1 minute read

BAB 5. ADVOKASI INKLUSI SOSIAL SEBAGAI AKSI KOLEKTIF

BAB 5.

ADVOKASI INKLUSI SOSIAL SEBAGAI AKSI KOLEKTIF

Advertisement

Sebagaimana dipaparkan pada bagian awal monografi ini, para sarjana dan pengamat mengartikan advokasi dalam pengertian luas, yakni upaya memperjuangkan kepentingan pihak atau kelompok yang dirugikan di masyarakat. Pengacara mengadvokasi komunitas yang dirugikan di hadapan pengadilan. Aktivis lingkungan mengadvokasi komunitas yang dirugikan di hadapan pembuat kebijakan dan kelompok kepentingan lainnya seperti korporasi. Aktivis HAM misalnya mengadvokasi kelompok yang dirugikan karena hak asasinya direnggut negara atau kelompok bisnis. Beragam aksi yang memperjuangkan pihak paling tidak beruntung dipahami sebagai advokasi.

Berdasarkan definisi, kriteria, tipe, dan model-model dan pendekatan advokasi pluralisme agama di atas menaruh perhatian peran CSO. CSO dalam konteks ini merupakan pihak ketiga menjembatani kepentingan komunitas yang termarjinalkan dengan pemerintah atau kalangan bisnis. Pandangan ini

mengakibatkan analisis tidak mampu menangkap peran kelompok rentan yang mulai berpartisipasi melakukan advokasi sendiri, betapapun seluruh aktivitasnya menunjukkan langkah dan metodologi advokasi. Kelompok rentan karenanya tidak dilihat sebagai subjek advokasi, melainkan objek. Berbagai kegiatan CSO karenanya akan dievaluasi berdasarkan janji yang diajukan pada perencanaan dilihat dari apa yang telah dihasilkan. Penilaian keberhasilan, efektivitas, dan pencapaian advokasi tergantung pada proses yang dijalankan CSO dan abai terhadap aktivitas dan respons kelompok rentan dan pemerintah. Respons kelompok rentan tidak bisa dianggap kecil sebab menentukan pelaksanaan berbagai kegiatan para pendamping. Respons pemerintah juga menentukan arah strategi dan taktik para pendamping melaksanakan berbagai rencana advokasi.

Mengatasi keterbatasan advokasi di atas, penelitian ini meletakkan advokasi dalam perspektif aksi kolektif (collective action) (Prakash and Guberty, 2010). Sebagai aksi kolektif, penelitian ini akan memanfaatkan teori yang berkembang untuk menjelaskan gerakan sosial yang lebih luas. Sebagai aksi kolektif, advokasi tidak hanya akan dilihat apa yang dikerjakan aktivis CSO, tetapi juga bagaimana respons kelompok rentan dan pemerintah. Aktivitas CSO dalam kerangka ini hanya bisa dijalankan jika kelompok rentan yang hendak didampingi merespons, atau terlibat lebih jauh dalam berbagai aktivitas. Aktivitas CSO jug tidak akan efektif jika pemerintah tidak merespons sama sekali atau resistant terhadap beragam upaya yang akan dijalankan. Perspektif aksi kolektif ini menekankan bahwa kemungkinan berhasil tidaknya advokasi ditentukan seberapa responsif satu pihak kepada pihak lainnya, dalam hal ini CSO, kelompok rentan dan pemerintah.

Sebagai gerakan sosial, advokasi inklusi sosial berhasil karena mengkombinasikan pembingkaian, mobilisasi sumber daya, dan pemanfaatan kesempatan politik. Hal ini tampak pada advokasi penghayat Marapu di Sumba

This article is from: