3. Jalung dan Bungan
T
ersebutlah kisah seorang anak bernama Jalung. Sejak kecil ia selalu bersama bapaknya yang bernama Bo’ Paren. Ia selalu diajak ke ladang maupun berburu binatang sejak ia kecil. Bo’ Paren melihat Jalung sudah tumbuh dewasa. Saatnya ia mencari pendamping hidup. Maka Jalung diminta pergi ke kampung hulu untuk menemui gadis bernama Bungan Paren. Jalung setuju dengan saran bapaknya. Ia panggil keempat sahabatnya, Asang Lawai Ingan, Suwit Lirung, Uyeau Anyiq Tukeng Nyampeq Mekelunan, dan Uyeau Moq untuk menemaninya pergi ke hulu. Mereka bersepakat pergi, lalu mereka mempersiapkan perahu dan perbekalan, karena perlu waktu tiga hari untuk sampai di kampung Bungan Paren. Perjalanan dimulai. Mereka bergantian mendayung. Setelah tiga hari dua malam menyusuri sungai berkelok, mereka berjumpa seorang bapak yang sedang mencari ikan. Lalu, Jalung menyapa seraya bertanya, “Kami mau berkunjung ke rumah Bungan Paren. Berapa jauh jaraknya dari sini?” Orang itu menjelaskan sekitar dua jam lagi, ia mengajak mereka jalan bersama. Jalung dan sahabatnya mengikutinya dari belakang dengan perahunya. Tidak lama kemudian mereka tiba di kampung. Bapak itu mengantar Jalung sampai di depan rumah Bungan. Jalung langsung naik ke rumah. Terlihat Bungan sedang duduk bersama mamak-nya. Melihat Jalung datang, mamak-nya berujar pada Bungan, “Jika pemuda itu nanti duduk di atas gong, maka ia berniat untuk melamarmu. Kalau ia duduk di atas kura-kura, berarti tidak.” Ketika mereka dipersilakan masuk, Jalung langsung duduk di atas gong. Melihat hal itu, mamak Bungan 108 Cerita Rakyat Dayak Kenyah Lepoq Jalan