1
2014 BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam perencanaan wilayah dan kota, lokasi menjadi bagian yang paling fundamental karena berkaitan dengan pengambilan keputusan publik dalam kerangka ruang wilayah dan kota. Secara umum, analisis lokasi dalam perencanaan bertujuan untuk dua hal, pertama berkaitan dengan analisis yang sifatnya deskriptif yaitu memahami karakteristik lokasi dari kegiatan-kegiatan dalam skala wilayah dan kota. Kedua, lebih bersifat normatif, yaitu bagaimana membuat penentuan lokasi dan ruang bagi kegiatankegiatan tersebut untuk membuat komposisi keruangan yang optimal. Suatu wilayah atau kota akan menjadi ruang yang bermanfaat bila telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Tempat pusat akan memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibanding dengan tempat pusat lain yang memiliki hirarki dibawahnya. Guna menganalisis tempat pusat serta fungsi pelayanan fasilitas-fasilitas yang ada digunakan metode analisis berupa analisis Skalogram Guttman dan Matriks Indeks Sentralitas. Analisis Skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah belakang (hinterland). Sedangkan, Matriks Indeks Sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang sering disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi, dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas penduduk/masyarakat, untuk memperoleh/memanfaatkan fasilitasfasilitas tersebut (Riyadi, 2003:110). Indeks sentralitas dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan, seberapa banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang dilayani serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah permukiman (Riyadi, 2003:118). Dalam laporan ini akan diidentifikasi, dianalisis, dan diinterpretasikan keadaan fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan di Kota Denpasar berdasarkan metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall.
1.2.
Tujuan dan Sasaran Laporan mengenai analisis metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall mengambil studi kasus Kota Denpasar ini memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut: 1.2.1. Tujuan Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah mengidentifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikan keadaan fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan di Kota Denpasar berdasarkan metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall. 1.2.2. Sasaran Terdapat beberapa sasaran yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dari pembuatan laporan ini, antara lain : Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
2
2014 a. Mengidentifikasi keberadaan, kelengkapan, dan jumlah fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan per Kecamatan di Kota Denpasar. b. Menganalisis keadaan fasilitas dengan metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall. c. Menginterpretasikan hasil analisis dengan peta analisis kebutuhan fasilitas yang disesuaikan dengan peta kesesuaian lahan.
1.3.
Ruang Lingkup Ruang lingkup pembahasan dalam laporan ini terbagi menjadi dua yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. 1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah studi pada laporan ini adalah Kota Denpasar. Menurut letak geografis, Kota Denpasar berada antara 08 35’ 31’’ – 08 44’ 49’’ lintang selatan dan 115 10’ 23’’ – 115 16’ 27’’ bujur timur. Luas wilayah Kota Denpasar adalah sebesar 12.778 Ha atau 2,18 persen dari luas wilayah Provinsi Bali. Kota Denpasar berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kabupaten Badung Sebelah Barat : Kabupaten Badung Sebelah Selatan : Kabupaten Badung Sebelah Timur : Kabupaten Gianyar dan Selat Lombok 1.3.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam laporan ini mencakup seluruh fasilitas yang ada di wilayah studi.
1.4.
Metodologi Dalam penyusunan laporan ini, terdapat dua metodologi yang digunakan yaitu metode pengumpulan data serta metode analisis. 1.4.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah metode pengumpulan data sekunder. Dimana data-data sekunder yang diperlukan dan berkaitan dengan wilayah studi didapat melalui literatur, internet serta instansi-instansi yang terkait seperti Bappeda dan BPS yang memiliki sumber yang jelas. 1.4.2 Metode Analisis Terdapat dua metode analisis yang digunakan dalam laporan ini, yaitu metode analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa kata-kata. Sedangkan, metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa angka-angka.
1.5.
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai alasan yang mendasari pengambilan wilayah Kota Denpasar. BAB II KAJIAN TERATUR Menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan analisis metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall. Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
3
2014 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Meliputi kondisi geografis, kondisi demografis, dan kondisi sarana dan prasarana di Kota Denpasar. BAB IV PEMBAHASAN Meliputi analisis dengan menggunakan metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall terhadap keadaan fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan di Kota Denpasar. BAB V PENUTUP Meliputi kesimpulan analisis metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall di Kota Denpasar.
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
4
2014 BAB II KAJIAN TEORI 2.1.
Analisis Skalogram Guttman Metode sklagoram ini sering juga disebut sebagai metode analisis skala Guttman. Menurut Soenjoto yang dikutip dari Dias dan Dippos (1997), metode analisis skala Guttman merupakan suatu teknik skala, yang memiliki sedikit perbedaan dengan teknikteknik skala lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada persyaratan-persyaratan yang diajukan Guttman dalam membentuk skalanya. Persyaratan-persyaratan tersebut merupakan sifat-sifatnya yaitu : a. variabel-variabel (pernyataan-pernyataan) dalam suatu set pernyataan harus homogen (undimensional) atau memiliki ketunggalan dimensi. Artinya skala sebaiknya hanya mengukur satu dimensi saja dari variabel yang memiliki banyak dimensi. Misalnya, walaupun variabel nilai anak mempunyai dimensi ekonomi, dimensi psikologi, dan dimensi sosial, namun suatu skala nilai anak sebaiknya hanya mengukur salah satu dimensi saja. b. seperangkat variabel-variabel dalam suatu set pernyataan harus bersifat kumulatif, yang berarti pernyataan-pernyataan mempunyai bobot yang berbeda, dan apabila seorang responden menyetujui pernyataan yang lebih berat bobotnya, maka dia diharapkan akan menyetujui pernyataan-pernyataan yang lebih rendah/ringan. Untuk lebih memahami tentang persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Guttman seperti tersebut di atas, berikut ini diberikan suatu contoh. Contoh ini merupakan salah satu dari tiga perangkat variabel yang digunakan dalam mengukur ketiga fungsi. Variabel-variabel tersebut ialah sebagai berikut: 1) Jumlah penduduk pusat perkembangan kota (kota kecamatan); 2) jumlah tenaga kerja di sektor perkotaan, yang mencakup tenaga kerja sektor perdagangan, industri, jasa dan pegawai negeri; 3) jumlah sekolah lanjutan pertama; 4) jumlah sekolah lanjutan atas, 5) jumlah akademi dan perguruan tinggi. Dari variabel-variabel tersebut di atas, jelas bahwa seperangkat variabel tersebut memiliki sifat-sifat homogen dan kumulatif. Semua variabel berusaha untuk dapat mengukur objek tunggal guna mengukur tingkatan perkembangan pusat-pusat (ibukotaibukota kecamatan), dan variabel-variabel tersebut kemungkinan untuk dipunyai pada pusat perkembangan, tersusun dari yang mudah didapat sampai ke tingkat yang sulit didapat atau sebaliknya (sifat kumulatif). Kemudian dari contoh tadi, diharapkan suatu pusat perkembangan akan cenderung memiliki variabel 1 daripada 2, atau variabel 3 daripada 4. Hal ini disebabkan menurut logika atau kebutuhan dan batas ambang penduduknya bahwa suatu pusat terlebih dahulu memiliki penduduk daripada tenaga kerja di sektor perkotaan, atau akan terlebih dahulu membutuhkan SLP daripada akademi dan perguruan tinggi. Jadi dengan perangkat variabel-variabel tersebut, diharapkan setiap pusat perkembangan dapat dinilai. Jika pusat tersebut memiliki variabel 2 maka akan memiliki variabel 1, atau jika pusat tersebut memiliki variabel 5, maka akan memiliki variabel 4 dan 3. Akan tetapi jika pusat perkembangan memiliki variabel 1, maka tak akan selalu memiliki variabel 2, 3, 4, dan 5. Lebih lanjut dalam perhitungan metode ini dikenal cara penyusunan tabel skala Guttman dengan tahapan sebagai berikut : 1) menyiapkan matriks data dasar, yang mengandung jumlah objek penelitian dengan jumlah variabel yang digunakan untuk Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
5
2014 mengukur tingkat perekonomian, tingkat pelayanan masyarakat, dan tingkat sumberdaya manusia; 2) perhitungan dengan menggunakan titik potong (cutting point). Titik potong adalah suatu nilai tertentu (ditentukan) untuk menetapkan batas antara kelompokkelompok objek penelitian yang memperlihatkan tingkatan tiap objek penelitian terhadaap variabel-variabel yang ada. Jadi, tingkat tiap-tiap objek penelitian ditentukan oleh besarnya jumlah tiap-tiap variabel yang dimiliki pada objek-objek penelitian tersebut. Dalam studi ini tingkatan tiap-tiap objek penelitian terhadap variabel-variabelnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah. Interval Nilai = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah 3 Selanjutnya, nilai masing-masing objek dimasukkan ke dalam tabel skala Guttman. Sebelumnya tabel skala Guttman dibagi atas tiga kolom penilaian, yaitu tinggi-sedangrendah, dengan objek penelitian sebagai barisnya. Tiap tingkatan nilai tinggi-sedangrendah memiliki skor tertentu. Susunan variabel dari masing-masing kolom klasifikasi dapat diubah penempatannya, tergantung hasil yang paling baik. Hasil dikatakan paling baik jika memiliki coefficient of reproducibility yang mendekati 1 (atau > 0,9). Pada kenyataannyaa, pola skala Guttman yang sempurna jarang sekali terjadi, dikarenakan adanya penyimpangan-penyimpangan dan penyimpangan ini disebut error. Sempurna atau tidaknya skala Guttman dapat ditunjukkan oleh coefficient of reproducibility, yaitu merupakan suatu koefisien yang menunjukkan seberapa jauh suatu skor yang diperoleh suatu objek penelitian benar-benar dapat memberikan prediksi terhadap reaksi-reaksi objek-objek penelitian dalam skala yang bersangkutan. Nilai dari koefisien ini bervariasi dari 0 sampai 1. Menurut Soenjoto seperti dikutip Rinaldi (2004:40), nilai koefisien yang makin mendekati nilai 1, akan menunjukkan skala Guttman yang semakin sempurna, dan biasanya koefisien yang bernilai lebih besar dari 0,9 dianggap menunjukkan suatu skala yang berlaku. COR (coefficient of reproducibility) = ( frekuensi – kesalahan ) x 100% Frekuensi 2.2.
Indeks Sentralitas Marshall Indeks sentralitas digunakan untuk melihat kemampuan pelayanan suatu pusat ditinjau jumlah unit fasilitas yang terdapat pada pusat pelayanan. Nilai keterpusatan dapat diperoleh dari jumlah total bobot masing-masing jenis fasilitas dikalikan jumlah fasilitas tersebut. Prinsip pembobotan suatu fasilitas dilakukan dengan cara membagi nilai sentralitas gabungan (100) dengan jumlah fasilitas yang terdapat di seluruh pusat pelayanan, jadi semakin besar jumlah suatu fasilitas maka bobotnya akan semakin kecil, demikian pula sebaliknya (Rondinelli, 1985: 125). Pusat-pusat pelayanan tersebut selanjutnya dikelompokkan secara interval berdasarkan nilai sentralitas. 2.3.
Sarana dan Prasarana Lingkungan Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Sedangkan prasarana lingkungan merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
6
2014 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1.
Kondisi Geografis Kota Denpasar Menurut letak geografis, Kota Denpasar berada antara 08 35’ 31’’ – 08 44’ 49’’ lintang selatan dan 115 10’ 23’’ – 115 16’ 27’’ bujur timur. Secara administratif wilayah Kota Denpasar memiliki 4 Kecamatan, 43 Desa/Kelurahan. Luas wilayah Kota Denpasar adalah sebesar 12.778 Ha atau 2,18 persen dari luas wilayah Provinsi Bali. Sedangkan bila dilihat dari penggunaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada sekitar 2.632 Ha merupakan tanah kering dan sisanya seluas 10 Ha merupakan tanah lainnya seperti tambak, kolam, tebat dan empang. Kota Denpasar berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kabupaten Badung Sebelah Barat : Kabupaten Badung Sebelah Selatan : Kabupaten Badung Sebelah Timur : Kabupaten Gianyar dan Selat Lombok 3.2.
Kondisi Demografis Kota Denpasar Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, penduduk Kota Denpasar tahun 2012 berjumlah 833.900 jiwa yang terdiri dari 425.800 penduduk laki-laki (51,06 persen) dan 408.100 penduduk perempuan (48,94 persen). Kepadatan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2012 telah mencapai 6.526 jiwa per km2. Angka ini merupakan angka tertinggi di Provinsi Bali. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Denpasar Selatan sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Denpasar Utara. Tabel III.1 Penduduk Kota Denpasar Menurut Kelompok Umur dan Kecamatan Tahun 2013
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
7
2014 Sumber: Denpasar dalam Angka 2014, 2014 3.3. Kondisi Sarana dan Prasarana Di Kota Denpasar Kondisi sarana dan prasarana di Kota Denpasar di Kota Denpasar cukup memadai. Terdapat setiap jenis sarana pendidikan di Kota Denpasar yang menyebar walaupun tidak secara merata di setiap Kecamatannya. Jumlah TK terbanyak terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan, begtitu pula dengan jumlah Sdnya. Semntara jumlah SMP dan SMA terdapat paling banyak di Kecamatan Denpasar Barat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III.2. Tabel III.2 Sarana Pendidikan Sarana Pendidikan No Kecamatan TK SD SMP SMA 1
Denpasar Selatan
43
49
3
3
2
Denpasar Timur
31
33
5
10
3
Denpasar Barat
16
25
14
14
4
Denpasar Utara
34
34
7
6
Total
124
141
29
33
Sumber: www.prodeskel.pmd.kemendagri.go.id, tanpa tahun Jumlah sarana kesehatan di Kota Denpasar tersebar cukup merata. Hanya saja jika dirata-ratakan, Kecamatan Denpasar Timur-lah yang memiliki sarana kesehatan paling sedikit. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk Kecamatan Denpasar Timur juga merupakan jumlah yang paling sedikit diatara Kecamatan Lainnya. Tabel III.3 Sarana Kesehatan Sarana Kesehatan No Kecamatan Pus. Pembantu Puskesmas RSU Posyandu 1
Denpasar Selatan
6
3
2
92
2
Denpasar Timur
5
1
5
74
3
Denpasar Barat
5
2
3
98
4
Denpasar Utara
4
2
3
87
Total
20
8
13
351
Sumber: www.prodeskel.pmd.kemendagri.go.id, tanpa tahun Jumlah sarana peribadatan di Kota Denpasar didominasi oleh Pura sebab penduduk Kota Denpasar mayoritas beragama Hindu. Tabel III.4 Sarana Peribadatan No Kecamatan Tempat Ibadah Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
8
2014
Masjid
Mushola
Gereja
Pura
1
Denpasar Selatan
8
17
23
127
2
Denpasar Timur
4
27
13
60
3
Denpasar Barat
14
50
22
21
4
Denpasar Utara
4
16
16
58
30
110
74
266
Total
Sumber: www.prodeskel.pmd.kemendagri.go.id, tanpa tahun BAB IV ANALISIS SISTEM PUSAT PELAYANAN PERMUKIMAN 4. 1.
Analisis Skalogram Dalam menentukan hierarki pelayanan fasilitas sarana dan prasarana di Kota
Denpasar dapat Perhitungan
dilihat berdasarkan orde yang didapat
dari analisis Skalogram.
skalogram dijabarkan melalui tabel yang berisi fasilitas sarana dan
prasarana per kecamatan. Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut: Angka 1 menunjukkan keberadaan fasilitas sarana dan prasarana pada setiap kecamatan • Angka 0 menunjukkan kecamatan yang tidak memiliki fasilitas. Tabel
tersebut
kemudian dijumlahkan secara horizontal dan vertikal, lalu
diurutkan dari angka terbesar yang diletakkan paling atas
dan
paling
kiri. Setelah
diurutkan maka nilai kesalahan (error) dan hierarki dapat dicari. Selanjutnya Reproducibility)
mencari
COR
menggunakan
rumus
COR
(Coeffisien
of
yang berfungsi untuk pengujian kelayakan skalogram. Dalam hal ini
koefisien dianggap layak apabila bernilai 0,9–1. Hirarki yang didapat menggunakan rumus dan perhitungan menjelaskan banyaknya kelas atau orde fasilitas sarana dan prasarana. Semakin Tinggi nilai orde (orde I) maka semakin tinggi hirarki. Berikut adalah tahapan dan analisis yang dilakukan: •
Memilih jenis fasilitas yang digunakan sebagai variabel dalam matriks Skalogram. Dibawah ini adalah tabel jenis fasilitas di Kota Denpasar: (lihat halaman selanjutnya) Pada tabel di halaman berikutnya terdapat 3 jenis sarana yang ada di Kota Denpasar, yaitu sarana pendidikan (terdiri dari TK, SD, SMP, SMA), sarana kesehatan (terdiri dari puskesmas pembantu, puskesmas, RSU, dan posyandu), Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
9
2014 dan sarana peribadatan (terdiri dari (masjid, musholla, gereja, dan pura). Dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah fasilitas tertinggi adalah Kecamatan Denpasar Selatan dengan 376 fasilitas, sedangkan kecamatan dengan jumlah fasilitas terendah adalah Kecamatan Denpasar Timur dengan 268 fasilitas. Kecamatan Denpasar Selatan memiliki penduduk terbanyak dan Kecamatan Denpasar Timur memiliki penduduk yang paling sedikit. Jadi, dapat diasumsikan bahwa di Kota Denpasar antara jumlah fasilitas seimbang dengan jumlah penduduknya. •
Analisis skalogram adalah mengkonversi seluruh fasilitas yang ada ke dalam angka (1) dan fasilitas yang tidak ada ke dalam angka (0). Selanjutnya seluruh fasilitas dijumlahkan menurut baris dan kolom.
•
Setelah itu menentukan total kesalahan (error), lalu menghitung nilai persentasenya. Perhitungan persentase:
Jumlah fasilitas tiap kecamatan ×100 Total keseluruhan fasilitas Karena semua masing-masing kecamatan memiliki (sekurang-kurangnya satu) fasilitas, maka jumlah fasilitas di masing-masing kecamatan adalah 12 dan nilai persentasenya adalah 25% •
Menentukan jumlah orde, berdasarkan rumus di bawah ini:
Jumlah orde=1+ 3,3log n Dimana
n
adalah jumlah kecamatan
Perhitungan jumlah orde:
Jumla h orde=1+3,3 log 4
¿ 1+ 3,3 (0.602059991) = 2.987 dibulatkan menjadi 3 •
Menentukan range dan orde Karena jumlah jenis fasilitas yang dimiliki masing-masing kecamatan adalah sama, yaitu 12, maka tidak ada range. Keempat kecamatan adalah orde I, bernilai 12.
•
Menghitung
tingkat
kesalahan
dengan
rumus
COR
(Coefficient
of
Reducibility): Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
10
2014
Perhitungan COR dari analisis skalogram Kota Denpasar adalah sebagai berikut:
0 12 × 4
(CR)= 1 – (CR) = 1 - 0 (CR) = 1 Tingkat
kesalahan
analisis
Skalogram
di atas
adalah 1. Hasil
tersebut
membuktikan bahwa analisis skalogram pada Kota Denpasar dianggap sudah layak. Berdasarkan pada tabel analisis Skalogram Kota Denpasar, dapat dilihat jika tiap-tiap kecamatan memiliki jumlah orde dan orde yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa semua sarana (pendidikan, kesehatan, dan peribadatan) telah terlengkapi
di
masing-masing kecamatan di Kota Denpasar. Namun, untuk persebarannya belum dapat dipastikan jika sarana tersebut telah tersebar secara merata di pelosok kecamatan, hanya saja jika melihat kuantitasnya, jumlah sarana masing-masing kecamatan sebanding dengan jumlah penduduknya. 4. 2.
Analisis Indeks Sentralitas Marshall Tabel yang digunakan berisi sarana yang ada di tiap kecamatan disertai
bobot dari tiap sarana dan nilai hasil perhitungan keseluruhan sarana atau fasilitas. Sarana yang digunakan adalah sarana atau fasilitas berupa fasilitas utama yang menjadi
indikator
kualitas hidup
masyarakat.
Sarana
tersebut
adalah
sarana
pendidikan dan sarana kesehatan. Sarana Pendidikan yang digunakan dalam analisis adalah Taman Kanak-kanak, SD, SMP, dan SMA. Sedangkan untuk sarana Kesehatan yang digunakan adalah puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit umum dan posyandu. Cara menghitung indeks tersebut adalah sebagai berikut: •
Mempersiapkan data awal berupa hasil perhitungan Analisis Skalogram. (tabel telah tersedia)
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
11
2014 •
Menghitung bobot dari tiap fasilitas. Bobot masing-masing fasilitas ini didapatkan
dari rumus : dimana
C=
t T
C:
bobot per fasilitas
t:
nilai sentralitas total, diambil sama dengan 100
T:
jumlah total atribut tiap fasilitas.
Contoh perhitungan: Perhitungan bobot fasilitas kesehatan puskesmas di Kota Denpasar
C= •
100 =12.5 8
Mengkalikan jumlah dengan bobot fasilitas. Hasil perhitungan dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
12
2014 No
Kecamatan
1
Denpasar Selatan
2
Denpasar Timur
3
Denpasar Barat
4
Denpasar Utara
Total •
Sarana pendidikan
Juml (J)
TK Bobot (B)
43
0.806
31
0.806
16
0.806
34 124
0.806
Juml (J) 49 33 25 34 141
Juml (J) 3 5 14 7 29
Juml
SD Bobot (B) 0.709 0.709 0.709 0.709 SMP Bobot (B) 3.448 3.448 3.448 3.448
SMA Bobot (B)
J*B 34.6 77 25.0 00 12.9 03 27.4 19 100
J*B 34.752 23.404 17.730 24.113 100
J*B 10.345 17.241 48.276 24.138 100
J*B Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
13
2014 (J) 3 10 14 6 33
•
3.0303 9.091 3.0303 30.303 3.0303 42.424 3.0303 18.182 100
Sarana kesehatan
Puskesmas Juml (J) Bobot (B) J*B 3 12.5 37.5 1 12.5 12.5 2 12.5 25 2 12.5 25 8 100 Psksms Pemb. Bobot Juml (J) (B) J*B 6 5 30 5 5 25 5 5 25 4 5 20 20 100
Juml (J) 2 5 3 3 13
RSU Bobot (B) 7.692 7.692 7.692 7.692
J*B 15.385 38.462 23.077 23.077 100
Juml (J) 92 74 98 87 351
Posyandu Bobot (B) 0.285 0.285 0.285 0.285
Total J*B 26.211 21.083 27.920 24.786 100
197.960 192.993 222.331 186.716
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
14
2014 TK Jum l (J) 43 •
Bobot (B) 0.806 Melalui
J*B 34.677 hasil
yang
didapatkan
diatas,
maka
tahap
selanjutnya
adalah
mengkategorikan masing-masing kecamatan dalam satuan orde. Sebelumnya, perlu menghitung range agar membentuk suatu interval (kelas) orde. Didapatkan hasil sebagai berikut: Jumlah orde
3
N.Tertinggi N. Terendah Range
222.331 186.716 11.872
Kecamatan Denpasar Barat Denpasar Selatan Denpasar Timur Denpasar Utara
Total
Orde
222.33
I
197.96
III
192.99
III
186.72
III
Orde I Orde II Orde III
> 210.460 198.588 - 210.460 186.716 - 198.588
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
15
2014 BAB V KESIMPULAN
Melalui analisis perhitungan Skalogram Guttman dan Indeks Santralitas Marshall, (ISM) dapat disimpulkan bahwa Kota Denpasar merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator penilaiannya adalah fasilitas yang ada di dalamnya. Berdasarkan analisis keberadaan sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan, Kota Denpasar tergolong sangat baik. Seluruh kecamatan di Kota Denpasar, meliputi Denpasar Barat, Timur, Selatan, dan Utara memiliki ketiga sarana tersebut. Ketersediaan sarana di masing-masing kecamatan juga seimbang dengan jumlah penduduknya. Tabel V.1 Hasil perhitungan Skalogram Guttman
Kecamatan
Nilai COR
Denpasar Selatan
Orde 1 1 1 1
Denpasar Timur Denpasar Barat Denpasar Utara
Nilai log
I I I I
Jumlah orde
0.602059991 0.602059991 0.602059991 0.602059991
3 3 3 3
Sumber: Hasil pengolahan pribadi, 2014
Tabel V.2 Hasil perhitungan ISM Kecamatan
Total
Orde
Denpasar Barat
222.33
I
Denpasar Selatan Denpasar Timur Denpasar Utara
197.96 192.99 186.72
III III III
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
16
2014 Sumber: Hasil pengolahan pribadi, 2014
Berdasarkan perhitungan Skalogram, empat kecamatan memiliki nilai orde yang sama, yaitu orde I senilai 12 (fasilitas). Sedangkan, berdasarkan perhitungan ISM, semua kecamatan masuk ke dalam orde III, kecuali Kecamatan Denpasar Barat yang memiliki orde I. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diantara keempat kecamatan, Kecamatan Denpasar Barat merupakan kecamatan yang memiliki potensi ekonomi yang lebih tinggi dibanding tiga kecamatan lainnya. Namun secara keseluruhan, Kota Denpasar merupakan wilayah yang memiliki potensi ekonomi yang baik. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Denpasar. 2013. Denpasar dalam Angka 2013. Denpasar: BPS Kota Denpasar. Burhanuddin. 2007. Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Dharmasraya : Identifikasi Potensi Wilayah Dan Kota Sebagai Pusat Pertumbuhan Dan Pusat Pelayanan. Artikel tidak diterbitkan, Program Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang. Danastri, Sasya. 2011. Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru di Kecamatan Harjamukti, Cirebon Selatan. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Diakses pada tanggal 7 Desember 2014. Dias, Rosanno dan Dippos, N. Simanjuntak. 1997. Studi Analisis Penentuan Lokasi Ibukota Kabupaten dati II Pekalongan. Tugas Akhir Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota tidak dipublikasikan, Institut Teknologi Bandung Bandung. Laiko, Firman. 2010. Pengembangan Permukiman Berdasarkan Aspek Kemampuan Lahan Pada Satuan Wilayah Pengembangan I Kabupaten Gorontalo. Tesis. Semarang: Magistes Teknik Pengembangan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro dalam Istikhomah, Adiyanti Annisa dkk. 2013. Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kabupaten Magelang dengan Analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas Marshall. Diakses pada tanggal 7 Desember 2014. Rinaldi, Dedi. (2004), Analisis Pemilihan Lokasi Ibukota Kabupaten Solok Selatan, Tesis tidak dipublikasikan, Fakultas Pasacasarjana, UNAND, Padang. Riyadi dan Bratakusumah, Deddy Supriady. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah : Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 110 dan 118. Rondinelli, Dennis, A 1985. Applied Methods of regional Analisis. Colorado: Westview Press. Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar
17
2014 Standard Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
Analisis Metode Skalogram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Studi Kasus Kota Denpasar