Diskusi Tanya Jawab Milis/Facebook 2-‐5 Desember 2013
Pertanyaan Pertama Nama : Hari Solagratia PPI Wilayah : Nantes Pertanyaan: Saya mau minta tanggapan oret-‐oretan saya tentang PPI Prancis di bawah ini dong? Karena dapat sentilan dari Pak Bos Intelek yang belum tidur dan saya juga belum tidur sehingga saya bisa share coret-‐coretan saya di sabtu dini hari :). Sama sekali bukan bermaksud menggurui, tapi izinkan saya share point of view saya terhadap PPI Prancis. Supaya memudahkan, saya gambarkan semua kepengurusan PPI Prancis dalam bagan diagram kontrol di bawah yang tentunya teman-‐teman lain pasti sudah hafal lah ya, Diagram loop tertutup PPI Prancis dengan oret-‐oretan anak SD (maaf klo jelek, hehehe) Baik, saya mulai jabarkan satu per satu, Di bagan di atas itu, input di awal itu adalah sekumpulan target yang ingin dicapai oleh para pengurus, tentunya target ini berisikan janji-‐janji para calon ketua PPI Prancis saat kampanye. Janji-‐janji ini di transformasikan menjadi capaian-‐capaian real para pengurus selama setahun. Objek utama pengurus tentu saja Pelajar-‐pelajar Indonesia di Prancis. Maka dari itu program-‐program kerja PPI Prancis tentu saja harus bertujuan menghebatkan (menghebatkan = membuat jadi lebih hebat) Pelajar-‐pelajar PPI di Prancis pada umumnya. Mohon maaf tanpa maksud menyederhanakan fungsi PPI Wilayah, di bagan di atas PPI Wilayah merupakan bagian dari bagan Pelajar PPI Prancis. Target yang diharapkan oleh pengurus dengan kenyataan di lapangan bisa berbeda, maka dengan itu perlu ada feedback loop. Institusi PPI Prancis yang seringkali terlupakan dan disepelekan, padahal perannya sangat penting adalah BAMUS. Setelah saya baca baca sedikit tentang AD ART PPI Prancis, saya melihat Bamus punya peran sebagai evaluator yang memiliki kewajiban corrective action kepada pengurus. Corrective action ini bukan hanya saat sidang bamus digelar satu tahun sekali, tapi juga bamus harus melakukan corrective action ini selama kepengurusan berlangsung, baik dengan menggelar rapat bersama dengan pengurus, atau juga contact in person. Bamus juga yang menentukan LPJ & usaha kepengurusan selama setahun layak diterima atau tidak (berdasarkan parameter-‐parameter objektif yang terukur). Posisi Bamus sangat penting. Kenapa ? karena katanya mesin carnot saja (yang katanya mesin paling efisien), efisiensinya tidak bisa mencapai 100%, apalagi kepengurusan PPI Prancis yang karakteristik kepengurusannya mengharuskan berjauhan. Maka dari itu Bamus punya peran penting dan juga profil bamus yang berada minimal 1 orang di tiap kota punya
keuntungan tersendiri, salah satunya untuk menangkap isu-‐isu akar rumput di kalangan pelajar PPI Prancis. Selain itu, untuk menjaga kontinuitas performansi PPI Prancis dan semakin hebat setiap tahunnya, Bamus juga punya peran memberikan masukan masukan untuk kepengurusan selanjutnya terkait preferensi pelajar-‐pelajar PPI Prancis yang berganti setiap tahunnya. Jawaban 1: Dhiara, 3, Paris Menanggapi bagan Mas Hari yang dibuat sangat menarik dan artistik ini, saya ingin memberikan pendapat saya yang singkat. Saya setuju dengan bagan yang dibuat Mas Hari. Sangat setuju malah. Setuju dalam arti bagan Mas Hari mempresentasikan pengurusan PPI Perancis dimana fungsi BAMUS disini sebagai feedback untuk mengoptimalkan hasil output dari target awal kepengurusan PPI Perancis. Harapan saya untuk kedepannya adalah dioptimalkannya komunikasi antara kepengurusan PPI Perancis dengan BAMUS untuk terus mengawasi kegiatan yang telah dirancang dan target-‐target ketua PPI Perancis di kampanye-‐nya. Keberadaan BAMUS juga harus aktif mengkritik dan membantu merealisasikan kegiatan PPI Perancis, sehingga kita mahasiswa Indonesia seantero Perancis dapat mengambil ilmu-‐ilmu yang positif dari setiap kegiatan PPI Perancis. Dengan kata lain, saya ingin mengatakan bahwa peranan BAMUS harus lebih proaktif dalam menjalankan fungsi kontrolnya. Untuk itu, tentunya dibutuhkan orang-‐orang yang kritis dan memiliki kepedulian tinggi terhadap organisasi ini yang nantinya akan menjadi anggota Bamus, seperti Mas Hari ini contohnya. Barangkali saja kan Mas Hari tertarik untuk menjadi anggota Bamus dari wilayah, hehhehee Ok deh Mas Hari segini dulu ya tanggapan saya mengenai coret-‐coretannya Mas Hari. Ke Banten mau nonton debus Sampai sana main ular tangga Mas Hari siap-‐siap jadi BAMUS Jangan lupa pilih nomor TIGA Jawaban 2:
Catur, 2, Marseille Saya sedikit ingin menanggapi oret-‐oretan mas Hari. Sependek pengetahuan saya mengenai manajemen organisasi, proses dalam organisasi akan melibatkan optimalisasi penggunaan sumber daya (input) yang ada, aktivitas dan proses internal organisasi, output produk atau jasa dan lingkungan eksternal. Kalau saya boleh komentar sedikit, yang mas Hari gambarkan itu adalah proses dalam organisasi dalam hal ini PPI Prancis. Keberhasilan dalam menciptakan luaran (hasil dari program kerja yang dilaksanakan), menurut saya juga sangat tergantung dari input yang kita punya (misal SDM, perangkat organisasi, finansial) dan juga faktor eksternal. Nah, kalau melihat diagram yang digambarkan, saya masih sedikit bingung, mengapa mas Hari menggambarkan Bamus berada di tengah-‐tengah panah output dan target, serta target berada di belakang pengurus. Setahu saya, fungsi legislative Bamus dapat digambarkan dengan garis putus-‐putus yang mengarah langsung ke Pengurus, dalam hal ini badan eksekutifnya, yang menggambarkan fungsi kontrol, atau yang dijelaskan mas Hari fungsi “corrective action”. Mengenai peran Bamus, saya sangat sepakat. Bamus, memiliki peran penting dalam mengontrol kinerja pengurus, dan menurut AD/ART memang pada akhirnya ketua harus bertanggung jawab kepada Bamus. Jadi peran sentral Bamus ini juga akan mempengaruhi kinerja kepengurusan. Mungkin itu sedikit pendapat saya tentang oret-‐oretan mas Hari. Pertanyaan ke 2 Nama
: Yudha Pratomo
PPI Wilayah : PPI Prancis Pertanyaan: 1. Tentang kekuatan internal Saya melihat PPI ini semestinya merupakan organisasi yang kuat secara mengakar ke seluruh anggota dalam perhimpunan ya, bukan hanya organisasi yang punya proker2 yang wah: konferensi, bussiness plan, kajian dll, bukan hanya juga organisasi yang menunjukkan keaktifan di kawasan eropa, dunia.
Mestinya merupakan suatu organisasi yang bisa merangkul semua pelajar, semua anak anak indonesia di perancis, bahkan keluarga keluarga, pejabat kedutaan,dll dari situ dulu deh. Gak usah lah bikin kompetisi internasional dan sejenisnya 2-‐3 kali setaun kalo sama anak indonesia di Nantes gak kenal, sama anak2 Paris ngelihatnya sinis, cukup bikin satu, tapi semua berpartisipasi aktif, ya gak? Karena menurut saya, kalo dari situ udah kuat, mao bikin proker kaya apa juga bisa. Mohon tanggapannya 2. Dari opini saya diatas, apa yang kalian rencanakan untuk merangkul kawan2 kita semua disini, baik yang masih sekolah bahasa, S1, S2, S3, post doc, terlebih para alumni, peneliti, pekerja yang saya yakin kalau kita ketemu ngobrol, akan banyak manfaat yang kita dapat, ya untuk stage kah, kerja kah, atau hanya sekedar networking dan sharing cerita, pengalaman, etc. karena sejauh ini yang saya liat, ya kita2 aja yang kumpul, mereka ga pernah diajak, CMIIW. 3. Tentang program2 yang banyak dan bak menara gading Saya sedikit skeptis dari dulu tentang banyaknya program yang diusung para calon ketua. Menurut saya, program yang banyak, bukan parameter keberhasilan suatu organisasi. Program yang terlihat bagus, akan menjadi jelek kalo eksekusinya gak matang. Kembali lagi ini masalah keaktifan para anggotanya yang mungkin bosan dengan banyaknya program, maybe? kalau dianalogikan, apakah tidak lebih baik mahasiswa yang kuliah di Grande Ecole dengan nilai 17/20 dibanding kuliah di MIT/Harvard nilainya C semua, itupun ngulang semua? Ya lebih baik medioker dengan performance yang sempurna ketimbang high class tapi terseok2 kan? mohon tanggapan Nah, pertanyaannya Apakah kalian yakin program kalian akan tereksekusi dengan performance 100% dan hasilnya perfect 100%? Jawaban: Catur, 2, Marseille Saya mencoba menjawab, 1. Tentang kekuatan internal Kalau saya sependapat dengan Mas Yudha bahwa PPI harus mengakar kuat ke seluruh anggota dan merangkul semua pelajar. Tetapi perlu diingat bahwa pada umumnya dan hampir semua, organisasi baik itu komersil atau nirlaba, harus bisa meningkatkan efektivitas ke dalam dan ke luar (program internal dan eksternal). Mohon maaf jika kita hanya memikirkan kondisi internal saja tanpa memikirkan eksternal kita tidak dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pihak di luar PPI seperti yang founding fathers RI atau para pendahulu kita pernah lakukan. Selanjutnya, menurut saya kita jangan membuat sebuah dikotomi antara program kerja yang baik/istimewa dan partisipasi aktif atau keterlibatan pelajar Indonesia, justru menurut saya, dengan program kerja yang menarik dan bergengsi, akan menumbuhkan minat kawan-‐kawan untuk berpartisipasi, bahasa jawanya ada sebuah empowerment kepada semua jajaran, baik di tingkat PPI Prancis maupun wilayah. Maka dari
itu, perlu adanya media komunikasi dan intensitas komunikasi yang lebih antara PPI Prancis dan PPI wilayah, masa Refi dan Dhafi mungkin sudah banyak melakukan, dan bisa ditingkatkan kembali. 2. Apa yang bisa dilakukan PPI untuk merangkul semua pihak. Jika Mas Yudha membaca paparan program kerja yang saya rancang, dan jika program itu terlaksana dengan baik, maka soliditas internal, hubungan dengan pelajar lintas jenjang akan terwujud. Misalnya “Working Paper Forum”, pada forum ini akan mempertemukan semua pelajar lintas jenjang pada sebuah nuansa akademis, selain menjalin keakraban juga bisa jadi ajang berbagi ilmu. Bagi yang tidak begitu suka yang akademis-‐akademis, anjangsana/silaturahmi ke rumah kawan kita, alumni, atau keluarga Indonesia di Prancis bisa dilakukan. Program olah raga juga saya anggap cara efektif menjaga rasa kekeluargaan di antara anggota PPI. 3. Kalau menurut saya, cara pandang program itu banyak dan setinggi langit atau Mas Yudha istilahkan ‘bak menara gadhing’ itu sangat relatif. Mengapa saya mengatakan demikian, bukan merendahkan, organisasi mahasiswa selevel Himpunan Mahasiswa Jurusan di salah satu Universitas di Jawa Tengah saja dapat melakukan program sejenis itu dengan baik dan lancar, ditambah lagi program lain yang kita akan tercengang melihatnya, ‘bagaimana anak S1 bisa melakukan itu ?’. Memang kita tidak bisa membandingkan secara langsung satu organisasi dengan organisasi yang lain, tetapi paling tidak kita bisa melihat parameter, mana program yang setinggi langit dan mana program yang baik dan rasional untuk dilaksanakan. Jadi menurut saya Mas Yudha, Jika kita memiliki target program yang baik/istimewa (bukan tinggi), dengan ikhtiar yang optimal, Insya Allah akan menghasilkan sesuatu yang baik, sebaliknya jika kita tidak memiliki target yang istimewa, maka capaian kita pun akan biasa-‐ biasa saja. Untuk analogi, mungkin lebih tepatnya demikian : saya kuliah di Grand Ecole, karena saya mengetahui kemampuan saya, maka saya targetkan mendapat nilai 17/20. Jika saya bekerja keras dan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada, maka saya mungkin akan mendapatkan 18/20 atau 17/20, jika apes ya mungkin 16/20. Tetapi kalau target saya hanya 10/20, maka usaha dan hasil kita tidak akan seoptimal target yang « istimewa » sebelumnya, walhasil, kita mungkin akan dapat 11/20 atau bahkan mungkin gak lulus, demikian juga di MIT/Harvard. Jadi analoginya tidak antar lintas dimensi, tetapi di dalam dimensi itu sendiri. Soal capain yang perfect 100% mungkin itu hanya milik Allah SWT, Tuhan YME, kita hanya bisa meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar dan berharap hasilnya optimal. Jawaban ke 2: Dhiara, 3, Paris Selamat malam Mas Yudha, terimakasih atas kesabarannya menunggu jawaban dari kandidat-‐ kandidat lainnya. Terkait pertanyaan dan opininya, berikut tanggapan saya:
Membuat program kerja atau kegiatan yang bisa merangkul semua tidaklah mudah, karena pada dasarnya orang yang datang ke sini berberda-‐beda motivasi dan tujuan yang tentunya juga memiliki hobi berbeda beda pula. Karena itu, membuat program kerja yang cuma satu dengan harapan semua aktif, bisa dikatakan agak mustahil, setidaknya dalam kacamata saya. Tapi idealnya memang seperti itu. Hanya apa yang ideal seringkali tidak sejalan dengan harapan. Dalam kesempatan ini saya juga ingin memberi tahu kepada anggota PPI Perancis di milis ini bahwa semua program kerja baru yang saya buat, adalah hasil rangkuman keinginan teman-‐ teman di seluruh Perancis. Saya tidak membuat program atas keinginan atau kemampuan saya sendiri. Program-‐program ini dibuat untuk teman-‐teman karena kebutuhan mereka. Contohnya program Temu Eropa. Dari survei kecil-‐kecilan, diketahui ada banyak teman-‐ teman PPI yang menginginkan adanya kegiatan ini dan menjadikan Perancis menjadi tuan rumah. Kegiatan ini nantinya akan melibatkan semua PPI wilayah untuk memperat tali silaturahmi melalui olahraga dan seni. Kegiatan ini pun diberi dukungan oleh beberapa alumni dan mereka pun sangat antusias untuk terlibat membantu. Kalau kegiatan ini nantinya terlaksana, jadinya akan bisa mempersatukan banyak pihak seperti yang disebutkan oleh Mas Yudha. Namun demikian, saya juga menyadari, tentu saja, masih ada beberapa pihak yang kurang terangkul oleh kegiatan ini. Lalu seperti Mas Yudha katakan di email sebelumnya, bahwa acara ini akan bertabrakan dengan program PPI Austria. Saya sendiri akan tetap melaksanakan kegiatan ini pada akhir bulan April, dikarenakan ini adalah program atas keinginan teman-‐teman PPI Perancis yang tidak sedikit, dan bukan hanya angan-‐angan saya. Kenapa diadakan di akhir bulan April? Karena saya pun telah melihat kalender vacance scolaires bahwa akhir april adalah waktu libur untuk semua wilayah di Perancis. Saya ambil contoh lagi program Soirée des étudiantes Asie du Sud-‐est. Ide program ini ketika saya bekerja di UNESCO dan tidak sengaja berpapasan dengan Bpk. Nuh, Menteri Pendidikan Indonesia pada saat General Conference di UNESCO. Harapan beliau untuk PPI Perancis yang diungkapkan salah satunya adalah memperat organisasi antara mahasiswa se-‐Asia Tenggara. Selain itu, berdasarkan obrolan dengan anggota PPI Perancis yang aktif di lembaga-‐lembaga internasional, acara semacam ini diperlukan untuk memperluas pergaulan kita di tingkat internasional. Untuk itulah, dalam pandangan saya, PPI Perancis merupakan wadah yang ideal untuk merealisaikannya. “Le Prix des Jeunes Garuda”, program yang dibuat untuk anak Licence ini pun bukan hanya dibuat karena keinginan mereka, bahkan tidak kurang dari 10 teman-‐teman Licence di Perancis yang membantu konsep program ini.
Pembuatan film pendek dalam program saya pun bukan karena saya hobby dan bisa membuat film, melainkan Campus France menonton hasil karya film saya dan meminta untuk membuat film yang berguna untuk teman-‐teman yang ingin sekolah ke Perancis. Untuk itu, saya membuat beberapa program yang ditujukan untuk merangkul kelompok yang berbeda-‐beda, seperti mereka yang hobinya diskusi, mereka yang suka seni dan olah raga, dan terutama anak-‐anak Licence yang jumlahnya semakin banyak tapi masih jarang terlibat. Harus diakui program saya ini belum bisa merangkul semua kelompok. Tapi, setidaknya, ketika menyusun program-‐program ini saya melakukan survei kecil-‐kecilan (yang mungkin kurang ilmiah) tentang apa-‐apa saja yang diinginkan oleh teman-‐teman PPI Perancis. Apakah program-‐program ini bisa tereksekusi dengan performance 100% dan hasilnya sempurna 100%? Terus terang, saya membuat program kerja berdasarkan beberapa pertimbangan seperti signifikansi dan keterjangkauan, dalam arti apakah program itu bisa dilaksanakan nantinya di tengah kesibukan kita sebagai mahasiswa. Karena itu pada setiap program kerja saya cantumkan rencana pelaksanaan. Bahkan saya juga melampirkan timeline kegiatan selama setahun. Berdasarkan pertimbangan waktu, saya yakin program-‐program yang saya ajukan bisa direalisasikan. Kemudian, dalam setiap kegiatan itu juga saya cantumkan tujuan, target dan indikator keberhasilan. Terkait performance dan hasil, saya hanya akan merujuk pada parameter parameter yang sudah dibuat, kalau berbicara tingkat keberhasilan. Sebab, terus terang saja, kesempurnaan yang dimaksud oleh Mas Yudha itu apa parameternya. Hanya ini yang bisa saya sampaikan, semoga berkenan. Jawaban ke 3: Andi, 1, Toulouse 1. Untuk menjawab pertanyaan no 1, saya setuju untuk memprioritaskan hubungan "dalam negeri" antara para pelajar dan non-‐pelajar indonesia di perancis sebelum mengacu pada kegiatan international. Dengan demikian, penting bagi saya untuk memperkuat komunikasi antara PPI tiap kota/regional dan menghilangkan stereotype bahwa kegiatan PPI Perancis semua dimulai dan didasarkan di Paris. Pada akhirnya, PPI regional akan digandeng dalam memberi peranan yg lebih besar di tahap PPI Perancis. 2. Salah satu misi saya bertujuan menjaga kesinambungan, kedekatan serta ikatan yang berlanjut antar pengurus dan anggota PPI Perancis dengan mengadakan kegiatan2/acara2 oleh PPI Perancis, yang menjangkau para pelajar Indonesia baik yg masih berdomisili di Perancis atau para alumni dalam bentuk berbagi pengalaman/sharing. 3. Oleh sebab itu, dasar program dan rencana saya adalah kesederhanaan, dan yang terbersit di pikiran saya adalah tingginya kemungkinan terealisasinya/faisabilité -‐ serta mampu melibatkan SELURUH Perancis, yang merupakan fondasi daripada bangunan PPI kita tercinta ini.
atas nama Andi Ahmadislam Adisasmita calon no.1 Pertanyaan 3 Nama
: Parsaoran Silalahi
PPI Wilayah : Paris Pertanyaan: Tiga teman saya yg wanita dan sedang kuliah s3 serta berasal dari negara berkembang ingin menikah dengan pria eropa. Alasannya ingin memperbaiki keturunan. Apakah ini normal? Bagaimana wanita yang dari indonesia? Jawaban: Catur, 2, Marseille Kalau menurut saya ini adalah suatu bukti bahwa dunia sudah dijajah dari segi persepsi dan pemikiran jika sampai berpikiran yang sama spt itu. Di pikiran mereka (atau mungkin kita) pria/wanita yang tampan/cantik adalah yang tinggi, putih, mancung, sedang yang pendek, pesek dan hitam adalah jelek, jika parameternya fisik. Memperbaiki keturunan mngkin tdk slalu diukur dr parameter fisik. Nyatanya orang barat menganggap kulit kita eksotik Dhiara, 3, Paris Halo Mas Parsaoran, salam kenal ya. Bagi saya menikah dengan siapapun tidak masalah, persis seperti yang dikatakan Mas Yudha diatas. Namun terkadang alasan yang disebutkan untuk memperbaiki keturunan menurut saya kurang pas dan cenderung menunjukkan ketidakpercayaan diri dan rasa rendah diri terhadap bangsa lain. Oleh karena itu, saya sendiri kurang suka mendengar ungkapan tersebut. Pertanyaan ke 4: Nama
: Aunur R Mulyarto
PPI Wilayah : Montpellier Pertanyaan: Hari ini secara resmi kami PPI Montpellier meluncurkan beasiswa AFIM tahun ke-‐empat. Silahkan disampaikan pada teman-‐teman S1 di tanah air yang berminat dan tentu saja memenuhi persyaratan. Bagi yang belum kenal beasiswa AFIM, ini adalah kegiatan gotong royong di PPI Montpellier untuk sedikit membantu rekan-‐rekan mahasiswa S1 di tanah air yang punya prestasi baik di bidang akademik dan non akademik namun mengalami kesulitan ekonomi. 1. Bagaimanakah pandangan anda terhadap keberlangsungan program ini? tentu saja dalam kerangka rencana kerja yang telah anda susun.. 2. Jika anda terpilih sebagai ketua, adakah program atau aktivitas tertentu yang memungkinkan adanya support dana pada program ini atau yang sejenis?
Jawaban: Dhiara, 3, Paris Halo, salam kenal Mas Aunur, Menurut saya program AFIM ini adalah kegiatan yang sangat mulia. Saya sudah mengetahui program AFIM ini sejak lama, dan saya sangat memberikan apresiasi kepada PPI Montpellier yang trus berkontribusi untuk Indonesia. Dalam program kerja yang sudah saya buat, saya tidak melihat adanya dana masukan untuk kegiatan AFIM. Tetapi untuk kegiatan sejenisnya, saya memasukan program kerja lanjutan, yaitu gerakan 1 Euro, dimana uang ini nantinya juga akan dipergunakan untuk teman-‐teman Indonesia yang membutuhkan. Saya berharap dengan program ini PPI Montpellier dapat dicontoh oleh PPI wilayah lainnya, setidaknya semangat untuk membantu sesama.