CERITA MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN PASIR EURIH DAN KASEPUHAN CIROMPANG
1
2
CERITA MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN PASIR EURIH DAN KASEPUHAN CIROMPANG
Disusun oleh : Kelompok Pemuda/i Kasepuhan Pasir Eurih, Kasepuhan Cirompang dan RMI Penyunting
: Indra N Hatasura dan Lukmi Ati
Desain-layout : Indra N Hatasura dan Meilinda Amin Ilustrasi
: Indra N Hatasura
Foto-foto
: Dokumentasi pemuda/i Kasepuhan Pasir Eurih, Kasepuhan Cirompang dan RMI
1
Penyusunan buku “Cerita Masyarakat Adat Kasepuhan Pasir Eurih dan Kasepuhan Cirompang” ini dilakukan oleh tim gabungan pemuda/i Kasepuhan Pasir Eurih, Kasepuhan Cirompang dan RMI Jajuli, Tohir, Ela, Angga, Juan, Nasrudin, Rumi, Umri, Mamat, Manil, Asep, Nana, Arip, Sayudin, Alan, Jahra, Suari, Tete, Jek, Nina, Ros, Jaki, Hendra, Nurul, Maman, Ajat, Fauzan, Cindy, Wahyu, Reni, Didhon, Indra
Tulisan-tulisan pada buku “Cerita Masyarakat Adat”ini bersumber dari masyarakat dan diedit minimal agar tidak kehilangan gaya penulisan cerita aslinya.
2
Sekapur Sirih Buku “Cerita Masyarakat Adat Kasepuhan Pasir Eurih dan Kasepuhan Cirompang” ini merupakan hasil kerja dari kegiatan pendokumentasian masyarakat adat oleh tim gabungan pemuda/i Kasepuhan Cirompang pada bulan Maret 2018 dan Kasepuhan Pasir Eurih pada bulan Agustus 2018 bersama dengan tim RMI (Rimbawan Muda Indonesia) melalui Sekolah Lapang Pemuda/i. Masyarakat adat Kasepuhan Pasir Eurih (Desa Sindanglaya) dan Kasepuhan Cirompang (Desa Cirompang) tinggal berdampingan dan terletak pada Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Berdasarkan catatan monografi desa, Desa Sindanglaya memiliki luas 724 Ha dengan jumlah penduduk 3.136 jiwa dan Desa Cirompang memiliki luas 637 Ha dengan jumlah penduduk 1.579 jiwa. Berdasarkan hasil analisis di lapangan pada kedua kasepuhan tersebut terdapat persoalan yang sama bahwa generasi mudanya sangat minim sekali pengetahuannya tentang adat istiadat kasepuhan. Pada bulan Maret dan Agustus 2018 melalui program Sekolah Lapang, RMI yang melakukan pendampingan masyarakat di Kasepuhan Cirompang dan Pasir Eurih melakukan pendokumentasian hal-hal terkait adat istiadat mereka. Metode penggalian data yang digunakan adalah metode arumono sagashi, yang berpedoman pada proses melihat– kagum - merekam - mencatat. Peserta Sekolah 3
Lapang, yang terdiri dari pemuda/i berkeliling di kasepuhan masing-masing selama satu hari, sambil membawa kamera (handphone berkamera) dan buku catatan. Buku ini hanyalah sekelumit catatan yang menggabungkan catatan-catatan ringan dari tim penulis yang dimaksudkan sebagai media pembelajaran tentang adat untuk pemuda/i dan anak-anak. Gaya tulisan masing-masing penulis berbeda, dari bahasa dan sudut pandangnya: ada yang senang menulis serius, ada juga yang jenaka; ada yang menulis lengkap, ada juga yang satu paragraf saja. Dokumentasi foto yang terkumpul dijadikan sebagai informasi pendukung agar tulisan lebih menarik. Semoga buku ini bisa dilengkapi di kemudian hari dan bisa bermanfaat khususnya bagi masyarakat Kasepuhan Pasir Eurih, Kasepuhan Cirompang dan masyarakat kasepuhan lainnya. Selamat membaca. Salam Adil dan Lestari! Bogor, September 2018 Tim Penulis
4
5
Kelembagaan Adat Kasepuhan Pasir Eurih
Lokasi : Imah Gede (kediaman kasepuhan) Kasepuhan Pasir Eurih.
6
Penjelasan Kelembagaan Adat di Pasir Eurih terdiri dari: 1. Pupuhu (Abah) Pupuhu (Abah) berperan sebagai kepala adat yang bertanggung jawab atas segala urusan yang dititipkan oleh para leluhur dalam melayani kepentingan incu putu menuju keselamatan dunia dan akhirat yang dikenal dalam filosofi “nungtun karahayuan nyanya kamokahaan”. 2. Palu Palu berperan untuk memberi pertimbangan dalam keputusan dan memberikan masukan kepada Abah. 3. Lajer Lajer berperan untuk memberikan nasihat atau masukan kepada kasepuhan. 4. Juru Serat / Surat Juru Serat / Surat berperan untuk menyampaikan informasi kepada incu putu. 5. Juru Basa Juru Basa berperan untuk memberikan informasi tentang sejarah. 6. Juru Masak Juru Masak berperan untuk mempersiapkan makanan bagi kepentingan kasepuhan.
7
7. Canoli Juru Gowah Canoli Juru Gowah berperan untuk mempersiapkan sesajen. 8. Lukun Lukun berperan untuk mempersiapkan alat seren taun terutama yang berkaitan dengan ritual kasepuhan. 9. Ronda Kokolot Ronda Kokolot berperan untuk bertanggung jawab terhadap hal-hal yang terkait dengan keamanan. 10. Palawari Palawari berperan untuk melayani tamu. Sumber dari hasil wawancara dengan Abah Ono Kasepuhan Pasir Eurih (Juru Basa) tanggal 23 Agustus 2018.
8
Rukun Tujuh
Lokasi : sawah di Kasepuhan Pasir Eurih.
9
Penjelasan Rukun Tujuh adalah rangkaian proses bertani (penanaman padi lokal atau pare gede) yang dijaga kelestariannya, dari awal sampai akhir yang ada di Kasepuhan Pasir Eurih. Proses-proses Rukun Tujuh adalah sebagai berikut: 1. Asup leuweung Proses awal dimana masyarakat mulai masuk hutan untuk bertani di ladang atau sawah. 2. Nibakeun Proses penyemaian atau penanaman padi. 3. Ngubaran Proses perawatan padi, memberikan obat padi dari hasil ritual adat yang bahannya berasal dari padi. 4. Mapag pare beukah Proses ritual adat yang dilakukan masyarakat ketika padi mulai muncul bunga / bunga padi mekar. 5. Beberes Proses ritual adat ketika padi akan dipanen. 6. Ngadiukeun Proses ritual adat ketika padi akan disimpan di leuit atau lumbung. 7. Seren taun Proses akhir dari Rukun Tujuh dimana masyarakat melakukan banyak ritual adat sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.
10
Sumber dari hasil wawancara dengan Abah Maman Kasepuhan Pasir Eurih ( Keluarga Kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
11
Asup Leuweung (Rukun Tujuh, Proses-1)
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Pasir Eurih.
12
Penjelasan Rukun Tujuh merupakan rangkaian proses bertani di Kasepuhan Pasir Eurih. Tahap pertama dalam Rukun Tujuh adalah “asup leuweung”. Asup leuweung artinya proses awal dimana masyarakat Kasepuhan Pasir Eurih mulai masuk hutan untuk bertani di ladang atau di sawah. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
13
Nibakeun (Rukun Tujuh, Proses-2)
Lokasi : wilayah adat kasepuhan, Lebak, Banten.
14
Penjelasan Nibakeun adalah proses penyemaian padi atau biasa disebut oleh masyarakat adat Kasepuhan Pasir Eurih sebagai sebar. Istilah sebar atau nibakeun adalah proses awal yang dilakukan oleh masyarakat untuk memulai proses penanaman padi. Biasanya padi yang akan disebar direndam terlebih dahulu selama satu hari satu malam yang tujuannya agar padi tersebut berkecambah. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
15
Ngubaran (Rukun Tujuh, Proses-3)
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Pasir Eurih.
16
Penjelasan Tahap proses Rukun Tujuh yang ketiga disebut dengan istilah “ngubaran”. Ketika padi mulai besar melakukan sri sakti manusa nu kumawasa adalah ritual untuk mengobati tanaman dari hama dengan menggunakan obat tradisional. Hama yang menyerang di sana diantaranya adalah leming, wereng, kungkang coklat, kungkang putih dan lain-lain. Ngubaran merupakan proses perawatan padi, yang dilakukan oleh masyarakat yang bertani. Masyarakat yang bertani diberikan obat padi atau ubar oleh kasepuhan yang diperoleh dari hasil ritual adat. Bahan dari obat padi ini semua berasal dari padi. Obat atau ubar ini selanjutnya disimpan di sawah masing-masing. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018 dan catatan RMI.
17
Mapag Pare Beukah (Rukun Tujuh, Proses-4)
Lokasi : wilayah adat kasepuhan, Lebak, Banten.
18
Penjelasan Mapag pare beukah adalah proses ritual adat yang dilakukan masyarakat ketika padi mulai muncul bunga atau bunga padi mekar. Pada proses ini dilakukan berbagai ritual untuk kerahayuan dan kesuburan padi, sehingga hasil dari proses yang dilakukan baik dan bagus. Setelah selesai proses ini sambil menunggu padi berbunga menjelang datangnya Dewi Sri dilakukan ritual untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa agar hasil tanaman bagus. Tradisi ritual ini melibatkan para perempuan untuk menyiapkan acara selamatan. Tradisi umumnya adalah membuat dodol dan menumbuk padi secara bergotong-royong. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018 dan catatan RMI.
19
Beberes Mipit (Rukun Tujuh, Proses-5)
Lokasi : depan rumah masyarakat Kasepuhan Cirompang.
20
Penjelasan Tahap kelima proses Rukun Tujuh adalah beberes mipit. Ritual ini dilakukan jika padi sudah mulai merunduk dan siap dipotong. Ritual ini dilakukan untuk meminta izin memanen padi. Pada proses ini para perempuan membuat tumpengan untuk selamatan.
21
Ngadiukeun (Rukun Tujuh, Proses-6)
Lokasi : wilayah adat kasepuhan, Lebak, Banten.
22
Penjelasan Ngadiukeun (ngampih diuk ditempatkeuna) adalah proses ritual adat ketika padi akan disimpan di leuit atau lumbung. Ritual ini dimaksudkan agar padi yang disimpan bisa tahan dan masih layak untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang sangat lama. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
23
Seren Taun (Rukun Tujuh, Proses-7)
Lokasi: wilayah adat kasepuhan, Lebak,Banten.
24
Penjelasan Seren taun adalah proses akhir dari Rukun Tujuh dimana masyarakat melakukan banyak ritual adat sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang diperoleh. Seren taun ini dilakukan setiap tahun setelah panen. Acara seren taun sering dimeriahkan oleh beberapa hiburan, dan biasanya dihadiri oleh masyarakat dari dalam maupun luar kasepuhan. Bagi pihak luar kasepuhan acara seren taun ini dijadikan sebagai ajang untuk wisata karena selain bisa mengikuti acara ritual yang disuguhkan juga ada hiburan tradisional seperti jaipongan, dangdut, angklung atau pokplod (kesenian tradisional kasepuhan) dan layar tancap. Ritual seren taun ini biasanya dilakukan pada bulan syawal/hapit. Selain untuk selamatan dan rasa syukur atas hasil bumi juga untuk meminta kesuburan dan kemakmuran untuk panen yang akan datang.
Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018 dan catatan RMI.
25
Lulugu Tani atau Huma
Lokasi : lahan garapan masyarakat adat Kasepuhan Pasir Eurih.
26
Penjelasan Huma adalah salah satu media pertanian adat kasepuhan yang dikelola kasepuhan dan dibantu oleh masyarakat adat. Padi yang ditanam di huma adalah pare gede (padi besar) yang tidak memerlukan banyak air. Pengelola huma menjadi patokan (dalam istilah kasepuhan disebut lulugu) dimana petani yang mengelola sawah harus berkiblat pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh kasepuhan. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Mastu Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
27
Pembagian Ruang Adat
Lokasi : Gunung Bongkok, Kasepuhan Pasir Eurih.
28
Penjelasan Ruang adat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Titipan Titipan dibagi menjadi dua, yaitu kahirupan dan kahuripan. Kahirupan bermakna untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Misalnya, lahan digunakan untuk kebun, huma, dan sawah. Sedangkan kahuripan dimaknai sebagai titipan untuk sumber kahirupan yaitu menjaga alam dan situs-situs yang dititipkan karuhun. 2. Cawisan Cawisan adalah lahan cadangan untuk kepentingan incu putu (anak cucu). Sumber dari hasil wawancara dengan Olot Amsir Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
29
Nutu di Saung Lisung
Lokasi : saung lisung, Kasepuhan Pasir Eurih.
30
Penjelasan Saung lisung merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari adat kasepuhan. Saung lisung digunakan sebagai media untuk menumbuk padi agar menjadi beras. Tradisi ini sudah turun temurun dari leluhur kasepuhanhingga sekarang. Istilah “pantang” sudah menjadi dogma di adat kasepuhan agar tidak menumbuk padi dengan alat modern. Namun, pada saat ini pantangan tersebut hanya berlaku untuk pupuhu kasepuhan saja dan tidak berlaku untuk khalayak/masyarakat kasepuhan secara umum. Sumber dari hasil wawancara dengan Ema Kolot Kasepuhan Pasir Eurih (Ema kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
31
Dewi Sri Penenang Hati
Lokasi : rumah incu putu, Kasepuhan Pasir Eurih.
32
Penjelasan Jenis varietas pare (padi) yang ada di Kasepuhan Pasir Eurih sekitar 40 jenis varietas. Beberapa contoh di antaranya adalah: 1. Pare nete berwarna merah 2. Pare kewal berwarna putih 3. Pare rajawesi berwarna merah 4. Pare kui berwarna merah 5. Pare gantang berwarna merah 6. Ketan langasari berwarna hitam 7. Pare sri kuning berawarna putih 8. Pare markoti berwarna putih 9. Pare cere mariren berwarna putih 10. Pare peuteuy berwarna putih Jenis pare gede yang biasa ditanam di huma, diantaranya adalah pare limar berwarna merah, pare cangkudu berwarna kuning dan pare bongkok berwarna merah. Hasil dari pare huma ini yang nantinya dipakai sebagai bagian dari acara seren taun. Catatan : tambahan jenis pare gede yang didapat dari profil Desa Sindanglaya adalah pare ganteng, jogja, seksek, kawung, leneng, ketan odeng, ketan bebek, ketan amon, ketan gadog, cere menteng, cere belut, cere loyang, pare siem. Sedangkan jenis pare huma adalah pare limar, mara, kiara dan ketan gintung. 33
Sumber dari hasil wawancara dengan Ema Katuk Kasepuhan Pasir Eurih (perempuan adat) tanggal 23 Agustus 2018 dan dari profil Desa Sindanglaya 2017.
34
Pangsalatan sebagai Simbol Keagamaan Kasepuhan Pasir Eurih
Lokasi : pangsalatan, sebelah selatan imah gede, Kasepuhan Pasir Eurih.
35
Penjelasan Pangsalatan (tempat shalat/ibadah) didirikan sejak Kasepuhan Pasir Eurih berdiri (ngadeg). Pangsalatan juga sebagai ciri atau simbol bahwa Kasepuhan Adat Pasir Eurih sejak dahulu menganut agama Islam dimana pada waktu itu belum ada tempat peribadatan seperti masjid atau mushala, maka didirikanlah pangsalatan ini. Sumber dari hasil wawancara dengan Abah Ono Kasepuhan Pasir Eurih (Juru Basa kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
36
Kediaman Kasepuhan
Lokasi : di depan rumah kasepuhan, Kasepuhan Pasir Eurih.
37
Penjelasan Kediaman kasepuhan atau imah gede sudah berdiri sejak jaman dahulu atau jaman buyut pertama. Imah gede ini merupakan tempat kediaman pupuhu kasepuhan. Siapapun yang menjadi pupuhu maka dialah yang berhak menempati imah gede tersebut. Imah gede ini menjadi tempat berkumpulnya para incu putu. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Mastu Kasepuhan Pasir Eurih ( pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
38
Rengkong (Bunyimu adalah Keringatku)
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Pasir Eurih.
39
Penjelasan Rengkong adalah salah satu alat seni yang terbuat dari bambu untuk membawa padi. Pada rengkong ini terdapat bagian yang dibelah sebagai ruang kosong agar bisa mengeluarkan suara jika tergesek dengan tali pengikat padi, sehingga saat dibawa berjalan dan diayun akan menghasilkan suara yang merdu. Rengkong sering dipakai pada saat acara-acara adat sebagai pengiringnya. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih ( pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
40
Opat Belasna
Lokasi : di depan rumah kasepuhan, Kasepuhan Pasir Eurih.
41
Penjelasan Istilah Opat Belasna adalah sebuah kegiatan ritual adat yang selalu dilakukan setiap malam tanggal 14. Tujuan awal kegiatan Opat Belasna adalah sebagai syiar agama dan memberikan pepeling (pengingat) atau nasihat terkait moral dan perilaku yang semestinya dilakukan oleh masyarakat kasepuhan. Adapun kegiatan lain yang dilakukan dalam Opat Belasna, yaitu dongeng yang didalamnya berisi wejangan terkait moral dan perilaku masyarakat kasepuhan. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
42
Babay (Penolak Bala atau Penyakit)
Lokasi : sekitar leuit, Kasepuhan Pasir Eurih.
43
Penjelasan Di Kasepuhan Pasir Eurih sudah tidak asing lagi dengan istilah babay. Masyarakat luar kasepuhan pun sering mendengar istilah babay ini, walaupun mungkin tidak memahami artinya. Babay ini diyakini oleh masyarakat kasepuhan untuk menolak bala atau menolak penyakit yang sudah diyakini sejak dulu dan hingga sekarang keyakinan itu masih dilakukan dan dianggap sebagai turunan dari para leluhur. Babay biasanya digantung pada leuit (lumbung padi) dan rumah penduduk. Sebelum dipasang di leuit atau rumah masing-masing, babay tersebut dikumpulkan terlebih dahulu di kasepuhan untuk didoakan terlebih dahulu, selanjutkan baru dibagikan kepada masing-masing kelompok dan rumah yang ada. Bahan-bahan untuk membuat babay ini terdiri dari tulak tangul, rane jurig, kipalias, sulangkar, dan ilat. Bahanbahan tersebut bisa didapat di lingkungan sekitar wilayah Kasepuhan Pasir Eurih. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
44
Leuit (Rumahku Kehidupanku)
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Pasir Eurih.
45
Penjelasan Leuit atau lumbung padi adalah tempat penyimpanan padi dari hasil panen,bentuknya menyerupai rumah beratap ijuk dan berdinding bambu yang dianyam. Padi yang disimpan di leuit ini tetap kering dan awet dalam jangka waktu yang lama. Namun tidak semua jenis padi bisa disimpan di leuit, hanya jenis pare gede saja yang bisa disimpan di leuit. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
46
Seupaheun (Suguheun/ Ngelemar/Lemaren)
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Pasir Eurih.
47
Penjelasan Istilah seupaheun di kasepuhan adalah sebagai wujud/tanda sebuah penghormatan terhadap para leluhur. Seupaheun ini menurut adat kasepuhan merupakan kebiasaan yang dilakukan para nabi atau para wali yaitu ngelemar atau nyeupah. Bahan-bahan yang termasuk kedalam seupaheun diantaranya adalah : - Seureuh - Gambir - Apu - Bako/rokok - Panglay - Kemenyan - Pinang Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
48
15na dan 30na (Dilarang Beraktivitas di Sawah)
Lokasi: wilayah adat Kasepuhan Pasir Eurih.
49
Penjelasan Istilah 15na dan 30na adalah tanggal dalam bulan hijriah dimana masyarakat kasepuhan dilarang untuk melakukan aktivitas pertanian. Pelarangan ini diyakini bahwa pada tanggal tersebut merupakan haknya makhluk ghaib. Makhluk ghaib tersebut diyakini juga masih keturunan leluhur kasepuhan dari hasil perkawinan dengan bangsa jin. Ada cerita mistis terkait makhluk tersebut, namun bagi masyarakat kasepuhan hal tersebut tabu untuk diceritakan kepada publik. Sumber dari hasil wawancara dengan Bapak Marhadi Kasepuhan Pasir Eurih (pegawai kasepuhan) tanggal 23 Agustus 2018.
50
51
Diskusi Hutan Adat Bersama Kelompok Pemuda/i Cirompang
Lokasi : rumah masyarakat, Kasepuhan Cirompang.
52
Penjelasan Selama ini pemuda/i Kasepuhan Cirompang belum begitu aktif dalam berkegiatan di kampung. Pada awal tercetusnya kegiatan ini bertujuan sebagai media belajar bagi kelompok pemuda/i Cirompang agar bisa terlibat langsung pada isu adat, inklusi sosial dan hutan adat. Melalui kegiatan ini diharapkan juga dapat menjadi media bertukar pengetahuan sekaligus mengelola pengetahuan antara kelompok pemuda/i dan RMI. Kegiatan ini meliputi diskusi informal, bermain game, menonton film, dokumentasi adat dan membuat film. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan pemuda/i Cirompang bisa lebih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat positif di kampungnya, meningkatkan pengetahuan serta bisa meningkatkan posisi tawar mereka, minimal di kampung sendiri. Sumber dari catatan pertemuan RMI tanggal 17 Maret 2018 di Cirompang.
53
Jam Kuda
Lokasi : rumah kasepuhan Olot Amir, Kasepuhan Cirompang
54
Penjelasan Salah satu peninggalan nenek moyang Olot Amir (ketua adat Kasepuhan Cirompang) adalah jam kuda. Jam ini terbuat dari kayu jati yang ukirannya klasik dan kayunya tidak lapuk, meskipun jarum jamnya sendiri sudah mati. Pada suatu waktu ada seseorang yang tertarik untuk membeli jam ini, tetapi Olot Amir tidak mengijinkan dan tidak akan menjualnya walaupun dengan harga yang tinggi. Jam ini merupakan satu-satunya peninggalan yang masih ada. Sumber dari hasil wawancara dengan Olot Amir Kasepuhan Cirompang (ketua adat) tanggal 17 Maret 2018.
55
Kemanakah Pare Gedeku Hilang?
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Cirompang.
56
Penjelasan Pare gede adalah varietas padi besar yang tumbuh di ladang atau di sawah. Varietas padi ini hanya ditanam di kasepuhan dan dipanen setelah berumur 4-6 bulan. Setelah masa panen lahan diistirahatkan atau ditanami tanaman jenis lain. Saat ini pare gede mulai ditinggalkan oleh para petani, petani lebih memilih varietas padi IR yang bisa dipanen tiga sampai empat kali setahun karena dianggap lebih menguntungkan. Penanaman padi varietas IR ini ditanam secara terus menerus tanpa ada jeda/istirahat, begitu panen langsung proses tanam, oleh karenanya bisa panen hingga empat kali dalam setahun. Penanaman padi secara terus menerus ini pada akhirnya membawa dampak yang kurang baik pada lahan. Lahan menjadi cepat rusak akibat dari pemakaian pupuk kimia terus menerus. Dampak lain adalah adanya serangan hama atau penyakit yang terjadi secara bergantian dan menyebar ke areal sawah seluruh kasepuhan. Penanaman padi jenis pare gede di Kasepuhan Cirompang saat ini hanya ditanam di lahan Olot Amir dan sedikit orang saja. Padahal meskipun pare gede ini hanya ditanam sekali dalam setahun namun bisa menghasilkan produksi yang lebih banyak dan tanpa menggunakan pupuk kimia, sehingga secara ekologi lebih bagus. Selain itu makan nasi dari pare gede akan membuat kita lebih kenyang dan kenyang lebih lama. Jenis beras dari hasil varietas pare gede ini dijual lebih mahal dari beras biasa. 57
Sumber dari hasil wawancara dengan masyarakat Kasepuhan Cirompang tanggal 17 Maret 2018.
58
Pusaka Tombak dan Keris
Lokasi : rumah Olot Amir, Kasepuhan Cirompang.
59
Penjelasan Tombak dan keris adalah salah satu benda pusaka warisan atau peninggalan nenek moyang secara turun temurun. Tombak dan keris digunakan pada acara-acara tertentu, seperti acara helaran atau hajatan masyarakat. Tombak dan keris ini diruat setiap tanggal 14 bulan Maulud dengan cara dicuci dan prosesnya menggunakan kembang tujuh rupa dan buah jeruk. Berdasarkan catatan RMI, senjata tombak juga menjadi perlambang dari pasukan pengawal Kerajaan Pajajaran pada jaman dahulu, yang sering disebut lajeur pangawinan (pasukan bertombak) yang menjadi nenek moyang berbagai kelompok di masyarakat kasepuhan. Sumber dari hasil wawancara dengan Olot Amir Kasepuhan Cirompang tanggal 17 Maret 2018 dan catatan RMI.
60
Siapa yang Kaya? Pasti yang Banyak Leuit
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Cirompang.
61
Penjelasan “Seperti asap dan air,atau laut dan pantai bahkan bintang dan malam,” kata Kang Maman, salah satu pemuda Kasepuhan Cirompang, yang mengibaratkan antara leuit dan pare gede atau leuit dan kasepuhan yang tidak bisa dipisahkan dimana ada kasepuhan pasti ada leuit dan dimana ada pare gede pasti ada leuit. Leuit merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat kasepuhan. Padi yang disimpan di leuit kasepuhan bisa berumur sampai belasan tahun tanpa rusak. Di beberapa tempat kasepuhan di Lebak dan Jawa Barat, leuit merupakan salah satu tolak ukur kekayaan seseorang. Semakin banyak leuit, maka semakin kayalah dia. Leuit juga merupakan simbol bagaimana kasepuhan mengupayakan ketahanan pangan mereka. Sumber dari hasil wawancara dengan masyarakat Kasepuhan Cirompang tanggal 17 Maret 2018.
62
Batu Telor
Lokasi : rumah Olot Amir, Kasepuhan Cirompang.
63
Penjelasan Batu telor adalah bentuk salah satu batu yang sama persis dengan telur, oleh karena itu disebut batu telor. Konon batu ini didapat dari hasil bersemedi atau bertapa di lokasi kuburan keramat yang berada di Kasepuhan Cirompang yang disebut Kramat Limus Piit. Ada beberapa jenis benda yang didapatkan dari tempat kramat tersebut, diantaranya keris dan batu telor ini. Sumber dari hasil wawancara dengan Olot Amir Kasepuhan Cirompang tanggal 17 Maret 2018.
64
Nyilengleum
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Cirompang.
65
Penjelasan Ayam bertelur di aseupan? Kok bisa? Nah, ini salah satu fenomena unik di Cirompang, ayam betina yang bertelur akan mengerami telurnya di sebuah wadah anyaman, bisa boboko, aseupan atau bahkan kardus. Si ayam terlihat nyaman dalam mengerami telur-telurnya, wadah ini biasa juga disebut warga dengan sebutan sayang. Sayang ayam bukan sayang mantan. Jadi, buat yang sayang ayam silahkan ijinkan ayamnya bertelur disini ya. Nyileungleum jadi hal unik yang bisa ditemukan di Cirompang. Sumber dari hasil pengamatan di Desa Cirompang tanggal 17 Maret 2018
66
Kolecer Bikin Ketagihan
Lokasi : wilayah adat Kasepuhan Cirompang.
67
Penjelasan Di bukit-bukit yang menjulang tinggi di Kasepuhan ada sebuah permainan dari bambu yang menjulang tinggi dan mengeluarkan suara unik saat diterpa angin, yang disebut dengan “kolecer”. Kolecer ini akan mengeluarkan suara dan mengaung dengan keras apabila tertiup angin. Semakin kencang angin, semakin bagus suara yang dikeluarkan. Saat ini kolecer sudah mengalami perkembangan makna, dulu kolecer merupakan bagian dari aktivitas pertanian sebagai penunjuk arah angin, pengusir hama dan permainan musik di sawah. Namun saat ini kolecer sudah menjadi permainan dengan nilai ketergantungan yang tinggi. Orang bisa menghabiskan waktu seharian bahkan dari pagi hingga pagi lagi demi mendapatkan bunyi kolecer yang ideal “zzeutz….zzeutz”, kira-kira seperti itu bunyinya. Permainan kolecer ini juga seringkali menjadi bahan taruhan dengan nilai tinggi bahkan hingga jutaan rupiah. Hmm.. siapa yang berminat? Sumber dari hasil wawancara dengan masyarakat Kasepuhan Cirompang dan pengamatan tanggal 17 Maret 2018.
68
CERITA MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN PASIR EURIH DAN KASEPUHAN CIROMPANG
B
uku kecil ini adalah hasil dokumentasi masyarakat adat Kasepuhan Pasir Eurih dan Kasepuhan
Cirompang bersama RMI pada bulan Maret dan Agustus 2018 melalui program Sekolah Lapang Pemuda/i. Berawal dari keprihatinan bersama, bahwa saat ini banyak informasi tentang adat yang sudah tidak lagi diketahui oleh generasi muda kasepuhan serta kurang tersedianya media pembelajaran yang bisa diakses oleh masyarakat mengenai adat, maka dijadikanlah buku ini. Cerita-cerita yang
dikumpulkan
oleh
masyarakat
di
buku
ini
dikumpulkan dengan berbekal kamera handphone, karton kecil dan pulpen, dengan berkeliling kampung. Foto yang diambil, cerita yang dituliskan berbeda-beda sudut pandang dan gaya bahasanya dan selama berproses, terjadi transfer pengetahuan antara generasi tua dan muda,
dan
di
antara
mereka
sendiri.
Setelah
didokumentasikan melalui buku ini, semoga pengetahuan yang terkumpul bisa lebih tersebar dan bermanfaat bagi masyarakat. Salam adil dan lestari! 69