D apur Redaksi
Dapur Redaksi
Senantiasa Berkarya Dalam Keterbatasan
Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebagaimana tuntutan pada era globalisasi saat ini, bahwa pemberitaan dan informasi sangat dibutuhkan masyarakat. Peran media telah menjadi sarana yang sangat dominan, karena efektif dan efisien. Sehingga dengan medialah pemberitaan dan informasi itu dengan cepat diterima masyarakat. Meskipun dibatasi oleh segala bentuk keterbatasan, Majalah Genggong kembali terbit dengan wajah dan manajemen baru. Ide awal munculnya Majalah Genggong dengan wajah baru ini berasal dari sahabat Qomar, meskipun Majalah ini untuk melanjutkan terbitan Majalah Genggong lama, yang sempat tersendat penerbitannya. Namun, dengan dilatarbelakangi pemikiran untuk kemajuan dalam segi informasi, menyambung silaturrahim dan salah satu bentuk pengabdian untuk almamater Genggong, maka terbitlah Majalah yang sekarang berada di tangan para pembaca budiman ini. Agak canggung memang, ketika kami memulai berdiskusi untuk menindak lanjuti ide cemerlang Qomar. Maklum saja, lumrahnya organisasi yang baru mengadakan restrukturisasi. Tapi Alhamdulillah, bermodal semangat, semua rasa canggung itu bisa teratasi. Senada dengan judul diatas, Majalah Genggong edisi ke-2 ini mengalami banyak perubahan. Dari mulai restrukturisasi pengurus, perubahan rubrik, hingga style majalah. Meskipun mengalami banyak perubahan, Majalah Genggong senantiasa berusaha menjadi media yang selalu haus akan kreativitas. Oleh karenanya, patutlah kami memanjatkan Puji Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena tanpa karunia-Nya, mustahil Majalah Genggong dapat menyajikan informasi-informasi yang saat ini bisa pembaca nikmati sajiannya. Akhirnya, semoga Majalah Genggong mampu menghadirkan sesuatu yang bermanfaat, wadah komunikasi dan silaturrahim, wadah berbagi informasi, sekaligus menjadi sumbangsih untuk kemajuan bersama. Selamat membaca‌.. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Redaksi
Redaksi menerima tulisan, artikel, opini, cerpen, puisi, atau karya ilmiah yang lain. Tulisan adalah karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Redaksi berhak merubah bahasa atau tulisan yang dimuat, senyampang tidak merubah maksud dan isi tulisan. Usulan, saran, kritik atau info penting untuk Majalah Genggong silahkan kirim via Email ke: majalahgenggong@yahoo.com atau via sms: 085233333324 (ayex), 085257846353 (Qomar). dengan menyertakan nama dan alamat.
3
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
D aftarDaftar Isi Isi
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
44
S urat Pembaca
Surat Pembaca
Edisi ke-2 Yang di Tunggu-Tunggu Setelah cukup lama menunggu, akhirnya terbit juga edisi kedua majalah Genggong yang kami tunggu-tunggu. Waow, dengan tampilan yang berbeda dan lebih menarik, bakal tidak puas jika belum baca hingga tuntas. Sajian berita yang diangkat sudah lebih aktual, dengan seabrek persoalan mulai dari pendidikan hingga nilai-nilai ke-Islam-an yang mulai terkontaminasi oleh modernitas yang mengatasnamakan budaya. Namun, akan lebih bagus lagi jika majalah Genggong juga dapat dinikmati oleh para alumni dan simpatisan di Jawa Timur secara keseluruhan. Bukankah ribuan alumni pesantren Zainul Hasan Genggong telah tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, bahkan DKI Jakarta. Lutfi Hidayat / Alumni PZH Saran anda sangat menarik. Kami memang mengusahakan secara bertahap majalah Genggong bisa dinikmati oleh seluruh alumni, simpatisan, tentunya juga masyarakat umum. untuk itu, dukungan dan peran serta dari alumni dan simpatisan Pesantren Zainul Hasan Genggong sangat kami butuhkan. utamanya soal marketing. Salam Genggong!!
Pemasaran dan Tulisan Monoton Genggong Assalamu Alaikum…. Salam kenal...nama saya Ana, dari lumajang. saya baru tau kalau Genggong sudah pernah menerbitkan majalah Genggong dalam 2 minggu terakhir ini, padahal edisi terbitnya sudah sangat lama sekali. Saya taunya juga dari saudara saya dikraksaan yang alumni Genggong. Berdasarkan pengalaman saya ini, sedikit saran untuk Redaksi Genggong, pemasarannya mohon diperluas, dan tidak monoton alumni Genggong saja yang menjadi segmen pasarnya. Termasuk juga mengenai masalah tulisan, unsur Genggong sangat kental, hingga saya (salah satu pembaca) sempat berpikir ‘kok banyak Genggongnya yang dibahas?’. Meskipun majalah ini adalah majalah Genggong, saya rasa tidak ada salahnya jika tulisan-tulisannya lebih merambah ke dunia luar. Demikian sedikit saran dari saya, semoga edisi kali ini lebih baik dari sebelumnya. Wassalam. Ana, simpatisan dari lumajang. Wa Alaikum Salam… Kali ini majalah Genggong sudah tampil beda seperti yang anda harapkan. Kami sedang berusaha keras agar majalah Genggong, Disamping bisa dinikmati dan diterima oleh seluruh alumni dan simpatisan, juga oleh seluruh lapisan masyarakat. Kritik dan saran yang membangun tetap kami harapkan. Tetap pantau Majalah Genggong !! Wassalam…
5
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
E ditorial Editorial Komoditas Terlaris; AGAMA Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al Quran Surat Al Hujurat : 13) Persoalan agama, apapun bentuknya, tidak pernah habis untuk dibahas. Beragam penelitian, penentuan format, tipologi bahkan metodologi untuk mengurai dan menemukan benang merah permasalahan agama sampai saat ini masih belum bisa menuntaskan problematika di dalam agama. Hal ini bisa dianggap wajar, ketika persoalan agama, baik dalam ranah spiritualitas maupun sosial, selalu berdinamika dengan zaman. Sehingga, problem solving yang dimunculkan harus selalu up to date. Misal, pada dasawarsa 1980 hingga 1990, konflik lintas agama tidak begitu mengemuka di Indonesia. Namun, setelah era reformasi yang ditandai dengan runtuhnya Rezim Orde Baru (The New Order Regime) pada tahun 1998, seiring dengan labilnya pemerintahan, labil pula kedamaian interaksi sosial yang melibatkan beragam etnis, agama dan berbagai elemen bangsa. Memang, peran pemerintah Orde Baru sangat signifikan untuk membungkam berbagai organisasi yang dianggap bisa “mengganggu” stabilitas nasional. Kemudian, pada tahun 2000 hingga kini, konflik agama tidak lagi melibatkan persoalan lintas batas agama tertentu, melainkan lebih pada internal agama masing-masing, khususnya Islam. Konflik internal ini ditandai dengan maraknya perbedaan masing-masing aliran Islam dalam pemaknaan tauhid dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada perbuatan baik dan mencegah terjadinya keburukan). Yang imbasnya kemudian, adanya tindak kekerasan untuk menandai wilayah kekuasaan politik, ekonomi dan sebagainya. Perbedaan Sebuah Keniscayaan Sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW selaku pembawa otoritas tunggal, maka sejak saat itulah mulai muncul perbedaan pendapat dikalangan umat Muslim. Hal ini wajar, karena ketika Nabi SAW masih hidup, semua penafsiran terhadap teks al-Qur’an sebagai sumber hukum utama, otoritasnya ada pada Nabi SAW melalui Hadits dan jejak langkah kehidupan Nabi SAW. Setelah Nabi SAW wafat, maka pemegang otoritas tersebut menjadi beragam sesuai dengan keahlian dan paradigma masing-masing penerus Nabi SAW. Dari sinilah muncul berbagai bentuk, corak dan warna berbeda dalam agama Islam. Semua perbedaan tersebut memiliki kekhasan karakteristik dan pemahaman akan teks al-Qur’an maupun Hadits yang beragam. Menjadi mungkin jika dikemudian hari, perbedaan itu menjadi akar konflik, meskipun ada unsur lain yang turut mempengaruhi. Menurut Dahrendorf, munculnya konflik karena adanya kegalauan yang bersumber dari ketidakserasian esensi berbagai macam komponen kehidupan. Dari sini, konflik bisa terjadi karena tidak adanya pemerataan ekonomi, perebutan kekuasaan politik, perbedaan pandangan kebudayaan, dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Sehingga, seringkali
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
6
|| Komoditas Terlaris; Agama || terlihat, agama hanya dijadikan sebagai simbol untuk mencapai kepentingan-kepentingan duniawi belaka. Agama menjadi lahan subur untuk mengeruk keuntungan pribadi dan golongan. Hal ini tidak terlepas dari adanya “candu� dalam agama sebagaimana yang pernah dikatakan Karl Marx, dan bahwa agama menjadi satu-satunya tempat yang bisa memberi harapan kehidupan yang lebih baik, meskipun sedang berada dalam keterpurukan. Tak ayal, para pemeluk agama merupakan orang-orang yang sangat patuh dan mempunyai harapan besar akan kehidupan transendental. Tapi, ironisnya, kepatuhan ini seringkali menjadi bias dan justru dijadikan komoditi segelintir orang untuk mengeruk keuntungan pribadi. Sehingga dari sini, ketegangan, kecemburuan sosial dan konflik akan mengemuka seiring perbedaan kepentingan personal yang saling tarik-menarik dan tidak menemukan kesepakatan. Bisa jadi, konflik agama merupakan hasil design beberapa kelompok untuk mencapai kepentingan tertentu yang tersembunyi, hidden agenda. Dari sini, akan ada konspirasi untuk menjadikan konflik agama sebagai alat mencapai tujuan tertentu yang sifatnya kepentingan pribadi maupun kelompok. Pada dasarnya perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang harus ada untuk memberi nuansa, warna, bentuk dan corak yang heterogen supaya bisa saling melengkapi. Talcott Parson mengatakan bahwa tertib sosial ditentukan berdasarkan hubungan timbal balik antara sistem-sistem kebudayaan, sosial dan kepribadian. Sehingga, jika semua kebutuhan dasar manusia terpenuhi, design apapun akan menemukan kesulitan untuk memunculkan konflik atas nama agama. Malinowski mengatakan bahwa keutuhan akan terjadi bila satu wilayah kehidupan dilandasi secara kuat oleh keuntungan timbal balik “reciprocity� dibawah prinsip-prinsip legal. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi SAW di tahun 622 M dalam membentuk Negara Madinah, tertuang dalam konstitusi yang disepakati bersama melalui kontrak sosial, Piagam Madinah. Piagam Madinah (Shahifatul Madinah) juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah). Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah. Nabi SAW telah memberi petunjuk bagaimana mengelola sebuah negara yang penduduknya heterogen. Meskipun di Yathrib hidup berbagai komunitas yang beda agama, tapi bisa hidup rukun di bawah naungan Piagam Madinah. Alangkah indahnya menjadi satu bangsa, satu ummah, tanpa disertai gesekan konflik. Bagaimana Indonesia? Jangankan berbeda agama, dalam satu agama yang terdiri dari banyak aliran saja masih menuai jalan buntu... Redaksi Tarif iklan Majalah Genggong *Cover belakang luar berwarna Rp. 3.500.000,- *Cover dalam depan berwarna Rp. 2.500.000,- *Cover dalam belakang berwarna Rp. 2.250.000,- *1 halaman dalam berwarna Rp. 1.750.000,- *Setengah halaman dalam berwarna Rp. 1.250.000,- *1 halaman dalam hitam putih Rp. 1.000.000,*Setengah halaman dalam hitam putih Rp. 500.000,-
7
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I broh
Ibroh
Prolog
Mencari Islam Otentik
Ada Apa Dengan Negara Islam? Dinamika perkembangan peradaban Islam, memberikan sumbangsih cukup besar tehadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang. Dengan banyaknya penemuan yang pernah dilakukan oleh ilmuwan Muslim, menjadi landasan bagi perkembangan pengetahuan sekarang. Sebagaimana Ibnu Kholdun dengan Muqoddimahnya, memberikan landasan bagi perkembangan disiplin ilmu Sosiologi. Ibnu Sina dengan karyanya al-Qonun fi at-Thib menjadi acuan dalam perkembangan dunia farmasi, anatomi dan kesehatan. Serta sejumlah ilmuwan lain yang sumbangsihnya bagi perkembangan pengetahuan tak ternilai harganya. Merunut dari apa yang telah dicapai oleh peradaban Islam, tidak menutup kemungkinan, dan juga berbanding sebaliknya, bahwa Islam dengan dinamika yang dimiliki, mempunyai ruang berdialektika yang kompleks. Dalam berbagai bidang, Islam telah menunjukkan bahwa nilai yang terkandung di dalam ajarannya mempunyai beragam perspektif, serta menimbulkan perbedaan pandangan dunia (welstanchauung) antara ulama’ yang satu dengan lainnya. Akar perbedaan tersebut, bisa dilihat dari pola pemahaman dan paradigma (manhaj) penafsiran terhadap teks Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum dan nilai-nilai agama, serta adanya penyesuaian penafsiran teks al-Qur’an dan Hadits tersebut terhadap konteks. Bagaimana upaya mendialogkan teks dengan konteks. Kini, di Indonesia, telah lama muncul beragam perbedaan yang ternyata menyulut konflik. Sebagaimana kita tahu, gerakan radikal Islam di Indonesia seringkali menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencari dan memaksakan pemahaman Islam yang benar-benar otentik. Seperti yang dicontohkan oleh gerakan-gerakan Islam garis keras, juga gerakan Islam salafi jihadi, yang memperjuangkan Islam dengan jihad. Juga, muncul lagi Negara Islam Indonesia (NII) yang sampai sekarang masih dilakukan pelacakan siapa dalang dan pimpinan tertingginya. Lalu, mengapa perbedaan harus dimaknai sebagai jurang pemisah? Apakah perbedaan antar aliran dan pemahaman berbeda bisa memunculkan ummat yang satu? Apa sebenarnya Islam yang benar-benar murni tersebut? Bagaimana menerapkan Islam otentik di tengah majemuknya masyarakat Indonesia? Apakah dipandang penting mendirikan Negara Islam di Indonesia? Berikut ulasan redaksi Genggong dari beberapa sumber. Silahkan menyimak! Laporan: Imron Fahim, Abdillah Luthfi, Ibnul Arobi, Kasyiful Anwar
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
8
I
broh Ibroh
Mengurai Benang Kusut Islam Otentik di Tengah Perbedaan dan Kepentingan
“...radikalisme menciptakan image bahwa agama Islam tidak bisa berinteraksi sosial dan penuh dengan kekerasan, sektarian, dan eksklusif...” KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH. MM Dewan Tanfidziyah PWNU Jawa Timur
Saat berbicara tentang Islam otentik, Tim Majalah Genggong teringat kembali pada buku karya Robert D. Lee, seorang Professor Ilmu Politik di Colorado College, yang berjudul Overcoming Tradition and Modernity: the Search for Islamic Authenticity (1997). Dalam buku itu disebutkan gerakan mencari Islam otentik di dunia Islam terjadi sejak pertengahan abad ke 18. Pencarian otentisitas Islam ini sebagai bentuk perlawanan umat muslim terhadap kolonialisme bangsa Barat yang mencengkeram wilayah komunitas muslim. sehingga menyebabkan Islam mengalami stagnasi atau kemandekan yang luar biasa di berbagai sektor kehidupan. Namun pencarian tim Majalah Genggong agak sedikit berbeda dengan yang digambarkan oleh Robert D. Lee. Bukan berorientasi pada penegakan dan pengamalan Islam masa lalu atau yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW dan
9
para sahabatnya melulu. Namun juga berorientasi pada kondisi kekinian, yang mencoba mendialogkan Al-Qur’an dan Hadits dengan konteks kekinian ditengah beragam tuntutan kehidupan, perbedaan – perbedaan, dan kepentingan yang terjadi di Indonesia. Definisi Islam otentik sendiri hampir mengalami persamaan dikalangan organisasi ke-Islaman Indonesia. KH. Abdullah Samsul Arifin, Ketua Umum PCNU Jember, menyatakan Islam otentik adalah Islam sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan dipratekkan bersama-sama oleh Sahabat. Walaupun kemudian tampilan Islam pada saat para sahabat mengalami perubahan-perubahan pada aspek yang lain, yang sesuai dengan tujuan kemajuan zaman. Sama halnya dengan Prof. Thohir Luth, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur menyatakan, Islam yang benar atau otentik itu
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I broh
Ibroh
adalah ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, assunnah shahihah atau hadits Nabi yang sudah shahih. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian agama Islam. Standar yang sama tentang Islam otentik juga terasa di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), bagi Khoiri Sulaiman, Ketua HTI Jatim, standar Islam yang otentik tidak dilihat dari wilayah atau tempat manapun, akan tetapi dari sumbernya. Apakah bersumber dari dalil-dalil syara’ atau bukan. Adapun sesuatu yang lahir dari tempat misalnya kebiasaaan dan lain-lain selama tidak kontradiksi dengan Islam, sah-sah saja untuk tetap dipelihara dan dilestarikan. Namun sayang, ancaman perpecahan di internal umat muslim selalu muncul tatkala membicarakan wacana Islam otentik atau Islam murni. Hal ini dikarenakan upaya pembicaraan Islam otentik cenderung melahirkan sikap eksklusifitas dan klaim kebenaran terhadap umat muslim. Sebagian kelompok umat muslim mengklaim dirinya adalah yang paling otentik, sedangkan kelompok lainnya telah keluar dari Al-Quran dan Hadits. Polarisasi semacam ini coba ditepis oleh berbagai organisasi Islam, seperti Nahdlatul Ulama. Kelompok yang didirikan oleh Kiyai Haji Hasyim Asy’ari dengan basis keumatan di wilayah pondok pesantren ini mengambil pola pemahaman tasamuh, satu prinsip terpenting dalam Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja), yakni toleransi. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati di tengah perbedaan umat mulsim. Sehingga sikap eksklusifitas dan klaim kebenaran tidak muncul di tengah – tengah umat muslim. Klaim kebenaran dan eksklusifitas ini menjadi hal yang paling ditakuti oleh ormas Muhammdiyah. Bagi Prof Thohir Luth, sikap merasa paling benar merupakan arogansi sektoral yang harus dihilangkan. Perbedaan harus dihormati, karena umat muslim dimanapun memiliki hak yang sama untuk menafsirkan al-Qur’an, khususnya ayat-ayat sosial atau muamalah, yang oleh agama justru diperintahkan untuk
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
berijtihad. Perpecahan itu sendiri dipicu oleh perbedaan penafsiran atas dua sumber Islam yang otentik, yakni al-Quran dan Hadits. Bahkan pasca wafatnya Nabi Muhammad, Islam terbelah ke berbagai macam kelompok, seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Khowarij, Bukhoriyah, Jabariyah, Mujassimah, Murji’ah. Mu’tazilah kemudian pecah menjadi 20 golongan. Syi’ah pecah menjadi 23 golongan. Khowarij menjadi 20 golongan. Murji’ah menjadi 5 golongan. Jabariyah tetap 1. Bukhoriyah pecah menjadi 2 golongan. Mujassimah tetap 1 golongan. Bahkan pada konteks kekinian di tanah air, terdapat berbagai macam organisasi Islam, yang memiliki cara pandang dan pemikiran berbeda, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad, dan Hizbut Tahrir Indonesia. Bahkan kemudian muncul skematisasi corak pemikiran dan gerakan Islam, yang beraneka ragam, ada Islam Fundamental, Islam Tradisioanl, Islam Modern, Islam Liberal, dan Islam Radikal. Lubang perbedaan juga semakin menganga lebar tatkala umat muslim menafsirkan ayat-ayat dzhanni atau ayat– ayat muammalah serta saat menfasirkan teks Al-Qur’an yang tidak mewadahi kondisi atau realitas kekinian, semisal yang berkaitan dengan isu–isu kebebasan dan kesamaan hak. Lantas bagaimana umat muslim harus mencari benang kusut Islam otentik di tengah–tengah perbedaan ini? Dimana sumber Islam otentik sendiri, yakni Al-Qur’an dan Hadits menjadi pemicu perbedaan itu sendiri. Fenomena perpecahan ini dinilai sudah biasa terjadi. Bagi Prof. Thohir Luth, pria kelahiran desa Lohayong Solor Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini menjelaskan bahwa perbedaan itu sudah muncul sejak masa Sahabat Nabi dan perbedaan itu merupakan sesuatu yang wajar dalam Islam. Perbedaan ini dinilai hanya menyangkut pada permasalahan furu’iyah, bukan pada sesuatu yang sangat prinsipil. Seperti, Nabi kita adalah Nabi Muhammad SAW, dan kitab kita adalah kitab suci al-
10
|| Mengurai benang Kusut Islam Otentik di Tengah Perbedaan dan Kepentingan ||
Prof. Thohir Luth Ketua Pengurus Muhammadiyah Jawatimur
Qur’an. Perbedaan bisa dimaklumi jika terjadi pada penafsiran pada ayat-ayat yang konteksnya muamalah atau sosial, tetapi tidak pada ayat-ayat yang sudah pasti, semisal soal aqidah. Maka sudah tegas tidak boleh ada perbedaan dalam memahaminya, semisal dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Tuhan itu satu dan Nabi Muhammad adalah utusanNya yang terakhir. Lebih jauh, Prof Thohir Luth, Guru Besar Hukum Universitas Brawijaya Malang, menjelaskan saat terjadi kontradiksi antara teks dengan konteks, maka yang harus didahulukan adalah teks. Hal ini untuk menjaga kemurnian ajaran Islam. Kalau dalam ayatayat yang sudah pasti atau qath’i, seperti waris, laki laki dapat dua dan perempuan dapat satu, itu sudah tidak bisa diotak atik dan tidak ada ijtihad. Kalau kemudian ada
11
tuntutan kesamaan hak dan keadilan, maka kita diharuskan berdamai dengan sesuatu yang sudah jelas atau ayat ayat yang qath’i. Artinya kalau ada perubahan sosial yang berbeda dengan ayat yang qath’i, maka yang harus dirubah mindsetnya (cara berfikirnya) atau budayanya, bukan merubah dalil yang sudah pasti. Muhammad Abduh juga berpendapat bahwa hukum itu harus berdasarkan kepada al-Qur’an dan Hadist. Tapi, adat juga bisa menjadi hukum sepanjang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadist. Hal senada juga diungkapkan oleh Khoiri Sulaiman, Ketua HTI Jatim yang lahir di Lamongan pada 12 Nopember 1969 silam ini menjelaskan bahwa Islam dijamin oleh Allah sebagai agama yang sempurna dan mampu menjawab problematika ma-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I broh
Ibroh
nusia kapanpun dan dimanapun. Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra menyatakan bahwa sungguh Allah telah memberi penjelasan dalam al-Qur’an ini kepada kita segala pengetahuan dan segala sesuatu, lalu Ibnu Katsir sesungguhnya Al-Qur’an mencakup segala pengetahuan yang bermanfaat seputar berita masa lalu dan pengetahuan sesuatu yang akan terjadi masa yang akan datang, mencakup hukum segala yang halal dan haram, dan sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam urusan dien, dunia dan kehidupan mereka”. Menurut Khoiri Sulaiman, pria yang aktif di HTI sejak 1994 ini mengatakan bahwa untuk menjawab realitas yang berubah dari waktu ke waktu, Islam telah memberikan metodenya berupa ijtihad. Diantaranya dengan memahami illat syar’i yang ada pada nash. Misalnya ketika ada pertanyaan bolehkah Negara mengusir musuh dengan rudal, padahal didalam teks al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah tidak pernah digunakan oleh beliau dalam peperangan, maka hal itu dijawab dengan illat syar’i di QS. AlAnfal 60 yaitu kata turhibuna bihi aduwallahi waaduwwakum (mampu mengetarkan musuh Allah dan musuh kalian), maka dengan adanya lafadz ini, maka Negara berperang memakai tank, dan rudal untuk melawan musuh adalah ijtihad yang benar sekaligus sesuai dengan realitas kekinian. Bukannya Negara malah ngotot berperang memakai anak panah dan unta atau kuda karena ingin mencontoh Rasulullah SAW. Dalam pandangan NU, pencarian hukum fiqh (istimbath al-hukmi) terdapat metode Ijma’, Qiyas, Istihsan, Maslahah Mursalah, Syududz Dzariah, Istishab, dan ‘Urf. Dalam keenam metode ini dijelaskan tentang penyikapan terhadap kontradiksi yang terjadi antara nash dengan realitas yang ada. Di tengah banyaknya golongan dan madzhab dalam Islam semacam ini, lantas muncul sebuah pertanyaan apakah Islam otentik masih ada? Jika jawabannya Islam otentik masih ada, maka timbul pertanyaan lain, Islam otentik yang mana? Ini pertanyaan lama, namun hingga kini sulit dijawab
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
“Puncak tujuan utama dari aliran liberal, yaitu menghilangkan kesakralan dan kesucian agama” dan dijabarkan. Karena bentuk jawaban hanya akan membawa kita pada masalah lama lainnya, yakni sikap saling mengklaim, bahwa dirinya dan kelompoknya yang paling benar dan orang lain salah, bahkan kafir. Sebenarnya, yang paling mendasar dalam pencarian Islam otentik adalah pencarian pada nilai – nilai universalitas yang mendasari Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Pada kontesk inilah Islam otentik masih menemukan momentumnya untuk diterapkan pada konteks kekinian. Bukan pada tataran formalitas doktriner ajaran Islam saja otentisitas Islam diperjuangkan, yang pada akhirnya berujung pada polarisasi perpecahan di internal umat mulsim. Namun, pada tataran nilai – nilai yang menjadikan agama Islam satu dan kokoh. Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an tentang ayat pluralisme dan Ukhuwah Islamiyah, bahwa Allah menjadikan diantara kalian laki laki dan perempuan, bersukusuku dan berbangsa-bangsa, supaya kalian saling mengenal. Prof. Thohir Luth, menuturkan bahwa inti dari Islam otentik adalah Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, memberi manfaat, memberi kebaikan, memberi kedamaian dan kenyamanan kepada sesama manusia di muka bumi ini. Lebih jauh, suami dari Siti Nilawati Suttan Achmad ini, menjelaskan bahwa pencarian atas Islam otentik jangan terlalu dicampuri dengan eforia dunia. Karena banyak umat muslim mencoba menarik-narik dalil dan ayat agar sesuai dengan kesenangan dunia. Mereka memaksakan makna tertentu pada ayat hanya untuk kepentingan sesaat. Hal ini mer upakan bahaya laten, yang harus diwaspadai. Jadi bukan hanya komunisme yang harus diwaspadai, tetapi juga
12
|| Mengurai benang Kusut Islam Otentik di Tengah Perbedaan dan Kepentingan || kan kesakralan dan kesucian agama. Sedangkan radikalisme ada beberapa faktor. Pertama, Merupakan gerakan dari orangorang yang mema-hami agama tidak secara utuh atau parsial. Sehingga mereka tidak memahami secara benar bagaimana manhaj atau implementasi ajaran agama di negara heterogen seperti Indonesia. Kedua, Gerakan ini kemungkinan datang dari luar dan merekrut orangorang dalam, yang memiliki kepentingan pribadi. Gerakan dan pemikirannya dikemas dengan baju agama, karena agama KH. Abdullah Samsul Arifin merupakan market yang paling Ketua Umum PCNU Jember menjanjikan untuk mencapai kepemikiran pentingan kekuasaan politik dan terstruktur yang merusak Islam, seperti uang. Ketiga, gerakan dan pemikiran ini liberalisasi, sekularisasi, dan radikalisasi. diback up dan dikendalikan oleh orangPemikiran dan gerakan terstruktur orang yang tidak suka Islam, seperti Yahuyang sengaja diciptakan oleh pihak ketiga di. Hal ini untuk menciptakan image bahwa untuk merusak Islam ini dibenarkan oleh agama Islam tidak bisa berinteraksi sosial KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH, dan penuh dengan kekerasan, sektarian, MM, Ketuavv Umum PWNU Jatim. Ia men- dan eksklusif. jelaskan bahwa semenjak era reformasi Untuk menghadapi itu semua pencarian itu terjadi transnasionalisme. Termasuk Islam otentik yang bersumber pada Aldidalamnya menyangkut masalah teologi Qur’an dan Hadits, dengan mengedepankmaupun ideologi. Yang paling kelihatan, an nilai - nilai Universalitas, bukanlah kasat mata, sekarang adanya aliran-aliran isapan jempol belaka. Melainkan sebuah liberal dan radikal fundamental. Pada um- tuntutan untuk terus mendialogkan Islam umnya liberal itu datang dari “Barat”, jadi dengan konteks kekinian, agar Islam terus pusatnya dari Barat, channelnya juga dari maju berkembang pesat dalam berbagai Barat. Sedangkan radikal kebanyakan dari bidang dan mampu menjadi penyumbang “Timur Tengah”. bagi kemajuan peradaban dunia. Mencari Lebih lanjut, pengasuh Pondok Pe Islam otentik sebuah upaya untuk melawan santren Zainul Hasan Probolinggo ini, segala bentuk penghancuran oleh gerakan menjelaskan bahwa Indonesia menjadi dan pemikiran terstruktur, yang sengaja sasaran kedua gerakan dan pemikiran diciptakan oleh pihak ketiga dalam internal tersebut. Hal ini karena Indonesia may- umat muslim sendiri. oritas penduduknya beragama Islam dan [If/Lut/Ib/An] merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Puncak tujuan utama dari aliran liberal, yaitu menghilang-
13
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I broh
Ibroh
Negara Islam Indonesia;
Bentuk Pelanggaran Konsensus Nasional D a l a m b e b e r a p a t a h u n t e r a k h i r, nama NII (Negara Islam Indonesia) makin populer saja. Bukan karena orga nisasi ini memiliki basis massa yang besar atau menonjol karena bidang tertentu. Melainkan karena NII cenderung dianggap berpotensi merongrong akar nasionalisme bangsa Indonesia. Sebab jika ditelusuri secara mendalam, NII rupanya memiliki komitmen kuat untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara. Benarkah demikian? Jika mengacu pada rekam jejak sejarah, jawabannya tidak salah lagi. Pada masa awal kemerdekaan, sebutan NII belum dikenal. Yang populer saat itu adalah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dik om andani Soek arm adji Maridjan Kartosoewirjo. Darul Islam yang berarti “Rumah Islam” pada mulanya adalah gerakan politik yang diproklamirkan pada 7 Agustus 1949, bertepatan dengan 12 Syawal 1368 H oleh Kartosoewirjo. Hal itu dilakukan di Desa Cisampah Kecamatan Ciawiligar, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. DI/TII pada awalnya dibentuk sebagai reaksi kekecewaan dari kelompok SM Kartosoewirjo. Khususnya terkait persoalan gagalnya sejumlah perundingan diplomatik dengan pihak Belanda. Puncaknya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dianggap merugikan pihak Indonesia. Yakni dengan tidak masuknya Irian Barat ke dalam penyerahan kedaulatan Indonesia. Organisasi ini dibentuk pada hari yang sama pelaksanaannya dengan KMB. Namun pada perkembangannya, per-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
juangan DI/TII bergeser pasca dinyatakan bubar secara de facto sekitar 1975. Yakni setelah tahun-tahun sebelumnya, TNI berhasil memadamkan pemberontakan yang dilakukan secara parsial di sejumlah daerah. Seperti pemberontakan DI/TII yang dilakukan di Aceh pimpinan Daud Beureueh pada 1953. Juga ada pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan pada 1950 yang dipimpin Ibnu Hadjar. Sementara di Jawa Tengah mengemuka nama Amir Fattah. Di Sulawesi Selatan, Kahar Muzakkar mendirikan DI/ TII pada 1953. Kar tos oew irjo sendiri baru berhasil ditangkap pada 1962 oleh TNI. Meski dinyatakan bubar, namun ru panya masih banyak pengikut setia DI/ TII yang tetap ber tahan pada prinsip organisasi. Mereka lantas menamakan diri sebagai kelompok baru dengan sebutan Negara Islam Indonesia (NII). Sayang, praktek pengembangan diri yang mereka lakukan banyak yang menyimpang dari prinsip Kartosoewirjo sebagai pendiri. Kelompok ini bergerak secara siluman dan tidak pernah menetap (nomaden). Mereka melakukan perekrutan yang cukup rapi. Hal itulah yang diyakini banyak kalangan, sebagai gerakan yang cukup berbahaya. Sebab motif perekrutan bukan hanya untuk mewujudkan tujuan merubah Indonesia menjadi negara Islam. Melainkan dengan menggunakan pola penggalangan dana besar-besaran. Caranya adalah dengan mewajibkan anggota yang telah direkrut untuk memberikan iuran wajib setiap bulan. Bahkan halal
14
|| Negara Islam Indonesia; Bentuk Pelanggaran Konsensus Nasional || digunakan berbagai cara untuk mendapatkan dana tersebut. Pun hal itu dilakukan dengan menerapkan ajaran yang melenceng jauh dari ajaran Islam. Sebut saja praktek meninggalkan shalat wajib 5 waktu, tidak perlu menutup aurat, hingga memutuskan pemberangkatan Haji sebagai kewenangan mutlak dari organisasi. Sehingga menafikan haji sebagai rukun Islam yang kelima. Ada pula tata cara menafsir Alquran sekenanya sendiri. Paling ekstrem, orang muslim yang tidak hijrah atau bergabung dengan NII, maka statusnya adalah kafir! Ada pula peristiwa lucu pada 15 Oktober 2008 lalu. Lokasinya di Tegal Gede Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sebanyak 16 orang anggota NII KW 9 menyatakan menolak berpartisipasi dalam Pemilihan Presiden RI 2009. Sayang, mereka menggambarkan penolakan mereka dengan cara menunaikan shalat Jumat dengan membelakangi kiblat. Akhirnya 16 orang itu pun ditangkap Polres Garut. Salah satu tokoh yang mengawal perubahan orientasi NII ini adalah Abdus Salam Panji Gumilang yang juga dikenal dengan sebutan Abu Toto. Ia adalah pemegang mandat dari Adah Djaelani, sesepuh NII, yang ditugaskan memimpin NII Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9). Di tangan Abu Toto, rekrutmen sesat dilakukan secara terorganisir dan berkembang pesat. Praktek rekrutmen yang dilakukan mirip dengan model multi level marketing (MLM). Pada 1996, Abu Toto lantas mendirikan pesantren Al-Zaytun di Desa Mekarjaya Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pada 2002, sebuah penelitian penting dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat di ponpes ini. Hasilnya ada 6 poin temuan penting tentang keterkaitan ponpes Al-Zaytun dengan NII KW 9. Berikut poinpoin dimaksud: 1. Ditemukan indikasi relasi kuat antara NII KW 9 dengan ponpes Al-Zaytun meliputi hubungan historis, hubungan finansial, dan hubungan kepemimpinan ponpes dengan
15
NII KW 9. 2 . Te r “...praktek meninggalkan dapat penyshalat wajib 5 waktu, impangan tidak perlu menutup aupaham dan a j a r a n I s - rat, hingga memutuskan pemberangkatan Haji lam yang di sebagai kewenangan prakt ekk an mutlak dari organisasi. NII KW 9. Khus usnya Sehingga menafikan dalam mo- haji sebagai rukun Islam bilisasi dana yang kelima...” mengatas n a m a k a n Islam, namun diselewengkan. 3. Ditemukan penyimpangan paham ke agamaan dalam masalah zakat fitrah dan kurban yang diterapkan Abu Toto sebagai pemimpin ponpes Al-Zaytun. 4. Kepemim-pinan Abu Toto dan sejumlah pengurus ponpes dianggap kontroversial karena terkait erat dengan NII KW 9. 5. Ada indikasi santri Al-Zaytun, direkrut sebagai anggota NII KW 9. Namun dalam penelitian di ponpes ters ebut, MUI belum menemukan pe nyimpangan ajaran Islam dalam hal sistem pendidikan, kegiatan belajar mengajar, maupun aktivitas sehari-hari para santri. Sebab Al-Zaytun memang dikemas sebagai sebuah ponpes yang normatif, seperti ponpes lain pada umumnya. Namun banyak ulama yang menyebut pola pembelajaran di situ menyimpang dari ajaran Islam. Jangan Lengah Sebaiknya tidak perlu terlalu fokus pada perihal ponpes Al-Zaytun. Sebab NII KW 9 rupanya juga memperluas jaringan di berbagai simpul sosial lainnya. Misalnya sekolah atau lembaga kursus. Bahkan tidak sedikit yang menyebut, kampus umum adalah sasaran empuk NII untuk merekrut anggotanya. Alasannya cukup logis. Kampus umum banyak dihuni mahasiswa dengan latar belakang pendidikan agama yang lemah. Sehingga cukup mudah mendoktrin mereka dengan konsep agama yang baru. Dalam hal ini adalah ajaran Islam versi NII.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I broh
Ibroh
Berbeda jika NII harus masuk kepada kampus berafiliasi agama macam STAI atau IAI negeri maupun swasta. Rata-rata kampus ini mahasiswanya sudah memiliki dasar agama yang cukup kuat. Sehingga doktrin Islam model NII pun dengan sendirinya mentah dan tak mampu berkembang. Kebanyakan orang-orang NII akan menolak tantangan berdialog dengan pakar agama Islam. Sebab dasar pengetahuan mereka tentang agama memang dangkal. Hal itu juga melenceng jauh dari konsep didirikannya DI/TII yang murni bertujuan menjadikan Islam sebagai dasar negara. Kebanyakan pendirinya, adalah alim di bidang agama. Sementara NII sekarang, sepertinya sudah banyak dibumbui kepentingan luar yang tak bertanggung jawab. Terutama untuk merusak tatanan Pancasila yang sudah menjadi sebuah konsensus nasional. Apalagi Pancasila sudah ditegaskan sebagai konsep final bangsa Indonesia. Probolinggo Juga Jadi Sasaran Pada 2005 lalu, ada 3 kecamatan di Kabupaten Probolinggo yang pernah disinggahi anggota NII. Mereka berhasil merekrut sejumlah anggota. Namun kesigapan aparat keamanan, membuat 3 di antara anggota dan penyebar ajaran, dijebloskan ke Rutan kelas 2B Kraksaan. Hal itu terungkap pada 8 Juni 2011 lalu dalam sebuah rapat koordinasi (rakor) di Desa Condong Kecamatan Gading yang khusus membahas NII. Tak tanggung-tanggung, seluruh jajaran Komunikasi Intelijen Daerah (Kominda) Kabupaten Probolinggo berkumpul di situ. Yakni Pasi Intel Kodim 0820 Probolinggo Kapten Infanteri Matali, Kasat Intelkam Polres Probolinggo AKP Suryadi, dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri (Kejari) Kraksaan Edi Subhan. Lalu perwakilan Badan Intelijen Negara (BIN) di Kabupaten Probolinggo Heri Maryoto, serta jajaran Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol Linmas) Kabupaten Probolinggo.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
Selain jajaran Kominda tersebut, ada 3 pihak lain yang dilibatkan sebagai sebagai narasumber. KH Mahfudh Syamsul Hadi (Forum Kerukunan Umat Beragama/FKUB Kabupaten Probolinggo), H Ahmad Budiono (MUI Kabupaten Probolinggo), dan Kasubag TU Kementerian Agama (kemenag) Kabupaten Probolinggo Miftahurrahman. MUI mengklasifikasi ajaran Islam yang ditengarai menyimpang. Setidaknya ada 8 poin yang disebutkan dalam pertemuan itu. 1. Jika ingin menjadi umat Islam yang benar, maka harus hijrah dari Negara Indonesia ke NII 2. Setiap muslim di luar gerakan NII dituduh kafir. 3. Dosa Zina dan perbuatan maksiat lain, bisa ditebus dengan uang dalam jumlah yang telah ditetapkan 4. Tidak ada kewajiban mengganti puasa Ramadan, sebab juga bisa dengan uang dalam jumlah yang telah ditetapkan 5. Untuk membangun sarana fisik dan biaya operasional gerakan, setiap anggota diwajibkan menggalang dana dengan menghalalkan segala cara. Di antaranya menipu dan mencuri harta setiap muslim di luar gerakan tersebut termasuk orang tua sendiri. 6. Taubat hanya sah jika membayar apa yang mereka sebut Shodaqoh Istighfar dalam jumlah yang telah ditetapkan 7. Ayah kandung yang belum masuk ke dalam gerakan NII tidak sah menikahkan putrinya 8. NII KW 9 banyak memelintir makna ayat-ayat Alquran untuk justifikasi ajaran yang disampaikan. “Tujuan (NII) jelas ingin mengganti Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara. Jelas ini adalah pandangan yang bertentangan dengan yang telah kita yakini saat ini. Oleh karenanya harus kita tuntaskan bersama-sama. Sebab NII adalah bentuk pelanggaran terhadap konsensus nasional,� kata Heri Maryoto, narasumber dari BIN. [Lut]
16
I broh
Ibroh
Penegasan Islam Otentik; Perlukah Negara Islam? “...Indonesia dengan bentuk NKRI dan asas tunggal Pancasila adalah harga mati...” KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH. MM Dewan Tanfidziyah PWNU Jawa Timur
Membincang Kembali Negara Islam Perbincangan tentang sistem negara Islam kembali menghangat setelah maraknya pemberitaan di media massa tentang cuci otak yang dilakukan oleh organisasi bernama NII (Negara Islam Indonesai) kepada sejumlah pemuda dan mahasiswa. Penulis novel Suluk Malang Sungsang, Konflik Dan Penyimpangan Ajaran Syaikh Siti Jenar, Agus Sunyoto, sempat berdiskusi dengan tim Majalah Genggo ng melalui jejaring sosial, Facebook. Agus Sunyoto menjelaskan bahwa tokoh-tokoh NII kebanyakan anggota Intelejen negara. Terdapat nama Mbah Pitut Suharto asal Gresik Jawa Timur dan Abu Toto alias Panji Gumilang. Keduanya dedengkot NII yang merupakan didikan operator intelijen kawakan Orde Baru, Ali Murtopo dan Benny Murdani itu. Bahkan Hingga kini Panji Gumilang, alumnus OPSUS ini, masih eksis dengan mendirikan Pondok Pesantren Al - Zaytun di Kecamatan Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, yang diduga menjadi basis NII. Bahkan ia diduga masih berperan aktif untuk melakukan rekayasa politik kekinian. Awalnya, skenario NII adalah paket operasi intelijen lembaga Operasi Khusus (OPSUS) dan Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) Ali Murtopo, untuk mengamankan NKRI dengan menciptakan “keseimbangan”, yakni mengimbangi kekuatan NII Fillah (non structural) yang dipimpin Kadar Shalihat dan Djadja Sudjadi yang mulai bangkit lagi dan untuk mengimbangi PKI. Hal ini dilakukan dengan cara menciptakan NII Sabilillah, yang strukturnya sangat mirip dengan ABRI kala itu. Ada Komandemen Wilayah / Gubernur yang merangkap sebagai Pangdam dan ada Komandemen Distrik / Bupati merangkap sebagai Komandan Kodim. Ali Murtopo berhasil merekrut Danu Mohammad Hasan, Ateng Djaelani Setiawan, Daud Beureueh mantan Gubernur Militer Daerah Istimewa ACEH. Kebanyakan orang – orang yang berhasil direkrut benar – benar terobsesi dengan perjuangan dakwah. Mereka benar – benar terdorong dan termotivasi untuk berjihad secara ikhlas di jalan Islam dan masuk ke dalam struktur gerakan Neo NII, dengan tujuan mendirikan negara Islam. Sebagaimana dilansir oleh Suara News (11/05/11) bahwa Pemimpin Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu, Syaikh Abdus Salam Panji Gumilang ini, menyangkal tudingan kalau dirinya pemimpin Negara Islam Indonesia atau Neo NII dan membantah ponpes Al-Zaytun adalah basis Neo NII, NII Komandemen Wilayah 9. Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menegaskan bahwa Al-Zaytun merupakan lembaga pendidikan dan NII yang diproklamirkan Kartosuwiryo telah selesai mulai dari 1962. NII telah berakhir sebagaimana PKI. Pria asal Jawa Timur ini juga mengatakan bahwa yang ada saat ini adalah Negara Republik Indonesia yang mempunyai UUD 1945 serta Pancasila. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara pada kabinet Gotong Royong, AM. Hendropriyono, sebagaimana yang ditulis oleh TEMPO Interaktif (29/04/11), mengatakan selama ini Badan Intelijen Negara belum menemukan fakta
17
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I
broh Ibroh keterkaitan antara Al-Zaytun dengan NII (Negara Islam Indonesia). Pondok Pesantren Al-Zaytun adalah pesantren dengan nuansa pendidikan, bukan politik. Pria bernama lengkap Abdullah Makhmud Hendropriyono lalu menunjukkan bahwa di dalam pondok Al-Zaytun terdapat Gedung Soekarno, Mohammad Hatta, Syahrir, dan lainnya. Purnawiran Jenderal ini memaparkan perkembangan gerakan NII menjadi begitu luas karena terjadi pembiaran. Pembiaran itu terjadi karena semua disibukkan dengan ancaman bom. Sehingga hal-hal psikologi berupa proses brain wash (cuci otak) tidak menjadi prioritas penanganan dibanding ancaman fisik, seperti bom Bali. Lulusan Akademi Militer 1967 ini juga menilai, gerakan ini adalah gerakan bawah tanah yang menarik hati masyarakat, lalu merebut pemikirannya, mewadahinya dalam organisasi dan kemudian melancarkan pemberontakan. Namun Ia membantah adanya isu bahwa peran intelijen ada dibalik gerakan NII. Hendro menilai saat ini yang tengah terjadi adalah psychological war atau perang yang didalamnya ada pemutar balikkan fakta. Namun masyarakat masih kurang cukup cerdas untuk mengenalinya. Namun demikian, munculnya pemberitaan NII di beberapa media massa ini mampu merangsang kembali perdebatan perlu tidaknya membentuk negara Islam. Sebenarnya kondisi serupa juga pernah terjadi pada awal pembentukan NKRI, para founding fathers terlibat perdebatan panjang tentang sistem dasar negara ini. Kondisi tersebut seakan kembali terulang, namun dalam bingkai pencarian Islam otentik. Dimana terjadi tarik menarik penafsiran terhadap ayat – ayat muammalah dan sejarah Islam pada masa Nabi Muhammad. Sebagian kelompok menyatakan
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
bahwa negara Islam adalah bagain dari keotentikan Islam, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Muhammad. Negara Islam Penjaga Kemurnian Ajaran Islam Adalah Hizbut Tahrir Indonesia, yang gigih memperjuangakan negara Islam dengan sistem Khilafah Islamiyah. Ustadz Khoiri Sulaiman, pria yang menjabat sebagai Ketua HTI DPD Jawa Timur sejak 2007 menjelaskan bahwa Hizbut Tahrir, khususnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ingin mengembalikan kejayaan Islam di seluruh dunia dan Indonesia dengan sistem Khilafah Islamiyyah. Formulasi penerapan politik Islam dan Negara Islam, berangkat dari pemahaman dasar Al-Islamu dien wa al-daulatu juz’un minhu (Islam adalah dien dan Negara adalah sebagian dari ajaran Islam) yang dirumuskan oleh Prof Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqhu Al- Islamiy Wa Adillatuhu, yang menyebut aturan ini dengan sebutan al-fiqh al-‘aam, yakni maa lahushilatu bi ad-daulati (konsep fikih yang tidak bisa – dibahas atau di-implementasikan – kecuali harus dikaitkan dengan daulah/ negara). Oleh karenanya upaya untuk mengimplementasikan hukum-hukum tersebut (politik, militer dan lainnya) yang ada dalam al-Qur’an dan Sunnah dalam realitas kehidupan, hanya akan terwujud jika hadir di tengah-tengah kaum muslimin institusi negara yang menjadikan Islam sebagai aturannya. Dalam terminologi Hadits, negara tersebut disebut dengan Khilafah. Khoiri Sulaiman, yang tengah menyelesaikan studi magisternya di Universitas Airlangga Surabaya ini menjelaskan konsep Khilafah Islamiyyah yang dirumuskan oleh pendiri Hizbut Tahrir, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhany, di Palestina, sudah sesuai dengan realitas sosial di Indonesia ini, realitas sosial yang selalu berubah. Sebelum negerinegeri Islam dikuasai oleh penjajahan
18
|| Penegasan Islam Otentik; Perlukah Negara Islam ||
Barat, wajah negeri-negeri Islam adalah penerapan syariat Islam oleh Negara dan masyarakat tunduk dengannya. Bukti historis menunjukkan penerapan hukum Islam dilaksanakan para sultan dari kerajaan Islam di nusantara seperti Samudra Pasai, Demak, Mataram dan lainnya. Namun setelah negeri-negeri Islam dikuasai penjajah Barat maka wajah negeri-negeri Islam berubah menjadi sekuler, sedikit demi sedikit ajaran Islam hilang dalam penerapannya oleh Negara kecuali sebatas hukum nikah dan waris. Ditambahkan oleh Khori Sulaiman, mantan Ketua HMI Komisariat FMIPA Unair tahun 1990-1991 ini menerangkan bahwa bila realitas sosial berbeda dengan ide penerapan Islam oleh Negara, maka realitas sosial yang harus dirubah. Karena penjajah Belanda yang merubah realitas sosial kesultanan Islam di Nusantara menjadi Negara Indonesia yang tidak siap menerapkan Islam. Maka dari sisi dakwah, realitas sosial yang harus disiapkan sehingga penerapan Islam oleh Negara menjadi keniscayaan. Bukan malah tunduk dengan realitas sosial yang bertentangan dengan Islam, apalagi sampai mengabaikan keyakinan, pemahaman, dan tindakan yang dituntut oleh Islam. Pria yang bekerja sebagai Konsultan Manajemen Pemerintah ini menjelaskan bahwa Syari’at Islam adalah kemurnian Islam bila diterapkan dengan benar pasti memberi rahmat bagi
19
manusia. Tidak hanya itu, penerapan Islam oleh Negara bukan berarti penyeragaman satu agama yaitu Islam oleh Negara, karena walaupun Islam dilaksanakan negara, warga negara dibiarkan memeluk agama yang diyakininya dan tidak dipaksa masuk agama Islam (lihat QS.AlBaqoroh;256). Juga, sebagaimana dicontohkan oleh Khoiri Sulaiman, pria yang tinggal di Perumnas ITS Sukolilo Surabaya ini menambahkan bahwa secara historis, penerapan Islam oleh kesultanan Islam di nusantara membuktikan bahwa orang yang beragama Hindu Budha tidak dipaksa masuk Islam. Contoh lain, di Spanyol (Andalusia) penerapan Islam dalam kekuasaan malah melahirkan kerukunan 3 agama (Islam, Kristen dan Yahudi) bahkan hidup berdampingan (Espanol in Three Religion), namun berbeda nasibnya dengan agama Islam dan Yahudi ketika Spanyol dikuasai ratu Kristen “Isabella� yang menjadikan Kristen sebagai agama resmi satu-satunya di Spanyol. Bahkan pakar sejarah Barat mengakuinya, T.W. Arnold, dalam bukunya The Preaching of Islam, menuliskan bagaimana perlakuan yang diterima oleh non-Muslim yang hidup di bawah pemerintahan Daulah Utsmaniyah. Dia menyatakan, Sekalipun jumlah orang Yunani lebih banyak dari jumlah orang Turki
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I
broh Ibroh di berbagai provinsi Khilafah yang ada di bagian Eropa, toleransi keagamaan diberikan pada mereka, dan perlindungan jiwa dan harta yang mereka dapatkan membuat mereka mengakui kepemimpinan Sultan atas seluruh umat Kristen. Ditambah lagi bukti empiris penerapan sebagian syari’ah saja telah mampu menimbulkan kebaikan, misalnya penerapan Perda Syariah pelarangan judi dan miras di Bulukumba mampu menekan kriminalitas hingga 80 persen, malah mendapat dukungan dari non-muslim sebagaimana pernyataan Bupati Bulukumba Sulawesi Selatan kepada Antara news.com. Khoiri Sulaiman, alumnus Jurusan Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Airlangga Surabaya di tahun 1994 ini menegaskan bahwa perjuangan Islam harus menggunakan lafadz sekaligus maknanya. Islam membedakan lafadz riba dan jual beli walaupun sama-sama memperoleh keuntungan, membedakan zina dan nikah walaupun sama-sama hubungan seksual laki-laki dan perempuan. Sedangkan pelabelan kata Islam dibelakang kata politik, ekonomi, dan Negara, itu menunjukkan bahwa konsep politik, ekonomi, dan Negara Islam berbeda dengan konsep politik, ekonomi, dan negara yang lahir dari ideologi kapitalisme maupun sosialisme-komunisme. Dari sisi dakwah hal ini penting dilakukan, agar umat hanya mengambil konsep yang lahir dari Islam dan bukan konsep yang lahir dari ideologi lain. Namun muncul kemudian persoalan lain, yakni politisasi simbol agama oleh pihak tertentu. Untuk mengatasi hal ini, bukan dengan cara membuang simbol agama, melainkan membongkar pelaku
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
yang menggunakan simbol agama pada jalan yang tidak benar, dan ini bagian pencerdasan kepada umat agar tidak mengikuti atau malah mendukung orang yang menjadikan simbol agama pada jalan yang salah. Ustadz Khoiri Sulaiman mencontohkan, uswatun hasanah kita sayyidina Muhammad Rasulullah SAW ketika ada masjid Dhiror yang dipakai sebagai tempat untuk merancang rencana jahat kepada kaum muslimin, maka beliau memerintahkan kaum muslimin menghancurkan masjid itu saja, dan tidak memerintahkan menghancurkan semua masjid yang dibangun oleh kaum muslimin saat itu. Menghadirkan Islam harus secara utuh tanpa membedakan antara simbol dan subtansi. Dan berbahaya hanya fokus pada nilai ajaran lalu melupakan hukum-hukum Islam yang wajib diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat
20
|| Penegasan Islam Otentik; Perlukah Negara Islam? ||
dan bernegara. Dan bila ini terjadi, maka yang akan kita temui adalah muslim yang jujur tapi menerapkan riba, seorang hakim muslim adil tapi menerapkan hukum warisan penjajah. Padahal Islam sendiri memerintahkan kita semua untuk mengambil dan melaksanakan Islam secara utuh. Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS. Al-Baqoroh 208, menyatakan Allah Swt memerintahkan hambaNya yang mukmin untuk mengambil seluruh pegangan Islam dan hukum-hukumnya dan mengamalkan seluruh perintahnya dan menjauhi seluruh larangannya semaksimal mungkin. Khilafah Islamiyah ini dinilai sangat penting oleh Khoiri Sulaiman, Ketua HTI Jatim yang juga mantan Ketua Seksi Kerohanian Islam Senat Mahasiswa FMIPA Unair di tahun 1990-1991 ini menegaskan bahwa Khilafah Islamiyah
21
untuk menjaga kemurnian ajaran Islam. Pasalnya, selain peran ulama yang ikhlas, dibutuhkan juga peran Negara untuk menjaga kemurnian agama, sebagaimana penjelasan Imam An-Nawawi dalam Syarah Shohih Muslim Imam laksana perisai, maksudnya seperti pelindung karena mencegah musuh yang akan mendzalimi kaum muslimin, mencegah perselisihan diantara mereka, menjaga kemurnian islam, dan menggetarkan manusia dengan kekuasaannya. Pada point ini khilafah atau imamah menemukan titik urgensitasnya sebagai institusi yang senantiasa menegakkan agama. Imam An-Nawawi dalam Kitab Raudhatuth Thalibin wa Umdatul Muftin, juz III hal 433, menyatakan pasal kedua tentang wajibnya imamah serta penjelasan metode (mewujudkan)nya. Adalah suatu keharusan bagi umat adanya imam yang menegakkan agama dan yang menolong sunnah serta yang memberikan hak bagi orang yang didzalimi serta menunaikan hak dan menempatkan hal tersebut pada tempatnya. Saya nyatakan bahwa mengurus (untuk mewujudkan) imamah itu adalah fardhu kifayah�. Negara Islam berakar pada Nash Dzhanni Berbeda dengan Organisasi Islam lainnya, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Kedua Organisasi Kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia tersebut menolak keras penerapan syariat Islam sebagai konstitusi negara dan pembentukan negara Islam. Bagi Prof. Thohir Luth, Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur ini menegaskan bahwa perjuangan syariat Islam itu bagus, tetapi tidak harus diwujudkan dalam bentuk lembaga atau institusi. “Kalau kita merujuk pada Piagam Madinah, Rasulullah
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I
broh Ibroh memang melaksanakan prinsipprinsip agama dalam negara, tetapi beliau tetap menghormati akan hakhak orang yang berbeda, seperti, Yahudi dan Nasrani. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah sebenarnya pelajaran bagi kita bahwa perjuagan syariat Islam tidak harus dalam bentuk atau sistem khilafah. Karena berbicara soal khilafah itu adalah ijtihad pada nash yang dzhanni, bukan hasil penafsiran dari teks yang pasti dan juga bukan sesuatu yang otentik dari Islam. Karena problem khilafah itu timbul setelah Rasulullah wafat atau pada masa sahabat, dimana pada masa khilafah tersebut sering terjadi pembunuhan. Tetapi siapapun boleh berijithad terkait penerapan syariat Islam ini�, imbuh pria yang menikah pada 17 November 1978 ini. Sementara itu, Ketua Umum PCNU Jember, KH. Abdullah Samsul Arifin, memandang tuntutan Formalisasi Islam dalam bentuk Negara adalah ciri dari gerakan radikalisme Islam. NU sendiri tidak pernah mempersoalkan bagaimana bentuk suatu negara. Yang terpenting adalah ajaran dan prinsip yang ditegakkan tersebut sesuai dengan ajaran Islam,
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
dan terserah bentuknya seperti apa. Sebuah pernyataan yang cukup populer di lingkungan Aswaja, Ibnu Taimiyah berkata sebuah pemerintahan yang berbasis kepada sebuah keadilan, akan tetap langgeng dalam pemerintahan tersebut dan harus tetap didukung, harus tetap ditegakkan. Walaupun negara tersebut tidak berbentuk Islam, dan begitupun sebaliknya, apabila sebuah bentuk pemerintahan yang dholim, yang tidak berpihak kepada rakyat, yang melakukan penindasan, yang sememena itu harus di robohkan, walaupun negara tersebut menamanakan negara Islam. Intinya NU tidak terlalu jauh memandang sejauh mana bentuk Negara tersebut. Yang terpenting adalah prinsipprinsip bangunan suatu negara ada, yakni keadilan, kebersamaan, kesejahteraan, dan kamakmuran. “Negara yang pernah dibangun Rosulullah itu bukan negara agama, melainkan negara kebangsaan�, tegas pria yang pernah menjadi Calon Wakil Bupati Jember ini. Selain itu, dalam sumber Islam otentik, yakni Al-Qur’an dan Hadits sendiri, tidak secara detail memerintahkan dan menjelaskan praktek membangun negara. Bahkan setelah wafatnya Nabi Muhammad, proses pemilihan Khalifah yang dilakukan oleh para sahabat men-
22
|| Penegasan Islam Otentik; Perlukah Negara Islam? ||
galami perbedaan tentang bagaimana cara memilih khalifah. Perbedaanperbedaan inilah yang mencerminkan bahwa pembentukan negara itu tergantung pada tuntutan zaman dan menandakan tidak adanya aturan yang jelas. Meski pada prinsipnya agama berbicara tentang keadilan, hak dan kewajiban yang diemban oleh warga negara dan pemerintah. Namun secara jelas bentuk pelaksanaannya tidak ditemukan dan disinilah sebenarnya semuanya harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. NU mengakui NKRI sebagai bentuk Final. N U sendiri tidak mempermasalahkan pada Wadahnya. Jika NKRI bisa memberikan kedamaian, keadilan, menjaga perbedaan, memenuhi seluruh hak-hak warga negaranya, kenapa tidak kita pertahankan saja. Sebaliknya, jika dengan menyeragamkan satu bentuk Negara Islam, tetapi justru kemudian memunculkan beberapa persoalan, semisal hak orang lain tenganggu dan pada gilirannya menimbulkan konflik dan mengancam rasa aman dan nyaman dalam beribadah. Maka NU dengan
23
prinsip-prinsip yang dijelaskan di awal, menolak terhadap Konsep Negara Islam. Pembentukan negara Islam pada konteks keberaneka ragaman suku, ras, dan agama, dinilai tidak terlalu tepat. Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum PW Nahdhatul Ulama Jawa Timur, KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah. Menurutnya, Indonesia dengan bentuk NKRI dan asas tunggal Pancasila adalah harga mati. Karena ini keputusan para Ulama’ NU terdahulu dan sekarang, yang ditetapkan dalam Muktamar NU ke-27 tahun 1984. “Jadi siapapun yang mau merubah komitmen ini, yang sudah dikemas dalam bentuk ideologi negara dan konstitusi negara, akan berhadapan dengan NU”, tegas suami Nyai Hj. Muhibbatul Lubabah ini. Kiyai Mutawakkil menambahkan bahwa hubungan antara agama dan negara bukan hubungan harfiah taqbidiyah (hubungan formal dan eksklusif), tetapi hubungan dzimniyah maknawiyah limaslahatil ummah. Kita hanya menginginkan negara
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I
broh Ibroh yang mampu mengamalkan ruh-ruh dan nilai-nilai agama universal, yang kemudian dikemas dalam ideologi negara dan konstitusi, sehingga dapat menjamin tipa-tiap keyakinan dan pemeluk agama di Indonesia tanpa melecehkan satu sama lain. Penggunaan dalil “barang siapa yang tidak menggunakan hukum sesuai dengan yang diwahyukan Allah mereka termasuk orang kafir” dalam pembentukan negara Islam adalah langkah yang salah. Karena jika dikaji secara mendalam, Lafadz “Man” pada dalil tersebut bukan bermakna institusi, tetapi bermakna individu, perorangan. Jadi mempertanggung jawabkan amal perbuatannya bukan lembaga negara RI, melainkan perorangan dari rakyat RI. NU menghubungkan individu dengan agama dalam konteks civil society, sedangkan hubungan dogma agama dengan negara, itu secara maknawiyah, yaitu nilai-nilai agama dimasukkan ke dalam negara. NU terima Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila sesuai dengan nilai-nilai agama. NU terima NKRI karena sesuai dengan syari’at yang dibawa Rosulullah. Bukan karena paksaan Orde Baru, tapi ini untuk kemaslahatan dan kesatuan ummat serta untuk ketentraman kehidupan ummat. Ijtihad ini merujuk pada Rosulullah yang hendak membentuk sebuah negara di Madinah, dimana masyarakat atau penduduk Madinah itu persis seperti Indonesia. Rosul kemudian membentuk negara dengan membuat Konstitusi Madinah (Piagam Madinah) yang terdiri dari 47 Pasal. Di dalam Konstitusi Madinah (Mitsaqu Madinah) itu tertulis dalam Muqoddimah kitab Ibnu Kholdun serta di dalam Kitab Sirotun Nabi SAW karya Ibnu Hisyam Juz II halaman 119-133:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Ini adalah komitmen dari Muhammad, Rasulullah SAW, dengan umat mukminin dan muslimin (yang berasal) dari Quraisy dan umat Islam Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, dan mereka yang menyusul bersatu dengan mereka, dan mereka yang melakukan komitmen bersama; Sesungguhnya mereka satu umat (bangsa) Perdebatan Negara Islam adalah sesuatu yang otentik dari Islam atau bukan akan terus berlangsung sampai kapanpun. Hal ini dikarenakan wacana negara Islam adalah hasil dari penafsiran umat muslim atas sumber Islam otentik, yakni Teks Al-Qur’an dan Hadits. Namun demikian, apapun yang menjadi ijtihad para ulama, hanya satu yang perlu ditekankan bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam keyakinan, bahasa dan suku. Biarlah Indonesia menjadi dirinya sendiri dengan identitas kebangsaan dan keagamaan, yang kedepan diharapkan mampu turut mengembangkan peradaban dunia. Apa yang menjadi kemurnian agama Islam diharapkan tidak bertentangan dengan lokalitas ke-Indonesian. Semoga para Mujtahid mengerti bahwa nilai–nilai keIslaman yang bersifat universal jauh lebih penting dari pada formalitas tekstual keagamaan. [Lut]
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
24
I broh Ibroh
Wawancara: Prof. Dr. Nur Syam, M.Si.
“Islam Otentik Sudah Tidak Ada”
Guru Besar Sosiologi dan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya
Terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga sederhana di Tuban, pada 7 Agustus 1958 silam, laki – laki dengan nama lengkap Nur Syam kini menjadi Guru Besar Sosiologi dan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya. Rektor IAIN Sunan Ampel yang satu ini dikenal jago menulis karya ilmiah, sebanyak 22 karya ilmiah dalam bentuk buku telah diterbitkan, diantaranya karya ilmiah fenomenal “Islam Pesisir” Penerbit LkiS pada tahun 2005. Di usia 52 tahun, suami Hj. Annisah Sukindah, BA ini, masih energik dan sering terlihat menjadi pembicara seputar tema Keislaman di berbagai acara seminar nasional, program dialog di stasiun televisi dan radio. Bahkan di tengah kesibukannya, ayah dari Dhuhratul Rizqiah dan Shiefta Dyah Elyusi, masih menyempatkan waktu untuk menulis artikel di berbagai koran harian nasional, seperti Jawa Pos. Sepanjang pekan lalu, Genggong berkomunikasi dengan Nur Syam untuk wawancara. Tapi karena kesibukannya, beliau
25
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I
broh Ibroh tidak menjawab. Beruntung hingga waktu tenggat deadline naskah majalah ini, lulusan Doktor/S3 pada program studi Ilmu Sosial Universitas Airlangga akhirnya berkenan diwawancarai seputar perdebatan “Islam Otentik”. Berikut kutipan pernyataannya kepada Imron Fahim dari Genggong. Apa sebenarnya Islam Otentik itu? Kalau kita berpedoman bahwa yang qath’i itu adalah Al-Qur’an dan Hhadist, maka yang otentik dan orisinil ada pada Al-Qur’an dan Hadist atau sunnah Nabi. Sesuatu diluar teks Al-Qur’an dan Hadits adalah interpretasi atau penafsiran. Islam itu memiliki kawasan doktriner atau ontentik dan kawasan penafsiran atau interprestasi. Ketika masuk dalam kawasan penafsiran berarti sudah masuk pada alam pikir manusia yang bersifat profan. Jadi Islam otentik adalah Islam yang ada dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi atau dengan kata lain Islam otentik berada pada teks Al-Qur’an dan teks Hadist. Tetapi ketika berbicara pada kawasan kemanusian, yakni orang menafsirkan teks Al-Qur’an dan Hadits, maka hal itu sudah masuk dunia interprestasi yang tidak lagi otentik. Apa Islam Otentik masih ada? Begini, bicara soal Islam otentik berarti berbicara soal Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Karena Islam pada zaman Nabi Muhammad adalah Islam yang menyatu, antara dunia teks dengan dunia tafsir. Apa yang ada dalam teks Al-Qur’an ada dalam tafsir, karena Nabi Muhammad sendiri sebagai penafsir. Namun hal ini tidak terjadi pada zaman Khulafaurrasyidin, karena pada zaman ini sudah tidak ada yang benar-benar otentik sebagaimana zaman Nabi Muhammad. Karena di zaman Khulafaurrasyidin ini sudah ada beberapa penambahan dari pemikiran-pemikiran sabahat Nabi. Semisal, sholat tharawaih yang dilaksanakan sendiri-sendiri pada zaman Nabi, ditafsirkan secara berjama’ah oleh Khalifah Umar bin Khatab. Hukum potong tangan, yang diberlakukan pada zaman Nabi Muhammad, dirubah oleh Khalifah Sayyidina Umar. Hal ini mengindikasikan apa yang namannya otentik sesuai teks sudah bergeser ke wilayah penafsiran, yakni penafsiran Sahabat Nabi, pada masa Khulafaurrasyidin. Ini yang kemudian menjadi dasar bagi saya saat ditanya apakah ada Islam otentik di dunia. Maka bagi saya Islam otentik saat ini sudah tidak ada, karena Islam itu sudah menyatu dengan dunia sosiologis dan dunia antropologis yang di dalamnya ada tafsir-tafsir bercorak kemanusian. Sehingga kita tidak bisa lagi menyatakan Islam yang disini adalah Islam otentik, sedangkan Islam yang disana tidak otentik. Kita tidak bisa mengatakan Islam Arab Saudi adalah Islam yang paling otentik. Karena jika dikaji lebih mendalam apakah benar sistem Monarchy (Kerajaan, Red.) Islam di negara Arab Saudi atau Negara Islam di Timur Tengah adalah bagian dari keotentikan Islam. Maka jawabannya tentu tidak, karena hal ini bagian dari dunia penafsiran. Jadi kita tidak bisa lagi menyatakan Islam si A otentik dan Islam si B tidak otentik. Menurut saya Islam ya Islam.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
26
|| Wawancara: Prof. Dr. Nur Syam, M.Si. || Menyikapi Teks yang bertentangan dengan kondisi kekinian, semisal keadilan dan kebebasan? Di dalam Islam ada doktrin yang tidak berubah, tetapi ada kawasan penafsiran tentang doktrin yang bisa berubah. Semisal, doktrin sholat lima waktu yang tidak akan berubah sampai kapanpun, tetapi mengenai pelaksanaan sholat itu berada pada kawasan tafsir, sehingga bisa berbeda satu madzhab dengan madzhab lainnya. Tetapi perintah sholat lima waktu tidak bisa dirubah oleh siapapun, karena itu kawasan orisinal, Islam yang otentik ya disitu itu. Kemudian tentang kewajiban zakat, itu adalah sesuatu yang orisinal, tetapi bagaimana implementasi zakat itu persoalan interprestasi. Konsep zakat itu memiliki makna universal, yakni bagaimana supaya orang memberikan sebagian kecil hartanya untuk kepentingan orang lain. Makna inilah yang sangat otentik dan orisinal khas Islam. Tetapi ketika didalam implementasinya, bagaimana zakat harus dilakukan, maka itu sudah masuk kawasan interprestasi. Sama halnya dengan sistem waris, yang prinsipnya adalah keadilan. Maka prinsip keadilan itulah yang orisinil dan universal, sedangkan implementasi sistem kewarisan itu ada pada kawasan interprestasi, yang sangat kontekstual. Begitu juga mengenai gender, yang memiliki prinsip kesetaraan. Prinsip inilah yang otentik. Pada zaman Nabi ada perempuan ikut perang dan seterusnya. Itu mengindikasikan ada juga ranah-ranah publik yang bisa dimasuki perempuan. Kalau perempuan dilarang sama sekali, maka hal itu persoalan lokalitas, persoalan tafsir. Misalnya di Arab Saudi perempuan tidak boleh menyetir mobil, lalu sekarang ada demo supaya perempuan bisa nyetir. Hal itu di zaman Nabi Muhammad memang tidak ada, seandainya di zaman Nabi sudah ada, maka perempuan boleh menyetir. Sebenarnya yang perlu dicari adalah kontekstualisasinya, seperti perempuan naik kuda. Konteks-konteks seperti ini perlu dicari dan yang paling penting bahwa ada wilayah doktrinal, orisinal dan universal, yang sampai kapanpun tidak akan berubah. Tetapi dalam implementasinya sangat tergantung kepada bagaimana orang menafsirkan mengenai ajaran yang universal dan yang orisinal. Islam otentik hanya ada pada zaman Nabi Muhammad atau juga zaman Nabi - nabi Ulul Azmi? Perdebatan mengenai Islam otentik dan Islam yang tidak otentik sesungguhnya ada sejak ada Nabi - nabi, karena sudah ada pengelompokan semacam itu. Bahkan di zaman Nabi Muhammad sendiri perdebatan Islam Otentik sudah muncul. Semisal ada penafsiran-penafsiran yang dilakukan oleh Musailamah Alkadzab atau oleh yang lainnya. Dunia penafsiran mereka kemudian oleh Nabi Muhmmad dinilai dan dikatakan yang seperti ini bener dan seperti itu salah. Hal ini mengambarkan bahwa disaat itu sudah ada perdebatan ini yang otentik dan itu yang tidak. Sejarah perdebatan Islam otentik itu terus berlangsung hingga sekarang. Semisal pada zaman pasca kematian Nabi Muhammad, ada kelompok
27
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I broh
Ibroh yang disebut Khawarij, kelompok yang menyatakan diri bahwa merekalah pemegang hukum Tuhan yang luar biasa dan disatu sisi ada yang tidak. Inilah kawasan perdebatan antara otentik dan tidak otentik, perdebatan tentang sesuatu yang sesuai dengan ajaran Nabi dan yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi. Itu akan berlangsung sampai kapanpun. Misalnya sekarang kita lihat ada gerakan mengatasnamakan Islam paling benar, yakni gerakangerakan Salafi, Salafi Jihadi. Kelompok ini menganggap Islam yang benar adalah Islam yang mereka lakukan, sedangkan Islam yang orang lain lakukan salah. Bahkan kelompok ini berpendapat bahwa berperang merupakan syarat mutlak masuk surga. Menurut saya hal ini adalah wilayah penafsiran, bukan wilayah otentik dan hal semacam ini akan terus terjadi sampai kapanpun. Mencari keotentikan Islam justru membawa pada eksklusifitas dan klaim kebenaran, bagaimana menjadi Islam otentik tanpa mereduksi Islam sebagai agama Rahmatan lil alamain? Setiap agama mengajarkan kebenaran mutlak, agamanyalah yang paling benar dan agama yang lain tidak benar. Saya rasa semua agama mengajarkan seperti itu, karena kalau tidak begitu bukan agama. Tetapi persoalannya adalah bagaimana supaya klaim kebenaran itu ditempatkan dalam konteks relasi antar manusia. Jadi bagaimana eksklusifitas, otentisitas, dan klaim kebenaran ditempatkan dalam konteks relasinya dengan yang lain, itu yang paling penting. Sebab Tuhan menciptakan manusia berbangsa– bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal atau lita’arafu. Konsep lita’arafu inilah yang dimaksud relasi antar manusia, yakni bahwa orang saling mengenal dengan keyakinan berbeda, dengan eksklusifitas dan otentisitas berbeda, tetapi bisa saling menjalin relasi yang memadahi. Hal inilah yang serasa menjadi penting dan bagian dari project kemanusian dimasa lalu, sekarang dan akan datang. Menempatkan diri dalam agama dengan keyakinan, eksklusifitas, otentisitas dan klaim kebenarannya pada konteks relasinya antar keyakinan. Apa yang harus dilakukan oleh gerakan keIslaman saat ini? Perdebatan otentisitas Islam sebenarnya perdebatan lama, yang kemudian diusung kembali oleh mereka yang merasa paling benar dan merasa penafsir yang paling mutlak. Sesungguhnya yang perlu dipahami adalah mereka yang memahami agama dengan cara eksklusif, tetap harus mengedepankan bahwa apa yang dia nyatakan, apa yang dia ceritakan, apa yang dia yakini adalah bagian dari interprestasinya tentang kebenaran agama. Jadi klaim-klaim kebenaran yang dia ciptakan adalah bagian dari keyakinannya yang belum tentu sama dengan keyakinan orang lain ketika menafsirkan teks yang sama. Itu yang saya rasa lebih penting. Karena kita hidup di dunai tafsir seperti ini, maka marilah kita mengembangkan toleransi terhadap tafsir selama penafsiran itu tidak membawa kita pada penodaan kepada agama, yang kita yakini kebenarannya. [If]
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
28
T a’allum
Ta’allum
Prolog
Mencari Eksistensi Pendidikan Ideal Madrasah Diniyah? Sejarah pendidikan islam indonesia mempunyai keunikan tersendiri, utamanya pendidikan yang khas ala indonesia. Dimana pendidikan tersebut berada ditengah-tengah masyarakat. Yakni, Pendidikan Pesantren dan Pendidikan Diniyah. Hampir di pelosok Negeri, yang tersebar di desa-desa dan daerah, pendidikan pesantren dan diniyah ada. Sebab anak yang disekolahkan orang tuanya di sekolah umum, setingkat SD, SMP dan SMA yang pelajaran agamanya dianggap kurang, masih diberikan pendidikan agama di madrasah-madrasah diniyah nonformal terdekat. Hal ini menjadi perhatian tersendiri dari pihak Pemerintah, untuk meningkatkan kualitas pelajaran agama yang berada di lingkungan madrasah diniyah. Dengan ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2003, yang menjelaskan Pendidikan Pesantren dan Pendidikan Diniyah termasuk bagian dari Pendidikan Keagamaan dan diakui sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menjadi peluang tersendiri untuk mengembangkan kualitas Pendidikan Agama. Adanya UU tersebut, di respon baik oleh kalangan masyarakat, Pemerintah pun menindak lanjuti UU diatas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan yang didalamnya diatur tentang sistem pendidikan pesantren dan pendidikan diniyah. Tapi dengan adanya UU dan PP tersebut, masih menyisakan beberapa persoalan. Sebab, keberadaan Pendidikan Diniyah saat ini yang merupakan bagian dari SISDIKNAS, masih belum ada payung hukum yang jelas. Oleh sebab itu, para pengelola Pendidikan diniyah dan Kementrian Agama tingkat Kabupaten dan Provinsi masih menunggu kapan dikeluakannya PMA (Peraturan Menteri Agama) yang mengatur status Pendidikan pesantren dan Pendidikan Diniyah? Disisi lain, banyak bermunculan madrasah diniyah di setiap daerah, hal ini menjadi tanda tanya tersendiri bagi kalangan pemerintah, apa dan kenapa pasca terbitnya UU dan PP diatas, Pendidikan diniyah Bermunculan? Aspek yang lain, bagaimana pola pengaturan kurikulum dan pengembangan manajerial pendidikan madrasah diniyah? Laporan:ÂÂ Moh. Qomaruzzaman, Saiful Islam, Babul, Mufid,
29
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
Lacak Sejarah; Munculnya Pendidikan Madrasah Indonesia Mencari Bentuk Sistem Pendidikan Madrasah Diniyah Demi Terwujudnya Kualitas Pendidikan
Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, boleh dikata sama tuanya dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam di bumi Nusantara ini. Sejak Islam masuk ke Indonesia sekitar pada abad VII-VIII M dan berkembang sejak abad XII M dengan munculnya sejumlah kerajaan Islam. Gerakan penyebaran Islam yang pelopori pedagang dari Arab, Mesir, Persia, Turki, India dan ulama-ulama terdahulu, serta wali songo di jawa. Model proses Islamisasi yang dilakukan, yaitu, berdagang, perkawinan, kesenian, sufisme, dan pendidikan.1 Para ulama menggunakan media pendidikan dengan mendirikan pesantren-pesantren. Kala itu, metode yang digunakan adalah sistem klasik, dengan metode yang dikenal (terutama di jawa) dengan nama sorogan, bandongan dan halaqah yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh pesantren di Indonesia. Dan tempat belajarnya berupa ruang-ruang masjid atau tempat-tempat shalat “umum� yang dalam istilah setempat disebut: surau, dayah, meunasah, langgar, rangkang, atau mungkin nama lainnya. Proses pembaharuan pendidikan Islam Indonesia dipengaruhi oleh pemikir-pemikir berbagai dunia Islam, utamanya Mesir, Turki, India akhir pada awal abad dua puluh sampai juga di Indonesia, dibawa oleh pelajar yang pulang kembali ke Indonesia membawa pemikiran-pemikiran baru, salah satunya di antaranya pikiran-pikiran baru itu adalah bidang pendidikan. Lembaga pendidikan Islam yang muncul di Indonesia, untuk menyahuti ide pembaharuan itu adalah madrasah. Madrasah dalam bahasa Indonesia ekuivalen dengan sekolah. Di dunia Islam perkataan madrasah sudah lama dikenal, misalnya madrasah yang didirikan oleh Nuruddin Zinki penguasa syria dan mesir. Beliaulah yang mula-mula mendirikan madrasah di Damaskus. Tidak kalah terkenalnya dengan madrasah yang didirikan oleh Nizamul Mulk yang tersebar hampir di penjuru dunia.2 Diantara madrasah yang didirikan Nizamul Mulk itu adalah Nizamiyah Baghdad yang mula-mula didirikan. Dan pembangunannya dilaksanakan pada tahun 457 H selesai 459 H. Gambaran yang dikemukakan ini menunjukkan bahwa pada abad ke 5 H dunia Islam telah mengenal perkataan madrasah sebagai salah satu pendidikan Islam.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
30
|| Lacak Sejarah; Munculnya Pendidikan Madrasah Indonesia || Masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran pendidikan Islam di Indonesia menginspirasi para pembaharu untuk mengadopsi nama madrasah sebagai nama sebuah lembaga pendidikan Islam yang telah disemangati oleh semangat baru. Utamanya di Timur Tengah khususnya Mesir, inspirator munculnya ide pembaharuan pendidikan Islam. Karena Mesir pada abad kesembilan belas selepas Napoleon meninggalkan Mesir di bawah kendali Muhammad Ali Pasha telah banyak mendirikan sekolahsekolah umum, seperti, Militer, sekolah Teknik, sekolah kedokteran dll. Dan Mesir pada abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh adalah menjadi sentral gerakan pembaharuan pemikiran Islam, yang pada waktu itu dipelopori oleh Said Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Rido dan tokoh pemikir lainnya. Historis Munculnya Madrsah di Indonesia Gerakan pembaharuan pendidikan Islam Indonesia, yang diawali oleh pelajarpelajar Indonesia yang pergi naik haji dan belajar di Arab, Mesir pada abak ke delapan belas, banyak mempengaruhi model pendidikan di Indonesia. Salah satuya adalah Haji Abdullah Ahmad di Padang, Minangkabau. Yang mendirikan madrasah (Adabiyah School) adalah madrasah (Sekolah Agama) yang merupakan sekolah dasar yang sama dengan Hollands Inlandse School (HIS). Tapi, pada tahun 1915 Sekolah Adabiyah berubah menjadi Hollandsch Malaische School Adabiyah, yang kepala sekolahnya adalah orang Belanda, dan oleh sebab itu, sekolah yang maksudnya agar menjadi pembaharu pendidikan Islam ini, menjadi hilang, karena porsi agamanya menjadi hilang, hanya dua jam perminggu. Dan akhirnya sekolah ini ditinggalkan, karena tidak diterima oleh Ulama-ulama Minangkabau.3 Seirama dengan lahirnya Madrasah Ad-
31
abiyah di PaMasuknya ide-ide dang, maka di berbagai tempembaharuan pepat lainnya mikiran pendidikan di Sumatera islam di indonesia Barat muncul menginspirasi para pula beberapa pembaharu untuk lembaga penmengadopsi nama didikan madrasah pada madrasah sebagai tahun 1910 nama sebuah lembaoleh Syekh M. ga pendidikan islam Thaib Umar yang telah disemanmendirikan gati oleh semangat Madrasah baru. School. Kemudian tiga tahun berdiri madrasah ini ditutup, dan dibuka lagi pada tahun 1918 oleh Mahmud Yunus, dan pada tahun 1923 sekolah ini menjadi Diniyah School. Rangkayo Rahma el Yunusiah pada tahun 1923 mendirikan Madrasah Diniyah Putri di Padang Panjang, sedangkan sebelumnya yakni tahun 1915 Zainuddin Labai el Yunusiah mendirikan Madrasah Diniyah di padang panjang. Madrasah yang didirikan Zainuddin Labai ini memakai sistem klasikal dengan susunan pelajaran yang terpadu antara ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu umum, berbeda dengan yang di didirikan oleh Abdullah Ahmad.4 Sama halnya di Sumatera Barat, di Jawa juga berkembang madrasah. Pada tahun 1914 KHA Wahab Hasbullah dan KH. Mas Mansur mendirikan madrasah Taswirul Afkar, pada mulanya madrasah ini hanya sebagai tempat kursus, diskusi dan musyawarah selanjutnya menjadi madrasah. Pada tahun 1919 KH. Hasyim As’ary mendirikan Madrasah Salafiyah. Beberapa organisasi Islam yang berdiri di jawa pada awal abad kedua puluh banyak pula terlibat dengan dengan mendirikan madrasah, misalnya Muhammadiyah yang didirikan KHA Dahlan pada tahun 1912. Ada dua jenis sekolah yang didirikan Muhammadiyah. Pertama, Sekolah umum yang berbasis mata pelajaran umum. Kedua,
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
sekolah agama yang berbasis mata pelajaran agama, yang digolongkan kepada kelompok madrasah, yang dibagi tingkat, dari tingkat dasar, menengah pertama, dan menengah atas. Al-Irsyad didirikan di jakarta pada tahun 1913. organisasi ini juga mengasuh sekolah umum dan madrasah. Mathla’ul Anwar didirikan di Menes, Banten, oleh KH. Moh. Yasin juga mengasuh madrasah pada tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Organisasi Perhimpunan Umat Islam (PUI) yang didirikan oleh KHA. Halim pada tahun 1917, juga mendirikan Madrasah Diniyah (6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (4 tahun), dan Madrasah Pertanian (4 tahun). Sedangkan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 atau bertepatan pada tanggal 16 rajab 1344 H oleh para ulama yang berhaluan Ahlusunnah Waljama’ah. Tokoh pendirinya adalah KH. Hasyim As’ary dan KHA. Wahab Hasbullah dan para Kiai Pengasuh Pondok Pesantren, juga mendirikan madrasah yang terbagi menjadi 4 tingkatan, yakni, Madrasah Awaliyah (2 tahun), Madrasah Ibtidaiyah (2 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), dan Madrasah Muallimin ulya (3 tahun), yang kemudian banyak diterapkan di pondok pesantren-pesantren di Indonesia. Al Jamiyatul Washliyah yang beridiri pada tahun 1930, mendirikan madrasah Tajhiziyah (2 tahun), Madrasah Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), Madrasah Madrasah Qismul Ali (4 tahun), dan MadrasahTakhassur (2 tahun).5
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
Dari deskripsi di atas, dapat dimaklumi bahwa mulai dari sejak awal abad ke dua puluh di Indonesia telah populer nama madrasah, sehingga banyak muncul lembaga pendidikan Islam yang mengambil nama madrasah, oleh karena madrasah ini tumbuh dan berkembang secara independen baik yang dibangun oleh perorangan maupun oerganisasi, maka madrasahmadrasah tersebut tidak memiliki keseragaman baik mengenai tingkatan begitu juga rencana pelajarannya. Orde Lama Setelah Indonesia merdeka, maka salah satu diantara Departemen yang di bentuk oleh pemerintah orde lama adalah Departemen Agama sebagai perwujudan dari falsafah hidup bangsa Indonesia yang religius. Departemen Agama yang didirikan pada tahun 3 Januari 1946. Salah satu bidang garapan Departemen Agama adalah bidang pendidikan agama, seperti madrasah, pesantren dalam mengurus pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Dalam rangka upaya peningkatan madrasah, maka pemerintah melalui Departemen Agama memberikan bantuan-bantuan kepada madrasah dalam bentuk material dan bimbingan, untuk itu Departemen Agama mengeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1946 dan disempurnakan dengan peratura menteri agama Nomor 7 tahun 1952, yang intinya adalah madrasah tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan ilmu agama sebagai
32
|| Lacak Sejarah; Munculnya Pendidikan Madrasah Indonesia || pokok pengajaran. Serta diatur jenjang pendidikan madrasah yang terdiri dari; Madrasah Rendah yang sekarang dikenal Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama, sekarang disebut Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Lanjutan Atas yang sekarang disebut Madrasah Aliyah. Pada tahun 1958 Departemen Agama, dalam rangka pembinaan dan pengembangan madrasah memperkenalkan Madrasah Wajib Belajar (MWB). Ditempuh selama delapan tahun, pendidikan MWB memuat kurikulum pengajaran yang terpadu antara pelaksanaan kewajiban belajar dan usaha pembaharuan di bidang pendidikan madrasah. Berdirinya MWB dimaksudkan sebagai usaha awal untuk memberikan bantuan dan pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman materi kurikulum dan sistem penyelenggaraannya dengan Madrasah Ibtidaiyah yang diselenggarakan oleh masyarakat. Orde baru Pada masa pemerintahan orde lama, MWB tidak berjalan lama, karena kompisisi mata pelajarannya yang 25 % mata pelajaran agama dan 75 % mata pelajaran umum kurang mendapat dukungan.6 Kegagalan madrasah model MWB mendorong pemerintah orde baru pada tahun 1967 mendirikan madrasah negeri secara lengkap dan terperinci, baik dalam penjenjangan maupun materi kurikulum dan sistem penyelenggaraannya. Ketentuan materi kurikulumnya adalah 30% untuk pelajaran agama dan 70% untuk materi pengetahuan umum. Tujuan pendirian madrasah negeri adalah menjadi model dan standar dalam rangka memberikan ketentuan bagi penyelenggara madrasah, sehingga tercapai keseragaman mutu dan kualitas madrasah. Selain itu, madrasah-madrasah negeri diharapkan dapat menjadi koordinator dalam pelaksanaan evaluasi serta pembinaan terhadap madrasah-madrasah swasta disekitarnya.
33
Tapi, pada masa itu, madrasah belum dipandang sebagai bagian dari sistem pendidikan secara nasional, tetapi merupakan lembaga pendidikan otonom di bawah pengawasan Menteri Agama. Hal itu disebabkan karena sistem pendidikan madrasah lebih banyak muatan agamanya.7 Tapi, pemerintah tetap mengupayakan untuk menyamakan kedudukan madrasah dengan sekolah umum. Pada tanggal 24 Maret 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah. Melalui SKB tersebut, madrasah diharapkan memperoleh posisi yang sama dengan sekolah-sekolah umum dalam sistem pendidikan nasional, sekaligus lulusan madrasah dapat melanjutkan atau pindah ke sekolah-sekolah umum dari tingkat Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi, karena mata pelajaran umum di madrasah sama mutunya dengan pelajaran umum di sekolah umum yang setingkat. Tapi dengan persyaratan, Madrasah harus mengajarkan sekurang-kurangnya 30 % mata pelajaran umum. Pada tahun 1976 Departemen Agama mengeluarkan kurikulum baru yang memuat pedoman dan aturan penyelenggaraan pendidikan dan pengetahuan pada madrasah, dan disempurnakan melalui kurikulum 1984, dengan keluarnya Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 45 tahun 1984 dan No. 9299/U/1984, tentang Pengaturan Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan Kurikulum Madrasah. Tujuannya tidak hanya menyamakan madrasah dengan sekolahsekolah umum dalam penjenjangan dan mutu pengetahuan umum antara madrasah dan sekolah umum, tetapi juga diupayakan penyeragaman dan pembakuan dalam struktur program dan kurikulum.8 Kedudukan madrasah semakin kuat dalam sistem pendidikan nasional setelah Un-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
“....Berkaitan dengan Standarisasi Pendidikan Nasional, pendidikan Diniyah formal diatur dalam Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tantang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan.” dang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Dengan diberlakukannya UUSPN dan Peraturan Pelaksanaannya, madrasah dikategorikan sebagai pendidikan umum yang berciri khas agama Islam. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 4 ayat (3) disebutkan bahwa Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama masing-masing disebut Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan Madrasah Aliyah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Umum berciri khas agama Islam.9 Dengan berlakunya UUSPN tahun 1989 tersebut, semakin memperkuat posisi kesejajaran madrasah dengan sekolah umum dalam segala aspeknya, yang sebelumnya telah diatur dalam SKB Tiga Menteri tahun 1975. Pasca Reformasi Pasca reformasi dan pesatnya pengaruh globalisasi di Indonesia menuntut pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menanggulangi buta huruf di Indonesia. Oleh karena itu, Kementerian Agama yang mengelola Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam, terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikannya
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
dengan memberi bantuan dan pelatihanpelatihan manajerial. Tidak hanya itu, pondok pesantren yang merupakan pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang selama ini tetap mempertahankan pola pendidikan salafnya dan mengelola pendidikannya secara mandiri, telah di masukkan dalam bagian Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah termasuk sebagai Pendidikan Keagamaan. Adanya UU Nomor 20 Tahun 2003 memberikan ruang dan hak yang sama pada pesantren dan madrasah diniyah untuk mengembangkan pendidikannya. UU tersebut juga ditindak lanjuti dengan diterbitkannya PP Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Adanya UU dan PP tersebut, yang mengatur adanya pendidikan pesantren dan pendidkan madrasah, dari madrasah diniyah informal, non formal dan formal. Berkaitan dengan Standarisasi Nasional Pendidikan, pendidikan Diniyah formal diatur dalam Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tantang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan. Dalam PP No. 55 Tahun 2007 pada pasal I5 sampai dengan pasal 20 berisi tentang regulasi pendidikan Madrasah Diniyah yang berhubungan dengan jenjang pendidikan, kurikulum, standar kompetensi ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran Islam, dan tenaga pendidik dan kependidikan. Jenjang Madrasah Diniyah sendiri meliputi; Diniyah Ula (SD/MI), Diniyah Wustho (MTs/SLTP), dan Diniyah Ulya (MA/SMA). Untuk Madrasah Diniyah pelengkap masuk jenjang pendidikan non formal Dalam PP No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagarnaan, Pasal 2l ayat I, 2 dan 3, yang temasuk diniyah non formal adalah; pengajian kitab, majelis taklim, pendidikan Al-Qur’an, diniyah takmiliyah (pelengkap), atau bentuk lain
34
|| Lacak Sejarah; Munculnya Pendidikan Madrasah Indonesia ||
yang sejenis. Diniyah non-fonnal ini bisa berbentuk dan berkembang menjadi satuan pendidikan setelah mendapat izin dari kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota dan memenuhi ketentuan tentang persyaratannya. Hadirnya UU dan PP tersebut, membuat pendidikan Islam, yakni madrasah dan pesantren, mendapat pengakuan resmi dari sistem pendidikan nasional serta lulusannya sama dengan pendidikan lainnya, meskipun ada beberapa persyaratan-persyaratan yang harus dilalui. Pendidikan Islam yakni pesantren dan madrasah diniyah dapat dikatakan sebagai subsistem karena mempunyai kekhususan, yakni memberi pengajaran dengan materi keIslaman. UU Sisdiknas, bagi pesantren dan madrasah diniyah, di satu sisi, telah memberikan kesempatan besar untuk menyediakan sistem pengajaran dan pendidikan dengan pola yang secara formal diakui pemerintah. Tetapi pada sisi lain, hal ini sekaligus menjadi tantangan sebab formalilsasi pendidikan pesantren, yang biasanya disebut pendidikan salafiyah, telah mengharuskan pesantren menata diri, mulai soal kurikulum sampai pada manajemennya untuk meningkatkan mutu pendidikanya. [Qm] Yunus, Mahmud.1979. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta. Hidayakarya Agung. 2 Shalaby, Ahmad.1976. Sejarah Pendidikan Islam, Muhtar Yahya, Pent. Jakarta. Bulan Bintang. Hal 79-88. 3 Noer, Deliar.1980. Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta. LP3ES. hal. 4752. 4 Maksum, Madrasah.1999. Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta. Logos. hal. 103. 5 Daulay Putra, Haidar.2007. Sejarah dan Pertumbuhan Pembaharuan Pendidikan Indonesia, Islam di Indonesia. Jakarta. Kecana. 6 Jumhur, H. Danasuparta.1976. Sejarah Pendidikan. Bandung. CV. Ilmu. hal. 226. 7 Departemen Agama RI. 1986. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta. Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN. hal. 77. 8 Asrohah, Hanun. 2001. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Logos Wacana Ilmu. Hal 199. 9 Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, (Jakarta: Sinaar Grafika, 1993), cet. ke-4. 1
35
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
Meretas Pendidikan Ideal;
Madrasah Diniyah, Antara Peluang dan Tantangan
Nara Sumber: Masdar hilmi, MA, Ph.D
Madrasah Diniyah Salah satu lembaga pendidikan yang saat ini sedang berjuang beradaptasi dengan segala perubahan yang ada adalah Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Lembaga ini mengajarkan ilmu-ilmu ke-Islaman dengan metode pembelajaran klasik. Mengingat mayoritas Madrasah Diniyah berada di bawah naungan pesantren. Saat ini Madrasah Diniyah memiliki reputasi yang tidak terlalu baik. Lembaga ini dianggap sebagai lembaga pendidikan yang tidak mampu mencetak out put sesuai kebutuhan zaman. Hal ini disebabkan oleh pragmatisme pemikiran masyarakat pada pendidikan yang hanya berorientasi materi. Mereka menganggap bahwa pendidikan hanya merupakan proses yang harus dilalui agar mendapatkan ijazah. Kemudian, dengan ijazah tersebut mereka bisa diterima sebagai pegawai negeri atau karyawan di perusahaan besar. Tujuan awal pendidikan seperti upaya menghasilkan profesional muda yang memiliki moralitas tinggi dan berakhlak luhur tidak lagi menjadi poin penting. Akhirnya banyak para sarjana yang memiliki intelektualitas tinggi, tetapi rendah moral dan akhlaknya. Di sinilah posisi penting Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah diharapkan mampu memberikan solusi terhadap dekadensi moral yang sedang merebak di tengah masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan mulia ini Madrasah Diniyah memiliki peluang dan tantangan yang berat. Secara lengkap, peluang dan tantangan yang dimiliki oleh Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut. Peluang Madrasah Diniyah Madrasah Diniyah sebagai lembaga pendidikan memiliki perbedaan dengan lembaga pendidikan lainnya. Hal ini menjadi sebuah keunggulan yang tidak dimiliki oleh lembaga lainnya. Madrasah Diniyah sangat mengutamakan aspek afektif. Meskipun demikian, bukan berarti meninggalkan aspek kognitif dan psikomotorik. Dengan basis kepesantrenannya, lembaga ini mampu mentransferkan ketiga aspek ini dengan baik kepada peserta didiknya. Aspek afektif pada Madrasah Diniyah ditransferkan melalui konsep uswah atau percontohan. Seorang ustadz atau guru tidak hanya mengajar peserta didik, namun lebih dari itu ia menjadi contoh dan panutan bagi muridnya dalam bersikap dan bersosialisasi. Aspek ini menjadi sangat urgen di tengah
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
36
|| Meretas Pendidikan Ideal; Madrasah Diniyah, Antara Peluang dan Tantangan || merebaknya dekadensi moral di tengah masyarakat Indonesia. Inilah yang menjadi alasan mengapa aspek ini sangat diutamakan dalam pendidikan di Madrasah Diniyah. Aspek kognitif pada Madrasah Diniyah memiliki kualitas yang baik. Madrasah Diniyah memiliki keilmuan yang terjamin kesinambungannya dengan para pendahulu. Kesinambungan tersebut terletak pada pemahaman dan silsilah para pengajar atau guru sebelumnya. Dengan mengetahui silsilah dan jalur turunnya sebuah ilmu maka kualitas pemahaman yang diperoleh lebih terjaga. Hal ini sangat penting untuk menghindari bias pemahaman antar generasi. Mengingat urgensitas ilmu-ilmu ke-Islaman yang dijadikan pedoman umat muslim dalam beribadah. Aspek psikomotorik pada Madrasah Diniyah tidak memiliki tempat yang strategis. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Madrasah Diniyah bagaimana ia mampu mencetak lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan lembaga lainnya. Madrasah Diniyah dituntut mampu mencetak lulusan yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Selain keunggulan pada tiga aspek diatas, peluang yang juga sangat penting bagi eksistensi Madrasah Diniyah adalah terbitnya UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 dan nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan keagamaan. Madrasah Diniyah yang sebelumnya hanya dipandang sebelah mata karena status kelembagaan yang nonformal, saat ini bisa mendapat legalitas di bawah naungan pendidikan nasional. Hal ini mejadi peluang besar kerjasama antara kedua pihak. Namun, agar hubungan antara kedua pihak dapat berjalan dengan sinergis dibutuhkan kepercayaan dan ketulusan. Jika tidak, maka yang terjadi adalah adanya kepentingan-kepentingan kalangan tertentu. Hal inilah yang terkadang tidak dipahami oleh masyarakat. Adanya kepentingan terselubung yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Akhirnya niat baik ini hanya akan berjalan sementara waktu saja
37 37
sesuai dengan kepentingan yang ingin dicapai. Di sinilah pentingnya kerjasama yang berlandaskan pada kepercayaan dan ketulusan di kedua pihak. Tantangan Madrasah Diniyah Selain beberapa keunggulan dan peluang yang bisa dimaksimalkan agar Madrasah Diniyah tetap eksis, ada banyak tantangan yang harus mampu dijawab oleh lembaga ini. Pertama, Madrasah Diniyah harus mereformasi diri agar mampu menjadi pusat kajian keilmuan Islam yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Kedua, menyempurnakan kurikulum yang ada. Hal ini bisa dilakukan dengan menambahkan kurikulum baru yang dibutuhkan oleh peserta didik. Ketiga, meningkatkan kualitas tenaga pengajar atau guru. Banyak langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas tenaga pengajar seperti perekrutan guru yang ahli dalam bidangnya. Madrasah juga bisa mendelegasikan beberapa guru dalam pelatihan dan seminar. Keempat, melengkapi fasilitas madrasah seperti pengadaan alat-alat praktikum dan laboratorium. Fasilitas ini sangat dibutuhkan peserta didik agar bekal psikomotorik mereka terpenuhi. Beberapa peluang yang dimiliki oleh Madrasah Diniyah dengan pemanfaatan teknologi, penulis yakin lembaga ini mampu menjawab segala tantangan yang ada. Tentunya hal ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama semua pihak khususnya pemerintah. Pemerintah sebagai lembaga tertinggi di negara ini memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya, termasuk kebutuhan akan adanya pendidikan yang mencerdaskan bangsa. Dengan bantuan dan kerjasama semua pihak yang didasari oleh kepercayaan dan ketulusan, Madrasah Diniyah akan tetap berdiri tegak dengan segala keunggulannya di tengah terjangan arus globalisasi. Lembaga pendidikan yang siap menghasilkan profesional muda yang bermoral dan berakhlak luhur. [Sr]
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
Madrasah Diniyah Perlu Penguatan Networking Prof. Dr. H. Moh. Husnuridlo, M.Pd. Jam menunjukkan 10.30 Wib, dengan sabar menunggu, akhirnya tiba waktunya, giliran reporter Genggong menemui Prof. Dr. H. Moh. Kusnuridlo, M.Pd. Dengan waktu yang singkat, kami berbincangbincang, dari perkenalan awal sampai pada pokok pembahasan. Ketika sampai pada poin pembahasan Madrasah Diniyah dengan Khusnuridlo, mengenai PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, dimana dalam PP Nomor 55 tahun 2007 tersebut, didalamnya diatur tentang status kelembagaan Pondok Pesantren dan Pendidikan Diniyah. Yang didalmnya diatur mengenai pendidikan diniyah formal, non formal dan informal. Serta aturan tentang kurikulum yang didalamnya juga ada muatan pelajaran umum. Menurut Khusnuridlo. “Dengan lahirnya PP Nomor 55 Tahun 2007, itu menuntut diselenggarakannya manajamen pendidikan diniyah secara efektif, dimana efektifitas sebuah penggelolaan atau manajemen itu kondisional dan harus berbasis pada potensi lokal, yang itu merupakan ciri khasnya pendidikan diniyah.” Oleh karena itu, tambah khusnuridlo,” Yang perlu diperhatikan oleh pengasuh pesantren dan pengelola madrasah diniyah saat ini adalah manajemennya, yang secara umum terbagi menjadi empat bagian, yaitu; manajemen keguruan, manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan dan manajemen sarana. Nah, core bisnisnya menurut saya dari kesemuanya itu adalah manajemen kurikulumnya,” Menyoal kurikulum seperti ungkapan Kusnuridlo, saat ini, bagi sebagian kalangan para pengelola pondok pesantren dan madrasah diniyah masih menjadi kekahawatiran. Hal ini dikarenakan, adanya PP No. 55 Tahun 2007 tersebut, akan menyebabkan model kurrikulum pendidikan diniyah yang murni salaf akan berubah dan pelajarannya akah lebih dominan pelajaran umumnya. Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan, seperti yang terjadi pada tahun 1975, dengan dikeluarkan SKB tiga menteri, yang menyatakan, ijazah lulusan madrasah MI, MTs dan MA setara dengan lulusan sekolah umum. Tapi, dengan konsekuensi madrasah harus mengajar sekurang-kurangnya 30 % mata pelajaran umum dan 70 % mata pelajaran agama. Tapi
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
38
|| Madrasah Diniyah Perlu Penguatan Networking ||
kenyataannya hari ini berbalik, porsi mata pelajaran umum 70 % dan mata pelajara agama 30 %. Menanggapi persolan tersebut, Khusnuridlo menuturkan, “Itukan merupakan konsekuensi lulusan aspirasi madrasah diniyah setara. Oleh karena itu, harus dipahami secara jernih, bahwa core bisnis dari madrasah diniyah harus terwujud dari kurikulumnya yang betul-betul khas, yang lain itu sebetulnya hanya komplementer, atau konsekuensi logis dari diterbitkannya PP Nomor 55 tahun 2007. Tapi secara kurikulum sebenarnya kita harus memedomani kurikulum yang sebenarnya. Kurikulum sebenarnya bukan sekedar mata pelajaran itu, segala kejadian yang didesain untuk membekali kompetensi santri, makanya saya pikir di pesantren tidak ada masalah dengan 70 % umum dan 30 % agama.� ujarnya.
39
“Tapi perlu diingat mas, kalau itu hanya diukur dari kegiatan belajar seperti madrasah pada umumnya. Tapi juga harus di perhatikan, bahwa proses belajar di pesantren itu 24 jam, kurikulumnya baik yang manisfes atau yang aktual ada juga yang hidden curriculum, dimana santri diajari bersosialisasi secara tuntas, mungkin itu yang justru harus dipertahankan. Jangan hanya gara-gara penyetaraan hal itu hilang, itu yang nanti akan terjadi mereka tidak akan kompetitif,� tegasnya. Meski dalam aturan pemerintah diatur adanya kurikulum muatan pelajaran umum, yang perlu diingat oleh pengelola pendidikan madrasah diniyah dan para pengasuh pesantren ialah nilai asasi pendidikan jangan lupa tetap by design. Jadi, penyelenggaraan program-program yang berbasis muatan lokal tetap ada di dalam pesantren dan madrasah diniyah itu, dan
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
juga bisa mengambil dari luar, sebab itu akan menimbulkan gairah dan menimbulkan semangat baru. Penguatan Jaringan Aspek yang lain, yang menjadi kelemahan dari pendidikan pesantren dan pengelola madarasah diniyah ialah kurangnya akses informasi. Hal ini perlu adanya perhatian khusus oleh pengasuh pesantren dan pengelola madarasah diniyah, kata khusnuridlo “Biasanya kelemahan pengelolaan pendidikan pesantren dan diniyah ialah kekurangan sistem jaringan manajemen informasinya, dan itu perlu ditingkatkan. Saya sering melihat kompetensi lulusan Madrasah Diniyah, khususnya tidak kalah dengan lulusan sekolah umum. Tapi, dimasyarakat sering tidak tampil karena akses informasinya kurang.” “Dan juga terkait penggelolaan akses informasi, pengelola Madrasah Diniyah cenderung out minded atau kabar informasi itu sudah kadar luarsa, dan pengelola pendidikan diniyah sering tidak mendapat keuntungan, padahal pada prinsipnya dengan ditetapkannya PP No. 55 Tahun 2007 itu berarti mempunyai hak yang sama, tapi kenapa dilapangan berbeda? ini diharapkan para pengelola pendidikan lebih berinisiatif, untuk meminimalisir kekurangan informasi itu,”jelasnya pada Genggong. Khusnuridlo menyarakan, “Sesungguhnya para pengelola madrasah diniyah bisa mengoptimalisasi dan menggalakkan peran asosiasi-asosiasi, kelompok-kelompok atau forum-forum madrasah diniyah, karena itu akan memperkuat networking madrasah diniyah sendiri.” Pengembangan Madrasah Diniyah Berbicara pengembangan, Kata Khusnuridlo, “Mau tidak mau pengelola Madrasah Diniyah harus mengelola perubahan. Biasanya modal perubahan ialah kesiapan warga madrasah diniyah atau pondok pesantren agar supaya memiliki pengetahuan sama dan persepsi yang sama. Tahap awal yang perlu diintensifkan dalam pengembangan madarasah diniyah adalah memperbaiki hubungan antar komponenkomponen, diantaranya; Pengasuh/Kiai,
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
Ustadz, Wali Santri dan Santri itu harus komunikatif dan mempunyai komitmen.” “Dan proses pengembangannya dengan berbasis masyarakat, di bidang pembelajaranya berbasis kurikulum. Intinya fokus, artinya pengembangan yang dilakukan harus fokus pada tujuan pengembangan itu sendiri. Kalau sekarang banyak fasilitasi dari pemerintah, fokus utama itu ya untuk mendukung pembelajaran, dan kalau ada pelatihan guru dan pengembangan yang lain, ya tujuannya adalah mendukung proses pembelajaran. Untuk mengembangkan madrasah diniyah tidak harus dengan infrastruktur yang mahal, dan yang tidak boleh dilupakan adalah jaringan, dan perlu menggembangkan jaringan yang kuat, sebagai akses bagi pengembangan madrasah diniyah itu sendiri,” tutur Prof. Lulusan UM Malang ini. Yang paling penting, dan perlu perhatian oleh Pengasuh/Kiai dan pengelola dalam mengembangkan pendidikan diniyah adalah kepemimpinan kultural, “Kalau menurut saya, Madrasah Diniyah itu lebih kultural, maka yang harus dikembangkan oleh pengelola pendidikan Madrasah Diniyah adalah kepemimpinan kulturalnya. Jadi satu sisi tetap merespon dinamika yang ada, tetapi bahwa secara kultural eksistensi Madrasah Diniyah itu merupakan trasformasi dari peletak dasar atau founding father itu harus tetap dipelihara, yang biasanya diwujudkan dalam visi itu. Tapi, kalau prosesnya pengembangannya adalah akademik centris tanpa di imbangi transformasi dari nilai pendiri, biasanya yang terjadi ketahanan mentalnya itu kurang kuat, padahal mentaliti itu bagian pesan dari kurikulum” unkap bapak yang punya dua anak ini. Intinya adalah, bagaimana Madrasah Diniyah harus lebih kompetitif? Dan saat ini dimata pemerintah, Madrasah Diniyah sudah dikukuhkan peraturannya dan mempunyai hak yang sama dengan sekolah dan madrasah yang lain, hanya saja sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimana pengelola dapat mengelola sebaik mungkin pendidikan madrasah diniyah?. [Qm] 40 40
Ta’allum
Ta’allum
Madrasah Diniyah Bermunculan Kementerian Agama Kesulitan Dalam Melakukan Pendataan Drs. H. Moh. Sirojuddin, SH. M.Pd Kepala KEMENAG Kabupaten Probolinggo
Keberadaan madrasah diniyah, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 mempunyai peluang yang sangat besar. Khususnya di Jawa timur, Dr. H. Soekarwo, SH. M.Hum, Gubenur Jawa Timur, menindak lanjuti PP tersebut memberikan perhatian serius dalam pengembangan kualitas madrasah diniyah. Hal ini dilakukan dengan adanya Bantuan Operasioal Daerah atau BOSDA yang berupa, Beasiswa kepada guru-guru yang belum Strata Satu, bantuan berupa opersional madrasah serta bantuan gaji guru yang diberikan setiap bulan. Menurut data Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur (23/11/2010) dalam situsnya, BOSDA tersebut adalah upaya meningkatkan Sumber daya guru madrasah diniyah, pemerintah Jawa Timur menyediakan beasiswa, yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Agama Islam di Jawa Timur sebagai penyelenggaranya. Sabagai salah satu terobosan untuk pengembangan kualitas SDM Guru madrasah diniyah, yang ditargetkan pada 2013 mencapai 10 ribu lebih sarjana dari madrasah diniyah sarjana Strata Satu (S1). Setiap tahunnya ada sekitar 1.500 orang ustadz lulusan Madrasah Diniyah disekolahkan. Hingga saat ini, jumlah tersebut sudah mencapai 4.350 orang, sisanya tinggal 4.670 orang lagi. Untuk mendapatkan BOSDA tersebut, Madrasah Diniyah harus mempunyai legalitas, yang didaftarkan ke Kementrian Agama disetiap daerah. Kata Kasi Kepontren Kabupaten Probolinggo, A. Wafi menjelaskan “Bantuan BOSDA tersebut berupa dana. Madrasah Diniyah Ula mendapatkan sebesar Rp. 15.000, Untuk Madrasah Diniyah Wushto Rp. 20.000. BOSDA tersebut, juga ada anggaran bantuan dana gaji guru, yang setiap bulannya mendapat bantuan sebesar Rp. 300.000 dengan persyaratan, ada 30 murid perlembanganya. Apabila ada 70 orang siswa yang sekolah, maka akan mendapat bantuan 2 orang guru dan gaji guru tersebut bertambah sesuai dengan kelipatan siswanya.” Terlepas dari program BOSDA, perkembangan Madrasah Diniyah yang kian hari bertambah, menjadi kendala tersendiri bagi Kementerian Agama, kata Sirojuddin Kepala KEMENAG Kabupaten probolinggo,
41
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
“ Y a n g menjadi ken“Yang awalnya dala pokok, Madrasah Dinisalah satunya yah di Kabupaten adalah tidak Probolinggo 500 istiqomahnya lebih, sekarang madrasah diniyah dalam sudah ada 800 menyetorkan madrasah diniyah data, data sepada tahun 2011 lalu berubahini” ubah, ya data guru ya data siswanya, itu yang merepotkan kami untuk melaporkan anggaran ke propinsi.” Tidak bisa dipungkiri, bahwa bertambahnya madrasah diniyah disebabkan adanya UU Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 55 Tahun 2007, dimana madrasah diniyah dan pesantren merupakan bagian dari Pendidikan Keagamaan yang diakui sebagai bagian dari Sitem Pendidikan Nasional. Tapi, yang perlu diperhatikan oleh para pengelola Madrasah Diniyah dan pemerintah, seperti yang di katakan Khusnirdlo, “saya sangat prihatin kalau penyelenggaraan MADIN itu trendy atau latah.” Budaya latah, seperti diungkap Ketua STAIN Jember tersebut, seringkali menjadi kebiasaan yang merusak. Hal ini perlu dihindari dan diperhatikan dari semua kalangan lapisan masyarakat. Tidak hanya itu saja, pihak praktisi pendidikan madrasah diniyah perlu mengingat, bahwa membangun bukan sekedar ada, tapi bagimana mempertahankan eksistensi dan kualitas madrasah itu sendiri. Kenyataannya dilapangan, khusunya
Kabupaten Probolinggo, Madrasah Diniyah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, “Yang awalnya Madrasah Diniyah di Kabupaten Probolinggo 500 lebih, sekarang sudah ada 800 madrasah diniyah pada tahun 2011 ini” ujar Sirojuddin. Salah satu upaya untuk mempermudah penyampaian informasi, Sirojuddin menuturkan “KEMENAG membentuk Kelompok Kerja atau POKJA dari tingkat kabupaten sampai kecamatan. POKJA ini dibuat sebagai alat komunikasi antara pemerintah dan para kepala madrasah diniyah. POKJA ini juga sebagai media kepala MADIN untuk berdiskusi tentang pengembangan lembaganya.” Oleh sebab itu, POKJA harus dimaksimalkan secara efektif, karena nantinya agenda besar pemerintah kedepan, Sirojuddin menjelaskan, “pemerintah ada keinginan manjadikan MADIN formal, dengan harapan santri yang ada di madin itu tidak usah memikir dimana lagi. Dan itu nanti kurikulumnya diberikan oleh pemerintah pada lembaga, bahwa 70 % itu materi agama 30 % materi umum. Nanti tergantung pada lembaganya, dan saat ini masih belum ada, karena karena Peraturan Menteri Agama (PMA) masih belum muncul.” Oleh sebah itu, harapan kedapan dari segenap elemen masyarakat, pengelola MADIN, dan Pemerintah. Dengan munculnya PMA sebagai payung hukum MADIN, harapannya adalah eksistesi MADIN lebih bermutu. Amin. [Ba]
“Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan” - Mario Teguh
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
42
43
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
44
45
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
46
T a’allum
Ta’allum
Wawancara: Dr. Sastra Juanda Bidang Kasubdit Kesiswaan, Direktorat Pendidikan Madrasah, di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Guru Madrasah Diniyah Berstatus PNS
Kondisi pendidikan keagamaan di indonesia telah memasuki babak baru dengan di terbitkannya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Pesantren dan Pendidikan Diniyah yang termasuk dalam Pendidikan Keagamaan. Yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya PP Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Tapi, upaya pemerintah dalam merancang UU dan PP tersebut, masih belum usai. Karena Peraturan Menteri Agama (PMA) sebagai pemegang peran atas dasar hukum yang akan diberlakukan pada madrasah diniyah dan pendidikan pesantren, masih belum dikeluarkan, sedangkan status kelembagaan di madrasah diniyah pada tingkat propinsi dan daerah sedang menunggu keputusan tersebut untuk lebih meningkatkan program kerjanya. Genggong, untuk memperjelas kapan diterbitkan dan seperti apa rancangan PMA, melakukan interview dengan DR. Sastra Juanda, bidang Kasubdit Kesiswaan, Direktorat Pendidikan Madrasah, di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI. Bagaimana Program Kementrian Agama menindak lanjuti PP Nomor 55 tahun 2007 kedepan? Iya, PP 55 ini merupakan turunan dari UU Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan pesantren dan madrasah diniyah masuk dalam Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan PP 55 itu, banyak yang terkait dengan pendidikan agama pada sekolah dan pendidikan keagamaan. Yang dilingkungan islam adalah pendidikan diniyah dan pondok pesantren. untuk pendidikan agama pada sekolah kita sudah punya turunan lagi. Yaitu Peraturan Menteri Agama (PMA) dan khusus pendidikan diniyah dan pondok pesantren yang sampai hari ini masih kita selesaikan dan kita rampungkan, dengan harapan kedepan dengan turunan PMA tersebut pendidikann diniyah dan pondok pesantren ini akan lebih memperjelas mengatur tentang pelaksanaan diniyah. Dari sisi pelaksanaan dan status, regulasi ini akan lebih memperjelas status pendidikan diniyah dan pesantren. Walaupun untuk sementara kita masih merujuk pada PP No. 55 bahwa pendidikan diniyah marupakan bagian dari kita dalam
47
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
tanggungjawab pembinaan. Dalam madrasah diniyah ada pendidikan non formal, informal dan formal, nanti bagaimana rancangan yang akan diatur di PMA? Iya, kita memang mengklasifikasi ada diniyah informal, non formal dan formal. Yang diniyah formal inilah yang nanti akan disederajatkan sesuai dengan tingkatannya. Ada setingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. Sehingga diharapkan dengan adanya diniyah formal ini, peserta didik dapat melanjutkan kejenjang pendidikan atas juga. Kecuali pendidikan diniyah formal yang merupakan bagian dari pelengkap dari pendidikan agama bagi peserta didik kita yang sekolah di umum, seperti di SD, SMP atau SMA. Nantinya di diniyah ini akan diperkaya mata pelajaran agamanya. Terkait status Madrasah diniyah, kapan PMA akan dikeluarkan? Sampai hari kemarin, kami masih membicarakan draf PMA itu sendiri, karena draf PMA ini hampir satu tahun kemarin sudah jadi, cuma ditingkat biro hukum perlu dikaji kembali, dan mudah-mudah dalam akhir tahun ini Menteri Agama bisa menandatangani. Perkiraan PMA ini akan terbit pada bulan berapa? Kalau menyebutkan bulan saya tidak berani, tapi yang jelas diupayakan akhir tahun ini, karena Menteri Agama sudah berupaya mendesak Biro Hukum untuk secepatnya diselesaikan. Karena salah satu prestasi menteri itu kan diukur dari jumlah beberapa regulasi yang diterbitkan. Apa yang menjadi kendala belum dikeluarkannya PMA ini? Salah satunya, karena persoalan status ya, karena ada diniyah formal yang hampir disejajarkan dengan madrasah-madrasah formal lainnya, ini yang menjadi kendala. Maka, dalam diskusi, muncul mengada ada diniyah formal, sedangkan di MI, MTs, dan MA juga ada. Padahal yang dibutuhkan diniyah awalnya adalah untuk mengembangkan, memperluas dan menambah pendidikan agama yang relatif diterima peserta didik yang terbatas tadi. Tapi, kecenderungan berikutnya bagaiman anak-anak yang diniyah ini juga bisa sama, karena melihat kenyataan banyak anak-anak yang diniyah tidak sekolah di pendidikan umum formal, sepert tidak sekolah di MI/SD, MTs/SMP, dan MA/SMA. Oleh sebab itu, kita mengakomodir kebutuhan masyarakat itu, jangan sampai mereka lulus sekolah diniyah berhenti. Apa yang menjadi fokus KEMENAG dalam proses pengembangan pendidikan madrasah diniyah? Untuk pengembangan madrasah diniyah ini, ya seluruhnya, termasuk sedang di rancang di PMA ini, diharapkan untuk pusat atau pengajar madrasah diniyah ada yang berstatus sebagai PNS, kita nanti akan ada alokasikan program kesana. pembiayaannya pun sama, nah, bantuan yang bersifat fisikpun sama. Apalagi pendidikan madrasah diniyah formal, termasuk tenaga pendidiknya, InsyaAllah kita angkat menjadi PNS, meski secara bertahap. Apakah nanti anggaran pembiayaan madrasah diniyah, yang diprogramkan dipusat sama dengan anggaran MI, MTs, dan MA? Prinsipnya sama. Seperti, BOS kita berikan di MI dan begitu juga nanti di pendidikan diniyah formal. Jadi di pondok pesantren ada yang menerima bos, itu yang menyelenggarakan pendidikan diniyah formal atau kesetaraan nanti.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
48
|| Wawancara: Dr. Sastra Juanda ||
Nah, itu yang saya tidak bisa menjelaskannya, karena teman-teman dari Direktorat Diniyah dan Pondok Pesantren yang menganggarkan. Karena anggaran itu setiap tahunnya fluktuatif. Beda antara tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, Apakah pemerintah juga merancang untuk membentuk Madrasah Diniyah Negeri? Sampai hari ini, kita masih belum ada kearah sana, karena yang madrasah yang Negeri formal ya sudah ada seperti MI, MTs dan MA. Dan yang madrasah diniyah formal ini hanya sistemnya, dan Belum ada upaya untuk me-Negerikan Madrasah Diniyah itu sendiri. Bagaimana dengan pengaturan kurikulum Madrasah Diniyah? Kita akan atur sendiri pendidikan diniyah itu, artinya ada beberapa subtansi pendidikan agama atau pendidikan umum yang akan kita berikan di diniyah formal itu sendiri. Sehingga waktu mengikuti Ujian Nasional mereka mempunyai pengetahuan ketika melakukan test itu. Oleh karena itu kurikulum akan kita desain, untuk menyesuaikan, ini yang formal. Apakah pengaturan kurikulumnya itu terserah lembaga pengelola? Kita akan memberikan rambu-rambu itu, didalam pengembangannya ini, nanti adalah Satuan Pendidikan itu sendiri yang mengembangkanya, pusat hanya memberikan ramburambu. Misalnya, ada mata pelajaran yang di uji pada ujian nasional, maka materi inilah yang harus diberikan pada peserta didik. Dan pendidikan yang tidak di uji nasional, maka satuan pendidikan yang akan mengembangkan. Kita mengacu pada prisnsip kurikulum, yang mengembangkan adalah satuan pendidikan. Bagaimana dengan kekhawatiran pengelola madrasah diniyah, kalau muatan pelajaran umumnya lebih mendominasi dari pada muatan pelajaran agama di madrasah diniyah? Kaitan dengan kurikulum sebagai leading sector pendidikan, memang kita tidak bisa melepaskan diri dari standar yang ditetapkan oleh BSNP (Badan standar Nasional Pendidikan) dimana kurikulum umum itu juga yang harus diterima oleh anak-anak yang ada dimadrasah baik itu MI, MTs ataupun MA. Begitu diniyah formal kalau seandainya nanti akan menyelenggarakan ujian nasional dan sebagainya. Nah, yang lainnya itu disesuaikan, misalkan mata pelajaran agama bisa dikembangkan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada rambu-rambu kita. Kalau untuk madrasah, sudah rambu-rambunya, dalam bentuk standar-standar yang kita tetapkan. Dan untuk diniyah yang sedang kita selesaikan. Walaupun saat ini banyak orang berpikir kembali, setelah persentase pendidikan umum atau materi umumnya lebih banyak dari pada pendidikan agama banyak yang ingin mencoba, melakukan kembali, bagaimana pembobotan agama ini lebih banyak lagi. Walaupun pundekatannya ada yang formal, ada yang non formal. [Qm] “Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang di idamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan� -Mario Teguh
49
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
Madrasah (Diniyah) Ala Pesantren Oleh : Ahmad Makki Hasan *
Antara Meneguhkan Tradisionalitas dan Memacu Modernitas
Ada banyak bentuk dan jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Sebut saja misalnya Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA), Madrasah (Diniyah), Pondok Pesantren dan sebagainya. Kesemuanya itu, sesungguhnya (tanpa disadari) merupakan aset dari konfigurasi sistem pendidikan nasional. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan tersebut, sejatinya diharapkan menjadi khasanah pendidikan Islam dan dapat membangun serta memberdayakan umat Islam di Indonesia secara optimal. Namun pada kenyataan pendidikan Islam di Indonesia tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Sebagai contoh adalah lembaga pendidikan Islam yang disebut dengan madrasah diniyah. Sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam di tanah air, hingga hari ini madrasah masih dipandang sebelah mata. Keberadaannya seakan turut mengindikasikan bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia penuh dengan ketertinggalan, kemunduran dan dalam kondisi yang serba tidak jelas. Memang terasa janggal dan mungkin juga lucu, karena dalam suatu komunitas masyarakat muslim yang besar seperti Indonesia ini, madrasah diniyah kurang mendapatkan kesempatan untuk berkembang
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
50
|| Opini: Madrasah (Diniyah) Ala Pesantren || secara optimal. Tantangan Madrasah Diniyah Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam seharusnya menjadi sentral khasanah pendidikan Islam. Membangun dan memberdayakan umat Islam di Indonesia secara optimal. Namun pada kenyataannya pendidikan Islam di Indonesia tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Mungkin ada benarnya pepatah yang mengakatakan bahwa ayam mati kelaparan di lumbung padi. Artinya, pada kenyataannya pendidikan Islam (madrasah diniyah) tidak mendapat kesempatan yang luas dan seimbang dengan umatnya yang besar di seantero nusantara ini. Sebagai lembaga pendidikan diniyah, seharusnya madrasah menjadi tumpuan utama dalam proses peningkatan kualitas keislaman masyarakat. Dalam kata lain, maju atau mundurnya kualitas keberagamaan umat Islam itu sangat tergantung kepada madarsah diniyah dan pesantren. Makanya madrasah diniyah ala pesantren yang telah ada sejak walisongo menyebarkan Islam di Indonesia menjadi garda depan dalam proses islamisasi di Nusantara. Madrasah Diniyah dalam Dunia Pendidikan Nasional Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah. Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia. Karena itu berarti negara
51
telah menyadari keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di bumi nusantara ini. Keberadaan peraturan perundangan tersebut seolah menjadi “tongkat penopang� bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya. Madrasah sebagai The Centre of Islamic Civilization Sebagai lembaga pendidikan diniyah, maka madrasah diniyah menjadi tumpuan utama dalam proses peningkatan kualitas keislaman masyarakat. Dalam kata lain, maju atau mundurnya ilmu keagamaan waktu itu sangat tergantung kepada pesantren-pesantren yang di dalamnya terdapat madrasah diniyah. Makanya pesantren menjadi garda depan dalam proses islamisasi di Nusantara. Di masa awal proses islamisasi, maka pesantrenlah yang mencetak agen penyebar Islam di Nusantara. Santri-santri Sunan Giri menyebar sampai di Ternate, Lombok dan kepulauan sekitarnya. Makanya, nama Sunan Giri begitu populer di masyarakat kepulauan Halmahera sebagai penyebar Islam yang trans-kewilayahan. Proses Islamisasi melalui pesantrenpun juga terus berlangsung hingga sekarang. Agen-agen yang dihasilkan pesantren pada gilirannya menjadi penyebar Islam yang paling atraktif. Melalui ilmu keislaman yang dimilikinya melalui madrasah diniyah ala pesantren mereka siap menjadi penyangga Islam yang sangat kuat. Jauh sebelum dunia pesantren mengenal sistem kelembagaan pendidikan nasional yang ternyata awalnya diperkenalkan oleh pemerintah kolonial melalui sekolah-sekolah umum yang didirikannya di berbagai wilayah Nusantara. Sistem pendidikan klasik model madrasah (diniyah) yang terdapat dalam pesant-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T a’allum
Ta’allum
ren-pesantren menjadi lembaga dengan sistem pendidikannya yang khas dapat menghasilkan ahli-ahli agama yang sangat ulet. Melalui sistem wetonan, bandongan, sorogan yang khas pesantren, maka dapat dihasilkan lulusan-lulusan madrasah diniyah yang mandiri dan berkemampuan menjadi agen penyebar Islam yang sangat baik. Mereka inilah yang sesungguhnya menjadi tulang punggung penyebar Islam di Indonesia. Perubahan pun tidak bisa ditolak. Makanya terjadi perubahan di dunia pendidikan Islam, yang dalam khazanah akademis disebut dari pesantren, madrasah ke sekolah. Meskipun demikian, tetap ada yang khas di dalam dunia pesantren meskipun secara struktural pesantren telah mengadopsi sistem madrasi bahkan sistem pendidikan umum. Pesantren memang menerapkan konsep continuity and change atau dalam dalil pesantrennya “al-muhafadzatu alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah”. Yaitu terus melakukan perubahan dan adopsi inovasi tetapi tetap mempertahankan tradisi yang baik dan bermanfaat. Madrasah (Diniyah) di Masa Mendatang Tercatat masih banyak pula madrasah diniyah yang mempertahankan ciri khasnya yang semula, meskipun dengan status sebagai pendidikan keagamaan luar sekolah. Pada masa yang lebih kemudian, mengacu pada Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 1964, tumbuh pula madrasah-madrasah diniyah tipe baru, sebagai pendidikan tambahan berjenjang bagi murid-murid sekolah umum. Madrasah diniyah itu diatur mengikuti tingkat-tingkat pendi-dikan sekolah umum, yaitu Madrasah Diniyah Awwaliyah untuk murid Sekolah Dasar, Wustha untuk murid Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan ‘Ulya untuk murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Madrasah diniyah dalam hal itu dipandang sebagai lembaga pendidikan keagamaan klasikal jalur luar sekolah bagi
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
murid-murid sekolah umum. Salah satu yang terus ada di tengah dunia pesantren tersebut dan mengalami fase pengembangan adalah madrasah diniyah. Pendidikan keagamaan yang dilakukan melalui madrasah diniyah merupakan suatu tradisi khas pesantren yang terus akan dilakukan, sebab inti lembaga pesantren justru ada di sini. Ibaratnya adalah “jantung hati” pesantren. Pesantren tanpa pendidikan diniyah tentu bukan pesantren dalam hakikat pesantren. Pendidikan madrasah diniyah dalam banyak hal dilakukan oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan ini dilakukan secara swakelola. Makanya, guru-guru madrasah diniyah dalam banyak hal juga hanya memperoleh reward yang seadanya. Lebih sering, pendidikan agama (madrasah diniyah) tersebut dikaitkan dengan konsep “lillahi ta’ala”, sebuah istilah yang sering dikaitkan dengan konsep “gratis dan murah.” Epilog Lembaga pendidikan Islam pada umumnya dan madrasah (diniyah) pada khususnya memang masih memiliki banyak masalah yang kompleks dan berat. Bukan hanya karena dunia pendidikan Islam dituntut untuk memberikan konstribusi bagi kemoderenan dan tendensi globalisasi, namun mau tidak mau lembaga pendidikan Islam dalam lingkup madrasah diniyah juga dituntut menyusun langkah-langkah perubahan yang mendasar. Menuntut terjadinya diversifikasi dan diferensiasi keilmuan. Mencari model pendidikan madarsah diniyah alternatif yang inovatif. Tidak semata-mata untuk kehidupan di akhirat saja (ilmu-ilmu keagaman) melainkan juga memacu keilmuan duniawi yang dulu Islam pernah memimpin peradaban Dunia. Semoga! [Mh] * Alumnus Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kini Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik ibrohim Malang.
52
U swah
Uswah
Nabi Muhammad; The Great Teacher Oleh : A. Zaenullah, F * Pendidikan adalah kata yang senantiasa faktual untuk dibicarakan. Apalagi pada bulan April-Mei kemarin, baru saja menyudahi gelaran hajatan besar berupa ujian Nasional, yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia. Mulai dari tingkat menengah sampai sekolah dasar. Tentu semua guru, wali murid dan siswa memiliki harapan yang seragam, yaitu lulus dengan nilai memuaskan. Sebelum sampai pada UN untuk siswa tingkat menengah, mereka dari kelas X hingga XII digodok dengan proses belajar yang maksimal di madrasah masing-masing. Dimana gurunya terlebih dahulu membuat silabus dan RPP sebagai perangkat pembelajaran, itupun kalau guru tersebut membuatnya. Di samping itu, para guru masih difasilitasi dengan beberapa media untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Tetapi, bagi penggiat pendidikan yang notabene kalangan sarungan, masih berkeinginan membuka lembaran bagaimana pola pendidikan dan pangajaran Nabi Muhammad SAW ?. Agar kita mendapat pedoman dan tidak hanya fokus pada aspek kognitif dan psikomotorik saja. Sedangkan satu aspek dinafikan (aspek afektif) yang meliputi; akhlak, kejujuran, sopan-santun dan sebagainya. Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad merupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Beliau melakukan pendidikan Islam setelah mendapat perintah dari Allah SWT sebagaimana tertuang dalam surat al-Mudasir ayat 1-7, menyeru berarti mengajak, dan
53
mengajak berarti mendidik. Pada masa awal Islam, tentu saja pendidikan formal yang sistematis belum terselenggara. Karena pendidikan formal baru muncul pada masa belakangan, yakni dengan kebangkitan madrasah. Permulaan pendidikan Islam bisa ditemukan di Mekkah pada zaman Rosulullah. Nabi Muhammad menyiarkan konsep perubahan radikal, interaksi dan sikap masyarakat Arab yang menjadi mapan sampai sekarang. Perubahan itu sejalan dengan ajaran Islam yang memerlukan kreatifitas dan inovasi secara kelembagaan untuk meneruskan perkembangan pendidikan dan peradaban Islam. Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan atau pendidikan. Memang, perintah Allah kepada beliau adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Beliaulah yang dipilih oleh Allah menjadi pengajar (teacher) atau mu’allim. Di samping itu, Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyebarkan pesan-pesanNya yang terkandung dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pendidik dan pengajar muslim pertama. Pada masa lalu (the past tense) pendidikan Islam diartikan pembudayaan ajaran Islam, yaitu memasukkan ajaran-ajaran dan menjadikannya sebagai unsur budaya bangsa Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan pembudayaan ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa Arab tersebut, maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam budaya bangsa
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
U swah
Uswah
Arab. D a l a m proses pembudayaan ajaran Islam ke dalam masyarakat Arab, turats bangsa Arab berlangsung dan kemudian dilengkapi dengan unsur turats yang baru, Islam. Ada kalanya, Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan sama sekali dengan unsur budaya yang telah ada sebelumnya dan sudah menjadi adat istiadat. Ada pula Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah ada serta praktiknya deviatif (menyimpang) dari ajaran aslinya. Apabila kita sepakati bahwa yang disebut guru adalah orang secara sadar membimbing individu atau beberapa person lainya agar mereka dapat tumbuh dan sukses dalam menjalani roda kehidupan. Maka dalam konteks pengertian ini, Nabi Muhammad dapat diasumsikan sebagai sosok guru agung bagi umat manusia. Meskipun, sang guru sentral tetap Allah SWT. Dalam hal ini, Nabi Muhammad statusnya sebagai Sang Guru, memiliki beberapa tugas khusus yang kaitannya dengan kependidikan. Sebagaimana diketahui dikalangan muslim, beliau diyakini sebagai Nabi dan Rasul penutup. Dengan demikian tugas
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
beliau adalah menyampaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan risalah terakhir dibidang aqidah, ibadah, dan mu’amalah melalui proses pendidikan. Inipun dapat dilihat dalam Al-Qur’an, yang notabene merupakan gambaran dari tugas yang harus dijalankan. Ayat ini memuat dan menguatkan misi kependidikan Nabi Muhamm a d S AW. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 67 yang artinya “Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanatNya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”. Al-Qur’an bagi Nabi Muhammad juga bukan hanya sekedar kitab suci yang memberikan justifikasi kenabian dan kerasulan dirinya. Lebih dari itu, Al-Qur’an menjelaskan tentang konsep pendidikan Tuhan Yang Maha Esa (causa prima) bagi hamba-hambaNya. Hal ini dapat dipelajari pada firman Allah yang maknanya :”(Mereka kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan al-Dzikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada ma-
54
|| Nabi Muhammad; The Great Teacher || nusia apa yang sudah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”. (Q.S.al-Nahl: 44). Dari ulasan ayat tadi dapat dipahami bahwa “mendidik” manusia dengan petunjuk Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadanya merupakan salah satu tugas beliau. Di sini, internalisasi nilai-nilai edukatif Al-Qur’an yang dilakukan oleh Nabi Muhammad tidak hanya lewat nasehat dan pengajaran. Namun, beliau sendiri menjadi illustrator (contoh) yang hidup bagi dasardasar kependidikan yang dikembangkannya. Senada dengan sebuah maqolah yang berarti “dakwah dengan perbuatan lebih baik daripada dengan lisan (ucapan)”. Uswah Nabi Muhammad sangat berperan dalam proses pendidikan dan pengajaran untuk menyebarkan agama Islam di Mekkah dan Madinah. Beliau merepresentasikan apa yang diajarkan melalui perilaku, kemudian menerjemahkan tindakannya kedalam katakata. Sehingga apapun yang diajarkan Nabi Muhammad akan segara diterima oleh para sahabat karena ucapannya telah di awali dengan contoh kongkret. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 21 yang maknanya “sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. Dalam segala hal, beliau adalah guru, pemberi nasehat, petunjuk jalan kebenaran dan seorang mu’allim. Majelis pengajaran beliau sangat luas, dimana saja dan kapan saja dapat memberikan pelajaran. Tetapi, karena Nabi Muhammad lebih banyak waktu di Masjid dalam melakukan aktifitas ritualitas spesifiknya, yakni sholat. Jadi beliau menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan keilmuan. Dengan demikian, Masjid bagi Nabi Muhammad merupakan “Madrasah” dan sekaligus “Kampus” tempat dimana beliau duduk dikelilingi para sahabat dalam halaqoh untuk menyampaikan pelajaran, dzidkir, dan kegiatan lainnya. Namun, begitu pada saat itu bukan hanya Nabi Mu-
55
hammad saja yang menjadi guru, tapi kadangkala beberapa sahabat menjadi badal (pengganti) beliau dalam mentransfer ilmu. Seperti Abdullah Ibn Rawahah, Ubadah Ibn Shamit dan Abu Ubaidah Ibn Jarrah. Dalam setiap halaqah yang diselenggarakan Nabi Muhammad selalu mengajarkan Al-Qur’an. Dan melalui al-Qur’an pula, beliau mengajarkan ilmu-ilmu tentang macammacam fadhilah, wawasan keilmuan, akhkak, adat istiadat yang baik dan manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, prioritas pengajaran AlQur’an sejak awal dakwah Nabi Muhammad dimaksudkan untuk membentuk pola pikir dan perilaku para sahabat yang dijiwai oleh semangat Al-Qur’an. Disamping itu, supaya mereka menerima aqidah-aqidah Al-Qur’an terutama yang berkaitan dengan keesaan Tuhan. Meskipun ilmu-ilmu lain diajarkan dalam halaqah Nabi Muhammad, pengajaran Al-Qur’an tetap menempati posisi terpenting. Karena sesungguhnya sumber ilmu pengetahuan ialah Al-Qur’an. Pendidikan Al-Qur’an itu meleputi bacaan, pemahaman, dan penafsiran. Jika kita lebih holistik dalam memahami pendidikan pada masa Nabi Muhammad SAW, kita harus sepakati dulu definisi kurikulum adalah seperangkat pengaturan isi dan bahan palajaran serta cara yang digunakan sebagai panduan penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah. Maka, dapat dianalogikan bahwa kurikulum pendidikan yang digunakan oleh Nabi Muhammad ialah “kurikulum berbasis Qur’ani” (KBQ). Dimana beliau sebagai teacher utama, para sahabat menjadi murid-muridnya. Dan Masjid atau halaqah keilmuannya sebagai institusi pendidikan atau sekolah tempat proses pengajaran dan pembelajaran berlangsung. Dalam peranan menjadi “kurikulum”, Al-Qur’an menegaskan bahwa orientasi pendidikan adalah membina, membimbing dan mendidik manusia secara individu dan kelompok. Sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai abdullah dan kholifatullah di muka bumi. Untuk membangun dunia sesuai konsep yang telah ditetapkan oleh
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
U swah
Uswah
Allah SWT. Bukti nyata Nabi Muhammad didaulat menjadi mu’allim agung tidak lepas dari implementasi kurikulum Al-Qur’an menjadi sebuah metode pengajaran dan pembelajaran. Misalnya penggunaan metode ceramah atau khotbah, dimana dalam penjelasannya beliau bersifat singkat dan argumetatif. Metode ini dipakai beliau dalam memberikan pengajaran dibidang aqidah. Dalam bidang ibadah, beliau menggunakan metode dialog atau diskusi yang pembahasannya berhubungan dengan pensyari’atan adzan. Selain itu, Nabi Muhammad juga memakai metode praktek dan contoh berkaitan dengan materi ibadah sholat. Kalau sekarang metode praktek tersebut kita kenal dengan istilah contekstual teaching learning (CTL). Di bidang akhlak, beliau diantaranya memakai metode metafora (perbandingan) pada materi pengajaran tentang “perumpamaan orang lain yang mengajarkan ilmu”. Sedangkan dibidang mu’amalah khususnya materi tentang menikah menggunakan metode
nasehat. Nah, pendidikan dan pengajaran Nabi Muhammad SAW beracuan pada Al-Qur’an sebagai kurikulum pembelajarannya. Inti sebuah pendidikan dan pengajaran bagi beliau adalah penanaman suri tauladan bagi peserta didik. Karena dengan uswah hasanah anak didik dapat langsung melihat realita berupa contoh nyata. Dengan ini, siswa bisa meniru (imitasi) perilaku atau tindakan guru dan mempraktekkan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama proses belajar. Untuk pendidikan kita kedepan perlu memberikan porsi lebih pada pendidikan akhlak atau budi pekerti. Agar siswa kompeten bersikap, berbicara dengan sopansantun, bentuk respon terhadap degradasi moral bangsa. “Setiap tempat adalah sekolah, setiap waktu untuk belajar dan semua orang adalah guru”.
Humor Santri; Santri Cerdik dan Seekor Sapi
akal dan langsung berteriak-teriak sambil pura-pura panik. “Saya keluarganya.. Saya keluarganya.. Minggir.. Tolong minggir !” katanya sambil mengacungkan jari dan mendesak maju menerobos kerumunan orang-orang tersebut. Orang-orang pun memandanginya, dan ternyata si santri memang berhasil. Mereka langsung memberi kesempatan kepada santri itu untuk menghampiri korban kecelakaan. Santri itu pun langsung mendekati korban kecelakaan. Dan, betapa terkejutnya ketia dia melihat dengan jelas korban kecelakaan yang diakuinya sebagai keluarganya itu ternyata adalah seekor SAPI!
Seorang santri baru saja lulus aliyah pesantren dengan nilai jayyid jiddan ( lumayan pintar). Dia pun berencana mengadu nasib di Jakarta. Saat tiba di Stasiun Pasar Senen, dia melihat kerumunan orang. Rupanya sedang ada kecelakaan. Di Jakarta, kecelakaan biasanya memang menjadi tontonan yang menarik, maka dia pun memutuskan untuk ikut menonton. Namun teryata kerumunan itu terlalu berjubel sehingga ia tidak bisa melihat korban dengan jelas, apalagi postur tubuhnya yang memang kecil. Jadi, jangankan mendekat, untuk melihat korban saja sulit. Berhubung karena merupakan santri berotak cemerlang, maka dia tidak kurang
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
* Alumni Pesantren Zainul Hasan Genggong.
www.ketawa.com
56
O pini Lepas
Opini Lepas
Revitalisasi Ukhuwah Ma’hadiyah Menengok Peran Alumni Bagi Pengembangan Pesantren Oleh: Abiy Antirogo * Belakangan ini, perkembangan Pesantren mengalami lonjakan yang signifikan. Demikian pula eksistensinya di tengah masyarakat kian diperhitungkan. Hal ini disebabkan pesantren mampu beradaptasi dengan menyuguhkan “menu spesial”: membekali individu dengan wawasan keduniawian dan dibingkai pengetahuan keagamaan. Pesantren tak hanya membina individuindividu yang masih berada di pesantren, tapi pesantren berupaya tetap membangun komunikasi dengan para alumninya. Hubungan ini diwujudkan dalam bentuk perkumpulan alias organisasi alumni. Nah, kalau sudah berbentuk organisasi, AD/ART, visi, misi, program dan seterusnya sudah barang tentu telah dilengkapi. Namun demikian, secara garis besarnya organisasi ini berupaya mengejawantahkan - dan selaras dengan visi dan misi dari - pesantren yang bersangkutan. Perlu diketahui, organisasi alumni hanya diisi oleh orang-orang yang memiliki ikatan emosional dengan pesantren yang bersangkutan. Dalam artian, hanya dihuni oleh mantan-mantan santri pesantren tersebut. Kalaupun ada komunitas diluar itu (alumni) yang bergabung prosentasenya kecil. Dominasi inilah kemungkinan telah menyebabkan komunitas/organisasi alumni tidak sehat. Sehingga tak mengherankan jika kemudian ada yang menyatakan: “maklum organisasinya dibingkai dengan ikatan emosional, saking emosionalnya, sampai-sampai irrasional dan programnya banyak yang gagal total”. Jika diamati, peran komunitas alumni di tengah masyarakat tak lebih hanya bergerak di wilayah “ritual”; bahkan tak jarang atau lebih tepatnya hanya sebagai lokomotif kosong tak berpenumpang dan seolah menyediakan “tempat” untuk ditu-
57
mpangi kepentingan-kepentingan tertentu yang bersifat sementara. Dalam hajatan PEMILU misalnya, tak jarang ada kandidat berusaha mendekati dan mencoba “meminang” komunitas alumni dengan disodori iming-iming tertentu. Ingat, dalam dunia politik untuk mendapatkan simpati dan memperoleh suara, Amien Rais menyatakan, seorang kandidat akan melakukan manuver 3M (money, massa dan media). Seperti biasa, dalam proses pinangannya, seorang kandidat menyodorkan beberapa klausul, diantaranya: bersedia menyisihkan sekian persen dari gajinya setiap bulan untuk kepentingan organisasi alumni. Untuk lebih menyakinkan komunitas ini, kandidat yang bersangkutan bersedia menyalurkan aspirasi dari komunitas alumni, sampai-sampai rela dilengserkan. Kenyataannya, ketika sang kandidat menang dalam PEMILU, justru komunitas ini apatis (no reken, Bahasa Madura – Red.) ketika ada kebijakan yang tak populis dari pemerintah. Sepertinya pepatah yang berbunyi “kacang lupa sama kulitnya” tidak pas, karena dalam konteks ini, “kacang” dan “kulitnya” sama-sama lupa. Ah...! TEORI! Melihat pelbagai peristiwa yang telah dilalui komunitas alumni di berbagai daerah, kiranya sudah cukup banyak bahan untuk dipertanyakan, dievaluasi dan selanjutnya direstorasi. Sebelumnya, mari kita sepakati bahwa organisasi - apapun bentuk, warna bendera dan seterusnya - adalah wahana pembelajaran. Dari sini kita dapat meminjam pendekatan CIPP (Context, Input, Process dan Product) dari Stufflebeam. Context dapat diartikan sebagai tujuan yang hendak dicapai. Sudah barang tentu semua organisasi memiliki tujuan yang akan diraih, tak terkecuali organisasi alum-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
O pini Lepas
Opini Lepas
ni. Tujuan tersebut pastilah sangat bernilai, mulia dan sangat layak diperjuangkan untuk meraihnya. Dengan demikian, hampir bisa dipastikan dalam ranah context tidak ada masalah. Input adalah segala potensi yang secara nyata digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan pencapaian tujuan yang dirumuskan context. Kembali lagi ke organisasi alumni, SDM dari anggotanya sudah tak diragukan lagi, mengingat belakangan para santri sudah banyak yang mengantongi gelar sarjana. Tapi, kalau integritas dan antusiasnya bagaimana? Perlu juga dicermati bahwa setiap tahunnya komunitas ini akan terus bertambah seiring dengan banyaknya para santri yang telah menyelesaikan study-nya. Dengan sendirinya, secara internal dalam komunitas alumni akan terbelah menjadi dua kutub; kelompok muda dan kelompok tua. Kelompok pertama memiliki kecenderungan opportunity oriented, Sedangkan kelompok kedua cenderung safety oriented. Bukan pekerjaan mudah menyatukan dua kecenderungan yang berbeda ini. Tantangannya adalah kedua kelompok ini harus mendapatkan perhatian yang proporsional. Karena jika tidak mereka dihadapkan dengan pilihan: ikut bergabung; memberontak atau bisa jadi bermigrasi. Sebagai catatan tambahan, komposisi dalam semua organisasi terdiri dari 10% orang-orang (maaf) brengsek, 10% dihuni orang-orang baik dan 80% diisi orang-orang yang ikut-ikutan (abu-abu). Konsekuensinya, jika organisasi dipimpin orang yang baik, maka yang 80% akan ikut baik, demikian sebaliknya. Kembali lagi ke input, kira-kira masih ada masalah yang lain? Kalau memang tidak ada, logika hubungannya adalah apabila input-nya benar, maka proses pencapaian tujuannya juga mungkin (bukan pasti) akan benar. Berikutnya Process, benar tidaknya suatu proses memang sebagian ditentukan
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
oleh benar tidaknya input. Namun kondisi ketika proses dilaksanakan turut serta berpengaruh. Product, jika ketiganya berjalan lancar, maka product (tujuan) dapat diraih. Dapat digarisbawahi bahwa karancuan organisasi alumni selama ini kemungkinan penyebabnya adalah pada ranah input atau processs, bukan pada context atau product. Tak kalah pentingnya juga, managemen yang baik juga berperan dalam menentukan arah komunitas/organisasi alumni. Sebagaimana diungkapkan Dahlan Iskan dalam sebuah acara talk show di salah satu stasiun televisi, “ tidak ada organisasi/ komunitas bahkan negara sekalipun yang baik atau buruk, yang ada adalah managemen yang baik atau buruk. Sebesar apapun organisasi atau sekaya apapun suatu negara, lanjutnya, akan runtuh jika managemennya buruk, demikian sebaliknya”. Melihat kenyataan bahwa komunitas alumni selama ini hanya bergerak dibidang “ritual” semata, evaluasi dan restorasi perlu segera dilakukan. Hal ini mengingat komunitas alumni dibentuk bukan semata-mata berdasarkan ikatan emosional, melainkan sebagai wujud pengejawantahan yang sebenarnya dari pesantren di tengahtengah masyarakat. Untuk itu, aspek sosialkemasyarakatan dan kegiatan yang bersifat keilmuan jangan dikesampingkan. Hal ini pula senada dengan harapan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah (pengasuh YPPZH Genggong) yang menghendaki para santrinya agar dapat “mengamaliyahkan ilmu yang ilmiah” di masyarakat. Semoga! [Im] * Alumni Pesantren Zainul Hasan Genggong.
58
S eni Budaya
Seni Budaya
Musuh Menjadi Kekasih Oleh: Ainul Yaqin * Abdullah bin Mubarok bertutur: Suatu tahun pada bulan Dzulhijjah, aku menunaikan ibadah haji. Di dekat Hijr Ismail, aku merasa lelah, tiba-tiba saja kantuk menyerangku hingga aku pun tertidur dengan pulasnya. Dalam tidur itu, aku bermimpi Rasulullah SAW. Beliau berkata kepadaku, “Abdullah, jika kamu sudah kembali ke kotamu Baghdad, datangilah tempat ini (beliau menunjukan nama daerah) dan carilah seseorang yang bernama Bahram, dia seorang Majusi (penyembah api), sampaikan salam dariku untuknya dan katakan padanya, “Allah meridhoimu!!”. Aku tersentak kaget dan sontak terbangun, “La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil adzim, ini mimpi pasti dari syetan”, ucapku. Segera aku berwudlu kemudian sholat dan thowaf di Baitullah beberapa kali. Dan entah mengapa aku mengantuk lagi, kantuk itu benar-benar tak bisa aku tahan, aku tertidur kembali dan hingga tiga kali, aku mengalami mimpi yang sama dengan mimpiku sebelumnya. Beragam tanya berkecamuk di kepalaku tentang misteri dari mimpiku itu, tentang makna dari ucapan Rosulullah, “Seorang Majusi mendapatkan salam dari Nabi, seorang Majusi diridhoi Allah?????”. Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputarputar di benakku. Maka tanpa banyak menunggu. Setelah menyempurnakan ibadah hajiku. Segera aku pulang ke Baghdad. Sesampainya di Baghdad, aku berangkat ke tempat yang ditunjukkan Rasullullah dalam mimpiku sewaktu di Mekkah. Aku bertanya kesana kemari, sesuai dengan petunjuk dari orang-orang disana, akhirnya langkahku tiba di sebuah rumah yang cukup luas.
59
Aku ketuk pintunya, maka keluarlah seorang laki-laki, dari raut wajahnya nampak kalau dia sudah tidak muda lagi. Begitu selesai memperkenalkan diri dan basa-basi seperlunya, mulailah aku bertanya dengan muka serius, “Benarkah bapak yang bernama Bahram?” Dia menjawab, “Iya benar, saya Bahram”. “Apakah bapak memiliki kebaikan disisi Allah?” tanyaku penasaran. “Owh tentu! Aku biasa memberi pinjaman sepuluh dan aku menagihnya sebelas, menurutku ini baik” jawabnya mantap. Aku bergumam, “Hmmm…ini sih bukan kebaikan tapi justru hal haram”. “Apa bapak memiliki kebaikan selain itu?”, tanyaku lagi. “Ada, aku menikahkan empat anak lakilakiku dengan empat anak perempuanku”, jawab Bahram mantab. .”Ini jelas-jelas haram”, kataku dalam hati. “Apakah bapak memiliki kebaikan lain?”, tanyaku mencoba menggali informasi lebih dalam. “Kebaikanku adalah aku membuat pesta besar-besaran pada pernikahan anak perempuanku untuk kaumku Majusi”, Jawabnya bangga. “Ini juga haram”, Bisikku dalam hati. Aku tak habis pikir, semua yang dilakukan orang ini jauh dari kebaikan, bahkan semuanya haram. Apa keistimewaannya sampai Rosulullah mengatakan dalam mimpiku bahwa Allah meridhoinya. Dengan rasa penasaran yang kian memuncak aku coba menanyakannya lagi, “Adakah hal lain yang bisa bapak ceritakan padaku?”, tanyaku penuh selidik. “Begini Abdullah, aku mempunyai anak perempuan yang sangat cantik, aku tidak menemukan satu pun pria yang pantas un-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
S eni Budaya
Seni Budaya
tuk menjadi suaminya. “.....Ibu malu pada Maka aku Allah untuk memmenikahininta sesuatu pada ya sendiri”, selain Dia, lebihjawabnya lebih pada musuhjuga dengan Nya....” bangga. “ W a h yang ini benar-benar keterlaluan!!!”, teriakku lantang, meskipun hanya raungan dalam hati, dan gema suaranya pun hanya aku yang mendengarnya. Tapi yang jelas Allah juga mendengar teriakan hatiku. Sesaat kemudian Bahram melanjutkan, “Aku membuat pesta pada malam hari pernikahanku dengan putriku itu, dan aku mengundang lebih dari seribu orang Majusi, ini adalah malam pertama dimana aku menyetubuhi anakku. Di malam itu, datanglah seorang wanita muslimah ke halaman rumahku, dengan diam-diam. Aku mengintipnya, ingin tahu apa yang di lakukannya. Ternyata dia menyalakan lentera milikku, mematikannya kembali, lalu pergi, kemudian dia datang lagi, melakukan hal yang sama, menyalakan dan memadamkan lentera lalu pergi lagi, ini dia lakukan sebanyak tiga kali. Aku mulai curiga, jangan-jangan wanita ini adalah mata-mata pencuri. Maka tanpa sepengetahuannya aku membuntutinya, sampai kerumahnya. Aku perhatikan di dalam rumah ada seorang anak perempuan yang begitu lemah. Melihat wanita itu masuk, dengan langkah gontai dia menghampiri dan berkata, “Ibu…. Apakah ibu sudah membawa sesuatu yang bisa saya makan, tak tersisa lagi kekuatan dan kesabaran karena rasa lapar ini bu?”, suara anak itu terdengar begitu parau dan lemah. Dengan berlinang air mata dan suara seolah tercerak ditenggorakan, wanita muslimah itu menjawab. “Anakku.. Ibu malu pada Allah untuk meminta sesuatu pada selain Dia, lebih-lebih pada musuhNya, tet-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
angga kita si Bahram penyembah api itu”. “Aku mendengar jelas percakapan mereka Abdullah”, kata Bahram setengah berteriak. “hatiku begitu trenyuh, ada perasaan sedih, kasihan semuanya campur aduk dibenakku, aku bergegas pulang, aku ambil nampan yang telah aku penuhi segala jenis makanan. Aku kembali lagi kerumah wanita muslimah itu, lalu aku berikan nampan berisi makanan itu padanya”, kata bahram dengan mata berkaca-kaca. Aku berkata pada Bahram, “Itu sungguh baik bapak, saya kemari sebenarnya ingin menyampaikan berita gembira untuk bapak”. Lalu aku ceritakan mimpiku bertemu Rosulullah sewaktu di Mekkah, bahwa Rosulullah menyampaikan salam untuknya, bahwa Allah meridhoinya. Wajah Bahram tertunduk seolah ada sesuatu yang membebani kepalanya. Tak aku sangka, tiba-tiba saja Bahram berkata dengan penuh keyakinan,” Abdullah, aku akan masuk ke dalam agamamu, Islam. saksikanlah wahai Abdullah, aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan-Nya”. Bahram bersyahadat. Sesaat kemudian tubuhnya jatuh tersungkur, nafasnya naik turun. Aku tak bisa berbuat hal yang berarti. Apalagi Bahram ternyata menghembuskan nafasnya yang terakhir. Subhanallah, dia mati dalam keadaan beriman, Khusnul Khotimah, Aku tak cepat-cepat pulang hingga aku selesai memandikan, mengkafani, mensholati dan menguburkan jenazahnya, dan aku berkata pada orang-orang yang menghadiri pemakamannya, “Wahai hamba Allah, dermawanlah pada sesama dengan cara yang baik karena itu dapat memindahkan derajat, dari musuh menjadi kekasih”. Di sarikan dari : Al Mawa’idz Al Ushfuriyah Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al Masyhur bi Ushfury. [Rf] * Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Zainul Hasan. Kini Mengajar di Madrasah Tsanawiyah Zainul Hasan Genggong.
60
S eni Budaya
Seni Budaya
Umur Oleh: Al - Faqir * Senja merangkak perlahan. Ufuk timur menghitam legam. Seorang lelaki duduk di keremangan antara senja dan gelap malam. Ia telungkupkan wajahnya. Meringkuk dan menangis. Ia masih muda. Berusia 27. Namun garis keriput terlihat jelas di kelopak mata, pipi dan tangannya. Bibirnya pecah-pecah. Dan matanya merah karena isak tangis yang telah menemaninya mulai pagi menjelang. “Anak muda kenapa? Ada sesuatu yang membuatmu sedih?” Suara itu membuatnya tengadahkan kepala. Seorang pria berumur senja berkaca mata memperhatikannya dengan senyum simpul di bibirnya. Pemuda itu menggeleng sekeras-kerasnya. Lalu menangis lagi. Lebih keras dari sebelumnya. “Jika kau menyesali dosamu, maka segeralah bersuci dengan air wudhu. Karena Ia Maha Pengampun. Jika kau ditimpa musibah, maka segeralah tersenyum. Karena dibalik segala musibah, ada hikmah yang tersimpan.” Pria berkaca mata itu menasehati diiringi gelengan kepala si pemuda tadi. “Aku takut! Aku takut! Yang Mulia, aku takut!” Erang si pemuda sementara sang senja telah pergi. Tersiram warna hitam di sekeliling dua sosok tersebut. Perlahan udara malam berhembus. Menguasai panas siang dan sore yang telah lewat dengan sekejap. “Jika engkau takut akan gelapnya malam, ambillah pelita untuk terangi tempatmu yang kotor. Jika kau takut akan terulangnya maksiat, maka segeralah dekati orang-orang shalih. Mereka dapat membimbingmu untuk tidak berbuat hal tesebut lagi.” Sang pria berkaca mata kembali memberi nasihat. Sang pemuda kembali menggeleng. “Sudah terlambatkah! Bisakah aku…?” Si pemuda menatap sang pria berkaca mata dengan pandangan penuh harap. Ia kembali berkata dengan suara getir,
61
“Siapa engkau? Yang Mulia kah yang perintahkan engkau! Dia, Yang Maha Berhak atas segalanya!” Si pemuda kembali mengerang. Kali ini makin menyerupai lengkingan. Memekakkan telinga. “Yang Mulia telah tawarkan engkau segala hal yang baru aku katakanan padamu! Tapi kau menyia-nyiakannya!!!! Bangkitlah, anak muda keparat! Karena ini hari pengadilanmu!!” Pria berkacamata itu meraih tangan si pemuda dengan kasar dan penuh luapan api amarah. Raut wajah yang tadinya penuh senyum merekah, memerah seketika dengan mata membelalak menakutkan! Ia jambak rambut si pemuda itu dengan sekali genggaman. Dan ia berbicara dengan sengit serta suara membahana ke seantero jagad raya: “LIHAT APA YANG ADA DI DEPANMU!” Daun daun kering berjatuhan. Terdengar suara angin berderu kencang. Guntur menggelegar tak henti henti. Perlahan namun pasti gerimis turun. Menimpa sesosok tubuh kaku terlentang. Wajahnya pucat pasi dan bersimbah darah. Mulutnya menganga. Bibirnya telah membiru. Dikedua tangannya terdapat sejumlah goresan sajam yang memanjang dan sebilah pedang tergenggam di jari jemari tangan kanannya yang telah kaku. Matanya membelalak dan mulai basah oleh rintik gerimis yang telah berubah menjadi hujan. Tubuh yang mendingin dan telah menjadi mayat itu dikelilingi tiga pemuda yang berwajah bengis dan bertubuh kekar. Salah satu dari mereka tak hentinya mengumpat sembari meludahi tubuh tersebut: “Cuih!! Mampus kau, dasar cecunguk! Mau bangun lagi kau, HA!!!Ayoo bangun kalau bisa!!!” “Ayo kita tinggalkan dia disini!! Tidak akan ada yang tangisi kematiannya. Hujan telah turun. Biar saja dia dibawa banjir. Sekalian biar jadi makanan buaya-buaya sungai! CUIHH!” Pemuda kedua dengan golok bersimbah darah dan wajah sangar
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
S eni Budaya
Seni Budaya
berkata sembari beranjak pergi tinggalkan tempat. Pemuda ketiga angkat lagi golokya tinggi-tinggi dan dengan wajah penuh kebencian menghujamkan golok itu tepat di dada si mayat. “UHK! SAKIT, YANG MULIA!SAKIIIIT!” Pemuda itu mengerang. Pria berkaca mata tersenyum sinis. Tangan yang masih menjambak rambut si pemuda ia gerakkan makin kasar. Bagai sekuntum mawar memekar, tubuh sang pria memutih namun pancarkan sinar hitam legam mulai ujung rambut hingga ujung kakinya. Berkepak bunyi sayap yang tiba-tiba muncul dari punggungnya dan wajah si pria memerah. Kacamatanya menghilang dan seketika berganti menjadi mata merah yang menyala. Kobarkan kemarahan dan kemurkaan di dalamnya. Mendadak sekeliling menjadi terang oleh sinarnya. Ia menyeringai penuh kebencian pada pemuda itu. Sang pemuda terbelalak dan berteriak... “TIDAK… AKU… AKU TAK MAU... AKU TAK MAU MATIII! ITU BUKAN AKU! BUKAAAAAN!” “ANEH!!!! KENAPA TUBUHMU SENDIRI TAK KAU AKUI HAHH??!!!” Seru sang pria bersayap. Tangisan dan erangan sang ‘pemuda’ bercampur dengan suara menggumam tak menentu. Ia bandingkan mayat itu dengan dirinya untuk ke sekian kalinya yang bisa ia hitung semenjak pagi menyingsing.Wajah itu adalah wajahnya. Mayat itu adalah dirinya. Darah itu adalah darahnya. Luka itu adalah lukanya. Dan pedang itu adalah kejahatannya. Mendadak sekilas flashback memutar dihadapannya, membentuk gumpalan yang kemudian mengurai bagai rol film yang dihamparkan dengan gerakan cepat. Pagi menjelang. Kicau burung begitu renyah sambut hembusan angin yang sejuk menyegarkan. Pohon cemara bergoyang ikuti angin yang membelai daun dan rantingnya. Ciptakan aroma relaksasi alam yang tak terlukiskan. Sayup sayup, pagi tenang itu dibuyarkan oleh suara manusia. Serak dan terluka. Suara dari seorang hawa. “Kau sudah bohongi aku, jika. Kapan
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
kau akan berhenti berbohong? Kapan Hawa dapat bersamamu selamanya? Kemarin kau memintaku untuk datang ke tempat ini, janjikan Hawa untuk kabur bersama hari ini dan hidup bahagia dan saling mencintai sehidup semati. Tapi hari ini, kau memintaku pergi? Kenapa, Jika? Aku dan jabang bayi ini ingin selalu bersamamu. Jangan minta aku untuk pergi. Jangan!” Jika menggenggam tangan Hawa sangat erat hingga Hawa mengerang kesakitan dan dengan ketus menjawab: “Dengarkan aku! Kau tidak pantas untukku! Bayi dalam perutmu itu bukan anakku. Itu hanya kecelakaan. Lagipula, kau bukan ibuku yang selalu merengek ingin dekat denganku! Jika kau ibuku sekalipun, aku bunuh kau untuk kedua kalinya! Lihat, aku masih muda! Kau juga! Kita bebas. Buat apa selalu bersama dan bermimpi hidup berdua dengan? Pergilah, wanita jalang! Dan jangan coba-coba kau pulang ke rumahmu yang menjijikkan itu!” Jika menghempaskan tubuh Hawa yang lemah ke tanah. Mendadak dari kejauhan derap sekelompok kuda melaju cepat. Ciptakan kepulan debu di belakangnya. Tiga kuda ditunggangi pemuda pemuda kekar dengan golok terhunus dan wajah penuh amarah. Salah satu dari tiga orang itu berkata dengan suara keras memekik: “JIKAAAAA...! DASAR BANGSAT! MAU KAU BAWA KEMANA PUTRI DATUKKU??!” Jika menyeringai. Ia mengeluarkan belatinya dan kembali mencengkram pergelangan tangan Hawa dengan kasar dan merengkuhnya dalam pelukannya. Dan dengan pandangan mata dingin Jika, belati itu terbenam dalam tenggorokan dan perut Hawa dengan sekali gerakan. Semburatkan darah segar yang mengucur deras. Niat hati hitamnya terlaksana untuk membunuh hawa dan jabang bayinya. Hawa menggelepar dan sedetik kemudian asap putih keluar dari tubuh yang teraniaya itu. Membumbung tinggi menembus langit. Tinggalkan jasad, membuat dingin tubuh Hawa dengan seketika. Tiga pemuda itu
62
|| Cerpen; Umur || berteriak dengan suara penuh dendam “Hayo! Aku tidak takut pada kalian! Aku tidak akan mati! Aku dapat lindungi diri dengan ilmu yang kupelajari lebih tinggi dari ilmu ilmu kalian!” Jika mengejek. Seringai sombong makin membuat kerut wajahnya makin tampak. Kilatan cahaya congkak menghias kedua matanya. Belati berdarahnya ia acungkan. Merasa senang telah membunuh satu jiwa lagi diantara sekian banyak jiwa yang telah ia bunuh. Angin menderu. Pagi yang indah telah menjadi lagu kematian bagi setiap rumput, tanah, pohon, dan jalanan yang siap menjadi juri pertikaian nafsu angkara murka para iblis yang menjelma dalam wujud manusia. Jika berdiri dengan congkak.Wajahnya penuh keyakinan dapat mengalahkan tiga pemuda yang telah turun dari kuda mereka dan merangsek maju. Mengepung Jika dengan golok yang berkilat di tangan kanan mereka. Mata mereka memerah karena tahan amarah. “Dasar pemuda sombong! Tak tahu diuntung! Datuk telah berbaik hati menampungmu sejak kecil dan sudah menganggapmu sebagai anaknya sendiri! Tapi kau hamili putrinya dan kini di hadapan kami kau membunuhnya! Apa dendammu pada Datuk kami, bangsat!? Dasar pemuda setaaan!!” Jika menyeringai. Dengan suara tegas dan tanpa merasa berdosa sama sekali, ia menjawab: “Dendam? Huh, kurasa aku hanya ingin kapasitas kemudaanku tetap terpenuhi dengan menunjukkan segala kejantananku pada dunia khusunya datuk!Tidak ada yang dapat menghalangiku melakukan itu semua. Bahkan kalian sekalipun, takkan dapat menandingiku! Karena aku lebih muda dan lebih kuat dari kalian. Dan pastinya, ilmuku lebih hebat dari kalian semua. Hahahahaha!!” Sedetik kemudian, hawa pertempuran menguar dan berhembus di jalan dan menggoyangkan rumput rumput dan ilalang. Mentari merangkak naik sementara pertempuran adu belati dan golok ciptakan
63
musik kematian yang membahana. Jika mulai berkeringat. Betapa tidak, kedua tangannya harus lihai menangkis kecepatan enam tangan para pria yang makin bengis gerakannya. Semua ilmu yang Datuk berikan pada Jika secar sukarela, telah meresap namun tersalur ke lubang kedzaliman. Tangan Jika mulai kebas oleh sabetan belati dan golok yang menggila. Sesekali belatinya sendiri melukai seorang pria yang mengeroyoknya. Namun rasa semangat untuk menyerang mulai memudar di jiwa Jika. Ia mulai khawatir pertempuran itu tak dapat ia menangkan. “Hanya itu kemampuan kalian?!!” gertak Jika sembari tangkis golok seorang pengeroyok yang menjurus ke lengannya. Namun, tangkisannya meleset. Kucuran darah segar mengalir dari lengannya. Rupanya tangkisan Jika yang meleset menjadi awal penderitaannya di pagi itu. Sabetan golok yang banyak itu kembali berhasil mengenai tangan, dada dan punggungnya. Jika tersungkur ke tanah. Ia berusaha bangkit tapi salah seorang pengeroyok hunuskan belatinya ke jantung Jika dengan cepat. Seakan tak memberinya kesempatan utnuk bernafas lebih dari sepersekian detik. Dengan seringai penuh kemenangan, sang pemuda mencabut goloknya dengan kasar dan mundur tiga langkah. Jika menatap satu persatu wajah ketiga pengeroyoknya. Belati ditangannya ia genggam sebisa mungkin seakan berharap pertempuran itu tak berakhir seperti ini. Matanya mulai berkunang kunang. Nafasnya ia rasakan hanya sampai ke perut. Otaknya ia rasakan seperti bernafas dari tenggorokan. Tenggorokannya berbunyi keluarkan suara aneh. Rasa dingin menjalar cepat ke sekujur tubuhnya padahal mentari yang mulai beranjak siang terasa panas merangkul hawa hari itu. Makin dingin bagai es ia rasakan dipunggungnya. Mendadak bayang putih berkelebat. Tarikan kasar ke belakang merenggut rasa dinginnya. Jika berteriak serak penuh kesakitan yang sangat. Bagai belati panas yang menyentuh dirinya. Ia berteriak makin keras dengan
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
S eni Budaya
Seni Budaya
mata terpejam berharap panas yang sangat itu hilang. Matanya pun memanas. Ia membuka matanya dan sosok didepannya jatuh berdebum tepat melewati dirinya. Jika menghela napas panjang. “Aku belum mati!! Aku memang tak bisa mati” Jika menyeringai penuh keyakinan. Namun sejurus kemudian, ia tersentak. Awan diatas menggelayut. Nuansa pelangi mewarnai terik matahari siang. Sedetik kemudian pandangan itu berubah menjadi kobaran api. Kepulkan asap tebal dan ber bau menyengat. Suara teriakan banyak orang memekakkan telinga Jika. Ia tutup telinganya. Maksud hati tak mau dengarkan teriakan itu. Ia merasakan tubuhnya mengerut. Kakinya terasa panas. Punggungnya serasa melepuh. Jika kembali berteriak dan menangis.Tak hentinya ia katakan sakit, takut dan tak mau. Tak mau mati dan tak mau menyadari kenyataan yang ada bahwa ia hanya seonggok daging
yang tak berguna. Kelebatan flashback berlalu... Jika tertunduk. Mayat dihadapannya mulai menguarkan bau tak sedap. Hujan makin lebat mengguyur bumi yang tadinya penuh darah pertempuran. Ngeri, sedih, takut, bimbang dan yang paling menusuk hati Jika adalah rasa sesal yang tak terperi. Teringat ia akan Hawa. Tubuh suci itu telah dibawa naik. Sekilas ia lihat senyum terhias di bibir wanita itu. Ia pergi dalam damai. Sementara ia sendiri… “Aku...sudah...terlambat” “Ya, kau memang sudah terlambat!! Sekarang ikut aku!!” Ia merasa dihempaskan ke dasar bumi paling dalam. Sedalam dalamnya. Sekeras kerasnya. Teriakannya tak digubris. Kesakitannya diacuhkan. Ampunan untuknya telah ditutup. [Gb]
Rindu
Kau
Oleh : Ahsan Malik Saif
Bendungan airmata mengundang sesak didada. Mengalir deras menyayat kepiluan nestapa. Mengiris pedih gelora asa yang menggema di jiwa. Tersungkur, menunduk, meratapi kesendirian yang rindu saat masih ceria di rumah tercinta. Aku rindu, Rindu wewangian kesturi di pojok masjid itu. Ruangan yang tentramkan jiwa saat pilu. Melodi indahnya irama Ilahi yang terlantun menyentuh kalbu. Ku ingin meneguk secawan anggur, Agar aku mabuk dengan cinta-Nya yang melebur, Bersama para kekasih-Nya dalam tafakkur, Akan Keagungan-Nya yang akal tak dapat mengukur.... [Mekkah-Pagi Hari, 27 Rojab 30]
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
* Salah Seorang Shohibul Bait Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Oleh : Ainul Yaqin
Diantara bisikin lembut nan kuat ini kenakalan dan ketaatan bertarung dalam jiwamu Kau bisa terjerumus dalam kubangan hina, bila melumpurkannya bahkan kau bisa lebih binal dari binatang, bila ingkar pada Tuhanmu bila aniaya pada sesamamu. Hina sehina-hinanya Rendah, serendah-rendahnya Kau pun bisa naik melebihi derajat penghuni langit saat kau membeningkan hati dan memalaikatkan kalbumu saat penghambaanmu sepenuhnya pada Sang Pencipta saat kau bermanfaat bagi sesama dan alam semesta Mulia, semulia-mulianya Luhur, seluhur-luhurnya. Tetaplah menyadari ini, Selama beriman dan berperilaku baik kau kan abadi dalam sebaik-baik bentuk.
64
P rofil
Profil
Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi;
Sosok Kiai Muda Mahir Astronomi Oleh : Lutfi Hidayat * Seorang ulama’ yang masih belia pada era 50-an terkenal akan kemahirannya dibidang Asrtronomi, beliau juga merupakan salah satu santri kesayangan dari KH. Hasyim Asy’ari tebuireng Jombang. Di lingkungan keluarga besarnya di pesantren Zainul Hasan Genggong, beliau dikenal dengan panggilan “Non Tuhfah”. Nama lengkapnya adalah Ahmad Tuhfah Nahrawi, beliau dilahirkan pada tahun 1351 H/1931 M, putra ke enam dari sebelas bersaudara pasangan Kiai Ahmad Nahrawi dan Nyai Marfu’ah. Non Tuhfah merupakan cucu kesayangan Almarhum Al-Arif Bilah KH. Mohammad Hasan Genggong, hal tersebut dapat terlihat dari perhatian dan kasih sayang sang kakek kepadanya. Ke’aliman Non Tuhfah sudah telihat sejak beliau berusia belasan tahun. Di usianya yang masih belia, beliau telah menulis sejumlah kitab, diantara kitab-kitab beliau yang terkenal adalah; kitab Tuhfatul Atfal tentang ilmu tajwid Al-Qur’an yang beliau tulis saat berusia 18 tahun, menginjak usia 20 tahun beliau kembali menulis kitab Mirqotul Ulum Tuhfatul Tsaniyah ringkasan dari kitab Alfiah Ibnu Malik dan Tuhfatul Karim yang membahas Qiro’atus Sab’ah. Kitab-kitab tersebut beliau susun antara tahun 1948 M hingga tahun 1951 M. Sangat menarik sosok dari Non Tuhfah, di usia muda beliau telah mengarang beberapa kitab padahal semasa hidupnya Non Tuhfah hanya sekali saja nyantri pada Kiai Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang, hanya dengan kurun waktu satu minggu. Hal ikhwal dari proses Non Tuhfah menjadi santri Kiai Hasyim Asy’aripun terbilang unik, karena sang Kiai lah yang meminta beliau untuk menjadi santrinya. Hal ini berbeda dari kebanyakan pemuda pada masa itu yang meminta sang Kiai untuk menjadi
65
gurunya. Selain ke’aliman beliau dibidang ilmu agama, Non Tuhfah juga terkenal mahir ilmu perbintangan dan antariksa. Menurut sebuah pendapat, saat berkumpul dengan beberapa santri di pesantren Zainul Hasan Genggong, beberapa santri dibuat tercengang oleh kemahiran ilmu astronomi Non Tuhfah. Beliau menunjukkan kemahirannya dengan menyebutkan jumlah lidi yang terdapat pada dua sisi pelepah daun kelapa yang baru jatuh dari pohonnya tanpa mengitungnya terlebih dahulu. Dengan hitungan ilmu perbintangan, sedikitpun hitungan beliau tidak meleset dari aslinya. Disisi lain, sosok Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi sangat lekat dengan kezuhudannya (lebih mengutamakan urusan akhirat daripada dunia). Keistiqomahan beliau dalam beribadah semasa hidupnya, tak dapat ditandingi para pemuda lainnya. Beliau terkenal akan keistiqomahannya membaca surah Yasin sebanyak 40 kali setelah usai melaksanakan shalat maghrib hingga waktu shalat Isya’ tiba. Selain ketawaddhu’an dan keikhlasannya, Non Tuhfah juga terkenal sangat tunduk dan patuh kepada kedua orang tuanya. Bahkan, saat mendapatkan kesulitan ketika mengarang kitab, beliau langsung merangkak dibawah selangkangan kedua kaki ibunya untuk meminta restu agar diberikan kemudahan dalam mengarang kitab. Sang Penggagas Kemandirian Kiai Ahmad Tuhfah Nahrawi belum pernah menikah semasa hidupnya, selain itu beliau terkenal disiplin dalam mengajar. Kedisiplinannya dalam belajar dan mengajar menjadi contoh bagi para guru pada masa itu. Dikalangan para santrinya beliau terkena sangat disiplin,
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
P rofil
Profil
gaya mengajar beliau yang khas adalah dengan selalu memberikan ujian secara lisan kepada para santri yang diajarnya. Ujian yang beliau berikan kepada para santri tidak tentu hari dan tanggalnya. Materinya pun selalu berubah-ubah hingga megharuskan para santri untuk selalu mengingat pelajarannya, baik pelajaran yang baru diberikannya maupun pelajaran yang telah lama diajarkan. Gagasan yang pernah dibuat beliau dibidang pendidikan pesantren Zainul Hasan Genggong, adalah dengan mengupayakan penggunaan kitab-kitab asli karangan beliau sendiri dan beberapa kitab dari pengasuh pondok Genggong lainnya. Beliau mengupayakan kemandirian pada sektor pendidikan dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di pesantren. Gagasan beliaupun berjalan dengan baik, hingga beliau akhirnya wafat pada tanggal 14 Rabi’us Tsani 1371 H/31 Desember 1951 M.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
Saat beliau wafat inilah begitu nampak betapa besar kasih sayang sang kakek Almarhum KH. Mohammad Hasan kepadanya. Diantara putra dan cucu Almarhum KH. Mohammad Hasan, hanya saat beliau wafat saja kakek beliau menangis melepas kepergiannya menuju sang Khaliq. Beberapa waktu sebelum beliau wafat, Non Tuhfah sempat becerita kepada kakekya (Almarhum KH. Mohammad Hasan). Beliau menceritakan tentang mimpinya, bahwa matahari, bulan dan seluruh bintang dilangit turun ke bumi dan bersujud padanya. Seketika kakek beliau menangis sambil memeluk beliau. Beberapa hari setelah menceritakan mimpinya kepada kakeknya, beliau kemudian jatuh sakit dan wafat pada usia 20 tahun. [Loet] * Alumni Pesantren Zainul Hasan Genggong.
66
K hazanah
Khazanah
Ketika Medis Membincang Tahajjud? Oleh: Moh. Qomaruzzaman, M.Pd * Dalam sebuah hikayat Ibn Al-Rumi menjelaskan keadaan orangorang yang rajin bangun malam dan memohon ampunan pada akhir malam, beliau menggambarkan seperti berikut, “Pada malam hari, manusia memilki keadaan dan kedudukan yang berbeda-beda. Ada yang melewatinya dengan tidur hingga subuh. Ada yang terjaga sepanjang malam tetapi bukan untuk ibadah kepada Allah. Ada yang berada dalam kelalaian dan kesia-siaan hingga menjelang fajar. Ada yang begadang malam tetapi ketika fajar menjelang malah tidur pulas. Ada yang melewati malam dengan melampiaskan syahwat, berbuat kemungkaran, dan meminun minuman keras. Dia tidak takut pada Penciptanya dan tidak merasa malu kepada sesama mahluk. Ada juga yang melewati malam dengan berbuat kejahatan, menipu orang, dan melakukan kerusakan. Namun, ada orang-orang yang melewati malam dengan bersujud dan berdiri di hadapan tuhannya. Mereka itulah orang-orang yang lambungnnya jauh dari tempat tidurnya, yang dijanjikan Allah kenikmatan amat istimewa.” Yang dimaksud kenikmatan amat istimewa dalam gambaran Al-Rumi ialah Allah akan menggangkat derajat seseorang ketempat yang terpuji dan akan mengabulkan segala permohonannya ketika orang-orang melakukan sholat dan berdzikir ditengah kesunyian di waktu orang melakukan berbagai akitifitasnya masingmasing. Allah Swt. berfirman, Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
67
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS Al-Israa’ [17]: 79). Sesungguhnya pada malam hari terdapat banyak rahasia diantara rahasia Allah yang tidak diketahui oleh umat manusia, karena pada saat itu Allah Swt akan senantiasa memberikan ampunan dan apa yang diminta hambanya. Rosulullah Saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. Turun kelangit dunia setiap malam, pada sepertiga terakhir malam, Dia berfirman, ‘adakah orang yang bertobat sehingga Aku menerima tobatnya? Adakah orang yang memohon ampun sehigga Aku mengampuninya? Adakah orang yang meminta sehingga Aku memberi apa yang dimintanya? Demikian seterusnya hingga terbit fajar” (HR Al-Bukhari dan Muslim). Untuk mendapatkan pengampunan dan permohonan Allah Swt. Dia memberikan petunjuk pada umat Muhammad, bagaimana dan apa yang harus dilakukan? Seperti dalam firman-nya, Dan pada sebagaian malam, bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang pada malam hari. (QS AlInsan [76]: 26). Dalam sebuah hadits dari Jabir R.a meriwayatkan bahwa Rosulullah Saw. Bersabda, “Sesungguhnya pada satu hari ada satu waktu. Jika seorang muslim memohon kebaikan kepada Allah agar diperbagus urusan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut, niscaya Dia akan memberinya. Waktu tersebut ada setiap malam.” Dari keterangan ayat dan hadits diatas, Allah memberikan jaminan akan dihapus dosa-dosanya dan dikabulkan permohonannya, bagi orang-orang yang berteguh hati dan bangun dari tidurnya, kemudian berwudhu untuk melakukan sholat malam, membaca Al-Qur’an, berdzikir, beristiqfar, berdoa dan menangis bermunajat pada Al-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
K hazanah
Khazanah
lah Swt, dengan penuh pengharapan dan takut kepada-Nya karena waktu malam adalah waktu yang lebih tepat. Allah Swt. Berfirman, Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (QS Al Muzzammil [73]: 6). Tentunya, dalam menjalankan sholat di malam hari harus dibekali dengan keikhlasan, kesabaran dan istiqomah menjalankannya. Sebab bagi mereka yang melakukan hal itu, insyaAllah Allah akan membuka hijabnya terhadap manusia itu. Seperti keterangan sebagian Ulama salaf, ketika tiba waktu malam, hijab antara Allah dan manusia akan terbuka, bagi mereka yang istiqomah dan sabar melakukannya akan merasakan kenikmatan dari segala nikmat yang ada didunia ini, sebab Allah akan memberikan bekal kehidupan mulia nan abadi di disisinya. Pandangan Medis Dalam sebuah hadits dijelaskan sholat malam dapat menghapus dosa dan menyehatkan badan, dari Salman Al-Farisi meriwayatkan bahwa Rosulullah Saw. Bersabda, “Hendaklah kalian mendirikan shalat malam karena shalat malam adalah kebiasaan orang-orang sholeh sebelum kalian, pendekataan diri kepada kalian, penebus dosa, dan pengusir penyakit dari badan.” (HR Al-Tirmidzi [hadis no 3549] dan Al-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir. 6 / 317 ) Dari keterangan hadits diatas, betapa banyak hikmah sholat malam bagi mereka yang melakukannya, diantaranya ialah dapat menjadikan tubuh bugar, bersemangat dan bisa terhindar dari penyakit-penyakit punggung pada usia tua. Dalam salah satu penelitian medis, terbukti bahwa orangorang tua yang terbiasa shalat tahajjud di malam hari dan pada malam ramadhan (sholat tarawih) relatif lebih aman dari serangan penyakit pada tulang punggung dari pada orang-orang tua yang tidak sholat malam. Dr. ’Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ahmad Qurquz (Dalam Ma’a Al-Thibb Fi Al-Qur’an,
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
h. 108). Menerangkan sholat malam juga dapat meningkatkan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit yang menyerang jantung, otak, organ-organ tubuh yang lain sehingga menyebabkan kejang jantung serta pembekuan darah dalam jantung dan otak. Hal itu disebabkan orang yang bangun malam menghentikan kebiasaan tidur dan ketenangan yang terlalu lama yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Hasil research lain juga menunjukkan sholat malam dapat memperkuat ketahan tubuh, penelitian ini dilakukan oleh Guru Besar IAIN Sunan Ampel, Prof. Dr. Mohammad Sholeh, dalam rangka menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Airlangga (UNAIR), pada tahun 2000, beliau melakukan penelitian desertasinya dengan judul “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik: Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi.” Penelitian beliau dilakukan kepada 41 siswa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Sebelum melakukan shalat tahajud, para siswa ini diambil darahnya lalu mereka melakukan shalat tahajud selama dua bulan. Shalat tahajjud dimulai pukul 2.00-3.30 wib sebanyak 11 rakaat, dengan dua rakaat sebanyak 4 kali dan ditutup shalat witir sebanyak tiga rakaat dan dibarengi dengan dzikir-dzikr yang lain. Hasil penelitian itu, dari siswa 19 orang yang istiqomah sholat tahajjud dan 23 orang siswa yang tidak sanggup menjalankan sholat tahajjud setelah diperiksa di tiga laboratorium di Surabaya (Pramitha, Prodia dan Klinika), membuktikan bahwa hormon kortisol (hormon stres) siswa yang istiqomah sholat tahajjud itu lebih seimbang dari pada yang tidak sanggup istiqomah sholat tahajjud. Kalau hormon kortisol penuh, itu merupakan tanda-tanda kalau seseorang sedang mengalami stres. Penumpukan hormon ini dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, liver, jantung, hipertensi, dan sebagainya. Ternyata ha-
68
K hazanah
Khazanah
sil penelitian Prof. Sholeh menunjukkan bahwa sholat tahajjud itu bisa mengurangi jumlah hormon kortisol yang meningkat menjadi luminitatif atau seimbang sehingga mengurangi tingkat stres seseorang. Jadi, sistem imunitasnya menjadi baik. Orang yang stres, sering diketahui rentan dengan penyakit terutama kanker. Sebaliknya dengan tingkat stres yang rendah, berarti seseorang itu memiliki imun yang kuat sehingga tubuhnya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa shalat tahajjud itu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tapi shalat tahajjud yang dapat dira-
sakan manfaatnya tentu bukan sekadar “melakukan” shalat tahajud. Namun shalat tahajjud yang dilakukan dengan khusuk, yang didasari oleh kesadaran mendalami terhadap makna, tujuan, dan konsekuensinya. Jadi sholat bukan sekedar ritual untuk menggugurkan kewajiban, sehingga pada pelaksanaannya tetap harus dikerjakan dengan rileks, namun rutin dan disertai dengan ketepatan gerakannya. Semoga Allah Swt. memberikan kita keteguhan iman untuk melakukan sholat malam demi mengharap ridho dan hidayahnya. Amin! [Qm] * Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Zainul Hasan.
Humor Santri; Suara Tuhan Sejak masih muda KH. Amanullah (Tambak Beras) memang terkenal sebagai santri yang cerdik dan banyak akal. Pada waktu masih muda banyak diantara teman-teman santrinya yang suka menjalankan riyadlah dengan melakukan puasa, wirid dan sebagainya. Hal ini dilakukan selain sebagai upaya mensucikan kondisi spiritual (batin) juga sebagai upaya memperoleh berkah dari Allah. Pada suatu hari ada seorang santri yang sedang melakukan riyadlah (olah rohani). Mengetahui hal ini Gus Aman (panggilan akrab KH. Amanullah) bertanya pada yang bersangkutan: “Kapan sampeyan telasan (berakhir) melakukan riyadlah?” Santri tersebut menyatakan bahwa telasannya malam Jum’at. Mendengar jawaban tersebut Gus Aman menyarankan agar wirid telasan dilakukan di sudut imaman Masjid, agar do’anya makbul. Pada malam yang ditentukan, santri tersebut benar-benar menjalankan saran Gus Aman. Tepat jam 01.00 malam dia wirid dan berdo’a dengan sangat khusu’nya. Diam-diam Gus Aman ngintip dari lubang ventilasi. Kemudian dengan suara yang dibuat bergetar Gus Aman bilang : “njaluk
69
opo ngger?” (minta apa cucuku). Mendengar pertanyaan ini sang santri langsung teriak sambil menangis : “Ya Allah, kulo nyuwun ilmu ingkang manfa’at, nyuwun akal ingkang padang, nyuwun rizqi ingkang kathah lan derajad ingkang murwat.” (Ya Tuhan, aku mohon ilmu yang bermanfaat, akal yang jernih, rizki yang banyak dan derajat tinggi). Dengan bergetar Gus Aman menyahut : “Yoh, tak sembadani!” (Ya, aku kabulkan…) Saking percayanya terhadap suara tersebut, santri ini langsung sujud dan menangis : “Matur nuwun Gusti, matur nuwun,” (Terima kasih…) teriaknya keras-keras. Setelah itu dia melakukan Shalat Sunnah hingga datang fajar. Siang harinya, ketika Gus Aman lewat di depan santri tersebut, dengan suara bergetar bilang : “njaluk opo ngger.” Mendengar suara ini santri tersebut baru sadar bahwa semalam dia dipermainkan. Paham kalau diejek kemudian dia mengejar Gus Aman sambil membawa pentung. Diambil dari buku : Tawashow di Pesantren oleh Akhmad Fikri AF.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I novasi
Inovasi
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat men-jadi rokok, tembakau kunyah, dan sebagainya. Selain itu, Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi karena peranan pentingnya dalam penyerapan tenaga Solusi dan Upaya kerja. Tidak kurang dari 16 Tembakau Rusak Adaptif Tanaman juta jiwa menggantungkan Karena Hujan? hidupnya dari pendapatan Tembakau Dalam tanaman tembakau atau Menghadapi Musim industri rokok, mulai dari Oleh: Faizal Mas’udi * Hujan kegiatan produksi, pasca panen, angkutan sampai kegiatan pada industri hilir. Dengan peran Namun, di provinsi tersebut, tidak semua penting tersebut, para petani tembakau kabupaten menanam tembakau. Misalnya dituntut untuk meningkatkan produksi serta di Jawa Timur sentra tanaman tembakau menjaga kualitasnya sehingga memenuhi berada di Kabupaten Pamekasan, Bojonepermintaan pasar. goro, dan Probolinggo. Sedangkan Jawa Data menunjukkan bahwa luas lahan Tengah sentra tanaman tembakau berada yang dipakai untuk tanaman tembakau di Temanggung, Klaten, dan Kendal. relatif lebih sempit dibandingkan dengan Jumlah petani tembakau sangat kecil luas lahan untuk pertanian semusim. Pada jika dibandingkan dengan jumlah petani tahun 1961 luas lahan untuk tembakau secara keseluruhan. Tahun 1996 jumlah sebesar 224 ribu ha, sementara luas lahan petani tembakau sebanyak 669 ribu, setanaman semusim 18 juta ha (1.2%). Luas mentara petani seluruhnya mencapai 37 lahan tembakau juga cenderung turun dari juta. Atau dengan kata lain petani tembakau tahun ke tahun. Tahun 2005 luas lahan hanya 1.8% dari total petani keseluruhan. tembakau 198 ribu ha sementara luas lahan Kondisi ini tidak berubah hingga tahun tanaman semusim 23 juta ha (0.86%). 2011. Jumlah petani tembakau 683 ribu Luas lahan tembakau di Indonesia dan jumlah petani keseluruhan mencapai terkonsentrasi di tiga provinsi yaitu Jawa 42 juta. Apabila dipersentasekan jumlah Timur (108 ribu ha atau 55% dari total petani tembakau hanya sebesar 1.6%. lahan tembakau), Jawa Tengah (44 ribu Karena harga tembakau ditentukan ha atau 22%), NTB (24 ribu ha atau 12%). oleh pabrik rokok atau jaringan pemasaDengan kata lain, 90% lahan tembakau ran pabrik rokok, maka sering terjadi over berada di tiga provinsi ini. Provinsi Jawa supply sehingga harga tembakau turun. Di Timur dan Jawa Tengah juga merupakan Jawa Timur, misalnya, sudah ada program lokasi terbanyak industri rokok di Indonesia. dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
70
|| Tembakau Rusak Karena Hujan? || untuk mengalihkan tanaman tembakau ke tanaman lain. Tujuannya adalah untuk mengurangi areal tanaman tembakau sehingga dapat mengantisipasi over supply produksi tembakau yang dapat berdampak pada stabilitas harga tembakau. Selain itu memberikan alternatif bagi petani tembakau untuk menanam komoditi non tembakau yang memiliki prospek baik. Tahun 2006, misalnya di Probolinggo, tanaman pengganti yang sesuai adalah kapas, kedelai, dan jagung hibrida, dan di Pamekasan tanaman pengganti yang sesuai adalah wijen dan jagung lokal. Dapat kita ketahui bahwa tanaman tembakau sebagian besar diusahakan oleh petani kecil dengan luas lahan antara 0.25 – 0.5 ha, hanya sedikit yang diusahakan oleh perkebunan besar. Dengan luas lahan yang relatif kecil, maka petani tembakau tidak bisa hanya mengandalkan hasil dari tembakau untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Petani akan merotasi lahannya dengan tanaman yang lain. Tanaman tembakau juga tidak membutuhkan waktu secara full time (setahun penuh, Red), karena selama setahun hanya 4 bulan yang bisa ditanami tembakau. Selain itu, tanaman tembakau juga memerlukan perawatan yang lebih intensif dan memerlukan sarana produksi baik, mulai dari pupuk sampai obat pemeliharaan, dan itupun tergolong lebih mahal, sehingga banyak petani yang terpaksa berutang terlebih dahulu untuk mengusahakan tembakau. Data terbaru yang diperoleh menunjukkan bahwa pada Bulan Mei ini, para petani tembakau di beberapa daerah mulai melakukan penanaman. Daerah-daerah lumbung tembakau seperti seperti Banyuwangi bahkan sudah memasuki musim tanam sejak bulan April tahun 2011 ini. Sementara daerah lain, seperti Bondowoso, Probolinggo dan Jombang sudah memasuki tahap persemaian. Perolehan pendapatan dari hasil penanaman tembakau tahun lalu menjadi mimpi buruk bagi petani tembakau di Indonesia. Cuaca buruk akibat la nina (nama dari salah satu badai besar, Red.) berkepanjangan
71
menjadi penyebabnya. Idealnya, musim hujan jatuh pada musim tanam, yaitu antara Mei dan Juni. Semestinya, cuaca berangsur kering memasuki Agustus, yaitu ketika petani memanen tembakaunya. Tapi, tahun lalu cuaca basah terjadi hampir sepanjang tahun. Akibatnya, produksi menurun drastis dari tahun 2009 sampai 2010. Bercocok tanam di musim penghujan memang selalu membawa permasalahan tersendiri bagi petani, dan hal ini sudah biasa terjadi setiap musim hujan tiba. Pasalnya, petani yang mengusahakan tanam di musim hujan selalu dihadapkan pada kondisi kelembapan yang tinggi dan air yang berlebih. Hal itu yang sangat meresahkan para petani tembakau Jawa Timur khususnya di daerah Probolingggo. Perubahan iklim saat ini makin terasa dampaknya bagi sektor pertanian. Upaya antisipasi dan adaptasi akan lebih efektif untuk mengurangi dampak perubahan iklim apabila kondisi cuaca dapat diprediksi lebih awal secara akurat dan sedini mungkin disampaikan atau disosialisasikan kepada para petani dan pengguna di lapangan. Musim hujan 2010/2011 sudah terjadi di semua wilayah di Indonesia dan pengaruh La-Nina yang muncul sejak musim kemarau 2010 berpotensi menimbulkan hujan lebat hingga Mei 2011. Gangguan-gangguan cuaca ini akan terus berlanjut karena bersamaan dengan badai tropis dan kian besar hingga mencapai puncak hujan JanuariPebruari 2011. Kondisi angin kencang dan hujan lebat masih akan terjadi di wilayah pusat tekanan rendah akibat menghangatnya suhu permukaan laut diatas perairan Inonesia. Meningkatnya suhu permukaan laut diatas Indonesia telah dipantau oleh BMKG sejak pertengahan tahun 2010 dan berlangsung hingga kini. Kondisi suhu muka laut global tanggal 31 Desember 2010 masih cukup hangat. Kondisi cuaca ekstrim harus terus dicermati. Tanaman tembakau dan serat sebagai komoditas perkebunan juga terkena dampak dari anomali cuaca yang serius mulai tahun 2010, dan sangat merugikan petani. Pada awal tahun 2010 terjadi ke-
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
I novasi
Inovasi
lambatan awal musim hujan pada sebagian wilayah Jawa yang berakibat mundurnya waktu tanam dan memasuki musim kemarau hujan masih turun sehingga pelaksanaan penanaman tembakau tertunda dan bahkan gagal tanam atau tanam ulang. Memasuki musim hujan 2010/2011 berbagai upaya adaptif pada tanaman tembakau dan serat sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kerugian yang ditimbulkan. Dari beberapa teori dan survey yang dilakukan terdapat adanya upaya sebagai jalan samping para petani tembakau dalam menghadapi musim penghujan, agar kemungkinan yang dapat menurunkan produktifitas dan kualitas tanaman tembakau dapat teratasi, sehingga bisa beradaptasi terhadap curah hujan tinggi pada tahun-tahun yang akan datang. Adapun beberapa upaya adaptif tersebut yaitu : 1. Sistem pemantauan perkembangan hama dan penyakit secara dini.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
Patogen serangga dapat berkembang biak secara baik pada kondisi kelem baban tinggi, sehingga infeksi serangga karena patogen akan meningkat. 2. Kerapatan tanaman dikurangi, jarak tanam dip erlebar untuk mengurangi kelembaban di sekitar tanaman. Hal ini akan memicu pertumbuhan gulma. Selain itu, Penyiangan mekanis atau pengg unaan herbisida sangat dianjurkan. 3. Penanaman dengan sistem gulud tinggi juga dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kelembapan pada lahan penanaman tembakau. 4. Penyesuaian dosis dan waktu pemupukan perlu diperhatikan. Karena katidaksesuaian volume atau dosis pupuk yang diberikan akan berakibat stres pada tanaman. Pemupukan nitrogen bertahap dapat dilakukan tiga kali sebelum pembungaan. Pemupukan berimbang juga harus menjadi pertimbangan penting untuk mengurangi pertumbuhan berlebihan 5. Pemilihan lahan yang sesuai dengan drainase yang baik. 6. Optimasi penggunaan alat pengering. 7. Perbaikan drainase dan perbanyakan jumlah saluran sangat diperlukan guna untuk mengalirkan air dari lahan penanaman tembakau agar tidak terjadi genangan yang akan berakibat fatal. [Fz] * Alumni MA Model Zainul Hasan. kini menempuh pendidikan di Universitas Jember Fakultas Pertanian.
72
K onsultasi
Konsultasi
Konflik Dengan Sahabat? Pertanyaan:
dibina oleh: Ustadz Ainul Yaqin
Ustadz, Saya seorang cewek 17 tahun, tinggal di pesantren. Dalam keseharian saya, saya sering mengalami pertengkaran dan konflik dengan sahabat saya sendiri kadang hanya karena hal-hal sepele. Bahkan sampai pertanyaan ini saya ajukan, konflik kami belum terselesaikan. Bagaimana caranya membuat persahabatan kami kembali berjalan sesuai dengan harapan kaitannya dengan logika dan emosi? Apa yang harus saya lakukan?. Tolong dijawab ya?. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih. Jazakallah khoirol jaza’. (Isyqi Shofiyah; Bondowoso)
Jawab :
Pertanyaan anda sangat bagus, akan lebih sempurna seandainya anda menje laskannya lebih detail beserta contoh kon fliknya. Tapi kami akan coba menjawab dengan apa yang bisa kami tangkap dari bahasa anda. Sebenarnya pertengkaran dan konflik seperti itu sering sekali terjadi dalam persahabatan bahkan dalam relationship jenis apapun. Secara global penyebab konflik itu hanya satu yaitu adanya kebutuhan partner yang tidak terpenuhi. Misal, partner anda ingin diperhatikan, anda malah bersikap acuh tak acuh. Partner anda ingin anda curhatnya sama dia, anda malah curhatnya sama orang lain. Ini jelas akan memicu konflik. Pada kasus anda ini, penting sekali untuk saling mengkomunikasikan dan mengingatkan baik-baik, apa yang bisa membuat partner anda bahagia, apa yang membuatnya kesal, apa yang dia butuhkan dan apa yang tidak dia inginkan. Tentunya dalam hal kebaikan semua harus dibicarakan bersama dengan cara yang baik pula, karena inilah gunanya persahabatan. Dalam sebuah hadits sebagaimana Imam Ghazali menyebutkannya dalam kitab Ihya’ Ulumuddin pada Bab Persaudaraan dan Persahabatan, Nabi SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah akan menganugerahkan kepadanya kekasih yang sholih. Jika dia lupa (pada kebaikan) akan diingatkan. Dan jika dia ingat akan dibantu”.
73
Dalam komunikasi dan mengingatkan, anda harus menggunakan logika…Jangan emosi! Jangan menyikapi partner mengikuti suasana emosi anda. Ini berbahaya karena watak dari emosi itu sendiri yang selalu berubah-rubah. Misal, anda bersikap manis karena emosi sedang baik tapi saat emosi anda sedang jelek anda menyikapinya dengan buruk pula. Tak diragukan lagi, ini siklus tidak sehat bukan?. Karena yang se harusnya dilakukan adalah bagaimana pun emosi anda, anda wajib menyikapi orang lain dengan seanggun-angunnya sikap. Ini baru smart. Maka kunci langgengnya persahabatan dan semua jenis relationship lainnya yaitu buatlah komitmen lalu patuhi bersama, bahwa anda akan menjadi partner yang se benarnya sesuai dengan tuntunan agama, tetap bersikap baik, terbuka, membicarakan bersama, saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, apapun emosi anda dan partner anda. Komitmen adalah masalah keputusan dan tindakan bukan masalah emosi. Memang manusia tanpa emosi akan menjadi seperti benda, manusia tanpa logika akan menjadi seperti hewan. Namun yang paling menguntungkan bagi kita dan orang-orang sekitar kita adalah saat kita pandai mengelola dan mengendalikan emosi serta bisa menggunakan logika kita. Gunakan kecerdasan emosi dan logika anda lalu tempatkanlah sesuai dengan tempatnya! Semoga bermanfaat. [Rf]
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
K onsultasi
Konsultasi
Orang Tua Tidak Mengenal dan Memahami Anak
Biang Kenakalan Remaja;
BERANDA KELUARGA Keluarga merupakan meniatur terkecil masyarakat yang di dalamnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam kehidupan sehari-hari ayah mempunyai peran besar, sebab ayah adalah kepala rumah tangga. Namun, tidak dapat dipungkiri seorang ibu memilki peran yang sangat krusial dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya. Realita berbicara demikian, karena ayah hanya lebih fokus mencari uang dan menjaga keamanan keluarga. Yang perlu orang tua ketahui, keluarga menjadi fondasi utama dalam pendidikan anak, dengan adanya interaksi setiap hari antara bapak, ibu dan anak. Itupun tanpa sadar terjadi proses pewarisan budaya (sosialisasi primer) yang berupa ajakan sholat, berbicara dengan santun dan lainnya. Di pendidikan kita kenal istilah informal, dimana seorang anak mulai
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
sejak kecil diiajari tentang hal-hal yang baik. Mulai dari membedakan sesuatu yang bersih dan kotor. Jika tidak, anak dikemudian hari, ketika telah sampai di satu masa (tahapan psikis), akan sulit untuk diatur. Tidak heran kalau ada “anak berbeda pendapat dengan orang tua dalam menentukan masa depan”. Tahapan psikis anak, rawan berbeda pendapat dengan orang tua ketika dia telah sampai pada masa adolesen (puber ahir). Seperti apa yang dikatakan Sigmund Freud “edisi kedua dari situasi oedipus”, sebab hubungan anak muda pada usia ini masih mengandung banyak unsur yang rumit dan belum terselesaikan. Yaitu banyak konflik antara sisi psikis (jiwa) yang kontradiktif, terutama sekali pada relasi anak dengan orang tua dan objek cintanya. Pada masa adolesen terjadi proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisis, yang berlangsung berangsur-angsur dan teratur. Masa ini merupakan kunci penutup dari perkembangan anak. Periode ini, anak banyak melakukan introspeksi diri dan merenungi dirinya sendiri. Ahirnya anak akan menemukan aku-nya. Dalam artian mampu menemukan keseimbangan dan harmoni atau keselarasan baru antara diri sendiri dan keluar.
“perbedaan generasi juga akan mempengaruhi munculnya pertengkaran. Orang tua ketika masih remaja diajari dengan kepatuhan dan sopan-santun. Sekarang anak kita diberikan kebebasan berekspresi” 74
|| Biang Kenakalan Remaja || Sedangkan batasan umur masa adolesen, para ahli ilmu jiwa menguraikan antara 17 -19 atau 17 – 21 tahun. Memang di usia 17 – 21 seakan menjadi siklus bagi setiap orang. Karena pada masa remaja akhir kita sering dapati dan alami pertengkaran dan perbedaan pendapat antara orang tua dengan anak. Andriana S.Ginanjar, Psikolog dan pengajar psikologi Universitas Indonesia mengatakan “perbedaan generasi juga akan mempengaruhi munculnya pertengkaran. Orang tua ketika masih remaja diajari dengan kepatuhan dan sopan-santun. Sekarang anak kita diberikan kebebasan berekspresi”. Nah, jurang perbedaan generasi harus dipahami oleh bapak atau ibu sebagai acuan dalam mendidik anak, dan mampu membaca perkembangan zaman. Agar tidak terlalu memaksakan kehendak pada anak tanpa melalui proses musyawarah. Di samping itu, sikap dan sifat anak pada masa adolesen sudah dapat memilih jalan hidupnya. Artinya dia telah menemukan jalur untuk meraih cita-citanya. Dan masa remaja ahir seorang anak mulai bertanggung jawab, jadi anak telah bisa membedakan yang benar dan salah meskipun tidak semua begitu. Kondisi itu, yang harus dicermati dan dipahami orang tua supaya anak tidak merasa dipaksa untuk mengikuti keinginan ayah atau ibu. Tidak kalah pentingnya bagi orang tua keberanian memberikan waktu senggang untuk menumpahkan kasih sayang pada anak-anaknya. Kenakalan remaja yang sekarang menjadi panyakit masyarakat ditengarai disebabkan kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua. Kalau hanya berbeda masalah masa depan salah satu pihak harus dapat mengerti dengan
Kenakalan remaja yang sekarang menjadi panyakit masyarakat ditengarai disebabkan kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua tujuan masing-masing agar tidak saling memaksa. Ayah dan ibu hendaknya mampu menjadi penyeimbang (belancing) dan pengarah untuk masa depan anak. Sebaiknya, orang tua menjadi sosok yang berwibawa, tempat anak merasa aman dan mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi. Remaja juga harus mawas diri supaya tidak terpengaruh lingkungan yang negativif. Sebagaimana pemahaman aliran psikologi behaviorisme menyebutkan bahwa lingkungan dapat membentuk manusia baik atau tidak. Disini, anak wajib tahu memilih teman yang baik untuk support cita-cita atau hanya sekedar membawa pada kenakalan dan penyimpangan sosial. Maka, sebagai orang tua hendaknya berusaha agar apa yang merupakan kewajiban anak-anak dan tutuntan kita mereka kenal serta dilaksanakan. Tentu sesuai dengan kemampuan mereka dan kita. Jika hal ini dapat dilakukan, tidak mustahil perbedaan yang sebelumnya menganga akan pupus atau menemukan problem solving. [Zen] * Alumni Pesantren Zainul Hasan Genggong.
“Dihadapan Tuhan kita semua sama-sama bijaksana – dan sama-sama bodoh” - Albert Einstein
75
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
R esensi
Resensi
Demokrasi di Bawah Bayangan Mimpi N-11 Judul Buku : Demokrasi di Bawah Bayang Mimpi N-11 Penulis : Abdul Munir Mulkhan dan Bilveer Singh Penerbit : PT Kompas Media Nusantara Cetakan : Pertama, April 2011 Tebal : xii+380 halaman Peresensi : Khairuddin Zacky*
Dilema Politik Islam Dalam Peradaban Modern Negara Islam Sebuah Utopis di NKRI Negara Islam Indonesia NII merupakan cita-cita pemeluk Islam semenjak sebelum kemerdekaan negeri ini dari kolonialisme.sikap dan pandangan terliahat dari para elite gerakan Islam yang menempatkan diri mewakili seluruh penduduk yang menyatakan memeluk Islam. Sebagian secara terbuka memperjuangkan pembentukan NII tersebut secara formal, sebagian lagi lebih mementingkan nilai substantif (hakiki) dari sekedar bentuk formal NII. Di sisi lain ada yang memandang tidak ada refrensi tekstual yang bisa dijadikan rujukan bagi pembentukan NII secara formal di Indonesia.kecuali secara etik dan hakiki tersebut. Namun demikian, secara garis besar disadari atau tidak, ide tentang NII merupakan semacam orentasi umum para aktivis gerakan Islam dalam berbagai organisasi di Indonesia Gagasan NII oleh bayak pihak diletakkan sebagai turunan dari sistem ajaran Islam yang hampir
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
76
|| Demokrasi di Bawah Bayangan Mimpi N-11 || bebas dari kritik. Karenanya, wacana NII masih kerap muncul dan ikut mewarnai dinamika politik nasional. Ada kecendrungan yang menempatkan praktek demokrasi sebagai sasaran antara bagi realisasi gagasan ideal politik Islam yang berbasiskan pada pemikran Yusuf Qardhawi sebagai refrensi utama. Romantisme Masa Lalu Bersemi Kembali Hubungan romantisme gagasan Negara Islam dan sistem Khilafah yang telah disebutkan dengan doktrin syariat, sekaligus memotret peta pemeluk Islam dalam wacana perpolitikan nasional. Bagaimana misalnya kelompok Muslim sebagai besar warga negara (terutama aktivis gerakan Islam) itu menyikapi praktek demokrasi, Bagaimana hubungan dengan lembagalembaga donor negara Barat yang bayak beroprasi di tanah air melalui berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM), peran perempuan dalam ranah domistik, kesetaraan gender, serta sistem politik-pemerintahan yang dicita-citakan (hlm.x). Bayak lagi segi kehidupan sosial-politik dalam pandangan warga muslim yang kadang didasari perasaan diperlakukan tidak adil, penerapan syariat,tentang pluralisme atau keragaman dalam berpolitik dan beragama dan gerakan Islam tampaknya lebih mudah terperangkap pada romantisme konservatif yang salah satunya barkaitan dengan radikalisme. Uniknya, di tengah gencarnya parktek demokrasi yang terbuka, muncul fenomena romantisme pada gagasan Negara Islam yang pernah diproklamasikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo dengan DI/TII-nya tersebut. Gejala ini seolah merupakan anomali dari gerakan Islam yang begitu antusias menyambut praktek demokrasi (hlm.viii). Namun kereupannya selama ini malah menjamur belangan ini seakan akan menjadi ancaman yang mengerikan bagi ke utuhan NKRI bukan hanya emerintah yang merasa cemas masyrakatpun dibuat resah dengan adanya penculikan anak diberbagai lembaga pendidikan, hal ini dilihat pemerintah melakukan pembiaran terhadap gerakan-gerakan sparatisme (makar) karena pemerintah mempunyai ruang kontrol atau lembaga yang di anggap bertanggung jawab dengan persoalan ini dalam hal ini adalah intelegent dan DPR khususnya Komisi I yang menangani pertahanan dan keamanan. Buku sebagus ini hanya mencoba menjelaskan munculnya inovasi ijtihad dalam merespon gelombang demokrasi yang telah melanda kawasan Timur Tengah, soal bagaimana Islam mencoba “mendamaikan� ide syariat, yang bersumber pada wahyu yang dipandang skral dan mutlak,dengan demokrasi yang berasal dari peradaban Barat yang bersifat profan dan relatif.bagusnya buku ini dalam konteks ke indonesian karena di topang dengan data-data hasil penelitian yang dilakukan oleh PPIM dan CSRC UIN Syarif Hidayatullah dan UIN Sunan Kalijaga. Terkait dengan kasus pencucian “otak� yang disebut-sebut dalang dari semua itu adalah N-11 yang lebih keren untuk sebutan di negeri ini. buku ini hadir bukan menjawab problematika yang sedang berkembang saat ini melainkan hanya memetakan sistem demokrasi ke khilafah yang dicita-citakan umat muslim yang tak kunjung terwujud. [Zack] * Dosen tetap Jurusan Perbandingan Mazdhab dan Hukum di STAI Zainul Hasan Genggong.
77
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
R esensi
Resensi
Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam Judul Buku : Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam Penulis :Prof. Dr. Ali Ashraf dan Dr. Sajjad Husain Penerjemah : Mukani Penerbit : Madani Media Cetakan : Pertama, Februari 2011 Tebal : xiv+184 halaman Peresensi : Khairuddin Zacky *
Refleksi Pendidikan Islam Dalam Menemukan Identitas di Era Globalisasi
Reformulasi Pendidikan Islam Dunia muslim sedang melewati periode transisi transformasi geo-politik dan perubahan sosial dengan begitu hebatnya.secara tidak terduga. Untuk mengatasi berbagai problematika ini dan pada waktu yang sama juga menjaga dunia muslim dari serangan ide-ide sekuler dan kekuatan-kekuatan asing (hlm.v), para ahli telah mengajar dan mendidik pengetahuan modern dengan segala bentuknya. Di antarannya adalah metodologi modern Barat yang mendominasi seluruh cabang pengetahuan. Sehingga sulit bagi para ahli untuk nunggu sampai konsep-konsep Islam dikembangkan para serjana muslim, mengingat perkembangan dunia pendidikan yang mempertimbangkan kebutuhan masyarakat secara ekstrim belum lahir. Tetapi problematika yang menggerogoti pendidikan muslim diatas teryata mampu menyadarkan
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
78
|| Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam || para sarjana Muslim terhadap berbagai dampak negatif, terutama akses dari metode indoktrinasi yang dipengaruhi oleh metodologi barat. Pendidikan yang sebenarnya merupan adalah proses yang melibatkan tiga unsur, yaitu individu, masyarakat dan komunitas warga negara. Nilai-nilai yang terkandung dari seluruh realitas (pengalaman), materi dan spritual di dalamnya. Semua pendidik barat maupun timur telah sepakat bahwa tujuan pendidikan adalah sebuah pertannyaan yang tidak dapat dijawab tanpa merujuk kepada pemahaman pokok tentang sifat dasar dan nasib manusia.pendidikan merupakan kesinambungan dalam melengkapi dan menyeimbangkan pengembangan seseorang. Tapi tujuan pendidikan ini telah dirubah oleh kaum sekuler marxis dan teologi. Perubahan inilah yang menimbulkan koflik dalam dunia modern. Menuru Ashraf ketika dunia muslim melakukan moderenisasi diri, pendidikan mulai “diserang� oleh konsep-konsep non-Marxis,liberal dan marxis. Dari sudut pandang doktrinal, hal ini lebih mudah untuk melawan ide-ide marxis (hlm.109), tapi sebenarnya sangat sulit untuk menghilangkan pengaruh liberalisme barat. Karena semua cabang pengetahuan telah dipengaruhi oleh metodologi barat dan juga karena para sarjana Muslim belum memiliki konsep Islam yang diformulasikan sebagai pengganti konsep liberal tersebut. Peradaban modern dan metode pembelajaran barat sebagian besar menggunakan argumentasi skeptisme dan bentuk proses pengumpulan datanya berdasarkan jawaban yang ditemukan tanpa mementingkan norma. Mengingat menurut pemikiran modern, hal ini di sebabkan oleh realisasi individual hampir selalu berada dalam konflik dan heterogen. Tentunya konsep tersebut berbanding terbalik dengan metode tradisional di masyrakat kiata. Dimana metode tardisional, norma dijadikan pertimbangan dalam proses koleksi data dan bahkan menjadi pondasi dasar dalam sebuah pemikiran. Para intelektual Muslim sekarang mengharapkan adanya pembenaran terhadap metode-metode mereka dan dalam waktu yang sama mengulangi ide-ide tradisional mereka pada konteks yang baru dan memformulasikan konsep yang baru itu demi menerima cabang-cabang pengetahuan dengan mempertegas kembali realisasi kebenaran yang di abadikan dalam wahyu tuhan. Wahyu ini bagi mereka merupakan sumber dari segala pengetahuan demi kepentingan umat manusia yang ditunjukkan kapada manusia modern guna meyakinkannya tentang kemampuan Islam yang tidak terbatas tersebut. Buku ini lebih pada otokritik atas konsep metodologi barat yang di anggap melanggar norma dalam membenarkan pengetahuan. Dunia pendidikan tidak bisa terlepas dari seorang pendidik “guru� dalam kasus di Indonesia seorang guru harus memiliki delapan prinsip dalam mengajar. Yang pertama, prinsip teologis,formal,fungsional,kultural,konprehensivitas,subsstansial ,sosial dan prinsip identitas (hlm.178) Maski yang dimaksud Ali Ashraf dan Sajjad untuk membongkar metodologi pengetahuan barat atas pengetahuan Islam yang di anggap dalam mencari kebenaran hanya melihat dari jawaban atas apa yang menjadi penelitian ilmiahnya tapi bagi tokoh Islam hal seperti itu malah melanggar norma dan nilai yang terkandung dalam wahyu yang bagi umat Islam sebagi hasil dari semua metode untuk menjawab pengetahuan. [Zack] * Dosen tetap Jurusan Perbandingan Mazdhab dan Hukum di STAI Zainul Hasan Genggong.
79
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T ips & Trik
Tips & Trik
Berinternet Sehat, Bikin Hebat!
Seperti layaknya di dunia nyata, berselancar di dunia maya juga perlu memperhatikan keamanan. Sungguh ber-internet ria bisa menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi semua orang jika tahu cara sehat memanfaatkan internet. Sebaliknya berselancar di internet justru bisa membawa dampak negatif jika kita tidak tahu rambu-rambunya. Dampak negatif yang bisa dirasakan mulai dari yang paling sederhana seperti kita terjerumus mengakses situs-situs porno hingga bisa juga mengakibatkan kerugian secara finansial akibat penipuan, pemerkosaan, dan pembunuhan. Seperti pemberitaan yang kerap kali kita lihat di televisi. Memang secara langsung berselancar di internet tentu tidak akan membunuh kita (kecuali tentu saja browsing tidak istirahat dan tidak makan selama tiga hari berturut-turut). Nah, setelah kita paham bahwa ada ancaman yang serius ketika kita berselancar di internet, inilah beberapa tips ber-internet sehat yang bukan cuma bisa membuat kita aman tapi juga bisa bikin kita hebat. Internet Sehat bisa bikin hebat? Gimana caranya? 1. Privacy : Hati-hati dalam memberikan atau memasukkan informasi detail pribadi di internet. Intinya jangan pernah memberikan informasi kepada pihak yang tidak kita percayai. Dan jika terpaksa harus memberikan informasi tersebut karena harus menggunakan jasa mereka, selalu baca kebijakan privasi (privacy policy) yang mereka terapkan. 2. Kartu Kredit dan Bank Account : Jangan pernah memberikan informasi tentang Kartu Kredit atau Bank Account kepada pihak yang tidak kredibel. Kredibilitas di internet dalam hal ini misalnya apakah perusahaan atau toko online tersebut menggunakan SSL Certificate yang dikeluarkan oleh CA yang terpercaya. 3. File : Hati-hati dalam membuka file yang kita dapatkan dari email yang tidak dikenal, atau file yang diperoleh dari hasil download. Selalu scan terlebih dulu, karena bisa jadi mengandung virus atau spyware. 4. Penipuan : Hati-hati dan waspada terhadap email yang meminta untuk mengupdate password kita. Pastikan pengirimnya bisa diverifikasi dan website yang kita klik benar benar website yang kita tuju.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
80
T ips & Trik
Tips & Trik
5. Blind Date ? : bagi remaja bujang, tentunya suka cari kenalan di internet, dan tentu saat kita mau “agak serius”, kita bisa janji ketemuan. Nah jika akan ketemuan untuk pertama kalinya dengan orang yang hanya kenal melalui internet, hati-hati! selalu janji ketemuan di tempat terbuka dan tempat umum. Dan jangan lupa informasikan hal ini kepada keluarga. 6. Password ? : jangan gunakan tanggal lahir kita. Dan juga jangan gunakan kata kata umum. Update password secara berkala 7. Blog : Nah ini tips yang bisa membuat kita menjadi hebat. Gunakan internet selain untuk mencari informasi juga untuk berbagi informasi. Jangan pernah mengaku seorang yang “ahli internet”, jika belum punya blog. Tidak peduli apa pun profesi kita, apakah pelajar, mahasiswa, guru atau karyawan. Selalu ada tema atau topik blog yang sesuai dengan kita. 8. Social Network : memanfaatkan social network untuk “memasarkan” diri kita, blog juga bisa bikin kita hebat! tidak percaya? Jika kita suka memposting status yang bermanfaat, atau memposting blog post yang berisi tips-tips hebat di social network seperti facebook atau twitter, lambat laun kita akan punya banyak “pengikut”. Semakin banyak “pengikut” atau follower kita di jejaring sosial, maka ini akan mengantarkan kita menjadi seorang yang hebat (baca: bermanfaat-red) Nah…Semoga tips-tips di atas bisa memberikan inspirasi bagaimana berselancar di internet dengan sehat dan juga bisa bikin kita hebat. Redaksi Tulisan ini diolah dari berbagai sumber.
81
Hidup Sehat Dengan Ramuan Tradisional Rempah-rempah dan Tumbuhan Non Kimiawi
Jika anda sering gatal-gatal lalu keluar Bintik-bintik merah. Maka, anda mengidap penyakit biduren (gelegeta). Biduren adalah penyakit yang menyerang seseorang karena daya tahan tubuh orang tersebut kurang kuat, antara lain lain di sebabkan ; darah kotor, pencernaan kurang sempurna. Kemudian mengakibatkan gatal-gatal dan timbul bintik-bintik yang merata di sekujur tubuh. Ni Lho Obatnya….. 1. Siapkan kencur, kunir dan asam secukupnya. 2. Bersihkan dengan air ketiganya 3. Ditumbuk halus-halus, kemudian di campuri minyak kelapa sedikit 4. Oleskan ramuan tadi ke bagian kulit atau tubuh yang gatal-gatal sampai sembuh Selamat mencoba…hidup sehat dengan cost murah banget.... Mari kita manfaatkan sumber daya alam Indonesia. Sumber : Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pembedayaan Masyarakat (LP3M) Jawa Timur.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T afsir
Tafsir Tafsir Muqoronah di Asuh Oleh KH. Moh. Hasan Saiful Islam
Studi Tafsir Perbandingan; Qs. Ar-ro’du Ayat 11 dan Qs. As-shaffat Ayat 96 QS. Ar’Ro’du ayat 11: “…Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri….” dan QS. As-Shaffat ayat 96: “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu” Pertanyaan: Dalam pengertian sekilas, kedua ayat ini bertentangan. Di dalam QS. Ar-Ro’du ayat 11 mengatakan bahwa Allah tidak akan merubah nasib manusia selain manusia itu sendiri mau berusaha merubahnya. Dan ayat ini bisa memunculkan paham Qodariyah, bahwa manusia seolah-olah bebas menentukan pilihan dan perbuatannya tanpa campur tangan Allah. Sedangkan di dalam QS. Shaffat ayat 91 menegaskan sebaliknya, bahwa Allah menciptakan manusia sekaligus amalnya. Dalam ayat ini, bisa menimbulkan pemahaman Jabariyah, bahwa setiap amal manusia diciptakan oleh Allah, sehingga seandainya ada manusia berbuat maksiat, seolah-olah Allah yang melakukannya. Dan juga banyak ayat-ayat serupa di dalam al-Qur’an yang mensiratkan pertentangan ini. Dari sini, mohon penjelasannya! Jawab: Sebelum membahas itu, kita simak QS. At-Tiin ayat 4:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya” Sebagaimana maklum jika al-Quran menggunakan dhomir (kata ganti) seperti dalam lafadz . kami menciptakan, berarti ada campur tangan pihak lain selain Allah dalam proses penciptaan tersebut, misal ayah, ibu, ada ovum, dan sperma. Dan ketentuan ini berlaku untuk selain Nabi Adam, dalam hal ini, semua manusia. Sebagaimana dalam ayat lain, QS. Al-‘Alaq ayat 1-2:
“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,” “2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
82
|| Tafsir Muqoronah || Dalam ayat ini Allah tidak menyebut maf’ul bih-nya (subyek), jika al-Quran tidak menyebutkan maf’ul bih berarti mempunyai makna umum. Dalam konteks ini, Allah menciptakan apapun yang ada di alam ini, termasuk amal perbuatan manusia. Sebagaimana firmanNya dalam QS. As-Shoffat : 96 tersebut. Namun, dalam QS. As-Shoffat : 96, maknanya masih khusus. Sedangkan dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1-2, maknanya lebih umum, karena proses penciptaan manusia melalui proses, dan melibatkan campur tangan pihak lain sebagaimana sudah dijelaskan di atas. Oleh karena itu, secara hakikat pada lafadz itu lebih umum menunjuk pada proses secara umum. Berbeda dengan kejadiannya Nabi Adam, beliau dicptakan Allah secara langsung tanpa campur tangan siapapun. Sebagaimana dalam QS. Shod ayat 71-72:
71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: “Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia (Adam) dari tanah”. 72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya”. Lafadz ...... “Aku yang menciptakan manusia (Adam) dari tanah” para Ulama’ menafsirkan untuk lafadz itu adalah Nabi Adam. Dari sini, ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak menjadikan Nabi Adam berasal dari air mani atau sperma, karena dalam proses kejadian ini langsung dilakukan oleh Allah tanpa melibatkan pihak lain. Sebuah hadits riwayat Buhkori-Muslim memperjelas hal tersebut, sebagaimana yang termaktub di dalam kitab Shohih Bukhori-Muslim pada bab Asyrotissa’ah yaitu ketika orang-orang di Padang Mahsyar datang kepada Nabi Adam meminta pertolongan, meminta syafaat, mereka berkata,”ya Adam anta abul basyar, kholaqokallahu biyadih” (Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah menciptakanmu langsung dengan kekuasaannya). Inilah yang dimaksud dalam ayat inni kholiqun basyaran min thin tersebut. Penggunaan dhomir mutakallim ma’al ghoir atau bermakna “kami” berarti melibatkan berbagai pihak dalam proses penciptaannya, sedangkan penggunaan dhomir mutakallim wahdah atau bermakna “aku” tidak ada peran pihak lain dalam proses penciptaan. Akan tetapi, hakikat yang menciptakan adalah Allah, bukan bapak-ibu, mereka hanya sedikit saja terlibat dalam proses ini. Sebagaimana dalam firmanNya QS. Adz-Dzariyat ayat 56:
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” Pada ayat ini Allah menggunakan dhomir mutakallim wahdah (aku). Sama dengan ayat QS. As-Shoffat : 96 “Aku menciptakanmu dan apa yang kamu kerjakan”. Menyimak juga ayat yang mengisahkan tentang dialog Nabi Ibrohim dengan kaumnya, yaitu Kaum Namrud. Sebagaimana diceritakan dalam QS. As-Shoffat : 85-99, yang intinya berada pada ayat ke 95-96:
83
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T afsir Tafsir 95. Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? 96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. Memang benar, orang-orang kafir itu yang membuat patung-patung tersebut, dilengkapinya patung itu dengan hidung, mata, alis, mulut, kemudian mereka menyembahnya. Oleh Nabi Ibrohim hal ini ditegur, “kenapa kamu menyembah sesuatu yang kamu buat sendiri, padahal Allahlah yang menciptakanmu dan apa yang kamu kerjakan”. Ini adalah hakikat. Sama dengan QS. As-Syu’aro ayat 78-81:
78. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku, 79. dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu, 80. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, 81. dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), Sepintas lalu, apa yang terlihat oleh mata memang yang memberi makan bisa bapak, ibu atau pelayan-pelayan restoran dan warung. Tetapi hakikatnya yang memberi makanan itu adalah Allah, karena bila Allah tidak berkehendak maka tidak akan ada beras, tidak ada api dan tidak akan ada kekuatan manusia untuk memberi makan. Maka, hakikatnya semua diberikan oleh Allah SWT. Al-Qur’an terkadang menggunakan hakikat, terkadang mengunakan majaz. Seperti dalam QS. Yusuf ayat 82: “dan tanyalah (penduduk) negeri yang Kami berada disitu, dan kafilah yang Kami datang bersamanya, dan Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang benar” Dalam pengertian ayat disini, perintah untuk bertanya bukan kepada negerinya, melainkan kepada penduduk dalam negeri tersebut. Sedangkan penjelasan di dalam QS. QS. Ar’Ro’du ayat 11 adalah bahwa tiap manusia atau ahlul qoryah yang mengerjakan amal baik, sholat, puasa dan ketaatan-ketaatan kepada Allah lainnya, kemudian meninggalkan ketaatannya untuk berpaling kepada maksiat, maka Allah akan mencabut nikmat-nikmat itu dan digantinya dengan tadzkiroh atau adzab (peringatan atau hukuman). Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika ada orang berkata, “saya ini bermaksiat adalah dari Allah, saya jadi peancuri ini memang sudah Takdir Allah”. Didalam Qs. An-Nisa’ ayat 79 disebutkan: “apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi” Segala hal yang baik yang kita dapatkan, berupa nikmat, kesejahteraan hidup, rahmat, harta kekayaan, kekuasaan dan sebagainya itu hakikatnya dari Allah. Dan setiap keburukan yang menimpa manusia, misal tabrakan, tembakau rusak, kekurangan harta, penghidupan yang tidak layak, merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Akibat dari tingkah laku buruk dan dosa, karena keburukan itu sebenarnya bentuk dari peringatan Allah dan hukuman kepada manusia.. Walaupun sejatinya semua dari Allah. Allah mengajarkan kepada manusia tentang tata krama, adab atau perilaku baik.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
84
|| Tafsir Muqoronah || Dengan ini, salah satu bentuk tata krama manusia kepada Allah adalah ketika mendapatkan kenikmatan, mendapatkan sesuatu yang membahagiakan, maka sandarkan semua kepada Allah, katakan bahwa itu merupakan rahmat dariNya. Namun sebaliknya, jika mendapatkan sesuatu yang buruk, sesuatu yang membuat hati gusar, sesuatu yang menyebabkan kesedihan, lihatlah kembali apa yang telah diperbuat, instrospeksilah. Karena Allah menimpakan keburukan atau bencana itu karena kelalaian manusia, karena dosa yang dilakukan manusia, karena inkarnya manusia akan nikmat-nikmat dari Allah. Karena, setiap keburukan atau bencana yang menimpa manusia, merupakan peringatan bahkan hukuman dari Allah supaya manusia sadar akan perilaku inkarnya. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrohim AS, dalam al-Qur’an surah AsySyu’aro’ ayat 78-81 di atas. Oleh karena itu, dari ayat tersebut merupakan adab Nabi Ibrohim kepada Allah dengan mengatakan bahwa segala sesuatu yang baik datangnya dari Allah, sedangkan segala sesuatu yang buruk karena ulah buruk yang dilakukan manusia. Bagaimana dengan hidayah (petunjuk) dari Allah, apakah hal ini murni kewenangan Allah? Benar, hidayah murni kewenangan Allah, namun Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada manusia kalau tidak ada kemauan dan usaha manusia untuk mendapatkan petunjuk dariNya. Sebagaimana tersirat dalam QS. Al-Baqoroh ayat 10:
“dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta� Ayat tersebut menjelaskan bahwa jika dalam hati manusia ada penyakit, dan tidak ada kemauan serta usaha untuk menyembuhkan penyakit hati tersebut, niscaya Allah akan menambahkan penyakit tersebut. Kenapa penyakitnya ditambah? Karena tidak adanya usaha manusia untuk sembuh. Ini akibat dari pembiaran terhadap penyakit, yang otomatis jika dibiarkan akan bertambahlah penyakitnya. Contoh yang lain, sebagaimana penderita kencing manis (diabetes), usaha yang harus dilakukan penderita diabetes adalah menurunkan tekanan kadar gula dalam tubuhnya dengan menghindari makanan atau minuman dengan kadar gula tinggi, tapi ternyata tidak ada usaha menghindari makanan tersebut, tentunya penyakit diabetes itu akan bertambah parah. Inilah yang dimaksud oleh Allah dalam QS. Al-Baqoroh ayat 10 di atas. Inilah ketentuan atau sistem yang dibuat oleh Allah (sunnatullah), manusia tidak bisa keluar dari sistem ini. Jika ingin menjadi orang pintar, kuncinya belajar. Jika ingin sehat, olah raga dan makan makanan yang sehat pula. Jika ingin menjadi orang yang berkecukupan, bekerja dan berdoa. Ini merupakan sistem yang diciptakan oleh Allah. Contoh lain, jika rajin minum air putih, tentunya itu akan menyehatkan. Tapi sebaliknya, jika makan kotoran ayam, bisakah tubuh kita sehat? Bisa dikatakan juga, Allah tidak memberi kesehatan kepada orang yang makan kotoran ayam tersebut, karena dia tidak mau berusaha menghindari kotoran itu. Dikatakan Allah tidak menyehatkan dia, karena Allah yang membuat sistem tersebut. Begitu juga dengan amal perbuatan manusia, yang menciptakan amal itu Allah lengkap dengan sistemnya. Sistem yang terkait dengan amal perbuatan manusia adalah adanya kebebasan berkehendak atau kemauan yang ada dalam diri manusia. Dengan menyimak QS. As-Shaffat ayat 91 memang Allah yang menciptakan manusia sekaligus amalnya, dengan pengertian bahwa manusia tidak akan bisa sujud tanpa dahi yang diciptakan oleh Allah, manusia tidak akan bisa melakukan pekerjaan dengan tangan, tanpa tangan yang diciptakanNya. Hakikatnya adalah seluruh anggota tubuh
85
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
T afsir
Tafsir
merupakan ciptaan Allah yang digunakan untuk beramal sesuai dengan kemauan manusia tersebut. Namun, meskipun segala hal itu ciptaan Allah, mulai dari surga, neraka, malaikat, jin, manusia, juga semua alam semesta, belum tentu Allah ridho terhadap apa yang diciptakanNya. Contoh seperti hidayah atau petunjuk, Nabi Muhammad SAW hanya memberi petunjuk lahiriyah saja, urusan bathin itu diluar kekuasaan Nabi SAW. Seperti rambu-rambu lalu lintas, jika arah kanan menuju desa A, jika arah kiri menuju desa B, kekanan lagi desa C, terus belok kiri tembus ke kota D. Kemudian, sepenuhnya terserah manusia mau mengambil jalur yang mana. Tegasnya, Nabi Muhammad hanya membuat rambu-rambu kehidupan. Ini halal dan ini haram, ini baik untuk dilakukan sedangkan yang ini buruk. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam QS. As-Syuro ayat 52:
“dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” Tapi untuk bisa sampai ke tujuannya itu adalah wewenang Allah setelah ada kemauan dan usaha dari manusia. Inilah yang dinamakan taufiq dan hidayah. Sebagaimana dalam QS.Al-Qoshosh ayat 56: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” Dari sini bisa disimpulkan bahwa, Allah menciptakan amal manusia, tapi belum tentu Allah ridho terhadap amal itu. Semuanya kembali kepada kemauan dari manusia itu sendiri malalui sistem yang diciptakan oleh Allah SWT. Wallahu A’lam...! [Rf/Lut]
sejenak bersama banyolan gus dur; Orang NU Gila
Seperti saat menggambarkan fanatisme orang NU, bagi Gus Dur, ada tiga tipe orang NU. “Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hingga jam sembilan malam, dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU,” jelasnya tentang jenis yang pertama. Jenis yang kedua adalah mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam dua belas sampai jam satu malam, namun masih mengetuk pintu Gus Dur untuk membicarakan NU, “Itu namanyaorang gila NU.” “Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila,” kata Gus Dur sambil terkekeh saat itu.
Edisi II | VII | 2011 | Genggong
86
87
Edisi II | VII | 2011 | Genggong