kayu bakar di depan kadang menari dibawa angin malam. malam lebaran takbir mengumandang ke langit sayupsayup dalam tubuh pohon yang kuyub menanti malam malam kopi hangat mengalir ke tenggorok goreng ubi di penggorengan nyala unggun dan cakapcakap sebab esok hati siapa yang tahutahu prosesi penyembelihan jadi kesadaran persaudaraan adalah matahari pagi yang membakar dedaunan jadi makanan 15 oktober 2013
91
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
makin‌ makin larut saja malam dingin merambat kaki langit untung ada unggun secangkir kopi asap kayu bakar syair bimbo
Sajak Alif
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
makrifat suka berkata dengan ayat suka menasihat dengan tobat tapi tak banyak berbuat tapi tak pula bermanfaat
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
akhirnya berkhianat sedikit ayat banyak berbuat agama jadi kuat negara bermartabat bangsa pun berdaulat ibadah pilihan selamat
1 februari 2014
92
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
PESAN ATEH
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
venue : sesaat pagi kotaku
konon semua tahu ada laju sebelum lampu berganti lalu pada yang lain tanpa terbelenggu rasa aku tak kudengar lagi raungan klakson pemberi tanda agar yang depan melaju di celahcelah waktu, terus menghimpit lalu menjepit. sepertinya, semua melaju tahu mengatur laku di selasela rambu kalbu tak lagi meriuhrendah, menyempit tak berjarak, tinggalkan rasa lelah tak berdaya
pagiku sesaat serasa nyaman sekali ada di..(?) venue: seandainya semua pagi ada di kotaku sewaktu aku ingin menuliskan rinduku jadi teraju di ujung jembatan kota tua itu
22 juli 2010
94
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tak lagi kulihat ada lampu traffic light yang mengatur lalu lintas kenderaan seperti kemarin itu sesak menyesak diatur waktu yang ragu menunggu
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kudengar iramamu dari nun desa payung yang lama sekali tak melantun pada riung riung telaga yang sempat terlupakan oleh laku pesona gunung menjulang sinabung rupamu membuatku lamatlamat teringat kisahmu yang menjaga pepohonan rimba dari serakahnya manusia. entah itu kau miliki misteri yang memesona penjelajah atau ingin kau menghindar ulah penjarah seberapa waktu ada cerita yang tragis dalam biduk pelukanmu kau kepit erat tanda kau tahu itu hidupmu menuai ari di dalam tarian yang mendendang pagi tuk buktikan semua hari ada tarian ini ingin kau pekatkan langitlangitmu sisa sebagai tanda sinabung masih berupa untuk semua rasa yang gundahgulana menanti uluran hati para penjaga janji di seantero negeri awal bermula sakti misteri sebuah rupa yang kumengerti maafkan aku sinabung yang lupa rupamu
31 agustus 2010
95
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tarianmu sinabung (akhirnya kumengerti)
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kalam toba lalu ada toba yang t'lah berbeda ketika "ruh" sastra mengawali kerja adab dan budaya bukan atas nama agamaagama juga margamarga, lama menanti jadi ada lalu tumbuh peka rasa tuk buka mata semua mata dunia ada batak di toba untuk manusia yang bijak lalu seiring menjaga baru ada makna
somba de bata mula jadi na bolon 27 agustus 2010 somba de bata: menyembah tuhan pencipta mul jadi na bolon: asal muasal alam
96
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
:buat thompson hs. juga plot
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
lao mamuro
ingat kau anggi dengan sepetak sawah warisan ompung padaku di losung aek dekat pertigaan jalan setapak menuju dolok yang dirimbuni pohon hapea, haminjon di susur pahae tempat rumahrumah kampung berkayu hitam dan coklat ketuatuan? ingat kau anggi letak sawah itu tepat di tepi jalan berhadapan dengan langgar kecil berdinding papan tempat kau sering menyuci muka dari lelah menanam eme di pematang yang bertingkattingkat itu? ingat kau anggi bila tiba saatnya aku sering terbangun tengah malam turun ke pematang meronda air dari pancur, tetap mengairi sawah agar pagi tak mengering hingga benihbenih melayu? ada yang tak luput dalam ingatanku, tatkala bulirbulir eme mulai berisi, bernas hijau menguning diterpa cahaya pagi yang terbit dari balik bukit itu membuat segenap keluarga bahagia karena musim mamuro tiba kisahkan canda mewarna suara, rentak dangau rupa siulan merdu mengayun raga orangorangan di banjaran pematang halau burungburung yang mencium harum padi datang dari segenap penjuru arah mata angin
97
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pun kau manghalau burung dari dangau
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ingat kau anggi, ketika pancang itu kau tarik lagu kalengkaleng kosong mengalun riuh rendah serempakan suaramu yang serak basah dari atas balai dangau bertiang bambu, beratap daun pelepah harambir yang tumbuh di pinggirpinggir saba jae losung aek?
o‌ ale anggi rap ma hita lao mamuro 22 november 2010 saba jae: losung aek, simangumban sebuah memoir lao mamuro: pergi menghela burung ompung: kakek losung aek: nama tempat dolok: bukit hapea: pohon karet haminjon: kemenyan anggi: adik eme: padi talun-talun: gaung-gaung harambir: kelapa saba jae: sawah di hilir rap ma hita: bersamalah kita
98
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lalu aku raun mengayun taluntalun menanti hingar suaramu yang mengalun menghalau segenap burung yang berarak meradang setiap pancang tegak terus bergoyang lalu pergi menghilang ke gununggunung seberang
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
langit malam ini ingin bercerita seraut anakanak di beranda tentang legenda tanah pusaka yang lama tertinggal di pustaka ada simardan juga sampuraga yang kesohor di zaman beheula tercatat di lembar kertas biasa tersirat amanat kelakuan purba cerita meluncur dari bingkai kata meresap makna ke penjuru mata tumbuh di dada bersemi bianglala merebak jadi pusaran cakrawala mari kemari kanakkanak gembira hilangkan duka beban matematika yang ajarkan akal dangkal semata pergi ke pusat dosa anak durhaka tagih cerita semenda pelipur lara bukan di sekolah yang bebal cara cuma makian,cela, kasar katakata tumbuhkan jiwa terpasung aniaya dengarlah anakanak perindu cerita bahasa itu simardan dan sampuraga abaikan bunda peneduh kasih nyata hendak membelah langit menjadi dua senanglah hati dalam dekapan bunda mendendang kisah buah hati semata walau langit malam ini ingin bercerita simardan sampuraga cukup jadi tanda
18 november 2012
99
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
simardan dan sampuraga
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
laju daki di jalan setapak tuju bukit tanah bebatuan hitam di kanan kiri ada haminjon, tarutung, gambir dan kayu manis sedikit enau dan serabut ijuk siap jadi nira pelepas dahaga ketika matahari tepat di kepala,walau siang jadi tak berpeluh anakanak kampung dengan tali di pinggang mengikat parang berburu pecahan ranting jatuh dari pepohon rindang di bukit padang ilalang, dekat rumah berkayu tua beratap daun rumbia poles dinding berukir binatang perempuan di ladangladang membentang siang dan sayursayur buat dimakan barang segantang dibawa pulang atau dijual ke pekanpekan buat belanja ihan, marpoken sepekan kemudian para lelaki penuhi lapolapo sambil meminum kopi dan sebatang rokok kretek linting daun jagung membalut saussaus tembakau yang dibeli kemarin di pasar simangumban pahae jae dekat parmasin tirakat para perempuan ke ladangladang pun lelaki lapolapo siang mengurung cerita dalam arca huta hopong nan ginjang sepanjang batang kemenyan bawa rindu ingin terulang merajut holong anakanak kampung tak bersandal pergi marsoban hingga petang
3 januari 2012
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tingkap ranting di bukit hopong
kerinduan hopong, sebuah desa terpencil di atas bukit desa simangumban jae pahae jae, kabupaten tapanuli utara, yang pernah dihuni kemenyan, gambir, enau dan tarutung. lalu hopong jadi janji di setiap hati yang merindu lagi. tarutung: durian ihan: ikan marpoken: belanja ke pecan parmasin: kilang padi ginjang: tinggi holong: kasih marsoban: mencari kayu
100
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
losung aek
sawahsawah menguning menanti panen tiba gemericik pecahan air di bawah sana bukit di kiri berbatu cadas hijau tua dibalut lumut dan semburat bianglala melekat di langit saga burungburung bercanda di ranting tua, ada anak lelaki datang merajut sapa menyapa pagi dari setiap jendela rumah kayu yang tuatua tanda seberang sana dimulai saja,menyusuri jalan setapak di bukitbukit pembatas kampung utara kampung tenggara tempat ayah berpesan untuk sepetak sawah, pada ketujuh putra, pun keenam putrinya losung aek selarik cerita dari anakanak hingga dewasa, isyarat cinta di rantau manusia
9 agustus 2012
101
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tempat matahari memancar dari timur dan bau belerang menyengat pagi yang biru
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pagi di saba jae
air ke saba sudah mulai mereda pematang mulai dibuka tikustikus mulai dihalau ke desa sebab sawah akan jadi tempat upacara upacara bersyukur somba debata sebelum musim hujan tiba di huta musim panen akan tiba padi matang telah menyua lumbunglumbung telah terbuka tempat berjemur telah tersedia parmasin pun telah ada
huta saba jae arah sarulla yang ditinggal pengetua adat huta pagi itu masih bercerita tentang panen yang akan tiba padi kuning matang hampir merata di kaki bukit sebelah utara di kanan dolok penuh hapea sebelumnya pohon haminjon semua tapi kini pohonpohon hilang sirna
saba jae losung aek hilang di peta budaya pohonpohon khas di utara
9 oktober 2012
102
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
masih kulihat matahari mengintip dari balik bukit lelaki hilir mudik di jalanjalan perempuan mulai berbekal hendak ke saba
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
saba: sawah somba debata: menyembah Tuhan/bersyukur kepada Tuhan huta: kampung parmasin: pemilik mesin giling padi sarulla: nama kecamatan di pahaetapanuli utara dolok: bukit hapea: pohon karet haminjon: kemenyan saba jae losung aek: nama kampung sebelum simangumban jae, pahae tapanuli utara
103
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sipirok dolok hole "....na sonang do hita nadua. saleleng au dohot ho.."
hm... hujan rintik-rintik pagi itu memulangkan aku yang rindu pada kabut memutih, lembut selimuti bukit jenjang simagomago pagi bersimbah dingin sejuk pun menusuk rusuk jalanjalan hangat dan basah tetes embun masih merekah menempel di dedaunan sepanjang jalan menuju pekan pasar sipirok simpang arah ke babondar ibuibu pergi marsoban selepas membuka pintu air mengalir ke pematang ke sawahsawah berjenjang di kakikaki sibualbuali sebelum terang menjelang siang lalulalang padat menjulang para lelaki dengan sal menggulung di leher dan abit di pinggang pun ada di bahu ramai duduk di kedaikedai kopi
104
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
utara selatan jendela angkola lao marpoken tu pasar sipirok tak jauh dari bukit simagomago
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
menghirup barang secangkir seduhan dan tembakau dibalut daun jagung menunggu orangorang datang dari huta seberang membawa dagang
lapo dan pasar ramai pedagang menukar barang untuk sepekan mendatang haminjon, kemiri, cengkih, getah dan pinang ditukar dengan bukubuku sembahyang, pangan dan sandang untuk dibawa pulang menunggu seminggu waktu berulang 3 januari 2013 petikan lagu “na sonang do hita nadua� karya nahum situmorang babondar: bunga bondar, nama tempat di sipirok
105
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
hari ini ramai sekali orangorang datang dari pahae, sidempuan dan pargarutan hendak marpoken membuka dagang barangbarang eceran di sepanjang jalan
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
lelaki dengan lentera
ooo... debata rindu itu pula yang membawa rasa aku ke sana rindu gubahan nahum ketika sulim dan hasapi mengayun ombak sejuknya angin danau sitor yang menyulam sajak dari ketiak toba dan pusuk buhit yang meruwat bumi debata mula jadi na bolon pada salinan laklak yang tersimpan di saku kemeja para tetua pada bukitbukit yang menyimpan sejarah margamarga pada tarombo dohot turiturian ni bangso batak yang aku cerna walau dengan mengeja terbatabata aku lelaki yang datang dari utara menjemput rindu tanah kelahiran yang sempat sirna dari kepala ketika langit beranjak senja, ketika keramba ada di manamana danau hampir tak berdaya langit pun tak lagi memantulkan cahaya bidukbiduk tak juga menarinari diayun angin danau entah ke mana riakriak kecipak ombak yang mengiring tarian genit porapora makin tak terasa
ooo... debata biarkan aku lelaki yang datang dari utara menyalin lagi satusatu rindu yang membawa rasa ke sana pada gerimis senja, pada dermaga tanpa nama pada danau yang tak berdaya
106
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
aku lelaki yang datang dari utara dari belahan bukitbukit yang tak lagi teduh oleh pinus dan cemara menjenguk rona senja di bibir toba dengan berbekal lentera ketika sunyi menjaring bunyibunyi semesta terasa luka ketika deburan ombak danau bicara dalam bahasa mantra
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
mengulang kembali isi kepala, tentang cemara tentang genitnya porapora tentang margamarga yang kehilangan huta dan ombak yang tak lagi mengayun biduk nelayan sebab anginangin utara telah mati ditelan bunyibunyi genta penyamun dan hirukpikuk gelondongan
nahum: nahum situmorang sulim, hasapi: alat musik batak sitor: sitor situmorang pusuk buhit: nama tempat tarombo: silsilah dohot: dengan turiturian: perumpamaan, peribahasa porapora: nama ikan khas danau toba
107
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
09 februari 2013
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pesan ateh
hendak ke laut bulan purnama usah dilepas biduk tertambat pepatah apa nak diberi nama buat negeri yang tak dihormat takzim syair bermuka muka setali makna tersusun tanda mantra dibaca arah samudera kuasa manusia tiada berguna pilihan kata mengapa disengaja biar sodap kata tu kugak dirasa andai niat hati ondak berkuasa usah durhaka pada suarasuara riuh gelocak melandai pantai anak laut memungut kepah banyak sudah bidal teruntai adab di kata beda ditingkah bila hendak menulis kata datanglah awak ke puakpuak biar gurindam warna india tetap melayu pembuka tepak tanah melayu pusaka lama dari madagaskar ke andalusia hilang malu, syahwat berkuasa jadi pemimpin cuma cobacoba
11 agustus 2013
108
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
adat pantun bersandi bunyi sampiran dirangkai bertauttaut petuah disusun rangkai padi alam berhimpun di jamu laut
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
biarlah sinabung menangis dari perutmu ibu alam menyusuri diri ... tapi jangan biarkan tangis nande ') hilang sayup lama tak terdengar di barak pengungsian itu anakanak diam beku dalam debu jangan biarkan rindu bapa lawes ku juma ") hilang tak lagi berharap kol, sawi, tomat dan jeruk akan tumbuh ladangladang kering kerontang ditutup lahar membakar jangan biarkan ratusan hewan kehilangan akar dan pohonpohon karena hidup tak pernah kita beri makna rantai satwa dalam doa dalam kasih setiap kita menemuiNya selalu berulang kehancuran selalu kita lalui seperti tak terjadi apaapa sampai kita tak saling sapa sampai kita tak mendengar masih ada suara masih ada yang meronta ... tetapi, bukan tangis darah yang kau tunggutunggu, tuan ...
12 januari 2014 catatan: *) jangan kau menangis ' ) ibu " ) bapak pergi ke ladang
109
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ula kam ngandong *)
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kutabur bunga pada pusara tanahtanah begitu merah padahal langit telah menyemai bibit tumbuhan dalam hujan padahal langit telah menebar benih hewan di setiap desir angin ... mengapa huta kehilangan tetua orangorang datang seperti tak bersuara orangorang pulang setelah janji hampa mengapa huta kehilangan marga anakanak tak terbiasa dengan budaya anakanak meninggalkan begitu saja bahasa mengapa huta tinggal pusara di bukitbukit tanpa suaka tanpa hariara di bukitbukit tanpa kayu tua tanpa batu tanda ... kutabur bungabunga di atas pusara leluhur yang masih bermarga walau dingin dan dindingdinding penuh lumut walau embun dan nisannisan telah sengkarut
18 mei 2014 hariara: pohon cemara
110
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ziarah di atas tanah bertuah
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kemarau kota tua
kulihat pohonpohon mengering di kanankiri jalan utama kota tua peninggalan belanda yang sempat jadi paris van sumatera dedaunan menguning kering ranting meranggas batang mengeras bulan memanas kemarau melanda kota rumputrumput semakin tak berdaya lihatlah wajah kota lesu, kehilangan gairah cinta seperti tak mampu menampung beban derita kemacetan jalan raya sumpeknya ruang tata kelola gedunggedung muncul begitu saja tanpa nyawa tanpa rasa tak berbicara kulihat pohonpohon tua di lapangan merdeka hidupnya merana daun tinggal seberapa ranting pun lukaluka dahan menanti akhir usia mungkin kemarau esok jadi biang bencana akan mengakhiri kota tua setelah lelah sekian lama bercengkerama dengan orangorang terdidik kota
111
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
buat: kota yang usianya 423 tahun, lalu mau jadi apa? terbesar ketiga, tapi ruang hijau tak punya ruang bercengkerama buat keluarga dan warga kota minus tanpa upaya
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kulihat kemarau dalam dada terus mendekat saja dan jendela mata yang sedikit terbuka kota tak lagi merasa apaapa hidup segan mati dibiar tak berkeranda
25 juni 2013
112
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
akan datang kemarau menampar muka kita bersama angin dan percikan debu panas bakar pohonpohon kering rantingranting meranggas rerumputan tandas kota membara di balik dinding bilikbilik menara
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
lengkuas
pedas tapi pedar serasa ia tak lengkap buat menyayur teringat ibu di dapur menggulai daun ubi untuk persiapan sahur bila tiba bulan puasa kalaulah ada arsik biar terasa hangat di dada boleh juga wangi lengkuas kincung, serai dan bawang batak soal rasa usah sangsi tak kalah spageti yang datang dari negeri orangorang yang tak kumengerti lidah terasa keki kalau dimakan cuma di gigi tak sampaisampai ke hati
16 juli 2013
113
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pedas ia bukan cabe pedar tapi tak juga kulit kayu berumpunrumpun di kebun belakang perencah buat tauco ikan buat gulai lomak buat bubur pedas atau bumbu ayam goreng
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pulang ke hulu dari dahanmu
yang rendah daun kupetik kugulung seperti tabung mirip kerucut
lidi runcing menusuk mengikat rusuk
kutampung pecahan air
pada pelepahpelepah pisang muda sisa hujan kemarin petang pula
sebelum senja mengantar malam yang hendak bersemuka
air kusimpan dalam ruas bambubambu
kugantung di bahu
dengan tali pengijuk sapu siapa tahu?
dahaga tiba sebelum ke hulu
2014
114
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kupincuk pakek tusuk
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pulang ke hulu 2 dengan berakitrakit aku kembali ke ibu yang melayu
ke batubatu dan bambu
yang turuntemurun menjaga malu perempuan jelata
yang bersahaja bukan dari tangga istana
2014
115
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
...
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pulang ke hulu 3 berenangrenang aku ke tapian nauli
susuri jejak bapak yang batak ...
darah lelaki serdadu yang hidup keras
mati karena pilihan tegas
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
2014
116
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pantun kota terbang rendah si burung puyuh hinggap di dangau ke hilirhilir datang sudah musim tengkujuh jalan berpulau digenang banjir
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
2014
117
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dengan bahasanya ia ingin bercerita
ia yang telah lama diam tegak menjulang menyaksikan alam dan tingkah kehidupan diamdiam bersama kabut berdendang melenggang ke ubunubun awan gemuruh genderang irama purba mengiring lirik gita buana berkirim tanda di ujung warsa sinabung ingin bercerita "aku rindu tanahku subur lagi, hutanku hijau kembali mata air bening, sebening hati." debu dan batubatu itu menyatu dalam tubuhmu hujan dan angin itu rindu aku ingin bertamu
2014
118
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
malam tadi ia berbicara lagi dengan debu dengan batu krikil kecilkecil
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
seperti hidup dalam angan di taman pengharapan kadang larut dalam buaian kehidupan kadang surut di sudut ruang keyakinan sesaat ia berlari kencang ada kala ia terduduk kelelahan masa berkejaran terus dan terus dalam pikiran membuncah pada pengulangan setelah kelahiran, kehidupan lalu kematian perjalanan pun terhenti di pusaran pesona keindahan dalam ruang labirin demi masa dari setiap jejak yang menembus jarak: kau-aku-dia dari setiap langkah yang menembus batas: nama-raga-rasa-suasana ada tiada ada tiada yang tampak tak berhingga
04122013 pojok kantin fib
119
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lukisan masa
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ia, seperti.. lelaki yang hilang dalam kegelapan di ujung jalan ketika sepotong malam terpanggang pada tiangtiang gantungan dan sorot lampulampu jalan sisa cahaya bulan pun mengiringnya pulang dari perjalanan panjang dari hikayat petualangan dari siasat perjuangan hingga nyawa terhalang tubuh lalu mengejang mati mulai menjelang jalanjalan seperti hilang ingatan menjadi jalang pikiran lemah tak karuan hati hilang dari badan hampa tanpa harapan pergi tanpa kenangan di tengah orangorang yang haus dan kelaparan akan kuasa dan jabatan keadilan lalu dibuang jadi bangkai peradaban keadilan hantu gentayangan cuma ada dalam hapalan keadilan jalan panjang menuju tiang gantungan
2014
120
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dongeng keadilan
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
"opa...opa...!" "yunan...yunan‌" berayunayun akilah sama opa sama oma di beranda berayunayun akilah sama opa sama oma di bawah pohon jambu muda langit biru tempat bercerita akilah tertawa hati oma bahagia hati opa gembira sepulang kerja tunai sudah harihari tua ...
2014
121
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
akilah sama opa di ayunan ya?
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kusisir jejak ke hulu mencari awal waktu pada pecahan batu pada percik dedaun pada miangmiang aur yang terserak dibawa angin yang terbelah oleh air yang mengental jadi sulbi aku pulang ke waktu lalu menyusun batu jadi tugu merawat dedaun jadi katun merangkai miang jadi kembang lalu waktu berpeluh ketika rindu serasa menderu angin membawa debu langit dadu mengental jadi biru biar waktu jadi batu aku pun pulang pada rindu yang membelenggu rupa rasa rupa raga, punah tak menentu bukan seperti pada datudatu walaupun waktu terus berlalu isyarat waktu adalah ragu itulah kalbu dirundung rindu
2012
122
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
waktu batu
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
lelaki perakit di hulu batang serangan malam mengantar hening lewat sisir jendela kamar
dan lelaki perakit... ia pergi tinggalkan senja yang pucat temaram dan lelaki perakit... ia tegak dalam kepastian melebur duka dalam kesendirian dan lelaki perakit... ia tauladan kesanggupan dari malam yang tak tenggelam dan lelaki perakit... yang menyulam harapan dari aral yang berkelindan dan lelaki perakit... ialah sesungguh kehidupan
2012
123
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ada bulan sepertiga sabit mengantung di dahan sawit
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bukan karena puisi bukan karena puisi aku jadi mengerti bukan karena seni aku selalu mencari
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tapi tersimpan hati rupa budi pekerti dari buaian pertiwi ke sanubari peduli bukan karena puisi aku menyurat janji bukan karena puisi kata indah berseni tapi kesetiaan janji hidup selalu berarti tidak ke sana ke sini lalu puisi tak berkaki
2013
124
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
gelisah hujan buat sahabatku bung ahmad arief tarigan dan hujan tarigan
di meja segi empat ini juga suara lalu dicipta dari kata yang tak memenjara lelaki muda menanti hujan sahabat setia perempuanperempuan belia terus menyulam kata sembari bermultimedia dari kata yang terucap rindu mulai terasa, diskusi mulai dihela ia lelaki yang belajar di seberang sana rambut lebat, garisgaris muka mulai mencerna gelisah di dada mulai dibuka: kota tak lagi kenal dia hujan tiba suara mulai bermakna tiris itu jelas ada di depan mata kadang dibawa angin ke utara kadang diayun entah ke manamana tapi cerita mulai menjelajah eropa kadang ke yunani tua, kadang ke cina dan rusia tapi sungguh itu awal mulai bicara tentang suara suarasuara yang menjadi kata suarasuara yang membingkai sastra suarasuara yang membahasakan raga suarasuara yang lalu berhenti di tanda suarasuara yang tak jadi nada
125
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kupesan...ini sepiring nasi goreng kakilima dan secangkir kopi hitam, kawan petang mungkin hingga malam mari kita ulang rindu yang mengangkang
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
perempuan belia mulai bicara mencari kata yang tak lagi memenjara setiap kata dalam gerak dan suara "mengapa?" "mengapa?" sadar mulai menjelma bahwa suarasuara tak harus berhenti di tanda bahwa suarasuara hilang dari bahasa raga lelaki di seberang sana lalu menanti jiwajiwa yang merdeka dari akademia suara hujan yang ada hingga reda dari awan gelap di atas sana
pinang corner, 28 februari 2013
126
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lalu di kepala ada anganangan akademia ketika socrates berdialektika di bawah pohonpohon tua anakanak muda yang tumbuh tak cuma karena normanorma dari tangantangan yang membelenggu ranah afeksia tanpa kepekaan pada zaman yang belum tentu sama
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ujung kabut
dari gerai kopi ini kujemput pagi yang bugil sedang gigil di ujung kabut tengah mencumbu burung layanglayang yang hinggap di telinga hanggar yang akrab dengan dahandahan pinang lepas kaca tembus pandang uap hangat kopi memanasi bibir yang kelu dingin mulai beranjak dari kursi sebelah sebatang rokok ingin kusulut tapi ruangruang tertutup berpendingin tak mampu memaksa aku aku pasrah pada lagu pagi yang membawa dingin pada tiangtiang lampu tegak tak bergeming walau burung layanglayang yang dicumbu pagi selalu mengiring imaji tentang kastilkastil yang seksi sensuil langit yang terasa basah dari persetubuhan semu malam tadi yang menetas keringat dusta di ujung bandar kaca tembus pandang kabut menyelimut raut pagi
01112013
127
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pada tiang lampu sudut bandar kutuliskan pagi yang berembun yang dingin yang kaku dibalut lembut kabut awan basah menyelimut
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sepetak melati
pagi tadi ia mekar tanpa matahari mengembang tanpa halimun walau embun menjuntai di kakikaki tangkai dedaun setelah dini kumandang senandung pujapuji gaung melantun ke langit tanpa cahaya bulan tanpa kemerlap bintang pun malam eloklah membiar diri didendang angin dingin menyelimut tubuh bumi menunggu datang pagi bawa melati mengelopak di taman sepetak siapa yang hendak merawat wangi semerbak? tak seperti dipetik dipajang dalam rangkai puspa sehari pelaminan tak seumpama iseng dipetik tangan kekar tak simpatik buat dipasang dalam jambangan
2013
128
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kulihat melati itu mengelopak menebar wangi semerbak walau cuma dua tangkai di taman nan sepetak
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dengan puisi, setiap hari aku cepat bangun pagi telusuri loronglorong diksi menuju pematang dekat kali yang bertabur imaji: di langit berbilang warna pelangi kepak bangau putih yang menarinari ke sana kemari hamparan petak padi yang masih hijau sekali bunyi air yang mengalir dari hulu kali dan riuh gemericik pecah di pancuran bambu, tadi pedalku tak terasa penat walau puisi kuajak di jalan tanjak terus mendayung, teruslah mendayung, roda berjejak memberi tanda-tanda sepanjang jalan setapak nafas mulai sesak kayuh mulai berjarak tanjak hampir ke puncak dengan puisi, setiap pagi jadi terbiasa aku mengaji telusuri maknamakna hati, yang mulai pergi di jalanjalan sepi, yang dingin sekali bersama embun aku membaca pagi bersama daundaun memberi arti hidup memang hanya sekali mengapa harus menyiksa diri dengan iri mengapa harus menyakiti hati dengan dengki
129
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sepedaku: puisi
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
karena puisi, aku memberi tandatanda pada setiap diksi aku memberi suarasuara pada setiap fungtuasi aku menuliskannya pada lariklarik: sebuah janji esok masih ada puisi dari sepeda yang kudayung setiap minggu pagi dinihari,
04112014
130
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dengan puisi, aku bersepeda setiap minggu pagi bukan mencari gaya bersepeda masa kini bukan mencari sensasi di jalanjalan yang penuh onak dan duri bukan karena janji bersama atau sendiri tetapi, karena puisi.
Pesan Ateh
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
seteguk, turun minum andaikan nusantara itu hamparan sawah
yang mulai berbuah
di dusun tunggurono yang manis
lekang tak berair
di kampung tanjung jembatan panjang
yang melintang di atas
sungai wampu yang tenang bunyi sentuhan angklung rampak akordion kecik
seketika melantun tanjung katung gaung harmoni kehidupan
dari balik rumpunrumpun aur
di huta tinggi
tarian kipang, kerang dan kepah di pangkalan biduk pasir putih serdang bedagai
aku akan bangun lebih pagi menjaga embun setiap hari
agar tak jatuh karena terik matahari
sunday bike
dusun tunggurono
24082014
131
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
rambutan merah
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Inang
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
stanza malam
pergilah malam, bersama angan-angan mengulang kenangan mengulang harapan ketika menunggu selikuran cahaya lilin merayap jalan-jalan terdengar meriam bambu berdentam mengisi malam di kawasan kampung durian pergilah malam, bersama kenangan tak ingin mengulang harapan tak ingin mengulang angan-angan yang perlahan kian hilang dari ingatan orang medan yang migran ke pinggiran menunggu datang kematian pergilah malam, bersama harapan yang hilang ditelan kegelapan dalam bimbang keragu-raguan menutup pintu kebijaksanaan kota sejuta angan-angan, kenangan walau dengan sisa-sisa bangunan dibalut ornamen oral peradaban agustus 2012
134
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pergilah malam, bersama angan-angan mengulang kenangan mengulang ingatan ketika pancar cahaya bunga api bertebaran tersangkut di dahan-dahan pohon asam sepanjang jalan irian
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
entah mengapa ini syair? tak seperti yang lain itu (...) bukan lupa meneguh janji dalam jiwa kala ruh mengalir ke raga ini kata telangkai masa pernah ada awali cerita terbayang segala rupa garis-garis hidup dirasa nubuat itu pewari tanda pada riwayat terbaca ada langkah, rezeki, temu bukan nestapa tak ada daya menggurat pada telapak tangan di kiri dan kanan pada nasib siapa saja lalu risaukan laku budi sungguh taklah mungkin bisa ada rasa dan asa menyemai tuk dapat bergumam andai sekalipun ada pada mimpi bersua denganmu amang pernah rindu menyertai kata tatkala berlari di pematang, senja masih rekah menjingga sebelum air di hulu aliri buluh betung hendak genangi petak sawah sawah nan hijau hingga ke lembah sana masa lalu hilang begitu saja pergi tanpa pamit tuk siapa?
135
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ingin kupanggil amang
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar biarkan malam bersanding bulan lalu kutulis rindu pada sehelai daun yang jatuh dari ranting akasia di ujung jalan sebelah sana, ada cemara menanti esok yang alpa dari hingar bingarnya kota lalu ragukan aku bukan darahmu agar lidahku tak kelu panggilmu amang...!
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
23 oktober 2010
136
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
din... aku tau ini bukan malamku yang pernah kutitip pada sehelai rembulan yang bercahaya purnama lalu kutuliskan rindu dengan bintang bintang yang kupetik ketika kejora meninggi di utara buat isyarat siapa saja walau aku pernah menulis prosa di selembar kertas berwarna merah muda tentang malam-malam yang bercerita pada rembulan purnama di yogya menebar cahaya lewat pesona mantra kata entah itu dari siapa jadi apa,lalu bermakna? secuil saja malammu dan malamku ada di sepanjang randu yang berliku-liku selalu merayu pati hingga tayu din... bulan di atas itu selalu ingin menunggu bibir merahmu yang bergincu kerap tersenyum kala kalbu merayu tabu
19 oktober 2010
137
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
din... ini malammu
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kecup bau laut asin di tengah biru langit cangkang, kepah dan cucut bergelayut di umbut-umbut di pucuk-pucuk waktu ada rikuh angin yang geliat mengayun ombak gemuruh dada naik ke puncak-puncak bukit di ujung jawa dari pantai selatan hingga pantura lalu seorang lelaki tua tau akan legenda bisikkan tabu pada selangkangan randu-randu di sepanjang bukit batu hingga sayup-sayup suara hingar bingar palu-palu memecah ragu yang datang dari berbagai penjuru celah-celah batu yang retak oleh waktu-waktu jadi tandu-tandu memukau suara angin merayu bukit-bukit berpenghuni ratu ayu tumpahkan debu meradang lalu sembunyi dan memendam pilu diam-diam di ketiak merapi, bromo dan merbabu anak laut tunggu kecup bau bukit yang muntahkan debu duduk di selatan dan utara dalam segenggam waktu
24 desember 2010
138
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
anak laut
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
inang
:buat inang, istri pejuang di medan perang masih kuingat inang...
ceritamu itu terngiang di telinga ketika seorang lelaki gagah
ingin meminang walau cuma mahar kain panjang yang diselempang
pada pinggang
dia datang dalam seribu bayang
rasa di angan memutik lalu taburkan asa
semerbak merona pada holong ni roha
di tangan merekah hati bagai mawar mekar menghias jambangan di taman halaman
yang kautanam aneka kembang dekat rumah berkolong lapang
di sudut jalan bersimpang batangkuis, deli serdang
lalu mawar mekar di bawa pulang ke kampung seberang, tanah lelaki
peminang, luat tapian nauli
bagas ni oppung, sisi kiri mesjid belum sampai titi pinangsori dia datang dari seberang
seorang lelaki serdadu perang
berwajah garang
pergi ke medan juang
tak berkabar pulang
hingga terdengar hilang
139
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
datang dari kampung seberang
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar tinggalkan inang
membanting tulang
demi semata wayang
masih kuingat inang...
manetek ilu mi
saat cerita itu terkenang
pada lelaki peminang yang tak berkabar pulang
hingga petang menjelang
jangan kau hapus air mata itu biar dia mengalir menyejuk mawar yang dulu mekar
selalu menghias jambangan
di taman halaman yang sempat kautanam aneka kembang
4 desember 2010 holong ni roha: kasih di hati
bagas ni oppugn: rumah kakek manetek ilu mi: menitik air matamu
140
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
terngiang hilang di medan juang
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
angin di padang sabana tak sampai meringkus panas gurun ,telah berkali-kali sergap bait-bait para perempuan pramuwisma yang terlunta di balik tembok dengan pakaian dekil dan raut kusam itulah sadrah sadrah.... hilang di gurun sudah berkurun-kurun tapi negeri hanya tertegun menatap pikun tak seorang riuh melanun para majikan pun penghisap darah perempuan pekerja tekun sadrah... hilanglah di gurun walau berkurun-kurun hilanglah di gurun sudah bertahun-tahun lupakan anak keluarga di dusun pergi kerja bermodal tekun pengisi pundi-pundi negeri di sepanjang tahun lalu sadrah meradang badai ulurkan resah di belahan pasir gurun yang membungkah raga tanpa rupa jadi tak seperti agama menghormati manusia karena sayatkan sembilu dalam tragedi tubuh perempuan pekerja rumah yang tekun bersahaja entah mengapa aku pun lalai tak ada huruhara risau akan bangsa di bawah palem-palem kering tak bernyawa di ujung jazirah entah mengapa semua ingin menolak jasad bala seakan mereka tak pernah ada dalam 5 perkara seakan mereka bukan dagingdaging kita terburai berserakan di sepanjang padang gurun tempat kitab-kitab agung para pemuja gurun berlindung setelah sadrah disergap penyamun hingga kapan perempuanku hilang di gurun 2 desember 2010
141
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sadrah, hilang di gurun
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
(telah pergi) si oto na bisuk
: buat si oto na bisuk (alm. abang z. pangaduan lubis)
"..dalam sebagian pikirku ada kau, yang selalu mengembara dari otak kiri, tengah hingga ke kanan. dan menyuruh aku melihat dalam tekun yang kau semai di oasis itu.." boleh aku terkenang dengan budimu, abang? "..dari sebagian rasaku ada larik-larik puisimu yang menghentak-hentak nyaliku, walau itu terangkai kau jalin lalu menyuruh aku mendengar kelembutan diksi yang terjaga. tak mabuk ditelan aneka tabularasa.." boleh aku tersanjung dengan bahasamu, abang? "..dalam jatidiriku, kau ajar aku kembali ke asal leluhur yang menjaga rumah agar tak berganti penghuni.tak mengganti musim walau angin barat deru-menderu lewat segala cahaya indera
142
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
boleh aku terbayang dengan rautmu, abang?
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar kuingat sekali pesanmu itu.." hari ini, usai aku terima pesan dari sms itu hal kepergianmu yang kau sebut
telah berulang kali dalam mayatku* kubaca si oto na bisuk aku teringat dengan tak menghitung-hitung lembaran uban di kepalamu. senja susut, waktu mengkerut. jadi saksi duka cita anak negerimu
19 januari 2011
(*) (**)
si oto na bisuk: si bodoh yang bijak petikan dari si oto na bisuk karya alm. z. pangaduan lubis
143
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kau sendawa ketika lapar, dan lapar ketika kenyang**
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sebelum senja menjingga kutuliskan sajak ini pada tisu lila yang kauselip di saku bajuku kemarin ketika titik-titik bening mulai mengalir hangat di pipimu ungkapkan risau kerinduan ungkapkan luka kegalauan yang meronta setiap waktu sejak rupa terbelah dari jiwa lalu sebait asa menyerta pada kata bawalah sajak ke dalam malam-malammu yang tersusun dari bingkai kerapuhan dalam kelam yang sibuk memabukkan setiap pori-pori terus menguak kelopak jiwa hingga setiap hitungan gemerlap lampu jalanan dan hidup yang kaujejal dalam sekejap ilusi mengisi sisi yang tak lagi perlu kautangisi sebelum pagi berubah terngiang janji pergilah malam merengkuh peluh mengurung ragu jadi batu setiap waktu adalah bisu
22 februari 2012
144
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tisu lila
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
surat dari ibu
ceritamu di rantau sungguh buat aku bangga setiap waktu kaulalui tanpa keluh setiap langkah kau ayun tanpa ragu setiap niat terucap jadi tekad dari lelaki yang kuingat itu adalah bapakmu dari lelaki yang kuingat itu adalah kekuatanmu dari lelaki yang kuingat itu adalah air yang membasahi tanah kelahiranmu anakku... masih saja terngiang di telinga ini ketika ayahmu hendak pergi meninggalkanku pergi dengan seragam serdadu memanggul senjata di medan laga menjaga negara ia menitipkan kau padaku ia menitipkan kau pada rumah ini ia menitipkan kau pada tanah ini saat dalam kandungan tua menunggu waktu hadir ke dunia "jadikan ia lelaki satria, jujur dan sederhana. menghormati ibunya
145
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
suratmu telah kuterima, kemarin pak pos menitipkan pada inang ni si dame par lapo depan rumah kita
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
anakku... jalan tetap terbuka untuk menjaga ini rumah tetap beraneka walau tanpa lelaki lain yang memilih warna entah hijau, entah biru, entah kuning anakku... jalan tetap tersedia untuk menjaga ini tanah tetap nusantara walau tanpa lelaki lain yang mencari nama ke pelosok-pelosok dunia karena semata-mata jiwanya teraniaya anakku... jalan ada di mana-mana untuk menjaga ini rumah tetap beraneka untuk merindukan ini tanah tetap nusantara bukan karena warna-warna yang cepat sirna bukan karena warna-warna yang silau di mata karena merah putih peta jalan berdikari saja
4 november 2012
146
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
menjaga rumah ini dan merindukan tanah ini tetap merah dan putih walau ia lelaki dari huta yang mungkin tak ada di peta!"
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
melati di hati [kelahiran pemilik janji]
pagi tadi ia mekar tanpa matahari mengembang tanpa halimun walau embun menjuntai di kakikaki tangkai dedaun setelah dini kumandang senandung pujapuji gaung melantun ke langit tanpa cahaya bulan tanpa kemerlap bintang pun malam eloklah membiar diri didendang angin dingin menyelimut tubuh bumi menunggu datang pagi bawa melati mengelopak di taman sepetak siapa yang hendak merawat wangi semerbak? tak seperti dipetik dipajang dalam rangkai puspa sehari pelaminan tak seumpama iseng dipetik tangan kekar tak simpatik buat dipasang dalam jambangan
medan, 25 desember 2013
147
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kulihat melati itu mengelopak menebar wangi semerbak walau cuma dua tangkai di taman nan sepetak
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bunga mayang ia tidak lagi menanti sampan itu singgah di dermaga
rindu pada gadis seberang telah berulang menunggu angin datang gelombang pecah di karang
14 desember 2013
148
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sebab esok jalan setapak disusuri dengan sepeda
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
retak, kotaku retak retak...retak...kotaku retak tempat berpijak aneka puak terkotak-kotak
retak..retak...kotaku retak pecah berserak ditetak-tetak tangan tak bijak retak...retak...kotaku retak desak mendesak selera kehendak tiada berakhlak retak...retak...kotaku retak sapa berjarak peka tak berjejak otak memalak retak...retak...kotaku retak rumah berjerejak anjing menyalak adab terdepak retak...retak...kotaku retak mudah ditebak siapa yang hendak warisan rusak retak...retak...kotaku retak tanah sepetak dilego seperak apa tak cekak retak...retak...kotaku retak tembok tinggi buat berjarak iri dengki terus berpinak bibit benci tanda tak kompak retak...retak...kotaku retak aneka puak pernah serempak kini hilang, lalu terkotak-kotak hitungan hari, kapan meledak
02 desember 2012
149
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
retak...retak...kotaku retak jalan setapak sentak menyentak telinga memekak
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
martir kau lelaki gagah suarakan lapar pada langit-langit yang mendung penuh awan hitam, dalam hujan air mata, darah, tanah dan api di depan singgasana paduka kau lukis awan hitam dalam dada yang tegak menantang setiap meradang, menyerang batin yang bergolak, padam lentera keadilan kian muram tubuhmu termakan api idealisme gagasan besar cita kemanusiaan dari nalar yang tumbuh di tanah gersang, di rumah yang dikitari ilalang kering kepada rerumputan yang tak menyisakan lagi hijau di ujung doa, kau membingkai seluruh asa yang tertoreh pada kitab-kitab sejarah menjadi hujan yang membasahi tanah ditinggal pergi orang-orang yang lupa akan masa berulang siapa lalu meracun isi kepala dengan keadilan tanpa tersisa lalu biar air mata darah diseka di tanah gagasan cita semesta punah begitu saja.tinggal lupa kau lelaki gagah wujud isi kata pada perjuangan aksi nyata bagi orang-orang lapis bawah terabai dari kisah romantika
150
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
buat: sondang ht
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar para paduka dan punggawa hingga api membakar tubuh yang rapuh dalam cita kukuh tanah air setegak seteguh sampai langit runtuh
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
11 desember 2011
151
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tak kulihat lagi lelaki itu mangguris, mengumpul mangkuk dari batok kelapa pohon demi pohon lalu memasukkan ke tong kaleng tak lagi kulihat lelaki itu menanti buah para dan mengumpulkan dalam goni plastik buat dijual ke onan setiap pekan minggu di simangumban jae bukit-bukit di atas sana meratap pilu kehilangan akar hapea yang luluh oleh angin yang datang dari seberang membawa hama keserakahan lelaki itu tak lagi pergi setiap pagi ke ladang hapea memasang tiang pancang periggan di bukit-bukit yang rimbun dedaun hijau para lalu lelaki itu tak lagi menanti nasi dan lauk makan siang yang diantar bini ke ladang hapea yang hilang dari bukit di belakang rumah kini lelaki itu telah pergi dari tanah leluhur marga-marga,sebab setiap pagi tak lagi menyanyikan senandung buah para yang jatuh melenting ranting di sela-sela mentari pagi menembus jantung petani
medan, 04 nopember 2010 pangguris hapea: penderes pohon karet onan: pekan (pasar mingguan)
152
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lelaki pangguris hapea
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
anak jermal
28 september 2012
153
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bocah di tiang-tiang pancang hidup tak berkesempatan tinggalkan masa kekanakan pergi mencari kehidupan hitam di panggang siang dan ganasnya ombak malam
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
anak jermal 2
bangku sekolah tak jadi harapan teman-teman tinggal di kampung halaman hidup lalu berangsur jadi beban memalak tak pula pilihan
28 september 2012
154
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
usia tak cukup belasan kau terbuang dari kasih sayang ibu yang melahirkan dengan ratapan kemelaratan melingkar-lingkar nasib tak berkesudahan
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sebelum pukul 06.00 pagi kujemput kau di stasiun kereta api yang tiba pagi ini pulang dari rantau seorang diri tadi, dini hari setelah yang kesekian kali rasa tak jua sempat memenuhi janji ingin bersua di taman lili suhery begitu saat kau menginjakkan kaki di peron stasiun kereta kota ini kuajak kau keliling menikmati pagi dengan honda astuti mengulang-ulang semua memori memanggil-manggil ingatan tempo hari di kota yang ini, kota yang pernah dipimpin oleh syurkani berpuluh tahun tatkala sungai deli mengalir jernih membelah medan hingga labuhan deli kenangan pun datang membayang ketika pulang menonton dari bioskop bali sembari menikmati sore dengan berjalan kaki sepanjang pohon asam hingga ke jalan jati lain lagi cerita dari kuburan cina hingga astanaria pun aku takkan pernah lupa kaubawa tapisan kelapa yang kaucuri punya ibunda gila-gilaan untuk mencari ikan laga juga kuingat-ingat kenangan manis dari loh a yok ke jalan asia, pandu hingga waspada kita pernah kesasar bersepeda sampai menjelang senja
155
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
episode lelaki pejalan kaki
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dari raut keningmu dapat kubaca ada berpuluh-puluh tanda tanya tentang gedung-gedung tua bangunan belanda dari kesawan hingga penjara sukamulia raib entah ke mana diterjang buldozer rencana kota bila puluhan tahun juga, kota tak lagi biasa rimba bata menjulang hingga angkasa kota kehilangan makna komunikasi sesama tak seperti polis-polis yunani tua yang menjaga harkat manusia dengan pencipta dari rautmu masih kubaca engkau tak lagi pernah percaya kalau pemimpin kota hidup bersahaja cukup bersepeda dari istana ke balaikota bukan dalam tanya : " ini kota? " "atau sisa-sisa keadaban tak bernama." ada trembesi hidup merana lalu hilang ditelan lampu-lampu lapangan merdeka pun mahoni-mahoni angan semata kini hanya jadi nama jalan biasa pohon asam perlahan sirna buta mata, buta kepala hingga nanar pandangan mata tanda tanya tersimpan di raut muka "mengapa kota jadi seperti tak tertata?" tanah lapang dan tempat-tempat bersua
156
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
walaupun.... sejak kau tak lagi sekota kita tak pernah bercerita surat dan berita tak pernah ada aku pun tak tahu rimbanya di mana kota pun hilang dari peta keadaban cinta
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar hampir tiada tak mengesankan avenue kota tegur sapa pun apa daya, sirna di lalu lintas jalan raya kemacetan menyisakan kekerasan di dada
puluhan tahun itu adalah pertanda usia tak lagi muda, ruang bersastra dan jalur bersepeda jadi inspirasi penyiar kota untuk menulis epik dalam belantara kronika di stasiun rri nusatara dua jalan bintang belakang olimpia ada roman picisan dan serial komik di titi gantung sana tempat bersejarah dan saksi hidup kota lagi, lagi.... secuil asa kenangan mesjid raya kuil shri mariamman juga gereja khatolik santa maria membuat medan begitu beraneka kini ... kota seperti lenyap dari sanubari warga pekik dan jerit pagi tak lagi bersuara sebab tembok-tembok telah tinggi ke angkasa ruang diskusi pun telah tiada dan para lelaki meninggalkan kota hingga geng pencuri tak pernah jera sesuka hati menyakiti siapa-siapa seperti upeti terus berganti nama terus mengusik hati sesak di dada
157
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
matahari mulai memancar hangat di setiap sudut kota orang-orang mulai hilir-mudik menuju kerja lalu kita sempatkan keliling kota mencari catatan yang hilang entah di mana
Inang
PULANG KE HULu
tapi.... ada yang membuatku jadi suka lalu ingin mengulang-ulang kata bukan kebiasaan yang bebal juga bukan pula janji yang tanpa fakta adalah kisah sahabat kota yang setia pejalan kaki... yang sungguh bijak bestari tidak dari cara bicara sehari-hari tidak tentang tulisan yang berani tidak tentang semangat memuji-muji sebab kembara melatih jatidiri tak ragu dalam memilih tak berubah dalam menjaga hati tak berganti ideologi karena tak wara-wiri jadi hidup lebih berarti walau waktu pasti berganti engkau lelaki pejalan kaki hidup sekali, teguh berani hati berjanji
15 november 2012
158
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
edisi medan :buat sahabatku bung ahmad arief tarigan dan hujan tarigan
di meja segi empat ini juga suara lalu dicipta dari kata yang tak memenjara lelaki muda menanti hujan sahabat setia perempuan-perempuan belia terus menyulam kata sembari bermultimedia dari kata yang terucap rindu mulai terasa, diskusi mulai dihela ia lelaki yang belajar di seberang sana rambut lebat, garis-garis muka mulai mencerna gelisah di dada mulai dibuka: kota tak lagi kenal dia hujan tiba suara mulai bermakna tiris itu jelas ada di depan mata kadang dibawa angin ke utara kadang diayun entah ke mana-mana tapi cerita mulai menjelajah erofa kadang ke yunani tua, kadang ke cina dan rusia tapi sungguh itu awal mulai bicara tentang suara suara-suara yang menjadi kata suara-suara yang membingkai sastra suara-suara yang membahasakan raga suara-suara yang lalu berhenti di tanda suara-suara yang tak jadi nada
159
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kupesan... ini sepiring nasi goreng kaki lima dan secangkir kopi hitam, kawan petang mungkin hingga malam mari kita ulang rindu yang mengangkang
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
perempuan belia mulai bicara mencari kata yang tak lagi memenjara setiap kata dalam gerak dan suara "mengapa?" "mengapa?" sadar mulai menjelma bahwa suara-suara tak harus berhenti di tanda bahwa suara-suara hilang dari bahasa raga lelaki di seberang sana lalu menanti jiwa-jiwa yang merdeka dari akademia suara hujan yang ada hingga reda dari awan gelap di atas sana
pinang corner, 28 februari 2013
160
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lalu di kepala ada angan-angan akademia ketika socrates berdialektika di bawah pohon-pohon tua anak-anak muda yang tumbuh tak cuma karena normanorma dari tangan-tangan yang membelenggu ranah afeksia tanpa kepekaan pada zaman yang belum tentu sama
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sekilas petik di s dengan menyandang ransel dan tustel yang selalu di tangan kau abadikan momen penting ziarah kita pada alam sekitar dalam perjalanan di atas motor besar kita berdua yang entah berapa jam itu saat matahari sepertiga miring ke penggalan barat lalu dengan sengatan matahari yang memerah dan membakar sekujur wajah,pula sejenak ingatan dapat abai utama dengan berita-berita besar memilu dan menyembilu rasa anak-anak negeri yang terlunta di setiap persimpaangan jalan ceria itu tak tertampik saat mengintai view yang unik-unik dan berisi spirit komunal kemudian direkam dalam bingkai kehidupan yang seimbang ada kisah tentang jalan ada cerita tentang jembatan ada legenda tentang bangunan juga ada kemuakan tentang tatakota yang seragam kehilangan nilai spirit mungkin tustel itu akan bercerita pada siapa-siapa tentang riwayat para pembual kota walau perjalanan masih tertunda
13 agustus 2010
161
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
:buat mja nashir
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sengketa semu :refleksi buat kaum akademisi
di atas kitab-kitab itu kita enggan menyatu padahal filsafat awal semua itu di atas kitab-kitab itu kita menipu hakikat ilmu sebab sepertinya kita merasa mampu di atas kitab-kitab itu aku tak terlalu ingin meniru apa yang dilaku empuempu pembuku
2013
162
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
di atas kitab-kitab itu kita jadi susah bertemu padahal ilmu bukan untuk berseteru
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
umbu sang empu
entah mengapa lalu patahkan pancang siang yang selalu menghalang di depan membawa angan pada harapan melukis dengan waktu senandung dengan peluh melenggang tak tak berirama tak berubah hingga membakar nyali tabah jadi abu serakah biar..biarlah matahari tepat di atas membakar seluruh isi kepala yang pernah ditumbuhi pepohon asa hidup yakin tak pernah sia-sia setanjak usia dari padang gembira berbalut duka nestapa dan menyiangi seluruh rasa ringkih menggumpal lalu membuncah dalam dada bukankah peluh isyarat duka hidup adalah derita dalam tumpukan harta-harta dan rayuan kuasa lalu mengapa diri menyerah dalam jeratan materi? padahal waktu cuma secuil ragu yang terus memburu meneguh nafsu hingga memutar ke ujung waktu biar.. biarlah perempuan adalah waktu yang menunggu sejak setia menyulam selendang rindu tentang kasih yang membentang dalam rajutan kalbu
9 februari 2012
163
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
biar..biarkan siang meradang menguliti hari di jalan-jalan membayang carut marut lelaki dan lalu lalang janji menikung beringsutkusut kebut tinggalkan perempuan di bawah tenda mereguk racun dalam hidup yang ia yakin tak kan sia-sia
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dialog imaji
apa yang kau berikan pada dunia lelaki itu menjawab, "dari ubun-ubun hingga kaki ada rakyat. dari laki-laki dan perempuan semua berserikat lalu tak ingin terjerat dalam liberalisasi sekarat." apa yang kau berikan pada rakyat lelaki itu menjawab, " venezuela yang bermartabat, negara milik rakyat lalu tangan-tangan imperialis dijerat agar sepakat tanah ini bukan tempat kelahiran para penghianat." apa yang kau berikan pada venezuela lelaki itu menjawab, "sosialisme nyata yang membuka mata hati setiap warga percaya pada negara ini berdaulat percaya pada pemimpin yang kuat bukan kompromi-kompromi yang sesat mencari untung-untung yang sesaat." apa yang kau berikan pada sahabat lelaki itu menjawab, "semangat dan tanggungjawab buat pilihan-pilihan yang kita buat bukan mencari hebat, tapi jalan yang tepat ketika rakyat terus diperalat jalan kesejahteraan dan kemakmuran disumbat"
164
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
buat: kawan chavez, selamat jalan semoga setiap jejak jadi inspirasi kawan-kawan
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar apa yang kau berikan pada kerabat lelaki itu menjawab, "kesetaraan yang kuat dan semangat persamaan sederajat dalam koridor negara berdaulat rakyat kuat, venezuela dihormat."
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
7 maret 2013
165
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kupat tahu : spesial buat kang asep nata
bukit dago jajar sandang anak-anak warung lalaban ampera rasa belacan sambal pedas dingin malam memelasmelas nada a nada d karindeng towel suitsuit gelitik janji jelajah makrifat bambu kiat colek jemari "w" toel sewarna akustik lampu pilar gedung tua este es i buah batu geliat warna kembang sepatu semerbak mewangi setanggi di taman harmoni malammalam kita bertemu segelas kopi hitam menemani koar-koar orang rindu yang telah berpuluh-puluh almanak di jalan yang akang tempuh menggeluti hidup yang sungguh-sungguh kadieu.. karindeng towel kang asep meniup rindu merakit bambu jadi pembatas buku
166
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bandung .. kadieu bumbu kacang ketupat tahu senyum ayu kemayu mojang priangan rasa manis wah..
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar manis... manis... rasa pedas, wuih.. warna suara selaras saat bersua rindu terbalas
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
2 november 2013
167
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
puisi petani bau dingin menyeruak pagi menikmati embun jatuh ke bumi
bunga-bunga kopi sedang bersemi di bawah rindang pohon mahoni ia lelaki ditemani istri memulai hari-hari dengan puisi cerita tentang petani di kaki merapi lalu ia menuliskan padi-padi dari tandantandan setanggi mulai menguning seriseri di setiap pematang hari musim panen akan tiba lagi puisi-puisi mulai mewangi ladang di bukit-bukit pagi diselimuti kabut halus memutih lagi dari selasar meja bersegi lelaki itu melukis pagi dengan puisi menanti panen padi datang lagi ketika panen kopi jadi janji
biaro-lasi, kaki merapi bukit tinggi akhir desember doeariboedoeabelas
168
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
di sudut selasar meja bersegi ada lelaki menulis puisi
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pesan terakhir lewat bias air mukamu sempat kutau makna pesan terakhirmu padaku tatkala siang itu usai kuantar kau ke tempat peristirahatan
ada senyum yang terlepas dari biasa, coba kau tebar penuhi jiwa seolah cinta dan sepura suasana, namun siapa tak membaca bahwa garis-garis bibir itu bukan sunggingan sungguh milikmu semula dalam ungkapan raga pada muka lalu, aku beranjak tuk maknai air muka sebelum waktu menjadi batas nyata dan maya ketika kening itu mengerut, ada yang tak terbayang olehmu tentang mahkamah hati sedang mengadili jiwa yang terbelenggu oleh jeratan akal yang cukup begitu lama kau perdaya lewat pengingkaran dan pendangkalan logika, terlebih-lebih nistakan manusia dengan kau tutup itu jiwa lalu, gumam itu? bersuara riuh merendah, tak berirama tak bermakna dan terasa sia-sia. sebab apa? kau memang begitu mahir bermain kata, begitu pasih memilih diorama juga amat pintar merangkai fakta dalam singgasana kuasa yang terlahir tak cukup usia dari zaman kemarau akan jiwa hingga siang itu kuantar kau ke tempat peristirahatan, sebagai janjimu jua pada tiga bulan pertama sebelum ruh dihembus jadi nyawa enyahlah..!
2014
169
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
raut wajahmu tak seperti biasa, gumammu pun terasa sia-sia, padahal aku sangat mengenali raut dan gumam itu ketika waktu belum menjemputmu,untuk tak sekedar menunda kata
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
setelah kutulis rindumu dalam sajak petang masih terbayang ada larik yang tak luput dari renta masa bait yang kau tulis dari sajak-sajak yang tercecer dekat dekap cinta yang tumbuh di sela-sela rumah dusta di taman yang kerap dilanda bencana walau kadang rindu itu sirna, kadang cuma fatamorgana tentu isyarat rasa suka hampir menjelma di bianglala doa siapa tak punya sukma mengelus hari-hari terbebas dari perselingkuhan kata dan ambisi-ambisi kuasa lalu duduk bersimpuh... bertanya pada jiwa? tak bersyarat dan berisyarat petaka
24 juli 2011
170
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
mengalirlah
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kau melati aku hujan yang datang dari siang malam ini basahi dedaun mengalir ke lekuk batang ... aku hujan kau melati yang ditemani nyanyi angin ingin memukau malam jadi setetas harapan tak kesepian oleh riuh halilintar rindu pun kutebar pucukmu tersenyum mekar
air batu diam 31 juli 2014
171
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
hujan yang kamis malam
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
perbincangan malam "kaulah sungaisungai bening, yang... tak lagi mengalir, hulu di sana kering batubatu diam."
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
malam pun ingin lekas pulas menyaksikan laut tak menguap." biduk terapung bimbang dalam pecahan cahaya rembulan nyelinap temaram di celahcelah pepohonan." “geliat malam terbayang pada redup lampu jalan serasa hilang langit kian telentang mengerang di atas padang." “sungaimu hilang dalam perbincangan malam ketika gelombang pasang menumbuk dinding karang biduk pun tak sempat pulang."
4 juli 2013
172
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
emak pulang aku padamu ketika elang-elang laut itu mulai hinggap di dahan bakau
rinduku pada ketapang yang rindang rumah bertiang panjang dekat pangkalan jual ikan ujung tangkahan mak... kutengok anak-anak laut riang berenang hingga ke pancang jermal disapu gelombang ke pantai tenang aku tak pula lupa mak... samudera luas di sana seluas kasihmu riak gelombang prahara bertukar masa selalu teduh ketapang depan rumah itu seteduh kasihmu mak... pulang aku padamu ketika elang-elang laut itu mulai hinggap di dahan bakau aku rindu laut yang kau arungi kala itu
2014
173
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
laut tak jadi pasang angin siang hendak ke seberang jaring-jaring terbentang anak cucut bermain di ganggang
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dalam janji yang tak biasa
lelap tiada begitu panjang, entah dalam janji yang tak biasa kepada gumamku lirih: "oh‌ malam!�
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kuhirup harummu malam yang menebar ke sela-sela jendela kamar tidur yang telah kau pasangkan gordin ungu berenda hijau warna kesukaan. lalu kau petikkan kuntum cempaka beserta helai daun mudanya di jambangan meja kecil di sudut kamar tempat kau selalu menyulam sapu tangan berwarna lembayung sembari menunggu aku ketika bulan belum meninggi. sesaat kugapai lengan lembutmu yang selalu menadah tulus menanti waktu selalu merayu untuk pergi bersama kelam yang mendendang tembang menunggu
detak-detik jam yang tergantung di atas kosen pintu kamar, berisyarat dengan suara merdu memesona keheningan tubuh malam yang terbalut sutera putih, lembut nan halus, lalu ingin membisikkan asa pada setiap sisa ruang ventilasi yang membuat aku terus ingin menghirup harummu malam yang menyebar ke setiap relung hati perawan dalam bejana pualam tempat segala cahaya menepi warna raga rasa kata mula asal kita jadi sejati dalam hari hari yang akan terhenti lalu bulan menitip cerita malam pada seorang aku yang tengadah mencari tuhan dalam setiap garisgaris yang terpantul lewat jambangan kaca tempat putik-putik puspa cempaka menghias kamar rupa oleh sesiapa melahirkan anak-anak kata dari desah ranjang hangat
174
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar pabila selimut kelam nanti dini menyapa masa memang malam terus merona dalam harum tubuh putik-putik cempaka
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bersama embun malam lima oktober duaribu10
175
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
nanda... (si anak panah)
nanda... anakku biar masa tak selalu sama walau kadang bagai mengulang walau ia kadang mabukmenjenguk walau pun terus menyapa namun itu hanyalah asa yang terus kusemai padamu helai demi helai masa larut tersenyum kasih terus menumbuh bagai bunga di taman kian mewarna, merona bagi matahari harapan pergi..pergilah nanda mumpung pagi masih belia tatkala harum bunga pun menyebar ke mana-mana lihat kelopak-kelopak beraneka mewarna taman rahasia rasa selama masa menyalin cerita umur cita kepit digenggam jiwa
medan, 04 november 2010
176
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pergi...pergilah nanda, anakku tegakkan kaki dunia di luar sana sebab ia laluan masa adalah bukan duniaku lagi seperti apa, sekarang di kepalaku seperti apa, terbayang olehku seperti apa, kualami hari hariku
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
lelaki peniup sulim
lelaki yang sederhana lelaki yang ada dari orang biasa-biasa menyalin pesan-pesan dari jejak bukit toba melukis asa pada jendela dari setiap tanda-tanda suara yang setengah terdengar dihalau tebing hariara dari sisa cemara yang menghalau rindu tanah ibunda sepanjang danau membentang selatan ke utara irama sulim membahana dalam sukma mengusung rindu anak rantau dari legenda raja-raja di kota haru biru tebing-tebing curam penyangga sepanjang tapian toba bersenandung "andung-andung" ketika senar hasapi dipetik begitu saja bukan karena matahari tak lagi memantul cahaya kebeningan toba
lelaki yang bersahaja lelaki yang acap kali merawat bunyi yang telah sunyi dan menyulamnya dari ranting-ranting yang jatuh di tepi-tepi terdengar lenting berdenting di daun-daun rerumputan kering bukit-bukit pangururan, rura silindung dan hamparan porsea ia anggun menyapa telinga sesiapa memaknai kantata dalam syair-syair oda dari tanah yang meriwayatkan si singamangaraja dari desau angin yang bercerita tentang bakara ia lelaki peniup sulim yang terus menjaga suara untuk hikayat dan legenda hatani debata ia penyulim yang masih setia pada bumi dan mata air yang masih bersuara walau air mata pora-pora yang tinggal di kolong-kolong keramba kering ketika senja tiba, menanti malam-malam diam tanpa suara ia merajut bunyi di tengah suara-suara yang serak dan luka
15 hb doea @doeariboutigabelas
177
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ia datang dari langit yang teduh ia datang dari riwayat oda yang tumbuh di batas rumpun-rumpun aur sepanjang huta meniup sulim memainkan bunyi-bunyi umpasa di tanah batak sebagai somba debata
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tele
kalaulah aku harus mati biarlah izin datu-datu menyertainya batu-batu menjadi nisan di sepanjang samosir lagu kematian mengiringi setiap jiwa bukan karena mesin-mesin keculasan dari tangan-tangan perampas kehidupan kalaulah aku harus mati mengapa marga-marga tak ingin menjaga bencana apa yang datang dimuka hikayat toba di pusat tele yang semesta sesaat tak akan hilang di meja kuasa bila serakah, takberdaya bukan gejala di sana kalauah aku harus mati inilah kematian di penghujung legenda tak mungkin diriwayat oleh para pujangga sebab air mata siapa yang terus mengalir bila tele bercerita hidup selalu sia-sia, mati lalu menyiapkan bencana
2013
178
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kalaulah aku harus mati biarlah matahari yang membakar sekujur tubuhku biarkan kering, hangus dan hitam membirat bukan karena keserakahan bukan juga ketakberdayaan
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
akila sembilan purnama kutunggu dikau buah hati dalam rahim ibumu, akila menemani malammalamku menari dengan puisi
dari tagore hingga rumi di suluksuluk rawi sampai sufi menggali imaji yang tak pernah berhenti janji lariklarik puisi yang membuka semesta hati sembilan purnama kunanti tangistangis menghiasi kuntumwangi di kamar ini, akila sambil menyeruput segelas kopi kubawa rindu berpindah ke meja serambi menulis purnama yang tak ingkar janji hm... kini kau telah puisi yang terus mengilhami lariklarik hari setiap aku berangkat pagi
2013 buat: qorry aina akila cucu yang menghiasi hari-hariku dengan puisi
179
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
menemani malammalamku berdendang dengan narasi
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
hikayat pejalan
membasahi bumi tumbuhkan pepohon dan berpinak hewan dalam garis lurus, lengkung membentang ruang dari bukit-bukit tua kawah letusan gunung toba ia bercerita tentang suara-suara sepi yang membentuk kata sepi yang mengalirkan makna sepi yang meruwat pora-pora sepi pula yang menumbuhkan hariara ia tetas dari tetes hujan yang dibawa angin dari tenggara langit cuma tiga warna ketika awan memecah membasah rura dari batu-batu tua ia menulis cerita tentang toba dalam lak-lak beraksara doa-doa, kerja dan ajaran setia yakin pada waktu, dosa dan usia dari ornamen di rumah bersama ia melukis makna tanda-tanda hewan dan warna-warna pilihan tiga warna alam yang meriwayatkan asal usul kata dari bahtera yang melarung danau ia menghitung waktu dengan memutar sepi yang melahirkan huta
180
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ia tetas dari tetes hujan yang memecah awan langit yang berselendang tiga warna
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar sepi yang melahirkan marga sepi yang menabuhkan suara-suara dalam gondang, hasapi, sulim dan legenda
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
17 maret 2013
181
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sajak itu langit lengang membiru awan berarak menyaru menubuh risau jadibatu memecah pilu jadirindu
laut biru angin memburu biduk melaju ke ujung batu menanti waktu jalan berliku hidup tak tentu takkan dituju lelaki tayu menyiapkan tugu dari randurandu bukit berbatu sipu perawan berpagarayu tak menyaru hidup bergincu menjulang silang gunung batu bersenandung lagulagu rindu pemecah ragu di padang buru mengisi saku waktu barpacu lalu batu tayu datang menunggu hidup berbirubiru tak lagi haru harap satu tak berkalang waktu menjaga ibu cucuran air susu huluhulu rumpunan bambu melabuh rindu ingin dirayu biar pilu merambu jujur bisu hidup berpangku siapa mau
2013
182
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
eru melentiklentik dungu diiring senandung sendu randurandu turut meniru irama bayu laun membisu
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ardi adakalanya aku harus belajar
dari cara engkau meraut pelepah tebu memilinnya jadi jalin tali-temali
untuk membawa rumput
pun seandainya arit yang menyabit rumput dan
ilalang liar itu
ada di genggamanku tak tahu pasti
aku mengukur seberapa tinggi hendak disabit
katakan pula aku belajar pada kebiasaanmu menganyam tikar dari pelepah pandan yang
terserak di rawa ujung jembatan jalan ke ladang
jagung
sepertinya ..
aku mulai paham arti sejati darimu, kawan ardi
2014
183
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
buat gembala sapi itu, ardi
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ardi 2 aku tau pagi ini kau tak ke ladang jauh jagungjagung itu menua sawah kehilangan air
ketela pohon hilang dicabut orang satusatu pohon pepaya pun telah ditumbangkan sampah daun pisang, batang pohon
kabarnya, bangau pun tak pernah singgah
aku teringat pesan singkatmu, ardi
yang kau kirim seminggu yang lalu tentang tanah itu,
tentang ladang itu,
dan tentang dangau di pematang sawah bawah tempat kau biasa mengusir burung-burung yang sering menggoda bulir padi muda
tempat kau menjaga air yang mengalir dari hulu sungai di atas sana, kini sedang ada silang sengketa
sedang berebut nama-nama dari pesan singkat itu juga
kau bercerita tentang tanah itu tentang para penunggu
tentang ulayat dan marga-marga
tentang hutan pohon-pohon yang tak dapat ditebang
tentang mangguris dan marsoban semua seperti (di)hilang(kan)
dari bukit-bukit di peringgan ladang jauh semua itu kau tinggalkan
184
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
perigi di bawah batang mangga itu penuh sesak
Inang
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar sebab sedang ada silang sengketa
sebab sedang berebut nama-nama
...
padahal, kau adalah si penunggu itu
padahal, kau adalah ardi, si penulis pesan itu aku mengulangnya dengan bahasamu
ardi, sang penunggu - 31102014
185
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
catatan suatu pagi
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Selamat Pagi Puisi
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
alegori kita rusak karena tiada tidak pernah ada juga mengada ada
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tidak biasa karena ada kuasa bukan mengapa untuk menjaga suka jemu dengan kata dan rasa padahal budi akal tak pernah berdaya meski jalan telah jauh masih juga jahit sudah lelindan putus siapa menjala siapa terjun tapi terus saja itik berenang di air mati kehausan
29 maret 2010
188
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
biduk tak berhulu
tertanya hasrat lewat kata, mengapa bulan tak mampu menyeruak awan dengan sinar yang rupawan? padahal malam telah memberi isyarat agar bulan menjadi baiduri pengganti laila majenun sebelum dinihari tiba pada waktu yang siap membelenggu. lalaikah rasa yang merindu kalbu karena terselip pilu tak jemujemu menggugah tubuh ragu mengapa bulan tak menyelami sungai hingga ke hulu, agar biduk mampu menyusuri setiap detil lekuk air yang bening lalu berkayuh pada riak gemericik arung pemecah hening masihkah bulan terpesona pada arakan awan yang merayu lalu melantun sendu dengan aroma kelamnya membayang bayang riuhnya sendalu. hingga bayu tak mampu merindu lalu ke hulukah biduk bersama malam yang sama seperti tak berbulan menyusuri tepian tanpa detil lekuk air yang bening lalu berkayuh pada riak gemericik arung pemecah hening. biduk melaju menuju hulu tanpa meragu di ujung waktu, lalu tak ingin lagi merayu cumbu malam di bawah rimbunan rumpun bambu di sepanjang tepian sungai itu
catatan perjalanan 2009 disalin ulang 4 juli 2010
189
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tak terbacaku raut bulan, telah tersembunyi di balik awan yang berarak sebelum dinihari tiba dari sepanjang arung sungai yang membawaku ke hulu rasa. saat masa meramu kata menumpang biduk kantata, merdu mengalun embun di tengah pekatnya malam yang terpantul ketika hening menghablur dalam raga, bukan rupa yang merenda rasa
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sajak para pencari malam
banyak dahandahan tertegun menatap gerak yang indah ketika kepaknya berdendang ria sejak senja itu tiba. ada yang menepuk tangan berhentak kaki, lalu melenggang terbawa irama waktu terus merangkak membawa sajak berima yang tersusun apik dari helaihelai aksara kota hingga rusunrusun yang tiada tertata parapraja tempat para pencari malam menyeka peluh setiap kata. sepertinya makna tak selalu menjadi apa ada apa cahaya rembulan menembus dahandahan malam di beranda kota yang sesak oleh gemerlap rasa, entah tiada berpenyangga, mengusik raga tanpa berkata ada menyapa setiap dinding kota tanpa ragu dengan irama niscaya para pencari makna meranggas hati daundaun yang tumbuh di lereng malam tempat para sesepuh menguji diri tersungging kulum ditemani rembulan.. yang tak hendak meninggi puncak lara
7 agustus 2010
190
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pun ia menari dengan kepaknya yang lembut bagai membuka setiap umpama isyarat malam dengan tubuh mungil dandan raut yang natur putih kemilau pualam merayu rupa rembulan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
di tengah bising kota aku sempatkan reka rasa hatimu di dada yang gundah gulana karena lama tak sua aku lupa entah apa yang membuat ada rupa melahirkan asa pun begitu tergesa menjelma jadi daya memang watak masa siapa yang menduga andai ada raga tanda jiwa pun lalu terbuka bila hendak menyapa ini jalan menata kata merangkai pin makna mengubur prasangka tanpa selalu kecewa pada hidup bersahaja bukan kota yang tega pisahkan rasa manusia dari logikalogika benda yang dipajang terutama demi gairah nafsu kuasa apa yang hendak dikata kalau badan tak bahagia dikejar benda ilusi dunia sepenuh masa jiwa nista habis usia dalam penjara mengapa suka bersahaja berpikiran jelas seadanya tak terbiasa mengadaada bantu membantu sukarela bukan ingin mencari nama hijau abuabu, 22.50, mengakhiri 6 oktober 2010
191
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kuin tujuh syair
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dendang ombak
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
angin laut bawakan biduk melaju di dendang ombak arungi petang merangkak hingga dermaga berjejak pun sempat kukecup deru angin yang ingatkan aku pada seorang gadis belia putri melayu jelata bersahaja, bukan keturunan raja, pandai berpantun dan merawat kata agar hati sesiapa tak jadi cela. konon rayu tak memilih sesiapa untuk menyapa lewat helaihelai kata yang mengalun lembut dari bibir angin laut di sepanjang petang jelang malam. pun sempat kuhela dendang ombak yang membawa biduk hingga dermaga, tatkala senja ingin sua terbayang di benak segala laku yang memesona kala belia tersenyum seadanya tanpa direkareka raga siapa yang tak menanti nyana? ia berbaju kurung dan berselendang rupa tanpa polesan warna kayak menyalanyala di antara gadis putri melayu sama jelata. pun kusampaikan pada laut yang menghadang setiap jengkal rinduku tentang harum rambutmu yang hitam panjang sebahu dari haluan biduk ini sebelum angin membawaku ke tepi. sebelum biduk merapat ke dermaga. lalu kutuliskan juga puisi seadanya pada sekuntum seroja yang pernah kau letakkan dekat jambangan di meja kamar kita berdua. saat kau inginkan agar setiap kata jadi bermakna. lalu biduk merapat ke dermaga menambat tali pada penyangga membuka helai demi helai cerita jalin makna melayu tak berkasta itu awal bahasa cerminan bangsa
awal november 2010
192
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tak pernah keluh datang dilimbur pasang jadi samsara ketika rindu kembali ke rumah tempat segala suka tersalin baik dalam sajak di beranda depan itulah kata tak pernah riang gembira luput dari pelupuk duka sepanjang jejak telah dicecah ajak aku kembali ke rumah tempat segala senda gurau terangkai jadi suara rebana itulah kata tak ayal semua rasa bersemi tatkala hasapi, rebab dan talempong melukis cerita asal muasal anak hawa seperti ara walau di padang gersang tumbuh rimbun meneduh semua jiwa yang nestapa jadi hilang sirna itulah kata tak putusputus jalan merenda asa walau kata jadi pelipur lara
14 desember 2010 buat semua kata yang telah hadir membantu makna tersusun dalam rangkaian sajak
193
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
berumah di kata
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bayangbayang bulan jatuh di atas cawan kristal, tenggelam entah mengapa lalu ada malam malam bertengger di pucuk tiang lentera sambil geliat tubuh memuja muja liku lekuk paras merona warna bening sisa hujan yang menetes dari dahan flamboyan di sepanjang jalan kota saat siang tak sempat hampiri petang mengulang waktu untuk berdiang walau setengah gulita malam tetap mengintip raut luka dari sisir jendela kamarkamar tempat bayang bayang bulan jatuh di atas cawan kristal dingin pun mulai menjalar di sepanjang trotoar ada percik lembayung menggurat bibir cawan dalam gelut bulan bugil sunyi kerut gemintang yang hilang menjalang ditelan gulita malam kini tinggal sepercik awan jatuh dalam sebaris hujan penuhi cawan
7 desember 2010
194
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bulan jatuh di atas cawan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tiada luput hirau aku kesah benak menghentak seluruh ragu tak jua berlalu seperti pusaran ombak memicu pacu gelombang rindu yang membahana di setiap penjuru mata yang tampak merona luka begitu ingin mengirim kata dari celahcelah jendela dalam seutas rasa nan gulana, berkecaikecai rupa di setiap masa hasrat tuk menetap pula seolah perangai raga berseloka pada setiap lidah gramatika pada kembara tatabicara entah bagaimana? sejumput asa pun cuma menganga apa tak jua menyapa pabila makna tak lagi dipercaya, tersuruk di kolongkolong jiran tetangga yang selalu dilanda duka nestapa terlupa dari semua syak dan suaka. mengapa hendak berkata bila rasa tak terperi dikandung bahasa yang meratap luka setiap kata biar kata arungi samudera pergi tinggalkan dermaga yang menambat setiap mana di pancang penyangga tanpa rona cecar asin laut jadi lanun meradang ombak yang berkecaikecai
1 desember 2010
195
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
luka kata berkecaikecai
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
merantau
usia meninggi lincah cecahkan kaki awali diri dengan berlari, lalu pergi ke dunia luar mencaricari memulai perjalanan kaki tinggalkan janji
18 maret 2011
196
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
datang dari rahim berayun di tangan ibu tetas kasih titisan air susu dari hari ke hari menyulam waktu menimang jantung belaian rindu
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pergi pergilah belia tinggalkan pusar tanah asal kelahiran ke jalanjalan menikung dakian tak beraspal, lumpur cadas bebatuan dalam pelukan bukitbukit yang hilang meranggas luruh dedaunan diguyur angin siang bawa jejak kakikaki lelaki terarak awan menyulam angan dan harapan di depan temui badan bertuah nasib penuh pencarian tiada lupa kampung semasa alam kian terkembang pergi, pergilah siapa lupakan pematang yang sebentar lagi dipenuhi ilalang kemelut raut ladangladang kering kerontang jelang petang walau resah terus menghadang, lalu bimbang datang meradang bawalah siang dalam pelukan , malammalam menyulam harapan
25 menit sebelum 23032011
197
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 2
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kaki terus melangkah tinggalkan jejak ribuan tapak satu demi satu tampak di belakang membawa anganangan melayang ke depan, jelajahi semak belukar pikiran lautan perasaan dan langitlangit harapan kepala dipenuhi hasrat hingga ke tujuan terus teruslah kaki terus melangkah tinggalkan waktu bermingguminggu satu demi satu kampung berlalu menemu aku di hutanhutan ragu yang bertarung rindu memicu tahu dustadusta yang duduk menunggu rantau nun jauh berbatubatu lalu pikiran datang tak menentu perasaan berseliweran membisu anganangan pun lelah jadi batu walau rantau bukan yang dituju
1 april 2011
198
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 3
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
mencari pecahan matahari di celahcelah belantara gedung yang dingin dan beku serpihan debu dan asap knalpot memoles pagi yang sedang berbenah dari peraduan kadang nafas dan bau keringat rantau lekat di haltehalte, penuhi pedestrian tanpa jejak kaki rembulan yang mengintip dari gordin jendela rumah kontrakan tua lalu masa menyulam makna dari setiap tetes hujan yang datang menemani alam begitu riuh rendah suara di sekitar tubuh namun tak satu pun merias raut, menyapa kota yang hilir mudik dijejali ambisiambisi tapi dengan laku kerja tekateki buat pundi kembara kata menyelinap ke dalam benak bertanya : "siapa aku dalam jagat tatawaktu? " apa yang kau cari pada siang hingga tubuhmu berdebu, penuh luka dan dekil ke ujung jalan? harihari pun telah jatuh ke tangantangan tak bertubuh manusia gen adam dan hawa para pendusta mulai meracun pikiranpikiran para petapa dan katakata merias pesona kasta pada seolah kitabkitab yang dijanjikan. seolaholah ada kitabkitab yang membahagiakan jejak waktu yang mengejar entah mengapa terus mengembara dalam duka dan nestapa mencari kata dan merawat angkaangka jadi kasta dalam rumahrumah tak berjendela dan berpenghuni sesungguhsungguh manusia mengapa kuasa begitu bermakna. butakan hakikat yang ada. merantau membuka sukma
31 maret 2011
199
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 4
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tak kutemui aku dalam perjalanan itu walau matahari telah meninggi tepat berdiri tegak di menara hari pun telah kubalikbalik waktu mengingat janji tinggalkan ibu dalam sepucuk surat di balik batu jalan itu masih jauh nun di depan kadang rindu datang meradang membawa ragu, lalu ingin pulang namun hati bertolak belakang pilu menghilang, tekad pun datang terus kucari aku dalam perjalanan itu walau siang telah menyimpan ragu pada saku baju setiap pejalan waktu biar tak sampai di ujung temu rindu merangkai harapan kalbu mencari aku dalam perjalanan itu walau tak kutemui aku dalam perjalanan itu biarlah waktu menyapa rindu ketika ragu menunggu takkan pernah berlalu
4 april 2011
200
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 5
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
duhai tanah tempat kelahiran ingatkan aku dalam perantauan jangan suka bermalasmalasan sebab derita segera berhadapan duhai, bunda yang melahirkan waraskan aku di perantauan sudi sedia jaga kepercayaan setia berkawan dalam berteman duhai, kerabat yang kutinggalkan kirimkan pesanpesan renungan biar terjaga iman di kandung badan rayuan pesona nikmat keduniawian duhai, kawan-kawanku sekalian jaga aku dari kepicikan pikiran juga pergaulan keanekaragaman hanya karena sesatnya keyakinan sebab rantau adalah pencarian yang selalu beraneka kenyataan di atas segala harga kesetaraan perayaan martabat kemanusiaan
2011
201
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 6
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
merantau 7
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ketika aku mencari cari luka di wajah harihari perjalanan yang tersayat waktu sejak lalu tak kutemui dari cermin yang retak oleh keakuan aku tanpa lukaluka yang membiru
6 april 2011
202
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
jalan masih panjang jejak langkah laju mengembang bawalah badan melanglang ke seberang cari kawan sepadan harapan setali tiga uang hari pun masih terasa siang lalulalang harapan terasa lengang tak lalu dibiar usia pergi menghilang karena sekerat tantangan tak jadi peluang lawan datang tiada ditawan ajak berjalan seiring sehaluan bentang harapan dalam kesenjangan menyemai pesan lekat jadi keniscayaan pergi.. pergilah ke rantau mengembara dalam kebijaksanaan sisasisakan yang tertinggal jadi warisan dari leluhur zaman walau laku penuh likuliku tipu dan ragu luka derai air mata dan getir membatu biar langitlangit harapan tak selalu menggantung hanya di angan melulu bawalah badan ke rantau peradaban ajak pikiran melanglang lampaui zaman tinggalkan kampung tempat ibu melahirkan mengubah catatan hari depan keberagaman
11 april 2011
203
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 8
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
hening.. malam tak berbulan juga berbintang aku pun berkaca mengenang kulihat diri dalamdalam berulang kali berulam janji tinggal sepotong badan pembalut tulangtulang kemudian perlahan hilang ditelan siang sebab gemuruh debu silang beterbangan menjemput hidup di paruh tantangan lalu langkah mengiring malam hening jaga hati senantiasa bening
6 juli 2011
204
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 9
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ma‌ bulan depan kita jelang usia berpuasa ramadhan tiba dalam dekapan rahman isyaratkan harapan membingkai tujuan kuingat ini kali yang kelima puluh masa perjalanan dalam rantau tiada tahu duga hingga kelak singgah di batas nun mana ma... aku rindu mengusung usia di jalanjalan keyakinan, walau kakiku penuh lumpur, mukaku hitam tak bercahaya, mataku perih penuh dusta lalu tanganku kotor oleh darah sesama yang menghunjam lewat angkaangka angkara murka, kata kata penuh berhala merasuk sukma aku tak ragu datang padamu‌aku lalu ingin menyium telapak kaki, dan membasuh muka dengan air susumu. aku ingat saat marpangir di sungai pinangsori, dalam rindu yang terbelenggu. ragu menyaru kuingat dari tanah itu aku lahir, walau penuh daki, namun kaki terus melangkah mencari diri di rantau orang. jalanjalan penuh onak, entah apa aku terus merasa asing dengan diriku, padahal rantau tak berhingga kapan akan ke batas rinduku pada, ma... tempat benih itu ditanam di sepetak sawah di peringgan rumah kecil warisan dekat kampung yang berdanau biru hutan hijau ma... izinkan aku pulang kembali ke pangkuanmu membawa lelah rantau yang penuh daki dari kepala hingga kaki
12 sya'ban 1432 h
205
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
merantau 10
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kukejar kau berharihari tak kunjung sampai hingga peluh berbutirbutir melumuri setiap sendi terasa bau asin kemarau panjang yang kau kirim dalam catatan harianmu lewat terik matahari tinggi derajat kelembabanmu lalu sempatkan aku istirah aku tengadah ke langit menanti janji membasahi padipadi petani seusai panen raya di manamana barang mampir sejenak pun kau tak hendak walau sesekali sayup kudengar isyaratmu dalam telangkai tiga halilintar di sudut langit malam yang membawa mendung bersabungsabung ooo, hujan datanglah padaku agar pohonpohon segar kembali bumi lalu basah dan pupuskan debu yang hinggap di setiap keningkening ranting yang rapuh dan dedaunan sepanjang jalan. malam pun berhias menanti tarian hujan yang gemulai di atas kereta api malam aku tertegun pada hujan yang datang tik...tik...tik...hanya rintikrintik walau itu cuma lamunan
18 maret 2011
206
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
lamunan hujan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bila bersepeda sudah di hati
jalan tuntungan mulus sekali berkelokkelok ke pajak melati siapa pula tak meminang hati bersepeda jadi tali silaturahmi jauh bersepeda tanjakan didaki peluh terpecah mengaliri sendi dapat silaturahmi juga sehat diri apalagi buat lelaki penjaga pagi laju sepeda di hutan kanan kiri hirup udara embun tanpa polusi rute ditempuh dapat inspirasi modal bangun pagi bahagia hati semangat pagi rute lancung dicari mengubah arah biar ganti berganti kalau bersepeda jadi damai di hati setiap pagi hidup jadi terus berarti
7 februari 2012
207
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kutunggu minggu di ujung pagi kawan seusia terus menanti mengayun pedal mengurut nadi jelajah kampung pinggiran kali
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ketika bulan bergincu dadu
catatan pilu lagilagi selalu berakhir di batu saat ia lukis dengan semua katakata bisu dengan semua arti peluh rayu ketika langit berkabut abuabu ketika randu jadi merah dadu bukitbukit hitam itu berbatu cadas dan keras penat tandus sepanjang tayu kalingga serayu pengiris ritus perempuan tayu yang lalui hidup berbekal malu dari nafkah lelaki pemalu batu hingga waktu terus berlalu bulan tak lagi di daun jambu bergincu rayu di bawah randu menyulam malam tanpa kelambu hingga pagi sedikit tersipusipu melihat ragu dari pintu ke pintu hidup keras tak ubah batu meradang ragu setiap waktu berburu langit biru, laut biru tapi bulan terus begitu sayu jalani laku menunggu waktu di pucuk randu menguncup malu
29 januari 2012
208
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ia lelaki tayu dari masa lalu yang menulis semua biru dalam setiap persinggahan dari waktu ke waktu dengan tinta luka yang terus memburu jalan hidup berlalu tak tentu
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
derrida
kalau kutuliskan pikiran dengan ungkapan kalimatkalimat lalu aku mulai merintis jalan absurd bagi siapasiapa kalau kucetuskan kehendak diri dengan wacanawacana janganjangan aku sedang memanipulasi apa adanya menjadi ada apaapanya sebab kata tak selalu ada dalam rasa sebab kalimat bukan pikiranpikiran yang sesungguhnya sebab wacana adalah perselingkuhan pikiran dan bahasa lalu kutulis dengan apabila kata kehilangan rasa? lalu kutulis dengan apabila kalimat hilang di persimpangan makna? lalu kutulis dengan apabila wacana jadi tak lagi dipercaya? bukan kata yang tinggal jadi kerangka bukan kalimat yang jadi tak terang nyata bukan wacana yang mendedah pikiran dalam bahasa sebab derrida membongkar tameng bahasa
12 agustus 2012
209
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kalau kutuliskan rindu hati dengan katakata, aku mulai berbohong pada dunia
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tersangkanya: b a h a s a
inilah kisah kembara bahasa disangka makna hanya tanda kelit gramatika tampak kuasa bisa diterka semantik retorika ... dedah kata dan tanda baca tanpa koma peminang jeda andai sengketa pikiran tiba benang frasa kusut agaknya jikalau klausa tonggak bahasa di mana sastra dan peribahasa padahal kata asal nazar semula mengungkap rupa citra indera bukan aksara pakaian dalam bahasa ada manusia, benda pun alam nyata mestikah makna disangkar gramatika lalu wacana cuma nalarnalar logika
11 agustus 2012
210
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
meraut kata memiuh makna sulam peristiwa jadi wacana asal semula benang frasa tak terasa batin terpedaya
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
rasta... rasta... rasta...
nyanyian dusta ada di manamana langit setengah hitam, murka cakrawala kotakota lengang, lenyap dalam ruangruang ilusi matahari pun enggan melukis pelangi setelah gerimis titis, lelaki berdiam di ketiak istri membakar diri bukan dalam api revolusi membakar diri bukan dalam militansi membakar diri bukan untuk tanah ini negeri lalu mengganti kelamin jadi banci dan doyan memakimaki tanah ini negeri tanpa warawiri rasta... rasta... rasta ... siapa lagi menghirup pagi di jalanjalan sepi siapa tadi membuat janji ini negeri tanpa politisasi dan korupsi siapa lelaki bernyali merampas kembali tanah ini negeri dari tangan pencuri berdasi pejalan kaki, pengemis suami istri, pemulung atau lelaki banci yang datang dari perut bumi setelah tsunami? rasta... rasta... rasta... kota telah mati, intelektual pun tak lagi kembali kampuskampus sepi diskusi, tampang selebriti tawuran sana sini, ikon university for industry diktat, toserba fotokopi dan janjijanji para penguji kota tak lagi disinggahi sinar matahari lelaki dan perempuan kehilangan cahaya pagi kehilangan janjijanji dari lelaki yang tegak berdiri di setiap halte jalanjalan sepi
23 september 2012
211
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
rasta... rasta... rasta...
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
barangkali‌ (sebuah perjalanan imajiner)
barangkali, tanpa tigris dan efrat dur-sharukin, niniwe dan babilonia tak jadi kotakota kuno mesopotamia tanah peradaban anak manusia akar kecendekiaan bangsa sumeria barangkali, tanpa tigris dan efrat kota tak pernah ada dalam catatan seribu satu malam orangorang assiria hidup tanpa kota seperti zaman nekara barangkali, tanpa tigris dan efrat mesopotamia entah ada di mana ditelan dustadusta pemilik kuasa sejarah tanpa nama yang hilang ditelan nafsu serakah manusia barangkali, tanpa tigris dan efrat kotakota hilang warna pun tabiat gedung menjulang rakyat melarat baghdad runtuh sejarah sekarat tangantangan culas lalu berkhianat
4 september 2012
212
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
barangkali, tanpa tigris dan efrat lampu aladin tak akan punya cerita hikayat tanah rawa gelagah dan paya sepanjang semenanjung persia
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
wek wek wek..... pagi, siang dan petang wek wek wek..... suara kesan menantang wek wek wek..... wajah dibuatbuat berang pasang kumis tegak melintang bak hitler bengis meradang wek wek wek..... pagi, siang dan petang wek wek wek..... orang bilang dia pialang wek wek wek..... cuci uang kabur menghilang negeri malang pencuri hengkang undangundang dipajangpajang wek wek wek..... birokrasi berjenjangjenjang wek wek wek..... politik basi suka diulangulang wek wek wek..... pemimpin bebek pulang petang tak bernyali bicara terangterang ya‌lempar batu sembunyi tangan wek wek wek..... banyak orang berpetualang wek wek wek..... sekolah dikarang uang datang
213
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
wek wek wek
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
wek wek wek..... bebekbebek pulang petang wek wek wek..... pialangpialang buka kandang wek wek wek..... antar pulang para pecundang
22 agustus 2012
214
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
wek wek wek..... negeri malang tak kunjung kembang terus berutang sekeliling pinggang ladangladang tambang milik orang
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
barthes bukalah mata lebarkan telinga makna ada di manamana
mengapa kepala seperti katak di tempurung kelapa? mengapa makna suka dibiar merana? bukalah mata tembuslah fatamorgana mengiring makna pergi berkelana lebarkan telinga dengarkanlah denting gema antarkan tanda buka cakrawala biar makna tak jadi nestapa ulah masa bencana wacana ditulis pewarta pun perawi kata
25 agustus 2012 terinspirasi dari pemikiran r.barthes petualangan semiologi
215
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pergi ke semesta keluar dari sangkar kata makna ada di manamana
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
barthes 2
katakata lalu jadi mantra menghapus rindu yang hadir begitu saja dalam surat berbahasa yang biasabiasa tanpa tanda baca, tanpa jeda, juga lema makna jadi begitu kuat terasa makna jadi begitu memesona aku larut dalam suasana genitnya katakata yang entah itu rasa, entah cinta, mungkin birahi juga malam pun larut semasa surat itu belum habis kubaca kata per kata sebab makna tak mungkin teraba sebab makna selalu terikat gramatika sebab makna hilang di bayangbayang suasana kautulis kata, aku tak membaca makna kautulis kata, aku hanya terpesona kautulis kata, aku memang larut dalam rasa surat itu sarat katakata indah, tapi tak bertanda baca, jeda juga lema tiga puluh tahun dalam hitungan masa kata tak lagi terasa biasabiasa kata tak tinggal cuma pada kata kata tak terikat apa, juga siapa rindu semasa dari kata makna semesta
2 oktober 2012
216
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kuingat seperti malam ini pernah kau tulis surat dalam sampul abuabu tiga puluh tahun yang lalu sobekan kertas dari catatan sabtu setiap rindu yang kaupetik dari rasa jemu setiap rayu yang kautulis dari ungkapanku setiap cumbu yang kaulukis dalam kalbu selalu menjadi candu setiap menanti minggu
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
selamat pagi puisi lingkarlingkar ini seperti mengerti sadel menarinari melaju ke depan
membawa beban
menyusuri sepi jalan
mengurai kabut putih menawan
berpelukan dingin tubuh yang menggairahkan lampulampu jalan
masih bersinar temaram
embun hinggap di sudut dedaunan
peluh mulai membasah rerumputan jalan
pohonpohon lalu berlarian
mengejar semua harapan
pagi pun seperti mengerti
pagi pun seperti memahami
pagi pun seperti memberi pagi pun seperti menjadi
pagi pun lalu mengilhami
...
puisi ini untuk selamat pagi
14 januari 2014
217
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ringan terasa badan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
rampak gurauan senja
ada sedikit waktu ternanti menyapa senja yang kian mendekat dengan wajah yang merah temaram kala itu kutemui petang yang bahagia dengan sajian gurau yang bersenda perihal esok pagi tempat menyimpan cita tunaikan asa tuk meraih cita dengan sesungguh tanpa angkuh dan sempit walau bagaikan padi, yang rimbun makin berisi tetap merunduk, tahu diri terus mengalir dalam jiwa yang tumbuh yang dibenihi santun etika di bibir beranda peradaban lalu terdengar lenting dawai menyertai kicau kasuari dan desah dedaunan mengalun merdu teriring salam pada malam tuk berbekal berbagai rencana mencari semangkuk kata dan sesuap angka yang kan jadikan makna mengalir ke muara kehidupan
218
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
alunan kicau kasuari merona warna petang ditingkap rangkai desah dedaunan di pucukpucuk dahan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
itukah aku tatkala ramai memecah kesunyian pada gurauan senja
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
23 maret 2010
219
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
angin lelah lalu cakar aku dari celah mangrove puih piuh merumbai di pesisir kampung istana lama hulu riau, jejak kaki menghentak titi kayu jalan setapak dan bau rumput yang menggoda lantunkan rampak melayu tua di bekas reruntuhan istana lama sultan di hulu sungai kampung rebah guratkan jejak di ujung rawa lalu aku meracau bercumbu bakau cemburu pada elang sambar anak belanak dalam cengkeram kaki telanjang lalu terbang riang tinggalkan rampak laut di pusar air lalu riaknya berkerutkerut di susur sungai laluan sampan nelayan menunggu jingga mewarna senja mabuk aku pada laut yang membentang juta khayali ditangkup rayu pulaupulau kata yang menyecahkan lidah makna pada jilatan air jadikan api sukma membara membakar jentera yang mengepul di atas singapura lalu aku siuman sebelum jingga memupus senja di ufuk cahaya barat sana jadikan laut sebagai tinta menuliskan kisah melayu lama yang tak habishabis digerus usia dalam gurindam sejuta rupa dan pulangkan aku pada laut yang selalu mengasuh keluh jadikan teguh
18 november 2010
220
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dan pulangkan aku pada laut
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
your changes have been saved. ada perempuan pencari wajah berdiri dekat tiang depan beranda tak seperti malam-malam sebelumnya duduk bersama sambil bercengkrama di antara para lelaki separo baya diamdiam lalu memotret isi malam yang tak begitu menyisakan rintik hujan untuk mereda agak sejenak biar waktu mencaricari wajah para lelaki yang dinanti datang di sudut meja sayap kanan vendor kopi tiam itu tepat 20.30 siapa yang mengirim ia pada jendela malam yang ditemani hujan rintik membasahi jalan aspal hitam di sana walau sakwa berkelebat entah apa prasangka di kepala tatkala kamera menuju sasar wajah siapa lelaki pemimpi yang tiba dari surga penakluk inspirasi kata-kata seketika itu juga tak dinyana mata tajam menyala penuh tanda tanya lantas berkata: "entah gerangan apa?" mungkin hujan menitipkan ia untuk menghitunghitung tanda petang itu lewat lelaki paling sudut di meja kedua jadikan tempat ia memulai cerita tentang romantika warisan sejarah yang jadi ornamen kota yang tersisa dari masa lalu
221
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
jendela malam
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu
dalam kenangan penuh makna tak selalu tertera pada kamera pencari wajah walau blitz itu menyala-nyala ia takkan menyapa-apa siapa lelaki di kamera merah yang diambilnya baru saja karena cuma imaji belaka lelaki itu bukan yang dicari lelaki itu tak juga pemilik wajah namun ia begitu percaya ia lelaki yang menuliskan tentang perempuan pencari wajah dengan kamera handphone berwarna merah dari setiap kata, pada jejak malam bermakna melalui sajak sedikit bercerita
10 november 2010
222
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
malammalam di jalan tak bertepi seraut sepi sempat singgah di hati menyambut hening yang ternanti dalam harihari yang entah kapan terus begini. aku mencari hati dari malam yang hampir mati. tak jadi cemburu hari pada janji siang tadi yang mengirim sepi pada seorang lelaki melantun syair dari serambi alunan sitar warnai perkusi menari nari mengusir janji yang tak selalu dimengerti oleh siapa anak negeri ruang gulita tak lagi penuh suara jalan diterangi seberkas cahaya ia bulan sabit datang dari tenggara kala september asoka dan anyelir tak lagi bersemi memesona rupa rindu rupa memang susah diterka malam sisih waktu untuk cemburu aku pada bintang yang masih tersipu malu dicumbu rayu, lalu aku merayu seribu janji yang kau tulis dalam buku sakumu di setiap bertemu aku tanpa ragu kuaku dalam perjalanan waktu bahwa kautahu aku tak mampu menghela pilu seperti pungguk yang terus merindu. jadi ragu
8 januari 2011
223
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
malam tersipu malu
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sekejap perjumpaan dalam rintikrintik hujan basahi pucuk dedaun dari sela ranting pohon dan pekatpekat debu yang bertengger di tusam malam ini lahirkan hujan memainkan perkusi alam pun denting dawai di aras bertalutalu di atap rumbia malam tak hendak berbulan dan dinding kemarau selatan bau debu menyeruak jalan yang terbakar terik siang menjala angin menahan dingin uap jalanan merasuk tubuh lalu sepi tanpa suara malam hujan mengalir ke selokan walau pekat debu jalanan kata pun seakan harapan walau sekejap perjumpaan
16 maret 2011
224
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
perkusi malam
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pun pun malam telentang sepanjang jalan
cahaya rembulan temaram di balik gaun awan lelaki tak berparas keras menyabit sangkur di trotoar menikam pada langit yang diam di atas tiangtiang keangkuhan pun malam semakin berang jalanjalan lengang bintang kemerlap seperti ingin pulang perempuan dengan dahi birat menghunus pedang merobekrobek mulut malam yang mengumbar kemiskinan tanpa kesungguhan hanyut ke laut tanpa turut dibawa ombak yang berpasangsurut pun apa yang ingin dipuisikan bila katakata telah hilang dari makna jeda
23 april 2013
225
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
langit merah tak pernah lekang
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sajak n
ranting berjatuhan langit gelap diselimut awan bulan tak jadi rupawan kelopak bunga dan dedaunan tertelan dahan langit tak heran ada yang melukis hujan pada kanvas tiruan menampung malam dalam cawan segi per delapan
30 mei 2013
226
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sedu sedan hujan, tak tertahan‌ basah jalanjalan menyepuh malam sepekan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
little sun
dari meja bale kayu tua secangkir kopi hangat mulai dicicip rasa dingin kota pagi datang tinggal sehari sendiri menebar sepi hingga ke sudutsudut kota ini, tetapi... dari meja bale kayu tua nasi uduk telur mata sapi buat sarapan pagi nanti matahari kecil memancar sinar pagi membakar
28 mei 2013
227
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sebuah sudut jalan kota pagi mengintip celahcelah jendela matahari tiada
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
catatan sebuah pagi
ia pergi berjalan kaki mencaricari ambisi keliling negeri tak hirau hari hingga lupa diri mulut-mulut menganga tak tahu kapan diisi terbakar hati karena janji kaji tinggi jalanjalan ilahi lupa diri hidup sehari sesuap nasi belum terpenuhi anak bini terus menanti mencari rezeki tak semesti ada lelaki hidup baik sendiri tinggi kaji hilang nurani jalan mati tetap menanti bukannya jalan para sufi mungkin pilihan ajo sidi tokoh robohnya surau kami
14 mei 2013
228
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
katakan pada pagi bakar ubunubun dengan terik matahari campakkan lelaki di jalanjalan sendiri hidup tak juga berarti
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
langit lengang membiru awan berarak menyaru menubuh risau jadibatu memecah pilu jadirindu eru melentiklentik dungu diiring senandung sendu randurandu turut meniru irama bayu laun membisu laut biru angin memburu biduk melaju ke ujung batu menanti waktu jalan berliku hidup tak tentu takkan dituju lelaki tayu menyiapkan tugu dari randurandu bukit berbatu sipu perawan berpagarayu tak menyaru hidup bergincu menjulang silang gunung batu bersenandung lagulagu rindu pemecah ragu di padang buru mengisi saku waktu berpacu lalu batu tayu datang menunggu hidup berbirubiru tak lagi haru harap satu tak berkalang waktu menjaga ibu cucuran air susu huluhulu rumpunan bambu melabuh rindu ingin dirayu biar pilu merambu jujur bisu hidup berpangku siapa mau sinergi u-u-u-u potensi haru biru
1 mei 2013
229
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sajak itu
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bongak di beranda
sayang... angin malam yang menyeka dinding pilarpilar beranda membawa pikuk suarasuara melayanglayang ke pucuk mangga namun malam meninggi kala lapak ditutup tinggal sayupsayup suara walau terdengar rintih kecewa tapi...asa sempat bersua di sana
2014
230
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
usai acara penabalan nama putri kawan rumah tetangga lapak dibuka suara menjelma membahana ke langit beranda rindu pemimpin adil jujur kesatria setia negara juga cendekia
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
menulis langit buat : kawan zul (zulham), loper koran di kampus usu 32 tahun bergulat loper bersama sepeda botot berkalikali tuan ini negeri berganti mengulang janji untuk yang ini:
tapi ia tak pernah menanti dan tak ingin mengerti sebab hidup bukan mimpi sebab setiap mulut ingin diisi dari kursi yang tinggi berita-berita dikemas setiap pagi pembangunan berhasil di sanasini gedunggedung menjulang tinggi bukti kemiskinan teratasi
tapi, ia harus mencari sesuap nasi di tengah hurahura korupsi kadang huruhara demonstrasi membawa berita setiap pagi buat dibaca kaum akademisi
ia lelaki kota ini berkacamata tebal selalu bertopi tak bergeming dengan janjijanji beritaberita yang ia bawa setiap pagi kabar sukses negeri ini mahasiswa ikon komoditi hingga kampus jadi pusat industri
ia terus mencari sesuap nasi sebab anak bini telah menanti koran terjual perut terisi ia bukan lelaki sekolah tinggi
231
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
esok hidup lebih pasti dari harihari yang dilalui
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar tahu isi kepala pemimpin negeri dengan segala taktik dan strategi duduk di kursi tinggi bergengsi mau dibawa ke mana ini negeri
ia memang bukan lelaki terbuat dari besi hidup meloper satu generasi negeri sukses tak pernah ia cecapi sebab keringat dan daki setiap hari untuk penuhi janji kulit hitam terbakar matahari tak pernah membuatnya harus menagih bukti dan tak ingin mengerti apa isi beritaberita yang ia bawa setiap pagi walau janji mainan ilusi tak ubah nasib ini juni 2013 sebuah penghargaan buat kesetiaan pada hidup janji seorang lelaki loper
232
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ia sadar sepenuh hati setiap pagi korankoran telah menanti untuk diantar sebelum sarapan pagi mengayuh sepeda melawan matahari
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
dari jendela apartemen tua siang ini langit melukis garisgaris kristal tiris
ia lalu menemukan tubuhnya tertampung helai daun
menetas tetes dari selokan talang serambi depan awal gerimis itu ia bersimbah garis tiraitirai tipis nan awan berbarisbaris gerimis menipis hujan melukis hari dalam rindu tak berbagi dari jendela apartemen tua ada desah nafas yang menghela seperti hujan ia memecah awan dari kesendirian di langit siang membasahi jalan menyepuh dedaunan ranting dan dahan siang ini langit melukis garis garis kristal tiris seperti hujan
siang,21 mei 2013
233
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
seperti hujan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
madah puspaku kau basahi anyelir di taman dekat jendela kamarku ada mawar merah, ada anggrek bulan turut kuyub oleh ulah nakal airmu yang memercikmercik dari batu pancuran kolam kecil sudut itu. anak lohan lincah menarinari tatkala percikan air membasahi tubuh anyelir membasahi bibir mawar merah membasahi kelopak anggrek bulan kau basahi tanah kering yang terpanggang panas siang. pohon jambu depan jalan yang sempat menguning daundaun di sebagian dahan. pun dinding tembok rumah bagian belakang. percikmu menarinari di celah tambunnya awan hitam langit kelam seperti malammalam tak berbintang gordin kamar seperti menghindar sebab lincah percikmu terus menggoda biar kau dapat mengintaiku dari jendela. sesaat itu rindu kusimpan di bawah bantal tapi... memang hujan memendam harapan anyelir di taman dekat jendela kamar seakan ingin merayu malam agar hujan tak pulang. harum mawar merah pun menarinari di sekujur hujan mencumbu, merangkul pinggang menggoda hujan agar menginap semalam di taman. anggrek bulan memamer jemari lentik pada hujan yang tersenyum. setiap tatapan lalu dimakna hujan terbersit rindu yang teramat dalam
234
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
percik hujan dekat jendela
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
sayang... malam ini hujan terpaksa pulang. walau esok anyelir, mawar merah, anggrek bulan sungguh menyimpan rindu di balik makna kehadiran : selamat tinggal. selamat malam
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
23 september 2013 terinpirasi dari taman key virginia woolf
235
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
puisi pagi selamat pagi, tuan ! sarapan telah disediakan koran sudah datang
kalau tuan perlu kendaraan supirsupir telah disiapkan pedagang jalanan tak kelihatan
16 juni 2012
236
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bila tuan hendak berjalan sekitar kawasan telah aman jalanjalan telah dibersihkan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
ke seberang ia tidak lagi menanti sampan itu singgah di dermaga
rindu pada gadis seberang telah berulang menunggu angin datang gelombang pecah di karang
2014
237
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
sebab esok jalan setapak disusuri dengan sepeda
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
wangi jati pagi
semangat lelaki menjemput rindu di ujung jalan itu terus memburu sebelum matahari jatuh di bubungan atap rumah kayu lelaki di jalan sepi terus mendaki setapak demi setapak jejakjejak sepeda tak bertepi terus mengatur denyut nadi sebelum matahari jatuh di pucukpucuk jati
2014
238
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
langit pagi sembunyi dalam selaput kabut jalan setapak terasa dingin roda depan tertancap di pecahan cadas tersengalsengal nafas
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
jalan sepi puisi
dari tubuhku engkau menulis puisi puisi yang sepi puisi (yang terlanjur kauanggap) seraut elegi bahkan... dari tubuhku engkau ingin melukis hati jadi puisi puisi yang berjanji puisi (yang tak selera buat kaumaki) mati puisi tak berisi sudahilah... semua hasrat yang menggebugebu ambisi puisi dari tubuhku sebab (bukan kutaktahu) kau telah mencederai rasa kata kau telah melukai tanganmu yang mulai tak berdarah kau telah melukis langit yang bernanah tanpa warna tanpa makna
2014
239
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dari tubuhku engkau menulis puisi puisi yang lelaki puisi (yang mungkin kauanggap) diksi sejati
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
kujadikan saksi nukilan biolamu, belia gadis yang mencari grip dari binar suara alam memainkan string pada alunan nada: dage dari jemari yang menari genit dan lembutnya sapaan bow rampak dawai yang membuai ... yang belajar dari konsonan semesta yang membatin di rimbunan pelepah sawitsawit padang bulan ... biola sang belia yang bersinar belia biola yang terus berbinar
2014
240
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
beliabiolabiola
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
tarian pagi, nanti terik mentari
di kanan kiri sayup senandung pagi nyanyian alam menyambut mentari ada rambutan ya merahmerah sekali memikat hati siapa nak minat akan beli selusur kampung petakpetak padi di bawah titi benih disemai petani kalau janji sudah melekat ke hati apa lagi yang diragu terus mendaki kebun tebu jelajah rute minggu pagi tanah berbatu di jalan mulus meninggi siapa sangka hari ke hari tambah lagi hendak tarian pagi sebelum terik mentari bahagia hati menyalin pagi janji bertepi tidak terukur dengan berbagai materi bukan harga yang menjadi ajang gengsi tapi semangat pagi ingin bersama lagi
minggu pagi, 8 januari 2012 dengan peserta rute "tarian pagi, nanti terik mentari" delapan orang: sofyan, wito, matondang, budi, anggie, iwan, yus, me (lbj)
241
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pedal menari dendang irama kaki bawa lelaki di atas roda jelajah pagi merebut waktu dalam harmoni nadi sebelum mentari datang penuhi janji
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
penyihir yang menyair
rumah berdiam pada sejingkat senja atap rumbia, tiangtiang bambu penjala abrakadabra... penyair menyihir makna abrakadabra... penyihir menyair kata aduhai... semerbak aroma tandatanda bercengkerama ketika langit semburat jingga simsalabim... kata indah pun menaja simsalabim... ini puisi teranjaanja sukasuka ia bukan langit katakata yang menggantung awan ia bukan samudera makna yang menjaga harapan cuma penyihir malam yang rindu wajah rembulan cuma penyair yang mabuk di tengah kegelapan
18 september 2013
242
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ia datang dari semaksemak purba dan segenap wewangi bungabunga: kantil, melati, kenanga dalam dupa yang disepuh api kemenyan katakata
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
rindu berpeluh waktu
sepi liar meluka seluruh malam maqam dalam nisan tak tertoreh hari kelahiran di bawah kamboja putih yang meluruh pusara arakan awan hitam menggumpal langit diam terbujur di atas tiang lampu bulan terus merintih digelut awan hitam hidup tak lagi berwarna tak bermakna dari senja yang menyisakan nestapa dalam ruang batin luka asa menganga semua lalu biasabiasa, tak apaapa ia melukis rasa entah dibawa ke mana walau kuas tak kuasa uraikan gelora jiwa yang hilang ditelan gundahgulana hingga kanvas terus mewarna tak bersisa hitam pekat menggurat risau matahari tentang lelaki ditelan malam berpeluh dalam liangliang terperi habis mati hari mengapa pagi pergi ketika seorang diri sebelum bulan mendaki warna pelangi biarlah hari meminang rindu jadi benci tanpa sebait janji yang sempat dinanti sebab lelaki tak akan pergi kesekian kali untuk matahari yang hadir setiap pagi
2012 pesona dusta dalam liangliang tak berhingga
243
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
tinggal sesanting cerutu di jari lelaki itu ia melukis tragedi tarung di kanvas sisa tentang selingkuh bulan pada matahari yang terus menggerus waktu ke ubun
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
bangau pagi
aku ingin menari bersamamu bangau di atas sepedaku yang mengejar embun pagi di ladang tebu ini kita bercumbu kesekian kali seperti kekasih yang lama telah dinanti
hamparan ladang tebu payabakung, pagi minggu, 14 April 2013
244
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
walau kepakkepakmu terbang rendah sebatas dada
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
secuil angan bolehkah aku beranganangan..?
bolehkah aku beranganangan..? kotaku bersih dan selalu aman tak ada pencuri sembunyi atau terangterangan sampah tak dibuang sembarang dari kendaraan bolehkan aku beranganangan..? kotaku tersedia krankran airnya bisa diminum para pejalan lampunya terang di setiap sudut kawasan bolehkan aku beranganangan..? kotaku tetaplah kota medan dari dulu hingga kapankapan warisan kota dan budaya tak hilang ditelan zaman
april 2013
245
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
kotaku sejuk dan nyaman pengguna jalan setia sekawan tak menyalib tibatiba di tengah jalan
Selamat Pagi Puisi
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
pulanglah angin biarkan aku sendiri malam ini menunggu janji pagi mendulang sepi dalam dinginnya diksi lalu menyulamnya jadi puisi ... pulanglah angin biarkan aku setia menanti datangnya pagi menjaga malammalam yang mengajarkan aku melihat gelap dengan mata hati
dinihari, 3 agustus 2014
246
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
pulanglah angin
epilog
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
Perjalanan Telinga, Mata, dan Kata
S
epeda. Di suatu pagi, di hari Minggu, bunyi nada dering handphone telah membangunkanku dari tidur. Dengan malas kuambil hpku dan kubaca sebuah pesan singkat dari Zulkarnain Siregar, “Awak di rumah?” begitu bunyi pesan terbaca. “Ya,” balasku singkat. “Boleh aku singgah ke rumah,” lanjutnya sesaat kemudian. “Datanglah, ‘nggak apa,” balasku lagi. “Ok, makasih yo,” katanya lewat balasan smsnya terkahir. “Ting…,” bunyi bel sepeda terdengar di depan pagar rumahku. Senyum lebar terlihat di wajah Zulkarnain Siregar sambil ia menuntun sepedanya masuk ke halaman. Kemudian ia menyandarkan sepeda tersebut di tiang batu teras rumahku. “Apanya kabar?” tanyanya. “Baik,” sahutku. Teh manis dan roti panggang pun menemani kami berdua ngobrol di pagi hari itu.
247
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Sepeda:
epilog
PULANG KE HULu
Sedikitnya satu minggu pagi dalam sebulan, Zulkarnain Siregar singgah di rumahku. Wajahnya selalu cerah dan ceria. Sepeda pun selalu lekat dengan dirinya. Tak pernah lagi ia kudengar bicara hal-hal besar; khususnya apa saja menyangkut politik, ideologi dan budaya yang menjadi “topik bincang” kesenangannya. “Sepeda” selalu saja menjadi pembuka kata. Satu kata yang mengawali segala apa yang dirasakan dan dialaminya; tidak hanya membicarakan keadaan kota di mana ia tinggal, perkampungan pinggir kota yang bergantian kerap mingguan dikunjunginya, akan tetapi juga semua perjalanan ke tempat-tempat lain yang ia alami dan lalui bersama sepedanya. “Sudah awak lihat puisiku di facebook?” begitu tanyanya suatu kali ia berjumpa denganku sambil tertawa lebar. “Baru aja aku pulang dari Bukit Tinggi,” lanjutnya bersemangat. Kujawab, “Sudah!” satu jawaban yang bukan sekedar untuk menyenangkan hatinya. Dengan sepeda ia mendengar apa yang dilaluinya. Dengan sepeda ia melihat apa yang dijalaninya. Dengan sepeda pula ia menuliskan bait demi bait puisinya. Di beberapa puisi ia menceritakan satire tentang kehidupan kota dan manusianya. Di puisi-puisi lain ia bercerita tentang prilaku hedonisme dan hipokrasi
248
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
Zulkarnain Siregar
epilog
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
Apa yang bisa terjelaskan, menurutku, hasrat Zulkarnain Siregar untuk melahirkan “kata” lewat kumpulan puisinya “Pulang Ke Hulu” adalah sebuah kehendak perjalanan kesaksian atas “telinga” dan “mata”nya. Roda sepeda yang berputar, sebagaimana jarum jam yang berputar, berputar-putar terusmenerus mengikuti kata hati si pengendaranya, kemana ia hendak dibawa. Sulit untuk mengatakan apakah sepeda yang mengilhami “kata” dan si pengendara menyudahinya, atau pula sebaliknya? “Awak harus kenali dulu sepeda awak itu. Tak perlu dipaksa berjalan jauh dulu. Menurun dan tanjakan ada kiatnya. Nanti, lama-lama terbiasalah itu,” begitulah kata-kata yang meluncur dari mulutnya sehabis kami bersepeda seputar kampungku. “Kata” (baca: “puisi”) dan “sepeda” menghendaki “kiat” dalam mengenalinya terlebih untuk memaha-minya. Begitulah yang
249
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
bangsanya. Ia juga menorehkan ingatannya pada tokoh dan filsuf masa lalu yang mungkin telah menginspirasi hidupnya. Puisi-puisinya juga tak lepas dari cerita tentang alam, bahasa dan manusianya. Ia mengembalikan sebuah tafsir dan perenungan tentang “ibu” sebagai sebuah kata yang melampaui ujaran keseharian.
epilog
PULANG KE HULu Zulkarnain Siregar
Akhir kata, “Pulang ke Hulu,” adalah sekumpulan cerita-cerita puitis--atau “puisipuisi” bercerita—yang dilahirkan dari perjalanan Zulkarnain Siregar dan sepedanya. Sepeda, memperluas telinga dan mata; memperluas cakrawala; memperluas kata dan kata-kata; memperluas apa yang selama ini ada dan berada. Namun, akhirnya ia senantiasa kembali ke hulu, kembali menuju ke kesunyian kalbu, memahami isyarat dan syariat orang-orang terdahulu, apa yang sesungguhnya yang hendak dituju; seperti satu cuplikan bait pada puisinya, ” “Pulanglah angin, biarkan aku setia
menanti, datangnya pagi, menjaga malammalam, yang mengajarkan aku melihat gelap dengan mata hati …” Medan, Oktober 2014
Irwansyah Harahap Ketua Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU
250
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
dapat kucerna di balik kesan obrolan yang sering kulakukan dengannya.
A
l d L l Jn g ( L n r L n i Jn g) l Med ,1 J u 1961. B i s E m d pasn n . I nt Sy w n S eg d M h ma Ib Mua S eg , ern u u yn l m jl n n y P ln H , Q r A l An A b . J .G ud S S k n .B Med .
Tn g P n
Sk l
AR
nm
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
ad l
N I R
ng j S U,P i Med , A, U,U ri t a Si ng m ng r j I , T ng Ag m Bud h ,d U ,Tu Ny 'D , d rp kl was t Med Jug y e pat lj P Med , S U,P k l o A. M
i R Bud y H .Wa pad j t 1981,H .M b U , H .An i s d M jl M ha iw Katri, Wac n M jl Sasr H i s . Iu ng ag a d ri a K l p S u Pad n B l ( B)Med , K i t a Tm ,d K i t a B r nd , P l I nd ei ( k i t a ed n) . M iB T ng : C et -C et K ud ya N kt (ntl o es ,1986) ; S nd n B nd J n g ( K l P i 20 1) , K l P i B rsm : M nu T ( L bs a Med 2012) ; Si i N , Antl o P i Du B has Bat - I nd ei ( Gr e i 2013) ; Re Bua G z ( G i t Bi os t ) , J l P l n ,( G i t Bi os t ) , S S j Ta T b ( Mir , 2013) ; d M m n P ei ( F Sasr S r k 2014) .
Se t e g u k , T u r u nMi nu m a nd a i k a nnu s a nt a r ai t u h a mp a r a ns a wa h y a ngmu l a ib e r b u a h d id u s u nt u ng g u r o no
PULANG KE HULU @Zulkarnain Siregar Penyair Medan - Sumatera Utara
r a mb u t a nme r a h y a ngma ni s l e k a ngt a kb e r a i r d ik a mp u ngt a nj u ng
j e mb a t a np a nj a ng y a ngme l i nt a ngd ia t a s s u ng a iwa mp uy a ngt e na ng b u ny is e nt u h a na ng k l u ng r a mp a ka k o r d i o nk e c i k s e k e t i k ame l a nt u nt a nj u ngk a t u ng
g a u ngh a r mo nik e h i d u p a n d a r ib a l i kr u mp u nr u mp u na u r d ih u t at i ng g i t a r i a nk i p a ng , k e r a ngd a nk e p a hd ip a ng k a l a nb i d u k p a s i rp u t i hs e r d a ngb e d a g a i a k ua k a nb a ng u nl e b i hp a g i me nj a g ae mb u ns e t i a ph a r i a g a rt a kj a t u hk a r e nat e r i kma t a h a r i s u nd a yb i k e 2 4 08 2 01 4 I SBN9786027163812
9 7 8 6 0 2 7 1 6 3 8 1 2 PENERBI TALHAYAT
Zu l k a r na i nSi r e g a r