Review Peranan Sulfur Untuk Peningkatan Produktivitas Hablur Gula Pada Tanaman Tebu Oleh Purnomo Aji( Puslit Gula Jengkol)
Dalam ilmu kesuburan tanah dikenal ada tiga tipe unsur hara berdasarkan kebutuhan tanaman yaitu: Unsur hara esensial/pokok (N, P, K), Unsur Hara sekunder (S, Ca, Mg, Si), dan Unsur Hara Mikro (Fe, Mn, B, Cu, Zn, Mo, Cl). Menurut hukum minimum liebig: “produksi suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh factor yang paling terbatas/minimum�, sehingga unsur yang paling kecil juga bisa sangat menentukan dalam pencapaian produksi, yang digambarkan oleh liebig seperti bejana dimana dimasing-masing sisi bejana merupakan gambaran dari kumpulan unsur hara dan factor lingkungan
Sulfur termasuk dalam unsur hara non esensial, dimana merupakan salah satu dari 16 unsur hara yang dibutuhkan setelah Nitrogen, Posfat dan Kalium, sehingga sulfur juga berpengaruh pada hasil tanaman dan kualitas tanaman, beberapa literasi menyebutkan bahwa sulfur memiliki beberapa kegunaan, seperti berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembentukan tunas dan klorofil Pembentukan bintil akar Meningkatkan kekebalan tanaman terhadap pathogen Berfungsi pada pembentukan asam amino esensial Membuat pupuk P menjadi tersedia (sulfur mencegah Fe dan Al mengikat P) Pada tanaman tertentu sulfur memperbaiki rasa/aroma, warna dan kelenturan pada daun tembakau
Sedangkan kekurangan unsur sulfur menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, kerdil, kurus, batang pendek, biasanya kekurangan unsur sulfur ditandai dengan munculnya warna kekuningan pada daun.
Gambar 2 Gejala Defisiensi Sulfur Pada Tanaman
Lalu bagaimana pengaruh sulfur pada tebu? Belum banyak literasi yang menyebutkan kebutuhan sulfur untuk tanaman tebu, Di Mauritius disebutkan kebutuhan sulfur untuk tebu sebesar kebutuhan tebu akan unsur hara Mn sebesar 1525 Kg per ha dan ada juga yang menyatakan kebutuhan sulfur sebanding dengan kebutuhan Posfat, sulfur dikatakan cukup bila pada analisa daun angka sulfur berkisar pada 0,2-0,5 %(Ahmed hamid, AM et all, 2014) sedangkan menurut Mcray J Mabry et all. 2014, angka optimum sulfur pada daun berkisar pada angka 0,13-0,18. Menurut Ali 1986 dan humbert 1968 et Ahmed hamid, AM et all, 2014 bahwa pada 100 ton tebu yang dipanen terdapat 47,6 Kg S04, sehingga Sulfur diduga menjadi unsur hara yang saat ini jumlahnya terus menurun hal ini disebabkan jumlah S yang terangkut bersamaan dengan panen, tidak pernah digantikan dengan penambahan pupuk sulfur pada rekomendasi pemupukan yang hanya mementingkan unsur N, P dan K tanpa mempertimbangkan unsur hara yang lain, terutama pada kebun-kebun yang hanya menggunakan pupuk NPK dan urea saja, Namun di Indonesia pemenuhan kebutuhan sulfur dibeberapa kebun dipenuhi dari penggunaan pupuk SP36 dimana kandungan sulfurnya 5% (2-3 Ku SP36/ha mengandung 10-15 Kg Sulfur) dan ZA dimana kandungan sulfurnya 24% (4 Ku ZA/ha mengandung 84 kg sulfur) sehingga sebenarnya kebutuhan sulfur masih bisa dipenuhi dan bahkan berlebih Selain itu Sulfur juga dapat diperoleh secara alami dari penguraian hewan yang mati oleh mikroorganisme , hasil pembakaran pabrik yang membawa sulfur ke atmosfer dan kembali ke tanah melalui hujan
Gambar 3. Siklus Sulfur Hal ini dijelaskan pada gambar 3. Proses rantai makanan disebut-sebut sebagai proses perpindahan sulfat, yang selanjutnya ketika semua mahluk hidup mati dan nanti akan diuraikan oleh komponen organiknya yakni bakteri. Beberapa bakteri yang terlibat dalam proses daur belerang (sulfur) adalah Desulfibrio dan Desulfomaculum yang nantinya akan berperan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk (H2S) atau hidrogen sulfida. Sulfida sendiri nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri Fotoautotrof anaerob seperti halnya Chromatium dan melepaskan sulfur serta oksigen. Bakteri kemolitotrof seperti halnya Thiobacillus yang akhirnya akan mengoksidasi menjadi bentuk sulfat. Sulfur dalam daun diserap oleh tanaman dalam bentuk ion SO2 sedangkan dalam dalam tanah diserap oleh tanaman dalam bentuk ion SO4 sehingga berpotensi menurunkan pH tanah yang bisa mengakibatkan kerusakan/keracunan pada tanaman dan membunuh mikroorganisme tanah, sehingga disarankan penggunaan pupuk sulfur hanya pada kondisi tanah dengan pH normal maupun basa. pH dibawah 5,5 menyebabkan ketersediaan unsur P, K, Cad an Mo semakin menurun, sedangakan pH diatas 7,5 menyebabkan ketersediaan Mn dan Fe semakin menurun. Sulfur dalam tanaman dapat menekan kelebihan nitrat sehingga akibat negative pemupukan nitrat yang berlebih/tinggi dapat dicegah, itulah sebabnya kenapa penggunaan pupuk ZA lebih disarankan dibanding dengan urea karena kandungan S dalam pupuk yang secara nyata membuat penggunaan pupuk ZA dianggap tidak mempengaruhi rendemen berbeda dengan Urea yang bisa mempengaruhi rendemen Pada beberapa penelitian didapatkan penggunaan pupuk sulfur tidak memberikan efek nyata pada peningkatan rendemen, diantaranya penelitian di cina dan Sudan, menurut Lifang H et all, 2001 penambahaan sulfur sebanyak 60 Kg/ha tidak ada beda nyata memberi pengaruh pada peningkatan hasil produksi, hal yang sama juga disampaikan oleh Ahmed hamid, AM et all, 2014 bahwa penggunaan sulfur pada dosis 0 Kg, 28 Kg, 57 Kg, 86 kg, dan 114 Kg per Ha secara nyata sulfur memberikan pengaruh positif pada produksi tebu namun pada hasil gula sebaliknya
penambahan sulfur produksi gula per ha lebih rendah dibanding control dan yang menarik pada angka brix % tebu perlakuan lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding control namun tidak berbeda nyata pada pol % tebu
Kesimpulan 1. Sulfur termasuk dalam 16 unsur hara penting setelah unsur N, P dan K 2. Jumlah Sulfur ditanah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman, hal ini dapat dilihat tidak pernah ditemukan gejala kahat sulfur pada tanaman, selain itu secara alami sulfur disuplai dari alam (daur sulfur) sehingga tidak perlu penambahan sulfur, sulfur bisa ditambahkan apabila secara visual menunjukkan gejala kekahatan dan hasil analisa daun angkanya dibawah 0,2%. 3. Sulfur secara langsung tidak berpengaruh pada peningkatan kadar gula dalam tebu, namun sulfur mempunyai peran untuk menekan nitrat yang berlebih dalam tanaman sehingga adanya aplikasi nitrogen yang berlebih tidak akan mempengaruhi rendemen. 4. Pada tanah yang kandungan sulfurnya cukup akan membantu efisiensi pemupukan posfat, karena sulfur dalam tanah mencegah posfat terikat oleh Fe dan Al 5. Penggunaan pupuk yang didalamnya ada kandungan sulfur harus hati-hati dan perlu diperhatikan dosis yang digunakan dan kondisi pH tanahnya. Sulfur dalam tanah berupa SO4, dan sifat SO4 apabila berlebihan menyebabkan kenaikan pH tanah sehingga tidak dianjurkan digunakan pada tanah dengan pH asam, yang dikhawatirkan akan meracuni tanaman dan menyebabkan kematian organisme penting dalam tanah, dan hanya dianjurkan pada pH tanah netral dan basa. 6. pH dibawah 5,5 menyebabkan ketersediaan unsur P, K, Ca dan Mo semakin menurun, sedangakan pH diatas 7,5 menyebabkan ketersediaan Mn dan Fe semakin menurun.
Referensi Ahmed hamid , AM dan Dagash YM, 2014, Effect Of Sulfur On SugarCane Yield And Quality at the heavy Clay Soil vertisol of Sudan, Universal Journal of Applied Science 2(3): 68-71 Lifang H, Fan S, Libo F,and Zongsheng Z, 2001, Effects of Phosphorus, Potassium, Sulfur, and Magnesium on SugarCane Yield and Quality in Yunnan, Better Crop International Vol 15 no 1 Mcaray J Mabry, Rice R, Ezenwa Ike V, Alang T, Baucum L, 2014, Sugarcane Plant Nutrient Diagnosis, University of Florida, SS-AGR-128 -----------, 2010, Sugarcane Agronomy course modul (Fertillizer and fertilization), Mauritius „* beberapa diambil dari searching di web google